BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

55
62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di dua desa yaitu Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. 4.1.1. Desa Cisolok Desa Cisolok merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 330 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wangun sari b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikahuripan d. Sebelah Timurberbatasan dengan Desa Karang Papak Rata-rata Suhu udara di Desa Cisolok adalah 27-33 C, dengan curah hujan 3000-3300 mm/thn.Desa Cisolok berpenduduk 5.265 orang dengan pembagian 2.622 Laki-laki dan 2.643 perempuan, dan dibagi menjadi 1.403 KK.Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan petani.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di dua desa yaitu Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi,

kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

4.1.1. Desa Cisolok

Desa Cisolok merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 330 Ha

dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wangun sari

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikahuripan

d. Sebelah Timurberbatasan dengan Desa Karang Papak

Rata-rata Suhu udara di Desa Cisolok adalah 27-33 C, dengan curah hujan

3000-3300 mm/thn.Desa Cisolok berpenduduk 5.265 orang dengan pembagian

2.622 Laki-laki dan 2.643 perempuan, dan dibagi menjadi 1.403 KK.Sebagian

besar penduduknya bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan petani.

63

4.1.2 Desa Sirnaresmi

Desa Sirnaresmi merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 4.917 Ha,

dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sirnagalih

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cicadas

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cihamerang

Rata-rata Suhu udara di Desa Sirnaresmi adalah 27-30 C, Desa Cisolok

berpenduduk 5.313 orang dengan pembagian 2.619 Laki-laki dan 2.694

perempuan, dan dibagi menjadi 1.537 KK. Sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani.

Kondisi sarana dan prasarana perhubungan di Desa Sirnaresmi kurang baik,

karena sebagian besar jalan belum diaspal dan berbatu, sehingga bila musim hujan

tiba, akan mengalami gangguan kelancaran transportasi karena jalannya becek

yang berpengaruh terhadap kelancaran roda pengangkutan hasil pertanian ke pasar

yang memberikan dampak perekonomian kepada masyarakatnya. Secara resmi

agama yang dianut oleh penduduknya adalah Agama Islam, Namun demikian kita

masih akan menemukan pemberian sesajian pada Dewi Sri.

64

4.1.3. Pemerintahan desa.

Dalam mengkaji masalah pemerintahan di Kecamatan Cisolok di fokuskan

pada pemerintahan desa. Hal ini sejalan dengan sasaran penelitian yang ingin

mengungkapkan hubungan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa.

Pemerintah desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau lebih sering

disebut Kades. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Desa oleh

seorang Sekretaris desa dan 4 orang Kepala Urusan. Selain itu, secara hirarkis

Kepala Desa membawahi kepala dusun. Adapun Bagan Struktur Organisasi

Pemerintah Desa adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Struktur Pemerintahan Desa

Kepala Desa

Bendahara Sekretaris Desa

Ka. Urusan Pembangunan

Ka.Urusan Ekbang

Ka. Urusan Trantib

Ka.Urusan Kesos

Kepala Dusun

65

Susunan Struktur organisasi Pemerintahan Desa ialah Kepala Desa,

sekretaris desa, kepala-kepala urusan, bendahara dan kepala dusun.

1. Tugas pokok

A. Kepala Desa :

Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

Kepala desa menjalankan tugas di samping berdasarkan kewenangan

jabatan, juga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama antara

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

B. Sekretaris Desa :

Membantu Kepala Desa di bidang pembinaan administrasi dan

memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat

Pemerintah Desa dan masyarakat;

Mewakili Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan;

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa;

C. Kepala Urusan

Kepala Urusan mempunyai tugas pokok membantu kepala desa

menjalankan kegiatan sesuai dengan urusan yang dibidanginya.

Kepala urusan pembangunan membidangi urusan kependudukan dan

pertanahan

Kepala urusan Ekonomi pembangunan membidangi urusan ekonomi

66

dan pembangunan,

Kepala urusan kesejahteraan sosial membidangi urusan kesejahteraan

dan sosial

Kepala urusan trantib membidangi urusan barang-barang inventaris

desa juga keamanan dan ketertiban

D. Bendahara :

Mengadministrasikan yang berkaitan dengan keuangan desa

Memberikan laporan kepada kepala desa

E. Kepala Dusun :

membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya

melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan

gotong royong masyarakat

melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada

masyarakat

membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan

kegiatan rw dan rt diwilayah kerjanya

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa

4.2. Pengumpulan Data

Dalam penelitian di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok, diambil sampel

sebanyak 318 KK dan 312 KK.

Untuk mendeskripsikan karakteristik responden dapat dilihat melalui

klasifikasi dan penggelompokan identitas responden sebagaimana yang terdapat

67

pada instrumen penelitian. Dipandang sangat penting untuk dipaparkan karena

dimungkinkan bahwa setiap responden memiliki refleksi dan apresiasi yang

berbeda.

Perbedaan setiap responden dalam memberikan pernyataan sikap atas

pertayaan dari data yang disampikan relatif terkait erat dengan latar belakang

masing-masing responden baik tentang tingkat pendidikan, usia, mata

pencaharian, dan lain-lain.

Penelitian ini pada prinsipnya terdiri dari dua variabel vang terdiri atas

satu variabel bebas dan satu variabel terikat.Sebagaimana telah dikemukakan

pada bagian terdahulu tentang variabel penelitian, maka yang menjadi variabel

bebas yaitu Kepemimpinan Kepala Desa (X), serta variabel terikat adalah

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).Secara internal, setiap

variabel dibangun dari beberapa dimensi dan indikator.

Dalam Bab III telah dikemukakan bahwa untuk memperoleh data

kuntitatif, peneliti menggunkan daftar pertanyaan (angket), dimana keseluruhan

variabel masing-masing terdiri dari 10 pertayaan untuk variabel X dan 9

pertanyaan untuk variabel Y, sehingga jumlah pertanyaan untuk kedua variabel

adalah 19 butir pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan, responden memilih lima

altematif jawaban yang disediakan, dengan penentuan skor yaitu : (1) sangat

tinggi, (2) tinggi, (3) sedang, (4) rendah, (5) sangat rendah.

Setelah angket diedarkan kepada responden, distribusi jawaban atas

kuesioner penelitian untuk setiap variabel dapat dilihat dalam lampiran pada tesis

ini. Untuk keperluan analisis distribusi jawaban responden disederhanakan dalam

68

bentuk tabel (X) dan (Y).

4.2.1 Uji Validitas

Uji Validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kevalidan dari suatu

alat ukur. Dengan menggunakan rumus teknik “Korelasi Produk Moment",

korelasi antara setiap pertanyaan dengan skor total dihitung, untuk mengetahui

pertanyaan-pertanyaan mana yang valid dan yang tidak valid. Untuk pertanyaan

yang tidak sahih selanjutnya dibuang, dan untuk pertanyaan yang valid

dilanjutkan pada tahap selanjutnya. Pengujian validitas dengan menggunakan

rumus korelasi Pearson yang dihitung melalui persamaan berikut :

dimana:

r = Angka Korelasi

Xi = Skor Pertanyaan (ke-j)

Yi = Skor Total (responden ke-i

XiYi = Skor pertanyaan (ke-j) kall Skor total (ke-i)

Selanjutnya "Angka Korelasi" yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan

dibandingkan dengan nilai korelasi yang diperoleh dari tabel korelasi nilai- r,

dengan derajat bebas (n - 2), dan taraf signifikansi yang dipilih, Bila angka

korelasi yang diperoleh berdasarkan perhitungan nilainya lebih besar dari angka

korelasi dari tabel, maka pertanyaan dikatakan valid, dan bila angka korelasi di

bawah nilai korelasi dari tabel, maka pertanyaan dikatakan tidak valid

Dengan Menggunakan Program SPSS 21, maka didapatkan hasil uji

n

i

i

n

i

i

n

i

n

i

ii

n

i

n

i

i

n

i

iii

yynxxn

yxyxn

r

11

2

1

2

1

2

1 11

69

validasi seperti yang terdapat pada table dibawah ini :

Tabel 4.1

Uji Validasi Variable Kepemimpinan (x) Desa Cisolok

No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi

(r-hitung)

Nilai r-tabel Keterangan

1 Butir Pertanyaan 1 0.600 0.361 Valid

2 Butir Pertanyaan 2 0.408 0.361 Valid

3 Butir Pertanyaan 3 0.764 0.361 Valid

4 Butir Pertanyaan 4 0.547 0.361 Valid

5 Butir Pertanyaan 5 0.734 0.361 Valid

6 Butir Pertanyaan 6 0.748 0.361 Valid

7 Butir Pertanyaan 7 0.765 0.361 Valid

8 Butir Pertanyaan 8 0.538 0.361 Valid

9 Butir Pertanyaan 9 0.744 0.361 Valid

10 Butir Pertanyaan 10 0.751 0.361 Valid

Tabel 4.2

Uji Validasi Variable Partisipasi Masyarakat (Y) desa Cisolok

No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi

(r-hitung)

Nilai r-tabel Keterangan

1 Butir Pertanyaan 1 0.672 0.361 Valid

2 Butir Pertanyaan 2 0.670 0.361 Valid

3 Butir Pertanyaan 3 0.815 0.361 Valid

4 Butir Pertanyaan 4 0.706 0.361 Valid

5 Butir Pertanyaan 5 0.432 0.361 Valid

6 Butir Pertanyaan 6 0.677 0.361 Valid

7 Butir Pertanyaan 7 0.402 0.361 Valid

8 Butir Pertanyaan 8 0.793 0.361 Valid

9 Butir Pertanyaan 9 0.526 0.361 Valid

Berdasarkan table, maka dapat terlihat bahwa semua hasil uji korelasi (r-hitung)

dibandingkan dengan nilai r-tabel, nilai r-hitung lebih besar daripada nilai r-tabel.

Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan sudah valid atau sahih, maka selanjutnya

dilakukan uji Reliabilitas.

70

Tabel 4.3

Uji Validasi Variable Kepemimpinan (x) Desa Sirnaresmi

No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi

(r-hitung)

Nilai r-tabel Keterangan

1 Butir Pertanyaan 1 0.642 0.361 Valid

2 Butir Pertanyaan 2 0.482 0.361 Valid

3 Butir Pertanyaan 3 0.503 0.361 Valid

4 Butir Pertanyaan 4 0.658 0.361 Valid

5 Butir Pertanyaan 5 0.647 0.361 Valid

6 Butir Pertanyaan 6 0.522 0.361 Valid

7 Butir Pertanyaan 7 0.497 0.361 Valid

8 Butir Pertanyaan 8 0.486 0.361 Valid

9 Butir Pertanyaan 9 0.669 0.361 Valid

10 Butir Pertanyaan 10 0.658 0.361 Valid

Tabel 4.4

Uji Validasi Variable Partisipasi Masyarakat (Y) Desa Sirnaresmi

No Nomor Pertanyaan Nilai Korelasi

(r-hitung)

Nilai r-tabel Keterangan

1 Butir Pertanyaan 1 0.780 0.361 Valid

2 Butir Pertanyaan 2 0.400 0.361 Valid

3 Butir Pertanyaan 3 0.769 0.361 Valid

4 Butir Pertanyaan 4 0.427 0.361 Valid

5 Butir Pertanyaan 5 0.487 0.361 Valid

6 Butir Pertanyaan 6 0.708 0.361 Valid

7 Butir Pertanyaan 7 0.551 0.361 Valid

8 Butir Pertanyaan 8 0.691 0.361 Valid

9 Butir Pertanyaan 9 0.667 0.361 Valid

Berdasarkan table, maka dapat terlihat bahwa semua hasil uji korelasi (r-hitung)

dibandingkan dengan nilai r-tabel, nilai r-hitung lebih besar daripada nilai r-tabel.

Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan sudah valid atau sahih, maka selanjutnya

dilakukan uji Reliabilitas.

71

n

ntot

r

rr

1

2

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran

relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain

bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat pengukur tersebut

digunakan dua kali, untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang

diperbolehkan relatif konsisten. Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Teknik Belah Dua. Cara yang dilakukan berikut:

1. Membagi item yang valid menjadi dua belahan, dalam penelitian cara yang

diambil adalah berdasarkan nomor ganjil-genap. Nomor ganjil belahan

pertama dan nomor genap belahan kedua.

2. Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga

menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total

belahan pertama dan skor total belahan kedua.

3. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan

menggunakan teknik korelasi produk moment.

4. Mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah, dengan cara

mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukannya ke dalam

rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r.tot = Angka Reliabilitas Keseluruhan Item.

r.n = Angka Korelasi Belahan Pertama dan belahan Kedua.

72

Dalam menghitung reliabilitas, rumus untuk menghitung korelasi antar

belahan genap dan ganjil digunakan rumus korelasi Pearson. Suatu instrument

dikatakan reliable bila koefesien reliabilitasnya minimal 0.6

Tabel 4.5

Uji Reliabilitas

No Nama

Desa

Variable Nilat

Koefesien

Reliabilitas

Nilai minimal Keterangan

1

Cisolok

Kepemimpinan

(X) 0.983 0.6 Reliabel

2 Partisipasi

Masyarakat (Y) 0.952 0.6 Reliabel

3

Sirnaresmi

Kepemimpinan

(X) 0.891 0.6 Reliabel

4 Partisipasi

Masyarakat (Y) 0.964 0.6 Reliabel

Berdasarkan 4.12, maka terlihat bahwa setiap variable adalah dinyatakan reliable .

Berdasarkan uji Validitas dan Reliabilitas, bahwa semua pertanyaan

dinyatakan valid dan reliable, maka instrument dapat digunakan untuk

pengumpulan dalam rangka pengumpulan data.

4.2.3 Hasil Penelitian Variabel Kepemimpinan Kepala Desa.

Hasil penelitian dalam lampiran tesis ini dapat dijabarkan kepada

penyebaran jawaban dari 312 responden untuk desa cisolok dan 318 untuk desa

sirnaresmi. Hasil dari angket ini diperlukan untuk mendapatkan data untuk

menganalisis variable kepemimpinan (X). Variable ini dijabarkan ke dalam 4

dimensi. Dimensi tersebut adalah idealized influence, inspirational

motivation, intelectual stimulation, individualized consideration. Dari

73

keempat dimensi tersebut, masing-masing dijabarkan lagi ke dalam

indicator-indikator yang dapat diukur.

4.2.3.1 Dimensi idealized influence (X1)

Tabel 4.6

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Dimensi idealized influence (X1)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 1 2

F % F % 5 13 4.17% 17 5.45% 30 4.81% 4 4 83 26.60% 72 23.08% 155 24.84% 2 3 183 58.65% 133 42.63% 316 50.64% 1 2 24 7.69% 84 26.92% 108 17.31% 3 1 9 2.88% 6 1.92% 15 2.40% 5 Jml 312 100.00% 312 100.00% 624 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

Dari tabel 4.13, hasil jawaban responden terhadap dimensi idealized

influence (X1) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 1 dan 2,

jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 50.64 %. Yang

kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 24.84 %.

Tabel 4.11

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi

Terhadap Dimensi idealized influence (X1)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 1 2

F % F % 5 23 7.23% 18 5.66% 41 6.45% 4 4 111 34.91% 46 14.47% 157 24.69% 2 3 124 38.99% 142 44.65% 266 41.82% 1 2 52 16.35% 99 31.13% 151 23.74% 3 1 8 2.52% 13 4.09% 21 3.30% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 636 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

74

hasil jawaban responden terhadap dimensi idealized influence (X1) di

Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 1 dan 2, jawaban yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 41.82%. Dan yang kedua

tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 24.69%.

4.2.3.2 Dimensi inspirational motivation (X2)

Tabel 4.7

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Dimensi inspirational motivation (X2)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 3 4 5

F % F % F % 5 11 3.53% 7 2.24% 17 5.45% 35 3.74% 4 4 71 22.76% 48 15.38% 28 8.97% 147 15.71% 3 3 156 50.00% 150 48.08% 134 42.95% 440 47.01% 1 2 56 17.95% 74 23.72% 112 35.90% 242 25.85% 2 1 18 5.77% 33 10.58% 21 6.73% 72 7.69% 5

Jm

l 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00

% 936 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

hasil jawaban responden terhadap dimensi inspirational motivation

(X2) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 3, 4, dan 5, jawaban

yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 47.01%. Yang kedua

tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 25.85%.

Tabel 4.13

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi

Terhadap Dimensi inspirational motivation (X2)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 3 4 5

F % F % F % 5 24 7.55% 49 15.41% 23 7.23% 96 10.06% 4 4 91 28.62% 22 6.92% 79 24.84% 192 20.13% 2 3 124 38.99% 181 56.92% 176 55.35% 481 50.42% 1 2 74 23.27% 62 19.50% 33 10.38% 169 17.71% 3 1 5 1.57% 4 1.26% 7 2.20% 16 1.68% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

75

hasil jawaban responden terhadap dimensi inspirational motivation

(X2) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 3, 4, dan 5,

jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 50.42%. Yang

kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 20.13%.

4.2.3.3 Dimensi intelectual stimulation(X3)

Tabel 4.8

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Dimensi intelectual stimulation(X3)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 6 7 8

F % F % F % 5 9 2.88% 15 4.81% 11 3.53% 35 3.74% 4 4 45 14.42% 26 8.33% 43 13.78% 114 12.18% 3 3 158 50.64% 141 45.19% 104 33.33% 403 43.06% 1 2 90 28.85% 109 34.94% 149 47.76% 348 37.18% 2 1 10 3.21% 21 6.73% 5 1.60% 36 3.85% 5

Jml 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00

% 936 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi intelectual

stimulation(X3) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 6, 7,

dan 8, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 43.06 %.

Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 37.18 %.

Tabel 4.9

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi

Terhadap Dimensi intelectual stimulation(X3)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 6 7 8

F % F % F % 5 19 5.97% 24 7.55% 17 5.35% 60 6.29% 4 4 45 14.15% 39 12.26% 48 15.09% 132 13.84% 3 3 163 51.26% 167 52.52% 94 29.56% 424 44.44% 1 2 82 25.79% 75 23.58% 134 42.14% 291 30.50% 2 1 9 2.83% 13 4.09% 25 7.86% 47 4.93% 5

Jm

l 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

76

hasil jawaban responden terhadap dimensi intelectual stimulation(X3)

di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 6, 7, dan 8, jawaban

yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 44.44 %. Yang kedua

tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 30.50%.

4.2.3.4. Dimensi individualized consideration(X4)

Tabel 4.10

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Dimensi individualized consideration (X4)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 9 10

F % F % 5 10 3.21% 15 4.81% 25 4.01% 5 4 47 15.06% 54 17.31% 101 16.19% 3 3 130 41.67% 119 38.14% 249 39.90% 1 2 98 31.41% 93 29.81% 191 30.61% 2 1 27 8.65% 31 9.94% 58 9.29% 4 Jml 312 100.00% 312 100.00% 624 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi individualized

consideration (X4) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 9,

dan 10, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 39.90 %.

Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 30.61%.

Tabel 4.11

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi

Terhadap Dimensi individualized consideration (X4)

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 9 10

F % F % 5 21 6.60% 20 6.29% 41 6.45% 4 4 176 55.35% 116 36.48% 292 45.91% 1 3 60 18.87% 130 40.88% 190 29.87% 2 2 42 13.21% 40 12.58% 82 12.89% 3 1 19 5.97% 12 3.77% 31 4.87% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 636 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

77

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi individualized consideration

(X4) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 9, dan 10, jawaban

yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 45.91%. Yang kedua

tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 29.87%.

4.2.4. Variabel Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).

Hasil penelitian dalam lampiran tesis ini dapat dijabarkan kepada

penyebaran jawaban dari 312 responden untuk desa cisolok dan 318 untuk desa

sirnaresmi. Hasil dari angket ini diperlukan untuk mendapatkan data untuk

menganalisis variable Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).

Variable ini dijabarkan ke dalam 3 dimensi. Dimensi tersebut adalah

partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi

dalam pelestarian hasil pembangunan Dari keempat dimensi tersebut,

masing-masing dijabarkan lagi ke dalam indicator-indikator yang dapat

diukur.

4.2.4.1. Dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1).

Tabel 4.12

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Partisipasi dalam perencanaan (Y1).

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 11 12 13

F % F % F % 5 12 3.85% 10 3.21% 15 4.81% 37 3.95% 4 4 60 19.23% 47 15.06% 45 14.42% 152 16.24% 3 3 173 55.45% 126 40.38% 119 38.14% 418 44.66% 1 2 43 13.78% 110 35.26% 96 30.77% 249 26.60% 2 1 24 7.69% 19 6.09% 37 11.86% 80 8.55% 5

J

ml 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00% 936 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

78

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam

perencanaan (Y1) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 11, 12,

dan 13, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 44.66%.

Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 26.60%.

Tabel 4.13

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi

Terhadap Partisipasi dalam perencanaan (Y1).

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 11 12 13

F % F % F % 5 13 4.09% 25 7.86% 41 12.89% 79 8.28% 4 4 173 54.40% 82 25.79% 101 31.76% 356 37.32% 2 3 98 30.82% 154 48.43% 117 36.79% 369 38.68% 1 2 30 9.43% 46 14.47% 53 16.67% 129 13.52% 3 1 4 1.26% 11 3.46% 6 1.89% 21 2.20% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam

perencanaan (Y1) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 11,

12, dan 13, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar

38.68%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 37.33%.

4.2.4.2. Dimensi Partisipasi dalam pelaksanaan(Y2).

Tabel 4.14

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2).

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 14 15 16

F % F % F % 5 14 4.49% 20 6.41% 13 4.09% 47 4.99% 5 4 72 23.08% 47 15.06% 45 14.15% 164 17.41% 3 3 104 33.33% 173 55.45% 127 39.94% 404 42.89% 1 2 97 31.09% 61 19.55% 102 32.08% 260 27.60% 2 1 25 8.01% 11 3.53% 31 9.75% 67 7.11% 4 Jml 312 100.00% 312 100.00% 318 100.00% 942 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

79

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam

pelaksanaan (Y2) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 14, 15

dan 16, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 42.89%.

Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 27.60%.

Tabel 4.15

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi

Terhadap Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2).

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 14 15 16

F % F % F % 5 31 9.75% 22 6.92% 36 11.32% 89 9.33% 4 4 107 33.65% 103 32.39% 97 30.50% 307 32.18% 2 3 121 38.05% 87 27.36% 122 38.36% 330 34.59% 1 2 47 14.78% 85 26.73% 48 15.09% 180 18.87% 3 1 12 3.77% 21 6.60% 15 4.72% 48 5.03% 5 Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam

pelaksanaan (Y2) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 14, 15

dan 16, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 34.59%.

Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 32.18%.

4.2.4.3. Partisipasi dalam Partisipasi dalam Pelestarian hasil

pembangunan (Y3).

Tabel 4.16

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok

Terhadap Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3).

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 17 18 19

F % F % F % 5 54 17.31% 46 14.74% 14 4.49% 114 12.18% 4 4 147 47.12% 128 41.03% 74 23.72% 349 37.29% 1 3 65 20.83% 105 33.65% 113 36.22% 283 30.24% 2 2 36 11.54% 31 9.94% 92 29.49% 159 16.99% 3 1 10 3.21% 2 0.64% 19 6.09% 31 3.31% 5

J

ml 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00% 936 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

80

Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam

pelestarian hasil pembangunan (Y3) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir

pertanyaan 17, 18 dan 19, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4

sebesar 37.29%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar

30.24%.

Tabel 4.17

Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sinaresmi

Terhadap Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3).

Skor

(S)

Pertanyaan ∑F % R 17 18 19

F % F % F % 5 78 24.53% 63 19.81% 38 11.95% 179 18.76% 3 4 112 35.22% 132 41.51% 103 32.39% 347 36.37% 1 3 65 20.44% 71 22.33% 116 36.48% 252 26.42% 2 2 56 17.61% 48 15.09% 49 15.41% 153 16.04% 4 1 7 2.20% 4 1.26% 12 3.77% 23 2.41% 5

Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%

Sumber : diolah dari kuesioner 2013

Dari tabel 4.17, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi

dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3) di Desa Sirnaresmi yang tergambar

pada butir pertanyaan 17, 18 dan 19, jawaban yang tertinggi adalah yang

mempunyai skor 4 sebesar 36.37%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai

skor 3 sebesar 26.42%.

4.3. Pengujian Hipotesis

Analisis distribusi frekuensi jawaban responden menurut perolehan skor dari

variabel kepemimpinan Kepala Desa dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa sebagaimana yang telah diuraikan hanya dapat memberikan

81

informasi pendahuluan bahwa distribusi proporsi pada variabel X dan Y,

selanjutnya untuk mengetahui dan menguji kepastian apakah antar variabel

terdapat pengaruh, berikut ini akan dianalisis kedua variabel tersebut secara

statistik menurut hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diajukan oleh

peneliti. Untuk memeriksa apakah ada hubungan antara variabel X dan Y

digunakan korelasi Produk Momen.

4.3.1. Koefisien Korelasi dari Variabel X ke Variabel Y

Untuk memeriksa tingkat keeratan hubungan antara variabel X dengan

variabel Y, dengan tingkat pengukuran interval, maka Sugiyono (2011:206)

menyatakan bahwa untuk menguji hipotesis asosiatif bila datanya berbentuk

interval atau ratio, digunakan Korelasi Produk Momen. Pengujian ini untuk

menguji hipotesis hubungan antara satu variable independen dengan satu variable

dependen.

Pendapat tersebut bila dirumuskan dalam bentuk persamaan metematik

adalah sebagai berikut :

dimana:

r = Angka Korelasi

Xi = Skor Pertanyaan (ke-i)

Yi = Skor Total (responden ke-i)

XiYi = Skor pertanyaan (ke-i) kall Skor total (ke-i)

Dengan menghitung menggunakan program SPSS 21, maka didapat kofesien

n

i

i

n

i

i

n

i

n

i

ii

n

i

n

i

i

n

i

iii

yynxxn

yxyxn

r

11

2

1

2

1

2

1 11

82

korelasi untuk desa Cisolok adalah 0.761, sedangkan Desa Sirnaresmi adalah

0,601. Hasil perhitungan korelasi diatas menunjukkan bahwa korelasi Variabel X

dan Variable Y untuk Desa Cisolok adalah tergolong Erat (High Correlation)

sedangkan Desa Sirnaresmi tergolong Agak Erat (Moderate). Berdasarkan hasil

pengujian keeratan hubungan variabel di atas dan dikaitkan dengan kenyataan di

lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Desa di Desa

Sirnaresmi dan Desa Cisolok turut berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa, atau dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan baik apabila ditunjang

dengan kepemimpinan Kepala Desa yang baik pula

4.3.2. Koefisien Determinasi

Analisa determinasi ditujukan untuk mengetahui besamya persentase

pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dalam hal ini, Al Rasyid (1994 : 47)

menyatakan bahwa :

Menarik kesimpulan mengenai keeratan hubungan antara variabel X dan

variabel Y semata-mata didasarkan pada harga r, kurang memberikan

keterangan.keterangan akan diperoleh lebih baik apabila kesimpulan

keeratan didasarkan pada koefisien determinan.

Disamping itu, aturan Guilford hanya membantu dalam

mengimplementasikan tinggi rendahnya tingkat korelasi antara Y terhadap X,

tetapi kurang memberikan penjelasan mengenai seberapa besar persentase

perubahan-perubahan Y dipengaruhi oleh X. Oleh karenanya analisis determinasi

dapat menjelaskan hal itu.

83

Sejalan dengan itu maka analisis korelasi akan dilanjutkan dengan analisis

determinasi. Nilai koefisien determinasi adalah r2 menurut Nugroho (1990 : 452)

"koefisien determinasi (coefficient of determination) diberi lam bang r2, yaitu

koefisien yang menunjukan (to determine = menceritakan berapa besar peranan

faktor X dalam menentukan besar Y)”.

Sesuai perhitungan dalam penelitian ini, diketahui koefesien korelasi

untuk desa Cisolok adalah 0.761 maka koefisien determinasi (r)2 = (0,761)2

adalah 0,5791. Untuk mengetahui persentase dilakukan dengan cara : 0,5791 x

100 % = 57,91 %. Dengan demikian maka dapat pula diketahui berapa persen

pengaruh variabel lain diluar variabel X terhadap variabel Y. Apabila variabel

atau faktor-faktor lain diberi simbol Z, maka perhitungannya sebagai berikut :

Z = 1 - r2

Z = 1 - 0,5791

Z = 0,4209

Bila dipresentasikan berarti pengaruh variabel atau faktor-faktor lain (yang

tidak diteliti dalam penelitian) terhadap variabel Y adalah

sebesar 0,4209 x 100 % = 42,09 %. Dengan menggunakan cara yang sama,

didapat koefesien determinasi untuk Desa Sirnaresmi adalah 0,3612, sedang Z-

nya sebesar 0,6388.

Tabel 4.18

Hasil Uji Korelasi dan uji determinasi

No Nama

Desa

Nilai Uji Korelasi

(r)

Nilai koefesien

determinasi (r2)

Nilai koefesien

lainnya (Z)

1 Cisolok 0.761 0.5791 0.4209

2 Sirnaresmi 0.601 0.3612 0.6388

84

4.3.3. Uji Signifikansi (Kemaknaan)

Dari pengujian korelasi diatas, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan

yang positif antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat di Desa Cisolok

dan Desa Sirnaresmi, Tetapi nilai korelasi tersebut belum bisa diinterpretasikan,

oleh karena itu perlu dilakukan uji signifikansi.

Menurut Siagian (2011 : 245) bahwa : "apakah harga koefesien korelasi

tersebut signifikan atau tidak, maka perlu diuji dulu siginifikansinya". Oleh

karena itu hasil atau koefisien korelasi tersebut belum dapat diinterpretasikan

sebelum dilakukan uji signifikansi. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah

dengan menggunakan Statistik uji :

t = r 21

2

rs

n

Keterangan :

t = t hitung

r = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Hasil perhitungan tes signifikansi ini, kemudian dikonsumsikan dengan

nilai t tabel pada tabel distribusi studen t, degree of freedom atau df n – 2, tingkat

signifikansi untuk tes satu sisi, (one tailed test) α = 0,05 (tingkat kpercayaan) 95%

dengan ketentuan :

1. H1 : thitung > ttabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak, atau ada hubungan

signifikan antara variabel X dan Y.

2. H0 : thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, atau tidak ada hubungan

yang signifikan antara variabel X dan Y.

85

Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat t-hitung untuk desa

Cisolok Adalah 20.653, sedangkan t-tabelnya adalah 1,659, karena t-hitung lebih

besar daripada t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, Artinya koefisien

korelasi (r) sebesar 0.761 yang diperoleh meialui penelitian terhadap sampel,

adalah signifikan. Sehingga dapat digeneralisirkan untuk populasi dimana sampel

diambil

Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat t-hitung untuk desa

Sirnaresmi Adalah 13,367, sedangkan t-tabelnya adalah 1,659, karena t-hitung

lebih besar daripada t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, Artinya koefisien

korelasi (r) sebesar 0.601 yang diperoleh meialui penelitian terhadap sampel,

adalah signifikan. Sehingga dapat digeneralisirkan untuk populasi dimana sampel

diambil.

Tabel 4.19

Hasil Uji signifikansi nilai Korelasi

No Nama

Desa

Nilai Uji

Korelasi (r)

Nilai

t-hitung

Nilai

t-tabel

Keterangan

1 Cisolok 0.761 20.653 1,659 Signifikan

2 Sirnaresmi 0.601 13,367 1,659 Signifikan

4.3.4. Analisis Regresi

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

hubungan kausal yang dipakai untuk menguji hubungan sebab akibat antara

kepemimpinan terhadap partisipasi masyarakat. Untuk menguji hipotesis ada

tidaknya hubungan (pattern of relation) antara Y dan X dan berapa besar

perubahan pada Y apabila X berubah maka digunakan analisis Regresi.

86

Adapun analisis regresi yang digunakan untuk memprediksi hubungan

keterpengaruhan antara dua variabel tersebut, ditetapkan dengan menggunakan

rumus persamaan regresi sederhana yakni :

Y = a + b X

Keterangan :

a : Nilai Konstanta

b : Koefisien regresi.

X : Nilai variabel bebas.

Y : Nilai variabel terikat

n : Jumlah responden

Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus :

α = Y – bx

n

i

n

i

n

i

n

i

n

i

n

Xi

Xi

n

YiXi

XiYi

b

1

2

12

1

11

Keterangan :

a = koefisien intercep

b = koefisien regresi

Xi = nilai variabel bebas

Yi = nilai variabel tergantung

n = jumlah sampel

Dengan perhitungan menggunakan program SPSS 21, maka didapat persamaan

regresi linear untuk desa Cisolok Adalah Y=5.976+0.791X sedangkan untuk desa

Sirnaresmi adalah Y= 11.074+0.594X

Sebagai langkah akhir dari perhitungan perolehan hubungan

keterpengaruhan kedua variabel penelitian, maka penarikan kesimpulan koefisien

87

regresi dilaksanakan dengan pengujian koefesien regresi tersebut dengan rumus

sebagai berikut :

t = df

Se;

)( = n – 2

t = df

bSe

b;

)( = n – 2

1. H1 : thitung > ttabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak, signifikan

2. H0 : thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 tidak signifikan.

dimana :

se (α) =

2

2

22 1

n

XiXi

X

nSyx

sb (b1) =

2

11

2

2

n

i

n

i

XiXi

nSyx

Dengan menggunakan Rumus diatas, maka didapat nilai T-hitung untuk

Desa Cisolok adalah 25.9318, apabila dibandingkan dengan t-tabel (1,659) maka

H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan untuk desa Sirnaresmi, didapat t-

hitungnya adalah 17.06975 apabila dibandingkan dengan t-tabel (1,659) maka H0

ditolak dan H1 diterima. Sehingga hasil dari pengujian ini bersifat signifikan.

88

4.4. Pembahasan

4.4.1.Dimensi idealized influence (X1)

Dimensi Pengaruh Ideal (idealized influence) adalah digambarkan sebagai

perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati

dan sekaligus memercayainya, dan mempunyai visi yang jelas sehingga para

pengikutnya mau mengambil resiko dalam pencapaian tujuan.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dimensi idealized influence

dalam variable kepemimpinan, maka digunakan 2 (dua) item untuk mengukurnya.

Kedua item itu adalah : Teladan dan Visi.

Dari table diatas, maka dapat dilihat, secara umum untuk Desa Cisolok,

Desa Sirnaresmi, pada dimensi idealized influence sebagian besar menjawab pada

kategori dengan skor 3 (cukup).

Pada item 1 untuk indicator keteladanan kepala desa, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 3 (58.65%), dan yang kedua

tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (26.60%) , sedangkan untuk desa

sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (38.99%), dan

yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (34.91%), Dari hasil

kuisioner diatas, dapat terlihat bahwa kepala desa di desa cisolok dan desa

Sirnaresmi, menurut masyarakatnya masing-masing, sudah cukup

memberikan teladan, bahkan cenderung baik, karena seperti yang terlihat

pada table, bahwa yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4.

Kepala Desa sebagai penggerak dan mediator pembangunan

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan setiap

89

program pembangunan, oleh karena itu kepala desa harus menjadi teladan

didepan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai panutan yang bisa

diikuti yang dengan sendirinya akan mempermudah dalam proses

kepemimpinan sebagai kepala desa. Menurut Siagian (2010 : 105)

menyatakan bahwa :

Efektivitas kepemimpinan seseorang akan lebih besar lagi apabila

keteladanannya tiak hanya tercermin dalam kehidupan organisasionalnya,

akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, seperti kehidupan keluarga

yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan

memperhitungkan keadaan lingkungan dan kepekan terhadap kondisi

social sekitarnya.

Keteladanan sangat penting karena yang dipimpinnya sesunggunya

melihat criterion yang sangat sederhana saja, tetapi mempunyai makna

yang mendalam, yaitu : keteladanan seseorang terlihat dari apa yang

dilakukan oleh seseorang dan bukan apa yang dikatakannya.

Dari penjelasan keteladanan diatas, maka ketika seseorang sudah dipilih menjadi

seorang pemimpin desa, sesungguhnya bukan hanya sekedar pejabat yang sedang

melaksanakan tugas, tetapi disampng itu seorang kepala desa juga harus dijadikan

panutan oleh masyarakat sehingga apa yang diinstruksikan oleh kepala desa

mejadi lebih didengar dan diikuti oleh masyarakat. Di kedua desa yang dilakukan

penelitian, kepala desa mempunyai track record yang dianggap baik oleh

masyarakat, kepala desa mampu menjadi teladan di desanya, tutur katanya santun

dan apabila sedang ada di tempat mudah untuk ditemui tanpa harus merasakan

ada jarak antara kepala desa dan masyarakat, kemudian belum ada perbuatan

mereka yang dianggap aib oleh masyarakat, sehingga berdasarkan contoh-contoh

diatas, masyarakat mengangap masih dianggap cukup baik. Apabila memang

mereka mempunyai track record yang kurang baik, maka agak sulit mereka bisa

90

dipilih secara langsung oleh masyarakat. Tetapi kekurangannya memang kepala

desa agak jarang ada di tempat,sehingga agak sulit ditemui. Oleh karena itu,

untuk hal ini nampaknya kepala desa harus lebih baik lagi.

Pada item yang kedua tentang visi kepala desa, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 3 (42.63%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunyai skor 2 (26.92%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (44.65%), dan yang tertinggi kedua

adalah yang mempunyai skor 2 (31.13%), artinya masyarakat di kedua desa

menganggap sudah cukup, dengan adanya visi dan misi kepala desa di kantor

kepala desa, maka menurut masyarakat dianggap sudah mempunyai visi.

Selain teladan (yang ditunjukkan pada item nomor 1), seorang kepala desa

harus mempunyai visi bagaimana pembangunan desa ke depan, juga harus bisa

mengkomunikasikan visi tersebut kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa

mengetahui dan mengikuti kemana arah pembangunan desa ke depan.

Visi merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena dengan jelasnya

visi seorang pemimpin maka akan dapat dijadikan rujukan oleh bawahanny.

Menurut Bennis (2003:30) yang menyatakan bahwa :

Visi adalah penciptaan focus, dimana setiap orang senantiasa berorientasi

pada apa yang ingin dicapai. Visi yang disampaikan oleh sorang pemimpin harus

membangun kepercayaan disertai keyakinan yang dipimpinnya bahwa mereka

mampu melaksanakan tindakan atau kegiatan tugas dan fungsinya.

Visi yang digagas oleh seorang pemimpin harus mampu memberikan

inspirasi bagi tumbuhnya visi tersebut, artinya visi diketahui, dipahami dan

dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Kepemimpinan kepala desa harus mampu merumuskan visi organisasi yang

91

dipimpinnya, kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat, sehingga visi

tersebut diketahui dan diyakini oleh sebagian masyarakat. Karena itu visi

merupakan mimpi atau cita-cita dari seorang pemimpin atas organisasi yang

dipimpinya dalam kurun waktu tertentu. Visi lahir dari filosofi atau nilai-nlai

yang diaut dan diyakini oleh kepemimpinan seseorang, kemuidan visi itu

dijabarkan melalui misi yang memuat langkah-langkah strategis untuk

mewujudkan visi tersebut..

Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi

idealized influence ini, dikarenakan masih banyak ruang yang bisa dilakukan oleh

seorang kepala desa untuk meningkatkannya. Seperti misalnya mendiskusikan

kembali bersama-sama masyarakat mengenai visi kepala desa dan apa saja

sasaran-sasaran yang ingin dicapai, sehingga setelah sasaran disepakati, maka

akan mempermudah dalam penyusunan program-program desa kedepan. Selain

itu keteladanan perlu kembali ditingkatkan, karena sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh siagian, bahwa dengan keteladanan yang baik ketika menjadi

seorang kepala yang sedang desa menjalankan tugasnya ataupun dalam kehidupan

sehari-hari diluar tugas jabatannya, maka seorang kepala desa akan lebih mudah

menggerakkan masyarakan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, karena

masyarakat akan melihat dan percaya bahwa segala tindakan kepala desa adalah

untuk kepentingan masyarakat.

92

4.4.2. Dimensi inspirational motivation (X2)

Motivasi adalah pendorong (penggerak) yang ada dalam diri seseorang

untuk bertindak. Konsep motivasi dalam berbagai literature seringkali ditekankan

pada rangsangan yang muncul dari seseorang baik dari dalam (motivasi intrinsic),

maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Dalam penelitian ini ditekankannya pada

aspek motivasi yang datangnya dari luar yaitu factor kepemimpinan. Dari

pemimpin itu diharapkan muncul sesuatu yang sifatnya inspirasional yang bisa

menginspirasikan untuk memberikan motivasi terhadap masyarakat sehingga

tujuan pembangunan bisa tercapai. Dalam dimensi inspirational motivation ini,

pemimpin digambarkan sebagai pemimpin yang mampu meningkatkan

menularkan semangatnya dan mendemonstasikan komitmennya untuk pencapaian

tujuan. Dalam dimensi inspirational motivation ini, seorang pemimpin

digambarkan sebagai pemimpin yang mampu meningkatkan motivasi dan

mendemonstasikan komitmennya untuk pencapaian tujuan

Dalam penelitian ini, Dimensi inspirational motivation diukur melalui

indicator-indikator yaitu semangat, penghargaan dan komitmen

Dari item nomor 3 yaitu semangat, untuk Desa cisolok masyarakatnya

dominan memilih skor 3 (50.00%), dan yang kedua tertinggi adalah yang

mempunya skor 4 (22.76%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi

adalah yang mempunyai skor 3 (38.99%), dan yang tertinggi kedua adalah yang

mempunyai skor 4 (28.62%), dari hasil jawaban kuisioner, maka dapat terlihat

bahwa di desa cisolok dan desa Sirnaresmi kepala desanya dianggap cukup

mampu menularkan semangatnya kepada masyarakatnya. Fakta di lapangan

93

memang menunjukan Kepala Desa Cisolok dan Kepala Desa Sirnaresmi,

walaupun tidak terlalu sering, tetapi kadang-kadang suka mengajak langsung

kepada masyarakat desa terutama sekitar kantor desa untuk melakukan kegiatan

yang telah diprogramkan di desanya, seperti misalnya kerja bakti untuk perbaikan

jalan, ketika memang si kepala desa sudah bersemangat, maka mau tidak mau

masyarakat jadi ikut semangat untuk turun. Tapi memang hal ini perlu di

tingkatkan lagi, agar kepala desa lebih sering untuk turun langsung ke kegiatan,

karena dengan begitu maka masyarakat akan dengan sangat mudah digerakkan

untuk ikut turun dalam kegiatan.

Item nomor 4 yaitu penghargaan, Desa cisolok masyarakatnya dominan

memilih skor 3 (48.08%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor

2 (23.72%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang

mempunyai skor 3 (56.92%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai

skor 2 (19.50%). Dari hasil kuisioner diatas terlihat bahwa kepala desa, baik di

Kepala Desa Cisolok ataupun Kepala Desa Sirnaresmi, dalam pemberian

penghargaan masih berada dalam kategori cukup (3), hal ini terjadi karena kepala

desa tidak terlalu sering memantau langsung ke lapangan, sehingga kepala desa

tidak dapat memantau siapa-siapa saja yang aktif dalam kegiatan sehingga kepala

desa dapat memberikan reward untuk warga yang memang terlibat aktif untuk

mengikuti kegiatan. Masyarakat tidak selalu memerlukan materi untuk diberikan

penghargaannya, dengan adanya perhatian kepala desa dalam memantau kegiatan

dan memberikan bahasa yang baik dalam memberikan penghargaan, masyarakat

sudah cukup terhargai tetang apa yang mereka kerjakan.

94

Item nomor 5 yaitu komitmen, dari table 4.15 dan 4.16, terlihat komposisi

jawaban dimana Desa Cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (42.95%),

dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (35.90%) , sedangkan

untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (55.35%),

dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (24.84%). Dari hasil

diatas dapat terlihat bahwa Kepala Desa Sirnaresmi mempunyai komitmen yang

lebih kuat dalam pencapaian tujuan pembangunan yang telah disepakati bersama

daripada Kepala Desa Cisolok.

Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi

inspirational motivation ini,masih banyak hal yang bias dilakukan. Seperti

misalnya memberikan penghargaan kepada masyarakat apabila telah

menyelesaikan tugasnya, baik materi atapun imateri, kemudian kepala desa lebih

menunjukan komitmennya dalam pencapaian tujuan pembangunan dengan lebih

bersemangat dan lebih sering turun langsung dalam setiap kegiatan pembangunan

di desa.

4.4.3. Dimensi intelectual stimulation (X3)

Dalam dimensi ini seorang pemimpin digambarkan mampu membimbing

dalam menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, juga

menumbuhkan ide-ide baru dalam menghadapi tantangan ke depan Dalam

penelitian ini,, dimensi intelectual stimulation diukur melalui indicator-indikator

yaitu bimbingan, solutif, dan inovatif.

95

Item nomor 6 yaitu bimbingan, Desa cisolok masyarakatnya dominan

memilih skor 3 (50.64%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2

(28.85%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang

mempunyai skor 3 (51.26%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai

skor 2 (25.79%). Dari hasil gambaran hasil diatas dapat diketahui bahwa

masyarakat memberi persepsi kepada kedua kepala desa pada item ini kurang

lebih sama. Hal ini disebabkan karena kepala desa belum terlalu intens dalam

mengikuti setiap kegiatan yang terjadi di desa, sehingga masyarakat merasa

kepala desa belum terlalu memberikan bimbingan, hal ini ditunjukkan dengan

skor yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2. Prayitno dan Erman

Amti (2004: 99), yang mendefinisikan:

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-

anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangan berdasarkan norma-norma yang berlaku.”

Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti

tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan proses seorang ahli dalam

memberikan bantuan terhadap individu atau beberapa individu baik anak-anak,

remaja atau orang dewasa agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri

serta mandiri sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal dan mencapai

kesejahteraan hidup.. Bimbingan merupakan hal yang sangat penting untuk

masyarakat. dengan bimbingan masyarakat bisa merasa lebih tenang dalam

melaksanakan setiap kegiatan pembangunan, karena dengan bimbingan pulalah

96

masyarakat bisa bertanya bila ada sesuatu yang kurang difahami, bimbingan ini

diperlukan agar pembangunan berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan

bersama.

Item nomor 7 yaitu solutif, Desa cisolok masyarakatnya dominan

memilih skor 3 (45.19%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor

2 (34.94%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang

mempunyai skor 3 (52.52%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai

skor 2 (23.58%). Dari hasil kuisioner terlihat bahwa masyarakat di kedua

memberikan persepsi cukup terhadap item ini, sehingga bisa dianggap bahwa

kedua kepala desa mempunyai nilai yang cukup dalam memberkan solusi

terhadap setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Walaupun apabila

dilihat dari kuisioner jawaban masyarakat cenderung tidak terlalu apresiatif

penilaiannya terhadap kepala desa pada item ini, terlihat pada skor yang tertinggi

kedua adalah yang skor 2.

Item nomor 8 yaitu inovatif, Desa cisolok masyarakatnya dominan

memilih skor 2 (47.76%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor

3 (33.33%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang

mempunyai skor 3 (42.14%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai

skor 2 (29.56%). Dari nilai di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di kedua desa

menganggap bahwa kepala desanya kurang memberikan inovasi, hal ini memang

terlihat pada fakta dilapangan, bahwa kepala desa pada saat menjalankan

jabatannya, masih terpaku terhadap kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan,

kalaupun ada perubahan atau sesuatu yang baru, kebanyakan memang program

97

baru yang harus dilaksanakan atas perintah dari pemerintahan yang ada diatasnya.

Dalam pembangunan, inovasi sangatlah diperlukan, hal ini disebabkan karena

zaman terus berkembang sehingga tantangan sosial akan makin beragam,

sehingga diperlukan inovasi dari kepemimpinan seorang kepala desa untuk

menjawab tantangan tersebut. Menurut Ibrahim (1988:40), inovasi adalah :

“suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai

sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang

(masyarakat), baik berupa hasil invention ataupun discovery. Inovasi

diadakan untuk mencapai tujuan tertentu”

Definisi diatas menyatakan bahwa inovasi adalah sesuatu ide, hal-hal yang

praktis, metode, cara, barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan

sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang ataupun sekelompok orang

(masyarakat). Hal yang baru tersebut dapat berupa hasil invention ataupun

discovery syang dipergunakan untuk pencapaian tujuan tertentu ataupun

pemecahan masalah. Invention adalah sesuatu hal yang benar-benar baru dan

belum ada sebelumnya, sedangkan discovery adalah penemuan sesuatu yang

sebenarnya sudah ada tetapi belum diketahui/disadari oleh orang sekitarnya.

(Ibrahim, 1988:40). Oleh karena itu kepala desa diharapkan harus bisa lebih

berinovasi utnuk dapat menjawab segala tantangan yang ada dalam

masyarakatnya.

Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi

intelectual stimulation ini, tetapi memang memerlukan kerja keras dalam

meningkatkan persepsi masyarakat dalam dimensi ini. Dalam dimensi ini seorang

kepala desa harus lebih meningkatkan keilmuannya tentang pembangunan desa,

dan harus bisa melihat lebih menyeluruh setiap permasalahan yang terjadi di desa,

98

dengan keilmuan yang telah di-upgrade, si kepala desa dapat menjadi

pembimbing bagi masyarakat desa sehingga dapat mengambil peran sebagai

problem solving bagi setiap permasalahan di desa dengan pertimbangan berbagai

sudut pandang yang nantinya akan mempermudah dalam penyelesaian suatu

masalah.

4.4.4. Dimensi individualized consideration (X4)

Dimensi yang keempat adalah dimensi individualized consideration

Dalam dimensi ini pemimpin digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau

mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dan secara khusus mau

memperhatikan kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya, juga

mampu berinteraksi dengan baik dengan orang-orang yang ada disekelilingnya.

Dalam penelitian ini dimensi individualized consideration diukur melalui

indicator-indkator mendengarkan masukan dan pengambilan keputusan bersama

yang hasilnya bisa dilihat pada table 4.19 dan 4.20.

Item nomor 9 yaitu mendengarkan masukan, Desa cisolok masyarakatnya

dominan memilih skor 3 (41.67%), dan yang kedua tertinggi adalah yang

mempunya skor 2 (31.41%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi

adalah yang mempunyai skor 4 (55.35%), dan yang tertinggi kedua adalah yang

mempunyai skor 3 (18.87%). Pada hasil kuisioner diatas, terlihat bahwa kepala

desa Sirnaresmi lebih mau mendegarkan masukan dibandingkan dengan kepala

desa Cisolok, hal ini dapat terlihat dengnan hasil-hasil keputusan yang terjadi di

Desa Cisolok didominasi oleh kepentingan segelintir orang terdekat dengan

99

kepala desa. sehingga masyarakat banyak yang mengangap bahwa kepala desa

kurang mendengarkan masukan. Sedangkan untuk desa Sirnaresmi dalam fakta di

lapangan masyarakat sebelum memberikan masukan dalam forum resmi,

masyarakat sudah lebih dulu sering diajak berdiskusi oleh kepala adat dalam

membicarakan berbagai permasalahan desa, sehingga ketika dalam forum resmi

setiap keputusan yang diambil didominasi oleh kepala adat dan kepala desa,

persepsi masyarakat sudah merupakan hasil dari masukan masyarakat yang telah

diinventarisir jauh sebelumnya.

Item nomor 10 yaitu pengambilan keputusan bersama, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 3 (38.14%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunya skor 2 (29.81%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (40.88%), dan yang tertinggi kedua

adalah yang mempunyai skor 4 (36.48%). Dari hasil kuisioner diatas, dapat

terlihat bahwa kepala Desa Sirnaresmi lebih mempunyai kecenderungan

mengedepankan pengambilan keputusan bersama disbanding dengan kepala Desa

Cisolok. Hal ini disebabkan perbedaan sudut pandang dari kedua masyarakat

tersebut. Masyarakat di Desa Cisolok menganggap bahwa kepala desanya kurang

mengedepankan keputusan bersama karena kebanyakan keputusan yang diambil

memang selalu berkaitan dengan orang-orang terdekatnya, sehingga pada saat

suatu keputusan terjadi, terkadang sebagian masyarakat menganggap itu bukan

keputusan bersama. Untuk di desa Sirnaresmi agak berbeda sudut pandangnya,

dalam setiap keputusan tentang program pembangunan, hampir selalu didominasi

oleh kepala adat, bahkan apabila ada suatu program pemerintah yang tidak sesuai

100

dengan persepsi kepala adat, maka program tersebut dapat ditolak. Tetapi

masyarakat sudah menganggap bahwa setiap keputusan yang diambil oleh kepala

adat adalah semata-mata untuk kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat

dapat menerimanya, dan menganggap bahwa keputusan yang diambil pada saat

itu merupakan keputusan bersama, memang dalam fakta di lapangan masyarakat

sebelum memberikan masukan dalam forum resmi, masyarakat sudah lebih dulu

sering berdiskusi dengan kepala adat dalam membicarakan berbagai

permasalahan desa, sehingga memang keputusan yang diambil kepala adat

bersama kepala desa sudah dianggap oleh masyarakat merupakan hasil dari

masukan masyarakat.

Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi

individualized consideration ini, yaitu dengan menjadi kepala desa lebih menjadi

pendengar yang baik bagi masyarakatnya dan mengajak seluruh elemen

masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan tanpa berat ke elemen tertentu,

agar setiap keputusan yang diambil adalah suatu keputusan yang merupakan

pencerminan keinginan masyarakat, sehingga nantinya akan lebih mudah

menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan.

4.4.5. Dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1)

Partisipasi masyarakat secara terpadu (dari partisipasi dalam perencanaan,

partisipasi dalam pelaksanaan sampai partisipasi dalam melestarikan hasil

pembangunan) merupakan sesuatu hal yang sangat penting utnuk mensukseskan

agenda pembangunan, partisipasi masyarakat diperlukan tidak hanya pada

101

pelaksanaan saja, tetapi juga partisipasi mulai dari perencanaan juga sangat

diperlukan, agar supaya program yang dilaksanakan di desa merupakan program

yang memang dibutuhkan dan diinginkan oleh desa, sehingga apabila masyarakat

sudah terlibat aktif dalam partisipasi dalam perencanaan, maka diharapkan pada

saat pelaksanaan dan pelestarian hasil pembangunan juga masyarakat dapat

terlibat aktif, karena ada rasa memiliki terhadap pembangunan di desa., Kesediaan

masyarakat untuk mengambil bagian perencaaan suatu program pembangunan

adalah merupakan indikasi adanya kemampuan awal dari masyarakat untuk

berkembang secara mandiri. Dalam hubungannya dengan partisipasi,

Tjokroamidjojo (1983 : 207) mengemukakan bahwa :

keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti

keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Dalam penelitian ini Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur

melalui indicator-indikator yaitu : Ikut serta dalam perencanaan kegiatan

pembangunan, ikut serta dalam perencanaan pembiayaan kegiatan pembangunan,

Pemberian saran dan pendapat.

Item nomor 11 yaitu Ikut serta dalam perencanaan kegiatan pembangunan,

Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (55.45%), dan yang kedua

tertinggi adalah yang mempunya skor 4 (19.23%) , sedangkan untuk desa

sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (54.60%), dan yang

tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (30.82%). Dari hasil kuisioner

diatas, maka dapat terlihat bahwa keikutsertaan dalam kegiatan perencanaan

pembangunan masyarakat desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi adalah relative

102

sama. Keikutsertaan masyarakat di kedua desa dalam kategori cukup untuk item

ini. Kehadiran masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan merupakan hal

yang sangat penting. Karena dengan hadirnya masyarakat dalam perencanaan,

maka, bisa menjadi indicator bahwa masyarakat sudah siap dan mau untuk ikut

dalam kegiatan pembangunan di desanya. Oleh karena itu, kepala desa harus bisa

menangkap setiap keinginan masyarakat, yang apabila telah dilakukan, dengan

sendirinya nanti partisipasi masyarakat dalam perencanaan akan meningkat.

Item nomor 12 yaitu ikut serta dalam perencanaan pembiayaan kegiatan

pembangunan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (40.38%),

dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (35.26%) , sedangkan

untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (48.43%),

dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (25.79%). Dari hasil

kuisioner diatas, maka dapat terlihat bahwa keikutsertaan dalam kegiatan

perencanaan pembiayaan pembangunan masyarakat Desa Sirnaresmi lebih baik

daripada Desa Cisolok, Oleh karena itu, partisipasi masyarakat di desa cisolok

harus lebih ditingkatkan lagi, dengan cara kepala desa mengajak semua elemen

masyarakat secara langsung dalam perencanaan pembiayaan pembangunan, dan

pengambilan keputusannya, sudah berdasarkan kebersamaan dengan semua

pihak.

Item nomor 13 yaitu pemberian saran dan pendapat, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 3 (38.14%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunyai skor 2 (30.77%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi,

yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (36.79%), dan yang tertinggi kedua

103

adalah yang mempunyai skor 4 (31.76%). Dari hasil kuisioner diatas, dapat

terlihat bahwa pemberian saran masyarakat desa Sirnaresmi lebih baik daripada

Desa Cisolok. Pemberian saran dalam perencanaan pembangunan sangat baik

agar supaya pemerintah tahu apa yang memang dibutuhkan oleh masyarakat desa

pada saat itu. Dari kedua desa bisa disimpulkan bahwa mereka cukup rajin dalam

memberikan saran dan pendapat, tinggal bagaimana pemerintah desa bisa

menangkap gejala ini dengan baik, sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dan

masyarakat, gejala menurunnya pemberian saran dan pendapat dari masyarakat

bisa disebabkan sikap apatis mereka terhadap proses perencanaan pembangunan,

karena tidak diakomodirnya pendapat mereka.

4.4.6. Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan (Y2)

Pemerintah tidak dapat berdiri sendiri, karena keberadaaan pemerintah

bisa ada, dikarenakan adanya masyarakat. Pelaksanaan pembangunan desa tidak

bisa diserahkan hanya kepada pemerintah desa saja. Tetapi memang dapat

difahami, ketika masyarakat tidak terlalu antusias dalam ikut serta

dalam pelaksanaan pembangunan, mungkin disebabkan karena berbagai

faktor. Menurut Sudriamunawar (2006:56) hal itu terjadi disebabkan oleh :

1. Pembangunan hanya menguntungkan segelintir orang tertentu

2. Maksud dan tujuan program pembangunan tidak dimengerti oleh

masyarakat banyak

3. Pembangunan dimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada

masyarakat dan masyarakat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya

tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat.

4. Pembangunan dipahami akan menguntungkan masyarakat, tetapi sejak

awal masyarakat tidak diikut sertakan.

104

Sehingga dapat dimaklumi ketika pemerintah desa diindikasikan

melakukan hal-hal yang telah ditulis diatas, maka masyarakat akan menarik diri

dalam partisipasinya.

Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator

yaitu : Kesediaan secara fisik, kesediaan secara materiil, dan kesediaan secara

moril.

Item nomor 14 yaitu Kesediaan secara fisik, Desa cisolok masyarakatnya

dominan memilih skor 3 (33.33%), dan yang kedua tertinggi adalah yang

mempunya skor 2 (31.09%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi

adalah yang mempunyai skor 3 (38.05%), dan yang tertinggi kedua adalah yang

mempunyai skor 4 (33.65%). Dari hasil kuisioner diatas dapat diketahui bahwa

masyarakat Sirnaresmi lebih mau berpartisipasi fisik dalam kegiatan

pembangunan dibandingkan desa Cisolok, hal ini disebabkan karena di desa

Cisolok sudah mulai skeptic, sebagian masyarakat menganggap bahwa

pembangunan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja atau kepentingan

pemerintah saja, walaupun disisi lain ketidakterlibatan secara fisik masyarakat

Desa Cisolok bias saja disebabkan oleh berbenturan waktunya dengan kegiatan

rutin mereka, seperti misalnya ada pekerjaan di luar desanya.

Item nomor 15 yaitu Kesediaan secara materi, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 3 (55.45%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunya skor 2 (19.55%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (32.39%), dan yang tertinggi kedua

adalah yang mempunyai skor 4 (27.36%). Dari kuisioner diatas dapat diketahui

105

bahwa Desa Sirnaresmi Lebih baik partisipasi materiilnya dibandingkan dengan

desa Cisolok. Hal ini disebabkan karena di Desa Sirnaresmi semangat

kebersamaannya masih tinggi, juga semangat bahwa setiap kegiatan

pembangunan adalah untuk kepentingan bersama juga masih tinggi, apalagi

ditambah kalau program tersebut didukung penuh oleh kepala adat, maka akan

dengan mudah kepala desa untuk menggerakkan masyarakat. Kesediaan materiil

tidak selalu harus berkaitan dengan uang, tetapi bisa juga berkaitan dengan

pemberian makanan, meminjamkan alat-alat untuk bekerja dan lain-lain.

Item nomor 16 yaitu Kesediaan secara moril, Desa cisolok masyarakatnya

dominan memilih skor 3 (39.94%), dan yang kedua tertinggi adalah yang

mempunyai skor 2 (32.08%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi

adalah yang mempunyai skor 4 (38.36%), dan yang tertinggi kedua adalah yang

mempunyai skor 3 (30.50%). Partisipasi masyarakat di desa Sirnaresmi dalam

kesediaan secara moril masih lebih baik dari desa Cisolok. Kesediaan moril bisa

diwujudkan dengan tidak menghalang-halangi pada saat pelaksanaan, juga ikut

memberikan semangat pada saat masyarakat yang lain sedang melaksanakan

kegiatan desa.

4.4.7. Dimensi partisipasi dalam dalam Melestarikan hasil pembangunan

(Y3)

Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator

yaitu : memanfaatan hasil pembangunan, menjaga hasil pembangunan,

memperbaiki bila ada kerusakan

106

Item nomor 17 yaitu memanfaatan hasil pembangunan, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 4 (47.12%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunya skor 3 (20.83%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (35.22%), dan yang tertinggi kedua

adalah yang mempunyai skor 5 (24.53%). Hal diatas menunjukan bahwa

masyarakat di Desa Sirnaresmi dalam memanfaatkan hasil pembangunan masih

lebih banyak daripada Desa Cisolok. Antusiasme masyarakat dalam pemanfaatan

hasil pembangunan, menunjukan adanya kesesuaian antara program yang

dijalankan pemerintahan desa dengan kebutuhan masyarakat, yang menunjukan

bahwa kepala desa dapat menangkap kebutuhan masyarakat itu.

Item nomor 18 yaitu menjaga hasil pembangunan, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 4 (41.03%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunya skor 3 (33.65%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (41.51%), dan yang tertinggi kedua

adalah yang mempunyai skor 3 (22.33%). Dari hasil kuisioner diatas, keadaan

masyarakat Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok relative sama, terlihat bahwa skor

yang tertinggi pertama dan kedua, untuk kedua desa hampir sama . Hal ini

menunjukan bahwa kedua desa memiliki semangat dalam menjaga hasil

pembangunan, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ketika suatu

pembangunan telah bisa diambil manfaatnya oleh masyarakat, maka masyarakat

akan dengan sendirinya akan menjaganya, walaupun tidak selalu sesuai dengan

keinginannya, tetapi apabila suatu pembangunan tidak memberikan manfaat

langsung kepada masyarakat, maka masyarakat relative akan tidak terlalu peduli .

107

Item nomor 19 yaitu memperbaiki bila ada kerusakan, Desa cisolok

masyarakatnya dominan memilih skor 3 (36.22%), dan yang kedua tertinggi

adalah yang mempunya skor 2 (29.49%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang

tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (36.48%), dan yang tertinggi kedua

adalah yang mempunyai skor 4 (32.39%) dari hasil kuisioner diatas dapat terlihat,

bahwa keinginan untuk memperbaiki bila ada kerusakan masyarakat Desa

Sirnaresmi masih lebih baik dari pada Desa Cisolok. Hal ini terjadi karena rasa

memiliki terhadap hasil pembangunan masyarakat Sirnaresmi masih lebih baik

daripada masyarakat Cisolok. Hal ini merupakan konsekwensi logis, dimana

masyarakat Sirnaresmi dari mulai partisipasi dalam perencanaan sampai

pelaksanaan sebagian besar menerima dan mengikutinya, sehingga secara

langsung hal ini meningkatkan rasa memiliki terhadap hasil pembangunan.

4.4.8. Pengaruh kepemimpinan terhadap Partisipasi masyarakat

Untuk memperoleh dasar argumentasi yang memadai guna menerima atau

menolak kausalitas teoritik pengaruh variabel kepemimpinan Kepala Desa

terhadap variabel partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, perlu

dilakukan analisis untuk membuktikan apakah perubahan nilai Y (partisipasi

masyarakat dalam pembangunan) dapat diprediksi oleh perubahan pada nilai X

(kepemimpinan Kepala Desa). Jika terbukti terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) terhadap variabel Y (partisipasi

masyarakat dalam pembangunan).

Selanjutnya untuk memperoleh penjelasan mengenai tingkat keeratan

108

hubungan antara variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) dengan variabel Y

(partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa), maka perlu dilakukan analisis

korelasi.Oleh karena tingkat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala interval maka digunakan analisis Korelasi Produk Moment.

Berdasarkan hasil pengujian analisis statistik, yang telah dilakukan pada

pengujian hipotesis pada Bab ini, diperoleh nilai koefisien korelasi Produk

Moment untuk desa Cisolok adalah sebesar 0.761, sedangkan Desa Sirnaresmi

adalah 0,601. Besamya nilai koefisien korelasi ini, menunjukan adanya pengaruh

variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel tergantung (dependent

variabel). Artinya, berdasarkan hasil analisis uji korelasi tersebut dapat dikatakan

bahwa kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa. Dengan demikian, keadaan yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat dapat diterangkan dengan jalan menganalisis

kepemimpinan Kepala Desa.

Lebih lanjut, secara statistik langkah uji analisis korelasi tersebut perlu

dilanjutkan dengan uji signifikansi. Langkah uji signifikansi, dilakukan dengan

maksud untuk menguji apakah pengaruh yang terjadi dari suatu variabel bebas

terhadap variabel tergantung, terjadi secara signifikansi (bermakna), ataukah

hanya terjadi secara kebetulan belaka. Dalam kaitan ini, uji signifikansi yang

digunakan adalah uji perbandingan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.Nilai

yang dihasilkan oleh analisis signifikansi mempunyai nilai signifikan karena t-

hitung lebih besar dari t-tabel. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai t-hitung

dalam konteks ini untuk desa Cisolok adalah 20.653, sedangkan Desa Sirnaresmi

109

adalah 13,367 dan nilai t-tabel adalah sebesar 1.659. Dengan demikian hasil

perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai t-tabel berada dibawah nilai t-

hitung. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi ini, maka dapat disimpulkan

bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung yang meneerminkan

koefisien korelasi adalah pengaruh yang signifikan, dan bukan terjadi secara

kebetulan. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa pengaruh kepemimpinan

Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa

Cisolok dan Desa Sirnaresmi merupakan pengaruh yang signifikan.

Lebih lanjut melalui analisis determinasi yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh variabel X (kepemimpinan

Kepala Desa) terhadap variabel Y (partisipasi masyarakat dalam pembangunan

desa), diperoleh nilai koefisien determinasi untuk Desa Sirnaresmi adalah 0,3612,

sedang Z-nya sebesar 0,6388, sedangkan di Desa Cisolok adalah 0.5791 dengan

Z-nya sebesar 0,4209. Hasil ini mendeskripsikan bahwa kepemimpinan Kepala

Desa mempunyai pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan

desa di Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi Kecamatan, Cisolok Kabupaten

Sukabumi.

Analisis regresi dilakukan untuk memperoleh informasi analisis hubungan

kausal yang dipakai untuk menguji hubungan sebab akibat antara kepemimpinan

terhadap partisipasi masyarakat. Untuk menguji hipotesis ada tidaknya hubungan

(pattern of relation) antara Y dan X dan berapa besar perubahan pada Y apabila X

berubah Aplikasi metode analisis regresi terhadap data penelitian, secara lengkap

dapat dilihat pada pengujian hipotesis diatas didapat persamaan regresi linear

110

untuk untuk desa Cisolok Adalah Y=5.976+0.791X sedangkan untuk desa

Sirnaresmi adalah Y= 11.074+0.594X

Persamaan ini memberi makna bahwa terdapat pola hubungan yang

positif, misalnya dimana perubahan-perubahan pada Y (desa Cisolok) sebesar

0,791 merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada nilai X. Artinya jika X =

0 maka nilai Y = 5.976. Dan jika X = 1 maka nilai Y = 6.767 dan seterusnya. Hal

ini berarti pertambahan nilai X sebesar satu satuan maka nilai Y akan bertambah

sebesar 0,791. Sedangkan desa di Desa Srinaresmi penambahan satu nilai X

berarti nilai Y akan bertambah 0.594. Analisis di atas menggambarkan bahwa ada

hubungan linier bersifat posistif antara kepemimpinan Kepala Desa dengan

partisipasi masyarakat.Hubungan demikian memberi makna bahwa semakin baik

kepemimpinan Kepala Desa, maka akan semakin meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa

Selain hasil analisis statistik itu banyak fakta empiris yang menunjukkan

adanya kepemimpinan Kepala Desa dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa mempunyai pengaruh, dimana kepemimpinan Kepala Desa

berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Tetapi ada factor lain yang memberikan pengaruh selain kepala desa, misalnya

oleh kepala adat, ulama setempat, atau orang yang dituakan.

Pengaruh kualitas kepemimpinan kepala desa dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik tingkat pendidikan, pengalaman, maupun proses penyeleksian pada

saat pemilihan kepala desa.

Kepemimpinan yang sesungguhnya diinginkan oleh masyarakat adalah

111

kepemimpinan yang mampu menggerakan partisipasi masyarakat dalam rangka

pencapaian tujuan yang diharapkan oleh masyarakat ataupun oleh Kepala Desa.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut teori kepemimpinan, Covey (dalam Rivai,

2003 : 156) menyatakan bahwa : pemimpin itu adalah Pathfinding (pencaraian

alur), Aligning (penyelaras), Empowering (pemberdaya). Melihat kondisi secara

empirik di desa yang dijadikan objek penelitian konsep tersebut diatas masih

belum dilaksanakan secara optimal. Sehubungan dengan kedudukan Kepala Desa

yang cukup dominan maka Kepala Desa mempunyai peluang untuk menggerakan

dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Kepala Desa sebagai penggerak dan mediator pembangunan mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan setiap program

pembangunan, oleh karena itu kepala desa harus menjadi teladan didepan

masyarakat sehingga masyarakat mempunyai panutan yang bisa diikuti yang

dengan sendirinya akan mempermudah dalam proses kepemimpinan sebagai

kepala desa.

Selain keteladanan, seorang kepala desa juga harus mempunyai visi yang

jelas dan dikomunikasikan dengan masyarakatnya. Visi merupakan sesuatu hal

yang sangat penting, karena dengan jelasnya visi seorang pemimpin maka akan

dapat dijadikan rujukan oleh pengikutnya. Visi yang digagas oleh seorang

pemimpin harus mampu memberikan inspirasi bagi tumbuhnya visi tersebut,

artinya visi diketahui, dipahami dan dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya. Apabila seorang kepala desa sudah

mempunyai visi yang jelas maka akan dengan mudah dalam menentukan

112

langkahnya dalam pencapaian tujuan, dan apabila masyarakat yang dipimpinnya

sudah paham maka akan lebih mudah dalam menggerakkannya.

Selain hal-hal diatas, seorang kepala desa juga harus dapat menjadi

seorang pendengar yang baik. Walaupun memang terkadang menjadi pendengar

yang baik bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi seseorang yang karena status,

posisi dan wewenangnya basa didengar dan bukan mendengar. Menurut Siagian

(2010 : 107), ada sepuluh hal berikut yang diperlukan agar seseorang menjadi

pendengar yang efektif :

a. Berhentilah bicara karena seseorang tidak dapat mendengarkan

dengan baik pada waktu ia bicara

b. Timbulkan suasana yang memungkinkan orang yang berbicara

melakukannya dalam suasana bebas tanpa diliputi oleh rasa takut.

c. Tunjukkan kepada orang yang sedang berbicara bahwa anda ingin

mendengarkanhal-hal yang ingin disampaikannya

d. Jauhkan hal-hal yang mungkin menjadi distraksi

e. Tumbuhkan rasa empati, dalam arti bahwa anada dapat

menempatkan diri pada posisi orang yang sedang bicara itu.

f. Bersikap sabar dalam arti sediakan waktu yang ckup untuk

mendengarkannya dan pendengar hendaknya jangan melakukan

interupsi dalam bentuk apapun.

g. Pendengar hendaknya jangan emosional, apalagi maah, karena

seseorang yang sedang marah akan menginterpretasikan kata-kata

orang lain dengan saah atau tidak tepat.

h. Pendengar yang baik tidak akan beradu argument dengan

pembicaraan dan tidak akan melemparkan kritik terhadap apa yang

dikatakannya. Berbuat demikian akan menempatkan pembicara

berada pada posisi defensive yang mungkin akan mengakibatkan

berhenti bicara.

i. Pendengar sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya, untuk

kejelasan yang sekalgus berarti ia adalah seorang pendengar yang

betul-betul menaruh minat pada hal yang sedang dibicarakan.

j. Berhenti bicara, sebagai pedoman pertama dan terakhir untuk

menjadi pendengar yang efektif.

Dari kedua desa yang diteliti, kepala desa sudah cukup bisa menjadi

pendengar yang baik dari apa yang disampaikan oleh masyarakat, tetapi

113

kelemahannya terkadang hasil dengar pendapat tersebut kurang bisa diaplikasikan

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh yang berbicara. Seorang kepala desa juga

harus mampu memberikan bimbingan kepada masyarakat dan menjadi solusi bagi

setiap permasalahan yang ada di masyarakat.

Salah satu ciri dari suatu daerah yang sudah maju dan mandiri adalah

terciptanya peranserta masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan.

Masyarakat makin terbuka dan makin tinggi kesadarannya, serta semakin tanggap

dan kritis terhadap segala hal yang menyangkut kehidupannya. Sudriamunawar

(2006:54) menyatakan :

Bahwa keberhasilan penyelenggaraan pembangunan nasional menuntut

adanya partisipasi masyarakat, karena partisipasi masyarakat akan

menunjang dalam pengelolaan potensi daerah, sehingga proses

pembangunan akan berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Secara sederhana, partisipasi masyarakat adalah peran serta atau

keikutsertaan masyarakat. Untuk mendorong masyarakat mau berpartisipasi dalam

proses pembangunan itu sendiri masih merupakan masalah yang perlu dicari

pemecahannya. Mendorong, bukan mengharuskan masyarakat dalam

berpartisipasi; Tidak cukup dikatakan bahwa karena pembangunan itu untuk

masyarakat, maka masyarakat akan mengikuti, tetapi seorang kepala desa juga

harus mampu menjelaskan arti pentingnya pembangunan dan manfaatnya buat

masyarakat. Pengalaman pembangunan membuktikan bahwa seringkali

pembangunan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat ternyata tidak sesuai

dengan harapan rakyat.

Kesediaan masyarakat untuk mengambil bagian penyelenggaraan suatu

program pembangunan adalah merupakan indikasi adanya modal awal dari

114

masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Dalam hubungannya dengan

partisipasi, Tjokroamidjojo (1983 : 207) mengemukakan bahwa :

keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti

keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Pelaksanaan pembangunan desa akan efektif apabila Kepala Desa mampu

menerima, menyerap dan menterjemahkan setiap program pembangunan, baik

yang datang dari pemerintah maupun dari masyarakat. Disisi lain program

pembangunan yang dilaksanakan mendapat dukungan dari seluruh lapisan

masyarakat. Partisipasi masyarakat harus dartikan secara luas, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, samapai menjaga hasil pembangunan. Sudriamunawar

(2006 : 49) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam praktiknya

mengandung beberapa pengertian, yaitu :

1. Keterlibatan dalam proses; penentuan arah strategi dan

kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggung jawab dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan.

3. Keterlibatan memetik hasil dan manfaat pembangunan secara adil

dan merata.

Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa tidak

terlepas dari adanya pemberian kesempatan untuk masyarakat terlibat secara

langsung dalam setiap pengambilan keputusan menyangkut program kegiatan

dan proyek pembangunan di desa. kemudian dengan apabila keputusan diambil

bersama, maka masyarakat akan merasa bertanggung jawab dan akan ikut dalam

pelaksanaan kegiatan program desa. Dengan demikian masyarakat akan merasa

bahwa hasil pembangunan yang dilaksanakan juga merupakan milik mereka

sendiri, sehingga bila dituntut agar masyarakat menjaga hasil tersebut, maka

115

dengan senang hati masyarakat akan menjaganya.

Secara emosional orang akan dengan senang hati mau menjaga,

memelihara, sesuatu yang mereka buat sendiri. Artinya jika mereka dilibatkan

atau terlibat dalam perencanaan sampai pelaksanaan maka besar kemungkinan

mereka pun akan dengan sukarela memanfaatkan dan menjaganya. Hanya dengan

melibatkan sebanyak mungkin masyarakat sebagai subjek pembangunan maka

keberlangsungan {sustainable) dari program kegiatan dan proyek pembangunan

desa tersebut dapat terwujud dengan baik. Dan untuk itu sejak awal masyarakat

sudah dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya. Kalaupun

memang itu merupakan program yang langsung dari pemerintah diatasnya

Banyak masyarakat yang tidak peduli apakah pemerintah mau

melaksanakan pembangunan atau tidak, mereka juga kurang peduli apakah

mereka dilibatkan atau tidak. Apa pun penyebabnya semestinya masyarakat tidak

boleh menolak untuk ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan. Pada saat

yang sama pemerintah desa harus mengambil inisiatif untuk menyelesikan

masalah tersebut efektif dan efisien.

Keterlibatan moral, fisik maupun materi, adalah kepercayaan terhadap

pemerintah dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan harapan masyarakat. Harus

diakui secara empirik bahwa tingkat kepercayaan masyarakat masih harus

ditingkatkan. Ketika masyarakat mempercayakan kepada pemerintah untuk

mengelola dana masyarakat ternyata hasilnya terkadang masih tidak sesuai

harapan. Konsekuensinya kepercayaan warga masyarakat terhadap pemerintah

akan menurun. Apabila pemerintah sudah tidak dapat dipercaya, maka agak sulit

116

bagi pemerintah untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi langsung

dalam berbagai program dan proyek pembangunan desa yang berasal dari

pemerintah.

Pembangunan sebagai bagian dari kegiatan pemerintahan adalah

merupakan tanggung jawab antara pemerintah dan yang diperintah. Masyarakat

sebagai kelompok terbesar, suka ataupun tidak suka harus tetap bertanggung

jawab terhadap seluruh aktivitas pembangunan yang terjadi di wilayahnya.

Karena dampak dari semua itu tetap akan terpulang kepada masyarakat. Jika ada

sebagian masyarakat hanya dapat berpartisipasi melalui kontribusi biaya maka

yang lainnya dapat memberikan kontribusi berupa tenaga atau pemikiran. Setiap

pihak harus memahami akan kekurangan dan keterbatasan masing-masing

sehingga dapat saling take and give untuk saling melengkapi kekurangan masing-

masing, baik itu pemerintah dengan masyarakatnya ataupun anatara suatu

kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.