BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

76
142 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum UKM Sentra Rajut di Kota Bandung Agyapong (2010) menyatakan bahwa tidak ada definisi yang dapat diterima secara universal mengenai UKM. Negara atau daerah yang berbeda cenderung mendefinisikan UKM berdasarkan aktivitas bisnis lokal maupun kondisi yang ada di negara atau daerah tersebut. Menurut Moreno (2009) dalam Sosa et al., (2015), klasifikasi usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) bervariasi tergantung dari negaranya. Beberapa mengklasifikasikan UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, volume penjualan tahunan maupun nilai dari aktivitas usaha UKM tersebut. Deniz (2010) dalam Sosa et al, (2015) menyatakan bahwa UKM dapat pula ditentukan dari sejumlah tertentu tenaga kerja dalam sebuah perusahaan yang tidak melebihi limit tertentu, yang mana tujuan dari perusahaan tersebut adalah produksi, transformasi, ataupun penyediaan jasa. Mensah (2004) dalam Agyapong (2010) berusaha memberikan definisi mengenai UKM, yaitu usaha yang didominasi oleh satu orang, dimana pemilik atau manajer menentukan semua keputusan besar. Wirausaha dalam aktivitas bisnis ini hanya memiliki pendidikan formal yang terbatas, akses dan penggunaan yang lemah dalam teknologi, informasi pasar dan akses finansial ekternal yang sangat terbatas. Memiliki kemampuan manajemen yang lemah, sehingga menghambat perkembangan rencana strategis untuk pertumbuhan usaha yang

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

142

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum UKM Sentra Rajut di Kota Bandung

Agyapong (2010) menyatakan bahwa tidak ada definisi yang dapat

diterima secara universal mengenai UKM. Negara atau daerah yang berbeda

cenderung mendefinisikan UKM berdasarkan aktivitas bisnis lokal maupun

kondisi yang ada di negara atau daerah tersebut.

Menurut Moreno (2009) dalam Sosa et al., (2015), klasifikasi usaha mikro,

kecil dan menengah (UKM) bervariasi tergantung dari negaranya. Beberapa

mengklasifikasikan UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, volume penjualan

tahunan maupun nilai dari aktivitas usaha UKM tersebut. Deniz (2010) dalam

Sosa et al, (2015) menyatakan bahwa UKM dapat pula ditentukan dari sejumlah

tertentu tenaga kerja dalam sebuah perusahaan yang tidak melebihi limit tertentu,

yang mana tujuan dari perusahaan tersebut adalah produksi, transformasi, ataupun

penyediaan jasa.

Mensah (2004) dalam Agyapong (2010) berusaha memberikan definisi

mengenai UKM, yaitu usaha yang didominasi oleh satu orang, dimana pemilik

atau manajer menentukan semua keputusan besar. Wirausaha dalam aktivitas

bisnis ini hanya memiliki pendidikan formal yang terbatas, akses dan penggunaan

yang lemah dalam teknologi, informasi pasar dan akses finansial ekternal yang

sangat terbatas. Memiliki kemampuan manajemen yang lemah, sehingga

menghambat perkembangan rencana strategis untuk pertumbuhan usaha yang

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

143

berkelanjutan. UKM juga sering menghadapi volatilitas modal yang ekstrem,

kurang memiliki kemampuan teknis. Selain itu, ketidakmampuan dalam

memperoleh berbagai skill dan teknologi baru menghalangi tumbuhnya berbagai

peluang.

Di Indonesia, UKM merupakan komponen penting dalam pembangunan

perekonomian. Ketetapan MPR (Tap MPR) No. XVI/MPR-RI/1998 tentang

Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi mengamanatkan bahwa

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bagian integral ekonomi rakyat

yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan

struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang dan

berkeadilan.

Dalam rangka melaksanakan amanat Tap MPR tersebut, UU No. 20 tahun

2008 mendefinisikan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) sebagai usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dari Usaha menengah atau Usaha Besar.

Selain itu, definisi lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang

mengklasifikasikan UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yang dibagi

menjadi:

1) Usaha mikro/rumah tangga adalah usaha dengan tenaga kerja 1-4 orang

2) Usaha kecil adalah usaha dengan tenaga kerja 5-19 orang

3) Usaha menengah adalah usaha dengan tenaga kerja 20-99 orang

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

144

Berbagai UKM yang ada dikelompokkan ke dalam sentra-sentra industri.

Tujuan dari pendirian sentra industri menurut Kementrian Perindustrian adalah

sebagai pemusatan kegiatan industri kecil dan menengah yang menghasilkan

produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan atau mengerjakan proses

produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dirancang

berbasis pada pengembangan potensi sumber daya daerah, serta dikelola oleh

suatu pengurus profesional. Perkembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah

merupakan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian sehingga

mampu berperan signifikan dalam penguatan struktur industri nasional, ikut

berperan dalam pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja serta

menghasilkan barang dan/atau jasa industri untuk kebutuhan ekspor.

4.1.1 Profil Sentra Rajut Binong Jati dan Margasari

Sentra Industri Rajut Binong Jati dan Margasari merupakan salah satu

sentra UKM yang ada di Kota Bandung. Sentra Rajut Binong Jati mulai berdiri

pada pertengahan tahun 1960-an yang dimulai dengan 5 pengrajin.

Visi Sentra Rajut Binong Jati dan Margasari adalah menjadikan sentra rajut

terdepan di ASEAN. Sementara Misi Sentra Rajut Binong Jati dan Margasari

adalah:

1) Menjaga eksistensi budaya rajut

2) Mendirikan Knit School

3) Membuat wisata kampung rajut

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

145

4) Membuat clustering untuk memberdayakan dan mengembangkan Sentra

Rajut Binong Jati

5) Membuat museum rajut

Dalam rangka mengembangkan sentra-sentra industri yang ada di Kota

Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-

2031 telah menetapkan Sentra Rajut Binong Jati sebagai salah satu kawasan

strategi Kota Bandung dalam rangka pengembangan industri rumah tangga dalam

lingkup industri kreatif.

4.1.2 Profil Responden

Sentra Rajut Binong Jati terdiri dari 293 unit usaha dengan 2143 tenaga

kerja dengan kapasitas produksi/tahun sebanyak 855.200 lusin. sementara Sentra

Industri Rajut Margasari terdiri dari 19 unit usaha dengan 103 tenaga kerja dengan

kapasitas produksi/tahun sebanyak 105.820 lusin. Nilai investasi dalam kedua

sentra ini mencapai lebih dari Rp. 31 milyar.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pengusaha UKM yang

tergabung dalam Sentra Industri Rajut Binong Jati dan Margasari Kota Bandung.

Ukuran populasi sebanyak 281 responden dengan profil sebagaimana ditunjukkan

pada tabel 4.1.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

146

Tabel 4.1

Uraian Profil Responden

Uraian Profil Responden Frek % Uraian Profil Responden Frek %

A. Jenis Kelamin D. Bentuk Perusahaan

a. Pria 224 80% a. Tidak Terdaftar 175 62%

b. Wanita 57 20% b. UD 41 15%

Jumlah 281 100% c. Firma/CV 6 2%

B. Usia d. PT 59 21%

a. < 20 7 2% Jumlah 281 100%

b. 21 - 30 26 9% E. Jumlah Karyawan

c. 31 - 40 114 41% a. < 5 Orang 51 18%

d. 41 - 50 114 41% b. 6 - 10 Orang 116 41%

e. > 50 20 7% c. 11 - 20 Orang 87 31%

Jumlah 281 100% d. > 20 Orang 27 10%

C. Pendidikan Terakhir Jumlah 281 100%

a. SD 21 7% E. Luas Wilayah Pasar

b. SLTP 44 16% a. Lokal 197 70%

c. SLTA 178 63% b. Regional 42 15%

d. D III 31 11% c. Nasional 39 14%

c. D IV/S1 7 2% d. Internasional 3 1%

d. Pasca Sarjana 0 0% Jumlah 281 100%

Jumlah 281 100%

C. Lama Usaha

a. 1 - 3 Tahun 9 3%

b. 4 - 6 Tahun 61 22%

c. 7 - 10 Tahun 113 40%

d. > 10 Tahun 98 35%

Jumlah 281 100%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang bejenis kelamin

laki-laki sebanyak 80% sementara yang berjenis kelamin perempuan sebanyak

20%. Namun hal ini tidak secara langsung menunjukkan bahwa hanya sebagian

kecil pengusaha UKM adalah perempuan. Karena berdasarkan hasil observasi

sebagian besar responden menunjukkan bahwa sebagian besar UKM sentra rajut

melakukan usaha bersama dengan pasangannya masing-masing.

Sampai saat ini belum ada pengusaha UKM yang berpendidikan lebih

tinggi dari D IV/S1, tingkat pendidikan tertinggi para pengusaha UKM sentra

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

147

rajut di kota Bandung adalah D IV/S1 sebesar 2%. Sementara jumlah terbesar

berpendidikan SLTA atau sederajat sebesar 63% diikuti dengan pendidikan SLTP

atau sederajat sebesar 16%.

Sementara itu usaha rajut yang didirikan di sentra rajut kota Bandung

bervariasi antara satu tahun sampai dengan lebih dari 10 tahun. Jumlah terbesar

usaha rajut telah berdiri antara 7 – 10 tahun dengan persentase sebesar 40% diikuti

dengan usaha yang telah didirikan lebih dari 10 tahun sebesar 35%. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata usaha rajut di sentra rajut masih

terbilang baru, mengingat bahwa sentra rajut di kota Bandung telah berdiri pada

dekade 1960-an. Hasil wawancara dengan pengusaha rajut didapati bahwa

sebenarnya mereka banyak melanjutkan usaha tersebut dari orang tua mereka atau

membuka usaha sendiri ketika merasa sudah mampu.

Dari tabel 4.1. dapat dilihat sebesar 62% dari bentuk perusahaan usaha

rajut di sentra rajut kota Bandung belum terdaftar. Hal ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan pengusaha untuk membuat badan usaha serta merasa

rumit untuk mendaftarkannya ke badan pemerintah terkait sehubungan dengan

izin usaha. Namun demikian persentase perusahaan yang berbentuk PT cukup

besar yaitu sebesar 21%. Sementara sisanya bervariasi dalam bentuk perusahaan

yaitu Usaha Dagang (UD), CV maupun Firma. Sebagian besar usaha rajut di

sentra industri rajut kota Bandung adalah usaha kecil.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah karyawan sebanyak 6 – 10 orang dengan

persentase tertinggi sebesar 41% diikuti dengan jumlah karyawan sebanyak 11-20

orang sebesar 31%. Luas pasar para pengusaha UKM sentra rajut kota Bandung

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

148

masih dalam taraf lokal sebesar 70% diikuti dengan pasar regional sebesar 15%.

Hanya 1% yang sudah mampu meluaskan pasarnya sampai ke pasar internasional.

4.2.Persepsi Pengusaha UKM Rajut tentang Orientasi Pasar, Kapabilitas

Inovasi, Penciptaan Nilai dan Kinerja Pemasaran UKM Sentra Rajut di

Kota Bandung

Bagian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi unit analisis

berdasarkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian. Gambaran data

hasil tanggapan responden dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan,

melalui gambaran data tanggapan responden dapat diketahui bagaimana kondisi

setiap indikator variabel yang sedang diteliti. Agar lebih mudah dalam

menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap

rata-rata skor tanggapan responden berdasarkan rentang skor maksimum dan skor

minimum dibagi jumlah kategori. Interval kategori rata-rata skor tanggapan

responden dapat dibuat dalam bentuk interval sebagai berikut :

Tabel 4.2

Pedoman Kategorisasi Rata-Rata Skor Tanggapan Responden

Interval Kategori

1,00 - 1,79 Sangat Buruk/Sangat Rendah

1,80 - 2,59 Tidak Baik/Rendah

2,60 - 3,39 Cukup

3,40 - 4,19 Baik/Tinggi

4,20 - 5,0 Sangat Baik/Sangat Tinggi

Kuesioner terdiri dari 50 butir pertanyaan dengan perincian 12 butir

pernyataan mengenai orientasi pasar, 26 butir pernyataan tentang kapabilitas

inovasi, 9 pernyataan tentang penciptaan nilai dan 3 butir pernyataan tentang

kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Jumlah angket yang disebar sebanyak 281

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

149

dari 312 yang hanya berproduksi setiap harinya. Namun demikian, tingkat

pengembalian sampel sebesar 90,06% sudah cukup memenuhi syarat untuk diolah

menggunakan metode-metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini.

4.2.1. Orientasi Pasar UKM Sentra Rajut di Kota Bandung

Orientasi pasar merupakan nilai-nilai yang membantu mengembangkan

perusahaan untuk mengikuti pasar sehingga dapat menawarkan nilai yang lebih

besar kepada pelanggan, dimana hal ini merupakan kunci dari kegiatan

perusahaan

Dalam penelitian ini orientasi pasar diukur menggunakan 3 dimensi dan

dioperasionalisasikan menjadi 12 butir pernyataan. Dimensi-dimensi tersebut

antara lain Orientasi pelanggan, Orientasi pesaing, dan Koordinasi

interfungsional yang merupakan pendapat dari Nerver & Slater (1990) yang

indikatornya disesuaikan dengan kondisi UKM sentra rajut di kota Bandung.

Berikut tanggapan responden terhadap pernyataan pada masing-masing dimensi.

Tabel 4.3

Tanggapan Responden terhadap Variabel Orientasi Pasar (X1)

No. Butir Pernyataan

Mean

Skor Kategori

Alternatif Jawaban

SM M CM TM STM

Orientasi Pelanggan

1

Informasi tentang

kebutuhan

pelanggan

n 9 106 163 3 0 3.43 Memahami

% 3.2 37.7 58 1.1 0

2 Informasi tentang

keinginan n 11 119 147 4 0 3.49 Memahami

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

150

pelanggan % 3.9 42.3 52.3 1.4 0

No. Butir Pernyataan

Mean

Skor Kategori

Alternatif Jawaban

SM M CM TM STM

3

Penerapan

kebutuhan

pelanggan

berdasarkan dari

informasi tersebut

n 18 69 183 2 0 3.27 Cukup Mampu

% 6.4 24.6 65.1 0.7 0

4

Penerapan

keinginan

pelanggan

berdasarkan

informasi tersebut

secara berkelanjutan

n 10 91 178 2 0 3.39 Cukup Mampu

% 3.6 32.4 63.3 0.7 0

5

Memahami

kecenderungan

model/bentuk

produk dimasa yang

akan datang

n 16 79 181 5 0 3.38 Cukup Mampu

% 5.7 28.1 64.4 1.8 0

Grand Mean 3.39 Cukup

No.

Butir Pernyataan

Mean

Skor Kategori

Alternatif Jawaban

SM M CM TM STM

Orientasi Pesaing

6

Informasi

perkembangan

produk pesaing

dalam negeri

n 35 106 129 11 0 3.59

Mengetahui

% 12.5 37.7 45.

9 3.9 0

7

Informasi

perkembangan

produk pesaing dari

luar negeri

n 19 60 172 26 4 3.23 cukup

Mengetahui

% 6.8 21.4 61.

2 9.3 1.4

8

Menggali/memperh

atikan kelemahan

dan kelebihan dari

produk pesaing:

n 14 97 153 14 3 3.37 Cukup

Mengetahui

% 5 34.5 54.

4 5 1.1

9

Mengetahui

pemasaran produk

pesaing

n 82 63 124 12 0 3.77

Mengetahui

% 29.2 22.4 44.

1 4.3 0

Grand Mean 3.49 Mengetahui

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

151

No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SB B CB TB STB

Interfungsional

10

Penerapan pola

penyebaran

informasi

terintegrasi tentang

pelanggan pada

bawahan

n 13 62 179 18 8 3.18 Cukup Baik

% 4.6 22.1 63.

7 6.4 2.8

11

Penerapkan pola

penyebaran

informasi

terintergrasi tentang

pesaing pada

bawahan

n 11 67 175 19 9 3.19 Cukup Baik

% 3.9 23.8 62.

3 6.8 3.2

12

Bawahan

mendukung

penyebaran

informasi tersebut

untuk dilaksanakan

n 22 66 177 8 8 3.31 Cukup Baik

% 7.8 23.5 63 2.8 2.8

Grand Mean 3.22 Cukup Baik

Total Skor Rata-rata 3.38 Cukup Baik

Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016

Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa orientasi pasar UKM sentra rajut

di Kota Bandung pada umumnya cukup mampu dalam hal melakukan orientasi

pasar. Pada dimensi orientasi pelanggan didapat fakta dilapangan nilai total rata-

rata atau mean sebesar 3,39 dimana jika mengacu pada perhitungan interval pada

tabel 4.2 berada pada kategori cukup. Namun demikian, indikator penerapan

kebutuhan pelanggan dan keinginan pelanggan berdasarkan dari informasi

pelanggan merupakan indikator dengan nilai Mean terendah dengan nilai mean

3,27, dan 3,29. penerapan keinginan dan kebutuhan pelanggan berdasarkan

informasi yang didapat pengusaha sentra rajut belum dapat diterapkan secara

maksimal. Hal ini lebih disebabkan mesin yang digunakan para pengusaha sentra

rajut masih tergolong belum modern dan masih bersifat manual. Akibat dari

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

152

keterbatasan mesin dan tekhnologi yang digunakan, pengusaha rajut tidak mampu

menerapkan kebutuhan dan keinginan pelanggan seperti corak, bahan yang

digunakan, maupun desain rajutan yang terdapat pada produk rajut.

Sementara itu, untuk dimensi orientasi pesaing UKM sentra rajut di Kota

Bandung sudah mampu untuk melakukan orientasi pesaing, hal ini dapat dilihat

pada jumlah skor rata-rata sebesar 3,49 yang termasuk kedalam kategori tinggi.

Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya para pengusaha di sentra tersebut

sudah mengikuti perkembangan produk pesaing yang ada didalam negeri.

Walaupun demikian secara umum sebenarnya para pengusaha masih belum

sepenuhnya paham tentang perkembangan produk rajut luar negeri baik secara

kelebihan maupun kelemahannya yang telah banyak di pasaran Indonesia. Seperti

untuk indikator Informasi perkembangan produk pesaing dari luar negeri yang

memiliki skor rata-rata terendah dari empat (4) indikator yang ada yakni sebesar

3,23, dikuti oleh indikator menggali atau memperhatikan kelemahan dan

kelebihan dari produk pesaing sebesar 3,37 dimana kedua indikator tersebut masih

dalam kategori cukup. Para pengusaha sentra rajut masih belum mampu untuk

melihat kelebihan dan kekurangan dari pesaing, khususnya dari produk rajutan

Tiongkok yang memiliki bahan yang lebih baik dari pengusaha lokal serta belum

cukup mampu mengantisipasi strategi pemasaran produk Tiongkok yang lebih

banyak mengikuti trend dari produk rajutan lokal.

Selanjutnya dimensi interfungsional atau koordinasi antarfungsi pada

UKM sentra rajut di kota Bandung merupakan dimensi terlemah dari tiga dimensi

yang ada dalam variabel Orientasi Pasar dengan nilai Grand Mean sebesar 3,22

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

153

yang termasuk ke dalam kategori cukup dengan penerapan pola penyebaran

informasi adalah indikator dengan nilai yang paling lemah sebesar 3,18. Hal ini

terjadi karena banyak dari pengusaha di sentra rajut hanya memilki 6-10 tenaga

kerja dimana tiap karyawan mengerjakan hampir semua bagian usaha secara

bersama-sama dan hampir tidak memiliki bagian fungsional pada usaha mereka.

Selama ini pengusaha hanya memberikan contoh model dan corak kepada staff

gambar (porter) untuk di tindak lanjuti tanpa melibatkan karyawan lainnya,

sehingga informasi kebutuhan dan keinginan pelanggan tidak bisa disebar ke

semua karyawan.

Secara keseluruhan persepsi pengusaha pada sentra rajut untuk variabel

Orientasi Pasar hanya memiliki nilai rata-rata yang termasuk ke dalam kategori

cukup dengan nilai grand mean sebesar 3,38. Fakta temuan dilapangan dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya UKM sentra rajut cukup mampu melakukan

orientasi pasar namun belum mampu untuk mengimplementasikan kedalam

produk dan menyebarkan informasi yang didapat secara merata ke semua bagian

dalam perusahaan serta belum mampu menerapkan informasi yang didapat ke

dalam produk rajutan yang diproduksi. Hal ini berbeda dari pendapat Craven &

Piercy (2013) yang menyatakan orientasi pelanggan pada organisasi secara terus

menerus mengumpulkan informasi mengenai konsumen, pesaing, dan pasar,

melihat informasi dari perspektif binis total, serta sangat penting untuk melibatkan

partisipasi antar fungsi dari organisasi, dan orientasi pasar membutuhkan

keterlibatan setiap orang dari organisasi.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

154

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara

umum apakah nilai rata-rata variabel Orientasi Pasar dapat dikategorikan baik

maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : µ ≤ 3,39

Orientasi pasar UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan

baik

H1 : µ > 3,39

Orientasi pasar UKM sentra rajut dapat dikategorikan baik

Tabel 4.4

Hasil Uji Deskriptif Orientasi Pasar

Variabel Skor rata-

rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan

Orientasi

Pasar

3,38 -0,01 -0,240 1,967 Tidak

Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data

Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar -0,240 maka

H0 diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Dari

hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum orientasi pasar UKM

sentra rajut belum dapat dikategorikan baik.

Belum mampunya pengusaha mengimplementasikan apa yang dibutuhkan

dan keinginannya menjadi fakta temuan yang harus diperhatikan oleh para

pengusaha rajut di kota Bandung. Ketidakmampuan tersebut lebih banyak di

sebabkan oleh ketidak jelian pengusaha untuk melihat model dan bahan yang akan

digunakan serta tidak didukung oleh mesin rajut yang masih tradisional atau

manual. Disamping itu budaya yang berkembang di sentra rajut ini dalam

pembahagian kerja lebih dibebankan kepada pengusaha dan staf gambar sehingga

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

155

model-model yang terkini dan kebutuhan produk yang semakin banyak pilihan

kurang tersosialisasikan ke dalam perusahaan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa UKM sentra rajut belum

memahami secara utuh kebutuhan dan keinginan pelanggan serta menerapkan

informasi tersebut ke dalam produk rajut. Selain itu koordinasi antar fungsi dalam

UKM sentra rajut masih sangat rendah sehingga karyawan tidak fokus pada satu

tugas yang spesifik namun mengerjakan semua fungsi secara bersama-sama.

4.2.2. Kapabilitas Inovasi UKM Sentra Rajut di Kota Bandung

Kapabilitas inovasi merupakan kemampuan manajerial dan teknis dalam

mengaplikasikan ide-ide baru ke dalam proses kerja agar lebih efektif, efisien dan

produktif yang disebar ke para karyawan agar dapat menghasilkankan produk

yang dapat memenuhi tuntutan pelanggan (customer requirement), memiliki daya

saing dan mampu meningkatkan jumlah penjualan.. Variabel kapabilitas Inovasi

diukur menggunakan 6 dimensi dan dioperasionalisasikan menjadi 26 butir

pernyataan. Masing-masing dimensi tersebut yakni; Kepemimpinan inovasi,

Pengetahuan dan kreativitas individu, Iklim dan budaya inovasi, Jaringan

dan kerja sama, Inovasi proses, dan Inovasi hasil.

Berikut tanggapan responden terhadap setiap butir pernyataan pada

masing-masing dimensi:

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

156

Tabel 4.5

Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kapabilitas Inovasi (X2)

No. Butir Pernyataan

Mean

Skor Kategori Alternatif Jawaban

SM M CM TM STM

Kepemimpinan Inovasi

13

Keterbukaan

dalam menerima

saran dan ide dari

bawahan:

n 9 99 164 9 0 3.38 Cukup

Mampu % 3.2 35.2 58.4 3.2 0

14

Dorongan

melaksanakan ide

atau cara baru dari

bawahan tersebut

n 11 96 162 12 0 3.38 Cukup

Mampu % 3.9 34.2 57.7 4.3 0

15

Partisipasi dalam

memberikan ide

dan saran pada

bawahan:

n 18 101 156 6 0 3.47 Mampu

% 6.4 35.9 55.5 2.1 0

Grand Mean 3.41 Mampu

No. Butir Pernyataan

Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SM M CM TM STM

Pengetahuan dan Kreativitas Individu

16

Kemampuan

untuk mencari

metode baru yang

berbeda dengan

pesaing

n 17 86 159 11 8 3.33 Cukup

Mampu

% 6 30.6 56.6 3.9 2.8

17

Menyebarkan

pengetahuan baru

kepada bawahan

n 16 93 158 9 5 3.38 Cukup

Mampu % 5.7 33.1 56.2 3.2 1.8

18

Bawahan bersedia

menggunakan

pengetahuan

tersebut dalam

pengembangan

produk

n 19 89 159 8 6 3.38 Cukup

Mampu

% 6.8 31.7 56.6 2.8 2.1

19

Mendukung

bawahan agar

berpikir kreatif

terhadap suatu

cara/tindakan saat

diperlukan dalam

hal menyelesaikan

pekerjaan

n 13 102 149 11 6 3.37 Cukup

Mampu

% 4.6 36.3 53 3.9 2.1

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

157

No. Butir Pernyataan

Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SM M CM TM STM

20

Menguasai

peralatan dan

tehnologi yang

digunakan untuk

pengembangan

produk baru

n 16 99 147 12 7 3.37 Cukup

Mampu

% 5.7 35.2 52.3 4.3 2.5

No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SB B CB TB STB

21

Mengikutkan

pelatihan atau

pengetahuan yang

relevan bagi

bawahan:

n 16 111 152 2 0 3.5 Bersedia

% 5.7 39.5 54.1 0.7 0

22

Mendukung

bawahan untuk

belajar dan

meningkatkan

keahliannya

n 29 132 118 2 0 3.67 Bersedia

% 10.3 47 42 0.7 0

23

Keberanian

menerapkan cara

baru dalam

pengembangan

produk

n 27 108 141 5 0 3.56

Bersedia

% 9.6 38.4 50.2 1.8 0

Grand Mean 3.45 Tinggi

No. Butir Pernyataan

Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SS S CS TS STS

Iklim dan Budaya Inovasi

24

Kesesuaian

Kerjasama antar

bawahan di

lingkungan

perusahaan

n 19 103 154 2 3 3.47 Sesuai

% 6.8 36.7 54.8 0.7 1.1

25

Kesesuaian

kualitas

pekerjaan, dan

tanggung jawab

n 13 104 154 7 3 3.48 Sesuai

% 4.6 37 54.8 2.5 1.1

26

Memberlakukan

karyawan sesuai

dengan partisipasi

inovasi

n 14 112 151 4 0 3.48 Sama

% 5 39.9 53.7 1.4 0

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

158

No. Butir Pernyataan

Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SS S CS TS STS

27

Pemberian

penghargaan

terhadap

karyawan di

lingkungan

perusahaan

diberlakukan

sama

n 25 138 108 3 7 3.61 Sama

% 8.9 49.1 38.4 1.1 2.5

Grand Mean 3.51 Tinggi

No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SM M CM TM STM

Jaringan dan Kerjasama

28

mengetahui

jaringan terkait

(pemasaran

produk, suplier,

pelanggan,

asosiasi,

pemerintah dan

sebagainya)

n 22 60 182 10 7 3.28 Cukup

Mampu

% 7.8 21.4 64.8 3.6 2.5

29

Membuat

hubungan dengan

jaringan tersebut

n 19 68 187 7 0 3.35 Cukup

Mampu % 6.8 24.2 66.5 2.5 0

30

Memelihara

kerjasama dengan

jaringan tersebut

n 28 44 209 0 0 3.36 Cukup

Mampu

% 10 15.7 74.4 0 0

Grand Mean 3.33 Cukup

Inovasi Proses

31

Proses

pengembangan

dan penciptaan

produk baru

n 19 71 178 9 4 3.33 Cukup

Mampu

% 6.8 25.3 63.3 3.2 1.4

32

Proses

meningkatkan

kualitas produk

yang melibatkan

peralatan dan

tehnologi

n 16 79 179 5 2 3.36 Cukup

Mampu

% 5.7 28.1 63.7 1.8 0.7

33

Peningkatan

proses

pendistribusian

produk

n 21 76 174 7 3 3.37 Cukup

Mampu % 7.5 27 61.9 2.5 1.1

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

159

No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SM M CM TM STM

34

Proses

pengembangan

pasar baru

n 16 81 175 6 3 3.36 Cukup

Mampu % 5.7 28.8 62.3 2.1 1.1

Grand Mean 3.36 Cukup

No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

SM M CM TM STM

Inovasi Hasil

35

Pengembangan

dan

memperbaharui

saluran distribusi

produk dari

sebelumnya

n 23 86 163 9 0 3.44 Mampu

% 8.2 30.6 58 3.2 0

36

Upaya

menciptakan pasar

baru dari yang

sudah ada :

n 3 68 209 1 0 3.26 Cukup

Mampu % 1.1 24.2 74.4 0.4 0

37

Mengembangkan

produk

(inkremental) dari

sebelumnya

n 24 57 197 3 0 3.36 Cukup

Mampu % 8.5 20.3 70.1 1.1 0

38

Menciptakan

produk baru

(Radikal) dari

sebelumnya

n 24 43 212 2 0 3.32 Cukup

Mampu % 8.5 15.3 75.4 0.7 0

Grand Mean 3.34 Cukup

Total Skor 3,4 Cukup

Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kapabilitas inovasi UKM sentra rajut

sudah masuk dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,41. Hal ini

tergambarkan dari persepsi kepemimpinan inovasi dengan dengan nilai tertinggi

ada pada indikator partisipasi dalam memberikan ide dan saran pada bawahan

dengan nilai rata-rata sebesar 3,47 yang termasuk ke dalam kategori tinggi.

Sementara indikator yang terendah ada pada keterbukaan dalam menerima saran

dan ide dari bawahan sebesar 3,38 serta dorongan melaksanakan ide dari bawahan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

160

sebesar 3,8. Dari fakta lapangan yang didapat bahwa sebahagian besar pengusaha

di sentra rajut sebenarnya sudah menerima pendapat maupun ide dari bawahan

tetapi untuk dorongan melaksanakan ide atau pendapat tersebut masih belum

katagori mampu. Hal ini disebabkan oleh budaya yang berkembang bahwa para

pekerja hanya sebatas pada melaksanakan pekerjaannnya saja, sehingga jarang

untuk meminta pendapat mereka dalam membuat produk rajut.

Sama halnya dengan persepsi dimensi pengetahuan dan kreativitas

individu yang juga termasuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata

sebesar 3,45. Namun demikian, indikator Kemampuan untuk mencari metode baru

yang berbeda dengan pesaing memiliki nilai terendah sebesar 3,3 yang hanya

masuk ke dalam kategori cukup. Hal tersebut bisa dipengaruhi dari faktor

pendidikan, dimana mayoritas pendidikan pengusaha adalah lulusan SMA,

sehingga kreativitas untuk mencari metode baru atau ide sangat terbatas.

Sementara itu persepsi UKM sentra rajut untuk dimensi Iklim dan Budaya

Inovasi termasuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,5. Hal

ini disebabkan hubungan bawahan dengan atasan lebih kuat dikarenakan adanya

hubungan kekerabatan atau sudah lama terlibat dalam kerjasama pekerjaan,

sehingga kesesuaian dalam hal kualitas dan tanggung jawab pekerjaan sudah

menyatu dalam diri bawahan dan atasan.

Begitu juga halnya dengan persepsi pengusaha rajut terhadap dimensi

jaringan dan kerja sama yang memiliki total nilai rata-rata yang termasuk ke

dalam kategori cukup tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,3. Mengingat

mayoritas pengusaha rajut di sentra rajut di Kota Bandung mayoritasnya hanya

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

161

memasarkan produknya dipasaran lokal saja, sehingga untuk membangun jaringan

bisnis sedikit kesulitan dikarenakan kurang memiliki akses langsung ke pasar

regional maupun keluar negeri.

Selanjutnya persepsi pengusaha rajut untuk dimensi inovasi proses yang

juga memiliki nilai rata-rata sebesar 3,36 yang termasuk ke dalam kategori cukup

mampu. Dimana proses pengembangan produk baru dan proses meningkatkan

kualitas produk yang melibatkan peralatan dan tehnologi merupakan indikator

terlemah dengan nilai rata-rata 3,33 yang termasuk ke dalam kategori cukup

mampu. Hal ini terkendala pada modal untuk investasi peralatan serta kurang

mampunya pengusaha untuk mempelajari tehnologi terbaru dalam hal proses

produksi produk rajut.

Persepsi pengusaha rajut dalam hal inovasi hasil sudah dalam kategori

mampu dengan nilai rata-rata sebesar 3,4. Tetapi hanya indikator pengembangan

dan memperbaharui saluran distribusi saja yang termasuk ke dalam kategori

mampu dengan nilai rata-rata sebesar 3,44 sementara indikator penciptaan pasar

baru dari pasar yang sudah ada merupakan indikator yang paling lemah dengan

nilai rata-rata 3,26 yang termasuk ke dalam kategori cukup mampu, begitu pula

dengan indikator penciptaan dan pengembangan produk baru juga masih pada

level cukup mampu. Dari hasil penelitian didapatkan fakta bahwa para pengusaha

rajut sebahagian besar enggan untuk membuka pangsa baru dikarenakan kurang

lancarnya pembayaran sehingga menyebabkan terhambatnya perputaran produksi.

Selain itu tidak adanya akses pemasaran ke luar negeri yang disebabkan kurang

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

162

mampunya pengusaha membuat standar produk yang diminta dari pasar luar

negeri yang disebabkan keterbatasan tehnologi.

Dalam penelitian ini kapabilitas inovasi para pengusaha di sentra rajut kota

Bandung digambarkan sebagai kemampuan manajerial dan teknis dalam

mengaplikasikan ide-ide baru ke dalam proses kerja agar lebih efektif, efisien dan

produktif yang disebar ke para karyawan agar dapat menghasilkankan produk

yang dapat memenuhi tuntutan pelanggan (customer requirement), memiliki daya

saing dan mampu meningkatkan jumlah penjualan. Dari hasil penelitian tentang

persepsi pengusaha rajut tentang kapabilitas inovasi didapat hasil analisis

menunjukkan bahwa sebahagian dimensi dari kapabilitas inovasi memiliki nilai

rata-rata sebesar 3,4 yang termasuk ke dalam kategori tinggi. Walaupun

demikian, secara keseluruhan dapat diartikan bahwa pengusaha sentra rajut belum

sepenuhnya memiliki kemampuan (kapabilitas) inovasi untuk menggali

kemampuan yang tertanam dalam diri mereka, sehingga potensi yang sudah ada

yang didapat dari turun temurun masih kurang di optimalkan. Pendapat Saunila

(2014) meyatakan bahwa inovasi perusahaan tidak hanya bersaing dengan produk

atau jasa baru, melainkan dengan kemampuan unik mereka sendiri yang

mendasari kegiatan pasar produk mereka.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara

umum apakah nilai rata-rata variabel Kapabilitas Inovasi dapat dikategorikan baik

maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

163

Hipotesis:

H0 : µ ≤ 3,39

Kapabilitas Inovasi UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan

baik

H1 : µ > 3,39 Kapabilitas Inovasi UKM sentra rajut dapat dikategorikan baik

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskriptif Kapabilitas Inovasi

Variabel Skor rata-

rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan

Kapabilitas

Inovasi

3,40 0,01 0,247 1,967 Tidak

Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data

Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar 0,247 maka H0

diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Dari

hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kapabilitas inovasi

UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan baik.

Dari fakta temuan dilapangan dapat disimpulkan bahwa UKM sentra rajut

belum mampu menemukan metode yang lebih dari dari pesaing, masih belum

sepenuhnya menerima masukan dari bawahan, dan belum memiliki gambaran

yang utuh dalam memanfaatkan jaringan-jaringan terkait seperti supplier,

pelanggan, asosiasi-asosiasi swasta, dan pemerintah untuk kepentingan usahanya.

4.2.3. Penciptaan Nilai UKM Sentra Rajut di Kota Bandung

Penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung pada penelitian

ini merupakan kemampuan untuk menciptakan, menyediakan, dan menghantarkan

nilai dengan manajemen yang efektif dari supply chain, jaringan bersama, atau

hubungan pelanggan yang membentuk sumber utama nilai yang unggul sehingga

mempertahankan dan meningkatkan kinerja pemasaran. Penciptaan nilai pada

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

164

penelitian ini diukur menggunakan 3 dimensi yakni: Manfaat konsumen, Area

bisnis, dan Kolaborasi jaringan. Penciptaan nilai dioperasionalisasikan menjadi

9 butir pernyataan. Berikut tanggapan responden terhadap setiap butir pernyataan

pada masing-masing dimensi.

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Terhadap Variabel penciptaan nilai (Ŷ1)

No. Butir Pernyataan

Mean

Skor Kategori Alternatif Jawaban

SS S CS TS STS

Manfaat konsumen

39

Menghasilkan

pengembangan

produk baru

sesuai dengan

harapan/keinginan

konsumen

n 15 108 150 5 3 3.45 Sesuai

% 5.3 38.4 53.4 1.8 1.1

40

Menghasilkan

manfaat/

kegunaan produk

baru tersebut

sesuai dengan

harapan/keinginan

konsumen:

n 14 102 154 7 4 3.41 Sesuai

% 5 36.3 54.8 2.5 1.4

41

Menciptakan

kesesuaian

manfaat/kegunaan

produk lebih baik

dari sebelumnya

n 14 96 156 8 7 3.36 Cukup

Sesuai

% 5 34.2 55.5 2.8 2.5

Grand Mean 3.41 Sesuai

Area Bisnis

42

Proses produksi

lebih inovatif dari

sebelumnya

n 10 85 182 4 0 3.36 Cukup

Mampu % 3.6 30.2 64.8 1.4 0

43

Proses produksi

lebih efisien dari

sebelumnya

n 14 101 153 7 6 3.39 Cukup

Mampu % 5 35.9 54.4 2.5 2.1

44

Membuat

keunikan/ciri khas

pada produk

dibanding pesaing

n 18 78 171 8 6 3.33 Cukup

Mampu % 6.4 27.8 60.9 2.8 2.1

Grand Mean

3.36

Cukup

Mampu

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

165

No. Butir Pernyataan

Mean

Skor Kategori Alternatif Jawaban

SS S CS TS STS

Mitra Bisnis

45

Meningkatkan dan

memperluas

hubungan relasi

bisnis dengan

pelanggan

n 21 71 180 6 3 3.36 Cukup

Mampu

% 7.5 25.3 64.1 2.1 1.1

46

Penghantaran

produk pada relasi

bisnis dapat lebih

efisien dan efektif

n 18 81 167 3 5 3.3 Cukup

Mampu

% 6.4 28.8 59.4 1.1 1.8

47

Ketepatan waktu

dalam memenuhi

pesanan

pelanggan

n 22 97 154 5 4 3.47 Mampu

% 7.8 34.5 54.8 1.8 1.4

Grand Mean 3.37 Cukup

Mampu

Total skor 3,38 Cukup

Mampu

Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016

Pada tabel 4.7 menunjukkan fakta penelitian dilapangan penciptaan nilai

pada UKM sentra rajut menunjukkan nilai rata-rata tinggi yakni 3,41. Untuk

persepsi dimensi manfaat konsumen pengusaha merasa setuju jika produknya

sudah memenuhi harapan konsumen sementara itu kesesuaian dan manfaat

kegunaan produk lebih baik dari sebelumnya masih dalam kategori cukup dengan

nilai rata-rata sebesar 3,36. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya lini produk

yang dihasilkan, jika selama ini rajut dikenal dengan sweater dan scraft maupun

cardigan maka akhir-akhir ini para pengusaha sudah mampu menciptakan

berbagai macam lini produk seperti tas, jilbab, baju, celana, dan lain sebagainya.

Walapun demikian masih terkendala dengan manfaat/kegunaan produk yang lebih

baik dari sebelumnya seperti mutu bahan seperti jahitan yang masih kurang rapi,

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

166

dan bahan masih terasa panas jika dipakai, hal ini bertolak belakang dengan iklim

di Indonesia yang tropis.

Sementara untuk dimensi area bisnis masih dalam kategori cukup mampu

dengan nilai rata-rata sebesar 3,36 namun dengan proses produksi yang masih

tergolong belum modern. Penggunaan mesin rajut yang masih sederhana belum

menghasilkan produk yang benar-benar memenuhi selera konsumen, seperti

kerapatan rajutan bahan serta pola/motif yang masih kurang bervariasi. Sehingga

produk yang dihasilkan kurang memiliki ciri khas dibandingkan pesaing terutama

dari produk pabrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Kemudian dari persepsi pengusaha sentra rajut mengenai dimensi

kolaborasi jaringan juga masih tergolong cukup mampu dengan nilai rata-rata

sebesar 3,37. Kurangnya relasi, penghantaran produk serta layanan dalam

pemenuhan pesanan pelanggan masih dalam kategori cukup dimana fakta yang

terdapat dilapangan masih banyaknya keterlambatan dalam hal pemenuhan

pelanggan.

Dalam pemasaran, nilai telah didefinisikan dalam kaitannya dengan

kepemilikan barang dan disebut sebagai trade-off (pertukaran) antara manfaat

yang diperoleh dari kepemilikan dan pengorbanan yang dilakukan untuk

memperoleh kepemilikan. Konsepsi nilai mengasumsikan nilai yang terkandung

dalam produk dan jasa, menciptakan nilai terkait dengan mengungkap kebutuhan,

merancang solusi, memproduksi solusi dan mentransfer solusi ini kepada

pelanggan dalam pertukaran untuk sesuatu yang lain (La Rocca & Snehota, 2014).

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

167

Merujuk pada pendapat diatas UKM sentra rajut di Kota Bandung masih

belum sepenuhnya yakin bahwa produk rajut yang dihasilkan sudah memenuhi

keinginan pelanggan hal tersebut tergambarkan dari hasil total skor variabel

penciptaan nilai sebesar 3,38 yang berarti masih dalam kategori cukup.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara

umum apakah nilai rata-rata variabel penciptaan nilai dapat dikategorikan tinggi

maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : µ ≤ 3,39

Penciptaan Nilai UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan

tinggi

H1 : µ > 3,39 Penciptaan Nilai UKM sentra rajut dapat dikategorikan tinggi

Tabel 4.8

Hasil Uji Deskriptif Penciptaan Nilai

Variabel Skor rata-

rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan

Penciptaan

Nilai

3,38 -0,01 -0,241 1,967 Tidak

Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data

Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar -0,241 maka

H0 diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Dari

hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum penciptaan nilai UKM

sentra rajut belum dapat dikategorikan tinggi.

Hasil uji hipotesis tersebut menjelaskan bahwa kompetensi inti UKM

sentra rajut belum mampu menciptakan nilai yang superior dalam bentuk produk

yang memiliki keunikan dan ciri khas sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta lebih baik dibandingkan pesaing dan belum mampu

menghantarkan produk kepada relasi bisnis secara efisien dan efektif.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

168

4.2.4. Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut di Kota Bandung

Kinerja pemasaran UKM sentra rajut di Kota Bandung sebagai hasil

pencapaian aktivitas usaha yang merupakan hasil penerapan strategi untuk

meningkatkan penjualan, keuntungan maupun pangsa pasar. Variabel kinerja

pemasaran UKM sentra rajut diukur menggunakan 3 butir pernyataan yang

merefleksikan indikator dalam variabel kinerja pemasaran yaitu Pertumbuhan

penjualan, Pangsa pasar dan Profit. Berikut tanggapan responden terhadap

setiap butir pernyataan pada pada variabel kinerja pemasaran UKM sentra rajut.

Tabel 4.9

Tanggapan Responden terhadap Variabel Kinerja Pemasaran

UKM sentra rajut (Y2)

No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean

Skor Kategori

ST T CT R SR

48

Tingkat

pertumbuhan

volume penjualan

saudara saat ini

n 7 56 211 7 0 3,22 Cukup

Tinggi % 2,5 19,9 75,1 2,5 0,0

49

Tingkat pangsa

pasar penjualan

produk

n 26 48 201 6 0 3,33 Cukup

Tinggi % 9,3 17,1 71,5 2,1 0,0

50 Tingkat

keuntungan usaha

n 21 47 206 7 0 3,29 Cukup

Tinggi % 7,5 16,7 73,3 2,5 0,0

Grand Mean 3,28 Cukup

Tinggi

Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kinerja pemasaran UKM sentra rajut di

Kota Bandung masih tergolong cukup tinggi dengan nilai grand mean sebesar

3,28 dengan distribusi persepsi pada masing-masing dimensi yakni pertumbuhan

penjualan dengan nilai rata-rata sebesar 3,22 yang termasuk ke dalam kategori

cukup tinggi. Tingkat pangsa pasar dengan nilai rata-rata sebesar 3,33 yang

termasuk ke dalam kategori cukup tinggi, serta tingkat keuntungan usaha juga

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

169

memiliki nilai rata-rata sebesar 3,29 yang termasuk ke dalam kategori cukup

tinggi.

Namun di sisi lain masih terdapat pengusaha yang merasa ragu dengan

tingkat penjualan , pangsa pasar, serta tingkat keuntungan . Sementara itu total

skor rata-rata (grand mean) skor tanggapan responden pada variabel kinerja

pemasaran UKM sentra rajut masih termasuk ke dalam kategori cukup tinggi.

Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian besar UKM sentra rajut di Kota Bandung

memiliki kinerja cukup memadai di bidang pemasaran. Hal ini dapat terjadi

karena sebagian besar UKM telah berdiri selama 7 sampai lebih dari 10 tahun,

sehingga telah cukup memiliki pelanggan reguler. Pangsa pasar menunjukkan

hasil yang cukup baik, hal ini disebabkan karena UKM sentra rajut di kota

Bandung pada dasarnya telah memiliki pasar. Namun demikian, luas pasar yang

dimiliki sebagian besar adalah pasar lokal. Hanya sebagian kecil yang mampu

meluaskan pasar hingga ke tingkat regional, nasional apalagi ke tingkat

internasional.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara

umum apakah nilai rata-rata variabel Orientasi Pasar dapat dikategorikan baik

maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : µ ≤ 3,39

Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan

tinggi

H1 : µ > 3,39 Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut dapat dikategorikan tinggi

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

170

Tabel 4.10

Hasil Uji Deskriptif Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut

Variabel Skor rata-

rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan

Kinerja Pemasaran

UKM sentra rajut

3,28 -0,11 -3,015 1,967 Tidak

Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data

Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar -3,015 maka

H0 diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak signifikan.

Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja

pemasaran UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan tinggi. Hal ini dapat

terjadi karena berbagai hal seperti pembukuan yang belum tertata dengan rapi,

kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam mengoperasikan maupun

kurangnya perangkat berteknologi tinggi seperti komputer dan jaringan internet.

Selain itu dampak dari kemampuan membaca pasar atau orientasi pasar yang

lemah dan keterbatasan kemampuan inovasi sehingga kurangnya nilai produk

rajut membawa dampak terhadap kenerja pemasaran pengusaha sentra rajut.

Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Mone et al, (2013) meyatakan

bahwa terdapat tiga variabel yang mempengaruhi sistem, seperti tipologi dimensi

kinerja di bawah evaluasi, tipologi indikator yang digunakan, dan sistem kontrol

(bagaimana manajer mengevaluasi kinerja dan menggunakan informasi yang

dihasilkan oleh sistem manajemen kinerja perusahaan). Adapun indikator tersebut

seperti indikator keluaran keuangan, output non keuangan termasuk (pangsa pasar,

kepuasan pelanggan, dan sebagainya), indikator input terkait dengan anggaran

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

171

pemasaran, serta indikator hybrid yang terkait dengan dimensi makro seperti

efisiensi, efektivitas dan saling ketergantungan dari berbagai dimensi dari sistem

manajemen kinerja pemasaran.

4.3. Analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation

Modeling/SEM)

Model pengukuran menggambarkan hubungan antara variabel yang

diamati dan konstruk atau membangun variabel tersebut dihipotesiskan untuk

mengukur. Confirmatory Faktor Analyis atau CFA (Analisis Faktor Konfirmatori)

yang dirancang untuk menguji multi dimensionalitas dari suatu konstruk teoretis

digunakan dalam pengujian model pengukuran.

Dengan demikian, análisis CFA (Confirmatory Faktor Analysis)

digunakan untuk menguji apakah indikator-indikator yang digunakan valid

sebagai pengukur konstruk laten. Model pengukuran CFA (Confirmatory Faktor

Analysis) dilakukan melalui dua tahap yaitu Uji Order Pertama CFA (1st Order

Confirmatory Faktor Analysis/CFA) untuk mengukur validitas dan reliabilitas tiap

indikator dan Uji Order Kedua (2nd Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA)

untuk mengukur validitas dan reliabilitas tiap dimensi (variabel laten).

Dalam penelitian ini variabel Orientasi Pasar (X1) diukur dengan

menggunakan 3 (tiga) dimensi yaitu Orientasi Pelanggan, Orientasi Pesaing dan

Koordinasi Interfungsional yang dioperasionalisasikan ke dalam 12 indikator yang

diambil dari pendapat Narver & Slater (1990) yang dielaborasi dari penelitian

Chung (2015) dan Hussain et al., (2016).

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

172

Variabel Kapabilitas Inovasi (X2) diukur dengan menggunakan 6 (enam)

dimensi yaitu Kepemimpinan Inovasi, Pengetahuan dan Kreativitas Individu,

Iklim dan Budaya Inovasi, Jaringan dan Kerjasama, Inovasi Proses, Hasil Inovasi

yang dioperasionalisasikan ke dalam 26 indikator yang diambil berdasarkan

penelitian Lin et al., (2010), Forsman & Rantanen (2011), Baregheh et al.,

(2013) dan Saunila et al., (2014).

Selanjutnya variabel Penciptaan Nilai (Y1) diukur dengan menggunakan 3

(tiga) dimensi yaitu Manfaat Konsumen, Area Bisnis dan Kolaborasi Jaringan

yang diopersionalisasikan ke dalam 9 (Sembilan) indikator yang diambil dari

pendapat Kotler & Keller (2013). Sementara variabel Kinerja Pemasaran (Y2)

diukur dengan menggunakan 3 (tiga) indikator yaitu Volume Penjualan, Laba dan

Pangsa Pasar yang diambil dari pendapat Mone et al., (2013).

Untuk melakukan evaluasi terhadap model penelitian maka perlu

dilakukan analisis CFA dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten.

Pengujian validitas dalam SEM digunakan construct validity atau sering disebut

sebagai faktorial validity dengan menggunakan pendekatan MTMM (Multi Trait-

Multi Method) dengan menguji validitas konvergen dan diskriminan.

Sementara itu uji reabilitas dilakukan untuk memberikan akurasi konstruk

(variabel laten) dan ketetapan instrument dalam mengukur konstruk. Untuk itu,

dalam penelitian ini pengukuran suatu konstruk dilakukan melalui Composite

Reliability (CR) dan Average Variance Extracted (AVE) dimana nilai CR ≥ 0,7

dan nilai AVE ≥ 0,50 menunjukkan bahwa variabel laten dianggap reliabel,

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

173

sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memiliki akurasi,

konsistensi dan ketetapan untuk mengukur konstruk.

Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dengan SEM dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

A. Model Uji Model Order Pertama CFA (1st Order Confirmatory Faktor

Analysis/CFA)

Hasil análisis sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.1 merupakan hasil

dari model pengukuran dengan menggunakan Model Uji Order Pertama (1st Order

Confirmatory Faktor Analysis/CFA) atas variabel yang diamati, yaitu: Orientasi

Pasar, Kapabilitas Inovasi, Penciptaan Nilai dan Kinerja Pemasaran.

Hasil pengujian untuk masing-masing indikator dan dimensi (variabel

laten) orientasi pasar disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Ringkasan Uji Model Order Pertama CFA

(1st Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA)

Dimensi

Variabel Orientasi Pasar

Indikator Bobot faktor (CFA) CR AVE

Orientasi Pelanggan X1.1 0,664 0,832 0,500

X1.2 0,743

X1.3 0,781

X1.4 0,598

X1.5 0,733

Orientasi Pesaing X1.6 0,785 0,852 0,590

X1.7 0,740

X1.8 0,786

X1.9 0,760

Interfungsional X1.10 0,817 0,860 0,671

X1.11 0,826

X1.12 0,815

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

174

Dimensi

Variabel Kapabilitas Inovasi

Indikator Bobot faktor

(CFA)

CR AVE

Kepemimpinan Inovasi X2.1 0,823 0,877 0,704

X2.2 0,875

X2.3 0,818

Pengetahuan dan Kreativitas

Individu

X2.4 0,755 0,894 0,515

X2.5 0,772

X2.6 0,722

X2.7 0,703

X2.8 0,730

X2.9 0,607

X2.10 0,716

X2.11 0,726

Iklim dan Budaya Inovasi X2.12 0,671 0,804 0,507

X2.13 0,795

X2.14 0,691

X2.15 0,684

Jaringan dan Kerjasama X2.16 0,843 0,828 0,617

X2.17 0,767

X2.18 0,742

Inovasi Proses X2.19 0,746 0,846 0,580

X2.20 0,688

X2.21 0,810

X2.22 0,797

Hasil Inovasi X2.23 0,702 0,832 0,559

X2.24 0,577

X2.25 0,829

X2.26 0,851

Dimensi

Variabel Penciptaan Nilai

Indikator Bobot faktor (CFA) CR AVE

Manfaat Konsumen Y1.1 0,836 0,864 0,679

Y1.2 0,780

Y1.3 0,854

Area Bisnis Y1.4 0,707 0,773 0,533

Y1.5 0,767

Y1.6 0,714

Kolaborasi Jaringan Y1.7 0,719 0,819 0,602

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

175

Dimensi

Variabel Penciptaan Nilai

Indikator Bobot faktor (CFA) CR AVE

Y1.8 0,832

Y1.9 0,772

Indikator

Variabel Kinerja Pemasaran

UKM Sentra Rajut

Bobot faktor (CFA) CR AVE

Volume penjualan 0,793 0,875 0,700

Laba 0,830

Pangsa Pasar 0,884

Berdasarkan hasil Uji Order Pertama (1st Order Confirmatory

Analysis/CFA) didapat hasil bahwa setiap indikator memiliki bobot faktor (CFA)

lebih besar dari 0,40. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semua indikator

valid sebagai alat ukur untuk dimensinya masing-masing.

Nilai Composite Reliability (CR) masing-masing indikator lebih besar dari

0,70 yang menunjukkan bahwa indikator-indikator memiliki kekonsistenan dan

reliabel dalam mengukur dimensinya masing-masing. Demikian pula dengan nilai

Average Variance Extracted (AVE) dimana nilai semua dimensi lebih besar dari

0,50 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata lebih dari 50% informasi yang

terdapat pada masing-masing indikator bisa terwakili melalui dimensinya.

B. Model Uji Model Order Kedua CFA (2nd Order Confirmatory Faktor

Analysis/CFA)

Hasil Uji Model Order Pertama CFA (1st Order Confirmatory Faktor

Analysis/CFA) kemudian dilanjutkan dengan Uji Model Kedua CFA (2nd Order

Confirmatory Faktor Analysis/CFA). Hasil análisis dari Uji Model Order Kedua

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

176

CFA (2nd Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA) untuk masing-masing

konstruk Order Pertama (First Order) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12

Ringkasan Uji Model Order Kedua CFA

(2nd Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA)

Dimensi

Variabel Orientasi Pasar

Bobot faktor (CFA) CR AVE

Orientasi Pelanggan 0,935 0,924 0,803

Orientasi Pesaing 0,894

Interfungsional 0,857

Dimensi

Variabel Kapabilitas Inovasi

Bobot faktor (CFA) CR AVE

Kepemimpinan Inovasi 0,843 0,952 0,770

Pengetahuan dan kreativitas 0,905

Iklim dan Budaya Inovasi 0,858

Jaringan dan Kerjasama 0,787

Inovasi Proses 0,960

Hasil Inovasi 0,901

Dimensi

Variabel Penciptaan Nilai

Bobot faktor (CFA) CR AVE

Manfaat Konsumen 0,806 0,906 0,764

Area Bisnis 0,882

Kolaborasi Jaringan 0,930

Berdasarkan hasil Uji Model Order Kedua CFA (2nd Order Confirmatory

Faktor Analysis/CFA) dapat dilihat bobot faktor (CFA) setiap dimensi lebih besar

dari 0,40 sehingga dimensi-dimensi tersebut dinyatakan valid dalam

merefleksikan variabel laten tiap variabel. Sebagaimana dikemukakan dalam Hair

et al., (2006;747) ”Faktor loadings in the range of 0.30 to 0.40 are considered

to meet the minimal level for interpretation of structure”.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

177

Sementara nilai Composite Reliability (CR) tiap dimensi lebih besar dari

0,70 yang menunjukkan bahwa semua dimensi memiliki kekonsistenan dalam

mengukur variabel laten orientasi pasar, kapabilitas inovasi, penciptaan nilai

maupun kinerja pemasaran.

Selain itu, nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk variabel

orientasi pasar sebesar 0,803 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata 80,3%

informasi yang terdapat pada masing-masing dimensi dapat terwakili melalui

variabel laten orientasi pasar. Nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk

variabel kapabilitas inovasi sebesar 0,770 dimana hal ini menunjukkan bahwa

77,0% informasi yang terdapat pada masing-masing dimensi dapat terwakili

melalui variabel laten kapabilitas inovasi.

Nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk variabel penciptaan nilai

sebesar 0,764 yang menunjukkan bahwa 76,4% informasi yang terdapat pada

masing-masing dimensi dapat terwakili melalui variabel laten penciptaan nilai.

Sementara nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk variabel kinerja

pemasaran UKM sentra rajut sebesar 0,700 yang menunjukkan bahwa 70,0%

informasi yang terdapat pada masing-masing dimensi dapat terwakili melalui

variabel kinerja pemasaran UKM sentra rajut.

Berdasarkan hasil analisa melalui 1st Order dan 2nd Order Confirmatory

Faktor Analysis (CFA) dapat disimpulkan bahwa setiap indikator dinyatakan valid

dan reliabel sehingga dapat diteruskan ke tahap pengujian hipotesis.

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

178

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

KP

Y1.4 Y1.5

PN

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6

PN2

2

0.366

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

PN1

Y2.1

Y2.2

Y2.3

X2.15

2

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.780 0.767

0.793

0.830

0.884

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

0,371

0.311

0.219

0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490

0.894

0.882

0.562

0.075

0.229

0.651

0.453

0.224

0.365

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

Y1.7 Y1.8 Y1.9

PN3

0.832

0.483 0.308 0.404

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

KP

Y1.4 Y1.5

PN

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6

PN2

2

0.366

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

PN1

Y2.1

Y2.2

Y2.3

X2.15

2

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.780 0.767

0.793

0.830

0.884

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

0,371

0.311

0.219

0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490

0.894

0.882

0.562

0.075

0.229

0.651

0.453

0.224

0.365

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

Y1.7 Y1.8 Y1.9

PN3

0.832

0.483 0.308 0.404

C. Analisa Model Persamaan Struktural (Structural Equation

Modeling/SEM)

Setelah melalui tahap model pengukuran Uji Model Order Pertama CFA

(1st Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA) dan Uji Model Order Kedua (2nd

Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA), secara keseluruhan diperoleh model

keseluruhan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5 Diagram Model

Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling/SEM) Kinerja Pemasaran

dibentuk berdasarkan Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi melalui Penciptaan

Nilai.

Gambar 4.1

Diagram SEM Kinerja Pemasaran dibentuk berdasarkan Orientasi Pasar

dan Kapabilitas Inovasi melalui Penciptaan Nilai

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

179

Namun demikian, Sebelum dilakukan analisa Model Persamaan Struktural

(SEM), Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit Test) terlebih dulu dilakukan

untuk mengetahui apakah model yang diperoleh sudah tepat dalam

menggambarkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti sehingga dapat

dikategorikan ke dalam model yang baik. Uji Kecocokan Model dalam Structural

Equation Modelling (SEM) dapat dilihat berdasarkan beberapa kriteria pengujian

kecocokan model seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.13

Hasil Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit Test)

Ukuran Goodness of Fit Hasil Estimasi Diharapkan Keterangan

Chi-Square 3117 (p-value < 0,001) p-value < 0,05 Good

RMSEA 0,078* <0,08 Fit

GFI 0,693 >0,90 Poor fit

AGFI 0,661 >0,90 Poor fit

CFI 0,954* >0,90 Fit

NFI 0,929* >0,90 Fit

IFI 0,954* >0,90 Fit

RFI 0,924* >0,90 Fit

RMR 0,065* <0,08 Fit

*memenuhi kriteria model yang baik

Hasil uji kecocokan model menggunakan uji 2 (Chi-Square) untuk model

yang diteliti diperoleh nilai sebesar 3117 dengan p-value < 0,05. Menurut Hair et

al., (2006;746) dalam Sturctural Equation Modeling (SEM) tidak diinginkan p-

value yang kecil (secara statistik signifikan). Kembali pada hasil diatas dapat

dilihat p-value lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa uji 2 signifikan. Jadi

bila mengacu pada hasil uji 2 maka model yang diperoleh belum fit secara

overall. Namun masih menurut Hair et al., (2006;747), sulitnya mendapatkan p-

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

180

value lebih besar dari 0,05 pada uji 2 maka dikembangkan beberapa ukuran

kecocokan model lainnya.

Ukuran lainya yang masih memiliki hubungan dengan uji 2 adalah Root

Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Berapa nilai RMSEA yang baik

masih diperdebatkan, namun menurut Hair et al., (2006;748) bila nilai RMSEA

dibawah 0,08 model bisa diterima. Pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai RMSEA

sebesar 0,078 lebih kecil dari 0,08 sehingga model bisa diterima. Kemudian bila

dilihat dari nilai GFI (Goodness of Fit Index) untuk model yang diteliti sebesar

0,693 menunjukkan model yang diperoleh masih kurang memenuhi kriteria, di

mana menurut Hair et al, (2006;747) nilai GFI lebih besar dari 0,90

menunjukkan model yang baik.

Hasil ukuran kesesuaian absolut menunjukkan model yang diperoleh

memenuhi kriteria Goodness of Fit (GFI) pada ukuran RMSEA (0,078 < 0,08),

kemudian CFI, IFI dan RFI lebih besar dari 0,90 sehingga dapat disimpulkan

bahwa model hasil estimasi dapat diterima, artinya model empiris yang diperoleh

masih sesuai dengan model teoritis.

Selanjutnya untuk menjawab hipótesis penelitian, maka dilakukan analisa

model struktural untuk menguji hubungan kausal antara variabel laten. Model

Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling/SEM) merupakan model

yang menggabungkan variabel laten exogenous dengan variabel laten endogenous

atau hubungan variabel exogenous dengan variabel endogenous lainnya.

Selanjutnya untuk menjawab hipotesis penelitian, maka dilakukan analisis

model struktural untuk menguji hubungan kausal antara variabel laten. Model

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

181

struktural adalah model yang menghubungkan variabel laten exogenous dengan

variabel laten endogenous atau hubungan variabel endogenous dengan variabel

endogenous lainnya. Berdasarkan paradigma penelitian maka terdapat 2 model

struktural dalam penelitian ini, dimana secara matematis kedua model struktural

tersebut diformulasikan sebagai berikut:

1) PN = γ1.1OP + γ1.2KI + 1

2) KP = γ2.1OP + γ2.2KI + 2.1PN+ 2

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien jalur dan nilai

statistik uji dari masing-masing variabel eksogen terhadap terhadap variabel

endogen seperti dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 4.14

Rangkuman Hasil Uji Model Struktural

Sub Struktur Jalur Koefisien thitung* R-Square

Pertama OP PN 0,366 5,743 0,635

KI PN 0,562 7,790

Kedua OP KP 0,075 1,279 0,776

KI KP 0,229 3,294

PN KP 0,651 7,798

*tkritis = 1,96

Melalui nilai R-square pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa orientasi

pasar dan kapabilitas inovasi secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar

63,5% terhadap penciptaan nilai, sedangkan sisanya sebesar 36,5% merupakan

pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Kemudian orientasi pasar,

kapabilitas inovasi dan penciptaan nilai secara bersama-sama memberikan

pengaruh sebesar 77,6% terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut, dan

sisanya sebesar 22,4% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

182

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya

pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai serta

implikasinya terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut.

Setelah dilakukan pengujian terhadap model, maka dapat dilanjutkan

dengan pengujian hipótesis serta análisis kinerja pemasaran dibentuk berdasarkan

orientasi pasar dan kapabilitas inovasi melalui penciptaan nilai.

4.4 Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi secara simultan berpengaruh

terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut baik secara langsung

maupun secara tidak langsung melalui Penciptaan Nilai

Hipotesis kedua yang akan diuji adalah pengaruh orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak

langsung melalui penciptaan nilai. Berdasarkan paradigma penelitian maka

hipotesis pertama yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.

Tabel 4.15

Model Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi

terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut secara Langsung dan Tidak

Langsung melalui Penciptaan Nilai

Endegenous

Constructs

Exogenous Constructs Error variance

OP KI PN

KP γ2.1OP γ2.2KI 2.1PN + ζ 2

Keterangan:

OP: Orientasi pasar

KI : Kapabilitas inovasi

PN : Penciptaan nilai

KP : Kinerja Pemasaran

ζ1 : Pengaruh faktor lain terhadap penciptaan nilai

γ2.1 : Koefisien pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran

γ2.2 : Koefisien pengaruh kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran

2.1 : Koefisien pengaruh penciptaan nilai terhadap kinerja pemasaran

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

183

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

KP

Y1.4 Y1.5

PN

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6

PN2

2

0.366

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

PN1

Y2.1

Y2.2

Y2.3

X2.15

2

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.780 0.767

0.793

0.830

0.884

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

0,371

0.311

0.219

0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490

0.894

0.882

0.562

0.075

0.229

0.651

0.453

0.224

0.365

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

Y1.7 Y1.8 Y1.9

PN3

0.832

0.483 0.308 0.404

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

KP

Y1.4 Y1.5

PN

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6

PN2

2

0.366

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

PN1

Y2.1

Y2.2

Y2.3

X2.15

2

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.780 0.767

0.793

0.830

0.884

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

0,371

0.311

0.219

0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490

0.894

0.882

0.562

0.075

0.229

0.651

0.453

0.224

0.365

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

Y1.7 Y1.8 Y1.9

PN3

0.832

0.483 0.308 0.404

Secara visual diagram jalur pada pengujian hipotesis pertama digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 4.2

Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi terhadap

Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut Secara Langsung dan Tidak

Langsung melalui Penciptaan Nilai

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software LISREL

diperoleh persamaan struktural sebagai berikut.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

184

Tabel 4.16

Persamaan Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi

terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut secara Langsung dan Tidak

Langsung melalui Penciptaan Nilai

Endegenous

Constructs

Exogenous Constructs Error variance

OP KI PN

KP 0,075 0,229 0,651

(1,279) (3,294) (7,798)

0,224

Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai statistik uji-t.

Secara simultan kedua variabel eksogen (orientasi pasar dan kapabilitas

inovasi) serta penciptaan nilai sebagai variabel intervening memberikan kontribusi

atau pengaruh sebesar 77,6% terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut

di Kota Bandung. Sedangkan sisanya sebesar 22,4% merupakan pengaruh faktor-

faktor lain di luar kedua variabel eksogen yang diteliti. Faktor-faktor tersebut

berupa faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal dapat berupa regulasi

pemerintah, persaingan pasar maupun kondisi ekonomi. Sementara faktor internal

dapat berupa sikap dan perilaku misalnya sikap tidak disiplin yang berupa sikap

tidak tepat waktu dalam memenuhi pesanan karena terkendala mesin yang masih

sederhana dan perilaku konsumtif, tidak mendokumentasikan kegiatan operasional

perusahaan dengan baik, karena tingkat pendidikan rata-rata pemilik yang relatif

hanya tamat SMU, tidak adanya hak paten untuk produk baru yang diproduksi

oleh beberapa UKM rajut kreatif maupun karena kurangnya riset dan

pengembangan karena keterbatasan sumber daya yang ada.

Melalui nilai-nilai koefisien jalur yang terdapat pada tabel 4.17

selanjutnya dapat dihitung pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap

kinerja pemasaran.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

185

Tabel 4.17

Besar pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi terhadap kinerja

pemasaran UKM sentra rajut secara langsung dan tidak langsung melalui

penciptaan nilai

Variabel

Eksogen

Koefisien

Jalur

Pengaruh

Langsung Melalui PN Total

OP 0,075 0,6% 23,8% 24,4%

KI 0,229 5,2% 36,6% 41,8%

PN 0,651 42,4% - 42,4%

Selanjutnya untuk membuktikan apakah orientasi pasar dan kapabilitas

inovasi berpengaruh terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak

langsung melalui penciptaan nilai dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik

sebagai berikut.

H0 : 2.i & 2.1 = 0

Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi tidak berpengaruh

terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak

langsung melalui penciptaan nilai.

Ha : 2.i & 2.1 0

Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi berpengaruh

terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak

langsung melalui penciptaan nilai.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan

ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho

jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Melalui nilai koefisien determinasi

(nilai R2), nilai F dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝑹𝟐/𝒌

(𝟏 − 𝑹𝟐)/(𝒏 − 𝒌 − 𝟏)

Dimana besarnya nilai koefisien determinasi dengan ditunjukkan oleh nilai

Squared Multiple Correlation 0,633 (R2), maka nilai Fhitung adalah:

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

186

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝟎, 𝟕𝟕𝟔𝟐/𝟐

(𝟏 − 𝟎, 𝟕𝟕𝟔𝟐)/(𝟐𝟖𝟏 − 𝟐 − 𝟏)

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟐𝟕𝟖, 𝟐𝟔𝟎

Dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2:278) diperoleh

nilai Ftabel sebesar 3,028. Berikut rangkuman hasil uji pengaruh orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi secara bersama-sama terhadap penciptaan nilai.

Tabel 4.18

Hasil Uji Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi terhadap

Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut secara Langsung dan Tidak Langsung

melalui Penciptaan Nilai

R-square Fhitung Ftabel Ho Ha

0,776 278,260 3,028 ditolak diterima

Pada tabel di atas dapat dilihat nilai Fhitung (278,260) dan lebih besar

dibanding Ftabel (3,028), karena Fhitung > Ftabel maka pada tingkat kekeliruan 5%

diputuskan untuk menolak H0 sehingga Ha diterima. Sehingga, berdasarkan hasil

pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa orientasi

pasar dan kapabilitas inovasi berpengaruh terhadap kinerja pemasaran pada UKM

industri rajut di Kota Bandung secara langsung dan tidak langsung melalui

penciptaan nilai.

Penciptaan nilai dapat dilihat sebagai perantara antara orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran, dimana fungsi dari penciptaan

nilai yang superior merupakan hasil dari kapabilitas inovasi yang tinggi dan

orientasi pasar yang tepat. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan memiliki

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

187

kemampuan untuk menerapkan ide-ide kreatif ke dalam realitas (Subramaniam &

Mosleshi, 2013) dimana ide-ide tersebut adalah pengetahuan atau informasi

mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan sebagai dasar kajian strategi (Da

Gama, 2011) untuk kemudian mengubah ide-ide kreatif tersebut menjadi produk

baru (Baregheh et al., 2012) yang menciptakan dan menghantarkan nilai kepada

pelanggan (Lindman, 2013) dan memberikan keuntungan (benefit) kepada

pelanggan (Kotler & Keller, 2013), meningkatkan profit (Mone et al., 2013) dan

market share (da Gama, 2011; Mone et al., 2013; Kosan, 2014) sehingga

mempertahankan atau meningkatkan kinerja pemasaran akibat dari terbentuknya

hubungan yang kuat antara aspek kognitif dan emosional pelanggan dalam

melakukan pembelian (Tournuis, 2013). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

dilihat adanya pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi dalam rangka

meningkatkan kinerja pemasaran melalui penciptaan nilai yang superior.

4.4.1 Uji Efek Mediasi

Kapabilitas inovasi berpengaruh secara langsung terhadap kinerja

pemasaran UKM sentra rajut sebesar 5,2% sementara pengaruh kapabilitas

inovasi terhadap kinerja pemasaran secara tidak langsung melalui penciptaan nilai

sebesar 36,6%. Sehingga secara total pengaruh kapabilitas inovasi terhadap

kinerja pemasaran UKM sentra rajut sebesar 41,8%. Kondisi tersebut diatas

menunjukkan bahwa semakin baik kapabilitas inovasi maka akan menjadikan

kinerja pemasaran semakin baik, tetapi dengan pengaruh yang tidak terlalu besar

maka penciptaan nilai merupakan mediasi atau intervening yang menjadikan

kapabilitas inovasi menjadi lebih bermakna.Dari hasil penelitian deskriptif

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

188

ditemukan fakta bahwa kurangnya kemampuan untuk mengetahui jaringan yang

terkait, kurangnya proses pengembangan dan penciptaan produk baru, serta

penciptaan pasar baru (pangsa pasar) merupakan indikator terlemah dari

kapabilitas inovasi yang dimiliki oleh pengusaha sentra rajut di kota Bandung,

sehingga melemahkan kinerja pemasaran sentra rajut.

Agar kapabilitas inovasi lebih bermakna untuk mempertahankan dan

meningkatkan kinerja sebaiknya harus terlebih dahulu menciptakan nilai yang

superior ke dalam produk-produk rajutan. Perusahaan yang memiliki keunikan

produk dibandingkan dengan kompetitor akan memperoleh kinerja pemasaran

yang baik, melalui besarnya pendapatan yang diterima, jumlah konsumen yang

semakin meningkat sehingga memiliki pertumbuhan penjualan yang semakin

meningkat. Orientasi pasar merupakan strategi bagi organisasi untuk memperluas

pengetahuan dengan cara memahami keinginan konsumen dan kecerdasan

kompetitor, sehingga perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat untuk

bersaing dalam mewujudkan kinerja pemasaran. Antonio Pimenta da Gama

(2011) menyebutkan bahwa manfaat dari memperluas pengetahuan tentang

kinerja pemasaran adalah substansial. Dengan demikian pengukuran capaian hasil

berupa penjualan, kesetiaan konsumen melalui pertumbuhan jumlah pelanggan

akan menjadi dasar atau kajian ulang kembali untuk memperbaiki strategi

perusahaan sehingga mampu bersaing dan meningkatkan kembali kinerja

pemasaran.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

189

Oleh karena pengaruh langsung maupun tidak langsung adalah signifikan,

maka perlu dilakukan uji efek mediasi dengan menggunakan metode Variance

Accounted For (VAF) (Hair et al., 2013). Rumus VAF adalah sebagai berikut:

𝑽𝑨𝑭 =𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈

𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈 + 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈

𝑽𝑨𝑭 =𝟎,𝟑𝟔𝟔

𝟎,𝟎𝟓𝟐 + 𝟎,𝟑𝟔𝟔

𝑽𝑨𝑭 = 𝟎, 𝟖𝟕𝟓𝟓

Nilai VAF sebesar 87,55% dikategorikan sebagai full mediation (mediasi

penuh). Hal ini menunjukkan bahwa penciptaan nilai memediasi secara penuh

kapabilitas inovasi dalam meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Hal

ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3

Hasil uji pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi terhadap kinerja

pemasaran UKM rajut secara langsung dan secara tidak langsung melalui

penciptaan nilai

Berdasarkan hasil uji pengaruh langsung orientasi pasar terhadap kinerja

pemasaran dan kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut

dapat diketahui bahwa orientasi pasar tidak memiliki pengaruh yang signifikan

PN

0,6%

5,2%

31,6%

13,4%

42,4%

OP

KI

KP

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

190

terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Hal ini berbeda dari temuan

Hartono (2013), Darmanto (2013), Eng Teck & Razak (2012), dan Wijesekaraa et

al.,(2012) yang meyatakan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh positf dan

signifikan terhadap kinerja pemasaran.

Temuan sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas adalah:

1. Temuan pertama menunjukkan bahwa hipotesis orientasi pasar berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut ditolak dan

tidak dapat dilanjutkan ke Uji Efek Mediasi. Temuan ini berbeda dengan

penelitian terdahulu dimana orientasi pasar memiliki kontribusi besar

terhadap kinerja pemasaran. Hal ini terjadi karena pentingnya penciptaan nilai

sebagai variabel intervening. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh orientasi

pasar secara tidak langsung melalui penciptaan nilai meningkat secara drastis.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar harus terlebih dulu

diwujudkan menjadi nilai yang superior agar dapat meningkatkan kinerja

pemasaran UKM sentra rajut.

2. Temuan kedua menunjukkan bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja pemasaran UKM rajut baik secara langsung

maupun secara tidak langsung melalui penciptaan nilai. Namun demikian

pengaruh tidak langsung kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran

UKM sentra rajut melalui penciptaan nilai lebih besar dibandingkan pengaruh

langsungnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pemasaran UKM sentra

rajut akan meningkat bila kapabilitas inovasi yang dimiliki diarahkan secara

tepat untuk menciptakan nilai yang superior.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

191

Oleh karena orientasi pasar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

kinerja pemasaran UKM sentra rajut, maka uji efek mediasi tidak dapat dilakukan

(Hair et al., 2013).

Hasil uji efek mediasi menunjukkan bahwa penciptaan nilai memegang

peranan sentral dalam mengubah kapabilitas inovasi yang dimiliki oleh UKM

rajut untuk meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Tanpa adanya

nilai yang superior, maka kapabilitas inovasi tidak akan banyak gunanya dalam

meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut.

Gambar 4.4

Model pengaruh tidak langsung orientasi pasar dan kapabilitas inovasi

terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut secara langsung maupun

tidak langsung melalui penciptaan nilai

4.5 Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Penciptaan Nilai di UKM sentra rajut di Kota

Bandung

Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah pengaruh orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai. Berdasarkan paradigma penelitian

maka hipotesis kedua yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

PN

5,2%

31,6%

13,4%

42,4%

OP

KI

KP

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

192

Tabel 4.19

Model Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi

terhadap Penciptaan Nilai

Endegenous

Constructs

Exogenous Constructs Error variance

OP KI

PN γ1.1OP γ1.2KI + ζ 1

Keterangan:

OP: Orientasi pasar

KI : Kapabilitas inovasi

PN : Penciptaan nilai

ζ1 : Pengaruh faktor lain terhadap penciptaan nilai

γ1.1 : Koefisien pengaruh orientasi pasar terhadap penciptaan nilai

γ1.2 : Koefisien pengaruh kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Lisrel 8.7

diperoleh persamaan struktural sebagai berikut:

Tabel 4.20

Persamaan Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi

terhadap Penciptaan Nilai

Endegenous

Constructs

Exogenous Constructs Error variance

OP KI

PN 0,366 0,562

(5,571) (7,403)

0,365

Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai statistik uji-t.

Secara bersama-sama kedua variabel eksogen (orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi) memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 63,5% terhadap

penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Sedangkan sisanya

sebesar 36,5% merupakan pengaruh faktor-faktor lain di luar kedua variabel

eksogen yang diteliti. Faktor-faktor tersebut seperti karakteristik dan perilaku

kewirausahaan, misalnya kurangnya ide dan kreativitas dan misalnya perilaku

konsumtif, tidak disiplin dan sebagainya. Sementara faktor eksternal misalnya

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

193

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

regulasi pemerintah yang tidak berpihak pada pengusaha contohnya pajak UKM,

legalitas perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua variabel eksogen

(orientasi pasar dan kapabilitas inovasi) secara bersama-sama sangat memperkuat

terjadinya penciptaan nilai. Hal ini dapat terjadi karena orientasi pasar yang

dimiliki dikombinasikan dengan kapabilitas inovasi sehingga memungkinkan

terjadinya penciptaan nilai yang superior.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai kebutuhan dan

keinginan pelanggan, kemampuan dan strategi pesaing serta kemampuan untuk

menyebarkan informasi tersebut ke seluruh bagian perusahaan.

Secara visual diagram jalur pada pengujian hipotesis pertama digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 4.5

Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi secara

simultan terhadap Penciptaan Nilai

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

194

Melalui nilai-nilai koefisien jalur yang terdapat pada gambar 4.5 dapat

dihitung besar pengaruh langsung masing-masing variabel eksogen (orientasi

pasar dan kapabilitas inovasi) terhadap penciptaan nilai.

1. Pengaruh langsung orientasi pasar = (0,366)2 = 0,134 (13,4%)

2. Pengaruh langsung kapabilitas inovasi = (0,562)2 = 0,316 (31,6%)

Diantara kedua variabel eksogen, kapabilitas inovasi memberikan

pengaruh yang lebih besar terhadap penciptaan nilai dibanding orientasi pasar,

yaitu sebesar 31,6%. Sementara pengaruh orientasi pasar terhadap penciptaan nilai

para pengusaha UKM sentra rajut di kota Bandung hanya memberikan kontribusi

sebesar 13,4%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan melakukan

inovasi baik radikal maupun inkremental (kapabilitas inovasi) memiliki peranan

lebih besar dalam penciptaan nilai yang superior dibandingkan dengan sekedar

memahami pelanggan, pesaing maupun menyebarkan informasi (orientasi pasar).

Setelah koefisien jalur dihitung, untuk membuktikan apakah orientasi

pasar dan kapabilitas inovasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

penciptaan nilai, maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : Semua 1.i = 0

i = 1,2

Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan

tidak berpengaruh terhadap penciptaan nilai pada UKM

sentra rajut di Kota Bandung.

Ha : Ada 1.i 0

i = 1,2

Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan

berpengaruh terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra

rajut di Kota Bandung.

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

195

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan

ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho

jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan

ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho

jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Melalui nilai koefisien determinasi

(nilai R2), nilai F dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝑹𝟐/𝒌

(𝟏 − 𝑹𝟐)/(𝒏 − 𝒌 − 𝟏)

Dimana besarnya nilai koefisien determinasi dengan ditunjukkan oleh nilai

Squared Multiple Correlation 0,633 (R2), maka nilai Fhitung adalah:

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝟎, 𝟔𝟑𝟓𝟐/𝟐

(𝟏 − 𝟎, 𝟔𝟑𝟓𝟐)/(𝟐𝟖𝟏 − 𝟐 − 𝟏)

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟐𝟕𝟖, 𝟐𝟎𝟏

Dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2:278) diperoleh

nilai Ftabel sebesar 3,028. Berikut rangkuman hasil uji pengaruh orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi secara bersama-sama terhadap penciptaan nilai.

Tabel 4.21

Hasil Pengujian Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi Secara

Simultan terhadap Penciptaan Nilai

R-square Fhitung Ftabel Ho Ha

0,635 278,201 3,028 diterima ditolak

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

196

Pada tabel 4.21 dapat dilihat nilai Fhitung (278,201) dan lebih besar

dibanding Ftabel (3,028), karena Fhitung > Ftabel maka pada tingkat kekeliruan 5%

diputuskan untuk menolak H0 sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil

pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa orientasi

pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

penciptaan nilai di UKM sentra rajut di Kota Bandung.

Hasil temuan ini menggambarkan keterkaitan antara orientasi pasar dan

kapabilitas inovasi. Karena para pengusaha UKM sentra rajut di kota Bandung

perlu meningkatkan kapabilitas inovasinya dengan mendasarkan pada orientasi

pasar yang tepat sehingga dapat memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Temuan ini mendukung hasil penelitian penelitian Fierro et al., (2011)

yang menjelaskan didapat koordinasi antar fungsi sebagai salah satu bagian

orientasi pasar merupakan kemampuan dinamis yang berkaitan dengan penciptaan

pengetahuan yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan dan

mempertahankan keunggulan bersaing. Perusahaan dapat menciptakan nilai bagi

pelanggan dengan menggunakan sumber daya internal serta hubungan eksternal

dalam hal inovasi. Begitu juga halnya Craven & Piercy (2013) yang mengatakan

bisnis adalah orientasi pasar dimana menjadikan budaya sebagai etika dan

komitmen keseluruhan terhadap keberlangsungan penciptaan nilai yang unggul.

Selanjutnya orientasi pasar melalui kordinasi antar fungsi dapat membuat

perubahan pada pengembangan produk, hal ini juga dijelaskan Chen et al., (2013)

menguraikan bahwa koordinasi inter atau intra organisasi memungkinkan

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

197

perusahaan untuk lebih mudah membuat, mentransfer, dan memanfaatkan

pengetahuan yang diperlukan dalam Proses pengembangan produk

Di sisi lain, peranan orientasi pasar sangat penting baik dalam rangka

memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun dalam memahami

kekuatan dan kelemahan pesaing serta menghimpun berbagai informasi yang telah

didapat agar segera diterapkan dalam perusahaan sehingga dapat berguna bagi

kelangsungan bisnis perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh Shin (2012).

Oleh karena itu, orientasi pasar dan kapabilitas inovasi mempunyai

dampak terhadap penciptaan nilai UKM sentra rajut di kota Bandung. Hal tersebut

dapat terjadi karena informasi yang didapat mengenai kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta kekuatan dan kelebihan pesaing dapat menumbuhkan semangat

UKM sentra rajut di Kota Bandung untuk meningkatkan kapabilitas inovasinya.

4.6 Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi berpengaruh positif secara

parsial terhadap Penciptaan Nilai di UKM sentra rajut di Kota Bandung

Hipotesis keempat dilakukan setelah pengujian secara simultan antara

variabel orientasi pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan terhadap

penciptaan nilai, maka perlu dilakukan pengujian hipotesis secara parsial baik dari

variabel orientasi pasar terhadap penciptaan nilai maupun dari variabel kapabilitas

inovasi terhadap penciptaan nilai untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel tersebut berpengaruh secara positif terhadap penciptaan nilai. Hasil

pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

198

4.6.1 Orientasi Pasar berpengaruh positif secara parsial terhadap Penciptaan

Nilai

Hipotesis:

H0 : 1.1 ≤ 0 Orientasi pasar secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap

penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.

Ha : 1.1 < 0 Orientasi pasar secara parsial berpengaruh positif terhadap

penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.

Tabel 4.22

Hasil Pengujian Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Penciptaan Nilai

Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha

0,366 5,743 1,96 ditolak diterima

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel orientasi

pasar (5,743) lebih besar dari tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar dibanding

tkritis, maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho sehingga

Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat kepercataan 95%

dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar secara parsial berpengaruh positif

terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Hasil

penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi orientasi pasar

akan meningkatkan penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.

Orientasi pasar memberikan pengaruh sebesar 13,4% terhadap penciptaan nilai

pada UKM sentra rajut di Kota Bandung, sementara 86,6% merupakan pengaruh

faktor lain diluar variabel eksogen yang diteliti.

Hal ini menunjukkan bahwa penggalian informasi yang tepat mengenai

pelanggan dan pesaing serta penyebaran informasi tersebut secara merata ke

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

199

seluruh bagian perusahaan sehingga berkontribusi dalam penciptaan nilai yang

superior. Sebaliknya, tanpa adanya orientasi pasar yang tepat, perusahaan tidak

memiliki gambaran yang jelas mengenai produk seperti apa yang memiliki nilai

superior sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan serta

lebih baik dibandingkan pesaing.

Temuan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh positif dari variabel

orientasi pasar terhadap penciptaan nilai. Artinya semakin baiknya orientasi pasar,

maka nilai yang mampu diciptakan akan semakin tinggi. Temuan ini mendukung

pendapat Craven & Piercy (2013) yang menyatakan bahwa bisnis merupakan

orientasi pasar dimana budaya adalah etika dan komitmen keseluruhan terhadap

keberlangsungan penciptaan nilai pelanggan secara unggul. Begitu pula dengan

penelitian Njeru & Kibera (2014) dimana orientasi pasar yang dibangun dari tiga

komponen yang terkait erat yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan

koordinasi interfungsional berpengaruh secara positif untuk menciptakan yang

nilai superior.

Dengan demikian orientasi pasar merupakan komponen esensial dalam

rangka menciptakan nilai produk di UKM sentra rajut. Hal ini dikarenakan

orientasi pasar pada dasarnya merupakan kumpulan informasi, baik mengenai

kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun informasi mengenai kelebihan dan

kelemahan pesaing yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan melalui jaringan

dan kerjasama yang dimilikinya untuk menciptakan nilai produk yang superior.

Walaupun demikian dari hasil temuan empiris diatas dapat dilihat hanya sebesar

13,4% ini menunjukkan orientasi pasar pada pengusaha UKM sentra rajut di Kota

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

200

Bandung belum sepenuhnya memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan

pelanggan serta belum sepenuhnya memahami strategi pesaing sejenis serta belum

terkoordinasinya informasi baik tentang pelanggan maupun pesaing kepada

bawahan secara menyeluruh.

Gambar 4.6

Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar secara parsial terhadap Penciptaan

Nilai

4.6.2 Kapabilitas Inovasi berpengaruh positif secara parsial terhadap

Penciptaan Nilai

Hipotesis:

H0 : 1.2 ≤ 0 Kapabilitas inovasi secara parsial tidak berpengaruh positif

terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota

Bandung.

Ha : 1.2 > 0 Kapabilitas inovasi secara parsial berpengaruh positif terhadap

penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

201

Tabel 4.23

Hasil Pengujian Pengaruh Kapabilitas Inovasi Terhadap Penciptaan Nilai

Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha

0,562 7,790 1,96 ditolak diterima

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel kapabilitas

inovasi (7,790) lebih besar dari tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar

dibanding tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak

Ho sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat

kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kapabilitas inovasi secara parsial

berpengaruh positif terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota

Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi

kapabilitas inovasi akan meningkatkan penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di

Kota Bandung. Kapabilitas inovasi memberikan kontribusi sebesar 31,6%

terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Sementara

68,4% merupakan pengaruh faktor lain di luar variabel eksogen yang diteliti.

Hal ini dapat dilihat bahwa kapabilitas inovasi merupakan faktor penting

yang menggerakkan terjadinya penciptaan nilai yang superior. Kapabilitas inovasi

itu sendiri pada dasarnya adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan

perubahan kearah yang lebih baik dalam bentuk produk maupun proses serta

metode sehingga tercipta nilai yang superior yang harus dimanfaatkan secara

maksimal oleh perusahaan. Tanpa adanya kapabilitas inovasi, maka nilai yang

superior akan sulit untuk diwujudkan.

Dengan demikian temuan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh

positif variabel kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai. Temuan ini

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

202

mendukung penelitian terdahulu yang melihat penciptaan nilai sebagai akibat dari

keterbukaan inovasi (Herskovits et al., 2013), maupun peningkatan kapasitas

komuniti inovasi dalam rangka meningkatkan proses penciptaan nilai (Grimaldi et

al., 2012). Maka arti penting kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai yang

superior terletak dalam peningkatan kreativitas, pengetahuan dan keahlian melalui

pola kepemimpinan yang inovatif sehingga tercipta iklim dan budaya yang

inovatif dengan ditunjang oleh jaringan dan kerjasama yang kuat antara

perusahaan dengan pihak-pihak terkait.

Dari hasil temuan empiris di lapangan didapati bahwa kapabilitas inovasi

yang dimiliki oleh UKM sentra rajut hanya berkategori cukup mampu untuk

menciptakan produk-produk rajutan baru maupun modifikasi dari produk rajut

yang sudah ada, sehingga penciptaan nilai terhadap produk rajut tersebut masih

kurang superior jika dibandingkan dengan produk rajut pesaing. Hal ini tentunya

mengakibatkan terjadinya penurunan penjualan dan berkurangnya keuntungan

bagi para pengusaha di sentra rajut tersebut.

Kapabilitas inovasi para UKM sentra rajut di kota Bandung merupakan

elemen kunci dalam penciptaan nilai produk yang superior. Hal ini merupakan

sebuah keharusan bagi perusahaan untuk meningkatkan kapabilitasnya dalam

berinovasi melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan maupun keahlian serta

penguasaan teknologi informasi.

Dengan demikian kapabilitas inovasi di UKM sentra rajut pada dasarnya

bergantung pada teknologi yang terus berkembang dengan pesat sehingga dapat

dimanfaatkan oleh perusahaan. Melalui peningkatan teknologi, UKM sentra rajut

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

203

dapat menjadi perusahaan yang inovatif dan dapat meningkatkan kapabilitas

inovasi yang dimilikinya secara terus menerus sehingga produk rajut yang

dihasilkan memiliki ciri khas, baik dalam bentuk pola maupun model yang unik

sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai yang superior dibandingkan

pesaing serta memberi manfaat optimal bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginan

pelanggan.

Gambar 4.7

Diagram Jalur Pengaruh Kapabilitas Inovasi secara parsial terhadap

Penciptaan Nilai

4.7 Orientasi Pasar, Kapabilitas Inovasi dan Penciptaan Nilai berpengaruh

positif secara parsial terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut di

Kota Bandung

Hipotesis kelima yang akan diuji adalah pengaruh Orientasi Pasar,

Kapabilitas Inovasi dan Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja

Pemasaran UKM sentra rajut di Kota Bandung. Berdasarkan paradigma penelitian

hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

KI

X2.3

X2.4

X2.1

X2.2 KI1

X2.5

X2.6

KI2

X2.9

X2.12

X2.7

X2.8

X2.13

X2.14

KI3

X2.15

0.823

0.875

0.818

0.7550.7720.7220.7030.730

0.6710.7950.6910.684

0.323

0.234

0.331

0.430

0.404

0.479

0.506

0.467

0.632

0.550

0.368

0.523

0.532

X2.18

X2.16

X2.17 KI4

0.843

0.7670.742

0.289

0.412

0.449

X2.11

X2.100.487

0.473

0.6070,7160.726

X2.19

X2.20

X2.21

KI5

X2.22

0.7460.6880.8100.797

0.443

0.527

0.344

0.365

X2.23

X2.24

X2.25

KI6

X2.26

0.7020.5770.8290.851

0.507

0.667

0.313

0.276

0.453

Y1.1

PN1 Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2 Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3 Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.7670.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.9 0.404

PN

0.772

0.366

0.562

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

204

4.7.1 Pengaruh Orientasi Pasar secara parsial terhadap Kinerja Pemasaran

Hipotesis:

H0 : 2.1 ≤ 0 Orientasi pasar tidak berpengaruh positif terhadap kinerja

pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.

Ha : 2.1 > 0 Orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja

pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.

Tabel 4.24

Hasil Pengujian Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Pemasaran

UKM sentra rajut Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha

0,075 1,279 1,96 diterima ditolak

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel orientasi

pasar (1,279) lebih kecil dari nilai tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih kecil

dibanding nilai tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk

menerima Ho sehingga Ha ditolak. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan

tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut di

Kota Bandung. Secara parsial orientasi berpengaruh sebesar 0,6% terhadap kinerja

pemasaran UKM sentra rajut. Sementara 99,4% merupakan pengaruh faktor lain

di luar variabel eksogen yang diteliti.

Temuan ini berbeda dengan temuan penelitian terdahulu yang menyatakan

bahwa orientasi pasar akan meningkatkan kinerja pemasaran (Hartono, 2013)

yang meneliti perusahaan-perusahaan batik, maupun temuan serupa yang didapat

dari penelitian Wijesekara et al., (2014) yang melakukan penelitian pada UKM

garmen di Sri Lanka yang menyatakan bahwa orientasi pasar memiliki peran yang

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

205

lebih fasilitatif terhadap kinerja perusahaan dimana salah satu tolok ukurnya

adalah kinerja pemasaran. Begitu pula dengan temuan penelitian Eng Teck &

Razak (2012) yang menekankan hubungan positif dan signifikan antara orientasi

pasar dengan kinerja pada UKM di Malaysia.

Hal ini dapat terjadi karena industri yang diteliti merupakan industri rajut

dimana tren dalam berpakaian berubah secara terus menerus. Selain itu desain,

model, corak,warna maupun bahan yang digunakan merupakan hal yang yang

sangat personal. Berdasarkan fakta temuan penelitian deskriptif tentang persepsi

pengusaha sentra rajut didapatkan bahwa penerapan keinginan dan kebutuhan

pelanggan berdasarkan informasi pelanggan belum dapat diterapkan secara

maksimal. Hal ini lebih disebabkan mesin yang digunakan para pengusaha sentra

rajut masih tergolong belum modern dan masih bersifat manual.

Akibat dari keterbatasan tersebut, pengusaha rajut tidak mampu

menerapkan kebutuhan dan keinginan pelanggan seperti corak, bahan yang

digunakan, maupun desain rajutan yang terdapat pada produk rajut. Kemudian

dari sisi orientasi pesaing para pengusaha sentra rajut masih belum cukup mampu

untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari pesaing, khususnya dari produk

rajutan Tiongkok yang memiliki bahan yang lebih baik dari pengusaha lokal serta

belum cukup mampu mengantisipasi strategi pemasaran produk Tiongkok yang

lebih banyak mengikuti trend dari produk rajutan lokal. Selain itu koordinasi antar

fungsi hampir tidak berlaku pada UKM sentra rajut di Kota Bandung, hal ini

terjadi karena banyak dari pengusaha di sentra rajut hanya memilki 6-10 tenaga

kerja dimana tiap karyawan mengerjakan hampir semua bagian usaha secara

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

206

bersama-sama dan hampir tidak memiliki bagian fungsional pada usaha mereka.

Selama ini pengusaha hanya memberikan contoh model dan corak kepada staff

gambar (porter) untuk di tindak lanjuti tanpa melibatkan karyawan lainnya,

sehingga informasi kebutuhan dan keinginan pelanggan tidak bisa disebar ke

semua karyawan.

Berdasarkan dari fakta dan temuan dilapangan tersebut di sinyalir menjadi

faktor-faktor penentu yang menyebabkan orientasi pasar tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja pemasaran, sehingga menolak dari temuan

penelitian sebelumnya yang menyatakan pengaruh orientasi pasar berpengaruh

postif terhadap kinerja pemasaran.

Gambar 4.8

Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar secara parsial terhadap Kinerja

Pemasaran UKM sentra rajut

4.7.2 Pengaruh Kapabilitas Inovasi Secara Parsial terhadap Kinerja

Pemasaran

Hipotesis:

H0 : 22 ≤ 0 Kapabilitas inovasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja

pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.

Ha : 2.2 0 Kapabilitas inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja

pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

Y1.4 Y1.5

PN

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6

PN2PN1

0.780 0.767

0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490

0.882

0.651

Y1.7 Y1.8 Y1.9

PN3

0.832

0.483 0.308 0.404

0.366

KP

Y2.1

Y2.2

Y2.3

0.793

0.830

0.884

0,371

0.311

0.219

OP

X1.5

X1.6

OP2

X1.1

X1.2

OP1

X1.7

X1.8

0.664

X1.3

X1.4

X1.9

X1.10

X1.11 OP3

X1.12

0.7430.7810.5980.733

0.7850.7400.7860.760

0.8170.8260.815

0.559

0.448

0.390

0.642

0.463

0.384

0.452

0.382

0.422

0.333

0.318

0.336

0.894

Y1.4 Y1.5

PN

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6

PN2PN1

0.780 0.767

0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490

0.882

0.651

Y1.7 Y1.8 Y1.9

PN3

0.832

0.483 0.308 0.404

0.366

KP

Y2.1

Y2.2

Y2.3

0.793

0.830

0.884

0,371

0.311

0.219

0.075

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

207

Tabel 4.25

Hasil Pengujian Pengaruh Kapabilitas Inovasi terhadap Kinerja Pemasaran

UKM sentra rajut

Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha

0,229 3,294 1,96 ditolak diterima

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel kapabilitas

inovasi (3,294) lebih besar dari nilai tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar

dibanding nilai tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk

menolak Ho sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan

tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kapabilitas inovasi

berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut di Kota

Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi

kapabilitas inovasi akan meningkatkan kinerja pemasaran pada UKM industri

rajut di Kota Bandung. Secara langsung kapabilitas inovasi memberikan

kontribusi sebesar 5,2% terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut di

Kota Bandung.

Temuan ini menunjukkan bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh positif

terhadap kinerja pemasaran. Hal ini sesuai dengan temuan Koc & Ceylan (2007)

dalam Fernandes (2013) yang menyatakan bahwa pelaksanaan yang efektif dari

inovasi dapat meningkatkan keunggulan kompetitif sehingga meningkatkan

kinerja organisasi, maupun temuan Damanpour (2009) yang dikutip oleh

Baregheh (2012) serta Saunila et al., (2013) yang menyatakan adanya pengaruh

positif kapabilitas inovasi terhadap kinerja.

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

208

Dari temuan empiris ini dapat dipahami bahwa kapabilitas inovasi para

pengusaha di sentra rajut kota Bandung belum cukup tinggi meningkatkan kinerja

pemasaran secara langsung, hal ini dapat disinyalir dari temuan penelitian

deskriptif bahwa kemampuan inovasi para pengusaha rajut masih dalam katagori

cukup sehingga masih kurang dalam pencapaian kinerja pemasaran. Hal ini terjadi

karena kebutuhan dan keinginan pelanggan yang terus-menerus berubah sehingga

perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kapabilitas inovasinya sehingga

selalu dapat menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta superior dibandingkan pesaing, sehingga kepuasan dan loyalitas

pelanggan akan tetap tinggi. Hal inilah yang akan meningkatkan kinerja

pemasaran.

Gambar 4.9

Diagram Jalur Pengaruh Kapabilitas Inovasi secara parsial terhadap

Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut

4.7.3 Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja Pemasaran

UKM sentra rajut

Sub-hipotesis ketiga yang akan diuji adalah pengaruh penciptaan nilai

terhadap kinerja pemasaran. Berdasarkan paradigma penelitian sub struktur kedua

yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

209

Tabel 4.26

Model Struktural Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap

Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut

Endegenous

Constructs

Exogenous Constructs

Error

variance

PN

KP 2.1PN + ζ 2

Keterangan:

PN: Penciptaan nilai

KP: Kinerja pemasaran

ζ2 : Pengaruh faktor lain terhadap kinerja pemasaran

2.1 : Koefisien pengaruh penciptaan nilai terhadap kinerja pemasaran

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software LISREL

diperoleh persamaan struktural sebagai berikut:

Tabel 4.27

Persamaan Struktural Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap

Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut

Endegenous

Constructs

Exogenous Constructs

Error

variance

PN

KP 0,651

(7,798)

0,576

Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai statistik uji-t.

Penciptaan nilai memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 42,4%

terhadap kinerja pemasaran pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Sementara

sisanya sebesar 57,6% merupakan pengaruh faktor-faktor lain diluar penciptaan

nilai. Secara visual diagram jalur pada pengujian hipotesis ketiga digambarkan

sebagai berikut.

Maka dapat disimpulkan bahwa penciptaan nilai merupakan variabel

intervening yang menjadi penengah antara orientasi pasar dan kapabilitas inovasi

terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Berbagai informasi yang didapat

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

210

oleh perusahaan yang disebarkan secara merata keseluruh bagian perusahaan

(orientasi pasar) harus dikombinasikan dengan segenap kemampuan perusahaan

dalam melakukan inovasi baik secara radikal maupun inkremental (kapabilitas

inovasi) dan diwujudkan menjadi nilai yang superior yang mampu memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta lebih baik dibandingkan pesaing agar

dapat meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut.

Selanjutnya untuk membuktikan apakah penciptaan nilai berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pemasaran, maka dilakukan pengujian dengan

hipotesis sebagai berikut:

H0 : 2.1≤ 0 Penciptaan nilai tidak berpengaruh positif terhadap kinerja

pemasaran pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.

Ha : 2.1 > 0 Penciptaan nilai berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran

pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.

Tabel 4.28

Hasil Pengujian Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja

Pemasaran UKM sentra rajut

Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha

0,651 7,798 1,96 ditolak diterima

Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel penciptaan

nilai (7,798) lebih besar dari nilai tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar

dibanding tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak

Ho sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan

bahwa penciptaan nilai berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran pada

UKM sentra rajut di Kota Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

211

bahwa semakin baik penciptaan nilai akan meningkatkan kinerja pemasaran pada

UKM sentra rajut di Kota Bandung. Penciptaan nilai memberikan pengaruh

sebesar 42,4% terhadap kinerja pemasaran pada UKM sentra rajut di Kota

Bandung.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif dari

penciptaan nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi superior yang dapat

diciptakan maka akan semakin meningkat pula kinerja pemasaran dalam

perusahaan tersebut. Sebaliknya, bila nilai yang diciptakan oleh UKM sentra rajut

di kota Bandung adalah nilai yang rendah, maka akan memiliki akibat yang buruk

dalam bentuk menurunnya kinerja pemasaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Tournuis (2013) yang menyatakan bahwa

nilai pelanggan dapat membentuk kinerja pemasaran, dan peningkatan kinerja

merupakan hubungan yang kuat antara kognitif dan emosi pelanggan dengan

kepuasan dan penerimaan nilai. Demikian juga dengan hasil penelitian Da Gama

(2011) yang menyatakan bahwa kualitas, kepuasan dan loyalitas konsumen akan

membentuk kinerja pemasaran maupun Mode et al., (2013) yang menyatakan

bahwa kepuasan pelanggan sebagai akibat dari penciptaan nilai selalu diarahkan

untuk menghasilkan kinerja yang unggul, termasuk kinerja pemasaran.

Dengan demikian hal ini mengindikasikan bahwa kinerja pemasaran UKM

sentra rajut di kota Bandung sangat bergantung pada kemampuan mereka dalam

menciptakan nilai yang superior sehingga dapat meningkatkan kinerja pemasaran

secara terus menerus. Faktor yang paling dominan dari penciptaan nilai yang

harus terus menerus ditingkatkan sebagaimana hasil tanggapan responden

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

212

terhadap penciptaan nilai adalah manfaat konsumen. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa peningkatan manfaat dan kompetensi inti atau area bisnis

yang diterima konsumen merupakan kunci dari penciptaan nilai.

Gambar 4.10

Diagram Jalur Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja

Pemasaran UKM Sentra Rajut

4.8 Novelty Penelitian.

Untuk lebih menjelaskan keterbaruan (novelty) dari penelitian ini, maka

perlu dijabarkan secara terperinci hasil temuan verikatif Kinerja Pemasaran UKM

sentra rajut dibentuk berdasarkan Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi melalui

Penciptaan Nilai sebagai berikut:

Y1.1

PN1Y1.2

Y1.3

Y1.4

PN2Y1.5

Y1.6

Y1.7

PN3Y1.8

0.836

0.780

0.854

0.707

0.767

0.714

0.719

0.832

0.301

0.392

0.271

0.500

0.412

0.490

0.483

0.308

0.882

Y1.90.404

PN

0.772

KP

Y2.1

Y2.2

Y2.3

0.793

0.830

0.884

0,371

0.311

0.219

0.651

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

213

Gambar 4.11

Model Hasil Penelitian

Berdasarkan dari temuan model hasil penelitian diatas maka diperoleh

hasil pengujian pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sebagai mana

yang ditunjukkan dalam tabel rangkuman berikut:

Penciptaan Nilai

(Y1)

1. Manfaat

konsumen

2. Area bisnis

3. Mitra bisnis

Kinerja Pemasaran

UKM sentra rajut

(Y2)

1. Volume

penjualan

2. Laba

3. Pangsa pasar

Orientasi Pasar (X1)

1. Orientasi pada pelanggan

2. Orientasi pada pesaing

3. Interfungsional

Kapabilitas Inovasi (X2)

1. Kepemimpinan untuk inovasi

2. Pengetahuan dan kreativitas

individu

3. Iklim dan budaya inovasi

4. Jaringan dan kerja sama

5. Inovasi proses

6. Inovasi hasil

13,4%

31,6%

63,5%

5,2%

42,4

%

77,6%

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

214

Tabel 4.29

Rangkuman Hasil Uji Verifikatif

Hubungan Pengaruh

Langsung Melalui PN PengaruhTotal

OP-KP 0.6% 23,8% 24,4%

KI-KP 5,2% 36,6% 41,8%

PN-KP 42,4% - 42,4%

OP-PN 13,4% - 13,4%

KI-PN 31,6% - 31,6%

OP,KI-PN 63,5% - 63,5%

OP,KI,PN-KP 77,6% - 77,6%

Berdasarkan rangkuman hasil penelitian di atas maka novelty penelitian ini

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel Orientasi Pasar tidak

berpengaruh secara langsung terhadap kinerja pemasaran UKM sentra

rajut. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan

adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara Orientasi Pasar dengan

Kinerja Pemasaran, dimana Orientasi Pasar merupakan faktor pendorong

yang dominan dalam peningkatan Kinerja Pemasaran. Kondisi itu

disebabkan kebutuhan dan keinginan pelanggan berubah-ubah secara

cepat, dan tidak dapat diimplementasikan ke dalam hal model atau corak

yang diinginkan pelanggan. Belum cukup mampunya pengusaha dalam

hal mengidentifikasi strategi pemasaran pesaing seperti kualitas bahan

yang lebih baik dengan harga yang sama atau lebih murah dibanding

produk rajutan lokal. Selanjutnya kebanyakan pengusaha UKM sentra

rajut hanya mengikuti sebagian kecil pengusaha UKM rajut yang kreatif

tanpa benar-benar memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Selain

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

215

itu hampir semua UKM sentra rajut tidak memiliki fungsi-fungsi

perusahaan karena jumlah karyawan yang terbatas.

2. Orientasi pasar dan Kapabilitas inovasi lebih dulu diwujudkan menjadi

nilai yang superior agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja

pemasaran UKM sentra rajut. Namun demikian, Kapabilitas Inovasi

memiliki pengaruh lebih besar dalam mewujudkan Penciptaan Nilai yang

superior. Kondisi ini menunjukkan bahwa informasi dan pengetahuan

yang relevan mengenai pasar tidak banyak gunanya tanpa ditunjang oleh

kemampuan untuk mentransformasi hal tersebut menjadi inovasi yang

memiliki keunikan dan kemampuan dalam hal memenuhi kebutuhan dan

keinginan pelanggan.

3. Berdasarkan uji efek mediasi ditemukan bahwa pengaruh tidak langsung

kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut melalui

penciptaan nilai menunjukkan efek mediasi penuh sebesar 85,7% (full

mediation). Artinya dapat disimpulkan bahwa penciptaan nilai berperan

sebagai full intervening dalam mewujudkan kinerja pemasaran yang

superior.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang superior diciptakan untuk memberi

pemenuhan optimal terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan serta

penyebaran informasi di setiap fungsi perusahaan sehingga memiliki

keunikan dibandingkan pesaing serta mendorong peningkatan Kinerja

Pemasaran UKM sentra rajut secara signifikan. Hal ini didasari oleh

kemampuan yang dimiliki individu maupun perusahaan dalam berinovasi

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

216

untuk mengolah dan memadukan berbagai informasi dan pengetahuan

yang relevan dengan tepat sehingga menjadi nilai yang superior untuk

mencapai tujuan perusahaan.

Berdasarkan kebaruan (Novelty) diatas, maka model temuan ini dapat

disebut model “Penguatan Penciptaan Nilai” dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.12

Model Penguatan Penciptaan Nilai

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2012/120130120075_4_5668.pdf · Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18 Tahun

155