Survey Epid Campak

28
TUGAS EPIDEMIOLOGI LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGIS CAMPAK Dosen Pengampu: Sri Wahyuni Mamat, S.Kp. Ns Disusun Oleh : 1. Alfatihatun Nisa (P17424109054) 2. Catur Anita Sari (P17424109057) 3. Dhesi Wulandari (P17424109062) 4. Daru Dwi Damayanti (P17424109058) 5. Elfa Puspitanigrum (P17424109065) 6. Fika Tri Setyaningrum (P17424109068) 7. Kurnia Safitri (P17424109073) 8. Rina Risqiati (P17424109084)

Transcript of Survey Epid Campak

Page 1: Survey Epid Campak

TUGAS EPIDEMIOLOGI

LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGIS CAMPAK

Dosen Pengampu: Sri Wahyuni Mamat, S.Kp. Ns

Disusun Oleh : 

1. Alfatihatun Nisa (P17424109054)

2. Catur Anita Sari (P17424109057)

3. Dhesi Wulandari (P17424109062)

4. Daru Dwi Damayanti (P17424109058)

5. Elfa Puspitanigrum (P17424109065)

6. Fika Tri Setyaningrum (P17424109068)

7. Kurnia Safitri (P17424109073)

8. Rina Risqiati (P17424109084)

9. Trijayanti (P17424109087)

10. Tri Hendrayani (P17424109086)

11. Vaniati Yusi Arista (P17424109088)

12. Wilda Oki Sofiana (P17424109092)

13. Wening Dwijayanti (P17424109091)

  

PRODI D III KEBIDANAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SEMARANG

2011

Page 2: Survey Epid Campak

A.     JUDUL LAPORAN

LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGI KAJIAN DATA CAMPAK

DI PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1994 – 1996

ANALISA :

Judul laporan “LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGI KAJIAN DATA

CAMPAK DI PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1994 – 1996” sudah

sesuai dengan kriteria penulisan judul laporan dalam pencatatan dan pelaporan

epidemiologi yaitu sudah memuat survei penyelidikan yang dilakukan, tempat

pelaksanaan survei dan bilamana survei dilaksanakan.

B.     PENDAHULUAN

Kesepakatan pertemuan The World Health Assembly (WHA) dan

The World Summit for Children, bertujuan menanggulangi penyakit

campak secara bertahap. Pada tahun 1995 angka kesakitan campak akan 

diturunkan sebesar 95 % dari angka sebelum dilaksanakannya program

imunisasi.

Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian campak

tersebut, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya antara lain

melakukan uji coba program reduksi campak di kabupaten Serang pada

tahun 1994. Pada tahun berikutnya program reduksi campak tersebut telah

dilaksanakan diseluruh Indonesia secara bertahap dan beberapa propinsi

mulai melaksanakannya secara intensive diantaranya adalah propinsi Jawa

Barat. Sasaran yang ingin dicapai program tersebut adalah tercapainya

angka kesakitan campak usia balita 50/10.000 dan angka kematian

2/10.000 penduduk di Bali, Jawa dan Sumatera pada tahun 1995 dan

diseluruh Indonesia pada tahun 2000.

Pengkajian data campak di propinsi Jawa Barat ini diharapkan

dapat memberikan gambaran situasi campak / KLB di propinsi tersebut,

sebagai bahan untuk merencakan langkah – langkah intervensi dan

evaluasi oleh program terkait bilamana diperlukan.

Disadari, laporan ini masih terdapat kekurangan – kekurangan,

baik dari sisi maupun kedalaman analisisnya, maka untuk

Page 3: Survey Epid Campak

penyempurnaanya saran / masukan terutama dari program terkait, sangat

diharapkan.

ANALISA :

Pendahuluan laporan diatas sudah sesuai dengan kriteria penulisan

karena sudah diuraikan sebab atau alasan – alasan untuk melaksanakan survei

yaitu upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian campak tersebut,

Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya antara lain melakukan uji

coba program reduksi campak di kabupaten Serang pada tahun 1994,

memberikan gambaran situasi campak / KLB di propinsi tersebut, sebagai

bahan untuk merencakan langkah – langkah intervensi dan evaluasi oleh

program terkait bilamana diperlukan, sudah dituliskan peristiwa-peristiwa

yang terjadi seperti Kesepakatan pertemuan The World Health Assembly

(WHA) dan petugas yang melakukan survei.

C.     LATAR BELAKANG

1. GEOGRAFI

Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa.

Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di

timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di

barat.

Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian

tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian

pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik

tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat

daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai

Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa. Iklim di

Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung

Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm

per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai

5.000 mm per tahun.

2. DEMOGRAFI

Page 4: Survey Epid Campak

Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia, 16 persen

dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di

Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABOTABEK

(sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan

berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total

nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada

bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri

manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor

pelayanan (29%). Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku

Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di beberapa kota di

pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip

dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan

dengan DKI Jakarta seperti sebagian Bekasi, sebagian Depok, dan

Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Indonesia dialek

Betawi.Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan

dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah

JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup

di pedesaan yang tersisa. Populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565

jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km

persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per

tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan

2,02% per tahun. Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan

kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa

daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama

berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita

menggunakan Bahasa Sunda.

Komposisi penduduk Propinsi Jawa Barat menurut struktur umur

dan jenis kelamin dapat digambarkan dengan jelas oleh piramida

penduduk. Piramida penduduk juga dapat menunjukkan distribusi

penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Selain itu piramida

penduduk dapat menunjukkan tingkat perkembangan penduduk pada

setiap kelompok umur yang berbeda. Berdasarkan gambar piramida

Page 5: Survey Epid Campak

penduduk Propinsi Jawa Barat di atas terlihat adanya penurunan

tingkat fertilitas selama kurun waktu lima tahun terakhir, hal ini

terlihat dari perbedaan panjang batang piramida kelompok umur 0-4

tahun yang sedikit lebih pendek dibandingkan kelompok umur 5-9

tahun.

Penduduk Propinsi Jawa Barat tergolong penduduk muda menuju

"transisi". Hal ini diperlihatkan oleh panjang batang piramida untuk

kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14 tahun yang sedikit lebih panjang dari

kelompok umur lainnya. Golongan penduduk muda biasanya

diperlihatkan dengan panjang batang piramida kelompok umur 0-4, 5-

9, 10-14 tahun lebih panjang dari kelompok umur lainnya dan batang

piramida untuk kelompok umur 60 tahun ke atas yang cukup pendek.

Artinya, ada kecenderungan komposisi penduduk Propinsi Jawa Barat

di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usaha

produktif, dengan terus menurunnya tingkat fertilitas dan cukup

baiknya derajat kesehatan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten memiliki

pekerjaan besar untuk terus mengawal perkembangan penduduk

secara terintegratif dan berkelanjutan agar terbentuk masyarakat yang

berkualitas dengan capaian kualitas kesehatan, pendidikan dan

ekonomi yang terus meningkat.

3. SOSIAL EKONOMI

Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi

untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit,

pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas

bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa

Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor

manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%),

totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih

menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional,

berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil

tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai

total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama

Page 6: Survey Epid Campak

tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya

adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen

pesawat dan lainnya.Nilai budaya sebuah masyarakat bisa dilihat dari

kehidupannya sehari-hari. Banyak aspek yang bisa ditemukan dalam

masyarakat untuk mengetahui lebih banyak tentang budayanya. Begitu

pula Budaya Masyarakat Jawa Barat. Sistem kekerabatan orang Sunda

banyak dipengaruhi oleh adat yang diteruskan secara turun temurun

berdasarkan agama Islam, unsur adat dan agama terjalin erat menjadi

adat kebiasaan dan kebudayaan orang sunda.

Perkawinan di Tanah Sunda misalnya dilaksanakan baik secara adat

maupun secara agama Islam. Dalam penyelenggaraan perkawinan itu

terdapat upacara - upacara adat yang bercampur dengan unsur agama

Islam. Upacara adat yang bercampur dengan agama Islam antara lain :

o Keluarga batih (terdiri dari suami, isteri dan anak - anak)

o Matrilokal (sesudah menikah masih tetap tinggal dalam satu rumah

bersama orangtua).

o Dufur, baraya deukeut, baraya jauh (sekelompok kerabat yang masih

sadar akan kekerabatannya).

o Bondoroyot (diorientasikan oleh seorang Ego kepada nenek

moyangnya yang jauh di masa lampau).

o Nama panggilan ayah biasanya berdasarkan nama anaknya yang

tertua atau yang pertama.

Sistem Kemasyarakatan

Beberapa pengelompokan utama pada orang sistem masyarakat

sunda berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:

o Berdasarkan tempat : adanya orang Sunda dari berbagai daerah,

misalnya orang Sunda Bogor, Priangan, Cirebon, Karawang dan

sebagainya.

o Berdasarkan keadaan materi : adanya lapisan anu beunghar (kaya)

dan lapisan sangsara (miskin).

Page 7: Survey Epid Campak

o Berdasarkan prestise feodalistis : adanya orang Sunda "menak'

(bangsawan) dan "cacah/somah" (rakyat biasa), orang Sunda terpelajar

dan bukan terpelajar.

o Berdasarkan profesi mata pencaharian : pegawai negeri, pengusaha,

pedagang, petani, buruh, nelayan dan lain - lain.

ANALISA :

Latar belakang yang dicantumkan sudah diuraikan mengenai daerah, tempat

dilaksanakan survei, meliputi : karekteristik geografi dari daerah Jawa Barat,

karakteristik demografi yaitu jumlah penduduk, distribusi menurut umur, dan

jenis kelamin. Karakteristik sosial ekonominya juga sudah dicantumkan mengenai

distribusi penghasilan, jenis pekerjaan, kebiasaan, dan adat istiadat.

D.    TUJUAN SURVEI

1. Umum : Mengetahui situasi penyakit campak, permasalahan dalam 

reduksi  campak dan upaya – upaya penanggulangannya.

2. Khusus : Mengetahui

a. Distribusi kasus dan kematian campak menurut golongan umur tahun

1992 – 1996

b. Kecenderungan angka insiden campak menurut golongan umur dan

cakupan imunisasinya tahun 1994 – 1995

c. Frekuensi, jumlah kasus/ kematian campak pada KLB di beberapa

dati II propinsi Jawa Barat tahun 1995 – 1996

d. Mengetahui daerah resiko tinggi dan langkah - langkah pelaksanaan

SKD – KLB serat permasalahannya

ANALISA :

Tujuan survei sudah menyebutkan maksud dan bentuk pelaksanaan kegiatan : yang

mencakup evaluasi program, investigasi kasus atau kegiatan penelitian

E.     METODE SURVEI

1. Pengumpulan Data

Page 8: Survey Epid Campak

Data yang digunakan untuk pengkajian ini adalah data

sekunder yang dikumpulkan dengan cara :

a. Mengumpulkan laporan rutin penyakit/ kematian campak dari

puskesmas dan rumah sakit yang ada di kanwil dan Dinas

Kesehatan propinsi Jawa Barat.

b. Mengumpulkan laporan KLB campak dari hasil  investigasi KLB.

c. Wawancara dan dengar pendapat dengan pelaksana dan

penanggung jawab program P2M/ reduksi campak di Kanwil dan

Dinas kesehatan propinsi Jawa Barat

2. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dalam bentuk tabel,

grafik atau peta dan analisa deskriptif

ANALISA :

Sudah menguraikan mengenai penyakit atau penderita yang diselidiki dan tata

cara pelaksanaan survei,sudah mencakup batasan penyakit atau penderita, sample

yang diperiksa , cara pengambilan sample, siapa saja yang dijadikan responden,

peralatan yang akan digunakan, waktu pelaksanaan survei.

F.      HASIL SURVEI

1. Kelengkapan Laporan

Tabel. 1.

PERSENTASE KELENGKAPAN LAPOARAN

SST RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS PROP. JAWA BARAT

TAHUN 1992 – 1995

NO. TAHUN Jenis Laporan (%)

R12al R12bl Lb1l

1.

2.

3.

4.

1992

1993

1994

1995

45,5

33,3

70,5

55,3

46,2

34,2

70,5

55,3

87,1

71,4

88,7

64,2

Sumber : Laporan SST Puskesmas dan RS

Subdit Surveilans/ Dinkes Dati II Jawa Barat

Page 9: Survey Epid Campak

Dari tabel 1, persentase kelengkapan laporan rutin dari Rumah Sakit rata

– rata masih rendah. Tetapi kelengkapan laporan dari puskesmas lebih

baik.

2. Jumlah Kasus Campak Menurut Golongan Umur

Tabel. 2.

PROPORSI DAN DISTRIBUSI KASUS CAMPAK

MENURUT GOLONGAN UMUR

DI PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1992 – 1996

NO. TAHUN < 1 TH 1 – 4 5 – 14 > 15 TOTAL

1. 1992 2.045

(10,6%)

7.418

(38,5%)

7.087

(36,8 %)

2.713

(14,1 %)

19.263

(100 %)

2. 1993 2.161

(12,3 %)

6.736

(38,3 %)

6.122

(34,8 %)

2.575

(14,6 %)

17.594

(100 %)

3. 1994 1.737

(10,6 %)

5.911

(36,0 %)

6.433

(39,2 %)

2.330

(14,2 %)

16.411

(100 %)

4. 1995 1.582

(11,6 %)

5.241

(38,4 %)

5.120

(37,6 %)

1.680

(12,4 %)

13.630

(100 %)

5. 1996 * ) 376

(11,8 %)

1.301

(40,9 %)

1.138

(35,7 %)

369

(11,6 %)

3.184

(100 %)

Sumber : Laporan SST RS dan Puskesmas

Keterangan : *) sampai dengan bulan Maret

Dari tabel 2, terlihat proporsi kasus campak selama tahun 1992 – 1996

kurang lebih 50 % pada anak usia  < 5 tahun.

3. Proporsi jumlah kasus menurut sumber laporan

Tabel. 3.

PROPORSI JUMLAH KASUS CAMPAK

MENURUT SUMBER LAPORAN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT

PROPINSI JAWA BARAT, TAHUN 1992 – 1995 

NO. TAHUN PROPORSI JUMLAH KASUS

MENURUT SUMBER LAPORAN

Rumah Puskesmas Jumlah

Page 10: Survey Epid Campak

Sakit

1. 1992 2.323

(12,05 %)

16.940

(87,95 %)

19.263

2. 1993 2.432

(13,82 %)

15.162

(86,10 %)

17.594

3. 1994 2.313

(14,10 %)

14.098

(85,90 %)

16.411

4. 1995 2.255 11.375 13.630

  Jumlah 9.323

(13,94 %)

57.575

(88,06 %)

66.898

(100,0 %)

Sumber : Laporan SST Puskesmas dan RS

Subdit Surveilans/ Dinkes Dati I Jawa Barat

Pada tabel 3, selama tahun 1992 – 1995 sebagian besar kasus campak

(88,06 %) dilaporkan oleh puskesmas.

4. Angka insiden campak

Tabel. 4.

ANGKA INSIDEN CAMPAK MENURUT GOLONGAN UMUR

PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1992 – 1995

 

Sumber :     Laporan SST RS dan Puskesmas

                  Kanwil/ Dinas Kes. Tingkat I

 

Dari tabel 4, angka insiden campak usia < 5 tahun yang

dilaporkan oleh puskemas dan rumah sakit selama tahun 1992 – 1995

berkisar antara 14,90 – 21 per 10.000 penduduk.

5. Cakupan Imunisasi Campak per Dati II

Tabel. 5.

NO. TAHUN < 1 TH 1 – 4  < 5 5 - 14

1. 1992 23,05 20,70 21,20 7,90

2. 1993 23,70 18,80 19,80 6,80

3. 1994 18,50 16,60 16,90 7,20

4. 1995 15,90 14,50 14,90 5,70

Page 11: Survey Epid Campak

CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PER DATI II

PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1992-1995

 

NO DATI II CAKUPAN IMUNISASI (%)

1992 1993 1994 1995 1996  *)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Serang

Pandeglang

Lebak

Tangerang

Bekasi

Karawang

Purwakarta

Subang

Bogor

Sukabumi

Cianjur

Bandung

Sumedang

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Cirebon

Kuningan

Majalengkang

Indramayu

Kodya bogor

Kodya sukabumi

Kodya bandung

Kodya Cirebon

Kodya tangerang

99,90

103,0

91,40

108,10

104,60

87,60

90,80

90,30

97,30

103,10

91,90

89,40

98,90

88,90

94,70

92,50

91,10

100,50

103,50

95,60

116,10

115,20

105,30

95,60

x)

92,65

82,38

91,70

88,0

93,40

92,83

90,85

91,61

94,51

102,40

93,46

81,37

95,05

91,30

92,88

88,29

93,58

96,70

97,99

92,16

89,18

98,91

82,43

88,25

-

93,0

78,20

93,80

109,0

90,40

90,70

91,40

94,30

90,50

99,10

83,30

89,70

91,40

87,10

94.40

83,70

89,60

99,30

93,50

94,20

77,20

82,60

90,40

91,50

93,40

100,40

89,03

87,10

107,50

101,60

92,27

98,80

98,43

93,01

106,20

104,10

90,95

85,93

93,18

90,38

87,06

91,65

92,77

90,30

92,49

87,15

72,06

84,57

92,47

104,50

15,91

12,96

14,02

14,89

14,84

10,35

15,48

16,11

14,04

13,26

13,66

13,23

14,02

13,74

14,53

14,44

16,76

19,43

16,33

14,54

11,58

32,37

15,25

13,35

14,80

  RATA_RATA 98,14 91,09 91,90 94,86 14,36

Sumber : Kanwil Depkes. Propinsi Jawa Barat

Keterangan       : *) Bulan April & Mei 1996.

Page 12: Survey Epid Campak

                        x) Masih bergabung dengan kab. Tangerang 

Dari tabel 5, rata-rata cakupan imunisasi campak tahun 1992-

1995 mencapai > 90%, pada periode tahun tersebut.

6. Angka Fatalitas kasus (CFR) campak rawat inap rumah sakit.

Tabel. 6.

JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN CAMPAK DI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT DALAM PROPINSI JAWA BARAT

TAHUN 1992-1995

Sumber : laporan SST RS Kanwil Depkes. Jabar.

pada tabel 6, tidak ada kematian kasus campak di rawat inap

rumah sakit selama tahun 1992-1995.

7. Frekuensi, jumlah kasus dan kematian serta (CFR) campak pada

KLB.

Tabel.7.

FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN

CAMPAK PADA KLB PER DATI II PROPINSI JABAR

TAHUN 1992 S.D JULI 1996

NO DATI II P M FREKUENSI RATA-RATA

KASUS/KLB

NO TAHUN P M CFR (%)

1

2

3

4

1992

1993

1994

1995

--

265

306

228

--

0

0

0

--

0

0

0

Page 13: Survey Epid Campak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

SERANG

PANDEGLANG

LEBAK

BEKASI

KARAWANG

PURWAKARTA

SUBANG

 BOGOR

CIANJUR

 BANDUNG

SUMEDANG

GARUT

TASIKMALAYA

CIAMIS

CIREBON

KUNINGAN

MAJALEMGKANG

INDRAMAYU

KOD. SUKAB

KOD. CIREBON

 

1,715

131

839

59

21

20

30

662

312

7

134

87

41

171

9

67

145

45

36

32

109

3

24

0

1

0

0

55

0

0

0

0

2

2

3

0

0

0

0

3

 

 

37

5

19

5

1

1

3

21

5

1

6

4

2

7

1

4

6

4

3

2

 

47

44

35

12

21

20

10

32

62

7

22

22

21

25

9

17

24

11

12

16

    4,563 202

CFR = 4,4

137 33

Pada tabel 7, dari 25 Dati II yang ada, 20 Dati II dilaporkan

pernah terjadi KLB campak selama tahun 1992-1996 dengan frekuensi

kejadian, jumlah kasus dan kematian yang bervariasi.

8. penderita, Kemataian dan CFR KLB campak menurut umur.

Tabel. 8.

PENDERITA, KEMATIAN DAN CFR KLB CAMPAK

MENURUT UMUR PADA BEBERAPA KABUPATEN

PROP. JABAR TH. 1995 – 1996

NO DATI II < 1 TH 1 – 4 5 – 14 >15 KETERANGAN

P/M CFR P/M CFR P/M CFR P/M CFR

Page 14: Survey Epid Campak

1

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

3

 

 

4

 

5

6

7

 

8

9

BOGOR

 

 

 

 

 

Subtot

PANDEGL

 

 

 

 

Subtot

KUNING

 

Subtot

PURWKT

 

LEBAK

CIAMIS

SUMEDN

 

SUBANG

CIANJUR

1/0

4/0

3/0

1/0

8/0

2/0

19/0

5/0

4/0

 

2/0

 

0

 

11/0

0/0

2/0

2/0

3/0

 

1/0

0

3/0

 

4/0

2/0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

 

0

 

-

 

0

0

0

0

0

 

0

0

0

 

0

0

12/0

12/1

13/0

9/0

23/0

4/0

73/1

24/0

17/0

 

16/2

 

20/2

 

77/4

11/0

7/0

18/0

6/0

 

17/3

0

5/0

 

8/0

43/1

0

8,3

0

0

0

0

1,4

0

0

 

12

 

10

 

5,2

0

0

0

0

 

17

0

0

 

0

2,3

33/0

4/0

2/0

8/0

9/0

19/0

75/0

8/0

8/0

 

5/0

 

15/0

 

36/0

13/0

38/0

51/0

11/0

 

20/3

15/0

18/0

 

5/0

22/0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

 

0

 

0

 

0

0

0

0

0

 

15

0

0

 

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

 

0

 

0

 

0

2/0

0

2/0

0

 

0

0

2/0

 

0

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

 

-

 

-

 

-

0

-

-

-

 

-

-

0

 

-

-

Imun. Tak diket

Semua tak

diimun

Semua tak

diimun

Semua tak

diimun

Semua tak

diimun

Imun. Tak diket.

 

 

21 tak

diimunisasi

2 diimunisasi

18 tak diimun

5 tak diket

32 tak diimun

3 tak diket

 

24 tak diimun

Imun tak diket.

 

5 tak diimun

15 tak diimun

Semua tak

diimun

Semua tak

diimun

21 tak diimun

2 diimun

57 tak diimun

Page 15: Survey Epid Campak

4 tak diimun

  JUMLAH 45/0 0 247/9 3,6 253/3 1,2 6/0 0  

Sumber : Kanwil Depkes. Propinsi Jawa Barat.

Pada tabel 8, jumlah penderita dan kematian campak pada KLB dibeberapa

DatiII selama tahun 1995 s.d. Maret 1996 paling banyak menyerang

penduduk usia 1-4 tahun dan 5-14.

ANALISA :

Semua data yang didapatkan yaitu data primer dan data sekunder sudah disajikan

dalam bentuk table yang sudah lengkap, namun hasil tidak disajikan dalam

bentuk teks dan grafik.

G. PEMBAHASAN

Jumlah kasus campak semua umur dan umur <5 tahun di propinsi Jawa

Barat yang dilaporkan dari rumah sakit dan puskesmas selama tahun 1992-

1995 cenderung menurut tabel 3 dan tabel 2. Demikian juga angka insidens

usia <5 tahun menurun dari 21,20 menjadi 14,90 per 10.000 penduduk (tabel

4). Dari gambaran tersebut dapat dikatakan kasus campak dipropinsi Jawa

Barat selama 4 tahun terakhir (1992-1995) menurun cukup drastic. Hal ini

dapat dimaklumi karena, belum semua penderita/kematian campak dapat

datang berobat kepuskesmas dan rumah sakit dengan beberapa alasan, antara

lain : factor ketidaktahuan, biaya berobat dan sebagainya. Selain factor

tersebut, rata-rata kelengkapan laporan puskesmas dan rumah sakitmasih

rendah berkisar antara 64,2% - 88,7% untuk laporan puskesmas dan rumah

sakit tersebut, perlu diupayakan antara lain melalui umpan balik secara terus

menerus, disamping melakukan peningkatan koordinasi ke RS dan

bimbingan/motivasi ke puskesmas.

Penurunan angka insidens campak tersebut seiring dengan peningkatan

cakupan imunisasi campak. Gambaran ini divisualisasikan pada grafik

(lampiran1). Dari grafik tersebut terlihat angka insidens menurun kelompok

umur < 1 tahun, 1-4 tahun dan 5-14 tahun semuanya cenderung menurun,

dimana posisi rata-rata cakupan imunisasi pada periode tahun yang sama

cukup mantap, yaitu berkisar antara 91,09% - 98,1%. Dari gambar ini, posisi

Page 16: Survey Epid Campak

cakupan imunisasi campak yang mantap >90% dapat menekan angka

insidens cukup drastic.

Jika dilihat jumlah kasus yang dilaporkan, komstribusi kasus dari puskesmas

lebih banyak (88,06%) dibandingkan jumlah kasus dari rumah sakit

(13,94%) (tabel 3). Bila survailans campak dimasyarakat (CBS)

ditingkatkan, maka penemuan kasus campak yang datang berobat

kepuskesmas akan meningkat pula, kewaspadaan dini kemungkinan KLB

campak dapat segera diketahui.

Proporsi penderita campak menurut kelompok umur dibawah 5 tahun dan 5

tahun keatas terlihat hampir sama (tabel 2), berarti selama 4 tahun (1992-

1995) tidak terjadi pergeseran umur penderita campak keusia yang lebih tua.

Kelompok umur campak pada KLB yang dilaporkan dari beberapa Dati II

juga menunjukan relatip sama besar pada usia 1-4 tahun dengan 5-14 tahun

(tabel 8)

Dari laporan KLB Dati II selama tahun 1992 s.d. Juli 1996 yang dapat

dicatat, terlihat dari 25 Dati II yang ada, 20 Dati II diantaranya melaporkan

diwilayahnya terjadi KLB. Dengan frekuensi kejadian yang bervariasi (tabel

7). Frekuensi KLB terbanyak selama kurang lebih 4 tahun berturut-turut

yaitu kab.serang (109 kali). Kab. Bogor (55 kali) dan lebak 23 kali. Angka

fasalitas kasus (cfr) selama 4 tahun tersebut kurang lebih 4,4%, masih

termasuk CFR dinegara-negara berkembang yaitu berkisar 1%-6%. Dari

informasi hasil wawancara dengan pengelola program di Dinas/Kanwil

Jabar. Kematian campak pada KLB disebabkan adanya komplikasi ispa dan

diae. Sedangkan CFR rawat inap rumah sakit pada periode tahun yang sama

dilaporkan 0% atau tidak ada kematian (tabel6),berarti pelayanan kasus

campak dirumah sakit dapat dikatakan sudah baik.

Tinggimya frekuensi KLB campak pada DatiII Serang, Lebak dan bogor

kemungkinan masih terdapatnya dese-desa kantong dengan cakupan

imunisasi yang masih rendah atau <90% (desa potensi KLB), meskipun

cakupan imunisasi rata-rata kabupaten-kabupaten tersebut mencapai >90%

selama tahun 1992-1995, kecuali kabupaten Lebak (87,10%) pada tahun

1995 (tabel 5).

Page 17: Survey Epid Campak

Penderita campak pada KLB pada umumnya belum mendapat imunisasi

campak, berarti atau tidak merata (tabel 8).

Beberapa Dati II diperkirakan berpotensi KLB pada tahun yang akan datang

bila dilakukan upaya-upaya meningkatkann cakupan imunisasi selama 3

tahun terakhirada yang < 90% yaitu : kab. Cirebon, Kod. Sukabumi, dan

Kod Cirebon (tabel 5). Sebanyak 10 DatiII tersebut perlu mendapat

perhatian untuk melakukan peningkatan cakupan imunisasi <90% belum

dapat memberikan kekebalan yang memadai dimasyarakat disatu pihak dan

Dati II tersebut hampir seluruhnya dalam 4 terakhir ini pernah terjadi KLB

campak.

 ANALISA :

Dalam pembahasan ini sudah dilakukan ulasan terhadap semua hasil yang

diperoleh, sedangkan analisa statistic dan hipotesa tidak dilaporkan dalam

pembahasan. Hal ini belum sesuai dengan format pencatatan dan pelaporan hasil

survey yang benar.

H. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kajian data tersebut dapat disimpulkan :

1. Jumlah kasus dan angka insidens campak umur <5 tahun dipropinsi

Jawa Barat selama tahun 1992-1995 menurun dari 21,20 – 14,90 per

10.000 penduduk usia < 5 tahun dan penurunan angka insidens

tersebut seiring dengan rata-rata cakupan imunisasi mencapai > 90%.

2. Jumlah penderita yang dilaporkan sebagian besar (88,06%) berasal

dari puskesmas, sedangkan dari rumah sakit hanya (13,94%).

3. Proporsi penderita campak pada kelompok umur kurang 5 tahun

dengan umur 5 tahun keatas pada data rutindan data KLB hampir

sama, berarti belum terjadi pergeseran umur penderita kearah usia

yabg lebih tua (>5 tahun). Tetapi usia penderita < 1 tahun terlihat ada

penurunan.

4. Beberapa Dati II diperkirakan berpotensi KLB bilamana tidak

dilakukan upaya-upaya peningkatn cakupan imunisasi yaitu :

Kab.Pandglang, Kab.Tangerang, Kab.Bandung,

Page 18: Survey Epid Campak

Kab.Garut,Kab.Ciamis,Kab.Cirebon,Kod.Bogor,Kod.Sukabumi,Kod.

Bandung dan Kod.Cirebon.

5. Angaka fatalitas kasus (CFR) pada KLB campak Negara-negara

4,4% masih termasuk dalam kelompok CFR campak Negara-negara

berkembang (1%-6%), dengan rata-rata jumlah kasus setiap terjadi

KLB sebanyak 33 penderita. Sedangkan pada rawat inap R.S tidak

ada kematian (CFR=0%).

            Disarankan :

1. Dati II yang cakupan imunisasi campaknya masih < 90%, agar

meningkatkanya >90% dan merata sampai kedesa.

2. Perlu dikembangkan keterpaduan CBS dalam hal penemuan kasus

campak, TN dan AFP dimasyarakat oleh Dati II dan puskesmas, yang

sekaligus dapat berfungsi sebagai alat SKD.

3. Dalam rangka reduksi campak perlu dirumuskan batasan antara desa

potensial KLB campak dan tindakan diperlukan oleh program terkait,

sehingga kemungkinan KLB campak sedini mungkin dapat dicegah.

 ANALISA :

Dalam penelitian ini telah dikemukakan kesimpulan dan saran yang

memuat beberapa jawaban pertanyaan yang seuai dengan penelitian

sehingga jelas dan mudah dimengerti maksud dan tujuan dari penelitian ini,

Dalam penelitian tersebut dikatakan sebuah KLB, karena disertai data

inciden rate dengan hasil perhitungan yaitu penderita campak umur <5

tahun dipropinsi Jawa Barat selama tahun 1992-1995 menurun dari

21,20 – 14,90 per 10.000 penduduk usia < 5 tahun dan penurunan

angka insidens tersebut seiring dengan rata-rata cakupan imunisasi

mencapai > 90% , sedangkan case fatality rate dengan hasil perhitungan

4,4%, pada perbandingan dengan angka nasional, KLB campak pada

laporan tersebut tidak ada perbandingannya dengan angka nasional.

I. RINGKASAN

Tidak terdapat ringkasan dari laporan tersebut, dalam format pencatatan dan

pelaporanpada ringkasan sebaiknya harus mencantumkan pernyataan mengenai

Page 19: Survey Epid Campak

masalah, gambaran mengenai apa yang telah dikerjakan, hasil – hasil yang

diperoleh, kepentingan penyelidikan, kesimpulan.

J. KEPUSTAKAAN

A. Rochim, SKM . 1996 . Berita Epidemiologi . Jakarta : Redaksi Berita

Epidemiologi

ANALISA :

Semua kepustakaan sudah dicantumkan.