Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

119
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi singkat blok Blok ini merupakan blok ketujuh yang diberikan pada mahasiswa semester 3 dalam kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).Blok ini berdurasi 7 minggu dengan muatan 6 sks. Blok sistem gastroenterohepatologi mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan ilmu kedokteran klinik dalam memahami patofisiologi dan pengobatan dan pencegahan berbagai kelainan/penyakit sistem gastroenterohepatologi. Pada akhir blok ini, mahasiswa semester 3 diharapkan dapat mencapai learning outcome yang diinginkan dengan berbagai strategi pembelajaran yang disiapkan selama berlangsungnya blok ini. 1.2 Ketentuan mengikuti blok 1.2.1 Prasyarat mengikuti blok Untuk mengikuti blok ini mahasiswa harus sudah lulus pada blok - blok sebelumnya, terutama penguasaan ilmu dasar seperti Anatomi, Fisiologi, Biokimia, Histologi dan Farmakologi, hal ini mengingat blok sistem gastroenterohepatologi merupakan salah satu blok yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Blok 7, sistem gastroenterohepatologi, merupakan bagian dari kurikulum berbasis kompetensi FK UMSU yang diperuntukkan bagi mahasiswa semester 3 tahun ajaran 2014/2015. 1.2.2 Syarat mengikuti blok Mahasiswa wajib untuk menandatangani kontrak belajar pada saat kuliah pengantar blok

description

blok

Transcript of Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

Page 1: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi singkat blok

Blok ini merupakan blok ketujuh yang diberikan pada mahasiswa semester 3 dalam

kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara (UMSU).Blok ini berdurasi 7 minggu dengan muatan 6 sks.

Blok sistem gastroenterohepatologi mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan ilmu

kedokteran klinik dalam memahami patofisiologi dan pengobatan dan pencegahan berbagai

kelainan/penyakit sistem gastroenterohepatologi.

Pada akhir blok ini, mahasiswa semester 3 diharapkan dapat mencapai learning outcome

yang diinginkan dengan berbagai strategi pembelajaran yang disiapkan selama

berlangsungnya blok ini.

1.2 Ketentuan mengikuti blok

1.2.1 Prasyarat mengikuti blok

Untuk mengikuti blok ini mahasiswa harus sudah lulus pada blok - blok sebelumnya,

terutama penguasaan ilmu dasar seperti Anatomi, Fisiologi, Biokimia, Histologi dan

Farmakologi, hal ini mengingat blok sistem gastroenterohepatologi merupakan salah satu

blok yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi.

Blok 7, sistem gastroenterohepatologi, merupakan bagian dari kurikulum berbasis

kompetensi FK UMSU yang diperuntukkan bagi mahasiswa semester 3 tahun ajaran

2014/2015.

1.2.2 Syarat mengikuti blok

Mahasiswa wajib untuk menandatangani kontrak belajar pada saat kuliah pengantar

blok

Page 2: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

2

1.3 Tujuan Blok

1.3.1 Tujuan Pembelajaran (Learning Outcome)

Setelah menyelesaikan blok gastroenterohepatologi, mahasiswa mampu

menganalisis data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit

dan kelainan gastroenterohepatologi serta mampu menerapkannya dalam langkah

pemecahan masalah yang baku termasuk tindakan pencegahan dan rujukan terhadap kasus

gastroenterohepatologi, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan teknologi

informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.

1.3.2 Sasaran Pembelajaran (Learning Objective)

Secara lebih terinci maka setelah menyelesaikan blok gastroenterohepatologi

,mahasiswa mencapai hal sebagai berikut :

1. Apabila diberi data sekunder tentang kasus kelainan/penyakit gastroenterohepatologi,

mahasiswa mampu:

a. merumuskan masalah kesehatan pasien

b. menjelaskan faal organ dan jaringan gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu

kedokteran dasar.

c. menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan patologi

dalam gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.

d. menjelaskan tanda dan gejala klinis dari kelainan/penyakit gastroenterohepatologi

sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.

e. menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding

kelainan/penyakigastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.

f. menjelaskan tentang pemeriksaan medis dan penunjang untuk mendiagnosa

kelainan/penyakit gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

g. menjelaskan tentang penatalaksanaan kelainan/penyakitgastroenterohepatologi

sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

h. menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan

gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

Page 3: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

3

i. Menjelaskan prognosis dan komplikasi suatu kelainan/penyakit

gastroenterohepatologi dan alasan yang mendasarinya sesuai dengan ilmu

kedokteran dasar

j. Menjelaskan prevalensi dan insiden dari kelainan/penyakit gastroenterohepatologi

sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

k. menjelaskan prinsip-prinsip kedokteran keluarga didalam pengelolaan

penyakit/kelainangastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

l. menjelaskan tentang usaha promotif dan preventif pada kelainan/penyakit

gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

m. memanfaatkan sumber informasi mengenai kelainan/penyakit

gastroenterohepatologi sesuai dengan Evidence Based Medicine

n. menjelaskan tentang permasalahan keIslaman yang berhubungan dengan

gastroenterohepatologi sesuai dengan alquran dan hadist

o. melakukan analisis etik tentang prosedur, tindakan dan sikap perilaku terhadap

pasien, keluarga, sejawat dan masyarakat dalam lingkup gangguan

gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu etika dan hukum kedokteran.

1.3.3 Area Kompetensi Area kompetensi yang terkait dengan blok adalah sebagai berikut:

1. Area kompetensi 1 : Profesionalitas yang luhur 2. Area kompetensi 2: Mawas diri dan pengembangan diri 3. Area kompetensi 4: Pengelolaan Informasi 4. Area kompetensi 5: Landasan ilmiah ilmu kedokteran 5. Area kompetensi 6: Keterampilan klinis 6. Area kompetensi 7: Pengelolaan masalah kesehatan

1.4 Evaluasi

Sistem Evaluasi dilakukan dengan metode running process, artinya penilaian

terhadap seorang mahasiswa dilakukan secara terus menerus sepanjang 1 (satu)

semester dengan memberikan bobot pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh

mahasiswa.

Evaluasi terhadap mahasiswa terdiri dari:

a. Nilai tutorial melalui pengamatan proses tutorial

b. Penilaian blok melalui ujian minitest dan final.

c. Penilaian praktikum (practical test)

d. Penilaian Keterampilan Klinik Dasar melalui ujian KKD dan ujian OSCE (Objective

Structured Clinical Examination)

e. Penilaian non blok melalui UTS dan UAS

Page 4: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

4

Jenis Ujian Waktu Soal Bentuk Ujian Bobot

Blok

Minitest Akhir modul Sesuai dengan topik pembelajaran

MCQ

20%

Final Akhir blok Sesuai dengan topik pembelajaran

MCQ

40%

Praktikum Akhir Praktikum

Sesuai materi praktikum

Spot test atau ujian tulis

10%

Tutorial

Pada saat tutorial oleh masing-masing tutor

Pengamatan proses tutorial

Knowledge, attitude, skills

20%

Keluarga Binaan Kesehatan (KBK)

Pertemuan II Sesuai dengan LI

Kehadiran, responsi, buku kesehatan keluarga, video kegiatan serta portofolio

10%

KKD

Ujian KKD Akhir blok

Seluruh keterampilan klinik pada setiap blok

Praktik keterampilan klinis

OSCE Akhir semester

Soal kasus integrasi KKD dari tiap blok

Praktik ketrampilan klinis

NON BLOK

UTS Tengah semester

Sesuai materi sampai tengah semester

Tertulis

UAS Akhir semester

Sesuai materi sampai akhir semester

Tertulis

Tabel. Jenis dan Pelaksanaan Ujian

Page 5: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

5

No. Jenis Penilaian Bobot

BLOK

1. Pengamatan Proses Tutorial

20%

2. Ujian Minitest 20%

3. Ujian Final 40%

4. Ujian Praktikum 10%

5. KBK 10%

Total 100%

KKD

1. Ujian KKD

2. OSCE

NON BLOK

1. Ujian non blok

Tabel 4. Bobot Penilaian

1.4.2 Evaluasi Program Pendidikan

Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi blok baik dalam proses pembelajaran, maupun hasil akhir pembelajaran. Kriteria keberhasilan blok: 1. Kehadiran seluruh mahasiswa memenuhi 75% syarat kehadiran 2. Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal (minimal 10% perubahan) 3. Kelulusan mahasiswa mencapai >60

Page 6: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

6

BAB II

METODE PEMBELAJARAN

Aktivitas belajar dirancang dalam bentuk PBL dengan beberapa aktivitas belajar yang disiapkan untuk mencapai kompetensi di blok ini, yaitu :

1. Kuliah/Diskusi Panel 2. Tutorial 3. Belajar mandiri 4. Praktikum 5. Keterampilan medik (skills lab)

BENTUK AKTIVITAS BELAJAR Bentuk aktivitas belajar dalam blok ini meliputi :

1. Kuliah Kuliah/Diskusi panel adalah pertemuan tatap muka interaktif antara mahasiswa

dengan dosen untuk menyampaikan materi perkuliahan yang mendukung tujuan pembelajaran blok, memberikan hal-hal yang bersifat konseptual, mutakhir dan menambah pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa.

2. Tutorial

Tutorial adalah diskusi kelompok kecil di mana setiap kelompok beranggotakan sekitar 8-10 mahasiswa dan dibantu oleh satu tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam skenario modul terdapat tujuan belajar dalam bentuk tujuan instruksional yang harus dicapai oleh mahasiswa selama proses tutorial. Tutor akan membantu mahasiswa dalam diskusi untuk mencapai tujuan belajar tanpa harus banyak mengintervensi diskusi maupun memberikan penjelasan panjang lebar. Dalam tutorial mahasiswa akan dihadapkan pada masalah-masalah dari skenario yang ada dalam modul sebagai trigger/pemicu untuk berdiskusi. Satu skenario dalam modul akan diselesaikan dalam dua kali pertemuan dengan selang waktu 2 hari. 3. Praktikum

Praktikum bertujuan selain untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan yang sudah didapat, serta untuk menambah keterampilan mahasiswa bekerja di laboratorium. Kegiatan praktikum di setiap blok ini mendukung modul dan skenario. Jadwal praktikum dan ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

4. Keterampilan klinik Dasar Keterampilan Klinik Dasar (KKD) bertujuan untuk melatih keterampilan klinis

mahasiswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada seperti manekin,

Page 7: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

7

phantom, pasien simulasi, dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan secara dini, berkesinambungan dan terintegrasi dalam setiap bloknya.

5. Belajar Mandiri Belajar mandiri, yakni kegiatan mandiri terjadwal yang dilaksanakan mahasiswa

dengan tujuan melatih mahasiswa untuk mampu memahami, menguraikan, mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga mahasiswa memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat. Kegiatan belajar mandiri mancakup membaca referensi yang dianjurkan, mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan, dapat berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di internet, serta diskusi dengan narasumber apabila diperlukan. 6. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan perkuliahan MKDU pada blok ini, terdiri atas:

Al Islam dan Kemuhammadiyahan : 2 x 50 menit per minggu

Bahasa Inggris : 1 x 50 menit perminggu

Bioetik dan Humaniora : 1 x 50 menit

Page 8: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

8

BAB 3 TOPIK PEMBELAJARAN

3.1Lingkup Bahasan 3.1.1 Pohon Topik 3.1.2 Lingkup Bahasan kuliah Materi-materi kuliah blok sistem gastroenterohepatologi adalah:

No Topic Sub topik Departemen

Durasi (jam)

1. Pengantar blok Penjelasan singkat isi konten blok : a. Deskripsi blok b. Syarat mengikuti blok c. Penilaian blok d. Konten blok e. Kontrak belajar

Penjab blok

1x50’

2. Struktur makroskopik sistem organ

Struktur sistem saluran cerna dari mulut hingga anus,

Anatomi 1x50’

Sistem gastroenterohepatologi

dasar

Anatomi Gastroenterohepatologi

Fisiologi Gastroenterohepatologi

Histologi Gastroenterohepatologi

Biokimia Gastroenterohepatologi

Farmakologi

Gastroenterohepatologi

Sistem gastroenterohepatologi

klinis

Ganguan klinis

gastrointestinal

Ganguan klinis

hepatobiliari

Integrasi nilai Islam dan

kedokteran komunitas

Page 9: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

9

pencernaan

3. Struktur makroskopik sistem organ pencernaan

Peredaran darah dan persarafan saluran cerna

Anatomi 1x50’

4. Kuliah Struktur mikroskopik sistem gastroenterohepatologi 1

Histologi : a. rongga mulut, b. oesofagus, c. usus halus, d. usus besar, e. rektum f. dan anus

Histologi 1x50’

5. Kuliah Struktur mikroskopik sistem gastroenterohepatologi 2

Histologi kelenjar pencernaan : a. hati, b. empedu, c. pankreas

Histologi 1x50’

6. Pengaturan fungsi sistem gastrointestinal

a. Lambung: pengaturan sekresi lambung, motilitas dan pengosongan lambung b. Pankreas: Pengaturan sekresi pankreas

Fisiologi 2x50’

7. Pengaturan fungsi sistem gastrointestinal

c. Hepar: proses sintesis protein plasma, pengaturan sekresi empedu d. Usus halus: motilitas/peristalsis, sekresi dan absorpsi e. Kolon: motilitas, sekresi, absorpsi, bakteri kolon, dan proses defekasi

Fisiologi 2x50’

8. Kuliah biokimia gastroenterohepatologi

Enzim dalam penyerapan dan pencernaan makanan

Biokimia 1x50’

9. Kuliah biokimia gastroenterohepatologi

Porfirin dan pigmen empedu Biokimia 1x50’

10. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks serta farmakoterapi

Farmakologi obat peptik ulser; a. antasida b. antisekresi lambung c. agen pelindung mukosa

Farmakologi

1x50’

11. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks serta farmakoterapi

Antiemetik; a. antihistamin H1 b. antagonis dopamin c. antagonis 5-HT3

Farmakologi

1x50’

12. Gangguan motilitas saluran pencernaan dan farmakoterapi

Farmakologi antidiare; a. antikolinergik b. adsorben Farmakologi laxantia;

Farmakologi

1x50’

Page 10: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

10

a. stimulan b. bulking agent c. pelunak feses

13. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks serta farmakoterapi

Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan esofagus, lambung, usus dan appendiks, dan kelenjar ludah

Patologi Anatomi

1x50’

14. Penyakit hepar Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan hepar

Patologi anatomi

1x50’

15. Penyakit hepar

1. Patogenesis gambaran mikroskopis anomali kongenital, infeksi, lesi jinak dan lesi ganas pada hati dan empedu

2. Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST)

Patologi Anatomi

1x50’

16. Penyakit hepar

1. Diagnosa laboratorium penyakit hepatitis dan gangguan hati dan pankreatitis serta karsinoma pankreas

Patologi Klinik

1x50’

17. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan

1. Penyakit cacing tambang 2. Strongilodiasis 3. Askariasis 4. Skistosomiasis 5. Taeniasisi

4A 4A 4A 4A 4A

Parasitologi

1x50’

18. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan

Protozoa usus (amuba); 1. Amebiasis hati/abses hepar

amoba 2. Disentri basiler, disentri

amuba

3A 3B

Parasitologi

1x50’

19. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan

Intestinal flukes; 1. Giardiasis 2. Balantidiasis

Parasitologi

1x50’

20. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan

Pencegahan penyakit kecacingan IKM 1x50 ’

21. Kuliah ilmu penyakit dalam : Penyakit/kelainan esofagus

1. Esofagitis refluks 2. Lesi korosif esofagus 3. Akalasia 4. Varises esofagus

3A 3B 2 2

Ilmu Penyakit Dalam

1x50’

22. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum

1. Dispepsia dan gastritis 2. Refluks gastroesofagus 3. Tukak gaster dan

duodenum

4A 4A 3A

Ilmu Penyakit Dalam

1x50’

Page 11: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

11

23. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum

Gastroenteritis 4A Ilmu Penyakit Dalam

1x50’

24. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum

1. Malabsorpsi 2. Intoleransi

3A 4A

Ilmu Penyakit Dalam

1x50’

25. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum

1. Keracunan makanan 2. Botulisme

4A 3B

Ilmu Penyakit Dalam

1x50’

26. Penyakit/kelainan pada kolon

1. Irritable bowel syndrome 2. Diverkulitis/divertikulosis 3. Kolitis 4. Kolitis ulseratif 5. Penyakit Crohn 6. Polip/adenoma 7. Karsinoma kolon

3A 3A 3A 1 1 2 2

Ilmu Penyakit Dalam

2x50’

27. Pendarahan pada sistem pencernaan

1. Pendarahan Saluran Makanan Bagian Atas (PSMBA)

2. Pendarahan Saluran Makanan Bagian Bawah (PSMBB)

3B Ilmu Penyakit Dalam

2x50’

28. Gangguan motilitas saluran pencernaan

1. Diare akut gastroenteritis 2. Diare kronik gastroenteritis

Ilmu Penyakit Dalam

1x50’

29. Penyakit hepar

1. Hepatitis A 2. Hepatitis B 3. Hepatitis C

4A 3A 2

Ilmu penyakit dalam

1x50’

30. Penyakit hepar 1. Perlemakan hati 2. Sirosis hepatis 3. Hepatoma 4. Gagal hepar

3A 2 2 2

Ilmu penyakit dalam

2x50’

31. Penyakit kandung empedu, saluran empedu dan pankreas

1. Kolesistisis 2. Kole(doko)litiasis 3. Pankreatitis 4. Karsinoma pankreas

4 2 2 2

Ilmu penyakit dalam

1x50’

32. Gangguan motilitas saluran pencernaan

1. Diare akut dan pada anak dan intolenrasi lactosa

2. Konstipasi

Ilmu Kesehatan Anak

1x50’

33. Gangguan motilitas saluran pencernaan

Konstipasi Ilmu kesehatan anak

1x50’

34. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum

Alergi makanan 4A Ilmu Kesehatan Anak

1x50’

35. Pendekatan a. Pencegahan diare IKM 2x50’

Page 12: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

12

komunitas dalam pencegahan penyakit

b. Pencegahan hepatitis

36. Kuliah ilmu bedah : Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks

Apendisitis; 1. Akut appendicitis 2. Abses appediks

3B 3B

Bedah 1x50’

37. Kuliah ilmu bedah : Penyakit/kelainan pada kolon

1. Hemoroid grade 1-2 2. Hemoroid grade 3-4 3. Prolaps rektum, anus 4. Abses (peri)anal 5. Proktitis 6. Fistula dan fisura anus

4A 3A 3A 3A 3A 2

Bedah 2x50’

38. Kuliah ilmu bedah : Penyakit/kelainan pada dinding, rongga abdomen dan hernia

1. Perforasi usus 2. Malrotasi traktus

gastrointestinal 3. Peritonitis

2 2 3B

Bedah 2x50’

39. Kuliah ilmu bedah : Penyakit/kelainan pada dinding, rongga abdomen dan hernia

Hernia (femoralis, inguinalis dan skrotalis);

1. strangulata dan inkarserata 2. reponibilis dan ireponibilis 3. diafragmatika (hiatus) 4. umbilikalis

3B 2 2 3A

Bedah 2x50’

40. Kuliah ilmu bedah : Kelainan bawaan sistem organ pencernaan anak

Kelainan gastroenterohepatologi pada anak:

1. invaginasi/intusepsi 2. hirschsprung’s disease, 3. malformasi rektal/ atresia

ani

3B 2 2

Bedah 1x50’

41. Kuliah ilmu forensik Toksikologi forensik Forensik 1x50’

42. Kuliah kedokteran Islam

Makanan halal vs makanan haram DKI 1x50’

43. Kuliah kedokteran Islam

Taharah pada kasus bedah DKI 1x50’

44. Kiliah Gastroesopha-geal reflux disease (GERD)

1. Memahami medical nutrition therapy pada GERD

2. Memahami general principles dari medical nutrition therapy

3. Memahami strategy to manage reflux

4. Memahami micronutrient yang dibutuhkanberupa B12, iron, calcium

5. Memahami peranandari n-3 and n-6 fatty acids

Gizi 1x50’

Page 13: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

13

6. Memahami parameters for nutrition evaluation

7. Memahami medical nutrition therapy berupa energy, carbohydrate, lipid, protein, viatmin and minerals, herbal supplement

8. Memahami medical nutritiontherapy pada IBS

9. Memahami nutrient intake 10. Memahami diet for specific

GI pattern of IBS 11. Memahami role of foods in

the management of the symptoms

45. Keluarga Binaan Kesehatan

1. Deskripsi tujuan blok 2. Evaluasi hasil kegiatan blok

7 3. Pemecahan masalah PHBS 4. Pemecahan masalah MDG’s

KBK/IKM 1x50’

46. Kuliah radiologi Gambaran radiologi sistem gastroenterohepatologi

Radiologi

1x50’

47. Penyakit gigi dan mulut

1. Kandidiasis oral 2. Ulkus mulut; aphtosa dan

herpes 3. Glositis 4. Karies gigi 5. Angina Ludwig 6. Parotitis

4A 4A 3A 3A 3A 4A

Gimul 2x50’

48. Mikrobiologi Mikroorganisme penyebab infeksi gastrointestinal

Mikro 1x50’

Total 57x50’

Page 14: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

14

3.1.3 Lingkup Bahasan Praktikum

No Materi Sub topik Penanggungjawab

Durasi (jam)

1 Praktikum anatomi Anatomi sistem gastroenterohepatologi

Anatomi 2x50’

2 Praktikum histologi 1

Histologi sistem gastroenterohepatologi 1

Histologi 2x50’

3 Praktikum histology 2

Histologi sistem gastroenterohepatologi 2

Histologi 2x50’

4 Praktikum biokimia Pemeriksaan urobilin dan profil lemak

Biokimia 2x50’

5 Praktikum parasitologi

Nematoda usus Parasitologi 2x50’

6 Praktikum farmakologi

Binatang percobaan Farmakologi 2x50’

7 Praktikum patologi klinik

Pemeriksaan fungsi hati Patologi klinik 2x50’

8 Praktikum patologi anatomi

Gambaran patologis sistem gastroenterohepatologi I

Patologi anatomi 2x50’

9. Mikroorganisme Mikroorganisme penyakit gastrointestinal : Enterobaktericiae, salmonella sp, klebsiela sp

Mikrobiologi 2x50’

Total 9 x50’

3.1.4 Lingkup Keterampilan Klinis Materi-materi Keterampilan Klinik Dasar (KKD) blok gastroenterohepatologi:

No Materi Sub topik Penanggungjawab

Durasi(jam)

1 Pemeriksaan Fisik Abdomen 1

Pemeriksaan fisik gastrointestinal dan hepatobiliary

Peny. Dalam 2x50’

2 Pemeriksaan Fisik Abdomen 2

Palpasi abdomen I dan II ( hepar, limpa, dan apendiks

Peny. Dalam 2x50’

3 Pembacaan Foto Polos

Interpretasi foto polos abdomen

Radiologi 2x50’

Page 15: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

15

Abdomen

4 Anamnesis dan Pemasangan NGT

Anamnesis Gastroenterohepatologi Teknik pemasangan NGT

Peny. Dalam 2x50’

3.2Daftar Masalah dan Penyakit terbanyak Daftar Masalah gastroenterohepatologi

Berikut ini daftar penyakit yang berhubungan dengan sistem gastroenterohepatologi dan level kompetensi yang harus dicapai oleh dokter indonesia sebagai standar kompetensi

Mouth

Cleft lip and palate 1 2 3A 3B 4

Micrognatia and macrognatia 1 2 3A 3B 4

Leukoplakia 1 2 3A 3B 4

Candidiasis 1 2 3A 3B 4

Mouth ulcer (apthous, herpes) 1 2 3A 3B 4

Glossitis 1 2 3A 3B 4

Esophagus

Esophageal atresia 1 2 3A 3B 4

Achalasia 1 2 3A 3B 4

Corrosive lessions of esophagus 1 2 3A 3B 4

Esophageal varices 1 2 3A 3B 4

Esophagela rupture 1 2 3A 3B 4

Reflux esophagitis 1 2 3A 3B 4

Diaphragma

Diaphragmatic hernia 1 2 3A 3B 4

Hiatus hernia 1 2 3A 3B 4

Abdominal wall and hernia

Inguinal hernia, direct and indirect 1 2 3A 3B 4

Page 16: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

16

Femoral hernia 1 2 3A 3B 4

Epigastric hernia 1 2 3A 3B 4

Incisional hernia 1 2 3A 3B 4

Umbilical hernia 1 2 3A 3B 4

Acute abdomen

Peritonitis 1 2 3A 3B 4

Abcess in pouch of Douglas 1 2 3A 3B 4

Ileus 1 2 3A 3B 4

Perforation 1 2 3A 3B 4

Salphingitis 1 2 3A 3B 4

Acute appendicitis 1 2 3A 3B 4

Appendicular abcess 1 2 3A 3B 4

Mesenteric lymphadenitis 1 2 3A 3B 4

Stomach and duodenum

Gastritis 1 2 3A 3B 4

Gastric/duodenal ulcer 1 2 3A 3B 4

Gastrointestinal bleeding 1 2 3A 3B 4

Zollinger-ellison syndrome 1 2 3A 3B 4

Mallory-weiss syndrome 1 2 3A 3B 4

Gastroenteritis 1 2 3A 3B 4

Liver

Fatty liver 1 2 3A 3B 4

Hepatitis A 1 2 3A 3B 4

Uncomplicated hepatitis B 1 2 3A 3B 4

Active hepatitis C 1 2 3A 3B 4

Cirrhosis hepatic 1 2 3A 3B 4

Amoebic liver abcess 1 2 3A 3B 4

Liver failure 1 2 3A 3B 4

Gall bladder, bile duct and pancreas

Chole(docho)lithiasis 1 2 3A 3B 4

Acute cholecystitis 1 2 3A 3B 4

Hydrops of gall bladder 1 2 3A 3B 4

Empyema of gall bladder 1 2 3A 3B 4

Pancreatitis 1 2 3A 3B 4

Jejunum, ileum

Intestinal atresia 1 2 3A 3B 4

Meckels’s diverticulum 1 2 3A 3B 4

Umbilical fistula, omphalocoele-gastrochisis 1 2 3A 3B 4

Malrotation 1 2 3A 3B 4

Enteritis 1 2 3A 3B 4

Colon

Irritable bowel syndrome 1 2 3A 3B 4

Necrotizing enterocolitis 1 2 3A 3B 4

Siverticulosis/diverticulitis 1 2 3A 3B 4

Colitis 1 2 3A 3B 4

Rectal, anal prolapsed 1 2 3A 3B 4

Page 17: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

17

Proctitis 1 2 3A 3B 4

Hemorrhoids 1 2 3A 3B 4

(peri)anal abcess 1 2 3A 3B 4

Fistula 1 2 3A 3B 4

Anal fissure 1 2 3A 3B 4

Pediatrics

Esophageal atresia 1 2 3A 3B 4

Intestinal atresia 1 2 3A 3B 4

Anal atresia 1 2 3A 3B 4

Diaphragmatic hernia (congenital) 1 2 3A 3B 4

Pyloric stenosis 1 2 3A 3B 4

Gastro-esophageal reflux 1 2 3A 3B 4

Gasto-enteritis 1 2 3A 3B 4

Gasto-enteritis dengan dehidrasi 1 2 3A 3B 4

Worms 1 2 3A 3B 4

Dehydration 1 2 3A 3B 4

Malabsorbsion 1 2 3A 3B 4

Food intolerance 1 2 3A 3B 4

Acute abdomen 1 2 3A 3B 4

Ileus 1 2 3A 3B 4

Peritonitis tuberculosis 1 2 3A 3B 4

Peritonitis pancreatitis 1 2 3A 3B 4

Intussussception 1 2 3A 3B 4

Malrotation 1 2 3A 3B 4

Umbilical hernia 1 2 3A 3B 4

Meckell’s divertikulum 1 2 3A 3B 4

Crohn’s 1 2 3A 3B 4

Ulcerative colitis 1 2 3A 3B 4

Hischsprung’s disease 1 2 3A 3B 4

Biliary atresia 1 2 3A 3B 4

Hepatitis 1 2 3A 3B 4

Reye’s syndrome 1 2 3A 3B 4

Cirrhosis of the liver 1 2 3A 3B 4

Food allergy 1 2 3A 3B 4

(Indonesian Medical Council, 2012)

3.3Rekomendasi Bacaan

1. Text Book

Barbara Bates,1995, A guide to Physical Examination & History Taking, Lippincort.

Granner, D.K., Mayes D.A., Rodwell V.W., 2004, Harper’s Biochemistry, Lange Medical

Book ed 24.

Page 18: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

18

Ganong W.P., 2003, Review of Medical Physiology, Prentice Hall International

Englewood, New Jersey.

Guyton A.C. & hall J.E., 2005,ed 11, Texbook of Medical Physiology, W.B. Saunders

Company, USA.

Harrisons 17th ed, 2007

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, PAPDI, 2006

Katzung B.G., 1998, Basic and Clinical Pharmacology, 7 ed, Appleton & lange,

Conneticut.

Markum 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI , Jakarta

Nelsons, 2001, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.

R. Samsuhidayat, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Robbin Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi, EGC, Jakarta.

Snell, Richard, 1997, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Vol 1,2,3, EGC,

Jakarta

2. Journal

1. BMJ

2. NEJM

3. PubMed

3.4 Daftar Narasumber

Staf Pengajar pada blok sistem gastroenterohepatologi merupakan dosen-dosen FK UMSU dan dosen-dosen Luar Biasa yang akan mengisi kuliah expert, tutorial maupun skills lab

Referensi 1. Konsil Kedokteran Indonesia, Standar Kompetensi Dokter, KKI, Jakarta: 2006 2. Devlin. 2006. Textbook of Biochemistry with clinic correlation, 6`" edn. Wiley Liss. 3. Ganong WE 2004. Buku ajar fisiologi kedokleran, 20th edn. 4. Katzung B. Basic & Clinical Pharmucology 5. Lodish, et al. 2004. Molecular cell blologry, 4th edn. 6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, 2th edn. 7. Guyton A.C. & hall J.E., 1997, Texbook of Medical Physiology, W.B. SaundersCompany,

USA. 8. PDGKI. 2008. Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik. Jakarta

Page 19: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

19

Lampiran Cuplikan Skenario

Minggu 1 Mulut kering dan berbau

Seorang laki – laki 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut kering dan berbau

Minggu 2 Mulut terasa asam

Seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut terasa asam

Minggu 4 Mencret

Seorang bayi usia 8 bulan dibawa ibunya dengan keluhan mencret

Minggu 5 Mata kuning

Seorang laki – laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata kuning

Minggu 6 Tidak bisa buang angin

Seorang laki – laki berusia 27 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak bias buang angin

Page 20: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

20

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Hendra Sutysna, M. Biomed

DEPARTEMEN ANATOMI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Page 21: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

21

2015

Penuntun Praktikum Anatomi Blok Gastroenterohepatologi Peraturan Praktikum Laboratorium AnatomI

Ditetapkan oleh Departemen Anatomi FK UMSU dr. HENDRA SUTYSNA, M.Biomed

PRAKTIKUM SISTEM PENCERNAAN PADA BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI Cara Kerja : Mencari dan Mengidentifikasi :

1. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan Atas 2. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan Bawah 3. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan

Aksesories Peraturan Praktikum anatomi :

1. Mahasiswa/I yang akan mengikuti praktikum anatomi diharapkan hadir minimal 15

menit sebelum jadwal praktikum dimulai, apabila terlambat maksimal setelah 15

menit praktikum dimulai maka akan dikenakan sanksi atau tidak diperbolehkan

mengikuti praktikum dan akan dianggap absen dalam praktikum tersebut.

2. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi diharapkan mempelajari

materi praktikum terlebih dahulu karena akan diadakan kuis di 15 menit awal

praktikum.

3. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi wajib memakai baju

praktikum lengkap dengan papan nama sendiri disisi kanan atas dan lambang FK

UMSU disisi kiri atas.

4. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi wajib memakai pakaian

busana muslim yang telah diatur oleh FK UMSU.

5. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi tidak dibenarkan membawa

makanan/minuman kedalam laboratorium anatomi dan makan/minum didalamnya.

6. Mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum (absen) maka tidak diperkenankan

mengikuti ujian praktikal test pada Blok yang dijalani.

Page 22: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

22

7. Apabila mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum diperbolehkan mengikuti

praktikum susulan apabila beralasan sakit dibuktikan dengan Surat Keterangan Sakit

atau alasan lain yang dapat diterima menurut peraturan akademik di FK UMSU,

dan diharapkan untuk segera melapor ke Kepala Departemen Anatomi untuk

tindakan selanjutnya sebelum jadwal praktikal test dilaksanakan.

Demikianlah peraturan praktikum anatomi ini diperbuat, apabila dijumpai ada

mahasiswa yang melanggar ketentuan diatas maka akan diberi sanksi dapat berupa

pemberian tugas perorangan bahkan sampai tidak diizinkan untuk mengikuti praktikum

pada laboratorium anatomi oleh dosen pembimbing praktikum.

Ditetapkan pada oleh,

Departemen Anatomi FK UMSU

Dr. Hendra Sutysna,M.Biomed

Kepala Departemen

Page 23: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

23

Kriteria Sistem Penilaian dan Evaluasi Praktikum

Laboratorium Anatomi FK UMSU

I. Nilai akhir praktikum Anatomi setiap blok ditentukan berdasarkan Bobot

persentase dari kegiatan selama praktikum,

antara lain :

1. Hasil ujian Praktikal Test Bobot : 70%

2. Hasil ujian Pre Test Bobot : 30%

II. Nilai Akhir adalah nilai evaluasi yang akan dilaporkan kepada Divisi Assesmen

MEU.

III. Hasil ujian Praktikal Test adalah nilai evaluasi dari ujian utama yang diadakan

Departemen Anatomi untuk menguji kemampuan knowledge mahasiswa/i

terhadap pemahaman materi dan pendalaman materi setelah praktikum

dilaksanakan.

IV. Hasil ujian Pre Test adalah nilai evaluasi dari ujian penunjang yang diadakan oleh

Departemen Anatomi untuk menguji pengetahuan dasar mahasiswa/i terhadap

pemahaman materi sebelum praktikum dilaksanakan.

V. Nilai akhir praktikum yang dinyatakan Lulus dan direkomendasikan oleh

Departemen Anatomi adalah 65 atau lebih .

VI. Apabila nilai akhir praktikum mahasiswa/i lebih kecil dari 65, maka dinyatakan

Tidak Lulus.

VII. Nilai-nilai tersebut akan dilaporkan kepada divisi Assesment MEU FK UMSU

Page 24: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

24

CAVUM ORIS

PHARYNX (PHARYNG)

Page 25: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

25

OESOPHAGUS

GASTER (VENTRICULUS)

Page 26: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

26

INTESTINUM TENUE & INTESTINUM CRASUM

Page 27: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

27

PANCREAS

Page 28: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

28

LIEN

Page 29: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

29

HEPAR & VESICA FELLIA

Page 30: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

30

Page 31: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

31

PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr Des Suryani, M. Biomed

DEPARTEMEN HISTOLOGI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2015

Page 32: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

32

PRAKTIKUM 1. SALURAN CERNA.

Dalam praktikum ini akan dipelajari seluruh saluran cerna mulai dari bibir mulut

sampai anus.

1. Bibir

Sediaan: bibir bayi

Tujuan Praktikum :

1. Mempelajari dan mencari bagian Kulit luar bibir :epitel berlapis gepeng dengan lapisan

tanduk, rambut dan folikelnya, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

2. Mempelajari dan mencari bagian Merah bibir: epitel berlapis gepeng tanpa lapisan

tanduk, stratum lusidum tebal (pada dewasa), papil jaringan ikat di bawah epitel (khas).

3. Mempelajari dan mencari bagian Mukosa (kulit dalam) bibir : epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk lamina propria, m. orbikularis oris dan kelenjar labialis.

Gambar 1. Potongan melintang bibir (Pembesaran 10×).

Page 33: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

33

Gambar 2. Merah bibir (Pembesaran 40×).(1) Epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin, (2) Kapiler

kapiler darah, (3) M. orbikularis oris

2. Pertumbuhan Gigi

Sediaan : gigi embrio

Tujuan Praktikum:

1. Menentukan Organ email: lamina dentis, epitel email luar, pulpa email/retikulum

stelata, epitel email dalam, ameloblas, email, predentin, odontoblas, pulpa dentis,

Sediaan ini adalah potongan-potongan penampang gigi yang sedang tumbuh. Dengan

objektif 40X, akan terlihat susunan :

Gambar 3. Organ email (Pembesaran 40×). (1) Epitel email luar; (2) Lapisan reticulum stelata, (3) Lapisan tengah (stratum intermedium), (4) Epitel email dalam, (5) Predentin,(6)

Odontoblas, (7) Pulpadentis. Landasan Teori:

Permukaan luar organ email diliputi epitel email luar yang selnya kuboid. Di bawah

epitel email luar terdapat sel-sel berbentuk bintang yang membentuk lapisan retikulum

stelata atau lapis bintang (stratum stelatum). Di bawah lapis bintang adalah lapis tengah

Page 34: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

34

(stratum intermedium) yang sel-selnya umumnya gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan

menyatu dengan epitel email luar di tepi, ujung bawah organ email. Di bawah lapis tengah

terdapat epitel email dalam yang akan berdiferensiasi menjadi ameloblas yang berupa sel

berbentuk silindris.

Pada beberapa sajian sudah terlihat pembentukan email yang merupakan lapisan

homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi terdapat lapisan

homogen; yang berwarna merah tua adalah dentin; dan di bawahnya yang berwarna merah

muda adalah predentin. Di bawah lapisan yang merah muda ini terdapat deretan

odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk silindris. Deretan odontoblas tadi melapisi

ceruk di bagian bawah organ email. Ceruk ini berisi jaringan mesenkim yang membentuk

papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.

3. Lidah

Sediaan: lidah

Tujuan praktikum :

1. mengenal Papila sirkumvalata kuncup kecap, kelenjar Ebner.

2. mengenal Papila filiformis, papila fungiformis, kuncup kecap.

Landasan Teori:

Lidah terdiri dari :

1. Tunika mukosa

a. Lapisan epitel yaitu epitel berlapis pipih dengan zat tanduk dan dijumpai putting

pengecap (taste buds).

b. Lapisan propria adalah berupa aponeurosis lidah, dibangun oleh jaringan ikat

yang padat. Pada lapisan ini ditemukan venula, arteriol, asini serusa dari kelenjar

ebner bersama-sama dengan salurannya terutama di bawah papil sirkumvalata

dan serabut otot bergaris.

2. Tunika muskularis yang dibangun oleh otot bergaris, terdiri atas m. horizontalis

linguae (m.Longitudinalis linguae), m.vertikalis linguae dan m.transversalis

linguae.

Papila sirkumvalata. Papila ini besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah,

berderet di sepanjang line terminalis (Gambar 4) Badan papila ini terbenam dan dikelilingi

parit sehingga puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah. Jadi, papil ini tidak

Page 35: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

35

menonjol ke permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara kelenjar Ebner, suatu

kelenjar liur serosa yang ada di dalam teras (bagian tengah) lidah. Permukaan papila ini

diliputi epitel gepeng berlapis yang dapat mempunyai lapisan tanduk tipis. Pada permukaan

lateral papil, yang terbenam di dalam parit, terdapat banyak kuncup kecap (taste bud), yang

merupakan badan akhir saraf sensoris sebagai indera pengecap. Kadang-kadang kuncup

kecap itu tidak terpotong, tetapi umumnya terlihat jumlahnya lebih dari satu pada setiap

sisi.

Gambar 4. Ppapilla sirkumvalata: 1. Epitel berlapis gepeng dengan keratin, 2. lamina

propria, 3. Kuncup kecap Papila filiformis. Papila ini berbentuk mirip kerucut dengan ujung runcing Hampir

seluruh permukaan atas lidah dipenuhi papila jenis ini. Epitel yang melapisinya berupa epitel

berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan keratin.

Gambar 5. Papilla filiformis pembesaran 40X

Papila fungiformis. Bentuk papila ini mirip jamur (Gambar 6). Terdapat di antara

papilpapil filiformis. Papila ini juga menonjol di atas permukaan lidah seperti papila

filiformis, epitel permukaannya juga sama dengan epitel papila filiformis, tetapi tidak

mempunyai lapisan keratin. Pada papil ini kadang-kadang ditemukan adanya kuncup kecap.

Baik papil filiformis maupun fungiformis mempunyai papil (jaringan ikat sekunder).

Page 36: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

36

Gambar 6.papila fungi formis pembesaran 40x. 1. Epitel berlapis gepeng tanpa keratin, 2. Lamina propria, 3. Kuncup kecap

Kuncup kecap (taste bud). Badan akhir saraf sensorik ini bentuknya mirip bawang

sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang

tersusun mirip lapis-lapis pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya . Badan

akhir serat saraf sensorik ini dulu diduga terdiri atas dua macam sel, yaitu sel pengecap dan

sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Tapi saat ini dikenal 4 jenis sel

yaitu sel gelap, sel jernih, sel intermedia, Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir

sama dengan tebal epitel.sedangkan sel yang keempat adalah sel basal yang

memilikikemampuan regenerasi. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak

berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas

mikrovilus.

3. Kerongkongan (esofagus)

Dalam mempelajari saluran cerna mulai dari esophagus sampai anus dipelajari tata

bangun dinding saluran yang terdiri atas empat lapisan utama, yaitu tunika mukosa, tunika

submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia atau tunika serosa. Masing-masing

segmen saluran cerna dapat dikenali lewat ciri setiap lapisan yang terdapat pada segmen

yang bersangkutan. Oleh karena itu, kenalilah keempat lapisan dindingnya itu agar dapat

dengan mudah membedakan bagian-bagian saluran cerna satu sama lainnya.

a. esophagus potongan melintang :

Sediaan : esofhagus potongan melintang

Tujuan Praktikum:

1. Menentukan Tunika mukosa: epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk, lamina

propria, muskularis mukosa.

2. Tunika submukosa: kelenjar esofagus.

3. Tunika muskularis: melingkar/sirkular, memanjang/longitudinal.

4. Tunika adventisia.

Perhatikan gambar 8 (Esophagus pml)

Page 37: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

37

Gambar 8. Dinding esophagus pml. 1. Epitel berlapis gepeng tak bertanduk, 2. Kelenjar esophagus, 3. Lamina propria, (4) Tunika submukosa, (5) Tunika muskularis.

b. Esofagus kardia :

Tujuan Praktikum:

1. menentukan Peralihan dari epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk menjadi

epitel silindris selapis.

2. menentukan Kelenjar kardia di dalam lamina propria.

Landasan Teori

Tunika mukosa esofagus dilapisi epitel gepeng tak bertanduk. Di bawah epitel terdapat

lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Di bawah lamina propria terdapat

lapisan otot mukosa yang membentuk tunika muskularis mukosa yang hanya terdiri atas

berkas serat otot polos yang tersusun memanjang.

Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar. Di sini lapisan ini terisi oleh kelenjar

esofagus yang bersifat mukosa atau mukoserosa. Pada beberapa sajian, di dalam lapisan ini

dapat ditemukan pleksus saraf Meissner yang biasanya terdiri atas sel saraf dan seratnya.

Tunika muskularis terdiri atas dua lapisan. Lapisan yang sebelah dalam merupakan berkas

serat otot polos tersusun melingkar disebut tunika muskularis sirkular, sedangkan yang

sebelah luar merupakan berkas serat otot polos tersusun memanjang dan disebut tunika

muskularis longitudinal. Di antara kedua lapis otot ini kadang-kadang dapat ditemukan

pleksus saraf Auerbach.

Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Di sini disebut lapis adventisia karena

tidak diliputi peritoneum.

4. Lambung

a. Sediaan: fundus gaster:

Page 38: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

38

Tujuan praktikum:

1. menentukan Tunika mukosa: foveola gastrika, lamina propria, kelenjar fundus,

sel mukosa leher (muscous neck cells), parietal (HCL), prinsipal, dan lapisan

muskularis mukosa.

4. menentukan Tunika submukosa.

5. menentukan Tunika muskularis melingkar dan memanjang.

6. menentukan Tunika serosa.

Perhatikan gambar berikut:

Gambar 9. Fundus lambung pembesaran 40x. 1. Tunika mukosa, 2. Tunika sub mukosa 3.

muskularis mukosa, 4. Tunika serosa.5. Faveola gastrika, 6. Epitel permukaan, kelenjar

mukosa perhatikan juga bahwa perbandingan parit dengankelenjar disini parit hanya 1/4

dari mukosa sedangkan kelenjar 3/4nya.

Landasan Teori

Dalam kelenjar lambung ini dapat dibedakan 3 jenis sel yaitu:

1. Sel mukus leher atau muscous neck cell. Bentuk sel ini torak atau tak teratur, mirip sel

epitel mukosa. Terdapat pada leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma

bagian puncak kadang-kadang mengandung granula .

2. Sel HCL atau sel parietal atau oxyntic cell. Sel ini bentuknya mirip segitiga atau bulat

(dalam sediaan histologi). Sitoplasmanya merah dengan inti bulat, biru di tengah, dengan

kromatin padat. Terdapat di seluruh kelenjar lambung.

3. Sel zimogen atau sel prinsipal atau chief cell. Sel ini bentuknya torak. Di antara sel-sel ini

dapat juga dilihat sel HCL. Sitoplasma sel zimogen tampak agak basofil di bagian basal dan

Page 39: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

39

daerah puncaknya kadang-kadang terlihat bergranula merah. Inti sel bulat dan terletak

mengarah basal. Sel ini banyak terdapat di bagian basal kelenjar. Lihatlah gambar berikut:

Gambar 10. Sel mucus leher pembesaran 100x. 1. Sel mucus permukaan, 2. Faveola gastrika, 3. Sel mucus leher, 4. Sel HCL(sel parietal)

b. sediaan pylorus lambung:

Tujuan Praktikum:menentukan

1. Tunika mukosa: idem gaster fundus, foveola yang lebih dalam.

2. Tunika submukosa.

3. Tunika muskularis: sfingter pilorus.

Gambar 11. Pylorus gaster pembesaran 40x, 1. Fovea gastrika lebih dalam 2/3 tebal

tunika mukosa, 2. Kelenjar pylorus, 3. Tunika submukosa, 4. Tunika muskularis

3

4

Page 40: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

40

5. Duodenum

Sediaan: duodenum

Tujuan praktikum menentukan:

1. Tunika mukosa epitel silindris selapis, mikrovilus (paras sikat/brush border), sel

goblet, lamina propria, vilus intestinalis, muskularis mukosa.

2. Tunika submukosa kelenjar Brunner, pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring.

3. Tunika muskularis sirkular, pleksus Auerbach,

4. tunika muskularis longitudinal.

5. Tunika serosa. Lihatlah gambar berikut:

Gambar 12. Duodenum , kelenjar brunner pembesaran 40x. 1. Epitel selapis torak

dengan mikrovili yang menutupi vilus intestinal, 2. Kelenjar intestinalis, 3.Tunika

muskularis mukosa, 4. Kelenjar brunner di tunika submukosa, 5. Tunika muskularis

Landasan Teori :

1. Tunika mukosa pada duodenum membentuk jonjot-jonjot (villi intestinalis) 40 buah/ mm2 berbentuk seperti daun. Disini terdapat : a. Lapisan epitel yang disusun oleh epitel selapis silindris, dengan sedikit sel piala

(sel goblet). b. Lapisan propria, pada lapisan ini ditemukan kelenjar usus (crypts of Lieberkuhn)

dalam potongan longitudinal atau tranversal, kelenjar mucus Bruner (Glandula duodenalis Brunneri) dan disusun oleh serabut kolagen disertai dengan serabut elastic, limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast hal ini dapat dilihat dengan objektif 40 X.

c. Lapisan muskularis mukosa yang tampak tebal dan tidak teratur seperti lambung dan susunannya sebelah dalam sirkuler, sebelah luar longitudinal dan beberapa serabut menjorok ke dalam lamina propria pada jonjot usus yang disebut otot Bruecke.

1. Tunika submukosa dibangun oleh jaringan areolar longgar dan dijumpai sel lemak. Dalam lapisan ini dijumpai kelenjar-kelenjar :

Page 41: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

41

- Kelenjar Brunneri (glandula duodenalis Brunneri) 2. Tunika muskularis dengan susunan serabut otot polos :

a. Sebelah dalam sirkuler b. Sebelah luar longitudinal

Diantara kedua lapisan ini ditemukan sel ganglion plexus Auerbachi. 3. Tunika serosa disusun oleh :

- Lapisan mesotel

6. Yeyunum dan ileum Sediaan : ileum dan yeyunum Tujuan Praktikum Menentukan:

1. Tunika mukosa: idem duodenum, cari sel Paneth. 2. Tunika submukosa: pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring. 3. Tunika muskularis: idem duodenum. 4. Tunika serosa 5. Perbedaan yeyunum dan ileum

Perhatikan gambar berikut:

Gambar 13 atas .Dinding yeyunum (Pembesaran 40×). (1) Vilus intestinalis, (2) Tunika mukosa, (3) Tunika submukosa, (4) Tunika muskularis, (5) Tunika muskularis mukosa.

Gambar 13 bawah Dinding yeyunum (Pembesaran 40×). (1) Plika semisirkularis Kerckring (2) Vilus intestinalis,(3) Tunika mukosa, (4) Tunika muskularis mukosa, (5) Tunika submukosa

1

2

Page 42: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

42

Gambar 14. Dinding ileum pembesaran 40x. (1)Tunika mukosa terdiri atas epitel selapis silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika muskularis mukosa,(2) Tunika

submukosa, (3) Plakat Peyer (Plaque Peyer), (4) Tunika muskularis. Landasan Teori :

Pada yeyenum Tunika mukosa bagian usus ini mirip duodenum, tetapi vilus intestinalnya lebih langsing dan sel pialanya lebih banyak. Sel Paneth lebih mudah dikenali pada sajian ini.Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika sirkular Keckring. Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum. Tunika serosa berupa jaringan ikat longgar dilapisi mesotel

Pada Illeum Tunika mukosa mirip dengan yeyunum, tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di dalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus (agregasi nodulus limfatik) permanen yang membentuk bangunan khusus disebut plakat Peyer. Kelompokan nodulus limfatik ini sering terlihat meluas ke dalam submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa terpenggal-penggal. Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya. Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkular Kerckring tampak lebih pendek dibandingkan yang terdapat pada duodenum maupun yeyunum. Tunika muskularis strukturnya sama seperti duodenum dan yeyunum. Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat longgar dilapisi mesotel.

7. Apendiks (umbai cacing)

Sediaan: apendik

Tujuan Praktkum mempelajari:

1. Tunika mukosa kriptus Lieberkuhn, kelompokan nodulus limfatikus.

2. Tunika submukosa.

3. Tunika muskularis.

Page 43: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

43

4. Tunika serosa.

Perhatikanlah gambar berikut:

Gambar 16. Dinding apendik (Pembesaran 40×). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Nodulus limfatikus.

Landasan Teori :

Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis torak yang mempunyai sel piala sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai vilus, yang ada hanya kriptus Lieberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus, memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis mukosa juga dapat dikenali di sini. Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan limfosit yang berasal dari lamina propria. Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya sekalipun garis tengah apendiks lebih kecil. Tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lain

8. Usus Besar

a. Kolon dan rectum

Tujuan Praktikum: mempelajari 4 lapisannya pada gambar berikut:

Gambar 17. Dinding kolon rektum (Pembesaran 40×). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Tunika

mukosa terdiri atas epitel selapis silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika

muskularis mukosa, (3) Nodulus limfatikus, (4) Tunika submukosa.

Landasan Teori :

Page 44: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

44

1. Tunika mukosa dengan karakteristik tidak ditemukan plika ataupun jonjot dan

permukaannya tidak rata :

a. Lapisan epitel, adalah berupa epitel selapis silindris dan banyak infiltrasi limfosit

juga ditemukan sel piala (goblet) terutama pada kelenjar usus.

b. Lapisan propia, yang lebih terorganisir dengan banyak infiltrasi limfosit juga

ditemukan limfonodulus.

c. Lapisan muskularis mukosa yang mempunyai dua lapisan sebelah dalam sirkuler

dan sebelah luar longitudinal.

2. Tunika submukosa, yang berupa jaringan ikat longgar dan tidak ditemukan suatu

keistimewaan.

3. Tunika muskularis dengan susunan :

a. Sebelah dalam sirkuler

b. Sebelah luar longitudinal dan ini membentuk tiga bentukan pita yang disebut

Taenia Coli, sehingga antara bentuk pita tersebut lapisan otot longitudinal ini

lebih tipis.

4. Tunika serosa yang berupa lapiasan dari peritoneum yang dilapisi oleh lapisan

mesotel.

b. Peralihan Rektum-Anus

Tujuan mempelajari:

1. Tunika mukosa: peralihan epitel mukosa, lamina propria, v. hemoroidalis, kelenjar sirkum analis.

2. Tunika submukosa: menyatu dengan lamina propria. 3. Tunika muskularis m. sfingter ani internus dan eksternus. 4. Tunika adventisia.

Perhatikanlah gambar berikut:

Gambar 18. Peralihan rektum-anus (Pembesaran 40×). (1) Epitel selapis torak dengan sel

Goblet,(2) Kriptus Lieberkuhn,(3) Peralihan epitel selapis torak dengan epitel berlapis gepeng , (4) Dermis, (5) Epitelberlapis gepeng.

1

2

Page 45: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

45

Landasan Teori :

Tunika mukosa, perhatikan perubahan jenis epitel, dari epitel selapis torak dengan sel

goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang pada bagian distal dapat

dijumpai lapisan tanduk (Gambar 18). Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Kelompokan

nodulus limfatik juga terdapat dalam lapisan ini.

Tunika muskularis, mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina propria

digantikan oleh dermis. Carilah di dalam dermis, kelenjar apokrin yang disebut kelenjar

sirkum anal (kelenjar kitar dubur).

Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar yang bersatu dengan jaringan ikat longgar

lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya digantikan oleh

dermis dan hipodermis.

Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot lingkar

yaitu m. sfingter ani internus. Lapis otot memanjang tidak mengalami perubahan. Pada

beberapa sajian dapat dikenal otot sfingter ani eksternus yang terdiri atas jaringan otot

lurik.

Tunuka adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar

Page 46: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

46

Praktikum 2. Kelenjar Saluran Cerna

( Hati, Kandung empedu dan Pankreas)

Ketiga organ ini disebut kelenjar besar saluran cerna yang bersama dengan saluran

cerna menjadi bagian dari sistem pencernaan. Hati dan pankreas memang kelenjar dan

bahkan kelenjar ganda eksokrin dan endokrin. Akan tetapi, kandung empedu sebenarnya

bukan kelenjar melainkan sebuah kantong tempat menyimpan empedu sementara. Namun

demikian, kandung empedu tetap dibahas bersama dengan kelenjar besar pencernaan

karena fungsi ketiganya saling berkaitan.sedangkan kelenjar kecil saluran cerna tidak

dibahas lagi karena sudah dipraktikumkan pada topic kelenjar karena itu kelenjar

submandibula, submaksila dan parotis coba diingat lagi pada pelajaran sebelumnya.

1. Hati

Sediaan: hati babi:

Tujuan praktikum mempelajari:

1. Lobulus klasik hati: v. sentralis, sinusoid, sel endotel sinusoid, sel Kupffer, deretan sel

hati, kanalikulus biliaris, saluran Herring, jaringan interlobular.

2. Segitiga Kiernan, cabang v. porta, cabang a. hepatika duktus biliaris, pembuluh limf,

dan jaringan interlobular.

3. V. sublobularis.

Landasan Teori:

Lobulus klasik hati yang pada sajian histology biasanya berbentuk bidang bersudut

banyak (poligonal). Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat

longgar (jaringan interlobular). Jaringan ikat pembatas lobulus tidak selalu jelas pada setiap

sajian. Pada sajian hati babi, jaringan ini sangat jelas terlihat, tetapi pada sajian hati manusia

atau tikus, batas atau jaringan ini seakan-akan tidak ada jika tidak diperiksa dengan cermat.

Carilah sebuah lobulus dan cobalah mencari batas-batasnya. Kenalilah vena sentralis yang

biasanya terletak di tengah lobulus. Di luar vena sentralis ini terdapat deretan sel hati yang

tersusun mirip jari-jari mengarah ke jaringan interlobular. Di antara deretan sel hati tersebut

terdapat sinusoid hati yang bermuara ke dalam vena sentralis tadi. Muaranya ini tidak selalu

terlihat jelas karena tidak selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel endotel yang

terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel ini berbentuk gepeng dengan inti yang

gepeng pula dan mempunyai kromatin padat. Pada beberapa sajian dapat dilihat sebuah sel

Page 47: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

47

dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat; bila terlihat, tampak sitoplasmanya

becabang cabang dan menempel pada dinding-dinding sinusoid di seberangnya. Di dalam

sitoplasmanya mungkin dapat dilihat benda-benda asing yang telah dilahapnya (fagositosis).

Sel ini disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan bahwa yang

terlihat itu benar-benar sel Kupffer.

Sel hati atau hepatosit berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan

kromatin agak padat. Sel hati berinti ganda dapat ditemukan cukup banyak. Dengan

pembesaran objektif 45×, kadang-kadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua

dinding sel hati yang bersebelahan. Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja

terjepit di antara kedua dinding sel itu. Cobalah cari sel hati yang bersebelahan, carilah

lubang ini di antara dinding yang

saling melekat itu. Dengan memainkan fokusnya, biasanya saluran ini dapat terlihat.

Perhatikanlah gambar berikut:

Gambar 1. Struktur lobules hati: 1 lokasi segitiga Kiernan

lobulus hati ( hepatic lobulus) Pada sediaan dari pada lobulus hati ( lobuli hepatis ) dengan objektif 10x, dapat dopelajari bagian-bagianya sebagai berikut :

1. Vena sentralis, berada ditengah-tengah suatu lobulus hati. 2. Lempengan hati yang dibangun oleh sel hati 3. Areal portal dengan bentuk polygonal dan dijumpai segitiga hati,(trigonum

hepatis/ segitiga kiernan) yang terdiri dari : arteri, vena hepatica dan saluran empedu ( duktus biliaris, bile duct ) yang dibangun oleh epitel selapis kuboid, saluran ini pada sediaan tampak pucat

4. Septa interlobular yang disusun oleh jaringan ikat.

Dengan pembesaran 40x pelajari sifat/strukturnya dan hubungan sel-sel pembangun dari lempengan hati, yaitu :

1. Vena sentralis, pembuluh darah yang berada ditengah-tengah lobulus hati.

Page 48: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

48

2. Sel hati, bentuk hexsagonal dengan inti berada ditengah. 3. Sinusoid, berada celah-celah diantara barisan susunan sel hati 4. Saluran empedu ( ductus biliaris, bileduct ) terlihat berupa saluran yang dibentuk

oleh epitel kubus yang pucat. 5. Vena interlobular, dijumpai pada septa interlobular 6. Septa interlobular dibentuk oleh suatu jaringan ikat 7. Arteri interlobular, dijumpai pada seta interlobular

Dengan pembesaran 200x dapat dilihat struktur berikut:

Pada sediaan hati manusia dapat dipelajari struktur seperti gambar berikut:

.

2. KANDUNG EMPEDU ( VESICA FELLEA )

Sediaan : kandung empedu

Tujuan Praktikum mempelajari dan mencari:

1. Lapisan mukosa epitel selapis torak, lamina propria, Lipatan mukosa, sinus

Rokitansky-A schoff.

2. Lapisan muskularis.

3. Lapisan jaringan ikat.

4. Duktus aberans Luschka

Gambar 2. Hati, lobules klasik

(Pembesaran 40×). (1) Hepatosit

tersusun secara radier,

(2) Vena sentralis, (3) Segitiga

Kiernan

Gambar 3. Hati, vena sentralis,

endotel sinus (Pembesaran 200×). (1)

Hepatosit, (2) Sinusoid, (3) Endotel

sinusoid, (4) Vena sentralis

Gambar 4. Hati manusia, segitiga Kiernan

(Pembesaran 400×). (1) Jalur Portal = segitiga

Kiernan, di sini tampak berbentuk segitiga. (2)

Sinusoid hati, (3) Sel Kupffer, (4) Hepatosit,

(5) Cabang A.Hepatika, (6) Cabang duktus

biliaris, (7) Cabang V. Porta, (8) Sel

endothelium

Page 49: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

49

Gambar 7. Dinding kandung empedu (Pembesaran 40×). (1) Lipatan mukosa (rugae), (2) Sinus Rokitansky- Aschoff, (3) Lamina propria, (4) Tunika muskulari Landasan Teori :

Dinding organ ini disusun oleh : Tunika mukosa yang mempunyai lipatan-lipatan ( bedakan

dengan jonjot usus ) dan terkadang membentuk lekukan (divertikulum crypti mucosae ).

Lapisan epitel disusun oleh epitel selapis silindris tinggi dengan inti yang terletak didaeah

basal. Lapisan propia terdapat bangunan bulat/lonjong yang memiliki epeitel sama dengan

epitel permukaan mukosa yang disebut sinus rokitanskay aschoof. Ini sebenarnya potongan

lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding kandung empedu tidak

mempunyai tunika muskularis mukosa.

Tunika muskularis yang dibangun oleh serabut otot polos

Tunika serosa /adventisia dibangun oleh jaringan ikat longgar dan berlanjut menjadi kapsula

interlobular dari hati. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati, kadang-kadang

dapat dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimemter dan disebut duktus aberans

Luschka.

3. PANKREAS ( PANCREAS )

Sediaan : pankreas

Tujuan Praktikum mencari dan mempelajari:

1. Bagian eksokrin, asinus, sel sentroasiner, duktus interkalaris.

2. Bagian endokrin: pulau Langerhans.

Page 50: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

50

Landasan Teori:

Sepintas, kelenjar ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar

ganda, terdiri atas bagian eksokrin yang pada pewarnaan HE terpulas lebih gelap dan bagian

endokrin yang lebih pucat. Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis

karena pars terminalisnya berupa asinus. Di dalam asinus sering dapat dijumpai sel

sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus

interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil. Pada awalnya, dinding saluran ini

berupa epitel kuboid selapis atau kuboid rendah.Duktus sekretorius (intralobular) lebih

sedikit jumlahnya daripada yang terdapat pada kelenjar parotis. Adanya sel sentroasiner dan

sedikitnya duktus sekretorius pada kelenjar pankreas dapat digunakan untuk

membedakannya dari kelenjar parotis.

Bagian endokrin disebut juga pulau-pulau Langerhans yang terdiri atas kelompok sel

yang pada pewarnaan HE terpulas lebih pucat daripada sel asinus di sekitarnya (bagian

eksokrin). Sel pulau Langerhans itu juga lebih kecil daripada sel asinus. Pada umumnya,

bentuknya kelihatan bulat dan dinding selnya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu

terdapat pembuluh kapiler darah. Kelompok sel ini pun tidak mempunyai simpai jaringan

ikat yang jelas. Dengan pulasan HE sulit membedakan sel alfa, sel beta, dan sel delta yang

ada di dalamnya.

Gambar 3. Pankreas (Pembesaran 10×). (1) Pulau Langerhans (bagian endokrin), (2) Asinus

pancreas (bagian eksokrin).

Page 51: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

51

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Meizly Andina, M.Biomed

Emni Purwoningsih, S.Pd, M.Kes

dr.Isra Thristy, M.Biomed

DEPARTEMEN BIOKIMIA UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2015

Page 52: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

52

PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILIN

PROTOKOL KERJA PRAKTIKUM BIOKIMIA PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN DALAM URIN

1. Alat Yang Digunakan 2. Bahan Yang Digunakan

1. Tabung Reaksi panjang (5 BuaH) 1. Iodium 1%

2. Pipet Mohr (2 Buah) 2. Lugol

3. Kertas Saring 3. Reagensia schlesinger

4. Pipet Tetes 4. Urin

5. Pot Urin

Prosedur Kerja Tabung 1 : 5 ml urin + iodium 1% sebanyak 10 tetes melalui dinding tabung (amati hasilnya)

Jika terbentuk 2 lapisan cincin dan diaatsnya berwarna hijau maka positif urin mengandung uroblin

Tabung 2 : 5 ml urin + lugol sebanyak 10 tetes dmelalui dinding tabung (amati Hasilnya)

Jika terbentuk 2 lapisan cincin dan diaatsnya berwarna hijau maka positif urin mengandung uroblin

Tabung 3 : 3 ml urin + 3 tetes lugol tanpa dimerengkan diaduk hingga merata

Didiamkan selama 5 menit + 3 ml schlesinger lalu diaduk. Kemudian disaring

Amati Hasilnya, jika terdapat fluoresensi hijau maka hasil positif

Page 53: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

53

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Humairah Sp. PA

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2015

Page 54: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

54

PERATURAN MENGIKUTI PRAKTIKUM

BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK – UMSU

1. Peserta praktikum diwajibkan hadir tepat waktu (15 menit sebelum praktikum

dimulai), dengan toleransi keterlambatan maksimal 10 menit. Peserta

praktikum yang terlambat tidak akan diperkenankan masuk untuk mengikuti

kegiatan praktikum.

2. Peserta praktikum diwajibkan untuk berpakaian sopan dan rapi. Peserta praktikum

yang mengenakan kaos oblong, celana jeans, sandal / sepatu sandal tidak

diperkenankan masuk untuk mengikuti kegiatan praktikum.

3. Sebelum memasuki ruangan praktikum, peserta praktikum diwajibkan mengenakan

jas laboratorium berwarna putih beserta identitas peserta (Nama dan NIM) pada

dada sebelah kiri dan menunjukkan kelengkapan alat tulis (pinsil merah biru) kepada

pembimbing praktikum.

4. Sebelum melaksanakan praktikum, peserta praktikum wajib mengikuti Pre Test

dengan nilai kelulusan minimal 65. Peserta yang tidak lulus Pre Test wajib mengikuti

ujian ulangan dan lulus dengan nilai tersebut. Bila 2 kali ujian tulis tidak lulus,

mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan wajib mengulang

praktikum pada waktu yang ditentukan berikutnya.

5. Dalam mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum diwajibkan untuk menjaga

sikap yang baik dan mematuhi seluruh peraturan yang berlaku di Bagian Patologi

Anatomi FK – UMSU.

6. Dalam mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum diharuskan memahami

seluruh pembelajaran yang diberikan serta memenuhi tugas yang diinstruksikan oleh

pembimbing praktikum.

7. Peserta praktikum tidak dibenarkan untuk mengaktifkan handphone dan sejenisnya

selama mengikuti kegiatan praktikum.

8. Penilaian ujian akhir praktikum berdasarkan nilai Pre Test (25%), jurnal praktikum

(25%), Post Test (50%) (Skill, Knowledge dan Attitude).

Page 55: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

55

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Humairah Medina Liza Lubis, Delyuzar, Susi Lusanna Lubis

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Mahasiswa mengetahui gambaran histopatologi dan patogenesis kelainan pada sistem

gastrointestinal dan hati.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM :

1. Mahasiswa menandatangani absen yang telah disediakan.

2. Memperhatikan objek praktikum dan beri keterangan pada kertas yang telah disediakan.

3. Diskusi dan jurnal pelaporan praktikum.

SEDIAAN MIKROSKOPIS

1. Karsinoma sel skuamosa lidah

2. Gastritis kronik

3. Adenokarsinoma lambung

4. Hepatocellular carcinoma

Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan

Beri keterangan gambar pada jurnal praktikum yang telah disediakan

Page 56: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

56

SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut

dan berakhir di anus. Sistem ini terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus,

usus besar, rektum dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna ini, yaitu

organ-organ tambahan kelenjar liur, hati dan pankreas.Organ-organ ini menghasilkan

banyak sekret yang disalurkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius.Sekret-

sekret ini membantu pencernaan materi yang dimakan dan penyerapannya.

Gambar 1.Sistem pencernaan manusia

Untuk menentukan kelainan/penyakit yang diderita seseorang akibat

gangguansaluran pencernaan perlu dilakukan anamnesis, baik auto maupun allo anamnesis

yang teliti dan sistematis, sesuai dengan kronologis kejadian.

Anamnesis dimulai dengan keluhan utama,yakni keluhan yang diderita

seseorang,membawa dia untuk meminta pertolongan/pengobatan kepada dokter. Gejala

Keterangan Gambar :

1. Kelenjar ludah

2. Parotis

3. Submandibularis (bawah

rahang)

4. Sublingualis (bawah lidah)

5. Rongga mulut

6. Amandel

7. Lidah

8. Esofagus

9. Pankreas

10. Lambung

11. Saluran pankreas

12. Hati

13. Kantung empedu

14. Duodenum

15. Saluran empedu

16. Kolon

17. Kolon transversum

18. Kolon ascenden

19. Kolon descenden

20. Ileum

21. Sekum

22. Appendiks

23. Rektum

24. Anus

Page 57: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

57

klinis gangguan sistem pencernaan dapat berupa nyeri epigastrium, mual muntah,

kembung, diare dan lain-lain.

Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan secara garis besar dapat dibagi atas

3bagian, yaitu:

a. gangguan asupan (intake)

b. gangguan penyerapan (absorpsi)

c. gangguan struktur lainnya pada sistem pencernaan, baik pada sistem

pencernaan bagian atas maupun sistem pencernaan bagian bawah.

Gangguan asupan dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan itu

sendiriataupun yang berasal dari luar sistem pencernaan. Gangguan pada sistem

pencernaan misalnya:

- Adanya gangguan menelan. Gangguan menelan, dapat akibat adanya

kelainan pada orofaring, seperti faringitis akut, tonsilitis, tumor.

- Gangguan pada esofagus meliputi esofagitis, striktur esofagus, atresia

esofagus,akhalasia, tumor dan lain-lain.

- Kelainan pada lambung juga akan mengakibatkan makanan yang sudah

ditelankembali dikeluarkan akibat mual dan muntah. Hal ini misalnya dapat

ditemukan pada ulkus ventrikuli, gastritis,penyakit refluk gastroesofageal,gangguan

pada spinkter gastro-duodenum,penyakit hepatobilier,gangguan pada pankreas.

- Gangguan diluar sistem pencernaan yang dapat mengganggu asupan/ intakedimana

hal tersebut mengakibatkan mual dan muntah, misalnya:hiperemesis

gravidarum,penyakit ginjal kronik,diabetes melitus dengan ketoasidosis,gangguan

pada susunan saraf pusat.

Gangguan penyerapan dapat terjadi, baik disebabkan oleh kelainan pada sistem

pencernaan bagian atas, maupun kelainan pada sistem pencernaan bagian bawah.

Gangguan pada sistem pencernaan bagian atas misalnya: gastritis kronik,

gangguansekresi enzim pankreas, gangguan sekresi bilirubin ke usus halus, infeksi pada usus

halus, penyakit “celiac”. Sedangkan gangguan pada sistem pencernaan bagian, bawah

meliputi infeksi pada colon, toksin bakteri, penyakit autoimun pada sistem pencernaan,

Page 58: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

58

tumor dan lain-lain.Gangguan penyerapan akibat kelainan diluar sistem pencernaan,

misalnya penderita dengan hipertiroid, gangguan elektrolit dan lain-lain.

Gangguan lainnya yang ditemukan pada sistem pencernaan, meliputi perdarahan pada

sistem pencernaan, baik yang bersumber dari sistem pencernaan bagian atas, maupun dari

sistem pencernaan bagian bawah, tumor sistem pencernaan, primer ataupun sekunder,

hemorhoid, kelainan kongenital, misalnya atresia ani dan lain-lain.

Pada praktikum Patologi Anatomi Blok Gastroenterohepatologi ini dititikberatkan

pada kondisi-kondisi non neoplastik dan neoplasma yang banyak ditemukan di masyarakat.

1. Karsinoma sel skuamosa lidah

Sembilan puluh lima persen dari semua jenis kanker oral merupakan karsinoma sel

skuamosa. Penyakit ini sering didiagnosis pada usia antara 50 dan 70 tahun dan paling sering

ditemukan pada dasar mulut, lidah, palatum mole, serta bagian pangkal lidah. Lesi dapat

menonjol, keras berulkus atau verukosa.Secara histologik, kanker tersebut merupakan

karsinoma skuamosa yang tipikal dengan berbagai diferensiasi.Kanker ini cenderung

mengadakan infiltrasi lokal sebelum bermetastasis, khususnya ke limfonodi, paru-paru, hati

dan tulang.Prognosis yang paling baik terlihat pada lesi bibir dan yang paling buruk pada lesi

dasar mulut serta bagian pangkal lidah (angka kelangsungan hidup 5 tahun adalah 20%-

30%).

Patogenesis

Tembakau dan alkohol merupakan korelasi yang paling sering ditemukan; pada merokok

resikonya 15 kali lipat lebih besar (daripada bukan perokok) untuk mengalami keganasan.

Human papillomavirus (HPV) tipe 6, 16 dan 18 turut terlibat pada 10% hingga 15% kasus.

Kebiasaan mengunyah gambir atau menyirih merupakan penyebab penting di India dan

sebagian negara Asia.

Faktor genetik dapat ikut memainkan peranan (delesi pada kromosom 18q, 10p, 8p dan

3p turut terkait).

Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada stadium awal sering tidak

menunjukkan gejala yang jelas.Tidak ada keluhan dan tidak sakit.Umumnya berupa

Page 59: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

59

leukoplakia, eritroplakia ataupun erosi dan pada stadium lanjut dapat berbentuk eksofitik

yang berupa papula dan nodul, ataupun endofitik yang dapat berupa ulser, erosi maupun

fisur.Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkin

memiliki beberapa perbedaan.Gejala yang dialami penderita karsinoma lidah tergantung

pada letak kanker tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya

adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit (disfagia). Bila timbul pada

1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang

dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.

Gambar 2.Karsinoma sel skuamosa pada lidah

Karsinoma sel skuamous secara histologis menunjukkan proliferasi sel-sel epitel

skuamosa. Terlihat sel-sel yang atipia disertai perubahan bentuk retepeg processus,

pembentukan keratin yang abnormal, pertambahan proliferasi sel basaloid, susunan sel

menjadi tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) yang berinfiltrasi ke

jaringan sekitarnya atau membentuk anak sebar ke organ lain (metastasis).

WHO mengklasifikasikan karsinoma sel skuamosa secara histologis menjadi:

1. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana sel-sel basaloid

tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin pearl).

2. Moderate differentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di manasebagian sel-

sel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi, membentuk keratin.

Page 60: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

60

3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di mana seluruh sel-sel

basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel sulit dikenali lagi.

2. Gastritis kronik

Gastritis merupakan keadaan inflamasi pada mukosa lambung, terbagi atas akut dan

kronik tergantung pada lamanya proses penyakit. Gastritis kronik diartikan sebagai keadaan

dimana dijumpai perubahan inflamatorik kronik pada mukosa lambung sehingga akhirnya

terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya

displasia dan karsinoma.

Patogenesis

Infeksi kronik oleh Helicobacter pylori merupakan penyebab utama. Penyebab

lainnya meliputi :

Imunologi (autoimun)

Antibodi terhadap sel-sel parietal (yang meliputi H+/K+-ATPase) atau faktor intrinsik yang

mengikat vitamin B12.

Destruksi atau atrofi kelenjar.

Berkurangnya sekresi faktor intrinsik oleh sel-sel parietal sehingga terjadi anemia

pernisiosa.

Toksik : penggunaan alkohol dan merokok.

Pasca bedah : refluks getah empedu pasca antrektomi.

Mekanik/motorik : obstruksi, atonia.

Radiasi.

Keadaan granulomatosa : penyakit Chron.

Penyakit graft-versus-host, uremia, amiloidosis.

Gastritis kronik biasanya asimptomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan

tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang-kadang ditemukan anemia

pernisiosa yang manifes.Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan

hipergastrinemia serum.Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2% hingga

4%.

Page 61: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

61

Secara makroskopik, gastritis kronik memperlihatkan mukosa lambung yang

berwarna merah dan memiliki konsistensi yang lembek (boggy) dengan tekstur yang

kasar.Distribusi lesi bergantung pada etiologi.Penyebab lingkungan (termasuk Helicobacter

pylori) menghasilkan distribusi yang bervariasi dan berbentuk bercak-bercak pada antrum

atau pilorus, sedangkan apabila penyebabnya autoimun menghasilkan lesi yang difus pada

korpus dan fundus lambung.

Gambar 3.Gastritis kronik yang disebabkan H. pylory

Secara histologik terlihat :

Limfosit dan sel plasma yang menginfiltrasi ke dalam lamina propria.

Infiltrasi sel-sel neutrofil intraepitelial.

Perubahan regeneratif pada sel-sel kolumnar permukaan.

Atrofi kelenjar mukosa yang bervariasi.

Metaplasia epitel kolumnar permukaan menjadi epitel intestinal.

Displasia, pada sebagian kasus gastritis kronik yang sudah berlangsung lama.

Jika gastritis kronik diinduksi oleh adanya Helikobakter pylori maka pada permukaan

mukosa gaster dapat kita jumpai H.pylori yang sebagian berbentuk batang maupun spiral

dan akan terlihat dengan pewarnaan Giemsa.

Page 62: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

62

Gambar 4.Mikroskopik Gastritis Kronik dengan infiltrasi limfosit dan sel plasma

3. Adenokarsinoma Lambung

Dari semua keganasan lambung, 90% hingga 95% merupakan karsinoma (sisanya

limfoma, karsinoid atau tumor sel kumparan).Distribusi di seluruh dunia sangat bervariasi,

insidens di AS telah mengalami penurunan sebanyak empat kali lipat selama 60 tahun

terakhir. Prognosisnya buruk, dengan angka kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 20%; 2,5%

dari semua kematian karena kanker merupakan kematian karena karsinoma lambung.

Patogenesis

Karsinoma lambung bisa terjadi dengan tipe intestinal atau difus. Faktor resiko untuk kanker

yang difus tidak diketahui dengan jelas; faktor yang turut menyebabkan tumor tipe

intestinal meliputi :

Lingkungan

- Diet : tidak adanya refrigerasi (lemari es); penggunaan zat-zat pengawet, tidak

adanya buah dan sayuran segar.

- Kebiasaan merokok (meningkatkan resiko sebesar 1,5 hingga 3 kali lipat).

Hospes

- Infeksi oleh H. pylori dengan gastritis kronik.

- Gastritis autoimun.

- Gastrektomi parsial, yang memungkinkan refluks gastroduodenal.

Page 63: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

63

Displasia mukosa lambung merupakan hasil yang sering ditemukan pada keadaan

instabilitas genetik pada gen perbaikan DNA, ekspresi telomerase dan kelainan c-met, K-sam

dan c-ERB-B2 (lintasan reseptor faktor pertumbuhan).

Gambaran klinik

Karsinoma lambung tersembunyi dan asimptomatik sampai akhir perjalanan penyakit.

Gejala : berat badan menurun, nyeri abdomen, anoreksia, muntah-muntah, pola buang

air besar terganggu, disfagia, anemia, perdarahan.

Dapat bermetastasis ke hati, kelenjar supraklavikula (Virchow), ovarium (Krukenberg

tumor).

Di Amerika Serikat angka ketahan hidup lima tahun adalah 5 sampai 15%.

Program skrining yang agresif untuk mendeteksi lesi dini adalah satu-satunya jalan untuk

memperbaiki prognosis.

Morfologi

Kurvatura minor sering terkena pada 40% kasus dan kurvatura mayor pada 12% kasus. 50%

hingga 60% penyakit kanker terjadi pada pilorus dan antrum; 25% pada kardia dan 15%

hingga 25% pada korpus dan fundus.

Klasifikasinya dibuat berdasarkan :

Kedalaman invasi

Karsinoma lambung dini terbatas pada mukosa dan sub mukosa, tanpa bergantung ada

tidaknya metastasis limfonodi.

Karsinoma lambung lanjut meluas hingga di luar lapisan sub mukosa.

Pola pertumbuhan makroskopik

Tumor bersifat eksofitik, terlihat rata atau cekung atau menonjol.Kadang-kadang, invasi

yang difus lewat dinding lambung menghasilkan lambung yang tebal dan kaku sehingga

keadaan ini dinamakan linitis plastika.

Subtipe histologik (klasifikasi Lauren) :

- Intestinal

Page 64: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

64

Epitelium kolumnar yang membentuk kelenjar; biasanya memproduksi musin;

memiliki pola pertumbuhan ekspansif yang polipoid; hampir selalu berkaitan dengan

metaplasia mukosa intestinal; usia rata-rata pengidapnya 55 tahun; rasio laki-laki

terhadap wanita 2:1; insiden tipe ini tengah mengalami penurunan.

- Difus

Sel-sel berbentuk signet yang tunggal dengan diferensiasi buruk; memproduksi

musin; pola pertumbuhan infiltratif; usia rata-rata pengidapnya 48 tahun; rasio laki-

laki terhadap wanita 1:1; tidak terlihat hubungan dengan faktor lingkungan. Kanker

lambung familial memperlihatkan tipe histologik ini.

Gambar 5.Makroskopik karsinoma lambung telihat massa tumor eksofitik dan menonjol

Gambar 6. Adenokarsinoma lambung tipe intestinal dan difus

4. Hepatocellular carcinoma

Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas

hati primer yang berasal dari hepatosit. Tumor ganas hati lainnya ialah kolangiosarkoma

(Cholangiosarcoma = CC) dan sitoadenomakarsinoma berasal dari sel epitel bilier,

sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim. Dari seluruh

Page 65: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

65

tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC; dan 5% adalah

jenis lainnya.

Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah

hepatoma.Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh

karsinoma yang ada.Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling

sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi.

Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati.Hepatoma biasa dan sering

terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.

Hepatitis virus kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah

virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai

kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi virus ini

untuk pertama kalinya. Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C. Tampaknya

virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma.

Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis

penyakit hepatoma ini. Penggunaan ultrasonografi (USG), ComputedTomographic Scanning

(CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan

mengetahui ukuran tumor.

Kebanyakan pasien dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) meninggal dalam waktu 1

tahun setelah didiagnosis.Kelangsungan hidup tergantung pada ukuran tumor dan

penyakitnya saat didiagnosis.Pasien dengan sirosis memiliki kelangsungan hidup yang lebih

pendek.Penatalaksanaan secara bedah dapat menyembuhkan hanya kurang dari 5%

pasien.Penyebab kematian ialah perdarahan (varises, intraperitoneal) dan cachexia.

Morfologi

Mungkin terdapat massa yang soliter, nodul multifokal atau kanker infiltratif difus

dengan pembesaran hati yang masif dan sering dengan latar belakang sirosis. Terlihat tumor

yang berwarna kuning hingga merah muda pucat atau bernoda empedu; penyebaran

intrahepatik dan invasi vaskular sering ditemukan.

Page 66: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

66

Secara histologis terlihat lesi berkisar dari lesi tumor berdiferensiasi baik hingga lesi

tumor yang sangat anaplastik tanpa adanya diferensiasi.

HCC dengan diferensiasi baik hingga sedang

Hepatosit tersusun dengan pola pseudoglanduler yang trabekuler (sinusoidal) atau asiner

(tubuler).

HCC dengan diferensiasi buruk

Karsinoma ini ditandai oleh sel-sel raksasa pleomorfik yang nyata; sel yang sama sekali

tidak menunjukkan diferensiasi; sel kumparan; atau sel-sel yang sepenuhnya anaplastik.

Sel-sel tumor yang membentuk empedu (lewat pemeriksaan mikroskop cahaya) atau

kanalikuli empedu (lewat pemeriksaan mikroskop elektron); inklusi sitoplasmik

menyerupai badan Mallory; terdapat hasil yang positif dengan pewarnaan untuk α-

fetoprotein dan α1-antitripsin.

Gambar 6.Hepatocellular carcinoma, terlihat tumor berbatas tegas dan fokus perdarahan

kecil yang banyak

Gambar 7. Hepatocellular carcinoma tipe trabekular dan tubular

Page 67: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

67

REFERENSI

1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL,Gastrointestinal Robbins Basic Pathology. Eight ed.

Philladephia. WB Saunders Company.New Delhi; 2010.

2. Underwood.J.C.E. Sistem in : Patologi Umum dan Sistemik. Ed 2.Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta ; 1996 : p523-5.

3. Buku Ajar Patologi II (Sistemik). Editor Sudarto Pringgoutomo dkk (Guru Besar FK

UI).Penerbit Sagung Seto. Rev. 2006.

4. Buku Patologi Gastrointestinal, Prof Gani W.Tambunan, Sp.PA (K),Penerbit EGC,

2001.

Page 68: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

68

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Siti Hajar, Sp. PK

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2015

Page 69: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

69

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

PRAKTIKUM I

PEMERIKSAAN FAECES LENGKAP

Bahan : Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaaktu yang berasal dari defeksi spontan.

Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan kemungkinan

unsur-unsur dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik adalah yang terbuat dari

kaca, plastik atau wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.

Asas : Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja

Cara pemeriksaan :

a. Makroskopi

1. Warna

Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih

banyak urobilin dan urobilinogen. Selain urobilin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis

makanan, oleh kelainan dalam saluran usu dan oleh obat-obat yang diberikan.

Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah

dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh

perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan

yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.

2. Bau

Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skadol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau

busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau

dirombak oleh kuman usus. Tinja akan beraksi lindi oleh pembusukan semacam itu.

Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak

dicerna sempurna, misalnya pada diare tinja akan bereaksi asam.

3. Konsistensi

Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare

konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi

didapat tinja keras

4. Lendir

Page 70: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

70

Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu

hanya didapat dibagian luar tinnja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usu besar, kalau

bercdampur dengan tinja mungkin sekali usu kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin

didapat lendir saja tanpa tinja.

5. Darah

Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah

bercampur baur atau hanya dibagian luar tinja saja. Makin proximal terjadinya

perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinjadan makin hitamlah warnanya.

Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,

carninoma atau hemorrhoid.

6. Parasit

Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat

b. Mikroskopi

Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa

sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan lugol 1-

2%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya untuk

pemeriksaan rutin.

1. Sel epitel

Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat

ditemukan dalam keadaan normal.

2. Makrofag

Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat

sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain, dalam preparatnatif sel-sel

seperti amuba yang tak dapat bergerak.

3. Leukosit

Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam asetat

10%

4. Eritrosit

Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal

5. Kristal-Kristal

Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal

tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.

Page 71: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

71

6. Sisa makanan

Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalamjumlah tertentu. Sisa

makan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan

berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.

Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja

7. Sel Ragi

Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya

ialah jangan dianggap kista amuba

8. Telur cacing

Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis,

Trichuris trichura, Strongyloides Stercoralis mungkin ditemukan.

DARAH SAMAR

Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara mskroskopik

atau mikroskopik.

Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.

Cara Guajac:

1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam asetat

glasial lalu dicampur

2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%

lalu dicampur

3. Tuanglah berhati-hari isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga

kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah

4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.

Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Cara Tablet:

Cara pemeriksaan mengikuti petunjuk kit yang dikeluarkan oleh pabriknya.

Biakan : Biakan kuman salmonella, Shigella, E Coli, V Clorera dan lain-lain.

Page 72: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

72

PRAKTIKUM II

PEMERIKSAAN FAAL HATI

1. BILIRUBIN

Bahan : Serum

Alat : Spektrofotometer 578 nm (Bilirubin Total)

Spektrofotomter 546 nm ( Bilirubin Direct)

Prosedur :

1. Bilirubin Total

Sampel Blanko

Sodium nitrit (2) 1 tts -

Sulfanilic acid (1) 200 µl 200 µl

Acceletorator (3) 1000 µl 1000 µl

Serum 200 µl 200 µl

Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20-300) kemudian

tambahkan fehling II (4) 1000 µl

Campurkan dan sesudah 5-30 menit ukur absorbansi sampel terhadap blank

Perhitungan :

Konsentrasi bilirubin total = A x 10,5 mg/dl

2. Bilirubin Direct

Sampel Blanko

Sodium nitrit (2) 1 tts (0,02 ml) -

Sulfanilic acid (1) 200 µl 200 µl

Acceletorator (3) 2000 µl 2000 µl

Serum 200 µl 200 µl

Campur dan inkubasi pada suhu (20-300C) tepat 5 menit. Baca absorbance sampel

terhadap banko tepat sesudah 5 menit penambahan serum

Perhitungan :

Konsentarsi bilirubin direct = A x 14,0 mg/dl

Page 73: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

73

Page 74: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

74

Page 75: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

75

2. GOT

Bahan : Serum, plasma heparin / EDTA

Alat : Spektrofotometer 340 nm

Prosedur :

1. Dengan Start reagen

Serum, plasma 100 µl

Lar. Reagent 1000 µl

Campur, sesudah i menit tambahkan :

Start reagent 250 µl

Perhitungan :

Aktivitas enzym = (ΔA/min) x F IU/1 (F::2143)

2. Dengan Start sampel

Serum, plasma 100 µl

Lar. Reagent 1000 µl

Campur, sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit

Perhitungan :

Aktifitas enzym = (ΔA/min) x F IU/L (F::1746))

Larutan reaksi : campur reagent (1) dan reagen (2) dengan ratio 4:1

Misal 20 ml larutan ragent 1 + start reagent (reagent 2

Page 76: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

76

Page 77: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

77

Page 78: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

78

3. GPT

Bahan : Serum, plasma Heparin / EDTA

Alat : Spektrofotometer 340 nm

Prosedur :

Serum, plasma 100 µl

Lar. Reagent 1000 µl

Campur dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit

Perhitungan :

Aktifitas enzym = (ΔA/min) x F (F : 1905)

Page 79: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

79

Page 80: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

80

Page 81: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

81

PENUNTUN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2015

Page 82: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

82

Cara Pemberian Obat Pada Binatang Percobaan

Disusun Oleh

Dr. Ilham Hariaji

Tujuan : Memperlihatkan bahwa cara pemberian obat yang berbeda akan

menyebabkan mula kerja obat yang berbeda pula.

Materi Praktikum

Hewan coba : Pada praktikum ini binatang percobaan digunakan adalah marmut

(Caviagunea pig).

Obat yang dipakai :

1. Obat penekan SSP ( Golongan Barbiturat/diazepam ),

larutan 1% yang steril dan tidak steril.

2. Obat prangsang SSP ( Amfetamin, Cafein), Larutan 1 %

steril.

Alat- alat :

1. Timbangan (untuk marmut).

2. Jam

3. Stetoskop

4. Termometer

5. Gastric tube/ jarum suntik

6. Jepitan (aligator klem)

7. Spuit (semprit untuk menyuntik)

8. Kapas

9. Lampu pemanas

10. Alkohol

11. Parafinum liquidum

Pelaksanaan :

Larutan pentotal 1 % ( merupakan sedativa/hipnotika yang

bekerja mendepresi SSP ) digunakan untuk mendapatkan

keadaan tidur (hipnosis ) dari binatang percobaan dengan

berbagai cara pemberian.

Pada percobaan ini disediakan 2 ekor marmut untuk setiap

grup meja praktikum :

1. Marmut I : Diberikan obat secara peroral.

2. Marmut II : Diberikan obat secara intraperitoneal.

Larutan caffein 1% disediakan untuk menanggulangi

depresi pernafasan yang ditimbulkan oleh

sedativa/hipnotika diatas.

Timbang berat marmut percobaan, catat berat badan

marmut tersebut.

Lakukan observasi atas binatang percobaan tersebut

sebanyak 2 kali masing-masing 30 menit dan 15 menit

sebelum binatang tersebut diberi pentotal ) yang meliputi :

1. Frekwensi dan sifat pernafasan per menit (dilihat

dari cuping hidung ataupun dari abdomen)

2. Denyut jantung permenit (dengan stetoskop)

3. Aktivitas atau gerakan.

4. Refleks kornea (dengan kapas).

Page 83: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

83

5. Sensasi terhadap rasa nyeri (dengan aligator klem).

6. Temperatur rektal ( termometer dibasahi dengan

parafinum liquidum atau gliserin).

7. Hipnosis/narkosis

Berikan larutan pentotal 1 % pada binatang percobaan :

o Marmut (masing-masing dengan dosis 50 mg/kg BB

binatang). Jadi dengan mengetahui berat badan

binatang, konsentrasi larutan obat, maka kita dapat

menetukan berapa jumlah larutan yang akan

diberikan pada marmut I ( secara peroral) dan

marmut II secara intraperitoneal).

o Setiap mahasiswa harus dapat menghitung dosis

yang diberikan pada binatang percobaan

Lakukan observasi sekurang-kurangnya 6 kali dengan jarak

15 menit. Observasi ini dibandingkan dengan observasi

sebelum siklobarbital diberikan. Dengan

memperbandingkan ini , akan terlihat adanya perbedaan

onset of action dari cara pemberian obat yang berbeda

ataupun diantara binatang percobaan sendiri.

Bila pada percobaan didapati penurunan temperatur rektal

melebihi 2 ( dua) derajat celcius, segera lakukan pemanasan

dengan menggunkan lampu pemanas.

Bila terjadi depresi pernafasan, segera berikan suntikan

intraperitoneal larutan caffein 1 % dengan dosis 5 mg/kg

BB binatang percobaan . Catatlah hasil observasi atas ke- 7

hal di atas pada kolom dari tabel yang telah tersedia di buku

penuntun ini .

Pelaporan :

Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum

untuk tiap cara pemberian obat yang dilakukan, seperti

aturan pembuatan makalah.

Jangan lupa membuat grafik yang menggambarkan

hubungan frekwensi pernafasan permenit, denyut jantung

per menit dengan waktu, akibat pemberian obat pentotal

baik diberikan secara oral ataupun peritoneal.

Page 84: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

84

LAPORAN PRAKTIKUM CARA PEMBERIAN OBAT (ROUTE OF DRUG’S

ADMINISTRATION)

LAPORAN

Tanggal :........................... Kelompok :.........................

Asisten Penangggungjawab :..........................

Binatang percobaan :

Nomor meja :..........................

Berat binatang I (oral) :..............

Pentotal (1%) Dosis =......... Volume =...........

Kelompok :.........................

Caffein (1%) Dosis =......... Volume =............

Nama praktikan :.........................

Berat binatang II (Intraperitoneal) :.............

Tanda tangan instruktur :.........................

Pentotal (1%) Dosis =......... Volume=............

Caffein (1%) Dosis =......... Volume=.............

Wakt

u

Frekwensi

Pernafasan/me

nit

Denyut

jantung/me

nit

Gerakan Sensasi

rasa

nyeri

Refleks

kornea

Temperat

ur rektal

Narkosa

Oral I.P Oral I.P Ora

l

I.

P

Ora

l

I.

P

Ora

l

I.

P

Oral I.P Ora

l

I.

P

-30’

-15’

0’

C.P.

O

15’

30’

45’

60’

75’

90’

Page 85: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

85

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Tegar Ardiansyah Putra Siregar, M. Biomed

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2015

Page 86: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

86

KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Pendahuluan Setiap laboratorium memiliki potensi bahaya, begitu pula laboratorium mikrobiologi. Mahasiswa hendaknya memahami dan menyadari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan dirinya atau orang-orang di sekitarnya. Tujuan Setelah membaca materi ini, mahasiswa diharapkan mampu:

Memahami berbagai potensi bahaya di laboratorium mikrobiologi

Memahami prosedur keamanan kerja di laboratorium mikrobiologi

Memahami dan dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan di dalam laboratorium

Pedoman Umum

Kecelakaan adalah kejadian saat praktikum yang berkaitan dengan luka/terkena benda tajam, terkena percikan/tumpahan materi infeksius/ bahan kimia, terbakar/kebakaran, jatuh, atau terkena arus listrik.

Bahan-bahan di laboratorium yang berpotensi bahaya meliputi: Bahan biologis (misal: biakan kuman, spesimen klinis) Bahan kimia (misal: zat warna, bahan asam) Bahan fisika (misal: api, arus listrik, benda tajam)

Ketika memasuki dan berada di ruang praktikum: Menggunakan jas lab yang terkancing rapi serta menggunakan sepatu. Bagi wanita, rambut diikat dan jilbab dimasukkan ke dalam jas lab. Hanya membawa alat tulis dan buku praktikum ke meja kerja, tas dan barang lain yang tidak

diperlukan diletakkan di tempat yang tersedia. Memastikan dan mengetahui letak pintu keluar dan alat pemadam kebakaran. Tidak meletakkan barang yang dapat menghalangi orang untuk keluar ruangan. Tidak meletakkan barang menutupi fasilitas pemadam kebakaran. Tidak meletakkan barang seperti alat tulis dan buku di atas meja praktikum pada posisi yang

dapat terkontaminasi oleh bahan infeksius. Dokumentasi harus seijin pembimbing.

• Untuk mencegah kecelakaan, ikutilah pedoman berikut ini: Jas lab selalu digunakan dengan rapi, kancing terpasang dengan baik, rambut panjang

terikat/dijepit rapi ke belakang dan dimasukkan dalam jas lab, ujung jilbab dirapikan di dalam jas lab selama praktikum. Jangan membiarkan rambut atau jilbab terurai karena bahaya terkena api atau bahan lain.

Tidak bercanda ketika bekerja dan tidak menggunakan bahan-bahan infeksius, bahan kimia dan api untuk bercanda.

Setiap spesimen klinik dan alat yang digunakan untuk penanganan spesimen haruslah dianggap infeksius.

Dilarang menggunakan telepon genggam/ HP selama praktikum. Tidak makan, minum, merokok, atau mengunyah permen karet serta menyimpan

makanan/minuman di dalam laboratorium. Tidak membubuhkan kosmetik di dalam laboratorium.

Page 87: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

87

Tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung sewaktu bekerja di laboratorium, bila terpaksa cucilah tangan terlebih dahulu dengan sabun antiseptik dan alkohol.

Duduk tegak dan menjaga jarak dengan spesimen/meja kerja saat bekerja. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun antiseptik dan disinfektan sewaktu

menangani bahan infeksius baik yang memiliki risiko percikan atau tidak. Jas laboratorium yang digunakan dalam pekerjaan di laboratorium dibawa pulang

terbungkus, dicuci terpisah dengan merendamnya terlebih dulu dengan pemutih. Tidak diperkenankan membawa pulang bahan praktikum (preparat, biakan, dll). Gunakan sepatu tertutup.

Cara kerja yang aman saat bekerja dengan biakan bakteri

Jas lab harus selalu digunakan.

Mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap selesai bekerja.

Dekontaminasi permukaan meja sebelum mulai dan sesudah pekerjaan selesai.

Perhatikan posisi duduk. Duduklah dengan nyaman dan tegak, jangan mendekatkan wajah ke meja.

Selalu menggunakan rak untuk meletakkan tabung yang berisi spesimen atau medium kultur.

Menggunakan sengkelit dengan lingkaran penuh yang telah disediakan. Menggunakan pembakar gas atau bunsen untuk membakar sengkelit dengan penuh kehati-hatian untuk menghindari percikan bahan infeksius.

Transfer/mengambil biakan mikroorganisme dari kultur dengan cara yang benar.

Bekerja dengan api dan gas

Berhati-hati dalam penggunaan gas untuk menyalakan api.

Cara menyalakan dan mematikan api (gas dan bunsen)

Menyalakan bunsen dengan korek api, jangan mengambil api dari bunsen yang menyala.

Mematikan api segera bila tidak diperlukan lagi. Mematikan api dengan cara menutup aliran gas atau menutup Bunsen.

Bila tercium gas sebagai akihat kebocoran pipa gas, segera mematikan api (baik yang menggunakan pembakar bunsen atau gas) yang sedang menyala dan tutup aliran gas serta buka jendela-jendela. Melaporkan kebocoran gas kepada pembimbing.

Tidak menyalakan api ketika terjadi kebocoran gas.

Berhati-hati menggunakan alat listrik bila dipakai berdekatan dengan bahan-bahan cair untuk menghindari terjadinya arus pendek.

Pembuangan Limbah

Membuang sampah sisa/ bahan bekas kerja pada tempat yang telah disediakan.

Membuang kaca preparat, lidi dan benda tajam lain ke wadah berisi disinfektan.

Kertas, tissue, kapas bekas dibuang ke kantong plastik khusus yang tersedia. Prosedur Darurat Umum Bila terjadi kecelakaan atau kondisi darurat seperti kebakaran, ledakan, banjir dan sebagainya di laboratorium maka perlu dilakukan prosedur sebagai berikut: 1. Mahasiswa satu kelompok/yang berdekatan dengan lokasi kecelakaan

Memastikan pembimbing mengetahui kecelakaan tersebut.

Page 88: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

88

Bila ada mahasiswa yang menjadi korban, memberi pertolongan pertama kepada orang yang mengalami kecelakaan, segera pindahkan orang tersebut ke tempat yang lebih aman (bila tidak menyebabkan keadaan yang lebih buruk pada si penderita).

Bila kecelakaan disebabkan oleh api, segera mematikan aliran gas. Bila terdapat luka, segera menghubungi dokter untuk menangani luka. Memberi peringatan kepada orang-orang di sekitar lokasi kecelakaan. Segera meminta bantuan orang lain jika merasa tidak mampu mengatasi

kecelakaan/bencana. Bila terjadi kebakaran segera memadamkan api secepat mungkin menggunakan alat

pemadam kebakaran yang tersedia. Bila kondisi laboratorium memburuk akibat bencana, tinggalkan laboratorium

sesegera mungkin. Jangan panik. Pembimbing segera melaporkan kecelakaan pada penanggung jawab praktikum atau

koordinator pcndidikan S1 departement atau biosafety officer. 2. Mahasiswa yang berada jauh dari lokasi kecelakaan:

Tetap berada di kelompoknya. Jangan panik. Bila kecelakaan berupa kebakaran/ terbakar dan bencana alam, matikan api, tutup

aliran gas. Bila keadaan memburuk, segera tinggalkan ruangan.

3. Bila terjadi tumpahan bahan infeksius: Menutup segera tumpahan dengan tissue. Melaporkan pada pembimbing. Memberitahu orang di sekitarnya. Menjauhi tempat tumpahan tersebut, untuk memberi kesempatan pada teknisi

laboratorium untuk segera menanganinya dengan spill kit yang sesuai. Bila bahan infeksius mengenai kulit, segera membasuh bagian yang terkena

tumpahan dengan alkohol 70% dan dilanjutkan mencuci dengan sabun antiseptik dan air mengalir.

Bila bahan infeksius mengenai mata atau selaput lendir, maka segera dibilas dengan air mengalir.

Jika bahan infeksius tertelan atau tertusuk jarum, segera melapor ke pembimbing praktikum

Page 89: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

89

MIKROBIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Pada praktikum mikrobiologi system pencernaan ini akan diperlihatkan berbagai mikroorganisme pathogen dan pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi untuk mendukung diagnosis penyakit infeksi saluran cerna. Selain mendukung diagnosis penyakit infeksi, pemeriksaan mikrobiologi pada makanan dan minuman juga diperlukan baik untuk menilai kualitas makanan/minuman atau untuk pembuktian kasus atau kejadian luarbiasa akibat keracunan makanan. Pembuktian kasus keracunan makanan harus dilakukan dengan deteksitoksin pada spesimen yang tidak dilakukan secara rutin di laboratorium mikrobiologi. Saluran cerna mengandung banyak flora normal sehinggai nterpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi feses sangat penting untuk dapat menentukan bakteri pathogen penyebab infeksi. Bakterienterik yang sampai saat ini diketahui menjadi penyebab gangguan gastrointestinal adalah: Salmonella Typhi, Salmonella Paratyphi, Salmonella enteritidis, Shigelladysentriae, Shigellaflexneri, Shigellasonnei, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Campylobacter jejuni, Helicobacter pylori, Bacteroidesfragilis. Virus penyebab infeksi saluran cerna diantaranya rotavirus dan norovirus (virus Norwalk).Penyakit infeksi di saluran cerna juga dapat disebabkan oleh beberapa flora normal akibat penggunaan antibiotika berspektrum luas yang tidakrasional (antibiotic-associated diarrhea = AAD) atau penurunan imunitas seseorang, contohnya diare yang disebabkan oleh Clostridium difficile dan Candida albicans. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengumpulan, penanganan dan pengiriman spesimen saluran cerna.

Mahasiswa memahami berbagai pemeriksaan untuk mengidentifikasi mikroorganisme patogen penyebab infeksi sistem pencernaan dan keracunan makanan.

Mahasiswa memahami karakteristik mikroorganisme patogen yang sering menyebabkan penyakit infeksi saluran ccrna pada manusia.

Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi saluran cerna untuk menentukan tatalaksana pasien.

Pengelolaan Spesimen Bila pengambilan spesimen saluran cerna (misalnya feses) dilakukan di luar laboratorium, maka digunakan medium transpor untuk mencegah kematian bakteri patogen. Contoh medium transpor yang sering digunakan antara lain Cary-Blair, Amies dan Stuart. Spesimen paling baik untuk dugaan infeksi traktus gastrointestinal adalah feses segar. Apabila feses segar sulit diperoleh, sebagai alternatif dapat digunakan usap rektum (rectal swab). Untuk mendapatkan spesimen feses yang benar, penting untuk memberikan penjelasan pada pasien tentang cara pengambilan spesimen feses, yaitu:

Feses tidak boleh tercampur dengan urin dan air kloset.

Sediakan wadah yang bersih, kering dan dapat ditutup rapat

Bila memungkinkan, feses langsung ditampung pada wadah. Bila tidak, feses ditampung di alas plastik, lalu diambil sebanyak 10 gram atau satu sendok teh dari tinja yang berlendir atau berdarah dan masukkan ke dalam wadah.

Page 90: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

90

Ber i label pada wadah

Feses langsung dikirim dalam suhu dingin dan sampai di laboratorium dalam 2 jam. Bila terjadi penundaan sampai 6 jam, feses dimasukkan ke medium transpor.

Feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan.

Pemeriksaan anaerob pada feses tidak dianjurkan kecuali pada dugaan kasus keracunan makanan, namun harus disertai uji deteksi toksin. Apabila dicurigai bakteri penyebab penyakit adalah bakteri anaerob, seperti pada keracunan makanan yang diduga disebabkan oleh kuman anaerob Clostridium botulinumatau pada penyakit kolitis pseudomembran akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional yang diduga karena Clostridium difficile, maka spesimen harus dimasukkan ke dalam medium transpor khusus untuk kuman anaerob yaitu medium cair tioglikolat atau medium transpor komersial khusus bakteri anaerob. Perlu diingat bahwa sebagian besar flora normal di dalam feses adalah bakteri anaerob, sehingga interpretasi hasil kultur anaerob dari spesimen feses tidak mudah dilakukan kecuali bila disertai uji deteksi toksin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob tersebut. Bahan pemeriksaan untuk tujuan kultur bakteri anaerob, harus dimasukkan ke dalam medium transpor dan dikirim ke laboratorium menggunakan kantong plastik yang dapat ditutup (sealed) dan didalam kantung tsb disertakan anaerogen pack. Medium transpor dan kantong plastik anaerob dapat dimintakan ke laboratorium sebelum pengambilan spesimen. Spesimen feses segar tanpa dimasukkan ke dalam medium transport harus disimpan pada suhu dingin(2-8oC) dan sampai di laboratorium dalam 2 jam. Sedangkan spesimen fesesyang dimasukkan ke dalam medium transpor sebaiknya dikerjakan di laboratorium dalam 6 jam setelah pengambilan spesimen. Feses fase akut digunakan untuk pemeriksaan rotavirus. Feses langsung ditempatkan pada wadah yang bersih tanpa penambahan pengawet atau medium. Bila feses cair pengambilan spesimen dapat menggunakan popok sekali pakai yang dibalik agar feses tidak terserap atau sisi dalam popok dilapisi dengan plastik; atau dapat juga ditampung menggunakan kantong urin pediatrik yang direkatkan pada daerah anus. Usap rektal tidak dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi rotavirus. Pengiriman spesimen laboratorium dilakukan sesegera mungkin pada suhu 4oC. Pada pemeriksaan kasus keracunan makanan harus dilakukan deteksi toksin langsung pada feses. Pemeriksaan kultur bakteri saja tidak dapat digunakan untuk pembuktian kasus keracunan. Pada kelainan lambung, seperti dispepsia, gastritis kronis, atau ulkus peptikum, spesimen berupa biopsi lambung. Transportasi bahan biopsi ke laboratorium menggunakan medium transpor MIU yang sekaligus berfungsi sebagai medium pengayaan penyebab tersering infeksi lambung yaitu Helicobacter pylori. Spesimen berupa pus atau biopsi yang diambil intra-operatif langsung dimasukkan ke dalam 2 tabung tioglikolat, 1 tabung disimpan pada suhu ruang dalam kondisi aerob, tabung yang lain langsung dimasukkan ke dalam kantong anaerob dan disimpan juga pada suhu ruang. Kedua tabung secepatnya (dalam 2 jam) dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Bahan biopsi dapat diuji menggunakan medium MIU ( Motility indole urease )untuk melihat adanya urease yang dihasilkan oleh mikroba yang terdapat di bahan biopsi.

Page 91: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

91

Pemeriksaan antigen H. pylorilangsung dari feses dapat dilakukan juga, sudah tersedia kit untuk pemeriksaan ini. A. Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram pada feses segar tidak mempunyai makna diagnostik, sedangkan pemeriksaan yang dilakukan langsung dari spesimen pus (intra-operatif) biopsi atau koloni kuman/isolat yang tumbuh pada medium dapat membantu identifikasi. B. Pembiakan dan pertumbuhan bakteri Untuk tujuan isolasi bakteri tertentu dapat dibuat medium selektif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara selektif. Sebagai contoh medium selektif adalah agar Salmonella Shigella (SS). Pada medium ini, bakteri enterik lain dihambat pertumbuhannya kecuali bakteri Salmonella dan Shigella. Medium lain yang digunakan untuk membedakan beberapa jenis bakteri disebut medium diferensial. Medium ini dapat ditambah berbagai komponen untuk menghasilkan medium dengan sifat tertentu. Sebagai contoh, penambahan zat warna dapat digunakan untuk indikator aktivitas metabolisme bakteri. Contoh medium tersebut adalah agar Endo dan Eosin Methylene Blue (EMB). C. Medium Pertumbuhan Bakteri C.1. Media Agar Padat adalah media pertumbuhan bakteri yang mengandung 1,5-2 % agar. C.1.a. Agar Lempeng

Agar Endo adalah medium diferensial untuk membiakkan bakteri enterik, untuk membedakan bakteri peragi dan bukan peragi laktosa.

Agar Salmonella Shigella (SS) yaitu medium selektif untuk membiakkan Salmonella dan Shigella, sekaligus medium diferensial untuk membedakan peragi dan bukan peragi laktosa.

Agar Thiosulphate Citrate Bile Sucrose (TCBS) merupakan medium selektif untuk membiakkan Vibrio cholerae dan Vibrio sp. lainnya, sekaligus medium diferensial untuk membedakan Vibrio sp.peragi dan bukan peragi sukrosa.

Manitol Salt Agar(MSA) merupakan medium selektif yang mengandung garam 7,5% untuk menghambat bakteri lain tapi dapat menumbuhkan Staphylococcus sp. dan medium diferensial untuk membedakan peragi/bukan peragi manitol.

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan medium standar yang mengandung mycological pepton, gula dekstrosa, agar dan antibiotika sebagai penghambat pertumbuhan bakteri untuk pembiakan jamur.

C.l.b. Agar Miring

Triple Sugar Iron Agar(TSIA) bermanfaat untuk melihat kemampuan bakteri dalam meragi 3 macam gula (laktosa, glukosa, dan sukrosa) dan membentuk H2S.

C.1.c. Medium Transpor

Carry Blair berfungsi sebagai medium transpor bakteri enterik, terutama bila digunakan swab rectum

Page 92: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

92

MIU berfungsi sebagai medium transport, sekaligus pengayaan Helicobacter pylori

C.2. Media Agar Semisolid adalah media yang mengandung 0,5 % agar. Semisolid digunakan untuk melihat gerak bakteri dan dapat juga digunakan untuk melihat reaksi indol. C.3. Media Cair

Air Pepton Alkali merupakan perbenihan persemaian untuk Vibrio sp.

Selenit merupakan perbenihan persemaian untuk bakteri enterik terutama Salmonella sp.

Perbenihan Empedu bermanfaat untuk biakan bakteri enterik terutama untuk Salmonella sp.

Thioglikolat merupakan medium cair untuk tranpor bakteri anaerob.

BacTalert® atau Bactec® berguna untuk kultur darah atau cairan tubuh steril lainnya. Penumbuhan bakteri dideteksi dari kadar CO2 yang terdeteksi oleh monitor Bactec.

Gula Air Pepton berrnanfaat untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat (gula).

D. Identifikasi Mikroorganisme Dua bakteri yang sangat serupa baik morfologi maupun sifat-sifat biakannya dapat menunjukkan perbedaan yang sangat berarti dalam reaksi metabolismenya. Kemampuan metabolik ini digunakan untuk identifikasi maupun klasifikasi bakteri. Identifikasi mikroorganisme sampai pada strain maupun genotipe dapat dilakukan secara lebih akurat menggunakan metode molekular. E. Sifat-sifat biokimia

Peragian karbohidrat (gula) Sejumlah bakteri dapat meragi gula dengan atau tanpa pembentukan gas, dan ada pula yang tidak meragi gula sama sekali.

T e s I n d o l Tes ini menunjukkan kemampuan bakteri untuk mengoksidasi asam amino triptofan menjadi indol. Hasil positif memperlihatkan cincin berwarna merah muda.

Tes Voges-Proskauer (VP) Pembentukan asetilmetilkarbinol (asetoin) sebagai hasil metabolisme glukosa dari bakteri golongan Enterobacteriaceae dapat ditunjukkan dengan tes ini. Lima ml biakan bakteri dalam pepton glukosa fosfat, ditambahkan 3 ml larutan 5% naftol dalam alkohol absolut. Kemudian tambahkan 1 ml KOH 40% dan kocok. Jika VP positif akan terbentuk warna merah setelah 5-15 menit.

Tes Merah Met i l Tes ini menggunakan merah metil sebagai indikator untuk memperlihatkan penurunan pH akibat terbentuknya asam pada peragian gula. Tes ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tes merah metil pada biakan bakteri berumur 1-2 hari dalam kaldu glukosa fosfat. Warna merah akan terlihat jika pH perbenihan di bawah 5.

T e s S i t r a t Beberapa jenis bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan akan menghasilkan suasana basa. Keadaan ini akan menyebabkan indikator biru brom timol dalam perbenihan sitrat berwarna biru.

Tes TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Page 93: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

93

Tes ini digunakan untuk melihat kemampuan bakteri meragi gula dan membentuk H2S. Medium ini mengandung laktosa, glukosa dan sukrosa. Peragian gula terjadi secara aerobik pada lereng/slant dan anaerobik pada tusukan/butt. Pola peragian gula yang terlihat pada medium TS1A setelah inkubasi 18 — 24 jam terdiri dari:

- Hanya meragi glukosa (basa/asam) Lereng bersifat basa (merah) sedangkan tusukan bersifat asam (kuning). Suasana pada lereng menunjukkan glukosa telah habis dipakai dan bakteri mulai menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk pertumbuhannya. Pepton akan terurai dan menghasilkan NH3 yang dengan indikator merah fenol akan menunjukkan pH basa. Pada tusukan juga terjadi penguraian glukosa. Namun kadaryang rendah (anaerobik) menyebabkan suasana asam dapat tetap dipertahankan.

- Meragi glukosa dan laktosa (asam/asam) Konsentrasi laktosa dalam medium TSIA 10 kali lebih besar dibandingkan glukosa (1% : 0,1%). Dengan demikian setelah inkubasi 18-24 jam, laktosa akan tetap terdapat dalam konsentrasi yang cukup sehingga suasana asam dapat dipertahankan.

- Tidak meragi glukosa atau laktosa (basa/basa); (basa/tidak ada perubahan) Beberapa bakteri tertentu tidak mampu meragi glukosa atau laktosa, bakteri-bakteri tersebut menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk pertumbuhannya. Dua reaksi penguraian pepton yang dapat terjadi adalah: o secara aerobik dan anaerobik (basa/basa) o hanya secara aerobik (basa/tidak ada perubahan)

Tes Urease Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan memecah urea dan membentuk amonia dengan bantuan enzim urease. Dengan indikator merah fenol. suasana basa yang ditimbulkan oleh amonia akan menghasilkan warna merah jambu.

Set tes biokimiawi API Tes biokimiawi API® terdiri dari berbagai tes yang sangat lengkap untuk identifikasi spesies bakteri dan khamir.

F. Reaksi Serologi Reaksi serologi digunakan sebagai penunjang diagnosis. Sebagai pendukung diagnosis demam tifoid dapat digunakan berbagai reaksi serologi antara lain tes Widal, tes Typhi dot dan tes Tubex®. Tes Widal paling banyak digunakan, namun tes ini sering memberikan hasil positif palsu, karena Indonesia merupakan salah satu negara endemis demam tifoid di Asia Tenggara. Interpretasi hasil tes Widal sebaiknya dikaitkan dengan gejala klinis, dan dilakukan pada akhir minggu pertama demam. Pemeriksaan tes Widal sangat dianjurkan dilakukan dua kali untuk melihat kenaikan titer antibodi pada tubuh penderita yang menunjukkan adanya infeksi akut. Uji serologi yang dipergunakan untuk penunjang diagnostik demam tifoid antara lain tes widal, Typhi dot, Tubex.

Tes Widal (slide dan tabung): adalah reaksi imunoaglutinasi antara serum penderita yang didugamenderita demam tifoid dengan antigen 0 (somatik) dan antigen H (flagel) bakteri penyebab demam tifoid. Sampai saat ini Salmonella Typhi,

Page 94: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

94

Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B dan Salmonella Paratyphi C merupakan penyebab demam tifoid yang sering dijumpai. Tes Widal dianjurkan untuk dilakukan 2 kali berjarak 10-14 hari. Kenaikan titer 4 kali atau lebih menunjukkan adanya infeksi Samonella. Nilai cut off Widal bervariasi tergantung daerah endemik atau bukan.

Tes Typhi dot: reaksi Typhi dot dikembangkan setelah ditemukannya antibodi spesifik terhadap protein membran luar bakteri Salmonella Typhi. Pada tes ini dapat diketahui titer IgG dan IgM di dalam serum penderita. Titer IgM yang tinggi menunjukan adanya infeksi demam tifoid akut.

Tubex: ditujukan untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM pada infeksi yang disebabkan oleh Salmonella Thypi dan Salmonella Paratyphi.

Pemeriksaan rotavirus. Rotavirus sulit ditumbuhkan pada biakan sel. Deteksi rotavirus pada feses dapat dilakukan dengan deteksi antigen virus menggunakan EIA, rapid membran EIA/ imunokromatografi, aglutinasi lateks atau deteksi asam nukleat virus (RT-PCR).

Referensi: StafpengajarDepartemenMikrobiologi FKUI. PenuntunPraktikumMikrobiologiKedokteran. BadanPenerbit FKUI, Jakarta, 2012

Page 95: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

95

Page 96: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

96

JADWAL KULIAH BLOK GASTRO TAHUN 2015

Hari

Jam

Kelas A Kelas B

Tanggal Materi Sub Pokok Bahasan

Pemberi materi

Materi Sub Pokok Bahasan

Pemberi materi

Minggu I

Senin 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 9/7/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Kuliah pengantar blok

Deskripsi blok, syarat, penilaian, konten dan kontrak belajar

dr. Robitah asfur,M.Biomed

kuliah pengantar KBK

deskripsi tujuan blok, evaluasi, PHBS dan MDG's

dr. Elman Boy,M. Kes

11.00-12.00

kuliah pengantar KBK

deskripsi tujuan blok, evaluasi, PHBS dan MDG's

dr. Yulia Aprina

kuliah pengantar blok

Deskripsi blok, syarat, penilaian, konten dan kontrak belajar

dr. Elman Boy,M. Kes

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD A1

Instruktur KKD

Kuliah anatomi 1

sistem saluran cerna dari mulut hingga anus

dr. Hendra sutisna, M.Biomed

14.30-15.30

Kuliah histologi 1

histologi : Rongga mulut, oesofagus, usus halus, usus besar, rektum dan anus

dr. Des Suryani, M. Biomed

15.30-16.00

ISHOMA

Page 97: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

97

16.00-17.00

Kuliah anatomi 1

sistem saluran cerna dari mulut hingga anus

dr. Hendra sutisna, M.Biomed

KKD Kelompok B1

Instruktur

KKD

17.00-18.00

Kuliah histologi 1

histologi : Rongga mulut, oesofagus, usus halus, usus besar, rektum dan anus

dr. Des Suryani, M. Biomed

Selasa 08.00-09.00

kuliah IPD

refluks esofagus, lesi korosif esofagus, akalasia, varises esophagus

DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD

Kuliah Histologi 2

histologi : hati, empedu dan pankreas

dr. Des Suryani, M. Biomed

9/8/2015 09.00-10.00

Kuliah Histologi 2

histologi : hati, empedu dan pancreas

dr. Des Suryani, M. Biomed

Kuliah anatomi 2

peredaran darah dan persyarafan saluran cerna

dr. Hendra sutisna, M.Biomed

10.00-11.00

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA

Kuliah fisiologi 1

lambung : pengaturan sekresi, motilitas dan pengosongan lambung

dr. Robitah asfur,M.Biomed

11.00-12.00

Pangkreas : pengaturan sekresi pankreas

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD A2 Instruktur KKD

Kuliah biokimia 1

enzim dalam

dr. Meizli Andina, M.

Page 98: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

98

penyerapan dan pencernaan makanan

Biomed

14.30-15.30

IPD

refluks esofagus, lesi korosif esofagus, akalasia,varises esofagus

DR.Dr. Sahrul Rahman, Sp. PD

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah fisiologi 1

Lambung : pengaturan sekresi, motilitas dan pengosongan lambung

dr. Robitah asfur,M.Biomed

KKD B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Pangkreas : pengaturan sekresi pancreas

Rabu 08.00-09.00

Kuliah biokimia 1

enzim dalam penyerapan dan pencernaan makanan

dr. Meizli Andina, M. Biomed

KKD B1

instruktur KKD

9/9/2015 09.00-10.00

Kuliah Anatomi 2

peredaran darah dan persyarafan saluran cerna

dr. Hendra Sutysna, M. Biomed

10.00-11.00

KKD A2

Instruktur KKD

Kuliah Gigi Mulut

Kandidiasis oral, ulkus

mulut, aphtosa, herpes,

drg. Hasbina Wildani

11.00-12.00

Page 99: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

99

glositis, karies gigi,

angina ludwig

dan parotitis

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Kuliah Fisiologi 2

Hepar : proses sintesis protein plasma,

pengaturan sekresi empedu.

Usus halus :

motilitas/peristalsis,

sekresi dan

absobsi. Kolon:

motilitas, sekresi,

absorbsi, bakteri

dan proses

defekasi

dr. Robitah asfur,M.Biomed

Kuliah mikrobiologi

mikroorganisme pada pencernaan

dr. Tegar M.Biomed

14.30-15.30

Kuliah IPD

dispepsia, gastritis, tukak gaster dan duodenum

DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah Gigi Mulut

Kandidiasis oral, ulkus

mulut, aphtosa, herpes, glositis,

karies gigi, angina ludwig

dan parotitis

drg. Hasbina Wildani

KKD B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Kamis 08.00- SGD Tutor SGD Tutor

Page 100: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

100

09.00

9/10/2015 09.00-10.00

10.00-11.00

Kuliah biokimia 2

porfirin dan pigmen empedu

dr. Meizli Andina, M. Biomed

Praktikum Anatomi B3/Histologi 1 B1/Biokimia B2

Dept. anatomi/histologi/ biokimia

11.00-12.00

Kuliah Kedokteran Islam

Makanan halal VS makanan haram

Div. Kedokteran Islam

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Kuliah mikrobiologi

mikroorganisme pada pencernaan

dr. Tegar M.Biomed

Kuliah Kedokteran Islam

Makanan halal VS makanan haram

Div. Kedokteran Islam

14.30-15.30

Kuliah IPD

dispepsia, gastritis, tukak gaster dan duodenum

DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD

Kuliah biokimia 2

porfirin dan pigmen empedu

dr. Meizli Andina, M. Biomed

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

KKD A1

Instruktur KKD

Praktikum Anatomi B1/Histologi 1B2/Biokimia B3

Dept. Anatomi/histologi/Biokimia

17.00-18.00

Jumat 08.00-09.00

Praktikum Anatomi A1/Histologi 1A2/Biokimia A3

AIK

Maulana, MA

9/11/2015 09.00-10.00

10.00-11.00

Kuliah Bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

Kuliah bioetika

dr.Yety Machrina, M.Kes

11.00-12.00

Kuliah bioetika

dr.Yety Machrina, M.Kes

Kuliah Bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

12.00-13.30

ISHOMA

Page 101: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

101

13.30-14.30

Praktikum Anatomi A2/Histologi 1A3/Biokimia A1

Diskusi Panel

Ekspert

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Diskusi Panel

Ekspert

Praktikum Anatomi B2/Histologi1 B3/Biokimia B1

17.00-18.00

Minggu II

Senin 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 9/14/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Praktikum anatomi A3/Histologi 1 A1/Biokimia A2

Dept. Anatomi/histologi/Biokimia

Kuliah Fisiologi

Hepar : proses sintesis protein plasma,

pengaturan sekresi empedu.

dr. Robitah asfur,M.Biomed

11.00-12.00

Usus halus : motilitas/peristalsis, sekresi dan absobsi. Kolon: motilitas, sekresi, absorbsi, bakteri dan proses defekasi

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD A1 Instruktur KKD

Kuliah IPD perdarahan saluran

DR. Dr. Sahrul

Page 102: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

102

cerna bagian atas

Rahman , Sp.PD

14.30-15.30

perdarahan saluran cerna bagian bawah

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah IPD

perdarahan saluran cerna bagian atas

DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD

KKD B1

Instruktur KKD

17.00-18.00

perdarahan saluran cerna bagian bawah

Selasa 08.00-09.00

Kuliah Farmako 1

Obat Peptik ulcer : antasida, antisekresi lambung, agen pelindung mukosa

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

Kuliah IPD Gastroenteritis

DR. dr. Sahrul Rahman, Sp.PD

9/15/2015 09.00-10.00

Kuliah IPD Gastroenteritis

DR. dr. Sahrul Rahman, Sp.PD

Kul Farmako 1

Obat Peptik ulcer : antasida, antisekresi lambung, agen pelindung mukosa

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

10.00-11.00

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA

Kuliah Patologi anatomi 1

patogenesis gambaran mikroskopis esofagus, lambung, usus,

dr. Humairah Sp,PA

Page 103: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

103

apendiks dan kelenjar ludah

11.00-12.00

Kuliah gizi

Kiliah

Gastroeso

pha-geal

reflux

disease

(GERD)

Dept. Gizi

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD A2

Instruktur KKD

Belajar Mandiri

14.30-15.30

15.30-16.00

16.00-17.00

Kuliah

gizi

Kiliah

Gastroeso

pha-geal

reflux

disease

(GERD)

Dept. Gizi

KKD B2

instruktur KKD

17.00-18.00

Kuliah Patologi anatomi 1

patogenesis gambaran mikroskopis esofagus, lambung, usus, apendiks dan kelenjar ludah

dr. Humairah Sp,PA

Rabu 08.00-09.00

Kuliah IPD

malabsorbsi dan aintoleransi

DR. Dr. Sahrul Rahman, Sp.PD KKD B1

instruktur

KKD

9/16/2015 09.00-10.00

Kuliah IKA 1

diare akut dan GE pada anak

Dept. Ilmu Kesehatan Anak

10.00-11.00

KKD A2

instruktur KKD

Kuliah IPD malabsorbsi dan aintoleran

DR. Dr. Sahrul Rahman,

Page 104: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

104

si Sp.PD

11.00-12.00

Kuliah IKA 1

diare akut dan GE pada anak

Dept. Ilmu Kesehatan Anak

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Ujian Prak Anatomi

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Belajar Mandiri

KKD B2 instruktur KKD

17.00-18.00

Kamis 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 9/17/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

kuliah IPD Diare akut dan kronis

Dept. Radiologi

Kuliah PA 2

Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan hepar

dr. Humairah Sp,PA

11.00-12.00

Kuliah PA 2

Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan hepar

dr. Humairah Sp,PA

Kuliah IPD Diare Akut dan Kronis

DR. Dr. Sahrul rahman, Sp. PD

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Praktikum histologi 2 A1 /Mikrobiologi A2/Patologi anatomi A3

Kuliah IKA 2

alergi makanan

Dept. Ilmu Kesehatan Anak

14.30-15.30

Kuliah Bioetik

etika kedokteran

dr. Yeti Machrina, M. Kes

15.30-16.00

ISHOMA

Page 105: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

105

16.00-17.00

KKD A1

Instruktur KKD

Prak His 2 B1/Mikrobiologi B2/Patologi anatomi B3

dept. Histologi/mikrobiologi/PA

17.00-18.00

Jumat 08.00-09.00

Kuliah IPD keracunan makanan, botulisma

DR. Dr. Sahrul Rahman, Sp.PD

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA

9/18/2015 09.00-10.00

Kuliah IKA 2

alergi makanan

Dept. Ilmu Kesehatan Anak

10.00-11.00

Kuliah bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

Kuliah Parasit 1

protozoa usus

dr. Nurfadli, MKT

11.00-12.00

Kuliah bioetika

Kuliah bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Diskusi Panel

Kuliah Farmakologi 2

antiemetik: antihistamin H1, antagonis dopamin, antagonis 5-HT3

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

14.30-15.30

Kuliah IPD keracunan makanan, botulisma

DR. Dr. Sahrul Rahman, Sp.PD

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah Parasit 1

protozoa usus

dr. Nurfadli, MKT

Diskusi Panel

17.00-18.00

Kuliah Farmakologi 2

antiemetik: antihistamin H1, antagonis dopamin, antagonis 5-HT3

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

Page 106: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

106

Minggu III

Senin 08.00-09.00

Kuliah IPD Hepatitis A, B dan C

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

Kuliah Patologi Klinik

diagnosa Lab peny. Hepatitis, gangguan hati dan pankreatitis serta karsionoma pankreas

dr. Siti Hajar, Sp.PK

9/21/2015 09.00-10.00

Kuliah Patologi Klinik

diagnosa Lab peny. Hepatitis, gangguan hati dan pankreatitis serta karsionoma pankreas

dr. Siti Hajar, Sp.PK

Kuliah IPD Hepatitis A, B dan C

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

10.00-11.00

Praktikum Histo2 A2/Mikrobiologi A3/PA A1

dept. Histologi/Mikrobiologi

Kuliah farmakologi 3

antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

11.00-12.00

Kuliah parasitologi 2

intestinal flukes : giardiasis dan balantidiasis

dr. Nurfadli, MKT

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD BM A1

Instruktur KKD

Praktikum Histo2 B2/Mikrobiologi B3/PA B1

14.30-15.30

15.30- ISHOMA

Page 107: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

107

16.00

16.00-17.00

Praktikum Histo2 A3/Mikrobiologi A1/PA A2

KKD BM B1

Instruktur KKD

17.00-18.00

Selasa 08.00-09.00

Kuliah farmakologi 3

antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

Kuliah IPD

Perlemakan hati, sirosis

hepatis, hepatoma

, gagal hepar

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

9/22/2015 09.00-10.00

Kuliah parasitologi 2

intestinal flukes : giardiasis dan balantidiasis

dr. Nurfadli, MKT

10.00-11.00 Al Islam

Kemuhammadiyah

Maulana, MA

Praktikum Histo2 B3/Mikrobiologi B1/PA B2

Dept. Histologi/Mikrobiologi

11.00-12.00

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30 KKD BM

A2

Instruktur KKD

Kuliah farmakologi 3

antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

14.30-15.30

Kuliah IKA 3

Konstripasi

Dept. IKA

15.30-16.00

ISHOMA

Page 108: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

108

16.00-17.00

Kuliah IPD

Perlemakan hati, sirosis

hepatis, hepatoma

, gagal hepar

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

KKD BM B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Rabu-Kamis

LIBUR IDUL ADHA 1436 H

Jumat 08.00-09.00

Kuliah farmakologi 3

antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses

dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA

9/25/2015 09.00-10.00

Kuliah IKA 3

Konstripasi

Dept. IKA

10.00-11.00

Kuliah bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

Kuliah bioetika

dr. Yety Machrina, M.Kes

11.00-12.00

Kuliah bioetika

dr. Yety Machrina, M.Kes

Kuliah bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Ujian Praktikum Histologi

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Ujian Praktikum Patologi Anatomi

17.00-18.00

Page 109: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

109

Minggu IV

Senin 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 9/28/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Ujian Praktikum Biokimia

11.00-12.00

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD LO1 A1

Instruktur KKD

Praktikum PK

B1/Farmako

B2/Parasitologi B3

dept. PK/Farmak

ologi/ parasitolog

i

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah IPD

kolesistitis, kole

(doko) litiasis,

pankreatitis dan

karsinoma pankreas

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

KKD LO1 B1

Instruktur KKD

17.00-18.00

Selasa 08.00-09.00 Praktiku

m PK A1/Farma

ko A2/Parasitologi A3

dept. PK/Farmakologi/Paras

itologi

Kuliah IPD

kolesistitis, kole

(doko) litiasis,

pankreatitis dan

karsinoma pankreas

DR. Dr. Sahrul Sp,PD 9/29/2015

09.00-10.00

10.00-11.00 Al Islam

Kemuhammadiyah

Maulana, MA

Praktikum PK

B2/Farmako

B3/Parasitologi B1

dept. PK/ Farmakologi/Parasitol

ogi

11.00-12.00

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD LO 1 A2

Instruktur KKD

Praktikum PK

dept. PK/

Farmakolo

Page 110: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

110

14.30-15.30

B3/Farmako

B1/Parasitologi B2

gi/Parasitologi

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Praktikum PK

A2/Farmako

A3/Parasitologi A1

dept. PK/Farmakologi/Paras

itologi

KKD LO 1 B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Rabu 08.00-09.00

Kul IPD

Irritable bowel

syndrome, diverkuliti

s, divertikul

osis, kolitis, kolitis

ulseratif, penyakit Chorn,

polip/adenoma,

karsinoma kolon

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

KKD LO 1 BM B1

Instruktur KKD

9/30/2015 09.00-10.00

10.00-11.00

KKD LO 1 BM A2

Instruktur KKD

Kul IPD

Irritable bowel

syndrome, diverkuliti

s, divertikul

osis, kolitis, kolitis

ulseratif, penyakit Chorn,

polip/adenoma,

karsinoma kolon

DR. Dr. Sahrul Sp,PD

11.00-12.00

12.00-13.30

ISHOMA

Page 111: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

111

13.30-14.30

Praktikum PK

A3/Farmako

A1/Parasitologi A2

dept. PK/Farmako/Parasitolog

i

Kuliah IKM 1

Pencegahan diare

dr. Elman Boy, M. Kes

14.30-15.30

Kuliah Ilmu Bedah 1

apendisitis akut dan abses apendisitis

dr. Asrul, Sp.B

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah Ilmu Bedah 1

apendisitis akut dan abses apendisitis

dr. Asrul, Sp.B KKD BM LO

1 B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Kuliah IKM 1

Pencegahan diare

dr. Elman Boy, M. Kes

Kamis 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 10/1/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

MINITES

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Kuliah forensic

toksikologi forensik

Dept. Forensik

Kuliah IKM 2

Pencegahan STH

dr. Elman Boy, M. Kes

14.30-15.30

Kuliah IKM 2

Pencegahan STH

dr. Elman Boy, M. Kes

Kuliah forensic

toksikologi forensik

Dept. Forensik

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

KKD LO1 BM A1

Instruktur KKD

Kuliah bioetika

17.00-18.00

Kuliah DKI

Thaharah pada kasus bedah

DKI

Jumat 08.00-09.00

Kuliah bioetika

Al Islam Kemuham

Maulana, MA

Page 112: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

112

10/2/2015 09.00-10.00

Kuliah DKI

Thaharah pada kasus bedah

DKI

madiyah

10.00-11.00

Kuliah bahasa inggris

DR. Bambang Panca

Belajar Mandiri

11.00-12.00

Kuliah radiologi

gambaran radiologi sistem gastroenterohepatologi

Departemen Radiologi

Kuliah bahasa inggris

DR. Bambang Panca

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Diskusi Panel

Expert Kuliah Ilmu

Bedah 2

Hemoroid, prolaps rektum

dan anus, proktitis

dan fisura (anus)

dr. Asrul, Sp.B

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah Ilmu

Bedah 2

Hemoroid,

prolaps rektum

dan anus, proktitis

dan fisura (anus)

dr. Asrul, Sp.B

Diskusi Panel

Expert

17.00-18.00

Minggu V

Senin 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 10/5/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Kuliah Ilmu

Bedah 3

perforasi usus,

malrotasi traktus

gastrointestinal

dr. Asrul, Sp.B

Kuliah Radiologi

gambaran radiologi sistem gastroenterohepatologi

Departemen Radiologi

Page 113: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

113

11.00-12.00

dan peritoniti

s

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD LO2 A1

Instruktur KKD

Kuliah Ilmu Bedah 3

perforasi usus,

malrotasi traktus

gastrointestinal dan peritonitis

dr. Asrul, Sp.B

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Kuliah Parasitolo

gi 3

KKD LO2 B1

Instruktur KKD

17.00-18.00

Selasa 08.00-09.00

Kuliah Ilmu

Bedah 4

Hernia : femoralis

, inguinalis

, skrotalis. Strangula

ta, inkarsera

ta, reponibili

s, ireponibil

is, diafragm

a, umbilikus

dr. Asrul, Sp.B

Kuliah parasitologi 3

10/6/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA

Kuliah Ilmu Bedah 4

Hernia : femoralis, inguinalis, skrotalis.

Strangulata,

inkarserata,

reponibilis,

ireponibili

dr. Asrul, Sp.B

11.00-12.00

Page 114: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

114

s, diafragma

, umbilikus

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30 KKD LO2

A2

Instruktur KKD

Belajar Mandiri

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 Belajar

mandiri

KKD LO2 B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Rabu 08.00-09.00 Belajar

Mandiri

KKD LO2 BM B1

Instruktur KKD

10/7/2015 09.00-10.00

10.00-11.00

Evaluasi KKD LO2 A2

Instruktur KKD

Belajar Mandiri

11.00-12.00

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Ujian Praktikum Patologi Klinik

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 Belajar

Mandiri

KKD LO2 BM B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Kamis 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 10/8/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Ujian Praktikum Farmakologi

11.00-12.00

Page 115: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

115

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

Ujian Praktikum Parasitologi

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 KKD

LO2BMA1

Instruktur KKD

Belajar Mandiri

17.00-18.00

Jumat 08.00-09.00 Diskusi

Panel

ekspert

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA

10/9/2015 09.00-10.00

10.00-11.00

Kuliah bahasa inggris

DR. Bambang Panca

Kuliah bioetika

dr. Yety Machrina, M.Kes

11.00-12.00

Kuliah bioetika

dr. Yety Machrina, M.Kes

Kuliah bahasa inggris

DR. Bambang Panca

12.00-13.30

ISOMA

13.30-14.30 Belajar

Mandiri

Diskusi Penel

ekspert

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00

Ujian Praktikum Mikrobiologi

17.00-18.00

Minggu VI

Senin 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 10/12/2015

09.00-10.00

10.00-11.00 Kuliah

Ilmu Bedah 5

Kelainan gastroenterohepatologi pada

dr. Asrul, Sp.B

Belajar Mandiri

11.00-12.00

Page 116: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

116

anak : invaginasi/intusepsi, hirschprung disease, malformasi rektal/atresia ani

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30

KKD LO3 A1

Instruktur KKD

Kuliah Ilmu Bedah 5

Kelainan gastroenterohepatologi pada anak : invaginasi/intusepsi, hirschprung disease, malformasi rektal/atresia ani

dr. Asrul, Sp.B

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 Belajar

Mandiri

KKD LO3 B1

Instruktur KKD

17.00-18.00

Selasa 08.00-09.00 BelajarM

andiri

Belajar mandiri

10/13/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana MA

Belajar mandiri

11.00-12.00

12.00-13.30

ISOMA

13.30-14.30

KKD LO3 A2

Instruktur KKD

Belajar mandiri

14.30-

Page 117: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

117

15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 BelajarM

andiri

KKD LO3B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Rabu LIBUR 1 MUHARRAM 1437 H

Kamis 08.00-09.00

SGD

Tutor SGD

Tutor 10/15/2015

09.00-10.00

10.00-11.00 Belajar

Mandiri

Belajar Mandiri

11.00-12.00

12.00-13.30

ISOMA

13.30-14.30 Belajar

Mandiri

Belajar Mandiri

14.30-15.30

15.30-16.00

ISO

16.00-17.00

Belajar Mandiri

17.00-18.00

Jumat 08.00-09.00

Al Islam Kemuhammadiyah

Maulana, MA 10/16/201

5 09.00-10.00

Kuliah Bioetik kedokteran

dr.Yetty Machrinna, M.Kes

10.00-11.00

Kuliah Bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

Kul Bioetik kedokteran

dr.Yetty Machrinna, M.Kes

11.00-12.00

Belajar Mandiri

Kuliah Bahasa Inggris

DR. Bambang Panca

12.00-13.30

ISOMA

13.30- Diskusi ekspert

Page 118: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

118

14.30 Panel

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 Belajar

Mandiri

Diskusi Panel

ekspert

17.00-18.00

Minggu VII

Senin 08.00-09.00

Evaluasi KKD LO 3 A1

Instruktur KKD

Diskusi Bioetik

10/19/2015

09.00-10.00

10.00-11.00

Evaluasi KKD LO3 A2

Instruktur KKD

Belajar Mandiri

11.00-12.00

12.00-13.30

ISHOMA

13.30-14.30 Belajar

Mandiri

Evaluasi KKD LO3 B1

Instruktur KKD

14.30-15.30

15.30-16.00

ISHOMA

16.00-17.00 Diskusi

Bioetik

Evaluasi KKD LO3 B2

Instruktur KKD

17.00-18.00

Selasa 08.00-16.00

10/20/2015

Rabu 08.00-09.00

UJIAN BLOK 10/21/2015

09.00-10.00

16.00-18.00

Kamis

10/22/201

Page 119: Blok Gastroenterohepatologi 2013 Fix (1)

119

5

Jumat Batas Akhir Pengumpulan Nilai KBK

10/23/2015