Bab iv pekerjaan (sip)

20
Bab IV Pekerjaan Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang Laporan PKL 41 BAB IV HASIL PEKERJAAN 4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bore Pile Pada pelakanaan pekerjaan pekerjaan pondasi bore pile, yaitu diadakannya pengeboran tanah dengan kedalaman tertentu dan adanya pengecoran yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi, disini penulis akan sedikit membahas secara umum tentang pekerjaan pondasi bore pile. 4.1.1 Pekerjaan Pondasi Bore Pile Dengan lokasi proyek yang sempit dan terdapat bangunan gedung disekeliling lokasi proyek, maka penggunaan pondasi yang tepat untuk menopang bangunan diatasnya adalah pondasi bore pile. Pondasi bore pile ini didesain sekuat mungkin untuk menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan tersebut. Denah pekerjaan pondasi bore pile sebelum di revisi disajikan pada Gambar 4.1. Denah bored pile setelah ditambah titik-titik bor baru dan perubahan pile cap akan di bahas pada bab selanjutnya. Gambar 4.1 Denah Pekerjaan Pondasi Bore Pile sebelum di revisi

description

kerja praktik

Transcript of Bab iv pekerjaan (sip)

Page 1: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 41

BAB IV

HASIL PEKERJAAN

4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bore Pile

Pada pelakanaan pekerjaan pekerjaan pondasi bore pile, yaitu diadakannya

pengeboran tanah dengan kedalaman tertentu dan adanya pengecoran yang

dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi, disini penulis akan sedikit membahas secara

umum tentang pekerjaan pondasi bore pile.

4.1.1 Pekerjaan Pondasi Bore Pile

Dengan lokasi proyek yang sempit dan terdapat bangunan gedung

disekeliling lokasi proyek, maka penggunaan pondasi yang tepat untuk menopang

bangunan diatasnya adalah pondasi bore pile. Pondasi bore pile ini didesain

sekuat mungkin untuk menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan

tersebut. Denah pekerjaan pondasi bore pile sebelum di revisi disajikan pada

Gambar 4.1. Denah bored pile setelah ditambah titik-titik bor baru dan perubahan

pile cap akan di bahas pada bab selanjutnya.

Gambar 4.1 Denah Pekerjaan Pondasi Bore Pile sebelum di revisi

Page 2: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 42

Pelaksanaan pekerjaan pondasi bore pile meliputi :

a. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pembersihan lapangan, mendatangkan

sumber daya proyek (alat, material dan tenaga kerja), setting alat kerja, dan lain-

lain. Pekerjaan persiapan ini sangat menentukan kelancaran dalam pelaksanaan

pekerjaan di lapangan. Perlu diperhatikan pada pekerjaan persiapan ini

diantaranya pembersihan lokasi proyek dari segala macam pohon, batu-batuan,

dan lain-lain. Segala macam instalasi baik untuk listrik maupun air harus

disiapkan juga dengan baik.

b. Setting out

Untuk mengetahui keakuratan elevasi titik-titik pengeboran, maka

dilakukan pengukuran oleh tim pemetaan (surveyor) sebelum pelaksanaan

pekerjaan dimulai. Alat yang digunakan dalam pengukuran elevasi titik-titik bor

ini adalah theodolite. Biasanya ditancapkan sebuah patok kayu untuk memberi

tanda pada titik-titik yang akan di bor. Pelaksanaan pengukuran elevasi ini

disajikan pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 (a) Titik Bor yang Ditinjau (b) Penembakan Titik Bor

Page 3: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 43

c. Pekerjaan Penulangan (Rebaring)

Perakitan tulangan harus dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan

pengeboran agar waktu pekerjaan pengeboran selesai maka dapat langsung

dipasang ke lubang bor sebelum lubang bor longsor. Baja tulangan yang

digunakan untuk pekerjaan struktur pondasi ini adalah baja tulangan ulir (deform).

Dalam pelaksanaan pembesian digunakan baja tulangan dengan mutu BJTD 40

untuk tulangan utama dan sengkang dan menggunakan tahu beton sebagai selimut

beton. Perakitan tulangan harus sesuai dengan pengawasan MK.

d. Pengeboran

Pengeboran adalah proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor.

Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras yang

disyaratkan (berdasarkan hasil penyelidikan tanah).

Perlu diperhatikan juga tanah hasil pemboran perlu dicheck dengan data

hasil penyelidikan terdahulu. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya

diambil dari satu atau dua tempat saja yang dianggap mewakili. Dengan proses

pengeboran ini secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat

satu persatu pada titik yang dibor.

Pada waktu pengeboran harus dicatat mengenai elevasi dan jenis lapisan-

lapisan tanah yang dijumpai. Selanjutnya harus diambil contoh tanah dari setiap

elevasi dan disimpan untuk dipergunakan analisis lebih lanjut oleh tim konsultan

perencana.

Alat yang digunakan dalam pengeboran ini adalah mesin bor, auger

(Gambar 4.3) dan cleaning bucket. Pada awal mulanya proses pengeboran

dilakukan dengan memakai mata bor auger. Penggunaan mata bor auger

Page 4: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 44

dimaksudkan untuk memudahkan proses drilling yang terjadi. Biasanya

penggunaan mata bor auger ini hanya dipakai sampai kedalaman mencapai muka

air tanah.

Gambar 4.3 Mata Bor Auger

Selanjutnya setelah mencapai muka air tanah, biasanya dipasang casing

baja untuk menghindari terjadinya longsoran ketika pengeboran berlangsung.

Ukuran casing baja yang digunakan memiliki diameter yang sama dengan pondasi

yang direncanakan. Pemasangan casing baja dilakukan dengan menggunakan

bantuan crane.

Gambar 4.4 Drilling Bucket

Page 5: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 45

Setelah casing baja terpasang, dilakukan penggantian mata bor dari auger

menjadi drilling bucket. Penggunaan drilling bucket (Gambar 4.4) dimaksudkan

untuk mengambil sisa-sisa pengeboran berupa lumpur sampai dasar kedalaman

yang ditentukan sehingga pada saat pengecoran berlangsung beton tidak

tercampur dengan lumpur.

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperikirakan sudah mencapai

kedalaman rencana, maka kedalaman lubang bor dipastikan dengan pemeriksaan

manual menggunakan meteran.

e. Pemasangan Tulangan

Setelah kedalaman lubang bor mencapai kedalaman yang direncanakan,

selanjutnya adalah memasang tulangan pada lubang tiang bor. Dalam pemasangan

tulangan ini perlu diperhatikan selimut beton yang telah direncanakan. Tebal

selimut beton yang disyaratkan pada pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor ini

adalah 7 cm. Perlu kerhati-hatian juga pada saat memasukan tulangan ini ke dalam

lubang bor sehingga tidak banyak terjadi singgungan dengan dinding tanah yang

dapat mengakibatkan longsor. Apabila dasar pondasi menjadi tidak sesuai

kedalamannya akibat runtuhan dari longsoran tanah, maka perlu dilakukan

pembersihan ulang.

Apabila kedalaman pondasi terlalu dalam maka dilakukan penyambungan

secara bertahap. Penyambungan dilakukan dengan menggunakan las sesuai

dengan persetujuan dari MK.

f. Pemasangan Pipa Tremie

Adanya air pada lubang bor membutuhkan alat bantu khusus yaiut pipa

tremi. Pipa tremie yang digunakan sekurang-kurangnya mempunyai diameter 20

Page 6: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 46

cm. Posisi pipa tremie harus diatur sedemikian rupa sehingga dasar dari pipa

tersebut paling tidak 1,5 m dibawah permukaan beton pada setiap tahap

pengecoran. Pada bagian ujung atas pipa tremie terdapat corong cor (receving

bor) dengan kapasitas setidaknya sama dengan kapasitas yang disuplay beton

readymix. Pipa tremie disajikan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Pemasangan Pipa Tremie

g. Pekerjaaan Pengecoran (Concreting)

Pekerjaan pengecoran adalah tahap akhir dari pelaksanaan pekerjaan

pondasi tiang bor ini. Pada tahap pengecoran pertama kali, beton ready mix bisa

langsung dituangkan ke dalam corong cor. Disini peranan seorang supervisor

sangat menentukan karena dalam pelaksanaan pengecoran ini kondisi beton yang

sudah tertuang ke dasar pondasi tidak terlihat. jika beton yang di cor sudah

semakin ke atas (volumenya semakin banyak), maka pipa tremie harus mulai

ditarik ke atas. Gambar pengecoran disajikan pada Gambar 4.6.

Pipa

Tremi

Corong

Page 7: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 47

Gambar 4.6 Pengecoran

Adanya pipa tremie menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang

langsung tanpa mengalami pencampuran dengan air dan lumpur (segregasi).

Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur, maka beton semakin lama semakin

kuat mendesak lumpur naik ke atas. Pada proses pengecoran ini memerlukan

supply beton yang terus menerus, tidak boleh ada keterlambatan pada saat

pengecoran sedang berlangsung. Oleh karena itu, bagian logistic/pengadaan beton

harus memperhatikan hal ini.

4.2 Pelaksanaan Pengendalian Mutu

Dalam sub-bab ini penulis akan membahas pelaksanaan pengendalian

mutu dilihat dari aspek kualitas pekerjaan yang menyangkut bahan atau integritas

tiang dan aspek daya dukung tiang pondasi.

4.2.1 Aspek kualitas bahan

Di dalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan

dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpanan

Page 8: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 48

bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan

bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan baja

tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan

penyimpanan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek menjadi tanggung jawab

bagian logistik dan gudang. Penggunaan bahan dan alat yang harus sesuai dengan

standar dan kondisi di lapangan. Masalah material harus mendapat perhatian

khusus, terutama dalam hal pengawasan baik terhadap mutu dan kualitas standar

material karena hal ini dapat mempengaruhi mutu dan kualitas konstruksi.

Penerimaan dan pengaturan material konstruksi menjadi tanggung jawab

bagian logistik. Bagian logistik bertugas untuk mengontrol mutu barang dan

menandatangani nota/kuitansi, dan selanjutnya diserahkan kepada bagian

administrasi untuk diselesaikan pembayarannya sesuai kesepakatan dengan pihak

pemasok material. Material yang sudah diantar, selanjutnya langsung diatur di

tempat yang sudah disediakan. Material yang berukuran kecil seperti semen (berat

50 kg/zak), bentonite, paku, dan lain-lain disimpan di dalam gudang. Gudang

juga digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan kecil dan lokasi gudang

berada di area base camp.

a. Baja Tulangan

Pada umumnya jenis baja tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir

atau deform dengan mutu baja tulangan fy = 400 Mpa. Baja tulangan beton ini

memiliki bentuk khusus, yaitu permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk

memanjang untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur

dari batang secara relatif terhadap beton. Jenis tulangan ini disingkat BJTD dan

ukuran dilambangkan dengan “D”. Pada proyek ini baja tulangan yang telah

Page 9: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 49

diterima diletakkan di site untuk pabrikasi dengan keadaan terbuka tanpa

terlindung dari matahari, air hujan dan udara. Pada bagian bawah diganjal dengan

potongan kayu. Persyaratan baja tulangan yang dapat digunakan untuk konstruksi

adalah sebagai berikut:

1) Baja tulangan harus bersih, bebas dari karat, material lepas, gemuk, cat, serta

bahan-bahan lain yang melekat.

2) Harus disimpan dalam tempat yang terlindung.

3) Harus disimpan secara terpisah sesuai dengan kelompok ukurannya dan

diletakkan di atas lantai beton atau balok kayu untuk menghindari kontak

dengan tanah, air dan zat–zat lain yang bersifat merusak besi. Penimbunan

baja tulangan di udara terbuka untuk waktu yang lama tidak diperbolehkan.

4) Kawat pengikat tulangan/bendrat harus terbuat dari baja lunak dengan

diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan.

Pengunaan kawat bendrat dapat menahan beban yang direncanakan

dengan optimal. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus digunakan kawat

bendrat dengan kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

Tabel 4.1. Jenis Baja Tulangan

Jenis Tegangan Leleh (Mpa)

Penandaan

Baja Tulangan Polos 240 BJTP - 24

Baja Tulangan Ulir 400 BJTD - 40

Page 10: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 50

b. Beton

Beton merupakan batu buatan yang berfungsi membentuk suatu struktur.

Seluruh pekerjaan struktural pondasi dalam Proyek Pembangunan Gedung H

(Ruang Kuliah) Udinus Semarang ini menggunakan beton ready mix dengan

berbagai mutu dari hasil produksi PT. bcamix dan PT. pionir beton.

1) Material pembuat beton terdiri dari:

a) Portland Cement

Semen adalah bahan pengikat yang berfungsi untuk mengikat butiran-

butiran dalam suatu adukan seperti adukan beton maupun plesteran. Pada

pelaksanaan pekerjaan pembangunan ini menggunakan semen Semen padang

tipe 1. Karena karakteristik semen yang mudah mengalami pemadatan jika

disimpan terlalu lama maka harus dilakukan pengaturan penyimpanan yang baik

agar semen tetap layak digunakan tanpa mengurangi mutu konstruksi sehingga

dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.

b) Agregat

Agregat merupakan bahan utama pembentuk beton disamping pasta

semen, kadar agregat dalam campuran berkisar antara 60-80 % dari volume total

beton. Kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton sehingga pada

saat pencampuran kualitas agregat harus bersih dan memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Penggunaan agregat bertujuan untuk memberi bentuk pada beton,

memberi kekerasan yang dapat menahan beban, goresan, cuaca dan mengontrol

workability. Agregat beton dapat berasal dari bahan alami dan buatan (batu pecah)

maupun bahan sisa produk tertentu. Selain persyaratan teknis yang harus

dipenuhi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis agregat adalah

Page 11: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 51

faktor ekonomisnya. Agregat yang dipakai campuran beton dibedakan

berdasarkan fraksinya yaitu Fraksi Filler dengan ukuran butiran kurang dari 0,063

mm, Fine Agregate (FA) dengan ukuran butiran antara 0,075 - 5 mm, dan Coarse

Agregate (CA) dengan ukuran butiran 5-20 mm. Agregat dibagi menjadi dua jenis

yaitu agregat halus dan agregat kasar.

Agregat halus adalah butiran-butiran mineral keras dan halus yang

bentuknya mendekati bulat. Agregat halus terdiri dari Fine Agregate dimana

ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,075-5 mm dan terdiri dari

Filler yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm. Kadar filler tidak lebih dari 5%

(Departemen Pekerjaan Umum, 1982). Agregat halus beton dapat berupa pasir

alami sebagai disintegrasi alami atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari

alat-alat pemecah batu. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk

semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan

bahan-bahan yang diakui.

Agregat kasar adalah butiran mineral keras yang sebagian besar butirannya

berukuran antara 5 sampai 40 mm dan besar butiran maksimum yang diizinkan

tergantung pada maksud dan pemakaian. Agregat kasar yang akan dicampurkan

sebagai adukan beton harus mempunyai syarat mutu yang ditetapkan.

2) Pengendalian mutu beton

Dalam pengendalian mutu beton, dilakukan tes kuat tekan beton dan

pengujian nilai slump. Pengujian slump dilakukan oleh produsen ready mix yaitu

PT. bcamix dan PT. pionir beton. Menurut standar nilai slump yang memenuhi

adalah 8-12 cm tergantung jenis pekerjaan lihat Tabel 4.2.

Page 12: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 52

Tabel 4.2 Nilai slump sesuai jenis pekerjaan konstruksi

Konstruksi Beton Slump maksimum

(cm)

Slump

minimum (cm)

Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak

bertulang

12,5 10,0

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan

konstruksi di bawah tanah

9,0 7,5

Plat balok, kolom dan dinding 15,0 12,5

Pembetonan massal 7,5 7,5

Adapun prosedur pengujian slump dengan menggunakan kerucut Abrams

terdiri dari corong baja berbentuk conus berlubang pada kedua ujungnya bagian

bawah berdiameter 20 cm dan atasnya 10 cm dengan tinggi 30 cm. Makin cair

adukan makin mudah pengerjaannya dan nilai slump semakin besar. Pengujian ini

berfungsi untuk mengetahui sifat kekentalan beton segar . Sifat ini merupakan

ukuran dari tingkat kemudahan pengerjaan. Cara pengukuran tinggi slump dapat

dilakukan sebagai berikut :

a) Masukkan adukan beton segar ke dalam kerucut Abrams dalam tiga lapis.

Masing-masing 1/3 dari tinggi kerucut.

b) Setiap lapis ditusuk sebanyak 25 kali. Setelah itu tunggu 30 detik dan kerucut

ditarik ke atas.

c) Nilai slump adalah selisih tinggi antara kerucut Abrams dengan permukaan

atas adukan setelah kerucut ditarik

Page 13: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 53

Pengujian yang kedua adalah tes kuat tekan beton. Test kuat tekan beton

ini dilakukan oleh pihak kontraktor. Pengujian dilakukan berdasar standart ASTM

C 143-94, C 31-94, dan C 39-94. Tiap pengiriman pesanan ready mix maka akan

dibuat tiga benda uji berbentuk tabung silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi

30 cm. Kuat tekan beton adalah besaran, Beban per satuan luas yang

menyebabkan benda uji hancur apabila dibebani gaya Konstan (antara 2 – 4 kg/cm

2 per detik) yang dihasilkan oleh mesin tekan (SK SNI M-14-1898-F).

Dalam proyek ini dilakukan pengujian benda secara periodik dalam 7 hari,

14 hari dan 28 hari oleh PT. Pioner, PT. BCAmix dan lembaga independent yaitu

Universitas Diponegoro.

4.2.2 Aspek Daya Dukung Pondasi Tiang

Uji pembebanan dibagi menjadi dua yaitu uji beban statis dan uji beban

dinamis. Uji beban statis adalah uji standar dengan pembebanan langsung tiang

pondasi atau loading test. Uji beban dinamis dengan perambatan gelombang

melalui tumbukan drop hammer. Kedua uji beban tersebut bertujuan untuk

mencari kapasitas tiang bor.

a. Uji Beban Statis

Loading test menggunakan sistem Kentledge yaitu dengan cara pemberian

beban statis secara bertahap pada tiang dengan mempergunakan satu atau lebih

dongkrak hidrolik yang diletakan secara sentral di atas kepala tiang uji. Dongkrak

hidrolik dihubungkan dengan pompa hidrolik dan dipasangai manometer yang

berfungsi sebagi pembaca beban.

Page 14: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 54

Sebagai pendukung beban dipergunakan concreete block yang disusun

diatas platform yang terdiri dari main beam dan secondary beam. Selain

pemberian beban pada pengujian ini juga disertai pengukuran pergerakan yang

terjadi pada tiang akibat pembebanan. Untuk mengetahui besarnya pergerakan

yang terjadi dipergunakan satu set dial gauge yang dipasang pada tiang uji denga

jarum pengukur diletakkan pada reference beam. Hasil pengujian ini kemudian

direpresentasikan dalam bentuk grafik hubungan beban dan penurunan, beban

dan waktu serta penuruan dan waktu. Axial loading test disajikan pada Gambar

4.7.

Gambar 4.7 Loading Test

Untuk mengetahui kapasitas beban yang diujikan digunakan jack hydraulic

untuk mengangkat beban-beban diatasnya seperti main beam, secondary beam

dan concrete block. Pembacaan beban yang sedang diangkat dapat diketahui dari

manometer. (Gambar 4.8)

Page 15: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 55

Gambar 4.8 (a) Jack Hydraulic. (b) Manometer

Syarat-syarat pelaksanaan loading test setup system Kentledge mencakup

hal-hal sebagai berikut:

1) Prosedur pembebanan

Resultan beban-beban percobaan harus segaris dengan sumbu memanjang

tiang bor. Pembebanan untuk loading test ini dilakukan hingga 200% dari

Anticipated Design Load (ADL). Pembebanan dilakukan mengikuti prosedur

“Slow Maintained Load Test” dengan cyclic loading berdasarkan ASTM D 1143-

81 (1994). (Gambar 4.9)

(a) (b)

Page 16: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 56

Gambar 4.9 Prosedur Pembebanan

2) Prosedur pengukuran penurunan tiang

Prosedur pembacaan pembebanan:

a) Untuk time schedule A, 1 jam, 20 menit, pembacaan dilakukan sebagai

berikut: Waktu (menit): 0 – 1 – 2 – 5 – 10 – 15 – 20

b) Untuk B: sama seperti diatas sampai selesai.

c) Untuk C: sama seperti diatas, tetapi setelah 1 jam pertama dengan interval

10 menit setelah jam kedua, interval 15 menit untuk jam ke 3, 20 menit

untuk jam ke 4, 30 menit untuk jam ke 5 dan selanjutnya interval 1 jam.

Page 17: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 57

d) Jika terjadi failure, pembacaan dilakukan segera sebelum pengurangan

beban pertama dilakukan.

3) Peralatan untuk pengadaan beban

Dengan dipergunakannya jack hydraulic untuk beban percobaan, maka

jacking system yang terdiri dari ram hydraulic, coupling, pompa hidrolis dan

pressure gauge harus dikalibrasi terlebih dahulu sehingga pembebanan dapat

dikontrol dalam batas 5% daripada beban total. Kapasitas dial gauge yang

digunakan minimum 50 mm dengan ketelitian 0,01 mm. Pompa jack hydraulic

harus mempunyai pengatur otomatis untuk menjaga tetapnya besar beban pada

waktu terjadinya penurunan tiang.

4) Peralatan untuk mengukur penurunan

Untuk mengukur penurunan aksial tiang percobaan, dipergunakan alat

pengukur berupa dial gauge. Dua buah reference beam, masing-masing pada

setiap sisi tiang percobaan harus ditempatkan sedemikian rupa hingga searah

dengan test beam. Hendaknya ditempatkan atau dipasang 4 buah dial gauge (dial

1, 2, 3 dan 4) yang ditempatkan pada tiang percobaan secara diametral. Kemudian

ada 2 dial gauge (dial X dan Y) sebagai tambahan untuk mengukur gerakan

horizontal yang ditempatkan tegak lurus satu dari yang lain.

b. Uji Beban Dinamis

Sampai saat ini pengujian dengan PDA sudah banyak dilakukan untuk

pondasi tiang pancang seperti precast piles, steel piles dan spun piles, dengan

menggunakan palu dari alat pancangnya sendiri sehingga sangat praktis dan

ekonomis.

Page 18: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 58

Pengujian PDA untuk tiang bor berdiameter besar dan daya dukung besar

sangat menguntungkan, karena proses pengujian, dari persiapan sampai selesai

pengujian hanya berlangsung 1 sampai dengan 3 jam. Hal ini berbeda dengan

pengujian dengan sitem kentledge atau sistem anchor, yang perlu waktu lama dan

biaya besar sesuai dengan besarnya daya dukung tiang. Terbatasnya berat palu

yang dipakai untuk pengujian tiang bor dengan PDA menyebabkan pengujian

tersebut banyak diragukan berbagai pihak. Tetapi, dengan digunakannya mega

palu berbobot sangat besar yaitu 10 ton (Gambar 4.10) (tersedia pula dengan

bobot 25 ton) untuk berbagai proyek menyebabkan analisa hasil pengujian lebih

akurat .

Gambar 4.10 PDA dengan Drop Hammer 10 ton

Sebagai analisa lanjutan pengujian dengan PDA, hasil rekaman gelombang

akibat tumbukan palu dapat di analisa lebih jauh dengan menggunakan sofware

Case Pile Wave Equation Analysis Program disingkat CAPWAP, sebagai satu

paket dengan PDA.

Page 19: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 59

c. Uji Integritas Tiang

Seperti yang dibahas dalam aspek kualitas bahan, masalah pada pondasi

dalam, tidak hanya masalah daya dukung, tetapi juga terkait dengan faktor

integritas tiang, apakah tiang berada kondisi utuh atau cacat.

Masalah integritas tiang merupakan masalah yang rumit, karena

keberadaan tiang dalam tanah yang tidak dapat diamati langsung oleh mata. Untuk

tiang jenis tiang beton pracetak, tiang baja, spun piles masalah integritas tiang

lebih mudah pengontrolannya. Khusus untuk tiang beton pracetak masalah

integritas tiang adalah kemungkinan terjadinya retak, karena pengangkatan tiang

yang salah ataupun pemancangan yang berlebihan atau tidak sentries.

Untuk tiang bor, maka masalah kontrol integritas pada tiang sangat

penting, karena hasil atau kualitas tiang bor sangat tergantung dari kerjasama tim

di lapangan. Masalah integritas tiang bor yang sering dijumpai adalah panjang

tiang yang lebih pendek dari diisyaratkan, necking, pembersihan lubang bor,

keropos akibat pengangkatan pipa tremie terlalu cepat.

Secara manual, integritas tiang umumnya di cek dengan membandingkan

volume cor beton teoritis dan yang dilaksanakan. Tentu saja cara manual ini, tidak

dapat menjamin tingkat integritas tiang. Cara terbaik yang saat ini banyak dipakai

menguji integritas tiang adalah dengan menggunakan alat Pile Integrity Test

(ASTM D5882-96) dan Sonic Logging .

PIT tidak memerlukan pekerjaan pendahuluan apapun pada tiang yang

akan ditest, seperti pemasangan tabung ataupun pekerjaan lainnya. PIT dapat

langsung dikerjakan pada setiap tiang pondasi yang sudah tertanam didalam tanah,

dengan menempelkan accelerometer pada permukaan atas kepala tiang.

Page 20: Bab iv pekerjaan (sip)

Bab IV Pekerjaan

Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang

Laporan PKL 60

Accelerometer merekam gelombang akibat impact atas palu kecil yang

dipukulkan pada permukaan kepala tiang tersebut.

Berbeda dengan PDA pada uji PIT tidak diperlukan pukulan yang besar,

tapi cukup menggunakan palu tangan, sehingga PIT disebut pula “low strain

testing”. Krakteristik rambatan gelombang sepanjang tiang akan direkam oleh

accelerometer. Bila rambatan gelombang mencapai lokasi defect (penampangnya

mengecil) atau mencapai ujung tiang, maka akan terjadi pantulan gelombang.

Pantulan gelombang akibat perubahan penampang akan menentukan tingkat

kerusakan dari tiang, yang dinyatakan dengan BTA (%).

Gambar 4.11 Pengujian integritas tiang dengan PIT