C Bab I-IV Keratitis

9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keratitis adalah peradangan pada kornea yang menyebabkan kornea menjadi inflamasi dan bengkak, diserai mata merah, nyeri, dan gangguan penglihatan (AAO, 2012). Keratitis dapat terjadi karena infeksi maupun non infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, fungi ataupun parasit. Sedangkan non infeksi dapat diakibatkan oleh abrasi atau trauma oleh lensa kontak. Keratitis dapat disebut juga dengan istilah ulkus kornea. Infeksi mikroorganisme pada kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang menyebabkan gangguan penglihatan. Keadaan ini merupakan kegawatan oftalmologi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa operasi keratoplasti terhadap keratitis merupakan tindakan terbanyak setelah operasi keratoplasti pada edema kornea. 1.2 Tujuan Penyusunan laporan kasus ini dibuat setelah melakukan anamnesa dan prosedur klinis agar dapat membantu penulis untuk memahami secara langsung mengenai cara mendiagnosa, mengusulkan pemeriksaan penunjang yang sesuai dan tindakan penanganan pada pasien yang mengalami keratitis. 1.3 Manfaat Pengkajian kasus bedah yang disusun dalam portofolio ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu dan pemahaman dalam mengenali pasien dengan keratitis, melakukan pemeriksaan 1

description

lapsus keratitis

Transcript of C Bab I-IV Keratitis

Page 1: C Bab I-IV Keratitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keratitis adalah peradangan pada kornea yang menyebabkan kornea menjadi inflamasi

dan bengkak, diserai mata merah, nyeri, dan gangguan penglihatan (AAO, 2012). Keratitis

dapat terjadi karena infeksi maupun non infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,

fungi ataupun parasit. Sedangkan non infeksi dapat diakibatkan oleh abrasi atau trauma oleh

lensa kontak. Keratitis dapat disebut juga dengan istilah ulkus kornea.

Infeksi mikroorganisme pada kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang

menyebabkan gangguan penglihatan. Keadaan ini merupakan kegawatan oftalmologi. Suatu

penelitian menunjukkan bahwa operasi keratoplasti terhadap keratitis merupakan tindakan

terbanyak setelah operasi keratoplasti pada edema kornea.

1.2 Tujuan

Penyusunan laporan kasus ini dibuat setelah melakukan anamnesa dan prosedur klinis

agar dapat membantu penulis untuk memahami secara langsung mengenai cara mendiagnosa,

mengusulkan pemeriksaan penunjang yang sesuai dan tindakan penanganan pada pasien yang

mengalami keratitis.

1.3 Manfaat

Pengkajian kasus bedah yang disusun dalam portofolio ini diharapkan dapat

menambah wawasan ilmu dan pemahaman dalam mengenali pasien dengan keratitis,

melakukan pemeriksaan klinis maupun laboratorium dan penanganan awal maupun lanjut

yang sesuai.

1

Page 2: C Bab I-IV Keratitis

BAB II

LAPORAN KASUS2.1 Anamnesis

2.1.1 Identitas pasienNama : Ny. TJenis kelamin : PerempuanUmur : 70 tahunAlamat : WonocoyoPekerjaan : TaniSuku : JawaStatus : jandaAgama : Islam

2.1.2 Keluhan utama : Mata merah2.1.3 Keluhan penyerta : Ny.T mengeluhkan mata kirinya merah sejak 12 hari yang

lalu, nyeri, silau, nrocoh, seperti kelilipan dan pandangan kabur. Riwayat sebelumnya, mata kiri seperti tergores sesuatu saat bekerja di kebun.

2.1.4 R.P.D : - Trauma pada mata (tergores) (+)- Penyakit yang sama disangkal- Penyakit mata yang lain disangkal- Hipertensi disangkal- Diabetes melitus disangkal

2.1.5 R.P.Keluarga : - Penyakit yang sama disangkal- Penyakit menular disangkal

2.1.6 R.Pengobatan : Telah berobat di Puskesmas dan diberikan obat tetes mata 6 kali sehari

2.1.7 R.Kebiasaan : - Pemakaian kaca mata dan contact lens disangkal- Setiap hari bertani dan bekerja di kebun

2.1.8 R.Alergi : disangkal

2.2 Pemeriksaan FisikStatus generalis

2.2.1 Keadaan umum : Baik2.2.2 GCS : 4562.2.3 Tanda vital

TD : 130/80 mmHg RR : 18 x/menitND : Frek: 84 x/menit T : 37,2C

Status oftalmologis

OD OS6/30 Visus 2/60

N TIO N

2

Page 3: C Bab I-IV Keratitis

Ortoforia Kedudukan Ortoforia

Pergerakan(GBM)

Spasme (-), Edema (-), Palpebra Spasme (+), Edema (-),CI (-), PCI (-), sekret (-), corpal (-) Konjungtiva CI (+), PCI (+), corpal (-) sekret:

mukoserous minimalInfiltrat (-), edema (-), ulkus (-), Kornea Infiltrat (+), edema (-), ulkus (-),

dalam, hipopion (-) COA dalam, hipopion (-)Radline, sinekia (-) Iris Radline, sinekia (-)

Round, RP (+), d=3mm Pupil Round, RP (+), d=3mmJernih Lensa Jernih

2.3 Diagnosa

2.3.1 Diagnosa kerja : Keratitis fungi

2.3.2 Diagnosa banding

a. Keratitis bakterial

b. Keratitis viral

2.4 Penatalaksanaan

2.4.1 Rencana diagnosis

a. Uji fluoresensi kornea

b. Kerokan kornea dan pengecatan Gram dan KOH 10%

c. Refraksi mata kanan dan kiri (bila sudah tenang)

2.4.2 Rencana terapi

a. Antijamur : Natamycin 50mg/mL ED 8 gtt dd 1 OS

b. Air mata buatan : Protagent A 4 gtt dd 2 OS

c. NSAID : Asam mefenamat 3x500 mg

d. Rujuk dokter spesialis mata

e. KIE pasien :

- Mengenai diagnosa, pengobatan, alasan rujuk, prognosa penyakitnya

- Menggunakan tisu yang bersih dan sekali buang saat mengusap air mata

- Memberikan edukasi mengenai cara meneteskan obat tetes mata

- Kontrol obat habis

3

Infiltrat putih kelabu, batas tidak tegas, tepi tidak teratur

Page 4: C Bab I-IV Keratitis

2.5 Prognosis : ad bonam

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Resume Kasus pada Ny.T

Ny.T datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri merah sejak 12 hari yang lalu,

nyeri, kabur, nrocoh, seperti kelilipan dan silau. Keluhan-keluhan tersebut muncul setelah

sebelumnya merasa tergores sesuatu saat bekerja di kebun. Hasil pemeriksaan menunjukkan

adanya infiltrat putih keabu-abuan dengan batas tidak tegas pada kornea disertai injeksi

konjungtiva dan silier serta sekret mukoserous yang minimal pada mata kiri.

3.2 Diagnosa Banding pada Kasus Ny.T

Penegakan diagnosa pada kasus Ny.T dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan

fisik oftalmologis secara sistematis. Keluhan mata kiri (unilateral) nyeri, nrocoh, merah,

penglihatan terganggu, dan silau serta hasil pemeriksaan berupa adanya infiltrat pada kornea

yang mengarahkan pada keratitis. Adanya keluhan nyeri yang sangat hebat, berair, silau,

terdapat riwayat terkena dedaunan, dan hasil pemeriksaan berupa adanya infiltrat berwarna

putih kelabu dan berbatas tidak tegas maka mengarahkan pada keratitis jamur. Pada keratitis

virus biasanya terjadi bilateral tanpa kelainan konjungtiva dan gejala akut serta pada

pemeriksaan fluoresensi menunjukkan adanya infiltrat dendritik. Pada keratitis bakteri yang

biasanya infiltrat berwarna putih dan terdapat sekret yang mukopurulen.

Selain itu riwayat pengobatan pasien sebelumnya adalah menggunakan obat tetes mata

berupa Alletrol yang berisi antibiotik neomicyn, polymixin B sulfat, dan dexametasone.

Namun keluhan pasien tidak berkurang. Hal ini dapat sebagai petunjuk bahwa pengobatan

dengan antibiotik tidak sesuai dengan

3.3 Rencana Pemeriksaan Penunjang pada Ny.T

Uji fluoresein digunakan untuk mengetahui adanya defek pada kornea dan lesi

dendritik di epitel yang khas pada virus. Uji Gram, Giemsa, dan KOH 10% pada pulasan

kornea dilakukan untuk memperkuat diagnosa keratitis jamur dan menyingkirkan keratitis

bakterial.

Perlu dilakukan pemeriksaan refraksi saat mata kiri sudah tenang untuk mengoreksi

penurunan visus pada Ny.T yang terdeteksi saat pemeriksaan visus jauh.

3.4 Rencana Penatalaksanaan pada Ny.T

4

Page 5: C Bab I-IV Keratitis

Penatalaksanaan farmako pada pasien tersebut dilakukan secara etiologis dan

simtomatis. Diagnosa yang mengarahkan pada keratitis jamur menjadi dasar untuk

diberikannya anti fungi berupa natamycin 50mg/mL topikal. Sedangkan untuk meredakan

nyeri dan inflamasi pasien diberikan anti inflamasi non steroid berupa asam mefenamat 3x500

mg untuk analgetik dan antiinflmasi. Untuk melindungi kornea diberikan air mata buatan

protagent A yang berisi polyvinyilpyrolidone.

3.5 Komplikasi dan prognosis pada Kasus Ny.T

Komplikasi yang dapat terjadi pada mata kiri pasien adalah terbentuknya sikatrik pada

kornea sehingga penglihatan menjadi terganggu, perforasi kornea akibat ulkus yang meluas

dan semakin dalam, iritis dan iridosiklitis akibat infeksi menyebar ke segmen yang lebih

posterior, serta descemetocele. Selain itu juga dapat terjadi endoftalmitis bila pengobatan

tidak adekuat karena faktor obat maupun faktor kepatuhan pasien.

Prognosa pada pasien dengan keratitis fungi ini tergantung pada kecepatan pengobatan

dan keparahan luka. Secara vitam prognosisnya adalah bonam, sedangkan secara functionam

dapat menjadi dubia karena telah terjadi kerusakan pada kornea akibat pengobatan yang tidak

adekuat yang dapat menjadi sikatrik. Secara sanactionam dapat dikatakan bonam karena

dengan pengobatan infeksi seharusnya bisa sembuh.

5

Page 6: C Bab I-IV Keratitis

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ny.T yang datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri merah, sakit, berair, silau,

pandangan kabur dan seperti kelilipan serta hasil pemeriksaan didapatkan infiltrat putih

keabuan di kornea dengan injeksi konjungtiva dan perikorneal konjunctiva mengarakan pada

keratitits bakterial. Namun masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui

penyebab pasti agar dalam pengobatan dapat adekuat.

4.2 Saran

Pasien perlu di KIE mengenai diagnosa, gambaran klinik, dan rencana tatalaksana

serta cara pemberian obat dan menjaga higienitas diri.

6