CA Laring Edit

46
1 REFERAT KARSINOMA LARING Oleh : 1. Nurma Arlita S (07700097) 2. Yulia Dwi N (07700129) Pembimbing: dr. Novemi Elynawati, Sp. THT SMF THT FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS – RSUD BANGIL BANGIL 2013

Transcript of CA Laring Edit

Page 1: CA Laring Edit

1

REFERAT

KARSINOMA LARING

Oleh :

1. Nurma Arlita S (07700097)

2. Yulia Dwi N (07700129)

Pembimbing:

dr. Novemi Elynawati, Sp. THT

SMF THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS – RSUD BANGIL

BANGIL

2013

Page 2: CA Laring Edit

2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmatnya sehingga referat kami yang berjudul CA LARING ini dapat selesai

dengan baik. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan di

RSUD Bangil Pasuruan dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang

bermafaat bagi pengetahuan kita.

Dalam penulisan referat ini, tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Novemi Elyanawati Sp,THT selaku pembimbing referat.

2. Orang tua kami yang selalu mendukung dan mengingatkan kami untuk selalu

rajin belajar.

3. Teman-teman kelompok C yang selalu membantu dalam keseharian kegiatan

belajar.

Semoga Referat ini bisa berguna bagi para pembaca sekalian. Saya menyadari

Referat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik maupun saran yang

membangun selalu diharapkan .

 

 

                                                                              Surabaya, Februari 2013

                                                                                               

 

                                                                                            Penyusun

Page 3: CA Laring Edit

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

I.PENDAHULUAN ..............................................................................................5

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................5

1.2 TUJUAN....................................................................................................7

1.3 MANFAAT...............................................................................................7

II.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................8

2.1 DEFINISI..................................................................................................8

2.2 EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI.........................................................8

2.3 ANATOMI LARING................................................................................9

2.4 FISIOLOGI LARING...............................................................................17

2.5 GEJALA KARSINOMA LARING...........................................................19

2.6 PATOFISIOLOGI KARSINOMA LARING............................................20

2.7 DIAGNOSA..............................................................................................20

2.8 STADIUM.................................................................................................22

2.9 PROGNOSIS.............................................................................................24

2.10 PENATALKSANAAN...........................................................................25

2.11 PENCEGAHAN......................................................................................27

III.PENUTUP........................................................................................................28

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................28

3.2 SARAN......................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

Page 4: CA Laring Edit

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi laring...................................................................................9

Gambar 2. anatomi trakea...................................................................................14

Page 5: CA Laring Edit

5

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kanker Karsinoma laring atau yang disebut dengan tumor ganas laring

merupakan kondisi kejadian keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring.

Keganasan di laring kondisi gangguan akibat infeksi yang sering terjadi pada bagian

leher dalam khusunya laring.Gejala dini karsinoma laring sama dengan gejala penyakit

lain di laring, sehingga sering dikelirukan dengan penyakit lain yang jauh lebih banyak

frekuensi kejadiannya. Mengenal tumor ganas laring penemuan kasus-kasus stadium

awal atau deteksi dini keganasan laring sangat penting dalam meningkatkan

keberhasilan pengobatan keganasan laring. Untuk meningkatkan penemuan kasus-kasus

dalam stadium dini keganasan laring, perlu ditingkatkan kepedulian masyarakat dan

tenaga kesehatan atas gejala-gejala dini keganasan laring.

Suara serak adalah gejala dini yang utama pada keganasan laring, terutama bila

tumor berasal dari pita suara atau glottis. Ini disebabkan adanya gangguan fungsi fonasi

laring akibat ketidakteraturan pita suara, gangguan pergerakan/getaran pita suara dan

penyempitan celah pita suara. Seseorang dengan suara serak yang menetap selama dua

minggu atau lebih, apalagi mempunyai faktor resiko yang sesuai, harus diwaspadai

adanya keganasan laring (glottis). Menurut laporan The American Cancer Society tahun

2006 di Amerika tercatat 12.000 kasus baru dan 4740 kasus meninggal karena tumor

ganas laring. Pusat Kanker Nasional Amerika melaporkan 8,5 kasus karsinoma laring

ditemukan per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus per 100.000 penduduk wanita

per tahun. Di beberapa negara Eropa tumor ganas laring merupakan tumor ganas

terbanyak di bidang THT-KL. Sementara laporan WHO yang mencakup 35 negara

memperkirakan 1,5 orang dari 100.000 penduduk meninggal karena tumor ganas laring.

"Di Indonesia angka kekerapan tumor ganas laring belum dapat didata secara pasti,

tetapi dapat diperkirakan mencapai kurang lebih 1 persen dari semua keganasan dan

menempati urutan ketiga tumor ganas terbanyak di bidang THT setelah tumor ganas

nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.

Karsinoma laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan

perbandingan 11 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun. Etiologi pasti sampai saat ini

belum diketahui, akan tetapi didapatkan beberapa informasi yang berhubungan erat

Page 6: CA Laring Edit

6

dengan terjadinya keganasan pada laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi

udara radiasi leher dan asbestosis.Untuk menegakkan diagnosa karsinoma laring masih

belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk

dicapai sehingga yang sering dijumpai adalah kondisi bukan pada stadium awal lagi.

Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan

yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas

laring ialah diagnosa dini. Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah

dengan pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung

stadium penyakit dan keadaan umum penderita. Oleh karena pada umumnya

kebanyakan pasien datang dalam tahap yang sudah lanjut, dan untuk mengetahaui

bagaimana peran dari kedokteran dalam membantu mendiagnosa penyakit ini, maka

penulis berusaha berbagi informasi dengan menyajikan tulisan referat tentang

karsinoma laring.

komplikasi, terapi maupun pencegahanya. Penulis berusaha untuk menuliskan

semua aspek tersebut dalam tinjauan pustaka refarat ini dan diharapkan dapat

bermanfaat.

Page 7: CA Laring Edit

7

1.2 Tujuan

1.2.1 Umum :

Menjelaskan tentang penatalaksanaan karsinoma laring, mengetahui

beberapa hal yang penting dalam penanganan karsinoma laring, mampu

memahami dan mendiagnosa karsinoma laring pada pasien.

1.2.2 Khusus :

Sebagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran di

SMF Telinga, hidung, dan tenggorokan RSUD Bangil.

1.3 Manfaat :

Meningkatkan pengetahuan para dokter muda pada khususnya dan para pembaca

sekalian pada umumnya mengenai karsinoma laring.

Page 8: CA Laring Edit

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Carcinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel

epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan

metastasis. (DORLAND.2002)

Karsinoma laring adalah keganasan yang mengenai daerah laring.

(PEDOMAN DIAGNOSA DAN TERAPI EDISI III THN 2005)

2.2 EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Kebanyakan (70 – 90 %) karsinoma laring ditemukan pada pria usia lanjut.

Tipe glotik merupakan 60 – 65 %, supraglotik 30 – 35 %, dan infraglotik hanya 5

%. Merokok merupakan penyebab utama. ( Buku Ajar Penyakit THT EGC 1997 )

Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti, adapun faktor

predisposisi yang dapat menyebabkan karsinoma laring adalah :

Rokok

Alkohol

Terpapar oleh sinar radioaktif

Infeksi kronis

Karsinoma laring merupakan 2,5% dari keganasan daerah kepala leher.

Umumnya menyerang pada usia 40-50 tahun, lebih sering pada pria daripada

wanita. ( Buku Ajar Ilmu Bedah EGC 2005 )

Page 9: CA Laring Edit

9

2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING

Anatomi Laring

Gambar 1: Anatomi laring

2.1.1 Struktur Penyangga

Struktur penyangga laring terdiri dari satu tulang dan dan beberapa

kartilago yang berpasangan maupun tidak. Dibagian superior terdapat Os

Hiodeum, suatu struktur yang berbentu “U” dan dapat dipalpasi di leher depan

dan lewat mulut pada dinding faring lateral. Dari korpus hioideum keluar suatu

prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke posterior dan suatu prosesus

pendek yang mengarah ke superior. Tendon dan otot-otot lidah, mandibula, dan

kranium melekat pada permukaan superior korpus dan kedua prosesus. Saat

menelan, kontraksi otot-otot ini mengangkat laring. Namun bila laring dalam

keadaan stabil, maka otot-otot tersebut akan menbuka mulut dan berperan dalam

gerakan lidah. Dua buah alae atau sayap kartilago tiroidea manggantung di bawah

os Hioideum pada ligamentum tirohiodeum. Kedua alae menyatu di garis tengah

dalam sudut tertentu lalu membentuk “jakun” (Adam apple). Pada tepi posterior

Page 10: CA Laring Edit

10

masing-masing alae terdapat kornu superior dan inferior. Artikulasio kornu

inferior dengan kartilago krikoidea, memungkinkan sedikit gerakan antara

kartilago tiroidea dan krikoidea.

Kartilago krikoidea mudah teraba di bawah kulit, melekat pada kartilago

tiroidea lewat ligamentum krikotiroideum. Kartilago krikoidea membentuk

lingkaran penuh dan tidak mampu mengembang. Permukaan posterior atau lamina

krikoidea cukup lebar, sehingga kartilago ini tampak seperti signet ring. Di

sebelah inferior, kartilago trakealis pertama melekat pada krikoid lewat

ligamentum interkartilaginosa

Pada permukaaan superior lamina terletak pasangan kartilago arintenoidea,

masing-masing berbentuk seperti piramid bersisi tiga. Basis piramidalis

berartikulasi dengan krikoid pada artikulasio krikoaritenoidea, sehingga dapat

terjadi gerakan meluncur dari medial ke lateral dan rotasi. Tiap kartilago

aritenoidea memiliki dua prosesus, prosesus vokalis anterior dan prosesus

muskularis lateralis. Ligamentum vokalis meluas ke anterior dari masing-masing

prosesus vokalis dan berinsersi ke dalam kartilago tiroidea di garis tengah.

Prosesus vokalis membentuk dua perlima bagian belakang dari korda vokalis,

sementara ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita

suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superio korda vokalis

membentuk glotis. Bagian laring di atasnya disebut supraglotis dan di bawahnya

disebut subglotis. Terdapat dua macam kartilago kecil dalam laring yang tidak

memiliki fungsi. Kartilago kornikulata terletak di dalam jaringan di atas menutupi

aritenoid. Di sebealah lateralnya, yaitu di dalam plika ariepigloitika terletak

kartilago kuneiformis.

Kartilago epigloitika merupakan struktur garis tengah tunggal yang

berbentuk seperti bat pingpong. Pegangan atau petiolus melekat melalui suatu

ligamentum pendek pada kartilago tiroidea tepat di atas korda vokalis. Sementara

bagian racquet meluas ke atas di belakang korpus hioideum ke dalam lumen

faring, memisahkan pangkal lidah dari faring. Epiglotis dewasa umumnya sedikit

cekung pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian orang dewasa,

epiglotis jelas melengkung dan disebut epiglotis omega atau juvenilis. Fungsi

epiglotis mendorong makanan yang ditelan agar tidak masuk ke jalan napas.

Page 11: CA Laring Edit

11

Selain itu, laring juga disokong oleh jaringan elastik. Di sebelah superior,

pada kedua sisi laring terdapat membran kuadrangularis yang meluas ke belakang

dari tepi lateral epiglotis hingga tepi lateral kartilego aritenoidea. Dengan

demikian, membran ini membagi dinding antara laring dan sinus piriformis, dan

batas superiornya disebut plika ariepigloitika. Pasangan jaringan elastin penting

lainnya adalah konus elastikus ( membran krikovokalis). Jaringan ini jauh lebih

kuat dari membran kuadrangularis. Dan meluas ke atas dan medial dari arkus

kartilagenis krikoidea untuk bergabung dengan ligamnetum vokalis pada masing-

masing sisi. Konus elastikus terletak di bawah mukosa di bawah permukaan korda

vokalis.

2.1.2 Otot-otot Laring

Otot-otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok besar, otot ekstrinsik

dan otot intrinsik. Otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,

sementara otot instriksik menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring

sendiri. Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya. Otot depresor atau

otot-otot leher (omohioideus, sternotiroideus, sternohiodeus) berasal dari bagian

inferior, berfungsi menarik laring ke bawah. Otot elevator (milohioideus,

geniohioideus, genioglsus, hioglosus, digastrikus, dan stilohioideus) meluas dari

os hioideum ke mandibula, lidah, dan prosesus stilohioideus pada kranium,

berfungsi menarik laring ke atas. Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai

otot-otot leher, teriutama berfungsi sebagai elevator. Otot konstriktor medius dan

inferior melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae kartilago tiroidea,

melingkari faring di sebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat-

serat paling bawah dari otot konstritor inferior berasal dari krikoid, membentuk

krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagi spfinkter esofagus superior.

Anatomi otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan

memperhatikan fungsinya. Serat-serat otot interaritenoideus (aritenoideus)

transfersus dan obligus meluas di antara kedua kartilago aritenoidea. Bila

berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser ke arah garis tengah,

mengaduksi korda vokalis. Otot krikoaritenoideus posterior meluas dari

permukaan posterior lamina krikoidea untuk berinsersi ke dalam prosesus

Page 12: CA Laring Edit

12

muskulari aritenoidea; otot ini menyebabkan rotasi aritenoidea ke arah luar dan

mengabduksi korda vokalis. Antagonis utama otot ini yaitu otot krikoaritenoideus

lateralis yang berorigo pada arkus krikoidea lateralis; insersinya juga pada

prosesus muskularis dan menyebabkan rotasi aritenoideus ke media,

menyebabkan aduksi korda vokalis. Otot vokalis dan tiroaritenoideus membentuk

tonjolan korda vokalis. Kedua otot ini tidak dapat dipisahkan dan berperan dalam

membentuk tegangan korda vokalis. Pada orang lanjut usia, tonus otot vokalis dan

tiroarienoideus agak berkurang; korda vokalis tampak membusur keluar dan suara

menjadi lemah dan serak.

Otot-otot laring utama lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaiutu

otot yang berbentuk kipas, berasal dari arkus krikoidea bagian anterior, dan

berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik

kartilago tirodea ke depan, meregang, dan menegangkan korda vokalis. Kontraksi

ini juga secara pasti memutar aritenoid ke medial, sehingga otot krikotiroideus

juga dianggap sebagai otot adduktor. Maka secara ringkas dapat dikatakan

terdapat satu otot abduktor ( krikotiroideus posterior ), tiga adduktor

(interaritenoideus, krikotiroideus lateralis, krikotiroideus), dan tiga otot tensor

(krikotiroideus, vokalis, dan tiroaritenoideus).

2.1.3 Persarafan

Dua pasang nervus mengurus laring dengan persarafan motorik dan

sensoris. Dua nervus laringeus superior dan dua nervus inferior (rekuren). Nervus

laringeus merupakan cabang-cabang dari nervus vagus. Nervus laringeus superior

mmeninggalkan trunkus vagalis tepat di bawah ganglion nodusum, melengkung

ke anterior dan medial di bawah arteri karotis eksterna dan interna, dan bercabang

dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan motorik eksterna. Cabang interna

menembus membran tirohioidea untuk mengurus persarafan sensorik valekula,

epiglotis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa laring superior interna tepi bebas

korda vokalis sejati. Masing-masing cabang eksterna merupakan suplai motorik

untuk satu otot saja, yaitu otot krikotiroideus.

Di bagian inferior, nervus rekuren berjalan naik dalam alur diantara trakea

dan esofagus, masuk ke dalam laring tepat di belakang artikulasio krikotiroideus,

Page 13: CA Laring Edit

13

dan mengurus persarafan motorik semua otot intrinsik laring kecuali

krikotiroideus. Nervus rekuren juga mengurus sensasi jaringan di bawah korda

vokalis sejati ( regio subglotis) dan trakea superior. Karena perjalanan nervus

inferior kiri yang lebih panjang serta hubungannya dengan aorta, maka nervus ini

lebih rentan cedera dibadingkan dengan nervus yang kanan.

2.1.4 Vaskularisasi

Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan suplai

sarafnya. Arteri dan vena laringeal superior merupakan cabang-cabang arteri dan

vena tiroidea superior. Keduanya bergabung dengan cabang interne nervus

laringeus superior untuk membentuk pedikulus neurovaskular superior. Arteri dan

vena laringea inferior berasal dari pembuluh tiroidea inferior dan masuk ke laring

bersama nervus laringeus rekuren

Page 14: CA Laring Edit

14

2.1.5 Aliran Limfe

Pengetahuan mengenai drainase limfatik pada laring sangat penting pada

terapi kanker. Terdapat dua sistem drainase terpisah, superior dan inferior, dimana

garis pemisah adalah korda vokalis sejati. Korda vokalis sendiri memiliki suplai

limfatik yang buruk. Di bagian superior aliran limfe menyertai pedikulus

neurovaskular superior untuk bergabung dengan nodi limfatisi superiores dari

rangkaian servikalis profunda setinggi os hioideus. Drainase subglotis lebih

beragam, yaitu ke nodi limfatisi pretrakeales (satu kelenjar terletak tepat di depan

krikoid dan disebut nodi delphian), kelenjar getah bening servikalis profunda

inferior, nodi supraklavikularis, bahkan nodi mediastinalis superior. ( Buku Ajar

Ilmu Bedah EGC 2005 )

Gambar 2: anatomi laring

Page 15: CA Laring Edit

15

Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang

terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas

segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian

bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya

ialah batas kaudal kartilago krikoid. Laring dibentuk oleh sebuah tulang di

bagian atas dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan satu sama

lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh

mukosa.5,6,7

Tulang dan tulang rawan laring yaitu :

Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba

pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus

longus di bagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan

bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan

tengkorak.

Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar,

terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke

arah belakang. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan

merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang

rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid

lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.

Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :

1. Otot-otot ekstrinsik :

Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M.

Stilohioid

Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid

2. Otot-otot Intrinsik :

a. Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid

oblique dan transversum

b. Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid,

M. Vokalis, M. Krikotiroid

c. Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M.

Tiroepiglotik.

Page 16: CA Laring Edit

16

Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas,

respirasi dan fonasi. Laring membuat suara serta menentukan tinggi

rendahnya nada. Saat bernapas pita suara membuka sedangkan saat

berbicara atau bernyanyi akan menutup sehingga udara meninggalkan

paru-paru, bergetar dan menghasilkan suara.

Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.

Pemantauan suara dilakukan melalui umpan balik yang terdiri dari telinga

manusia dan suatu sistem dalam laring sendiri. Fungsi fonasi dengan

membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi

rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Syarat suara nyaring

yaitu anatomi korda vokalis normal dan rata, fisiologis harus normal dan

harus ada aliran udara yang cukup kuat.

Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal

(lariynx), dan supraglotis/oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran energi

dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara

pada laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi

pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di

modifikasi pada fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai

aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap

stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di

interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita. Adapun

perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan ekspirasi

paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara.

Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam

memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara

akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak

menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik. Laring khususnya

berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah pita

suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari

glotis. Pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot

spesifik pada laring itu sendiri. ( Buku Ajar Ilmu Bedah EGC 2005 )

Page 17: CA Laring Edit

17

2.2 FISIOLOGI LARING

Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu fungsi fonasi, respirasi dan

proteksi

a. Fungsi Fonasi

1. Teori Myoelastik – Aerodinamik

Udara ekspirasi melewati ruang glotis kemudian menggetarkan

plika vokalis sehingga otot-otot laring memposisikan laring adduksi &

meneganggkan plikas vokalis yang mengakibatkan timbulnya tekanan

udara pada ruang subglotis sehingga terbentuklah celah glotis yang

terbuka. Plika vokalis membuka dari posterior ke anterior kemudian terjadi

pelepasan udara sehingga terdapat tekanan udara di ruang subglotis hal ini

menyebabkan plika vokalis saling mendekatn (kekuatan myoelastik plika

vokalis > kekuatan aerodinamik).

2. Teori Neuromuskular

Teori ini belum terbukti kebenarannya namun dapat diterangkan

bahwa awal dari getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari

sistem saraf pusat melalui N. Vagus sehingga mengaktifkan otot-otot

laring. (Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran EGC 2006)

Page 18: CA Laring Edit

18

b. Fungsi Respirasi

c. Fungsi Proteksi

diafragma bergerak ke bawah

m. krikoaritenoideus posterior terangsang

rima glotis terbuka

pO2

tinggi

pembukaan rima glotis terhambat

pCO2

tinggi

merangsang pembukaan rima glotis

Rangsangan reseptor pd epiglotis melalui serabut N. Laringeus Superior

Pernafasan terhenti sejenak

mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke

introitus esofagus

Celah proksimal laring tertutup dasar lidah

Gerakan laring ke atas & ke depan

Sfingter & epiglotis menutup

Page 19: CA Laring Edit

19

2.4 GEJALA DAN TANDA KARSINOMA LARING

a. Suara serak

Suara serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala

paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi

laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glottis, besar pita suara,

ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara. Pada

tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh

ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glottis, terserangnya

otot – otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid, dan kadang – kadang

menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun

getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi

kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang –

kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila

tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap.

Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika

ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada

tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak

timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif,

seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor

hipofaring jarang jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi

dan nyeri menimbulkan suara bergumam ( hot potato voice )

b. Sesak nafas dan stridor

Dyspnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan

nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebakan oleh gangguan

jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret, maupun oleh

fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotis atau transglotis terdapat kedua gejala

tersebut. Sumbatan yang terjadi secara perlahan – lahan dapat dikompensasi oleh

pasien. Pada umumnya dyspnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang

baik.

Page 20: CA Laring Edit

20

d. Disfagia

Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotis, hipofaring dan

sinus piriformis. Keluhan ini merupakabn keluhan yang paling sering pada tumor

ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan atau odinofagi menandakan adanya

tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

e. Batuk dan haemoptisis

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glottis, biasanya timbul dengan

tertekannya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptitis

sering terjadi pada tumor glottis dan tumor supraglotis.

Gejala lain berupa penjalaran ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptysis

dan penurunan berat badan yang menandakan perluasan tumor ke luar laring atau

metastasis jauh. Pembesaran kelenjar getah bening leher dapat dipertimbangkan

sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi

tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium. ( Buku Ajar Penyakit

THT EGC 1997 )

2.5 PATOFISIOLOGI KARSINOMA LARING

Secara ringkas patofisiologi karsinoma laring dapat digambarkan dalam

skema berikiut ini:

Faktor predisposisi

(alkohol, rokok, radiasi)

proliferasi sel laring

Diferensiasi sel laring

Ca. Laring

Page 21: CA Laring Edit

21

Karsinoma laring tidak hanya menyerang daerah laring saja namun juga

dapat bermetastase ke daerah sekitar laring contohnya pada daerah supraglotik

yang menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi, sedangkan pada plica vocalis

karsinoma laring bisa menyebabkan gangguan komunikasi verbal, dan apabila

mengenai serabut saraf maka pasien dapat merasakan nyeri yang sangat,

disamnping itu karsinoma laring juga dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas

yang berakibat pada munculnya suara stridor. ( Buku Ajar Penyakit THT EGC

1997 )

2.6 DIAGNOSIS

2.6.1 Anamnesis

Gejala yang dapat diperoleh lewat anamnesa:

Suara parau

Sesak nafas dan stridor inspirasi

Nyeri pada tenggorok dan disfagia (tu supraglotis)

Batuk + darah (ulserasi tumor)

Berat badan turun

2.6.2 Pemeriksaan Leher

Inspeksi : terutama untuk melihat pembesaran kelenjar leher, laring, dan

tiroid. Kelenjar leher pada umumnya baru bisa teraba apabila ada

pembesaran lebih dari 1 cm.

Palpasi : untuk memeriksa pembesaran pada membran krikotiroid atau

tirohioid, yang merupakan tanda ekstensi tumor ke ekstra laringeal.

Infiltrasi tumor ke kelenjar tiroid menyebabkan tiroid membesar dan keras.

Memeriksa pembesaran kelenjar getah bening leher. Palpasi dilakukan

dengan posisi pemeriksa berada di belakang penderita dan dilakukan

secara sistematis/berurutan dimulai dari submental berlanjut ke arah

angulus mandibula, sepanjang muskulus sternocloidomastoid, klavikula,

dan diteruskan sepanjang saraf assesorius. ( Buku Ajar Pemeriksaan Fisik

dan Riwayat Kesehatan EGC 2009 )

Page 22: CA Laring Edit

22

2.6.3 Pemeriksaan Radiologis

Indikasi untuk membuat X-foto:

Fraktur laring

Karsinoma laring

• Untuk melihat pasage yang masih ada

• Untuk melihat luasnya tumor

Macam pemeriksaan radiologisnya:

• Foto leher PA/Lateral soft tissue

• Laringogram dengan menggunakan kontras

• Tomogram. (Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan EGC

2009)

2.7 STADIUM

Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, membagi tumor ganas laring dalam klasifikasi dan stadium tumor ganas laring sebagai berikut:

1. Supraglotis

Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis

termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

T is : tumor insitu

T 0 : tidak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal

T1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika,

ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.

T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita

suara palsu

T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke

dalam.

T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

Page 23: CA Laring Edit

23

2. Glotis

Mengenai pita suara asli. Batas inferior glottis adalah 10 mm dibawah tepi bebas

pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot – otot intrinsic pita suara. Batas

superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glottis dapat mengenai

satu atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan dapat

mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago

arytenoid.

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior)

dengan pergerakan normal

T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli

T 1b : tumor mengenai kedua pita suara

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun

subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu.

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara

T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring

3. Subglotis

Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas

inferior krikoid.

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas pada subglotis

T 1a : tumor terbatas pada satu sisi

T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara

asli dengan pergerakan normal atau terganggu

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara

T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring.

Page 24: CA Laring Edit

24

4. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

N x : kelenjar tidak dapat dinilai

N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar.

N 1 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm

N 2 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau

klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm

N 2a : klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm -

≤6cm.

N 2b : klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm

N 3 : kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral

N 3 a : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm

N 3 b : klinis terdapat kelenjar bilateral

N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

5. Metastase jauh (M)

M 0 : tidak ada metastase jauh

M 1 : terdapat metastase jauh

6. Stadium :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0 ; T1, T2, T3, N1, M0

Stadium IV : T4, N0, M0 ; Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

2.8 PROGNOSIS

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan

kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada

karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70%

dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan

menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%. (Buku Ajar Penyakit THT.EGC

2009)

Page 25: CA Laring Edit

25

2.9 PENATALAKSANAAN

A. Stadium I dikirim untuk radiasi, stadium 2 dan 3 untuk operasi dan stadium 4

operasi dengan rekonstruksi atau radiasi

B. Terapi Radiasi

Pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya

dapat digerakkan. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara proferatif untuk

mengurangi ukuran tumor.

C. Operasi : Laringektomi

1. Laringektomi parsial (Laringektomi-Tirotomi)

Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap

dini ketika hanya satu pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai

mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi. Dalam operasi ini satu

pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien

kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan tetap utuh dan pasien

seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.

2. Laringektomi supraglotis (horisontal)

Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor

supraglotis. Tulang hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara,

kartilago krikoid, dan trakea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi

leher radikal pada tempat yang sakit. Selang trakeostomi dipasang dalam

trakea sampai jalan nafas glotis pulih. Selang trakeostomi ini biasanya

diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi

diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan

tidak ada lagi bahaya aspirasi. Pasca operasi pasien akan mengalami

kesulitan menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama operasi ini

adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa. Masalah utamanya

adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh.

3. Laringektomi hemivertikal

Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita

suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area

subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis

tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara

Page 26: CA Laring Edit

26

palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan

setengah kartilago tiroid diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah

kartilago tiroid diangkat. Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi.

Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan

proyeksi. Namun demikian jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.

4. Laringektomi total

Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara.

Lebih jauh ke tulang hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga

cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan.

Banyak ahli bedah yang menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi

yang sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus limfe sekalipun.

Rasional tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe servical

sering terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis

tengah atau kedua pita suara. Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi

total dibutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi

makanan dan cairan ke dalam saluran pernafasan bawah, karena laring yang

memberikan perlindungan stingfer tidak ada lagi. Pasien tidak akan

mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi

total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan

berbicara.

D. Pemakaian Sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian

sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk.

E. Rehabilitasi khusus (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara/

bersuara sehingga dapat berkomunikasi secara verbal. Rehabilitasi suara

dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara yakni semacam

vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun dengan suara

yang dihasilkan dari esofagus (esophangeal speech) melalui proses belajar.

(Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr.Soetomo 2005)

Page 27: CA Laring Edit

27

2.10 PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi dengan vaksin spesifik membran glikoprotein virus

Epstein Barr yang dimurnikan pada penduduk yang bertempat tinggal di

daerah dengan resiko tinggi.

Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah resiko tinggi ke tempat

lainnya.

Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak

makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang

berbahaya.

Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan

keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.

Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA secara massal di

masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma

nasofaring secara lebih dini.

Page 28: CA Laring Edit

III. PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

1. Karsinoma laring adalah salah satu keganasan Kepala dan leher

yang sering ditemukan.

2. Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun

didapatkan beberapa hal yang diduga kuat sebagai pemicu yang

berkaitan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok,

alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis.

3. Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum

memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan

sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada stadium awal

lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat

sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.

Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah

diagnosa dini.

4. Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah

pembedahan, radiasi, sitostatika maupun kombinasi daripadanya.

Pilihan terbaik untuk pasien ini adalah radiasi, karena hasil biopsi

dari tumor menunjukkan karsinoma sel skuamous non keratinizing

yang bersifat radio sensitif. Keuntungan lain dari radiasi adalah

laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.

5. Rehabilitasi setelah operasi dengan terapi yang seksama memiliki

prognosis yang baik. Kerjasama yang baik dari ahli onkologi, ahli

patologi, ahli radiasi onkologi sangatlah diperlukan untuk

memberikan kesembuhan yang optimal.

III.2 SARAN

1. Berlaku hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat ,

menghindari merokok baik sebagai perokok aktif maupun perokok

pasif serta menghindari pula minuman beralkohol.

2. Segera periksa ke dokter apabila tiba-tiba menderita suara serak

tanpa sebab yang jelas.

28

Page 29: CA Laring Edit

DAFTAR PUSTAKA

Bickley Lynn. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2009.

Boies Lawrence, Adams George, Higler Peter. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997.

Rukmini, Sri. Pedoman Diagnosis dan terapi SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok. Edisi III. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2005 Rukmini Sri, Herawati Sri., Editor. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok. Jakarta: EGC, 2000.

Snell Richard. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006.

Sjamsuhidayat R, de Jong W., Editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.

29