Case Anak
-
Upload
fiorenditahadi -
Category
Documents
-
view
219 -
download
4
description
Transcript of Case Anak
Case Report Session
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Oleh :
Rizqa Fiorendita Hadi 0910312088
Pembimbing
dr. Eka Agustia Rini, Sp.A(K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2014
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 2
Sumber lain mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah
persentil 10 dari perkiraan berat menurut masa gestasi. 1,5
II. Epidemiologi
Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan.
Jumlah ini bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR
terjadi pada keadaan ibu yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada
keaddan ibu dengan kehamilan resiko tinggi.4
Belum didapatkan data akurat mengenai angka kejadian BBLR di
Indonesia. Dari sebuah laporan Departemen Kesehatan DI Yogyakarta pada
tahun 2005, kejadian BBLR berjumlah 10% dari seluruh kelahiran bayi di daerah
tersebut pada tahun yang sama.6
III. Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.1
Faktor Ibu :
Toxemia
Hipertensi dan/atau penyakit ginjal
Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)
Malnutrisi (mikro dan makro)
Menderita penyakit kronis
2
Anemia sel sabit
Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.
dsb.
Faktor Janin :
Kelainan kromosom (autosomal trisomi)
Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital, sifilis)
Anomali kongenital
Radiasi
Kehamilan ganda
Hipoplasi pankreas
Defisiensi insulin
Defisiensi insulin-like growth factor type 1.
dsb.
Faktor plasenta :
Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta
Penurunan luas permukaan plasenta
Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)
Infark plasenta
Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)
Plasenta terpisah
dsb.
IV. Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah
sebagai berikut2 :
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas
permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga
3
transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah
uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.
Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam
kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi
plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu
dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih
kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan.
Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap
pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup
simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian,
pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu
rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan
makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan
bahwa kaloi tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin
dibanding pernmbahan protein.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.
Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi
dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki
insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi
rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan
pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka
dilahirkan.
Faktor genetik
4
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk
berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau keil untuk masa
kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut
dilahirkan dalam keadaan yang sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan
janin berlaku pada semua ras.
V. Diagnosis
Kriteria diagnostik pada BBLR adalah sabagai berikut 3 :
1. Menentukan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT),
ukuran uterus dan USG.
2. Penilaian janin :
Klinis
Pengukuran berat dengan tinggi fundus. Taksiran berat janin diukur dengan
rumus Johnson’s yaitu :
(tinggi fundus – 12) x 135 = .... gr
Kadar hormon ibu
Kadar estriol dan human placental lactogen rendah.
USG
Diameter biparietal < optimal
Berkurangnya ukuran lingkaran abdomen menunjukkan bayi kecil masa
kehamilan yang asimetris
Rasio lingkar kepala dan perut > 1 menunjukkan adanya bayi kecil masa
kehamilan yang asimetris
Panjang femur yang rendah menunjukkan adanya bayi kecil masa kehamilan
yang simetris
3. Penilaian bayi baru lahir :
Ukuran berat badan lahir lebih rendah dari masa kehamilan (sesuai dengan
batasan).
5
Penentuan masa kehamilan berdasarkan HPHT dan atau berdasarkan
pemeriksaan fisik dan neurologis.
Berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang (untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi, kelainan kromosom, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu)
jika tidak ada riwayat ibu menderita penyakit atau kelainan yang dapat
mengakibatkan bayi lahir dengan berat lahir rendah.
VII. Komplikasi 2
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
2. Kesulitan pernapasan
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
4. Imaturitas hati
5. Imaturitas ginjal
6. Imaturitas imunologis
7. Kelainan neurologis
8. Kelainan kardiovaskuler
9. Kelainan hematologis
10. Metabolisme
VIII. Penatalaksanaan 6
Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :
1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia
2. Early feeding jika memungkinkan
3. Mengatasi komplikasi
4. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi
5. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual
6
IX. Prognosis 5
Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada
kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar
ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama, dan mencapai kurva
pertumbuhan normal pada usia satu tahun.
X. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir
dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu
hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.
BAB II
LAPORAN KASUS
7
IDENTITAS PASIEN
Nama : By F
Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ujung Gading, Pasaman
Tanggal masuk RS : 17 Maret 2015
Keluhan Utama
Neonatus berat badan lahir sangat rendah 1350 gram
Riwayat Penyakit Sekarang
Neonatus berat badan lahir sangat rendah 1350 gr, panjang badan lahir
35 cm, lahir sectio caesarea atas indikasi fetal distress dengan solusio
plasenta dan Intra Uterine Growth Retardation, kurang bulan
Apgar score pada menit ke-1 : 3, pada menit ke-5 : 7
Ibu baik, ketuban jernih
Anak merintih saat lahir
Sesak pada anak tidak ada
Demam tidak ada, kejang tidak ada
Anak belum mendapat injeksi vitamin K
Buang air kecil dan mekonium belum keluar
Riwayat ibu demam selama hamil dan menjelang persalinan tidak ada
Riwayat ibu keputihan selama hamil tidak ada
Riwayat ibu nyeri buang air kecil selama hamil tidak ada
8
Riwayat Kehamilan Ibu :
GPAH : G2 P1 A0 H2
Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
Kualitas dan kuantitas makanan baik
Kehamilan kurang bulan
Kontrol teratur ke klinik dokter spesialis kebidanan
Penyakit selama hamil tidak ada
Riwayat Persalinan :
Persalinan di RSUP Dr. M. Djamil Padang dibantu oleh dokter spesialis
kebidanan, lahir secara sectio caesarea atas indikasi fetal distress dengan solusio
plasenta dan Intra Uterine Growth Retardation. Kelahiran tunggal, kondisi saat
lahir hidup.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : kurang aktif
Frekuensi jantung : 144 x /menit
Frekuensi nafas : 47 x/ menit
Suhu : 35 oC
Panjang badan : 35 cm
Berat badan : 1350 gr
Sianosis : tidak ada
Ikterik : tidak ada
9
Edema : tidak ada
Pemeriksaan Sistemik :
Kepala :
- Bentuk kepala : bulat, simetris
- Ubun-ubun besar : 1,5x1,5 cm
- Ubun-ubun kecil : 0,5x0,5 cm
- Jejas persalinan : tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : napas cuping hidung tidak ada
Dada
Toraks :
Bentuk : normochest, retraksi tidak ada di epigastrium
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
Paru : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen :
Permukaan : datar
Kondisi : lemas
Hati : 1/4x1/4
10
Limpa : tidak teraba
Tali pusat : segar
Umbilikus : tidak hiperemis
Genitalia : labia mayora hampir menutupi seluruh labia minora
Ekstremitas : atas :akral hangat, perfusi baik
bawah: akral hangat, perfusi baik
Kulit : ikterik tidak ada, sianosis tidak ada, teraba hangat
Anus : ada
Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan
Refleks neonatal
Moro : +
Rooting : +
Isap : +
Pegang : +
Ukuran :
Lingkaran kepala : 21 cm
Lingkaran dada : 26 cm
Lingkaran perut : 27 cm
Simpisis-kaki : 12 cm
11
Panjang lengan : 13 cm
Panjang kaki : 14 cm
Kepala-simpisis : 14 cm
Diagnosa akhir
NBBLSR 1350 gr, panjang badan 35 cm
Lahir sectio caesarea atas indikasi atas indikasi fetal distress dengan
solusio plasenta dan Intra Uterine Growth Retardation, kurang bulan,
Apgar score pada menit ke-1 : 3, pada menit ke-5 : 7
Ibu baik, ketuban jernih
Taksiran maturitas 28-29 minggu (SMK)
Kelainan kongenital tidak ada
Jejas persalinan tidak ada
Penyakit saat ini :
NBBLSR 1350 gr
Hipotermia derajat sedang
Diagnosis banding : -
Rencana pemeriksaan:
Pemeriksaan kadar GDR
Follow up suhu tubuh
Rontgen thoraks
Terapi :
Hangatkan bayi dengan inkubator
Pantau perubahan suhu setiap jam
ASI 6x2cc/OGT
Injeksi vit. K 1 mg IM
12
Follow Up Pasien
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT TATALAKSANA
18 Maret 2015 (pagi)
Hangatkan bayi dengan incubator
S/ : Demam tidak ada ASI 6x2cc / OGT
Sesak tidak ada
Kejang tidak ada
Periksa GDR dan rontgen thoraks
BAK belum keluar
Mekonium belum keluar
O/ :Kurang aktif
HR 140 x/ menit, RR 43 x /menit, T 35,8 oC
Kulit : teraba cukup hangat
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Toraks : simetris, retraksi tidak ada,
cor ; irama teratur, bising (-),
pulmo :bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat
Ekstemitas : akral cukup hangat, perfusi baik
Ks/ : perbaikan
A/ Hipotermia derajat sedang
13
BAB III
DISKUSI
14
Telah dilaporkan seorang neonatus perempuan umur 1 hari dibawa dari
bagian Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tanggal 17 Maret 2015 dengan
keluhan utama neonatus berat badan lahir sangat rendak 1350 gram. Didiagnosis
dengan BBLSR dan hipotermi derajat sedang. Diagnosis kerja ditegakkan
berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan epidemiologi, bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya
beresiko mengalami hipotermia dihubungkan dengan tingginya rasio luas
permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya. Bayi IUGR (Intra
Uterine Growth Retardation) yang mengalami pertumbuhan lambat di dalam
janin juga berisiko mengalami hipotermia.6
Gejala yang menunjukkan adanya hipotermia derajat sedang yaitu dengan
adanya gangguan nafas, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, malas
minum, dan letargi. Pada pasien didapatkan gejala gangguan nafas yaitu merintih
pada saat lahir, tetapi tidak didapatkan kelainan pada denyut jantung, anak tidak
malas minum, dan tidak letargi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stoll Barbara, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Edition. Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.
15
2. Dalmanik Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; 11-30.
3. Sukadi A. Pedoman Terapi Penyakit Pada Bayi Baru Lahir. Bandung : FKUP 2002.
4. Dogra VS. 2006. Intrauterine Growth Retardation from www.emedicine.com
5. Vandenbosche RC, Kirchner JT. 1998. Intrauterine Growth Retardation from www.aafp.com
6. Profil Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005. Dinas Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta. 2005. Dari www.depkes.go.id
7. Yunanto A. Termoregulasi, dalam: Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI 2008 ; 89-102.
16