BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian...

31
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Pada bab ini akan diuaraikan mengenai kajian pustaka yang berisi sebagai berikut: penelitian terdahulu yang isinya berupa tinjauan terhadap hasil-hasil penelitian dengan objek yang relevan , pendekatan masalah yang berisi pendapat- pendapat ilmiah yang kemudian dapat digunakan sebagai landasan berpikir, kerangka pemikiran yang berisi model berpikir peneliti tentang bagaimana masalah penelitian dicarikan solusinya secara sistematis dan ilmiah, dan hipotesis. 1.1.1 Penelitian Terdahulu Winarsih (2008) dengan judul penelitian “Implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar” (studi kasus di Kabupaten Semarang).Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru, namun dikhususkan pada guru-guru sekolah dasar dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan lima buah indikator teori implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi implementor, struktur birokrasi, dan lingkungan sosial ekonomi. Dengan menggunakan lima buah indikator ini, maka Winarsih percaya bahwa Implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Semarang sangat dipengaruhi dan dapat diukur berdasarkan lima faktor diatas. Jika kelima

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kajian Pustaka

Pada bab ini akan diuaraikan mengenai kajian pustaka yang berisi sebagai

berikut: penelitian terdahulu yang isinya berupa tinjauan terhadap hasil-hasil

penelitian dengan objek yang relevan , pendekatan masalah yang berisi pendapat-

pendapat ilmiah yang kemudian dapat digunakan sebagai landasan berpikir,

kerangka pemikiran yang berisi model berpikir peneliti tentang bagaimana

masalah penelitian dicarikan solusinya secara sistematis dan ilmiah, dan hipotesis.

1.1.1 Penelitian Terdahulu

Winarsih (2008) dengan judul penelitian “Implementasi kebijakan

sertifikasi guru sekolah dasar” (studi kasus di Kabupaten Semarang).Penelitian ini

dilakukan untuk menilai bagaimana pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru, namun

dikhususkan pada guru-guru sekolah dasar dengan mengambil lokasi penelitian di

Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan lima buah

indikator teori implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi

implementor, struktur birokrasi, dan lingkungan sosial ekonomi. Dengan

menggunakan lima buah indikator ini, maka Winarsih percaya bahwa

Implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Semarang

sangat dipengaruhi dan dapat diukur berdasarkan lima faktor diatas. Jika kelima

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

2

faktor berjalan dengan optimal maka implementasi dapat dinyatakan relatif baik

namun jika tidak berjalan dengan optimal maka implementasi kebijakan dapat

dikategorikan gagal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penjelasan deskriptif. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan studi

kasus, dimana rancangan ini dipilih karena penelitinya ingin memberikan

gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat dua

jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yang pertama data primer berupa

hasil wawancara dengan informan sebagai sumber data, dan data sekunder berupa

kutipan atau analisis dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek

penelitian. Adapaun data-data dari penelitian ini diambil dengan menggunakan

teknik-teknik sebagai berikut: wawancara, diskusi kelompok terarah, observasi,

dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa implementasi kebijakan

sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Semarang berjalan cukup

baik.Indikator-indikator yang dipakai untuk mengukur implementasi kebijakan

sertifikasi guru dinilai telah berjalan relatif optimal.Masalah signifikan yang

terjadi dalam penelitian ini adalah, masalah komunikasi dan sosial ekonomi.

Komunikasi disini maksudnya belum baiknya pihak yang melakukan sertifikasi

dalam mengkomunikasikan informasi-informasi kepada guru-guru, sehingga

seringkali ditemukan salah persepsi di kalangan para guru mengenai bagaimana

proses sertifikasi seharusnya berjalan. Sedangkan untuk masalah lingkungan

sosial ekonomi disini disebutkan adalah kurang mendukungnya lingkungan sosial

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

3

ekonomi di Kabupaten Semarang dalam menunjang proses implementasi

kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar. Pada akhirnya ada beberapa saran yang

direkomendasikan terkait dengan penelitian dari Winarsih ini, antara lain:

1. Dalam proses implementasi kebijakan tentang implementasi kebijakan

sertifikasi guru SD di Kabupaten Semarang ini diperlukan komitmen dan

dukungan yang kuat dari berbagai pihak terutama dari Pemerintah Daerah

agar tujuan ideal yang akan diwujudkan dapat tercapai

2. Pemerintah agar segera membayar tunjangan profesi bagi guru yang sudah

memiliki sertifikat pendidik dan tunjangan-tunjangan lain sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen. Dengan demikian maka tujuan pemerintah untuk

memberdayakan profesi guru yang berujung pada peningkatan kualitas

pendidikan di Indonesia dapat terwujud.

Penelitian ini memilikikesamaan dari segi pendekatan metode dan teknik

pengumpulan data dengan penelitian yang peneliti lakukan namun agak berbeda

dalam objek penelitian dan teori yang digunakan.

Mira Nurhayati (2008) dengan judul penelitian Pengaruh implementasi

Kebijakan Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan

Antapani pada Dinas Pendidikan Kota Bandung.Penelitian ini bermaksud untuk

mengukur dan menjelaskan pengaruh implementasi kebijakan sertifikasi guru

terhadap kinerja guru SD Negeri di Kecamatan Antapani.Terdapat dua indikator

kinerja dalam penelitian ini, yaitu kedisiplinan dan kemampuan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

4

mengajar.Sedangkan untuk variabel implementasi memakai tiga indikator yaitu

organisasi, komunikasi dan kemampuan pelaksana (implementator).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

eksplanatif.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan

juga penelitian lapangan yang meliputi observasi non-patisipan, wawancara dan

penyebaran angket pada 22 orang responden dengan teknik sensus. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan hasil output rank bahwa nilai mean untuk guru yang

belum disertifikasi (0) jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean guru

yang sudah disertifikasi (31,16<45,18). Penelitian ini menyimpulkan bahwa

implementasi kebijakan sertifikasi guru memiliki pengaruh terhadap kinerja guru

SD di Kecamatan Antapani pada Dinas Pendidikan Kota Bandung, sehingga

faktor lain yang tidak diukur tidak mempunyai pengaruh yang berarti seperti

kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

Antapani Kota Bandung.

Adapun saran-saran yang dikemukakan oleh peneliti setelah melakukan

penelitian antara lainadalah :

1. Implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan yang selama ini

ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) ke depan harus ditetapkan dalam bentuk Peraturan

Pemerintah (PP) agar sesuai dengan amanat Pasal 11 Ayat (4) Undang-

Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

2. Guru yang telah mengikuti sertifikasi harus selalu meningkatkan

kinerjanya dengan mengikuti pendidikan lanjutan, ikut serta dalam forum

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

5

ilmiah, mau belajar dalam membuat karya ilmiah, dimana komponen-

kompenen ini merupakan komponen yang jarang dimiliki guru dalam

portofolio.

3. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting,

karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan

program pendidikan di sekolah, termasuk pengembangan kinerja guru.

Jika dibandingkan dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Mira

Nurhayati ini memiliki kemiripan dalam objek penelitian dan perbedaan dalam

teknik pengumpulan data dan pendekatan penelitian.

Bambang Budi Raharjo (2009) dengan penelitian berjudul Dampak

Kebijakan Akreditasi Sekolah dan Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan Mutu

Pendidikan di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini

berangkat dari pertanyaan, Adakah jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan

kualitas kompetensi guru sebagai agen pembelajaran ? Adakah peningkatan

kinerja guru setelah memperoleh sertifikat pendidik ? Bagaimanakah bentuk-

bentuk pembinaan kepada guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik ? Dan

berbagai pertanyaan lain yang serupa. Secara umum tujuan penelitian ini adalah

mengevaluasi pelaksanaan dan dampak dari kebijakan akreditasi sekolah dan

sertifikasi guru tersebut terhadap peningkatan mutu di Indonesia khususnya di

Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian evaluasi-responsif

(responsive-evaluation) (Borg, Borg & Gall, 2003). Evaluasi-responsif memfokus

pada perhatian dan isu yang berkembang pada stakeholder; dalam konteks

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

6

penelitian ini evaluasi-responsif diarahkan untuk menilai proses dan dampak

kebijakan akreditasi sekolah/madrasah dan sertifikasi guru terhadap peningkatan

mutu pendidikan yang dirasakan oleh stakeholder pendidikan (satuan pendidikan),

baik dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan siswa. Oleh

karena itu dalam evaluasi responsif yang dijadikan bahan penilaian bukan hanya

data kuantitatif saja melainkan juga data kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukan dari aspek input, yang meliputi

penetapan kuota, penetapan peserta, sosialisasi, workshop penyusunan portofolio,

pengiriman berkas, penerimaan pengumuman hasil, penerimaan sertifikat,

pengusulan tunjangan, realisasi pencarian tunjangan, sudah dilaksanakan sesuai

dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Dalam hal kondisi peserta sertifikasi

guru diungkap dari aspek persepsi, motivasi, kesiapan peserta sertifikasi guru

menunjukkan kondisi yang baik.Dalam kaitannya dengan sarana dan prasarana

sertifikasi guru dipelajari dari aspek organisasi/lembaga, personal, anggaran,

fasilitas sudah memenuhi yang dipersyaratkan. Proses sertifikasi guru diungkap

dari aspek jadwal dan tahapan pelaksanaan sertifikasi guru dan koordinasi antar

unit, kemudahan untuk memberi dan atau memperoleh layanan, sudah

dilaksanakan meskipun belum semuanya memuaskan peserta sertifikasi guru.

Ditemukan permasalahan sertifikasi guru dalam aspek penetapan peserta

sertifikasi guru 4,4%, permasalahan dalam sosialiasi sertifikasi guru 4,6%,

permasalahan dalam workshop penyusunan portofolio11,3%, permasalahan dalam

kesiapan peserta sertifikasi guru 12,3%, permasalahan dalam penyusunan

portofolio 24,8%, permasalahan dalam pengiriman berkas protofolio 32,8%,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

7

permasalahan dalam penerimaan pengumuman hasil 13,9%, permasalahan dalam

penerimaan sertifikat 15.4%, permasalahan dalam pengusulan tunjangan 17,6%,

permasalahan dalam realisasi pencarian tunjangan peserta 13,4%, permasalahan

dalam jadwal dan tahapan pelaksanaan sertifikasi guru 11,4%, permasalahan

dalam koordinasi antar unit yang terkait dalam pelaksanaan sertifikasi guru

11,66% , permasalahan dalam memperoleh layanan dari pihak yang berkait

dengan sertifikasi guru 21,4%, dan permasalahan dalam pemenuhan kuota

sertifikasi guru24,6%. Dampak sertifikasi guru menunjukkan, dari aspek

peningkatan kinerja guru sebagai agen pembelajaran 90.4%, peningkatan kinerja

sekolah 92.3%, peningkatan mutu pendidikan di tingkat kabupaten/kota 88.9%,

peningkatan kesejahteraan guru bersertifikat 98.9%, peningkatan martabat guru

bersertifikat 89.9%, peningkatan motivasi guru yang belum bersertifikat 87.2%,

dan peningkatan apresiasi pemangku kepentingan terhadap kinerja guru

bersertifikat76.1%. Prospek Sertifikasi Guru menunjukkan temuan, aspek persepsi

tentang keberlanjutan program sertifikasi guru 97.8%, persepsi tentang

keberlanjutan pemberian tunjangan profesi guru 95.6%, prospek tentang mutu

pendidik 92.7%, prospek tentang profesi guru sebagai profesi yang setara dengan

profesi lain8 9.9%, prospek tentang penjaminan dan perlindungan terhadap profesi

guru 93.2%, dan kebanggaan responden terhadap profesi guru 93.2%.

Jika dibandingkan dengan penelitian ini, penelitian yang peneliti lakukan

memiliki kemiripan dalam hal objek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis

data namun berbeda dalam sudut pandang analisis, pendekatan penelitian, dan

metode yang digunakan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

8

1.1.2 Implementasi Kebijakan

Jika berbicara mengenai implementasi kebijakan, maka akan lebih baik

kalau terlebih dahulu memahami definisi dari kata implementasi sendiri. Kamus

Webster dalam Solichin Abdul Wahab ( 2004 : 64), pengertian implementasi

dirumuskan secara pendek bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to

provide means for carrying out ( menyediakan sarana untuk melaksanakan

sesuatu) ; to give practical effec to ( menimbulkan dampak/akibat terhadap

sesuatu). Berdasarkan pengertian ini maka dapat diketahui kalau implementasi

mengandung pengertian sebuah upaya atau proses untuk menjalankan sebuah

keputusan tertentu. Dalam konteks studi mengenai kebijakan publik, makna dari

implementasi ini bukanlah sekedar penerapan keputusan politik menjadi sebuah

aksi nyata yang dapat dirasakan masyarakat melainkan juga mencakup keputusan,

konflik, dinamika masyarakat, dan apa yang didapat masyarakat dari sebuah

kebijakan. Maka jika mengacu pada definisi implementasi ini, dapat diasumsikan

kalau proses implementasi merupakan aspek penting dari keseluruhan proses

kebijakan.

Carl Friedrich mengemukan pengertian kebijakan sebagai berikut

“Kebijakan adalah suatu tindakan, mengarah pada tujuan, diusulkan seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu, sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan, seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran diinginkan” (dalam Wahab, 1997 : 18).Senada dengan

pendapat tersebut, Hoogerwerf mengemukakan kalau kebijakan dapat

didefinisikan “Kebijakan dapat dilukiskan sebagai usaha untuk mencapai tujuan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

9

tertentu dengan memakai sarana tertentu. Kebijakan adalah semacam jawaban

terhadap suatu masalah.Kebijakan adalah suatu upaya untuk memecahkan,

mengurangi atau mencegah suatu masalah dengan cara tertentu yaitu tindakan

terarah” (Hoogerwerf,1983 : 3-4). Jika mengacu pada pendapat beberapa ahli

diatas maka dapat dilihat secara umum kebijakan sebagai sebuah keputusan atau

konsensus yang dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, dalam konsep kebijakan

publik, kebijakan dibuat untuk memenuhi kepentingan-kepentingan, atau sebagai

jawaban atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Dalam ranah kebijakan publik, James E. Anderson berpendapat “Public

policy are those policies developed by governmental bodies and officials atau

Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-

badan dan pejabat-pejabat pemerintah”(dalam Islamy, 2003 : 19). Implikasi dari

pengertian yang dibuatnya, kemudian Anderson perpendapat :

1. Kebijakan publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan

tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat

pemerintah.

3. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah. Jadi, bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud

akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu.

4. Kebijakan publik itu dapat bersifat positif dalam arti merupakan beberapa

tindakan pemerintah mengenai masalah tertentu atau bersifat negatif

dalam arti merupakan keputusan pejabat pemrintah untuk tidak

melakukan sesuatu.

5. Kebijakan publik setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan

melalui atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan

bersifat memaksa.

(dalam Islamy, 2003 : 19)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa

kebijakan publik memiliki makna sebuah atau serangkaian keputusan yang dibuat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

10

oleh pemerintah dengan orientasi tertentu dan dimaksudkan untuk kepentingan

orang banyak. Aturan atau ketentuan yang dibuat pemerintah tentunya mengacu

pada tujuan ideal demi kebaikan masyarakat banyak, namun apakah nanti

kebijakan ini dapat memberi pengaruh nyata pada masyarakat akan sangat

tergantung pada proses penerapan atau implementasinya.

Pelaksanaan atau implementasi dari sebuah kebijakan adalah konsekuensi

logis dari pemaknaan kebijakan itu sendiri. Sebuah kebijakan dapat dikatakan

berhasil jika kebijakan tersebut dapat memenuhi tujuannya secara konkrit yaitu

sebagai bentuk jawaban pemerintah dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Sebuah kebijakan yang tidak dapat diimplementasikan hanya akan menjadi hiasan

dari lembaran negara tanpa dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi

masyarakat banyak. Pentingnya proses implemantasi ini dapat dilihat dalam

pendapat Chief J.O.Udodji yang menyatakan “The execution of policies is as

important if not more important than policy making. Policies will remain dreams

or blue prints in file saks unless then are implemeted, diartikan sebagai

implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang penting, bahkan mungkin lebih

penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa

impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak

diimplementasikan” (dalam Wahab, 1990 : 45).

Tachjan (2008 : 3), mengemukakan bahwa mengubah program-program

menjadi praktek tidaklah sesederhana sebagaimana tampaknya karena berbagai

hal yang berkaitan dengan sifat dari permasalahan, situasi sekelilingnya, atau

organisasi sebagai mesin administratif yang bertugas melaksanakannya, maka

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

11

program-program tidak dapat dilaksanakan sebagaimana yang dimaksud. Jika

mengacu pada pendapat ini maka harus dipahami bahwa proses implementasi

sebuah kebijakan adalah sebuah proses kompleks karena menyangkut banyak

aspek dan harus dilakukan dengan sistematis dan hati-hati untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Karena kompleksnya proses implementasi ini beberapa ahli

membuat berapa model yang dapat menjadi acuan untuk melaksanakan proses

implementasi.

Lester dan Stewart Jr (2000 : 14) berpendapat bahwa implementasi sebagai

suatu proses dan suatu hasil. Keberhasilan dari sebuah implementasi dapat dilihat

dari bagaimana implementasi itu dijalankan dan apakah proses implementasi ini

mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sejalan dengan

pendapat ini Grindle (1980:8-13) bahwa pengukuran implementasi sebuah

kebijakan dapat diukur dari prosesnya, maksudnya adalah dengan

mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan dan kemudian apakah tujuan dari program tersebut telah

dapat dicapai dengan sempurna. Pada dasarnya, menurut Grindle, keberhasilan

atau kegagalan sebuah proses implementasi kebijakan secara umum dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu isi kebijakan (contens of public policy) dan konteks

kebijakan (contexs of policy). Isi dari kebijakan menyangkut tujuan yang ingin

dicapai sehingga berpengaruh pada arah implementasi sebuah kebijakan dan juga

nantinya akan mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan tersebut. Isi

kebijakan mengandung unsur-unsur yaitu kepentingan, manfaat, perubahan yang

diharapkan serta sumberdaya yang dibutuhkan dalam menjadikan sebuah proses

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

12

implementasi berhasil. Sedangkan konteks dari kebijakan dimaksudkan sebagai

kondisi lingkungan yang mempengaruhi impelementasi kebijakan secara

keseluruhan.Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi konteks kebijakan adalah

kekuasaan, kelompok kepentingan, dan lembaga-lembaga terkait yang dapat

mengendalikan suatu kebijakan.

Jones (1994 : 166), mengemukakan “implementation is that set of

activities directed toward putting program into effect”.Implementasi adalah suatu

kegiatan yang dimaksudkan untuk membuat sebuah program berjalan, lebih lanjut

disebutkan terdapat tiga kegiatan yang harus dilakukan terkait dengan hal ini yaitu

organization, interpretation, application. Organization adalah segala tindakan

yan berkaitan dengan pembentukan dan penataan sumber daya, unit-unit, dan

metode untuk membuat sebuah program berjalan. Jadi untuk mencapai tujuan

sebuah kebijakan, pemerintah harus mampu menghimpun dan mengolah segala

sumber daya dan memanfaatkannya semaksimal dalam proses implementasi

kebijakan tersebut. Interpretation, adalah menafsirkan sebuah kebijakan menjadi

sebuah rencana kerja yang jelas sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan.

Dalam proses implementasi sebuah kebijakan peran birokrasi sebagai

“mesin pemerintah” sangatlah besar. Birokrasi berperan besar dalam

menginterpretasikan sebuah kebijakan menjadi sebuah tindakan operasional dan

nyata. Kebijakan yang telah dioalah menjadi tindakan operasional yang nyata

tidaklah berisi tujuan umum yang hendak dicapai melainkan telah dirumuskan

konkritnya seperti alokasi dana, sumber daya, personal dan detail lainnya. Jadi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

13

pada level ini kebijakan telah menjadi sebuah proyek atau prosedur kerja yang

nyata dan bisa diterapkan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas maka dapat diketahui bahwa

implementasi adalah aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

Proses implementasi ini sebuah proses yang terencana, dinamis, dan kompleks

namun disisi lain harus dapat diukur. Proses implementasi menurut peneliti,

sebenarnya adalah dimana sebuah kebijakan diuji, apakah benar-benar dapat

bermanfaat bagi masyarakat atau hanya sebuah wacana politik yang hadir untuk

orientasi kekuasaan.

Van Meter dan Van Horn mengemukakan sebuah gambaran implementasi

sebagai berikut :

Komunikasi Antar

Organisasi dan Kegiatan

Implementasi

Kinerja Kebijakan

Standar dan

Sasaran Kebijakan

Sumber Daya

Karakteristik

Organisasi PelaksanaSikap Pelaksana

Lingkungan Ekonomi

Dan Sosial Politik

Gambar 2.1 Model Proses Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

(dalam Tachjan, 2008 : 40)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

14

Terkait dengan penjelasan skema ini Meter dan Horn (dalam Tachjan 2008

: 39), mengemukakan bahwa ada enam variabel bebas yang saling berkaitan yang

dapat mempengaruhi proses implementasi kebijakan yaitu :

1. Standar dan sasaran kebijakan

2. Sumber Daya

3. Karakteristik agen pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

5. Sikap para pelaksana

6. Lingkungan sosial, ekonomi, politik

Jadi dalam pandangan Meter dan Horn untuk menganalisis sebuah proses

implementasi kebijakan maka dapat dilakukan dengan meneliti kondisi variabel-

variabel di atas. Apabila variabel-variabel diatas berjalan dengan ideal maka dapat

dikatakan proses implementasi berjalan dengan baik. Proses implementasi yang

baik akan membuat sebuah kebijakan dapat menjadi sebuah konsep nyata yang

dapat memberi kontribusi positif pada masyarakat.

Selanjutnya Jones (1994 : 12) membuat pengertian implementasi

kebijakan sebagai “getting the job done and doing it”. Meski ini merupakan

pengertian sederhana namun ini adalah inti dari semua proses implementasi.

Kemudian Jones (1994 : 13) membuat batasan implementasi sebagai “a procces

off getting additional resources so as to figure out what is to be done”. Dalam hal

ini jones berpendapat bahwa dalam sebuah proses implementasi perlu dilakukan

upaya untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia sehingga dapat

diperhitungkan apa yang harus dikerjakan. Untuk melakukan identifikasi dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

15

analisis dalam sebuah proses implementasi Jones (1996 : 296) mengemukakan

tiga hal yang mencakup ke dalam proses ini yaitu:

1. Organization (Organisasi), berhubungan dengan pembentukan atau

penataan kembali sumberdaya, unit-unit dan metode yang mengarah pada

upaya mewujudkan kebijakan agar berhasil sesuai dengan tujuan dan

sasaran kebijakan.

2. Interpretation (Interpretasi), berhubungan dengan kegiatan untuk

menerjemahkan sebuah kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional

dan mudah dipahami, sehingga substansi kebijakan dapat dipahami oleh

pelaku kebijakan dan dapat dilaksanakan dengan mudah.

3. Application (Aplikasi), berhubungan dengan ketentuan rutin penyediaan

pelayanan, pembayaran atau lainnya sesuai dengan tujuan kebijakan yang

ada.

Secara sederhana proses Implementasi Kebijakan menurut Jones dapat

dilihat dari gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Jones

IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN

ORGANIZATION INTERPRETATION APPLICATION

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

16

Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier mengemukakan model A Frame

Work for Implementations Analysis (1983), mengemukakan bahwa variabel-

variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada proses implementasi

dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Tractability of the problems, maksudnya adalah tingkat kesulitan, mudah

atau tidaknya masalah yang digarap untuk dikendalikan

2. Ability of policy decision to structure implementation, maksudnya adalah

kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat

proses implementasinya

3. Nonstatury variable affecting implementation, maksudnya pengaruh

langsung dari berbagai variabel yang termuat dalam keputusan kebijakan

tersebut.

Terkait dengan model Mazmanian dan Sabatier ini dapat dijelaskan setiap

kategori variabel yang disebutkan di atas terdiri dari beberapa dimensi sebagai

berikut :

1. Mudah atau tidaknya msalah dikendalikan dengan indikator: 1) kesukaran-

kesukaran teknis, 2) keragaman perilaku kelompok sasaran, 3) prosenstase

kelompok sasaran sebanding jumlah penduduk, 4) ruang lingkup

perubahan perilaku yang diinginkan.

2. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implenetasi dengan

indikator: 1) kejelasan dan kosistensi tujuan, 2) digunakannya teori kausal

yang memadai, 3) ketepatan alokasi sumber dana, 4) keterpaduan hierarki

dalam dan diantara lembaga pelaksana, 5) aturan-aturan keputusan dari

badan pelaksana, 6) rekruitmen pejabat pelaksan, 7) akses formal pihak

luar.

3. Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi,

dengan indikator: 1) kondisi sosio ekonomi dan teknologi, 2) dukungan

public, 3) sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok, 4)

dukungan dari pejabat atasan, 4) dukungan dari pejabat atasan, 5)

komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana

(dalam Tachjan, 2008 : 59)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

17

Model proses implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier dapat dilihat pada

gambar selanjutnya :

Gambar 2.3 Konsep Model Implementasi Mazmanian dan Sabatier

(Sumber : Tachjan, 2008 : 58)

Banyaknya pilihan cara yang dikemukakan oleh berbagai ahli menunjukan

bahwa besarnya concern studi kebijakan publik untuk mengamati proses

implementasi kebijakan. Hal ini memberi gambaran bahwa masalah implementasi

pada sebuah proses kebijakan adalah masalah yang krusial. Implementasi yang

baik akan mentranformasi sebuah kebijakan dari sebuah produk politik menjadi

sesuatu yang konkrit dan berguna bagi masyarakat banyak.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

18

1.1.3 Sertifikasi Guru

Sebuah studi yang dilakukan Heyneman dan Loxley di 29 negara pada

tahun 1983 menyebutkan bahwa diantara berbagai masukan (input) yang

menentukan kualitas pendidikan (yang diukur dari prestasi belajar siswa)

sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru menjadi semakin penting ketika

kita berbicara dalam konteks negara berkembang yang sarana dan prasarana

pendidikannya terbatas. Hasil lengkap dari penelitian tersebut adalah: pada 16

negara berkembang guru memberi kontribusi pada prestasi belajar sebesar 34%,

manajemen 22%, waktu belajar 16%, dan saran fisik 26%. Fasli Jalal (2007 : 1)

berpendapat bahwa pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan

guru yang bermutu, yaitu guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diasumsikan kalau keberadaan guru yang

bermutu adalah syarat utama sistem dan praktek pendidikan yang bermutu.

Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan

ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120).Karena

tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan keberadaan guru

sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi akan urgensinya guru

bagi anak didik. Sedangkan kalau menurut Undang - Undang No. 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

19

Jika mengacu pada Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang -

Undang No. 14 Tahun 2005 maka ada beberapa peran guru dalam proses

pendidikan di Indonesia, yaitu :

1. Guru Sebagai Pendidik. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh,

panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh

karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang

mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.Guru harus

memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku

dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus

bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di

sekolah.Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara

mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,

serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.

2. Guru sebagai Pengajar. Dalam tugasnya, guru membantu peserta didik

yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum

diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang

dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan

teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan

hal-hal baru dan mengikuti perkembangan zaman. Derasnya arus

informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar.

Masihkah guru diperlukan mengajar di depankelas seorang diri,

menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk itu guru harus

senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional, sehingga tugas

dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat.

3. Guru sebagai Pembimbing. Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan

sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus

merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,

menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan

serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

peserta didik. Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh

guru harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta

didik. Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan

yang direncanakan dan dilaksanakannya.

4. Guru sebagai Pengarah. Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik,

bahkan bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan

peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang

dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan

dan menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan

peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta

didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam

menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

20

5. Guru sebagai Pelatih. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan

latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut

guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik

dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-

masing peserta didik. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus

memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu

memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya.

Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal

dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.

6. Guru sebagai Penilai. Penilaian atau evalusi merupakan aspek

pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar

belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila

berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan

dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian,

karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau

proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta

didik.

(dalam Panduan Sertifikasi Guru, 2008 : 12)

Jika mengacu pada kompleksnya tuntutan terhadap peran seorang guru,

maka peningkatan terhadap kualitas guru melalui program sertifikasi guru yang

dicanangkan pemerintah dapat dipandang sebagai sebuah konsekuensi logis. Oleh

karena itu kebutuhan buru untuk menjadi sebuah profesi yang mengedepankan

profesionalitas adalah sebuah target yang harus dicapai. (Jones, Jenkin & Lord,

2006:1), berpendapat bahwa salah satu faktor mendasar yang menentukan

ketercapaian tujuan pendidikan adalah guru. Peran guru amat signifikan bagi

setiap keberhasilan proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini maka menjadi

penting untuk seorang guru memiliki kompetensi agar dapat berperan nyata dalam

peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Webster’s New World Dictionary mendefensikan profesi sebagai “Suatu

pekerjaan yang meminta pendidikan tinggi dalam liberal art atau science dan

biasanya meliputi pekerjan mental, bukan pekerjaan manual”. Sedangkan Good’s

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

21

Dictionary of educationmendefinisikan sebagai “suatu pekerjaan yang meminta

persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh

suatu kode etik khusus”.Berdasarkan pengertian dari dua kamus ini dapat

disimpulkan kalau sederhananya profesi mengandung pengertian sebagai sebuah

pekerjaan yang menuntut kualitas dan kompetensi bagi siapa yang

mengerjakannya.

Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176)

“occuption is one reguiring, advanced educational and special training “ Profesi

adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus.

Kemudian Levine dalam Soetjipto dan Kosasi. (1999 : 15) berpendapat bahwa:

profesi adalah jabatan yang mengandung pengertian: 1) melayani masyarakat,

merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti

pekerjaan), 2) memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan

khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya), 3) menggunakan hasil

penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil

penelitian), 4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang,

5)terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk

(untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan

khususyang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat

keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan tertentu

(tidak teratur orang lain), dan beberapa syarat lain yang menuntut pemahaman,

loyalitas, dan keinginan untuk terus berkembang dalam konteks pekerjaan.

Jika mengkategorikan guru sebagai sebuah profesi, tentunya profesi guru

akan menuntut sebuah profesionalitas bagi siapapun yang menggelutinya.

Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional harus

memiliki persyaratan yang meliputi :

1. Memiliki bakat sebagai guru

2. Memiliki keahlian sebagai guru

3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi

4. Memiliki mental yang sehat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

22

5. Berbadan sehat

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

7. Berjiwa Pancasila

8. Merupakan warga negara yang baik

Sedangkan menurut Undang - Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan dan akhlak mulia

3. Memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan

bidang tugas

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan dan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-

hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

(dalam Panduan Sertifikasi Guru, 2008 : 54)

Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu

guru yangdibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus

uji sertifikasiguru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok

sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru.

Tunjangan tersebut berlaku, baikbagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil

(PNS) maupun bagi guru yang berstatusnon-pegawai negeri sipil (non

PNS/swasta).Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraanguru maka diharapkan

dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan diIndonesia secara

berkelanjutan. Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

23

surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan

yang terakreditasisebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi

kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai

agen pembelajaran. Sertifikasi guru juga dapat diartikan sebagai suatu proses

pemeberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk

melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus

uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 :

34).

Sejak diundangkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, UU

No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, maka wacana mengenai sertifikasi guru

mendominasi pemberitaan di media massa maupun diskusi dan seminar di dan

untuk kalangan guru. Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35)

mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru adalah :

1. melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan

2. melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,

sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan

3. membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan

menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi

terhadap pelamar yang kompeten

4. membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

kependidikan, memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan tenaga kependidikan.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan

bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam

melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

24

profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4)

mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

Proses sertifikasi gurumerupakan proses yang panjang, alur sertifikasi

guru ini berdasarkan ketentuan Departemen Pendidikan Nasional adalah sebagai

berikut :

1. Persiapan pelaksanaan sertifikasi guru diawali dengan penyusunan

pedoman pelaksanaansertifikasi guru oleh Ditjen PMPTK dan Ditjen

Dikti.

2. Berdasarkan surat dari Dirjen PMPTK, Dinas Pendidikan Provinsi

membentuk panitiapelaksana sertifikasi guru tingkat provinsi dan Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota. Salahsatu tugas panitia tingkat

kabupaten/kota adalah membuat daftar urut prioritas pesertasertifikasi guru

berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PMPTK.

3. Ditjen PMPTK melaksanakan sosialisasi pelaksanaan sertifikasi kepada

DinasPendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam

kegiatan ini DinasPendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota menerima dokumendokumendari Ditjen PMPTK sebagai

berikut. a) instrument portofolio, b) pedoman sertifikasi guru bagi Dinas

pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota, c) pedoman sertifikasi guru bagi

peserta, d) Daftar kuota peserta sertifikasi guru untuk masing-masing

Kabupaten/Kota, e) Jadwal pelaksanaan sertifikasi guru

4. Berdasarkan daftar urut prioritas peserta sertifikasi guru dan kuota yang

diterima dariDitjen PMPTK di wilayah kerjanya, panitia di tingkat

kabupaten/kota menetapkan danmenyerahkan daftar peserta sertifikasi ke

panitia tingkat provinsi.

5. Panitia tingkat provinsi mengumpulkan daftar peserta sertifikasi dari

panitia tingkatkabupaten/kota untuk selanjutnya diserahkan ke panitia

tingkat pusat (Ditjen PMPTK).

6. Dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan kabupaten/kota

mengadakan sosialisasi pelaksanaan sertifikasi kepada guru yang ada di

wilayahnya. Dalam kegiatan ini guru menerima daftar peserta sertifikasi,

berkas sertifikasi (nomor peserta, format pendaftaransertifikasi, instrumen

portofolio), dan informasi lain.

7. Guru yang ditetapkan sebagai peserta sertifikasi menghimpun seluruh

dokumenportofolio yang dimiliki, difotocopy dan ditata secara kronologis

berdasarkan unsur dankomponen yang dinilai, meminta legalisasi dan

mengatur secara berurutan berdasarkantahun perolehan portofolio.

8. Portofolio yang telah disusun (dokumen-dokumen dilegalisasi oleh yang

berwenang),instrumen portofolio yang telah diisi lengkap, serta

persyaratan lainnya kemudiandiserahkan ke Panitia Sertifikasi Tingkat

Kabupaten/Kota untuk selanjutnya diserahkanke Rayon LPTK yang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

25

ditunjuk sebagai pelaksana sertifikasi. Daftar peserta yang

telahmengumpulkan dokumen portofolio diserahkan ke Panitia Tingkat

Provinsi dan DitjenPMPTK.

9. Setelah melalui proses penilaian portofolio di Rayon LPTK yang ditunjuk,

maka hasilnyaakan disampaikan oleh Rayon LPTK ke Panitia Sertifikasi

Tingkat Pusat (DitjenPMPTK), Panitia Sertifikasi Tingkat Provinsi, dan

Panitia Sertifikasi TingkatKabupaten/Kota untuk diinformasikan kepada

peserta sertifikasi.

10. Guru yang dinyatakan lulus dalam penilaian portofolio akan diberi

sertifikat pendidik.Guru yang dinyatakan belum lulus harus melengkapi

portofolio atau mengikutipendidikan dan pelatihan profesi guru (Diklat

Profesi Guru/DPG). Diklat Profesi Gurudiakhiri dengan ujian. Bagi guru

yang tidak lulus ujian diberi kesempatan untukmengulang ujian sebanyak

dua kali.

11. Ditjen PMPTK akan memberi Nomor Registrasi Guru bagi guru yang

lulus sertifikasi.

Gambaran umum yang lebih sederhana tentang alur sertifikasi guru dapat

dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 2.4 Alur Sertifikasi Guru Menurut Ketentuan Departemen Pendidikan Nasional

GURU DALAM

JABATAN

PENILAIAN

PORTOFOLIO

Lulus

Tidak Lulus

DIKLAT

PROFESI

KEGIATAN

TAMBAHAN

LENGKAPI PF

UJIAN

BELAJAR

MANDIRI

SERTIFIKAT PENDIDIK

Tidak Lulus

Lulus

UJIAN

ULANG

Lulus

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

26

1.2 Kerangka Pemikiran

Pendidikan adalah faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu

negara. Pendidikan akan membawa peradaban sebuah bangsa ke tingkat yang

lebih tinggi sehingga memungkinkan terciptanya penemuan-penemuan baru pada

berbagai bidang untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak. Ada banyak

variabel yang mempengaruhi tingkat atau kualitas pendidikan, seperti sarana dan

prasarana, manajemen sekolah, ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan pemerintah,

dan kualitas sumberdaya yang menjalankan pendidikan. Variabel-variabel ini

saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain, dibutuhkan suatu upaya

terpadu dan berkesinambungan dari semua pihak yang terkait dalam usaha

meningkatkan kualitas pendidikan pada suatu wilayah. Kebijakan Sertfikasi Guru

merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan,

khususnya untuk meningkatkan performa atau kompetensi guru di seluruh

wilayah Indonesia.

Pada dasarnya setiap kebijakan pemerintah merupakan sebuah produk atau

hasil dari proses politik yang ditujukan sebagai jawaban akan kebutuhan-

kebutuhan masyarakat. Lebih lanjut ada tiga tahapan dalam proses kebijakan yaitu

tahapan formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan. Ketiga tahapan ini

merupakan sebuah proses yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain,

sehingga masing-masing tahapan haruslah dikerjakan secara sistematis, serius

dan terfokus demi kepentingan publik.

Implementasi adalah sebuah proses yang menjembatani antara kebijakan

sebagai sebuah hasil atau modus dari proses politik menjadi kebijakan sebagai

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

27

sesuatu yang nyata dan dapat diterapkan untuk kebaikan masyarakat banyak.

(Tachjan, 2008 : 3), berpendapat bahwa mengubah kebijakan kedalam sebuah

program bukan semudah membalik telapak tangan, dan tidak dapat sebagai

sesuatu yang sederhana, karena terkait dengan sifat dan permasalahan situasi

sekelilingnya, atau organisasi sebagai mesin administratif yang melaksanakannya,

maka program-program yang dimaksudkan mungkin tidak dapat dilaksanakan

sebagaimana dengan yang dimaksudkan. Jadi proses implementasi bukanlah

sebuah proses yang sederhana dan cepat, melainkan sebuah proses yang bertahap

dan sistematis, oleh karena itu memungkinkan untuk mengukur dan menganalisis

sebuah implementasi kebijakan secara ilmiah.

Kebijakan Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam

meningkatkan kompetensi sekaligus kesejehteraan para guru. Sederhananya guru-

guru yang mengikuti proses sertifikasi kemudian akan mendapat sertifikat

pendidik sebagai tanda mereka telah melalui proses sertifikasi dan diakui

memiliki kompetensi sebagai tenaga pendidik yang bersertifikat.Menurut Samani

(2006 : 8) sertiifikat pendidik adalah bukti formal dari pemenuhan dua syarat,

yaitu kualifikasi akademik minimum dan penguasaan kompetensi minimal sebagai

guru. Sedangkan menurut Trianto dan Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah

surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan

yang terakreditasisebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi

kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai

agen pembelajaran.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

28

Berdasarkan kedua pendapat ini dapat diketahui kalau kebijakan sertifikasi

guru adalah kebijakan untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru

oleh pemerintah yang didasari pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Bagi

guru-guru yang telah berhasil menyelasaikan proses sertifikasi kemudian akan

diberi surat pengakuan resmi dari pemerintah, yang dengan berlakunya surat

tersebut maka melekatlah seperangkat hak dan kewajiban tertentu pada guru

tersebut. Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kebijakan ini sudah ideal, namun

untuk mengetahui apakah kebijakan telah mampu menghadirkan manfaat-manfaat

yang nyata bagi masyarakat, maka diperlukan sebuah pemahaman dan analisis

tentang bagaimana kebijakan sertifikasi guru ini di implementasikan di Kabupaten

Poso.

Fenomena implementasi kebijakan sertifikasi guru di Kabupaten Poso

merupakan sesuatu yang dapat dan menarik untuk diteliti. Sebagai alat bantu

untuk menganalisis dan meneliti masalah ini peneliti menggunakan model analisis

proses implementasi yang dikemukakan oleh Jonesyang menyatakan bahwa

implementasi sebuah kebijakan dapat dinilai dan dianalisis dengen mengamati

proses-proses sebagai berikut :

1. Tahap organisasi, tahap ini adalah tahapan pengaturan seluruh pihak-pihak

yang terlibat dalam implementasi kebijakan menjadi sebuah organisasi

yang rapi dan dinamis sehingga dapat menjalankan proses implementasi

dengan baik. Pada tahapan ini dilakukan penataan semua sumber daya,

unit-unit, dan cara-cara yang digunakan untuk membuat proses

implementasi kebijakan berjalan. Pada penelitian ini yang tercakup

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

29

kedalam tahap pengorganisasian adalah, penguatan dan kejelasan struktur

organisasi pelaksana kebijakan, anggaran untuk implementasi kebijakan,

pengolahan sarana dan prasarana, penentuan standar operasional prosedur

dan koordinasi antar implementator.

2. Tahap Interpretasi, tahapan ini adalah tahapan dimana kebijakan

ditranformasikan dari sebuah produk tertulis dari sebuah proses politik

menjadi sebuah program yang terarah dan dapat diimplementasikan. Pada

tahapan ini kebijakan yang pada mulanya adalah sebuah konsep yang

abstrak dirubah menjadi sebuah konsep yang konkrit sehingga dapat

dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Tahap Interpretasi

dalam penelitian ini mencakup pembuatan petunjuk pelaksanaan

kebijakan, sosialisasi kebijakan, komunikasi antara pelaksana kebijakan

dan kejelasan informasi kebijakan

3. Tahap Aplikasi, maksudnya adalah pelaksanaan dari kegiatan sebagai

wujud nyata dari implementasi kebijakan. Dengan adanya proses

interpretasi dan pengorganisasian kebijakan sebagai dua proses awal

implementasi kebijakan maka tahapan aplikasi ini untuk menguji apakah

dua tahapan awal tadi telah berjalan dengan ideal. Pada tahapan ini akan

terlihat apakah proses implementasi kebijakan telah mampu memberikan

pengaruh positif, khususnya pada target kebijakan dan masyarakat banyak

pada umumnya.

Dalam konteks penelitian ini penggunaan model proses implementasi yang

dikemukakan Jones ini hanya sebagai alat bantu agar penelitian berjalan dengan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

30

sistematis dan fokus. Peneliti tidak akan melakukan pengujian teori melainkan

berusaha memberikan gambaran situasi di lapangan sesuai dengan realitas yang

sebenarnya.

Gambar 2.5 Model Kerangka Pemikiran

1.3 Proposisi

Dari kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka dapat diambil proposisi

sebagai berikut :

“ Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru di Kabupaten Poso dapat berjalan

dengan efektif jika proses implementasi kebijakan yaitu tahap organisasi, tahap

interpretasi, dan tahap aplikasi berjalan dengan baik”.

Kebijakan Sertifikasi Guru

1. Tahap Organisasi

2. Tahap Interpretasi

3. Tahap Aplikasi

Hasil Implementasi

Proses Implementasi

Kondisi Nyata Hasil Implementasi

Kebijakan Sertifikasi Guru Di

Kabupaten Poso

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2009/170720090011_2_1829.pdf · gambaran yang terperinci dan detail mengenai objek penelitiannya. Terdapat

31