BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat merupakan Kabupaten yang dibentuk setelah
adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, tanggal 25 Februari 2003, dimana
Kabupaten Maluku Utara mengalami pemekaran menjadi 4 (empat) kabupaten,
yaitu 3 (tiga) kabupaten baru serta 1 (satu) kabupaten induk (Maluku Utara) yang
berubah nama menjadi Kabupaten Halmahera Barat dengan ibukota Jailolo.
Dalam memulai aktifitas pemerintahannya, seperti halnya pemerintahan
kabupaten lain, Halmahera Barat pun memiliki dinas-dinas atau yang disebut
dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang dibentuk untuk membantu
Bupati dalam menyelesaikan setiap permasalahan di daerah. Salah satu SKPD
yang ikut berperan aktif dalam pembangunan di daerah adalah Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan.
Dinas ini dibentuk dengan Peraturan Daerah (perda) Nomor 15 Tahun
2008, bersamaan dengan 13 (tiga belas) dinas lainnya, yang memiliki tugas yang
sama sebagai pembantu Bupati. Dinas ini beralamat tetap di jalan pengabdian
Nomor 1 Jailolo.
Seiring dengan tuntutan kemajuan serta perkembangan peran dan
fungsinya sebagai public service dibidang pekerjaan umum dan perumahan yang
telah memberi warna bagi instansi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat, maka dalam konteks otonomi daerah yang ditandai
60
dengan kemampuan self-supporting-nya organisasi daerah. Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat yang dibentuk dengan
Peraturan Daerah Nomor: 15 Tahun 2008, mengatur tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Kabupaten Halmahera Barat serta Peraturan Bupati Halmahera Barat
Nomor : 16 Tahun 2009, Tentang Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi Pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat.
Jadi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat
yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas adalah merupakan salah satu instansi
dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Halmahera Barat dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung-jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah Kabupaten
Halmahera Barat.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu bupati untuk
menjalankan roda pemerintahan di daerah, Dinas Pekerjaan Umum juga memiliki
Visi dan Misi sebagai penunjuk arah dalam melaksanakan kegiatan organisasinya.
Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut:
Visi : Melayani Bukan Di Layani dan Misinya adalah :
1. Mensejahterakan masyarakat dan
2. Meningkatkan sarana prasarana infrastruktur
4.1.1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan atas dasar kerjasama, yang
mempunyai bentuk atau susunan yang secara jelas dan formal merumuskan
61
bidang tugas tiap-tiap unsur serta menegaskan hubungan antara yang satu dengan
yang lainnya dalam rangkaian hirarkhi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa tata kerja merupakan ketentuan tertulis
tentang pembagian tugas dan kewajiban, pengaturan hubungan dari masing-
masing komponen dan penggarisan saluran saluran tanggung-jawab dari masing-
masing pejabat dalam suatu organisasi dengan maksud untuk melaksanakan tugas
pokok.
Tujuan yang jelas harus dirumuskan sebagai landasan dan pedoman dalam
menentukan tata kerja yang efektif. Adapun mekanisme untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dilakukan dengan membagi pekerjaan sesuai dengan
fungsinya dan sistem. Dalam pelaksanaan, hubungan kerja antara fungsi yang
mencakup kekuasaan, wewenang serta tanggung-jawab masing-masing harus jelas
dan dilaksanakan secara konsekuen, sehingga perlu disusun struktur organisasi.
Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan kabupaten
Halmahera Barat dimaksud melahirkan konsepsi uraian tugas yang diembankan
oleh setiap unit kerja pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten
Halmahera Barat yang telah dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor : 15 Tahun
2008, Tentang Pembentukkan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan serta Peraturan Bupati Halmahera Barat Nomor:
16 Tahun 2009, Tentang Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi Pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, yang terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahi:
62
1) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan;
2) Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi;
3) Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian.
c. Bidang Penatagunaan Sumber Daya Air, membawahi :
1) Seksi Pengelolaan, Sumber Daya Alam dan Pemeliharaan Irigasi;
2) Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai;
3) Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk.
d. Bidang Bina Marga, membawahi :
1) Seksi Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan;
2) Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan;
3) Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan.
e. Bidang Cipta Karya, membawahi :
1) Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman;
2) Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan;
3) Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum.
f. Bidang Penataan Ruang dan Bina Program, membawahi:
1) Seksi Penataan Ruang Wilayah;
2) Seksi Pengembangan Kawasan;
3) Seksi Program dan Perencanaan.
g. UPTD
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
Selanjutnya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten
Halmahera Barat mempunyai tata kerja sebagai berikut:
63
1.Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, dipimpin oleh Kepala Dinas, dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung-jawab kepada Bupati Halmahera Barat
melalui Sekertaris Daerah Halmahera Barat.
2.Sekertariat
Dipimpin oleh sekertaris kepala dinas, dalam menjalankan tugasnya berada
dibawa dan bertanggungjawab kepada kepala dinas.
3.Sub Bagian
Dipimpin oleh kepala bagian, dalam menjalankan tugasnya berada dan
bertanggungjawab kepada sekertaris.
4.Sub Bidang
Dipimpin oleh kepala bidang, dalam menjalankan tugasnya berada dan
bertanggungjawab kepada kepala dinas.
5.Seksi
Dipimpin oleh kepala seksi, dalam menjalankan tugasnya berada dibawa dan
bertanggungjawab kepada kepala bidang sesuai dengan bidang tugasnya masing-
masing.
6.UPTD
7. jabatan fungsional
4.1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat,
adalah perangkat daerah yang diserahkan wewenang, tugas dan tanggung-jawab
64
untuk melaksanakan otonomi daerah, desentralisasi dalam bidang pekerjaan
umum dan perumahan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Barat Nomor : 15
Tahun 2008, Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, dapat dilihat tugas
pokok Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat
sebagai berikut :
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan mempunyai tugas pokok
membantu Bupati melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang Pekerjaan
Umum dan Perumahan. Selain itu Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;
c. Pembinaan, pengembangan serta Pengawasan di bidang Pekerjaan Umum
dan Perumahan; dan
d. Pembinaan terhadap UPTD dalam lingkup tugasnya.
1.Kepala Dinas
Yaitu, seorang yang mengepalai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat dengan kedudukan sebagai unsur pelaksana
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang berada dibawa dan
65
bertanggungjawab kepada bupati melalui sekertaris daerah Kabupaten Halmahera
Barat. Adapun tugasnya adalah:
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di lingkup Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan.
2. Merumuskan kebijakan teknis dan menjabarkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana
Strategi Kabupaten Halmahera Barat dalam lingkup tugasnya dalam
bentuk rencana kerja.
3. Mengkoordinasikan seluruh program dinas dengan instansi terkait guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Mendelegasikan sebagian kewenangan kepada pejabat dibawahnya secara
berjenjang untuk efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas.
5. Membina dan mengarahkan bawahan dalam penyelenggaraan tugas di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan sehingga pelaksanaan
tugas sesuai dengan yang direncanakan.
6. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan sebagai bahan pembinaan karier dan
pengukuran kinerja.
7. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Bupati baik lisan maupun tertulis
sebagai bahan pertanggungjawaban.
8. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
66
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati baik lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
Disamping menjalankan tugas pokoknya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis
b. Pembinaan dan pengembangan kawasan pemukiman dan prasarana
wilayah.
2. Sekertaris
Yaitu, seorang yang mempunyai tugas Membantu Kepala Dinas dalam
membina dan mengelola urusan administrasi dan ketatausahaan serta hubungan
masyarakat. Untuk melaksanakan tugasnya. Sekertaris juga memiliki fungsi
sebagai perumus program dan pembinaan pengelolaan administrasi dan
ketatausahaan yang meliputi urusan umum dan perlengkapan, evaluasi, pelaporan
dan jasa konstruksi, kepegawaian, keuangan serta hubungan masyarkat. Dan
memiliki uraian tugas sebagai berikut :
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di lingkup Sekretariat.
2. Merumuskan program administrasi umum dan ketatausahaan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas.
3. Mengkoordinasikan tugas dengan Kepala Bidang di lingkup Dinas
Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada Kepala Sub Bagian di lingkup Sekretariat guna
efesiensi dan efektifitas kerja.
67
5. Memberi petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Sub Bagian di
lingkup Sekretariat agar terhidar dari kesalahan.
6. Mengarahkan pelaksanaan tugas Sub Bagian di lingkup Sekretariat
sesuai bidang tugasnya agar terjalin hubungan kerja sama dalam
pelaksanaan tugas.
7. Menyampaikan informasi kegiatan dinas kepada masyarakat untuk
sosialisasi program.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran tugas. Sekertaris mempunyai tiga sub
bagian yaitu :
a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
Mempunyai tugas membantu sekertaris dalam pengelolaan administrasi umum
dan perlengkapan serta memiliki fungsi sebagai pengelola administrasi umum,
sarana dan prasarana Dinas. Dengan uraian tugas, sebagai berikut :
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Umum dan Perlengkapan.
2. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Umum dan Perlengkapan sebagai
pedoman kerja.
68
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Sub Bagian Umum dan
Perlengkapan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Sub Bagian Umum dan Perlengkapan agar diperoleh hasil kerja
yang benar dan akurat.
7. Mengelola administrasi barang yang meliputi pengadaan, pencatatan,
pendistribusian, penyimpanan, perawatan dan usul penghapusan barang.
8. Menyelenggarakan administrasi kearsipan dan dokumentasi, tata upacara,
serta penyiapan bahan pelaksanaan rapat.
9. Melaksanakan urusan rumah tangga dinas yang meliputi ketertiban dan
keamanan, penggunaan alat komunikasi, air dan listrik di lingkup dinas.
10. Menyiapkan data sebagai bahan penyampaian informasi kegiatan dinas
kepada masyarakat.
11. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
12. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
13. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
69
14. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
Mempunyai tugas membantu sekertaris melaksanakan pekerjaan dan kegiatan
pengelolaan administrasi keuangan dan kepegawaian, juga mempunyai fungsi
sebagai pengelola administrasi keuangan dan kepegawaian dinas. Dengan uraian
tugas sebagai berikut :
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian.
2. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Sub Bagian Keuangan dan
Kepegawaian guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian agar diperoleh hasil kerja
yang benar dan akurat.
7. Melaksanakan administrasi keuangan dinas yang meliputi perjalanan
dinas, koordinasi pembayaran rekening listrik, air, telepon, dan koordinasi
pembayaran kegiatan dinas lainnya.
70
8. Menyiapkan bahan pertanggungjawaban keuangan secara periodik pada
setiap akhir bulan.
9. Mengelola administrasi kepegawaian yang meliputi daftar usulan
kepangkatan, penempatan calon pegawai, kenaikan gaji berkala, kenaikan
golongan dan mutasi di lingkup Dinas PU dan Perumahan.
10. Menyiapkan usul izin cuti dan melakukan urusan kesejahteraan pegawai di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan.
11. Mempersiapkan usul-usul pengisian jabatan pada lingkup Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan.
12. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
13. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
14. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris baik lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Kontruksi
Mempunyai tugas membantu sekertaris dalam hal pengelolaan administrasi
evaluasi, pelaporan dan jasa kontruksi serta mempunyai fungsi sebagai pengelola
administrasi untuk Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi. Adapun uraian tugas
sebagai berikut:
71
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa
Konstruksi.
2. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa
Konstruksi sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Sub Bagian Evaluasi,
Pelaporan dan Jasa Konstruksi guna efisiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi agar
diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
7. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
8. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris baik lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
72
3. Bidang Sumber Daya Air
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakaan tugas
Bidang Sumber Daya Air yang meliputi penataan, pembangunan, pengawasan dan
pengendalian bangunan sumber daya air serta mempunyai fungsi sebagai perumus
program dan pembinaan penyelenggaraan, penataan, pembangunan, pengawasan
dan pengendalian bangunan sumber daya air. Bidang inipun mempunyai uraian
Tugas sebagai berikut:
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Sumber Daya
Air.
2. Merumuskan program di Bidang Sumber Daya Air sebagai pedoman kerja.
3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan
Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Menyelenggarakan penataan, pembangunan, pemeliharaan dan
pengawasan dan pengendalian bangunan sumber daya air.
5. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air
guna kelancaran pelaksanaan tugas.
6. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala
Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air agar pelaksanaan tugas sesuai
dengan rencana.
7. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Sumber Daya Air
guna kelancaran pelaksanaan tugas.
73
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang
Sumber Daya Air sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran
kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis guna memperlancar pelaksanaan tugas.
Bidang ini terdiri dari empat sub bidang dan masing-masing bidang memiliki
seksi dan uraian tugas masing-masing pula.
a. Bidang Penatagunaan Sumber Daya Air
Mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas
bidang sumber daya air yang meliputi penataan, pembangunan, pengawasan dan
pengendalian bangunan sumber daya air. Bidang ini memiliki uraian tugas sebagai
berikut:
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Sumber Daya
Air.
2. Merumuskan program di Bidang Sumber Daya Air sebagai pedoman kerja.
3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan
Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
74
4. Menyelenggarakan penataan, pembangunan, pemeliharaan dan
pengawasan dan pengendalian bangunan sumber daya air.
5. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air
guna kelancaran pelaksanaan tugas.
6. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala
Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air agar pelaksanaan tugas sesuai
dengan rencana.
7. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Sumber Daya Air
guna kelancaran pelaksanaan tugas.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang
Sumber Daya Air sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran
kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis guna memperlancar pelaksanaan tugas.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan bidang ini memiliki tiga seksi yaitu:
b. Seksi Pengelolaan, Sumber Daya Alam dan Pemeliharaan Irigasi
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan
seksi pengelolaan sumber daya air dan pemeliharaan irigasi. Dengan uraian tugas
sebagai berikut:
75
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Pemeliharaan Irigasi.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengelolaan Sumber Daya
Air dan Pemeliharaan Irigasi sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi kerja dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi
di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Pemeliharaan Irigasi guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pemeliharaan Irigasi agar
diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
7. Melaksanakan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pemeliharaan
Irigasi.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
76
c. Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan
seksi pengembangan rawa dan pantai. Uraian tugasnya sebagai berikut:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengembangan Rawa dan
Pantai sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengembangan Rawa
dan Pantai guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai agar diperoleh hasil kerja
yang benar dan akurat.
7. Melaksanakan kegiatan Pengembangan Rawa dan Pantai.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
77
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
d. Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk.
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan
seksi pengembangan sungai, danau dan waduk. Adapun uraian tugasnya adalah:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan
Waduk.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengembangan Sungai,
Danau dan Waduk sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengembangan Sungai,
Danau dan Waduk guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk agar diperoleh
hasil kerja yang benar dan akurat.
7. Melaksanakan kegiatan Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
78
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
a. Bidang Bina Marga
Mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas
bidang mina marga yang meliputi infrastruktur jalan dan jembatan. Bidang bina
marga memiliki fungsi; perumusan program dan pembinaan penyelenggaraan
perencanaan, pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan pengawasan jalan
dan jembatan. Bidang bina marga juga mempunyai uraian tugas antara lain:
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Bina Marga.
2. Merumuskan program di Bidang Bina Marga sebagai pedoman kerja.
3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan
Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Menyelenggarakan penyiapan dan pemutakhiran data base bidang
infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Halmahera Barat.
5. Menyelenggarakan perencanaan, pembangunan, peningkatan,
pemeliharaan dan pengawasan jalan dan jembatan di Kabupaten
Halmahera Barat.
6. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Bina Marga guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
79
7. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala
Seksi di lingkup Bidang Bina Marga agar pelaksanaan tugas sesuai dengan
rencana.
8. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Bina Marga
guna kelancaran pelaksanaan tugas.
9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang
Bina Marga sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas. Selanjutnya bidang bina
marga juga membawahi tiga seksi yang masing-masing memiliki fungsi
dan uraian tugas.
1. Seksi Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan
seksi sistem peningkatan jaringan prasarana jalan dan jembatan. Seksi ini juga
memliki fungsi sebagai pelaksanaan kegiatan penyiapan data base infrastruktur
jalan dan jembatan, perencanaan teknis jalan jembatan serta Peningkatan Jaringan
Prasarana Jalan dan Jembatan. Dengan uraian tugas adalah :
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Sistim Peningkatan Jaringan
Prasarana Jalan dan Jembatan.
80
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Sistim Peningkatan Jaringan
Prasarana Jalan dan Jembatan sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Sistim Peningkatan
Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Sistim Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan
Jembatan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
7. Melaksanakan kegiatan Sistim Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana
Jalan dan Jembatan.
8. Melaksanakan pemutakhiran data base infrastruktur jalan dan jembatan.
9. Melaksanakan kegiatan Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan
Jembatan.
10. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
11. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
12. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
81
13. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
e. Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan prasarana jalan dan jembatan. Seksi ini juga mempunyai fungsi
sebagai pelaksanaan kegiatan Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan. Dan
juga memiliki uraian tugas sebagai berikut:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan
Jembatan.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pembangunan Prasarana
Jalan dan Jembatan sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pembangunan Prasarana
Jalan dan Jembatan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan agar sesuai
dengan rencana.
7. Melaksanakan kegiatan inventarisasi kerusakan jalan dan jembatan.
8. Melaksanakan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan.
9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
82
10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
a. Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan.
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksnakan kegiatan
pemeliharaan prasarana jalan dan jembatan. Seksi ini juga memiliki fungsi sebagai
pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan. Dan uraian
tugasnya adalah:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan
Jembatan.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pemeliharaan Prasarana
Jalan dan Jembatan sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pemeliharaan Prasarana
Jalan dan Jembatan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
83
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan agar sesuai
dengan rencana.
7. Melaksanakan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
14. Bidang Cipta Karya
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakaan tugas
Bidang Cipta Karya yang meliputi perumahan, pemukiman dan sanitasi
lingkungan serta penataan bangunan. Serta fungsi adalah sebagai Perumusan
program dan pembinaan penyelenggaraan penataan, pembangunan, pemeliharaan,
pengawasan bangunan gedung, perumahan dan permukiman. Dan memiliki
uraian tugas sebagai berikut:
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Cipta Karya.
2. Merumuskan program di Bidang Cipta Karya sebagai pedoman kerja.
84
3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan
Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Menyelenggarakan penataan, pembangunan, pemeliharaan dan
pengawasan bangunan gedung.
5. Menyelenggarakan penataan, pembangunan dan pemeliharaan perumahan
dan permukiman.
6. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Cipta Karya guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
7. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala
Seksi di lingkup Bidang Cipta Karya agar pelaksanaan tugas sesuai dengan
rencana.
8. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Cipta Karya
guna kelancaran pelaksanaan tugas.
9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang
Cipta Karya sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis sebagai penentuan kebijakan.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
Bidang inipun memiliki tiga seksi yaitu:
85
1) Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman
Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan
perumahan, pembangunan gedung dan pemukiman. Seksi ini juga memiliki fungsi
sebagai Pelaksanaan kegiatan pembangunan, perumahan, pengawasan dan
permukiman. Dan uraian tugasnya adalah:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung
dan Pemukiman.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Perumahan, Pembangunan
Gedung dan Pemukiman sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Perumahan,
Pembangunan Gedung dan Pemukiman guna efesiensi dan efektifitas
kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan
dilingkup Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman agar
diperoleh hasil kerja yang maksimal.
7. Melaksanakan kegiatan pengawasan, pengendalian, perumahan dan
permukiman.
8. Melaksanakan kegiatan pembangunan, perumahan dan pemukiman.
86
9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
2) Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Mempunya tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan kegiatan
penataan bangunan. Dan fungsinya adalah pelaksanaan kegiatan penataan
bangunan dan Lingkungan. Uraian tugasnya sebagai berikut
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Penataan Bangunan dan
Lingkungan.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Penataan Bangunan dan
Lingkungan sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Penataan Bangunan
dan Lingkungan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
87
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan agar diperoleh hasil
kerja yang benar dan akurat.
7. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pembangunan dan pengawasan
bangunan.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
3) Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum
Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan
kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Air Minum. Fungsinya adalah:
Pelaksanaan kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Air Minum. Serta
uraian tugasnya adalah:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air
Minum.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Penyehatan Lingkungan
dan Air Minum sebagai pedoman kerja.
88
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Permukiman dan
Sanitasi Lingkungan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan dil
ingkup Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum agar diperoleh hasil
kerja yang maksimal.
7. Melaksanakan kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Air Minum.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
1. Bidang Penataan Ruang dan Bina Program
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakaan tugas
Bidang Penataan Ruang dan Bina Program. Fungsinya adalah: Perumusan
program dan pembinaan penyelenggaraan penataan ruang dan bina program.
Uraian Tugas sebagai berikut :
89
1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Penataan
Ruang dan Bina Program.
2. Merumuskan program di Bidang Penataan Ruang dan Bina Program
sebagai pedoman kerja.
3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan
Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna
kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Bina Program.
5. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Penataan Ruang
dan Bina Program guna kelancaran pelaksanaan tugas.
6. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala
Seksi di lingkup Bidang Penataan Ruang dan Bina Program agar
pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana.
7. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Penataan Ruang
dan Bina Program guna kelancaran pelaksanaan tugas.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang
Penataan Ruang dan Bina Program sebagai bahan pembinaan karier dan
pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan
maupun tertulis sebagai penentuan kebijakan.
90
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas baik lisan maupun
tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
Bidang inipun membawahi tiga seksi yaitu:
1) Seksi Penataan Ruang Wilayah:
Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan
kegiatan Penataan Ruang Wilayah. Fungsinya adalah: Pelaksanaan kegiatan
Penataan Ruang Wilayah. Uraian Tugasnya sebagai berikut:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Penataan Ruang Wilayah.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Penataan Ruang Wilayah
sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Penataan Ruang
Wilayah guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan
dilingkup Seksi Penataan Ruang Wilayah agar diperoleh hasil kerja yang
maksimal.
7. Melaksanakan kegiatan Penataan Ruang Wilayah.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
91
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
2) Seksi Pengembangan Kawasan
Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan
kegiatan penataan bangunan. Fungsinya adalah: Pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Kawasan. Uraian Tugas sebagai berikut:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengembangan Kawasan.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengembangan Kawasan
sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengembangan
Kawasan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di
lingkup Seksi Pengembangan Kawasan agar diperoleh hasil kerja yang
benar dan akurat.
7. Melaksanakan kegiatan Pengembangan Kawasan.
92
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
3) Seksi Program dan Perencanaan
Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam menyusun dan
melaksanakan Program dan Perencanaan. Fungsinya adalah: Penyusunan dan
Pelaksanaan Program dan Perencanaan. Uraian Tugas sebagai berikut:
1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Program dan Perencanaan.
2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Program dan Perencanaan
sebagai pedoman kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di
lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Program dan
Perencanaan guna efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.
6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan dil
ingkup Seksi Program dan Perencanaan agar diperoleh hasil kerja yang
maksimal.
93
7. Menyusun dan melaksanakan Program dan Perencanaan.
8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan
pembinaan karier dan pengukuran kinerja.
9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun
tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan
maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum menentukan hasil penelitian baik yang bersifat analitis maupun
yang bersifat deskriptif, serta penyampaian pembahasan hasil penelitian, berikut
disampaikan hasil uji validitas dan hasil uji reliabilitas terhadap data yang
diperoleh dari lapangan, sebagai berikut:
Hasil uji validitas serta uji reliabilitas kedua variabel penelitian adalah
ditampilkan pada tabel di bawah ini.
94
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X)
Variabel Item P-Value r-
Hitung r-Kritis Keterangan
X1
1 0.000 0.950 0.3 Valid
2 0.000 0.972 0.3 Valid
3 0.000 0.943 0.3 Valid
4 0.000 0.956 0.3 Valid
5 0.000 0.951 0.3 Valid
X2
1 0.000 0.967 0.3 Valid
2 0.000 0.966 0.3 Valid
3 0.000 0.922 0.3 Valid
4 0.000 0.921 0.3 Valid
5 0.000 0.953 0.3 Valid
6 0.000 0.976 0.3 Valid
X3
1 0.000 0.898 0.3 Valid
2 0.000 0.955 0.3 Valid
3 0.000 0.882 0.3 Valid
4 0.000 0.960 0.3 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika 2013
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Variabel Item P-Value r-Hitung r-Kritis Keterangan
Y
1 0.000 0.814 0.3 Valid
2 0.000 0.832 0.3 Valid
3 0.000 0.890 0.3 Valid
4 0.000 0.895 0.3 Valid
5 0.000 0.859 0.3 Valid
6 0.000 0.876 0.3 Valid
7 0.000 0.878 0.3 Valid
8 0.000 0.820 0.3 Valid
9 0.000 0.724 0.3 Valid
10 0.000 0.918 0.3 Valid
11 0.000 0.917 0.3 Valid
12 0.000 0.933 0.3 Valid
13 0.000 0.948 0.3 Valid
14 0.000 0.812 0.3 Valid
15 0.000 0.812 0.3 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika 2013
Hasil uji validitas terhadap variabel gaya kepemimpinan yang didukung
oleh tiga dimensi yaitu (1) hubungan pimpinan dengan bawahan; (2) struktur
tugas; dan (3) kekuasaan sebagai pimpinan serta variabel kinerja pegawai,
95
dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan terhadap r-hitung
untuk masing-masing indikator dibandingkan dengan r-kritis (0.3) semua
indikator memiliki nilai di atas r-kritis. Hal lain adalah di lihat dari hasil
perhitungan terhadap p-value yang menunjukkan semuanya di bawah 0.05
(alpha). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua indikator pendukung variabel
gaya kepemimpinan serta kinerja pegawai, dapat digunakan untuk pengambilan
data selanjutnya.
Tabel 4.3
Koefisien Reliabilitas Instrumen
Variabel
Koefisien
Reliabilitas
r-kritis
Keterangan
X1 0.980 0.7 Reliable
X2 0.980 0.7 Reliable
X3 0.939 0.7 Reliable
Y 0.977 0.7 Reliable
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika 2013
Hasil uji reliabilitas, seperti ditampilkan pada tabel di atas, menunjukkan
hasil uji dengan angka di atas 0.7, dinyatakan dapat diandalkan (reliable). Dengan
demikian maka seluruh item pada kedua variabel penelitian, dapat digunakan
untuk pengambilan data selanjutnya, karena dapat diandalkan untuk mendapatkan
data penelitian.
4.3. Profil Responden
Hasil penelitian dan pembahasan mengacu pada perumusan masalah yang
telah ditetapkan baik yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat analitik. Di
dalam penelitian ini pembahasan hasil penelitian juga didasarkan pada profil
96
responden, sebagai berikut (1) jenis kelamin; (2) usia; (3) pendidikan; (4) lama
bekerja; dan (5) jumlah tanggungan. Adapun pembahasan kelima profil responden
tersebut disampaikan berikut ini.
4.3.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin pegawai dalam sebuah organisasi, dapat berperan terhadap
tinggi rendahnya kinerja. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran
kuesioner kepada 60 responden pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, maka diperoleh data
mengenai profil responden berdasarkan jenis kelamin, seperti pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin F %
1. Pria 45 75
2. Wanita 15 25
TOTAL 60 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang
berjenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Tingginya
jumlah pegawai yang berjenis kelamin pria, menunjukkan suatu kewajaran, karena
organisasi tempat para pegawai bekerja adalah organisasi pemerintah yang di
dalam tugas-tugasnya lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang
membutuhkan tenaga, keberanian, disamping kemampuan tertentu yang secara
khusus harus dimiliki oleh pegawai pria. Hal ini menguatkan pendapat yang
disampaikan oleh salah seorang pimpinan ketika dilakukan wawancara bahwa
97
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas para pegawai di lingkungan organisasi ini
adalah yang bersifat fisik, sehingga membutuhkan ekstra tenaga yang lebih.
4.3.2. Profil Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada
60 responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh data mengenai profil
responden berdasarkan usia. Hasil perhitungan tersebut disampaikan berikut ini.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia F %
1. 25 – 40 tahun 38 63
2. 41 – 56 tahun 21 35
3. 56 ke atas 1 2
TOTAL 60 100
Sumber: Hasil Olah Data Statistika Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa pegawai dengan rentang usia
antara 25 – 40 tahun memberikan kontribusi yang paling tinggi, tercapai sebanyak
38 orang atau 63 persen. Tingginya responden pegawai pada rentang usia tersebut
memberikan gambaran bahwa usia produktif pegawai pada fase mature atau
kematangan kerja merupakan syarat bagi penyelesaian pekerjaan-pekerjaan pada
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi
Maluku Utara. Tugas-tugas yang harus diselesaikan pada Dinas ini, seperti
disampaikan sebelumnya membutuhkan ekstra fisik yang cukup kuat, karena
banyak pekerjaan yang proses penyelesaiannya lebih banyak di lapangan. Hal lain
98
adalah kuatnya fisik seorang pegawai adalah karena ditunjang oleh usia yang
cukup muda, hal ini yang terlihat seperti disampaikan dalam tabel di atas, bahwa
usia pegawai pada umumnya antara 25 – 40 tahun, sebagai usia produktif, pada
fase kematangan kerja. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat yang
disampaikan oleh salah seorang pimpinan pada Dinas ini, bahwa pegawai pada
umumnya, adalah mereka yang berusia muda dengan pengalaman yang cukup.
4.3.3. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada
60 responden pegawai, diperoleh data mengenai profil responden berdasarkan
pendidikan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan F %
1. SMA 15 25
2. SMK 12 20
3. D3 3 5
4. S1 30 50
TOTAL 60 100
Sumber: Hasil Olah Data Statistika tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap profil responden berdasarkan
pendidikan diperoleh jawaban bahwa responden dengan jenjang pendidikan Strata
1 atau Sarjana sebanyak 30 orang atau sebesar 50 persen. Jumlah responden ini
merupakan yang terbesar diantara pegawai dengan jenjang pendidikan yang lain.
Disini memberikan gambaran bahwa dinas tempat para pegawai bekerja
membutuhkan pegawai yang memiliki keterampilan namun, ditunjang oleh
pengetahuan dan nalar untuk melakukan analisis terhadap tugas-tugas yang akan
99
dihadapinya. Atas dasar inilah maka, pegawai dengan jenjang pendidikan sarjana
yang relatif cukup tepat untuk mengisi beberapa bagian di lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku
Utara. Penjelasan yang disampaikan diatas juga menguatkan pendapat yang
disampaikan oleh salah seorang pimpinan, bahwa disamping karena tuntutan
terhadap pegawai dengan latar belakang sarjana, juga karena terdapat dari para
pegawai tersebut yang sudah melakukan penyesuaian pendidikan ke jenjang S-1.
4.3.4. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada
60 responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh data mengenai profil
responden berdasarkan lama bekerja, sebeagai berikut.
Tabel 4.7 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No Lama Bekerja F %
1. Sampai 5 tahun 15 25
2. 5 – 10 tahun 19 31.7
3. 11 – 20 tahun 16 26.7
4. Lebih dari 20 tahun 10 16.7
TOTAL 60 100
Sumber: Hasil Olah Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap profil responden berdasarkan lama
bekerja, diperoleh jawaban bahwa pegawai dengan lama bekerja antara 5 – 10
tahun, merupakan yang terbesar diantara pegawai yang lainnya. Hasil perhitungan
ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya pegawai merupakan pegawai
yang masih tergolong muda pada masa kerjanya, sehingga mereka pada umumnya
100
memiliki semangat kerja yang cukup baik, ketika mendapatkan bimbingan atau
arahan dari pimpinan atau atasannya. Hal lain adalah bahwa kalaupun pegawai di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat,
Provinsi Maluku Utara, merupakan pegawai negeri sipil, namun dapat juga
disampaikan bahwa khususnya kepada tenaga kontrak, mereka pada umumnya
cukup “betah” menjalani pekerjaannya. Kondisi pegawai selama menjalani tugas-
tugasnya pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan ini, belum secara
maksimal mendapatkan arahan dan bimbingan dari pimpinan organisasi ini, hal ini
sejalan dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh salah seorang pegawai
bahwa pada umumnya pegawai kurang mendapatkan pengarahan dan bimbingan
khususnya dari pimpinannya.
4.3.5. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada
60 responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh data mengenai profil
responden berdasarkan jumlah tanggungan, berikut ini.
Tabel 4.8 Profil Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan F %
1. Tidak ada Tanggungan 10 16.7
2. 2 orang 25 41.7
3. 3 orang 9 15
4. 4 orang 10 16.7
5. 5 orang 6 10
TOTAL 100 100
Sumber: Hasil Olah Data Statistika Tahun 2013
101
Hasil olah data statistika terhadap profil responden pegawai berdasarkan
jumlah tanggungan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, bahwa pegawai dengan jumlah
tanggungan dua orang merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan pegawai
yang lain. Jumlah tanggungan tersebut adalah jumlah tertanggung dari seorang
pegawai baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi kewajibannya di dalam
memberikan nafkah sandang dan pangan. Berkaitan dengan tingginya kontribusi
dari pegawai dengan jumlah tanggungan 2 orang, adalah bahwa seorang pegawai
laki-laki yang memiliki satu istri dan baru memiliki satu anak. Apabila kondisi ini
dikaitkan dengan pembahasan sebelumnya tentang lama kerja, maka dapat
disampaikan mereka adalah yang baru bekerja antara 5 – 10 tahun, dengan rentang
usia antara 25 – 40 tahun.
4.4. Analisis Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan
Analisis deskriptif terhadap variabel gaya kepemimpinan didasarkan pada
tiga dimensi, yaitu dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan, struktur tugas,
dan kekuasaan sebagai pimpinan.
4.4.1. Analisis Deskriptif Hubungan Pemimpin dengan Bawahan
Analisis deskriptif terhadap hubungan pemimpin dengan bawahan
didukung oleh lima indikator. Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran
kuesioner kepada 60 pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sbagai berikut:
102
Tabel 4.9
Dimensi Hubungan Pemimpin dengan Bawahan
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi 1. Komunikasi pimpinan dengan bawahan
terjalin dengan baik 3,60 1,14
2. Hubungan kerja pimpinan dengan bawahan,
membantu tugas-tugas pegawai 3,32 0,97
3. Pimpinan dapat dipercaya dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya 3,50 1,03
4. Pimpinan dapat diandalkan, dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi 3,35 1,04
5. Kerjasama yang baik antara pimpinan dengan
bawahan 3,47 1,07
Jumlah 17,23 5,24
Rata-rata 3,45 1,05 Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap dimensi hubungan pimpinan dengan
bawahan yang didukung oleh lima indikator, adalah dengan menggunakan analisis
perhitungan mean dan standar deviasi. Perhitungan dengan menggunakan mean
adalah dengan menetapkan total indikator pada dimensi hubungan pimpinan
dengan bawahan, dibagi ukuran sampel terpilih sebanyak 60 responden.
Sementara proses perhitungan terhadap standar deviasi adalah dengan
menggunakan program Excell yang secara khusus dapat menghitung standar
deviasi untuk masing-masing indikator. Apabila melihat tabel 4.9 di atas, hasil
perhitungan yang menunjukkan mean adalah terdapat pada kolom 3 sedangkan
hasil hitung standar deviasi terdapat pada kolom 4, sebagai dasar di dalam
memberikan deskripsi terhadap fenomena pada dimensi hubungan pimpinan
dengan bawahan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada dasarnya pimpinan
sudah cukup dapat menjaga hubungan baik dengan bawahannya. Hubungan baik
yang dimaksud adalah dalam bentuk komunikasi dengan bawahan, hubungan
103
kerja, adanya kepercayaan dari bawahan, kehandalan, dan kerjasama dengan
bawahan.
Dari beberapa aspek tersebut dapat dilihat bahwa pada aspek komunikasi
pimpinan dengan bawahan tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi
(3.60 + 1.14), ini menggambarkan bahwa komunikasi yang berjalan antara
pimpinan dengan bawahan, sudah baik tapi belum maksimal. Aspek yang dapat
dilihat adalah khususnya komunikasi interpersonal pimpinan dalam suasana
informal di tempat kerja, sehingga menurunnya keinginan para pegawai baik
untuk bertanya maupun untuk menyampaikan pendapatnya. Pimpinan tidak
memiliki kiat-kiat khusus untuk menciptakan komunikasi dengan bawahannya,
artinya kondisi komunikasi ini berjalan tidak direkayasa dan apa adanya. Apabila
melihat jawaban yang disampaikan para pegawai tentang komunikasi ini, maka
dapat disimpulkan bahwa rentang jawaban terendah adalah sebesar 2.46 dengan
kategori rendah, sementara rentang tertinggi adalah 4.74, dengan kategori tinggi.
Rentang terendah dari jawaban responden tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih
terdapat pegawai yang belum merasakan komunikasi yang baik yang dilakukan
oleh pimpinan kepada bawahannya, dampaknya adalah dapat mengganggu
kinerja pegawai.
Hubungan kerja pimpinan dengan bawahan dalam membantu tugas-tugas
pegawai. Dapat dijelaskan bahwa diantara indikator pendukung gaya
kepemimpinan pada dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan, indikator
hubungan kerja ini merupakan yang terendah, yaitu tercapai dengan rata-rata total
dan standar deviasi (3.32 + 0.97). Hasil penilaian ini dapat dijelaskan bahwa
104
hubungan kerja pimpinan dengan bawahan terutama dalam membantu tugas-tugas
pegawai, belum berjalan maksimal. Hal ini pula dapat dilihat bahwa jawaban
terendah adalah 2.35, yang menggambarkan bahwa sebagian pegawai tidak
mendapatkan pengarahan atau bimbingan dari pimpinan tentang penyelesaian
tugas-tugasnya. Kalaupun terdapat sebagian dari pegawai yang telah merasakan
arahan dan bimbingan untuk penyelesaian tugas-tugasnya, namun secara
keseluruhan hal ini belum berjalan maksimal. Dalam kondisi seperti ini, seperti
disampaikan oleh salah seorang pegawai, bahwa pimpinan belum sepenuhnya
memberikan arahan dan bimbingan kepada para pegawainya, di dalam
pelaksanaan pekerjaan. pimpinan cukup sibuk dengan urusan pribadinya, bahkan
kesibukan di luar tugas kantornya.
Pada aspek pimpinan dapat dipercaya dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya, juga menunjukkan belum berjalan secara maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari jawaban responden yang hanya tercapai (3.50 + 1.03), yang
menggambarkan bahwa terdapat sebagian pegawai yang belum sepenuhnya
mempercayai kemampuan pimpinan di dalam menjalankan tugas-tugasnya, yang
digambarkan dari jawaban terendah sebesar 2.47. Sementara jawaban tertinggi
adalah sebesar 4.53, artinya terdapat sebagian dari pegawai yang telah
mempercayai kemampuan pimpinannya untuk menjalankan tugas-tugasnya,
namun jumlah ini, sebanding dengan para pegawai yang tidak meyakininya.
Artinya bahwa pada umumnya kepercayaan terhadap pimpinnnya terutama dalam
kemampuan pimpinan untuk menjalankan tugas-tugasnya, belum maksimal.
105
Pada aspek kehandalan pimpinan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya, justru lebih kecil dibandingkan dengan aspek komunikasi serta
kepercayaan terhadap pimpinan. Hanya tercapai sebesar (3.35 + 1.04) yang dapat
disimpulkan bahwa pimpinan dinilai oleh sebagian pegawai tidak dapat
diandalkan untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Hal
ini dapat dilihat dari jawaban terendah responden yang hanya tercapai 2.31, dari
kategori jawaban tertinggi sebesar 5.00. Keterkaitan antara tugas-tugas pimpinan
dengan terjadinya permasalahan pada dinas ini, bahwa penyelesaiannya lebih
sering diselesaikan oleh setiap divisi yang mendapatkan masalah tersebut.
Pimpinan secara khusus menyerahkan sepenuhnya pada masing-masing divisi di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan ini.
Pada aspek kerjasama antara pimpinan dengan bawahan, juga
menggambarkan belum terbangunnya kerjasama yang baik. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban responden terendah yang hanya mencapai 2.40, dari total jawaban
tertinggi 4.54. Rendahnya kerjasama atau belum baiknya kerjasama antara
pimpinan dengan bawahan sejalan dengan indikator-indikator lain pada dimensi
hubungan pimpinan dengan bawahan, yang belum maksimal. Kerjasama antara
pimpinan dengan bawahan merupakan modal utama proses pencapaian cita-cita
organisasi, artinya ketika hal ini tidak tercapai berarti cukup jauh bagi organisasi
untuk mencapai cita-citanya. Pimpinan belum sepenuhnya perduli terhadap aspek
kerjasama ini, karena menurutnya bahwa masing-masing pegawai telah memiliki
106
petunjuk teknis dan petunjuk langsung di dalam menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tugasnya.
Apabila melihat secara keseluruhan jawaban responden terhadap hubungan
pimpinan dengan bawhaan tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi
(3.45 + 1.05). Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara
pimpinan dengan bawahan pada aspek komunikasi, hubungan kerja, kepercayaan
pimpinan, kehandalan pimpinan, serta kerjasama belum berjalan secara maksimal,
artinya belum sesuai dengan harapan para pegawai pada umumnya.
4.4.2. Analisis Deskriptif Struktur Tugas
Analisis deskriptif terhadap dimensi struktur tugas adalah didukung oleh
enam indikator. Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner
kepada 60 pegawai di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sebagai berikut:
107
Tabel 4.10
Dimensi Struktur Tugas
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi
1. Pimpinan mengarahkan bawahannya
untuk melaksanakan tugasnya 3,50 1,11
2. Pimpinan mengarahkan bawahan untuk
menyelesaikan tugasnya 3,47 1,08
3. Pimpinan mengarahkan bawahannya
dengan metode 3,12 1,09
4. Pimpinan menunjukkan langkah
penyelesaian pekerjaannya 3,27 1,01
5. Pimpinan menggunakan petunjuk teknis
dalam mengarahkan bawahannya 3,18 1,05
6. Pimpinan memberikan uraian rinci
kepada bawahannya dalam
menyelesaikan tugasnya 3,15 1,02
Jumlah 19,68 6,36
Rata-rata 3,28 1,06
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap gaya kepemimpinan pada dimensi
struktur tugas yang didukung oleh enam indikator, menunjukkan bahwa pada
dasarnya pimpinan belum maksimal di dalam melaksanakan tugas-tugasnya
sebagai pimpinan. Hal ini dapat dilihat pada aspek-aspek melaksanakan tugas,
menyelesaikan tugas, mengarahkan dengan metode, langkah penyelesaian
pekerjaan, menggunakan petunjuk teknis, dan memberi uraian rinci dalam
penyelesian tugas.
Pimpinan memberikan pengarahan kepada pegawai dalam melaksanakan
dan menyelesaikan tugasnya, hanya mendapatkan penilaian dengan rata-rata total
dan standar deviasi sebesar (3.50 + 1.11). Hal ini memberikan gambaran bahwa
terdapat sebagian dari responden pegawai belum mendapatkan pengarahan dari
108
pimpinan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hasil penilaian tersebut dapat
direntang dari yang memberikan jawaban terendah sebesar 2.39 dan jawaban
tertinggi sebesar 4.61, sementara jawaban ideal adalah sebesar 5.00. Seperti
dijelaskan pada aspek hubungan antara pimpinan dengan bawahan yang
mendapatkan penilaian belum maksimal, hal inipun terjadi pada dimensi struktur
tugas, aspek pengarahan pimpinan. Alasan yang disampaikan pimpinan (seperti
hasil wawancara dengan salah seorang pegawai), bahwa para pegawai pada dinas
ini, didominasi oleh mereka yang memiliki jenjang pendidikan Strata 1. Yang
dalam pandangan pimpinan bahwa para pegawai ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup baik, sehingga pengarahan bisa dilakukan hanya diawal-
awal saja, selanjutnya adalah diserahkan kepada pegawai sendiri. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara dengan salah seorang pegawai serta salah seorang level
pimpinan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupatan Halmahera
Barat, Provinsi Maluku Utara, yang menyatakan bahwa pimpinan selalu
beranggapan bahwa pegawai yang berlatar pendidikan S1 tidak perlu lagi secara
terus-menerus diberi pengarahan karena mereka sudah memiliki pemahaman lebih
padahal kenyataannya meskipun ada pegawai yang berlatar pendidikan S1 tetapi
dalam melaksanakan tugas banyak yang tidak memahami mengenai bagaimana
cara melaksanakan tugas tersebut. Mereka tidak mengetahui apa yang harus
dikerjakan, kapan dikerjakan, dan seberapa jauh mereka harus bekerja, salah satu
contoh seperti, proses pelelangan. Proses pelelangan sering tidak berjalan efektif
karena pegawai yang bertugas untuk menangani hal tersebut selalu pilih kasih
dalam memenangkan tender kolega atau keluarganya.
109
Pada aspek pemberian arahan dari pimpinan kepada bawahan berkaitan
dengan metode atau cara untuk melaksanakan tugas dan penyelesaiannya, justru
mendapatkan penilaian yang paling rendah yaitu tercapai dengan rata-rata total
dan standar deviasi (3.12 + 1.09). Dari nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa
terdapat pegawai yang tidak mendapatkan pengarahan dalam bentuk metode atau
cara-cara penyelesaian pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dari rentang nilai
terendah yang tercapai sebesar 2.03 dan rentang tertinggi sebesar 4.21, dari skor
ideal sebesar 5.00. Pemahaman pimpinan terhadap para pegawai disampaikan
dimaknai sebagai para pegawai yang telah memiliki pengetahuan serta
keterampilan yang cukup, karena mereka memiliki jenjang pendidikan Strata 1,
hal tersebut dijadikan alasan kuat tentang tidak dibutuhkannya metode atau
strategi dalam penyelesaian pekerjaan. Kondisi bahwa pimpinan tidak memiliki
metode khusus yang harus disampaikan kepada para pegawai, menguatkan
pendapat yang disampaikan oleh salah seorang pegawai pada Dinas ini. Kalaupun
pimpinan menyampaikan arahan biasanya dalam bentuk mengingatkan atau
sedikit memberikan motivasi untuk penyelesaikan pekerjaan yang harus sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Karena secara khusus tidak adanya metode dari pimpinan yang
disampaikan kepada pegawai untuk penyelesaian pekerjaan, hal ini berdampak
pada tidak adanya langkah-langkah yang secara khusus disampaikan pimpinan
sebagai langkah pasti penyelesaian pekerjaan. para pegawai seperti dijelaskan
sebelumnya, dipersilahkan untuk melakukan “improvement” atau “judgment”
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini pimpinan cukup leluasa
110
memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk melakukan improvisasi atau
penyesuaian, yang penting pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Apa yang menjadi perhatian pimpinan terkait dengan tidak
adanya langkah-langkah strategis serta khusus untuk penyelesaian pekerjaan,
justru berdampak pada rendahnya kinerja para pegawai dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya. Sebagai bukti bahwa pimpinan tidak memberikan langkah-
langkah khusus untuk membantu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya,
dapat dilihat dari jawaban terendah yang diberikan oleh responden pegawai dari
rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.27 + 1.01). Jawaban terendah adalah
sebesar 2.26 dan jawaban tertinggi adalah 4.28, dari skort ideal 5.00.
Pada aspek pemberian petunjuk teknis serta uraian penyelesaian pekerjaan
yang rinci juga mendapatkan penilaian yang belum maksimal, yaitu berurutan
tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.18 + 1.05) dan (3.15
+ 1.02). Hal ini memberikan gambaran bahwa pimpinan baik pada aspek petunjuk
teknis maupun rincian uraian tugas belum berhasil membuat petunjuk teknis serta
uriaian rinci bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas para
pegawainya. Apa yang terjadi pada kedua aspek tersebut yaitu pengarahan
petunjuk teknis serta uraian rinci dari pimpinan, sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh salah seorang pegawai tentang tidak adanya pengarahan tentang
petunjuk teknis serta uraian rinci yang disampaikan oleh pimpinan kepada para
pegawainya.
Apabila melihat rata-rata total serta standar deviasi pada dimensi struktur
tugas yang menjadi tanggung jawab pimpinan kepada bawahannya, hanya tercapai
111
sebesar (3.28 + 1.06). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa struktur tugas
yang menjadi tanggung jawab pimpinan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
dengan baik. Hal tersebut terjadi pada aspek pengarahan pimpinan kepada
pegawai untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas, penggunaan metode,
langkah-langkah pasti, petunjuk teknis, serta uraian rinci, yang belum berjalan
dengan baik.
4.4.3. Analisis Deskriptif Kekuasaan sebagai Pimpinan
Analisis deskriptif terhadap dimensi kekuasaan sebagai pimpinan adalah
didukung oleh empat indikator. Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran
kuesioner kepada 60 responden pegawai yang bekerja di Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sebagai
berikut:
Tabel 4.11
Dimensi Kekuasaan sebagai Pimpinan
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi
1. Pimpinan memberikan perintah kepada
bawahannya untuk melaksanakan tugasnya
3,63 0,99
2. Pimpinan menjelaskan aturan-aturan dalam
melaksanakan tugas kepada bawahannya
3,70 1,20
3. Pimpinan mendapatkan perhatian dari
bawahannya
3,17 0,89
4. Bawahan menunjukkan ketaatan dalam
melaksanakan tugasnya
3,55 1,17
Jumlah 14,05 4,25
Rata-rata 3,51 1,06
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap gaya kepemimpinan pada dimensi
kekuasaan sebagai pimpinan yang didukung oleh empat indikator, menunjukkan
112
bahwa pada dasarnya pimpinan belum maksimal memiliki kekuasaan dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya. Hal ini dapat dilihat pada aspek perintah
melaksanakan tugas, penjelasan aturan, adanya perhatian dari bawahan, serta
ketaatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya, yang pada umumnya belum
mencapai skor idealnya 5.00
Perintah pimpinan kepada pegawai untuk melaksanakan tugas, tidak secara
intensif berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang
tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.63 + 0.99). Jawaban
tersebut menggambarkan tidak intensifnya perintah pimpinan kepada para
pegawai untuk melaksanakan tugas-tugasnya, yang dapat dilihat dari rentang
jawaban terendah yaitu sebesar 2.37. Pimpinan tidak intensif memberikan perintah
kepada para pegawai untuk melaksanakan tugas-tugas kepegawaiannya, karena
para pegawai dianggap sudah memahami dengan baik apa saja yang menjadi tugas
dan kewajibannya. Lebih lagi bahwa pegawai adalah orang yang telah terbiasa
dengan tugas-tugas yang dikerjakannya. Hal lain adalah bahwa intensifnya
perintah yang disampaikan kepada para pegawai menunjukkan ketidakmatangan
para pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (seperti hasil wawancara yang
disampaikan oleh salah seorang pimpinan).
Penjelasan aturan-aturan yang disampaikan pimpinan juga menunjukkan
belum berjalan dengan baik atau belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.70 +
1.20). Hasil penilaian responden ini memberikan gambaran bahwa terdapat
sebagian dari pegawai yang belum mendapatkan penjelasan tentang aturan-aturan
113
untuk pelaksanaan tugas-tugas pegawai. Dampak dari belum maksimalnya
penjelasan yang diberikan oleh pimpinan kepada pegawai, maka para pegawaipun
tidak maksimal dalam memberikan perhatian terhadap pimpinannya. Rendahnya
perhatian inipun merupakan akumulasi dari rendahnya hubungan pimpinan
dengan bawahan, pelaksanaan tugas-tugas pimpinan, serta kurangnya perhatian
terhadap para pegawainya. Dampak lain adalah masih belum maksimalnya
ketaatan para pegawai di dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga
berdampak pada masih belum maksimalnya kinerja para pegawainya. Aspek
belum maksimalnya kinerja adalah, masih terdapat banyak pekerjaan yang
penyelesaiannya belum sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Apabila dilihat dari dimensi kekuasaan sebagai pimpinan dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya, juga masih menggambarkan belum
maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek perintah kepada bawahan,
penjelasan aturan-aturan, perhatian bawahan dan ketaatan bawahan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
4.5. Analisis Deskriptif Kinerja Pegawai
Analisis deskriptif terhadap variabel kinerja pegawai yang bekerja pada
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi
Maluku Utara adalah didukung oleh tujuh dimensi. Ketujuh dimensi tersebut
adalah kualitas keja, kuantitas kerja, pengetahuan, kehandalan, inisiatif,
kreativitas, dan kerjasama . Adapun pembahasan setiap dimensi disampaikan
berikut ini.
114
4.5.1. Dimensi Kualitas Kerja
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh jawaban responden atas
dimensi kualitas kerja, sebagai berikut:
Tabel 4.17
Dimensi Kualitas Kerja
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi 1. Pegawai menunjukkan hasil pekerjaan yang
rapih 3,65 0,84
2. Hasil pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan 3,70 0,96
3. Pegawai menunjukkan kecakapan dalam
menyelesaikan pekerjaannya 3,87 1,07
Jumlah 11,22 2,87
Rata-rata 3,74 0,96
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
kualitas kerja yang didukung oleh tiga indikator menunjukkan tingkat kualitas
kerja pegawai mencapai kriteria baik tapi belum maksimal. Artinya, karena skor
masing-masing item dari dimensi ini belum mencapai skor idealnya yaitu 5.00,
sementara rata-rata totalnya hanya mencapai 3,74 dengan standar deviasi 0,96.
Kualitas kerja yang ditunjukkan oleh para pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, ditunjang
oleh kualitas kerapihan, kesesuaian dengan waktu yang telah ditentukan, serta
kecakapan dalam menyelesaikan pekerjaan, dapat dikatakan belum sepenuhnya
membaik.
115
Pada aspek kualitas hasil pekerjaan menggambarkan hasil pekerjaan yang
cukup memenuhi ketentuan yang berlaku pada dinas ini. cukup maksimalnya hasil
pekerjaan karena ditunjang oleh persiapan serta evaluasi yang telah dilakukan
untuk pekerjaan yang sama, karena pada umumnya para pegawai banyak
melakukan pekerjaan yang berulang. Kerapihan hasil pekerjaan merupakan bagian
dari kualitas hasil pekerjaan, yang juga menunjukkan kerapihan yang baik.
Kerapihan hasil pekerjaan, memiliki indikator-indikator atau acuan yang menjadi
ketetapan di dalam menetapkan hasil pekerjaan yang rapih. Hal ini akan berkaitan
dengan waktu yang dimiliki oleh setiap pegawai, karena kalau pegawai memiliki
cukup waktu, maka memiliki peluang untuk bisa menghasilkan pekerjaan yang
baik dan rapih.
Pada aspek kesesuaian antara waktu yang telah ditetapkan dengan hasil
pekerjaan, juga menggambarkan cukup sesuai, artinya waktu yang telah
ditetapkan untuk mengerjakan pekerjaan dengan volume tertentu telah cukup
sesuai. Ketetapan waktu yang disediakan oleh dinas berdasarkan ketetapan waktu
yang telah berlangsung sebelumnya, artinya didasarkan pada pengalaman
sebelumnya. Hal inipun mendapatkan dukungan dari kecakapan para pegawai
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Para pegawai telah memiliki kecakapan yang
cukup baik, berkaitan dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan, disamping
karena berlatarbelakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan, juga
karena adanya training yang diberikan oleh organisasi.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kualitas pekerjaan dari para
pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten
116
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, telah cukup sesuai dengan yang
diharapkan. Hal tersebut dapat dilihat pada aspek kualitas pekerjaan, kerapihan,
kesesuaian dengan waktu yang telah ditentukan, maupun pada aspek kecakapan
para pegawainya.
4.5.2. Dimensi Kuantitas Kerja
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai, maka dapat diperoleh jawaban tentang kuantitas kerja yang
ditunjukkan para pegawai tersebut. Hasil perhitungan atas jawaban responden
tersebut disampaikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.12
Dimensi Kuantitas Kerja
No. Indikator Mean Standar
Deviasi
1. Setiap pegawai dapat menyelesaikan tugasnya 3,80 0,97
2. Setiap pegawai menghasilkan pekerjaan sesuai
waktu yang telah ditentukan 3,70 0,83
Jumlah 3,80 0,97
Rata-rata 3,80 0,97
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
kuantitas kerja yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat kuantitas
kerja juga termasuk dalam kategori baik, tapi belum maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari penyelesaian tugas yang dilakukan oleh setiap pegawai yang mencapai
rata-rata total dan standar deviasi (3.80 + 0.97). Hal ini menggambarkan bahwa
pegawai pada umumnya sudah menunjukkan hasil pekerjaannya sesuai dengan
jumlah tugas-tugas yang telah ditetapkan. Penilaian responden berkaitan dengan
hal tersebut adalah ada diantara rentang nilai terendah 2.83 dan nilai tertinggi
sebesar 4.77, yang menunjukkan bahwa terdapat sebagian dari para pegawai
117
belum bisa menghasilkan pekerjaannya sesuai dengan jumlah yang telah
ditentukan, kalaupun terdapat sebagian dari mereka yang telah berhasil
menuntaskan tugas-tugasnya dengan baik.
Pada aspek kesesuaian antara waktu yang telah ditetapkan dengan
penyelesaian tugas-tugas pekerjaanya, juga hanya tercapai dengan rata-rata total
dan standar deviasi sebesar (3.70 + 0.83). artinya bahwa sebagian besar para
pegawai hanya sebatas cukup pandai di dalam memanfaatkan waktu yang tersedia
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sementara apabila melihat rentang nilai
terendah diperoleh sebesar 2.87, yang berarti bahwa terdapat sebagian dari para
pegawai belum dapat memanfaatkan waktu untuk penyelesaian tugasnya, artinya
bahwa waktu yang disediakan tidak cukup untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
pekerjannya.
Dari indikator pendukung dimensi kuantitas kerja, dapat disimpulkan
secara keseluruhan bahwa kuantitas kerja hanya tercapai dengan rata-rata total dan
standar deviasi sebesar (3.80 + 0.97). Nilai ini menggambarkan bahwa secara
keseluruhan para pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, baru cukup dapat
memanfaatkan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan serta cukup
mencapai jumlah tugas yang telah ditentukan di dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Hal ini menguatkan pendapat yang disampaikan oleh salah seorang pegawai yang
dituakan pada dinas ini, bahwa pada umumnya pegawai menyelesaikan
pekerjaannya apabila sudah diminta oleh pimpinan (hasil wawancara).
118
4.5.3. Dimensi Pengetahuan
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh jawaban responden atas
dimensi pengetahuan, sebagai berikut.
Tabel 4.18
Dimensi Pengetahuan
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi 1. Pegawai memiliki pengetahuan, untuk
mempersiapkan pekerjaanya 4,05 1,05
2. Pegawai memiliki pengetahuan, bagaimana
melaksanakan pekerjaan 4,03 1,06
Jumlah 8,08 2,11
Rata-rata 4,04 1,05
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
pengetahuan kerja yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat
pengetahuan kerja pegawai sudah mencapai kriteria baik atau sudah maksimal.
Baiknya hasil pekerjaan pada aspek kualitas tidak lepas dari pengetahuan
yang dimiliki oleh para pegawainya. Pada aspek pengetahuan ini dapat
disampaikan bahwa keseluruhan pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, telah
memiliki pengatahuan yang baik, sehingga dapat menunjang pekerjaannya.
Pengetahuan para pegawai dilihat dari dua aspek yaitu pengetahuan untuk
mempersiapkan pekerjaan serta pengetahuan untuk melaksanakan pekerjaan.
Keduanya saling berkaitan, artinya keberhasilan para pegawai untuk dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik, karena ditunjang oleh persiapan yang baik,
119
sehingga persiapan yang tidak maksimal akan berdampak pada hasil pekerjaan
yang juga tidak akan maksimal.
4.5.4. Dimensi Kehandalan
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten
Halmahera Barat, diperoleh jawaban responden terhadap dimensi kehandalan,
disempaikan berikut ini.
Tabel 4.15
Dimensi Kehandalan
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi 1. Pegawai menunjukkan kemampuan
maksimal dalam melaksanakan pekerjaanya 4,03 1,01
2. Hasil pekerjaan dapat diandalkan 3,82 0,98
Jumlah 7,85 1,99
Rata-rata 3,93 1,00
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
kehandalan yang didukung oleh dua indikator menunjukkan bahwa tingkat
kehandalan dari hasil kerja para pegawai sudah baik tapi belum maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penilaian responden yang mencapai rata-rata total dan
standar deviasi sebesar (3.93 + 1.00).
Untuk masing-masing indikator pendukung dimensi tersebut adalah pada
aspek kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaannya tercapai sebesar
(4.03 + 1.01). Hasil penilaian ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya
para pegawai telah memiliki kemampuan yang baik untuk melaksanakan tugas-
120
tugas pekerjaanya, kalaupun terdapat sebagian dari para pegawai yang memiliki
kriteria cukup dalam kemampuannya.
Pada aspek kehandalan dari hasil pekerjaan, telah menunjukkan kesesuaian
antara kemampun yang dimiliki oleh para pegawai dengan hasil pekerjaannya.
Karena dari perhitungan sebagai bentuk penilaian responden, hanya tercapai
dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.82 + 0.98), yang
menggambarkan bahwa hasil pekerjaan belum maksimal. Dari data dan penjelasan
di atas dapat disampaikan bahwa para pegawai telah memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas pekerjaannya, namun aspek motivasi atau kemauan untuk
dapat menghasilkan pekerjaan maksimal, tidak dimilikinya. Dampaknya adalah
bahwa hasil pekerjaan belum dapat diandalkan, atau tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki para pegawainya.
4.5.5. Dimensi Inisiatif
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai, maka dapat diperoleh jawaban responden terhadap inisiatif
para pegawai dalam menyelesaikan pekerjaanya, seperti disampaikan pada tabel
di bawah ini.
121
Tabel 4.13
Dimensi Inisiatif
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi
1. Setiap pegawai melakukan evaluasi
terhadap hasil pekerjaannya 4,02 1,10
2. Setiap pegawai melaksanakan tindak
lanjut dari hasil evaluasi hasil pekerjaan 4,00 1,13
Jumlah 8,02 2,23
Rata-rata 4,01 1,12
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
inisiatif yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat inisiatif pegawai
dalam bekerja sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden
pegawai yang tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (4.02 +
1.10), yang menggambarkan bahwa para pegawai pada umumnya telah dapat
melakukan evaluasi hasil pekerjaannya dengan baik. Para pegawai ini sudah
terbiasa melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang menjadi tugasnya,
karena dituntut oleh atasan mereka untuk melakukan hal tersebut. Evaluasi
terhadap hasil pekerjaan dimaksudkan untuk mempersiapkan pekerjaan ke
depannya, juga untuk meminimalisir permasalahan yang dihadapi di dalam
menyelesaikan tugas-tugas ke depannya. Namun apabila melihat rentang nilai
terendah dari hasil penilaian responden tersebut, diperoleh angka sebesar 2.92,
artinya bahwa masih terdapat sebagian dari seluruh pegawai pada dinas ini yang
belum maksimal dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaannya.
Pada aspek tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pekerjaan, diperoleh nilai
rata-rata total dan standar deviasi sebesar (4.00 + 1.13), yang menggambarkan
bahwa pada umumnya pegawai telah melaksanakan tindak lanjut dari evaluasi
122
hasil pekerjaan. Tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pekerjaan merupakan hal
yang penting yang harus dilakukan, seperti disampaikan oleh salah seorang
pegawai pada dinas ini (hasil wawancara).
Secara keseluruhan pada dimensi inisiatif pegawai pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, bahwa para pegawai telah
memiliki inisiatif yang sangat baik. Hal yang ditunjukkan adalah pada aspek
pelaksanaan evaluasi hasil pekerjaan serta tindak lanjut dari hasil evaluasi
pekerjaan.
4.5.6. Dimensi Kreativitas
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten
Halmahera Barat, diperoleh jawaban responden terhadap dimensi kreativitas yang
didukung oleh dua indikator, sebagai berikut:
Tabel 4.14
Dimensi Kreativitas
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi 1. Pegawai berkreasi dalam persiapan pekerjaan 3,85 1,01
2. Pegawai memanfaatkan IPTEK dalam
menyelesaikan pekerjaannya 3,68 0,87
Jumlah 7,53 1,88
Rata-rata 3,77 0,94
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
kreativitas yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat kreativitas
kerja pegawai telah mencapai kriteria baik tapi belum maksimal. Hal ini dapat
123
dilihat dari hasil penilaian responden baik pada aspek kreativitas masa persiapan
maupun pemanfaatan IPTEK dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Kreativitas yang dimiliki pegawai dalam masa persiapan pekerjaan adalah
tercapai dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.85 + 1.01). ini
menggambarkan bahwa kreativitas pegawai untuk mempersiapkan pekerjaannya,
sudah termasuk kategori baik tapi belum maksimal. Melalui nilai tersebut juga
dapat disampaikan bahwa rentang nilai terendah adalah sebesar (3.85 – 1.01) =
2.84, artinya terdapat sebagian dari pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, yang
belum atau tidak memiliki kreativitas yang baik untuk melakukan persiapan dalam
menyelesaikan pekerjaanya. Namun melalui nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa
terdapat rentang nilai tertinggi sebesar 4.86, yang menggambarkan bahwa
sebagian pegawai telah memiliki kesiapan yang baik untuk menyelesaikan
pekerjaannya.
Pada aspek kreativitas pegawai di dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) untuk menyelesaikan pekerjaannya, justru lebih kecil
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada persiapan yang harus dilakukan
pegawai, yaitu hanya tercapai dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi
sebesar (3.68 + 0.87). Nilai ini memberikan gambaran bahwa para pegawai belum
sepenuhnya menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam penyelesaian
tugas pekerjaannya. Hal ini bisa disebabkan karena para pegawai kurang
memahami penggunaan teknologi, atau karena tidak ingin melibatkan unsur
teknologi ke dalam penyelesaian pekerjaannya. Melalui nilai tersebut juga dapat
124
disampaikan bahwa terdapat sebagian pegawai yang tidak mau menggunakan
teknologi. Hal ini dilihat dari rentang nilai terendah sebesar 2.81.
Secara keseluruhan pada dimensi kreativitas dapat disampaikan bahwa
para pegawai baru memiliki kecukupan dalam kreativitasnya baik dalam masa
persiapan maupun di dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan
oleh salah seorang pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan bahwa
pada umumnya pegawai kurang memahami teknologi dalam penyelesaian tugas-
tugas pekerjaanya (hasil wawancara).
4.5.7. Dimensi Kerjasama
Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60
responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten
Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh jawaban responden atas
dimensi kerjasama, sebagai berikut.
Tabel 4.16
Dimensi Kerjasama
No. Indikator Mean
Standar
Deviasi
1. Pegawai menunjukkan kerjasama yang
harmonis 3,98 1,07
2. Pegawai menunjukkan kerjasama dalam
menjalankan tugas bersama 3,92 1,06
Jumlah 7,90 2,13
Rata-rata 3,95 1,06
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013
Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi
kerjasama yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat kerjasama telah
mencapai kriteria baik tapi juga belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil
125
penilaian responden baik secara total dimensi maupun untuk masing-masing
indikator pendukungnya.
Pada aspek kerjasama antara pegawai diperoleh nilai rata-rata total dan
standar deviasi sebesar (3.98 + 1.07), yang menggambarkan bahwa kerjasama
diantara pegawai cukup harmonis. Harmonisasi hubungan yang cukup tersebut,
adalah karena masing-masing pegawai cukup bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya, disamping adanya kesamaan pandangan terhadap upaya untuk
membantu pegawai yang lain yang membutuhkan bantuan. Pada aspek yang lain
adalah bahwa kerjasama juga terbangun dengan cukup baik, ketika para pegawai
dihadapkan harus mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan bersama, yang tercapai
dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.92 + 1.06). Hasil
penilaian ini menggambarkan bahwa adanya kebersamaan yang dibangun oleh
keinginan bersama untuk dapat menyelesaikan pekerjaan secara besama-sama,
sehingga hasil pekerjaan dapat menggambarkan hasil pekerjaan kelompok, bukan
lagi mengatasnamakan perorangan.
Kondisi kerjasama dan kebersamaan diantara para pegawai pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi
Maluku Utara, menguatkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa orang
pegawai yang menyatakan bahwa di lingkungan dinas ini, telah cukup baik
kerjasama dan kebersamaannya (hasil wawancara dengan beberapa orang
pegawai).
126
4.6. Analisis Statistika Variabel Penelitian
Analisis statistika terhadap pengaruh variabel gaya kepemimpinan yang
didukung oleh dimensi hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan
kekuasaan sebagai pimpinan terhadap kinerja pegawai, disampaikan berikut ini.
4.6.1. Analisis Korelasional Antar Variabel Penelitian
Analisis korelasional dan pembahasan terhadap masing-masing variabel
penelitian adalah didasarkan pada hubungan masing-masing variabel baik yang
bersifat sirkular maupun hubungan variabel yang bersifat linier. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui atau melakukan pengujian terhadap masing-masing variabel
yang yang diteliti.
Hasil analisis korelasional antara ketiga variabel gaya kepemimpinan
terhadap variabel kinerja, ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19
Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
X1 X2 X3 Y
X1 Pearson Correlation 1 .866** .783
** .774
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
X2 Pearson Correlation .866** 1 .842
** .795
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
X3 Pearson Correlation .783** .842
** 1 .756
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
Y Pearson Correlation .774** .795
** .756
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
127
Penjelasan tentang hasil analisis korelasi Pearson Product Moment seperti
ditampilkan pada tabel di atas dapat disampaikan bahwa koefisien korelasi untuk
masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: (1) dimensi hubungan pimpinan
kepada bawahan dengan struktur tugas sebesar 0.866; (2) dimensi hubungan
pimpinan kepada bawahan dengan kekuasaan sebagai pimpinan sebesar 0.783; (3)
dimensi hubungan pimpinan kepada bawahan dengan kinerja pegawai sebesar
0.774; (4) dimensi struktur tugas dengan kekuasaan sebagai pimpinan sebesar
0.842; (5) dimensi struktur tugas dengan kinerja pegawai sebesar 0.795; dan (6)
dimensi kekuasaan sebagai pimpinan dengan kinerja pegawai sebesar 0.756. Hasil
analisis korelasional tersebut memberikan gambaran tingkat hubungan yang
positif dan signifikan, dengan penguatan hasil perhitungan P-Value untuk semua
dimensi 0.000.
4.6.2. Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Untuk mencari besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan (dalam
dukungan dimensi hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan
kekuasaan sebagai pemimpin) terhadap variabel kinerja pegawai yaitu digunakan
konsep perhitungan analisis jalur atau path analysis. Hal ini dilakukan karena
analisis perhitungan menggunakan model struktur.
Adapun tahapan proses atau langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
128
PATH ANALYSIS
1. Menetapkan Paradigma Struktur
PARADIGMA STRUKTUR
PERSAMAAN : yyxyxyxY 332211
X1 = Hubungan Pimpinan dengan Bawahan
X2 = Struktur Tugas
X3 = Kekuasaan sebagai Pimpinan
Y = Kinerja Pegawai
2.
Menentukan Matriks Korelasi
Menentukan matriks korelasi dari masing-masing variabel penelitian
merupakan langkah pertama di dalam proses perhitungan dengan
menggunakan Analisis Jalur atau Path Analysis. Proses penghitungan
terhadap semua variabel penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan
Program SPSS versi 16.0, melalui Analisis Korelasi Pearson Product
Moment, dengan alasan bahwa skala ukur dalam data penelitian berskala ukur
sekurang-kurangnya interval atau data yang berskala ukur ordinal dinaikan
menjadi data yang berskala ukur interval melalui program Method of
Succesisve Interval (MSI). Adapun hasil analisis korelasi tersebut, adalah
ditampilkan pada tabel di bawah ini.
129
Tabel 4.20
MATRIKS KORELASI
X1 X2 X3 Y
X1 1 0.866 0.783 0.774
X2 0.866 1 0.842 0.795
X3 0.783 0.842 1 0.756
Y 0.774 0.795 0.756 1
Sumber: Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment
3. Mengeluarkan Matriks Korelasi
Langkah kedua di dalam proses perhitungan untuk menetapkan besarnya
pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja pegawai, adalah
dengan mengeluarkan hasil analisis korelasi di antara variabel gaya
kepemimpinan, adalah sebagai berikut.
Tabel 4.21
MATRIKS KORELASI VARIABEL
GAYA KEPEMIMPINAN
X1 X2 X3
X1 1 0.866 0.783
X2 0.866 1 0.842
X3 0.783 0.842 1
Sumber: Hasil Analisis Korelasi Product Moment
4. Menentukan Matriks Inversi
Menentukan matriks inversi, merupakan tahap ketiga di dalam
menentukan besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap variabel
kinerja pegawai. Di dalam menetapkan perhitungan terhadap matriks inversi
tersebut, adalah dengan menggunakan Program Excell. Adapun hasil perhitungan
tersebut adalah ditampilkan pada tabel di bawah ini.
130
Tabel 4.22
MATRIKS INVERSI
X1 X2 X3
X1 4.165 -2.958 -0.770
X2 -2.958 5.537 -2.346
X3 -0.770 -2.346 3.578
Sumber: Hasil Perhitungan Matriks Inversi
5. Menghitung Koefisien Jalur
Menghitung Koefisien Jalur (atau path coefficient), dilakukan terhadap
masing-masing jalur yang menghubungkan pengaruh variabel gaya
kepemimpinan terhadap variabel kinerja pegawai, yaitu pada pengaruh X1
terhadap Y (Pyx1); pada pengaruh X2 terhadap Y (Pyx2); pada pengaruh X3
terhadap Y (Pyx3); dan pengaruh variabel Epsilon terhadap Y (PyE). Adapun
di dalam proses perhitungannya adalah dengan menggunakan Program
Excell, dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
1) Hasil perhitungan Koefisien Jalur Pyx1 adalah 0.290
2) Hasil Perhitungan Koefisien Jalur Pyx2 adalah 0.339
3) Hasil Perhitungan Koefisien Jalur Pyx3 adalah 0.244
4) Hasil Perhitungan Koefisien Jalur PyE adalah 0.568
6. Menghitung 321 ,,Y2
R , KD total X1, X2, X3 terhadap Y
Hasil perhitungan Koefisien Determinasi terhadap seluruh variabel yang
diteliti adalah dengan menggunakan Program Excell, dengan hasil yang
diperoleh sebesar 0.67792, (Jadi KD = 0.67792).
131
7. Menghitung Pengaruh Variabel Lainnya (PyE)
Menghitung pengaruh variabel yang lain atau variabel Epsilon, di dalam
penelitian ini juga dengan menggunakan Program Excell. Adapun hasil
perhitungannya sebesar 0.568 atau (PyE = 0.568).
8. Menguji Koefisien Jalur Secara Parsial
Pengujian terhadap masing-masing koefisien jalur adalah dengan
menggunakan rumus t-hitung, di dalam proses penghitungannya menggunakan
Program Excell, dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.23
Hasil t-hitung masing-masing Jalur
No. Pengaruh KD t -
hitung t -tabel Kesimpulan
1. X1 ke Y 22.41 % 1.871 1.665 Signifikan
2. X2 ke Y 26.93 % 1.898 1.665 Signifikan
3. X3 ke Y 18.45 % 1.701 1.665 Signifikan
(df = 56) (alpha = 0.05)
Hasil Olah Data Statistika Uji Hipotesis tahun 2013
Hasil perhitungan seperti ditampilkan pada tabel di atas memberikan
gambaran bahwa masing-masing dimensi melalui uji t (t-hitung) hasilnya di atas t-
tabel. hal ini memberikan gambaran bahwa hipotesis penelitian melalui H0 ditolak
atau H1 diterima, yang berarti bahwa masing-masing dimensi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Sementara untuk mempermudah proses penghitungan, di bawah ini
dibuatkan matriks hasil perhitungan untuk (1) Koefisien Jalur; (2) Koefisien
132
Determinasi; dan (3) Menguji Koefisien Jalur secara Parsial atau melakukan
pengujian dengan menggunakan t-Hitung, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.24
TABEL HASIL ANALISIS
Koefisien Path Koef. Det. t - hitung t – tabel Kesimpulan
Pyx1 = 0.290
0,677925
1.871 1.665 Signifikan
Pyx2 = 0.339 1.898 1.665 Signifikan
Pyx3 = 0.244 1.701 1.665 Signifikan
PyE = 0.568 (df = 56) (alpha = 0.05)
Hasil Uji Statistik ini Menunjukkan Tidak Ada Trimming Theory
Mengacu pada tabel hasil analisis terhadap koefisien path, koefisien
determinasi, dan t - hitung, bahwa hasil analisis dari ketiga variabel gaya
kepemimpinan, yaitu variabel (1) hubungan pemimpin dengan bawahan; (2)
struktur tugas; dan (3) kekuaaan sebagai pemimpin terhadap variabel kinerja
pegawai, dengan degrees of freedom (df) sebesar 56 dan alpha 0.05 atau lima
persen, termasuk ke dalam kategori positif dan signifikan. Tingkat signifikansi
dapat dilihat dari hasil t – hitung dari ketiga variabel gaya kepemimpinan lebih
besar dari pada t – tabel.
Hasil analisis melalui tahapan proses perhitungan dengan menggunakan
Path Analysis, adalah ditampilkan dalam paradigma hasil penelitian, di bawah ini.
Paradigma hasil penelitian ini, disamping sebagai acuan di dalam penghitungan
atau untuk menentukan besarnya pengaruh dari masing-masing variabel gaya
kepemimpinan terhadap variabel kinerja, juga sebagai model struktur. Adapun
gambar dan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
133
PARADIGMA HASIL PENELITIAN
Gambar hasil penelitian di atas menunjukkan hasil analisis koefisien path,
yaitu (1) Pyx1 = 0.290; (2) Pyx2 = 0.339; dan (3) Pyx3 = 0.244, serta hasil analisis
koefisien korelasi diantara variabel gaya kepemimpinan, yaitu (1) hubungan X1
dengan X2 = 0.866; (2) hubungan X2 dengan X3 = 0.842; dan (3) hubungan X1
dengan X3 = 0.783.
Sementara hasil perhitungan dari masing-masing variabel gaya
kepemimpinan terhadap variabel kinerja, adalah sebagai berikut.
9. Menghitung Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpnan terhadap Variabel
Kinerja
Proses perhitungan pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap
variabel kinerja adalah sebagai berikut:
P = 0.290
P = 0.339
P = 0.244
P = 0.568
r = 0.842
r = 0.783
r = 0.866
X1
X2
X3
Y
Є
Gambar 4.1. Hasil Penelitian
R2 = 06788 = 67.788 %
134
a. Pengaruh hubungan pimpinan dengan bawahan (X1) terhadap kinerja
pegawai (Y)
a.1. Pengaruh Langsung
= 21yx
= (0.290)2
x 100
= 8.382 %
a.2. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2
= 2211 yxxrxyx
= 0.290 x 0.866 x 0.339 x 100
= 8.492 %
a.3. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3
= 3311 yxxrxyx
= 0.290 x 0.783 x 0.244 x 100
= 5.532 %
a.4. Pengaruh X1 terhadap Y secara Total
= a1 + a2 + a3
= 8.382 + 8.492 + 5.532
= 22.409 %
Jadi pengaruh hubungan pimpinan dengan bawahan (X1) terhadap kinerja
pegawai (Y) adalah 22.409 %
b. Pengaruh struktur tugas (X2) terhadap kinerja pegawai (Y)
135
b.1. Pengaruh Langsung
= 22yx
= (0.339)2
x 100
= 11.478 %
b.2. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1
= 1212 yxxrxyx
= 0.339 x 0.866 x 0.290 x 100
= 8.494 %
b.3. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3
= 3322 yxxrxyx
= 0.339 x 0.842 x 0.244 x 100
= 6.962 %
b.4. Pengaruh X2 terhadap Y secara Total
= b1 + b2 + b3
= 11.478 + 8.494 + 6.962
= 26.934 %
Jadi besarnya pengaruh struktur tugas (X2) terhadap kinerja pegawai (Y)
adalah 26.934 %
c. Pengaruh kuasa sebagai pemimpin (X3) terhadap kinerja pegawai (Y)
c.1. Pengaruh Langsung
= 23yx
= (0.244)2
x 100
136
= 5.956 %
c.2. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2
= 2323 yxxrxyx
= 0.244 x 0.842 x 0.339 x 100
= 6.962 %
c.3. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1
= 1313 yxxrxyx
= 0.244 x 0.783 x 0.290 x 100
= 5.532 %
c.4. Pengaruh X3 terhadap Y secara Total
= c1 + c2 + c3
= 5.956 + 6.962 + 5.532
= 18.4497 %
Jadi besarnya pengaruh kuasa sebagai pemimpin (X3) terhadap kinerja pegawai
(Y) adalah 18.4497%.
d. Pengaruh X1, X2, dan X3 secara bersama-sama terhadap Y
Pengaruh total X1, X2 dan X3 secara bersama-sama terhadap Y adalah
Pengaruh total X1 terhadap Y + pengaruh total X2 terhadap Y + pengaruh
total X3 terhadap Y, yaitu:
= 22.409 % + 26.9336 % + 18.4497 %
= 67.792 %
137
Jadi besarnya pengaruh gaya kepemimpinan dalam dukungan tiga dimensi
secara simultan terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara adalah 67.792
%.
Untuk mempermudah pembacaan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.25
Hasil Perhitungan Variabel Eksogenus Terhadap Variabel Endogenus
No PENGARUH ANTAR VARIABEL NILAI ( % ) RANK
1
PENGARUH X1 TERHADAP Y
1) Pengaruh Langsung 0.08382 8.382
2
2) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2 0.08494 8.494
3) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3 0.05532 5.532
PENGARUH TOTAL X1 TERHADAP Y 0.22409 22.409
2
PENGARUH X2 TERHADAP Y NILAI ( % )
1
1) Pengaruh Langsung 0.11478 11.478
2) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1 0.08494 8.494
3) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3 0.06962 6.962
PENGARUH TOTAL X2 TERHADAP Y 0.26962 26.962
3
PENGARUH X3 TERHADAP Y NILAI ( % )
3
1) Pengaruh Langsung 0.05956 5.956
2) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2 0.06962 6.962
3) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1 0.05532 5.532
PENGARUH TOTAL X3 TERHADAP Y 0.1845 18.4497
4 PENGARUH BERSAMA X1 X2 X3
TERHADAP Y 0.67792 67.792
5 PENGARUH FAKTOR LAIN TERHADAP Y 0.322075 32.2075
Hasil Olah Data Statistika Uji Hipotesis Variabel Penelitian 2013
138
Berdasarkan hasil olah data statistik pada tabel 4.25 dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Gaya kepemimpinan pada dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera
Barat, Provinsi Maluku Utara, mendapatkan penilaian dengan rata-rata total
dan standar deviasi sebesar (3.45 + 1.05), yang termasuk kedalam kategori
baik tapi belum maksimal.
2. Gaya kepemimpinan pada aspek struktur tugas pimpinan di lingkungan
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat,
Provinsi Maluku Utara mendapatkan penilaian dengan rata-rata total dan
standar deviasi (3.28 + 1.06), yang termasuk kedalam kategori baik tapi
belum maksimal.
3. Gaya kepemimpinan pada aspek kekuasaan sebagai pimpinan di lingkungan
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat,
Provinsi Maluku Utara mendapatkan penilaian dengan rata-rata total dan
standar deviasi (3.51 + 1.06), yang termasuk kedalam kategori baik tapi
belum maksimal.
4. Kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara mendapatkan penilaian
dengan rata-rata total dan standar deviasi (3.86 + 0.99), yang termasuk
kedalam kategori baik tapi belum maksimal.
Keempat hasil kesimpulan statistika tersebut mengacu pada tabel penilaian
kategori seperti ditampilkan pada tabel di bawah ini.
139
Tabel 4.26
Acuan Penilaian
No. Rentang Nilai Kategori
1. 0.0 – 1.0 : Sangat Tidak Baik
2. 1.1 – 2.0 : Tidak Baik
3. 2.1 – 3.0 : Cukup Baik
4. 3.1 – 4.0 : Baik
5. 4.1 – 5.0 : Sangat Baik
Sumber: Hasil Penyesuaian Penilaian Kategori
5. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan pada aspek hubungan
pimpinan dengan bawahan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara
adalah sebesar 22.41 %, yang termasuk kedalam kategori lemah.
6. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan pada aspek struktur tugas
terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 26.93
%, yang termasuk kedalam kategori lemah.
7. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan pada aspek kekuasaan
sebagai pimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara adalah
sebesar 18.45 %, yang termasuk kedalam kategori lemah.
8. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan dalam dukungan tiga
dimensi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi
Maluku Utara adalah sebesar 67.788 %, yang termasuk kedalam kategori
kuat.
140
9. Besarnya pengaruh variabel epsilon terhadap kinerja pegawai adalah sebesar
32.2075 %, yang termasuk kedalam kategori lemah.
Penetapan kategori hasil penelitian terhadap besarnya pengaruh variabel
gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja, adalah ditampilkan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.27
Acuan Penetapan Kategori
No. Rentang Nilai Kategori
1. 00 – 20 : Sangat Lemah
2. 21 – 40 : Lemah
3. 41 – 60 : Cukup Kuat
4. 61 – 80 : Kuat
5. 81 – 100 : Sangat Kuat
Sumber: Hasil Penyesuaian Penilaian Kategori
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian
Gaya kepemimpinan pada dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera
Barat, Provinsi Maluku Utara, baru mencapai kategori cukup kuat. Aspek-aspek
yang dapat dilihat adalah di dalam menjaga hubungan kerja dengan bawahan
adalah pada aspek komunikasi, hubungan kerja, kepercayaan, serta kehandalan
untuk menyelesaikan permasalahan. Komunikasi yang terbangun belum
sepenuhnya berjalan dengan baik, sehingga berdampak pada hubungan kerja yang
kurang maksimal, akhirnya kepercayaan para pegawai pun tidak berjalan dengan
baik. Dampak utamanya adalah kehandalan dalam menyelesaikan pekerjaan atau
tugas-tugasnya pun relatif terganggu. Berkaitan dengan komunikasi antara
pimpinan dengan pegawai, Susilo Martoyo 2000:180) menyampaikan bahwa dua
141
dari delapan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin adalah (1)
mengkomunikasikan pada para karyawan tentang apa yang diharapkan dari
mereka; serta (2) menunjukkan perhatian kepada para karyawan. Sangat jelas
bahwa hubungan baik harus tetap terjaga antara pimpinan dengan bawahan.
Dalam bahasa sederhana, (Martoyo, 2000:180) mengatakan bahwa hal yang
paling penting dalam tanggung jawab pimpinan adalah memadukan seluruh
kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut seharmonis mungkin,
sehingga tercapainya tujuan organisasi tersebut efektif dan efisien.
Hubungan baik antara pimpinan dengan bawahan merupakan syarat
mutlak yang harus tumbuh dalam sebuah organisasi, karena hal ini akan
berdampak pada kinerja para pegawainya. Apa yang disampaikan Martoyo
(2000:180) menguatkan pendapat yang disampaikan oleh Sutarto, (2006:87)
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan dapat memberikan
motivasi kepada bawahan, yang berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai
yang dipimpinnya. Keterkaitannya dengan hubungan antara pimpinan dengan
bawahan, adalah melalui hubungan baik ini pimpinan dapat memberikan pengaruh
dan motivasinya kepada para pegawainya.
Sementara pada dimensi pimpinan dalam memberikan perintah kepada
pegawainya, sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Farland dalam
(Danim, 2004:55) bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan
dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Ketika perintah atau pengaruh tidak berjalan dengan baik sesuai
142
dengan hasil jawaban responden, maka akan berdampak pada rendahnya kinerja
para pegawainya, inilah yang juga terjadi pada Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Analisis gaya kepemimpinan Fiedler. Hubungan pimpinan dengan
bawahan yang tergambar dari rendahnya kerjasama antara pimpinan dengan
bawahan, mengindikasikan pimpinan belum sepenuhnya bisa diterima oleh
anggota kelompoknya. Apabila mengacu pada tempat penelitian, yang dimaksud
dengan anggota kelompok tersebut adalah para pegawai di lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, yang diwakili
oleh responden penelitian. Keberadaan pimpinan Kepala Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, belum sepenuhnya diterima oleh
pegawainya, ternyata berakibat pada efektivitas kepemimpinannya, serta
rendahnya produktivitas kerja pegawai. Rendahnya produktivitas kerja pegawai
sebagai cerminan dari rendahnya kinerja pegawai. Hal lain adalah bahwa kondisi
seperti dijelaskan di atas, sebagai bentuk dari kepemimpinan yang lemah, yang
tergambar dari ketidakmampuan pimpinan untuk merangsang para pegawai ke
dalam suasana kerja yang kondusif dan hasil kerja yang produktif.
Belum maksimalnya hubungan pimpinan dengan bawahan, erat kaitannya
dengan struktur tugas pimpinan yang tidak berjalan dengan efektif. Gaya
kepemimpinan yang didasarkan pada struktur tugas adalah pimpinan yang dituntut
dapat berperan maksimal terhadap berjalannya tugas rutin maupun tugas yang
sifatnya insidental. Fiedler (Robbins:2006) menegaskan bahwa salah satu dari tiga
ciri gaya kepemimpinan efektif adalah gaya kepemimpinan yang didasarkan pada
143
struktur tugas, yaitu “dalam situasi kerja apakah tugas-tugas telah disusun ke
dalam bentuk yang terpola atau belum”. Maksudnya adalah bahwa tugas-tugas
akan berkaitan dengan dengan tugas rutin seperti penyelesaian tugas laporan
harian, mingguan, bahkan bulanan, baik pada aspek cara atau petunjuk teknis,
proses penyelesaian, maupun pada uraian pelaksanaan pekerjaan, semestinya
pimpinan tidak perlu “ikut campur”, karena pegawai telah terbiasa dengan tugas-
tugas tersebut, serta adanya standar tugas yang jelas untuk penyelesaian tugas
rutin. Sementara di luar tugas rutin bisa dalam bentuk tugas insidental atau tugas
yang memiliki tingkat kerumitan tertentu, dalam kondisi seperti ini kehadiran
pimpinan sangat dibutuhkan. Pimpinan dipandang perlu untuk hadir
menyelesaikan masalah dalam bentuk membantu mencari alternatif-alternatif
solusi atau metode-metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Ketika terjadi banyak pandangan yang berdampak pada beda pendapat
antara pimpinan dengan bawahan, disini dituntut pimpinan dapat menyesuaikan
diri, artinya pimpinan harus bersedia menyesuaikan diri untuk menerima
perbedaan yang terjadi demi tercapainya penyelesaian tugas. Kurang
maksimalnya hubungan pimpinan dengan bawahan serta struktur tugas pimpinan
dalam suatu gaya kepemimpinan, berdampak pada kekuasaan sebagai pimpinan
belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya
“penghirauan” perintah pimpinan oleh bawahan, sebagai bukti masih rendahnya
tingkatan legitimasi seorang pimpinan yang berkaitan dengan kedudukannya
dalam struktur kekuasaan, maupun wewenang oleh bawahannya. Dampaknya
adalah tidak dapat mempengaruhi bawahan ke dalam kondisi kerja yang kondusif,
144
sehingga produktivitas kerja organisasi yang digambarkan dari kinerja
pegawainya yang masih belum maksimal.
Penjelasan tentang implementasi gaya kepemimpinan Kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, yang
didasarkan pada tiga aspek pendukungnya adalah disampaikan Fiedler (2006)
sebagai berikut: “terdapat tiga elemen penting yang akan menentukan gaya
kepemimpinan yang efektif, yaitu (1) leader-member relations, yaitu tingkat
kualitas hubungan pimpinan dengan bawahan, sikap bawahan terhadap
kepribadian, watak, dan kecakapan atasan; (2) tasks-structure, dalam situasi kerja
apakah tugas-tugas telah disusun ke dalam bentuk yang terpola atau belum; dan
(3) leader’s position power, yakni bagaimana kewibawaan formal pemimpin
dilaksanakan terhadap bawahan. Ketika seorang pimpinan mengabaikan
efektivitas gaya kepemimpinan tersebut, dampaknya adalah salah satunya
rendahnya kinerja pegawai. Untuk mengembalikan kepada keadaan yang lebih
baik, pimpinan harus dapat mengembalikan gaya kepemimpinannya dengan lebih
mengupayakan hubungan harmonis dengan bawahan, kejelasan struktur tugas,
serta peningkatan kepercayaan bawahan sebagai upaya pimpinan untuk dapat
diterima dalam anggotanya.
Sementara mengaitkan hasil penelitian tentang gaya kepemimpinan
dengan kinerja mengikuti pendapat Fiedler dalam (Robbins, 2006:440) bahwa
kinerja kelompok yang efektif bergantung pada penyesuaian yang tepat antara
gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan dan tingkat mana situasi
tertentu memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin itu. Ini memberikan
145
gambaran bahwa seharusnya pimpinan melakukan penyesuaian terhadap struktur
tugas yang menjadi pekerjaannya, apabila ingin mendapatkan kinerja maksimal
dari para pegawainya. Ternyata penyesuaian tersebut terabaikan, sehingga
bedampak pada rendahnya penyelesaian terhadap struktur tugas yang menjadi
tanggung jawab pimpinan serta berdampak pada rendahnya kinerja yang
digambarkan oleh penyelesaian tugas-tugas dari para pegawainya.
Masih menurut Fiedler dalam (Robbins, 2006:44) berkaitan dengan
keterkaitan antara keberhasilan kepemimpinan dengan kinerja para pegawainya,
dikatakan bahwa “keberhasilan kepemimpinan mengacu pada interaksi antara
gaya kepemimpinan dengan para anggotanya serta situasinya”. Dari penjelasan
Fiedler tersebut dapat dimaknai bahwa aspek hubungan dalam bentuk interaksi
atau komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, menjadi sesuatu yang mutlak
harus terjadi dan harus berjalan dengan baik, apabila mengharapkan kinerja para
pegawainya berjalan baik. Beberapa pendapat yang disampaikan di atas
menguatkan adanya keterkaitan yang erat antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja para pegawai dalam sebuah organisasi.
Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan yang di analisis melalui
tiga dimensi secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara
adalah sebesar 67.788 %, cukup positif dan signifikansi. Signifikansi pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan penyebab utama terhadap tumbuhnya kinerja pegawai
atau sebaliknya menurunnya kinerja pegawai sebagai dampak dari kurang
146
sesuainya gaya kepemimpinan yang berjalan dengan harapan para pegawainya.
Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang disampaikan
oleh (Sukardi, 2009) dalam judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Pemotivasian terhadap Prestasi Kerja Petugas Penyuluh Lapangan pada Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Siak, bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas
Peternakan dan Perikanan Siak. Hal senada disampaikan dari hasil penelitian
(Yulianis, 2007) dalam judul “pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Prestasi
Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau.
Hasilnya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif sebesar
66.9 % terhadap prestasi kerja pegawainya.
Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku
Utara menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Hal ini memberikan
gambaran bahwa adanya keterkaitan antara gaya kepemimpinan yang berjalan
dengan kinerja yang ditunjukkan oleh para pegawai dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Tinggi dan rendahnya kinerja pegawai diakibatkan oleh berjalannya
gaya kepemimpinan atau juga dapat dikatakan bahwa semakin diterima gaya
kepemimpinan oleh pegawainya maka terbuka potensi untuk semakin tinggi
kinerja pegawainya. Atau sebaliknya, semakin tidak diterima gaya kepemimpinan
di dinas ini semakin terbuka peluang untuk menjadi rendahnya kinerja pegawai.
Apabila hal tersebut dikaitkan dengan pendapat (Sutarto, 2006:87) maka
dapat disampaikan bahwa meningkatnya kinerja pegawai karena faktor pengaruh
147
dan pemberian motivasi yang berhasil dari pimpinannya, ini menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan berkaitan dengan kinerja pegawainya. Secara lebih jelas
(Sutarto, 2006:87) menyatakan bahwa kepemimpinan birokrasi adalah
kemampuan mempengaruhi dan dapat memberikan motivasi kepada bawahan,
yang berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai yang dipimpinnya. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa pimpinan memainkan peran yang sangat
menentukan di dalam menetapkan putusan-putusan dan mempengaruhi
kelompoknya.
Pada aspek tumbuhnya kreativitas pegawai, juga tidak lepas dari peran
pimpinannya, seperti disampaikan olah Maier dalam (Danim, 2004:136) bahwa
kreativitas anggota kelompok ditentukan oleh pimpinannya. Gaya tertentu dari
seorang pemimpin menunjang kreativitas, sebaliknya gaya lainnya malahan
adakalanya mematikan.
Sementara Fiedler dalam Robbins lebih melihat keterkaitan antara kinerja
pegawai dari aspek interaksi gaya kepemimpinan dengan bawahannya. Dengan
tegas Fiedler dalam (Robbins, 2006:440) mengatakan bahwa kinerja kelompok
yang efektif bergantung pada penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin
dalam berinteraksi dengan bawahan dan tingkat mana situasi tertentu memberikan
kendali dan pengaruh kepada pemimpin tersebut. Seperti telah disampaikan
bahwa interaksi pimpinan dengan bawahan di lingkungan kerja Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Kabuapten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara,
belum maksimal. Hal ini berdampak pada rendahnya kinerja pegawai pada dinas