Makalah Bab Pembahasan

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepailitan merupakan suatu keadaan yang acap kali dialami oleh perusahaan-perusahaan. Masalah kepailitan tentunya tidak pernah lepas dengan masalah utang-piutang. Dikatakan perusahaan pailit apabila perusahaan tidak mampu membayar utangnya terhadap perusahaan (kreditor) yang telah memberikan pinjaman kepada perusahaan pailit. Perusahaan yang pailit kita namakan debitor. Tentunya ada syarat-syarat khusus dalam mengajukan kasus kepailitan di dalam suatu perusahaan.Kasus pailitnya PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai channel TPI dengan slogan Milik Kita Bersama ini merupakan salah satu contoh dari beribu-ribu perusahaan yang dikatakan pailit oleh kreditornya. Berawal dari tuntutan Crown Capital Global Limited (CCGL), perseroan yang berkedudukan di British Virgin Islands terhadap TPI dalam dokumen resmi yang diperoleh di pengadilan, permohonan pernyataan pailit itu diajukan Crown Capital melalui kuasa hukumnya Ibrahim Senen, dengan perkara No.31/PAILIT/ 2009/PN.NIAGA.JKT.PST, tertanggal 19 Juni 2009. Pemohon, dalam permohonan pailitnya, mengklaim termohon mempunyai kewajiban yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih US$53 juta (nilai pokok saja), di luar bunga, denda, dan biaya lainnya. 1

description

Ini adalah makalah Hukum Bisnis yang membahas tentang kasus kepailitan. Penulis mencoba menghadirkan satu kasus yang tengah hangat di era 2009 di mana stasiun televisi TPI diduga pailit oleh Crown Capital Global Limited. Proses peradilan kasus pailit tengah penulis coba paparkan di dalam makalah ini berikut bagaimana penyelesaian hukum untuk perkara dugaan pailit TPI yang dinyatakan batal pada tahapan peninjauan kembali di tingkat kasasi. Selengkapnya dapat anda baca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembahasan makalah ini. Semoga berguna! Selamat menikmati.

Transcript of Makalah Bab Pembahasan

Page 1: Makalah Bab Pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepailitan merupakan suatu keadaan yang acap kali dialami oleh

perusahaan-perusahaan. Masalah kepailitan tentunya tidak pernah lepas

dengan masalah utang-piutang. Dikatakan perusahaan pailit apabila

perusahaan tidak mampu membayar utangnya terhadap perusahaan (kreditor)

yang telah memberikan pinjaman kepada perusahaan pailit. Perusahaan yang

pailit kita namakan debitor. Tentunya ada syarat-syarat khusus dalam

mengajukan kasus kepailitan di dalam suatu perusahaan.Kasus pailitnya PT

Cipta Televisi Pendidikan Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai channel

TPI dengan slogan Milik Kita Bersama ini merupakan salah satu contoh dari

beribu-ribu perusahaan yang dikatakan pailit oleh kreditornya. Berawal dari

tuntutan Crown Capital Global Limited (CCGL), perseroan yang berkedudukan

di British Virgin Islands terhadap TPI dalam dokumen resmi yang diperoleh di

pengadilan, permohonan pernyataan pailit itu diajukan Crown Capital melalui

kuasa hukumnya Ibrahim Senen, dengan perkara No.31/PAILIT/

2009/PN.NIAGA.JKT.PST, tertanggal 19 Juni 2009. Pemohon, dalam

permohonan pailitnya, mengklaim termohon mempunyai kewajiban yang telah

jatuh tempo dan dapat ditagih US$53 juta (nilai pokok saja), di luar bunga,

denda, dan biaya lainnya.

Untuk terpenuhinya unsur-unsur pasal 2 (1) UU No.37/2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), pemohon

juga menyertakan kreditur lainnya yakni Asian Venture Finance Limited

dengan tagihan US$10,325 juta, di luar bunga, denda, dan biaya lainnya.

Pasal 2 (1) UU Kepailitan memuat ketentuan bahwa debitur yang

mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu

utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan

putusan pengadilan, baik atas permohonan sendiri maupun permohonan dari

krediturnya.

1

Page 2: Makalah Bab Pembahasan

Melihat laporan CCGL, pihak Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat mengabulkan permohonan tuntutan dari CCGL untuk

memailitkan TPI pada 14 Oktober 2009. Namun, rupanya Pengadilan Niaga

melakukan kesalahan ketika memutuskan untuk memailitkan TPI. Pengadilan

Niaga tidak melakukan proses verifikasi utang-piutang secara lebih jeli,

sehingga akhirnya banyak pihak yang seakan-akan menyalahkan keputusan

Pengadilan Niaga yang tidak member kesempatan untuk TPI membela diri.

Kejanggalan ini kemudian disangka sebagai akibat munculnya Markus

(Makelar Kasus) yang tidak beritikad baik dan berencana merugikan TPI.

Merasa tidak bersalah, TPI melakukan kasasi untuk permohonan peninjauan

kembali kasus tersebut kepada Mahkamah Agung. Dari kasus tersebut,

diperlihatkan bagaimana proses peradilan Indonesia berjalan. Setelah proses

verifikasi oleh Mahkamah Agung, kesalahan-kesalahan yang belum

teridentifikasi oleh Pengadilan Niaga mulai Nampak. Sedikit demi sedikit bukti

pembayaran tagihan utang oleh TPI dimunculkan dalam setiap persidangan

kasasi. Dalam laporan keuangan tersebut dikatakan, bahwa surat utang

(obligasi) milik TPI sebesar US$53 juta yang jatuh tempo pada tanggal 24

Desember 2006 telah berhasil dibayar. Lagipula, ada masalah lain yang lebih

kompleks tentang keberadaan surat-surat utang itu.

Keadaan yang rumit itu seharusnya tidak dilanjutkan dalam urusan hukum.

Dikatakan bahwa, persyaratan pengajuan kepailitan adalah apabila transaksi

yang berjalan berlangsung dengan sederhana, bukan kompleks seperti

masalah dugaan pailitnya TPI. Apalagi dikatakan juga dari hasil pengkajian

ulang, bahwa hanya ada 1 kreditor yang merasa punya masalah utang piutang

dengan TPI, sementara dalam persyaratan dikatakan bahwa harus ada lebih

dari 1 kreditor yang merasa dirugikan yang boleh mengajukan kasus ini ke

pengadilan.

Melihat 2 kekeliruan di atas, pada tanggal 15 Desember 2009 akhirnya

diputuskan bahwa TPI tidak Pailit. TPI masih produktif dalam memberikan

informasi, pendidikan, inspirasi, dan hiburan kepada berjuta-juta pemirsa di

2

Page 3: Makalah Bab Pembahasan

seluruh Indonesia. Hal ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi TPI dan

pekerja-pekerjanya.

Kejadian ini menurut penulis adalah unik dan sangat menarik perhatian

banyak orang. Seseorang yang sudah dituduh pailit oleh Pengadilan Negeri

kemudian karena merasa tidak bersalah dan harus berjuang diri, TPI

membawa kasus ini ke lembaga peradilan tertinggi, yaitu Mahkamah Agung

untuk mejalani kasasi. Tentu bukan proses yang singkat untuk mengurus

masalah ini. Maka itu, perlu kita cari tahu bagaimana proses peradilan

masalah kepailitan dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang bisa diambil

adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan kepailitan itu?

2. Bagaimanakah proses pengajuan kasus kepailitan melalui hukum?

3. Siapa sajakah yang terlibat dalam masalah kepailitan?

4. Bagaimana kelanjutan kasus Pailitnya TPI?

5. Mengapa TPI dinyatakan tidak jadi pailit? Apa yang terjadi?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Objektif :

a. untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kepailitan;

b. untuk mencari tahu proses pengajuan kasus kepailitan melalui

hukum;

c. untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam masalah kepailitan;

d. untuk mencari tahu kelanjutan kasus pailitnya TPI; dan

e. untuk mengetahui penyebab TPI tidak jadi pailit.

2. Tujuan Subjektif :

untuk menambah pengetahuan dan cara berpikir penulis dalam

menyelesaikan masalah Hukum Bisnis khususnya masalah kepailitan.

3

Page 4: Makalah Bab Pembahasan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pendahuluan

Kepailitan tak pernah lepas dari masalah utang-piutang. Salah satu sarana

hukum untuk menyelesaikan masalah utang-piutang sebelum tahun 1998

kepailitan diatur dalam Faillissement Verordening Stb. Tahun 1905 No.217

Yo.Stb. Tahun 1906 Nomor 348, tetapi sejak tahun 1998, kepailitan diatur

dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1998 tentang Kepailitan, kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1998, lalu diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang.1

Sementara itu, undang-undang tentang kepailitan dan penundaan

kewajiban ini didasarkan pada asas-asas antara lain asas keseimbangan,

asas kelangsungan usaha, asas keadilan, dan asas integrasi.

1. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan adalah di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat

mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan

oleh debitor yang tidak jujur, sedangkan pihak lain dapat mencegah

terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor

yang tidak beritikad baik.

2. Asas Kelangsungan Usaha

Asas kelangsungan usaha adalah terdapat ketentuan yang

memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan.

3. Asas Keadilan

Asas keadilan adalah untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan

pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tiap-tiap tagihan

terhadap debitor dengan tidak mempedulikan kreditor lainnya.

4. Asas Integrasi

1 Sari,Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong,S.H,,M.H. 2008. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: Grasindo, hal.183-184

4

Page 5: Makalah Bab Pembahasan

Asas integrasi adalah sistem hukum formil dan hukum materiilnya

merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan

hukum acara perdata nasional.

Dengan demikian, undang-undang kepailitan dan penundaan kewajiban

pembayaran utang merupakan perlindungan bagi kepentingan para kreditor

umum/konkuren yang perlunasannya didasarkan pada ketentuan dalam Pasal

1131 Yo Pasal 1132 KUH Perdata, terdapat kelemahan dalam perlunasan

utang piutang. Diketahui dalam Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa

seluruh harta benda seseorang baik yang telah ada sekarang maupun yang

akan ada, baik bergerak maupun tidak bergerak menjadi jaminan bagi seluruh

perikatannya, sedangkan Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan kebendaan

menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan

padanya. Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut

keseimbangan besar kecilnya tiap-tiap piutang, kecuali apabila di antara para

berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.

Dengan adanya ketentuan kedua pasal tersebut di atas, memungkinkan

kreditor-kreditor tidak akan mendapat perlunasan 100% sehingga dengan

adanya undang0undang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran

utang akan memberikan keadilan bagi kreditor-kreditor untuk memperoleh hak-

haknya dalam perlunasan utang-piutangnya.

2.2. Definisi Pailit

Pengertian pailit atau bangkrut menurut Black’s Law Distionary adalah

seorang pedagang yang bersembunyi atau melakukan tindakan tertentu yang

cenderung mengelabui pihak kreditornya.

Sementara itu, dalam Pasal 1 butir 1, kepailitan adalah sita umum atas

semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya

dilakukan oleh curator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini.

Pasal 1 butir 4, debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit

dengan putusan pengadilan.

5

Page 6: Makalah Bab Pembahasan

Dalam hal ini, kurator merupakan balai harta peninggalan (BHP) atau

orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan

membereskan harta debitor pailit di bawah pengawasan hakim pengawasa

sesuai dengan undang-undang ini.

Dalam pasal 1 butir 7 yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban

yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, dalam mata uang

Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan

timbul di kemudian hari atau kontinjen, timbul karena perjanjian atau undang-

undang dan wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak

kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.2

2.3. Mengajukan Kepailitan

Adapun syarat-syarat yang dapat mengajukan permohonan kepailitan

berdasarkan Pasal 2 adalah sebagai berikut.

1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar

lunas, sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

dinyatakan pailit oleh pengadilan, baik atas permohonannya sendiri

maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

2. Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk

kepentingan umum. Yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah

kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas,

misalnya :

a. debitor melarikan diri;

b. debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan;

c. debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;

d. debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari

masyarakat luas;

e. debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan

masalah utang piutang yang telah jatuh waktu;

2 Sari,Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong,S.H,,M.H. op.cit. hal.185

6

Page 7: Makalah Bab Pembahasan

f. dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.

3. Debitor adalah bank maka permohonan pernyataan pailit bagi bank

sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia.

4. Debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan

penjaminan, lembaga penyimpan dan penyelesaian permohonan hanya

dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasal Modal (BPPM) karena

lembaga tersebut melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana

masyarakat yang diinvestasikan dalam efek di bawah pengawasan BPPM.

5. Debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana

pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang

kepentingan publik maka permohonan pernyataan pailit sepenuhnya ada

pada Menteri Keuangan.

Putusan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap

putusan diajukan suatu upaya hukum.

Namun, selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum

ditetapkan/diucapkan setiap kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan

Pengawas Pasar Modal, atau Menteri Keuangan dapat mengajukan

permohonan kepada pengadilan untuk :

1. meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor;

2. menunjuk kurator sementara untuk mengawasi

a. pengelolaan usaha debitor, dan

b. pembubaran kepada kreditor dan pengalihan atau penggunaan

kekayaan debitor dalam kepailitan merupakan kewenang kurator.

Dengan demikian, dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat kurator

dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan.

Hakim pengawas ditunjuk oleh hakim pengadilan niaga yang berkewajiban

mengawasi pengurusan dan pemberesan hata pailit yang dilakukan oleh

kurator.

Kedudukan hakim pengawas sangat penting karena selain mempunyai

kewenangan pengawasan juga memimpin pelaksanaan kepailitan dan

7

Page 8: Makalah Bab Pembahasan

berbagai kewenangan yang ada padanya sebagaimana diatur dalam pasal

UUK.

Pengadilan wajib mendengar pendapat hakim pengawas sebelum

mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta

pailit.

Sementara itu, kurator berdasarkan Pasal 16 berwenang melaksanakan

tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal

putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi

atau peninjauan kembali.

Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya

kasasi atau peninjauan kembali, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh

kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang

putusan pembatalan tetap sah dan mengikat debitor. Artinya, perbuatan

kurator tidak dapat digugat di pengadilan mana pun.

Apabila kreditor atau debitor tidak mengajukan usul pengangkatan kurator

ke pengadilan maka Balai Harta Peninggalan (BHP) bertindak selaku kurator,

namun apabila diangkat kurator yang bukan Balai Harta Peninggalan maka

kurator tersebut haruslah independen dan tidak mempunyai benturan

kepentingan dengan pihak kreditor atau debitor.

2.4. Keputusan Pailit dan Akibat Hukumnya

Dalam Pasal 21, Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat

putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh

selama kepailitan.

Dengan demikian, demi hukum debitor telah kehilangan haknya untuk

menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit.

Apabila debitor adalah perseroan terbatas, organ perseroan tersebut tetap

berfungsi dengan ketentuan jika dalam pelaksanaan fungsi tersebut

menyebabkan berkurangnya harta pailit maka pengeluaran uang yang

merupakan bagian harta pailit adalah wewenang kurator. Putusan dihitung

sejak tanggal pernyataan pailit diucapkan, sejak pukul 00.00 waktu setempat.

8

Page 9: Makalah Bab Pembahasan

Dalam pada itu, debitor demi hukumnya telah kehilangan haknya untuk

menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit,

sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.

Namun, ketentuan sebagaimana dalam Pasal 21 di atas tidak berlaku

terhadap barang-barang sebagai berikut :

1. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor

sehubungan dengan pekerjanya, perlengkapannya, alat-alat medis yang

dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang

digunakan oleh debitor dan keluarganya,

2. segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai

penggajian dari suatu jabatan atau jasa sebagai upah, pensiun, uang

tunggu, atau uang tunjangan sejauh yang ditentukan oleh hakim

pengawas,

3. uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban

memberi nafkah menurut undang-undang.

Pada intinya, tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut

harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Dalam hal tuntutan

yang diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitor pailit maka apabila

tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap debitor pailit

dan penghukuman tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit.

Dengan demikian, putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala

penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan

debitor yang telah dimulai sebelum kepailitan harus dihentikan seketika dan

sejak itu tidak ada putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga

dengan menyandera debitor.

2.5. Pihak-pihak yang Terkait Dalam Pengurusan Harta Pailit

Dalam penguasaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak hanya

kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang terlibat adalah hakim

pengawas, kurator, dan panitia kreditor.

9

Page 10: Makalah Bab Pembahasan

1. Hakim pengawas bertugas untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan

harta pailit.

2. Kurator bertugas melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.

Dalam Pasal 70, kurator dapat dilakukan oleh :

a. balai harta peninggalan;

b. kurator lain, sebagai berikut:

1) orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia memiliki

keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan

atau membereskan harta pailit;

2) terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, sejak mulai pengangkatannya, kurator harus

melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan

menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat

berharga lainnya dengan memberikan tanda terima.

3. Panitia kreditor dalam putusan pailit atau penetapan pengadilan dapat

membentuk panitia kreditor, terdiri atas tiga orang yang dipilih dari kreditor

yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi, dengan maksud

memberikan nasihat kepada kurator.

Kreditor yang diangkat dapat mewakilkan kepada orang lain terhadap

semua pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugasnya dalam

panitia. Dalam hal diperlukan, kurator dapat mengadakan rapat dengan

panita kreditor untuk meminta nasihat.

Sementara itu, kurator tidak terikat oleh pendapat panitia kreditor. Oleh

karena itu, dalam hal kurator tidak menyetujui pendapat panitia kreditor

maka kurator dalam waktu tiga hari wajib memberitahukan hal itu kepada

panitia kreditor.

Dalam rapat kreditor, hakim pengawas bertindak sebagai ketua,

sedangkan kurator wajib hadir dalam rapat kreditor. Rapat kreditor, seperti

rapat verifikasi, rapat membicarakan akur (accord), rapat luar biasa, dan

rapat pemberesan harta pailit.

10

Page 11: Makalah Bab Pembahasan

2.6. Kasus Dugaan Pailit PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) 3

Tuduhan pailit oleh perusahaan Crown Capital Global Limited (CCGL)

terhadap PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia dikabulkan oleh Pengadilan

Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 14 Oktober 2009.

Putusan tersebut menuai banyak protes oleh para ahli hukum, DPR, Komisi

Penyiaran Indonesia, pekerja TPI, dan semua konsumen siaran TPI di

Indonesia. Hal ini disinyalir adanya campur tangan Makelar Kasus (Markus),

sehingga kasus ini aneh sekali jika dikabulkan dengan mudahnya oleh

Pengadilan Niaga.

Menurut Sang Nyoman, Direktur Utama TPI, keberadaan makelar kasus

dalam perkara ini disinyalir sangat kuat mengingat sejumlah fakta hukum yang

diajukan ke persidangan tidak menjadi pertimbangan majelis hakim saat

memutus perkara ini Ketika didesak siapa makelar kasus yang dimaksud,

Nyoman mengatakan bahwa ada pihak yang disebut- sebut mendapat tugas

pemberesan sengketa ini dan mengaku sebagai pengusaha batu bara

berinisial RB. Inisial ini pernah terungkap ketika ada rapat pertemuan antara

hakim pengawas, tim kurator, dan direksi TPI di Jakarta Pusat pada Rabu

(4/11/2009).

Hal tersebut dirasa aneh oleh pihak TPI sendiri karena pihak TPI tidak

merasa memiliki utang yang belum terbayar kepada CCGL. Menurut

Pengadilan Niaga, tuduhan kepailitan dikabulkan dengan alasan didasarkan

pada asumsi majelis hakim bahwa TPI tidak bisa memenuhi kewajiban

membayar utang obligasi jangka panjang (sub ordinated bond) senilai USD53

juta kepada Crown Capital Global Limited (CCGL). Sementara dalam

kenyataannya yang terjadi adalah :

1. Pada 1996, TPI yang masih dipegang Presiden Direktur Siti Hardiyanti

Rukmana alias Mbak Tutut mengeluarkan sub ordinated bond (Sub Bond)

sebesar USD53 juta. Utang dalam bentuk sub ordinated bond tersebut

dibuat sebagai rekayasa untuk mengelabuhi publik atas pinjaman dari BIA.3 Artikel kumulatif diambil dari : www.okezone.com kolom Ekonomi

11

Page 12: Makalah Bab Pembahasan

Marx menjelaskan, rekayasa terjadi karena ditemukan fakta bahwa uang

dari Peregrine Fixed Income Ltd masuk ke rekening TPI pada 26

Desember 1996. Namun, selang sehari tepatnya 27 Desember 1996, uang

tersebut langsung ditransfer kembali ke rekening Peregrine Fixed Income

Ltd. Setelah utang-utang itu dilunasi oleh manajemen baru TPI, dokumen-

dokumen asli Sub Bond masih disimpan pemilik lama yang kemudian

diduga diambil secara tidak sah oleh Shadik Wahono (yang saat ini

menjabat sebagai Direktur Utama PT Cipta Marga Nusaphala Persada)

2. Terjadi transaksi Sub Bond antara Filago Ltd dengan CCGL dengan

menggunakan promissory note (surat perjanjian utang) sehingga tidak ada

proses pembayaran. Semua transaksi pengalihan Sub Bond berada di luar

kendali TPI setelah Sub Bond berpindah tangan, sehingga apabila CCGL

menagih hutang dari Sub Bond, jelas-jelas illegal.

Hal ini juga sulit diterima oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Mengapa?

Karena penanganan kasus yang melibatkan media massa tidak bisa

disamakan dengan penanganan perusahaan jasa atau lainnya. Sebab, tidak

semua kalangan mampu dan sanggup menggunakannya, sehingga

penanganannya pun harus dikecualikan. "Ini kan nampak sangat ceroboh,

tidak bisa disamakan," kata dia. Dalam putusan pailit ini, aku Ade, kerugian

tidak hanya dialami perusahaan tersebut tapi masyarakat luas juga turut

dirugikan.

Pihak kuasa hukum PT TPI mencoba memberi klarifikasi yang sejujurnya

disertai dengan bukt-bukti otentik melalui segala macam transaksi

yangtercatat di buku ATM Bank BNI 46 yang menjadi ATM basis bagi

perusahaan TPI. Dikatakan Marx Andriyan, bahwa pada tahun 1993 telah

ditandatangani Perjanjian ang piutang antara TPI dengan Brunei Investment

Agency (BIA) sebesar USD50 juta.Atas instruki pemilik lama, dana dari BIA

tidak ditransfer ke rekening TPI tapi ke rekening pribadi pemilik lama,"

12

Page 13: Makalah Bab Pembahasan

utaang piutang antara TPI dengan Brunei Investment Agency (BIA) sebesar

USD50 juta.Atas instruki pemilik lama, dana dari BIA tidak ditransfer ke

rekening TPI tapi ke rekening pribadi pemilik lama,"

Dalam laporan keuangan TPI juga tidak pernah tercatat utang TPI dalam

bentuk Sub Bond senilai USD53 juta. Berdasarkan hasil audit laporan

keuangan TPI yang dilakukan kantor akuntan publik dipastikan bahwa di

dalam neraca TPI 2007 dan 2008 juga tidak tercatat adanya kreditur maupun

tagihan dari CCGL. Seharusnya utang-hutang obligasi jangka panjang tercatat

di dalam pembukuan. Bahkan,kata Marx,pada 2007, MNC sebagai pemilik

saham 75 persen di TPI mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka (PT

MNC Tbk).

Menghadapi kejanggalan proses hukum ini, PT TPI mengajukan kasus ini

ke kasasi.Mereka berharap untuk bisa menyelesaikan masalah tuduhan ini

dengan secepatnya. Karena setelah mendengar berita pailit, para pekerja TPI

mulai gelisah , takut di-PHK, dan hak-hak Serikat Pekerja tidak terurus dengan

baik. Sidang putusan kasasi kasus pailit TPI ini dipimpin ketua majelis hakim

Abdul Kadir Mappong dengan hakim anggota Zaharuddin Utama dan M Hatta

Ali.

Sungguh kabar yang membawa angin segar bagi TPI dan seluruh pihak

yang telah mendukung TPI dalam usaha penolakan kasus pailit. Mengapa?

Karena pada Selasa, 15 Desember 2009, Mahkamah Agung telah

mengabulkan permohonan kasasi TPI yang diajukan oleh karyawan PT Cipta

Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Alhasil, putusan pailit atas TPI pun batal.

Mengapa pihak Mahkamah Agung memutuskan untuk mengabulkan

permintaan TPI untuk mencabut kasus tuduhan pailit CCGL? Dijelaskan

Hatta,ikut serta dalam proses pengadilan kasasi salah satu hakim anggota

yang majelis hakim mengabulkan permohonan dengan alasan permohonan

pailit yang sudah diputus Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak sederhana.

Karena sesuai UU Kepailitan, pembuktiannya harus sederhana. "Perkaranya

rumit dan ruwet. Misalnya, pembuktian laporan tahunan. Juga banyak bukti-

bukti yang memerlukan ketelitian yang sifatnya tidak sederhana," terang Hatta.

13

Page 14: Makalah Bab Pembahasan

Jadi, kesimpulannya, TPI tidak jadi dipailitkan karena laporan dugaan oleh

CCGL tidak terbukti benar, bukti-bukti belum jelas, dan karena pembukuan

laporan tahunan yang tersedia sangat jauh dari kata sederhana, sementara

peraturan tentang kepailitan jelas mengungkapkan bahwa transaksi yang

dapat diajukan pailit adalah transaksi yang sederhana. Akibat berita baik ini,

keluarga besar PT TPI yang sahamnya 75% dimiliki oleh PT Media Nusantara

Citra yang dimiliki oleh Henry Tanoe melakukan syukuran dan memantapkan

hati dan langkah kembali untuk mengibarkan sayapnya di udara.

2.7. Analisis Kasus

Pemohon kasus : Crown Capital Global Limited (CCGL)

menyampaikan tuduhan kepailitan terhadap Tertuduh : PT Citra Televisi

Pendidikan Indonesia (PT TPI) kepada Pengadilan Niaga di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat. Tuduhan tersebut diterima oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dan PT TPI dijatuhi kasus kepailitan pada tanggal 14 Oktober

2009.

Dasar penerimaan kasus ini oleh Pengadilan Negeri terletak pada

didasarkan pada asumsi majelis hakim bahwa TPI tidak bisa memenuhi

kewajiban membayar utang obligasi jangka panjang (sub ordinated bond)

senilai USD53 juta kepada Crown Capital Global Limited (CCGL). Padahal,

kata Marx, pengacara PT TPI, bukti-bukti yang diajukan penggugat untuk

mempailitkan TPI tidak berdasar dan penuh rekayasa. Sementara di lain

pihak, CCGL menduga ada rekayasa laporan keuangan PT TPI mengenai

hak tagih USD53 juta, di mana uang sebesar itu adalah milik Santoro

Corporation yang terafiliasi dengan PT Media Nusantara Citra (MNC).

Akibat putusan Pengadilan Negeri untuk memailitkan PT TPI yang bekerja

di bidang penyiaran, timbullah pro-kontra tersendiri dari sisi :

1. PT TPI itu sendiri. Mereka merasa dan memiliki bukti otentik bahwa

hutang USD53 juta itu hanyalah rekayasa CCGL yang ingin merugikan

TPI. Dikatakan bahwa surat berharga dalam rupa Obligasi diterbitkan

pada 24 Desember 1996 dan jatuh tempo pada 24 Desember 2006. Tapi

14

Page 15: Makalah Bab Pembahasan

hingga tanggal jatuh tempo, TPI tak kunjung melunasi utang tersebut

sehingga Crown pun mengajukan gugatan pailit. Sementara dalam

laporan keuangan TPI, obligasi itu tidak tercatat karena obligasi sudah

pindah tangan.

2. Komisi Penyiaran Indonesia. Menurut komisi ini, seharusnya ada

perbedaan perlakuan hukum antara perusahaan media dengan

perusahaan bisnis pada umumnya. Karena apapun yang berkaitan

dengan media, selalu ada hubungannya dengan masyarakat luas yang

menjadi pemirsa atau konsumen itu sendiri. Jangan sampai karena

sengketa bisnis, kepentingan pemirsa terabaikan.

3. DPR. Menurut mereka, masalah intern TPI jangan dibiarkan berlarut-larut.

DPR sangat memberi dukungan kepada TPI yang menjadi saluran

informasi, pendidikan, dan hiburan untuk masyarakat luas. Kepailitan TPI

akan berdampak sistemik karena berkaitan dengan tenaga kerja,

saham,dan hilangnya akses informasi.

Merasa tidak bersalah, PT TPI kemudian meminta peninjauan ulang atas

masalah ini. Sesuai prosedur, TPI membawa masalah ini ke tingkat

Mahkamah Agung (MA). Setelah melakukan tahap verifikasi (Pencocokan

piutang), ditemukan banyak kekeliruan yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat, yaitu Maryana selaku ketua majelis hakim dengan dua

anggotanya, Sugeng Riyono dan Syarifuddin. Beberapa kekeliruan yang

dilakukan oleh majelis hakim terdahulu :

1. ketentuan yang mengharuskan jumlah kreditur yang mengajukan pailit

haruslah lebih dari dua. Tapi, dalam masalah ini, hanya ada satu kreditur,

PT Crown Capital Global Limited (CCGL). Sementara, kreditur lain yang

disebutkan yakni Asian Venture Finance Limited, dinilai perusahaan

'buatan' atau fiktif, yang tidak bisa dimasukan dalam kategori kreditur.

Intinya, perusahaan yang mengajukan pailit itu cuma ada satu,

2. menjelaskan jika transaksi yang dilakukan atas obligasi jangka panjang

(sub ordinated bond) senilai USD53 juta tersebut bukanlah transaksi yang

sederhana. Sedangkan dalam peraturan tentang kepailitan jelas

15

Page 16: Makalah Bab Pembahasan

diungkapkan bahwa transaksi yang dapat diajukan pailit adalah transaksi

yang sederhana.

Dengan meninjau kekeliruan-kekeliruan tersebut, akhirnya Mahkamah

Agung memutus kasus tersebut dan menyatakan bahwa TPI tidak pailit.

Karena dalam hukum nasional, kedudukan Mahkamah Agung adalah

kedudukan tertinggi, maka keputusan ini tidak dapat diganggu gugat dan PT

TPI resmi tidak pailit.

.

16

Page 17: Makalah Bab Pembahasan

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Beberapa hal yang bisa diambil kesimpulannya mengenai proses hukum

kepailitan di Indonesia dan inti sari dari hasil penyelesaian kasus kepailitan PT

Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, antara lain :

1. Debitor dikatakan pailit apabila mempunyai dua/lebih kreditor dan tidak

membayar lunas segala utang-utangnya, sedikitnya satu utang yang telah

jatuh waktu dan dapat ditagih, baik atas permintaannya sendiri maupun

atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

2, Dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat kurator dan seorang

hakim pengawas debitor dan kreditor yang ditunjuk dari hakim pengadilan.

3. Kurator dalam Pasal 16 berwenang untuk melaksanakan tugas

pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan

pailit diucapkann meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi

atau peninjauan kembali. Artinya, perbuatan kurator tidak dapat diganggu

gugat.

4. Apabila debitor/kreditor kurang sesuai dengan kurator yang ditunjuk darI

Balai Harta Peninggalan (BHP), maka debitor/kreditor boleh mengajukan

usul pengangkatan kurator ke pengadilan. Syaratnya: kurator harus

independen dan tidak punya benturan kepentingan dengan salah satu

pihak.

5. Kasus Pailitnya TPI gagal , tidak lain disebabkan karena poin 1 pada

bagian kesimpulan ini, tidak berhasil dicapai.

6. Sistem peradilan berjalan dengan lancar dan prosedural. Namun, sempat

terjadi perseturuan di samping tentang penagihan utang-piutang. Hal ini

disebabkan karena CCGL tidak sepakat apabila tiga kurator yang diajukan

PT TPI menggantikan kurator lama yang sudah disediakan Pengadilan.

7. Peninjauan kembali kasus pailit dilakukan oleh Mahkamah Agung dalam

tingkat kasasi. Keputusan MA tidak dapat diganggu gugat.

17

Page 18: Makalah Bab Pembahasan

3.2. Saran

1. Hendaknya Pengadilan Niaga sungguh-sungguh memperihitungkan

putusan hakimnya disesuaikan dengan bukti-bukti yang telah

diidentifikasi, verifikasi, dan bagaimana kreditor atau debitornya. Jangan

sembarangan mengambil keputusan, karena akan berdampak pada

pelanggaran kode etik.

2. Jika merasa tidak bersalah, hendaknya tergugat berani meminta

pengkajian ulang kasus oleh Mahkamah Agung, supaya masalah pidana

atau perdata terselesaikan dengan adil seadil-adilnya.

3. Masih banyaknya peraturan UU Kepailitan yang harus direvisi

khususnya mengenai kewenangan kurator. Beberapa di antaranya

adalah :

a. Harus ada izin pengadilan untuk melakukan penjualan asset,

Intinya,

b. Kurator seharusnya melaksanakan tugasnya ketika ada putusan

pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap.Jika masih ada

upaya hukum lain, seperti kasasi, kurator seharusnya tidak dapat

melaksanakan tugasnya. Permohonan uji materi tersebut tidak lepas dari

kasus pailit yang sempat dialami TPI.

18

Page 19: Makalah Bab Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Sari,Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong. 2008. Hukum dalam

Ekonomi. Jakarta:Grasindo

Internet :

www.okezone.com

www.kompas.com

www.google.com

19