CAMPAK (JUDUL - DAFPUS)

download CAMPAK (JUDUL - DAFPUS)

of 99

Transcript of CAMPAK (JUDUL - DAFPUS)

EVALUASI PROGRAM - IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS BALARAJA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS IMUNISASI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALARAJA PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

PENULIS Rubinetta Dian Yosie Monica Desiree Alberta Aryani Sutarnio 07120070024 07120070046 07120070057 07120070062

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 24 Januari 17 Maret 2012

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

KATA PENGANTARDengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan evaluasi program ini. Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun evaluasi program ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam program Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Pelita Harapan. Dikarenakan pemenuhan tugas kepaniteraan tersebut, penulis berusaha untuk menyusun evaluasi program di Puskesmas Balaraja yang berjudul Evaluasi Program Imunisasi Campak : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Balaraja periode Januari - Desember 2011. Dalam proses penyelesaian evaluasi program ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah rela menyumbangkan waktu, tenaga dan pikirannya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Shirley I. Moningkey, M.Kes, selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun evaluasi program ini. 2. dr. Murdiyati, selaku Kepala Puskesmas Balaraja yang telah memberikan kesempatan, arahan, bimbingan, dan bantuan dalam memberikan kelengkapan data-data selama penyusunan evaluasi program ini. 3. dr. Siti Jamilah, selaku dokter pembimbing Kepaniteraan Klinik di Puskesmas Balaraja yang telah membantu memberikan informasi dan dukungan dalam menyelesaikan program ini. 4. Ibu Dewi, selaku Koordinator dari Program Imunisasi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan, serta memberikan data-data yang menunjang evaluasi program ini. 5. Seluruh staff, bidan, dan kader Puskesmas Balaraja yang telah membantu memberikan informasi dan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan evaluasi program ini. 6. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik moral maupun materiil selama penyusunan evaluasi program ini. 7. Kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan evaluasi program ini.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

i

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Penulis sadar evaluasi program ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyusunan evaluasi program lainnya. Penulis juga berharap bahwa evaluasi program ini akan berguna bagi para pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan evaluasi program ini terdapat kesalahan yang penulis lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.

Balaraja, 9 Maret 2012

Penulis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

ii

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

DAFTAR ISI

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

iii

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

ABSTRAK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

iv

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Penyakit campak adalah suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. 1 Seorang penderita campak dapat dengan mudah menularkan virus campak pada orang lain melalui droplet atau percikan ludah penderita. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak. Penyakit ini sangat potensial menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa), bahkan penderita dengan gizi buruk akan memicu terjadinya kematian. Kematian akibat campak di dunia pada tahun 2002 dilaporkan sebanyak 777.000 jiwa, di antaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN, dan 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia. 2 Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasi atau superinfeksi bakteri lain yang dapat menyebabkan bronkopneumonia atau radang paru, diare berat, radang telinga tengah (otitis media), afasia (tidak dapat bicara), hemiplegia (kelumpuhan otot kaki) serta encephalitis atau radang otak. Keadaan gizi buruk serta penanganan yang terlambat dapat juga memperburuk penyakit campak.3 Di Indonesia, pada tahun 2005, dari 15.842 kasus penyakit campak dimana 1500 di antaranya berakhir dengan kematian, dan diketahui 13.731 kasus (86,67%) diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Khusus untuk campak pada umur < 1 Tahun, Profil Ditjen PP-PL menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kasus. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

1

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Gambar 1. Grafik Angka Insiden (AI) Campak Per 10.000 Penduduk Umur < 1 Tahun 2001-2005

Pencegahan penyakit campak yang paling efektif adalah dengan imunisasi. Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap campak. Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, serta remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Tanpa imunisasi, penyakit ini akan menyerang hampir setiap anak yang dapat menyebabkan kematian akibat komplikasinya. Hasil kesepakatan pertemuan WHA (World Health Assembly) tahun 2003 dan the World Summit for Children bertujuan menanggulangi campak secara bertahap dengan cara mengurangi angka kesakitan (incidence rate) sebesar 90% dan angka kematian sebesar 95% dari angka kesakitan dan kematian dengan memberikan imunisasi rutin kepada bayi dan memberikan imunisasi kesempatan kedua kepada setiap anak, yaitu pada kelompok balita dan kelompok anak usia sekolah karena kelompok ini adalah kelompok yang rawan terkena campak. Untuk menyelamatkan anak-anak dari bahaya campak, harus diadakan pemberian imunisasi campak secara massal, dalam hal ini berarti 90% dari keseluruhan populasi harus mendapatkan imunisasi.2,4 Program imunisasi campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1984 dengan kebijakan memberikan 1 dosis pada bayi usia 9 bulan. Pada awalnya cakupan campak sebesar 12,7% di tahun 1984 kemudian meningkat sampai 85,4% pada tahun 1990 dan bertahan sampai 91,8% pada tahun 2004. Dengan mempertimbangkan serokonversi rate 85% padaKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

2

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

bayi usia 9 bulan, cakupan imunisasi campak sebesar 91,8% pada tahun 2004 hanya dapat melindungi sekitar 76,5% bayi, sisanya sebesar 23,5% masuk dalam kelompok rentan campak. Kelompok rentan ini akan terus terakumulasi bila tanpa adanya perbaikan cakupan imunisasi.6 Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/ kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak.2,5,6 Di Kabupaten Tangerang, target UCI dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2011 yaitu 93%, dan cakupan imunisasi campak di Puskesmas Balaraja Kabupaten Tangerang tahun 2011 yaitu 85%. Hal ini merupakan suatu masalah dimana cakupan imunisasi campak tidak mencapai target yang ditentukan. Secara garis besar, prioritas utama untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi secara lebih efektif. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian dan evaluasi program ini bertujuan untuk melihat faktorfaktor dan masalah yang mempengaruhi cakupan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Balaraja yang belum mencapai target serta menemukan upaya yang dapat dilaksanakan guna meningkatkan cakupan imunisasi di wilayah Puskesmas Balarajadi masa yang akan datang.

1.2. PERUMUSAN MASALAH 1.2.1. Pernyataan Masalah Pencapaian program imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Balaraja periode Januari Desember 2011 tidak mencapai target, dimana pencapaian program imunisasi campak adalah 85%, sedangkan targetnya adalah 93%. Dilihat dari tidak tercapainya target imunisasi campak, maka program imunisasi campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Balaraja. 1.2.2. Pertanyaan Masalah 1. Faktorfaktor apa yang menyebabkan rendahnya hasil cakupan imunisasi campak di Puskesmas Balaraja? 2. Masalah apa yang timbul dalam menjalankan program imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Balaraja? 3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencapai target imunisasi campak di Puskesmas Balaraja?Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

3

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

1.3. TUJUAN 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target imunisasi campak di Puskesmas Balaraja tahun 2011 dan menentukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga dapat meningkatkan angka cakupan imunisasi campak bagi bayi di bawah 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas Balaraja. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Tersedianya data dan informasi mengenai faktorfaktor yang menyebabkan program imunisasi campak periode Januari sampai Desember tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Balaraja, tidak mencapai target cakupan imunisasi kumulatif yang ditentukan. 2. Diketahui masalah yang timbul dalam menjalankan program imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Balaraja. 3. Diketahui upaya yang dilakukan untuk mencapai target imunisasi campak di Puskesmas Balaraja

1.4. MANFAAT 1.4.1. Manfaat bagi Evaluator (dokter muda) Menerapkan ilmu yang diperoleh saat kuliah terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat. Melatih dan mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu program, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapai dalam mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan.

1.4.2. Manfaat bagi Puskesmas Balaraja Mengetahui sejauh mana keberhasilan program Pemberian Imunisasi Campak pada bayi di bawah 1 tahun periode Januari 2010 - Desember 2011. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan hambatan program. Mendapatkan masukan mengenai program Pemberian Imunisasi Campak pada bayi di bawah 1 tahun selanjutnya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik.Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

4

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

1.4.3. Manfaat Bagi Universitas Memperkenalkan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan kepada masyarakat luas. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya pada bidang kesehatan masyarakat.

1.4.4. Manfaat Bagi Masyarakat Menjadi bahan informasi bagi masyarakat bahwa program pemberian imunisasi campak pada bayi di bawah 1 tahun mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengoptimalkan imunitas tubuh bayi terhadap penyakit campak.

1.5.

RUANG LINGKUP Penelitian ini tentang gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi campak, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya tingkat pendidikan, umur, pengetahuan, sikap, perilaku, status pekerjaan, status ekonomi, dan jarak rumah ke posyandu. Obyek penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 11-59 bulan yang sudah dan tidak mendapatkan imunisasi campak dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Balaraja. Desain penelitian secara observasional dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer, dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di Puskesmas Balaraja, mulai dari tanggal 6 Februari 2012 sampai dengan 3 Maret 2012 dari pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

5

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. PENDAHULUAN Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional berdasarkan rencana strategis kemetrian kesehatan 2010-2014 yaitu untuk mewujudkan Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan yang merupakan operasionalisasi dari pengertian kesehatan sebagai visi abadi dari orang-orang yang ingin hidup sehat sebagaimana yang terdapat dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu, kesehatan adalah keadaan sehat fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang memungkinkan setiap individu dapat hidup secara produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014 adalah menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular yang mencakup peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% menjadi 90% dan meningkatkan persentase desa yang mencapai Universal Children Immunization (UCI) dari 80% menjadi100%.7 Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.8 Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, jumlah cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilens epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera ditanggulangi.8 Imunisasi pada masa pertumbuhan sangat penting untuk anak-anak guna melindungi mereka dari penyakit, dan disaat yang bersamaan membantu mengurangi penyebaran penyakit menular di lingkungan. Anak-anak usia bawah 5 tahun adalah golongan yang paling rentan terhadap infeksi dan penyakit menular, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna.9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

6

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Imunisasi yang dianjurkan untuk melindungi anak-anak akan berbeda pada setiap negara, tergantung dari ancaman penyakit di lingkungan di mana mereka berada. Untuk Indonesia, jenis vaksin dan jadwal yang disarankan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Periode 2011 sesuai dengan revisi , menyebutkan Program Pengembangan imunisasi (PPI) yang diwajibkan pemerintah dan gratis, adalah: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP dan Campak. Pemberian vaksin tersebut diharapkan dapat membantu mencegah kematian anak balita, sehingga tujuan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu untuk

menurunkan 2/3 kematian balita dapat tercapai. Sedangkan Non PPI termasuk yang dianjurkan, yaitu: Hib, MMR, Tifoid, Pneumokokus, Influenza, Varisela, Rotavirus, Hepatitis A, dan Human Papilloma Virus.9

2.2. IMUNISASI 2.2.1. SEJARAH Vaksiniasi telah dikenal lama dalam dunia kedokteran. China dan Yunani kuno merupakan Negara-negara pertama yang melaporkan tentang inokulasi dan variolasi pada abad ke-17 sebagai upaya pencegahan cacar bopeng. Seribu tahun yang lalu para ahli dari Cina membuat bubuk dari bahan keropeng penderita cacar bopeng yang kemudian dihirup untuk mencegah penyakit tersebut menular. Saat itulah diketahui bahwa seseorang yang mengalami infeksi ringan dapat mencegah penyakit tersebut dan saat itu pula upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi dimulai, meskipun pengetahuan tersebut hanya diketahui oleh kalangan terbatas dan tidak disebarluaskan.10 Penyuntikan bahan cacar dilengan yang terdata dilakukan Lady mary Wortley Montagu di Inggris pada tahun 1721, teknik ini diketahui berasal dari Turki. Selanjutnya pada abad ke 18 seorang petani bernama BenYamin Jesty melakukan pengamatan pada pemerah susu dan pengantar susu yang selalu terhindar dari wabah cacar pada saat terjadi wabah di desa mereka. Benyamin Jesty klemudian melakukan inokulasi keropeng kepada keluarganya untuk mencegah penyakit cacar bopeng yang kemudian berhasil.Pada tanggal 14 Mei 1796, Edward Jenner melakukan penelitian vaksinasi pertama kali pada manusia untuk menangkal penyakit cacar yang telah membunuh jutaan orang di Eropa dan seluruh dunia. Ia menggunakan virus cacar sapi sebagai bahan untuk menimbulkan imunitas pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

7

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

manusia, yang kemudian menjadi dasar dari vaksin cacar yang hampir memusnahkan virus cacar di dunia.10 2.2.2. DEFINISI DAN PEMBAGIAN Imunisasi berasal dari kata imun berasal dari bahasa Latin immunitas yang berarti kebal atau resisten, jadi pengertian imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukan vaksin ke dalam tubuh. Pengertian lain dari imunisasi adalah pemberian suatu zat secara sengaja yang mengandung bibit penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan dan menimbulkan reaksi kekebalan dari tubuh, sehingga bila suatu waktu mendapat infeksi tidak akan menimbulkan gejala yang lebih berat atau menjadi cacat. Dapat disimpulkan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif, mudah, serta ekonomis untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi yang berbahaya baik untuk seorang bayi, anak.-anak, bahkan orang dewasa.11 Dalam bidang imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) berperan sebagai antigen. Bila antigen memasuki tubuh, maka tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti berupa antibodi atau antitoksin. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung lambat dan lemah, sehingga tidak cukup banyak antibodi yang terbentuk. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih mengenal jenis antigen tersebut. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan penambahan antigen yang dapat berbentuk suntikan imunisasi berulang.11

Imunisasi dapat dibagi dalam dua jenis , yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif ialah pemberian zat sintetis spesifik, sehingga tubuh dengan aktif membentuk zat antibodi. Proses pembentukan zat antibodi dalam pemberian imunisasi aktif membutuhkan waktu, namun zat antibodi yang terbentuk dapat bertahan lebih lama apabila dibandingkan dengan imunisasi pasif. Imunisasi pasif ialah pemberian zat antibodi spesifik secara langgsung sehingga tubuh tidak lagi memerlukan proses pembentukan zat antibodi terhadap zat antigen yang masuk.Imunisasi pasif memberikan waktu kekebalan yang bersifat singkat. Sebagai contoh : pemberian ATS (Anti Tetanus Serum ) pada anak yang terluka akibat menginjak paku. Pemberian imunisasi pada bayi/balita merupakan pemberianKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

8

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

imunisasi secara aktif. Imunisasi pasif hanya diberikan dalam keadaan yang sangat mendesak, seperti pada keadaan dimana diduga tubuh belum mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman yang dapat menimbulkan penyakit yang fatal. Imunisasi aktif maupun pasif dapat didapatkan secara alami, biasanya bawaan atau didapat.11 Imunisasi merupakan tindakan kesehatan sebagai pencegahan tingkat pertama. Ada dua program imunisasi berdasarkan PP IDAI. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Dikatakan wajib jika penyakit yang ditimbulkan memiliki angka kesakitan yang cukup tinggi dan dapat menyebabkan cacat tubuh atau kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama.12

Imunisasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. b. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. c. Imunisasi khusus adalah imunisasi yang diberikan kepada penyakit tertentu. Imunisasi yang menjadi program yaitu meningitis, demam kuning dan rabies. - Imunisasi yang tidak masuk ke dalam program seperti Hepatitis A, Influenzae, Haemophilus influenzae tipe b, Kolera, Japanese encephalitis, Tifus abdominalis, Pneumoni pneumokokus, Shigellosis, Rubbella, Varicella, Parotitis epidemica, Rotavirus.8

2.2.3. JENIS DAN BAHAN VAKSIN Tidak diragukan lagi imunisasi adalah salah satu yang metode pencegahan yang paling efektif dan yang paling aman dari intervensi kesehatan. Keamanan imunisasi harus dipastikan dan diawasi dari segala aspek yang ada, termasuk kualitas vaksin yang digunakan, penyimpanan vaksin, dan pencatatan data vaksin.12 Pembuatan/produksi vaksin diawasi oleh World Health Organization WHO dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas vaksin yang baik. Tidak semua negaraKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

9

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

dapat memproduksi vaksin sendiri. Hanya negara-negara yang direkomendasikan oleh WHO karena telah memenuhi persyaratan tertentu yang dapat memproduksi vaksin untuk digunakan. Semua vaksin yang terdaftar di WHO akan dilihat kembali apakah masih dapat digunakan setiap 2 tahun. Daftar vaksin yang dikeluarkan oleh WHO akan dipublikasikan di dalam situs WHO dan diperbaharui setiap bulan.12 Jenis vaksin yang diberikan dalam program imunisasi dasar untuk bayi berusia 0 11 bulan antara lain : - Vaksin BCG - Vaksin DPT - Vaksin Campak - Vaksin Hepatitis B - Vaksin Polio12

Bahanbahan untuk membuat vaksin antara lain berasal dari bibit penyakit, toksin, dan hasil dari bio-teknologi (rekayasa genetika). Bibit penyakit dan toksin yang digunakan tersebut dimatikan atau dilemahkan terlebih dahulu, sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Berikut beberapa contoh vaksin dan bahan pembuatnya: 12 Bibit penyakit yang sudah dimatikan Contoh : Bakteri Bordetella Pertusis dalam vaksin DPT. Bibit penyakit yang sudah dilemahkan Contoh : Virus Campak dalam vaksin Campak Virus Polio dalam vaksin Polio Bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) Toxin yang diubah menjadi toksoid Contoh :Tetanus toxoid dalam vaksin DPT dan TT Difteri toxoid dalam vaksin DPT Hasil bioteknologi ( rekayasa genetika ) Contoh : Vaksin Hepatitis B recombinan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

10

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.2.4. TUJUAN DAN MANFAAT IMUNISASI 2.2.4.1. Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberculosis. Tujuan imunisasi di Indonesia untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.32 2.2.4.2. Manfaat Imunisasi Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh ; a. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. b. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang akan dikeluarkan bila anak sakit. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang

terencana, agar sehat dan berkualitas. c. Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa.

2.2.5. JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI Imunisasi wajib yang diberikan pada bayi usia 0-11 bulan menurut Program Pengembangan Imunisasi adalah Imunisasi wajib terhadap 7 penyakit utama, yaitu : TBC, Difteria, Tetanus, Polio, Campak, Batuk Rejan, dan Hepatitis B.9 Bila seorang anak tidak mendapat imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan, imunisasi tetap dapat diberikan kepada anak tersebut dengan demikian tidak ada istilah terlambat dalam pemberian imunisasi selagi seorang anak tersebut belum terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi yang dilakukan akanKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

11

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

memperkecil kemungkinan penularan suatu penyakit .Berdasarkan penelitian ilmiah, tiap jenis penyakit memiliki ketahanan yang berbeda. Jika seorang anak terlambat diimunisasi, dirinya akan tetap memiliki kekebalan, hanya saja kekebalan yang dimiliki anak tersebut akan lebih cepat hilang dari tubuhnya. Untuk bayi yang imunisasinya tidak lengkap, maka imunisasi tetap dapat dilanjutkan dan dilengkapi sesuai dengan jadwal ditentukan, tidak perlu diulang dari awal.9Tabel 2.1. Dosis Efektif per Kemasan Vaksin13

VAKSIN

DOSIS / KEMASAN

DOSIS EFEKTIF / KEMASAN 20 / Ampul 8 / Ampul 8 / Ampul 16 / Ampul 8 / Ampul 8 / Ampul

BCG DPT POLIO

80 / Ampul 10 / Ampul 10 / Ampul 20 / Ampul

CAMPAK HEPATITIS B

10 / Ampul 10 / Ampul

Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2005 Pemberian imunisasi diusahakan sedini mungkin dan usahakan melengkapi

imunisasi sebelum bayi berusia 1 tahun. Khusus untuk vaksin campak dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan. Pemberian imunisasi campak sebelum umur 9 bulan dapat mengakibatkan pembentukan zat kekebalan tubuh anak terhambat karena masih adanya zat kekebalan yang berasal dari darah ibu.11 Pada saat ini ditemukan vaksinvaksin kombinasi yang merupakan solusi untuk mendorong para ibu memberi imunisasi pada bayi atau anaknya secara tepat pada waktunya. Vaksin kombinasi dapat mempermudah orang tua dalam mengikuti jadwal imunisasi. Salah satunya adalah vaksin kombinasi DPT-HB (Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B). Vaksin gabungan dapat memberikan kekebalan pada lebih dari satu jenis penyakit dan mengurangi gejala yang biasanya timbul pasca pemberian imunisasi.9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

12

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Gambar 2.1. Tabel Pemberian Imunisasi Sumber: Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesi tahun 2011

2.2.6. VAKSIN CAMPAK 2.2.6.1. Deskripsi Vaksin campak merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berjenis vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.14 2.2.6.2. Indikasi Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

13

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.2.6.3. Kemasan11Gambar 2.2 Vaksin MMR

- 1 box vaksin terdiri dari 10 vial - 1 vial berisi 10 dosis - 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml - Vaksin ini berbentuk beku kering 2.2.6.4. Komposisi Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mangandung:14 Virus campak Kanamycin sulfat Erythromycin 1.000 CCID50 100 mcg 30 mcg

2.2.6.5. Cara Pemberian dan Dosis Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan atau intramuskular pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cacth-up campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6. Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 8 jam.14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

14

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.2.6.6.

Penyimpanan dan Kadaluarsa Penyimpanan vaksin harus pada suatu tempat yang bersuhu 2 C sampai dengan 8 C. Pengangkutan dilakukan dalam keadaan dingin menggunakan kotak dingin beku (cold pack) dan terhindar dari sinar matahari langsung/tidak langsung. Pembekuan tidak merusak vaksin campak. Kadaluarsa setelah 2 tahun dalam penyimpanan yang benar. Pelarut sebaiknya disimpan dalam suhu kamar, meskipun tidak rusak bila disimpan di lemari es, pelarut tidak boleh beku jadi jangan disimpan dalam freezer.14

2.2.6.7.

Efek Samping Vaksin campak dapat menimbulkan reaksi vaksin yang umumnya ringan dan jarang menimbulkan reaksi berat, seperti tampak pada tabel di bawah:15Tabel 2.2. Reaksi Vaksin Campak15

Reaksi Vaksin Reaksi lokal pada daerah suntikan Demam Rash/ruam Kejang demam* Trombositopenia Reaksi anafilaksis (reaksi hipersensitif berat) Anafilaksis Ensefalopati

Onset Interval 0-2 hari 6-12 hari 6-12 hari 6-12 hari 15-35 hari 0-2 hari 0-1 hari 6-12 hari

Dikutip dari: Immunization Safety Surveillance: Guidelines for managers of immunization programmes on reporting and investigating AEFI; WHO Regional Office for the Western Pacific; Manila, 1999. *Risiko kejang bergantung pada usia, dan lebih sedikit pada anak yang lebih tua; anak-anak lebih dari enam tahun tidak mungkin terjadi kejang demam.

Sampai 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 3-12 hari setelah vaksinasi. Hampir seluruh reaksi vaksin disebabkan oleh virus vaksin, terjadi 6-12 hari setelah imunisasi. Biasanya reaksi vaksin (kecuali reaksi lokal dan anafilaksis) tidak terjadi jika anak sudah memiliki kekebalan, sehingga pada imunisasi massal di mana banyak anak yang sudahKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

15

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

memiliki kekebalan, jarang terjadi reaksi. Infeksi virus vaksin menyebabkan demam, ruam dan atau konjungtivitis dan mempengaruhi 5-15% dari penerima vaksin yang belum memiliki kekebalan. Kejadian ini sangat ringan bila dibandingkan dengan infeksi karena virus campak, namun bagi orang dengan penurunan kekebalan (immunocompromise) yang berat dapat menimbulkan efek samping yang berat bahkan fatal. Demam yang terjadi dapat cukup tinggi untuk menimbulkan kejang. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) adalah reaksi yang dapat terjadi mengikuti suatu infeksi virus apapun. Kejadian ini ditunjukkan dengan adanya memar, biasanya ringan dan sembuh sendiri. Walaupun ensefalopati termasuk dalam reaksi yang jarang pada vaksin campak, hubungan kausal dengan vaksin tidak dapat dibuktikan dan kebanyakan kasus lebih menyerupai karena koinsiden daripada benar-benar karena reaksi vaksin.14,15 Vaksin campak juga dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan dan reaksi alergi akut yang sangat jarang menjadi berat (anafilaksis). Anafilaksis meskipun potensial menjadi fatal, dapat diobati tanpa meninggalkan akibat jangka panjang.15 2.2.6.8. Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin campak, walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi :

Individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan erithromycin. Individu-individu yang diketahui mengidap penyakit immune deficiency (HIV) Individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau generalized malignancy.

Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi.14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

16

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.3. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS IMUNISASI 2.3.1. FAKTOR PREDISPOSISI 2.3.1.1. Karakteristik ibu Usia Usia merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh usia individu tersebut.18 Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan status sosial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi dan pendapat orang tua tentang vaksin berhubungan dengan status imunisasi anak mereka.19Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi (p < 0,05).

Pendidikan Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.16 Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan

tersebut.Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu.19 Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka seseorang akan menyadari perlunya pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengatehuan semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.20 Sebuah penelitian menyebutkan kelengkapan status imunisasi anak tertinggi pada ibu yang berpendidikan SLTP keatas sebanyak 30,1%, penelitian lainya menyatakanKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

17

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/ke atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTP/sederajat. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah.19

Pekerjaan Pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman pada ibu yang bekerja akan memiliki pergaulan yang luas dan dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerjanya, sehingga lebih terpapar dengan programprogram kesehatan khususnya imunisasi. Penelitian menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai peluang 1,1 kali untuk mengimunisasikan anaknya dengan lengkap dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Jumlah anak Kunjungan ke pos pelayanan imunisasi terkait dengan ketersediaan waktu bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya. Oleh karena itu jumlah anak yang dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada anaknya. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut. Sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi. Jumlah anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada anak. Ibu yang mempunyai banyak anak kesulitan dalam mendatangi tempat pelayanan kesehatan. 19 Besarnya anggota keluarga diukur dengan jumlah anak dalam keluarga. Makin banyak jumlah anak makin besar kemungkinan ketidaktepatan pemberian imunisasi pada anak. Keluarga yang mempunyai banyak anak menyebabkan perhatian ibu akan terpecah, sementara sumber daya dan waktu ibu terbatas sehingga perawatan untuk setiap anak tidak dapat maksimal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

18

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.3.1.2. Pengetahuan Pendidikan adalah salah satu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kwalitas. pengetahuan.19 Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/ balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan.21 Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan dan hidup sehat. Wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat harus dikembangkan yaitu dengan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan. Dengan adanya pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama kepada para ibu sebagai anggota masyarakat memberikan dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan.20 Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi bayi tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari pendidikan.20 Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh

2.3.1.3. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwaKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

19

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Dalam bagian lain Allport, menurut Notoatmodjo, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni- Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak .17

2.3.1.4. Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga perilaku sehat. Banyak

dokumentasi penelitian yang memperlihatkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan, imunisasi, serta berbagai upaya pencegahan penyakit dan banyak pula yang tidak memanfaatkan pengobatan modern.19

2.3.1.5. Tradisi dan kepercayaan masyarakat Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta membesar-besarkan resiko beberapa vaksin.19Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

20

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Kecemasan para orang tua ini ditimbulkan oleh diterbitkannya laporan pada tahun 1998 oleh seorang spesialis organ dalam untuk anak, Dr. Andrew Wakefield, yang menyatakan bahwa kemungkinan bahwa anak yang mendapat vaksin MMR bisa mengalami gangguan usus dan autisme. Namun sebenarnya laporan yang diterbitkan di Lancet itu menyimpulkan bahwa mereka tidak berhasil membuktikan adanya hubungan antara vaksin MMR dengan sindrom tersebut (Grifford, 2008: 7). Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi.22

2.3.1.6. Tingkat sosial ekonomi Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga yang baik diharapkan mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya, sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan mengusahakan terpenuhinya imunisasi yang lengkap bagi balita.19,23

2.3.2. FAKTOR PEMUNGKIN 2.3.2.1. Ketersediaan dan Keterjangkauan Sarana Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan suatu prasarana dalam hal pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan yang baik akan memepengaruhi tingkat kesehatan secara baik maka akan mempunyai taraf kesehatan yang tinggi.19 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan status imunisasi seorang anak yang berhubungan dengan ketersediaaan sarana kesehatan antara lain adalah; Jadwal imunisasi (di posyandu) tidak teratur atau tidak sesuai kebutuhan sasaran, ketersediaan KMS balita, waktu hadir petugas, pelayanan imunisasi dan keterampilan kader posyandu, letak puskesmas/posyandu terlalu jauh, kurangnya tenaga kesehatan seperti jumlah dokter atau kader yang aktif , kurangnya anggaran yang dapat mengakibatkan pusat kesehatan tidak dapat bekerja secara maksimal. Dalam hal ini misalnya posyandu tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya,Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

yang

ada,

hal ini sangat terbukti. Apabila seseorang yang memanfaatkan fasilitas kesehatan

21

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

pelayanan yang seharusnya menyediakan 5 (lima) meja menjadi 3 (tiga) atau 4 (empat) meja sehingga membuat para pasien menunggu terlalu lama yang dapat mengakibatkan penurunan jumlah anak dengan status imunisasi lengkap.Kurangnya anggaran juga dapat mempengaruhi jumlah stok vaksin ataupun tenaga kerja yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian drop out atau tidak lengkapnya status imunisasi bayi diantaranya adalah : faktor jarak rumah ke tempat pelayanan imunisasi. Jarak antara rumah responden dengan pusat pelayanan kesehatan terdekat, sebagian besar (78%) adalah kurang dari 1 km. Jarak kurang dari 1 km ini masih tergolong dekat. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat pelayanan kesehatan,diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya untuk kesehatan keluarganya.24 Penelitian lainnya juga menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan jarak dekat dibandingkan yang jauh sebesar 1,01 kali. Sedangkan untuk jarak sedang dibandingkan dengan jarak jauh tidak terlihat adanya hubungan yang bermakna. Ibu akan mencari pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya karena pertimbangan aktivitas lain yang harus diselesaikan yang terpaksa ditunda.25

2.3.3. FAKTOR PENGUAT Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan . Untuk terwujudnya

sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, dalam hal ini sikap dan prilaku dari petugas kesehatan, dukungan keluarga, tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan adanya fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut dapat

mengimunisasikan anaknya. 2.3.3.1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan Pimpinan adalah melakukan supervisi/penilaian terhadap evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian

(appropriateness) yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan program dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan (adequency) yangKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

22

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di programkan. supervisi yang baik sebaiknya dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan dimana petugas kesehatan yang kurang mendapat supervisi mempunyai resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.26 Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas kebutuhan masyarakat atas pelayanan kesehatan yang baik dan benar, terlepas dari besar kecilnya organisasi/ institusi yang ada, sangat membutuhkan SDM Kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku sebagai berikut: Memperlakukan user/pelanggan sebagai mitra seumur hidup, mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan profesi dan kompetensinya, menghargai keluhan pasien dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah, memperlakukan setiap pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus, dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi mata pelanggan memandang kepuasan yang didapat, paham, mengerti, dan mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas sesuai dengan etika dan hukum yang berlaku, menetapkan sasaran-sasaran kualitas pelayanan dan

penghargaan yang akan diberikan, mau mendengar dan mensikapi terhadap gagasan yang timbul terhadap pelayanan yang berkualitas.26 Ditinjau dari sisi penguat dalam hal imunisasi misalnya dapat ditekankan sikap dan perilaku petugas kesehatan (bisan ataupun kader) yang membuat ibu memilih pelayanan mereka karena keramahan mereka dan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup agar dapat selalu mengingatkan ibu ibu untuk datang kembali sesuai jadwal yang ditentukan. Hal lainya misalnya pemberlakuan pelatihan kader sesuai dengan kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima, berkualitas secara professional.26

2.3.3.2. Dukungan keluarga, tokoh masyarakat, atau tokoh agama Orang tua harus mengetahui bahwa anaknya harus mendapat imunisasi agar anaknya terlindung dari penyakit yang dapat dicegah. Sehingga diperlukan pengetahuan tentang waktu dan tempat agar seorang anak memperoleh imunisasi yang artinya memahami tentang tempat, waktu dan jam kegiatan imunisasi harus dilakukan oleh petugas kesehatan, dan sebagai orang tua harus dapat mendengarkan dengan baik penjelasan petugas kesehatan mengenai imunisasi. Ibu, ayah, nenek, kakek atauKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

23

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

kakak yang sudah dewasa boleh membawa anak ke fasilitas kesehatan guna memperoleh imunisasi. Beberapa anggota keluarga tidak memberikan dukungan untuk ibu membawa anaknya imunisasi, terutama ayah yang sering tidak mengijinkan anaknya diberikan imunisasi, hal ini dikarenakan pengetahuan sang ayah yang kurang tentang betapa pentingnya imunisasi untuk kesehatan anak. Alasan mengapa anggota keluarga lainnya tidak menyetujui anak diimunisasi adalah antara lain karena adanya kepercayaan bahwa anak akan sakit, rewel, kehilangan nafsu makan setelah pemberian imunisasi atau berita bahwa imunisasi itu berbahaya. Adalah penting peranan orang tua untuk mendapat informasi yang jelas dan benar agar anak dapat memperoleh imunisasi. Dukungan keluarga merupakan salah satu hal yang dapat menunjang kelengkapan status imunisasi seorang anak. Lingkungan adalah segala objek baik berupa benda hidup atau tidak hidup yang ada disekitar dimana orang berada. Dalam hal ini lingkungan sangat berperan dalam kepatuhan untuk melengkapi imunisasi dimana apabila lingkungan

mendukung secara otomatis ibu akan patuh untuk melengkapi imunisasi pada anaknya.23 Misalnya pada ibu yang tinggal di lingkungan yang hampir seluruh anak mendapatkan imunisasi, maka dengan begitu kesempatan untuk ibu yang anaknya belum di imunisasi akan lebih tinggi dengan bertukar pikiran dengan para ibu-ibu yang lain maka sang ibu akan mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi. Tokoh agama juga dapat memberikan dukungan kepada orang tua dalam memberikan anaknya imunisasi, dukungan dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan emosional. Dukungan informasional dapat berupa pengertian tentang pentingnya imunisasi dan pandangan mengenai imunisasi sesuai dengan kitab suci dari setiap agama.10

2.3.3.3. Kebijakan formal Kebijakan formal terhadap imunisasi di Indonesia dijabarkan dalam kebijakan dan strategi program imunisasi di Indonesia yang juga memiliki landasan humum tersendiri.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

24

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Kebijakan Dan Strategi Program Imunisasi Di Indonesia.27 1. Kebijakan 1) Penyelenggaraan Imunisasi dilaksanakan oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait. 2) Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah. 3) Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu. 4) Mengupayakan kesinambungan penyelengaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu. 5) Pehatian khusus diberikan untuk wilayah rawan social, rawan penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis

2. Strategi 1) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarkat dan swasta. 2) Membangun kemitraan dan jejaring kerja. 3) Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat suntik. 4) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional/terlatih. 5) Pelaksanaan sesuai standar. 6) Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang lebih efektif, berkualitas dan efesien. 7) Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan

2.4. PENYAKIT CAMPAK 2.4.1. DEFINISI Campak atau dalam bahasa lokal disebut juga tampek, gabagen, adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, yang disebut paramyxovirus, dan bukan oleh bakteri.2,16Gambar 2.3. Measless Virus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

25

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.4.2. GEJALA KLINIS Gejala penyakit ini biasanya mulai muncul sekitar 10-12 hari setelah seseorang terkena virus. Biasanya ia akan mengalami panas tinggi (39,5 40,5 C) selama 2-4 hari diikuti batuk, pilek dan konjungtivitis (peradangan selaput ikat

mata/konjungtivis) dan ruam. Ruam atau bintik-bintik merah biasanya muncul 14 hari setelah terjangkit oleh virus dan selanjutnya hilang sendiri dalam 5-6 hari. Ruam atau bintik-bintik merah itu biasanya muncul pertama kali di wajah dan leher pasien, dan dalam 3 hari bintik-bintik merah itu menyebar ke seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada umumnya ruam atau bintik-bintik merah itu tidak terlalu jelas terlihat dan tidak menyebabkan gatal. Seringkali juga muncul di bagian dalam mulut pasien beberapa hari sebelum semua ruam menghilang.2,16Gambar 2.4. Ruam Kemerahan di Wajah dan Mukosa mulut

2.4.3. PENYEBARAN VIRUS CAMPAK Virus campak sangat menular, artinya penyakit ini dapat ditularkan oleh seseorang pada orang lain. Ketika pasien bersin atau batuk, sedikit saja percikan yang keluar bersamaan dengan bersin atau batuk itu mengandung virus yang kemudian tersebar di udara dan dapat bertahan hidup selama 2 jam sehingga berpotensi besar untuk menulari orang lain yang berada dekat dengan pasien. Pada umumnya, virus campak menyebar melalui udara dan bukan melalui cairan.2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

26

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Gambar 2.5. Bagan Patogenesis Campak

2.4.4. KOMPLIKASI Dari keseluruhan kasus campak yang dilaporkan, sekitar 20% di antaranya disertai oleh satu atau lebih komplikasi. Komplikasi ini umum terjadi pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun (balita) dan orang dewasa berusia di atas 20 tahun. Anak tidak meninggal dunia karena campak secara langsung. Campak menyerang permukaan kulit dan sIstem daya tahan tubuh (imun) yang menyebabkan anak-anak itu meninggal karena komplikasi pneumonia/radang paru-paru (1:20 anak yangKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

27

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

menderita campak), radang otak (1:1000 anak yang akhirnya mengakibatkan anak tersebut menjadi tuli atau terbelakang.2,16 Campak juga dapat menyebabkan infeksi telinga dan kebutaan. Dari setiap 1000 anak yang terkena campak, 2-3 anak meninggal karenanya. Di negara-negara berkembang, di mana gizi buruk dan kekurangan vitamin A sangat umum terjadi, campak telah membunuh 1 dari 4 orang setiap tahunnya. Campak juga menjadi penyebab utama kebutaan di antara anak-anak Afrika. Dan campak telah membunuh lebih dari 1/2 juta anak setiap tahunnya di seluruh dunia.2,16

2.4.5. PENCEGAHAN Cara paling efektif untuk mencegah campak adalah melalui imunisasi. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6 59 bulan dan masa SD (6 12 tahun). Imunisasi campak berisi virus hidup yang telah dilemahkan. Virus lemah ini mampu merangsang sistem kekebalan tubuh kita untuk membuat antibodi yang dapat mencegah masuknya campak dalam tubuh kita, dan virus hidup ini tidak cukup kuat untuk membuat seseorang terjangkiti penyakit campak. Strategi reduksi campak - Dalam Rangka mensukseskan Millennium Development Goal yang keempat (MDG 4) untuk mengurangi angka kematian balita antara tahun 1990 2015 maka dianjurkan bagi seluruh negara dimana penyakit angka kejadian campak masih tinggi dilakukan : 1. Pemberian dua dosis vaksin campak untuk seluruh anak dengan cara antara lain pemeriksaan dan pemberian rutin ataupun dengan kampanye seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN). 2. Surveilens, monitor, dan evaluasi yang efektif untuk memastikan efek

samping dari pemberian vaksin dan peraturan serta strategi penyesuaian. 3. Tanggapan cepat pada wabah campak. 4. Penatalaksanaan kasus campak yang efektif misalnya, pemberian suplemen vitamin A, antibiotika apabila diperlukan dan perawatan suportif yang dapat mencegah komplikasi.2,16,17

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

28

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.4.6. UPAYA PEMBERANTASAN CAMPAK Tingkat imunisasi di negara maju sudah cukup tinggi sehingga penyakit campak hampir tidak ada lagi. Hal ini tentu bertolak belakang dengan negara-negara berkembang, dimana imunisasi campak masih jarang dilakukan sehingga penyakit ini masih umum ditemui. Imunisasi campak adalah cara paling efektif untuk mencegah kematian akibat campak. Berkat gerakan pemberian imunisasi secara rutin/berkala, jumlah anak yang menderita campak telah menurun 78 % dari tahun 2000-2008 di seluruh dunia dari angka kejadian 733 000 pada tahun 2000 sampai angka 164 000 pada tahun 2008. Untuk menurunkan angka kematian akibat campak di Indonesia, akan dilaksanakan imunisasi campak secara massal dengan sasaran balita usia 6 59 bulan dan catch up campaign campak dengan sasaran anak SD kelas I VI.2

2.5. REDUKSI CAMPAK 2.5.1. PROGRAM REDUKSI CAMPAK Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia, serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, dan diperkirakan eradikasi dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi. Selanjutnya global Sidang WHA tahun 1998, menetapkan kesepakatan Reduksi Campak (RECAM). Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan kejadian Luar Biasa (KLB).18 Program Imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, dan pada tahun 1991 Indonesia telah mencapai Imunisasi Dasar Lengkap atau Universal Children Immunization (UCI) secara nasional. Sebagai dampak program imunisasi tersebut terjadi kecenderungan penurunan insidens campak pada semua golongan umur. Pada bayi (< 1 tahun) dan anak umur I-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relatif landai. Di beberapa daerah terutama daerah dengan cakupan imunisasi campak rendah atau pada daerah dengan akumulasi kelompok rentan/suseptibel yang tidak tercakup imunisasi dalam beberapa tahun (35 tahun) masih sering terjadi KLB campak.18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

29

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.5.2. TAHAPAN PEMBERANTASAN CAMPAK WHO and UNICEF telah mengembangkan strategi yang komprihensif yang bertujuan untuk reduksi angka kematian akibat penyakit campak yang telah disetujui oleh World Health Assembly (WHA) pada tahun 2003. Menggunakan strategi ini, campak telah dapat dieliminasi dari daerah WHO di Negara Amerika, disamping itu tiga daerah yang dicakup WHO telah membuat target setempat untuk mengeliminasi penyakit campak. Inti tujuan dari strategi yang dibagi menjadi 4 bagian adalah: 1. Menyediakan dan memberikan setiap anak dengan 1 dosis vaksin

campak pada saat seorang anak menginjak usia 12 bulan. 2.Memberikan semua anak yang berusia 9 bln- 15 thn kesempatan untuk mendapatkan vaksin campak untuk yang kedua kalinya. 3. Mendirikan system surveilens yang efektif. 4. Memperbaiki prosedur tatalaksana secara klinis untuk kasus yang komplikasi, termasuk pemberian supplemen vitamin A.19

2.5.3. TUJUAN DAN STRATEGI REDUKSI CAMPAK 2.5.3.1. TUJUAN REDUKSI CAMPAK Menurunkan angka kematian akibat penyakit campak sebanyak 90% dari estimasi pada tahun 2000. Pada tahun 2000, UN Millennium Summit mentargetkan untuk menurunkan angka kematian pada balita sebanyak dua pertiga persen dari tahun 1990-2015. Adapun Tujuan reduksi campak di Indonesia adalah menurunkan insiden campak anak dibawah lima tahun (balita) (SKRT) dari 528 per 10.000 pada tahun 1986 menjadi 50 per 10.000 balita pada tahun 2004, dan menurunkan kematian dari 40 per 10.000 balita per tahun (SKRT) menjadi 2 per 10.000 pada tahun 2004.18

2.5.3.2. STRATEGI REDUKSI CAMPAK Strategi reduksi campak di Indonesia meliputi : Imunisasi rutin pada bayi 9-11 bulan (UCI desa > 80%) Imunisasi tambahan (suplemen) Surveilans (Surveilans rutin,SKD-respon KLB & Penyelidikan KLB) Tata laksana kasus (case management)30

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

-

Pemeriksaan Laboratorium Penanggulangan KLB18

2.6. PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN IMUNISASI Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan pelayanan imunisasi di tingkat puskesmas dengan cara: a. Peningkatan akses bagi tempat yang sulit, antara lain: - Menjangkau anak yang tidak terjangkau. - Menurunkan jumlah anak yang tidak menerima imunisasi. b. Menurunkan drop-outs dengan peningkatan pelayanan, antara lain: - Memperbaiki penggunaan pelayanan - Memastikan setiap anak mendapat kontak 5 kali. - Imunisasi lengkap/menerima semua imunisasi tepat waktu.5

Definisi akses dan analisa masalah Alasan akses kurang Puskesmas/Posyandu terlalu jauh Jadwal posyandu/imunisasi tidak teratur atau kurang informasi Jam kerja tidak sesuai kebutuhan sasaran Kesadaran masyarakat kurang Motivasi kurang Orang tua sibuk Budaya, keuangan atau keagamaan5

Cara meningkatkan akses Memperbaiki lokasi dan jadwal posyandu Kalau kurang kesadaran, sosialisasi masyarakat melalui PKK, pamong atau tokoh agama Menggunakan kader untuk melengkapi buku register bayi Untuk daerah jarak jauh/sulit lakukan sweeping5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

31

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Definisi drop outs dan Analisa masalah DPT1 DPT3 drop out rate5Sas of DPT1 Sas DPT3 Sas of DPT1

x

100%

DPT1 campak drop out rate5 Sas of DPT1 Sas of Campak of DPT1 Sas - Menganalisa data (bulan/triwulan) drop out rate menurut puskesmas - Mengkaji drop out rate: DPT1 DPT3 dan DPT1 campak (target 10% - Mengkaji alasan x 100%

Contoh alasan drop outs rate tinggi Jadwal imunisasi (di posyandu) tidak teratur atau tidak sesuai kebutuhan sasaran. Tenaga/anggaran/vaksin kurang/tidak teratur. Penjelasan kepada orang tua kurang: - Kepentingan 5 kali kontak/kunjungan - Tanggal Imunisasi/kunjungan berikut - Tidak perlu khawatir bila anak mengalami demam ringan Hambatan (biaya, orang tua sibuk, menunggu lama). kartu Imunisasi (KMS) hilang/tidak diberi. Kehilangan kesempatan, misalnya bidan tidak selalu memeriksa status imunisasi anak.5 Cara mengurangi drop out rate Meningkatkan ketrampilan bidan di desa dan pengelola imunisasi di puskesmas khusus tentang skrining dan konseling.Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

32

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Memperbaiki lokasi dan jadwal imunisasi posyandu. Kalau kurang kesadaran, sosialisasi masyarakat. Menggunakan buku register bayi untuk follow-up drop out. Meningkatkan supervisi yang suportif.5

Proses Peningkatan Cakupan Pelayanan Imunisasi5Skema Proses Peningkatan Cakupan Pelayanan Imunisasi

Pengumpulan populasi dan data daerah cakupan

Analisa penyebab masalah dan solusi masalah

Prioritas hal mana yang lebih didahulukan

Rencana kerja

Monitor kemajuan

2.7. MONITORING DAN EVALUASI 2.7.1. PEMANTAUAN/MONITORING Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah pemantauan. Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan dengan ketentuan program. Ada dua alat pemantauan yang dimiliki program imunisasi:8 2.7.1.1. Pemantauan Wilayah Setempat Alat pemantauan ini berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih memantau kuantitas program. Dipakai pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1985 dan dikenal dengan nama Local Area Monitoring (LAM). LAM terbukti efektif kemudian diakui oleh WHO untuk diperkenalkan di negara lain. Grafik LAM kemudian disempurnakan menjadi yang kita kenal sekarang dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Prinsip PWS: Memanfaatkan data yang ada (cakupan/laporan cakupan imunisasi). Menggunakan indikator sederhana, tidak terlalu banyak. Indikator PWS, untuk masing-masing antigen: DPT-1 : Jangkauan/aksesibilitas pelayanan Hepatitis B 1 < 7 hari : Jangkauan/a ksesibilitas pelayanan Campak : Tingkat perlindungan (efektifitas program)Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

33

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Polio-4 : Tingkat perlindungan (efektifitas program) Drop out DPT-1 Campak : Efisiensi/manajemen program Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat. Teratur dan tepat waktu. Dilakukan setiap bulan secara teratur untuk menghindari hilangnya informasi penting dan tepat waktu agar tidak terlambat dalam mengambil keputusan. Lebih dimanfaatkan sendiri atau sebagai umpan balik untuk dapat mengambil tindakan daripada hanya dikirimkan sebagai laporan. Membuat grafik yang jelas dan menarik untuk masing-masing indikator diatas,

untuk memudahkan analisa. Analisa dengan membandingkan pencapaian terhadap waktu (trend), target (1 tahun, kumulatif bulanan) dan wilayah (per desa, per kecamatan).8 2.7.1.2. Pemantauan (khusus untuk Kabupaten dan Propinsi) Pemantauan meliputi: a. Memantau rencana kerja. Sesi imunisasi yang dilaksanakan rutin dan jumlah bayi diimunisasi b. Kegiatan lain-lain

Memantau cakupan dan drop out. Memantau UCI desa/kelurahan

c. d. e.

Memantau vaksin dan supllies. Memantau kualitas dan keakuratan data. Survey untuk menggali tanggapan atau feedback dari masyarakat tentang program pelayanan imunisasi.5

2.7.2. EVALUASI Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Beberapa macam kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala dalam program imunisasi. Berdasarkan sumber data, ada dua macam evaluasi:8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

34

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

2.7.2.1. Evaluasi dengan data sekunder Dari angka-angka yang dikumpulkan oleh Puskesmas selain dilaporkan perlu dianalisa. Bila cara menganalisanya baik dan teratur, akan memberikan banyak informasi penting yang dapat menentukan kebijaksanaan program.13 a. Stok Vaksin Stok vaksin dilaporkan oleh petugas Puskesmas, kabupaten dan provinsi ke tingkat yang diatasnya untuk pengambilan atau distribusi vaksin. Grafik dibuat menurut waktu, dapat dibandingkan dengan cakupan dan batas stok maksimum dan minimum untuk menilai kesiapan stok vaksin menghadapi kegiatan program. Data stok vaksin diambil dari kartu stok.8 b. Indeks Pemakaian Vaksin Dari pencatatan stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah vial/ampul vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap vial/ampul, yang disebut indeks pemakain vaksin (IP). Perhitungan IP dilakukan untuk setiap jenis vaksin. Nilai IP biasanya lebih kecil dari jumlah dosis per vial/ ampul. Apabila IP lebih besar dari jumlah dosis per vial/ampul maka pencatatan dan pelaporannya harus diperiksa lagi. Hasil perhitungan IP menentukan berapa jumlah vaksin yang harus disediakan untuk tahun berikutnya. Bila hasil perhitungan IP dari tahun ke tahun untuk masing-masing vaksin divisualisasikan, pengelola program akan lebih mudah menilai apakah strategi operasional yang diterapkan di Puskesmas sudah memperhatikan masalah efisiensi program tanpa mengurangi cakupan dan mutu pelayanan.8 c. Suhu Lemari Es Pencatatan suhu lemari es atau freezer dilakukan setiap hari pada grafik suhu yang tersedia untuk masing-masing unit. Dengan menambah catatan saat terjadinya peristiwa penting pada grafik tersebut, seperti sweeping, KLB, KIPI, penggantian suku cadang, grafik suhu ini akan menjadi sumber informasi penting.8 d. Cakupan per Tahun Untuk setiap antigen grafik cakupan per tahun dapat memberikan gambaran secara keseluruhan tentang adanya kecenderungan: Tingkat pencapaian cakupan imunisasi. Indikasi adanya masalah. Acuan untuk memperbaiki kebijaksanaan atau strategi yang perlu diambil untuk tahun berikutnya.8Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

35

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PUSKESMAS

3.1. DATA GEOGRAFI Puskesmas Balaraja terletak di Jalan Raya Serang KM. 24, yang berjarak + 24 KM dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dan dengan Ibukota kabupaten berjarak + 8 KM, dengan luas wilayah kerja 3.427,65 Ha. Letak ketinggian dari permukaan laut 23 M, dengan curah hujan rata-rata 30o CMM. Puskesmas Balaraja dibangun pada tahun 1954. Wilayah kerja Puskesmas Balaraja terdiri dari 1 Kelurahan dan 4 Desa, dengan 12.945 KK. Puskesmas Balaraja berbatasan dengan kecamatan Kronjo dan Kemeri di sebelah utara, kecamatan Sukamulya di bagian barat, kecamatan Cikupa di sebelah timur, dan kecamatan Cisoka di bagian selatan.

Tabel 3.1 Desa atau Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Balaraja No. 1 2 3 4 5 Desa atau Kelurahan Balaraja Talagasari Saga Sentul Sentul Jaya Keterangan Kelurahan Desa Desa Desa Desa

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

36

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

KEC. SUKAMULYA DESA SAGA 16 POSYANDU U WILAYAH KERJA PUSK. GEMBONG 8 POSYANDU

KEL. BALARAJA DESA TALAGASARI PUSKESMAS BALARAJA 7 POSYANDU DESA SENTUL JAYA 5 POSYANDU

KEC. CIKUPA

DESA SENTUL 9 POSYANDU

Keterangan Gambar= Batas Kecamatan = Jalan raya

KEC. CISOKA = Batas Desa Gambar 3.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Balaraja

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

37

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.2. VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN TUJUAN PUSKESMAS 3.2.1. Visi Memberikan pelayanan kesehatan profesional pada tahun 2015. 3.2.2. Misi Memberikan pelayanan tingkat pertama yang bermutu. Peningkatan kerja sama lintas program dan lintas sektoral. Peningkatan sumber daya untuk menunjang mutu pelayanan kesehatan.

3.2.3. Kebijakan Memberikan pelayanan tingkat pertama yang cepat dan tepat Bersikap ramah dan sabar Profesional dalam bertindak Meningkatkan kerjasama lintas program dan sektoral Meningkatkan efektivitas sistem manajemen mutu secara bersikenambungan

Kebijakan mutu ini tercantum dalam pernyataan: Kami bertekad memberikan pelayanan dengan cepat, tepat ramah dan sabar untuk meningkatkan kepuasan pelanggan 3.2.4. Tujuan Diketahuinya gambaran umum derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Balaraja pada tahun 2011.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

38

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.3. DATA DEMOGRAFI

Tabel 3.2. Jumlah Kepala Keluarga Wilayah Kerja Puskesmas Balaraja Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 Desa/Kelurahan Balaraja Talagasari Saga Sentul Sentul Jaya Jumlah Jumlah 2.148 1.395 5.989 1.348 2.065 12.945

Tabel 3.3. Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin JUMLAH PENDUDUK No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 UMUR LAKI-LAKI 04 59 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 69 70 74 75+ 3.656 3.868 3.164 1.652 1.321 1.210 1.076 897 449 1.197 1.097 961 577 501 377 126 22.129 PEREMPUAN 5.483 4.079 3.338 2.498 1.999 1.833 1.629 1.528 509 1.806 1.656 1.450 870 753 566 188 30.185 JUMLAH 9.139 7.947 6.502 4.150 3.320 3.043 2.705 2.425 958 3.003 2.753 2.411 1.447 1.254 943 314 52.314

Jumlah Kecamatan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

39

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Tabel 3.4 Klasifikasi Penduduk Menurut Agama No. 1 2 3 4 AGAMA Islam Kristen Hindu Budha Jumlah JUMLAH 50.881 1.194 11 228 5.2314 % 97,24 2,30 0,02 0,44 100

3.4. DATA PENDIDIKAN

Tabel 3.5 Klasifikasi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No. 1 2 3 4 5 6 PENDIDIKAN Perguruan Tinggi SMU SLTP SD/ MI Tidak tamat SD Buta Huruf Jumlah JUMLAH 151 11.765 14.211 22.172 10 284 48.593 % 0,3 23 31 45 0,1 0,6 100

Tabel 3.6 Sarana Pendidikan No. 1 2 3 4 5 SARANA TK SD SLTP SMU SLB Jumlah JUMLAH 22 24 9 12 1 68

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

40

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.5. DATA SOSIAL EKONOMI

Tabel 3.7 Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian MATA PENCAHARIAN Petani Petani Penggarap Buruh Tani Pedagang Industri Rakyat Buruh Industri Pertukangan PNS Pensiunan PNS ABRI Purnawirawan ABRI Perangkat Desa Pengangguran Tidak Kentara Pengangguran Jumlah JUMLAH 1.611 9.040 175 5.475 467 7.058 235 1.099 503 246 203 271 2.234 1.583 30.199 % 5,33 29,94 0,58 18,13 1,54 23,37 0,78 3,64 1,67 0,81 0,67 0,9 7,4 5,24 100

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

41

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.6. DATA SUMBER KESEHATAN 3.6.1. Sumber Daya 3.6.1.1. Satu Unit Gedung Rawat Jalan

Ruang Remaja dan Lansia

Gambar 3.2 Denah lantai 1 Gedung Rawat Jalan

Ruang BP Anak

Gambar 3.3 Denah Lantai 2 Gedung Rawat Jalan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

42

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.6.1.2.

Satu Unit Gedung Rawat Inap

Gedung rawat inap yang baru selesai dibangun pada awal tahun 2009 ini, memiliki 4 kamar utama, dengan kapasitas total 22 tempat tidur yang terdiri atas : 3 buah tempat tidur untuk nifas, 5 buah tempat tidur anak, 8 buah tempat tidur untuk dewasa, 1 buah tempat tidur untuk persalinan, 1 buah tempat tidur untuk tindakan, dan 2 buah tempat tidur untuk gizi buruk.

Gambar 3.4 Denah Lantai 1 Gedung Rawat Inap

Gambar 3.5 Denah Lantai 2 Gedung Rawat InapKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

43

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.6.2. Ketenagaan Tabel 3.8. Jumlah Tenaga berdasarkan Jenis Ketenagaan dan Status Kepegawaian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KATEGORI TENAGA Dokter Umum Dokter Gigi SKM Perawat Bidan Pekarya Perawat Gigi Gizi Sanitasi Farmasi (asisten + apoteker) 11 12 13 14 15 16 17 Analis lab SMA (kasir + loket) Kebersihan Petugas Dapur Supir Satpam Medical Record JUMLAH 1 37 8 19 1 2 3 1 1 2 1 2 3 1 1 2 1 64 PNS/CPNS 3 1 2 8 14 1 1 2 1 3 5 STATUS JUMLAH PTT/ TKK 2 1 3 4 2 LAIN-LAIN 5 2 5 12 21 1 1 2 1 3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

44

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

3.7. SARANA KESEHATAN Tabel 3.9. Sarana Kesehatan No. JENIS SARANA KESEHATAN 1 a. Puskesmas b. Puskesmas Pembantu c. Puskesmas Keliling 2 . 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Rumah Bersalin Swasta Balai Pengobatan Swasta Praktek Dokter Umum Swasta Praktek Bidan Swasta Dokter Gigi praktek swasta Laboratorium Klinik Swasta Apotik Optikal Gudang Farmasi Posyandu Toko Obat Pos UKK Polindes JUMLAH (BUAH) 1 0 0 0 0 5 25 14 37 2 4 5 3 0 45 3 0 1

3.8. PERLENGKAPAN MEDIS Puskesmas Balaraja juga ditunjang dengan berbagai peralatan yang sangat membantu kegiatan pelayanan kesehatan itu sendiri. Peralatan tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Peralatan penunjang medis, yaitu: tensimeter, stetoskop, peralatan bedah minor, timbangan berat badan, alat pemeriksaan laboratorium (alat pemeriksa kadar gula darah, alat pemeriksa kadar asam urat), mikroskop untuk pemeriksaan (laboratorium) sputum, ultrasonografi, tabung oksigen, peralatan partus, stetoskop Laenec.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

45

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Peralatan penunjang non medis, yaitu : Perlengkapan kantor dan administrasi Peralatan rumah tangga : meja tulis, kursi, papan tulis, lemari arsip, komputer, printer, dan mesin ketik. : Kulkas, tempat tidur susun, lemari,

dispenser, perlengkapan dapur, dan alat pembersih yang masih layak pakai. Peralatan komunikasi : Terdapat telepon yang juga berfungsi sebagai alat faks Perlengkapan transportasi Sumber air : Terdapat satu unit mobil Puskesmas Keliling. : Air di Puskesmas berasal dari air tanah yang kualitas dan kuantitasnya dinilai cukup baik secara fisik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

46

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN DAN EVALUASI

4.1. METODOLOGI PENELITIAN 4.1.1. Kerangka Teori

Status Imunisasi Campak Balita

Outcome

Status ekonomi

Status Infeksi Penyebab Langsung

Karakter ibu, Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Tradisi & Kepercayaan, Tingkat Sosial Ekonomi

Ketersediaan dan Keterjangkauan Sarana Kesehatan

Sikap & Perilaku Petugas Kesehatan, Dukungan keluarga, tokoh masyarakat, & tokoh agama, Kebijakan formal Penyebab Tidak Langsung

Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, Faktor Penguat

Kemiskinan dan Pendidikan

Akar Masalah

Pembangunan Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

47

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

4.1.2. Kerangka Konsep

Faktor Ibu Status Imunisasi Faktor Ekonomi Campak Balita

Faktor Akses Informasi

Faktor Akses Pelayanan

4.1.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel terikat ( dependen ) o Status Imunisasi Campak Balita Tidak mendapatkan imunisasi campak Medapatkan imunisasi campak

Variabel bebas ( independen ) o Faktor Ibu Usia Ibu Tingkat pendidikan terakhir ibu Pengetahuan ibu mengenai imunisasi Sikap ibu mengenai imunisasi Perilaku ibu mengenai imunisasi Status pekerjaan ibu

o Faktor Ekonomi Biaya untuk mendapatkan imunisasi o Faktor Akses Informasi Sumber ibu mendapatkan informasi mengenai imunisasi o Faktor Akses Pelayanan Jarak rumah ke posyandu terdekat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

48

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Definisi Operasional Variabel Terikat (Dependen) Status Imunisasi campak balita Keadaan didapatkan atau tidaknya imunisasi campak pada balita Variabel Bebas (Independen) Faktor Ibu Usia Ibu Usia ibu balita Wawancara Kuesioner 1 = di bawah 30 tahun 2 = di atas 30 tahun Tingkat Pendidikan Ibu Jenis pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh ibu anak Pengetahuan Imunisasi Pengetahuan ibu balita terhadap imunisasi Sikap Ibu mengenai Imunisasi Reaksi atau respon Ibu terhadap imunisasi Wawancara Kuesioner 1= buruk 2 = baik Ordinal Wawancara Kuesioner 1= buruk 2 = baik Ordinal Wawancara Kuesioner 1 = rendah 2 = tinggi Ordinal Nominal Wawancara Kuisioner 1 = Tidak Imunisasi campak 2= Imunisasi campak Nominal Cara Ukur Instrumen Hasil Ukur Skala

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

49

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Perilaku Ibu mengenai Imunisasi

Suatu perbuatan nyata Ibu terhadap imunisasi

Wawancara

Kuesioner

1= buruk 2 = baik

Ordinal

Status Pekerjaan Ibu

Pekerjaan yang dimiliki ibu balita

Wawancara

Kuesioner

1= bekerja 2= tidak bekerja

Nominal

Faktor Ekonomi Biaya untuk Mendapatkan Imunisasi Peranan biaya dalam mendapatkan imunisasi Wawancara Kuesioner 1= menjadi penghalang 2= tidak menjadi penghalang Faktor Akses Informasi Sumber Informasi mengenai Imunisasi Sumber dimana ibu mendapatkan informasi mengenai imunisasi Faktor Akses Pelayanan Jarak rumah ke posyandu terdekat Jarak yang harus di tempuh untuk mendapatkan imunisasi di posyandu terdekat dari rumah. Wawancara Kuesioner 1 = jauh 2 = dekat Ordinal Wawancara Kuesioner 1= bukan tenaga medis 2= tenaga medis Nominal Nominal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

50

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

4.1.4. Hipotesis 1. Ada pengaruh faktor ibu terhadap status imunisasi campak pada balita di Puskesmas Balaraja. 2. Ada pengaruh faktor ekonomi terhadap status imunisasi campak pada balita di Puskesmas Balaraja. 3. Ada pengaruh faktor akses informasi terhadap status imunisasi campak pada balita di Puskesmas Balaraja. 4. Ada pengaruh faktor akses pelayanan terhadap status imunisasi campak pada balita di Puskesmas Balaraja.

4.1.5. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan pendekatan crosssectional.

4.1.6. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Puskesmas Balaraja dengan wilayah kerja yang meliputi 5 desa, yaitu Desa Balaraja, Desa Talaga Sari, Desa Saga, Desa Sentul, dan Desa Sentul Jaya. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Februari 2012 sampai dengan 3 Maret 2012 dari pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB.

4.1.7. Populasi Studi Populasi studi yang diambil adalah ibu yang memiliki anak berusia 12 bulan - 59 bulan yang tidak mendapatkan imunisasi campak dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Balaraja, yaitu sebanyak 48 ibu. Sebagai kontrol, dipilih 48 ibu yang memiliki anak berusia 12 bulan - 59 bulan yang sudah mendapatkan imunisasi campak dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Balaraja.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

51

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

4.1.8. Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data Primer didapatkan melalui wawancara langsung dengan ibu yang memiliki anak berusia 12 bulan - 59 bulan yang tidak dan sudah mendapatkan imunisasi campak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Balaraja. 2. Data sekunder didapatkan melalui laporan hasil imunisasi rutin bayi puskesmas (kumulatif) Puskesmas Balaraja tahun 2011 dan laporan bulanan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Balaraja periode Januari Desember 2011.

4.1.9. Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Melakukan pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk meneliti kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman dalam pengisian kuesioner. 2. Melakukan pengkodean pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama dari hasil penelitian yang didapatkan dari kuesioner. 3. Melakukan tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. 4. Mengkategorikan hasil dari penelitian yang telah di coding untuk kemudian dimasukkan ke dalam program STATA 10.

4.1.10. Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel yang ada dan analisis bivariat, uji Chi Square di dalam menilai ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dangan variabel independen.Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Balaraja - Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Tahun 2012

52

Evaluasi Program Imunisasi Campak Puskesmas Balaraja Periode Januari Desember 2011

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program STATA 10. Pada program ini tingkat kepercayaan standar yang diaplikasikan adalah 95% sedangkan

signifikasi/probabilitas standar yang diaplikasikan adalah 5%.

4.1.11. Penyajian Data Data yang didapatkan dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk : Tekstular : penyajian data dalam bentuk uraian kata kata Tabular Grafikal : penyajian data dala bentuk tabel tabel : penyajian data