Bab & Pembahasan

62
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi teori yang diterima selama kuliah dengan cara berkunjung ke lapangan pekerjaan, misalnya PROYEK WADUK JATIBARANG, PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO, DAN PROYEK CITRA GRAND MUTIARA YOGYAKARTA yang telah dilaksananakan oleh mahasiswa prodi D III Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pandanaran Semarang pada 17-18 September 2013. Dalam melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini secara tidak langsung akan membantu meningkatkan kemampuan dan keahlian masing-masing mahasiswa. Program Kuliah Kerja Lapangan ini bermaksud untuk lebih mendekatkan perguruan tinggi dengan lapangan pekerjaan, supaya mahasisiwa yang melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mampu beradaptasi dan menambah pengalaman serta menerapkan materi yang diperolah dari perkuliahan. Dunia pekerjaan memberikan peranan dan manfaat yang besar, tidak hanya bagi negara tapi juga berperan penting bagi masyarakat guna memudahkan dalam aktifitas Laporan Kuliah Kerja Lapangan

description

lapora KKL

Transcript of Bab & Pembahasan

Page 1: Bab & Pembahasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dimaksudkan untuk membantu

mahasiswa dalam memahami materi teori yang diterima selama kuliah dengan cara

berkunjung ke lapangan pekerjaan, misalnya PROYEK WADUK JATIBARANG,

PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO, DAN PROYEK CITRA GRAND

MUTIARA YOGYAKARTA yang telah dilaksananakan oleh mahasiswa prodi D III

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pandanaran Semarang pada 17-18

September 2013.

Dalam melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini secara tidak

langsung akan membantu meningkatkan kemampuan dan keahlian masing-masing

mahasiswa. Program Kuliah Kerja Lapangan ini bermaksud untuk lebih

mendekatkan perguruan tinggi dengan lapangan pekerjaan, supaya mahasisiwa yang

melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mampu beradaptasi dan menambah

pengalaman serta menerapkan materi yang diperolah dari perkuliahan.

Dunia pekerjaan memberikan peranan dan manfaat yang besar, tidak hanya

bagi negara tapi juga berperan penting bagi masyarakat guna memudahkan dalam

aktifitas sehari-hari. Salah satu contohnya adalah proyek Jalan Tol Semarang-Solo

yang dapat mengurangi kemacetan di jalur utama.

1.2. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Adapun tujuan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tersebut antara lain :

1. Menerapkan teori yang diperoleh mahasiswa di perkuliahan dengan kenyataan

yang ada di lapangan.

2. Mengamati sistem kerja dalam membangun sebuah konstruksi.

3. Menunjukkan kepada mahasiswa dunia kerja di lapangan yang sesungguhnya.

4. Mempelajari resiko dan masalah-masalah yang muncul di lapangan.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 2: Bab & Pembahasan

1

1.3. Manfaat Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Sedangkan manfaat dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL)antara lain :

1. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang selama ini diperoleh di perkuliahan.

2. Mengetahui sistem kerja dalam membangun sebuah konstruksi bendungan, jalan

maupun perumahan termasuk proses pelaksanaannya.

3. Wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja menjadi lebih luas.

4. Mengetahui resiko yang dihadapi para pekerja dan masalah-masalah yang muncul

selama proses pembangunan sebuah konstruksi.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan Di Proyek Waduk

Jatibarang, Proyek Jalan Tol Semarang-Solo, dan Proyek Citra Grand Mutiara

Yogyakarta ini yaitu dengan mengumpulkan data-data sebenarnya yang ada di

lapangan dan dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama

proses pembangunan berlangsung. Selanjutnya mengumpulkan data pendukung yang

berasal dari buku, referensi dan beberapa situs internet yang berkaitan untuk

memperkuat hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan selama mengikuti Kuliah

Kerja Lapangan (KKL).

1.5. Ruang Lingkup dan Waktu Pelaksanaan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dialksanakan di 3 (tiga) lokasi pembangunan

yang masih berlangsung yaitu di Proyek Waduk Jatibarang, Proyek Jalan Tol

Semarang-Solo, dan Proyek Citra Grand Mutiara Yogyakarta. Kegiatan Kuliah Kerja

Lapangan (KKL) dilaksanakan selama 2 (dua) hari pada tanggal 17-18 September

2013.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 3: Bab & Pembahasan

2

BAB II

PEMBAHASAN DAN OBSERVASI

2.1. PROYEK WADUK JATIBARANG

2.1.1. Latar Belakang Proyek

Proyek Pembangunn Waduk Jatibarang merupakan komponen-B

dari program “Integrated Water Resources And Flood Management Project

For Semarang”, selain Normalisai Kali Garang dan Banjir Kanal Barat

yang merupakan bagian dari sistem drainase Semarang Tengah, dan

Perbaikan Drainase Kota Semarang. Proyek pembangunan Waduk

Jatibarang sudah dirintis sejak tahun 2004. Penandatangan kontrak

konstruksi antara Pemilik Pekerjaan yaitu BBWS Pemali Juana – SNVT

Pembangunan Waduk Jatibarang dengan pihak Kontraktor PT. Brantas

Abipraya, PT. Waskita Karya dan PT. Wijaya Karya, JO (nomor kontrak :

KU.07.02/Ao.613/Ao.5.3/02); telah dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober

2009 dengan jangka nwaktu pelaksanaan selama 1520 hari kalender sampai

dengan tanggal 08 Januari 2014. Pembangunan Waduk Jatibarang berlokasi

di Desa Kandri Kec. Gunungpati dengan luas lahan ± 266 hektare dengan

biaya investasi mencapai Rp. 600 miliar. Keseluruhan biaya pembangunan

Waduk Jatibarang itu dibiayai oleh pinjaman Japan International

Cooperation Agency (JICA).

Tujuan utama dari pembangunan Waduk Jatibarang adalah untuk

mengurangi debit banjir hingga ± 100 m³/det. Melihat dari sejarah debit

banjir Kali Garang yang tercatat di Dam Simongan yaitu pada tahun 1990

yang merupakan debit banjir tertinggi mencapai Q = 942 m³/det yang

menenggelamkan ratusan rumah di daerah Sampangan dan menewaskan 47

orang, merobohkan 25 rumah dan mengakibatkan 126 rumah dan 15

bangunan fasilitas umum rusak. Sekitar 145 hektare daerah permukiman

tergenang dengan ketinggian 2 meter selama lebih dari tiga jam.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 4: Bab & Pembahasan

2

Selain mengatasi masalah banjir, Waduk Jatibarang juga bermanfaat

sebagai pembangkit listrik mikro hidro dengan kapasitas 1.500 Kw, dan

juga untuk menampung air bersih diperkirakan 13,6 juta m³ sehingga

mampu menyediakan air minum 1.050 m³/det. Karena berada di tengah kota

besar, sehingga Waduk Jatibarang berpotensi sebagai tempat wisata karena

di tengah waduk akan terdapat pulau yang tersisa, yakni kawasan Goa Kreo

yang saat ini banyak ditinggali kera ekor panjang dan sudah dikenal sebagai

lokasi obyek wisata. Pulau itu akan dihubungkan dengan jembatan

sepanjang 72 meter yang didesain sebagai lokasi pejalan kaki dan sarana

kendaraan bermotor.

2.1.2. Lingkup Pekerjaan

Proyek Pembangunan Waduk Jatiarang tidak lepas dari kegiatan-

kegiatan yang lainnya. Waduk Jatibarang dibangun sebagai Pengelolaan

Sumber Daya Air (PSDA) dan Pengendalian Banjir secara terpadu dan

serbaguna. Hal tersebut dilakukan melalui pemantauan dan pengevaluasian

penyelenggaraan konservasi dan pendayagunaan SDA serta pengendalian

daya rusak air. Selain pembangunan waduk, dilakukan juga normalisasi

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.1. General Plan Pembangunan Waduk Jatibarang

Page 5: Bab & Pembahasan

2

Kali Garang, pembangunan banjir kanal barat dan drainase kota sebagai

upaya penanggulangan banjir serta menambah pasokan air baku bagi

Semarang.

Untuk pembangunan Waduk tersebut meliputi beberapa bagian,

yaitu:

1. Pekerjaan pembangunan waduk itu sendiri (Dam Body And Related

Structures Construction Of Jatibarang Multipurpose Dam);

2. Pembangunan gedung pengelolaan bendungan jatibarang dan

jembatan kreo (Dam Management Office And Pedestrian Bridge);

3. Penanaman di green belt atau sabuk hijau di seputar bendungan

(Comunity based Conservation of Greenbelt Area and Pilot Project

for Improvement of Cathment).

2.1.3. Normalisasi Kali Garang dan Banjir Kanal Barat

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

1:1.0

23

25

26

VOLLEY

BALL COUR

T

AD

MIN

ISTR

AT

ION

BU

ILD

ING

STA

FF

HO

USE

-1

STA

FF

HO

USE

-2ST

AFF

H

OU

SE-4

STA

FF

HO

USE

-3M

USH

OLL

A

WARE

HOUSE

TENIS

COURT

WAITING ROOM

SECURITY POS-I

SECURITY POS-

II

WATERPARK

TENIS

COURT

PODIUM

Gambar 2.2. General Plan Komponen B

Page 6: Bab & Pembahasan

2

Program normalisasi sungia/ kanal pengendali banjir merupakan

bagian dari upaya mengatasi banjir pada sistem drainase di Kota Semarang,

terutama di Kota bagian bawah. Semarang memiliki tiga sistem drainase,

yaitu Semarang Barat, Semarang Tengah, dan Semarang Timur, masing-

masing didukung subsistem drainase. Kali Garang dan Banjirkanal Barat

merupakan bagian dari sistem drainase Semarang Tengah. Normalisasi Kali

Garang dan Banjirkanal Barat mampu meningkatkan kapasitas debit yang

semula 300-400 m3/ detik menjadi 740 m3/ detik (dari seharusnya 970 m3/

detik) untuk debit banjir periode 50 tahunan. Sejatinya, aliran itu sudah

direduksi 230 m3/ detik oleh keberadaan Waduk Jatibarang.

Pengembangan normalisasi Kali Garang dan Banjirkanal Barat tidak

hanya mempertimbangkan aspek teknis fungsi, tetapi perlu memadukan

dengan pemenuhan fasilitas kenyamanan sungai. Saat ini bisa dilihat di tepi

kanal ada

jogging track,

panggung

terbuka, selter,

lampu

penerang di

pinggir

Banjirkanal Barat, dan sarana penghijauan sebagai perwujudan upaya

restorasi sungai.

Banjir Kanal Barat merupakan terusan dari Kali Garang yang

bersumber di Gunung Ungaran. Kali Garang memiliki dua buah anak

sungai, yaitu Kali Kripik dan Kali Kreo yang mempunyai panjang masing-

masing 12 km dan 10 km. Daerah tangkapan Kali Garang mencapai 204

km2, termasuk daerah tangkapan Kali Kripik 93,4 km2 dan Kali Kreo 70

km2. Pada jalur Kali Garang terdapat Bendung Simongan yang terletak 5,3

km dari muara sungai. Luas daerah genangan Kali Garang mencapai sekitar

145 ha dengan kedalaman mencapai 2 m hingga 3 m. Normalisasi Banjir

Kanal Barat sepanjang 9,2 Km dimulai dari Tugu Suharto sampai muara

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.3. Normalisasi Banjir Kanal Barat -1

Page 7: Bab & Pembahasan

2

laut Jawa hingga pertemuan Kali Garang dengan Kali Kreo. Sedangkan

perbaikan sungai Kali Garang dimulai dari muara sungai sampai Bendung

Simongan. Kegiatan normalisasi tersebut meliputi peninggian tanggul,

pengerukan sungai, pembuatan talut dari pasangan batu dan beton, serta

peninggian jembatan kereta api.

2.1.4. Dam Body And Related Structures Construction Of Jatibarang

Multipurpose Dam

Dam Jatibarang dibangun ± 10 Km di hulu pertemuan Kali Garang

dengan data teknis sebagai berikut :

Tipe Bendungan berupa urugan batu berzona dengan inti ditengah.

Tinggi di atas pondasi : 77 m

Elevasi puncak : + 157 m

Panjang puncak : 200 m

Lebar puncak : 10 m

Daerah tangkapan : 54 Km²

Luas genangan : 189 Ha

Muka air maksimum : + 155,30

Muka air minimum : + 148,90

Tampungan total : 20,4 jt m3

Tampungan bersih : 13,6 jt m3

Pengendalian banjir : 2,7 jt m3

Air minum : 10,9 jt m3

Tampungan mati : 6,8 jt m3

Untuk sedimen/sheet erosion = 2,6 mm/th, umur rencana waduk 50 th.

Laporan Kuliah Kerja LapanganGambar 2.5. Potongan Melintang Tipikal Tubuh Bendungan

Page 8: Bab & Pembahasan

2

Data kontrak untuk pembngunan Komponen B Paket B-1 Dam Body

And Related Structures Construction Of Jatibarang Multipurpose Dam

yaitu :

Pemilik pekerjaan : Kementrian Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Balai Besar Wilayah Sungai Pemali – Juana

SNVT Pembangunan Waduk Jatibarang

Sumber dana : JICA LOAN IP-534

Kontrk : Component B: Construction Of Jatibarang

Multipurpose Dam Package B-1 : Dam Body

And Related Structures

Nomor kontrak : KU.07.02/Ao.6.13/Ao.5.3/02

Lokasi pekerjaan : Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen

Tanggal kontrak : 15 Otober 2009

Waktu pelaksanaan : 15 Oktober 2009 – 08 Januari 2014

(1.520 hari kalender)

Konsultan : CTI And Associated

Kontraktor pelaksana : PT. Brantas Abipraya

PT.Waskita Karya

PT.Wijaya Karya

J.O

2.1.4.1. Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel)

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.6. Potongan Memanjang Tipikal Tubuh Bendungan

Page 9: Bab & Pembahasan

2

Pembangunan Waduk Jatibarang dimulai dengan ground

breaking pengeboran pertama terowongan saluran pengelak yang

dilakukan oleh Menteri PU.

Saluran pengelak berfungsi untuk mengelakkan aliran

sungai Kreo atau yang melintasi lokasi bendungan selama masa

pembangunan bendungan. Bendungan pengelak sendiri terdiri dari

Bendungan Pengelak (cofferdam) Utama, Portal Inlet dan outlet

serta terowongan pengelak sepanjang 441 m. Terowongan tersebut

didesain untuk dapat mengatasi banjir selama 25 tahun dengan

besaran 280m3/detik. Pengeboran terowongan pengelak dilakukan

dari dua arah yang berlawanan.

Data teknis terowongan pengelak (Diversion Tunnel)

sebagai berikut :

1. Terowongan

Debit rencana (Q.25 th) : 280 m³/det

Bentuk : tapal kuda diameter 5,6 m

Konstruksi : beton

Panjang : 441 m

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

PETA SITUASI TEROWONGAN PENGELAK

POTONGAN MEMANJANG

POTONGAN MELINTANG

BENDUNGAN PENGELAK

TEROWONGAN PENGELAKPOTONGAN MELINTANG

Gambar 2.8. Potongan Terowongan pengelak

2.7. Terowongan pengelak

Page 10: Bab & Pembahasan

2

Elevasi : Inlet EL. + 98,50 m

2. Bendungan pengelak

Elevasi : EL. + 113,0 m

Konstruksi : timbunan tanah

(kemiringan 1 : 3)

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.9. Pengeboran Terowongan pengelak

Gambar 2.10. Pembetonan Terowongan pengelak

Gambar 2.11. Inlet Terowongan pengelak

Page 11: Bab & Pembahasan

2

2.1.4.2. Bangunan Pengeluaran (Outlet Tunnel)

Bangunan Pengeluaran berfungsi sebagai pendistribusian

air bersih (maks. Q = 2,53 m³/det) dan juga sebagai Emergency,

penurunan muka air dengan cepat untuk keamanan bendungan (Q

= 6 m³/det pada muka air rendah). Di bawah ini desain bangunan

pengeluaran (Outlet Tunnel) sebagai berikut:

Elevasi Intake : EL. + 125 m (sedimentasi: EL. + 123 m)

Elevasi muka air waduk dapat diturunkan sampai ke Elevasi

muka air rendah (EL. + 136 m) dalam waktu 1 (satu) bulan.

Bangunan pengambilan type miring 45°, 1 bulkhead gate

Saluran pembawa, Pipa baja Ø 1,40 m tertanam dalam

terowongan Ø 2,50 m, panjang 403 m.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

SALURAN PENGELUARAN(OUTLET)

AS BENDU NGAN

PUNC AK B ENDUNGANE L. 157. 000m

Ø 650 HIGH PRESSURE SLID E GA TE TYPE GUARD GATE

Ø 650 JET FLOW G ATE TY PE CON TROL GATE

Gambar 2.12. Potongan Memanjang Outlet Tunnel

Gambar 2.13. Profile Outlet Tunnel

Page 12: Bab & Pembahasan

2

Saluran pembawa tersebut direncanakan akan dihubungkan

dengan pembangkit listrik Micro Hydro dengan Q maksimal 3

m³/det, maksimal Gross Head 65,5 m dengan kapasitas terpasang

1,50 MW dengan relokasi tower (Saluran Udara Tegangan Tinggi)

SUTT 150 kVa sebanyak 7 (tujuh) tower menjadi 12 (dua belas)

titik tower. Dari seluruh tower tersebut 9 (sembilan) diantaranya

sudah berdiri dan 3 (tiga) tower masih dalam proses pembebasan

tanah tapak.

2.1.4.3. Bangunan Pelimpah (Spillway)

Spillway

dengan panjang 307

m tersebut berfungsi

sebagai limpasan air

serta jembatan yang

nanti akan

menghubungkan

dengan lokasi wisata

Goa Kreo.

Berikut data teknis Bangunan Pelimpah (Spillway) :

Desain banjir

o PMF

Inflow : 1.600 m³/det

Outflow : 1.350 m³/det

o Banjir 50- tahunan

Inflow : 290 m³/det

Outflow : 100 m³/det

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.14. Spillway

Gambar 2.15. Proses Pembangunan Spillway

Page 13: Bab & Pembahasan

2

Layanan Spillway

o Elevasi mercu : EL. 149,3 m

o Panjang mercu : 15,0 m

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.16. Potongan Memanjang Spillway

Gambar 2.17. Pekerjaan Konstruksi Beton Spillway

Page 14: Bab & Pembahasan

2

Emergency Spillway

o Elevasi mercu : EL. 151,8 m

o Panjang mercu : 60,0 m

Kolam Olak : ᵂ24,0 m x ᴸ60,0 m

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.18. Emergency Spillway

Gambar 2.19. Proses PembangunanEmergency Spillway

Gambar 2.20. Pengecoran Beton Lantai Emergency Spillway

Page 15: Bab & Pembahasan

2

2.1.4.4. Main Dam

Pelaksanaan pekerjaan utama (Main Dam) ditandai dengan

pemadatan tanah di tubuh inti bendungan oleh Kepala Balai Besar

Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Ir Isprasetya Basuki MSC

dan Kepala Satuan Kerja Non-Vertikal Tertentu Pembangunan

Waduk Jatibarang, Ir M Mazid. Inti dari tubuh bendungan terdiri

dari timbunan tanah kedap air (clay) yang dipadatkan, kemudian

kiri kanannya berupa urugan batu. Bendungan tersebut memiliki

tinggi 74 meter dengan panjang 200 meter dan lebar atas 10 meter.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.22.Bagian Inti bendungan ditutupi terpal biru

Gambar 2.21.Pemadatan Timbunan Tanah Pada Inti bendungan

Page 16: Bab & Pembahasan

2

Dalam pelaksanaan core embankment dam ini, persyaratan

koefisien permeabilitasnya mencapai 1 x 10¯⁵ cm/detik. Hal ini

dilakukan untuk menghindari adanya kebocoran di main dam.

Pekerjaan contact clay dan core embankment merupakan kegiatan

penting karena core berfungsi untuk memperlambat resapan air.

Pekerjaan core embankment tersebut dikerjakan sebelum

memasuki musim penghujan, karena pekerjaan core sangat sensitif

bila terjadi turun hujan untuk menjaga kelembaban tanah di tubuh

bendung yang harus diukur sesuai dengan ketentuan.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.23.Upstream View Embankment Dam

Gambar 2.24.Downstream View Embankment Dam

Page 17: Bab & Pembahasan

2

Di dalam tubuh bendungan tersebut, dilengkapi dengan

konstruksi galeri yang difungsikan untuk keperluan inspeksi.

Terowongan inspeksi tersebut tembus dari ujung tubuh bendungan

ke ujung yang lainnya menyusuri bawah tubuh bendungan.

Konstruksi ini ditujukan untuk memantau tingkat keamanan

seperti mendeteksi perilaku tubuh bendungan meskipun di

dalamnya juga sudah dilengkapi dengan instrumen untuk

memonitor dari parameter-parameter teknis. Konstruksi galeri ini

nantinya terdapat 300 anak tangga di bagian kanan dan kiri untuk

melakukan inspeksi menurun ke bagian galeri horisontal di down

stream.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.26. Terowongan Inspeksi

Gambar 2.25. Potongan Melintang Terowongan Inspeksi

Page 18: Bab & Pembahasan

2 Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.27. Konstruksi Galery

Gambar 2.28. Pembangunan Left Galery dan Right Galery

Gambar 2.29. Pembangunan Entrance Galery

Page 19: Bab & Pembahasan

2

2.1.5. Dam Management Office And Pedestrian Bridge

Pembangunan gedung manajemen bendungan ini meliputi gedung

administrasi untuk operasional bendungan, mushala, gudang alat dan rumah

pekerja sebanyak empat unit. Tempat tersebut juga dilengkapi dengan sarana

seperti lapangan tenis dan lapangan volley.

Selain pembangunan gedung pengelolaan waduk, dalam komponen

B paket B-4 juga mencakup pembangunan jembatan Kreo sepanjang 72

meter yang didesain sebagai lokasi pejalan kaki dan sarana kendaraan

bermotor. Jembatan Kreo tersebut berfungsi sebagai penghubung pulau yang

tersisa di tengah waduk, yakni kawasan Goa Kreo yang saat ini banyak

ditinggali kera ekor panjang dan sudah dikenal sebagai lokasi obyek wisata.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.31. Pembangunan Jembatan Kreo Gambar 2.32. Jembatan Kreo

Gambar 2.30. Bangunan Sentral Pengendali Waduk Jatibarang

Page 20: Bab & Pembahasan

2

Data kontrak untuk pembngunan Komponen B Paket B-4 Dam

Management Office And Pedestrian Bridge yaitu :

Pemilik pekerjaan : Kementrian Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Balai Besar Wilayah Sungai Pemali – Juana

SNVT Pembangunan Waduk Jatibarang

Sumber dana : JICA LOAN IP-534

Kontrk : Component B: Construction Of Jatibarang

Multipurpose Dam Package B-4 : Dam

Management Office And Pedestrian Bridge

Nomor kontrak : KU.03.01/Ao.6.12/X/2011/18

Lokasi pekerjaan : Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen

Tanggal kontrak : 22 Nopember 2011

Waktu pelaksanaan : 578 hari kalender

Konsultan : CTI And Associated

Kontraktor pelaksana : PT. Brantas Abipraya

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.33. Gedung Pengelolaan Waduk Serbaguna Jatibarang

Gambar 2.34. Pembangunan Gedung Pengelolaan

Waduk Serbaguna Jatibarang

Page 21: Bab & Pembahasan

2

2.1.6. Comunity based Conservation of Greenbelt Area and Pilot Project for

Improvement of Cathment

Paket Comunity based Conservation of Greenbelt Area and Pilot

Project for Improvement of Cathment meliputi pembuatan sabuk hijau di

sekitar waduk. Tanaman yang ditanam adalah tanaman yang sifatnya

mengikat air untuk mengurangi terjadinya erosi. Karena mengikat air,

tanaman tersebut bisa menjadikan tanah di seputar bendungan lebih padat.

Data kontrak untuk pembngunan Komponen B Paket B-3 Comunity

based Conservation of Greenbelt Area and Pilot Project for Improvement of

Cathment yaitu :

Pemilik pekerjaan : Kementrian Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Sumber dana : JICA LOAN IP-534

Kontrk : Component B: Construction Of Jatibarang

Multipurpose Dam Package B-3 : Comunity

based Conservation of Greenbelt Area and

Pilot Project for Improvement of Cathment

Nomor kontrak : KU.03.01/Ao.6.12/III/2012/02

Lokasi pekerjaan : Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen

Tanggal kontrak : 16 Maret 2012

Waktu pelaksanaan : 270 + 240 hari kalender

Konsultan : CTI And Associated

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.35. Rencana Penanaman Sabuk Hijau

Page 22: Bab & Pembahasan

2

Kontraktor pelaksana : PT. Duta Mas Indah

Dibawah ini adalah zonasi ruang terbuka hijau waduk Jatibarang :

Segment Area (Ha) Application Remaks

1 24,2 ArboretumBotanical garden with collection of woody

tree, rare trees, various species of bamboo

2 25,0 AgroforestCombination of agricultural and forestry

technologies

3 17,7 Ecotourism

Natural destination, minimize impact, build

environmental awareness, provide financial

benefit for conservation and for local peoples

4 26,6Buffer Zone /

AgroforestWet land ponds to prevent water polution

5 19,1Buffer Zone /

AgroforestWet land ponds to prevent water polution

6 16,2 Arboretum Botanical garden with collection of woody

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.33 Gedung Pengelolaan Waduk Serbaguna Jatibarang

Gambar 2.34 Pembangunan Gedung Pengelolaan

Waduk Serbaguna Jatibarang

Page 23: Bab & Pembahasan

2

tree, rare trees, various species of bamboo

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 24: Bab & Pembahasan

2

Pengertian :

Arboretum : kawasan konservasi (in situ or ex situ) dan koleksi

aneka ragam tanaman hidup untuk ilmu pengetahuan, pendidikan,

laboratorium alam dan estetika.

Agro-forestry : pola dan system pertanian, kombinasi tanaman

pohon dan tanaman semusim, sehingga menjadi kebun campuran

antara hutan pohon dan multi purpose tree species (MPTS) (buah).

Ecotourism : fokus obyek wisata di keindahan alam dan kegiatan

pertanian.

Buffer-zone : daerah yang berfungsi sebagai pengendali dan

pengolah pencemaran sehingga kualitas air dapat terkontrol secara

baik.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.36. Pengarahan Green Belt

Gambar 2.37. Penanaman Green Belt

Gambar 2.38. Tanaman Green Belt

Page 25: Bab & Pembahasan

2

2.1.7. Simpulan

Dari uraian tentang pembangunan Waduk Jatibarang di atas, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembangunan Waduk Jatibarang merupakan salah satu proyek

pengendalian banjir di Kota Semarang, selain Normalisasi sungai

Kaligarang dan Banjir Kanal Barat.

2. Waduk Jatibarang juga berfungsi sebagai pembangkit listrik mikro

hidro dengan kapasitas 1.500 Kw.

3. Waduk Jatibarang memiliki potensi wisata yang sangat tinggi,

dengan adanya sisa pulau di tengah waduk, yaitu Goa Kreo.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.39.Over View Sebelum Tergenang

Gambar 2.40.Over View Setelah Tergenang

Page 26: Bab & Pembahasan

2

2.2. PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO

2.2.1. Latar Belakang Proyek

Sebagai negara berkembang yang sedang menuju zaman lebih

modern dan penuh tantangan dalam dunia konstruksi, khususnya pada era

globalisasi saat ini maka diperlukan adanya pertumbuhan industri

konstruksi dalam negeri yang lebih baik dari segi manajemen, sumber daya

manusia, kemampuan finansial dan kesiapan peralatan, dengan tetap

mengutamakan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara bijak dan

ramah lingkungan.

Kehadiran proyek pembangunan jalan tol Semarang – Solo akan

memberi kontribusi ekonomi yang besar dalam mengembangkan kawasan

dan penduduk di sekitar jalur jalan tol khususnya dan masyarakat Jawa

Tengah umumnya. Proyek ini diharapkan dapat mengurai kemacetan yang

selama ini terjadi pada jalur Semarang – Solo yang mana pada ruas

Semarang-Bawen terdapat kawasan industri yang potensial di daerah

Ungaran, Karangjati dan Bawen. Dengan demikian kehadiran Jalan Tol

Semarang-Solo ini dapat mempersingkat jarak tempuh, waktu perjalanan

dan mengefiisienkan mobilitas penduduk dan distribusi barang.

Pemerintah melalui Kementerian PU telah memprakarsai program

kerjasama antar pemerintah dengan swasta, salah satunya dengan

mewujudkan jalan tol koridor Trans Jawa. Jalan Tol Semarang-Solo ini

merupakan bagian dari ruas Trans Jawa yang belum terselesaikan. Dalam

Ruas Semarang- Solo sepanjang 72,64 km tersebut, tepatnya pada seksi 2

akan dibangun jembatan

tol Lemah Ireng yang

memiliki panjang 1 km

sehingga menjadi

jembatan terpanjang

melebihi beberapa ruas

jembatan yang ada di

jalan Tol Cipularang.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.41. Jembatan Lemah Ireng lokasi km 25.

Page 27: Bab & Pembahasan

2

Pembangunan Jalan tol Semarang-Solo dibagi menjadi dua tahap

yang terdiri dari Ruas Semarang-Bawen dan Ruas Bawen-Solo. Tahap I

yang dibagi menjadi 2 seksi yang perkembangannya saat ini terus

menunjukkan peningkatan. Seksi 1 ruas Semarang-Ungaran sepanjang

10,85 km sudah beroperasi sejak November tahun lalu. Sedangkan seksi 2

ruas Ungaran-Bawen diperkirakan akan selesai akhir tahun 2013.

Seksi dua ruas Ungaran-Bawen sepanjang 11,95 km dibagi dalam

empat paket. Paket III dan paket IV sepanjang 7,15 km yang diperkirakan

selesai pada Oktober tahun 2013. Jalan tol ini nantinya akan memiliki pintu

gerbang di Banyumanik, Ungaran dan Bawen yang terbagi dalam sembilan

jembatan dan empat simpang susun.

Data teknis pembangunan jalan tol Semarang – Bawen tahap I

section II paket V secara garis besar terdiri dari :

1. Perkerasan jalan beton (Rigid Pavement) 4 jalur 2 jalur

sepanjang  2.911 m, dengan inner dan outer shoulder ATB.

2. Jembatan Utama :

1 buah ( panjang = 889 m ) yaitu jembatan Lemah

Ireng.

Pier = 19 bh (tinggi = 8 m – 50 m)

Abutment = 2 bh

Beton kelas E = 503 m3

Beton kelas B1 = 7.728 m3

Beton kelas BB = 3.4617 m3

Beton kelas C 1 = 1.110 m3

Besi = 6.736.354 kg

3. Over pass : 4 bh (OP Derekan, OP PTPN, OP

Lemahireng dan OP Ngelarangan)

4. Reinforced Concrete Pipe : 4 bh

5. Box Cluvert : 2 bh

6. Bangunan Syphon : 1 bh

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 28: Bab & Pembahasan

2

7. Galian tanah : ± 901.327 m3

8. Timbunan tanah : ± 616.033 m3

2.2.2. Lingkup Pekerjaan

Pembangunan

proyek jalan tol Semarang

– Solo memadukan

teknologi modern dengan

tenaga manusia yang tak

bisa dipisahkan. Sehingga

mampu menciptakan suatu

hasil dari teknologi yang sangat di banggakan.

Pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan jalan tol Semarang-

Solo meliputi:

a. Pekerjaan cut and fill

b. Pekerjaan bor pile

c. Pekerjaan footing dan pilar kolom

d. Pekerjaan box travelier

e. Pekerjaan jembatan rangka baja

f. Pekerjaan girder

g. Pekerjaan rigid payment

h. Pekerjaan overpass

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.42. Pekerjaan Pemadatan Tanah

Gambar 2.43. Pekerjaan Straching Girder

Page 29: Bab & Pembahasan

2

i. Pekerjaan box

cluvert

j. Pekerjaan rambu

rambu

k. Pekerjaan saluran

Dalam semua jenis

pekerjaan membutuhkan

ketelitian yang sangat tinggi sehingga didapatkan hasil yang sangat

maksimal dan bermutu disertai perhitungan yang sangat cermat.

2.2.3. Pembahasan Masalah

Dalam

perencanaan

pembangunan menggunakan girder akan tetapi dalam pelaksanaan di

gunakan teknologi box cantilever travelier dan sudah mendapatkan

persetujuan pihak TMJ selaku owner dan Konsultan dan di sertai dengan

hasil perhitungan konstruksi dan menurut perhitungan mampu menghemat

waktu serta biaya dalam pelaksanaan.

Mengingat dalam pelaksanaan dan sesuai kondisi situasi maka

dibedakan mutu beton.

Footing atau pondassi

dasar yang posisinya

berada di atas pondasi

bor pile yang menahan

beban di atasnya. Dan

menggunakan mutu K-

300 atau B3 karena

posisi footing berada

dalam tanah atau

tertutup sehingga

memungkinkan suhu

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.44. Pekerjaan Core DrilledBeton Rigid Pavement

Page 30: Bab & Pembahasan

2

tidak banyak mengalami perubahan atau tidak terkena perubahan cuaca

secara langsung.

Sedangkan pilar atau kolom menggunakan mutu K-500 atau B1

karena pilar atau kolom selalu bersinggungan secara langsung dengan cuaca

ekstrim terkena matahari, hujan atau perubahan cuaca yang sangat cepat

sehingga memerlukan mutu beton yang sangat tinggi.

Sesuai dengan hasil pekerjaan sondir bahwa kedalaman pondasi

tiang bor pile adalah 21 m karena sudah memenuhi syarat mencapai tanah

keras atau mampu menopang beban di atasnya.

Pekerjaan pondasi bor pile diperuntukan pada bangunan konstruksi

jembatan ini karena mampu menahan beban kontsruksi diatasnya. Bor pile

dengan ukuran diameter 1,8 m dan kedalam ±21m di pergunakan pada

lokasi Pier 1 hingga Pier 6 sedangkan bor pile ukuran diameter 0,8 m

dengan kedalaman ±21m di pergunakan pada lokasi Abutment 1 dan

Abutment 2. Dengan system pelaksanaan menggunakan mesin bor soilmex

mekanik dan saat pengecoran menggunakan pipa treami yang masuk

kedalam lubang bor.

2.2.4. Simpulan

Semua jenis pekerjaan yang dilakukan dalam pelaksanaan mengacu

pada gambar yang disetujui dan sesuai rencana kerja dan syarat yang

berlaku dan mendapat persetujuan dari pihak Owner. Semua pekerjaan yang

dilaksanakan selalu berkoordinasi dengan masyarakat sekitarnya.

Penggunaan teknologi tepat guna sangat diperlukan guna memperlancar

pekerjaan sehingga tepat waktu ,tepat mutu dan hemat biaya.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

5. Pek. Pengeboran Bor pile jembatan Lemahireng

Page 31: Bab & Pembahasan

2

2.3. PROYEK CITRA GRAND MUTIARA YOGYAKARTA

2.3.1. Latar Belakang Proyek

Perumahan Citra Grand Mutiara Yogyakarta yang merupakan

sebuah persembahan dari Grup Ciputra di Jogja Barat yang merupakan

proyek perumahan terbesar di Yogyakarta saat ini, dengan luas sekitar 10

Ha. Perumahan ini terletak di jalan Jogja-Wates km 9 Balecatur, Gamping,

Sleman.

2.3.2. Lingkup Pekerjaan

Proyek Perumahan CitraGrand Mutiara Yogyakarta merupakan

proyek yang sangat menjanjikan bagi prospek ke depan untuk investasi

jangka panjang maupun untuk tempat tinggal sendiri. Proyek Perumahan

Citra Grand Mutiara Yogyakarta terdiri dari beberapa lingkup pekerjaan

seperti pembangunan perumahan, sarana prasarana dan waterparknya.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.47. Masterplan Citra Grand Mutiara

Page 32: Bab & Pembahasan

2 Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 33: Bab & Pembahasan

2

2.3.3. Tipe Rumah Citra Grand Mutiara Yogyakarta

Di bawah ini berbagai macam tipe rumah yang terdapat dalam

Master Plan Citra Grand Mutiara Yogyakarta :

2.3.3.1. Alexandrite  15 X 21

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 34: Bab & Pembahasan

2

Alexandrite  dengan luas bangunan 343 m2 merupakan

rumah terbesar di Citra Grand Mutiara dan berada di lokasi yang

paling strategis, dilengkapi dengan 4 kamar tidur, 3 kamar mandi,

1 garasi dan carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.48. Tampak Depan Alexandrite  15 X 21

Gambar 2.49. Denah Alexandrite  15 X 21

Page 35: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.2. Amethyst  10 X 21

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 36: Bab & Pembahasan

2 Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 37: Bab & Pembahasan

2

Amethyst adalah salah satu Type di lokasi terbaik dan

exclusive.  Amethyst  dengan luas bangunan 254 m2 dilengkapi

dengan 4 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 garasi dan carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.50. Tampak Depan Amethyst  10 X 21

Gambar 2.51. Denah Amethyst  10 X 21

Page 38: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.3. Alexander 10 X 15

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 39: Bab & Pembahasan

2

Type Alexander memiliki 2 varian , Alexander Deluxe 

150m2  dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 1

carport, AlexanderSuperior 160m2 dilengkapi dengan 3 kamar

tidur + 1 kamar tidur pembantu serta 3 kamar mandi serta 1

carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.51. Tampak Depan Alexander 10 X 15

Gambar 2.52. Denah Type Alexander Deluxe

Gambar 2.53. Denah Type

Alexander Superior

Page 40: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.4. Albert 10 X 20

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 41: Bab & Pembahasan

2

Type Albert memiliki 2 varian , Albert Deluxe  125 m2 

dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 1 carport,

Albert Superior 140m2 dilengkapi dengan 3 kamar tidur + 1

kamar tidur pembantu serta 3 kamar mandi serta 1 carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.54. Tampak Depan Albert 10 X 20

Gambar 2.55. Denah Type Albert Deluxe

Gambar 2.56. Denah Type Albert Superior

Page 42: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.5. Audrey 10 X 15

Type Audrey luas bangunan 98 m2 , dilengkapi dengan 2

kamar tidur, 1 kamar tidur pembantu, 2 kamar mandi kamar

mandi dan 1 carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.57. Tampak Depan Audrey 10 X 15

Page 43: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.6. Arthur 10 X 15

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 44: Bab & Pembahasan

2

Type Arthur luas bangunan 66 m2 , dilengkapi dengan 2

kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.59. Tampak Depan Arthur 10 X 15

Page 45: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.7. Britney  9 X 15

Type Britney memiliki 2 varian , Britney Deluxe  106 m2 

dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 1 carport,

Brian Superior 125 m2 dilengkapi dengan 3 kamar tidur + 1

kamar tidur pembantu serta 3 kamar mandi serta 1 carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.61. Tampak Depan Britney  9 X 15

Gambar 2.62. Denah Type Britney Deluxe

Gambar 2.63.

Page 46: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.8. Brian  9 x 15

Type Brian memiliki 2 varian , Brian Deluxe  68 m2 

dilengkapi dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 carport,

Brian Superior 90 m2 dilengkapi dengan 2 kamar tidur + 1 kamar

tidur pembantu serta 2 kamar mandi serta 2 carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.63.

Gambar 2.64. Tampak Depan Brian  9 X 15

Gambar 2.65. Denah Type Brian Deluxe Gambar 2.66. Denah Type Brian Superior

Page 47: Bab & Pembahasan

2

2.3.3.9. Chester  8 x 16

Type Chester memiliki 2 varian , Chester Deluxe  59 m2 

dilengkapi dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 carport,

Chester Superior 69 m2 dilengkapi dengan 2 kamar tidur, 1

kamar mandi serta 1 carport.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.67. Tampak Depan Chester  8 x 16

Gambar 2.68. Denah Type Chester Deluxe

Page 48: Bab & Pembahasan

2

2.3.4. Progres Pekerjaan

Sekarang Progress Proyek perumahan CitraGrand Mutiara

Yogyakarta

sedang

menyiapkan lahan untuk pembangunan rumah antara lain type Chester dan

Brian karena sudah banyak yang di acc KPR oleh bank pemberi Kredit.

Pembangunan rumah sedang dikebut karena banyak customer yang

sudah bolak balik ke lapangan .pembangunan rumah dikerjakan oleh dua

kontraktor rekanan yaitu Delta Bangun Griya dan Catur Eka.

Pekerjaan sarana dan prasarana yang sedang on progress saat

kunjungan adalah pembuatan box culvert dan pembuatan talud batu kali

sungai yang dikerjanakan oleh Cv.Sembilan Pilar Utama ,pembuatan pagar

batas kawasan oleh dua kontraktor yaitu Citra Yudewi Perkasa dan Citra

Alam Mulya.Pekerjaan pembuatan box culvert sudah 95% sedangkan

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.69. Pekerjaan Sloof dan Kolom

Gambar 2.70. PekerjaanDinding dan Gunungan

Gambar 2.71. PekerjaanPasang Atap dan Genteng

Page 49: Bab & Pembahasan

2

pembuatan talud batu bali sungai baru mencapai 75%.tapi sekarang semua

sudah 100 % progress dilapangan.

2.3.5. Simpulan

Pembangunan Perumahan CitraGrand Mutiara Yogyakarata yang

berlokasi di PerengDawe mempunyai dampak positif bagi masyarakat

luas karena dengan adanya perumahan dari Grup Ciputra harga tanah

sekarang bias naik hamper 200% dari sebelumnya.selain itu banyak tenaga

kerja proyek yang berasal dari penduduk sekitar proyek sehingga

mengurangi angka pengangguran .

Sedangkan untuk dampak negatifnya mungkin tidak terlalu

keliahatan karena berada di area kampung maka banyak tuntutan dari warga

sekitanya untuk hal – hal yang tidak terlalu penting misalnya untuk

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Gambar 2.72. Pekerjaan Box Culvert dan Talud Sungai

Gambar 2.73. Pekerjaan Pagar Batas Kawasan

Page 50: Bab & Pembahasan

2

pembangunan sarana prasarana jalan kampung yang di kalim rusak karena

dilewati material proyek padahal tidak sama sekali.mungkin banyak miss

communication pada waktu awal – awal proyek di bangun.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 51: Bab & Pembahasan

2

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan selama 2

(dua) hari pada tanggal 17-18 September 2013 di Proyek Waduk Jatibarang, Proyek

Jalan Tol Semarang-Solo, dan Proyek Citra Grand Mutiara Yogyakarta, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan adanya pembangunan menuju era yang modern di perlukan teknologi

yang semakin canggih dan perhitungan yang sangat cermat. Perpaduan tersebut

tidak bisa di pisahkan karena menjadi kesatuan yang saling terikat satu sama

lain.

2. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Semarang dan DIY atau Jateng

merupakan salah satu centra perkembangan pembangunan yang sangat cepat

terutama dengan adanya pembangunan mega proyek yang menyangkut

kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

3. Jawa Tengah mulai bergeliat seolah bangun dari tidur menata pembangunan

dari Waduk Jatibarang yang menelan biaya Rp 1,2 Triliyun untuk seluruh

komponen pada program” Integrated Water Resources And Flood

Management Project For Semarang”.

4. Begitu juga Pembangunan ruas jalan Tol Semarang – Solo yang nantinya

sangat membantu perkembangan ekonomi warga Jateng dan DIY dan

mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di sepanjang jalan Semarang –

Solo sehingga nantinya mampu memperpendek jarak waktu tempuh.

5. Tidak lupa pembangunan properti yang menunjang program pemerintah

dengan adanya developer- developer bagi warga yang belum mempunyai

rumah. Sehingga masyarakat merasa sangat mudah untuk memperoleh tempat

tinggal.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Page 52: Bab & Pembahasan

2

3.2. Saran

Sebagai proses pembangunan kadang warga ada yang pro maupun kontra,

karena hal tersebut tidak lepas dari pendapat berbeda. Dari pemerintah kadang

sosialisai yang tidak sampai sasaran terbentur dengan adanya birokrasi yang sulit.

Untuk itu, berikut saran yang bisa kami sampaikan :

1. Tingkatkan tingkat pembangunan Jawa Tengah dan DIY agar tidak tertinggal

dengan daerah lain atau propinsi lain.

2. Jadikan Propinsi Jawa Tengah dan DIY dengan pembangunan akan tercipta

suasana yang lebih kondusif.

3. Agar lebih memajukan daerah yang dulu tertinggal menjadi lebih maju dengan

adanya pembangunan.

4. Terciptanya lapangan kerja bagi warga sekitarnya dan memajukan ekonomi

kerakyatan

Laporan Kuliah Kerja Lapangan