makalah campak

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat. Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun (Balita) akan tatapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. apa pengertian campak? 2. bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak? 1

Transcript of makalah campak

Page 1: makalah campak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun

adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini

menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden

terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara

berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.

Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi

dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di

bawah lima tahun (Balita) akan tatapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah

banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya.

Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi

komplikasi penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. apa pengertian campak?

2. bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?

3. bagaimana etiologi, epidemiologi, patofisiologi dan gejala klinis penyakit campak?

4. Bagaimana pencegahan penyakit campak?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian campak

2. Untuk mengetahui etiologi, epidemiologi dan patofisiologi dari penyakit campak

3. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak

4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit campak

1

Page 2: makalah campak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit

infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya

menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet)

yang terhirup

Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu: a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadium konvalesensi. Campak

adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:

1. Stadium kataral

Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan

sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.

2. Stadium erupsi

Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh,

lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.

3. Stadium konvalesensi

Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi

hiperpigmentasi.

2

Page 3: makalah campak

2.2 Riwayat Alamiah Penyakit Campak

Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap prepatogensis

b. Tahap Patogenesis

c. Tahap Akhir/ pasca patogenesis.

1. Tahap Prepatogensis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada

dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of

suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi

antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh,

dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman

mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang peniamu. Pada tahap ini belum

ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun

begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas

ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka

keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki

fase berikutnya, tahap patogenesis.

2. Tahap Patogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:- Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, - Tahap Lanjut,

dan -Tahap Akhir.

Tahap Inkubasi

Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap ini individu

masih belum merasakan bahwa dirinya sakit.

3

Page 4: makalah campak

Tahap Dini

Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:

Panas badan

nyeri tenggorokan

hidung meler ( Coryza )

batuk ( Cough )

Bercak Koplik

nyeri otot

mata merah ( conjuctivitis )

Tahap Lanjut

munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil dan

jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau-pulau. Ruam

umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar

menuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini

muncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa mencapai 40 derajad Celsius),

ingus semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorok semakin sakit dan

batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah.

3. Tahap Akhir/ pasca patogenesis.

Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan keadaan,

yaitu:

Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi

pulih, sehat kembali.

Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah

tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas

gangguan yang permanen berupa cacat.

Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih

tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.

Penyakit tetap berlangsung secara kronik.

Berakhir dengan kematian.

4

Page 5: makalah campak

2.3 Etiologi, Epidemiologi, Patofisiologi dan Gejala Klinis Penyakit Campak

1. Etiologi

Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus Morbillivirus.

Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus

ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat aktif sekurang-

kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera

rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus

dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.

Penyebaran virus maksimal adalah melalui percikan ludah (droplet) dari mulut selama

masa prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi

sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-

10 sesudah pemajanan, pada beberapa keadaan dapat menularkan hari ke 7. Tindakan

pencegahan dengan melakukan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi lain, harus

dipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.

2. Epidemiologi

Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit Surveilans

dan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena anak belum

mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100 persen dan mayoritas adalah

balita (>70 persen).

Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-

Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode

1998–1999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu sangat

dipengaruhi intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan

sistern pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup

tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap kecenderungan

5

Page 6: makalah campak

meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia, seperti Jawa Barat, NTB, Jambi,

Bengkulu dan Yogyakarta.

Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak

sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih banyak KLB campak yang tidak

terlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yang

dilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi jumlah kasusnya cenderung menurun dengan

rata-rata kasus setiap KLB selama 1994–1999, yaitu sekitar 15–55 kasus pada setiap

kejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode itu,

rata-rata tidak lebih dari 15 kasus.

Dari 19 lokasi KLB campak yang diselidiki Subdit Surveilans, daerah dan mahasiswa

FETP (UGM) selama tahun 1999, terlihat attack-rate pada KLB campak dominan pada

kelompok umur balita. Angka proporsi penderita pada KLB campak 1998–1999 juga

menunjukkan proporsi terbesar pada kelompok umur 1–4 tahun dan 5–9 tahun bila

dibandingkan kelompok umur lebih tua (10–14 tahun).

3. Patofisiologi

Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran cerna

dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel

polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasi limfonodi, terutama pada

apendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel

rambut. Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari

eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit.

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinisasi pada daerah otak dan

medulla spinalis. Pada SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) dapat terjadi

degenerasi korteks dan substansia alba.

6

Page 7: makalah campak

4. Gejala Klinis

Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3

stadium, yaitu:

Stadium kataral (prodormal).

Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam,

malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium

kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih

kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa

bukal yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan

limfositosis.

Stadium erupsi

Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum

dan palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk

makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang

normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan

ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada

hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.

7

Page 8: makalah campak

Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher

belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.

Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai

dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.

Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi

(gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu

ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala

patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau

eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai

normal kecuali bila ada komplikasi.

8

Page 9: makalah campak

5. Diagnosis

Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa

multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada

biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi

lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan

protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan

hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak.

6. Komplikasi

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi

alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini

menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:

a. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,

streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan

kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita

penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu

pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.

b. Komplikasi neurologis

Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,

gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.

c. Encephalitis morbili akut

Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian

rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus,

sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16

tiap 1.000.000 dosis.

9

Page 10: makalah campak

d. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.

Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental,

disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal

dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian,

remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita

morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili,

sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian.

Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang

peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2

tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi

setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan

menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000,

sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.

e. Immunosuppresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi

imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

7. Prognosis

Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila

keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada

komplikasi4.

Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun ini sampai

tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan sosioekonomi

membaik.

Campak bila dimasukkan pada populasi yang sangat rentan, akibatnya bencana. Kejadian

demikian di pulau Faroe pada tahun 1846 mengakibatkan kematian sekitar seperempat,

hampir 2000 dari populasi total tanpa memandang umur.

10

Page 11: makalah campak

2.4 Pencegahan Penyakit Campak

a. Pencegahan

Imunisasi aktif.

Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin

diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif

dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut

diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 – 15

bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk

antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula

agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis

diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15 bulan. Di

Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9

bulan ke atas.

Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya

saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga

dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat

tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak

dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang

mendapat pengobatan imunosupresif.

Imunisasi pasif.

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,

globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk

pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan

imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam

5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna

terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal

rumah sakit anak.

11

Page 12: makalah campak

Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit

campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk

diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

b. Pengobatan

Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki

keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang

timbul.

Diberikan sedatif, antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring dan masukan cairan yang

cukup. Penderita harus dilindungi dari kontak dengan cahaya yang kuat selama masa

fotofobia. Adanya komplikasi seperti ensefalitis, SSPE, bronkopneumonia pada setiap

kasus harus dinilai secara individual.

c. Campak di Indonesia

Program Pencegahan dan pemberantasan Campak di Indonesia pada saat ini berada pada

tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB. Hasil pemeriksaan sample

darah dan urine penderita campak pada saat KLB menunjukkan Igm positip sekitar 70%

– 100%. Insidens rate semua kelompok umur dari laporan rutin Puskesmas dan Rumah

Sakit selama tahun 1992 – 1998 cenderung menurun, terutama terjadi penurunan yang

tajam pada kelompok umur = 90%) dan merata disetiap desa masih merupakan strategi

ampuh saat ini untuk mencapai reduksi campak di Indonesia pada tahun 2000. CFR

campak dari Rumah Sakit maupun dari hasil penyelidikan KLB selama tahun 1997 –

1999 cenderung meningkat, kemungkinan hal ini terjadi berkaitan dengan dampak kiris

pangan dan gizi, namun masih perlu dikaji secara mendalam dan komprehensive.

Sidang WHO tahun 1988, menetapkan kesepakatan global untuk membasmi polio atau

Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak

(RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa

negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi campak. Pada sidang CDC/PAHO/WHO

12

Page 13: makalah campak

tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-

satunya pejamu (host) atau reservoir campak hanya pada manusia dan adanya vaksin

dengan potensi yang cukup tinggi dengan effikasi vanksin 85%. Diperkirakan eradikasi

akan dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.

Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam

pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah

mencapai UCI secara nasional. Dengan keberhasilan Indonesia mencapai UCI tersebut

memberikan dampak positip terhadap kecenderungan penurunan insidens campak,

khususnya pada Balita dari 20.08/10.000 – 3,4/10.000 selama tahun 1992 – 1997

(ajustment data rutin SST). Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI namun

dibeberapa daerah masih terjadi KLB campak, terutama di daerah dengan cakupan

imunisasi rendah atau daerah kantong.

1) Tahapan pemberantasan Campak Pemberantasan campak meliputi beberapa

tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda.

a. Tahap Reduksi.

Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap: Tahap pengendalian campak. Pada

tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi >80%, dan

interval terjadinya KLB berkisar antara 4 – 8 tahun.

Tahap pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan

tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval

terjadinya KLB relative lebih panjang.

b. Tahap Eliminasi

Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah-

daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus

campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah ternadi. Anak-anak yang

dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus diselidiki dan mendapat imunisasi

tambahan.

c. Tahap Eradikasi

Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan.

Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah

13

Page 14: makalah campak

memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999, menetapkan

Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan terjadinya KLB.

2) Tujuan Reduksi Campak

Reduksi campak bertujuan menurunkan angka insidens campak sebesar 90% dan

angka kematian campak sebesar 95% dari angka sebelum program imunisasi

campak dilaksanakan. Di Indonesia, tahap reduksi campak diperkirakan dengan

insiden menjadi 50/10.000 balita, dan kematian 2/10.000 (berdasarkan SKRT

tahun 1982).

3) Strategi Reduksi Campak

Reduksi campak mempunyai strategi yaitu:

Imunisasi Rutin 2 kali, pada bayi 9-11 bulan dan anak Sekolah Dasar

Kelas I (belum dilaksanakan secara nasional) dan Imunisasi Tambahan

atau Suplemen.

Surveilans Campak.

Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Manajemen Kasus

Pemeriksaan Laboratorium

4) Masalah pokok Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia.

Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik surveilans

eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah, kelengkapan data/laporan

rutin Rumah Sakit dan Puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak

yang tidak terlaporkan, pemantauan dini (SKD – KLB) campak pada desa-desa

berpotensi KLB pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di

Puskesmas, belum semua unit pelayanan kesehatan baik Pemerintah maupun

Swasta ikut berkontribusi melaporkan bila menemukan campak. Dukungan dana

yang belum memadai, terutama untuk melaksanakan aktif surveilans ke Rumah

Sakit dan pengembangan surveilans campak pada umumnya. Surveilans campak

sangat penting untuk menilai perkembangan pemberantasan campak dan untuk

menentukan strategi pemberantasannya di setiap daerah.

14

Page 15: makalah campak

5) Angka Insidens

Insidens campak di Indonesia selama tahun 1992 – 1998 dari data rutin Rumah

sakit dan Puskesmas untuk semua kelompok umur cenderung menurut dengan

keleng – kapan laporan rata-rata Puskesmas kurang lebih 60% dan Rumah sakit

40%. Penurunan Insidens paling tajam terjadi pada kelompok umur Kejadian Luar

Biasa (KLB).

Dampak keberhasilan cakupan imunisasi campak nasional yang tinggi dapat

menekan insidens rate yang cukup tajam selama 5 tahun terakhir, namun di

beberapa desa tertentu masih sering terjadi KLB campak. Asumsi terjadinya KLB

campak di beberapa desa tersebut, disebabkan karena cakupan imunisasi yang

rendah (90%) atau kemungkinan masih rendahnya vaksin effikasi di desa tersebut.

Rendahnya vaksin effikasi ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain kurang

baiknya pengelolaar: rantai dingin vaksi yang dibawa kelapangan, penyimpanan

vaksin di Puskesmas cara pemberian imunisasi yang, kurang baik dan sebagainya.

Dari beberapa hasil penyelidikan lapangan KLB campak dilakukan oleh Subdit

Surveilans dan Daerah selama tahun 1998 – 1999, terlihat kasus-kasus campak

yang belum mendapat imunisasi masih cukup tinggi, yaitu kurang lebih 40% –

100% (Grafik: 9). Dari sejumlah kasus-kasus yang belum mendapat imunisasi

tersebut, pada umumnya (>70%) adalah Balita. Frekuensi KLB campak

berdasarkan laporan yang dikirim dari seluruh propinsi Indonesia ke Subdit

Surveilans melalui laporan (W 1) selam tahun 1994 – 1999 terlihat ber fluktuasi,

dan cenderung meningkat dari tahun 1998 – 1999 yaitu dari 32 kejadian menjadi

56 kejadian (grafik: 2). Angka frekuensi tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas laporan W1 dari Propinsi atau Kabupaten/Kota. Daerah-daerah dengan

sistern pencatatan dan pelaporan Wl yang cukup intensive dan mempunyai

kepedulian yang cukup tinggi terhadap pelaporan Wl KLB, mempunyai kontribusi

yang besar terhadap kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di

Indonesia (Jawa Barat, NTB, Jambi Bengkulu, Yogyakarta). Dari sejumlah KLB

yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak yang

sesungguhnya terjadi jauh lebih baik. Dengan pengertian lain, masih cukup

15

Page 16: makalah campak

banyak KLB campak yang tidak terlaporkan oleh Daerah dengan berbagai

kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yang dilaporkan mengalami

peningkatan, namun jumlah kasusnya cenderung menurun dengan rata-rata kasus

setiap KLB selam tahun 1994 – 1999 sekitar 15 – 55 kasus pada setiap kejadian.

Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode tahun

tersebut rata-rata tidak lebih dari 15 kasus (grafik: 3 dan 4).

Dari 19 lokasi KLB campak yang diselidiki o1eh Subdit Surveilans dan Daerah

serta mahasiswa FETP (UGM) selama tahun 1999, terlihat Attack Rate pada KLB

campak dominan pada kelompok umur Balita, (Grafik 5 dan 6′). (pie diagram).

Angka proporsi penderita pada KLB campak tahun 1998 – 1999 juga

menunjukkan proporsi terbesar pada kelompok umur 1 – 4 tahun dan S – 9 tahun

dibandingkan pada kelompok umur yang lebih tua (10 – 14 tahun) grafik:7.

Pada kelompok KLB campak telah dilakukan pengambilan spesimen serologis

dan urine untuk memastikan diagnosa lapangan dan mengetahui virus campak.

Hasil pemeriksaan sampel serologis dan urine penderita campak pada 12 lokasi

KLB campak di beberapa Daerah selama tahun 1998 – 1999 yang diperiksa oleh

Puslit. Penyakit Menular Badan Litbangkes RI, menunjukkan IgM positif sekitar

70% – 100%, (tabel: l). Angka tersebut mengindikasikan ketajaman diagnosa

campak dilapangan pada saat KLB berlangsung.

Angka Fatalitas Kasus (AFP atau CFR) campak di Rumah Sakit maupun pada

saat KLB terjadi selama tahun (1997 – 1999) cenderung meningkat, masing-

masing dari 0,1% – 1,1% dan 1,7% – 2,4% (grafik 8). Kecenderungan

peningkatan CFR ini perlu pengkajian yang mendalam dan koprehensive.

Jadi, Insidens Rate Campak dari data rutin selama tahun 1992 – 1998 di Indonesia

cenderung menurun untuk semua kelompok umur. Penurunan paling tajam pada

kelompok umur

16

Page 17: makalah campak

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi penyebab

utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh virus

RNA dari famili paramixoviridae, genus Morbillivirus, yang ditularkan secara droplet.

Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan

stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif,

pasif dan isolasi penderita. Insidens Rate Campak dari data rutin selama tahun 1992 – 1998

di Indonesia cenderung menurun untuk semua kelompok umur. Penurunan paling tajam

pada kelompok umur

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar

dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit

banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga mengharapkan saran

dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami

selanjutnya.

17

Page 18: makalah campak

DAFTAR PUSTAKA

Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.

Anonim, 2008. Measles. http://dermnetnz.org/viral/morbilli.html. 18 januari 2010. 20.30

Depkes, R.I. 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular.info. 18 januari 2010.

20.40

Imunisasi, vaksinasi. 2008. http://www.sidenreng.com 19 januari 2010. 01.00

Ika. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. http://www.wordpress.com 19 januari 2010. 02.46

18