card match
description
Transcript of card match
-
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH (ICM)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS
SMAN 6 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013
ASNIMAR1
AGUS BASKARA2
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar Ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 6 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013 melalui Penerapan metode Pembelajaran aktif Index Card Match
(ICM). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 6 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang siswa. Pengumpulan data dalam Penelitian ini adalah teknik analisa
Deskriptif. Hasil analisis data yang diperoleh dari penerapan metode Pembelajaran aktif Index Card
Match (ICM) adalah ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan sebesar (7,66%) dari sebelum PTK
(78,5%) setelah PTK siklus I (86,16%) dan mengalami peningkatan sebesar (3,84%) setelah siklus II (90%). Ketuntasan klasikal belajar siswa sebelum PTK (53,33%) meningkat sebesar (20%) menjadi
(73,33%) setelah siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi (90%) dengan peningkatan sebesar
(16,67%). Kesimpulan penelitian adalah penerapan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 6 Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013.
Kata Kunci: Pembelajaran, Index Card Match (ICM), hasil belajar.
The purpose of this study to determine the results of class XI students studying Economics IPS
SMAN 6 Pekanbaru Academic Year 2012/2013 through the application of active learning methods
Index Card Match (ICM). This research is a classroom action research (CAR), held in March and April
2013. The subjects were students of class XI IPS SMAN 6 Pekanbaru Academic Year 2012/2013, amounting to 30 students. Collecting data in this study is descriptive analysis techniques. The analysis
of data obtained from the application of active learning methods Index Card Match (ICM) is a mastery
learning students increased by (7.66%) of the pre-PTK (78.5%) after the first cycle PTK (86.16%) and having increased by (3.84%) after the second cycle (90%). Classical completeness before PTK students
(53.33%) increased by (20%) to (73.33%) after the first cycle and the second cycle increased to (90%)
with an increase of (16.67%). Conclusions of research is the application of active learning methods Index Card Match (ICM) can improve the learning outcomes of students of class XI of SMAN 6
Pekanbaru academic year 2012/2013.
Keywords: Learning, Index Card Match (ICM), the results of learning.
1 Alumni Program studi Pendidikan Akuntansi FKIP UIR 2 Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Akuntansi FKIP UIR
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut Ensiklopedia Indonesia kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomia
yang berarti rumah tangga. Secara etimologi istilah ekonomi berasal dari kata oikonomia yang merupakan kata majemuk dari dua kata oikos dan nomos.oikos artinya rumah tangga, dan nomos
artinya aturan. Jadi secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah tangga atau ilmu yang mengatur rumah tangga. Sedangkan definisi ilmu ekonomi yang sering digunakan ilmu ekonomi adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kemakmuran. (iwan setiawan, dkk, 2008: 79).
Pernyataan ilmu ekonomi dalam dunia pendidikan diimplementasikan dalam pelajaran ekonomi mulai SMA keatas. Menurut mata pelajaran ekonomi berfungsi membekali siswa dengan pengetahuan
dan keterampilan dasar agar mampu mengambil keputusan secara rasional tindakan ekonomi dalam
menentukan berbagai pilihan. Tujuan pelajaran ekonomi adalah: (1) Mengenalkan siswa pada fakta tentang peristiwa dan permasalahan ekonomi (2) Membekali beberapa konsep dasar ilmu ekonomi
sebagai pedoman dalam berprilaku ekonomi dan untuk mendalami mata pelajaran ekonomi pada jenjang
pendidikan (3) Membekali nilai-nilai dan etika bisnis serta menumbuhkan jiwa wirausaha. Proses belajar mengajar sering terjadi dalam kehidupan ini salah satunya di sekolah. Dari proses
belajar mengajar akan di peroleh suatu hasil, yang disebut hasil belajar. Kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Tercapai tidaknya tujuan
pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2003).
Secara umum pembelajaran Ekonomi selama ini lebih berpusat pada guru, guru cenderung
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dalam pembelajarannya. Guru kebanyakan memberikan informasi secara menyeluruh sehingga siswa menjadi bersikap pasif dan tidak dapat
mengembangkan dirinya. Guru jarang menggunakan model ataupun strategi pembelajaran. Guru juga
kurang memaksimal memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa dalam proses pembelajaran.
Akibatnya banyak siswa yang tidak paham terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan kurangnya motivasi siswa untuk belajar dan membuat rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dikelas X1 IPS 1 SMAN 6 Pekanbaru, ditemukan berbagai
permasalahan yaitu: (1) Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. (2) Rendahnya hasil belajar siswa karna penerapan pembelajaran yang menoton digunakan, seperti metode ceramah. (3) Keadaan
siswa kurang kondusif, bercerita dengan teman dalam proses belajar mengajar berlangsung. (4) Siswa
kurang memperhatikan pada saat proses belajar. Berdasarkan permasalahan di atas maka fenomena-fenomena tersebut dapat berpengaruh terhadap pelajaran ekonomi dan berdampak kepada rendahnya
hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan masalah di atas, masalah-masalah tersebut cenderung ditimbulkan oleh
menotonnya metode pembelajaran, sehingga diperlukan suatu rekayasa untuk menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah
pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya
sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari
untuk memperoleh hasil belajar.
Strategi pembelajaran aktif didesain untuk menghidupkan kelas karena siswa ikut dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar menyenangkan karena pembelajaran yang
tidak menoton dan meningkatkan keterlibatan secara fisik dan mental (silberman dan melvin, 2007).
Pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu: pembelajaran berpusat pada
siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan penilaian (Joni, R dalam Nurhayati,
2008).
Salah satu strategi pembelajaran aktif adalah strategi pembelajaran Index Card Match (ICM). Pembelajaran Index Card Match adalah pembelajaran yang penggunaannya dengan cara memasangkan
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
kartu-kartu yang berisikan suatu materi pembelajaran yang sedang diajarkan. Menurut Suprijono (2010:
120) Index Card Match adalah metode mencari pasangan kartu cukup menyenangkan digunakan
untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Model pembelajaran teknik
Index Card Match merupakan teknik pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa menjadi tertarik untuk belajar karena teknik index card match menerapkan cara belajar sambil bermain yang
membuat siswa tidak bosan atau jenuh serta dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran ICM lebih menekankan kepada keaktifan siswa dan membangun pengetahuannya baik dalam belajar mandiri
maupun belajar kelompok (Zaini,dkk. 2008).
Berdasarkan penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2010), dengan Penerapan strategi pencocokan Index Card Match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
biologi siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dan sejalan dengan pendapat peneliti
sebelumnya Kamila (2010) yang juga mengatakan dengan menggunakan metode penerapan strategi
pembelajaran aktif Index Card Match untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan koloid dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan,
maka akan dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Index Card Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X1 SMAN 6 Pekanbaru.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Index Card Match Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X1 SMAN 6 Pekanbaru.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Penerapan Metode Pembelajaran
Aktif Index Card Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X1 SMAN 6
Pekanbaru.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pembelajaran Aktif Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran
(Hamalik, 2011: 57). Suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yaitu pembelajaran aktif (active learning).
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif,
dimana siswa yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan pembelajaran aktif, siswa secara secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran,
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata (Zaini, dkk, 2008).
Menurut Kemendiknas dalam (Sudrajat, 2010) Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2.2 Index Card Match Index Card Match adalah metode mencari pasangan kartu cukup menyenangkan digunakan
untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya (Suprijono, 2010: 120).
Selanjutnya Silberman (2007: 240), menyatakan Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran, ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan
memainkan kuis dengan kawan sekelas.
Adapun tujuan metode pembelajaran aktif index card match ini adalah untuk memberikan para
siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Ciri-ciri metode pembelajaran aktif index
card match: (1) Metode ini menggunakan kartu, (2) Kartu di bagi menjadi dua berisi satu pertanyaan
dan satu untuk jawaban, (3) Metode ini dilakukan dengan cara berpasangan, (4) Setiap pasangan membacakan pertanyaan dan jawaban (Kurniawati dalam Margana, 2010).
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
Menurut Suprijono (2010: 120) langkah-langkah pembelajaran metode index card match adalah
sebagai berikut:
a. Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas. b. Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. c. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. setiap kertas
berisi satu pertanyaan.
d. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. f. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain mendapatkan jawaban.
g. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, jelaskan kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar
mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap
pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada
teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. i. Akhiri proses ini dengan membuat klasifikasi dan kesimpulan.
2.3 Hasil Belajar Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik,
2006: 30). Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motorik. Unsur subjektif adalah unsur
rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku
tersebut.
Menurut Purwanto (2011: 54), hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Untuk memberikan gambaran tentang penelitian ini, maka dapat dijelaskan melalui kerangka pemikiran berikut:
Solusi untuk pemecahan
masalah yaitu: Dengan menggunakan metode
pembejaran aktif index
card match yang dapat melibatkan siswa belajar
secara aktif, dapat
memecahkan masalah
dan lebih memperhatikan pada
saat proses belajar.
Permasalahan:
1. Siswa kurang aktif 2. Pembelajaran yang
monoton, seperti metode ceramah
3. keadaan siswa kurang kondusif (siswa ribut di dalam kelas dan
bercerita dengan
temannya)
4. Siswa kurang memperhatikan pada
saat proses belajar.
3
Meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata
pelajaran ekonomi.
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
2.5 Hipotesis Tindakan Rumusan hipotesis penelitian ini adalah: jika diterapkan metode pembelajaran aktif Index Card
Match maka dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMAN 6 Pekanbaru.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2012: 3). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan secara partisipasi atau kolaborasi guru, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan
penyusunan rencana tindakan dilanjutkan pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi-diskusi
yang bersifat analitik yang kemudian dilanjutkan kepada langkah refleksi-evaluatif atas kegiatan yang
telah dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi atau pembetulan, atau penyempurnaan pada siklus kedua dan seterusnya.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 6 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan dimulai semester genap
tahun ajaran 2012/2013.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 6 Pekanbaru, pada tahun ajaran
2012/2013. Jumlah siswa seluruhnya 30 orang dengan jumlah siswa laki-laki 12 dan jumlah siswa
perempuan 18 0rang dengan karakteristik siswa yang masih heterogen. Kelas penelitian ini diambil karena hasil belajar siswanya yang rendah.
3.4 Desain Penelitian Desain penelitian tindakan kelas (PTK) seperti yang digambarkan dibawah ini:
Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Arikunto, 2012: 16)
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi
Peningkatan hasil
belajar
Pengamatan
Refleksi Awal
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
Menurut Arikunto (2012: 16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
1. Perencanaan yaitu menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2. Tindakan yaitu rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. 3. Pengamatan atau observasi, dilaksanakan guru dengan menggunakan lembar pengamatan. 4. Refleksi yaitu, mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data
yang telah terkumpul.
3.5 Instrumen Penelitian
Di dalam instrumen penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran pada penelitian ini terdiri dari: a. Silabus
Silabus merupakan rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas dan
penilaian hasil belajar dikelas untuk mencapai suatu kompetensi. Silabus tersebut menggambarkan
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai suatu kompetensi. Komponen-komponen penyusun silabus terdiri atas: tujuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, kegiatan
pembelajaran, indikator, materi, alokasi waktu, sarana dan sumber belajar, serta penilaian.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
silabus. RPP disusun secara sistematis yang memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. c. Buku Panduan Siswa
Buku panduan siswa adalah buku pegangan yang digunakan siswa sebagai pedoman dalam
pembelajaran. d. Kartu indeks
Kartu indeks merupakan kartu soal dan kartu jawaban. Terdiri dari dua jenis kartu yaitu kartu
soal yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu jawaban yang berisi jawaban-jawaban soal.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data ini dikumpulkan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan memberikan tes hasil
belajar pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 6 Pekanbaru. Data pada penelitian ini diperoleh melalui pemberian test tertulis berbentuk essay. Data hasil belajar diperoleh dari ulangan harian, sedangkan
data untuk aktivitas guru dan siswa dengan cara observasi langsung menggunakan lembar observasi.
3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang diterapkan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan
untuk mendeskripsikan data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan hasil belajar siswa. Analisis data tentang ketuntasan hasil belajar siswa dilakukan
dengan melihat ketuntasan secara individu dan ketuntasan secara klasikal.
1. Hasil Belajar Siswa a. Ketuntasan Belajar Siswa Pengukuran penguasaan terhadap materi pelajaran mengacu pada ketuntasan belajar.
Ketuntasan belajar siswa dapat ditinjau dari dua sisi yaitu secara individu dan klasikal.
1) Ketuntasan belajar secara individu
=
100 % (rezeki, 2009: 5)
Keterangan:
KI = Ketuntasan Individu SS = Skor Hasil Belajar Siswa
SMI = Skor Maksimal Ideal
Secara individu, seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan belajar minimal 65% dari seluruh pembelajaran (Mulyasa,
2006: 99).
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
2) Ketuntasan belajar klasikal
=
100% (rezeki, 2009: 5)
Keterangan:
KK = Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar JST = Jumlah Siswa yang Tuntas
JS = Jumlah Seluruh Siswa
Analisis data tentang ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dilakukan
dengan membandingkan skor hasil belajar dengan KKM yang dietetapkan. Adapun KKM yang ditetapkan oleh SMAN 6 Pekanbaru khususnya pada mata pelajaran ekonomi yaitu 80. Keberhasilan
kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas (Mulyasa, 2006: 99). Artinya 85% dari jumlah siswa dalam kelas memperoleh nilai minimal 80 (batas KKM).
1. Aktivitas Siswa dan Guru Analisis data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa didasarkan dari hasil lembar pengamatan
atau observasi selama proses pembelajaran. Pengisian lembar pengamatan atau observasi dilakukan dengan cara mengisi kolom skor pada perilaku-perilaku yang muncul baik guru maupun perilaku siswa.
Perhitungan skor akan dilakukan dengan menggunakan rumus:
=
100% Sudijono (2009: 43)
Keterangan:
P = Angka Persentase f = Frekuensi Aktivitas Siswa
N = Jumlah Siswa
Tabel 3.1 Interval dan kategori aktivitas siswa
% Interval Kategori
75% - 100% Baik Sekali
65% - 74% Baik
55% - 64% Cukup
54% Kurang Sumber: Anonym dalam Yulia (2011: 43)
Tabel 3.2 Interval dan kategori aktivitas guru
% Interval Kategori
91% - 100% Baik Sekali
71% - 90% Baik
61% - 70% Cukup
60% Kurang Sumber: Anonym dalam Yulia (2011: 43)
3.8 Indikator Kinerja Penelitian ini bisa dikatakan berhasil apabila: 1. Hasil Belajar a) Kemampuan siswa secara individu dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan yakni
paling sedikit mencapai Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) 80%.
b) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai angka 85% dengan kata lain 85% siswa dikelas tersebut sudah tuntas belajar secara individu atau mendapatkan nilai KKM.
2. Aktivitas siswa dan guru secara keseluruhan semakin meningkat mencapai 85%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
4.1.1 Tahap Persiapan
Peneliti telah mempersiapkan semua instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat
pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus (lampiran
A), rencana pelaksanaan pembelajaran untuk empat kali pertemuan yang mana setiap RPP terdiri dua kali pertemuan (lampiran B), kartu soal dan kartu jawaban untuk empat kali pertemuan (lampiran C) ,
latihan individu (lampiran D) untuk empat kali pertemuan, dan kunci jawaban latihan individu setiap
pertemuan (E). Sedangkan instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar pengamatan yaitu rubrik pengamatan aktivitas guru (lampiran F) dan lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran G). Perangkat
tes hasil belajar IPS terdiri dari soal ulangan harian I dan ulangan harian II (lampiran H)
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan guru mata pelajaran Ekonomi kelas XI IPS 1 mengenai prestasi siswa dikelas dan peneliti juga meminta data nilai ulangan
terakhir kelas XI IPS 1 yang akan dijadikan skor dasar dan sebagai pedoman penentuan kelompok
belajar siswa. Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan akademik siswa. Jumlah kelompok yang
dibentuk ada lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari enam orang siswa.
4.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali dalam seminggu yang terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 45 Menit) setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian
ini dilakukan sebanyak dua siklus, yaitu siklus pertama terdiri dari tiga kali pertemuan dimana dua kali
pertemuan untuk menyajikan materi, dan satu kali pertemuan untuk ulangan harian pertama. Siklus kedua terdiri dari 3 kali pertemuan dimana dua kali pertemuan untuk menyajikan materi, dan satu kali
pertemuan untuk ulangan harian kedua.
4.2 Analisis Hasil Tindakan Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa serta data tentang aktifitas
guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
4.2.1 Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran
a. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran Observasi aktivitas guru dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
penerapan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM). Data aktivitas guru diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa (Lampiran F dan G). Aktivitas guru selama proses
pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel rata-rata persentase aktifitas guru di bawah ini:
Tabel 4.1 Rata-Rata Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus Pertama
Pertemuan Aspek yang diamati Persentase rata-rata 1 2 3 4
1 3 2 4 3 75 2 3 3 4 3 81,25
Rata-rata 78,12 Kategori Baik
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan pertama siklus pertama yang diperoleh
dari aktivitas guru adalah rata-rata 75% (kategori baik) sedangkan pertemuan kedua aktivitas guru diperoleh rata-rata 81,25% (kategori baik). Sebenarnya skor yang diperoleh pada pertemuan pertama
dapat digolongkan ke kategori baik, namun nilainya masih rendah karena peneliti belum bisa sabar
dalam menghadapi siswa, masih belum bisa menggunakan bahasa yang benar-benar dimengerti oleh siswa dan lupa menyampaikan tujuan pembelajaran dan kurang tepat dalam menempatkan siswa dalam
kelompoknya. Tetapi pada pertemuan kedua peneliti telah menunjukkan bahwa peneliti sudah mulai
terbiasa dengan keadaan kelas dan sudah mulai mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan sehingga persentase rata-rata aktivitas guru dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua
meningkat yaitu 81,25%. Rata-rata aktivitas guru pada siklus pertama adalah 78,12% (kategori baik).
Observasi guru juga dilakukan pada siklus kedua pertemuan ketiga dan keempat. Adapun persentase
rata-rata aktivitas guru pada siklus kedua pertemuan ketiga dan keempat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Rata-Rata Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus Kedua
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
Pertemuan Aspek yang diamati Persentase rata-rata 1 2 3 4
3 3 3 4 4 87,5 4 4 3 4 4 93,75
Rata-rata 90,62 Kategori Baik sekali
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus kedua aktivitas guru pada pertemuan ketiga
memperoleh rata-rata 87,5% (kategori baik), sedangkan pertemuan keempat aktivitas guru diperoleh
rata-rata 93,75% (kategori baik sekali). Jadi, rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus kedua adalah 90,62% (kategori baik). Dapat dilihat pada tabel di atas, setiap pertemuannya mengalami peningkatan
skor karena peneliti sudah sangat terbiasa dengan penggunaan metode pembelajaran ICM dalam proses
pembelajaran. Dibawah ini ada perbandingan rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus pertama dan kedua yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 perbandingan Rata-Rata Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus Pertama dan Kedua
Siklus Pertemuan Persentase aktivitas Rata-rata 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
75% 81,25%
78,12%
II Pertemuan 3 Pertemuan 4
87,5% 93,75%
90,62%
Dari tabel di atas dapat dilihat persentase aktivitas guru pada siklus pertama pada pertemua 1
adalah 75% yang dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi 81,25% yang
dikategorikan baik dengan peningkatan 6,25% dengan rata- rata 78,12%. Siklus kedua pada pertemuan 3 mengalami peningkatan menjadi 87,5% kategori baik dan pertemuan 4 meningkat menjadi 93,75%
kategori baik sekali dengan peningkatan sebesar 6,25% dengan rata- rata 90,62%. Dari hasil di atas
dapat diketahui bahwa aktivitas guru di siklus pertama ke siklus kedua meningkat.
b. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran. Observasi aktivitas siswa dilakukan dari awal pembelajaran sampai proses pembelajaran
berakhir. Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan (partama dan kedua) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Siklus Pertama
Pertemuan
Aspek yang diamati Persentase rata-rata 1 2 3 4
1 21 23 23 17 69,99 2 22 23 25 17 72,49
Rata-rata 71,24 Kategori Baik
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan pertama siklus pertama yang diperoleh
dari aktivitas siswa adalah rata-rata 69,99% (kategori baik) sedangkan pertemuan kedua aktivitas siswa diperoleh rata-rata 72,49% (kategori baik). Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas siswa pada
siklus pertama adalah 71,24% yang dikategorikan baik. Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus
kedua pertemuan (ketiga dan keempat) dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Siklus Kedua
Pertemuan
Aspek yang diamati Persentase rata-rata 1 2 3 4
3 23 21 28 22 78,33% 4 25 26 29 26 88,32%
Rata-Rata 83,32% Kategori Baik sekali
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan ketiga siklus kedua yang diperoleh dari aktivitas siswa adalah rata-rata 78,33% (kategori baik sekali) sedangkan pertemuan keempat
aktivitas siswa diperoleh rata-rata 88,32% (kategori baik sekali). Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-
rata aktivitas siswa pada siklus kedua adalah 83,33% yang dikategorikan baik sekali. Di bawah ini ada
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
perbandingan rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus pertama dan kedua yang ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel 4.6 Perbandingan Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Pada Siklus Pertama dan Kedua
Siklus Pertemuan Persentase aktivitas Rata-rata I Pertemuan 1
Pertemuan 2 69,9% 72,49%
71,24%
II Pertemuan 3 Pertemuan 4
78,33% 88,32%
83,32%
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan1 69,99%
yang dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi 72,49% yang dikategorikan
baik dengan peningkatan 2,5% dengan rata- rata 71,24%. Siklus kedua pertemuan 3 adalah 78,33% kategori baik sekali meningkat pada pertemuan 4 menjadi 88,32% dengan kategori baik sekali dengan
peningkatan sebesar 9,99% dengan rata- rata 83,32%. Dari hasil data di atas dapat diketahui bahwa
aktivitas siswa dari siklus pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan.
4.2.2 Hasil Belajar Siswa Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua dengan
menggunakan metode pembelajaran Index Card Match (ICM) pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 6
Pekanbaru tahun ajaran 2012-2013 dilakukan analisis hasil belajar IPS siswa yaitu peningkatan hasil
belajar IPS siswa.
a. Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar IPS siswa setelah
dilaksanakannya tindakan dengan cara membandingkan dengan skor dasar. Peningkatan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Hasil Belajar IPS Siswa
Siklus
Siswa yang
hadir Rata-rata
kelas Persentase peningkatan hasil belajar
Skor dasar ke
UH I UH I ke UH II
Skor dasar 30 orang 78,5 7,66%
3,84% Ulangan
harian I 30 orang 86,16
Ulangan harian II
30 orang 90
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS dari skor dasar ke
siklus pertama yaitu dari rata-rata 78,5 menjadi 86,16 dengan peningkatan sebesar 7,66%. Peningkatan hasil belajar IPS dari siklus pertama ke siklus kedua yaitu dari rata-rata 86,16 menjadi 90 dengan
peningkatan sebesar 3,84%
4.3 Pembahasan 4.3.1 peningkatan aktivitas guru dan siswa
Berdasarkan tabel rata-rata peningkatan persentase aktivitas guru pada siklus pertama pertemuan pertama adalah 75% yang dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan kedua
menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dengan peningkatan 6,25%. Siklus kedua pertemuan ketiga
mengalami peningkatan menjadi 87,5% dengan kategori baik dengan peningkatan 6,25% dan pertemuan keempat meningkat menjadi 93,75% kategori baik sekali dengan peningkatan 6,25%. Untuk lebih
jelasnya mmengenai peningkatan persentase aktivitas guru pada setiap pertemuan pada siklus pertama
dan kedua maka dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.1 peningkatan aktivitas guru pada siklus pertama dan kedua
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
Terlihat pada grafik diatas bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dari siklus pertama ke
siklus kedua, ini membuktikan bahwa guru telah memilih metode pembelajaran yang tepat bagi
perkembangan peserta didik dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Aktivaitas siswa dari siklus pertama ke siklus kedua juga meningkat. Berdasarkan tabel rata-
rata peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama adalah 69,99% yang
dikategorikan baik. Kemudian meningkat pada pertemuan kedua menjadi 72,49% yang dikategorikan baik dengan peningkatan 2,5%. Siklus kedua pertemuan ketiga adalah 78,33% kategori baik sekali
meningkat pada pertemuan keempat menjadi 88,32%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di
bawah ini: Gambar 4.2 peningkatan aktivitas siwa pada siklus pertama dan kedua
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selalu meningkat dari siklus pertama ke
siklus kedua. Pada siklus pertama, aktivitas siswa rendah yaitu 69,99% karena siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM). Setelah beberapa pertemuan, aktivitas
siswa semakin meningkat yang disebabkan karena siswa sudah terbiasa dan mengetahui secara jelas
mengenai aturan dan langkah-langkah pembelajaran dalam metode pembelajaran aktif Index Card
Match (ICM). Dari analisis data hasil belajar pada siklus pertama dan kedua menunjukkan bahwa penerapan
metode pembelajaran aktif ICM dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas XI IPS SMA 6
Pekanbaru tahun ajaran 2012-2013. Hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis yang diajukan jika diterapkan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM) maka dapat meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas XI IPS SMA 6 Pekanbaru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat
diterima.
4.3.2 Perbandingan Hasil Belajar IPS Siswa Sebelum Dan Sesudah Tindakan
Hasil Belajar IPS Siswa
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pertemuan I Perttemuan 2 Pertemua 3 Pertemuan 4
75%81,25%
87,50%93,75%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pertemuan I Pertemuan Pertemua 3 Pertemuan 4
70% 72,49%78,33%
88,32%
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
Berdasarkan ketuntasan skor dasar dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM) dengan hasil belajar siswa yang
belum menggunakan metode pembelajaran aktif Index Card Match (ICM). Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Peningkatan Hasi Belajar Siswa
Rata-rata hasil belajar siswa Skor dasar Siklus I Siklus II
78,5 86,16 90 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran
aktif ICM lebih tinggi dari pada hasil belajar yang belum menggunakan metode pembelajaran aktif ICM.
Peningkatan hasil belajar IPS dari skor dasar ke siklus pertama yaitu dari rata-rata 78,5 menjadi 86,16 dengan peningkatan sebesar 7,66%. Peningkatan hasil belajar IPS dari siklus pertama ke siklus kedua
yaitu dari rata-rata 86,16 menjadi 90 dengan peningkatan sebesar 3,84%. Dapat dilihat bahwa hasil
belajar IPS sebelum dan sesudah tindakan mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar itu dapat
ditunjukkan pada grafik di bawah ini: Gambar 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Dari beberapa grafik di atas, hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua meningkat,
ini membuktikan bahwa metode pembelajaran aktif ICM dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS dibandingkan proses pembelajaran yang tidak menggunakan metode
pembelajaran aktif ICM. Metode pembelajaran aktif ICM sangat dapat meningkatkan hasil belajar siswa
karena dalam metode pembelajaran aktif ICM ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar,
meningkatkan keaktifan siswa, membuat siswa lebih sportif dalam pembelajaran, meningkatkan rasa tanggung jawab, kerja sama dan sosial siswa dalam kelompok belajar sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
metode pembelajaran aktif index card match dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI
IPS SMAN 6 Pekanbaru, peningkatan hasil belajar itu tergambarkan melalui penjelasan sebagai berikut: 1) Rata-rata peningkatan persentase aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 adalah 75%.
Kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi 81,25% dengan peningkatan 6,25%. Siklus II
pertemuan 3 mengalami peningkatan 87,5% dengan peningkatan 6,25% dan pertemuan 4 meningkat menjadi 93,75% dengan peningkatan sebesar 6,25%. Rata-rata peningkatan aktivitas siswa pada siklus
I pertemuan 1 adalah 69,99%. Kemudian meningkat pada pertemuan 2 menjadi 72,49% dengan
peningkatan 2,5%. Siklus II pertemuan 3 adalah 78,33% meningkat padfa pertemuan 4 menjadi 88,32% dengan peningkatan sebesar 9,99%.
2) Penerapan metode pembelajaran aktif ICM dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa dari skor dasar ke siklus pertama yaitu dari rata-rata 78,5% menjadi 86,16%
10
30
50
70
90
Skor dasar Siklus I Siklus II
78,586,16 90
-
Vol 2 No 1 Juli 2013
Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR, ISSN :2337-652X
dengan peningkatan sebesar 7,66% dan peningkatan hasil belajar dari siklus pertama ke siklus kedua
yaitu rata-rata 86,16% menjadi 90% dengan peningkatan sebesar 3,84%.
5.2 SARAN Dari kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian diatas maka peneliti mengajukan beberapa
saran yang berhubungan dengan penerapan metode pembelajaran aktif index card match (ICM) pada
pembelajaran IPS yaitu: 1. Kepada guru atau pendidik dapat menerapkan pembelajaran aktif index card match untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dalam proses pembelajaran guru harus memberikan perhatian yang lebih untuk siswa yang berkemampuan kurang.
3. Dalam penerapan metode ini guru sebaiknya dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau melaksanakan pembelajaran ICM agar
dapat mengkombinasikan dengan menggunakan media pembelajaran yang lain supaya dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Misalnya menggunakan media seperti
infocus, peta konsep, dll.
5. Peneliti selanjutnya yang melaksanakan penelitian pembelajaran ICM sewaktu membimbing siswa dalam menemukan pasangannya format penilaiannya tidak boleh dilepas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Lestari, sri. 2010. Penerapan strategi pencocokan kartu indeks (index card match) untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X AI MA Darul Hikmah Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/2010.
Margana. 2011. Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Index
Card Match Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 01 Kopeng Tahun Ajaran 2011/2012.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Rosdakarya: Bandung.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rezeki, Sri. 2009. Analisis Data Dalam Penilitian Tindakan Kelas. Seminar Pendidikan Matematika Guru SD/SMP/SMA Se RIAU. PKM Universitas Riau. 07 November.
Setiawan, Iwan., dkk.2008. wawasan Sosial. Jakarta: Sindur Press.
Silberman, M. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudrajat, Akhmad. 2011. Ciri-Ciri Pembelajaran Aktif Di Kelas. http://AkhmadSudrajat.Blogspot.com
(diakses tanggal 13 desember 2012). Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta. Suprijono, agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Toeri Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yulia. 2011. Penerapan Metode Problem Solving Dalam Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X. 4 Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Di SMA Muhammadiyah I Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011.
Zaini, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Refika Aditama: Bandung.