ca laring

33
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tumor ganas laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. 1,8 Tumor Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 : 1. Terbanyak pada usia 56- 69 tahun. 1,8 Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Meningkatnya insiden karsinoma laring sangat berkaitan dengan merokok dimana seorang perokok memiliki risiko 6 kali lipat untuk menderita tumor kepala dan leher dibandingkan dengan bukan perokok dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Namun, akhir-akhir ini jumlah penderita perempuan semakin meningkat karena adanya kecenderungan makin banyaknya wanita yang merokok. Mortalitas penderita karsinoma laring lebih banyak terjadi pada perokok berat dibandingkan dengan bukan perokok yaitu sekitar 20 kali lipat. 1

Transcript of ca laring

Page 1: ca laring

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tumor ganas laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai

gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan

keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma

nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal.1,8 Tumor Ganas laring lebih sering

mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 : 1. Terbanyak pada usia

56-69 tahun.1,8

Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Meningkatnya insiden

karsinoma laring sangat berkaitan dengan merokok dimana seorang perokok memiliki risiko

6 kali lipat untuk menderita tumor kepala dan leher dibandingkan dengan bukan perokok dan

lebih banyak terjadi pada laki-laki. Namun, akhir-akhir ini jumlah penderita perempuan

semakin meningkat karena adanya kecenderungan makin banyaknya wanita yang merokok.

Mortalitas penderita karsinoma laring lebih banyak terjadi pada perokok berat dibandingkan

dengan bukan perokok yaitu sekitar 20 kali lipat.

Pasien karsinoma laring biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga hasil pengobatan

yang diberikan kurang memuaskan, oleh karena itu perlu diagnosis dini untuk

penanggulangannya.

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang

berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif,

polusi udara radiasi leher dan asbestosis. 1,8 Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring

masih belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk

dicapai sehingga dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam

keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.

Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini. Secara umum

1

Page 2: ca laring

penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun

kombinasi daripadanya, tergantung stadium penyakit dan keadaan umum penderita. 1,8

I.2 Tujuan Masalah

Tujuan penulisan referat ini yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan penulis dan

pembaca tentang karsinoma laring agar bermanfaat dalam menegakkan diagnosis lebih dini,

sehingga dapat ditangani lebih awal dan memberi harapan hidup penderita lebih lama.

BAB II

2

Page 3: ca laring

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI LARING

Faring, laring, trakea dan paru merupakan derivat foregut embrional yang terbentuk

sekitar 18 hari setelah terjadi konsepsi. Sesudahnya terbentuk alur faring median yang berisi

petunjuk-petunjuk pertama sistem pernafasan dan benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal

mulai nyata sekitar hari ke 21 kehidupan embrio. Perluasan alur ke kaudal merupakan

primaordial paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua

lobus pada hari ke 27 atau 28. Bagian yang paling proksimal dari tuba akan menjadi laring.

Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali pada hari ke 33. Sedangkan kartilago,

otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk dalam 3-4 minggu berikutnya. Hanya kartilago

epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal. Banyak struktur merupakan derivat apartus

brankialis.7,9

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas bentuknya

menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.

Laring terletak setinggi vertebra servicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya

relatif lebih tinggi. 7,9

Batas-batas laring yaitu sebelah kranial terdapat aditus laringeus yang berhubungan

dengan hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan

berhubungan dengan trakea, di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus,

infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid. Sedangkan di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra

servikalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior

ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah

kartilago, ligamentum dan otot-otot. 7,9

3

Page 4: ca laring

II.2 Fisiologi Laring

Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar dan beberapa fungsi lainnya :

1. Fonasi

Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk

karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita

4

Gambar 2 . Struktur laring 7,9

Gambar 1: Struktur laring 7,9

Page 5: ca laring

suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan

vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru,

trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara.

Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk

dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. 7,9

2. Proteksi

Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang

bersifat aduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak

akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika

ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut aferen n. laringeus superior sehingga

sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah

proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi

aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus. 7,9

3. Respirasi

Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan

m. krikoaritenoideus posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis

terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2

tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang

pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring

secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat

pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi

pita suara. 7,9

4. Sirkulasi

Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan

intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring terutama pada

bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya

reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di

aorta. Impuls dikirim melalui n. laringeus rekurens dan ramus komunikans n. laringeus superior. 5

Page 6: ca laring

Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung. 7,9

5. Fiksasi

Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya

batuk, bersin dan mengedan. 7,9

6. Menelan

Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya

proses menelan, yaitu :

- Pada waktu menelan faring bagian bawah (m. konstriktor faringeus superior, m.

palatofaringeus dan m. stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea

dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian

makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.

- Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan

dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis.

- Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus,

sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk

ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 7,9

7. Batuk

Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga

tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang

berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang

merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring. 7,9

8. Ekspektorasi

6

Page 7: ca laring

Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan

benda asing tersebut. 7,9

9. Emosi

Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu

menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan. 7,9

II.3 Definisi Karsinoma Laring

Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa

laring yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan

karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu

dan sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan

cepat dan segera bermetastase kekelenjar limfe leher bagian dalam. Secara anatomi kanker laring

dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik : kanker pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis

dan sinus piriformis ; Glotis : tumor pada korda vokalis ; Subglotis : tumor dibawah korda

vokalis.1,4,8

7

Page 8: ca laring

Gambar 3 : Carsinoma Laring 1,4,8

II.4 Etiologi

Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok

dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap

karsinoma laring. Merokok merupakan faktor risiko utama pada karsinoma laring dimana pada

rokok terdapat 43 bahan karsinogen antara lain polisiklik hirokarbon, nitrosamin, radioaktif

polonium-210. 1,4,8

Alkohol (etanol) jika dikombinasi dengan penggunaan rokok maka akan berpotensi untuk

memberikan efek karsinogenik yang akan memudahkan penetrasi zat karsinogenik dalam

jaringan tubuh. Etanol juga mengganggu sintesis retinoid, derivat vitamin A yang mana zat ini

memberikan efek protektif dari perkembangan sel kanker.

Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian karsinoma laring yaitu HPV (Human

Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus. HPV dikatagorikan menjadi risiko tinggi (tipe 16,18),

medium (tipe 31,33), risiko rendah (tipe 6,11).

Faktor risiko lainnya adalah paparan debu kayu, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi

leher dan asbestosis. 1,4,8

II.5 Patofisiologi

Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur DNA sel normal akan

terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal. Adanya mutasi serta perubahan

pada fungsi dan karakteristik sel berakibat pada buruknya sistem perbaikan sel dan terjadilah

apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gene

menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan

mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga penderita akan mengalami

penurunan berat badan. Sealin itu akan terjadi penurunan serta serta destruksi komponen darah,

penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan jumlah eritrosit

menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan gangguan status imunologi pasien.

Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan

8

Page 9: ca laring

kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri

pada kartilago tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada

nervus laringeus menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat progresif,

kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening. 1,4,8

Faktor predisposisi

(alkohol, rokok, radiasi)

proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ca. Laring

Metastase supraglotik

Obstruksi lumen

oesophagus

Disfagia progresif

Intake <

BB menurun

Gangg. Pemenuhan

nutrisi

Plica vocalis

Suara parau

Afonia

Gangg. Komunikasi

verbal

Menekan/ mengiritasi

serabut syaraf

Nyeri dipersepsikan

Gangg. Rasa

nyaman : nyeri

   Obstruksi jalan napas

Mengiritasi sel laring

Infeksi

Akumulasi sekret

Bersihan jalan napas

tak efektif, stridor

II.6 Histopatologi

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring, dengan

derajat differensiasi yang berbeda-beda. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi,

yaitu: 10

a. Berdiferensiasi baik (Grade I)

b. Berdiferensiasi sedang (Grade II)9

Page 10: ca laring

c. Berdiferensiasi buruk (Grade III)

Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. lesi yang mengenai

hipofaring,sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang berdiferensiasi baik. Jenis lain yang

jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.10

II.7 Klasifikasi

Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi dan stadium

tumor ganas laring terbagi atas : 10

1. Supraglotis (30-35%)

2. Glotis (60-65%)

3. Subglotis (1%)

Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar

os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara

palsu, ventrikel.Yang termasuk glottis adalah : pita suara asli, komisura anterior dan komisura

posterior. Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis. 1,10

Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC 1,10:

1. Tumor Primer (T)

Supraglotis

Tis Karsinoma insitu

T0 tidak jelas adanya tumor primer l

T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik).

T1a: tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel

atau pita suara palsu satu sisi.

T1b: tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita

suara palsu

10

Page 11: ca laring

T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis masih bisa

bergerak (tidak terfiksir).

T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid

bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre

epiglotis.

T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada

leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

Glotis

Tis Karsinoma insitu.

T0 Tak jelas adanya tumor primer

T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih

baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

T1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli

T1b : tumor mengenai kedua pita suara

T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat

bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).

T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari

laring.

Subglotis

Tis Karsinoma insitu

T0 Tak jelas adanya tumor primer

T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.

T1a : tumor terbatas pada satu sisi

11

Page 12: ca laring

T1b : tumor telah mengenai kedua sisi

T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.

T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.

T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau

kedua-duanya.

2. Penjalaran ke Kelenjar Limfa (N)

Nx Kelenjar limfa tidak teraba

N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.

N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral, ukuran diameter 3-6 cm.

N2a : satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3cm tapi tidak lebih dari

6cm

N2b : multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6cm

N2c : metastasisbilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6cm

N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.

3. Metastasis Jauh (M)

Mx Tidak terdapat/terdeteksi.

M0 Tidak ada metastasis jauh.

M1 Terdapat metastasis jauh.

12

Page 13: ca laring

4. Stadium

II.8 Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah : 3

1. Suara serak

Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini

disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar

kecilnya celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran, dan

ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring, pita suaragagal berfungsi secara baik

disebabkan ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya

otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf.

Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, menganggu, sumbang, dan nadanya lebih

rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis

komplit. 3

13

STADIUM TUMOR PRIMER KEL.LIMFA METASTASIS

Stadium 1 T1 N0 N0

Stadium 2 T2 N0 N0

Stadium 3 T3 N0 M0

T1/T2/T3 N1 M0

Stadium 4 T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

T1/T2//T3/T4 N1/N2/N3 M1

Page 14: ca laring

Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak tumornya.

Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala dini dan menetap. Pada

tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak muncul sama

sekali.3

2. Sesak nafas dan stridor

Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau

sekret, maupun fiksasi pita suara. Adanya stridor dan dispnea adalah tanda prognosis kurang

baik. 3

3. Rasa nyeri di tenggorok

Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam. 3

4. Disfagia dan odinofagia

Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring, hipofaring, dan sinus

piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas

postkrikoid. Adanya odinofagi menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai

struktur ekstra laring. 3

5. Batuk dan hemoptisis

Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring

disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Sedangkan haemoptisis sering pada tumor

ganas glotik dan supraglotik. 3

6. Nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan serta pembesaran kelenjar

getah bening dipertimbangkan sebagai perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh. 3

7. Nyeri tekan daerah laring

Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago

tiroid dan perikondrium. 3

II.9 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

A. Anamnesis

14

Page 15: ca laring

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah cukup

lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan bertendens makin lama

menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat, peminum alkohol

atau seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi

didaerah lain. Pada anamnesis kadang–kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa tersamar

bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab banyak penderita menjelang tua dan dari

sosial-ekonomi yang lemah. 5

B. Pemeriksaan fisik

Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan dengan cara tak langsung maupun

langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai lokasi tumor, penyebaran

tumor yang terlihat (field of cancerisation). Selain itu dapat juga menggunakan fiber-

optic laryngoscope dan flexible endoscope. 5

1) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

selain pemeriksaan laboratorium darah, juga

pemeriksaan radiologik.

- Foto torak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada tidaknya proses spesifik

dan metastasis di paru.

15

Gambar 4. Karsinoma laring 5

Page 16: ca laring

- Pemeriksaan CT

Scan laring dapat

memperlihatkan

keadaan tumor

pada tulang rawan

tiroid adan daerah

pre-epiglotis serta

metastasis kelenjar getah bening leher. 5

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomik dari bahan

biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa. 5

Beberapa jenis tumor ganas laring berdasarkan histopatologi antara lain:

a) Karsinoma sel skuamosa

Meliputi 95-98% dari semua tumor ganas laring, dengan derajat difrensiasi yang

berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik,

pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma. 5

16

Gambar 5. Hipertrofi dari plika vokalis 5

Page 17: ca laring

b) Karsinoma verukosa

Merupakan satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi

klinis ganas. Insidennya 1-2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai

pria dari wanita dengan perbandingan 3:1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat

membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi

metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif

dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik. 5

c) Adenokarsinoma

Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar mukus

supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase ke paru-

paru dan hepar. Two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan

adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca

operasi.5

d) Kondrosarkoma

Tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20% dan

aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun. Terapi yang dianjurkan adalah

laringektomi total. 5

II.10 Diagnosis Banding

1. Laringitis tuberkulosa

Gejala pada laringitis tuberkulosa yaitu batuk, disfonia, odinofagi, dispneu dan

odinofonia. Obstruksi jalan napas muncul pada stadium lanjut. Didapkan juga gejala sistemik

seperti demam, keringat malam dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan laring

didapatkan gambaran edema yang difus dan mukosa yang hiperemis pada laring atau lesi

eksofitik granular yang mengarah pada keganasan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan

ditemukannya organisma Mycobacterium tuberculosa pada apusan dan kultur. 5

2. Sifilis laring

17

Page 18: ca laring

Gambaran yang bisa

didapatkan pada stadium dua

adalah papul eritem yang

difus, edema, ulkus, dan

limfadenopati servikal

sedangkan pada stadium tiga

didaptakan gambaran gumma, fibrosis, kondritis dan stenosis. Diagnosis ditegakkan dari tes

serologis. 5

3. Tumor jinak laring

Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring, kista dan polip. Gejala papiloma laring

yang utama adalah suara serak, dapat pula disertai batuk dan apabila papiloma telah menutup

rima glotis maka timbul sesak napas dan stridor inspirasi. 5

4. Laringitis kronik

Pada laringitis kronis terdapat perubahan pada selaput lendir, terutama selaput lendir pita

suara. Pada mikrolaringoskopi tampak bermacam-macam bentuk, tetapi umunya yang terlihat

adalah edema, serta hipertrofi selaput lendir pita suara atau sekitarnya. Terdapat pula

kelainan vaskular yaitu dilatasi dan proliferasi sehingga tampak hiperemis. Pada keadaan

kronis terbentuk jaringan fibrotik yang disebut dengan laringitis kronik hiperplastik. 5

18

Gambar 6. Laringitis kronis 5

Page 19: ca laring

5. Nodul vokal

Nodul ini biasanya ditemukan bilateral pada kedua pita suara, letaknya simetris,

diperbatasan anatara segitiga anterior dan sepertiga tengah pita suara. Pada

mikrolaringoskopi akan tampak penebalan selaput lendir pita suara yang berbentuk fusiform,

berwarna keputihan. Pada pertumbuhan selanjutnya, lesi ini makin menebal, lunak dan

permukaannya sudah rusak. Tidak terdapat perubahan vaskuler di tempat itu. Nodul yang

kecil dapat hilang dengan sendirinya bila dilakukan terapi latihan bersuara (voice therapy).5

II.11 Pengobatan

Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu pembedahan, radiasi

dan sitostatika, ataupun kombinasi. 5

I. Radioterapi

Radioterapi merupakan modalitas untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan

T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah

laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200

rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad. 5

19

Gambar 7. Nodul vokal 5

Page 20: ca laring

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som, Wang, dkk,

untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan maksimal dari

tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang melapisinya.8,9

Komplikasi dari radiasi antara lain deskuamasi kulit, ulkus mukosa, suara parau, striktur

esofagus. 10

II. Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari : 2,5

A. Laringektomi

1. Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang

tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II. 2,5

2. Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas

(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea. 2,5

B. Diseksi Leher Radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena kemungkinan

metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis,

subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke

kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini

tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh. 2,5

Komplikasi dari pembedahan antara lain infeksi, perdarahan, fistel faring kutaneus,

pneumonia aspirasi, stenosis stoma, faring dan esofagus serta dapat juga terjadi stenosis glotis

dan supraglotis. 2,5

20

Page 21: ca laring

III. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliatif. Obat yang

diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2. 2,5

IV. Rehabilitasi

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas

laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup“Vocal

Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”. 2,5

Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring menyebabkan cacat

pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring beserta pita suara yang berada di

dalamnya, maka pasien menjadi afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher. 2,5

Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni semacam

vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun dengan suara yang dihasilkan dari

esofagus melalui proses belajar. 2,5

Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini. Tetapi faktor

fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor utama. Mungkin dengan adanya wadah perkumpulan

guna menghimpun pasien-pasien tuna laring guna menyokokng aspek psikis dalam lingkup yang

luas dari pasien, baik sebelum maupun sesudah operasi. 2,

II.12 Prognosis

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga

ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada karsinoma laring stadium I 90 – 98%

21

Gambar 8. Total laringektomi dengan diseksi radikal leher kiri 2,5

Page 22: ca laring

stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke

kelenjar limfe regional akan menurunkan five years survival rate sebesar 50%.5

BAB III

KESIMPULAN

Karsinoma laring merupakan keganasan saluran pernapasan atas yang sering terjadi.

Gejala awal karsinoma laring adalah suara serak yang hilang timbul dan berjalan progresif dan

akhirnya menetap. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan laring secara

langsung maupun tidak langsung, pemeriksaan laboratorium, dan biopsi pada lesi yang dicurigai.

Pengobatan karsinoma laring meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi maupun

rehabilitasi. Prognosis tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan

keahlian dari operator. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring

stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%.

22

Page 23: ca laring

Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five years survival rate sebesar

50%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI. 2001. h. 156-62.

2. Sjamsuhidayat R, de Jong W., Editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.

3. Bickley Lynn. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC,

2009.

4. Boies Lawrence, Adams George, Higler Peter. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:

EGC, 2005.

5. Boeis Lawrence, Pedoman Diagnosis dan terapi SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung,

dan Tenggorok. Edisi III. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2005

23

Page 24: ca laring

6. Rukmini Sri, Herawati Sri., Editor. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok.

Jakarta: EGC, 2000.

7. Snell Richard. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006.

8. Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,

Restuti RD editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher.Edisi 6.

Balai Penerbit FKUI Jakarta 2008: h. 194-98.

9. Cohen JI. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam: Adam GL, Boies LR Jr, Higler PA

editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa Indonesia, Alih bahasa Wijaya C.

Jakarta EGC.1997: 369-77.

10. Haryuna Sh, Tumor Ganas Laring. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari www . repository.usu.ac.id

24