BipoLar

20
Referensi Artikel GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Oleh : Eli Dwy Purbaningrum G99141031 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

description

refrat

Transcript of BipoLar

Page 1: BipoLar

Referensi Artikel

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Oleh :

Eli Dwy Purbaningrum

G99141031

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

Page 2: BipoLar

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana

perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi dengan atau tanpa ansietas yang

menyertainya, atau kearah elasi (suasana perasaan meningkat).

Pasien dengan mood meningkat menunjukkan adanya ekspansivitas, flight of ideas, tidur

berkurang, harga diri meningkat, serta gagasan kebesaran. Pasien dengan mood menurun

menunjukkan hilangnya energi dan minat, rasa bersalah, sulit berkonsenterasi, hilang nafsu

makan, serta pikiran mengenai kematian atau bunuh diri. Gejala atau tanda lain mencakup

perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, serta fungsi vegetatif seperti

tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan ritme biologis lainnya. Gangguan ini hampir selalu

menimbulkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.

Gangguan manik depresi atau yang lebih dikenal dengan gangguan bipolar memiliki

episode depresi dan manik yang bergantian. Gejala gangguan bipolar sangat bervariasi dan

sering mempengaruhi keseharian individu dan hubungan interpersonal. Gangguan ini tersifat

oleh episode berulang sekurang-kurangnya dua episode dimana afek pasien dan tingkat

aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek, disertai

penambahan energi, dan aktivitas (hipomania atau mania), dan pada waktu lain berupa

penurunan afek disertai pengurangan aktivitas dan energi (depresi). Yang khas adalah bahwa

biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan

tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4 atau 5 bulan, episode depresi cenderung

lebih lama rata-rata 6 bulan. Kedua macam ini seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang

penuh stress atau trauma mental lain.

Menurut DSM-IV-TR, gangguan bipolar I didefinisikan sebagai gangguan dengan

perjalanan klinis satu atau lebih episode manik dan kadang-kadang episode depresi berat.

Sementara gangguan bipolar II ditandai dengan adanya episode depresi dan episode hipomanik.

EPIDEMIOLOGI

Gangguan bipolar I lebih jarang daripada gangguan depresi berat, dengan prevalensi

seumur hidup sekitar 0,4-1,6% dan gangguan bipolar II sekitar 0,5%. Gangguan bipolar I

memiliki prevalensi yang hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan. Episode manik

Page 3: BipoLar

lebih sering terjadi pada laki-laki dan episode depresi lebih sering terjadi pada perempuan.

Perempuan juga memiliki angka yang lebih tinggi untuk terjadinya siklus cepat, yaitu

mengalami empat atau lebih episode manik dalam waktu 1 tahun.

Awitan usia gangguan bipolar I berkisar dari masa kanank-kanak (5 atau 6 tahun)

sampai usia 50 tahun, dengan usia rata-rata 30 tahun. Dan gangguan bipolar I lebih sering

terjadi pada orang lajang dan orang yang bercerai daripada orang yang menikah.

ETIOLOGI

1. Faktor Biologis

a. Amin Biogenik

Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang

paling terkait dengan gangguan mood. Norepinefrin terkait dengan gangguan bipolar

dimana tingkat norepinefrin yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi

menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga

menyebabkan depresi. Namun, dalam penelitian dopamin juga memiliki peranan

dalam gangguan mood. Data mendukung bahwa aktivitas dopamin berkurang pada

depresi dan meningkat pada mania.

b. Sistem Neuroendokrin

Sistem endokrin memainkan peran penting dan regulasi respon seseorang

terhadap stress. Kelenjar endokrin, seperti pituitary, tiroid, dan kelenjar adrenal,

berlokasi pada seluruh bagian tubuh. Dalam merespon sinyal dari otak, kelenjar ini

mengeluarkan hormone ke dalam darah. Salah satu jalur penting dalam sistem

endokrin yang mungkin terkait erat dengan etiologi gangguan mood disebut dengan

hypothalamic-pituitary-adrena (HPA) axis. Ketika seseorang mendeteksi ancaman di

lingkungan, sinyal hipotalamus kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon yang

disebut ACTH, yang pada gilirannya memodulasi sekresi hormon, seperti kortisol, dari

kelenjar adrenal kedalam aliran darah. Peningkatan kadar kortisol membantu orang

untuk mempersiapkan diri untuk menanggapi ancaman dengan meningkatkan

kewaspadaan dan memberikan lebih banyak bahan bakar untuk otot sementara juga

Page 4: BipoLar

terjadi penurunan minat dalam kegiatan lain yang mungkin mengganggu perlindungan

diri (seperti tidur dan makan).

2. Faktor Genetik

Data genetik menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan terlibat dalam

gangguan mood. Komponen genetik memainkan peranan penting yang lebih bermakna di

dalam menurunkan gangguan bipolar I daripada gangguan depresi berat. Penelitian

menunjukkan bahwa sekitar 50% gangguan bipolar I setidaknya memiliki satu orang tua

dengan gangguan mood, paling sering gangguan depresi berat. Jika salah satu orang tua

memiliki gangguan bipolar I, maka terdapat 25% kemungkinan bahwa setiap anaknya juga

memiliki gangguan mood, jika kedua orang tua memiliki gangguan bipolar I, terdapat 50

samapi 75% kemungkinan anaknya memiliki gangguan mood.

Studi anak kembar menunjukkan bahwa angka konkordansi untuk ganggaun

bipolar I pada kembar monozigot adalah 33 sampai 90%. Sementara untuk kembar dizigot

adalah 5 sampai 25%.

3. Faktor Psikososial

Terdapat pengamatan yang menunjukkan bahwa peristiwa hidup yang penuh tekanan

lebih sering mendahului episode ganggaun mood, pada pasien depresi berat maupun

ganggauan bipolar I. Pengamatan ini menerangkan bahwa stress yang menyertai episode

pertama mengakibatkan perubahan dalam biologik otak. Perubahan ini dapat menghasilkan

perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system pemberian sinyal

intraneuron, bahkan dapat menyebabkan hilangnya neuron, dan berkurangnya kontak

sinaps. Akibatnya, seseorang memiliki risiko tinggi mengalami episode gangguan hidup

berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal.

Sebagian besar teori memandang episode manik sebagai pertahanan terhadap depresi

yang mendasari. Episode manik dapat mencerminkan ketidakmampuan menoleransi suatu

tragedi, misalnya kehilangan orang tua.

Page 5: BipoLar

GAMBARAN KLINIS

Depresi

Depresi merupakan kelompok gangguan suasana perasaan (mood) yang ditandai dengan

tiga gejala khas, yaitu kehilangan minat, tidak berenergi, dan perasaan depresi (tertekan).

Depresi dapat dijumpai pada segala golongan usia, mulai dari kanak, remaja, dewasa, sampai

lanjut usia. Tetapi, gambaran gejala depresi yang ditampilkan dapat berbeda. Hal tersebut

tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor usia dari individu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang tampilannya memiliki banyak

muka.

Depresi pada kelompok usia dewasa dapat muncul dalam bentuk tiga gejala khas yang

disebutkan di atas, seperti hilang minat, rasa malas, dan perasaan sedih yang berkepanjangan..

Selain gejala utama tadi, depresi juga dapat menampilkan gejala lain yang berbentuk somatik,

vegetatif, dan kognitif. Gejala somatik dapat berupa jantung berdebar, nyeri fisik pada bagian

tubuh (nyeri dada, kepala seperti terasa berat, nyeri otot belakang kepala, nyeri anggota gerak,

dan ketegangan otot), dan rasa mual. Gejala vegetatif dapat berupa gangguan pola tidur, pola

makan dan aktifitas seksual (disfungsi seksual atau gangguan dalam dorongan atau hasrat

seksual). Sedangkan gejala kognitif dapat berupa kehilangan konsentrasi dan mudah lupa.

Apabila gejala yang tampak pada individu dewasa lebih bernuansa pada gambaran

somatik, vegetatif, atau kognitif maka dokter harus menyingkirkan dahulu penyebab organik

atau fisik yang mungkin mendasarinya seperti penyakit pada organ dalam atau saraf. Apabila

telah dinyatakan tidak terdapat gangguan fisik, baru di pikirkan suatu gangguan suasana

perasaan (mood). Kondisi yang demikian dikenal dengan istilah depresi terselubung (masked

depression) karena tampilan gejalanya tidak khas tertuju pada tiga gejala utama depresi.

Kondisi yang seperti ini dapat dijumpai pula pada individu di usia kanak akhir dan remaja yang

muatan gejala psikologisnya hanya berupa mudah marah (tersinggung) atau sikap menentang.

Bentuk ini di kenal sebagai depresi internalisasi yang banyak dijumpai pada usia kanak akhir

dan remaja..

Pada individu remaja, manifestasi depresinya dapat mengarah pada suatu gangguan

penyalahgunaan zat atau alkohol. Kondisi ini perlu dipertimbangkan, mengingat kelompok

remaja sedang berada pada usia krisis identitas dan lebih melakukan indetifikasi kepada peer

group (kelompok sebaya)-nya. Sedangkan pada individu lanjut usia, depresi biasanya tampil

Page 6: BipoLar

dalam tampilan gejal seperti: banyak diam, tidak konsentrasi, dan mudah lupa. Pada kelompok

lanjut usia harus dipastikan apakah depresi yang dialami berdiri sendiri atau merupakan bagian

dari suatu perkembangan dari penyakit kepikunan (demensia).

Manik

Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas,

abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi cara berbicara yang cepat,

berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang, perasaan senang atau bahagia , dan peningkatan

minat pada suatu tujuan. Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive,

hiperaktif, dan waham kebesaran.

Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang

bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan.Yang khas adalah bahwa penderita yakin

dirinya baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya sendiri disertai dengan aktivitas

yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan penderita tidak sabar, mengacau, suka mencampuri

urusan orang lain dan jika kesal akan lekas marah dan menyerang. Euphoria, atau suasana hati

gembira, berlawanan keadaan emosional dari suasana hati yang depresi. Hal ini ditandai dengan

perasaan berlebihan dari fisik dan kesejahteraan emosional.

Episode hipomania, penderita biasanya suka bercanda, bicaranya banyak, dan sukar

dihentikan. Selain itu, penderita biasanya rapi, bekerja terus tetapi tingkah lakunya agak kacau,

tidak sabar, impulsive, dan tujuan aktivitasnya tidak begitu penting.

DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar menurut PPDGJ-III adalah sebagai berikut:

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik

Untuk menegakkan diagnosis pasti :

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania, yaitu :

- Derajat gangguan lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah disertai

peningkatan aktivitas, menetap selama berkurang-kurangnya beberapa hari berturut-

turut

- Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social

Page 7: BipoLar

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik, yaitu

- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai

mengacaukan seluruh atau hamper seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial

- Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi

aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang

berkurang, ide-ide perihal kebesaran/grandiose ideas dan terlalu optimistik

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik,

yaitu :

- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai

mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial

- Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi

aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang

berkurang, ide-ide perihal kebesaran/grandiose ideas dan terlalu optimistic

- Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi

waham kebesaran, iritabilitas, dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan

halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau.

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresi Ringan atau Sedang

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan ataupun

sedang

Page 8: BipoLar

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau

Depresi Ringan

1. Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang khas (gejala A) :

- Perasaan depresif

- Kehilangan minat dan kesenangan

- Mudah menjadi lelah

2. Sekurang-kurangnya dua dari gejala B :

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Rasa bersalah dan tak berguna

- Masa depan suram dan pesimis

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang

3. Telah berlangsung paling sedikit dua minggu

4. Tidak boleh ada gejala yang berat

5. Masih dapat meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial.

Depresi Sedang

1. Paling sedikit dua dari gejala A

2. Paling sedikit tiga dari gejala B

3. Paling sedikit dua minggu

4. Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa gejala

psikotik, yaitu :

- Semua gejala utama depresi harus ada

Page 9: BipoLar

- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya

- Paling sedikit dua minggu

- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan pekerjaan dan kegiatan

sosial

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat dengan

gejala psikotik, yaitu :

- Semua gejala utama depresi harus ada

- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya

- Paling sedikit dua minggu

- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan pekerjaan dan kegiatan

social

- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya tentang ide dosa,

kemiskinan, malapetaka. Halusinasi auditorik atau olfaktorik.

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala manik, hipomanik, dan depresif yang

tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-

sama mencolok dan telah berlangsung sekurnagnya 2 minggu)

b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi,

atau campuran) di masa lampau

TERAPI

Tujuan penatalaksanaan gangguan afektif (mood) adalah untuk :

1. Untuk menenangkan simtom penderitaannya

2. Mencegah simtom suicide/homicide

Page 10: BipoLar

3. Memperpendek perjalanan penyakit

4. Mencegah episode berikutnya

5. Membantu pasien bagi suatu pengertian yang lebih baik terhadap kepribadiannya

Terdapat tiga cara yang umum digunakan dalam menangani pasien dengan gangguan mood:

1. Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana

atau darurat, mengharuskan seseorang untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi,

dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi dilakukan jika

penderita memiliki resiko bunuh diri atau membunuh orang lain, menunjukkan gejala-

gejala yang berkembang secara progresif, dan tidak mampu mengurus diri atau tidak ada

yang mampu mengurus.

2. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan terhadap masalah yang sifatnya

emosional. Dengan tujuan menghilangkan simtom untuk mengantarai pola perilaku

yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang

positif. Psikoterapi jangka pendek meliputi terapi kognitif, terapi interpersonal, dan

terapi perilaku. Terapi kognitif bertujuan untuk meringankan gejala dan mencegah

kekambuhan dengan cara membantu pasien mengidentifikasi dan menguji kognisi

negative, mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif, serta melatih

respon dan kognitif yang baru.

Selain psikoterapi jangka pendek, terdapat juga psikoterapi yang berorientasi

psikoanalitik. Hal yang membedakan ketiga psikoterapi jangka pendek dengan metode

berorientasi psikoanalitik adalah peran aktif dan langsung terapis, tujuan langsung yang

dikenali, titik akhir terapi jangka pendek. Tujuan psikoterapi psikoanalitik adalah untuk

memberi pengaruh pada perubahan struktur kepribadian seseorang, bukan hanya untuk

meredakan gejala.

3. Farmakoterapi

Sebagian besar penelitian meyakini bahwa kombinasi antara psikoterapi dan

farmakoterapi adalah terapi yang paling efektif untuk gangguan afektif mood. Untuk

episode depresi berat dapat diberikan obat antidepresan, seperti amitriptyline dengan

Page 11: BipoLar

dosis 75-150 mg/hr. Apabila disertai dengan gejala agitasi, maka dapat diberikan obat

antipsikotik, misal chlorpromazine dengan dosis 300-1500 mg/hr. Sementara untuk

episode manik diberikan obat antipsikotik, seperti haloperidol dengan dosis 15-30 mg/hr

atau chlorpromazine dengan dosis 300-1500 mg/hr.

Biasanya pengobatan gangguan bipolar memerlukan waktu lama. Penderita

gangguan bipolar tetap perlu minum obat meskipun perasaannya sudah membaik.

Pengobatan gangguan bipolar biasanya memerlukan penanganan dokter spesialis jiwa,

dengan melibatkan psikolog maupun perawat jiwa. Penanganan gangguan bipolar

dilakukan dengan pemberian obat-obatan, psikoterapi (individual atau kelompok,

keluarga), penyuluhan kesehatan dan dukungan kelompok.

PROGNOSIS

Gangguan bipolar dapat menjadi kronis dan dalam jangka waktu panjang (episode

berulang) atau ringan dengan episode yang jarang. Pasien dengan gangguan bipolar umumnya

memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian

karena semua penyebab. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun, mengalami

peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup. Prognosis buruk pada laki-laki biasanya

riwayat kerja buruk, penyalahgunaan zat, ada gejala psikotik, ada gejala depresi, dan ada gejala

depresi pada antar episode.

Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, depresi lebih banyak terjadi daripada fase

manik, dan siklus mania dan depresi yang tidak teratur atau tidak diprediksi . Banyak pasien

mengalami mania campuran, atau keadaan campuran , di mana kedua mania dan depresi hidup

berdampingan selama setidaknya 7 hari.

Sekitar 15 % pasien dengan gangguan rapid cyclic memiliki fase yang rumit. Dengan

tahap yaitu manik dan depresi episode alternatif setidaknya empat kali setahun. Dalam kasus

yang parah , bahkan dapat berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Rapid cyclic cenderung

terjadi lebih sering pada wanita dan pada mereka dengan bipolar II. Biasanya, gangguan ini

dimulai pada fase depresi, dan episode sering dan parah dari depresi mungkin menjadi ciri khas.

Fase ini sulit untuk diobati , terutama karena antidepresan dapat memicu beralih ke mania dan

mengatur pola siklus.

Page 12: BipoLar

Penelitian menunjukkan bahwa gejala gangguan bipolar pada anak-anak dan remaja

berbeda dengan orang dewasa. Sementara orang dewasa dengan gangguan bipolar biasanya

memiliki periode manik dan depresi yang berbeda, anak-anak dengan gangguan bipolar

berfluktuasi cepat dalam suasana hati dan perilaku mereka. Mania pada anak ditandai dengan

mudah marah dan agresif sedangkan orang dewasa cenderung mengalami euforia. Anak-anak

dengan depresi bipolar sering marah dan gelisah, dan mungkin memiliki suasana hati tambahan

dan gangguan perilaku seperti kecemasan, gangguan perhatian defisit hiperaktif, gangguan

perilaku, dan masalah penyalahgunaan zat .

Sumber :

Maslim, Rusdi. (2004). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta : FK Jiwa

Unika Atmajaya

Sadock BJ, Sadock VA (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC

Syamsir Bs, Psikiater. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38120/4/Chapter%20II.pdf Diunduh pada

tanggal 29 Agustus 2014 pukul 09:07 WIB

Page 13: BipoLar