Campak 2014

22
LI 1 MM Virus Morbili LO 1 definisi Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI). Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000) LO 2 Klasifikasi Berikut adalah klasifikasi virus berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1). Berdasarkan kandungan asam nukleatnya, virus diklasifikasikan menjadi dua. a) Ribovirus (virus RNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA. Contoh : togavirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis), arenavirus (penyebab meningitis), picornavirus (penyebab polio), orthomyxovirus (penyebab influenza), paramyxovirus (penyebab pes pada ternak), rhabdovirus (penyebab rabies), hepatitisvirus (penyebab hepatitis pada manusia), dan retrovirus (dapat menyebabkan AIDS). b) Deoksiribovirus (virus DNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA. Contoh : virus herpes (penyebab herpes), poxvirus (penyebab kanker seperti leukemia dan limfoma, ada pula yang menyebabkan AIDS), mozaikvirus (penyebab bercak-bercak pada daun tembakau), dan papovavirus (penyebab kutil pada manusia/papiloma). 2). Berdasarkan bentuk dasarnya, virus diklasifikasikan sebagai berikut.

description

wrap up

Transcript of Campak 2014

LI 1 MM Virus MorbiliLO 1 definisiMorbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI).Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)LO 2 KlasifikasiBerikut adalah klasifikasi virus berdasarkan ciri-ciri tertentu.

1). Berdasarkan kandungan asam nukleatnya, virus diklasifikasikan menjadi dua.1. Ribovirus (virus RNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA. Contoh : togavirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis), arenavirus (penyebab meningitis), picornavirus (penyebab polio), orthomyxovirus (penyebab influenza), paramyxovirus (penyebab pes pada ternak), rhabdovirus (penyebab rabies), hepatitisvirus (penyebab hepatitis pada manusia), dan retrovirus (dapat menyebabkan AIDS).1. Deoksiribovirus (virus DNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA. Contoh : virus herpes (penyebab herpes), poxvirus (penyebab kanker seperti leukemia dan limfoma, ada pula yang menyebabkan AIDS), mozaikvirus (penyebab bercak-bercak pada daun tembakau), dan papovavirus (penyebab kutil pada manusia/papiloma).

2). Berdasarkan bentuk dasarnya, virus diklasifikasikan sebagai berikut.1. Virus bentuk ikosahedral : bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi dengan sumbu rotasi ganda. Contoh virus polio dan adenovirus.1. Virus bentuk helikal: menyerupai batang panjang, nukleokapsidnya tidak kaku, berbentuk heliks, dan memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer, misal virus influenza dan TMV.1. Virus bentuk kompleks : Struktur yang amat kompleks dan pada umumnya lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya. Contoh poxvirus (virus cacar) yang mempunyai selubung yang menyelubungi asam nukleat.

3). Berdasarkan keberadaan selubung yang melapisi nukleokapsid, virus dibedakan menjadi dua :1. Virus berselubung, mempunyai selubung yang tersusun dari lipoprotein atau glikoprotein. Contoh poxvirus, herpesvirus, orthomyxovirus, paramyxovirus, rhabdovirus, togavirus, dan retrovirus.1. Virus telanjang. Nukleokapsid tidak diselubungi oleh lapisan yang lain. Contoh Adenoviruses, Papovaviruses, Picornaviruses, dan Reoviruses.

4). Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus diklasifikasikan sebagai berikut.1. Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus.1. Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus.1. Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus.1. Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus.1. Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus

5) Berdasarkan sel inangnya, virus diklasifikasikan sebagai berikut.1. Virus yang menyerang manusia, contoh HIV.1. Virus yang menyerang hewan, contoh rabies.1. Virus yang menyerang tumbuhan, contoh TMV.1. Virus yang menyerang bakteri, contoh virus T.

(Campbell, 2006)

Morbili adalah virus yang mengakibatkan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi. (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

Famili Paramyxovirus terbagi menjadi dua subfamili dan tujuh genera, enam diantaranya merupakan patogen bagi manusia. Anggota-anggota yang berada dalam satu genus menunjukan determinan antigenic yang sama. Meski virus dapat dibedakan secara antigenic reagen tertentu, hiperimunitas merangsang timbulnya antibodi reaksi silang yang bereaksi terhadap seluruh empat virus parainfluenza, virus gondongan, dan virus penyakit new castle. Semua anggota genera Respirovirus dan Rubulavirus memiliki aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase, keduanya dibawa oleh glikoprotein HN, serta memiliki sifat fusi membrane dan hemolisin, keduanya merupakan fungsi protein F.Genus Morbillivirus terdiri dari:virus campak (rubeola) yang menyerang manusia, serta virus distemper pada anjing, virus rinderpest yang menyerang hewan ternak, dan morbili virus akuatik yang menyerang mamalia laut. Virus virus ini secara antigenik terkait satu sama lain, tetapi tidaklah terkait dengan anggota genera lain. Protein F sangat dipertahankan di antara morbilivirus, sementara protein HN/G terlihat lebih bervariasi. Virus campak memiliki aktivitas hemaglutinin tetapi tidak neuraminidase. Virus campak memicu pembentukan inklusi intranuklear, sementara paramyxovirus lainnya tidak. Genus Henipavirus mengandung paramyxovirus zoonotik yang mampu menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia. Virus Hendra dan Nipah, keduanya dijumpai dalam tubuh kelelawar buah, merupaka anggota genus ini. Virus virus ini tidak memiliki aktivitas neuraminidase.Genus Pneumovirus diantaranya ada:Respiratory syncytial virus pada manusia dan hewan ternak serta virus pneumonia pada mencit. Ada dua galur respiratory syncytial virus pada manusia yang berbeda secara antigenik, yaitu subgrup A dan B. Glikoprotein permukaan pneumovirus yang lebih besar tidak menunjukan aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase yang merupakan yang merupakan ciri khas respiravirus dan rubula virus sehingga dinamakan protein G. protein F milik respiratory syncytial cirus menunjukkan aktivitas fusi membrane, tetapi tidak menunjukan aktivitas hemolisin. Genus Metapneumovirus terdiri dari patogen di saluran napas manusia yang baru ditemukan. (Jawetz, 2013)Paramyxovirus FamilyGenusMembersGlikoprotein

Paramyxovirushuman parainfluenza virus1 (HPIV 1) human parainfluenza virus3 (HPIV 3)HN, F

Rubulavirushuman parainfluenza virus2 (HPIV 2) human parainfluenza virus4 (HPIV 4) Mumps virusHN,F

MorbilivirusMeaslesH,F

PneumovirusRespiratory syncytial virusG,F

LO 3 Morfologi dan strukturSecara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota family paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus (peplos) yang penuh dengan tonjolan-tonjolan serta mudah sekali rusak karena pengaruh penyimpanan, pembekuan, dan pencairan atau pengolahan. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya. (Handayani, 2005)

1. Virus campak atau morbilli adalah virus RNA. 1. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus.1. Virus campak mempunyai 6 protein struktural : 3 di antaranya tergabung dengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu: - Pospoprotein (P),- protein ukuran besar (L)- nukleoprotein (N).3 protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu: - protein fusi (F), - protein hemaglutinin (H)- protein matrix (M)Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikuti dengan penetrasi (virus memasukkan materi genetic) dan hemolysis (penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit). Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi (daya pengikatan antigen virus dengan eritrosit), perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggungjawab pada fusi virus dengan membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus.1. Virus campak mempunyai 1 tipe antigen (monotype), yang bersifat stabil. 1. Virus campak mempunyai sedikit variasi genetik pada protein F dan H, sehingga dapat menghindari antibodi monoklonal yang spesifik terhadap protein tersebut. Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh sera poliklonal. 1. Pada strain virus campak yang berbeda, variasi genetik juga terjadi pada protein P dan N yang belakangan diketahui mengandung region yang mengkode residu asam amino C terminal. 1. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya

VIrionBulat, pleomorfik, berdiameter 150-300 nm

komposisiRNA (1%), protein (73%), lemak (20%), karbohidrat (6%)

GenomRNA rantai tunggal, lurus, tidak bersegmen, negative-sense

Protein Enam protein struktural

AmplopMengandung glikoprotein hemagglutinin dan glikoprotein fusi

ReplikasiSitoplasma; partikel bertunas dari membran plasma

Ciri khasStabil secara antigen, partikel labil snagat infeksius

Virus Campak / Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai tunggal, dari keluarga Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus campak hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaanVirus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah (Soegeng Soegijanto, 2002)

LO 4 Daur hidup Secara umum siklus hidup virus ada 5 macam:1. Attachment : ikatan khas diantara viral capsid protein dan spesifik reseptor pada permukaan sel inang. Virus akan menyerang sel inang yang spesifik.1. Penetration : virus masuk ke sel inang menembus secara endytocsis atau melalui mekanisme lain.1. Uncoating : proses terdegradasinya viral kapsid oleh enzim viral atau host enzymes yang dihasilkan oleh viral genomic nudwic acid.1. Replication : replikasi virus, litik atau lisogenik.pada daur litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan reproduksi, sedangkan pada daur lisogenik, virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi dengan DNA sel bakteri, sehingga jika bankteri membelah atau berkembang biak virus pun ikut membelah.1. Release : virus dilepaskan dari sel inang melalui lisis.

Siklus replikasi paramiksovirus

A. PERLEKATAN, PENETRASI, DAN SELUBUNG VIRUSParamiksovirus melekat pada sel pejamu melalui glikoprotein hemaglutinin (protein HN atau N). Pada kasus virus campak,reseptornya adalah molekul membrane CD46. Lalu, selubung virion berfusi dengan membrane sel melalui kerja produk pembelahan glikoprotein fusi F1. Jika prekursor F0 tidak dibelah, precursor ini tidak memilki aktifitas fusi, tidak terjadi penetrasi virion; dan partikel virus tidak dapat memulai infeksi. Fusi oleh F1 terjadi pada lingkungan ekstraselular dengan pH netral, memungkinkan pelepasan nukleokapsid virus secara langsung ke dalam sel. Dengan demikian, paramiksovirus dapat melewati internalisasi melalui endosome.

B. TRANSKRIPSI, TRANSLASI, SERTA REPLIKASI RNAParamiksovirus mengandung genom RNA untai negatif yang tidak bersegmen. Transkripsi messenger RNA dibut di dalam sitoplasma sel oleh polymerase RNA virus. Tidak dibutuhkan primer eksogen dan dengan demikian tidak bergantung pada fungsi sel inti. mRNA jauh lebih kecil daripada ukuran genom; masing-masing mewakili gen tunggal. Sekuens regulasi transkripsional pada gen membatasi awal dan akhir transkripsi sinyal. Posisi relative gen terhadap ujung 3 genom berkaitan dengan efisiensi transkripsi. Kelas transkripsi yang paling banyak dihasilkan oleh sel terinfeksi, berasal dari gen NP, terletak paling dekat dengan ujung 3 genom, sedangkan yang lebih sedikit berasal dari gen L, terletak di ujung 5.Protein virus disintesis di dalam sitoplasma dan jumlah masing-masing produk gen berkaitan dengan kadar transkrip mRNA dari gen tersebut. Glikoprotein virus disintesis dan mengalami glikosilasi di dalam jalur sekresi.Kompleks protein polymerase virus (protein P dan L) juga berperan untuk replikasi genom virus. Untuk berhasil menyintesis cetakan antigenom rantai positif intermedia, kompleks polymerase harus mengabaikan sinyal terminasi yang tersebar pada perbatasan gen. seluruh panjang genom progeny dikopi dari cetakan antigenom. Genom paramiksovirus yang tidak bersegmen meniadakan kemungkinan penyusunan ulang segmen gen (yaitu, genetic reassortment) sehingga penting bagi perjalanan alamiah virus influenza. Protein permukaan HN dan F paramiksovirus menunjukkan variasi genetic yang minimal dalam jangka waktu yang lama. Mengejutkan bahwa virus tersebut tidak mengalami antigenic drift akibat mutasi yang terjadi saat replikasi, karena RNA polymerase rentan terhadap terjadinya kesalahan. Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa hamper semua asam amino di dalam struktur primer glikoprotein paramiksovirus dapat terlibat di dalam peran pembentukan atau fungsional, meninggalkan kesempatan yang kecil untuk substitusi yang secara jelas tidak akan menghilangkan viabilitas virus.

C. MATURASIVirus matang dengan membentuk tonjolan dari permukaan sel. Nukleokapsid progeni terbentuk di dalam sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Mereka ditarik ke suatu tempat di membrane plasma yang bertaburan duri glikoprotein HN dan F0 virus. Protein M penting untuk oembentukan partikel, mungkin membentuk hubungan antarac selubung virus dan nukleokapsid. Saat penonjolan, sebagian besar protein pejamu dikeluarkan dari membrane.Jika terdapat protease sel pejamu yang sesuai, protein F0 di dalam membrane plasma akan diaktivasi oleh pembelahan. Protein fusi yang teraktivasi kemudian akan menimbulkan fusi membrane sel disekitarnya, dan menghasilkan pembentukan sinsitium yang besar. Pembentukan sinsitium adalah respons yang umum terhadap infeksi paramiksovirus. Inklusi sitoplasma asidofili secara teratur dibentuk. Inkulusi diyakini menggambarkan tempat sintesis virus dan ditemukan mengandung protein virus dan nukleokapsid yang dapat dikenali. Virus campak juga menghasilkan inklusi intranukleus. LI 2 MM CampakLO 1 DefiniCampak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbilli , atau measles. Campak ditandai oleh 3 stadium: (1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda atau gejala-gejala; (2) stadium prodromal dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtvis ringan , koryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3) stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka , tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).

LO 2 EtiologiCampak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne). (Behrman.R.E. et al, 1999).Virus campak adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunai satu antigen. Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitits epidemis dan parainfluenza.Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada sekret nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar. Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0 C dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan inefektifitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus campak akan mudah hancur pada sinar ultraviolet.

Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul. Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul. (Berhman.R.E. et al, 1999)

LO 3 TransmisiTransmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak (Rampengan, 1997).

LO 4 Patogenesis dan Patofisiologis

Patofisio dan patogenesisVirus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran napas, dan disini ia berkembang biak secara lokal; infeksi kemudian menyebar ke jaringan limfe regional, lalu terjadi perkembangbiakan lebih lanjut. Viremia primer menyebarkan virus yang kemudian bereplikasi di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder menebarkan virus ke permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran napas, dan konjungtiva, tempat terjadi replikasi fokal. Campak dapat bereplikasi di limfosit-limfosit tertentu yang membantu penyebaran keseluruh tubuh. Sel raksasa multinuklear dengan inklusi intranuklear terlihat di dalam jaringan limfe di sekujur tubuh (kelenjar limfe, tonsil, apendiks). Peristiwa ini terjadi sepanjang periode inkubasi, yang biasanya bertahan selama 8-12 hari, tetapi dapat bertahan hingga 3 minggu pada orang dewasa. Selama fase prodromal (2 4 hari) dan 2 5 hari pertama ruam, virus dijumpai di dalam air mata, sekresi hidung dan tenggorok, rine dan darah. Ruam makulopapular yang khas tampak di hari ke 14 begitu antibodi terdeteksi di dalam sirkulasi, viremia menghilang, dan demam menurun. Ruam muncul akibat interaksi sel T imun dengan sel yang terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan bertahan sekitar 1 minggu. (pada penderita yang mengalami gangguan imunitas berperantara sel, ruam tidak timbul.)Keterlibatan sistem saraf pusat tergolong sering pada campak. Ensefalitis simtomatik dijumpai disekitar 1:1000 kasus. Karena virus yang terinfeksius jarang dijumpai di dalam otak, reaksi autoimun diduga berperan menyebabkan komplikasi ini. Sebaliknya, dapat dijumpai ensefalitis badan inklusi campak progresif pada pasien yang mengalami gangguan imunitas berperantara sel. Pada bentuk penyakit yang biasanya mematikan ini, virus yang sedang aktif bereplikasi dijumpai di dalam otak. Komplikasi campak tahap lanjut adalah sebacute sclerosing panenchepalitis (SSPE). Penyakit yang mematikan ini timbul tahunan setelah infeksi campak pertama dan disebabkan oleh virus yang tetap berada di dalam tubuh pasca infeksi campak akut. Sejumlah besar antigen campak muncul dalam badan inklusi pada sel otak yang terinfeksi, tetapi hanya ada beberapa partikel virus yang matang. Replikasi virus yang mengalami gangguan karena kurangnya produksi satu atau dua produk gen virus yang biasanya adalah protein matriks. (Jawetz, 2013)

PatogenesisCampak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi. Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag (Cherry, 2004). Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak (Soedarmo dkk., 2002).

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulitHariManifestasi

0Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau kemungkinan konjungtiva, Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3Viremia primer

3-5Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7Viremia sekunder

7-11Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas

11-14Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

14-17Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feigin et al. 2004. Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5 thedition

Patofisiologi :Droplet Infection (virus masuk)Berkembang biak dalam RESKeluar dari RES keluar sirkulasiPirogen :- pengaruhi termostat dalam hipotalamusTitik setel termostat meningkatSuhu tubuh meningkat- pengaruhi nervus vagus pusatmuntah di medula oblongata.- muntah- anorexia- malaiseMengendap pada organ-organ yangsecara embriologis berasal dari ektoderm seperti pada :- Mukosa mulutinfiltrasi sel-sel radang mononuklear pada kelenjar sub mukosa mulutKoplik`s spot- KulitPloriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam koriumTerjadi eksudasi serum dan kadang-kadang eritrsit dalam epidermisRash/ ruam kulit Konjunctivaterjadi reaksi peradangan umum KonjuctivitisFotofobia- mukosa nasofaring dan broncusinfiltrasi sel-sel sub epitel dan sel raksasa berinti banyakReaksi peradangan secara umumPembentukan eksudat serosa disertai proliferasi sel monokuler dan sejumlah kecil pori morfonuklearCoriza/ pilek, cough/ batukSal. CernaHiperplasi jaringan limfoid terutama pada usus buntu mukosa usus teriritasi kecepatan sekresi bertambah pergerakan usus meningkat diare

LO 5 Manifestasi KlinikStadium inkubasi Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.Stadium prodromal Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radangKoplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium erupsiPada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983).Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali (Phillips, 1983).Menurut rumah Sakit Panti Rapih :Hari 1-3 :1. Demam tinggi.1. Mata merah dan sakit bila kena cahaya.1. Anak batuk pilek1. Mungkin dengan muntah atau diare.Hari 3- 4 :1. Demam tetap tinggi.1. Timbul ruam / bercak-bercak merah pada kulit dimulaiwajah dibelakang telinga menyebar cepat ke seluruh tubuh.1. Mata bengkak terdapat cairan kuning kentalBila ruam timbul waktu demam turun dan dengan penyebaran yang tidak khas, dan penderita berumur < 2tahun, bukan merupakan penyakit campak tetapi Eksantema Subitum / Roseola Infantum ( infeksi virus Herpes tipe 6 dan 7)Hari 4 6 :1. Ruam berubah menjadi kehitaman dan mulai mengering1. Selanjutnya mengelupas secara berangsur-angsur1. Akhirnya kulit kembali seperti semula tanpa menimbulkan bekas1. Hilangnya ruam sesuai urutan timbulnya.

LO 6 Diagnosis (anamnesis, pf, pp)

Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan serologik atau virologik yang positif yaitu bila terdapat demam tinggi terus-menerus 38,50 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan,mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), sering kali diikuti diare.Pada tahap ini,muncul kemerahan pada mukosa mulut, dengan bintik-bintik yang muncul pada bagian dalam bibir dan pipi muncul ruam makulopapular yang dimulai pada wajah, belakang telinga, sayap hidung, sekitar mulut dan dagu yang didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Hal ini mengakibatkan anak mengalami kejang demam.Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Dua sampai tiga hari kemudian ruam makulopapular menjadi lebih besar dan menyatu, demam mereda dan kondisi umum mulai membaik. Pada hari selanjutnya exanthematous mulaiuntuk membersihkan lesikulit dan pengelupasan kulit. (widoyono, 2011)

Diagnosis BandingDiagnosis banding morbili diantaranya :1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul tidak seberat campak.3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal. 4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa (Alan R. Tumbelaka, 2002).Campak yang termodifikasiPenyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala apapun (Cherry, 2004).Campak atipikalDidefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikanMasa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160 (Cherry, 2004). LO 7 KomplikasiCampak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :a) BronkopneumoniaMerupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.b) EncephalitisKomplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi (IDAI, 2004).d) KonjungtivitisKonjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.e) Otitis MediaGendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.f) DiareDiare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita campak (Soegeng Soegijanto, 2002)g) Laringotrakheitis Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan trakeotomi.h) JantungMiokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya.i) Black measlesMerupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata (Cherry, 2004).

LO 8 TatalaksanaPengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total (Cherry, 2004). Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul (IDAI, 2004)LO 9 PencegahanPencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak (IDAI, 2004).PrognosisCampak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka prognosisnya baik (Rampengan, 1997).KesimpulanPencegahan penyakit campak dengan melakukan imunisasi terhadap bayi sangat penting karena insidensi campak terutama pada anak usia