TUGAS EPID

56
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Demam chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas penderita, tetapi serangan kedua kalinya belum diketahui, penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa (Depkes RI, 2009). Demam chikungunya biasanya berlangsung dari lima sampai tujuh hari dan sering menyebabkan nyeri sendi yang parah serta bisa menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini jarang menimbulkan kematian. Untuk pengobatan belum ditemukan obat secara khusus tetapi hanya menghilangkan gejalanya saja seperti memberikan analgesik dan non-steroid anti-inflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan, sehingga tindakan pencegahan bergantung kepada tindakan untuk menghindari gigitan nyamuk terutama selama siang hari, dan menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk, memakai pakaian yang menutupi sebagai kulit, menggunakan repellents nyamuk di kulit, menggunakan kelambu untuk melindungi bayi, orang tua, orang yang sakit dan orang lain yang beristirahat pada siang hari (CDC, 2007).

description

nain

Transcript of TUGAS EPID

38

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDemam chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas penderita, tetapi serangan kedua kalinya belum diketahui, penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa (Depkes RI, 2009).Demam chikungunya biasanya berlangsung dari lima sampai tujuh hari dan sering menyebabkan nyeri sendi yang parah serta bisa menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini jarang menimbulkan kematian. Untuk pengobatan belum ditemukan obat secara khusus tetapi hanya menghilangkan gejalanya saja seperti memberikan analgesik dan non-steroid anti-inflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan, sehingga tindakan pencegahan bergantung kepada tindakan untuk menghindari gigitan nyamuk terutama selama siang hari, dan menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk, memakai pakaian yang menutupi sebagai kulit, menggunakan repellents nyamuk di kulit, menggunakan kelambu untuk melindungi bayi, orang tua, orang yang sakit dan orang lain yang beristirahat pada siang hari (CDC, 2007).Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun 1976 dan di negara-negara Afrika Tengah, seperti Zaire dan Zambia pada tahun 1978-1979. Dari Afrika penyakit ini menyebar ke negara-negara Amerika dan Asia sampai menimbulkan pandemi. Wabah juga dilaporkan terjadi di India antara tahun tahun 1824 sampai 1965, dan juga di Sri Lanka (Depkes RI, 2009).Di Francis tepatnya di pulau La Runion di laporkan antara tanggal 28 Maret 2005 dan 12 Februari 2006, terjadi 1.722 kasus chikungunya yang dilaporkan oleh dokter, termasuk 326 kasus yang dilaporkan selama seminggu dari tanggal 06 sampai 12 Februari. Perkiraan kasus chikngunya menunjukkan bahwa 1.100.00 orang mungkin telah terinfeksi oleh virus chikungunya sejak Maret 2005 di La Runion, termasuk 22.000 orang selama tanggal 06-12 Februari. Selama minggu pertama Februari, negara-negara lain di Barat Daya Samudra Hindia telah melaporkan kasus seperti Mauritius 206 kasus dan Seychelles 1.255 kasus (CDC, 2006). 1.2 Tujuana) UmumUntuk mengetahui besarnya masalah KLB chikungunya di Kelurahan Siderejo Lor Kecamatan Siderejo Kota Salatigab) Khusus Memastikan diagnosis KLB chikungunya Memperoleh kepastian terjadinya KLB chikungunya Memperoleh gambaran deskripsi KLB chikungunya berdasarkan orang, tempat, dan waktu Mengidentifikasi sumber dan cara penularan Diketahuinya hubungan antara kebiasaan tidur siang, baju atau celana panjang keluar rumah, tidur menggunakan kelambu, menggunakan anti nyamuk, tidur siang menggunakan selimut, melaksanakan peberantasan sarang nyamuk (PSN), kebiasaan menggantung pakaian, pengetahuan tentang chikungunya, menggunakan kawat kasa, rumah dekat kebun dengan KLB chikungunya Diketahuinya faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya KLB chikungunya 1.3 ManfaatMemberikan informasi tentang penyakit chikungunya dan memastikan diagnosis KLB chikungunya.1.4 Rumusan Masalah Untuk memahami penyakit chikungunya Untuk mengetahui diagnosa,penularan, pencegahan dan pengobatannya Untuk memastikan diagnosis KLB chikungunya

BAB IIKONSEP PENYAKIT MENULAR2.1 DefinisiDemam chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas penderita, tetapi serangan kedua kalinya belum diketahui, penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa (Depkes RI, 2009).Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti, juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti yang berubah bentuk atau bungkuk, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat.Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review terhadap penyakit iniGejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit. Ruam kulit berlangsung 2-3 hari, demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (arthralgia atau arthritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat self limiting (sembuh dengan sendirinya) dan tidak brakibat kematian. Peranh dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya.Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler. Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan memproduksi virus yang menyerang tulang.2.2 Faktor Resiko / Penyebaba) Faktor risiko : Berada di wilayah dengan insidensi penyakit chikungunya tinggi (endemik) Higienitas dan sanitasi rumah kurang baik Tidak dilakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk (misalnya menguras bak mandi, mengganti air di vas bunga, atau memakai kelambu saat tidur)b) Penyebab :Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih bersaudara dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan.

Gambar : Aedes aegypti merupakan penyebab chikungunya.2.3 Distribusi & Frekuensi Menurut orang, chikungunya banyak menyerang wanita dan anak-anak. Menurut tempat, chikungunya banyak terjadi di daerah berpenduduk padat dan daerah yang endemis chikungunya. Menurut waktu , waktu penyebaran penyakit chikungunya secara umum pada musim hujan, tapi tidak selamanya pada musim hujan mempunyai insidensi tinggi untuk penyakit chikungunya, tergantung juga pada genangan air yang akan terbentuk jika terjadi hujan.Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun 1976 dan di negara-negara Afrika Tengah, seperti Zaire dan Zambia pada tahun 1978-1979. Dari Afrika penyakit ini menyebar ke negara-negara Amerika dan Asia sampai menimbulkan pandemi. Wabah juga dilaporkan terjadi di India antara tahun tahun 1824 sampai 1965, dan juga di Sri Lanka (Depkes RI, 2009).Di Francis tepatnya di pulau La Reunion di laporkan antara tanggal 28 Maret 2005 dan 12 Februari 2006, terjadi 1.722 kasus chikungunya yang dilaporkan oleh dokter, termasuk 326 kasus yang dilaporkan selama seminggu dari tanggal 06 sampai 12 Februari. Perkiraan kasus chikngunya menunjukkan bahwa 1.100.00 orang mungkin telah terinfeksi oleh virus chikungunya sejak Maret 2005 di La Runion, termasuk 22.000 orang selama tanggal 06-12 Februari. Selama minggu pertama Februari, negara-negara lain di Barat Daya Samudra Hindia telah melaporkan kasus seperti Mauritius 206 kasus dan Seychelles 1.255 kasus (CDC, 2006).Demam chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Awal 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini (Wikipedia, 2004). Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim (1999), Aceh (2000), Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ) pada tahun 2001, yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah (RW/Desa).Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta , Banten, Jawa Timur dan lain-lain. Pada tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Dari tahun 2000-2007 di Indonesia terjadi KLB Chikungunya pada hampir semua provinsi dengan 18.169 kasus tanpa kematian.Penyebaran penyakit Chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya. Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia potensial untuk terjadinya KLB Chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Penyakit Chikungunya lebih sering terjadi di daerah sub urban.

2.4 Interaksi Host, Agent, EnvironmentSegitiga Epidemiologi Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan).

Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan antara Host, Agent dan Environment Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat1) Faktor HostAdalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit chikungunya. Dalam penularan penyakit chikungunya faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat dan mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebarluasan chikungunya dari suatu tempat ke tempat lain. Genetik : DM, asma, hipertensi Umur : osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae Jenis kelamin : ca servik, BPH, ca paru Suku/ras/warna kulit : negro lebih kuat dari kulit putih Fisiologis : kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi Imunologis : ASI, imunisasi, sakit Perilaku : gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Karakteristik Host Resistensi : kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent) Imunitas : kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik didapat maupun alamiah Infectiousness : potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang diderita kepada orang lain

2) Faktor AgentAdalah penyebab utama terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran penyakit chikungunya adalah virus chik. Gizi : kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi Kimia : pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen Fisik : radiasi, trauma, suara, getaran Biologis : amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Karakteristik Agent Infektivitas : kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan Host untuk mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host Patogenesitas : kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit) pada Host setelah infeksi Virulensi : kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang menyebabkan kematian Toksisitas : kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan Host Invasivitas : kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan Host Antigenisitas : kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host (membentuk antibodi)

3) Faktor EnvironmentAdalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan Chikungunya terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah. Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti ketinggian tempat, curah hujan,temperatur dan kelembaban.

Fisik : iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan desa) Biologis : flora dan fauna Sosial : migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir

Karakteristik Environment Topografi : situasi lokasi tertentu (letak/posisi/peta), baik alamiah maupun buatan manusia, yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu (danau, sungai, hutan, sawah) Geografis : keadaan yang berhubungan dengan permukaan bumi (struktur geologi, iklim, penduduk, flora, fauna) yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu (tanah pasir atau tanah liat)

2.5 Sumber & Mekanisme PenularanPenularan demam Chik (sebutan untuk penyakit chikungunya) terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk aedes aegypty yang sudah membawa virus chik (penular), kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari. Biasanya juga dapat menyebar dengan cepat ke tetangga sekitar dan bahkan kabupaten sekitar.Seperti DBD, chikungunya endemic di daerah yang banyak ditemukan kasus DBD. Kasus DBD dan cikungunya pada wanita dan anak tinggi dengan alasan mereka lebih banyak berada di rumah pada siang hari saat nyamuk menggigit. KLB chikungunya bersifat mendadak dengan jumlah penderita relative banyak. Selain manusia, virus chikungunya juga dapat menyerang tikus, kelinci, monyet, baboon dan simpanse.

BAB IIISURVEY LAPANGAN3.1 Gambaran Lokasi SurveyA. Kondisi GeografisKelurahan Siderejo Lor merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Siderejo Kota Salatiga, Kelurahan Siderejo Lor terletak di daerah yang bergelombang dengan kemiringan 65 % yang memiliki luas wilayah 271.600 Ha yang terdiri dari 33.270 Ha lahan sawah, 22.0300 Ha lahan kering serta 18.030 lahan lainnya.Kelurahan Siderejo Lor beriklim tropis berhawa sejuk dan memiliki udara yang segar dan terletak tidak jauh dari ibu kota kabupaten yaitu jarak dengan ibu kota kecamatan yaitu 0 km, dengan ibu kota yaitu 1 km dan dengan ibu kota provinsi sejauh 69 km.Dengan batas-batas wilayah : Sebelah Utara : Kelurahan Blotongan Sebelah Selatan : Kelurahan Pulutan Sebelah Timur : Kelurahan Kauman Kidul Sebelah Barat : Kelurahan Salatiga B. Kondisi DemografisJumlah penduduk di Kelurahan Siderejo Lor pada tahun 2011 adalah 13.875 jiwa. Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Kelurahan Siderejo Lor Kecamatan Siderejo Kota Salatiga Tahun 2011.

NoGolongan UmurJumlah%

10-4 tahun1.46510,6

25-9 tahun1.1758,5

310-14 tahun1.2509,0

415-19 tahun1.3689,9

520-24 tahun1.54011,1

625-29 tahun1.43610,3

730-39 tahun1.95214,1

840-49 tahun1.65311,9

950-59 tahun1.2619,1

1060 tahun ke atas7745,6

Jumlah13.875100

Sumber : Kelurahan Siderejo Lor Tahun 2011Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak pada usia 20-24 tahun yaitu 11,1%, masalah kependudukan yang dialami adalah jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk usia muda masih relatif tinggi. Hal ini menyebabkan beban ketergantungan masih tinggi pada usia produktif yaitu 124,89Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Rukun Warga (RW) dan Jenis Kelamin Kelurahan Siderejo Lor Kec. Siderejo Kota Salatiga Tahun 2011

RWJenis Kelamin

Laki-laki%Perempuan%

013094,53304,7

022864,22904,1

034486,65127,2

044536,74776,7

053475,13665,2

065708,46178,7

07145721,4147320,8

0884712,585612,1

092002,92113,0

105998,86308,9

114336,44266,0

122774,12954,2

133545,23625,1

142183,22323,3

6.798100,07.077100

Sumber : Kelurahan Siderejo Lor Tahun 2011Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di RW 07, sedangkan RW 08 jumlah penduduk laki-laki 12,5% dan penduduk perempuan sebanyak 12,1%.Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Siderejo Lor Kecamatan Siderejo Kota Salatiga Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jumlah %

1Petani Sendiri5033,6

2Buruh Tani8826,4

3Nelayan--

4Pengusaha/wiraswasta5554,0

5Buruh Industri1.81213,1

6Pedagang1.3579,8

7Buruh Bangunan/lepas1.3369,6

8Pengangkutan6674,8

9Pegawai Negeri1.66212,0

1Pensiunan9807,1

1Lain-lain4.12029,7

Jumlah13.875100,0

Sumber : Kelurahan Siderejo Lor Tahun 2011Dari Tabel 3 bahwa mata pencarian penduduk terbanyak adalah buruh industri 13,1%, hal ini disebabkan karena banyaknya industri di sekitar Kota Salatiga. Dengan banyak penduduk yang berkerja di luar daerah menyebabkan mobilisasi penduduk yang tinggi sehingga penyebaran penyakit akan cepat terjadi. Pekerjaan lain-lain termasuk pekerjaan yang tidak tetap dan penduduk yang masih belum berkerja sebanyak 29,7%. C. Kondisi Pelayanan Kesehatan1) Sarana dan Tenaga KesehatanSarana pelayanan kesehatan yang ada di Kelurahan Siderejo Lor adalah Puskesmas Siderejo Lor dan Pustu Menur, terdapat Bidan Desa yang memberikan pelayanan persalinan juga melayani penduduk yang ingin berobat jika sakit. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Siderejo Lor sebanyak 39 orang, sehingga pegawai yang ada di puskesmas bergantian bertugas di Pustu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terdapat 8 pustu yaitu Pustu Bugel, Pustu Kauman, Pustu Kidul, Pustu Salatiga, Pustu Damos, Pustu Mata, Pustu Margosari dan Pustu Menur.Tabel 4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Siderejo Lor Kota SalatigaTahun 2011

NoJenis TenagaJumlah%

1Dokter Umum615,4

2Dokter Gigi410,3

3Sarjana kesehatan masyarakat12,6

4Perawat923,1

5Bidan820,5

6Gizi25,1

7Asisten Apoteker512,8

8Sanitarian25,1

9Analis kesehatan25,1

39100,0

Sumber : Profil Puskesmas Siderejo Lor 2011Berdasarkan Tabel 4. bahwa tenaga kesehatan yang terbanyak di Puskesmas Siderejo Lor adalah tenaga perawat dan paling sedikit Sarjana Kesehatan Masyarakat. 3.2 Hasil PengamatanA. Pemastian Diagnosa Pemastian diagnosis dilakukan melalui identifikasi 3 gejala klinis untuk penetapan kasus chikungunya yaitu mendadak demam, nyeri sendi, bercak merah pada kulit serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil.Berdasarkan identifikasi dan observasi di lapangan ditemukan 7 gejala dengan proporsi terbesar pada kasus tersangka. Tanda dan gejala klinis pada kasus tersangka dalam penyelidikan pada Tabel 5.Tabel 5. Distribusi Gejala Klinis Demam Chikungunya di Rukun Tetangga (RT) 06 dan RT 11 Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012Gejala KlinisJumlahPersentase

Demam84100,0

Nyeri persendian7386,9

Nyeri otot7386,9

Ruam pada kulit4351,2

Sakit Kepala4047,6

Gejala lain seperti mual dan muntah1315,5

Kejang11,2

Berdasarkan Tabel 5 bahwa gejala yang paling dominan terjadi pada kasus adalah demam, nyeri sendi, nyeri otot dibandingkan dengan gejala lainnya. Pemastian diagnosis secara laboratorium, telah dilakukan pemeriksaan immunoglobulin terhadap 7 tersangka kasus dengan menggunakan rapid diagnostic test (RDT) adalah negatif, pengambilan darah oleh petugas Dinas Kesehatan Kota Salatiga.Pemastian perbedaan diagnosis demam chikungunya dengan penyakit lainnya berdasarkan gejala klinis yang mirip dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perbedaan Diagnosis Berdasarkan Gejala KlinisGejala klinisChikungunyaDBDCampakMalariaDemam typoidGejala yang ditemukan dilapangan

Nyeri sendi++---+

Demam++++++

Ruam++---+

Sakit kepala++-+++

Mual/muntah++-+-+

Mata merah+-+---

Renjatan (shock)-+-+-+

Pedarahan-+----

Nyeri ulu hati-+----

Batuk--+-+-

Pilek--+---

Kulit bersisik--+---

Diare--++--

Bercak koplek di muka--+---

Menggigil---++-

Kejang---+--

Ikterus---+--

Berkeringat---+--

Rose spot----+-

Sumber : Control of Communicable Diseases Manual, 2000.Gejala klinis penderita pada KLB ini dibandingkan dengan gejala klinis penyakit-penyakit pada Tabel 6 lebih mendekati pada gejala klinis demam chikungunya. B.Penetapan KLBPenetapan KLB dilakukan karena keresahan yang terjadi di masyarakat. Keresahan diakibatkan karena ketidak tahuan masyarakat perihal penyakit ini. Keresahan semakin meluas semenjak ada beberapa orang menderita penyakit dan keluhan yang sama dalam beberapa hari yaitu mendadak demam serta beberapa anggota tubuh terutama tangan dan kaki sulit untuk digerakkan.Kasus demam chikungunya di Kelurahan Siderejo Lor merupakan kejadian luar biasa (KLB). Hal ini didasarkan pada laporan W1 (laporan KLB/wabah/24 jam) dan didukung dengan laporan mingguan W2 Puskesmas Siderejo Lor. Penetapan adanya KLB juga dilakukan dengan membandingkan data surveilans Puskesmas Siderejo Lor dan Dinas Kesehatan Kota Salatiga selama ini belum pernah ditemukan kasus demam chikungunya di daerah tersebut. Jadi kasus demam chikungunya yang terjadi merupakan kasus pertama.Di Puskesmas siderejo Lor selama 3 tahun kebelakang belum pernah terjadi kasus chikungunya. Penetapan KLB untuk penyakit chikungunya adalah jika ditemukan lebih dari satu kasus demam chikungunya yang berhubungan secara epidemilogis atau terjadi secara berkelompok (Depkes RI, 2009).

C.Deskripsi KLB1.Distribusi kasusHasil analisa gejala dari pertama kali muncul diketahui bahwa kasus chikungunya telah terjadi pada tanggal 20 Desember 2011 dengan jumlah kasus 1 orang, puncak terjadinya kasus terjadi pada tanggal 07 Januari 2012 sebanyak 10 kasus dan pada tanggal 18 Januari 2012 ditemukan kasus 1 kasus tambahan

2.Deskripsi Kasus Berdasarkan Tempat, Orang dan Waktua.Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel TempatPertama kali yang melaporkan adanya kasus Chikungunya adalah di RT 06 RW 08, dimana warganya mengalami gejala panas, persendian sakit, pusing, demam, badan menggigil, tulang linu dan tidak bisa berjalan, kemudian menyebar ke RT 11 yang sangat berdekatan dengan gejala yang sama. Distribusi kasus demam chikungunya menurut tempat dapat dilihat pada Tabel 7.Tabel 7. Distribusi Penderita Demam Chikungunya Berdasarkan di RT di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012RTJumah pendudukJumlah PenderitaAR(%)

RT 061164841,3

RT 111183630,5

Jumlah2348435,8

Berdasarkan Tabel 7 bahwa penderita demam chikungunya di Kelurahan Siderejo Lor hanya terjadi di RW 08 yang terdiri dari 2 RT, dan RT yang paling banyak kasusnya adalah RT 06 sebanyak 48 orang, sedangkan RT 11 sebanyak 36 orang, di RT 06 lebih banyak menderita chikungunya (AR=41,3%) bila dibandingkan dengan RT 11.

b.Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Orang Deskripsi kasus demam chikungunya di Kelurahan Siderejo Lor di RW 08 menurut variabel orang adalah sebagai berikut :Tabel 8. Distribusi Penderita Demam Chikungunya Berdasarkan Jenis Kelamin di RT 6 dan RT 11 di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012Jenis KelaminJumlah pendudukJumlah PenderitaAR(%)

Laki-laki1083835,3

Perempuan1264636,4

Jumlah2348435,8

Dari Tabel 8 diperoleh bahwa distribusi penderita demam chikungunya berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada jenis kelamin perempuan (AR = 36,4%). Hal ini disebabkan oleh karena perempuan lebih banyak berada di rumah dibandingkan dengan laki-laki.Tabel 9. Distribusi Penderita Demam Chikungunya Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RT 6 dan RT 11 di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012PendidikanJumah pendudukJumlah PenderitaAR(%)

Tidak sekolah1119,3

Belum sekolah28621,7

Belum tamat SD12975,0

SD391640,6

SLTP381539,2

SLTA753242,4

Sarjana31516,1

Jumlah2348435,8

Berdasarkan Tabel 9 di peroleh bahwa penderita chikungunya lebih banyak terjadi pada pendidikan SLTA sedangkan menurut AR maka yang paling tinggi terjadi pada yang belum tamat SD (AR=75,0%) sedangkan yang paling rendah terjadi pada yang tidak sekolah.Tabel 10. Distribusi Penderita Demam Chikungunya Berdasarkan Pekerjaan di RT 6 dan RT 11 di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012PekerjaanJumah PendudukJumlah PenderitaAR(%)

Ibu rumah tangga (IRT)181372,2

Pedagang18316,7

Pelajar/siswa (termasuk tidak) berkerja42921,4

PNS8337,5

Wiraswasta823239,0

Buruh pabrik34411,8

petani8112,5

Pegawai swasta1815,6

Pensiunan6233,3

Jumlah2348435,8

Berdasarkan Tabel 10 di peroleh bahwa penderita chikungunya paling banyak terjadi pada wiraswasta, sedangkan menurut angka AR paling tinggi terjadi pada IRT dengan AR=72,2%, hal ini disebabkan oleh karena ibu rumah tangga lebih banyak berada di rumah dibandingkan dengan pekerjaan yang lainnya.

c.Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Waktu Kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Siderejo Lor dapat diketahui perkiraan pola penularan, periode paparan, puncak kejadian serta periode terjadinya kejadian luar biasa dengan mengamati kurva epidemik kasus chikungunya seperti pada Gambar 5.Gambar Kurva Epidemik KLB Demam Chikungunya di RW 08 Kelurahan Siderejo Lor Kec. Siderejo Kota Salatiga Jawa Tengah Tahun 2012. Tipe kurva epidemik (epidemic curve) adalah tipe propagated, yang berarti terjadi penularan terus menerus dalam satu tempat sepanjang masa paparan penyakit. Dengan menarik kebelakang sebesar masa inkubasi terpendek (3 hari) dari kasus pertama dan inkubasi terpanjang pada kasus yang terakhir (12 hari), maka dengan demikian dapat diketahui bahwa waktu paparan terjadi pada tanggal 17 Desembar 2011 sampai 18 Januari 2012 atau 33 hari.

3.Populasi Risiko Tinggi Populasi resiko tinggi dapat dianalisis dengan berbagai cara yaitu berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu, sehingga di peroleh populasi yang memiliki risiko tinggi menderita chikungunya yaitu : a.Jenis kelamin perempuan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (AR = 36,4%), IRT dengan AR=72,2%, b.Pendidikan yang belum tamat SD (AR=75,0%)c.Penduduk yang tinggal di RT 06 lebih berisko dibandingkan dengan RT 11 (AR=41,3%)

D.Identifikasi Sumber dan Cara Penularan1.Pemeriksaan Jentik di rumah Untuk mengetahui sumber dan cara penularan chikungunya di RW 08, maka karyasiswa dibantu oleh petugas Dinas Kesehatan dan Puskesmas Siderejo Lor Kota Salatiga memeriksa jentik di dalam dan luar rumah dari 60 rumah yang diamati diperoleh bahwa :Tabel 11. Distribusi Pemeriksaan Jentik Berdasarkan Tempat Yang Diperiksa di RT 6 dan RT 11 di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012Tempat yang diperiksaTotal diperiksaPositif%

Di dalamDi luarDi dalamDi luar

Bak mandi7823029,50,0

Drum penampung air32369,418,8

Bak WC4313030,20,0

Vas/pot bunga67080,011,9

Container lain( kaleng bekas, ban bekas dll)850310,036,5

Berdasarkan Tabel 11 diperoleh bahwa jentik ditemukan paling banyak terdapat di Bak WC di dalam rumah sedangkan di luar rumah terdapat di kaleng bekas, ban bekas.Tabel 12. Distribusi Pemeriksaan Jentik Berdasarkan House Indeks di RT 6 dan RT 11 di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012Rumah di periksaTotal di periksaPositif%

KasusKontrol

2832603456,6

Dilihat dari house indeks dari 60 rumah yang diperiksa ditemukan 34 rumah yang memiliki jentik, sehingga diketahui house indeksnya adalah 56,6%

2.Analisis Faktor RisikoDalam menganalisa faktor risiko chikungunya, maka semua kasus penderita chikungunya dengan gejala utama demam, nyeri pada persendian dan bintik-bintik merah pada kulit (ruam) serta anggota keluarga atau tetangga dari penderita yang tidak mengalami gejala demam, nyeri pada persendian dan bintik-bintik merah pada kulit (ruam) ditanyakan dengan menggunakan kuesioner yang terstrukur sehingga di peroleh faktor-faktor risiko terjadinya chikungunya seperti pada Tabel 13.Tabel 13. Hasil Analisis faktor Risiko Kasus Demam Chikungunya di RW 08 Kelurahan Siderejo Lor Kec. Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012VariabelKasus (n)Kontrol (n)OR(CI)P Value

Tidur siangYa35192,6890.003*

Tidak5073(1,384-5,226)

Baju atau celana panjangTidak70810,634(0.273-1,470)0.285

Ya1511

Tidur menggunakan kelambuTidak68701,257(0,615-2,571)0,530

Ya1722

Tidak menggunakan anti nyamukYa41242,640(1.405-4.960)0,002*

Tidak4468

Tidur siang menggunakan selimutTidak68790,658(0,298-1,453)0,298

Ya1713

Melaksanakan PSNTidak70840,444(0,178-1,109)0,077

Ya158

Kebiasaan menggantung pakaianYa65720,903(0,446-1,827)0,776

Tidak2020

Pengetahuan tentang chikungunyaTidak49511,094(0,603-1,984)0,767

Ya3641

Kawat kasa anti nyamukTidak73544,281(2,046-8,956)0,000*

Ya1238

Rumah dekat kebunYa35143,900(1,909-7,967)0,000*

Tidak5078

Keterangan : p value* = bermakna (pRunion.Island.(Prancis),.http://www.who.int/csr/don/2006_02_17a/en/index.html (diakses 23 Januari 2012)

Widodo (2010), Sejarah Chikungunya Di Indonesia Suatu Penyakit Reemeging, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol; XX Hal 55-59