Sken C Blok 19 fix

62
SKENARIO C BLOK 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok kesembilan belas pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C mengenai Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG karena belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan. Riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan, ”mum” untuk minum. Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup bulan dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya tidak kuat mengedan. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8. Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi. TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 1

description

Sken C Blok 19 2012 fix

Transcript of Sken C Blok 19 fix

Page 1: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok kesembilan belas pada

semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C mengenai

Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG karena

belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan. Riwayat makan

dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa mengucapkan 3

sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan, ”mum” untuk

minum.

Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup

bulan dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya

tidak kuat mengedan. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan

baru menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8.

Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi. Selama hamil

ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode

analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 1

Page 2: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Legiran, M. Kes

Moderator : Muhammad Merlinandoe

Sekretaris Meja : Dimas Ismail

Sekretaris Papan : Arti Dewinta Putrie

Waktu : Senin, 22 Juni 2015

Pukul 13.00 - 14.30 WIB.

Rabu, 24 Juni 2015

Pukul 12.30 - 14.30 WIB.

Rule tutorial : 1. Alat komunikasi di non-aktifkan

2. Semua anggota harus mengeluarkan pendapat

3. Berbicara yang sopan dan penuh tata krama

4. Tidak boleh makan dan minum selama tutorial.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 2

Page 3: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

2.2 SKENARIO

Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG

karena belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan. Riwayat

makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa

mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan,

”mum” untuk minum.

Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup bulan

dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya tidak

kuat mengedan. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru

menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8.

Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi. Selama hamil

ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali.

Pemeriksaan fisik :

Berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 48 cm.

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau

melihat karena takut. Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa.

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro dan

refleks menggenggam sudah hilang. Kekuatan lengan 5 dan kekuatan

tungkai 3, lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk, refleks

tendon meningkat, refleks Babinsky (+). Saat ditegakkan Johan susah

menapak, ujung jari kaki menjinjit, namun Johan dapat langsung duduk

kembali. Refleks Stepping gait (-) dan kedua kaki terlihat lebih kecil dari

anak seusianya.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 3

Page 4: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

2.3 KLARIFIKASI ISTILAH

1. Poli

Tumbuh

Kembang

: Poli multidisiplin yang memantau dan menangani

masalah pertumbuhan dan perkembangan anak sejak

lahir sampai berusia 18 tahun.

2. Ekstrasi

vakum

: Adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan

dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di

kepalanya

3. Refleks

Moro

: Merupakan refleks normal pada bayi dimana terjadi

fleksi paha dan lutut bayi, jari-jari tangan menyebar

kemudian mengepal, kedua lengan mulanya

bergerak keluar kemudian bersama-sama seperti

hendak memeluk

4. Refleks

Babinsky

: Dorsofleksi ibu jari kaki pada perangsangan telapak

kaki, merupakan refleks normal pada bayi.

5. Refleks

tendon

: Meningkatnya kontraksi involunter sebuah otot

setelah peregangan singkat yang dihasilkan oleh

pengetukan pada tendon, meliputi refleks biseps,

refleks triseps, dan refleks kuadriseps

6.

Refleks

Stepping

gait

: refleks melangkah ini akan terlihat saat memegang

bayi pada posisi berdiri dan seolah-olah

menjejakkan kakinya diatas sebuah bidang. bayi

akan mengangkat kakinya secara bergantian seolah-

olah berjalan. refleks ini berkurang setelah 1 minggu

dan menghilang setelah 2 bulan.

7. APGAR

Score

: Penilaian bayi baru lahir meliputi warna kulit,

denyut jantung, tonus otot, pernafasan, respon

refleks

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 4

Page 5: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

2.4 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG karena

belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan.

2. Riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa

mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan,

”mum” untuk minum.

3. Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup bulan

dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya

tidak kuat mengedan.

4. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru menangis

setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8. Setelah lahir

Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi.

5. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali.

6. Pemeriksaan fisik :

Berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 48 cm.

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau

melihat karena takut. Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa.

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro dan

refleks menggenggam sudah hilang. Kekuatan lengan 5 dan kekuatan

tungkai 3, lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk, refleks

tendon meningkat, refleks Babinsky (+). Saat ditegakkan Johan susah

menapak, ujung jari kaki menjinjit, namun Johan dapat langsung duduk

kembali. Refleks Stepping gait (-) dan kedua kaki terlihat lebih kecil dari

anak seusianya.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 5

Page 6: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

2.5 ANALISIS MASALAH

1. Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG

karena belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan.

a. Apa makna keluhan utama (belum bisa berdiri) ?

Jawab :

Terjadi gangguan perkembangan motorik kasar. Seharusnya pada usia 18 bulan

sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kurang lebih 30 detik.

(Sugitha, 2013)

b. Bagaimana perkembangan anak usia 18 bulan ?

Jawab :

Perkembangan kognitif (usia 12-18 bulan)

Dapat menentukan objek yang disembunyikan

Membedakan bentuk dan warna

Memberi respon terhadap instruksi sederhana

Menggunakan trial and error untuk mempelajari tentang objek

Milestone Perkembangan motorik kasar ( 12-18 bulan )

Berdiri sendiri tanpa berpegangan

Membungkuk untuk memungut mainan kemudian berdiri kembali

Berjalan mundur 5 langkah

Milestone perkembangan motorik halus ( 12-18 bulan )

Menumpuk dua buah kubus

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 6

Page 7: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Memasukkan kubus kedalam kotak

Normal Development Child menurut WHO, 1993:

c. Apa penyebab Johan belum bisa berdiri pada usia 18 bulan ?

Jawab :

Telah terjadi keterlambatan perkembangan motorik kasar yang diakibatkan :

a. Kerusakan pada Sistem Saraf Pusat akibat

Cerebral palsy

Perdarahan otak

Trauma kepala yang berat

Kelainan sumsum tulang belakang (spina bifida)

Poliomielitis

Distrofia muskulorum

Penyakit otot

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 7

Page 8: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

b. Kurangnya stimulasi

c. Gangguan struktural

d. Kelainan genetik seperti Sindrom Down

e. Status gizi yang kurang sehingga menyebabkan terhambatnya

perkembangan neuromuskuler

d. Apa makna Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan ?

jawab :

Maknanya terjadi perlambatan perkembangan motorik kasar ( gross

motor) pada Johan karena normalnya tengkurap pada usia 3-6 bulan.

(Soetjiningsih, 2013)

f. Bagaimana perkembangan anak usia 8 bulan ?

jawab :

Milestone perkembangan motorik kasar usia 6-8 bulan adalah :

Usia 3-6 bulan

1. Berbalik dari telungkup ke terlentang

2. Mengangkat kepala setinggi 90o

3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

Usia 6-9 bulan

1. Duduk sendiri (dalam sikap bersila)

2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan

3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 30)

Milestone perkembangan motorik halus usia 6-8 bulan :

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 8

Page 9: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Usia 3-6 bulan

1. Menggenggam pensil

2. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya

3. Memegang tangannya sendiri

Usia 6-9 bulan

1. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya

2. Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda

pada saat yang bersamaan

3. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 33)

Milestone perkembangan bahasa anak usia 6-8 bulan :

Usia 6 bulan

1. Mulai mengenal kata-kata “da da, papa, mama” (bahasa reseptif)

2. Protes vocal, seperti berteriak (bahasa ekspresif)

Usia 7 bulan

1. Bereaksi terhadap kata-kata naik, kemari, da da (bahasa reseptif)

2. Mulai mengeluarkan suara mirip kata-kata kacau (bahasa ekspresif)

Usia 8 bulan

1. Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil (bahasa reseptif)

2. Menirukan rangkaian suara (bahasa ekspresif)

(Soetjiningsih, 2013: 53)

Milestone perkembangan personal-sosial bayi usia 6-8 bulan :

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 9

Page 10: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Usia 3-6 bulan

1. Lebih menyukai ibu

2. Kedekatan (attachment) bayi dan orang tua

3. Tersenyum spontan

4. Suka tertawa keras

5. Dapat menunjukkan rasa tidak senang jika kontak social diputus

6. Menyukai cermin

7. Gembira pada saat melihat makanan

8. Berceloteh

Bayi usia 6-9 bulan

1. Reaksi terhadap suara ibu yang dibuat berbeda

2. Menyukai ibu

3. Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang yang tidak dikenal

4. Dekat pada orang dewasa yang sudah dikenal

5. Menangis bila ayah ibunya pergi

6. Tidur nyenyak rutin mulai umur 6 bulan

7. Bermain tepuk tangan/ciluk-ba

8. Mengambil sesuatu dan dibawa ke mulut

9. Makan kue sendiri

10. Senang bercermin

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 47)

2. Riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan

sudah bisa mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam”

untuk makan, ”mum” untuk minum

a. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 8 bulan ?

Jawab :

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 10

Page 11: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Umur 8 bulan anak sudah mulai melakukan babbling (mengulang

konsonan/kombinasi vokal). Suara yang ditimbulkan bermacam-macam,

mulai dari vokal lalu konsonan dan kombinasi keduanya. Vokal seperti

“a” akan diulang-ulang dalam nada dan kekerasannya yang berbeda.

Kemudian muncul suara konsonan labial “p” dan “b” (guttural), “g”

(dental), dan terakhir nasal “n”

(Soetjiningsih, 2013)

b. Apa penyebab Johan baru bisa mengucapkan 3 sampai 4 kata ?

Jawab :

Masalah pendengaran kongenital didapat

Perkembangan terlambat

Cacat bawaan seperti syndrome down

Rusak area broca

Lingkungan

Ekonomi keluarga

Kelainan neuromuscular (sensoris motoris)

(Soetjiningsih, 2013)

c. Apa makna riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak lain ?

Jawab :

Hal ini menandakan status gizi Johan normal dan untuk menghilangkan

faktor penyebab Cerebral Palsy akibat malnutrisi.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 11

Page 12: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

3. Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup

bulan dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju

karena ibunya tidak kuat mengedan.

a. Apa makna Johan dilahirkan cukup bulan dengan bantuan ekstrasi vakum ?

Riwayat persalinan dilahirkan cukup bulan untuk menyingkirkan faktor

resiko Cerebal Palsy akibat kelahiran preterm

Kelahiran dengan ekstraksi vakum maknanya adalah menandakan

kemungkinan terjadi trauma kepala pada saat persalinan dan kemungkinan

terjadinya hipoksia karena tidak adanya kemajuan peralinan.

b. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan utama ?

Ibu tidak kuat mengedan dan partus lama dilakukan ekstraksi vakum

terjadi trauma kepala pada saat persalinan ditambah bayi lahir tidak

langsung menangisRespiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi

oksigen ke otak menurun hipoksia serebri iskemik serebri

Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri

kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi

dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik))

perlambatan maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik

perkembangan respon postural melambat perlambatan motorik kasar

belum bisa berdiri pada usia 18 bulan. (Soetjiningsih, 2013)

c. Apa saja indikasi melahirkan dengan ekstrasi vakum ?

jawab :

Indikasi melahirkan dengan ekstraksi vakum dibagi menjadi indikasi :

1. Janin : adanya gangguan pada janin yang membutuhkan persalinan

secepatnya.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 12

Page 13: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

2. Ibu :

· Kala II yang memanjang

· Kondisi ibu dengan kontra indikasi untuk mengedan

· Kondisi yang membutuhkan kala II diperpendek

· Ibu kelelahan

· Tidak ada kemajuan dalam kala II / partus macet.

d. Apa saja dampak persalinan tidak maju ?

jawab :

Dampak pada Ibu :

Gelisah, letih

Suhu badan meningkat

Nadi cepat

Pernapasan cepat

Meteorismus

Edema vulva dan serviks

Dampak pada janin :

Denyut jantung cepat dan tidak teratur

Moulage kepala yang hebat

Kematian janin dalam kandungan

Kematian janin intra partal

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 13

Page 14: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

(Mochtar, 2011)

4. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru

menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit:

8. Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi.

a. Apa hubungan saat lahir baru menangis setelah 5 menit dengan keluhan

utama ?

Jawab :

Saat lahir bayi diharuskan menangis karena O2 akan masuk ke paru-paru. Jika

bayi tidak menangis maka O2 tidak bisa masuk ke paru-paru dan ini dapat

menimbulkan hipoksia. Jika hipoksia di otak dapat mengakibatkan gangguan

pada SSP dan akan terjadi gangguan motorik seperti pada kasus tidak bisa

berdiri, serta gangguan bahasa. (Wahidiyat, 2007)

b. Apa makna BBL 2700 gram, setelah lahir baru menangis setelah 5 menit dan

skor APGAR 1 menit : 5, skor APGAR 5 menit : 8 ?

Jawab :

BBL 2700 gram maknanya berat badan normal

Skor APGAR 1 menit : 5, skor APGAR 5 menit : 8 maknanya mengalami

asfiksia ringan

c. Apa saja yang harus diobservasi setelah bayi lahir ?

Jawab :

Dalam melaksanakan stabilisasi pasca resusitasi neonatus terdapat acuan dalam

melakukan pemeriksaan dan stabilisasi, yaitu S.T.A.B.L.E, yang terdiri dari:

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 14

Page 15: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

S - SUGAR

Adalah langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus. Hipoglikemia

adalah keadaan dimana kadar glukosa darah tidak dapat mencukupi kebutuhan

tubuh. Hipoglikemia berhubungan dengan keluaran neurologis yang buruk. Pada

neonatus kadar glukosa darah harus dipertahankan pada kadar 50-110 mg/dl.

T - TEMPERATURE

Hipotermia merupakan kondisi yang dapat dicegah dan sangat mempengaruhi

morbiditas dan mortalitas, khususnya pada bayi prematur. Maka, usaha untuk

mempertahankan suhu normal bayi dan pencegahan hipotermia selama

stabilisasi sangatlah penting.

A - AIRWAY

Sebagian besar masalah neonatus yang ditransfer dari NICU adalah distres

pernafasan. Pada keadaan tertentu, gagal nafas dapat dicegah dengan

memberikan dukungan respiratorik sesuai dengan kebutuhan bayi, misalnya

pemberian oksigen melalui nasal kanul, ventilasi tekanan positif, intubasi

endotrakeal, sampai bantuan ventilator.

Evaluasi kondisi bayi sesering mungkin dan catat hasil observasi. Pada beberapa

keadaan membutuhkan penilaian ulang tiap beberapa menit, sedangkan pada

keadaan yang lebih ringan dapat dinilai ulangtiap 1-3 jam. Hal yang harus

dievaluasi dan dicatat:

Laju nafas

Nilai normal laju nafas neonatus adalah 40-60 kali/menit. Laju nafas >60

kali/menit (takipnea) dapat disebabkan karena berbagai hal, dapat berhubungan

dengan kelainan di saluran respiratorik atau dari tempat lain. Laju nafas <40

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 15

Page 16: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

kali/menit dapat menandakan bahwa bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena

cedera otak (hipoksik iskemik- ensefalopati, edemaotak atau perdarahan

intrakranial), obat-obatan (opioid), atau syok.

Usaha nafas

Selain takipnea, tandadistres pernafasan lain diantaranya:

o Retraksi, dapat dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal,

subkostal.

o Grunting, pernafasan cupinghidung

o Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.

Kebutuhan oksigen

Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres pernafasan ringan

atau sedang, maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan bayi

mengalami distres pernafasan berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif

seperti Continous Positive Airway Pressure (CPAP), atau intubasi endotrakeal.

Saturasi oksigen

Saturasi oksigen harus dipertahankan agar di atas 90 %.

Analisis gas darah

Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat distres

pernafasan yang dialami oleh bayi.

Dalam menentukan derajat distres pernafasan, penting untuk menilai laju

pernafasan, usaha nafas, kebutuhan oksigen, saturasi oksigen, rontgen dada dan

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 16

Page 17: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

analisis gas darah. Berikut merupakan penilaian derajat distres pernafasan

pada neonatus :

Ringan: nafas cepat tanpa membutuhkan oksigen tambahan, tanpa atau

terdapat tanda distres minimal

Sedang: sianotik pada suhu kamar, terdapat tanda distres pernafasan dan

analisis gas darah yang abnormal.

Berat: sianosis sentral, berusaha kuat untuk bernafas, dan analisis gas darah

yang abnormal.

Progresivitas distres pernafasan dari ringan, sedang menjadi berat dapat terjadi

dengan cepat, oleh karena itu pemantauan yang kontinyu dibutuhkan sehingga

penyediaan bantuan nafas dapat segeradiberikan.

B - BLOOD PRESSURE

Nilai normal tekanan nadi pada bayi cukup bulan adalah 25-30 mmHg,

sedangkan pada bayi kurang bulan nilai normalnya adalah 15-25 mmHg.

L - LABORATORY STUDIES

Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonatus yang mengalami kejang

atau usia >24 jam dan dalam keadaan tidak bugar.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:

1. Sebelum transportasi

Pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan sebelum dilakukan transportasi:

Blood count (pemeriksaan darah rutin)

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 17

Page 18: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Blood culture (kultur darah)

Blood glucose (kadar glukosa darah)

Blood gas (analisis gas darah)

2.Setelah transportasi

Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari riwayat, faktor

risiko, dan gejala klinis dari bayi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya

pemeriksaan C- reactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium, kalsium),

fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin, pT, aPTT,

fibrinogen, D-dimer).

E - Emotional support

Keluarga dari bayi yang mengalami krisis biasanya akan mengalami rasa

bersalah, marah, tidak percaya, merasa gagal, tidak berdaya, takut dan

depresi. Orang tua dari bayi akan mengalami beberapa tahapan emosional

dalam menghadapi keadaan bayinya. Dukungan emosi yang diberikan kepada

keluarga dapat diberikan sebelum, pada saat bahkan sesudah bayi ditransfer

ke tempat yang lebih intensif. Setelah bayi dilakukan resusitasi dan akan

ditransfer ke tempat yang lebih intensif, orang tua bayi harus diperbolehkan

untuk melihat dan menyentuh bayi mereka dahulu. Apabila tidak

memungkinkan, maka sebelum dipindahkan, bayi disinggahkan terlebih

dahulu ke kamar ibu untuk mempertemukan mereka secara singkat.

Sebaiknya keluarga diperbolehkan untuk memotret atau merekam bayi. Hal

ini dapat membantu menenangkan ibu yang akan berpisah dengan bayinya.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 18

Page 19: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

5. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali.

a. Apa saja yang diperiksa oleh bidan selama kehamilan ibu Johan ?

jawab :

Selama pemeriksaan ANC, ibu mendapatkan pelayanan 7 T yaitu :

Timbang berat badan

Ukur tekanan darah

Imunisasi Tetanus Toxoid

Periksa tinggi fundus uteri

Pemberian tablet tambah darah

Tes PMS, dan

Temu wicara.

(Depkes RI, 2001)

b. Apa makna selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke

bidan 4 kali ?

jawab :

Hal ini menunjukkan bahwa keluhan yang dialami Johan diakibatkan

bukan karena faktor prenatal. Dan untuk makna pemeriksaan ke bidan 4 kali

adalah sudah dilakukan sesuai yang dianjurkan. Kunjungan ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat kali yang dikenal

dengan istilah K1, K2, K3, dan K4. Satu kali pada triwulan pertama

(sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28

minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan

sesudah minggu ke 36)

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 19

Page 20: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

(Depkes RI,2004).

c. Berapa kali ANC dilakukan ?

jawab :

Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan

yaitu :

1 kali pada trimester I

1 kali pada trimester II

2 kali pada trimester III

Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat

kali yang dikenal dengan istilah K1, K2, K3, dan K4. Satu kali pada triwulan

pertama (sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28

minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah

minggu ke 36)

Adapun uraian sebagai berikut :

1) K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I

(sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan minimal satu kali

dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah,

imunisasi Tetanus Toxoid, periksa fundus uteri, pemberian tablet tambah darah, tes

PMS, dan temu wicara. K1 ini mempunyai peranan penting dalam program

kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indicator pemantauan yang dipergunakan

untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam

menggerakkan masyarakat.

2) K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester

II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah

melewati K1

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 20

Page 21: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

3) K3 adalah kunjungan ibu hami yang memeriksakan kehamilannya pada trimester

III (usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7 T setelah

melewati K1 dan K2.

4) K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester

III (usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati

K1,K2 dan K3. (Depeks RI, 2004)

6. Pemeriksaan fisik :

Berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 48 cm.

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau

melihat karena takut. Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa.

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro dan

refleks menggenggam sudah hilang. Kekuatan lengan 5 dan kekuatan

tungkai 3, lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk, refleks

tendon meningkat, refleks Babinsky (+). Saat ditegakkan Johan susah

menapak, ujung jari kaki menjinjit, namun Johan dapat langsung duduk

kembali. Refleks Stepping gait (-) dan kedua kaki terlihat lebih kecil dari

anak seusianya.

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik ?

jawab :

No Deskripsi Pada kasus Nilai normal Interpretasi

1 Berat badan 10 kg 8,6 - 12,4 kg Normal

2 Panjang badan 80 cm 70 - 80,5 cm Normal

3 Lingkar kepala 48 cm 44,2 - 48,5 cm Normal

4 gambaran dismorfik - - Normal

5 Keadaan bayi Anak sadar, kontak Normal

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 21

Page 22: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

mata baik, tidak mau

melihat karena takut.

Menoleh ketika

dipanggil.

6 Gerakan yang tidak

terkontrol

_ _ Normal

7 Posisi tengkurap Sudah bisa tengkurap

berbalik, duduk sendiri

Normal

8 Refleks moro _ Hilang pada usia 4-

5 bulan

Normal

9 Refleks

menggenggam

_ Hilang pada usia5-6

bulan

Normal

10 Kekuatan lengan dan

tungkai

3 dan 5 5 Cukup kuat

untuk

mengatasi

gravitasi

11 Lengan dan tungkai

kaku dan susah

ditekuk

+ - Menandakan

adanya defek

neurologis

(cerebral

palsy)

12 Refleks tendon Meningkat Abnormal

13 Saat ditegakkan oleh

pemeriksa

Susah menapak, ujung

jari kaki menjinjit

Abnormal.

Defek

neurologis

14 Kelainan anatomi

pada kedua tungkai

dan kaki

Kedua kaki telihat

lebih kecil dari anak

seusianya

Abnormal.

Gangguan

perkembangan

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 22

Page 23: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Ber

b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik ?

jawab :

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 23

Page 24: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Tidak ada gambaran dismorfik Menyingkirkan adanya sindrom down

pada syahbudin karena salah satu penyebab gangguan tumbuh kembang

pada bayi adalah sindrom down.

Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau melihat karena takut

menunjukkan bahwa dalam kesadaran penuh, masih bisa merespon dan

sosialisasinya baik sehingga dapat menyingkirkan diagnosis adanya autis,

gangguan penglihatan, gangguan perkembangan sosialisasi dan

kemandirian.

Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa tidak ada

gangguan dari sistem pendengarannya sehingga dipanggil dengan suara

biasa.

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol Normal, hal ini

menyingkirkan diagnosis Sindrom Tourette.

Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro

dan refleks menggenggam sudah hilang Normal

Kekuatan lengan 5 Tidak ada kelumpuhan (normal)

Kekuatan tungkai 3 Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi

Lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk Menandakan

adanya defek neurologis (cerebral palsy)

Mekanisme :

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak

menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive oxygen species,

Reactive nitrogen species, nekrosis serebri kerusakan sel otak

(oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan

jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) perlambatan

maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik

perkembangan respon postural melambat tungkai kaku dan sulit ditekuk

refleks tendon meningkat abnormal, menandakan adanya defek

neurologis (Cerebral Palsy)

Mekanisme :

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 24

Page 25: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak

menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive oxygen species,

Reactive nitrogen species, nekrosis serebri kerusakan sel otak

(oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan

jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) perlambatan

maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik refleks

tendon meningkat

refleks Babinsky (+) Abnormal

Saat ditegakkan Johan susah menapak, ujung jari kaki menjinjit,

namun Johan dapat langsung duduk terjadi gangguan perkembangan

motorik. Semua refleks tersebut merupakan refleks primitif yang seharusnya

sudah hilang pada anak usia 18 bulan.

Mekanisme :

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak

menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive oxygen species,

Reactive nitrogen species, nekrosis serebri kerusakan sel otak

(oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan

jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) perlambatan

maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik

perkembangan respon postural melambat perlambatan perkembangan

motorik refleks primitif (+)

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 25

Page 26: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

c. Bagaimana cara pemeriksaan :

Refleks Moro

Refleks Tendon

Refleks Babinsky

Refleks Stepping Gait

jawab :

Refleks Moro

Bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan

disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-

hati kepala bayi dijatuhkan 30 - 45 derajat (merubah posisi badan anak

secara mendadak)

Refleks moro juga dapat ditimbulkan denngan menimbulkan suara keras

secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara

mendadak.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 26

Page 27: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Refleks moro positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke keempat ekstremitas

dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falang distaljari telunjuk dan ibu

jari yang dalam keadaan fleksi. Gerakan itu segeri diikuti oleh adduksi-

fleksi ke empat ekstremitas.

Refleks moro menghilang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.

Refleks Tendon

A. Reflek bisep

Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan

lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk

sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.

Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku

sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital.

Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.

Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada

tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada

sendi siku.

Respon : fleksi lengan pada sendi siku

B. Reflek trisep

Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik

lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut

kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah

langsung di siku

Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi

pada sendi siku dan sedikit pronasi

Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 27

Page 28: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

C. Reflek brachiradialis

Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus

beristirahat longgar di pangkuan pasien.

Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon

melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10

cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan fleksi pada

sendi siku dan sedikit pronasi.

Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan

tangan

D. Reflek patella

posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring

terlentang

Cara : ketukan pada tendon patella

Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep

femoris

E. Reflek achiles

Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian.

Atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi

diatas kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi

tipe katak.

Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.

Cara : ketukan hammer pada tendon achilles

Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius.

(Faqih Ruhyanudin. 2011)

Refleks Babinsky

Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki

diluruskan.

Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar

kaki tetap pada tempatnya.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 28

Page 29: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke

anterior

Respon: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki

dan pengembangan jari kaki lainnya. (Faqih Ruhyanudin. 2011)

Gambar 1. Pemeriksaan Refleks Babinski

Refleks Stepping Gait

Pegangi bayi di ketiak / di bawah lengannya.

Biarkan jari-jari kakinya menyentuh lantai.

Bayi akan mengangkat kakinya seperti saat melangkah.

Hilang pada usia 3 bulan.

Gambar 2. Pemeriksaan Refleks Stepping Gait

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 29

Page 30: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini ?

Jawab :

1. Anamnesis

a. Riwayat Kehamilan

Status obstetric

Penyakit yang diderita saat hamil (plasenta previa, solution plasenta,

pre-eclampsia, infeksi)

Asupan gizi saat hamil

Pengobatan yang pernah diterima saat hamil

b. Riwayat Perinatal

Spontan / Sectio Caesarea

APGAR score

Riwayat asfiksia

BB lahir

Usia kehamilan

Riwayat trauma, jaundice, kejang

c. Riwayat Posnatal

Trauma

Infeksi

Perdarahan intrakranial

Riwayat koagulopati

d. Riwayat Tumbuh Kembang

Growth Chart

KPSP

Asupan gizi

e. Riwayat keluarga

Terjadi pada anak sebelumnya

Terjadi pada keluarga yang lain

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 30

Page 31: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

2. Pemeriksaan Fisik

a. Growth Chart (TB, BB, LK)

b. KPSP

c. Refleks tendon

d. Refleks primitif menetap

e. Contracture pada persendian

Lengan dalam aduksi, fleksi sendi siku, pergelangan tangan dalam

pronasi, jari-jari dalam fleksi, posisi jari melintang di telapak tangan

Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi sendi paha dan lutut, kaki dalam

fleksi plantar, telapak kaki berputar ke dalam.

f. Gangguan postural

g. Growth delay

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Hormon tiroid

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis

CP ditegakkan.

b. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan suatu proses

degeneratif. Pada CP likuor serebrospinalis normal.

c. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada penderita kejang

atau pada golongan hemiparesis baik yang berkejang maupun yang

tidak.

d. Foto kepala (X-ray) dan CTScan.

e. MRI untuk melihat infark yang terjadi di otak

f. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat

pendidikan yang diperlukan.

g. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi

mental.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 31

Page 32: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

h. Selain pemeriksaan di atas, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan

arteriografi dan pneumoensefalografi

8. Apa saja kemungkinan diagnosis pada kasus ini ?

Jawab :

Tanda Cerebral Palsy

Tipe Spastik

Sindrom Down Pada Kasus

Motorik kasar Terlambat dan

statis

Terlambat /

normal

Usia18 bulan

belum bisa

berdiri

Anak pertama > 62,5% _ +

Usia ibu <30 tahun >35 tahun 30 tahun

Persalinan spontan 87,5% _ +

Usia kehamilan 75%

aterm/preterm

aterm Aterm 37

minggu

Lahir tidak langsung

menangis

+ -/+ +

APGAR score Asfiksia berat -/+ Asfiksia

ringan

BBL BBLR BBLR BB Normal

Pertumbuhan Terganggu

karna gangguan

otot

pencernaan(otot

orofaring),susah

menelan

-/+ terganggu

Gambaran dismorfik _ + _

Gerakan yang tidak _ -/+ _

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 32

Page 33: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

terkontrol

Refleks primitif + -/+ +

Lengan dan tungkai kaku

dan susah untuk ditekuk

+ rigiditas

+ rigiditas

_

_

+

+

9. Apa saja pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan pada kasus ?

Jawab :

1. Elektroensefalogram (EEG)

EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah

satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat.

Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak,

terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan

pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya untuk

kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam. Pada

infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG

perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang

tersembunyi atau adanya bagian otak yang terganggu. (Anonim, 2004)

2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)

Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan

pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan

digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana saraf–saraf

mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan

pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik untuk suatu otot atau sekelompok

otot. Prinsip kerja NCV adalah memberikan stimulus elektrik yang

dihantarkan melalui elektrode, kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan

ditampilkan. Kekuatan dari sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 33

Page 34: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

neurologis dapat menyebabkan NCV melambat atau menjadi lebih lambat

pada salah satu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot.

Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan respon

elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan

gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot

bekerja.

3. Tes Laboratorium

a. Analisis kromosom

Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali

genetik (contohnya Down’s Syndrome) ketika anomali tersebut muncul pada

sistem organ.

b. Tes fungsi tiroid

Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah

yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.

c. Tes kadar ammonia dalam darah

Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia)

bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulang

belakang). Defisiensi beberapa enzim menyebabkan kerusakan asam amino

yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh

kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.

4. Imaging test

Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus,

abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu

dokter memeriksa prognosis jangka panjang seorang anak.

a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 34

Page 35: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk

menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan pada

anak–anak yang lebih tua. MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari white

matter dan korteks motorik lebih jelas daripada metode–metode lainnya.

b. CT scan

Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer,

menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara

terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh. Suatu computed

tomography scan dapat menunjukkan malformasi bawaan, hemorrhage dan

PVL pada bayi.

c. Ultrasound

Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan

ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat

ini seringkali digunakan pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami

pengerasan dan menutup untuk mendeteksi kista dan struktur otak yang

abnormal.

10. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ?

Jawab :

Cerebral Palsy tipe spastik hemiparesis

11. Bagaimana cara mentatalaksana secara komprehensif pada kasus ?

Jawab :

1. Aspek medis

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 35

Page 36: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

a. Aspek medis umum:

1. Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi

penderita ini. Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan

menelan, sukar untuk menyatakan keinginan untuk makan.

Pencatatan rutin perkembangan BB anak perlu dilaksanakan.

Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses

mekanik. Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100

kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2 gr/hari.

2. Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi,

perawatan kesehatan, dan lain-lain.

3. Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada

anak-anak yang tidak sering berpindah-pindah posisi.

(Soetjiningsih, 2013)

b. Terapi dengan obat-obatan

Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk

relaksasi otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam;

bila gejala berupa rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin

(Botox) intramuskuler bisa mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan.

Hal ini akan meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan

deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional

terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.), anti kejang,

athetosis, ataksia, psikotropik, dan lain-lain.

• Baclofen ( golongan skeletal muscle relaxant) cara kerjanya: analog

GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal presinaptik dan

mensupresi neurotransmitter eksitasi.

Dosisnya: 10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60 mg/hari

• Diazepam (golongan Benzodiazepine) untuk memicu relaksasi otot

Dosisnya 0,8-0,12 mg/kg PO

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 36

Page 37: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

• Botox cara kerjanya: memblok asetilkolin di neuromuskular

junction 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil menerima

1-2 U/kg dan otot besar 4-6 U/kg, injeksi (Soetjiningsih, 2013)

c. Terapi melalui pembedahan ortopedi

Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya

tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit

yang terlalu mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak

berhasil. Tujuan dari tindakan bedah adalah untuk stabilitas,

melemahkan otot yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi.

Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang

semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan

pembedahan.

Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan

dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal.

d. Terapi rehabilitasi meliputi:

1. Fisioterapi

a. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, “stretching”,

latihan penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan

duduk, latihan berdiri, latihan pindah, latihan jalan. Contohnya

adalah teknik dari Deaver.

b. “Motor function training” dengan menggunakan system

khusus, yang umumnya dikelompokkan sebagai

“neuromuscular facilitation exercise”. Dimana digunakan

pengetahuan neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks

didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang

dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini berdasarkan

prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan

ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 37

Page 38: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

ini dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola

gerak motorik yang bersangkutan.

2. Okupasional terapi

Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi

penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan

aktivitas “bimanual”. Latihan “bimanual” ini dimaksudkan agar

menghasilkan pola dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.

3. Ortotik

Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban

aksial, stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas.

4. Terapi wicara

Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria,

disfasia, dan bentuk campuran. Bertujuan untuk mengembangkan

anak dapat berbahasa secara pasif dan aktif.

5. Nightsplinting

Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi

selama tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.

6. Pemakaian alat bantu

Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik.

(Soetjiningsih, 2013)

II. Aspek non medis

a. Pendidikan

Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan

mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan

khusus (SLB D).

b. Pekerjaan

Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita

dapat bekerja secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk

membiayai hidupnya. Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 38

Page 39: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak

menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap diperlukan, agar

dapat menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan.

c. Problem social

Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk

membantu menyelesaikannya.

d. Lain-lain

Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas

kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.

(Soetjiningsih, 2013)

12. Apa saja kemungkinan yang terjadi jika tidak ditatalaksana dengan baik ?

Jawab :

a. Gangguan gastrointestinal (misal:muntah, konstipasi, atau obstruksi usus)

b. Abnormalitas pendengaran dan penglihatan

c. Fungsi oral-motor terganggu

d. Massa tulang berkurang signifikan pada dewasa dan anak-anak yang tidak

dirawat

e. Kejang

f. Kontraktur dan spastisitas

g. Inkontinensia urin

h. Retardasi mental

i. Masalah pendengaran

j. Malnutrisi

k. Gagal tumbuh

l. Osteoporosis

m. Dysphagia

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 39

Page 40: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

n. Otot tidak berkembang sesuai dengan perkembangan tulang sehingga terjadi

kontraktur dan kesulitan pergerakan motorik kasar

(Soetjiningsih, 2013)

13. Bagaimana prognosis pada kasus ?

Jawab :

Quo Ad fungsionam : dubia

Quo Ad Vitam : dubia

14. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ?

Jawab :

Tingkat Kemampuan 2 : mendiagnosis dan merujuk

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit

tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien

selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari

rujukan.

15. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ?

Jawab :

Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap

orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya mata,tumpuan harapan serta

kebanggaan keluarga.Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini

dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 40

Page 41: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an

surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :

Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah

sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.”

(QS.al-Anfal ayat 28).

Ayat diatas menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua

adalah anak-anak mereka. Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-

benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah SWT sekaligus

menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang di didik mengikuti

ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil

ketaatan mereka.

2.6 KESIMPULAN

Johan, laki-laki, usia 18 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik

kasar dan gangguan perkembangan bahasa akibat Cerebral Palsy tipe spastik

paraparesis.

2.7 KERANGKA KONSEP

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 41

Ekstraksi Vakum

Trauma kepala pada bayi

Asfiksisa Neonatorum

Hipoksia

Page 42: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Sjarif H dan Meisa P. 2012. Stabilisasi Neonatus Pasca Tindakan Resusitasi

Lahir. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Di unduh dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/STABILISASI-NEONATUS.

pdf pada 23 Juni 2015.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 42

Kerusakan Sistem Saraf Pusat

Area Broca

Gangguan perkembangan bahasa

Bicara 3-4 kata

Cerebral Palsy Tipe Spastik Paraparesis

Gyrus Precentalis (Area Motorik)

Traktus Pyramidalis

Gangguan Motorik

Belum bisa berdiri pada usia 18 bulan

Hilangnya inhibitasi kegiatan otot, kontraksi

otot (spastik)

Refleks Tendon meningkat

Refleks Babinsky (+)

Refleks Stepping Gait (+)

Tungkai sulit ditekuk dan kaku

Page 43: Sken C Blok 19 fix

SKENARIO C BLOK 19

Faqih Ruhyanudin. 2011. Pemeriksaan Neurologis. Staff UMM. Malang. Diunduh dari

URL: http://faqudin.staff.umm.ac.id. Tanggal 22 Juni 2015.

Hendy dan Soetjiningsih. 2013. Palsi Serebral. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde

Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak

Nelson. Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGC

Mochtar, Roestam. Sinopsis Obstetri. 2011. Jakarta :EGC. Hal: 263-264.

Soetjiningsih. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Dalam:

Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC.

Hal: 61-68

Soetjiningsih. 2013. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde Ranuh

(Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013.

Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 53

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Motorik. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde.

2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 30-33

Wahidiyat, Iskandar. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 43