Blok 19

7
Learning Objective (LO) 1. Hubungan riwayat keluarga dengan kasus pada skenario ? 2. Maniestasi klinis dan !anaje!en ineksi !ata ? ". #isiologi pengli$atan ? %. Hubungan pe!akaian lensa kontak dengan kasus skenario ? &. 'iagnosis skenario ? . 'einisi prognosis ? *. +,'- pada kasus skenario ? ./ara !e!buat rujujkan pada penyakit !ata ? 0. Hubungan 'M dengan terjadinya katarak ? serta jenis jenis katarak ? 1 . 3erbedaan glauko!a dan katarak ? 11. 3atoisiologi glauko!a ? 12. 3e!eriksaan penunjang pada !ata ? 4565758895 1. Hu 2. -neksi !ata bisa terjadi pada berbagai lapisan pada !ata. 3enyebabnya pun b ber!aca! !aca! dan biasanya penyebabnya bukan satu aktor saja. 'iantara pen ineksi !ata yang sering terjadi adala$: Infeksi Virus ; biasanya ber$ubungan dengan ineksi saluran napas atas. 4ika disebabkan ineksi virus; gejalanya !ata akan berair; !era$; gatal; bengka disertai rasa !engganjal. Infeksi Bakteri ; u!u!nya disebabkan +tap$ylococcus dan 3neu!occocus. +elain gejala gejala seperti di atas; !ata akan terasa sakit dan ditutupi sekret berwarna kuning ke$ijauan. Mata juga sangat lengket dan sukar dibuka terut bangun tidur pagi. 3enderita juga !erasa seperti kelilipan atau rasa !engg !ata (seperti ada benda !asuk ke dala! !ata). Karena Alergi ; u!u!nya langsung !engenai sepasang !ata; disertai rasa gatal; berair dan terdapat pe!bengkakan kelopak !ata. 3ada beberapa pe!bengkakan ta!pak ga!baran seperti kantong bening berisi cairan. Kontaminasi Zat Kimia. 3e!akaian kos!etik dengan ba$an ki!ia berba$aya bisa !enyebabkan ineksi serius pada !ata. Terjadi Luka Pada Mata. Luka pada !ata yang tidak !endapatkan penanganan secepatnya bisa berke!bang !enjadi ineksi; teruta!a bila penderita tidak kebersi$an !atanya.

Transcript of Blok 19

Learning Objective (LO)1. Hubungan riwayat keluarga dengan kasus pada skenario ?2. Manifestasi klinis dan manajemen infeksi mata ?3. Fisiologi penglihatan ?4. Hubungan pemakaian lensa kontak dengan kasus skenario ?5. Diagnosis skenario ?6. Definisi prognosis ?7. SKDI pada kasus skenario ?8. Cara membuat rujujkan pada penyakit mata ?9. Hubungan DM dengan terjadinya katarak ? serta jenis-jenis katarak ?10. Perbedaan glaukoma dan katarak ?11. Patofisiologi glaukoma ?12. Pemeriksaan penunjang pada mata ?JAWABANNYA1. Hu2. Infeksi mata bisa terjadi pada berbagai lapisan pada mata. Penyebabnya pun bisa bermacam-macam dan biasanya penyebabnya bukan satu faktor saja. Diantara penyebab infeksi mata yang sering terjadi adalah: Infeksi Virus, biasanya berhubungan dengan infeksi saluran napas atas. Jika disebabkan infeksi virus, gejalanya mata akan berair, merah, gatal, bengkak dan disertai rasa mengganjal. Infeksi Bakteri, umumnya disebabkan Staphylococcus dan Pneumoccocus. Selain gejala-gejala seperti di atas, mata akan terasa sakit dan ditutupi sekret atau belek berwarna kuning kehijauan. Mata juga sangat lengket dan sukar dibuka terutama saat bangun tidur pagi. Penderita juga merasa seperti kelilipan atau rasa mengganjal pada mata (seperti ada benda masuk ke dalam mata). Karena Alergi, umumnya langsung mengenai sepasang mata, disertai rasa gatal, mata berair dan terdapat pembengkakan kelopak mata. Pada beberapa pembengkakan dan tampak gambaran seperti kantong bening berisi cairan. Kontaminasi Zat Kimia.Pemakaian kosmetik dengan bahan kimia berbahaya bisa menyebabkan infeksi serius pada mata. Terjadi Luka Pada Mata.Luka pada mata yang tidak mendapatkan penanganan secepatnya bisa berkembang menjadi infeksi, terutama bila penderita tidak menjaga kebersihan matanya.

3. Lapangan penglihatan, ketika kedua mata menatap sebuah objek, gambar difokuskan bersersesuaian dengan bagian tiap retina. Lapangan kiri penglihatan , di sini adalah biru, difokuskan pada sebelah kanan tiap retina; tetapi pesan yang berupa gambar difokuskan pada bagian yang berbeda dari tiap retina relatif ke hidung. Lapangan penglihatan sebelah kiri difokuskan pada retina kiri pada sisi yang paling dekat dengan hidung bagian nasal, tetapi difokuskan pada retina kanan pada sisi terjauh dari hidung bagian temporal.Mengagabungkan lapangan penglihatankedalam penuh dengan arti yang melibatkan proses pindah silang pada optik chiasma.. serabut optik dari bagian nasal dari pindah silang tiap retina dan mengikuti serabut dari bagian tiap retina pada sisi berlawanan. Gabungan serabut dari bidang optik. Begitu bidang optik kiri mengandung impuls gambar dari lapangan penglihatan kanan dan bidang optik kanan mengandung ini dari lapangan penglihatan. Sinaps pada kiri/kanan thalamus, serabut dilanjutkan sebagai radiasi optik ke akhir dari korteks kanan dan kiri lobus occipitalis. Lokasi luka pada bagian penglihatan menentukan hasil cacat penglihatan. Sebagai contoh, destruksi saraf penglihatan menghasilkan kebutaan pada kedua mata. Kehilangan seluruh radiasi optik kanan, contohnya bisa terjadi pada stroke, penglihatan terhalang dari lapangan penglihatan kiri dan vice versa.Pergerakan mata, enam otot berdempet ke sklera mengendalikan pergerakan mata dalam orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV (trochlear) dan VI (abducens).OtotMenghasilkan gerakanSaraf kranial

1.Rektus superior2.Rektus inferior3.Rektus medialis4.Rektus lateralis5.Oblique superior6.Oblique inferiorKe atasKe bawahKe dalam arah hidungJauh dari hidungKe bawah dan masukKe atas dan keluarOkulomotor (III)Okulomotor (III)Okulomotor (III)Abducens (VI)Trochlear(IV)Okulomotor (III)

Gangguan pergerakan mata dapat mnyebabkan gambar gagal difokuskan pada bagian bersesuaian dari retina, ini menghasilkan penglihatan ganda (diplopia). Atau sama dalam kasus paralysis satu mata tidak dapat menetapkan semua object, dihasilkan dalam monocular, dari pada binocular, penglihatan.Ketika cahaya bersinar pada satu mata, kedua pupil berkontriksi , konstriksi ini adalah refleks cahaya pupil. optik atau saraf kranial II terdiri dari 80% visual dan serabut pupil afferent. Cahaya impuls ke dalam mata menyebabkan retina menyebarkan impuls ke saraf optik, bidang optik, otak tengah, dan korteks visual dari lobus occipitalis. Ini adalah ototafferent dari refleks cahaya. Di otak tengah, serabut pupil menyebarkandan disebarkan dengan serabut silang ke depan nucleusEdinger whestpaldari okulomotor, atau saraf kranial III. Beberapa serabut tinggal pada sisi yang sama. Saraf kranial ketiga adalah otot efferent, yang mana berangkat melalui badan ciliary ke otot sphincts dari iris yang menyebabkannya berkontraksi. Efek langsungnya adalah konstriksi dari pupil mata bagian atas yang mana cahaya bersinar.Refleks dekat terjadi ketika pelaku melihat jarak dekat.Adatiga bagian dari refleks dekat yakni akomodasi, menyebarkan, dan konstriksi pupil. akomodasi didefenisikan sebagai fokus dekat dari mata yang mana diakibatkan oleh peningkatan kekuatan lensa oleh kontraksi dari otot ciliary, di inerfasi oleh saraf kranial III.Reseptor, setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar, segmen dalam yang mengandung inti-inti reseptor dan daerah sinaps. Segmen luar adalah modifikasi silia dan merupakan tumpukan teratur sakulus ataulempeng dari membrane. Sakulus dan membrane ini mengandung senyawa-senyawa peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya dan mampu membangkitkan potensial aksi di jaras penglihatan . segmen luar sel batang selalu diperbaharui oleh pembentukan lempeng-lempeng baru ditepbagian dalam segmen dsan proses fagositosislempeng tua serta dari ujung luar oleh sel-sel eptel berpigmen.Fotoreseptor terdiri atas dua jenis sel, yaitu koni (kerucut) dan basillli (batang). Sel basilli yang lebih banyak, berfungsi untuk melihat dalam cahaya remang-remang, tidak untuk melihat warna. Koni berfungsi untuk melihat cahaya terang dan warna. Lateral terhadap bintik buta terdapat daerah lonjong disebut macula lutea, demgam cekungan kecil dipusatnya yang disebut fovea sentralis. Fovea sentralis hanya mengandung koni; macula mengandung kebanyakan koni, yang makin berkurang kea rah perifer. Retina perifer hanya mengandung basilli. Agar melihat jelas, berkas cahaya harus jatuh tepat pada fovea sentralis, yang besarnya hanya seujubg jarum pentul.Semua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina disebut media refraksi, yaitu kornea, lensa dan korpus vitreous. Mata normal akan membiaskan cahaya yang memasuki mata sedemikian rupa sehingga bayangannya tepat jatuh tepat di retina, di fovea sentralis.4. Awd5. Kreatitis6. DefinisiKeratitis sendiri diartikan sebagaiperadangan pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang dan edema kornea pada lapisan kornea manapun yang dapat bersifat akut atau kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi.

EpidemiologiFrekuensi keratitisdi Amerika Serikat sebesar 5% di antara seluruh kasus kelainan mata. Di negara-negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-20,7 per 100.000 orang tiap tahun.Insidensi keratitis pada tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu bermakna pada angka kejadian keratitis. Sedangkan predisposisi terjadinya keratitis antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak dan perawatanlensa kontak yang buruk,penggunaan lensa kontak yang berlebihan,Herpes genital atau infeksi virus lain,kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain, serta higienis dan nutrisi yang tidak baik,dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.

PatofisilogiEpitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea mengalami cedera, stroma yang avaskuler dan membrane Bowman mudah terinfeksi oleh berbagai macam mikroorganisme seperti amoeba, bakteri dan jamur.Streptococcus pneumonia(pneumokokus) adalah bakteri pathogen kornea sejati; pathogen lain memerlukan inokulum yang berat atau hospes yang lemah (misalnya pada pasien yang mengalami defisiensi imun) agar dapat menimbulkan infeksi.

Moraxella liquefaciens, yang terutama terdapat pada peminum alkohol (sebagai akibat kehabisan piridoksin), adalah contoh bakteri oportunistik dan dalam beberapa tahun belakangan ini sejumlah bakteri oportunis kornea baru ditemukan. Diantaranya adalahSerratia marcescens, kompleksMycobacterium fortuitum-chelonei,Streptococcus viridians, Staphylococcus epedermidis, dan berbagai organisme coliform danProteus, selain virus dan jamur.

Kornea adalah struktur yangavaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu peradangan, tidak dapat segeraditanganiseperti pada jaringan lainnya yangbanyak mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yangada di limbus dan tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudahituterjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yangtampak sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin.

Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan fluoresin sebagai daerah yangberwarna kehijauan pada kornea. Bila tukak pada kornea tidak dalam dengan pengobatan yangbaik dapat sembuh tanpa meninggakan jaringan parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi perforasi penyembuhan akan disertai dengan terbentuknya jaringan parut. Mediator inflamasi yangdilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan siliar menimbulkan peradangan pada iris. Peradangan pada iris dapat dilihat berupa kekeruhan di bilik mata depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion.

Manajemen DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil pemeriksaan mata. Dari hasil anamnesis sering diungkapkan riwayat trauma, adnya riwayat penyakit kornea, misalnya pada keratitis herpetic akibat infeksi herpes simpleks sering kambuh, namunerosi yang kambuh sangat sakit dan keratitis herpetic tidak, penyakit-penyakit ini dapat dibedakan dari gejalanya. Anamnesis mengenai pemakaian obat lokal oleh pasien, karena mungkin telah memakai kortikosteroid, yang dapat merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau virus terutama keratitis herpes simpleks. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit-penyakit sistemik, seperti diabetes, AIDS, dan penyakit ganas, selain oleh terapi imunosupresi khusus.Pasien dengan keratitis biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan, adanya sensasi benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau (fotofobia) serta sulit membuka mata (blepharospasme).

Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yangsudah dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untukrefraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletaksentral pada kornea.

Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yangmeradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleksyang disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata yangbanyak kecuali pada ulkus kornea yangpurulen.2,3,4

Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda yangkita temukan merupakan proses yangmasih aktif atau merupakan kerusakan dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epithel, lokasi dari infiltrat pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda yangditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon terhadap pengobatan.

Pemeriksaan diagnosis yang biasa dilakukan adalah :-Ketajaman penglihatan-Tes refraksi-Pemeriksaan slit-lamp (biomikroskop), penting untuk pemeriksaan kornea dengan benar; jika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan pencahayaan yang terang.-Respons reflex kornea-Goresan ulkus untuk analisis dan kultur-Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, dapat memperjelas lesi epitel superficial yang tidak mungkin terlihat bila tidak dipulas

Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi pada kornea baik yang bersifat dangkal atau superficial maupun dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Lesi pada kornea juga mempunyai makna diagnostik yang penting (Tabel.1).Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.

PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan keratitisadalah mengeradikasi penyebab keratitis, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi, serta memperbaiki ketajaman penglihatan. Ada beberapa halyang perlu dinilai dalam mengevaluasi keadaan klinis keratitis meliputi: rasa sakit, fotofobia, lakrimasi, rasa mengganjal, ukuran ulkus dan luasnya infiltrat.

Sebagian besar para pakar menganjurkan melakukandebridementsebelumnya.Debridementepitel kornea selain berperan untuk pengambilan spesimen diagnostik, juga untuk menghilangkan sawar epitelial sehingga obat lebih mudah menembus. Dalam hal ini juga untuk mengurangisubepithelial "ghost" opacityyang sering mengikuti keratitis dendritik. Diharapkandebridementjuga mampu mengurangi kandungan virus epithelial jika penyebabnya virus, konsekuensinya reaksi radang akan cepat berkurang.

Penatalaksanaan pada ketratitis pada prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau acyclovir. Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B. Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat yangdapat membantu epitelisasi dapat diberikan.

PrognosisPrognosis quo ad vitam pada pasien keratitis adalah bonam. Sedangkan prognosis fungsionam pada keratitis sangat tergantung pada jenis keratitis itu sendiri. Jika lesi pada keratitis superficial berlanjut hingga menjadi ulkus kornea dan jika lesi pada keratitis tersebut telah melebihi dari epitel dan membran bowman maka prognosis fungsionam akan semakin buruk. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar, misalnya karena sinar matahari ataupun debu

7. SKDI untuk kasus kreatitis adalah 3A8. Sa9. Berdasarkan usia, katarak diklasifikasikan dalam:Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, Katarak , juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun Katarak senilis, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahunBila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat pada hamper semua katarak seniliis, katarak herediter dan kongnital.Katarak kongenitalKataraka kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bati berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital marupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.Katarak kongenital digoloongkan dalam katarak:Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini kataraka yang mengenai korteks dan nukleus lensa saja.Pada katarak kongnital dapat dikenal beberapa bentuk:Katarak piramidalis atau Polaris anteriorKatarak piramidalis atau Polaris posteriorKatarak zonularis atau lamalarisKatarak pungtata dan lain-lain.Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah macula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Macula ini tidak akan berkembang sempurna walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visusnya biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak ckngenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.