BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...

90
59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat merupakan Kabupaten yang dibentuk setelah adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, tanggal 25 Februari 2003, dimana Kabupaten Maluku Utara mengalami pemekaran menjadi 4 (empat) kabupaten, yaitu 3 (tiga) kabupaten baru serta 1 (satu) kabupaten induk (Maluku Utara) yang berubah nama menjadi Kabupaten Halmahera Barat dengan ibukota Jailolo. Dalam memulai aktifitas pemerintahannya, seperti halnya pemerintahan kabupaten lain, Halmahera Barat pun memiliki dinas-dinas atau yang disebut dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang dibentuk untuk membantu Bupati dalam menyelesaikan setiap permasalahan di daerah. Salah satu SKPD yang ikut berperan aktif dalam pembangunan di daerah adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan. Dinas ini dibentuk dengan Peraturan Daerah (perda) Nomor 15 Tahun 2008, bersamaan dengan 13 (tiga belas) dinas lainnya, yang memiliki tugas yang sama sebagai pembantu Bupati. Dinas ini beralamat tetap di jalan pengabdian Nomor 1 Jailolo. Seiring dengan tuntutan kemajuan serta perkembangan peran dan fungsinya sebagai public service dibidang pekerjaan umum dan perumahan yang telah memberi warna bagi instansi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, maka dalam konteks otonomi daerah yang ditandai

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran...

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat merupakan Kabupaten yang dibentuk setelah

adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, tanggal 25 Februari 2003, dimana

Kabupaten Maluku Utara mengalami pemekaran menjadi 4 (empat) kabupaten,

yaitu 3 (tiga) kabupaten baru serta 1 (satu) kabupaten induk (Maluku Utara) yang

berubah nama menjadi Kabupaten Halmahera Barat dengan ibukota Jailolo.

Dalam memulai aktifitas pemerintahannya, seperti halnya pemerintahan

kabupaten lain, Halmahera Barat pun memiliki dinas-dinas atau yang disebut

dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang dibentuk untuk membantu

Bupati dalam menyelesaikan setiap permasalahan di daerah. Salah satu SKPD

yang ikut berperan aktif dalam pembangunan di daerah adalah Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan.

Dinas ini dibentuk dengan Peraturan Daerah (perda) Nomor 15 Tahun

2008, bersamaan dengan 13 (tiga belas) dinas lainnya, yang memiliki tugas yang

sama sebagai pembantu Bupati. Dinas ini beralamat tetap di jalan pengabdian

Nomor 1 Jailolo.

Seiring dengan tuntutan kemajuan serta perkembangan peran dan

fungsinya sebagai public service dibidang pekerjaan umum dan perumahan yang

telah memberi warna bagi instansi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat, maka dalam konteks otonomi daerah yang ditandai

60

dengan kemampuan self-supporting-nya organisasi daerah. Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat yang dibentuk dengan

Peraturan Daerah Nomor: 15 Tahun 2008, mengatur tentang Pembentukan,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan Kabupaten Halmahera Barat serta Peraturan Bupati Halmahera Barat

Nomor : 16 Tahun 2009, Tentang Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi Pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat.

Jadi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat

yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas adalah merupakan salah satu instansi

dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Halmahera Barat dalam melaksanakan

tugasnya bertanggung-jawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah Kabupaten

Halmahera Barat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu bupati untuk

menjalankan roda pemerintahan di daerah, Dinas Pekerjaan Umum juga memiliki

Visi dan Misi sebagai penunjuk arah dalam melaksanakan kegiatan organisasinya.

Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut:

Visi : Melayani Bukan Di Layani dan Misinya adalah :

1. Mensejahterakan masyarakat dan

2. Meningkatkan sarana prasarana infrastruktur

4.1.1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan atas dasar kerjasama, yang

mempunyai bentuk atau susunan yang secara jelas dan formal merumuskan

61

bidang tugas tiap-tiap unsur serta menegaskan hubungan antara yang satu dengan

yang lainnya dalam rangkaian hirarkhi.

Selanjutnya dijelaskan bahwa tata kerja merupakan ketentuan tertulis

tentang pembagian tugas dan kewajiban, pengaturan hubungan dari masing-

masing komponen dan penggarisan saluran saluran tanggung-jawab dari masing-

masing pejabat dalam suatu organisasi dengan maksud untuk melaksanakan tugas

pokok.

Tujuan yang jelas harus dirumuskan sebagai landasan dan pedoman dalam

menentukan tata kerja yang efektif. Adapun mekanisme untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dilakukan dengan membagi pekerjaan sesuai dengan

fungsinya dan sistem. Dalam pelaksanaan, hubungan kerja antara fungsi yang

mencakup kekuasaan, wewenang serta tanggung-jawab masing-masing harus jelas

dan dilaksanakan secara konsekuen, sehingga perlu disusun struktur organisasi.

Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan kabupaten

Halmahera Barat dimaksud melahirkan konsepsi uraian tugas yang diembankan

oleh setiap unit kerja pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten

Halmahera Barat yang telah dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor : 15 Tahun

2008, Tentang Pembentukkan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan serta Peraturan Bupati Halmahera Barat Nomor:

16 Tahun 2009, Tentang Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi Pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, yang terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahi:

62

1) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan;

2) Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi;

3) Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian.

c. Bidang Penatagunaan Sumber Daya Air, membawahi :

1) Seksi Pengelolaan, Sumber Daya Alam dan Pemeliharaan Irigasi;

2) Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai;

3) Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk.

d. Bidang Bina Marga, membawahi :

1) Seksi Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan;

2) Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan;

3) Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan.

e. Bidang Cipta Karya, membawahi :

1) Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman;

2) Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan;

3) Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum.

f. Bidang Penataan Ruang dan Bina Program, membawahi:

1) Seksi Penataan Ruang Wilayah;

2) Seksi Pengembangan Kawasan;

3) Seksi Program dan Perencanaan.

g. UPTD

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Selanjutnya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten

Halmahera Barat mempunyai tata kerja sebagai berikut:

63

1.Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, dipimpin oleh Kepala Dinas, dalam

melaksanakan tugasnya bertanggung-jawab kepada Bupati Halmahera Barat

melalui Sekertaris Daerah Halmahera Barat.

2.Sekertariat

Dipimpin oleh sekertaris kepala dinas, dalam menjalankan tugasnya berada

dibawa dan bertanggungjawab kepada kepala dinas.

3.Sub Bagian

Dipimpin oleh kepala bagian, dalam menjalankan tugasnya berada dan

bertanggungjawab kepada sekertaris.

4.Sub Bidang

Dipimpin oleh kepala bidang, dalam menjalankan tugasnya berada dan

bertanggungjawab kepada kepala dinas.

5.Seksi

Dipimpin oleh kepala seksi, dalam menjalankan tugasnya berada dibawa dan

bertanggungjawab kepada kepala bidang sesuai dengan bidang tugasnya masing-

masing.

6.UPTD

7. jabatan fungsional

4.1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat,

adalah perangkat daerah yang diserahkan wewenang, tugas dan tanggung-jawab

64

untuk melaksanakan otonomi daerah, desentralisasi dalam bidang pekerjaan

umum dan perumahan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Barat Nomor : 15

Tahun 2008, Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, dapat dilihat tugas

pokok Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat

sebagai berikut :

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan mempunyai tugas pokok

membantu Bupati melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang Pekerjaan

Umum dan Perumahan. Selain itu Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud pada Pasal 4, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;

c. Pembinaan, pengembangan serta Pengawasan di bidang Pekerjaan Umum

dan Perumahan; dan

d. Pembinaan terhadap UPTD dalam lingkup tugasnya.

1.Kepala Dinas

Yaitu, seorang yang mengepalai Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat dengan kedudukan sebagai unsur pelaksana

pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang berada dibawa dan

65

bertanggungjawab kepada bupati melalui sekertaris daerah Kabupaten Halmahera

Barat. Adapun tugasnya adalah:

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di lingkup Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan.

2. Merumuskan kebijakan teknis dan menjabarkan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana

Strategi Kabupaten Halmahera Barat dalam lingkup tugasnya dalam

bentuk rencana kerja.

3. Mengkoordinasikan seluruh program dinas dengan instansi terkait guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Mendelegasikan sebagian kewenangan kepada pejabat dibawahnya secara

berjenjang untuk efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas.

5. Membina dan mengarahkan bawahan dalam penyelenggaraan tugas di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan sehingga pelaksanaan

tugas sesuai dengan yang direncanakan.

6. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan sebagai bahan pembinaan karier dan

pengukuran kinerja.

7. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Bupati baik lisan maupun tertulis

sebagai bahan pertanggungjawaban.

8. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

66

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati baik lisan maupun

tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

Disamping menjalankan tugas pokoknya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis

b. Pembinaan dan pengembangan kawasan pemukiman dan prasarana

wilayah.

2. Sekertaris

Yaitu, seorang yang mempunyai tugas Membantu Kepala Dinas dalam

membina dan mengelola urusan administrasi dan ketatausahaan serta hubungan

masyarakat. Untuk melaksanakan tugasnya. Sekertaris juga memiliki fungsi

sebagai perumus program dan pembinaan pengelolaan administrasi dan

ketatausahaan yang meliputi urusan umum dan perlengkapan, evaluasi, pelaporan

dan jasa konstruksi, kepegawaian, keuangan serta hubungan masyarkat. Dan

memiliki uraian tugas sebagai berikut :

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di lingkup Sekretariat.

2. Merumuskan program administrasi umum dan ketatausahaan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan tugas.

3. Mengkoordinasikan tugas dengan Kepala Bidang di lingkup Dinas

Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada Kepala Sub Bagian di lingkup Sekretariat guna

efesiensi dan efektifitas kerja.

67

5. Memberi petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Sub Bagian di

lingkup Sekretariat agar terhidar dari kesalahan.

6. Mengarahkan pelaksanaan tugas Sub Bagian di lingkup Sekretariat

sesuai bidang tugasnya agar terjalin hubungan kerja sama dalam

pelaksanaan tugas.

7. Menyampaikan informasi kegiatan dinas kepada masyarakat untuk

sosialisasi program.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran tugas. Sekertaris mempunyai tiga sub

bagian yaitu :

a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

Mempunyai tugas membantu sekertaris dalam pengelolaan administrasi umum

dan perlengkapan serta memiliki fungsi sebagai pengelola administrasi umum,

sarana dan prasarana Dinas. Dengan uraian tugas, sebagai berikut :

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Umum dan Perlengkapan.

2. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Umum dan Perlengkapan sebagai

pedoman kerja.

68

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Sub Bagian Umum dan

Perlengkapan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Sub Bagian Umum dan Perlengkapan agar diperoleh hasil kerja

yang benar dan akurat.

7. Mengelola administrasi barang yang meliputi pengadaan, pencatatan,

pendistribusian, penyimpanan, perawatan dan usul penghapusan barang.

8. Menyelenggarakan administrasi kearsipan dan dokumentasi, tata upacara,

serta penyiapan bahan pelaksanaan rapat.

9. Melaksanakan urusan rumah tangga dinas yang meliputi ketertiban dan

keamanan, penggunaan alat komunikasi, air dan listrik di lingkup dinas.

10. Menyiapkan data sebagai bahan penyampaian informasi kegiatan dinas

kepada masyarakat.

11. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

12. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

13. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

69

14. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

b. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

Mempunyai tugas membantu sekertaris melaksanakan pekerjaan dan kegiatan

pengelolaan administrasi keuangan dan kepegawaian, juga mempunyai fungsi

sebagai pengelola administrasi keuangan dan kepegawaian dinas. Dengan uraian

tugas sebagai berikut :

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian.

2. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Sub Bagian Keuangan dan

Kepegawaian guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian agar diperoleh hasil kerja

yang benar dan akurat.

7. Melaksanakan administrasi keuangan dinas yang meliputi perjalanan

dinas, koordinasi pembayaran rekening listrik, air, telepon, dan koordinasi

pembayaran kegiatan dinas lainnya.

70

8. Menyiapkan bahan pertanggungjawaban keuangan secara periodik pada

setiap akhir bulan.

9. Mengelola administrasi kepegawaian yang meliputi daftar usulan

kepangkatan, penempatan calon pegawai, kenaikan gaji berkala, kenaikan

golongan dan mutasi di lingkup Dinas PU dan Perumahan.

10. Menyiapkan usul izin cuti dan melakukan urusan kesejahteraan pegawai di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan.

11. Mempersiapkan usul-usul pengisian jabatan pada lingkup Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan.

12. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

13. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

14. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris baik lisan maupun

tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

c. Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Kontruksi

Mempunyai tugas membantu sekertaris dalam hal pengelolaan administrasi

evaluasi, pelaporan dan jasa kontruksi serta mempunyai fungsi sebagai pengelola

administrasi untuk Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi. Adapun uraian tugas

sebagai berikut:

71

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa

Konstruksi.

2. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa

Konstruksi sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Sub Bagian Evaluasi,

Pelaporan dan Jasa Konstruksi guna efisiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Sub Bagian Evaluasi, Pelaporan dan Jasa Konstruksi agar

diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

7. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

8. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris baik lisan maupun

tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

72

3. Bidang Sumber Daya Air

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakaan tugas

Bidang Sumber Daya Air yang meliputi penataan, pembangunan, pengawasan dan

pengendalian bangunan sumber daya air serta mempunyai fungsi sebagai perumus

program dan pembinaan penyelenggaraan, penataan, pembangunan, pengawasan

dan pengendalian bangunan sumber daya air. Bidang inipun mempunyai uraian

Tugas sebagai berikut:

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Sumber Daya

Air.

2. Merumuskan program di Bidang Sumber Daya Air sebagai pedoman kerja.

3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan

Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Menyelenggarakan penataan, pembangunan, pemeliharaan dan

pengawasan dan pengendalian bangunan sumber daya air.

5. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air

guna kelancaran pelaksanaan tugas.

6. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala

Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air agar pelaksanaan tugas sesuai

dengan rencana.

7. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Sumber Daya Air

guna kelancaran pelaksanaan tugas.

73

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang

Sumber Daya Air sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran

kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis guna memperlancar pelaksanaan tugas.

Bidang ini terdiri dari empat sub bidang dan masing-masing bidang memiliki

seksi dan uraian tugas masing-masing pula.

a. Bidang Penatagunaan Sumber Daya Air

Mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas

bidang sumber daya air yang meliputi penataan, pembangunan, pengawasan dan

pengendalian bangunan sumber daya air. Bidang ini memiliki uraian tugas sebagai

berikut:

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Sumber Daya

Air.

2. Merumuskan program di Bidang Sumber Daya Air sebagai pedoman kerja.

3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan

Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

74

4. Menyelenggarakan penataan, pembangunan, pemeliharaan dan

pengawasan dan pengendalian bangunan sumber daya air.

5. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air

guna kelancaran pelaksanaan tugas.

6. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala

Seksi di lingkup Bidang Sumber Daya Air agar pelaksanaan tugas sesuai

dengan rencana.

7. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Sumber Daya Air

guna kelancaran pelaksanaan tugas.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang

Sumber Daya Air sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran

kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis guna memperlancar pelaksanaan tugas.

Dalam menjalankan tugas pemerintahan bidang ini memiliki tiga seksi yaitu:

b. Seksi Pengelolaan, Sumber Daya Alam dan Pemeliharaan Irigasi

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan

seksi pengelolaan sumber daya air dan pemeliharaan irigasi. Dengan uraian tugas

sebagai berikut:

75

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Pemeliharaan Irigasi.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengelolaan Sumber Daya

Air dan Pemeliharaan Irigasi sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi kerja dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi

di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Pemeliharaan Irigasi guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pemeliharaan Irigasi agar

diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

7. Melaksanakan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pemeliharaan

Irigasi.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

76

c. Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan

seksi pengembangan rawa dan pantai. Uraian tugasnya sebagai berikut:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengembangan Rawa dan

Pantai sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengembangan Rawa

dan Pantai guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Pengembangan Rawa dan Pantai agar diperoleh hasil kerja

yang benar dan akurat.

7. Melaksanakan kegiatan Pengembangan Rawa dan Pantai.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

77

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

d. Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk.

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan

seksi pengembangan sungai, danau dan waduk. Adapun uraian tugasnya adalah:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan

Waduk.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengembangan Sungai,

Danau dan Waduk sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengembangan Sungai,

Danau dan Waduk guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk agar diperoleh

hasil kerja yang benar dan akurat.

7. Melaksanakan kegiatan Pengembangan Sungai, Danau dan Waduk.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

78

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

a. Bidang Bina Marga

Mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas

bidang mina marga yang meliputi infrastruktur jalan dan jembatan. Bidang bina

marga memiliki fungsi; perumusan program dan pembinaan penyelenggaraan

perencanaan, pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan pengawasan jalan

dan jembatan. Bidang bina marga juga mempunyai uraian tugas antara lain:

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Bina Marga.

2. Merumuskan program di Bidang Bina Marga sebagai pedoman kerja.

3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan

Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Menyelenggarakan penyiapan dan pemutakhiran data base bidang

infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Halmahera Barat.

5. Menyelenggarakan perencanaan, pembangunan, peningkatan,

pemeliharaan dan pengawasan jalan dan jembatan di Kabupaten

Halmahera Barat.

6. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Bina Marga guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

79

7. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala

Seksi di lingkup Bidang Bina Marga agar pelaksanaan tugas sesuai dengan

rencana.

8. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Bina Marga

guna kelancaran pelaksanaan tugas.

9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang

Bina Marga sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas. Selanjutnya bidang bina

marga juga membawahi tiga seksi yang masing-masing memiliki fungsi

dan uraian tugas.

1. Seksi Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan

seksi sistem peningkatan jaringan prasarana jalan dan jembatan. Seksi ini juga

memliki fungsi sebagai pelaksanaan kegiatan penyiapan data base infrastruktur

jalan dan jembatan, perencanaan teknis jalan jembatan serta Peningkatan Jaringan

Prasarana Jalan dan Jembatan. Dengan uraian tugas adalah :

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Sistim Peningkatan Jaringan

Prasarana Jalan dan Jembatan.

80

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Sistim Peningkatan Jaringan

Prasarana Jalan dan Jembatan sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Sistim Peningkatan

Jaringan Prasarana Jalan dan Jembatan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Sistim Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan

Jembatan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

7. Melaksanakan kegiatan Sistim Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana

Jalan dan Jembatan.

8. Melaksanakan pemutakhiran data base infrastruktur jalan dan jembatan.

9. Melaksanakan kegiatan Sistim Peningkatan Jaringan Prasarana Jalan dan

Jembatan.

10. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

11. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

12. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

81

13. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

e. Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan

pembangunan prasarana jalan dan jembatan. Seksi ini juga mempunyai fungsi

sebagai pelaksanaan kegiatan Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan. Dan

juga memiliki uraian tugas sebagai berikut:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan

Jembatan.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pembangunan Prasarana

Jalan dan Jembatan sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pembangunan Prasarana

Jalan dan Jembatan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan agar sesuai

dengan rencana.

7. Melaksanakan kegiatan inventarisasi kerusakan jalan dan jembatan.

8. Melaksanakan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan.

9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

82

10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

a. Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan.

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksnakan kegiatan

pemeliharaan prasarana jalan dan jembatan. Seksi ini juga memiliki fungsi sebagai

pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan. Dan uraian

tugasnya adalah:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan

Jembatan.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pemeliharaan Prasarana

Jalan dan Jembatan sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pemeliharaan Prasarana

Jalan dan Jembatan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

83

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan agar sesuai

dengan rencana.

7. Melaksanakan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

14. Bidang Cipta Karya

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakaan tugas

Bidang Cipta Karya yang meliputi perumahan, pemukiman dan sanitasi

lingkungan serta penataan bangunan. Serta fungsi adalah sebagai Perumusan

program dan pembinaan penyelenggaraan penataan, pembangunan, pemeliharaan,

pengawasan bangunan gedung, perumahan dan permukiman. Dan memiliki

uraian tugas sebagai berikut:

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Cipta Karya.

2. Merumuskan program di Bidang Cipta Karya sebagai pedoman kerja.

84

3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan

Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Menyelenggarakan penataan, pembangunan, pemeliharaan dan

pengawasan bangunan gedung.

5. Menyelenggarakan penataan, pembangunan dan pemeliharaan perumahan

dan permukiman.

6. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Cipta Karya guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

7. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala

Seksi di lingkup Bidang Cipta Karya agar pelaksanaan tugas sesuai dengan

rencana.

8. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Cipta Karya

guna kelancaran pelaksanaan tugas.

9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang

Cipta Karya sebagai bahan pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis sebagai penentuan kebijakan.

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

Bidang inipun memiliki tiga seksi yaitu:

85

1) Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman

Mempunyai tugas membantu kepala bidang dalam melaksanakan kegiatan

perumahan, pembangunan gedung dan pemukiman. Seksi ini juga memiliki fungsi

sebagai Pelaksanaan kegiatan pembangunan, perumahan, pengawasan dan

permukiman. Dan uraian tugasnya adalah:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung

dan Pemukiman.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Perumahan, Pembangunan

Gedung dan Pemukiman sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Perumahan,

Pembangunan Gedung dan Pemukiman guna efesiensi dan efektifitas

kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan

dilingkup Seksi Perumahan, Pembangunan Gedung dan Pemukiman agar

diperoleh hasil kerja yang maksimal.

7. Melaksanakan kegiatan pengawasan, pengendalian, perumahan dan

permukiman.

8. Melaksanakan kegiatan pembangunan, perumahan dan pemukiman.

86

9. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

10. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

11. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

2) Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Mempunya tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan kegiatan

penataan bangunan. Dan fungsinya adalah pelaksanaan kegiatan penataan

bangunan dan Lingkungan. Uraian tugasnya sebagai berikut

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Penataan Bangunan dan

Lingkungan.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Penataan Bangunan dan

Lingkungan sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Penataan Bangunan

dan Lingkungan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

87

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan agar diperoleh hasil

kerja yang benar dan akurat.

7. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pembangunan dan pengawasan

bangunan.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

3) Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum

Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan

kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Air Minum. Fungsinya adalah:

Pelaksanaan kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Air Minum. Serta

uraian tugasnya adalah:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air

Minum.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Penyehatan Lingkungan

dan Air Minum sebagai pedoman kerja.

88

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Permukiman dan

Sanitasi Lingkungan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan dil

ingkup Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Minum agar diperoleh hasil

kerja yang maksimal.

7. Melaksanakan kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Air Minum.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

1. Bidang Penataan Ruang dan Bina Program

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakaan tugas

Bidang Penataan Ruang dan Bina Program. Fungsinya adalah: Perumusan

program dan pembinaan penyelenggaraan penataan ruang dan bina program.

Uraian Tugas sebagai berikut :

89

1. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan di Bidang Penataan

Ruang dan Bina Program.

2. Merumuskan program di Bidang Penataan Ruang dan Bina Program

sebagai pedoman kerja.

3. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan dengan Sekretaris dan

Kepala Bidang di lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna

kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Bina Program.

5. Membagi tugas kepada Kepala Seksi di lingkup Bidang Penataan Ruang

dan Bina Program guna kelancaran pelaksanaan tugas.

6. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala

Seksi di lingkup Bidang Penataan Ruang dan Bina Program agar

pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana.

7. Membina pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Penataan Ruang

dan Bina Program guna kelancaran pelaksanaan tugas.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang

Penataan Ruang dan Bina Program sebagai bahan pembinaan karier dan

pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas baik lisan

maupun tertulis sebagai penentuan kebijakan.

90

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas baik lisan maupun

tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

Bidang inipun membawahi tiga seksi yaitu:

1) Seksi Penataan Ruang Wilayah:

Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan

kegiatan Penataan Ruang Wilayah. Fungsinya adalah: Pelaksanaan kegiatan

Penataan Ruang Wilayah. Uraian Tugasnya sebagai berikut:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Penataan Ruang Wilayah.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Penataan Ruang Wilayah

sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Penataan Ruang

Wilayah guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan

dilingkup Seksi Penataan Ruang Wilayah agar diperoleh hasil kerja yang

maksimal.

7. Melaksanakan kegiatan Penataan Ruang Wilayah.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

91

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

2) Seksi Pengembangan Kawasan

Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan

kegiatan penataan bangunan. Fungsinya adalah: Pelaksanaan kegiatan

Pengembangan Kawasan. Uraian Tugas sebagai berikut:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Pengembangan Kawasan.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Pengembangan Kawasan

sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Pengembangan

Kawasan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan di

lingkup Seksi Pengembangan Kawasan agar diperoleh hasil kerja yang

benar dan akurat.

7. Melaksanakan kegiatan Pengembangan Kawasan.

92

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

3) Seksi Program dan Perencanaan

Mempunyai tugas Membantu Kepala Bidang dalam menyusun dan

melaksanakan Program dan Perencanaan. Fungsinya adalah: Penyusunan dan

Pelaksanaan Program dan Perencanaan. Uraian Tugas sebagai berikut:

1. Memimpin pelaksanaan kegiatan Seksi Program dan Perencanaan.

2. Menyusun rencana kegiatan di lingkup Seksi Program dan Perencanaan

sebagai pedoman kerja.

3. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi di

lingkup Dinas Pekerjaan Umum guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Membagi tugas kepada bawahan di lingkup Seksi Program dan

Perencanaan guna efesiensi dan efektifitas kerja.

5. Memberi petunjuk kepada bawahan agar terhindar dari kesalahan.

6. Memeriksa, mengoreksi dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan dil

ingkup Seksi Program dan Perencanaan agar diperoleh hasil kerja yang

maksimal.

93

7. Menyusun dan melaksanakan Program dan Perencanaan.

8. Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan

pembinaan karier dan pengukuran kinerja.

9. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang baik lisan maupun

tertulis sebagai bahan pertanggungjawaban.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis sebagai bahan penentuan kebijakan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang baik lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum menentukan hasil penelitian baik yang bersifat analitis maupun

yang bersifat deskriptif, serta penyampaian pembahasan hasil penelitian, berikut

disampaikan hasil uji validitas dan hasil uji reliabilitas terhadap data yang

diperoleh dari lapangan, sebagai berikut:

Hasil uji validitas serta uji reliabilitas kedua variabel penelitian adalah

ditampilkan pada tabel di bawah ini.

94

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X)

Variabel Item P-Value r-

Hitung r-Kritis Keterangan

X1

1 0.000 0.950 0.3 Valid

2 0.000 0.972 0.3 Valid

3 0.000 0.943 0.3 Valid

4 0.000 0.956 0.3 Valid

5 0.000 0.951 0.3 Valid

X2

1 0.000 0.967 0.3 Valid

2 0.000 0.966 0.3 Valid

3 0.000 0.922 0.3 Valid

4 0.000 0.921 0.3 Valid

5 0.000 0.953 0.3 Valid

6 0.000 0.976 0.3 Valid

X3

1 0.000 0.898 0.3 Valid

2 0.000 0.955 0.3 Valid

3 0.000 0.882 0.3 Valid

4 0.000 0.960 0.3 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika 2013

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y)

Variabel Item P-Value r-Hitung r-Kritis Keterangan

Y

1 0.000 0.814 0.3 Valid

2 0.000 0.832 0.3 Valid

3 0.000 0.890 0.3 Valid

4 0.000 0.895 0.3 Valid

5 0.000 0.859 0.3 Valid

6 0.000 0.876 0.3 Valid

7 0.000 0.878 0.3 Valid

8 0.000 0.820 0.3 Valid

9 0.000 0.724 0.3 Valid

10 0.000 0.918 0.3 Valid

11 0.000 0.917 0.3 Valid

12 0.000 0.933 0.3 Valid

13 0.000 0.948 0.3 Valid

14 0.000 0.812 0.3 Valid

15 0.000 0.812 0.3 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika 2013

Hasil uji validitas terhadap variabel gaya kepemimpinan yang didukung

oleh tiga dimensi yaitu (1) hubungan pimpinan dengan bawahan; (2) struktur

tugas; dan (3) kekuasaan sebagai pimpinan serta variabel kinerja pegawai,

95

dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan terhadap r-hitung

untuk masing-masing indikator dibandingkan dengan r-kritis (0.3) semua

indikator memiliki nilai di atas r-kritis. Hal lain adalah di lihat dari hasil

perhitungan terhadap p-value yang menunjukkan semuanya di bawah 0.05

(alpha). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua indikator pendukung variabel

gaya kepemimpinan serta kinerja pegawai, dapat digunakan untuk pengambilan

data selanjutnya.

Tabel 4.3

Koefisien Reliabilitas Instrumen

Variabel

Koefisien

Reliabilitas

r-kritis

Keterangan

X1 0.980 0.7 Reliable

X2 0.980 0.7 Reliable

X3 0.939 0.7 Reliable

Y 0.977 0.7 Reliable

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika 2013

Hasil uji reliabilitas, seperti ditampilkan pada tabel di atas, menunjukkan

hasil uji dengan angka di atas 0.7, dinyatakan dapat diandalkan (reliable). Dengan

demikian maka seluruh item pada kedua variabel penelitian, dapat digunakan

untuk pengambilan data selanjutnya, karena dapat diandalkan untuk mendapatkan

data penelitian.

4.3. Profil Responden

Hasil penelitian dan pembahasan mengacu pada perumusan masalah yang

telah ditetapkan baik yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat analitik. Di

dalam penelitian ini pembahasan hasil penelitian juga didasarkan pada profil

96

responden, sebagai berikut (1) jenis kelamin; (2) usia; (3) pendidikan; (4) lama

bekerja; dan (5) jumlah tanggungan. Adapun pembahasan kelima profil responden

tersebut disampaikan berikut ini.

4.3.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin pegawai dalam sebuah organisasi, dapat berperan terhadap

tinggi rendahnya kinerja. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran

kuesioner kepada 60 responden pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, maka diperoleh data

mengenai profil responden berdasarkan jenis kelamin, seperti pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1. Pria 45 75

2. Wanita 15 25

TOTAL 60 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang

berjenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Tingginya

jumlah pegawai yang berjenis kelamin pria, menunjukkan suatu kewajaran, karena

organisasi tempat para pegawai bekerja adalah organisasi pemerintah yang di

dalam tugas-tugasnya lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang

membutuhkan tenaga, keberanian, disamping kemampuan tertentu yang secara

khusus harus dimiliki oleh pegawai pria. Hal ini menguatkan pendapat yang

disampaikan oleh salah seorang pimpinan ketika dilakukan wawancara bahwa

97

pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas para pegawai di lingkungan organisasi ini

adalah yang bersifat fisik, sehingga membutuhkan ekstra tenaga yang lebih.

4.3.2. Profil Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada

60 responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh data mengenai profil

responden berdasarkan usia. Hasil perhitungan tersebut disampaikan berikut ini.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia F %

1. 25 – 40 tahun 38 63

2. 41 – 56 tahun 21 35

3. 56 ke atas 1 2

TOTAL 60 100

Sumber: Hasil Olah Data Statistika Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa pegawai dengan rentang usia

antara 25 – 40 tahun memberikan kontribusi yang paling tinggi, tercapai sebanyak

38 orang atau 63 persen. Tingginya responden pegawai pada rentang usia tersebut

memberikan gambaran bahwa usia produktif pegawai pada fase mature atau

kematangan kerja merupakan syarat bagi penyelesaian pekerjaan-pekerjaan pada

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi

Maluku Utara. Tugas-tugas yang harus diselesaikan pada Dinas ini, seperti

disampaikan sebelumnya membutuhkan ekstra fisik yang cukup kuat, karena

banyak pekerjaan yang proses penyelesaiannya lebih banyak di lapangan. Hal lain

98

adalah kuatnya fisik seorang pegawai adalah karena ditunjang oleh usia yang

cukup muda, hal ini yang terlihat seperti disampaikan dalam tabel di atas, bahwa

usia pegawai pada umumnya antara 25 – 40 tahun, sebagai usia produktif, pada

fase kematangan kerja. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat yang

disampaikan oleh salah seorang pimpinan pada Dinas ini, bahwa pegawai pada

umumnya, adalah mereka yang berusia muda dengan pengalaman yang cukup.

4.3.3. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada

60 responden pegawai, diperoleh data mengenai profil responden berdasarkan

pendidikan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan F %

1. SMA 15 25

2. SMK 12 20

3. D3 3 5

4. S1 30 50

TOTAL 60 100

Sumber: Hasil Olah Data Statistika tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap profil responden berdasarkan

pendidikan diperoleh jawaban bahwa responden dengan jenjang pendidikan Strata

1 atau Sarjana sebanyak 30 orang atau sebesar 50 persen. Jumlah responden ini

merupakan yang terbesar diantara pegawai dengan jenjang pendidikan yang lain.

Disini memberikan gambaran bahwa dinas tempat para pegawai bekerja

membutuhkan pegawai yang memiliki keterampilan namun, ditunjang oleh

pengetahuan dan nalar untuk melakukan analisis terhadap tugas-tugas yang akan

99

dihadapinya. Atas dasar inilah maka, pegawai dengan jenjang pendidikan sarjana

yang relatif cukup tepat untuk mengisi beberapa bagian di lingkungan Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku

Utara. Penjelasan yang disampaikan diatas juga menguatkan pendapat yang

disampaikan oleh salah seorang pimpinan, bahwa disamping karena tuntutan

terhadap pegawai dengan latar belakang sarjana, juga karena terdapat dari para

pegawai tersebut yang sudah melakukan penyesuaian pendidikan ke jenjang S-1.

4.3.4. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada

60 responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh data mengenai profil

responden berdasarkan lama bekerja, sebeagai berikut.

Tabel 4.7 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No Lama Bekerja F %

1. Sampai 5 tahun 15 25

2. 5 – 10 tahun 19 31.7

3. 11 – 20 tahun 16 26.7

4. Lebih dari 20 tahun 10 16.7

TOTAL 60 100

Sumber: Hasil Olah Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap profil responden berdasarkan lama

bekerja, diperoleh jawaban bahwa pegawai dengan lama bekerja antara 5 – 10

tahun, merupakan yang terbesar diantara pegawai yang lainnya. Hasil perhitungan

ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya pegawai merupakan pegawai

yang masih tergolong muda pada masa kerjanya, sehingga mereka pada umumnya

100

memiliki semangat kerja yang cukup baik, ketika mendapatkan bimbingan atau

arahan dari pimpinan atau atasannya. Hal lain adalah bahwa kalaupun pegawai di

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat,

Provinsi Maluku Utara, merupakan pegawai negeri sipil, namun dapat juga

disampaikan bahwa khususnya kepada tenaga kontrak, mereka pada umumnya

cukup “betah” menjalani pekerjaannya. Kondisi pegawai selama menjalani tugas-

tugasnya pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan ini, belum secara

maksimal mendapatkan arahan dan bimbingan dari pimpinan organisasi ini, hal ini

sejalan dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh salah seorang pegawai

bahwa pada umumnya pegawai kurang mendapatkan pengarahan dan bimbingan

khususnya dari pimpinannya.

4.3.5. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada

60 responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh data mengenai profil

responden berdasarkan jumlah tanggungan, berikut ini.

Tabel 4.8 Profil Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah Tanggungan F %

1. Tidak ada Tanggungan 10 16.7

2. 2 orang 25 41.7

3. 3 orang 9 15

4. 4 orang 10 16.7

5. 5 orang 6 10

TOTAL 100 100

Sumber: Hasil Olah Data Statistika Tahun 2013

101

Hasil olah data statistika terhadap profil responden pegawai berdasarkan

jumlah tanggungan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, bahwa pegawai dengan jumlah

tanggungan dua orang merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan pegawai

yang lain. Jumlah tanggungan tersebut adalah jumlah tertanggung dari seorang

pegawai baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi kewajibannya di dalam

memberikan nafkah sandang dan pangan. Berkaitan dengan tingginya kontribusi

dari pegawai dengan jumlah tanggungan 2 orang, adalah bahwa seorang pegawai

laki-laki yang memiliki satu istri dan baru memiliki satu anak. Apabila kondisi ini

dikaitkan dengan pembahasan sebelumnya tentang lama kerja, maka dapat

disampaikan mereka adalah yang baru bekerja antara 5 – 10 tahun, dengan rentang

usia antara 25 – 40 tahun.

4.4. Analisis Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan

Analisis deskriptif terhadap variabel gaya kepemimpinan didasarkan pada

tiga dimensi, yaitu dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan, struktur tugas,

dan kekuasaan sebagai pimpinan.

4.4.1. Analisis Deskriptif Hubungan Pemimpin dengan Bawahan

Analisis deskriptif terhadap hubungan pemimpin dengan bawahan

didukung oleh lima indikator. Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran

kuesioner kepada 60 pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sbagai berikut:

102

Tabel 4.9

Dimensi Hubungan Pemimpin dengan Bawahan

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi 1. Komunikasi pimpinan dengan bawahan

terjalin dengan baik 3,60 1,14

2. Hubungan kerja pimpinan dengan bawahan,

membantu tugas-tugas pegawai 3,32 0,97

3. Pimpinan dapat dipercaya dalam

menjalankan tugas kepemimpinannya 3,50 1,03

4. Pimpinan dapat diandalkan, dalam

menyelesaikan permasalahan yang terjadi 3,35 1,04

5. Kerjasama yang baik antara pimpinan dengan

bawahan 3,47 1,07

Jumlah 17,23 5,24

Rata-rata 3,45 1,05 Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap dimensi hubungan pimpinan dengan

bawahan yang didukung oleh lima indikator, adalah dengan menggunakan analisis

perhitungan mean dan standar deviasi. Perhitungan dengan menggunakan mean

adalah dengan menetapkan total indikator pada dimensi hubungan pimpinan

dengan bawahan, dibagi ukuran sampel terpilih sebanyak 60 responden.

Sementara proses perhitungan terhadap standar deviasi adalah dengan

menggunakan program Excell yang secara khusus dapat menghitung standar

deviasi untuk masing-masing indikator. Apabila melihat tabel 4.9 di atas, hasil

perhitungan yang menunjukkan mean adalah terdapat pada kolom 3 sedangkan

hasil hitung standar deviasi terdapat pada kolom 4, sebagai dasar di dalam

memberikan deskripsi terhadap fenomena pada dimensi hubungan pimpinan

dengan bawahan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada dasarnya pimpinan

sudah cukup dapat menjaga hubungan baik dengan bawahannya. Hubungan baik

yang dimaksud adalah dalam bentuk komunikasi dengan bawahan, hubungan

103

kerja, adanya kepercayaan dari bawahan, kehandalan, dan kerjasama dengan

bawahan.

Dari beberapa aspek tersebut dapat dilihat bahwa pada aspek komunikasi

pimpinan dengan bawahan tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi

(3.60 + 1.14), ini menggambarkan bahwa komunikasi yang berjalan antara

pimpinan dengan bawahan, sudah baik tapi belum maksimal. Aspek yang dapat

dilihat adalah khususnya komunikasi interpersonal pimpinan dalam suasana

informal di tempat kerja, sehingga menurunnya keinginan para pegawai baik

untuk bertanya maupun untuk menyampaikan pendapatnya. Pimpinan tidak

memiliki kiat-kiat khusus untuk menciptakan komunikasi dengan bawahannya,

artinya kondisi komunikasi ini berjalan tidak direkayasa dan apa adanya. Apabila

melihat jawaban yang disampaikan para pegawai tentang komunikasi ini, maka

dapat disimpulkan bahwa rentang jawaban terendah adalah sebesar 2.46 dengan

kategori rendah, sementara rentang tertinggi adalah 4.74, dengan kategori tinggi.

Rentang terendah dari jawaban responden tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih

terdapat pegawai yang belum merasakan komunikasi yang baik yang dilakukan

oleh pimpinan kepada bawahannya, dampaknya adalah dapat mengganggu

kinerja pegawai.

Hubungan kerja pimpinan dengan bawahan dalam membantu tugas-tugas

pegawai. Dapat dijelaskan bahwa diantara indikator pendukung gaya

kepemimpinan pada dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan, indikator

hubungan kerja ini merupakan yang terendah, yaitu tercapai dengan rata-rata total

dan standar deviasi (3.32 + 0.97). Hasil penilaian ini dapat dijelaskan bahwa

104

hubungan kerja pimpinan dengan bawahan terutama dalam membantu tugas-tugas

pegawai, belum berjalan maksimal. Hal ini pula dapat dilihat bahwa jawaban

terendah adalah 2.35, yang menggambarkan bahwa sebagian pegawai tidak

mendapatkan pengarahan atau bimbingan dari pimpinan tentang penyelesaian

tugas-tugasnya. Kalaupun terdapat sebagian dari pegawai yang telah merasakan

arahan dan bimbingan untuk penyelesaian tugas-tugasnya, namun secara

keseluruhan hal ini belum berjalan maksimal. Dalam kondisi seperti ini, seperti

disampaikan oleh salah seorang pegawai, bahwa pimpinan belum sepenuhnya

memberikan arahan dan bimbingan kepada para pegawainya, di dalam

pelaksanaan pekerjaan. pimpinan cukup sibuk dengan urusan pribadinya, bahkan

kesibukan di luar tugas kantornya.

Pada aspek pimpinan dapat dipercaya dalam menjalankan tugas

kepemimpinannya, juga menunjukkan belum berjalan secara maksimal. Hal ini

dapat dilihat dari jawaban responden yang hanya tercapai (3.50 + 1.03), yang

menggambarkan bahwa terdapat sebagian pegawai yang belum sepenuhnya

mempercayai kemampuan pimpinan di dalam menjalankan tugas-tugasnya, yang

digambarkan dari jawaban terendah sebesar 2.47. Sementara jawaban tertinggi

adalah sebesar 4.53, artinya terdapat sebagian dari pegawai yang telah

mempercayai kemampuan pimpinannya untuk menjalankan tugas-tugasnya,

namun jumlah ini, sebanding dengan para pegawai yang tidak meyakininya.

Artinya bahwa pada umumnya kepercayaan terhadap pimpinnnya terutama dalam

kemampuan pimpinan untuk menjalankan tugas-tugasnya, belum maksimal.

105

Pada aspek kehandalan pimpinan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya, justru lebih kecil dibandingkan dengan aspek komunikasi serta

kepercayaan terhadap pimpinan. Hanya tercapai sebesar (3.35 + 1.04) yang dapat

disimpulkan bahwa pimpinan dinilai oleh sebagian pegawai tidak dapat

diandalkan untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi pada Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Hal

ini dapat dilihat dari jawaban terendah responden yang hanya tercapai 2.31, dari

kategori jawaban tertinggi sebesar 5.00. Keterkaitan antara tugas-tugas pimpinan

dengan terjadinya permasalahan pada dinas ini, bahwa penyelesaiannya lebih

sering diselesaikan oleh setiap divisi yang mendapatkan masalah tersebut.

Pimpinan secara khusus menyerahkan sepenuhnya pada masing-masing divisi di

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan ini.

Pada aspek kerjasama antara pimpinan dengan bawahan, juga

menggambarkan belum terbangunnya kerjasama yang baik. Hal ini dapat dilihat

dari jawaban responden terendah yang hanya mencapai 2.40, dari total jawaban

tertinggi 4.54. Rendahnya kerjasama atau belum baiknya kerjasama antara

pimpinan dengan bawahan sejalan dengan indikator-indikator lain pada dimensi

hubungan pimpinan dengan bawahan, yang belum maksimal. Kerjasama antara

pimpinan dengan bawahan merupakan modal utama proses pencapaian cita-cita

organisasi, artinya ketika hal ini tidak tercapai berarti cukup jauh bagi organisasi

untuk mencapai cita-citanya. Pimpinan belum sepenuhnya perduli terhadap aspek

kerjasama ini, karena menurutnya bahwa masing-masing pegawai telah memiliki

106

petunjuk teknis dan petunjuk langsung di dalam menyelesaikan pekerjaan yang

menjadi tugasnya.

Apabila melihat secara keseluruhan jawaban responden terhadap hubungan

pimpinan dengan bawhaan tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi

(3.45 + 1.05). Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara

pimpinan dengan bawahan pada aspek komunikasi, hubungan kerja, kepercayaan

pimpinan, kehandalan pimpinan, serta kerjasama belum berjalan secara maksimal,

artinya belum sesuai dengan harapan para pegawai pada umumnya.

4.4.2. Analisis Deskriptif Struktur Tugas

Analisis deskriptif terhadap dimensi struktur tugas adalah didukung oleh

enam indikator. Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner

kepada 60 pegawai di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sebagai berikut:

107

Tabel 4.10

Dimensi Struktur Tugas

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi

1. Pimpinan mengarahkan bawahannya

untuk melaksanakan tugasnya 3,50 1,11

2. Pimpinan mengarahkan bawahan untuk

menyelesaikan tugasnya 3,47 1,08

3. Pimpinan mengarahkan bawahannya

dengan metode 3,12 1,09

4. Pimpinan menunjukkan langkah

penyelesaian pekerjaannya 3,27 1,01

5. Pimpinan menggunakan petunjuk teknis

dalam mengarahkan bawahannya 3,18 1,05

6. Pimpinan memberikan uraian rinci

kepada bawahannya dalam

menyelesaikan tugasnya 3,15 1,02

Jumlah 19,68 6,36

Rata-rata 3,28 1,06

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap gaya kepemimpinan pada dimensi

struktur tugas yang didukung oleh enam indikator, menunjukkan bahwa pada

dasarnya pimpinan belum maksimal di dalam melaksanakan tugas-tugasnya

sebagai pimpinan. Hal ini dapat dilihat pada aspek-aspek melaksanakan tugas,

menyelesaikan tugas, mengarahkan dengan metode, langkah penyelesaian

pekerjaan, menggunakan petunjuk teknis, dan memberi uraian rinci dalam

penyelesian tugas.

Pimpinan memberikan pengarahan kepada pegawai dalam melaksanakan

dan menyelesaikan tugasnya, hanya mendapatkan penilaian dengan rata-rata total

dan standar deviasi sebesar (3.50 + 1.11). Hal ini memberikan gambaran bahwa

terdapat sebagian dari responden pegawai belum mendapatkan pengarahan dari

108

pimpinan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hasil penilaian tersebut dapat

direntang dari yang memberikan jawaban terendah sebesar 2.39 dan jawaban

tertinggi sebesar 4.61, sementara jawaban ideal adalah sebesar 5.00. Seperti

dijelaskan pada aspek hubungan antara pimpinan dengan bawahan yang

mendapatkan penilaian belum maksimal, hal inipun terjadi pada dimensi struktur

tugas, aspek pengarahan pimpinan. Alasan yang disampaikan pimpinan (seperti

hasil wawancara dengan salah seorang pegawai), bahwa para pegawai pada dinas

ini, didominasi oleh mereka yang memiliki jenjang pendidikan Strata 1. Yang

dalam pandangan pimpinan bahwa para pegawai ini memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang cukup baik, sehingga pengarahan bisa dilakukan hanya diawal-

awal saja, selanjutnya adalah diserahkan kepada pegawai sendiri. Hal ini sejalan

dengan hasil wawancara dengan salah seorang pegawai serta salah seorang level

pimpinan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupatan Halmahera

Barat, Provinsi Maluku Utara, yang menyatakan bahwa pimpinan selalu

beranggapan bahwa pegawai yang berlatar pendidikan S1 tidak perlu lagi secara

terus-menerus diberi pengarahan karena mereka sudah memiliki pemahaman lebih

padahal kenyataannya meskipun ada pegawai yang berlatar pendidikan S1 tetapi

dalam melaksanakan tugas banyak yang tidak memahami mengenai bagaimana

cara melaksanakan tugas tersebut. Mereka tidak mengetahui apa yang harus

dikerjakan, kapan dikerjakan, dan seberapa jauh mereka harus bekerja, salah satu

contoh seperti, proses pelelangan. Proses pelelangan sering tidak berjalan efektif

karena pegawai yang bertugas untuk menangani hal tersebut selalu pilih kasih

dalam memenangkan tender kolega atau keluarganya.

109

Pada aspek pemberian arahan dari pimpinan kepada bawahan berkaitan

dengan metode atau cara untuk melaksanakan tugas dan penyelesaiannya, justru

mendapatkan penilaian yang paling rendah yaitu tercapai dengan rata-rata total

dan standar deviasi (3.12 + 1.09). Dari nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa

terdapat pegawai yang tidak mendapatkan pengarahan dalam bentuk metode atau

cara-cara penyelesaian pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dari rentang nilai

terendah yang tercapai sebesar 2.03 dan rentang tertinggi sebesar 4.21, dari skor

ideal sebesar 5.00. Pemahaman pimpinan terhadap para pegawai disampaikan

dimaknai sebagai para pegawai yang telah memiliki pengetahuan serta

keterampilan yang cukup, karena mereka memiliki jenjang pendidikan Strata 1,

hal tersebut dijadikan alasan kuat tentang tidak dibutuhkannya metode atau

strategi dalam penyelesaian pekerjaan. Kondisi bahwa pimpinan tidak memiliki

metode khusus yang harus disampaikan kepada para pegawai, menguatkan

pendapat yang disampaikan oleh salah seorang pegawai pada Dinas ini. Kalaupun

pimpinan menyampaikan arahan biasanya dalam bentuk mengingatkan atau

sedikit memberikan motivasi untuk penyelesaikan pekerjaan yang harus sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

Karena secara khusus tidak adanya metode dari pimpinan yang

disampaikan kepada pegawai untuk penyelesaian pekerjaan, hal ini berdampak

pada tidak adanya langkah-langkah yang secara khusus disampaikan pimpinan

sebagai langkah pasti penyelesaian pekerjaan. para pegawai seperti dijelaskan

sebelumnya, dipersilahkan untuk melakukan “improvement” atau “judgment”

untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini pimpinan cukup leluasa

110

memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk melakukan improvisasi atau

penyesuaian, yang penting pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan. Apa yang menjadi perhatian pimpinan terkait dengan tidak

adanya langkah-langkah strategis serta khusus untuk penyelesaian pekerjaan,

justru berdampak pada rendahnya kinerja para pegawai dalam menyelesaikan

tugas-tugasnya. Sebagai bukti bahwa pimpinan tidak memberikan langkah-

langkah khusus untuk membantu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya,

dapat dilihat dari jawaban terendah yang diberikan oleh responden pegawai dari

rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.27 + 1.01). Jawaban terendah adalah

sebesar 2.26 dan jawaban tertinggi adalah 4.28, dari skort ideal 5.00.

Pada aspek pemberian petunjuk teknis serta uraian penyelesaian pekerjaan

yang rinci juga mendapatkan penilaian yang belum maksimal, yaitu berurutan

tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.18 + 1.05) dan (3.15

+ 1.02). Hal ini memberikan gambaran bahwa pimpinan baik pada aspek petunjuk

teknis maupun rincian uraian tugas belum berhasil membuat petunjuk teknis serta

uriaian rinci bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas para

pegawainya. Apa yang terjadi pada kedua aspek tersebut yaitu pengarahan

petunjuk teknis serta uraian rinci dari pimpinan, sejalan dengan apa yang

disampaikan oleh salah seorang pegawai tentang tidak adanya pengarahan tentang

petunjuk teknis serta uraian rinci yang disampaikan oleh pimpinan kepada para

pegawainya.

Apabila melihat rata-rata total serta standar deviasi pada dimensi struktur

tugas yang menjadi tanggung jawab pimpinan kepada bawahannya, hanya tercapai

111

sebesar (3.28 + 1.06). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa struktur tugas

yang menjadi tanggung jawab pimpinan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan

dengan baik. Hal tersebut terjadi pada aspek pengarahan pimpinan kepada

pegawai untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas, penggunaan metode,

langkah-langkah pasti, petunjuk teknis, serta uraian rinci, yang belum berjalan

dengan baik.

4.4.3. Analisis Deskriptif Kekuasaan sebagai Pimpinan

Analisis deskriptif terhadap dimensi kekuasaan sebagai pimpinan adalah

didukung oleh empat indikator. Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran

kuesioner kepada 60 responden pegawai yang bekerja di Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sebagai

berikut:

Tabel 4.11

Dimensi Kekuasaan sebagai Pimpinan

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi

1. Pimpinan memberikan perintah kepada

bawahannya untuk melaksanakan tugasnya

3,63 0,99

2. Pimpinan menjelaskan aturan-aturan dalam

melaksanakan tugas kepada bawahannya

3,70 1,20

3. Pimpinan mendapatkan perhatian dari

bawahannya

3,17 0,89

4. Bawahan menunjukkan ketaatan dalam

melaksanakan tugasnya

3,55 1,17

Jumlah 14,05 4,25

Rata-rata 3,51 1,06

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap gaya kepemimpinan pada dimensi

kekuasaan sebagai pimpinan yang didukung oleh empat indikator, menunjukkan

112

bahwa pada dasarnya pimpinan belum maksimal memiliki kekuasaan dalam

menjalankan tugas kepemimpinannya. Hal ini dapat dilihat pada aspek perintah

melaksanakan tugas, penjelasan aturan, adanya perhatian dari bawahan, serta

ketaatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya, yang pada umumnya belum

mencapai skor idealnya 5.00

Perintah pimpinan kepada pegawai untuk melaksanakan tugas, tidak secara

intensif berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang

tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.63 + 0.99). Jawaban

tersebut menggambarkan tidak intensifnya perintah pimpinan kepada para

pegawai untuk melaksanakan tugas-tugasnya, yang dapat dilihat dari rentang

jawaban terendah yaitu sebesar 2.37. Pimpinan tidak intensif memberikan perintah

kepada para pegawai untuk melaksanakan tugas-tugas kepegawaiannya, karena

para pegawai dianggap sudah memahami dengan baik apa saja yang menjadi tugas

dan kewajibannya. Lebih lagi bahwa pegawai adalah orang yang telah terbiasa

dengan tugas-tugas yang dikerjakannya. Hal lain adalah bahwa intensifnya

perintah yang disampaikan kepada para pegawai menunjukkan ketidakmatangan

para pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (seperti hasil wawancara yang

disampaikan oleh salah seorang pimpinan).

Penjelasan aturan-aturan yang disampaikan pimpinan juga menunjukkan

belum berjalan dengan baik atau belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban responden dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.70 +

1.20). Hasil penilaian responden ini memberikan gambaran bahwa terdapat

sebagian dari pegawai yang belum mendapatkan penjelasan tentang aturan-aturan

113

untuk pelaksanaan tugas-tugas pegawai. Dampak dari belum maksimalnya

penjelasan yang diberikan oleh pimpinan kepada pegawai, maka para pegawaipun

tidak maksimal dalam memberikan perhatian terhadap pimpinannya. Rendahnya

perhatian inipun merupakan akumulasi dari rendahnya hubungan pimpinan

dengan bawahan, pelaksanaan tugas-tugas pimpinan, serta kurangnya perhatian

terhadap para pegawainya. Dampak lain adalah masih belum maksimalnya

ketaatan para pegawai di dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga

berdampak pada masih belum maksimalnya kinerja para pegawainya. Aspek

belum maksimalnya kinerja adalah, masih terdapat banyak pekerjaan yang

penyelesaiannya belum sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Apabila dilihat dari dimensi kekuasaan sebagai pimpinan dalam

melaksanakan tugas kepemimpinannya, juga masih menggambarkan belum

maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek perintah kepada bawahan,

penjelasan aturan-aturan, perhatian bawahan dan ketaatan bawahan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

4.5. Analisis Deskriptif Kinerja Pegawai

Analisis deskriptif terhadap variabel kinerja pegawai yang bekerja pada

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi

Maluku Utara adalah didukung oleh tujuh dimensi. Ketujuh dimensi tersebut

adalah kualitas keja, kuantitas kerja, pengetahuan, kehandalan, inisiatif,

kreativitas, dan kerjasama . Adapun pembahasan setiap dimensi disampaikan

berikut ini.

114

4.5.1. Dimensi Kualitas Kerja

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh jawaban responden atas

dimensi kualitas kerja, sebagai berikut:

Tabel 4.17

Dimensi Kualitas Kerja

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi 1. Pegawai menunjukkan hasil pekerjaan yang

rapih 3,65 0,84

2. Hasil pekerjaan sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan 3,70 0,96

3. Pegawai menunjukkan kecakapan dalam

menyelesaikan pekerjaannya 3,87 1,07

Jumlah 11,22 2,87

Rata-rata 3,74 0,96

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

kualitas kerja yang didukung oleh tiga indikator menunjukkan tingkat kualitas

kerja pegawai mencapai kriteria baik tapi belum maksimal. Artinya, karena skor

masing-masing item dari dimensi ini belum mencapai skor idealnya yaitu 5.00,

sementara rata-rata totalnya hanya mencapai 3,74 dengan standar deviasi 0,96.

Kualitas kerja yang ditunjukkan oleh para pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, ditunjang

oleh kualitas kerapihan, kesesuaian dengan waktu yang telah ditentukan, serta

kecakapan dalam menyelesaikan pekerjaan, dapat dikatakan belum sepenuhnya

membaik.

115

Pada aspek kualitas hasil pekerjaan menggambarkan hasil pekerjaan yang

cukup memenuhi ketentuan yang berlaku pada dinas ini. cukup maksimalnya hasil

pekerjaan karena ditunjang oleh persiapan serta evaluasi yang telah dilakukan

untuk pekerjaan yang sama, karena pada umumnya para pegawai banyak

melakukan pekerjaan yang berulang. Kerapihan hasil pekerjaan merupakan bagian

dari kualitas hasil pekerjaan, yang juga menunjukkan kerapihan yang baik.

Kerapihan hasil pekerjaan, memiliki indikator-indikator atau acuan yang menjadi

ketetapan di dalam menetapkan hasil pekerjaan yang rapih. Hal ini akan berkaitan

dengan waktu yang dimiliki oleh setiap pegawai, karena kalau pegawai memiliki

cukup waktu, maka memiliki peluang untuk bisa menghasilkan pekerjaan yang

baik dan rapih.

Pada aspek kesesuaian antara waktu yang telah ditetapkan dengan hasil

pekerjaan, juga menggambarkan cukup sesuai, artinya waktu yang telah

ditetapkan untuk mengerjakan pekerjaan dengan volume tertentu telah cukup

sesuai. Ketetapan waktu yang disediakan oleh dinas berdasarkan ketetapan waktu

yang telah berlangsung sebelumnya, artinya didasarkan pada pengalaman

sebelumnya. Hal inipun mendapatkan dukungan dari kecakapan para pegawai

untuk menyelesaikan pekerjaannya. Para pegawai telah memiliki kecakapan yang

cukup baik, berkaitan dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan, disamping

karena berlatarbelakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan, juga

karena adanya training yang diberikan oleh organisasi.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kualitas pekerjaan dari para

pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten

116

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, telah cukup sesuai dengan yang

diharapkan. Hal tersebut dapat dilihat pada aspek kualitas pekerjaan, kerapihan,

kesesuaian dengan waktu yang telah ditentukan, maupun pada aspek kecakapan

para pegawainya.

4.5.2. Dimensi Kuantitas Kerja

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai, maka dapat diperoleh jawaban tentang kuantitas kerja yang

ditunjukkan para pegawai tersebut. Hasil perhitungan atas jawaban responden

tersebut disampaikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12

Dimensi Kuantitas Kerja

No. Indikator Mean Standar

Deviasi

1. Setiap pegawai dapat menyelesaikan tugasnya 3,80 0,97

2. Setiap pegawai menghasilkan pekerjaan sesuai

waktu yang telah ditentukan 3,70 0,83

Jumlah 3,80 0,97

Rata-rata 3,80 0,97

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

kuantitas kerja yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat kuantitas

kerja juga termasuk dalam kategori baik, tapi belum maksimal. Hal ini dapat

dilihat dari penyelesaian tugas yang dilakukan oleh setiap pegawai yang mencapai

rata-rata total dan standar deviasi (3.80 + 0.97). Hal ini menggambarkan bahwa

pegawai pada umumnya sudah menunjukkan hasil pekerjaannya sesuai dengan

jumlah tugas-tugas yang telah ditetapkan. Penilaian responden berkaitan dengan

hal tersebut adalah ada diantara rentang nilai terendah 2.83 dan nilai tertinggi

sebesar 4.77, yang menunjukkan bahwa terdapat sebagian dari para pegawai

117

belum bisa menghasilkan pekerjaannya sesuai dengan jumlah yang telah

ditentukan, kalaupun terdapat sebagian dari mereka yang telah berhasil

menuntaskan tugas-tugasnya dengan baik.

Pada aspek kesesuaian antara waktu yang telah ditetapkan dengan

penyelesaian tugas-tugas pekerjaanya, juga hanya tercapai dengan rata-rata total

dan standar deviasi sebesar (3.70 + 0.83). artinya bahwa sebagian besar para

pegawai hanya sebatas cukup pandai di dalam memanfaatkan waktu yang tersedia

dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sementara apabila melihat rentang nilai

terendah diperoleh sebesar 2.87, yang berarti bahwa terdapat sebagian dari para

pegawai belum dapat memanfaatkan waktu untuk penyelesaian tugasnya, artinya

bahwa waktu yang disediakan tidak cukup untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas

pekerjannya.

Dari indikator pendukung dimensi kuantitas kerja, dapat disimpulkan

secara keseluruhan bahwa kuantitas kerja hanya tercapai dengan rata-rata total dan

standar deviasi sebesar (3.80 + 0.97). Nilai ini menggambarkan bahwa secara

keseluruhan para pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, baru cukup dapat

memanfaatkan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan serta cukup

mencapai jumlah tugas yang telah ditentukan di dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Hal ini menguatkan pendapat yang disampaikan oleh salah seorang pegawai yang

dituakan pada dinas ini, bahwa pada umumnya pegawai menyelesaikan

pekerjaannya apabila sudah diminta oleh pimpinan (hasil wawancara).

118

4.5.3. Dimensi Pengetahuan

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh jawaban responden atas

dimensi pengetahuan, sebagai berikut.

Tabel 4.18

Dimensi Pengetahuan

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi 1. Pegawai memiliki pengetahuan, untuk

mempersiapkan pekerjaanya 4,05 1,05

2. Pegawai memiliki pengetahuan, bagaimana

melaksanakan pekerjaan 4,03 1,06

Jumlah 8,08 2,11

Rata-rata 4,04 1,05

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

pengetahuan kerja yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat

pengetahuan kerja pegawai sudah mencapai kriteria baik atau sudah maksimal.

Baiknya hasil pekerjaan pada aspek kualitas tidak lepas dari pengetahuan

yang dimiliki oleh para pegawainya. Pada aspek pengetahuan ini dapat

disampaikan bahwa keseluruhan pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, telah

memiliki pengatahuan yang baik, sehingga dapat menunjang pekerjaannya.

Pengetahuan para pegawai dilihat dari dua aspek yaitu pengetahuan untuk

mempersiapkan pekerjaan serta pengetahuan untuk melaksanakan pekerjaan.

Keduanya saling berkaitan, artinya keberhasilan para pegawai untuk dapat

melaksanakan pekerjaan dengan baik, karena ditunjang oleh persiapan yang baik,

119

sehingga persiapan yang tidak maksimal akan berdampak pada hasil pekerjaan

yang juga tidak akan maksimal.

4.5.4. Dimensi Kehandalan

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten

Halmahera Barat, diperoleh jawaban responden terhadap dimensi kehandalan,

disempaikan berikut ini.

Tabel 4.15

Dimensi Kehandalan

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi 1. Pegawai menunjukkan kemampuan

maksimal dalam melaksanakan pekerjaanya 4,03 1,01

2. Hasil pekerjaan dapat diandalkan 3,82 0,98

Jumlah 7,85 1,99

Rata-rata 3,93 1,00

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

kehandalan yang didukung oleh dua indikator menunjukkan bahwa tingkat

kehandalan dari hasil kerja para pegawai sudah baik tapi belum maksimal. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penilaian responden yang mencapai rata-rata total dan

standar deviasi sebesar (3.93 + 1.00).

Untuk masing-masing indikator pendukung dimensi tersebut adalah pada

aspek kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaannya tercapai sebesar

(4.03 + 1.01). Hasil penilaian ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya

para pegawai telah memiliki kemampuan yang baik untuk melaksanakan tugas-

120

tugas pekerjaanya, kalaupun terdapat sebagian dari para pegawai yang memiliki

kriteria cukup dalam kemampuannya.

Pada aspek kehandalan dari hasil pekerjaan, telah menunjukkan kesesuaian

antara kemampun yang dimiliki oleh para pegawai dengan hasil pekerjaannya.

Karena dari perhitungan sebagai bentuk penilaian responden, hanya tercapai

dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.82 + 0.98), yang

menggambarkan bahwa hasil pekerjaan belum maksimal. Dari data dan penjelasan

di atas dapat disampaikan bahwa para pegawai telah memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan tugas pekerjaannya, namun aspek motivasi atau kemauan untuk

dapat menghasilkan pekerjaan maksimal, tidak dimilikinya. Dampaknya adalah

bahwa hasil pekerjaan belum dapat diandalkan, atau tidak sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki para pegawainya.

4.5.5. Dimensi Inisiatif

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai, maka dapat diperoleh jawaban responden terhadap inisiatif

para pegawai dalam menyelesaikan pekerjaanya, seperti disampaikan pada tabel

di bawah ini.

121

Tabel 4.13

Dimensi Inisiatif

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi

1. Setiap pegawai melakukan evaluasi

terhadap hasil pekerjaannya 4,02 1,10

2. Setiap pegawai melaksanakan tindak

lanjut dari hasil evaluasi hasil pekerjaan 4,00 1,13

Jumlah 8,02 2,23

Rata-rata 4,01 1,12

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

inisiatif yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat inisiatif pegawai

dalam bekerja sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden

pegawai yang tercapai dengan rata-rata total dan standar deviasi sebesar (4.02 +

1.10), yang menggambarkan bahwa para pegawai pada umumnya telah dapat

melakukan evaluasi hasil pekerjaannya dengan baik. Para pegawai ini sudah

terbiasa melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang menjadi tugasnya,

karena dituntut oleh atasan mereka untuk melakukan hal tersebut. Evaluasi

terhadap hasil pekerjaan dimaksudkan untuk mempersiapkan pekerjaan ke

depannya, juga untuk meminimalisir permasalahan yang dihadapi di dalam

menyelesaikan tugas-tugas ke depannya. Namun apabila melihat rentang nilai

terendah dari hasil penilaian responden tersebut, diperoleh angka sebesar 2.92,

artinya bahwa masih terdapat sebagian dari seluruh pegawai pada dinas ini yang

belum maksimal dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaannya.

Pada aspek tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pekerjaan, diperoleh nilai

rata-rata total dan standar deviasi sebesar (4.00 + 1.13), yang menggambarkan

bahwa pada umumnya pegawai telah melaksanakan tindak lanjut dari evaluasi

122

hasil pekerjaan. Tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pekerjaan merupakan hal

yang penting yang harus dilakukan, seperti disampaikan oleh salah seorang

pegawai pada dinas ini (hasil wawancara).

Secara keseluruhan pada dimensi inisiatif pegawai pada Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, bahwa para pegawai telah

memiliki inisiatif yang sangat baik. Hal yang ditunjukkan adalah pada aspek

pelaksanaan evaluasi hasil pekerjaan serta tindak lanjut dari hasil evaluasi

pekerjaan.

4.5.6. Dimensi Kreativitas

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten

Halmahera Barat, diperoleh jawaban responden terhadap dimensi kreativitas yang

didukung oleh dua indikator, sebagai berikut:

Tabel 4.14

Dimensi Kreativitas

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi 1. Pegawai berkreasi dalam persiapan pekerjaan 3,85 1,01

2. Pegawai memanfaatkan IPTEK dalam

menyelesaikan pekerjaannya 3,68 0,87

Jumlah 7,53 1,88

Rata-rata 3,77 0,94

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

kreativitas yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat kreativitas

kerja pegawai telah mencapai kriteria baik tapi belum maksimal. Hal ini dapat

123

dilihat dari hasil penilaian responden baik pada aspek kreativitas masa persiapan

maupun pemanfaatan IPTEK dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Kreativitas yang dimiliki pegawai dalam masa persiapan pekerjaan adalah

tercapai dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.85 + 1.01). ini

menggambarkan bahwa kreativitas pegawai untuk mempersiapkan pekerjaannya,

sudah termasuk kategori baik tapi belum maksimal. Melalui nilai tersebut juga

dapat disampaikan bahwa rentang nilai terendah adalah sebesar (3.85 – 1.01) =

2.84, artinya terdapat sebagian dari pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, yang

belum atau tidak memiliki kreativitas yang baik untuk melakukan persiapan dalam

menyelesaikan pekerjaanya. Namun melalui nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa

terdapat rentang nilai tertinggi sebesar 4.86, yang menggambarkan bahwa

sebagian pegawai telah memiliki kesiapan yang baik untuk menyelesaikan

pekerjaannya.

Pada aspek kreativitas pegawai di dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) untuk menyelesaikan pekerjaannya, justru lebih kecil

dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada persiapan yang harus dilakukan

pegawai, yaitu hanya tercapai dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi

sebesar (3.68 + 0.87). Nilai ini memberikan gambaran bahwa para pegawai belum

sepenuhnya menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam penyelesaian

tugas pekerjaannya. Hal ini bisa disebabkan karena para pegawai kurang

memahami penggunaan teknologi, atau karena tidak ingin melibatkan unsur

teknologi ke dalam penyelesaian pekerjaannya. Melalui nilai tersebut juga dapat

124

disampaikan bahwa terdapat sebagian pegawai yang tidak mau menggunakan

teknologi. Hal ini dilihat dari rentang nilai terendah sebesar 2.81.

Secara keseluruhan pada dimensi kreativitas dapat disampaikan bahwa

para pegawai baru memiliki kecukupan dalam kreativitasnya baik dalam masa

persiapan maupun di dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan

oleh salah seorang pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan bahwa

pada umumnya pegawai kurang memahami teknologi dalam penyelesaian tugas-

tugas pekerjaanya (hasil wawancara).

4.5.7. Dimensi Kerjasama

Berdasarkan pengolahan data melalui penyebaran kuesioner kepada 60

responden pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten

Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, diperoleh jawaban responden atas

dimensi kerjasama, sebagai berikut.

Tabel 4.16

Dimensi Kerjasama

No. Indikator Mean

Standar

Deviasi

1. Pegawai menunjukkan kerjasama yang

harmonis 3,98 1,07

2. Pegawai menunjukkan kerjasama dalam

menjalankan tugas bersama 3,92 1,06

Jumlah 7,90 2,13

Rata-rata 3,95 1,06

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistika Tahun 2013

Hasil olah data statistika terhadap variabel kinerja pegawai pada dimensi

kerjasama yang didukung oleh dua indikator menunjukkan tingkat kerjasama telah

mencapai kriteria baik tapi juga belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil

125

penilaian responden baik secara total dimensi maupun untuk masing-masing

indikator pendukungnya.

Pada aspek kerjasama antara pegawai diperoleh nilai rata-rata total dan

standar deviasi sebesar (3.98 + 1.07), yang menggambarkan bahwa kerjasama

diantara pegawai cukup harmonis. Harmonisasi hubungan yang cukup tersebut,

adalah karena masing-masing pegawai cukup bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya, disamping adanya kesamaan pandangan terhadap upaya untuk

membantu pegawai yang lain yang membutuhkan bantuan. Pada aspek yang lain

adalah bahwa kerjasama juga terbangun dengan cukup baik, ketika para pegawai

dihadapkan harus mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan bersama, yang tercapai

dengan nilai rata-rata total dan standar deviasi sebesar (3.92 + 1.06). Hasil

penilaian ini menggambarkan bahwa adanya kebersamaan yang dibangun oleh

keinginan bersama untuk dapat menyelesaikan pekerjaan secara besama-sama,

sehingga hasil pekerjaan dapat menggambarkan hasil pekerjaan kelompok, bukan

lagi mengatasnamakan perorangan.

Kondisi kerjasama dan kebersamaan diantara para pegawai pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi

Maluku Utara, menguatkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa orang

pegawai yang menyatakan bahwa di lingkungan dinas ini, telah cukup baik

kerjasama dan kebersamaannya (hasil wawancara dengan beberapa orang

pegawai).

126

4.6. Analisis Statistika Variabel Penelitian

Analisis statistika terhadap pengaruh variabel gaya kepemimpinan yang

didukung oleh dimensi hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan

kekuasaan sebagai pimpinan terhadap kinerja pegawai, disampaikan berikut ini.

4.6.1. Analisis Korelasional Antar Variabel Penelitian

Analisis korelasional dan pembahasan terhadap masing-masing variabel

penelitian adalah didasarkan pada hubungan masing-masing variabel baik yang

bersifat sirkular maupun hubungan variabel yang bersifat linier. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui atau melakukan pengujian terhadap masing-masing variabel

yang yang diteliti.

Hasil analisis korelasional antara ketiga variabel gaya kepemimpinan

terhadap variabel kinerja, ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.19

Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Correlations

X1 X2 X3 Y

X1 Pearson Correlation 1 .866** .783

** .774

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

X2 Pearson Correlation .866** 1 .842

** .795

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

X3 Pearson Correlation .783** .842

** 1 .756

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

Y Pearson Correlation .774** .795

** .756

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

127

Penjelasan tentang hasil analisis korelasi Pearson Product Moment seperti

ditampilkan pada tabel di atas dapat disampaikan bahwa koefisien korelasi untuk

masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: (1) dimensi hubungan pimpinan

kepada bawahan dengan struktur tugas sebesar 0.866; (2) dimensi hubungan

pimpinan kepada bawahan dengan kekuasaan sebagai pimpinan sebesar 0.783; (3)

dimensi hubungan pimpinan kepada bawahan dengan kinerja pegawai sebesar

0.774; (4) dimensi struktur tugas dengan kekuasaan sebagai pimpinan sebesar

0.842; (5) dimensi struktur tugas dengan kinerja pegawai sebesar 0.795; dan (6)

dimensi kekuasaan sebagai pimpinan dengan kinerja pegawai sebesar 0.756. Hasil

analisis korelasional tersebut memberikan gambaran tingkat hubungan yang

positif dan signifikan, dengan penguatan hasil perhitungan P-Value untuk semua

dimensi 0.000.

4.6.2. Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja

Untuk mencari besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan (dalam

dukungan dimensi hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas, dan

kekuasaan sebagai pemimpin) terhadap variabel kinerja pegawai yaitu digunakan

konsep perhitungan analisis jalur atau path analysis. Hal ini dilakukan karena

analisis perhitungan menggunakan model struktur.

Adapun tahapan proses atau langkah-langkah yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

128

PATH ANALYSIS

1. Menetapkan Paradigma Struktur

PARADIGMA STRUKTUR

PERSAMAAN : yyxyxyxY 332211

X1 = Hubungan Pimpinan dengan Bawahan

X2 = Struktur Tugas

X3 = Kekuasaan sebagai Pimpinan

Y = Kinerja Pegawai

2.

Menentukan Matriks Korelasi

Menentukan matriks korelasi dari masing-masing variabel penelitian

merupakan langkah pertama di dalam proses perhitungan dengan

menggunakan Analisis Jalur atau Path Analysis. Proses penghitungan

terhadap semua variabel penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan

Program SPSS versi 16.0, melalui Analisis Korelasi Pearson Product

Moment, dengan alasan bahwa skala ukur dalam data penelitian berskala ukur

sekurang-kurangnya interval atau data yang berskala ukur ordinal dinaikan

menjadi data yang berskala ukur interval melalui program Method of

Succesisve Interval (MSI). Adapun hasil analisis korelasi tersebut, adalah

ditampilkan pada tabel di bawah ini.

129

Tabel 4.20

MATRIKS KORELASI

X1 X2 X3 Y

X1 1 0.866 0.783 0.774

X2 0.866 1 0.842 0.795

X3 0.783 0.842 1 0.756

Y 0.774 0.795 0.756 1

Sumber: Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment

3. Mengeluarkan Matriks Korelasi

Langkah kedua di dalam proses perhitungan untuk menetapkan besarnya

pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja pegawai, adalah

dengan mengeluarkan hasil analisis korelasi di antara variabel gaya

kepemimpinan, adalah sebagai berikut.

Tabel 4.21

MATRIKS KORELASI VARIABEL

GAYA KEPEMIMPINAN

X1 X2 X3

X1 1 0.866 0.783

X2 0.866 1 0.842

X3 0.783 0.842 1

Sumber: Hasil Analisis Korelasi Product Moment

4. Menentukan Matriks Inversi

Menentukan matriks inversi, merupakan tahap ketiga di dalam

menentukan besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap variabel

kinerja pegawai. Di dalam menetapkan perhitungan terhadap matriks inversi

tersebut, adalah dengan menggunakan Program Excell. Adapun hasil perhitungan

tersebut adalah ditampilkan pada tabel di bawah ini.

130

Tabel 4.22

MATRIKS INVERSI

X1 X2 X3

X1 4.165 -2.958 -0.770

X2 -2.958 5.537 -2.346

X3 -0.770 -2.346 3.578

Sumber: Hasil Perhitungan Matriks Inversi

5. Menghitung Koefisien Jalur

Menghitung Koefisien Jalur (atau path coefficient), dilakukan terhadap

masing-masing jalur yang menghubungkan pengaruh variabel gaya

kepemimpinan terhadap variabel kinerja pegawai, yaitu pada pengaruh X1

terhadap Y (Pyx1); pada pengaruh X2 terhadap Y (Pyx2); pada pengaruh X3

terhadap Y (Pyx3); dan pengaruh variabel Epsilon terhadap Y (PyE). Adapun

di dalam proses perhitungannya adalah dengan menggunakan Program

Excell, dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

1) Hasil perhitungan Koefisien Jalur Pyx1 adalah 0.290

2) Hasil Perhitungan Koefisien Jalur Pyx2 adalah 0.339

3) Hasil Perhitungan Koefisien Jalur Pyx3 adalah 0.244

4) Hasil Perhitungan Koefisien Jalur PyE adalah 0.568

6. Menghitung 321 ,,Y2

R , KD total X1, X2, X3 terhadap Y

Hasil perhitungan Koefisien Determinasi terhadap seluruh variabel yang

diteliti adalah dengan menggunakan Program Excell, dengan hasil yang

diperoleh sebesar 0.67792, (Jadi KD = 0.67792).

131

7. Menghitung Pengaruh Variabel Lainnya (PyE)

Menghitung pengaruh variabel yang lain atau variabel Epsilon, di dalam

penelitian ini juga dengan menggunakan Program Excell. Adapun hasil

perhitungannya sebesar 0.568 atau (PyE = 0.568).

8. Menguji Koefisien Jalur Secara Parsial

Pengujian terhadap masing-masing koefisien jalur adalah dengan

menggunakan rumus t-hitung, di dalam proses penghitungannya menggunakan

Program Excell, dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.23

Hasil t-hitung masing-masing Jalur

No. Pengaruh KD t -

hitung t -tabel Kesimpulan

1. X1 ke Y 22.41 % 1.871 1.665 Signifikan

2. X2 ke Y 26.93 % 1.898 1.665 Signifikan

3. X3 ke Y 18.45 % 1.701 1.665 Signifikan

(df = 56) (alpha = 0.05)

Hasil Olah Data Statistika Uji Hipotesis tahun 2013

Hasil perhitungan seperti ditampilkan pada tabel di atas memberikan

gambaran bahwa masing-masing dimensi melalui uji t (t-hitung) hasilnya di atas t-

tabel. hal ini memberikan gambaran bahwa hipotesis penelitian melalui H0 ditolak

atau H1 diterima, yang berarti bahwa masing-masing dimensi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap variabel kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.

Sementara untuk mempermudah proses penghitungan, di bawah ini

dibuatkan matriks hasil perhitungan untuk (1) Koefisien Jalur; (2) Koefisien

132

Determinasi; dan (3) Menguji Koefisien Jalur secara Parsial atau melakukan

pengujian dengan menggunakan t-Hitung, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.24

TABEL HASIL ANALISIS

Koefisien Path Koef. Det. t - hitung t – tabel Kesimpulan

Pyx1 = 0.290

0,677925

1.871 1.665 Signifikan

Pyx2 = 0.339 1.898 1.665 Signifikan

Pyx3 = 0.244 1.701 1.665 Signifikan

PyE = 0.568 (df = 56) (alpha = 0.05)

Hasil Uji Statistik ini Menunjukkan Tidak Ada Trimming Theory

Mengacu pada tabel hasil analisis terhadap koefisien path, koefisien

determinasi, dan t - hitung, bahwa hasil analisis dari ketiga variabel gaya

kepemimpinan, yaitu variabel (1) hubungan pemimpin dengan bawahan; (2)

struktur tugas; dan (3) kekuaaan sebagai pemimpin terhadap variabel kinerja

pegawai, dengan degrees of freedom (df) sebesar 56 dan alpha 0.05 atau lima

persen, termasuk ke dalam kategori positif dan signifikan. Tingkat signifikansi

dapat dilihat dari hasil t – hitung dari ketiga variabel gaya kepemimpinan lebih

besar dari pada t – tabel.

Hasil analisis melalui tahapan proses perhitungan dengan menggunakan

Path Analysis, adalah ditampilkan dalam paradigma hasil penelitian, di bawah ini.

Paradigma hasil penelitian ini, disamping sebagai acuan di dalam penghitungan

atau untuk menentukan besarnya pengaruh dari masing-masing variabel gaya

kepemimpinan terhadap variabel kinerja, juga sebagai model struktur. Adapun

gambar dan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

133

PARADIGMA HASIL PENELITIAN

Gambar hasil penelitian di atas menunjukkan hasil analisis koefisien path,

yaitu (1) Pyx1 = 0.290; (2) Pyx2 = 0.339; dan (3) Pyx3 = 0.244, serta hasil analisis

koefisien korelasi diantara variabel gaya kepemimpinan, yaitu (1) hubungan X1

dengan X2 = 0.866; (2) hubungan X2 dengan X3 = 0.842; dan (3) hubungan X1

dengan X3 = 0.783.

Sementara hasil perhitungan dari masing-masing variabel gaya

kepemimpinan terhadap variabel kinerja, adalah sebagai berikut.

9. Menghitung Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpnan terhadap Variabel

Kinerja

Proses perhitungan pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap

variabel kinerja adalah sebagai berikut:

P = 0.290

P = 0.339

P = 0.244

P = 0.568

r = 0.842

r = 0.783

r = 0.866

X1

X2

X3

Y

Є

Gambar 4.1. Hasil Penelitian

R2 = 06788 = 67.788 %

134

a. Pengaruh hubungan pimpinan dengan bawahan (X1) terhadap kinerja

pegawai (Y)

a.1. Pengaruh Langsung

= 21yx

= (0.290)2

x 100

= 8.382 %

a.2. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2

= 2211 yxxrxyx

= 0.290 x 0.866 x 0.339 x 100

= 8.492 %

a.3. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3

= 3311 yxxrxyx

= 0.290 x 0.783 x 0.244 x 100

= 5.532 %

a.4. Pengaruh X1 terhadap Y secara Total

= a1 + a2 + a3

= 8.382 + 8.492 + 5.532

= 22.409 %

Jadi pengaruh hubungan pimpinan dengan bawahan (X1) terhadap kinerja

pegawai (Y) adalah 22.409 %

b. Pengaruh struktur tugas (X2) terhadap kinerja pegawai (Y)

135

b.1. Pengaruh Langsung

= 22yx

= (0.339)2

x 100

= 11.478 %

b.2. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1

= 1212 yxxrxyx

= 0.339 x 0.866 x 0.290 x 100

= 8.494 %

b.3. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3

= 3322 yxxrxyx

= 0.339 x 0.842 x 0.244 x 100

= 6.962 %

b.4. Pengaruh X2 terhadap Y secara Total

= b1 + b2 + b3

= 11.478 + 8.494 + 6.962

= 26.934 %

Jadi besarnya pengaruh struktur tugas (X2) terhadap kinerja pegawai (Y)

adalah 26.934 %

c. Pengaruh kuasa sebagai pemimpin (X3) terhadap kinerja pegawai (Y)

c.1. Pengaruh Langsung

= 23yx

= (0.244)2

x 100

136

= 5.956 %

c.2. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2

= 2323 yxxrxyx

= 0.244 x 0.842 x 0.339 x 100

= 6.962 %

c.3. Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1

= 1313 yxxrxyx

= 0.244 x 0.783 x 0.290 x 100

= 5.532 %

c.4. Pengaruh X3 terhadap Y secara Total

= c1 + c2 + c3

= 5.956 + 6.962 + 5.532

= 18.4497 %

Jadi besarnya pengaruh kuasa sebagai pemimpin (X3) terhadap kinerja pegawai

(Y) adalah 18.4497%.

d. Pengaruh X1, X2, dan X3 secara bersama-sama terhadap Y

Pengaruh total X1, X2 dan X3 secara bersama-sama terhadap Y adalah

Pengaruh total X1 terhadap Y + pengaruh total X2 terhadap Y + pengaruh

total X3 terhadap Y, yaitu:

= 22.409 % + 26.9336 % + 18.4497 %

= 67.792 %

137

Jadi besarnya pengaruh gaya kepemimpinan dalam dukungan tiga dimensi

secara simultan terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara adalah 67.792

%.

Untuk mempermudah pembacaan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.25

Hasil Perhitungan Variabel Eksogenus Terhadap Variabel Endogenus

No PENGARUH ANTAR VARIABEL NILAI ( % ) RANK

1

PENGARUH X1 TERHADAP Y

1) Pengaruh Langsung 0.08382 8.382

2

2) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2 0.08494 8.494

3) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3 0.05532 5.532

PENGARUH TOTAL X1 TERHADAP Y 0.22409 22.409

2

PENGARUH X2 TERHADAP Y NILAI ( % )

1

1) Pengaruh Langsung 0.11478 11.478

2) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1 0.08494 8.494

3) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X3 0.06962 6.962

PENGARUH TOTAL X2 TERHADAP Y 0.26962 26.962

3

PENGARUH X3 TERHADAP Y NILAI ( % )

3

1) Pengaruh Langsung 0.05956 5.956

2) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2 0.06962 6.962

3) Pengaruh Tidak Langsung Melalui X1 0.05532 5.532

PENGARUH TOTAL X3 TERHADAP Y 0.1845 18.4497

4 PENGARUH BERSAMA X1 X2 X3

TERHADAP Y 0.67792 67.792

5 PENGARUH FAKTOR LAIN TERHADAP Y 0.322075 32.2075

Hasil Olah Data Statistika Uji Hipotesis Variabel Penelitian 2013

138

Berdasarkan hasil olah data statistik pada tabel 4.25 dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Gaya kepemimpinan pada dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan di

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera

Barat, Provinsi Maluku Utara, mendapatkan penilaian dengan rata-rata total

dan standar deviasi sebesar (3.45 + 1.05), yang termasuk kedalam kategori

baik tapi belum maksimal.

2. Gaya kepemimpinan pada aspek struktur tugas pimpinan di lingkungan

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat,

Provinsi Maluku Utara mendapatkan penilaian dengan rata-rata total dan

standar deviasi (3.28 + 1.06), yang termasuk kedalam kategori baik tapi

belum maksimal.

3. Gaya kepemimpinan pada aspek kekuasaan sebagai pimpinan di lingkungan

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat,

Provinsi Maluku Utara mendapatkan penilaian dengan rata-rata total dan

standar deviasi (3.51 + 1.06), yang termasuk kedalam kategori baik tapi

belum maksimal.

4. Kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara mendapatkan penilaian

dengan rata-rata total dan standar deviasi (3.86 + 0.99), yang termasuk

kedalam kategori baik tapi belum maksimal.

Keempat hasil kesimpulan statistika tersebut mengacu pada tabel penilaian

kategori seperti ditampilkan pada tabel di bawah ini.

139

Tabel 4.26

Acuan Penilaian

No. Rentang Nilai Kategori

1. 0.0 – 1.0 : Sangat Tidak Baik

2. 1.1 – 2.0 : Tidak Baik

3. 2.1 – 3.0 : Cukup Baik

4. 3.1 – 4.0 : Baik

5. 4.1 – 5.0 : Sangat Baik

Sumber: Hasil Penyesuaian Penilaian Kategori

5. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan pada aspek hubungan

pimpinan dengan bawahan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara

adalah sebesar 22.41 %, yang termasuk kedalam kategori lemah.

6. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan pada aspek struktur tugas

terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 26.93

%, yang termasuk kedalam kategori lemah.

7. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan pada aspek kekuasaan

sebagai pimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara adalah

sebesar 18.45 %, yang termasuk kedalam kategori lemah.

8. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan dalam dukungan tiga

dimensi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi

Maluku Utara adalah sebesar 67.788 %, yang termasuk kedalam kategori

kuat.

140

9. Besarnya pengaruh variabel epsilon terhadap kinerja pegawai adalah sebesar

32.2075 %, yang termasuk kedalam kategori lemah.

Penetapan kategori hasil penelitian terhadap besarnya pengaruh variabel

gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja, adalah ditampilkan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.27

Acuan Penetapan Kategori

No. Rentang Nilai Kategori

1. 00 – 20 : Sangat Lemah

2. 21 – 40 : Lemah

3. 41 – 60 : Cukup Kuat

4. 61 – 80 : Kuat

5. 81 – 100 : Sangat Kuat

Sumber: Hasil Penyesuaian Penilaian Kategori

4.7. Pembahasan Hasil Penelitian

Gaya kepemimpinan pada dimensi hubungan pimpinan dengan bawahan di

lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera

Barat, Provinsi Maluku Utara, baru mencapai kategori cukup kuat. Aspek-aspek

yang dapat dilihat adalah di dalam menjaga hubungan kerja dengan bawahan

adalah pada aspek komunikasi, hubungan kerja, kepercayaan, serta kehandalan

untuk menyelesaikan permasalahan. Komunikasi yang terbangun belum

sepenuhnya berjalan dengan baik, sehingga berdampak pada hubungan kerja yang

kurang maksimal, akhirnya kepercayaan para pegawai pun tidak berjalan dengan

baik. Dampak utamanya adalah kehandalan dalam menyelesaikan pekerjaan atau

tugas-tugasnya pun relatif terganggu. Berkaitan dengan komunikasi antara

pimpinan dengan pegawai, Susilo Martoyo 2000:180) menyampaikan bahwa dua

141

dari delapan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin adalah (1)

mengkomunikasikan pada para karyawan tentang apa yang diharapkan dari

mereka; serta (2) menunjukkan perhatian kepada para karyawan. Sangat jelas

bahwa hubungan baik harus tetap terjaga antara pimpinan dengan bawahan.

Dalam bahasa sederhana, (Martoyo, 2000:180) mengatakan bahwa hal yang

paling penting dalam tanggung jawab pimpinan adalah memadukan seluruh

kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut seharmonis mungkin,

sehingga tercapainya tujuan organisasi tersebut efektif dan efisien.

Hubungan baik antara pimpinan dengan bawahan merupakan syarat

mutlak yang harus tumbuh dalam sebuah organisasi, karena hal ini akan

berdampak pada kinerja para pegawainya. Apa yang disampaikan Martoyo

(2000:180) menguatkan pendapat yang disampaikan oleh Sutarto, (2006:87)

bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan dapat memberikan

motivasi kepada bawahan, yang berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai

yang dipimpinnya. Keterkaitannya dengan hubungan antara pimpinan dengan

bawahan, adalah melalui hubungan baik ini pimpinan dapat memberikan pengaruh

dan motivasinya kepada para pegawainya.

Sementara pada dimensi pimpinan dalam memberikan perintah kepada

pegawainya, sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Farland dalam

(Danim, 2004:55) bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan

dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses

mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Ketika perintah atau pengaruh tidak berjalan dengan baik sesuai

142

dengan hasil jawaban responden, maka akan berdampak pada rendahnya kinerja

para pegawainya, inilah yang juga terjadi pada Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.

Analisis gaya kepemimpinan Fiedler. Hubungan pimpinan dengan

bawahan yang tergambar dari rendahnya kerjasama antara pimpinan dengan

bawahan, mengindikasikan pimpinan belum sepenuhnya bisa diterima oleh

anggota kelompoknya. Apabila mengacu pada tempat penelitian, yang dimaksud

dengan anggota kelompok tersebut adalah para pegawai di lingkungan Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kabupaten Halmahera Barat, yang diwakili

oleh responden penelitian. Keberadaan pimpinan Kepala Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, belum sepenuhnya diterima oleh

pegawainya, ternyata berakibat pada efektivitas kepemimpinannya, serta

rendahnya produktivitas kerja pegawai. Rendahnya produktivitas kerja pegawai

sebagai cerminan dari rendahnya kinerja pegawai. Hal lain adalah bahwa kondisi

seperti dijelaskan di atas, sebagai bentuk dari kepemimpinan yang lemah, yang

tergambar dari ketidakmampuan pimpinan untuk merangsang para pegawai ke

dalam suasana kerja yang kondusif dan hasil kerja yang produktif.

Belum maksimalnya hubungan pimpinan dengan bawahan, erat kaitannya

dengan struktur tugas pimpinan yang tidak berjalan dengan efektif. Gaya

kepemimpinan yang didasarkan pada struktur tugas adalah pimpinan yang dituntut

dapat berperan maksimal terhadap berjalannya tugas rutin maupun tugas yang

sifatnya insidental. Fiedler (Robbins:2006) menegaskan bahwa salah satu dari tiga

ciri gaya kepemimpinan efektif adalah gaya kepemimpinan yang didasarkan pada

143

struktur tugas, yaitu “dalam situasi kerja apakah tugas-tugas telah disusun ke

dalam bentuk yang terpola atau belum”. Maksudnya adalah bahwa tugas-tugas

akan berkaitan dengan dengan tugas rutin seperti penyelesaian tugas laporan

harian, mingguan, bahkan bulanan, baik pada aspek cara atau petunjuk teknis,

proses penyelesaian, maupun pada uraian pelaksanaan pekerjaan, semestinya

pimpinan tidak perlu “ikut campur”, karena pegawai telah terbiasa dengan tugas-

tugas tersebut, serta adanya standar tugas yang jelas untuk penyelesaian tugas

rutin. Sementara di luar tugas rutin bisa dalam bentuk tugas insidental atau tugas

yang memiliki tingkat kerumitan tertentu, dalam kondisi seperti ini kehadiran

pimpinan sangat dibutuhkan. Pimpinan dipandang perlu untuk hadir

menyelesaikan masalah dalam bentuk membantu mencari alternatif-alternatif

solusi atau metode-metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Ketika terjadi banyak pandangan yang berdampak pada beda pendapat

antara pimpinan dengan bawahan, disini dituntut pimpinan dapat menyesuaikan

diri, artinya pimpinan harus bersedia menyesuaikan diri untuk menerima

perbedaan yang terjadi demi tercapainya penyelesaian tugas. Kurang

maksimalnya hubungan pimpinan dengan bawahan serta struktur tugas pimpinan

dalam suatu gaya kepemimpinan, berdampak pada kekuasaan sebagai pimpinan

belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya

“penghirauan” perintah pimpinan oleh bawahan, sebagai bukti masih rendahnya

tingkatan legitimasi seorang pimpinan yang berkaitan dengan kedudukannya

dalam struktur kekuasaan, maupun wewenang oleh bawahannya. Dampaknya

adalah tidak dapat mempengaruhi bawahan ke dalam kondisi kerja yang kondusif,

144

sehingga produktivitas kerja organisasi yang digambarkan dari kinerja

pegawainya yang masih belum maksimal.

Penjelasan tentang implementasi gaya kepemimpinan Kepala Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Halmahera Barat, yang

didasarkan pada tiga aspek pendukungnya adalah disampaikan Fiedler (2006)

sebagai berikut: “terdapat tiga elemen penting yang akan menentukan gaya

kepemimpinan yang efektif, yaitu (1) leader-member relations, yaitu tingkat

kualitas hubungan pimpinan dengan bawahan, sikap bawahan terhadap

kepribadian, watak, dan kecakapan atasan; (2) tasks-structure, dalam situasi kerja

apakah tugas-tugas telah disusun ke dalam bentuk yang terpola atau belum; dan

(3) leader’s position power, yakni bagaimana kewibawaan formal pemimpin

dilaksanakan terhadap bawahan. Ketika seorang pimpinan mengabaikan

efektivitas gaya kepemimpinan tersebut, dampaknya adalah salah satunya

rendahnya kinerja pegawai. Untuk mengembalikan kepada keadaan yang lebih

baik, pimpinan harus dapat mengembalikan gaya kepemimpinannya dengan lebih

mengupayakan hubungan harmonis dengan bawahan, kejelasan struktur tugas,

serta peningkatan kepercayaan bawahan sebagai upaya pimpinan untuk dapat

diterima dalam anggotanya.

Sementara mengaitkan hasil penelitian tentang gaya kepemimpinan

dengan kinerja mengikuti pendapat Fiedler dalam (Robbins, 2006:440) bahwa

kinerja kelompok yang efektif bergantung pada penyesuaian yang tepat antara

gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan dan tingkat mana situasi

tertentu memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin itu. Ini memberikan

145

gambaran bahwa seharusnya pimpinan melakukan penyesuaian terhadap struktur

tugas yang menjadi pekerjaannya, apabila ingin mendapatkan kinerja maksimal

dari para pegawainya. Ternyata penyesuaian tersebut terabaikan, sehingga

bedampak pada rendahnya penyelesaian terhadap struktur tugas yang menjadi

tanggung jawab pimpinan serta berdampak pada rendahnya kinerja yang

digambarkan oleh penyelesaian tugas-tugas dari para pegawainya.

Masih menurut Fiedler dalam (Robbins, 2006:44) berkaitan dengan

keterkaitan antara keberhasilan kepemimpinan dengan kinerja para pegawainya,

dikatakan bahwa “keberhasilan kepemimpinan mengacu pada interaksi antara

gaya kepemimpinan dengan para anggotanya serta situasinya”. Dari penjelasan

Fiedler tersebut dapat dimaknai bahwa aspek hubungan dalam bentuk interaksi

atau komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, menjadi sesuatu yang mutlak

harus terjadi dan harus berjalan dengan baik, apabila mengharapkan kinerja para

pegawainya berjalan baik. Beberapa pendapat yang disampaikan di atas

menguatkan adanya keterkaitan yang erat antara gaya kepemimpinan dengan

kinerja para pegawai dalam sebuah organisasi.

Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan yang di analisis melalui

tiga dimensi secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara

adalah sebesar 67.788 %, cukup positif dan signifikansi. Signifikansi pengaruh

gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai menunjukkan bahwa gaya

kepemimpinan merupakan penyebab utama terhadap tumbuhnya kinerja pegawai

atau sebaliknya menurunnya kinerja pegawai sebagai dampak dari kurang

146

sesuainya gaya kepemimpinan yang berjalan dengan harapan para pegawainya.

Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang disampaikan

oleh (Sukardi, 2009) dalam judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan

Pemotivasian terhadap Prestasi Kerja Petugas Penyuluh Lapangan pada Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Siak, bahwa gaya kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas

Peternakan dan Perikanan Siak. Hal senada disampaikan dari hasil penelitian

(Yulianis, 2007) dalam judul “pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Prestasi

Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau.

Hasilnya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif sebesar

66.9 % terhadap prestasi kerja pegawainya.

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku

Utara menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Hal ini memberikan

gambaran bahwa adanya keterkaitan antara gaya kepemimpinan yang berjalan

dengan kinerja yang ditunjukkan oleh para pegawai dalam menjalankan tugas-

tugasnya. Tinggi dan rendahnya kinerja pegawai diakibatkan oleh berjalannya

gaya kepemimpinan atau juga dapat dikatakan bahwa semakin diterima gaya

kepemimpinan oleh pegawainya maka terbuka potensi untuk semakin tinggi

kinerja pegawainya. Atau sebaliknya, semakin tidak diterima gaya kepemimpinan

di dinas ini semakin terbuka peluang untuk menjadi rendahnya kinerja pegawai.

Apabila hal tersebut dikaitkan dengan pendapat (Sutarto, 2006:87) maka

dapat disampaikan bahwa meningkatnya kinerja pegawai karena faktor pengaruh

147

dan pemberian motivasi yang berhasil dari pimpinannya, ini menunjukkan bahwa

gaya kepemimpinan berkaitan dengan kinerja pegawainya. Secara lebih jelas

(Sutarto, 2006:87) menyatakan bahwa kepemimpinan birokrasi adalah

kemampuan mempengaruhi dan dapat memberikan motivasi kepada bawahan,

yang berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai yang dipimpinnya. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa pimpinan memainkan peran yang sangat

menentukan di dalam menetapkan putusan-putusan dan mempengaruhi

kelompoknya.

Pada aspek tumbuhnya kreativitas pegawai, juga tidak lepas dari peran

pimpinannya, seperti disampaikan olah Maier dalam (Danim, 2004:136) bahwa

kreativitas anggota kelompok ditentukan oleh pimpinannya. Gaya tertentu dari

seorang pemimpin menunjang kreativitas, sebaliknya gaya lainnya malahan

adakalanya mematikan.

Sementara Fiedler dalam Robbins lebih melihat keterkaitan antara kinerja

pegawai dari aspek interaksi gaya kepemimpinan dengan bawahannya. Dengan

tegas Fiedler dalam (Robbins, 2006:440) mengatakan bahwa kinerja kelompok

yang efektif bergantung pada penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin

dalam berinteraksi dengan bawahan dan tingkat mana situasi tertentu memberikan

kendali dan pengaruh kepada pemimpin tersebut. Seperti telah disampaikan

bahwa interaksi pimpinan dengan bawahan di lingkungan kerja Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Kabuapten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara,

belum maksimal. Hal ini berdampak pada rendahnya kinerja pegawai pada dinas

148

tersebut, karena terhindarnya komunikasi serta pemberian motivasi dari pimpinan

kepada bawahannya.