CA Testis Sumber 2

20
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI : CA TESTIS OLEH DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 1 1. AKBAR 2. JABAL NUR 3. NURLINDA 4. YULIANA CITRA 5. RAHMAWATI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PATRIA ARTHA MAKASSAR 2014 BAB I LAPORAN PENDAHULUAN 1. DEFINISI Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).

description

tugas

Transcript of CA Testis Sumber 2

Page 1: CA Testis Sumber 2

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN  GANGGUAN REPRODUKSI : CA TESTIS

 

OLEH

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 1

1.     AKBAR2.     JABAL NUR3.     NURLINDA4.     YULIANA CITRA5.     RAHMAWATI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANUNIVERSITAS PATRIA ARTHA

MAKASSAR2014

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN1.        DEFINISI

Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar),

yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di

dalam skrotum (kantung zakar).

Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian akibat

kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker

yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan

merupakan malignansi yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun

hingga 39 tahun.

Page 2: CA Testis Sumber 2

Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal.

Tumor germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma,

dan karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari epithelium.

Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:

     Tumor sel bening:

       Tumor dengan satu pola histologik:

           Seminoma

a.            Seminoma spermatositik

b.            Karsinoma embrional

c.            Yolk sac tumor (Karsinoma embrional tipe infantile)

           Teratoma:

a.            Matur

b.            Imatur

c.            Dengan transformasi maligna

        Tumor dengan lebih dari satu pola histoligik:

           Karsinoma embrional plus teratoma (teratokarsinoma)

           Kariokarsinoma dan tipe lain apapun (perinci tipe-tipenya)

           Kombinasi lain (perinci)

     Tumor stromal-Tali kelamin:

       Bentuk berdiferensiasi baik:

           Tumor sel leydig

           Tumor sel sertoli

           Tumor sel granulosa

        Bentuk campuran (perinci)

        Bentuk berdiferensiasi tidak lengkap

2.        PENYEBAB

Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya

yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya

kanker testis:

o    Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)

o    Perkembangan testis yang abnormal

Page 3: CA Testis Sumber 2

o    Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan

rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia)

dan testis yang kecil).

Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi

masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi

oleh HIV. Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan

meningkat. 1% dari semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker

testis merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40

tahun. Kanker testis dikelompokkan menjadi:

o    Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis.

Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.

o    Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi menjadi

subkategori:

o    Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun

dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan

hati.

o    Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.

o    Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak laki-

laki. - Koriokarsinoma.

o    Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel

granulosa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa

menghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kanker

testis, yaitu ginekomastia.

3.        MANIFESTASI KLINIS

Gejala berupa :

o    Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)

o    Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis

o    Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah - Ginekomastia

o    Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.

Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan

sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien

Page 4: CA Testis Sumber 2

dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam.

Sakit pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen,

penurunan berat badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis.

Pembesaran testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang signifikan.

Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis

mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup

pameriksaan mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi

penting untuk deteksi dini penyakit ini.

4.        PATOFISIOLOGI

Mula-mula tumor berupa benjolan / tonjolan pada testis yang kadang – kadang terasa nyeri. Tumor dapat menyebabkan timbulnya cairan jernih dalam tunica vaginalis yang menimbulkan hidrocelle. Pada stadium lebih lanjut timbul gejala –gejala yang disebabkan oleh anak sebar / metastase misalnya pembesaran kelenjar getah bening regional, anak sebar dalam paru – paru , hati dan lain – lain.

Seminoma mempunyai presdiposisi pada testis yang tidak turun kedalam scrotum, bersifat paling jinak dan walaupun telah terbentuk anak sebar pada waktu ditemukan , dengan orchidektomi lokal disertai dengan penyinaran pada rongga abdomen dan regio genitalis menghasilkan angka kematian kurang dari 10 % dalam waktu dua (2) tahun . Anak sebar seminoma biasanya hanya sampai pada kelenjar getah bening regional dan kelenjar – kelenjar sepanjang aorta. Penderita seminoma yang berumur lebih muda ternyata mempunyai prognosis lebih baik dari penderita yang lebih tua.

Selain seminoma , tumor – tumor testis cenderung untuk cepat beranak sebar kealat – alat dalam seperti : paru-paru, hati, sumsum tulang, ginjal dan otak. Apabila pada waktu pembedahan ternyata sudah terdapat anak sebar maka kemungkinan hidup selama dua tahun sangat kecil. Tumor –tumor ini kurang peka terhadap penyinaran sehingga dengan pembedahan radikal dan penyinaran , 50% penderita mengalami kematian dalam waktu 2 tahun.

Pada beberapa kasus terutama choriocarsinoma terdapat peninggian produksi FSH sehingga hormon ini dapat diketukan dalam air kemih. Peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh karena testis rusak sehingga hambatan terhadap hipofisis tidak ada.

5.        EVALUASI DIAGNOSTIK

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

o    USG skrotum

Page 5: CA Testis Sumber 2

o    Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human

chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).

Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau

beta HCG.

o    Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)

o    CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)

o    Biopsi jaringan.

Human chorionic gonadotropin dan a-fetoprotein adalah penanda tumor yang

mungkin meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah substansi

yang disintesis oleh sel-sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah

yang abnormal).

Tehnik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel-sel

yang tampaknya menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah

digunakan untuk mendiagnosis, menggolongkan, dan memantau respon terhadap

pengobatan. Uji diagnostic lainnya mencakup urografi intravena untuk

mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang disebabkan oleh massa

tumor; limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke sistem

limfatik; dan pemindai CT dada dan abdomen untuk menentukan keluasan

penyakit dalam paru-paru dan retroperineum.

6.        PENATALAKSANAAN

Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah

kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel

kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:

o    Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis

o    Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut

o    Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke

hati atau paru-paru.

Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:

o    Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah

bening (limfadenektomi).

Page 6: CA Testis Sumber 2

o    Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi

lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.

Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada

stadium awal.

o    Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid)

untuk membunuh sel-sel kanker.

Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-

seminoma.

o    Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan

kerusakan pada sumsum tulang penderita.

Tumor seminoma

o    Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut

o    Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan

kemoterapi dengan sisplastin

o    Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Tumor non-seminoma:

o    Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi

perut

o    Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan

diikuti dengan kemoterapi

o    Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.

Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya,

diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau

vinblastin).

Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan.

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai

penyembuhan. Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan

anatomi penyakit. Testis diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi

inguinal dengan ligasi tinggi korda spermatikus.

Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang

hilang. setelah orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien

Page 7: CA Testis Sumber 2

tidak mengalami fungsi endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami

penurunan kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis yang sehat tidak

berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus limfe retroperineal (RPLND)

untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin dilakukan

setelah orkhioektomi.

Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah

RPLND, pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat

infertilitas. Menyimpan sperma di bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi

pertimbangan.

Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka

digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor

saja. Testis lainnya dilindungi dari radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi

juga digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi

atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan

nodus limfe.

Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi medikasi. Kemoterapi

multiple dengan sisplantin dan preparat lainnya seperti vinblastin, bleomisin,

daktinomisin, dan siklofosfamid memberikan persentase remisi yang tinggi. Hasil

yang baik dapat dicapai dengan mengkombinasi tipe pengobatan yang berbeda,

termasuk pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi. Bahkan kanker testikuler

diseminata sekalipun, prognosisnya masih baik, dan penyakit kemungkinan dapat

disembuhkan karena kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan.

Page 8: CA Testis Sumber 2

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1.          DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN

Aktivitas/istirahat

Gejala: Kelemahan dan/atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam.Keterbatasan partisipasi dalam hobby, latihan.Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.

SirkulasiGejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.Kebiasaan: Perubahan pada tekanan darah.

Integritas ego

Gejala: Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya alopesia, lesi cacat, pembedahan.Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.

Page 9: CA Testis Sumber 2

Eliminasi

Gejala: Perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses, nyeri pada defekasi.Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

Makanan/cairan

Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet).Anoreksia, mual/muntah.Intoleransi makanan.Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan, kakeksia, berkurangnya massa otot.Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.

Neurosensori Gejala: Pusing; sinkope.

Nyeri/kenyamananGejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).

PernapasanGejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)Pemajanan asbes

KeamananGajala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.Pemajanan matahari lama/berlebihan.Tanda: Demam. Ruam kulit, ulserasi.

Seksualitas

Gejala: Masalah seksualitas, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini. Herpes genital.

Interaksi sosial

Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan).Masalah rentang fungsi/tanggung jawab peran.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Riwayat kanker pada keluarga, misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara.Sisi primer: penyakit primer dalam rumah tangga ditemukan/didiagnosis.Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.

Pemeriksaan diagnostik

Tes, seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis, dan indeks kecurigaan untuk

kanker tertentu.

o    Scan (misalnya MRI, CT, gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk tujuan

diagnostic, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan.

Page 10: CA Testis Sumber 2

o    Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk diagnostik banding

dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang,

kulit, organ, dan sebagainya.

o    Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan

dalam serum, misalnya CEA, antigen spesifik prostat, a-fetoprotein, HCG, asam

fosfat prostat, kalsitonin, antigen onkofetal pancreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125

dan sebagainya): dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih

bermanfaat sebagai prognostic dan/atau monitor terapeutik.

o    Tes kimia skrining, misalnya elektrolit (natrium, kalium, kalsium); tes ginjal

(BUN/Cr); tes hepar (bilirubin, AST/SGOT alkalin fosfat, LDH); tes tulang

(alkalin fosfat, kalsium)

o    JDL dengan diferensial dan trombosit: dapat menunjukan anemia, perubahan SDM

dan SDP; trombosit berkurang atau meningkat.

o    Sinar x dada: menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

2.          DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

       a.        Cemas/takut berhubungan dengan kurang pengetahuan

  Tujuan:

                                1.            Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

                                2.            Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

                                3.            Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam

pengobatan.

Intervensi Keperawatan:

1.      Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.

2.      Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

3.      Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,

konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

4.      Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri

dalam pengobatan.

5.      Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan.

6.      Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

7.      Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Page 11: CA Testis Sumber 2

8.      Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

Rasional:

1.      Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk

penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.

2.      Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses

penyakitnya.

3.      Dapat menurunkan kecemasan klien.

4.      Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek

sampingnya.

5.      Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan

solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

6.      Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.

7.      Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.

8.      Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar di

tolong.

      b.            Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan

jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi),

efek samping terapi kanker.

Tujuan:

1.      Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

2.      Melaporkan nyeri yang dialaminya

3.      Mengikuti program pengobatan

4.      Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas

yang mungkin

Intervensi Keperawatan:

1.      Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

2.      Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien

dan keluarga tentang cara menghadapinya

3.      Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti

mendengarkan musik atau nonton TV

4.      Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),

gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

5.      Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

Kolaboratif:

Page 12: CA Testis Sumber 2

6.      Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien.

7.      Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll

Rasional:

1.      Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.

2.      Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah

menyebabkan komplikasi.

3.      Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa

nyeri.

4.      Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan

ansietas.

5.      Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai

sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien

akan obat-obatan anti nyeri.

6.      Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

7.      Untuk mengatasi nyeri.

      c.            Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemotherapi,

radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),

emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri.

Tujuan:

1.      Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda

malnutrisi

2.      Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

3.      Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

Intervensi Keperawatan:

1.      Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan

kebutuhannya.

2.      Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.

3.      Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.

4.      Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan

yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.

5.      Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan

yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

Page 13: CA Testis Sumber 2

6.      Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman

atau keluarga.

7.      Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.

8.      Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.

Kolaboratif:

9.      Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin

10.  Berikan pengobatan sesuai indikasiPhenotiazine, antidopaminergik,

corticosteroids, vitamin khususnya A, D, E dan B6, antacida

11.  Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi

dengan infus.

Rasional:

1.      Memberikan informasi tentang status gizi klien.

2.      Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.

3.      Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.

4.      Kalori merupakan sumber energi.

5.      Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan

penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat

meningkatkan ansietas.

6.      Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.

7.      Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.

8.      Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).

9.      Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat

perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.

10.  Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping, meningkatkan status

kesehatan klien.

11.  Mempermudah intake makanan/minuman dengan hasil yang maksimal dan sesuai

kebutuhan.

     d.            Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek

samping kemoterapi dan radiasi/radiotherapi.

Tujuan:

1.      Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan

ulcerasi

2.      Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.

Page 14: CA Testis Sumber 2

3.      Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan

rongga mulut.

Intervensi Keperawatan:

1.      Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara

periodik.

2.      Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda

terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.

3.      Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygiene.

4.      Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam,

makanan keras.

5.      Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.

Kolaboratif:

6.      Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi

7.      Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial

mouthwash preparation.

8.      Kultur lesi oral.

Rasional:

1.      Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi

memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.

2.      Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan

minuman.

3.      Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.

4.      Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.

5.      Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.

6.      Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.

7.      Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam

rongga mulut/infeksi sistemik.

8.      Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang

tepat.

      e.            Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh

sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.

Tujuan:

Page 15: CA Testis Sumber 2

1.      Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pencegahan

infeksi.

2.      Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung

normal.

Intervensi Keperawatan:

1.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Batasi pengunjung.

2.      Jaga personal hygine klien dengan baik.

3.      Monitor temperatur.

4.      Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

5.      Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

Kolaboratif:

6.      Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

7.      Berikan antibiotik bila diindikasikan.

Rasional:

1.      Mencegah terjadinya infeksi silang.

2.      Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.

3.      Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.

4.      Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.

5.      Mencegah terjadinya infeksi.

6.      Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.

7.      Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi

organisme penyebab infeksi