Bst
-
Upload
optie-ardha-phoenix -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of Bst
STATUS MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH
SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus : Suspect Stroke Non HemoragicNama Mahasiswa : Optie Ardha BerlianaNIM : H2A010039
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.J
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Baon Singorojo, Kendal
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
No RM : 107854
Tanggal masuk RS : 10 November 2015
Jaminan Kesehatan : BPJS
Dirawat di ruang : Alamanda Bed 3.3
II. DAFTAR MASALAH
NO Masalah Aktif Tanggal NO Masalah Pasif Tanggal
1. Hemiparesis Sinistra
Spastik
10/11/2015
2. Paresis N VII
sinistra Sentral
3. Paresis N IX,X
4. Paresis N XII
sinistra
5. Hipertensi Grade I
1
6. Diabetes Mellitus
Tipe II
III.ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa pada
tanggal 11 November 2015 pukul 13.30 WIB di Ruang Alamanda RSUD
Tugurejo Semarang.
Keluhan utama : Lemah anggota gerak kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : Mendadak, setelah sarapan, 2 jam SMRS
Lokasi : Anggota gerak kiri
Kuantitas : Anggota gerak kiri terasa lemah, sulit digerakkan
dan terasa kaku, ada gerakan dan bisa melawan
gafitasi, tapi tidak dapat melawan tahanan ringan.
Kualitas : Untuk aktivitas kegiatan sehari-hari harus dibantu
keluarga.
Kronologis :
± 2 jam sebelum masuk rumahsakit RSUD Tugurejo pasien
merasa lemah pada anggota gerak kiri setelah minum obat gula dan
belum sarapan. Anggota gerak kiri lemah dan sulit digerakkan dan
terasa kaku. Sehari sebelumnya pasien merasakan nyeri kepala pada
bagian kiri sehingga pasien sulit untuk tidur. Kemudian setelah bagun
tidur, sarapan dan minum obat pasien merasa pusing berputar. Saat ini
pasien sudah tidak merasakan pusing ataupun nyeri kepala.
Pasien juga merasakan seperti mual (+), muntah (+) 2 kali
setelah minum obat, bicara pelo , mulut merot ke kanan bersamaan
dengan lemah tangan dan kaki kirinya. dan saat makan tersedak.
Riwayat kejang dan pingsan disangkal.
Faktor memperberat : -
2
Faktor
memperingan
: -
Gejala penyerta : Demam (-), nyeri kepala (-), mual (+), muntah (+),
BAK dan BAB seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : diakui, ± 1 tahun yang lalu
Riwayat stroke : diakui ± 1 tahun yang lalu
Riwayat hipertensi : + (± 10 tahun yang lalu), Terkontrol
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat gangguan penglihatan : disangkal
Riwayat demam : disangkal
Riwayat Asam Urat : disangkal
Riwayat Colesterol : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien merupakan seorang penjaga warung yang terdapat di rumahnya.
Pasien tinggal bersama anak dan cucunya. Biaya pengobatan pasien
ditanggung oleh BPJS Jamkesda. Kesan ekonomi kurang.
Pasien sehari-hari aktivitas sebagai penjaga warung yang terdapat
di rumahnya dan merawat cucunya. kebiasaan orah raga jarang.. Pasien
tidak menyukai makanan berlemak dan asin. Tidak mengkonsumsi
alkohol, tidak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
3
Pemerikaan fisik dilakukan pada tanggal 10 November 2015 pukul
14.00 WIB di Ruang Alamanda RSUD Tugurejo Semarang.
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign :
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 86x /menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 20x/menit reguler
Suhu : 370 C (aksiler)
Status Gizi
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 155cm
IMT : 24.97 (Over Weight)
1. STATUS INTERNA
Kepala : Kesan mesocephal, Nyeri tekan (-)
Mata :Edem palpebra (-/-); reflek cahaya direk (+/+);
reflek
cahaya indirek (+/+); pupil isokor 2,5mm/2,5mm.
Hidung : Nafas Cuping hidung (-), epistaksis (-), deformitas
(-)
Telinga : Serumen (-/-), Nyeri Mastoid (-), Nyeri Tragus
(-/-)
Mulut : lembab (+), sianosis (-), perot (-), karies gigi (-)
Leher : Gerakan terbatas (-), kaku kuduk (-), JVP
(Normal).
Thorax :
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
4
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, tak kuat
angkat
Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal
sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 2 cm medial
Linea
mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis
dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murni, bising
jantung (-).
Pulmo
Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Warna sama dengan warna
sekitar, simetris statis &
dinamis, retraksi (-).
Stem fremitus normal kanan
= kiri.
Sonor seluruh lapang paru.
SD paru vesikuler (+), suara
tambahan paru: wheezing (-),
ronki (-).
Warna sama dengan warna
sekitar, simetris statis &
dinamis, retraksi (-).
Stem fremitus normal kanan
= kiri.
Sonor seluruh lapang paru.
SD paru vesikuler (+), suara
tambahan paru: wheezing (-),
ronki (-).
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Warna sama dengan warna
sekitar, simetris statis &
dinamis
Stem fremitus sulit dinilai
Sulit dinilai
Warna sama dengan warna
sekitar, simetris statis &
dinamis
Stem fremitus sulit dinilai
Sulit dinilai
5
Auskultasi SD paru vesikuler (+), suara
tambahan paru : wheezing (-),
ronki (-).
SD paru vesikuler (+), suara
tambahan paru: wheezing (-),
ronki (-).
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen datar, warna kulit sama dengan warna
kulit
sekitar, cullen’s sign (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal (16x/menit)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak hepar (+),
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar & Lien tak teraba
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral pucat -/- -/-
Akral hangat +/+ +/+
Capillary Refill < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik
2. STATUS PSIKIS DAN NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS 15 (E4 M6 V5)
Kualitatif : Tingkah laku : wajar, Perasaan hati : eutim
Orientasi : Tempat: Baik, Waktu: Baik, Orang: baik,
Sekitar: baik
Jalan Pikiran : Realistik
Kecerdasan : Baik
Daya ingat baru : Baik
Daya ingat lama : Baik
Kemampuan bicara : Baik
Cara berjalan : Sulit
Gerakan abnormal : Tidak ada
Badan:
6
- Atrofi otot punggung : -
- Atrofi otot dada : -
- Neri’s sign : -
Vertebra :
- Bentuk : Normal (skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-))
- Nyeri tekan : -
- Gerakan :Tidak dilakukan
Anggota Gerak Atas:
Inspeksi Kanan Kiri
Drop hand - -
Pitcher’s hand - -
Warna Kulit Sama seperti warna sekitar Sama seperti warna sekitar
Claw hand - -
Kontraktur - -
Palpasi Kanan Kiri
Gerakan Normal Menurun
Kekuatan 5-5-5 3-3-3
Tonus Normotonus Hipertonus
Sensibilitas Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Termis Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Posisi Normal Normal
Vibrasi Normal Normal
Refleks Fisiologis :
1. Biceps
2. Triceps
3. Radius
+
+
+
+++
+++
+++
7
4. Ulna + +++
Refleks Patologis :
1. Hoffman trommer - -
Sensoris :
1. Rasa Gramestesia
2. Rasa Barognosia
3. Rasa Topognosia
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Anggota Gerak Bawah
Inspeksi Kanan Kiri
Drop foot - -
Warna Kulit Sama seperti warna sekitar Sama seperti warna sekitar
Kontraktur - -
Palpasi Kanan Kiri
Gerakan Normal Menurun
Kekuatan 5-5-5 3-3-3
Tonus Normotonus Hipertonus
Sensibilitas Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
Termis Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Posisi Normal Normal
Vibrasi Normal Normal
Refleks Fisiologis :
1. Patella
2. Achilles
+
+
+++
+++
Refleks Patologis:
1. Babinski
2. Chaddock
3. Oppenheim
4. Gordon
-
-
-
-
+
+
+
+
8
5. Gonda
6. Bing
7. Rossolimo
8. Mendel Bechterew
-
-
-
-
-
-
-
-
Palpasi Kanan Kiri
Tes Provokasi
1. Tes Lasegue
2. Tes Patrick
3. Tes Kontra patrick
4. Tes Brudzinki I
5. Tes Brudzinski II
6. Tes Brudzinski III
7. Tes Kernig
8. Valsava
> 70o
-
-
-
-
-
-
-
> 70o
-
-
-
-
-
-
-
Sensoris :
1. Rasa Gramestesia
2. Rasa Barognosia
3. Rasa Topognosia
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Nervus Cranialis
N. I (OLFAKTORIUS) Lubang hidung
Kanan
Lubang hidung
Kiri
Daya Pembau Normal Normal
N. II (OPTIKUS) Mata Kanan Mata Kiri
Daya Penglihatan Normal Normal
9
Pengenalan Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Medan Penglihatan Normal Normal
Perdarahan Arteri/Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (OKULOMOTORIS) Mata Kanan Mata Kiri
Ptosis - -
Gerak Mata Ke Atas + +
Gerak Mata Ke Bawah + +
Gerak Mata Ke Media + +
Ukuran Pupil 2,5 mm 2,5 mm
N. III (OKULOMOTORIS) Mata Kanan Mata Kiri
Bentuk Pupil Isokor Isokor
Reflek Cahaya Langsung + +
Reflek Cahaya Konsesuil + +
Strabismus Divergen - -
Diplopia - -
N. IV (TROKHLEARIS) Mata Kanan Mata Kiri
Gerak Mata Lateral Bawah + +
Strabismus Konvergen - -
Diplopia - -
N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri
Mengigit Normal Normal
Membuka Mulut Normal Normal
Sensibilitas Muka Atas Normal Normal
Sensibilitas Muka Tengah Normal Normal
10
Sensibilitas Muka Bawah Normal Normal
Reflek Kornea + +
Trismus - -
N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri
Gerak Mata Lateral Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Starbismus Konvergen - -
Diplopia - -
N. VII (FASIALIS) Kanan Kiri
Kerutan Kulit Dahi + +
Menutup Mata + +
Lipatan Nasolabial + -
Sudut Mulut + -
Tic Facial - -
N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri
Mendengar Suara Berbisik Normal Normal
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX
(GLOSSOFARINGEUS)
KANAN KIRI
Arkus Faring Asimentris (bagian kiri lebih turun)
Daya Kecap 1/3 Belakang (+) (+)
Reflek Muntah (-)
N. X (VAGUS) Kanan Kiri
11
Bersuara lemah
Menelan Sulit menelan
N. XI (AKSESORIUS) Kanan Kiri
Memalingkan Kepala Adekuat Adekuat
Sikap Bahu Simetris Simetris
Mengangkat Bahu Adekuat Adekuat
Trofi Otot Bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII (HIPOGLOSUS)
Sikap lidah Deviasi Kiri
Artikulasi Tidak Terlalu Jelas
Tremor Lidah (-)
Menjulurkan lidah (+)
Fasikulasi lidah (-)
Fungsi Vegetatif
- Miksi : Inkontinentia urin (-), Retensio urin (-), Anuria (-),
Poliuria (-)
- Defekasi : Inkontinentia alvi (-), Retensio alvi (-)
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. Siriraj score
NO. GEJALA/TANDA PENILAIAN INDEKS SCORE
1. Kesadaran (0) Kompos mentis
(1) Mering mengantuk
(2) Semi koma/koma
x 2,5 0
2. Muntah (0) Tidak
(1) Ya
x 2 2
12
3. Nyeri Kepala (0) Tidak
(1) Ya
x 2 0
4. Tekanan Darah Diastolic x 10% 9
5. Ateroma
a. Diabetes Mellitus
b. Angina Pectoris
c. Klaudikasio intermiten
(0) Tidak
(1) Ya
x (-3) -3
6. Konstanta -12 -12
HASIL SSS -4
Interpretasi Siriraj Stroke Score
Score > 1 : Perdarahan supratentorial
Score <-1 : Infark Serebri
Score -1 s/d 1 : Meragukan
2. Gadjah Mada Score
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri Kepala (-)
Reflek babinsky (+)
Hasil : Stroke iskemik akut atau stroke infark
V. RESUME
± 2 jam sebelum masuk rumahsakit RSUD Tugurejo pasien merasa
lemah pada anggota gerak kiri setelah minum obat gula. Anggota gerak
kiri lemah dan sulit digerakkan dan terasa kaku. Sehari sebelumnya pasien
merasakan nyeri kepala pada bagian kiri sehingga pasien sulit untuk tidur.
Kemudian setelah bagun tidur, sarapan dan minum obat pasien merasa
pusing berputar. Saat ini pasien sudah tidak merasakan pusing ataupun
nyeri kepala.
Pasien juga merasakan seperti mual (+), muntah (+) 2 kali setelah
minum obat, bicara pelo , mulut merot ke kanan bersamaan dengan lemah
13
tangan dan kaki kirinya. dan saat makan tersedak. Riwayat kejang dan
pingsan disangkal.
Pasien mengakui riwayat hipertensi ± 10 tahun dan terkontrol.
Pasien jarang berolaraga. Riwayat keluhan yang sama, ± 1 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, vital sign : Tekanan darah 140/100
mmHg, Nadi 86x/menit. Status gizi : IMT : 24.97 (Over Weight), pupil
isokor 2,5mm/2,5mm. Status Neurologis : Kesadaran GCS 15 (E4 M6V5),
gerakan (N/Nl - ↓/↓), kekuatan 5-5-5/3-3-3 - 5-5-5/3-3-3, tonus
normotonus/hipertonus, trofi eutrofi/eutrofi, normal pada sensibititas,
diskriminasi, posisi, dan vibrasi. Nervus cranialis N. XII Hipoglosus pada
sikap dan menjulurkan lidah terdapat deviasi ke kiri, serta artikulasi kata-
kata tidak jelas. Status psikis dalam batas normal. Sensibilitas dalam batas
normal dan fungsi vegetatif dalam batas normal. Pada pemeriksaan
tambahan Skore Siriraj meragukan. Gajahmada score diperoleh suspk
stroke iskemik akut atau stroke infark..
VI. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinik :
- Hemiparesis Sinistra Spastik
- Paresis N VII Sinistra Sentral
- Paresis N. IX,X
- Paresis N XII Sinistra
Diagnosis Topis :
- Lesi pada korteks motorik hemisferium dextra
Diagnosis Etiologi: Suspect Stroke Non Hemoragik
2. Hipertensi Grade I
3. Diabetes Mellitus Tipe II
14
VII. INITIAL PLAN
1. Daftar Masalah : Suspect Stroke Non Hemoragic
2. Rencana Terapi
Farmakoterapi
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi catapress 1 ampul/24 jam
- Injeksi mecobalamin 500 mg/24 jam
- (PO) Amlodipin 10 mg/24 jam
- (PO) Metformin 500 mg/8 jam saat makan
- (PO) Ranitidin 150 mg/12 jam sebelum makan
Non Farmakoterapi
- Istirahat total di tempat tidur
- Konsul dr.Sp.KFR
3. Rencana Diagnosis
- Pemeriksaan laboratorium: Darah rutin, GD I/II, Profil Lipid
- CT-scan kepala tanpa kontras
- EKG
4. Monitoring
- Monitoring keadaan umum dan tanda vital
- Monitoring defisit neurologis
5. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi
penyakit yang diderita pasien
- Menjelaskan kepada pasien usulan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk mencari penyebab penyakit pasien
- Menyarankan kepada keluarga untuk memberikan dukungan
kepada pasien dan bekerjasama dalam penatalaksanaan pasien.
- Menyarankan pasien agar menghindari faktor pencetus stroke
berulang yaitu dengan rutin kontrol tekanan darah dan meminum
obat secara rutin, , menurunkan berat badan, diet makanan rendah
15
lemak dan rendah garam serta melakukan olahraga rutin setiap
hari.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE NON HEMORAGIK
1. Definisi
Stroke merupakan kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula
16
di sebut sebagai CVS (Cedera Vascular Serebral) atau CVA (Cerebro
Vascular Accident).
Stroke merupakan gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Stroke merupakan manifestasi gangguan saraf umum yang timbul secara
mendadak dalam waktu yang singkat yang diakibatkan oleh gangguan aliran
darah ke atas akibat penyumbatan atau perdarahan.
Stroke merupakan tanda-tanda klinis yang berkembang dengan cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal dengan gejal-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vascular (WHO 2005).
2. Etiologi
a. Stroke Iskemik / Oklusi : karena adanya penyumbatan pembuluh darah
akibat adanya emboli, aterosklerosis atau oklusi trombotik pada pembuluh
darah, trombosis, vaskulitis, gangguan darah (polisitemia), vasokonstriksi.
b. Stroke Hemoragik : perdarahan intraserebrum hipertensif, perdarahan
subarachnoid, perdarahan akibat tumor otak, perdarahan sistemik
termasuk terapi anti koagulan, hipertensi dan pecahnya aneurisma.
c. Obat-obatan : kokain dan amfetamin
3. Faktor risiko
a. Non-modifiable risk faktor:
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras/etnis
- Genetik
b. Modifiable risk factor:
1) Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial.
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka
timbulah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit
17
maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel – sel otak akan
mengalami kematian.
2) Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah
otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak
akan menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan
tersebut kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang
pada akhirnya akan menyebabkan infark sel – sel otak.
3) Penyakit Jantung
Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke.
Faktor risiko ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah
ke otak karena jantung melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan
yang telah mati ke dalam aliran darah.
4) Dislipidemia
Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density
lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya
arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian
diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL
dan penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) merupakan
faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
5) Infeksi
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke
adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan infeksi cacing.
6) Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.
7) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark
jantung.
8) Kelainan pembuluh darah otak
18
Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan.
9) Penyalahgunaan obat ( kokain)
10) Konsumsi alcohol
11) Lain – lain, lanjut usia, penyakit paru – paru menahun, penyakit darah,
asam urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara
teori.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Stroke Berdasarkan Patologi Anatomi Dan Etiologi :
i. Stroke iskemik :
a. TIA (Transient Ischaemic Attack)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
ii. Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral (PIS)
Perdarahan otak primer yang berasal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak.
b. Perdarahan subarachnoid (PSA)
Perdarahan otak primer yang berasal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak. AVM, atau sekunder dari PIS. Terbagi atas:
1. Perdarahan Subaraknoidal spontan primer (spontan non-trauma
dan non-hipertensif), yakni perdarahan bukan akibat trauma
atau dari perdarahan intraserebral.
2. Perdarahan Subaraknoidal sekunder, adalah perdarahan yang
berasal dari luar subaraknoid, seperti dari perdarahan
intraserebral atau dari tumor otak.
Grade Gejala perdarahan subarachnoid
- Kelas I : Asimptomatik atau sakit kepala ringan
- Kelas II : Sakit kepala sedang atau berat atau occulomotor palsy
19
- Kelas III : Bingung, mengantuk atau gejala fokal ringan
- Kelas IV : Stupor (respon terhadap rangsangan nyeri)
- Kelas V : Koma (postural atau tidak respon terhadap nyeri)
Kelas I dan II memiliki prognosis yang baik, kelas III
memiliki prognosis yang menengah, kelas IV dan V memiliki
prognosis yang buruk.
Gejala KlinisPerdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Subarachnoid (PSA)
1. Gejala defisit fokal
2. Awitan (onset)
3. Nyeri kepala
4. Muntah pada awalnya
5. hipertensi
6. Kaku kuduk
7. Kesadaran
8. Hemiparesis
9. Deviasi mata
10. Likuor
Berat
menit/jam
hebat
sering
hampir selalu
jarang
bisa hilang
sering sejak awal
bisa ada
sering berdarah
ringan
1-2 menit
sangat hebat
sering
biasanya tidak
biasa ada
bisa hilang sebentar
awal tidak ada
jarang
berdarah
Klasifikasi Stroke Berdasarkan Stadium / Pertimbangan Waktu :
1) TIA (Transient Ischaemic Attack serangan sepintas stroke, kurang 24
jam)
2) RIND (Reversible Ischaemic Neurologi Deficit serangan stroke
kurang 3 minggu)
3) Progressing Stroke (gejala stroke masih berlangsung)
4) Complite Stroke (stroke yang sudah menetap)
5. Patofisiologi
20
Pola Terjadinya Ateroma 7
A. Distribusi Pembentukan Ateroma
Proses berlangsung dari anak-anak tanpa menimbulkan gejala
selama 20-30 tahun. Ateroma biasanya terjadi pada arteri yang berukuran
besar (arkus aorta) dan arteri yang berlekuk-lekuk (sifon karotis), dan
arteri yang konfluen (a.basilaris). Sedangkan pada tempat yang jarang
terjadi pembentukan ateroma yaitu pada ujung distal arteri karotis interna
hingga karotikus dan pada arteri serebri anterior. Sehingga lepasnya
ateroma tersebut lebih sering menyebabkan penyumbatan pada arteri
serebri media.
Adanya distribusi khusus terjadinya ateroma diatas sebenarnya
disebabkan karena adanya haeomodynamics shear stress dan trauma
endotel pembuluh darah pada daerah tersebut, yaitu pada tempat dimana
terdapat perbedaan aliran darah, stagnasi darah dan turbulensi.
Proses pembentukan ateroma dapat terjadi hanya pada satu sisi
pembuluh darah saja, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
geometri anatomi pembuluh darah secara individual. Biasanya disertai
oleh adanya proses aterosklerotik yang ditemukan di tempat lain, yaitu
dengan adanya angina atau Infark miokardium, atau claudicasio. Proses
pembentukan ateroma tersebut yang terjadi di berbagai arteri, diotak,
aorta, atau pembuluh darah lain mempunyai proses yang sama. Adanya
faktor genetika juga berpengaruh pada proses tersebut, yang diperberat
dengan faktor lain seperti hipertensi. Hal ini menjelaskan mengapa pada
ras kulit hitam dan kulit berwarna lebih sering terbentuk ateroma pada
arterioklerotik intrakranial dibandingkan pada arteri ekstrakranial
B. Proses Pembentukan Ateroma
Pembentukan ateroma sebenarnya telah dimulai dengan
pembentukan Fatty streak sejak masa kanak-kanak. Proses tersebut
dimulai dengan adanya kerusakan jaringan. Pada hipotesa Response to
21
Injury Hypothesis, penyebab kerusakan pada endotel, baik perubahan
struktural ataupun perubahan fungsional, akibat adanya faktor-faktor
seperti hiperkholesterolemia kronis, adanya perubahan fungsional shear
stress aliran darah pada endotel pembuluh darah, ataupun adanya disfungsi
akibat toksin atau zat-zat lain. Kerusakan endotel tersebut menyebabkan
perubahan permeabilitas endotel, perubahan sel-sel endotel atau perubahan
hubungan antara sel endotel dan jaringan ikat dibawahnya, sehingga daya
aliran darah didalamnya dapat menyebabkan pelepasan sel endotel
kemudian terjadi hubungan langsung antara komponen darah dan dinding
arteri.
Kerusakan endotel akan menyebabkan pelepasan factor
pertumbuhan yang akan merangsang masuknya monosit ke lapisan intima
pembuluh darah. Lipid akan masuk kedalam pembuluh darah melalui
transport aktif dan pasif. Monosit pada dinding pembuluh darah akan
berubah menjadi mikrofag akan memfagosit kholesterol LDL, sehingga
akan terbentuk foam sel. Oleh karena itu, gambaran mikroskopis dari fatty
streak akan berupa kumpulan sel-sel yang berisi lemak sehingga tampak
seperti busa yang disebut sebagai foam cells. Beberapa tahun kemudian
proses tersebut berlanjut dengan terjadinya sel-sel otot polos arteri dari
tunika adventisia ke tunika intima akibat adanya pelepasan platelet derived
grawth factor (PDGF) oleh makrofag, sel endotel, dan trombosit.
Selain itu, sel-sel otot polos tersebut yang kontraktif akan
berproliferasi danakan berubah menajdi lebih sintesis (fibrosis). Makrofag,
sel endotel, sel otot polos maupun limfosit T (terdapat pada stadium awal
plak aterosklerosis) akan mengeluarkan sitokines yang memperkuat
interaksi antara sel-sel tersebut. Adanya penimbunan kolesterol intra dan
eksta seluler disertai adanya fibrosis maka akan terbentuk plak fibrolipid.
Pada inti dari plak tersebut, sel-sel lemak dan lainnya akan menjadi
nekrosis dan terjadi kalsifikasi. Plak ini akan menginvasi dan menyebar
22
kedalam tunika media dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
akan menebal dan terjadi penyempitan lumen.
Degenerasi dan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami
sklerosis (akibat pecahnya pembuluh darah vasa vasorum) akan
menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah. Hal ini akan terjadi
perangsangan adhesi, aktifasi dan agregasi trombosit, yang mengawali
koagulasi darah dan trombosis. Trombosit akan terangsang dan menempel
pada endotel yang rusak, sehingga terbentuk plak aterotrombotik.
C. Trombosis
Pembentukan trombus arteri dipengaruhi oleh 3 bagian yang
penting, yaitu adanya keadan subendotel vaskuler, trombin dan
metabolisme asam arakhidonat. Trombolis diawali dengan adanya
kerusakan endotel, sehingga tampak jaringan kolagen dibawahnya. Sherry
mengatakan pula bahwa proses trombosis terjadi akibat adanya interaksi
antara trombosit dan dinding pembuluh darah, akibat adanya kerusakan
endotel pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang normal bersifat antitrombosis, hal
ini disebabkan karena adanya glikoptotein dan proteoglikan yang melapisi
sel endotel dan adanya prostasiklin (PGI2) pada endotel yang bersifat
vasodilator dan inhibisi platelet agregasi.Pada endotel yang mengalami
kerusakan, darah akan berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh
darah, kemudian akan merangsang trombosit dan agregasi trombosit dan
merangsang trombosit mengeluarkan zat-zat yang terdapat didalam
granula-granula didalam trombosit dan zat-zat yang berasal dari makrofag
yang mengandung lemak.
Akibat adanya reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan
trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah. Perlekatan tersebut
ditentukan pula oleh adanya unsur-unsur matriks pembuluh darah dan
kecepatan aliran darah.
23
Trombosit yang teraktifasi akan berubah bentuk menjadi bulat dan
menggelembung, membentuk psodopodia, dan menampilkan glikoprotein
pada permukaan membran trombosit sebagai reseptor. Perlekatan
trombosit dengan serat kolagen melalui Von Willebrand factor (VWF).
Perlekatan tersebut akan merangsang pelepasan Platelet Factor 3
(PF3=Clot accelerating factor). Bila terdapat kerusakan pembuluh darah,
akan menyebabkan bertambah banyaknya zat-zat yang biasanya terdapat
pada pembuluh darah yang normal, seperti sera-tserat kolagen,
katekolamin, adrenalin, noradrenalin, dan juga ADP, dimana akan
menyebabkan bertambah eratnya perlekatan trombosit.
Pada kecepatan aliran darah yang cepat, perlekatan trombosit pada
jaringan kolagen melibatkan reseptor glikoprotein (GP) yaitu GP VI dan
GP Ib- VIX pada Von Willebrand factor (vWF). Sedangkan pada aliran
darah yang lambat, akan melibatkan reseptor GP VI, Integrin α2 β1, dan
GP Ib-V-IX pada vWF.
Adanya kerusakan dinding pembuluh darah juga menyebabkan
pelepasan tromboplastin (Tissue factor III) dan faktor hageman (Contact
factor XII) dari jaringan yang akan menyebabkan pembentukan trombin
dari protrombin. Trombin akan memacu agregasi trombosit dan
merangsang perubahan fibrinogen menjadi fibrin, dimana fibrin akan
mempererat perlekatan trombosit dan merangsang p-selektin sel endotel
yang menambah permeabilitas sel. Trombin mengikat trombosit melalui 2
reseptor,yaitu moderate affinity reseptor dan high affinity receptor (GP
IbV-IX dan vWF receptor). Fibrin akan memacu adesi trombosit,hal ini
terjadi karena adanya reseptor GP Iib-IIIa (integrin α IIBβ3) pada fibrin
tersebut.
Pengikatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah
mengaktivasi trombosit untuk merangsang pelepasan Ca++, juga akan
merangsang pembentukan psodopodia dan penyebaran sel trombosit.Saat
24
trombosit mengalami adesi dan penyebaran, α-granul dan delta granul
yang berada di dalam trombosit akan berkumpul ditengah sel trombosit.
Bila terdapat aktivasi, alfa dan delta granul tersebut akan berjalan
menuju ke membran trombosit, dan akan melepaskan zat-zat didalamnya,
seperti ADP, epinephrine, Ca++, PGDF (platelet growth derived factor), β-
TG (β thrombo globulin), PF-4 (platelet 4=antiheparin factor), 5HT
(serotonin), vWF (von Willebrand factor), dan fibrinogen, ATP, adenosine
nukleotides, dan juga kalium ke dalam plasma darah. Zat-zat tersebut akan
merangsang terjadinya agregasi trombosit laindisekitarnya. ADP yang
berkaitan dengan reseptor P2Y1 yang terdapat pada trombosit,
menyebabkan pelepasan agregasi trombosit yang irreversibel.
Asam arakhidonik dilepaskan dari fosfolipdi membran sel oleh
enzim fosfolipase A-2 atau oleh bahan kimia, hormon tertentu, stimuli
mekanik, trombin, norepineprin, bradikinin, trauma fisik dan sebagainya.
Asam arakhidonat yang dilepaskan akan dimetabolisir melalui 4 jalur,
seperti dibawah ini:
1. oleh enzim cyclo-oksigenase akan dibentuk tromboksan dan
prostaglandin lain
2. oleh enzim lipooksigenase akan dibentuk hydroxy-acid (leukotriene)
3. akan terjadi reacylation sehingga terbentuk fosfolipid
4. akan terjadi hydrophic binding yang akan membentuk albumin
Leukotrien mempunyai peranan penting dala penyakit radang dan
alergi. Sedangkan peranan reacylatin dan hydrophic binding masih
belum jelas.
Asam arakhidonik, oleh enzim cyclo-oxygenase, dirubah menjadi
Prostaglandin G2 (PGG2), kemudian menjadi Prostaglandin-H2 (PGH2),
yang merupakan peroksida yang tidak stabil. PGH2 ini akan dirubah
menjadi PGF2α (vasokonstriksi), PGE2 (vasodilatasi),
25
PGD2(antiagregasi), Prostasiklin (PGI2) di endotel pembuluh darah dan
Tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit.
Perubahan ini pada keadaan normal harus dalam keadaan
seimbang. Prostasiklin (PGI2) dibentuk akibat adanya enzim prostasiklin
sintetase, dan berfungsi sebagai vasodilatasi dan anti penggumpalan
trombosit. Sedangkan Tromboksan A2 (TXA2) dibentuk akibat adanya
enzim tromboksan sintetase dan berfungsi sebagai vaso konstriksi dan
pengumpulan trombosit.
Stroke Iskemi
Faktor risiko (hipertensi) viskositas meningkat aliran darah
lambat turbulensi eritrosit menggumpal terjadi trombosis, emboli
oklusi atau obstruksi vaskular suplai O2 ke otak berkurang Iskemi
terjadi gangguan atau kerusakan pada otak Stroke Iskemi
Stroke Hemoragik
Faktor risiko (hipertensi) viskositas meningkat aliran darah
menjadi lambat turbulensi cedera atau lesi vaskular perdarahan
setempat kompresi pembuluh darah terjadi gangguan atau kerusakan
pada otak Stroke Hemoragik
6. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas:
a. Defisit Lapang Penglihatan
Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
penglihatan), sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh
26
yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang
atau objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah
satu sisi tubuh.
Kehilangan penglihatan perifer, Kesulitan melihat pada malam
hari, tidak menyadari objek atau batas objek.
Diplopia (Penglihatan ganda).
b. Defisit Motorik
Hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
Hemiparesis: Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama. Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
Ataksia: Berjalan tidak mantap atau tegak, Tidak mampu
menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.
Disartria (kesulitan berbicara) Kesulitan dalam membentuk kata,
ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
Disfagia: Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif
Afasia Ekspresif: Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami, mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal.
Afasia Reseptif: Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan,
mampu bicara tetapi tidak masuk akal.
Afasia Global: Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
Apraksia: Ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya.
d. Defisit Kognitif dan efek psikologis
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek
dan panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan
27
untuk berkonsentrasi, alasan abstrak buruk, perubahan penilaian dan
kurang motivasi
e. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan
isolasi
f. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
g. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik.
Gejala penyumbatan sistem karotis:
a. Arteri karotis interna : buta mendadak, disfasia, hemiparesis
kontralateral
b. Arteri serebri anterior : hemiparesis kontralateral, gangguan mental
bila lesi di frontal, kejang, gangguan sensibilitas
c. Arteri serebri media : hemiparesis, gangguan fungsi luhur
d. Pada kedua sisi : hemiplegic duplex, sukar menelan,
gangguan emosional (mudah menangis)
Gejala gangguan sistem vertebrobasiler:
a. Arteri serebri posterior : hemianopsia homonim kontralateral,
hemiparesis kontralateral, hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik
kontralateral
b. Arteri vertebralis, arteri serebri posterior-inferior : ataksia serebelar
lengan dan tungkai yang sama, reflex kornea hilang, disfagia, nistagmus
Gejala klinis berdasarkan jenis strokenya:
28
a. Stroke Iskemik : unilateral weakness, aphasia, mati rasa, gangguan
penglihatan sebelah.
b. Stroke Hemoragik : sakit kepala, pusing, dan penurunan kesadaran
7. Dasar Diagnosis
Anamnesis (alloanamnesis)
- Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status,
dan sebagainya
- Keluhan Utama : mendadak lumpuh
- Riwayat Penyakit Sekarang
lokasi : lokasi mana yang tidak dapat digerakkan ?
onset : sejak kapan keluhan muncul ? sehabis bangun tidur ?
kronologi : bagaimana kronologi keluhan tersebut ?
kualitas : bagaimana kualitas keluhan ?
kuantitas: seberapa sering keluhan terjadi ?
faktor yang memperberat : adakah faktor yang memperberat
keluhan ? stress ?
o faktor yang memperingan : adakah faktor yang memperingan
keluhan ? istirahat ?
o gejala penyerta : selain lumpuh, adakah keluhan lain yang dirasakan
? hipertensi ? penyakit jantung ?
- Riwayat Penyakit Dahulu : apakah dahulu pernah mengalami keluhan
seperti ini ? pernah hipertensi ? penyakit jantung ?
- Riwayat Penyakit Keluarga : adakah anggota keluarga yang mengalami
stroke ? hipertensi ? diabetes mellitus ?
- Riwayat Sosial Ekonomi : adakah permasalahan dalam keluarga atau
lingkungan sekitar ?
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke non Hemoragik
Gejala / symptom Stroke hemoragik Stroke non hemoragik
29
Onset/ awitan Mendadak Mendadak
Saat onset Sedang aktivitas Istirahat
Peringatan - +
Nyeri kepala +++ ±
Kejang + -
Muntah + -
Penurunan kesadaran +++ ±
b) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Kesadaran (GCS)
- Vital sign (TPRS : tensi, pulse, respirasi, suhu)
- Pemeriksaan fungsi motorik : Gerakan, kekuatan, tonus otot
- Reflek fisiologis : biceps, triceps, radius, ulna, patella, achiles.
- Reflek patologis : babinski, chaddok, Oppenheim, Gordon, schaeffer,
mendel bechterew, rossolimo, gonda.
- Pemeriksaan Nervus Cranialis
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke non Hemoragik7
Tanda / sign Stroke Hemoragik Stroke non Hemoragik
- Bradikardi
- Udem papil
- Kaku kuduk
- Tanda kernig
- Brudzinski
+ + (dari awal)Sering +++
± (hari ke empat)---
c) Pemeriksaan Penunjang
Tujuan dilakukan pemeriksaan penunjang :
- Menegakkan diagnosis
30
- Mencari faktor risiko
- Mencari faktor penyulit
Pemeriksaan Penunjang yang disarankan antara lain :
a. Laboratorium Darah : rutin, hematokrit, gula darah I / II, kolesterol
total, HDL, LDL, trigliserid, asam urat, kreatinin, elektrolit
Laboratorium Darah khusus : agregasi trombosit, APTT, D-dimer,
homocystein, fibrinogen, protein C dan S
b. Lumbal Pungsi : perdarahan sub arachnoid
c. X-Foto thoraks : besar jantung, penyakit paru
d. EKG : fibrilasi atrium, iskemik/infark jantung
e. Ekokardiografi : sumber emboli di jantung dan aorta proksimal
f. Neurosonografi : stenosis, vasospasme
g. Angiografi serebral : AVM, anuerisma
h. TCD : stenosis vascular ekstrakranial dan intracranial
i. CT-Scan tanpa kontras (gold standart) : jenis patologi stroke, lokasi
dan ekstensi lesi, serta menyingkirkan lesi non vascular
j. MRI : jenis lesi patologi stroke lebih tajam
Perbedaan Jenis Stroke dengan alat bantu
Pemeriksaan Stroke hemoragik Stroke non hemoragik
Funduskopi Perdarahan retina dan korpus vitreum
Crossing phenomen
Pungsi lumbal
- Tekanan- Warna
MeningkatMerah
NormalJernih air
Arteriografi Ada shift Oklusi
CT-Scan Lesi hiperdens Lesi hipodens
31
VIII. Differensial diagnosis
Stroke non Hemoragik Stroke Hemoragik Neoplasma
- Kelumpuhan terjadi saat
pasien istirahat
- Nyeri kepala ringan
- Penurunan kesadaran
ringan
- Kelumpuhan akibat
perdarahan saat aktifitas
- Nyeri kepala berat
- Penurunan kesadaran
bersifat nyata
- Biasanya ada emosi yang
mendukung serangan
- Defisit neurologi lambat
- Nyeri kepala hebat saat
aktifitas
- Nyeri kepala turun bila
istirahat
- Berat badan turun, lesu
IX. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan Alogaritma Stroke Gadjah Mada
32
PENDERITA STROKE AKUT Dengan
atau tanpa PENURUNAN KESADARAN NYERI KEPALA REFLEKS BABINSKI
Ketiganya atau 2 dari ketiganya ada (+)
Stroke perdarahan intraserebral
Penurunan kesadaran (+)Nyeri kepala (-)Refleks Babinski (-)Penurunan kesadaran (-)Nyeri kepala (+)Refleks Babinski (-)Penurunan kesadaran (-)Nyeri kepala (-)Refleks Babinski (+)Penurunan kesadaran (-)Nyeri kepala (-)Refleks Babinski (-)
Stroke perdarahan intraserebral
Stroke iskemik akut atau stroke infark Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Stroke perdarahan intraserebral
Stroke iskemik akut atau stroke infark
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Diagnosis berdasarkan Siriraj Stroke Score
X. Komplikasi
a. Kesulitan komunikasi destruksi area ekspresif atau reseptif pada otak.
b. Paresis kerusakan kortek
c. Gangguan psikologi
d. Kelumpuhan total
e. Stroke rekuren
f. Pneumonia, septikemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih)
g. Thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis) dan emboli paru.
h. Infark miocard, aritmia jantung dan gagal jantung
i. Ketidakseimbangan cairan
j. Hematoma intraserebral akibat stroke hemoragik
33
XI. Penatalaksanaan
1. Terapi umum
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
- Pemantauan terus-menerus terhadap status neurologis, vital
sign dan saturasi oksigen 72 jam pada pasien dengan deficit
neurologis nyata.
- Oksigen diberikan bila saturasi oksigen < 95%
- Berikan bantuan Air way dan ventilasi pada pasien tidak
sadar dan yang mengalami penurunan kesadaran
- Pemasangan pipa endotrakeal atau laryngeal mask airway
(LMA) pada pasien hypoxia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 > 50
mmHg)
b. Stabilisasi hemodinamika
- Pemberian cairan kristaloid atau koloid intravena
- Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Chatheter),
untuk memasukkan cairan dan nutrisi (usahakan 5 – 12
mmHg)
- Optimalisasi tekanan darah
- Obat vasopresin (dopamin, epinefrin) diberikan bila sistolik
<120 mmHg dan cairan mencukupi dengan target sistolik
±140 mmHg
- Pemantaun jantung selama 24 jam pertama
c. Pemeriksaan awal fisik umum
- Tekanan darah
- Pemeriksaan jantung
- Pemeriksaan neurologi umum awal :
34
derajat kesadaran, pemeriksaan pupil dan okulomotor,
keparahan hemiparesis
2. Penatalaksanaan Stroke Iskemik
a. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut
- Tekanan Darah Sistolik (TDS) > 220 mmHg atau Tekanan
Darah Diastolik (TDD) > 120 mmHg, tekanan darah
diturunkan ±15% dalam 24 jam pertama.
- TDS diturunkan hingga < 185 mmHg dan TDD < 110 mmHg
- Tekanan darah dipantau hingga TDS<180 mmHg dan TDD
<105mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA
- Obat anti hipertensi
Labetamol (ß-blocker) 10 – 80 mg IV tiap 10 menit
sampai 300 mg/hari; IV line 0,5-2 mg/menit
Nikardipin atau diltiazem (Ca channel blocker) 5
mg/jam
IV, 2,5 mg/jam tiap 15 menit, sampai 15 mg/jam
b. Pengobatan terhadapa hipoglikemi dan hiperglikemi
- Hipoglikemia (<50mmHg) diberikan IV bolus dextrosa atau
infus glukosa 10-20% sampai kadar gula 80-110 kg/dl
- Hiperglikemi dengan insulin Subkutan dan insulin IV
c. Anti koagulan: Heparin SC 5000-10000 IU x 2 perhari
d. Anti platelet: aspirin 325 mg dalam 24 sampai 48 jam, jangan
diberikan bila akan diterapi trombolitik
e. Neuroprotektor:
Citicolin IV 1000 mg x 2 selama tiga hari dan dilanjutkan oral 2 x
1000 mg selama 3 minggu.
Plamisin PO 3x 500 mg perhari.
35
3. Rehabilitasi medik
Tujuan evaluasi rehabilitasi medik adalah untuk tercapainya sasaran
fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi
yang sesuai dgn sasaran tersebut. Pemeriksaan ini meliputi 4 bidang
evaluasi, yaitu:
- Evaluasi neuromuskuloskeletal
Evaluasi ini harus mencakup evaluasi neurologik secara
umum dg perhatian khusus terhadap kemampuan terhadap
komunikasi fungsi cerebral dan cerebellar, sensasi dan penglihatan
(terutama visus dan lapangan penglihatan). Evaluasi sistem
motorik meliputi: pemeriksaan ROM, tonus otot dan kekuatan otot.
- Evaluasi medik umum
Banyak penderita stroke adalah mereka yang berusia lanjut
dan mungkin mempunyai problem medik sebelumnya. Evaluasi
tentang sistem kardiovaskular, sistem pernafasan serta sistem
saluran kencing dan genital adalah penting. Diperkirakan 12%
penderita stroke disertai dengan penyakit jantung symptomatik.
Bila terdapat hipertensi diabetes mellitus, kontrol yang baik adalah
sangat perlu.
- Evaluasi fungsional
Kemampuan fungsional yang dievaluasi meliputi aktivitas
kegiatan hidup sehari-hari (ADL): makan, mencuci, berpakaian,
kebersihan diri, transfer dan ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas
tersebut, ditentukan derajat kemandirian atas ketergantungan
penderita, juga kebutuhan alat bantu.
Derajat kemandirian tersebut adalah:
a. Mandiri (independent)
36
Penderita dapat melaksanakan aktivitas tanpa bantuan, baik
berupa instruksi (lisan) maupun bantuan fisik
b. Perlu supervisi
Penderita mungkin memerlukan bantuan instruksi lisan atau
bantuan seorang pendamping untuk mewujudkan aktivitas
fungsional
c. Perlu bantuan
Penderita memerlukan bantuan untuk mewujudkan aktivitas
fungsional tertentu, yang bisa berderajat minimal (ringan),
sedang atau maksimal
d. Tergantung (dependent)
Penderita tidak dapat melaksanakan aktivitas meskipun
dengan bantuan alat dan semua aktivitas harus dilakukan
dengan bantuan orang lain
- Evaluasi psikososial dan vokasional
Evaluasi psikososial dan vokasional adalah perlu oleh
karena rehabilitasi medik tergantung tidak hanya pada fungsi
cerebral intrinsik, tetapi juga tergantung faktor psikologik, misal
motivasi penderita. Vokasional dan aktivitas rekreasi, hubungan
dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya
lingkungan juga harus dievaluasi. Evaluasi psikososial dapat
dilakukan dengan menyuruh penderita mengerjakan suatu hal yang
sederhana yg dapat dipakai untuk penilaian tentang kemampuan
mengeluarkan pendapat, kemampuan daya ingat, daya pikir dan
orientasi.
XII. Prognosis
37
o Prognosis umum serangan pertama relatif baik, yaitu 70-80% akan selamat
jiwanya, 90% akan terus hidup dalam 2 tahun, 50% akan hidup 10 tahun
lagi atau lebih lama.
o Dengan rehabilitasi yang tepat, 90% penderita stroke dapat berjalan
kembali, 70% bisa mandiri, 30% dari usia kerja dapat kembali bekerja
XIII. Edukasi
o Olahraga teratur
o Hindari faktor pencetus (rokok, alkohol, stress)
o Diet rendah lemak hewani, rendah garam, dan rendah kolesterol
o Penggunaan obat yang teratur sesuai petunjuk dokter
o Mencegah kekambuhan stroke dengan Aggrenox (kombinasi aspirin-
dipiridamol)
o Untuk jangka panjang, penting dilakukan kontrol tekanan darah untuk
mengetahui apakah ada hipertensi atau tidak
o Segera konsultasi ke dokter bila memiliki factor risiko terjadinya stroke
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Wilson Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-prosesPenyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
2. Shaleh, gadir abdul. 2007. Mengenal dan Memahami Stroke . Jogja
3. Ginsberg, lionei. 2005. Lectures notes Neurologi. Jakarta : EGC
4. Corwin, Elizabeth.j. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
5. FK Unimus. 2010. Buku Panduan Skillab Blok 13 : Sistem Saraf danKesehatan Jiwa. Semarang : FK Unimus
6. Pasijan R. 2009. Hipertensi. Semarang : FK Unimus
7. Tugasworo Dodyk. 2005. Stroke. Semarang : FK Undip
8. Hanan Siti. 2010. Rehabilitasi Medik pada penderita Stroke. Semarang :FK Unimus
9. Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
10. Misbach, Jusuf, dkk. Guidline Stroke Tahun 2011. PERDOSSI:Jakarta,2011
39
11. Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta :Gajah Mada University Press.
12. Lumbatobing. 2010. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental.FKUI. Jakarta
13. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
14. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology.Edisi 8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York, 2005.
15. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:Jakarta, 2007.
40