BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Program dan Evaluasi...

22
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Program dan Evaluasi Program Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan Arikunto dan Jabar (2010: 1-2). Pendapat diatas ditegaskan pula oleh Herman (dalam Farida, 2000: 9) bahwa program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Suatu program mungkin saja sesuatu yang berbentuk nyata (tangible) seperti kurikulum, atau yang abstrak (intangible) seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup atau sederetan kegiatan untuk meningkatkan sikap. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris avaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Program dan Evaluasi...

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Program dan Evaluasi Program

Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi

kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu

tertentu.

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan

mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam

suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan

Arikunto dan Jabar (2010: 1-2).

Pendapat diatas ditegaskan pula oleh Herman (dalam Farida, 2000: 9)

bahwa program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan

harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Suatu program mungkin saja

sesuatu yang berbentuk nyata (tangible) seperti kurikulum, atau yang abstrak

(intangible) seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup atau sederetan

kegiatan untuk meningkatkan sikap.

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris

avaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian

istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan

sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan

dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. Echols dan Shadily (dalam

Thoha, 2003: 1)

Menurut Suryabrata (dalam Thoha, 2003: 1) Kegiatan evaluasi

memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun

dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan

pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan

pribadi dan system-nilai yang ada pada si pembuat keputusan.

Menurut Arikunto dan Jabar (2004: 2) evaluasi program adalah suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat

keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri,

diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan

seksama.

Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program.

“Evaluasi mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui berhasil

tidaknya suatu program". Afdhee, (2007)

Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari

kegiatan yang direncanakan. Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi

program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah

tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana

kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari

rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian

rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang

mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut. Untuk menentukan

seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur

adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan

sebelumnya.

B. Tujuan Evaluasi Program

Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program

yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai

dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan

pengambilan keputusan berikutnya.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. Demikian

juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi

yaitu tujuan umum dan tujun khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program

secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-

masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk

melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud

pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi,

program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan

demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan

didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan

data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker)

untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan

sebuah program.

C. Berbagai Model Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar (dalam bukunya Evaluasi Program

Pendidikan, 2010: 40) mengemukaan bahwa dalam ilmu evaluasi program

pendidikan, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu

program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama

yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan

dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi

pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.

1. Goal Oriented Evaluation Model

Objek pengamatan model ini adalah tujuan dari program. Evaluasi

dilaksanakan berkesinambungan, terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian

pelaksanaan program, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di

dalam proses pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh Tyler.

2. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat

dikatakan berlawanan denga model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika

dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau

tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah

dapat dicapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru

menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi

program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program.

Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya

program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi,

baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang

sebetulnya memang tidak diharapkan).

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada

kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika

masing-masing tujuan khusu tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi

avaluator lupa memerhatikan seberapa jauh masing-masing penampilan tersebut

mendukung penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya

jumlah penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya.

Dari uraian ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “evaluasi lepas dari

tujuan” dalam model ini bukannya lepas sama sekali dari tujuan, tetapi hanya

lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang

akan dicapai oleh program, bukan secara rinci per komponen.

3. Formatif Summatif Evaluation Model

Selain model “evaluasi lepas dari tujuan”, Michael Scriven juga

mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjuk

adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan

pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika

program selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

Berbeda dengan model yang pertama dikembangkan, model yang kedua

ini ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat melepaskan diri dari

tujuan. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif.

Dengan demikian, model yang dikemukakan oleh Michael Scriven ini menunjuk

tentang “apa, kapan, dan tujuan” evaluasi tersebut dilaksanakan.

Evaluasi formatis secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan

ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan

permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui

seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus

mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang

menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat

mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.

4. Countenance Evaluation Model

Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya

evaluator mempertimbangkan program dengan memperbandingkan kondisi hasil

evaluasi program dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang

sama dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar

yang ditentukan oleh program tersebut.

5. SSE-UCLA Evaluation Model

Model ini meliputi empat tahap, yaitu

a. Needs assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang

perlu dipertimbangkan dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh

program, dan tujuan yang dapat dicapai.

b. Program planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui

program disusun sesuai analisis kebutuhan atau tidak.

c. Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat program berjalan.

d. Summative program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari

program serta untuk mengetahui ketercapaian program.

6. CIPP Evaluation Model (Context Input Process Product)

a. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pemenuhan

dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus

sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling

menunjang kesuksesan program.

b. Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi

awal yang dimiliki oleh institusi untuk melaksanakan sebuah program.

c. Evaluasi Proses

Evaluasi proses diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan

sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

d. Evaluasi Hasil

Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian

tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan

tindakan yang diberikan, dan dampak dari program.

7. Discrepancy Model

Kata discrepancy adalah istilah bahasa Inggris, yang diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model yang dikembangkan oleh

Malcolm Provus ini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya

kesenjangan yang terjadi di dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standar yang sudah

ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.

8. Goal Attainment Model

Model penilaian kurikulum yang dikembangkan oleh Tyler (1950)

dinamakan dengan Goal Attainment Model. Langkah-langkah pendekatan

penilaian Tyler adalah: (1) Mulai dengan penentuan tujuan penilaian. Tujuan ini

harus menyatakan dengan jelas materi yang akan dinilai dalam kurikulum; (2)

Memilih, mengubah, atau menyusun alat penilaian dan menguji obyektivitas,

realibilitas, dan validitas alat tersebut; (3) Gunakan alat penilaian untuk

memperoleh data; (4) Bandingkan data yang diperoleh dengan hasil penilaian

sebelumnya yang memperoleh data; (5) Analisa data untuk menentukan kekuatan

dan kelemahan dari kurikulum dan jelaskan alasan dari kekuatan dan kelemahan

tersebut; dan (6) Gunakan data untuk membuat perubahan yang dianggap perlu

dalam kurikulum. Musthofa, (2012).

D. Konsep Kewirausahaan

Menurut Suryana (2004: 13) kewirausahaan adalah proses dinamis untuk

menciptakan nilai tambah barang dan jasa serta kemakmuran. Tambahan nilai dan

kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang memiliki keberanian

menanggung resiko, menghabiskan waktu, serta menyediakan berbagai produk

barang dan jasa.

Sejalan dengan perkembangan konsep kewirausahaan Drucker (dalam

Kasmir, 2006: 17) mendifinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Definisi terebut secara lebih luas dikemukakan oleh Hisrich (dalam

Suryana: 2004: 13) yang mangatakan bahwa kewirausahaan adalah proses

penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan

waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik, risiko, dan kemudian

menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.

Definisi di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh

Zimmerer (dalam Suryana, 2004: 13) yang mengungkapkan bahwa kewirausahaan

merupakan proses penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah

dan mencari peluang yang dihadapi oleh setiap orang dalam setiap hari.

Bertitik tolak dari beberapa pengertian tentang kewirausahaan yang telah

dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan dalam

berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar, sumber

daya, tenaga penggerak dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Menurut Soemahamidjaja (dalam Suryana, 2004: 12) kemampuan

seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:

1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan

hidup/usaha diperlukan adannya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca

dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.

2. Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad

kemauan besar.

3. Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa

menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi

terbiasa berinisiatif.

4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) dan

setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif

adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau

kombinasi baru yang dapat dijadikan perangkat dalam menyajikan barang dan

jasa bagi kemakmuran masyarakat.

5. Kemampuan membentuk modal material, social, dan intelektual.

6. Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu

tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda

pekerjaan.

7. Kemampuan mental yang dilandasi agama.

8. Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

E. Tujuan Dan Manfaat Program Mahasiswa Wirausaha

1. Tujuan

Menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang

berpendidikan tinggi

Mendorong terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di

Perguruan Tinggi

Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan

pengelola kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi.

2. Manfaat

a) Bagi Mahasiswa :

Memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dengan kondisi

dunia kerja guna meningkatkan soft skill.

Memberikan kesempatan langsung untuk terlibat dalam kegiatan

nyata di UKM guna mangasah jiwa wirausaha.

Menumbuhkan jiwa bisnis (sense of business) sehingga memiliki

keberanian untuk memulai usaha didukung dengan modal yang

diberikan dan pendampingan secara terpadu.

b) Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) :

Mempererat hubungan antara UKM dengan dunia kampus.

Memberikan akses terhadap informasi dan teknologi yang dimiliki

perguruan tinggi.

c) Bagi Perguruan Tinggi :

Meningkatkan kemampuan perguruan tinggi dalam pengembangan

pendidikan kewirausahaan.

Mempererat hubungan antara dunia akademis dan dunia usaha,

khususnya UKM.

Membuka jalan bagi penyesuaian kurikulum yang dapat merespon

tuntutan dunia usaha.

Menghasilkan wirausaha-wirausaha muda pencipta lapangan kerja

dan calon pengusaha masa depan.

F. Mekanisme Program

1. Pada tahap pertama perguruan tinggi pelaksana program melakukan

sosialisasi kepada para mahasiswa, identifikasi dan seleksi mahasiswa,

pembekalan kewirausahaan, penyusunan rencana bisnis sambil magang di sebuah

UKM. Mahasiswa yang pernah mengikuti program magang kewirausahaan

(Program Co-op, KKU, dan program kewirausahaan lain) atau telah menjalankan

usaha dapat dibebaskan dari kewajiban magang.

2. Pada tahap kedua dalam rangka mendapatkan dukungan permodalan

dalam rangka pendirian usaha baru (business start-up) mahasiswa harus menyusun

rencana bisnis yang layak. Kelayakan recana bisnis ditentukan oleh tim seleksi

yang dapat terdiri dari unsur perbankan, UKM, dan perguruan tinggi pelaksana.

3. Selama program berjalan perguruan tinggi bekerja sama dengan para

pengusaha, baik UKM, koperasi maupun perusahaan besar. Pengusaha dilibatkan

secara aktif untuk memberikan bimbingan praktis wirausaha, mulai dari

pendidikan dan pelatihan, magang, penyusunan rencana bisnis, dan pendampingan

terpadu. Harus dihindari terjadinya persaingan yang tidak sehat antara mahasiswa

dan UKM pendamping. Diperlukan terjadinya sinergi atau komplementaritas

antara jenis usaha yang dikembangkan mahasiswa tersebut dan jenis usaha UKM

pendamping.

4. Pendirian usaha baru dapat dilakukan secara perorangan (individu) atau

secara berkelompok. Jumlah modal kerja yang disediakan untuk pendirian usaha

maksimal Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per mahasiswa. Apabila

berkelompok maka jumlah anggota maksimal 5 (lima) orang dengan jumlah

modal kerja maksimal Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).

5. Pelaksanaan pendampingan usaha dilakukan dengan kerjasama antara

perguruan tinggi dan UKM hingga usaha mahasiswa berkembang dengan baik.

6. Hasil akhir yang diharapkan adalah :

a) Terbentuknya dan berkembangnya wirausaha-wirausaha baru yang

berpendidikan tinggi

b) Terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi

c) Bertumbuh dan berkembangnya kelembagaan pengelola

kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi.

Model program seperti diuraikan diatas terangkum dalam Skema 1 di

bawah ini.

d)

Skema 1. Model Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

G. Persyaratan Bagi Mahasiswa

1. Program ini dapat diikuti oleh mahasiswa S1 Universitas /Institut /Sekolah

Tinggi yang telah menyelesaikan kuliah 4 semester atau minimal telah menempuh

80 SKS.

2. Mahasiswa program diploma dan politeknik yang telah menyelesaikan

kuliah 3 semester atau minimal telah menempuh 60 SKS.

I N

Wirausaha Berpendidikan

tinggi

PERGURUAN TINGGI

UKM

PENDIRIAN USAHA BARU Max Rp 8 Juta/mhs

Diklat

Magang Perencanaan Bisnis

Mahasiswa

O U

T P U

T

PENDAMPINGAN USAHA TERPADU BERKELANJUTAN

“lembaga pengelola

kewirausahaan mahasiswa”

Basis IPTEKS

3. Mahasiswa yang telah memenuhi syarat di atas diharapkan menempuh

seleksi yang meliputi aspek minat, motivasi berwirausaha, kelayakan usaha dan

soft skills.

4. Seleksi dilakukan oleh tim profesional yang terdiri dari unsur perguruan

tinggi, UKM, dan perbankan. Keterlibatan pihak-pihak tersebut penting

mengingat mahasiswa harus didampingi oleh mentor dari perguruan tinggi yang

terlibat langsung dalam proses pendidikan kewirausahaan, sedangkan UKM

merupakan tempat magang dan yang mempunyai pengalaman praktis berusaha,

dan perbankan merupakan fihak yang terkait serta berpengalaman dalam hal

kelayakan finansial.

H. Skema Pembiyaan

Pembiayaan program berasal dari Pemerintah dengan alokasi bantuan

antara lain untuk : (1) pengelolaan, (2) pendidikan dan pelatihan, dan (3) modal

usaha. Rincian masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan program oleh Perguruan Tinggi (10%), meliputi antara lain :

a) Kesekretariatan (ATK)

b) Sosialisasi program kepada Mahasiswa dan pengusaha UKM

c) Seleksi Mahasiswa

d) Seleksi UKM mitra

e) Lokakarya-lokakarya

f) Monitoring (sedang dan pasca magang)

g) Evaluasi pelaksanaan program

2. Pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan serta Magang (20%), meliputi

antara lain :

a) Pelatihan Kewirausahaan

b) Seleksi Rencana Bisnis (Business Plan)

c) Pendampingan oleh Mentor Perguruan Tinggi

d) Pendampingan usaha oleh UKM

3. Bantuan modal usaha untuk memulai bisnis (start-up business) (70%) yang

besarnya maksimum Rp.8.000.000,- (delapan juta/mahasiswa) atau

berkelompok yang terdiri dari maksimum 5 orang/kelompok dengan dana

maksimum 40 juta/kelompok usaha. Besarnya dana tergantung pada jenis

usaha dan rencana bisnis yang diajukan mahasiswa.

I. Sifat Dana

1. Bantuan modal usaha sebesar maksimum Rp. 8.000.000,00 (delapan juta

rupiah/mahasiswa) dalam Program Mahasiswa Wirausaha ini merupakan hibah

dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang akan dipergunakan untuk modal

usaha kepada para mahasiswa.

2. Setiap perguruan tinggi diberikan kewenangan untuk mengelola dana

modal usaha tersebut secara bertanggung jawab, efektif dan efisien.

3. Skema penyediaan modal kerja dan mekanisme pencairan dana kepada

para mahasiswa diatur secara tersendiri oleh perguruan tinggi pengelola program.

Untuk menunjang keberlanjutan program dan modal kerja yang telah diberikan,

maka setelah bulan ke-5 mahasiswa peserta program diwajibkan memulai

melaporkan perkembangan usahanya secara lebih terperinci kepada perguruan

tinggi pengelola program.

4. Sebagai bahan evaluasi keberlanjutan dukungan program dari pemerintah

untuk tahun-tahun berikutnya, perguruan tinggi yang paling efisien dalam

penggunaan dana dan dengan jumlah mahasiswa peserta program yang lebih

banyak terlibat akan mendapatkan jumlah hibah yang lebih besar secara

proporsional. Sebaliknya, perguruan tinggi yang tidak efisien dalam penggunaan

dana akan dikurangi jumlah hibahnya secara proporsional pula. Penentuan kinerja

akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang dirumuskan oleh

suatu tim yang dibentuk oleh Direktorat Kelembagaan.

J. Indikator Keberhasilan Program Kewirausahaan Mahasiswa

Keberhasilan program dapat dilihat tercapai-tidaknya tujuan program yang

terdiri dari:

a) Mahasiswa yang terlibat dan unit bisnis yang berhasil dikembangkan;

b) Terbentuk dan berkembangnya model pendidikan kewirausahaan di

perguruan tinggi;

c) Terbentuk dan berkembangnya kelembagaan pengelola kewirausahaan.

1. Mahasiswa wirausaha dan Unit Bisnis

a. Mahasiswa Wirausaha

(1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan,

mahasiswa

(2) Terbentuknya jejaring bisnis

b. Unit Bisnis

(1) Meningkatnya jangkauan pasar

(2) Terkendalinya kelancaran cash flow

(3) Meningkatnya jumlah dan kualitas tenaga kerja

(4) Meningkatnya omzet dan asset

(5) Meningkatnya jumlah dan variasi invetori

2. Model Pendidikan Kewirausahaan

(1) Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan

(2) Keterlibatan berbagai pihak yang relevan dalam pelaksanaan program.

3. Lembaga Pengelola Kewirausahaan Perguruan Tinggi

(1) Jumlah mahasiswa yang terlibat

(2) Jumlah mahasiswa yang memulai bisnis (wirausaha)

(3) Jumlah unit bisnis yang berhasil diciptakan dan dikelola

(4) Keberlanjutan program

(5) Jumlah pengusaha yang terlibat dan tingkat kepuasan mereka terhadap

pelaksanaan PMW

(6) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana

(7) Eksistensi lembaga pengelola kewirausahaan. Sumber Laporan Akhir

PMW (2010)

K. Tahap Pelaksanaan Program Mahasiwa Wirausaha (PMW)

a. Tahap Persiapan

1) Sosialisasi Program

Jadwal Pelaksanaan Sosialisasi

Dosen, UKM, Mahasiswa, dll. Peserta yang diundang

2) Seleksi Mahasiswa

System seleksi

Metode seleksi

Pelaksana seleksi (Kualifikasi/keahlian, Institusi asal)

b. Tahap Pembekalan Peserta

1) Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan

Materi pembekalan

Lama waktu dan jadwal pembekalan

Instruksi/Nara sumber

2) Seleksi Rencana Bisnis

Tim seleksi

Kriteria asal

Metode seleksi

3) Magang

Ada magang atau tidak

Kriteri pemilihan tempat magang

Lama Pelaksanaan Magang

c. Pelaksanaan

1) Pencairan Modal Kerja

Aturan dan prosedur pencairan dana modal kerja

Keterlibatan perbankan

Keterlibatan Mentor dan Pihak lain

2) Pendampingan terpadu

Kriteria pemilihan mentor

Metode pendampingan

Peran mentor dan PT dan dari tempat Magang.

3) Monitoring

Jadwal monitoring

Instrument monitoring pelaksana program kepada mahasiswa PMW

Hasil monitoring kepada Mahasiswa PMW meliputi antara lain;

- Pengetahuan kewirausahaan

- Keterampilan dan Sikap wirausaha

- Kemampuan mengelola bisnis

- Perkembangan bisnis

- Jangkauan pasar lebih luas

- Jejaring bisnis

4) Keterlibatan lembaga/pihak dalam PT

Fakultas

Program Studi

Unit lain (LPM)

5) Keterlibatan lembaga/pihak luar PT

Pengusaha

Pemerintah daerah

Perbankan

Asosiasi

Sumber Panduan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2010.

Tabel 1.1 Jumlah Program Mahasiswa Wirausaha

Pendaftar Peserta Pelatihan

(Lolos Seleksi Awal) Magang

Lolos Seleksi

Rencana

Bisnis

Memulai Bisnis

217 Orang 153 Orang 130 Orang 130 Orang (30

Kelompok)

130 Orang (30

Kelompok)

Sumber Laporan Akhir Program Mahasiwa Wirausaha (2010)

L. Format Usaha

Adapun format usaha pada PMW tahun 2010 adalah berbentuk kelompok

dengan jumlah setiap kelompok berjumlah 3 s/d 5 orang mahasiswa.

Tabel 1.2 Format Usaha Program Mahasiswa Wirausaha

NO.

NAMA

KELOMPOK

Format

Usaha

JML

MHS BIDANG USAHA

1 Bonsai imitasi Kelompok 4 Pembuatan Kembang

2 Citra Insani Kelompok 4 Perbengkelan

3 Soyben Kelompok 5 Produksi susu jagung

4 Mathematic Club Kelompok 5 Matematika

5 Purnama Kelompok 3 Produksi kerajinan Koran

bekas

6 Pia Biji Nangka

(PIBINA)

Kelompok 3 Usaha kue dan kripik

7 Pakan Ikan air Tawar Kelompok 3 Pembuatan pakan

8 Banana Krispi Kelompok 4 Produksi Snack

9 Bio Smart Kelompok 5 Produksi susu jagung

10 Bunda food Kelompok 5 Café

11 Telur emas Kelompok 5 Usaha peternakan ayam

petelur

12 Depot air isi ulang

(Maleo)

Kelompok 5 Depot isi ulang

13 Pengolahan sampah

(Motolomoia)

Kelompok 5 Pengolahan sampah UNG

14 Rumah Buku Kelompok 3 Jasa Penerbitan

15 Bebek Petelur Almafazah Kelompok 5 Peternakan bebek

16 Sapi bali Kelompok 5 Peternakan sapi

17 Kube Flamboyan Kelompok 5 Produksi kue kering/snack

jagung

18 Suka Maju Kelompok 5 Produksi kue kering/snack

jagung

19 Jasa Wahana Out Bond Kelompok 3 Jasa Outbond

20 Es Krim Ubi Jalar Kelompok 5 Produksi es cream

21 Bakso Kaget Kelompok 3 Produksi bakso

22 Ramli Taylor Kelompok 5 Jasa taylor

23 Bakso Jago Kelompok 5 Usaha bakso

24 Penataan Rambut Kelompok 3 Salon rambut

25 Arif Taylor Kelompok 5 Jasa taylor

26 Kayu Kambing Jaya Kelompok 4 Produksi peti mati

27 Cafee rasa pisang Kelompok 5 Café

28 Sweet Purple hause Kelompok 5 Jasa makanan

29 Wiar Traiping Centre Kelompok 5 Usaha percetakan

30 Susu Kedelai Kacang

Hijau

Kelompok 2 Susu kedelei

Sumber Laporan Akhir Program Mahasiwa Wirausaha (2010)

M. Jumlah Kelompok Wirausaha Yang Telah Berhasil

Adapun beberapa nama-nama kelompok yang telah berhasil ataupun masih

jalan usahanya antara lain;

1. Usaha Kambing Jaya (Pembuatan peti mati)

2. Jasa Ramli Taylor (Taylor)

3. Jasa Arif Taylor (Taylor)

4. Usaha Ice Cream Ubi Jalar (Ice Cream Ubi Jalar)

5. Jasa Penataan Rambut (Penataan rambut)

6. Sapi Bali (Penggemukan sapi bali)

7. Flamboyan (Pengolahan hasil pertanian)

8. Rumah buku (Rumah buku)

9. Penjualan Air isi ulang (Depot)

10. Telur Emas (Ayam petelur)

11. LPK Suka Maju (Pengolahan hasil pertanian Agroindustri)

12. Citra Insani (Perbengkelan mesin-mesin produksi pertanian.