BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Bursa Efek Indonesia merupakan bursa saham yang dapat memberikan
peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung
pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya
mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar
modal Indonesia yang stabil. Sejarah bursa efek Indonesia berawal dari berdirinya
bursa efek di Indonesia pada abad ke-19 pada tahun 1912, dengan bantuan
pemerintah kolonial Belanda dan bertempat di Batavia yang saat ini bernama
Jakarta. Bursa Batavia sempat ditutup selama perang dunia I dan dibuka kembali
pada 1925. Selain bursa Batavia pemerintah Belanda juga mengopersaikan bursa
paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi
ketika terjadi pendudukan kekuasaan oleh tentara Jepang di Batavia. (Sumber:
www.jsx.co.id di akses 25 Maret 2019)
Pada tahun 1952 tujuh tahun setelah Indonesia merdeka, Bursa saham
dibuka kembali dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan- perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa
saham kemudian terhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalis
pada tahu 1956. Tidak sampai 1977, bursa saham kembali dibuka dan
ditandatangani oleh badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM) yang merupakan
institusi dibawah naungan Departemen Keuangan, kegiatan pedagangan dan
67
kapitalisasi pasar saham punmulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun
1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektot swasta. Pada
tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal
13 Juli 1992 bursa saham diswastanisasi menjadi PT. BEJ dan mengakibatkan
beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi badan pengawas pasar modal
(BAPEPAM). Tahun 1995 adalah tahun dimana BEJ memasuki babak baru.Pada
tanggal 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System
(JATS) yaitu sebuah sistem perdagangan otomatis untuk menggantikan
perdagangan manual.Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham
dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih terjamin tranparansinya
dibandingkan dengan sistem manual. Pada tahun 2007 Bursa Efek Surabaya
(BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) digabungkan dan berubah nama menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI). (Sumber: www.jsx.co.id di akses 25 Maret 2019)
Semakin membaiknya perekonomian nasional menyebabkan semakin
banyaknya perusahaan basar yang melakukan go publik dengan mendaftarkan diri
ke BEI salah satunya adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri barang
konsumsi sub sektor makanan dan minuman.
Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahaan
berdasarkan sektor-sektor yang dikelolanya terdiri dari: sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri, sektor industri
barang konsumsi, sektor properti, sektor infrastruktur, sektor keuangan, dan sektor
perdagangan jasa investasi. Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan sektor
68
Penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor industri barang
konsumsi merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam
memicu pertumbuhan ekonomi Negara. Sektor industri barang konsumsi sangat
di butuhkan karena semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat
Indonesia. Dalam pelaksanaanya Sektor Industri Barang Konsumsi terbagi
menjadi lima macam yaitu subsektor makanan dan minuman, subsektor Rokok,
subsektor Farmasi, subsektor kosmetik dan keperluan rumah tangga, subsektor
peralatan rumah tangga.
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur yang bergerak pada sektor industri barang komsunsi khususnya pada
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2017. Jumlah perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai 2014-2017 adalah
51 perusahaan. Adapun sampel yang digunakan adalah 15 perusahaan subsektor
makanan dan minuman (Food & Beverages) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2014-2017. Dimana penentuan sampel telah ditentukan
berdasarkan urposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak secara acak tetapi
sesuai dengan criteria tertentu.
4.2. Analisis Data
Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Saham
Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman pada
69
tahun 2014 sampai dengan 2017 yaitu sebanyak 15 (lima belas) perusahaan.
Laporan keuangan yang dibutuhkan yaitu neraca dan laporan laba rugi yang
selanjutnya akan diambil data yang sesuai dengan penelitian. Adapun penjelasan
mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.2.1. Analisis Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja merupakan investasi perusahaan pada aset lancar
yang diharapkan bisa dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang
(Subramanyam, 2010). Berikut data perputaran modal kerja perusahaan makanan
dan minuman selama periode 2014-2017, yaitu :
Tabel 4.1.
Perputaran Modal Kerja Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode Tahun 2014-2017
No Kode
Perputaran Modal Kerja
2014 2015 2016 2017
1 ADES 6,73 8,32 8,83 9,39
2 AISA 2,91 2,86 2,54 2,41
3 CEKA 11,17 9,04 7,94 7,45
4 ROTI 24,05 8,21 4,82 2,59
5 DLTA 1,40 0,98 0,93 0,79
6 ICBP 4,29 4,14 4,04 3,78
7 INDF 4,06 3,56 5,45 7,96
8 MLBI -7,58 -4,22 -7,02 -10,39
9 MYOR 3,94 3,85 4,01 3,77
10 SKLT 24,60 26,32 19,85 16,77
11 ULTJ 3,76 3,26 2,45 3,49
70
12 SKBM 15,60 16,42 32,08 9,81
13 STTP 12,54 8,75 7,67 5,93
14 FAST 10,29 13,82 13,15 9,40
15 SIPD 7,20 6,86 9,31 9,45
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Tabel di atas memperlihatkan bahwa rata-rata perusahaan memiliki nilai
perputaran modal kerja fluktuasi atau naik turun tiap tahunnya. Nilai terendah
perputaran modal kerja berada pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar
-10,39 kali pada tahun 2017 yang disebabkan PT Multi Bintang Indonesia Tbk
mengalami perubahan hutang lancar yang mengakibatkan perusahaan working
capital turnovernya terus menurun, sedangkan nilai tertinggi pada PT Sekar Bumi
Tbk sebesar 32,08 kali pada tahun 2016 dikarenakan pada saat itu PT Sekar Bumi
Tbk mengalami kenaikan asset lancar perusahaan.
4.2.2. Analisis Perputaran Kas
Perputaran kas adalah perputaran sejumah modal kerja yang tertanam
daam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan
jumlah kas rata-rata. Dengan demikian perputaran kas menunjukkan kecepatan
kembalinya modal yang tertanam pad akas atau setara kas menjadi kas kembali
melalui penjualan atau pendapatan (Subramanyam, 2010). Berikut data perputaran
kas perusahaan makanan dan minuman selama periode 2014-2017, yaitu :
Tabel 4.2.
Perputaran Kas Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
71
Periode Tahun 2014-2017
No Kode
Perputaran Cash
2014 2015 2016 2017
1 ADES 22,182 25,185 29,896 26,782
2 AISA 6,705 6,660 14,802 20,608
3 CEKA 129,151 180,922 261,313 254,239
4 ROTI 14,259 6,416 4,479 1,988
5 DLTA 2,068 1,537 1,344 1,034
6 ICBP 4,666 4,232 4,300 4,148
7 INDF 4,571 4,705 5,050 5,189
8 MLBI 20,478 10,983 8,727 10,825
9 MYOR 11,012 12,375 11,379 11,117
10 SKLT 83,528 99,600 81,510 70,547
11 ULTJ 7,116 6,566 3,954 2,680
12 SKBM 13,646 11,711 14,853 9,870
13 STTP 222,623 268,087 149,322 59,261
14 FAST 6,545 6,889 6,758 6,682
15 SIPD 22,071 20,596 10,746 7,592
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai terendah perputaran kas yaitu
1,03 kali pada PT Delta Djakarta Tbk tahun 2017 hal ini disebabkan PT Delta
Djakarta Tbk mempunyai revenue sebesar Rp 777.308 juta yang hampir sama
dengan nilai rata-rata kas yaitu sebesar Rp 751.995 juta dimana kas yang tertanam
pada asset sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga PT Delta Djakarta Tbk
menggunakan kasnya lebih sedikit. Sedangkan tertinggi pada tahun 2015 di PT
72
Siantar Top Tbk sebesar 268,09 kali hal ini dikarenakan PT Siantar Top Tbk
pendapatan yang peroleh pada periode tersebut lebih besar yaitu Rp 268,087 juta
jika dibandingkan dengan rata-rata kas perusahaan yaitu Rp 9.491 juta dimana
semakin tinggi rasio perputaran kas suatu perusahaan berarti menunjukkan
semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Pada dasarnya, terjadi
peningkatan atau penurunan terhadap perputaran kas dikarenakan adanya
perubahan terhadap masing-masing komponen pendapatan dan rata-rata kas pada
laporan keuangan.
4.2.3. Analisis Perputaran Piutang
Perputaran piutang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
kas menjadi laba melalui proses kredit apabila semakin banyak jumlah kredit yang
tertagih semakin tinggi pula laba yang di peroleh oleh perusahaan dan sebaliknya.
Perputaran piutang adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditahan dalam
piutang ini berputar dalam satu periode (Subramanyam, 2010). Berikut data
perputaran piutang perusahaan makanan dan minuman selama periode 2014-2017,
yaitu :
Tabel 4.3
Perputaran Piutang Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode Tahun 2014-2017
No Kode
Perputaran Piutang
2014 2015 2016 2017
73
1 ADES 6,263 5,798 6,386 5,521
2 AISA 4,571 3,618 2,994 1,931
3 CEKA 12,353 12,095 15,144 14,879
4 ROTI 9,484 9,374 9,500 8,057
5 DLTA 5,189 3,504 4,701 3,203
6 ICBP 11,014 10,131 9,729 9,074
7 INDF 13,678 13,549 12,935 12,091
8 MLBI 8,444 9,112 13,070 7,865
9 MYOR 4,808 4,588 4,739 3,978
10 SKLT 8,716 8,580 8,183 7,776
11 ULTJ 9,923 9,929 9,970 9,755
12 SKBM 11,756 13,144 11,816 9,475
13 STTP 8,387 8,519 7,660 7,437
14 FAST 64,670 44,709 38,078 38,431
15 SIPD 5,802 6,179 9,067 8,563
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Dilihat tabel di atas dimana nilai tertinggi pada tahun 2014 Perputaran
Piutang tertinggi dimilki oleh PT Fast Food Indonesia Tbk sebesar 64,67 kali hal
ini di pengaruhi oleh faktor internal yang ada di perusahaan, dimana faktor
dominan yang paling mempengaruhi adalah nilai penjualan lebih besar dari rata-
rata piutang sehingga menyebabkan perusahaan menghasilkan perputaran piutang
tertinggi. Nilai terendah pada tahun 2017 adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk sebesar 1,93 kali disebabkan menurunnya volume penjualan dan di ikuti
dengan beban pokok penjualan yang juga meningkat sehingga menerima
keuntungan yang lebih kecil.
74
4.2.4. Analisis Perputaran Persediaan
Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar
jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan.
Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukan tingkat kecepatan
perputaran persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Tingkat perputaran
persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan
dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka
jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah. Perputaran persedian adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam
persediaan (inventory) iniberputar dalam suatu periode (Subramanyam, 2010).
Berikut data perputaran persediaan perusahaan makanan dan minuman selama
periode 2014-2017, yaitu :
Tabel 4.4
Perputaran Persediaan Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode Tahun 2014-2017
No Kode
Perputaran Persediaan
2014 2015 2016 2017
1 ADES 3,158 3,443 4,395 3,692
2 AISA 3,621 3,372 2,672 2,474
3 CEKA 8,265 7,077 7,503 8,177
4 ROTI 25,319 24,284 25,998 23,427
5 DLTA 1,434 1,245 1,283 1,119
75
6 ICBP 7,719 8,241 8,346 7,705
7 INDF 5,603 5,821 0,588 5,541
8 MLBI 6,087 6,339 8,279 7,219
9 MYOR 6,797 5,695 6,920 8,023
10 SKLT 7,330 7,311 7,259 6,416
11 ULTJ 4,770 4,145 4,072 4,236
12 SKBM 12,868 10,772 7,582 6,230
13 STTP 5,922 6,616 7,188 7,640
14 FAST 9,502 10,351 9,893 9,886
15 SIPD 3,995 4,143 4,840 5,240
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Pada tahun 2016 Perputaran Persediaan tertinggi dimilki oleh PT Nipon
Indosari Corporindo Tbk sebesar 26 kali hal ini disebabkan oleh kenaikan harga
pokok penjualannya pada tahun 2016 sehingga mengakibatkan perputaran
persediaannya mengalami kenaikan. Nilai terendah pada tahun 2016 adalah PT
Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 0,59 kali dikarenakan melemahnya ekspor
keluar negeri dikarenakan kenaikan dollar sehingga hal ini menjadi alasan
sehingga timbul penumpukan barang sehingga produksi menjadi tidak berjalan
dengan baik.
4.2.5. Analisis Profitabilitas
Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembalian
atas total aset (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang
tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aset (Subramanyam, 2010).
77
Tabel 4.5
Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman
Periode Tahun 2014-2017
No Kode Nama Perusahaan
ROA
2014 2015 2016 2017
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 6,14 5,03 7,00 4,55
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 5,13 4,12 7,77 -9,71
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 3,19 7,17 18,00 7,71
4 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 8,80 10,00 9,58 2,97
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 29,04 18,50 21,18 20,87
6 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 10,16 11,01 13,10 11,21
7 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 5,99 4,04 6,10 5,85
8 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 35,63 23,65 43,00 52,67
9 MYOR PT Mayora Indah Tbk 3,98 11,02 11,00 10,93
10 SKLT PT Sekar Laut Tbk 4,97 5,32 3,60 3,61
11 ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk 9,71 14,78 16,74 13,72
12 SKBM PT Sekar Bumi Tbk 13,72 5,25 2,25 1,59
13 STTP PT Siantar Top Tbk 7,26 9,67 7,45 9,22
14 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 7,03 4,55 6,70 6,07
15 SIPD PT Sierad Produce Tbk 0,07 -16,11 0,51 -29,91
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Terlihat dari tabel di atas PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun
2017 memiliki tingkat return on assets yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan lainnya dengan persentase perolehan sebesar 52,67% hal
ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan PT Multi Bintang Indonesia Tbk
yang cukup besar dari beban usaha yang dikeluarkan perusahaan. PT Sierad
78
Produce Tbk pada tahun 2017 sebaliknya, memiliki tingkat return on assets yang
rendah sebesar -29,91% hal ini dikarenakan meningkatnya beban usaha, sehingga
laba PT Sierad Produce Tbk yang dihasilkan menurun.
79
4.3. Analisis Statistik
4.3.1. Deskriptif Data
Berdasarkan uji statistik deskriptif dapat diketahui perhitungan mengenai
nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Nilai minimum
merupakan nilai terendah dari setiap variabel, sedangkan nilai maksimum
merupakan nilai tertinggi dari setiap variabel penelitian. Nilai rata-rata digunakan
untuk melihat rata-rata setiap variabel yang diteliti, sedangkan standar deviasi
merupakan sebaran data yang digunakan dalam penelitian. Hasil statistik
deskriptif tersebut diperoleh dari hasil perhitungan 15 perusahaan yang bergerak
pada sub sektor makanan dan minuman selama periode 2014-2017
Tabel 4.6
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Perputaran Modal Kerja_X1 60 -10,39 32,08 7,2630 7,64297
Perputaran Kas_X2 60 1,03 268,09 38,9680 68,17052
Perputaran Piutang_X3 60 1,93 64,67 10,9983 10,45009
Perputaran Persediaan_X4 60 ,59 26,00 7,2515 5,37097
Profitabilitas_Y 60 -29,91 52,67 9,2358 11,75817
Valid N (listwise) 60
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Nilai rata-rata perputaran modal kerja sebesar 7,2630. Nilai standar deviasi
sebesar 7,64297. Nilai rata-rata perputaran kas sebesar 38,9680. Nilai standar
deviasi sebesar 68,17052. Nilai rata-rata perputaran piutang sebesar 10,9983.
Nilai standar deviasi sebesar 10,45009. Nilai rata-rata perputaran persediaan
80
sebesar 7,2515. Nilai standar deviasi sebesar 5,37097 serta Nilai rata-rata
profitabilitas sebesar 9,2358. Nilai standar deviasi sebesar 11,75817. Secara
umum nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata nya (mean), hal ini
berarti bahwa ada beberapa variabel tersebut stabil.
4.3.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan uji prasyarat jika anda menggunakan analisis
regresi linier. Uji ini antara lain adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Jika asumsi tersebut dilanggar, misal
model regresi tidak normal, terjadi multikolinearitas, terjadi heteroskedastisitas
atau terjadi autokorelasi. Berikut akan dibahas masing-masing uji asumsi klasik
regresi sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data terdistribusi secara
normal atau tidak. Pengujian yang digunakan untuk menguji normalitas data
yaitu dengan menggunakan analisa grafik P-P plot dan uji One Sample
Kolmogorov Smirnov, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.1
Uji Normalitas
81
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar sekitar garis
dan mengikuti garis diagonal, maka model regresi tersebut terdistribusi secara
normal.
Tabel 4.7
Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 9,93719455
Most Extreme Differences
Absolute ,151
Positive ,120
Negative -,151
Kolmogorov-Smirnov Z 1,167
Asymp. Sig. (2-tailed) ,131
82
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan hasil output pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi (Asymp. Sig 2 tailed) lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa distribusi data pada keempat variabel tersebut dinyatakan
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan keadaan di mana terjadi hubungan linear yang
sempurna atau mendekati sempurna antar variabel bebas dalam model regresi.
Suatu model regresi dikatakan mengalami multikolinearitas jika ada fungsi
linear yang sempurna pada beberapa atau semua variabel bebas dan variabel
terikat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas. Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikolinearitas
dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan Tolerance serta menganalisis matrix korelasi
variabel-variabel bebas. Adapun nilai VIF dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
83
1
(Constant)
Perputaran Modal Kerja_X1 ,211 4,749
Perputaran Kas_X2 ,143 6,997
Perputaran Piutang_X3 ,276 3,617
Perputaran Persediaan_X4 ,191 1,959
a. Dependent Variable: Profitabilitas_Y
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan hasil output pengujian multikolinearitas yang tampak pada tabel
di atas, dapat dilihat pada tabel Coefficients (nilai Tolerance dan VIF) bahwa
dari tiga variabel bebas dapat diketahui nilai VIF kurang dari 10 dan nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi masalah multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas
dari autokorelasi. Hasil pengolahan data uji autokorelasi dapat dilihat pada
tabel Model Summary (kolom Durbin Watson) di bawah ini :
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
84
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,757a ,573 ,542 7,95990 1,953
a. Predictors: (Constant), Perputaran Persediaan_X4, Perputaran Piutang_X3, Perputaran Modal Kerja_X1,
Perputaran Kas_X2
b. Dependent Variable: Profitabilitas_Y
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Durbin Watson 1,929. Salah
satu cara mengidentifikasinya adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (D-
W):
a. Jika nilai D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Jika nilai D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Dari nilai output terlihat bahwa nilai Durbin Watson adalah 1,953. Dengan
demikian tidak terjadi autokorelasi negatif di dalam model regresi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian
dari residual semua pengamatan pada model regresi. Cara mendeteksinya
adalah dengan menggunakan metode grafik, yaitu dengan melihat pola titik-
titik pada scatterplot regresi sehingga uji heteroskedasitisitas ini menghasilkan
pola penyebaran titik-titik seperti yang tampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.2
85
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan hasil output uji heteroskedastisitas yang terlihat pada gambar 4.3
menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu atau tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas pada model regresi.
4.3.3. Pengujian Model
Penulis melakukan analisis menggunakan alat statistik secara Multiple
Regression. Adapun hasil perhitungan komputerisasi dengan menggunakan SPSS
Ver. 23.00 akan dirincikan dan dijelaskan berikut ini :
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
regresi berganda. Model ini digunakan untuk menguji kelayakan model
persamaan regresi dan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel
independen (perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan
86
perputaran persediaan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (profitabilitas).
Tabel 4.10
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2,345 2,492 -,941 ,351
Perputaran Modal Kerja_X1 -,868 ,295 -,564 -2,938 ,005
Perputaran Kas_X2 ,027 ,040 ,159 2,683 ,007
Perputaran Piutang_X3 ,016 ,189 ,014 2,083 ,034
Perputaran Persediaan_X4 2,295 ,639 1,048 3,593 ,001
a. Dependent Variable: Profitabilitas_Y
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Dari tabel 4.10 diketahui persamaan regresi sebagai berikut :
ROA = -2,345 – 0,868 (WCT) + 0,027 (CTO) + 0,016 (RTO) + 2,295 (ITO) + ε
Keterangan :
ROA = Profitabilitas
α0 = Konstanta
α1WCT = Perputaran modal kerja
α2CTO = Perputaran kas
α3RTO = Perputaran piutang
87
α4ITO = Perputaran persediaan
ε = Error Term
Dari hasil perhitungan statistik tersebut dapat nilai konstanta untuk
persamaan regresi sebesar negatif 2,345. Hal ini menunjukkan apbila
perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan = 0 maka profitabilitas menurun sebesar 2,345.
Berdasarkan output SPSS, terdapat dua parameter koefisien regresi
yang bertanda positif yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan. Secara matematis, tanda positif berarti setiap perubahan salah satu
variabel bebas akan mengakibatkan perubahan variabel terikat dengan arah
yang sama bila variabel bebas lainnya dianggap konstan. Sebaliknya tanda
negatif seperti perputaran modal kerja memiliki arti bahwa setiap perubahan
salah satu variabel bebas akan mengakibatkan perubahan variabel terikat
dengan arah yang berlawanan bila variabel lainnya dianggap konstan.
ROA = -2,345 – 0,868 (WCT) + 0,027 (CTO) + 0,016 (RTO) + 2,295 (ITO) + ε
Berikut ini adalah analisanya :
a. Perputaran modal kerja (X1) sebesar -0,868 menyatakan bahwa setiap
mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 1 kali akan menurunkan
profitabilitas (Y) sebesar 0,868 dengan asumsi perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan adalah tetap.
b. Perputaran kas (X2) sebesar 0,027 menunjukkan bahwa pengaruh
88
perputaran kas terhadap profitabilitas adalah searah, artinya setiap variabel
perputaran kas mengalami naik sebesar 1 kali maka nilai profitabilitas
akan naik sebesar 0,027 dengan asumsi variabel lainnya konstan.
c. Perputaran piutang (X3) sebesar 0,016 menunjukkan bahwa pengaruh
perputaran piutang terhadap profitabilitas adalah positif atau searah,
artinya jika variabel perputaran piutang mengalami perubahan naik sebesar
1 kali maka nilai profitabilitas akan naik sebesar 0,016 dengan asumsi
variabel lainnya konstan.
d. Perputaran persediaan (X4) sebesar 2,295 menunjukkan bahwa pengaruh
perputaran persediaan terhadap profitabilitas adalah positif atau searah,
artinya jika variabel perputaran persediaan mengalami perubahan naik
sebesar 1 kali maka nilai profitabilitas akan naik sebesar 2,295 dengan
asumsi variabel lainnya konstan.
2. Hasil Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan secara simultan variabel perputaran modal kerja, perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat R2. Nilai R
2 suatu ukuran ikhtisar
yang menunjukan seberapa garis regresi sampel cocok dengan data
populasinya. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Koefisien
determinasi yang mendekati dengan angka 0 maka semakin kecil pengaruh
89
semua variabel independen terhadap variabel dependen. Jika mendekati
angka 1 maka semakin besar pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel
4.11.
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,757a ,573 ,542 7,95990
a. Predictors: (Constant), Perputaran Persediaan_X4, Perputaran Piutang_X3,
Perputaran Modal Kerja_X1, Perputaran Kas_X2
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh R Square menunjukkan bahwa
besarnya sumbangan secara simultan dari perputaran modal kerja,
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap
profitabilitas sebesar 0,573 atau sebesar 57,3% dan sisanya sebesar 42,7%
(100% – 57,3%) dipengaruhi oleh faktor lainnya diluar variabel penelitian
seperti likuiditas, leverage, saham dan lainnya.
b. Uji Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel-variabel bebas
secara bersama-sama atas suatu variabel terikat digunakan uji F. Hasil
pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan SPSS 22.0
adalah sebagai berikut:
90
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 4672,225 4 1168,056 18,435 ,000b
Residual 3484,800 55 63,360
Total 8157,026 59
a. Dependent Variable: Profitabilitas_Y
b. Predictors: (Constant), Perputaran Persediaan_X4, Perputaran Piutang_X3, Perputaran Modal Kerja_X1,
Perputaran Kas_X2
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan output tersebut dapat diketahui bahwa nilai F-hitung
sebesar 18,435. Adapun nilai F-tabel pada tingkat sebesar (k=3) dan (n-k
= 60) maka diperoleh nilai dari tabel adalah sebesar 2,540. Jika kedua
nilai ini dibandingkan maka nilai f hitung lebih besar dari F-tabel (18,435
> 2,540) atau nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent
(perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependent (profitabilitas).
c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Parsial (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan
memperhatikan nilai t hitung dari hasil regresi tersebut untuk mengetahui
signifikansi variabel secara terpisah (parsial) terhadap variabel dependen
91
dengan tingkat kepercayaan 95% atau pada tingkat α = 5%. Dengan syarat
apabila variabel bebas signifikan terhadap variabel dependen maka
terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel dependen,
sedangkan apabila tidak signifikan maka tidak terdapat pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini Uji T
digunakan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima atau tidak dengan mengetahui apakah variabel bebas secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 4.13
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2,345 2,492 -,941 ,351
Perputaran Modal Kerja_X1 -,868 ,295 -,564 -2,938 ,005
Perputaran Kas_X2 ,027 ,040 ,159 2,683 ,007
Perputaran Piutang_X3 ,016 ,189 ,014 2,083 ,034
Perputaran Persediaan_X4 2,295 ,639 1,048 3,593 ,001
a. Dependent Variable: Profitabilitas_Y
Sumber : Data diolah SPSS (2019)
Berdasarkan uji t dalam tabel 4.13 di atas menunjukkan hasil
sebagai berikut, tingkat signifikansi untuk variabel perputaran modal
kerja adalah 0,005 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
92
perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Tingkat signifikansi untuk variabel perputaran kas adalah 0,007
yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa perputaran kas secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Tingkat signifikansi untuk variabel perputaran piutang adalah
0,034 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa perputaran piutang
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Tingkat signifikansi untuk variabel perputaran persediaan adalah
0,001 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa perputaran
persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
Dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimana Ho ditolak dan Ha diterima,
karena 0,005 < 0,05 berarti terdapat pengaruh yang signifikan perputaran modal
kerja terhadap profitabilitas pada sub sektor makanan dan minuman. Berdasarkan
hasil regresi linier berganda mengemukakan dengan adanya nilai negatif sehingga
dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan negatif antara
perputaran modal kerja terhadap profitabilitas. Hal ini berarti apabila terjadi
peningkatan pada tingkat perputaran modal kerja perusahaan dengan asumsi
variabel lainnya konstan, maka akan diikuti dengan penurunan profitabilitas.
Hal ini terjadi karena mayoritas perusahaan manufaktur tersebut memiliki
93
persediaan yang diperlukan untuk melakukan proses produksi dan penjualan
secara lancar, persediaan bahan mentah dan barang dalam proses diperlukan
untuk dapat melakukan proses produksi sedangkan persediaan barang jadi harus
selalu tersedia untuk memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang
timbul. Faktor lain yang juga menyebabkan modal kerja berpengaruh negatif
ialah lama perputaran modal kerja. Jadi semakin besar rupiah modal kerja
maka belum tentu profitabilitas semakin besar juga.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian oleh
Lina Warrad (2013), Prasad, Sivasankaran, Paul, Kannadhasan, (2019) dan Altaf,
Shah, (2018) menunjukkan hasil dampak signifikan dari perputaran modal kerja
sebagai variabel independen terhadap variabel dependen pengembalian aset pada
Industri Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Amman selama periode 2009-2011.
Penelitian yang lainnya oleh Nanik Sulistiyo Rini, Endang Masitoh Wahyuningsih
(2015), hasilnya menunjukkan bahwa perputaran piutang dan efisiensi modal
kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemampuan laba.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan koefisien kemampuan laba 100%
dipengaruhi oleh perputaran piutang dan efisiensi modal kerja..
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Linda dan
Verawati (2014) dimana perputaran modal kerja secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
yaitu sebesar 0,754. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Hoiriya dan
Lestariningsih (2015) mengungkapkan perputaran modal kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (sebesar 0,260).
94
Berdasarkan uraian setelah dibandingkan dengan penelitian terdahulu,
dapat dikatakan bahwa perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek
dimana sumber modal kerja dapat terus berputar agar dapat membiayai kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari, sehingga aktivitas penjualan suatu perusahaan
akan berjalan dengan baik dan pendanaan jangka panjang-pun digunakan untuk
mendukung investasi dalam aset lancar atau modal kerja suatu perusahaan,
sehingga keputusan–keputusan tersebut mampu mempengaruhi hasil yang
diharapkan bagi perusahaan yaitu profitabilitas. Cepat lambatnya perputaran
modal kerja mempengaruhi besar kecilnya jumlah modal kerja yang
diinvestasikan. Semakin cepat perputaran modal kerja menunjukkan semakin
efisiensi perusahaan menggunakan modal kerjanya, sehingga semakin besar
peluang perusahaan dalam mendapatkan laba atas dana yang ditanam.
4.4.2. Pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi untuk variabel
perputaran kas adalah 0,007 yakni lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan perputara kas terhadap profitabilitas pada sub sektor
makanan dan minuman. Dilihat dari nilai regresi linier berganda yang bertanda
positif menunjukkan bahwa semakin besar jumlah kas yang ada di dalam
perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa
perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi
kewajiban finansiilnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha
untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya
kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil
95
profitabilitasnya. Sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja
akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam
keadaan bekerja.
Hal ini berarti bahwa perputaran kas secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas berbanding lurus dengan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Haryanto, Akhmad Sodikin, dan Ella Siti Chaeriah (2018) menunjukkan hasil
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara bersamaan
mempengaruhi ROA. Variabel perputaran kas mempengaruhi ROA secara parsial.
Perputaran piutang variabel mempengaruhi ROA secara parsial. Variabel
perputaran persediaan mempengaruhi ROA secara parsial. Hal ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan Roni (2018) menunjukkan bahwa
Perputaran kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan uraian setelah dibandingkan dengan penelitian terdahulu,
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi perputaran kas maka keuntungan yang
diperoleh pun akan semakin besar sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas
berputar dalam satu periode tertentu.
4.4.3. Pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas
Berdarkan pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi untuk
variabel perputaran piutang adalah 0,034 yakni lebih kecil dari 0,05 berarti
perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
pada pada sub sektor makanan dan minuman. Dilihat dari hasil regresi linier
berganda dengan nilai positif menunjukkan semakin besarnya volume penjualan
96
kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi
yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin
besarnya risiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitability”nya.
Jika mengelola perputaran piutang secara efektif, maka akan berdampak positif
pada profitabilitas karena semakin tinggi tingkat rasio perputaran piutang, maka
akan semakin baik karena jumlah piutang tidak tertagih semakin sedikit serta
tidak terjadinya over investment dalam piutang. Dengan begitu semakin cepat pula
kas masuk bagi perusahaan dari penagihan piutang, sehingga kas dapat digunakan
kembali untuk kegiatan operasional perusahaan, berdampak pada aktivitas
penjualan serta profitabilitas akan meningkat.
Bila dibandingkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Haryanto, Akhmad Sodikin, dan Ella Siti Chaeriah (2018) hasilnya menunjukkan
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara bersamaan
mempengaruhi ROA. Variabel perputaran kas mempengaruhi ROA secara parsial.
Perputaran piutang variabel mempengaruhi ROA secara parsial. Variabel
perputaran persediaan mempengaruhi ROA secara parsial.
Penelitian lainnya Endang Masitoh Wahyuningsih (2015) hasil penelitian
menunjukkan perputaran piutang dan efisiensi modal kerja secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan laba. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan koefisien kemampuan provis 100% dipengaruhi oleh perputaran
piutang dan efisiensi modal kerja ; Hoiriya dan Lestariningsih (2015)
menunjukkan bahwa uji t didapatkan yaitu perputaran piutang berpengaruh
signifikan tehadap profitabilitas (sebesar 0,010) pada perusahaan manufaktur di
97
Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2013 pada level of significance lebih
kecil dari 5% atau (sebesar 0,05) sehingga terdapat signifikan ; Linda dan
Verawati (2014) menunjukkan secara parsial sedangkan perputaran piutang
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Berdasarkan hasil uji t juga dapat diketahui bahwa
variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap profitabilitas adalah
perputaran piutang karena mempunyai nilai t hitung yang paling besar yaitu
sebesar 27,203 ; Mulatsih (2014) dengan hasil tingkat perputaran piutang secara
parsial berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan serta Erik Pebrin
Naibaho dan Sri Rahayu (2014) menunjukkan perputaran piutang secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Roni (2018)
menunjukkan bahwa Perputaran Piutang tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap profitabilitas. Penelitian Saefi Komariyah, Ani Solihat (2014) hasil
perhitungan regresi linier sederhana dan koefisien korelasi yaitu perputaran
piutang dan kinerja perusahaan memiliki hubungan yang tidak searah. Hasil nilai
uji t diperoleh thitung < ttabel, sehingga nilai tersebut mengandung arti bahwa
perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
Berdasarkan uraian setelah dibandingkan dengan penelitian terdahulu,
dapat dikatakan bahwa perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal
kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan
semakin cepat perusahaan mendapat keuntungan dari penjualan kredit tersebut,
98
sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat. Dalam hal ini perusahaan
perlu memberikan kebijakan kredit kepada konsumen agar piutang usaha dapat
dikelola dengan baik oleh perusahaan tersebut.
4.4.4. Pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi untuk variabel
perputaran persediaan adalah 0,001 yakni lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa
perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
pada sub sektor makanan dan minuman. Hasil ini sesuai dengan nilai regresi
berganda yang positif yang berarti persediaan merupakan aset yang harus dikelola
dengan baik, kesalahan dalam pengelolaan akan mengakibatkan komponen aser
lain menjadi tidak optimal, bahkan bisa mengakibatkan kerugian. Pengelolaan
dalam hal memanajemen perputaran persediaan bisa sangat menentukan dalam
manajemen kelanjutan aktivitas perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena
penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan
menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
Penelitian ini berbanding lurus dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Haryanto, Akhmad Sodikin, dan Ella Siti Chaeriah (2018)
menunjukkan hasil perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan
secara bersamaan mempengaruhi ROA. Variabel perputaran kas mempengaruhi
ROA secara parsial. Perputaran piutang variabel mempengaruhi ROA secara
parsial. Variabel perputaran persediaan mempengaruhi ROA secara parsial. Roni
99
(2018) menunjukkan bahwa perputaran persediaan dan struktur aset memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Namun demikian,
Perputaran Uang Tunai, Perputaran Piutang, dan Likuiditas tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada BUMN di sektor industri
pengolahan. Caroline Nyambura Mwaura (2017) mengatakan terdapat korelasi
positif dan statistik signifikan yang kuat antara perputaran persediaan dan kinerja
keuangan supermarket besar menengah dan besar di Kenya.
Hoiriya dan Lestariningsih (2015) menunjukkan bahwa uji t didapatkan
yaitu perputaran persediaan berpengaruh signifikan tehadap profitabilitas (sebesar
0,007) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai
2013 pada level of significance lebih kecil dari 5% atau (sebesar 0,05) sehingga
terdapat signifikan. Mulatsih (2014) dengan hasil tingkat perputaran persediaan
secara parsial berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan serta Erik
Pebrin Naibaho dan Sri Rahayu (2014) menunjukkan perputaran persediaan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan
perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Tariq
(2013) menunjukkan Jumlah Perputaran Persediaan hari dan Jumlah hari terutang
omset dalam Hari memiliki hubungan negatif dengan kinerja perusahaan dan tidak
signifikan.
Berdasarkan uraian setelah dibandingkan dengan penelitian terdahulu,
dapat dikatakan bahwa masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal
100
dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan
menekan keuntungan perusahaan.
4.4.5. Pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran
piutang dan perputaran persediaan secara bersama-sama terhadap
profitabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi linear berganda (R)
dimana hubungan perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan dengan profitabilitas adalah cukup kuat dan searah (positif).
Dilihat dari pengujian hipotesis simultan menunjukkan terdapat pengaruh yang
signifikan perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada sub sektor makanan dan
minuman. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran modal kerja itu dimulai pada
saat kas diinvestasikan kemudian digunkan untuk mendanai aktivitas operasional
perusahaan. Jika perputaran modal kerja itu tinggi menunjukkan semakin
produktif modal kerja yang digunakan, sehingga perusahaan dapat lebih cepat
mendapatkan keuntungan.
Hasil penelitian ini berarti mendukung dan sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Haryanto, Akhmad Sodikin, and Ella Siti
Chaeriah (2018) menunjukkan hasil perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan secara bersamaan mempengaruhi ROA. Masitoh
Wahyuningsih (2015) hasil penelitian menunjukkan perputaran piutang dan
101
efisiensi modal kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan laba. Hoiriya dan Lestariningsih (2015) menunjukkan bahwa uji F
didapatkan yaitu perputaran modal kerja, perputaran piutang dan perputaran
persediaan berpengaruh signifikan tehadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2013 pada level of
significance lebih kecil dari 5% atau (sebesar 0,05) sehingga terdapat signifikan.
Linda dan Verawati (2014) menunjukkan perputaran modal kerja,
peputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara
bersamaan berpengaruh terhadap profitabilitas karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Mulatsih (2014) dengan hasil tingkat perputaran
piutang, tingkat perputaran persediaan dan tingkat perputaran modal kerja secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan serta Erik
Pebrin Naibaho dan Sri Rahayu (2014) secara simultan perputaran piutang dan
perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan uraian setelah dibandingkan dengan penelitian terdahulu, hal
ini menunjukkan bahwa perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan itu dimulai pada saat kas diinvestasikan
kemudian digunkan untuk mendanai aktivitas operasional perusahaan. Jika
perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan itu tinggi menunjukkan semakin produktif modal kerja yang
digunakan, sehingga perusahaan dapat lebih cepat mendapatkan keuntungan.