2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik,...

27
9 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan memaparkan berbagai teori dari beberapa ahli yang menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi, dan infrastruktur yang mencakup infrastruktur jalan, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Di samping itu, dalam bab ini akan membahas tentang penelitian terdahulu serta kerangka dan hipotesis berdasarkan penelitian tersebut. 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori akan dijelaskan mengenai definisi yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian antara lain mengenai pertumbuhan ekonomi serta infrastruktur. 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat ditandai dengan adanya peningkatan terhadap output yang dihasilkan. (Sukirno, 2006) mengartikan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian nasional dari waktu ke waktu. Perkembangan perekonomian tersebut dinyatakan dalam bentuk presentase kenaikan pendapatan nasional riil pada satu tahun tertentu terhadap pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya. Dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, seperti: (1) tanah dan kekayaan alam lainnya; (2) jumlah dan mutu dari penduduk serta tenaga kerja; (3) barang-barang modal dan tingkat

Transcript of 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik,...

Page 1: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

9

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan memaparkan berbagai teori dari beberapa ahli yang

menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi, dan infrastruktur yang mencakup

infrastruktur jalan, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Di samping itu, dalam bab ini

akan membahas tentang penelitian terdahulu serta kerangka dan hipotesis

berdasarkan penelitian tersebut.

2.1 Landasan Teori

Dalam landasan teori akan dijelaskan mengenai definisi yang memiliki

keterkaitan dengan judul penelitian antara lain mengenai pertumbuhan ekonomi

serta infrastruktur.

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat ditandai dengan adanya peningkatan terhadap

output yang dihasilkan. (Sukirno, 2006) mengartikan bahwa pertumbuhan ekonomi

sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan

perekonomian nasional dari waktu ke waktu. Perkembangan perekonomian tersebut

dinyatakan dalam bentuk presentase kenaikan pendapatan nasional riil pada satu

tahun tertentu terhadap pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya. Dalam

rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi terdapat faktor penting yang

mempengaruhinya, seperti: (1) tanah dan kekayaan alam lainnya; (2) jumlah dan

mutu dari penduduk serta tenaga kerja; (3) barang-barang modal dan tingkat

Page 2: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

10

teknologi; (4) sistem ekonomi dan sikap masyarakat; dan (5) luas pasar sebagai

sumber pertumbuhan.

Selanjutnya, Menurut Kuznets dalam (Todaro & Smith, 2009) mengartikan

bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang

ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan tersebut tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang

diperlukannya. Kemajuan tekonologi merupakan faktor dalam pertumbuhan

ekonomi. Adanya teknologi yang maju dapat menentukkan derajat pertumbuhan

kemampuan dalam penyediaan berbagai jenis barang kepada penduduknya.

Meskipun begitu, penggunaan teknologi secara luas dan efisien membutuhan

adanya penyesuaian baik dalam bidang kelembagaan maupun ideologi. Dengan

begitu, inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara tepat sehingga dapat

meningkatkan pendapatan perkapita.

Sedangkan menurut (Todaro & Smith, 2009) pertumbuhan ekonomi

merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produksi terhadap suatu

perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu

sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama

semakin besar. Terdapat tiga komponen utama dalam menentukan pertumbuhan

ekonomi, di antara lain:

1. Akumulasi modal, yaitu meliputi semua bentuk investasi baru yang

ditanamkan seperti tanah, peralatan fisik, serta sumber daya manusia

melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, serta keterampilan.

Page 3: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

11

2. Pertumbuhan penduduk, yang menimbulkan adanya pertumbuhan angkatan

kerja.

3. Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan diperoleh apabila sebagian dari pendapatan yang

diterima saat ini ditabung dan diinvestasikan kembali dalam rangka meningkatkan

output dan pendapatan di masa yang akan datang. Akumulasi modal tersebut dapat

dilakukan dengan investasi secara langsung untuk meningkatkan stok modal

(capital stock) fisik seperti pengadaan pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan, dan

bahan baku. Di samping invetasi produktif yang bersifat langsung, dibutuhkan

adanya investasi penunjang yaitu investasi infrastruktur sosial dan ekonomi.

Infrastruktur sosial dan ekonomi tersebut meliputi pembangunan jalan, penyediaan

energi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya.

Pertumbuhan jumlah penduduk berbanding lurus dengan pertumbuhan

angkatan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang

merangksang pertumbuhan ekonomi. Dengan jumlah tenaga kerja yang lebih besar

akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif, meskipun hal tersebut

tergantung kepada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan

mempekerjakan secara produktif peningkatan kerja tersebut.

Kemajuan teknologi merupakan faktor penting dalam terjadinya

pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kemajuan teknologi merupakan dasar bagi

berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Hal tersebut

dikarenakan kemajuan teknologi memberikan dampak besar dengan memberikan

cara-cara baru serta penyempurnaan cara lama dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Page 4: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

12

Sementara itu, (Jhingan, 2007) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor ekonomi dan faktor non

ekonomi. Faktor ekonomi sendiri terdiri dari faktor produksi sebagai kekuatan

utama dalam pertumbuhan ekonomi. Faktor ekonomi terdiri dari:

1. Sumber daya alam, yaitu mencakup kesuburan tanah, letak dan susunannya,

kekayaan hutan, mineral, iklim sumber air, sumber daya laut, dan lain-lain.

Tanpa adanya sumber daya alam yang berlimpah, suatu negara tidak akan

mampu berkembang dengan pesat.

2. Akumulasi modal, yaitu persediaan modal yang meningkat seiring dengan

berjalannya waktu. Modal sendiri berarti persediaan faktor produksi yang

secara fisik dapat direproduksi. Proses dalam pembentukan modal bersifat

kumulatif dan mandiri serta mencakup tiga tahap yang saling berkaitan

yaitu: (a) keberadaan real savings dan kenaikannya; (b) keberadaan kredit

dan lembaga keuangan untuk memobilisasi tabungan dan menyalurkannya;

(c) manggunakan tabungan untuk investasi barang modal.

3. Organisasi, yaitu berkaitan dengaan mengoptimalkan penggunaan faktor

produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi teridiri dari pengusaha

maupun institusi pemerintah yang berperan dalam melengkapi modal dan

tenaga kerja, serta membantu produktivitasnya.

4. Kemajuan teknologi, yaitu berkaitan dengan perubahan dalam metode

produksi yang merupakan teknik penelitian dan inovasi baru yang dapat

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, modal, dan faktor produksi

lainnya.

Page 5: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

13

5. Pembagian kerja dan skala produksi, yaitu sepesialisasi dan pembagian

kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

6. Perubahan struktural, yaitu mengacu pada transisi masyarakat dari pertanian

tradisional menuju ekonomi industri modern yang melibatkatkan lembaga,

sikap sosial, dan motivasi.

Di samping faktor ekonomi, terdapat faktor nonekonomi yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Faktor sosial dan budaya, yaitu dengan adanya perubahan dalam pandangan

harapan, struktur, dan nilai sosial.

2. Faktor sumber daya manusia, yaitu dengan meningkatkan ilmu

pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan masyarakat, termasuk dalam

bidang kesehatan, pendidikan dan pelayan sosial lainnya.

3. Faktor politik dan administratif, yaitu dengan menerapkan kebijakan fiskal

dan moneter dengan tepat.

2.1.1.1. Model Pertumbuhan Neoklasik Solow

Salah satu teori dasar yang memberikan kontribusi besar terhadap

pertumbuhan neoklasik yaitu teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Robert

Solow atau lebih dikenal sebagai model pertumbuhan Solow (Solow growth model).

Model ini dirancang dalam rangka melihat bagaimana pertumbuhan persediaan

modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan berinteraksi dalam

perekonomian serta melihat bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan

jasa suatu negara keseluruhan. (Mankiw, 2009). Menurut (Todaro & Smith, 2009)

Page 6: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

14

model pertumbuhan neoklasik Solow ditulis dengan menggunakan fungsi produksi

Cobb-Douglas, yakni:

𝒀 = 𝑨 𝑲𝜶 𝑳𝟏−𝜶

Di mana,

𝑌 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

𝐴 : Tingkat kemajuan teknologi (yang menentukan produktivitas

tenaga kerja dan pertumbuhannya ditentukan oleh variabel

eksogen)

𝐾 : Stok modal fisik dan modal manusia

𝐿 : Tenaga kerja

𝛼 : Elastisitas output terhadap modal

Model pertumbuhan neoklasik Solow pada dasarnya merupakan

pengembangan dari model pertumbuhan Harrod-Domar. Dalam model

pertumbuhan Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh investasi

atau modal. Sedangkan dalam pertumbuhan neoklasik Solow, pertumbuhan

ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh modal, tetapi juga oleh tenaga kerja serta

teknologi. Dalam model pertumbuhan Solow, input tenaga kerja dan modal

dianalisis secara bersamaan menggunakan asumsi skala hasil tetap (constant return

to scale). Akan tetapi, dalam model pertumbuhan Sollow memungkinkan adanya

subtitusi diantara kedua input tersebut sehingga dapat menggunakan asumsi skala

hasil yang semakin menurun (diminishing return to scale). Dalam model

pertumbuhan ini, kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk

Page 7: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

15

menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan tinggi rendahnya

pertumbuhan tersebut, sehingga diasumsikan bersifat eksogen atau tidak

dipengaruhi oleh faktor lain (Todaro & Smith, 2009). Selain itu, juga terdapat

asumsi-asumsi lain seperti adanya satu komoditi gabungan yang diproduksi, output

yang digunakan merupakan output bersih, faktor tenaga kerja dan modal dibayar

sesuai dengan produktivitas fisik marjinalnya, harga upah fleksibel, stok modal

bekerja secara penuh atau full employment, tenaga kerja dan modal saling

bersubtitusi, kemajuan teknis yang netral, serta rasio tabungan yang konstan

(Jhingan, 2007).

2.1.1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dalam melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dapat ditunjukkan

dengan melihat PDRB dari daerah tersebut. Menurut Bank Indonesia (2017),

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan

seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah dari nilai

barang serta jasa akhir yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui bagaimana

kondisi ekonomi pada suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Sedangkan PDRB

perkapita merupakan nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi diperoleh

dari setiap individu atau pendapatan rata-rata penduduk. PDRB perkapita diperoleh

dari PDRB riil dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut.

Menurut BPS (2009), PDRB dibagi menjadi 2 macam penilaian, yaitu

PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan PDRB atas dasar harga konstan

(ADHK). PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan tentang nilai tambah

Page 8: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

16

barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun berjalan atau

berlaku setiap tahunnya. PDRB atas dasar berlaku bermanfaat untuk mengetahui

sebaran dan struktur ekonomi. Sehingga PDRB perkapita atas dasar berlaku

menunjukkan nilai PDRB untuk setiap penduduk pada tahun tersebut. Sedangkan

PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tentang nilai tambah barang dan

jasa yang diukur dengan harga pada satu tahun tertentu yang dijadikan sebagai

tahun dasar. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui

bagaimana pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara rill dari tahun ke tahun atau

pertumbuhan ekonomi suatu daerah tanpa dipengaruhi oleh faktor harga. Oleh

karena itu, PRB perkapita atas dasar harga konstan menunjukkan pertumbuhan

ekonomi secara riil untuk setiap penduduk pada suatu daerah.

Menurut BPS (2017), perhitungan PDRB menggunakan 3 macam

pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Produksi atau Lapangan Usaha

PDRB merupakan nilai tambah barang dan jasa yang diperoleh dari kegiatan

ekonomi pada suatu daerah tersebut dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan

ekonomi tersebut dibagi menjadi 17 lapangan usaha yang terdiri dari

pertanian, perhutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian;

industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air; pengendalian

sampah; limbah dan daur ulang; konstruksi; perdagangan; transportasi;

penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa

keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi

Page 9: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

17

pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa

kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.

2. Pendekatan Pengeluaran

PDRB merupakan seluruh unsur dalam permintaan akhir yang meliputi

pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga

swasta yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan seperti yayasan,

pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik

bruto, perubahan inventori, dan ekspor bersih.

3. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa (sewa tanah, upah dan gaji, keuntungan,

dan bunga modal) yang berasal dari sumber daya yang digunakan yang

memiliki keterlibatan dalam proses produksi pada suatu daerah dalam kurun

waktu tertentu. Dalam definisi ini, PDRB termasuk didalamnya penyusutan

dan pajak tidak langsung bersih.

2.1.2 Infrastruktur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia infrastruktur diartikan sebagai

sarana prasarana umum. Sedangkan dalam (Pearce, 1992) infrastruktur dianggap

sebagai elemen dalam struktural ekonomi yang menyediakan fasilitas dalam

kegiatan arus barang dan jasa antara penjual dan pembeli. Fasilitas tersebut

biasanya disediakan oleh otoritas publik dan dianggap sebagai prasyarat untuk

pertumbuhan ekonomi dalam suatu perekonomian. Menurut (Kodoatie, 2005)

infrastruktur merupakan fasilitas fisik yang dikembangkan maupun dibutuhkan

oleh agen publik dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan seperti

Page 10: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

18

penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, serta pelayanan

lainnya untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi dan sosial. Kemudian, (Mankiw,

2009) mengartikan infrastruktur sebagai wujud dari modal publik (public capital)

yang terbentuk dari pengeluaran pemerintah. Modal publik tersebut meliputi jalan,

jembatan, dan sistem saluran pembuangan. Hirschman dalam (Bashir, et al., 2013),

mendefinisikan infrastruktur sebagai Social Overhead Capital (SOC). SOC adalah

layanan dasar yang dibutuhkan masyarakat dan masyarakat merupakan modal

sosial utama yang dimiliki pemerintah. SOC merupakan infrastruktur publik

termasuk transportasi, pendidikan, kesehatan, komunikasi, utilitas dan lain

sebagainya. Selain itu, (O'Sullivan, et al., 2013) menyatakan bahwa infrastruktur

termasuk bagian dari modal fisik yang menyediakan layanan dan fasilitas yang

diperlukan agar aktivitas ekonomi dapat berfungsi dengan baik. Menurutnya, sistem

transportasi dan komunikasi, jalan, pembangkit listrik, sekolah, dan sebagainya

merupakan bagian dari infrastruktur yang menentukan bagaimana kapasitas suatu

negara dalam memproduksi barang dan jasa. Menurut Musgrave, terdapat dua

elemen dalam layanan publik, yakni non-rivalness dan non-excludability. Non-

rivalness adalah penggunaan seseorang terhadap layanan publik tidak menghalangi

orang lain untuk menggunakannya. Sedangkan yang dimaksud non-excludability

adalah apabila seseorang mengkonsumsi layanan publik, tidak memungkinkan

membatasi orang lain untuk menggunakannya (Rietveld & Bruinsma, 1998).

Infrastruktur sendiri memiliki beberapa karakteristik, yang pertama, memiliki

bentuk fisik pada jangka panjang, dan memerlukan waktu dalam pembangunannya.

Kedua, memiliki beberapa alternatif dalam jangka pendek. Ketiga mampu

Page 11: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

19

memperlancar aliran barang dan jasa. Ketiga, memiliki peran penting sebagai

barang komplementar terhadap barang dan jasa dalam faktor produksi. Keempat,

memiliki eksternalitas positif sehingga manfaatnya dapat dinikmati banyak orang

(Baldwin & Dixon, 2008).

2.1.2.1. Jenis Infrastruktur

Berdasarkan beberapa penelitian, infrastruktur dikelompokkan menjadi

beberapa jenis. (Sturm, et al., 1995) membagi infrastruktur menjadi dua bagian,

yaitu infrastruktur dasar (basic infrastructure) dan Infrastruktur pelengkap

(complementary infrastructure). Infrastruktur dasar terdiri dari berbagai sektor

yang memiliki karakteristik publik serta memiliki kepentingan mendasar dalam

sektor ekonomi lainnya. Selain itu, infrastruktur dasar tidak dapat diperdagangkan

dan tidak dapat dipisahkan baik teknis maupun spasial. Sektor ini terdiri dari kereta

api utama, jalan, kanal, pelabuhan dan dermaga, telegraf elektromagnetik, drainase,

tanggul, reklamasi tanah, dan lain-lain. Sedangkan infrastruktur pelengkap merujuk

pada bagian-bagian kecil dari infrastruktur seperti kereta api ringan, trem di

perkotaan, gas, listrik, pasokan air, jaringan telepon lokal dan lain sebagainya.

Selanjutnya, berdasarkan World Development Report (World Bank, 1994),

infrastruktur digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Infrastruktur ekonomi, yaitu aset fisik yang digunakan dalam kegiatan

perekonomian seperti produksi dan konsumsi. Infrastruktur ekonomi

meliputi public utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas),

public works (jalan, bendungan dan saluran irigasi, dan drainase), serta

sektor transportasi (jalan kereta api, pelabuhan, bandara)

Page 12: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

20

b. Infrastruktur sosial, yaitu aset yang mendukung kesehatan dan keahlian

masyarakat. Infrastruktur sosial meliputi pendidikan (sekolah dan

perpustakaan), kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), serta rekreasi

(taman, museum, dan lain sebagainya).

c. Infrastruktur administrasi/institusi, yang meliputi penegakan hukum,

kontrol administrasi dan koordinasi, dan kebudayaan.

Akan tetapi, beberapa ekonom maupun perencana kota sepakat

membedakan infrastruktur menjadi dua yaitu infrastruktur ekonomi (hard

infrastructure) dan infrastruktur sosial (soft infrastructure). Infrastruktur ekonomi

didefinisikan sebagai infrastruktur yang memungkinkan dan mendukung jalannya

kegiatan perekonomian seperti jalan, jalan raya, jalur kereta api, bandara, pelabuhan

laut, listrik, telekomunikasi, pasokan air, dan sanitasi. Sedangkan infrastruktur

sosial merupakan infrastruktur yang membangun dan memelihara fasilitas untuk

mendukung layanan sosial, termasuk kegiatan yang memiliki dampak langsung

maupun tidak langsung terhadap kualitas hidup masyarakat. Infrastruktur sosial

mencakup berbagai macam lembaga seperti sekolah, rumah sakit, perpustakaan,

universitas, klinik, pengadilan, museum, teater, taman bermain, air mancur, patung

dan semua yang memiliki manfaat untuk masyarakat luas (Fourie, 2006).

2.1.3 Infrastructure Led-Growth

Teori Infrastructure-Led Growth menjelaskan di mana pada jangka panjang,

infrastruktur memiliki peran sebagai pendorong dalam pertumbuhan ekonomi suatu

negara. Sehingga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan

meningkatkan investasi terhadap infrastruktur publik. Dalam penelitiannya,

Page 13: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

21

(Aschauer, 1989) menunjukkan bahwa infrastruktur publik memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut bahkan

lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran nonmiliter maupun militer.

Infrastruktur publik sendiri terdiri dari infrastruktur inti (core infrastructure) seperti

jalan dan jalan raya, sistem air, saluran air, dan pasokan energi. Ashauer

menyatakan penyebab menurunnya produktivitas di Amerika Serikat pada selama

periode 1980-1985 disebabkan oleh kurangnya investasi terhadap infrastruktur

publik, yang kemudian didukung oleh (Munnel, 1992) dengan menggunakan

pendekatan spasial.

(Estache & Fay, 2007) menyatakan bahwa sebagian besar analisis literatur

menunjukkan bahwa infrastruktur penting untuk pertumbuhan dan biaya produksi,

walaupun memiliki dampak yang lebih tinggi terhadap daerah dengan pendapatan

rendah. (Romp & Haan, 2007) mencatat bahwa dari 32 dari 39 studi pada negara-

negara OECD menemukan efek positif dari infrastruktur pada beberapa kombinasi

output, efisien, produktivitas, investasi swasta dan lapangan kerja. Selain itu,

mereka juga meninjau 12 studi pada negara berkembang dan menemukan dampak

positif signifikan pada 9 negara. Kemudian (Caldéron & Servén, 2004) juga

melaporkan bahwa 16 dari 17 studi di negara-negara berkembang dan 21 dari 29

negara-negara maju menunjukkan bahwa infrastruktur berpengaruh positif pada

pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan World Development Report (World Bank, 1994) infrastruktur

merupakan roda dalam kegiatan ekonomi. Seperti halnya penelitian terhadap

Page 14: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

22

perekonomian di Jepang dan Amerika, hampir setiap sektor menggunakan

telekomunikasi, listrik, dan air dalam proses produksi dan transportasi sebagai input

untuk setiap komoditas. Layanan infrastruktur juga meningkatkan produktivitas

dengan mengurangi waktu dan meningkatkan efektivitas dalam melaksanakan

berbagai kegiatan. Selain itu, berbagai studi menunjukkan pengeluaran

infrastruktur terhadap pertumbuhan PDB memiliki returns yang tinggi pada analisis

time series. Kemudian, juga terdapat studi cross-national tentang pertumbuhan

ekonomi dan infrastruktur dengan menggunakan investasi publik dalam

transportasi dan komunikasi, maupun dengan menggunakan stok modal seperti

jalan, kereta api dan telepon. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa variabel

infrastruktur memiliki korelasi positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi

terutama di negara-negara berkembang. Selanjutnya, (Agénor, 2010) mengatakan

bahwa infrastruktur publik merupakan mesin utama dalam pertumbuhan ekonomi

dalam jangka panjang. Dengan adanya pengeluaran pemerintah terhadap

infrastruktur publik dan layanan kesehatan, dapat meningkatkan produktivitas

tenaga kerja dan menurunkan tingkat preferensi waktu sehingga dapat merangsang

pertumbuhan ekonomi. (Cockburn, et al., 2013)

2.1.4 Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Bab I pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Kemudian

(Djojohadikusumo, 1994) mendefinisikan tenaga kerja sebagai bagian penduduk

Page 15: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

23

yang bersedia memberikan tenaganya dalam rangka menghasilkan barang dan jasa.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan perekonomian suatu daerah.

Setiap adanya peningkatan jumlah tenaga kerja akan berdampak pada peningkatan

output yang dihasilkan. Dengan adanya output yang meningkat, menunjukkan

pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat pula. Hal tersebut sesuai dengan

teori pertumbuhan neoklasik Solow.

2.2 Kajian Literatur

2.2.1 Sylvie Démurger—Infrastructure Development and Economic Growth:

An Explanation for Regional Disparities in China?

(Démurger, 2001) melakukan peneletian pada 24 provonsi yang ada di

China dalam rangka melihat keterkaitan antara investasi infrastruktur dan

pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini memiliki periode tahun 1985 hingga tahun

1998 dengan menggunakan metode analisis regresi data panel, dengan model

sebagai berikut:

𝒈𝒊𝒕 = 𝜶𝒊 + 𝜼𝒕 + 𝜷𝑳𝒏(𝒚𝒊𝒕−𝟏) + 𝜸𝑿𝒊𝒕 + 𝝓𝒁𝒊𝒕 + 𝝍𝑾𝒊𝒕 + 𝒖𝒊𝒕

di mana,

𝑔 : Tingkat rata-rata pertumbuhan tahunan (PDB rill per kapita)

𝑦 : Tingkat PDB riil per kapita

𝑋 : Akumulasi faktor produksi

𝑊 : Implementasi reformasi dan struktur ekonomi

𝑍 : Kendala geografis dan infrastruktur

𝛼𝑖 and 𝜂𝑡 : Parameter provinsi dan waktu

Page 16: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

24

𝑢 : Standard eror

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa selain adanya perbedaan

dalam hal reformasi dan keterbukaan, lokasi geografis dan infrastruktur memiliki

kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian ini

menunjukkan bahwa fasilitas transportasi dan telekomunikasi merupakan faktor

pembeda utama yang menjelaskan penyebab kesenjangan pertumbuhan ekonomi

antar provinsi di China.

2.2.2 Odongo Kodongo & Kalu Ojah—Does Infrastructure Really Explain

Economic Growth in Sub-Saharan Africa?

(Kodongo & Ojah, 2016) melakukan penelitian terhadap pengaruh

penambahan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di 45 negara Afrika Sub-

Sahara selama periode tahun 2000 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan sistem

Generalized Method of Moments (GMM) untuk model panel data dinamis sebagai

berikut:

∆𝒚𝒊𝒕 = 𝜹𝒚𝒊𝒕−𝟏 + 𝜷′𝑿𝒊𝒕 + 𝜸𝒁𝒊𝒕 + 𝜺𝒊𝒕

Di mana,

𝑦 : Natural log dari PDB per kapita

𝑋 : Vektor penentu pertumbuhan

𝑍 : Indeks pembangunan infrastruktur AIDI dan AIQI (African

Infrastructure Development Index dan African Infrastructure

Quality Index) dan variabel infrastruktur

𝜀 : Eror term

Page 17: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

25

Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pengeluaran infrasrturktur dan

peningkatan akses ke infrastruktur memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Afrika

Sub-Sahara. Pengeluaran infrastruktur memiliki peran yang lebih penting terhadap

wilayah dengan ekonomi yang kurang berkembang dibandingkan dengan wilayah

dengan perekonomian yang relatif maju. Selain memiliki pengaruh langsung,

infrastruktur juga memiliki pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan

ekonomi melalui daya saing perdagangan dan aliran modal.

2.2.3 Antonio Cutanda and Joaquina Paricio—Infrastructure and Regional

Ecnomic Growth: The Spanish Case

(Cutanda & Paricio, 1994) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di 17 wilayah atau provinsi di

Spanyol. Dalam meneliti peran infrastruktur dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, penelitian ini menggunakan metode cross sectional Ordinary Least

Square (OLS), dengan model sebagai berikut:

𝒀𝒊 = 𝒂 + 𝒃𝟏𝑬𝒊 + 𝒃𝟐𝑰𝒊 + 𝜺𝒊𝒕

Di mana,

𝑌 : Pendapatan perkapita

𝑖 : Wilayah atau provinsi

𝐸 : Tingkat tenaga kerja di industri dan industri sekunder

𝐼 : Indikator infrastrustur

𝜀 : Error term

Page 18: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

26

Dilihat dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa dengan adanya

indikator infrastruktur seperti infrastruktur komunikasi memiliki pengaruh terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi, diikuti dengan infrastruktur transportasi,

persediaan air, energi. Selain itu, indikator kesehatan dan pendidikan juga memiliki

peran serta terhadap pertumbuhan ekonomi di Spanyol.

2.2.4 Pravakar Sahoo, Ranjan Kumar Dash and Geethanjali Nataraj—

China’s Growth Story: The Role of Physical and Social Infrastructure

(Sahoo, et al., 2012) melakukan penelitian untuk melihat peran infrastruktur

fisik dan infrastruktur sosial terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di China.

Penelitian ini menggunakan Generalized Method of Moments (GMM) selama

periode 1975 hingga 2007, dengan model sebagai berikut:

𝑳𝒏𝑮𝑫𝑷𝒕 = 𝜶𝒊 + 𝜹𝒊𝒕 + 𝜷𝟏𝒍𝒏 𝑲𝒕 (𝒑𝒗𝒕

𝒑𝒖𝒃) + 𝜷𝟐𝒍𝒏 𝑳𝑭𝒕 + 𝜷𝟑𝒍𝒏 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒙𝒕

+ 𝜷𝟏𝒍𝒏 𝑯𝑬𝒕 + 𝜺𝒕

Di mana,

𝐺𝐷𝑃 : Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)

𝐾𝑝𝑣𝑡𝑡 : Investasi swasta dalam negeri (domestic private investment)

𝐾𝑝𝑢𝑏𝑡 : Investasi publik dalam negeri (domestic public investment)

𝐿𝐹𝑡 : Tenaga kerja

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥𝑡 : Indeks infrastruktur

𝐻𝐸𝑡 : Pengeluaran per kapita untuk kesehatan dan pendidikan

𝜀 : Error term

Page 19: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

27

Berdasarkan hasil penelitian ini, mengungkapkan bahwa modal

infrastruktur, tenaga kerja, investasi publik, dan swasta memainkan peran penting

dalam pertumbuhan ekonomi di China. Selain itu, penelitian ini juga menemukan

bahwa pembangunan infrastruktur di China memiliki kontribusi positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan daripada investasi swasta dan publik. Oleh karena

itu, perlu untuk merancang kebijakan ekonomi untuk meningkatkan infrastruktur

fisik serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang.

2.2.5 Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus—Pengaruh

Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia

(Prasetyo & Firdaus, 2009) melakukan penelitian tentang pengaruh

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di 26 provinsi yang ada di Indonesia.

Dalam penelitian ini, memiliki kurun waktu selama 12 tahun (1995 hingga 2006)

dengan menggunakan regresi data panel dengan fixed effect model, dengan model

sebagai berikut:

𝑷𝑫𝑹𝑩𝒊𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏𝑴𝑫𝑳𝒊𝒕 + 𝒂𝟐𝑻𝑵𝑲𝒊𝒕 + 𝜶𝟑𝑷𝑫𝑲𝒊𝒕 + 𝜶𝟒𝑳𝑺𝑻𝒊𝒕 + 𝜶𝟓𝑱𝑳𝑵𝒊𝒕

+ 𝜶𝟔𝑷𝑨𝑴𝒊𝒕 + 𝜶𝟕𝑫𝑲𝑺𝒊𝒕 + 𝒆𝒊𝒕

Di mana,

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑡 : PDRB riil provinsi i pada tahun t (juta rupiah)

𝑀𝐷𝐿𝑖𝑡 : Stok modal provinsi i pada tahun t yang merupakan akumulasi dari

investasi tahun ini ditambahkan tahun sebelumnya dikurangi

dengan depresiasi 5 persen (juta rupiah)

Page 20: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

28

𝑇𝑁𝐾𝑖𝑡 : Tenaga kerja provinsi i pada tahun t

𝑃𝐷𝐾𝑖𝑡 : Human capital yang didekati dengan banyaknya penduduk yang

berpendidikan minimal SMP provinsi i tahun t

𝐿𝑆𝑇𝑖𝑡 : Energi listrik terjual (Kwh) provinsi i dan tahun t

𝐽𝐿𝑁𝑖𝑡 : Panjang jalan dengan kondisi baik dan sedang (km) provinsi i dan

tahun t

𝑃𝐴𝑀𝑖𝑡 : Jumlah air bersih yang disalurkan (ribu m3) provinsi i dan tahun t

𝐷𝐾𝑆𝑖𝑡 : Dummy krisis, 0 untuk sebelum krisis (1995-1997) dan 1 untuk

setelah krisis (1998-2006)

𝛼0 : Intersep

𝛼1 − 𝛼7 : Koefisien

𝑒𝑖𝑡 : Error term

Berdasarkan penelitian ini, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di

26 provinsi di Indonesia di pengaruhi oleh infrastruktur seperti penyediaan listrik,

jalan beraspal, dan air bersih. Selain itu, kegiatan produksi di Indonesia masih

dikategorikan sebagai padat karya, hal tersebut ditunjukkan oleh elastisitas tenaga

kerja yang lebih besar dibandingkan dengan modal.

Page 21: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

29

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penulis Tujuan Variabel Metodologi Hasil Penelitian

1 Sylvie Démurger

(2001)

Menganalisis

keterkaitan antara

investasi

infrastruktur dan

pertumbuhan

ekonomi di 24

provinsi di China

tahun 1985-1998.

Variabel dependen:

PDRB riil perkapita

Variabel independen:

Akumulasi faktor

produksi, struktur

ekonomi, dan

infrastruktur

Regresi data

panel dengan

fixed effect model

dan random effect

model

Infrastruktur merupakan

faktor utama adanya

kesenjangan pertumbuhan

ekonomi antar provinsi di

China. Selain itu, perbedaan

dalam hal reformasi dan

keterbukaan, lokasi geografis

juga memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di

provinsi di China.

Page 22: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

30

No Penulis Tujuan Variabel Metodologi Hasil Penelitian

2 Odongo Kodongo

& Kalu Ojah

(2016)

Meneliti tentang

pengaruh

infrastruktur

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di 45 negara

di Afrika Sub-Sahara

tahun 2000-2011

Variabel dependen:

PDB perkapita

Variabel independen:

Vektor penentu

pertumbuhan dan

indeks pembangunan

infrastruktur AIDI dan

AIQI (African

Infrastructure

Development Index

dan African

Infrastructure Quality

Index) dan variabel

infrastruktur

Regresi data

panel dengan

Generalized

Method of

Moments (GMM)

Pengeluaran infrasrturktur dan

peningkatan akses ke

infrastruktur berpengaruh

positif signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di

Afrika Sub-Sahara.

Pengeluaran infrastruktur

memiliki peran yang lebih

besar pada wilayah dengan

ekonomi yang kurang

berkembang dibandingkan

wilayah dengan perekonomian

yang relatif maju.

Page 23: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

31

No Penulis Tujuan Variabel Metodologi Hasil Penelitian

3 Antonio Cutanda

& Joaquina Paricio

(1994)

Melihat pengaruh

infrastruktur

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di 17

wilayah/provinsi di

Spanyo tahun

Variabel dependen:

Pendapatan perkapita

Variabel

independen: tingkat

tenaga kerja di

industri & industri

sekunder dan

indikator infrastruktur

Regresi cross-

sectional

Ordinary Least

Square (OLS)

Infrastruktur komunikasi

memiliki pengaruh terbesar

terhadap pertumbuhan

ekonomi, diikuti dengan

infrastruktur transportasi,

persediaan air, energi.

Kemudian, indikator

kesehatan dan pendidikan juga

memiliki peran serta terhadap

pertumbuhan ekonomi.

4 Pravakar Sahoo,

Ranjan Kumar

Dash &

Geethanjali

Nataraj (2015)

Menganalisis peran

infrastruktur fisik dan

infrastruktur sosial

terhadap peningkatan

pertumbuhan

Variabel dependen:

Produk Domestrik

Bruto

Variabel independen:

investasi swasta dalam

Regresi data

panel dengan

Generalized

Method of

Moments (GMM)

Modal infrastruktur memiliki

pengaruh yang signifikan

positif terhadap petumbuhan

ekonomi di China. Di sisi lain,

tenaga kerja, investasi publik,

dan swasta juga memainkan

Page 24: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

32

No Penulis Tujuan Variabel Metodologi Hasil Penelitian

ekonomi di China

tahun 1975-2007.

negeri, investasi

publik dalam negeri,

tenaga kerja, indeks

infrastruktur, dan

pengeluaran perkapita

untuk kesehatan dan

pendidikan

peran penting dalam

pertumbuhan ekonomi di

China.

5 Rindang Bangun

Prasetyo dan

Muhammad

Firdaus (2009)

Meneliti tentang

pengaruh

infrastruktur

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di 26

provinsi di Indonesia

tahun 1995-2006.

Variabel dependen:

Produk Domestik

Regional Bruto

Variabel independen:

stok modal, tenaga

kerja, human capital,

energi listrik terjual,

panjang jalan

Regresi data

panel

menggunakan

fixed effect model

infrastruktur penyediaan

listrik, jalan beraspal, dan air

bersih, daan tenaga kerja

memberikan pengaruh positif

signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di 26

provinsi di Indonesia.

Page 25: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

33

2.3 Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur untuk melihat bagaimana

perkembangan perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun. Pertumbuhan

ekonomi ditentukan dengan jumlah output yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Berdasarkan model pertumbuhan Solow dalam fungsi produksi Cobb-Douglass,

jumlah tenaga kerja, modal, dan tingkat kemajuan teknologi merupakan faktor

utama terhadap perubahan tingkat output yang dihasilkan.

Salah satu modal yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi

adalah infrastruktur. Dalam menunjang perekonomian, pembangunan infrastruktur,

baik infrastruktur ekonomi maupun infrastruktur sosial sangat dibutuhkan. Dalam

penelitian ini, infrastruktur ekonomi yang digunakan meliputi infrastruktur jalan

dan listrik. Sedangkan infrastruktur sosialnya meliputi infrastruktur pendidikan dan

kesehatan.

Dengan adanya infrastruktur yang mencukupi, kegiatan perekonomian akan

menjadi lebih efisien. Sehingga produktivitas daerah akan meningkat dan

menghasilkan output yang lebih tinggi. Seiring dengan peningkatan output,

pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah akan meningkat. Oleh karena itu, dapat

digambarkan adanya pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi ke

dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Page 26: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

34

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang akan diteliti

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dari peneletian ini

adalah:

1. Infrastruktur jalan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

2. Infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

Tenaga

Kerja

Modal Infrastruktur Pertumbuhan

Ekonomi

Teknologi

Listrik

Jalan

Infrastruktur Sosial

Infrastruktur Ekonomi

Kesehatan

Pendidikan

dfjdsg

Jlan

Page 27: 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKAmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150039_2_4154.pdfenergi listrik, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, komunikasi dan sebagainya. Pertumbuhan

35

3. Infrastruktur kesehatan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

4. Infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Jawa Barat.

5. Tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Jawa Barat.