Bab & Pembahasan
-
Upload
fidzoh-putri-khafidzoh -
Category
Documents
-
view
169 -
download
14
description
Transcript of Bab & Pembahasan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dimaksudkan untuk membantu
mahasiswa dalam memahami materi teori yang diterima selama kuliah dengan cara
berkunjung ke lapangan pekerjaan, misalnya PROYEK WADUK JATIBARANG,
PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO, DAN PROYEK CITRA GRAND
MUTIARA YOGYAKARTA yang telah dilaksananakan oleh mahasiswa prodi D III
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pandanaran Semarang pada 17-18
September 2013.
Dalam melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini secara tidak
langsung akan membantu meningkatkan kemampuan dan keahlian masing-masing
mahasiswa. Program Kuliah Kerja Lapangan ini bermaksud untuk lebih
mendekatkan perguruan tinggi dengan lapangan pekerjaan, supaya mahasisiwa yang
melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mampu beradaptasi dan menambah
pengalaman serta menerapkan materi yang diperolah dari perkuliahan.
Dunia pekerjaan memberikan peranan dan manfaat yang besar, tidak hanya
bagi negara tapi juga berperan penting bagi masyarakat guna memudahkan dalam
aktifitas sehari-hari. Salah satu contohnya adalah proyek Jalan Tol Semarang-Solo
yang dapat mengurangi kemacetan di jalur utama.
1.2. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Adapun tujuan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tersebut antara lain :
1. Menerapkan teori yang diperoleh mahasiswa di perkuliahan dengan kenyataan
yang ada di lapangan.
2. Mengamati sistem kerja dalam membangun sebuah konstruksi.
3. Menunjukkan kepada mahasiswa dunia kerja di lapangan yang sesungguhnya.
4. Mempelajari resiko dan masalah-masalah yang muncul di lapangan.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
1
1.3. Manfaat Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Sedangkan manfaat dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL)antara lain :
1. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang selama ini diperoleh di perkuliahan.
2. Mengetahui sistem kerja dalam membangun sebuah konstruksi bendungan, jalan
maupun perumahan termasuk proses pelaksanaannya.
3. Wawasan mahasiswa mengenai dunia kerja menjadi lebih luas.
4. Mengetahui resiko yang dihadapi para pekerja dan masalah-masalah yang muncul
selama proses pembangunan sebuah konstruksi.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan Di Proyek Waduk
Jatibarang, Proyek Jalan Tol Semarang-Solo, dan Proyek Citra Grand Mutiara
Yogyakarta ini yaitu dengan mengumpulkan data-data sebenarnya yang ada di
lapangan dan dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama
proses pembangunan berlangsung. Selanjutnya mengumpulkan data pendukung yang
berasal dari buku, referensi dan beberapa situs internet yang berkaitan untuk
memperkuat hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan selama mengikuti Kuliah
Kerja Lapangan (KKL).
1.5. Ruang Lingkup dan Waktu Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dialksanakan di 3 (tiga) lokasi pembangunan
yang masih berlangsung yaitu di Proyek Waduk Jatibarang, Proyek Jalan Tol
Semarang-Solo, dan Proyek Citra Grand Mutiara Yogyakarta. Kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) dilaksanakan selama 2 (dua) hari pada tanggal 17-18 September
2013.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
BAB II
PEMBAHASAN DAN OBSERVASI
2.1. PROYEK WADUK JATIBARANG
2.1.1. Latar Belakang Proyek
Proyek Pembangunn Waduk Jatibarang merupakan komponen-B
dari program “Integrated Water Resources And Flood Management Project
For Semarang”, selain Normalisai Kali Garang dan Banjir Kanal Barat
yang merupakan bagian dari sistem drainase Semarang Tengah, dan
Perbaikan Drainase Kota Semarang. Proyek pembangunan Waduk
Jatibarang sudah dirintis sejak tahun 2004. Penandatangan kontrak
konstruksi antara Pemilik Pekerjaan yaitu BBWS Pemali Juana – SNVT
Pembangunan Waduk Jatibarang dengan pihak Kontraktor PT. Brantas
Abipraya, PT. Waskita Karya dan PT. Wijaya Karya, JO (nomor kontrak :
KU.07.02/Ao.613/Ao.5.3/02); telah dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober
2009 dengan jangka nwaktu pelaksanaan selama 1520 hari kalender sampai
dengan tanggal 08 Januari 2014. Pembangunan Waduk Jatibarang berlokasi
di Desa Kandri Kec. Gunungpati dengan luas lahan ± 266 hektare dengan
biaya investasi mencapai Rp. 600 miliar. Keseluruhan biaya pembangunan
Waduk Jatibarang itu dibiayai oleh pinjaman Japan International
Cooperation Agency (JICA).
Tujuan utama dari pembangunan Waduk Jatibarang adalah untuk
mengurangi debit banjir hingga ± 100 m³/det. Melihat dari sejarah debit
banjir Kali Garang yang tercatat di Dam Simongan yaitu pada tahun 1990
yang merupakan debit banjir tertinggi mencapai Q = 942 m³/det yang
menenggelamkan ratusan rumah di daerah Sampangan dan menewaskan 47
orang, merobohkan 25 rumah dan mengakibatkan 126 rumah dan 15
bangunan fasilitas umum rusak. Sekitar 145 hektare daerah permukiman
tergenang dengan ketinggian 2 meter selama lebih dari tiga jam.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Selain mengatasi masalah banjir, Waduk Jatibarang juga bermanfaat
sebagai pembangkit listrik mikro hidro dengan kapasitas 1.500 Kw, dan
juga untuk menampung air bersih diperkirakan 13,6 juta m³ sehingga
mampu menyediakan air minum 1.050 m³/det. Karena berada di tengah kota
besar, sehingga Waduk Jatibarang berpotensi sebagai tempat wisata karena
di tengah waduk akan terdapat pulau yang tersisa, yakni kawasan Goa Kreo
yang saat ini banyak ditinggali kera ekor panjang dan sudah dikenal sebagai
lokasi obyek wisata. Pulau itu akan dihubungkan dengan jembatan
sepanjang 72 meter yang didesain sebagai lokasi pejalan kaki dan sarana
kendaraan bermotor.
2.1.2. Lingkup Pekerjaan
Proyek Pembangunan Waduk Jatiarang tidak lepas dari kegiatan-
kegiatan yang lainnya. Waduk Jatibarang dibangun sebagai Pengelolaan
Sumber Daya Air (PSDA) dan Pengendalian Banjir secara terpadu dan
serbaguna. Hal tersebut dilakukan melalui pemantauan dan pengevaluasian
penyelenggaraan konservasi dan pendayagunaan SDA serta pengendalian
daya rusak air. Selain pembangunan waduk, dilakukan juga normalisasi
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.1. General Plan Pembangunan Waduk Jatibarang
2
Kali Garang, pembangunan banjir kanal barat dan drainase kota sebagai
upaya penanggulangan banjir serta menambah pasokan air baku bagi
Semarang.
Untuk pembangunan Waduk tersebut meliputi beberapa bagian,
yaitu:
1. Pekerjaan pembangunan waduk itu sendiri (Dam Body And Related
Structures Construction Of Jatibarang Multipurpose Dam);
2. Pembangunan gedung pengelolaan bendungan jatibarang dan
jembatan kreo (Dam Management Office And Pedestrian Bridge);
3. Penanaman di green belt atau sabuk hijau di seputar bendungan
(Comunity based Conservation of Greenbelt Area and Pilot Project
for Improvement of Cathment).
2.1.3. Normalisasi Kali Garang dan Banjir Kanal Barat
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
1:1.0
23
25
26
VOLLEY
BALL COUR
T
AD
MIN
ISTR
AT
ION
BU
ILD
ING
STA
FF
HO
USE
-1
STA
FF
HO
USE
-2ST
AFF
H
OU
SE-4
STA
FF
HO
USE
-3M
USH
OLL
A
WARE
HOUSE
TENIS
COURT
WAITING ROOM
SECURITY POS-I
SECURITY POS-
II
WATERPARK
TENIS
COURT
PODIUM
Gambar 2.2. General Plan Komponen B
2
Program normalisasi sungia/ kanal pengendali banjir merupakan
bagian dari upaya mengatasi banjir pada sistem drainase di Kota Semarang,
terutama di Kota bagian bawah. Semarang memiliki tiga sistem drainase,
yaitu Semarang Barat, Semarang Tengah, dan Semarang Timur, masing-
masing didukung subsistem drainase. Kali Garang dan Banjirkanal Barat
merupakan bagian dari sistem drainase Semarang Tengah. Normalisasi Kali
Garang dan Banjirkanal Barat mampu meningkatkan kapasitas debit yang
semula 300-400 m3/ detik menjadi 740 m3/ detik (dari seharusnya 970 m3/
detik) untuk debit banjir periode 50 tahunan. Sejatinya, aliran itu sudah
direduksi 230 m3/ detik oleh keberadaan Waduk Jatibarang.
Pengembangan normalisasi Kali Garang dan Banjirkanal Barat tidak
hanya mempertimbangkan aspek teknis fungsi, tetapi perlu memadukan
dengan pemenuhan fasilitas kenyamanan sungai. Saat ini bisa dilihat di tepi
kanal ada
jogging track,
panggung
terbuka, selter,
lampu
penerang di
pinggir
Banjirkanal Barat, dan sarana penghijauan sebagai perwujudan upaya
restorasi sungai.
Banjir Kanal Barat merupakan terusan dari Kali Garang yang
bersumber di Gunung Ungaran. Kali Garang memiliki dua buah anak
sungai, yaitu Kali Kripik dan Kali Kreo yang mempunyai panjang masing-
masing 12 km dan 10 km. Daerah tangkapan Kali Garang mencapai 204
km2, termasuk daerah tangkapan Kali Kripik 93,4 km2 dan Kali Kreo 70
km2. Pada jalur Kali Garang terdapat Bendung Simongan yang terletak 5,3
km dari muara sungai. Luas daerah genangan Kali Garang mencapai sekitar
145 ha dengan kedalaman mencapai 2 m hingga 3 m. Normalisasi Banjir
Kanal Barat sepanjang 9,2 Km dimulai dari Tugu Suharto sampai muara
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.3. Normalisasi Banjir Kanal Barat -1
2
laut Jawa hingga pertemuan Kali Garang dengan Kali Kreo. Sedangkan
perbaikan sungai Kali Garang dimulai dari muara sungai sampai Bendung
Simongan. Kegiatan normalisasi tersebut meliputi peninggian tanggul,
pengerukan sungai, pembuatan talut dari pasangan batu dan beton, serta
peninggian jembatan kereta api.
2.1.4. Dam Body And Related Structures Construction Of Jatibarang
Multipurpose Dam
Dam Jatibarang dibangun ± 10 Km di hulu pertemuan Kali Garang
dengan data teknis sebagai berikut :
Tipe Bendungan berupa urugan batu berzona dengan inti ditengah.
Tinggi di atas pondasi : 77 m
Elevasi puncak : + 157 m
Panjang puncak : 200 m
Lebar puncak : 10 m
Daerah tangkapan : 54 Km²
Luas genangan : 189 Ha
Muka air maksimum : + 155,30
Muka air minimum : + 148,90
Tampungan total : 20,4 jt m3
Tampungan bersih : 13,6 jt m3
Pengendalian banjir : 2,7 jt m3
Air minum : 10,9 jt m3
Tampungan mati : 6,8 jt m3
Untuk sedimen/sheet erosion = 2,6 mm/th, umur rencana waduk 50 th.
Laporan Kuliah Kerja LapanganGambar 2.5. Potongan Melintang Tipikal Tubuh Bendungan
2
Data kontrak untuk pembngunan Komponen B Paket B-1 Dam Body
And Related Structures Construction Of Jatibarang Multipurpose Dam
yaitu :
Pemilik pekerjaan : Kementrian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Balai Besar Wilayah Sungai Pemali – Juana
SNVT Pembangunan Waduk Jatibarang
Sumber dana : JICA LOAN IP-534
Kontrk : Component B: Construction Of Jatibarang
Multipurpose Dam Package B-1 : Dam Body
And Related Structures
Nomor kontrak : KU.07.02/Ao.6.13/Ao.5.3/02
Lokasi pekerjaan : Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen
Tanggal kontrak : 15 Otober 2009
Waktu pelaksanaan : 15 Oktober 2009 – 08 Januari 2014
(1.520 hari kalender)
Konsultan : CTI And Associated
Kontraktor pelaksana : PT. Brantas Abipraya
PT.Waskita Karya
PT.Wijaya Karya
J.O
2.1.4.1. Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel)
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.6. Potongan Memanjang Tipikal Tubuh Bendungan
2
Pembangunan Waduk Jatibarang dimulai dengan ground
breaking pengeboran pertama terowongan saluran pengelak yang
dilakukan oleh Menteri PU.
Saluran pengelak berfungsi untuk mengelakkan aliran
sungai Kreo atau yang melintasi lokasi bendungan selama masa
pembangunan bendungan. Bendungan pengelak sendiri terdiri dari
Bendungan Pengelak (cofferdam) Utama, Portal Inlet dan outlet
serta terowongan pengelak sepanjang 441 m. Terowongan tersebut
didesain untuk dapat mengatasi banjir selama 25 tahun dengan
besaran 280m3/detik. Pengeboran terowongan pengelak dilakukan
dari dua arah yang berlawanan.
Data teknis terowongan pengelak (Diversion Tunnel)
sebagai berikut :
1. Terowongan
Debit rencana (Q.25 th) : 280 m³/det
Bentuk : tapal kuda diameter 5,6 m
Konstruksi : beton
Panjang : 441 m
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
PETA SITUASI TEROWONGAN PENGELAK
POTONGAN MEMANJANG
POTONGAN MELINTANG
BENDUNGAN PENGELAK
TEROWONGAN PENGELAKPOTONGAN MELINTANG
Gambar 2.8. Potongan Terowongan pengelak
2.7. Terowongan pengelak
2
Elevasi : Inlet EL. + 98,50 m
2. Bendungan pengelak
Elevasi : EL. + 113,0 m
Konstruksi : timbunan tanah
(kemiringan 1 : 3)
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.9. Pengeboran Terowongan pengelak
Gambar 2.10. Pembetonan Terowongan pengelak
Gambar 2.11. Inlet Terowongan pengelak
2
2.1.4.2. Bangunan Pengeluaran (Outlet Tunnel)
Bangunan Pengeluaran berfungsi sebagai pendistribusian
air bersih (maks. Q = 2,53 m³/det) dan juga sebagai Emergency,
penurunan muka air dengan cepat untuk keamanan bendungan (Q
= 6 m³/det pada muka air rendah). Di bawah ini desain bangunan
pengeluaran (Outlet Tunnel) sebagai berikut:
Elevasi Intake : EL. + 125 m (sedimentasi: EL. + 123 m)
Elevasi muka air waduk dapat diturunkan sampai ke Elevasi
muka air rendah (EL. + 136 m) dalam waktu 1 (satu) bulan.
Bangunan pengambilan type miring 45°, 1 bulkhead gate
Saluran pembawa, Pipa baja Ø 1,40 m tertanam dalam
terowongan Ø 2,50 m, panjang 403 m.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
SALURAN PENGELUARAN(OUTLET)
AS BENDU NGAN
PUNC AK B ENDUNGANE L. 157. 000m
Ø 650 HIGH PRESSURE SLID E GA TE TYPE GUARD GATE
Ø 650 JET FLOW G ATE TY PE CON TROL GATE
Gambar 2.12. Potongan Memanjang Outlet Tunnel
Gambar 2.13. Profile Outlet Tunnel
2
Saluran pembawa tersebut direncanakan akan dihubungkan
dengan pembangkit listrik Micro Hydro dengan Q maksimal 3
m³/det, maksimal Gross Head 65,5 m dengan kapasitas terpasang
1,50 MW dengan relokasi tower (Saluran Udara Tegangan Tinggi)
SUTT 150 kVa sebanyak 7 (tujuh) tower menjadi 12 (dua belas)
titik tower. Dari seluruh tower tersebut 9 (sembilan) diantaranya
sudah berdiri dan 3 (tiga) tower masih dalam proses pembebasan
tanah tapak.
2.1.4.3. Bangunan Pelimpah (Spillway)
Spillway
dengan panjang 307
m tersebut berfungsi
sebagai limpasan air
serta jembatan yang
nanti akan
menghubungkan
dengan lokasi wisata
Goa Kreo.
Berikut data teknis Bangunan Pelimpah (Spillway) :
Desain banjir
o PMF
Inflow : 1.600 m³/det
Outflow : 1.350 m³/det
o Banjir 50- tahunan
Inflow : 290 m³/det
Outflow : 100 m³/det
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.14. Spillway
Gambar 2.15. Proses Pembangunan Spillway
2
Layanan Spillway
o Elevasi mercu : EL. 149,3 m
o Panjang mercu : 15,0 m
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.16. Potongan Memanjang Spillway
Gambar 2.17. Pekerjaan Konstruksi Beton Spillway
2
Emergency Spillway
o Elevasi mercu : EL. 151,8 m
o Panjang mercu : 60,0 m
Kolam Olak : ᵂ24,0 m x ᴸ60,0 m
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.18. Emergency Spillway
Gambar 2.19. Proses PembangunanEmergency Spillway
Gambar 2.20. Pengecoran Beton Lantai Emergency Spillway
2
2.1.4.4. Main Dam
Pelaksanaan pekerjaan utama (Main Dam) ditandai dengan
pemadatan tanah di tubuh inti bendungan oleh Kepala Balai Besar
Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Ir Isprasetya Basuki MSC
dan Kepala Satuan Kerja Non-Vertikal Tertentu Pembangunan
Waduk Jatibarang, Ir M Mazid. Inti dari tubuh bendungan terdiri
dari timbunan tanah kedap air (clay) yang dipadatkan, kemudian
kiri kanannya berupa urugan batu. Bendungan tersebut memiliki
tinggi 74 meter dengan panjang 200 meter dan lebar atas 10 meter.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.22.Bagian Inti bendungan ditutupi terpal biru
Gambar 2.21.Pemadatan Timbunan Tanah Pada Inti bendungan
2
Dalam pelaksanaan core embankment dam ini, persyaratan
koefisien permeabilitasnya mencapai 1 x 10¯⁵ cm/detik. Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya kebocoran di main dam.
Pekerjaan contact clay dan core embankment merupakan kegiatan
penting karena core berfungsi untuk memperlambat resapan air.
Pekerjaan core embankment tersebut dikerjakan sebelum
memasuki musim penghujan, karena pekerjaan core sangat sensitif
bila terjadi turun hujan untuk menjaga kelembaban tanah di tubuh
bendung yang harus diukur sesuai dengan ketentuan.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.23.Upstream View Embankment Dam
Gambar 2.24.Downstream View Embankment Dam
2
Di dalam tubuh bendungan tersebut, dilengkapi dengan
konstruksi galeri yang difungsikan untuk keperluan inspeksi.
Terowongan inspeksi tersebut tembus dari ujung tubuh bendungan
ke ujung yang lainnya menyusuri bawah tubuh bendungan.
Konstruksi ini ditujukan untuk memantau tingkat keamanan
seperti mendeteksi perilaku tubuh bendungan meskipun di
dalamnya juga sudah dilengkapi dengan instrumen untuk
memonitor dari parameter-parameter teknis. Konstruksi galeri ini
nantinya terdapat 300 anak tangga di bagian kanan dan kiri untuk
melakukan inspeksi menurun ke bagian galeri horisontal di down
stream.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.26. Terowongan Inspeksi
Gambar 2.25. Potongan Melintang Terowongan Inspeksi
2 Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.27. Konstruksi Galery
Gambar 2.28. Pembangunan Left Galery dan Right Galery
Gambar 2.29. Pembangunan Entrance Galery
2
2.1.5. Dam Management Office And Pedestrian Bridge
Pembangunan gedung manajemen bendungan ini meliputi gedung
administrasi untuk operasional bendungan, mushala, gudang alat dan rumah
pekerja sebanyak empat unit. Tempat tersebut juga dilengkapi dengan sarana
seperti lapangan tenis dan lapangan volley.
Selain pembangunan gedung pengelolaan waduk, dalam komponen
B paket B-4 juga mencakup pembangunan jembatan Kreo sepanjang 72
meter yang didesain sebagai lokasi pejalan kaki dan sarana kendaraan
bermotor. Jembatan Kreo tersebut berfungsi sebagai penghubung pulau yang
tersisa di tengah waduk, yakni kawasan Goa Kreo yang saat ini banyak
ditinggali kera ekor panjang dan sudah dikenal sebagai lokasi obyek wisata.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.31. Pembangunan Jembatan Kreo Gambar 2.32. Jembatan Kreo
Gambar 2.30. Bangunan Sentral Pengendali Waduk Jatibarang
2
Data kontrak untuk pembngunan Komponen B Paket B-4 Dam
Management Office And Pedestrian Bridge yaitu :
Pemilik pekerjaan : Kementrian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Balai Besar Wilayah Sungai Pemali – Juana
SNVT Pembangunan Waduk Jatibarang
Sumber dana : JICA LOAN IP-534
Kontrk : Component B: Construction Of Jatibarang
Multipurpose Dam Package B-4 : Dam
Management Office And Pedestrian Bridge
Nomor kontrak : KU.03.01/Ao.6.12/X/2011/18
Lokasi pekerjaan : Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen
Tanggal kontrak : 22 Nopember 2011
Waktu pelaksanaan : 578 hari kalender
Konsultan : CTI And Associated
Kontraktor pelaksana : PT. Brantas Abipraya
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.33. Gedung Pengelolaan Waduk Serbaguna Jatibarang
Gambar 2.34. Pembangunan Gedung Pengelolaan
Waduk Serbaguna Jatibarang
2
2.1.6. Comunity based Conservation of Greenbelt Area and Pilot Project for
Improvement of Cathment
Paket Comunity based Conservation of Greenbelt Area and Pilot
Project for Improvement of Cathment meliputi pembuatan sabuk hijau di
sekitar waduk. Tanaman yang ditanam adalah tanaman yang sifatnya
mengikat air untuk mengurangi terjadinya erosi. Karena mengikat air,
tanaman tersebut bisa menjadikan tanah di seputar bendungan lebih padat.
Data kontrak untuk pembngunan Komponen B Paket B-3 Comunity
based Conservation of Greenbelt Area and Pilot Project for Improvement of
Cathment yaitu :
Pemilik pekerjaan : Kementrian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Sumber dana : JICA LOAN IP-534
Kontrk : Component B: Construction Of Jatibarang
Multipurpose Dam Package B-3 : Comunity
based Conservation of Greenbelt Area and
Pilot Project for Improvement of Cathment
Nomor kontrak : KU.03.01/Ao.6.12/III/2012/02
Lokasi pekerjaan : Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen
Tanggal kontrak : 16 Maret 2012
Waktu pelaksanaan : 270 + 240 hari kalender
Konsultan : CTI And Associated
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.35. Rencana Penanaman Sabuk Hijau
2
Kontraktor pelaksana : PT. Duta Mas Indah
Dibawah ini adalah zonasi ruang terbuka hijau waduk Jatibarang :
Segment Area (Ha) Application Remaks
1 24,2 ArboretumBotanical garden with collection of woody
tree, rare trees, various species of bamboo
2 25,0 AgroforestCombination of agricultural and forestry
technologies
3 17,7 Ecotourism
Natural destination, minimize impact, build
environmental awareness, provide financial
benefit for conservation and for local peoples
4 26,6Buffer Zone /
AgroforestWet land ponds to prevent water polution
5 19,1Buffer Zone /
AgroforestWet land ponds to prevent water polution
6 16,2 Arboretum Botanical garden with collection of woody
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.33 Gedung Pengelolaan Waduk Serbaguna Jatibarang
Gambar 2.34 Pembangunan Gedung Pengelolaan
Waduk Serbaguna Jatibarang
2
tree, rare trees, various species of bamboo
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Pengertian :
Arboretum : kawasan konservasi (in situ or ex situ) dan koleksi
aneka ragam tanaman hidup untuk ilmu pengetahuan, pendidikan,
laboratorium alam dan estetika.
Agro-forestry : pola dan system pertanian, kombinasi tanaman
pohon dan tanaman semusim, sehingga menjadi kebun campuran
antara hutan pohon dan multi purpose tree species (MPTS) (buah).
Ecotourism : fokus obyek wisata di keindahan alam dan kegiatan
pertanian.
Buffer-zone : daerah yang berfungsi sebagai pengendali dan
pengolah pencemaran sehingga kualitas air dapat terkontrol secara
baik.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.36. Pengarahan Green Belt
Gambar 2.37. Penanaman Green Belt
Gambar 2.38. Tanaman Green Belt
2
2.1.7. Simpulan
Dari uraian tentang pembangunan Waduk Jatibarang di atas, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembangunan Waduk Jatibarang merupakan salah satu proyek
pengendalian banjir di Kota Semarang, selain Normalisasi sungai
Kaligarang dan Banjir Kanal Barat.
2. Waduk Jatibarang juga berfungsi sebagai pembangkit listrik mikro
hidro dengan kapasitas 1.500 Kw.
3. Waduk Jatibarang memiliki potensi wisata yang sangat tinggi,
dengan adanya sisa pulau di tengah waduk, yaitu Goa Kreo.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.39.Over View Sebelum Tergenang
Gambar 2.40.Over View Setelah Tergenang
2
2.2. PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO
2.2.1. Latar Belakang Proyek
Sebagai negara berkembang yang sedang menuju zaman lebih
modern dan penuh tantangan dalam dunia konstruksi, khususnya pada era
globalisasi saat ini maka diperlukan adanya pertumbuhan industri
konstruksi dalam negeri yang lebih baik dari segi manajemen, sumber daya
manusia, kemampuan finansial dan kesiapan peralatan, dengan tetap
mengutamakan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara bijak dan
ramah lingkungan.
Kehadiran proyek pembangunan jalan tol Semarang – Solo akan
memberi kontribusi ekonomi yang besar dalam mengembangkan kawasan
dan penduduk di sekitar jalur jalan tol khususnya dan masyarakat Jawa
Tengah umumnya. Proyek ini diharapkan dapat mengurai kemacetan yang
selama ini terjadi pada jalur Semarang – Solo yang mana pada ruas
Semarang-Bawen terdapat kawasan industri yang potensial di daerah
Ungaran, Karangjati dan Bawen. Dengan demikian kehadiran Jalan Tol
Semarang-Solo ini dapat mempersingkat jarak tempuh, waktu perjalanan
dan mengefiisienkan mobilitas penduduk dan distribusi barang.
Pemerintah melalui Kementerian PU telah memprakarsai program
kerjasama antar pemerintah dengan swasta, salah satunya dengan
mewujudkan jalan tol koridor Trans Jawa. Jalan Tol Semarang-Solo ini
merupakan bagian dari ruas Trans Jawa yang belum terselesaikan. Dalam
Ruas Semarang- Solo sepanjang 72,64 km tersebut, tepatnya pada seksi 2
akan dibangun jembatan
tol Lemah Ireng yang
memiliki panjang 1 km
sehingga menjadi
jembatan terpanjang
melebihi beberapa ruas
jembatan yang ada di
jalan Tol Cipularang.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.41. Jembatan Lemah Ireng lokasi km 25.
2
Pembangunan Jalan tol Semarang-Solo dibagi menjadi dua tahap
yang terdiri dari Ruas Semarang-Bawen dan Ruas Bawen-Solo. Tahap I
yang dibagi menjadi 2 seksi yang perkembangannya saat ini terus
menunjukkan peningkatan. Seksi 1 ruas Semarang-Ungaran sepanjang
10,85 km sudah beroperasi sejak November tahun lalu. Sedangkan seksi 2
ruas Ungaran-Bawen diperkirakan akan selesai akhir tahun 2013.
Seksi dua ruas Ungaran-Bawen sepanjang 11,95 km dibagi dalam
empat paket. Paket III dan paket IV sepanjang 7,15 km yang diperkirakan
selesai pada Oktober tahun 2013. Jalan tol ini nantinya akan memiliki pintu
gerbang di Banyumanik, Ungaran dan Bawen yang terbagi dalam sembilan
jembatan dan empat simpang susun.
Data teknis pembangunan jalan tol Semarang – Bawen tahap I
section II paket V secara garis besar terdiri dari :
1. Perkerasan jalan beton (Rigid Pavement) 4 jalur 2 jalur
sepanjang 2.911 m, dengan inner dan outer shoulder ATB.
2. Jembatan Utama :
1 buah ( panjang = 889 m ) yaitu jembatan Lemah
Ireng.
Pier = 19 bh (tinggi = 8 m – 50 m)
Abutment = 2 bh
Beton kelas E = 503 m3
Beton kelas B1 = 7.728 m3
Beton kelas BB = 3.4617 m3
Beton kelas C 1 = 1.110 m3
Besi = 6.736.354 kg
3. Over pass : 4 bh (OP Derekan, OP PTPN, OP
Lemahireng dan OP Ngelarangan)
4. Reinforced Concrete Pipe : 4 bh
5. Box Cluvert : 2 bh
6. Bangunan Syphon : 1 bh
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
7. Galian tanah : ± 901.327 m3
8. Timbunan tanah : ± 616.033 m3
2.2.2. Lingkup Pekerjaan
Pembangunan
proyek jalan tol Semarang
– Solo memadukan
teknologi modern dengan
tenaga manusia yang tak
bisa dipisahkan. Sehingga
mampu menciptakan suatu
hasil dari teknologi yang sangat di banggakan.
Pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan jalan tol Semarang-
Solo meliputi:
a. Pekerjaan cut and fill
b. Pekerjaan bor pile
c. Pekerjaan footing dan pilar kolom
d. Pekerjaan box travelier
e. Pekerjaan jembatan rangka baja
f. Pekerjaan girder
g. Pekerjaan rigid payment
h. Pekerjaan overpass
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.42. Pekerjaan Pemadatan Tanah
Gambar 2.43. Pekerjaan Straching Girder
2
i. Pekerjaan box
cluvert
j. Pekerjaan rambu
rambu
k. Pekerjaan saluran
Dalam semua jenis
pekerjaan membutuhkan
ketelitian yang sangat tinggi sehingga didapatkan hasil yang sangat
maksimal dan bermutu disertai perhitungan yang sangat cermat.
2.2.3. Pembahasan Masalah
Dalam
perencanaan
pembangunan menggunakan girder akan tetapi dalam pelaksanaan di
gunakan teknologi box cantilever travelier dan sudah mendapatkan
persetujuan pihak TMJ selaku owner dan Konsultan dan di sertai dengan
hasil perhitungan konstruksi dan menurut perhitungan mampu menghemat
waktu serta biaya dalam pelaksanaan.
Mengingat dalam pelaksanaan dan sesuai kondisi situasi maka
dibedakan mutu beton.
Footing atau pondassi
dasar yang posisinya
berada di atas pondasi
bor pile yang menahan
beban di atasnya. Dan
menggunakan mutu K-
300 atau B3 karena
posisi footing berada
dalam tanah atau
tertutup sehingga
memungkinkan suhu
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.44. Pekerjaan Core DrilledBeton Rigid Pavement
2
tidak banyak mengalami perubahan atau tidak terkena perubahan cuaca
secara langsung.
Sedangkan pilar atau kolom menggunakan mutu K-500 atau B1
karena pilar atau kolom selalu bersinggungan secara langsung dengan cuaca
ekstrim terkena matahari, hujan atau perubahan cuaca yang sangat cepat
sehingga memerlukan mutu beton yang sangat tinggi.
Sesuai dengan hasil pekerjaan sondir bahwa kedalaman pondasi
tiang bor pile adalah 21 m karena sudah memenuhi syarat mencapai tanah
keras atau mampu menopang beban di atasnya.
Pekerjaan pondasi bor pile diperuntukan pada bangunan konstruksi
jembatan ini karena mampu menahan beban kontsruksi diatasnya. Bor pile
dengan ukuran diameter 1,8 m dan kedalam ±21m di pergunakan pada
lokasi Pier 1 hingga Pier 6 sedangkan bor pile ukuran diameter 0,8 m
dengan kedalaman ±21m di pergunakan pada lokasi Abutment 1 dan
Abutment 2. Dengan system pelaksanaan menggunakan mesin bor soilmex
mekanik dan saat pengecoran menggunakan pipa treami yang masuk
kedalam lubang bor.
2.2.4. Simpulan
Semua jenis pekerjaan yang dilakukan dalam pelaksanaan mengacu
pada gambar yang disetujui dan sesuai rencana kerja dan syarat yang
berlaku dan mendapat persetujuan dari pihak Owner. Semua pekerjaan yang
dilaksanakan selalu berkoordinasi dengan masyarakat sekitarnya.
Penggunaan teknologi tepat guna sangat diperlukan guna memperlancar
pekerjaan sehingga tepat waktu ,tepat mutu dan hemat biaya.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
5. Pek. Pengeboran Bor pile jembatan Lemahireng
2
2.3. PROYEK CITRA GRAND MUTIARA YOGYAKARTA
2.3.1. Latar Belakang Proyek
Perumahan Citra Grand Mutiara Yogyakarta yang merupakan
sebuah persembahan dari Grup Ciputra di Jogja Barat yang merupakan
proyek perumahan terbesar di Yogyakarta saat ini, dengan luas sekitar 10
Ha. Perumahan ini terletak di jalan Jogja-Wates km 9 Balecatur, Gamping,
Sleman.
2.3.2. Lingkup Pekerjaan
Proyek Perumahan CitraGrand Mutiara Yogyakarta merupakan
proyek yang sangat menjanjikan bagi prospek ke depan untuk investasi
jangka panjang maupun untuk tempat tinggal sendiri. Proyek Perumahan
Citra Grand Mutiara Yogyakarta terdiri dari beberapa lingkup pekerjaan
seperti pembangunan perumahan, sarana prasarana dan waterparknya.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.47. Masterplan Citra Grand Mutiara
2 Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
2.3.3. Tipe Rumah Citra Grand Mutiara Yogyakarta
Di bawah ini berbagai macam tipe rumah yang terdapat dalam
Master Plan Citra Grand Mutiara Yogyakarta :
2.3.3.1. Alexandrite 15 X 21
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Alexandrite dengan luas bangunan 343 m2 merupakan
rumah terbesar di Citra Grand Mutiara dan berada di lokasi yang
paling strategis, dilengkapi dengan 4 kamar tidur, 3 kamar mandi,
1 garasi dan carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.48. Tampak Depan Alexandrite 15 X 21
Gambar 2.49. Denah Alexandrite 15 X 21
2
2.3.3.2. Amethyst 10 X 21
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2 Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Amethyst adalah salah satu Type di lokasi terbaik dan
exclusive. Amethyst dengan luas bangunan 254 m2 dilengkapi
dengan 4 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 garasi dan carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.50. Tampak Depan Amethyst 10 X 21
Gambar 2.51. Denah Amethyst 10 X 21
2
2.3.3.3. Alexander 10 X 15
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Type Alexander memiliki 2 varian , Alexander Deluxe
150m2 dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 1
carport, AlexanderSuperior 160m2 dilengkapi dengan 3 kamar
tidur + 1 kamar tidur pembantu serta 3 kamar mandi serta 1
carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.51. Tampak Depan Alexander 10 X 15
Gambar 2.52. Denah Type Alexander Deluxe
Gambar 2.53. Denah Type
Alexander Superior
2
2.3.3.4. Albert 10 X 20
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Type Albert memiliki 2 varian , Albert Deluxe 125 m2
dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 1 carport,
Albert Superior 140m2 dilengkapi dengan 3 kamar tidur + 1
kamar tidur pembantu serta 3 kamar mandi serta 1 carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.54. Tampak Depan Albert 10 X 20
Gambar 2.55. Denah Type Albert Deluxe
Gambar 2.56. Denah Type Albert Superior
2
2.3.3.5. Audrey 10 X 15
Type Audrey luas bangunan 98 m2 , dilengkapi dengan 2
kamar tidur, 1 kamar tidur pembantu, 2 kamar mandi kamar
mandi dan 1 carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.57. Tampak Depan Audrey 10 X 15
2
2.3.3.6. Arthur 10 X 15
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
Type Arthur luas bangunan 66 m2 , dilengkapi dengan 2
kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.59. Tampak Depan Arthur 10 X 15
2
2.3.3.7. Britney 9 X 15
Type Britney memiliki 2 varian , Britney Deluxe 106 m2
dilengkapi dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 1 carport,
Brian Superior 125 m2 dilengkapi dengan 3 kamar tidur + 1
kamar tidur pembantu serta 3 kamar mandi serta 1 carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.61. Tampak Depan Britney 9 X 15
Gambar 2.62. Denah Type Britney Deluxe
Gambar 2.63.
2
2.3.3.8. Brian 9 x 15
Type Brian memiliki 2 varian , Brian Deluxe 68 m2
dilengkapi dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 carport,
Brian Superior 90 m2 dilengkapi dengan 2 kamar tidur + 1 kamar
tidur pembantu serta 2 kamar mandi serta 2 carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.63.
Gambar 2.64. Tampak Depan Brian 9 X 15
Gambar 2.65. Denah Type Brian Deluxe Gambar 2.66. Denah Type Brian Superior
2
2.3.3.9. Chester 8 x 16
Type Chester memiliki 2 varian , Chester Deluxe 59 m2
dilengkapi dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 carport,
Chester Superior 69 m2 dilengkapi dengan 2 kamar tidur, 1
kamar mandi serta 1 carport.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.67. Tampak Depan Chester 8 x 16
Gambar 2.68. Denah Type Chester Deluxe
2
2.3.4. Progres Pekerjaan
Sekarang Progress Proyek perumahan CitraGrand Mutiara
Yogyakarta
sedang
menyiapkan lahan untuk pembangunan rumah antara lain type Chester dan
Brian karena sudah banyak yang di acc KPR oleh bank pemberi Kredit.
Pembangunan rumah sedang dikebut karena banyak customer yang
sudah bolak balik ke lapangan .pembangunan rumah dikerjakan oleh dua
kontraktor rekanan yaitu Delta Bangun Griya dan Catur Eka.
Pekerjaan sarana dan prasarana yang sedang on progress saat
kunjungan adalah pembuatan box culvert dan pembuatan talud batu kali
sungai yang dikerjanakan oleh Cv.Sembilan Pilar Utama ,pembuatan pagar
batas kawasan oleh dua kontraktor yaitu Citra Yudewi Perkasa dan Citra
Alam Mulya.Pekerjaan pembuatan box culvert sudah 95% sedangkan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.69. Pekerjaan Sloof dan Kolom
Gambar 2.70. PekerjaanDinding dan Gunungan
Gambar 2.71. PekerjaanPasang Atap dan Genteng
2
pembuatan talud batu bali sungai baru mencapai 75%.tapi sekarang semua
sudah 100 % progress dilapangan.
2.3.5. Simpulan
Pembangunan Perumahan CitraGrand Mutiara Yogyakarata yang
berlokasi di PerengDawe mempunyai dampak positif bagi masyarakat
luas karena dengan adanya perumahan dari Grup Ciputra harga tanah
sekarang bias naik hamper 200% dari sebelumnya.selain itu banyak tenaga
kerja proyek yang berasal dari penduduk sekitar proyek sehingga
mengurangi angka pengangguran .
Sedangkan untuk dampak negatifnya mungkin tidak terlalu
keliahatan karena berada di area kampung maka banyak tuntutan dari warga
sekitanya untuk hal – hal yang tidak terlalu penting misalnya untuk
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 2.72. Pekerjaan Box Culvert dan Talud Sungai
Gambar 2.73. Pekerjaan Pagar Batas Kawasan
2
pembangunan sarana prasarana jalan kampung yang di kalim rusak karena
dilewati material proyek padahal tidak sama sekali.mungkin banyak miss
communication pada waktu awal – awal proyek di bangun.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan selama 2
(dua) hari pada tanggal 17-18 September 2013 di Proyek Waduk Jatibarang, Proyek
Jalan Tol Semarang-Solo, dan Proyek Citra Grand Mutiara Yogyakarta, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan adanya pembangunan menuju era yang modern di perlukan teknologi
yang semakin canggih dan perhitungan yang sangat cermat. Perpaduan tersebut
tidak bisa di pisahkan karena menjadi kesatuan yang saling terikat satu sama
lain.
2. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Semarang dan DIY atau Jateng
merupakan salah satu centra perkembangan pembangunan yang sangat cepat
terutama dengan adanya pembangunan mega proyek yang menyangkut
kehidupan manusia dan alam sekitarnya.
3. Jawa Tengah mulai bergeliat seolah bangun dari tidur menata pembangunan
dari Waduk Jatibarang yang menelan biaya Rp 1,2 Triliyun untuk seluruh
komponen pada program” Integrated Water Resources And Flood
Management Project For Semarang”.
4. Begitu juga Pembangunan ruas jalan Tol Semarang – Solo yang nantinya
sangat membantu perkembangan ekonomi warga Jateng dan DIY dan
mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di sepanjang jalan Semarang –
Solo sehingga nantinya mampu memperpendek jarak waktu tempuh.
5. Tidak lupa pembangunan properti yang menunjang program pemerintah
dengan adanya developer- developer bagi warga yang belum mempunyai
rumah. Sehingga masyarakat merasa sangat mudah untuk memperoleh tempat
tinggal.
Laporan Kuliah Kerja Lapangan
2
3.2. Saran
Sebagai proses pembangunan kadang warga ada yang pro maupun kontra,
karena hal tersebut tidak lepas dari pendapat berbeda. Dari pemerintah kadang
sosialisai yang tidak sampai sasaran terbentur dengan adanya birokrasi yang sulit.
Untuk itu, berikut saran yang bisa kami sampaikan :
1. Tingkatkan tingkat pembangunan Jawa Tengah dan DIY agar tidak tertinggal
dengan daerah lain atau propinsi lain.
2. Jadikan Propinsi Jawa Tengah dan DIY dengan pembangunan akan tercipta
suasana yang lebih kondusif.
3. Agar lebih memajukan daerah yang dulu tertinggal menjadi lebih maju dengan
adanya pembangunan.
4. Terciptanya lapangan kerja bagi warga sekitarnya dan memajukan ekonomi
kerakyatan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan