BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi...

22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan wawancara yang dilakukan mengenai budaya sekolah di Sekolah Dasar terpencil terhadap kepala sekolah, para staff dewan guru dan para siswa yang menjadi informan maka diperoleh hasil sebagai berikut . 1. Disiplin Waktu Guru Sekolah Dasar Terpencil Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa: “Budaya kerja yang dilakukan oleh guru di SDN 1 Taulaa walaupun termasuk daerah terpencil namun disiplin kerja tetap dilaksanakan, guru datang ke sekolah tepat waktu serta budaya kerja sama untuk membangun sekolah” (1.W/AM/30/04/12) Hal tersebut didukung oleh pendapat seorang guru terkait budaya kerja guru di SDN 1 Taulaa bahwa: Guru senantiasa disiplin dalam bekerja, baik dalam disiplin waktu yang umumnya jam masuk dan jam pulang sekolah harus tepat waktu, disamping itu guru harus melaksanakan proses pembelajaran harus memenuhi target alokasi waktu yang ditetapkan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. (1.W/YH/30/04/12) Seorang guru juga memberikan informasi bahwa: Disiplin waktu yang diterapkan di sekolah juga pada disiplin waktu pembelajaran, yaitu para guru harus mencapai target pembelajaran, atau melakukan pembelajaran berdasarkan alokasi waktu yang ditetapkan bersama, sehingga apabila terdapat pembelajaran yang belum tuntas, maka dilanjutkan pada waktu sore hari. (1.W/NR/02/05/12) Kepala Sekolah selaku informan memberikan informasi bahwa: “Saya selaku Kepala sekolah memberikan pengawasan dari segi waktu yaitu dengan memeriksa kehadiran dan administrasi. Staff dewan guru yang saya 35

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan wawancara yang dilakukan mengenai budaya sekolah di Sekolah

Dasar terpencil terhadap kepala sekolah, para staff dewan guru dan para siswa yang

menjadi informan maka diperoleh hasil sebagai berikut .

1. Disiplin Waktu Guru Sekolah Dasar Terpencil

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa:

“Budaya kerja yang dilakukan oleh guru di SDN 1 Taulaa walaupun termasuk daerah terpencil namun disiplin kerja tetap dilaksanakan, guru datang ke sekolah tepat waktu serta budaya kerja sama untuk membangun sekolah” (1.W/AM/30/04/12)

Hal tersebut didukung oleh pendapat seorang guru terkait budaya kerja guru di

SDN 1 Taulaa bahwa:

Guru senantiasa disiplin dalam bekerja, baik dalam disiplin waktu yang umumnya jam masuk dan jam pulang sekolah harus tepat waktu, disamping itu guru harus melaksanakan proses pembelajaran harus memenuhi target alokasi waktu yang ditetapkan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. (1.W/YH/30/04/12)

Seorang guru juga memberikan informasi bahwa:

Disiplin waktu yang diterapkan di sekolah juga pada disiplin waktu pembelajaran, yaitu para guru harus mencapai target pembelajaran, atau melakukan pembelajaran berdasarkan alokasi waktu yang ditetapkan bersama, sehingga apabila terdapat pembelajaran yang belum tuntas, maka dilanjutkan pada waktu sore hari. (1.W/NR/02/05/12)

Kepala Sekolah selaku informan memberikan informasi bahwa:

“Saya selaku Kepala sekolah memberikan pengawasan dari segi waktu yaitu dengan memeriksa kehadiran dan administrasi. Staff dewan guru yang saya

35

2

nilai sudah cukup disiplin, karena data melaksanakan peraturan sekolah dengan mengisi daftar hadir, jadwal mengajar dengan baik meskipun ada beberapa guru yang masih kurang mentaati peaturan yang ada. Namun, keberadaan guru-guru yang selalu taat pada tatatertib yang berlaku dapat memberikan dampak kepada guru-guru yang lain seperti dalam hal mengajar, membuat persiapan mengajar dan adanya penghargaan kepada guru yang disiplin kerjanya bagus dengan ucapan terima kasih dan pujian. Namun adapula sanki apabila guru tidak melaksanakan kedisiplinan dengan teguran. (1.W/AM/30/04/12)

Seorang informan memberikan informasi bahwa:

Siswa dan guru datang kesekolah itu 5 menit sebelum pegajaran dimulai kemuidian mengisi daftar hadir dikelas tepat waktu karena untuk mencontohkan kepada para peserta didik, membuat lesson planning seminggu sebelum pengajaran, kegiatan KBM disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, pembukaan pengajaran dimulai dengan mengabsen siswa –siswi dan akhir pelajara memberikan evaluasi namun terkadang evaluasi dilaksanakan pada akhir bab atau pokok bahasan. (1.W/NR/02/05/12)

Adapun waktu kerja guru di Sekolah Dasar pada penelitian ini ditinjau dari

professional guru dalam tugas, perencanaan program, partisipasi dalam dalam proses

perencanaan pembelajaran.

Adapun dalam merencanakan program peningkatan produktivitas guru di

SDN 1 Taulaa kepala sekolah menuturkan bahwa:

Pihaknya telah mencanangkan bahwa waktu kerja guru disesuaikan dengan

kalender pendidikan . (3.2/W/AM/16/05/12)

Dalam hal partisipasi guru dalam proses perencanaan pembelajaran seorang

guru memberikan informasi bahwa:

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa:

Guru di SDN 1 Taulaa bekerja sama menyusun perencanaan pembelajaran di

Sekolah di karenakan Sumber belajar yang dimiliki oleh guru masih sangat

minim, Perangkat pembelajaran yang ada belum sesuai dengan bahan ajar

yang dimiliki oleh guru, sehingga guru di SDN 1 Taulaa memutuskan untuk

menyusun sendiri. (3.3/W/NR/16/05/12)

Adapun SDN 1 Taulaa tanggap dengan perkembangan dunia luar menurut

pendapat seorang guru bahwa:

Untuk mengetahui perkembangan dunia luar tentunya menggunakan fasilitas internet, di SDN 1 Taulaa komputer hanya satu perangkat, itupun dapat dinyalakan melalui generator, Keterbatasan listrik menjadi faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya gedung tetap serta sarana jaringan internet di Kantor tersebut sangat menghambat SDN 1 Taulaa tanggap dengan perkembangan dunia luar. (3.4/W/YD/16/05/12)

SDN 1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena

keterbatasan sarana dan media komunikasi internet, Keterbatasan listrik menjadi

faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas

Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya

gedung tetap dan sarana komunikasi kurang memadai

Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin waktu dilaksanakan dengan baik

di SDN 1 Taulaa hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan guru datang ke sekolah tepat

waktu. Disiplin waktu yang diterapkan di sekolah juga pada disiplin waktu

pembelajaran, yaitu para guru harus mencapai target pembelajaran, atau melakukan

3

4

pembelajaran berdasarkan alokasi waktu yang ditetapkan bersama, sehingga apabila

terdapat pembelajaran yang belum tuntas, maka dilanjutkan pada waktu sore hari. Hal

ini juga didukung oleh kepala sekolah memberikan pengawasan dari segi waktu yaitu

dengan memeriksa kehadiran dan administrasi.

2. Disiplin Kerja guru Sekolah Dasar Terpencil.

Disamping itu menurut keterangan lebih lanjut oleh kepala sekolah bahwa:

Dalam proses pembelajaran guru senatiasa bekerja sama dalam hal penyusunan rencana program pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP, oleh saya sendiri sebelumnya guru diikutkan pada kegiatan KKG kemudian mempraktekkan langsung membuat Silabus dan RPP di Sekolah agar guru dapat mengkondisikan sumber belajar yang tersedia di Sekolah. Dengan adanya kerjasama guru tersebut maka guru akan disiplin dalam bekerja khususnya bekerja bersama-sama.(1.W/AM/30/04/12)

Seorang guru memberikan pernyataan lebih lanjut terkait pernyataan kepala

sekolah dengan memberikan informasi bahwa:

Guru di SDN 1 Taulaa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan bersama-sama dengan tujuan agar guru dapat saling menanyakan apa yang kurang di mengerti dalam membuat program pengajaran, sebagaimana diketahui bahwa SDN 1 Taulaa membuat silabus dan RPP tersebut mengkondisikan dengan Bahan ajar yang tersedia karena sebagai sekolah yang terpencil keterbatasan bahan ajar merupakan permasalahan utama. (1.W/ND/30/04/12)

Seorang guru juga memberikan informasi bahwa:

Untuk menyusun perangkat pembelajaran tersebut guru hanya menulis secara manual karena di Sekolah tidak tersedia jaringan listrik, nanti setelah seluruh perangkat pembelajaran rampung, kepala sekolah menyalakan Genset untuk mengaktifkan computer agar proses pengetikan perangkat pembelajaran di lakukan pada waktu bersamaan. (1.W/FB/30/04/12) Seorang guru memberikan informasi bahwa:

Selain menyusun perangkat pembelajaran sendiri, guru pun harus menambah jam pelajaran sekolah pada sore hari karena pada malam hari tidak memungkinkan dilakukan di Sekolah, penambahan jam pelajaran tersebut dilakukan agar pembelajaran yang belum sempat memenuhi target perangkat pembelajaran dapat diselesaikan di luar jam sekolah. (1.W/NR/30/04/12)

Mendukung pernyataan guru di atas kepala sekolah memberikan informasi

bahwa:

Saya selaku kepala sekolah mengharuskan para guru untuk menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas di luar jam sekolah agar program pengajaran dapat memenuhi target pencapaian, untuk memberikan motivasi kepada guru maka pemberian insentif saya lakukan sehingga guru bersemangat melaksanakan tugasnya tersebut. (1.W/AM/30/04/12)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah di SDN 1 Taulaa sebagai

sekolah dasar terpencil menerapkan budaya disiplin waktu bagi para guru, menyusun

program pengajaran bersama-sama dengan panduan bahan ajar yang dimiliki,

menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas dengan melaksanakan pembelajaran

pada sore hari di luar jam sekolah.

Menurut seorang guru terkait pertanyaan apakah budaya kerja dapat

meningkatkan rasa kebersamaan guru di sekolah dengan memberikan informasi

bahwa: “Ya, kebersamaan guru di sekolah dapat tercermin melalui penyusunan

perangkat pembelajaran yang dilakukan bersama-sama di sekolah, selain itu guru

saling tukar pikiran mengenai hal baru yang belum diketahui misalnya untuk

menentukan indikator pembelajaran”. (2.W/NR/02/05/12)

Pendapat tersebut didukung oleh seorang guru bahwa:

Rasa kebersamaan guru dapat terwujud melalui kesetaraan tupoksi guru di sekolah, sehingga tidak menimbulkan rasa iri bahwa pekerjaannya lebih

5

6

benyak dari guru lainnya, namun di SDN Taulaa kesan tersebut tidak ada, karena semua guru mengerjakan pekerjaan dengan senang hati walaupun keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah. (2.W/YH/02/05/12)

Terkait pertanyaan apakah budaya kerja dapat meningkatkan rasa saling

terbuka di sekolah dengan memberikan informasi bahwa:

“Ya, hal ini sesuai pernyataan saya di atas bahwa dalam penyusunan perangkat pembelajaran guru memiliki rasa terbuka satu sama lainnya, bila guru tidak tahu menyusun perangkat pembelajaran maka dia menanyakan kepada guru yang lebih tahu. (3.W/NR/02/05/12)

Salah seorang informan juga memberikan informasi bahwa:

Bahwa dengan adanaya rasa kebersamaan dan saling terbuka maka rasa kekeluargaan dan komunikasi yang lebih baik akan terwujud dengan sendirinya, walaupun sebagian 3 (tiga) orang guru berstatus PNS, namun para guru yang masih berstatus guru abdi tidak merasa terkucilkan. Bahkan di SDN Taulaa guru abdi yang selalu memperlihatkan kinerjanya di sekolah. (4.W/ND/30/04/12)..

Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka

antara guru di SDN 1 Taulaa tercermin dalam penyusunan perangkat pembelajaran

dengan bersama-sama, para guru yang belum begitu paham menanyakan kepada guru

yang lebih paham terkait penyusunan perangkat pembelajaran adapun rasa

kekeluargaan dapat terwujud melalui rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka yang

telah dilaksanakan dengan membangun komunikasi yang lebih baik.

3. Disiplin aturan guru Sekolah Dasar TerpencilBerdasarkan wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Professional guru ditinjau dari segi akademik guru masih sangat kurang, guru di SDN 1 Taulaa hanya tiga orang yang berstutus PNS, itupun kepala sekolah lulusan Sekolah Pendidikan Guru, dan lainnya lulusan D III, dan seluruh guru Abdi lulusan SMA. Namun untuk bekerja guru tidak memperhatikan status

akademik. Bahkan terkadang guru-guru abdi yang terlihat lebih rajin daripada guru-guru pegawai. (3.1/W/AM/16/05/12)

Seorang guru menuturkan bahwa:

“Walaupun dari segi akademik hanya lulusan SMA namun, pengalaman guru dalam menangani anak didik sangat baik, disamping itu kegiatan KKG merupakan sarana yang baik dalam peningkatan profesionalitas guru di SDN 1 Taulaa. (3.1/W/YH/16/05/12)

Seorang guru juga mendukung pernyataan di atas dengan memberikan

informasi bahwa:

Guru di SDN 1 Taulaa bila ditinjau dari segi kehadiran di sekolah sangat professional, ini terbukti bahwa sebagian besar guru di SDN 1 Taulaa rumahnya sangat berjauhan dari Sekolah, namun tidak mengurungkan niat mereka untuk ke sekolah pada pagi hari. (3.1/W/YD/16/05/12)

Kepala sekolah juga memberikan informasi bahwa:

“Salah satu kendala yang harus di hadapi guru dalam menjalankan

keprofesionalnya yaitu Cuaca. (3.1/W/AM/16/05/12)

Hal ini tentunya menarik peneliti untuk melakukan wawancara lebih lanjut

terkait mengapa Cuaca yang menjadi penghalang professional guru di SDN 1 Taulaa

dengan temuan yaitu:

Berdasarkan penuturan seorang guru bahwa:

“Pendapat kepala sekolah tersebut sangat benar adannya, professional guru tidak bisa berjalan dan dipaksakan bila cuaca sekitar tidak mendukung, Hal ini dikarenakan bila hujan terjadi maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena akses jalan menuju sekolah menyeberang sungai. (3.1/W/YH/16/05/12)

7

8

Hal tersebut dibenarkan oleh seorang guru bahwa:

“Bila hujan turun maka seluruh kegiatan di sekolah tidak dapat berjalan, siswa di pulangkan, karena tak ada satu guru pun yang berada si sekolah, Hal ini disebabkan oleh sungai yang menjadi tempat penyeberangan para guru dan sebagian siswa dalam keadaan banjir. Para guru dan Siswa takut untuk menyeberang karena air sungai tersebut sangat deras. (3.1/W/NR/16/05/12)

Seorang guru juga menjelaskan bahwa:

Dengan keadaan sungai yang banjir maka guru dan sebagian siswa tidak dapat ke sekolah, sekolah dengan terpaksa harus meliburkan siswanya, karena semua guru berada di muara sungai, Para guru tetap akan ke sekolah bila hujan turun, namun langkahnya terhenti dipinggiran sungai, Untuk memulangkan sebagian siswa yang ada di Sekolah maka pihak guru menghubungi masyarakat di lingkungan sekolah agar memulangkan siswa, karena guru tidak dapat melanjutkan perjalanannya karena sungai tidak bisa dilewati. (3.1/W/YD/16/05/12) Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan hal yang menarik bahwa

professional guru di SDN 1 Taulaa tidak dapat diragukan walaupun ditinjau dari segi

akademik masih rendah, namun semangat untuk melakukan kegiatan pembelajaran

selalu hal yang utam terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh dari sekolah

namun tetap hadir ke sekolah, namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan

bila cuaca hujan melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan

menuju sekolah yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian

siswa.

Aturan guru di SDN 1 Taulaa menurut pernyataan salah seorang informan

bahwa:

“Aturan kerja guru dapat dilihat dalam perilaku guru. di SDN Taulaa umumnya guru bersifat humanis yaitu mementingkan kepentingan murid dari pada kepentingan pribadi, guru di SDN Taulaa dengan segala keterbatasan

sarana dan prasarana tetap mengoptimalkan murid dapat mendapatkan pembelajaran yang optimal. (2.1/W/YH/02/05/12)

Hal ini sesuai penyataan kepala sekolah bahwa:Para guru di SDN 1 Taulaa perilkunya bersifat humanis dengan berorientasi pada pengembangan yaitu dalam aktivitas mengajar yang berkaitan dengan pendekatan mengajar yang humanis adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa. (2.1/W/AM/02/05/12)Sehingga dapat disimpulkan bahwa aturan kerja guru dalam bentuk budaya

kerja umumnya dapat terwujud melalui sikap dan perilaku guru di sekolah, guru yang

mementingkan siswa, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat

dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, serta terbuka untuk komunikasi

dengan siswa merupakan wujud nyata budaya kerja guru di sekolah khususnya di

dalam kelas.

Seorang guru juga menuturkan bahwa:

Walupun para guru bersifat humanis namun dalam rangka penegakan disiplin sekolah dan disiplin sekolah seringkali guru “mencubit” siswa sebagai bentuk hukuman karena bermain atau tidak memperhatikan guru pada saat pembelajaran di kelas berlangsung. (2.1/W/NR/02/05/12)

Terkait pernyataan di atas guru juga memberikan informasi bahwa:“Untuk penegakan disiplin sekolah, para guru ditugaskan oleh kepala sekolah yang bekerja sama dengan kepala desa setempat untuk mengontrol para siswa melaksanakan shalat jum’at dan menghadiri kegiatan Taman Pembelajaran al-Qur’an. (2.1/W/YD/02/05/12)Seorang siswa juga menuturkan bahwa:“Ketika pembelajaran di Kelas guru tidak segan-segan mencubit siswa yang bermain dalam proses pembelajaran berlangsung, begitu pula guru memberikan hukuman membersihkan sekolah pada hari sabtu ketika siswa tidak melaksanakan shalat jum’at dan tidak ikut pengajian di taman pengajian al-Qur’an. (2.1/W/FB/02/05/12)Sehingga dapat disimpulkan bahwa aturan kerja guru dalam budaya kerja di

sekolah tercermin dari perilaku guru, sejauhmana sikap guru di sekolah maka kualitas

9

10

kerja pun akan menjadi baik. namun guru di sekolah menerapkan sistem hukuman

bagi siswa dengan alasan siswa yang bermain di kelas pada saat jam pelajaran

berlangsung serta pada saat siswa tidak melaksanakan shalat jum’at berjamaah dan

ikut dalam taman pengajian al-Qur’an.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku guru adalah hal yang utama

khususnya dalam proses pembelajaran, guru di SDN Taulaa menyusun program

dengan bersama-sama, yaitu penyusunan perangkat pembelajaran Silabus, dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru menggambarkan perilaku yang humanis

kepada siswa dengan lebih mementingkan hasil pembelajaran siswa. Adapun dalam

pemberian hukuman siswa dilaksanakan agar siswa termotivasi untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

Menurut kepala sekolah bahwa:Pihaknya menganjurkan kepada guru agar dalam penilaian hasil belajar siswa

lebih adil yaitu tidak memperhatikan bahwa siswa tersebut adalah

keluarganya. (2.4/W/AM/03/05/12)

Seorang guru menjelaskan bahwa:

Ya, saya menganalis hasil pembelajaran siswa di Sekolah, yaitu dengan

mempertimbakan faktor siswa tersebut serta berdasarkan rumus analisis hasil

evaluasi yang menjadi ketetapan sekolah walaupun secara manual dengan

tulisan tangan dan bantuan kalkulator. (2.5/W/YD/03/05/12)

Seorang guru menjelaskan bahwa:

Untuk menganalis hasil evaluasi pembelajaran saya memperhatikan tingkah

laku siswa di sekolah dari segi penilaian psikomotor, walaupun siswa tersebut

hasil ulanngannya bagus, namun dari segi kerapian, disiplin dan tingkah laku

kurang maka belum tentu mendapatkan hasil evaluasi yang maksimal.

(2.5/W/FB/03/05/12)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru di SDN Taulaa

menganalisis hasil evaluasi pembelajaran siswa dengan lebih memperhatikan aspek

psikomotor. Adapun analisis hasil eveluasi tersebut dilakukan secara sederhana dan

manual dengan tulisan tangan dan bantuan kalkulator.

B. Temuan Penelitian

1. Disiplin waktu guru Sekolah Dasar Terpencil

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah

satu dari hal tersebut adalah membangun budaya kerja guru dengan baik. budaya

kerja guru merupakan kultur organisasi dalam konteks persekolahan. Dengan adanaya

budaya kerja guru maka menjamin kualitas kerja yang lebih baik.

SDN 1 Taulaa sebagai sekolah dasar terpencil menerapkan budaya disiplin

waktu bagi para guru, menyusun program pengajaran bersama-sama dengan panduan

bahan ajar yang dimiliki, menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas dengan

melaksanakan pembelajaran pada sore hari di luar jam sekolah.

Rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka antara guru di SDN 1 Taulaa

tercermin dalam penyusunan perangkat pembelajaran dengan bersama-sama, para

11

12

guru yang belum begitu paham menanyakan kepada guru yang lebih paham terkait

penyusunan perangkat pembelajaran adapun rasa kekeluargaan dapat terwujud

melalui rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka yang telah dilaksanakan dengan

membangun komunikasi yang lebih baik

Oleh karena itu dapat digambarkan waktu kerja guru di SDN Dunggala dalam

konteks penelitian berikut ini:

Gambar 4.2 Diagram Konteks Disiplin waktu Guru di Sekolah Dasar Terpencil

2. Disiplin Kerja Guru di Sekolah Dasar terpencil

Waktu kerja merupakan saat dimana guru melakukan aktivitas pembelajaran

di sekolah hal ini tentunya disesuaikan kalender pendidikan, Professional guru di

SDN 1 Taulaa tidak dapat diragukan walaupun ditinjau dari segi akademik masih

rendah, namun semangat untuk melakukan kegiatan pembelajaran selalu hal yang

utam terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh dari sekolah namun tetap

hadir ke sekolah.

Namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan bila cuaca hujan

melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan menuju sekolah

yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian siswa.

SDN 1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena

keterbatasan sarana dan media komunikasi internet, Keterbatasan listrik menjadi

faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas

Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya

gedung tetap dan sarana komunikasi kurang memadai.

Berdasarkan kesimpulan di atas mengenai budaya kerja guru sekolah dasar

terpencil di SDN 1 Taulaa dapat digambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini:

13

14

Gambar 4.2 Diagram Konteks Disiplin Kerja Guru di SDN terpencil)

3. Disiplin Aturan Kerja Guru Sekolah Dasar Terpencil.

Guru di SDN Taulaa menganalisis hasil evaluasi pembelajaran siswa dengan

lebih memperhatikan aspek psikomotor. Adapun analisis hasil eveluasi tersebut

dilakukan secara sederhana dan manual dengan tulisan tangan dan bantuan kalkulator.

Walaupun dari segi akademik hanya lulusan SMA namun, pengalaman guru

dalam menangani anak didik sangat baik, disamping itu kegiatan KKG merupakan

sarana yang baik dalam peningkatan profesionalitas guru di SDN 1 Taulaa

Berdasarkan kesimpulan di atas aturan kerja guru di sekolah terpencil dapat

digambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini:

Gambar 4.3: Diagram Konteks Disiplin Aturan kerja Guru di Sekolah Dasar

Terpencil

C. Pembahasan

1. Disiplin waktu guru Sekolah Dasar Terpencil

Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada

di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka

adalah upaya penerapan cara non konvensional. Cara lain itu adalah memanfaatkan

potensi, kemajuan serta keluwesan teknologi baru. Sekalipun teknologi baru seperti

teknologi komunikasi, informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan

dengan biaya yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih

merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’.

SDN 1 Taulaa sendiri dibangun awal para peserta didik yang sekolahnya

sangat jauh dari rumah mereka tinggal sehingga dibukalah kelas jauh, dan dipatenkan

menjadi SDN 1 Taulaa. Langkah ini ditempuh agar pelaksanaan pendidikan tidak

menyulitkan pesert didik yang berjalan berapa puluh ribu langkah hanya untuk

meraih mimpi. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan zaman dulu.

15

16

Di samping itu, sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau

serta dapat menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan

tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal dalam hal

ilmu pengetahuan. Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh

yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya: fasilitas, alat-alat transportasi

dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka terhadap teknologi.

Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang beruntung ini bila perbaikan

hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang menjadi sasaran kita dengan

menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; lebih efektif dan cepat kondisi yang

proporsional harus diciptakan dengan memobilisasi sumber-sumber lokal dan

nasional.

Pemerataan pendidikan masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia, dapat

dibagi menjadi pemerataan pendidikan formal dan pemerataan pendidikan non

formal.

Pada jenjang pendidikan formal, secara umum perluasan akses dan

peningkatan pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama, terutama bagi

masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah terpencil. Pemerataan pendidikan

formal terdiri dari pemertaaan pendidikan di tingkat prasekolah, sekolah dasar,

menengah, perguruan tinggi.

Pendidikan sekolah dasar memang sudah cukup dirasakan pemerataannya di

berbagai daerah, hal ini sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun, tetapi mutu

dari pendidikan tersebut masih sangat berbeda budaya kerja guru antara daerah

perkotaan dengan pedesaan.

SDN 1 Taulaa sebagai sekolah dasar terpencil menerapkan budaya disiplin

waktu bagi para guru, menyusun program pengajaran bersama-sama dengan panduan

bahan ajar yang dimiliki, menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas dengan

melaksanakan pembelajaran pada sore hari di luar jam sekolah.

Rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka antara guru di SDN 1 Taulaa

tercermin dalam penyusunan perangkat pembelajaran dengan bersama-sama, para

guru yang belum begitu paham menanyakan kepada guru yang lebih paham terkait

penyusunan perangkat pembelajaran adapun rasa kekeluargaan dapat terwujud

melalui rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka yang telah dilaksanakan dengan

membangun komunikasi yang lebih baik.

2. Disiplin Kerja guru Sekolah Dasar Terpencil

Permasalahan yang lain adalah tidak meratanya jumlah guru. Di daerah yang

terpencil guru menjadi barang langka. Tentu saja orang akan memilih di daerah yang

enak. Keterbatasan sarana dan prasarana haruslah ditingkatkan dengan pembangunan.

Dan haruslah guru di daerah terpencil menjadi prioritas, agar mereka juga bisa

merasakan keadilan. Jangan sampai di perkotaan banyak sekali SD bertaraf

Internasional tetapi masih banyak juga SD terpencil. Setiap anak Indonesia

mendapatkan hak yang sama, yang ada di daerah jangan sampai jalan ditempat

bahkan terus tertinggal.

17

18

Sebagai guru yang PNS tentunya digaji negara untuk melaksanakan tugasnya,

yaitu yang utama adalah mendidik. Walaupun harus ditempatkan di daerah terpencil,

banyak tantangan dan hambatan itu tak selamanya akan terus dirasakan. Masih

banyak SD yang membutuhkan guru, dan ancaman pensiun guru SD. Sebenarnya hal

tersebut tak perlu dikhawatirkan, stok calon guru itu masih banyak. Ditempat saya

menempuh ilmu sudah banyak meluluskan calon guru SD. Sekerang pemerintah

sebagai regulator, dan peyelenggara pendidikan dapat merekturnya dan memberikan

status sesuai haknya. Dan menyebarkannya secara merata, memperlakukannya

dengan adil.

Professional guru di SDN 1 Taulaa tidak dapat diragukan walaupun ditinjau

dari segi akademik masih rendah, namun semangat untuk melakukan kegiatan

pembelajaran selalu hal yang utam terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh

dari sekolah namun tetap hadir ke sekolah,

Waktu kerja guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran selalu hal yang

utama terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh dari sekolah namun tetap

hadir ke sekolah. Namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan bila cuaca

hujan melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan menuju

sekolah yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian siswa. SDN

1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena keterbatasan sarana

dan media komunikasi internet dan keterbatasan listrik menjadi faktor yang utama.

Namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan bila cuaca hujan

melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan menuju sekolah

yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian siswa.

SDN 1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena

keterbatasan sarana dan media komunikasi internet, Keterbatasan listrik menjadi

faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas

Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya

gedung tetap dan sarana komunikasi kurang memadai.

3. Disiplin aturan guru Sekolah Dasar Terpencil

Beberapa permasalahan yang masih dihadapi terkait dengan pemerataan

pendidikan bagi masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah terpencil,

kaitannya dengan perluasan dan pemerataan program wajib belajar pendidikan dasar

9 tahun, wajib belajar belum memiliki makna “compulsory” karena ketidakmampuan

subsidi pemerintah untuk menjangkau masyarakat marjinal ke bawah yang jumlahnya

cukup besar dan secara ekonomi tidak mampu.

Dari sisi tenaga pengajar atau guru, masih banyak SD yang khususnya ada di

daerah terpencil masih kurang. Masih banyak guru-guru yang statusnya sukarelawan.

Dan masih banyak sekali diantara mereka yang mendapatkan kesejahteraan yang

kurang. menjadi tenaga pendidik (guru) sukwan, dengan honor yang untuk beli

bensin saja cukup, tak bersisa. jika mereka para guru sukarelawan itu sudah

berkeluarga maka yang harus mencari altenatif pekerjaan lain, sehingga berpengaruh

19

20

pada kinerjanya di sekolahan. Belum lagi permasalan yang lain terkait guru

sukarelawan.

Anak tidak saja membutuhkan perlakuan yang sesuai dengan perkembangan

psikologisnya, namun juga mempunyai hak untuk dihormati, dilindungi, dimajukan

dan dipenuhi hak-haknya. Pengertian “kebutuhan” menunjukan bahwa anak secara

alamiah sebagai makhluk Tuhan membutuhkan perlakuan dan lingkungan yang

kondusif bagi perkembangan potensinya, sehingga tercerabutnya anak dari keadaan

demikian berpotensi menghambat pencapaian kesejahteraan jiwa dan perkembangan

yang optimal. Pengertian “hak” menunjukkan bahwa ada jaminan pemenuhan yang

bersifat perlindungan, adanya pihak yang berperan dan terlibat sebagai aktor yang

bertanggung jawab melaksanakan fungsi perlindungan tersebut, dan ketika tidak

dipenuhi berarti telah terjadi pelanggaran hak.

Di sisi lain, berita di media massa menunjukkan bahwa lingkungan yang

seharusnya kondusif untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan dan hak anak

tersebut ternyata belum steril dari perlakuan yang mengabaikan atau melanggar

kebutuhan dan hak anak. Beberapa kasus kekerasan terhadap siswa oleh guru, kasus

terpasungnya kebebasan anak, dan pemberian hukuman fisik dengan alasan

pendidikan (kadang dianggap sebagai satu-satunya jalan padahal cara yang lain tidak

ditempuh) masih menghiasi media massa.

Menurut Rogers (dalam Palmer 2003), pendidikan menuntut perlunya

perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang

saling percaya dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang

memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Proses pembelajaran yang

baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen & Kauchak, 1997) adalah proses yang

mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai,

mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat

sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.

Uraian tersebut menunjukkan pentingnya menilai dan menerima anak secara

positif, membangun hubungan dan kepercayaan siswa, dan mengembangkan

pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi dirinya. Di sisi

lain, keadaan yang sering kita jumpai justru seringkali menempatkan siswa dalam

posisi tidak berarti, selalu salah, dan hubungan “guru benar dan siswa salah”.

Perilaku guru di SDN 1 Taulaa umumnya bersifat humanis, namun guru di

sekolah menerapkan sistem hukuman bagi siswa dengan alasan siswa yang bermain

di kelas pada saat jam pelajaran berlangsung serta pada saat siswa tidak

melaksanakan shalat jum’at berjamaah dan ikut dalam taman pengajian al-Qur’an

Perilaku guru adalah hal yang utama khususnya dalam proses pembelajaran,

guru di SDN Taulaa menyusun program dengan bersama-sama, yaitu penyusunan

perangkat pembelajaran Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru

menggambarkan perilaku yang humanis kepada siswa dengan lebih mementingkan

hasil pembelajaran siswa. Adapun dalam pemberian hukuman siswa dilaksanakan

agar siswa termotivasi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

21

22

Guru di SDN Taulaa menganalisis hasil evaluasi pembelajaran siswa dengan

lebih memperhatikan aspek psikomotor. Adapun analisis hasil eveluasi tersebut

dilakukan secara sederhana dan manual dengan tulisan tangan dan bantuan kalkulator.