BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

92
135 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini disajikan uraian tentang hasil dan pembahasan analisis statistik yang selanjutnya dipergunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dikemukakan dan dirumuskan sebelumnya. Untuk perhitungan, analisis, interpretasi serta pembahasan hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. 4.1. Gambaran Umum Koperasi di Jawa Barat Peran Koperasi dalam memajukan perekonomian masyarakat dari dulu hingga saat ini sangatlah banyak, karena masyarakat dapat meminjam atau berdagang pada koperasi tersebut. Bukan hanya itu saja peranan yang dilakukan koperasi juga dapat membantu Negara untuk menggembangkan usaha kecil yang ada dalam masyarakat. Keadaan koperasi di Jawa Barat terklasifikasi berdasarkan Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat, sebagaimana tersaji di dalam pemetaan. Koperasi di Jawa Barat diharapkan mampu menghasilkan produk unggulan dengan pengelolaan berdasarkan manajemen yang profesional, sehingga dapat memiliki keunggulan komparatif yang baik di tingkat nasional dan memiliki market share yang relatif besar untuk produk-produknya di kancah persaingan yang semakin tajam . Gerakan koperasi tumbuh dan berkembang di 26 (dua puluh enam) kabupaten dan kota serta koperasi di tingkat provinsi, pada saat ini jumlah koperasi di Jawa Barat mencapai 25.252 Unit. Dengan rincian jumlah koperasi aktif sebesar15.130

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

135

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini disajikan uraian tentang hasil dan pembahasan analisis statistik

yang selanjutnya dipergunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah

dikemukakan dan dirumuskan sebelumnya. Untuk perhitungan, analisis, interpretasi

serta pembahasan hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini.

4.1. Gambaran Umum Koperasi di Jawa Barat

Peran Koperasi dalam memajukan perekonomian masyarakat dari dulu hingga

saat ini sangatlah banyak, karena masyarakat dapat meminjam atau berdagang pada

koperasi tersebut. Bukan hanya itu saja peranan yang dilakukan koperasi juga dapat

membantu Negara untuk menggembangkan usaha kecil yang ada dalam masyarakat.

Keadaan koperasi di Jawa Barat terklasifikasi berdasarkan Kabupaten dan Kota di

wilayah Provinsi Jawa Barat, sebagaimana tersaji di dalam pemetaan. Koperasi di

Jawa Barat diharapkan mampu menghasilkan produk unggulan dengan pengelolaan

berdasarkan manajemen yang profesional, sehingga dapat memiliki keunggulan

komparatif yang baik di tingkat nasional dan memiliki market share yang relatif

besar untuk produk-produknya di kancah persaingan yang semakin tajam .

Gerakan koperasi tumbuh dan berkembang di 26 (dua puluh enam) kabupaten

dan kota serta koperasi di tingkat provinsi, pada saat ini jumlah koperasi di Jawa

Barat mencapai 25.252 Unit. Dengan rincian jumlah koperasi aktif sebesar15.130

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

136

unit, dan jumlah koperasi tidak aktif sebesar 10.122 unit di provinsi Jawa Barat

(Sumber : Kemenkop Prop Jawa Barat, 2014).

Berdasarkan pada data diatas dinyatakan bahwa komposisi jumlah koperasi

primer yang aktif sekitar 61%, dan selebihnya adalah koperasi tidak aktif sekitar 39

%. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah terbesar koperasi di Jawa Barat

adalah jenis koperasi primer aktif. Jumlah tersebut sebarannya meliputi koperasi yang

ada di 9 ( sembilan) kota dan 17 (tujuhbelas) kabupaten di wilayah propinsi di Jawa

Barat.

4.1.1. Profil Responden Penelitian

Responden dari penelitian yang dilakukan ini adalah dari kelompok

manajemen koperasi yang meliputi: para pengurus koperasi , para pengawas koperasi

dan manajer operasional koperasi primer yang berada pada 26 kota dan kabupaten

di Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya dinyatakan dalam gambar dibawah ini.

a. Kelompok Struktural

Gambar 4.1.

Komposisi Responden Koperasi di Jawa Barat

Peng

urus;

29%

Mana

jer

Opera

sional

;5,26%

Penga

was;

18,9

%

Keterangan:

Pengurus sebanyak 206 orang

Manajer operasional sebanyak

156 orang

Pengawas sebanyak 27 orang

Total sebanyak 389 orang

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

137

Responden yang ada dikelompokkan atas dasar jabatan dalam kepengurusan

yang terdiri dari pengurus koperasi, pengawas koperasi dan manajer operasional.

Kondisi koperasi di Jawa Barat belum banyak mengalami perubahan, keadaanya

masih sama seperti halnya yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sumber

daya koperasi tidak mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada kegiatan

operasional yang dilakukan oleh koperasi masih dapat dikatakan tetap sama. Keadaan

anggota koperasi masih relative stabil, kepengurusan koperasi juga tidak berubah.

Berdasarkan pada gambar 4.1 di atas dapat dinyatakan bahwa komposisi

jumlah responden penelitian adalah: pengurus koperasi sebanyak 206 orang,

pengawas koperasi sebanyak 27 orang, dan selebihnya manajer operasional sebesar

156 orang. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah terbesar responden adalah

dari pengurus dan manajer operasional koperasi yang diketahui memang sehari-

harinya menangani langsung kegiatan operasional koperasi di wilayahJawa Barat.

b.Gender

Gambar 4.2

Responden Koperasi Berdasarkan Gender

70%

30%

Laki-laki Perempuan

Keterangan:

Laki-laki sebanyak 308 orang

Perempuan sebanyak 81 orang

Total sebanyak 389 orang

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

138

Untuk mengetahui lebih lanjut responden koperasi dalam penelitian ini

dinyatakan dalam gender dari pengurus, pengawas dan manajer operasional, yang

memberikan jawaban dalam penelitian berdasarkan gender. Gender perlu

diungkapkan mengingat beberapa hal, pertama keterkaitannya dengan jenis pekerjaan

yang dilakukan yaitu koperasi yang membutuhkan ketrampilan dan kecepatan dalam

pelayanan.

Responden laki-laki sebanyak 308 orang, responden perempuan sebanyak 81

orang. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan yang bekerja di koperasi sebagian

besar adalah pria dibandingkan dengan karyawan wanita yang jumlahnya lebih kecil

dari pada karyawan pria. Karyawan pria dianggap lebih mampu mengatasi

pekerjaanya dibanding dengan karyawan wanita untuk pekerjaan fisik terutama

untuk pekerjaan yang berat, misalnya harus membeli atau menjual barang/ produk

koperasi keluar dari toko, maka pekerjaan mengangkat barang ini jelas lebih baik

dilakukan oleh karyawan pria. Atas dasar pertimbangan tersebut maka jumlah

karyawan pria lebih banyak dari karyawan wanita.

c. Lama Bekerja

Gambar 4.3

Profil Responden Koperasi Berdasarkan Lama Bekerja

6% 8%

19%

67%

Keterangan:

Kurang dari 1 tahun sebanyak 22

orang

2 – 4 tahun sebanyak 31 orang

5 – 9 tahun sebanyak 76 orang

Di atas 10 tahun 260 orang

Total sebanyak 389 orang

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

139

Dari data diatas berdasarkan lama bekerja pada koperasi di Jawa Barat dapat

dinyatakan bahwa responden yang bekerja kurang dari 1 tahun terdapat sebanyak 22

orang, yang biasanya terdiri dari karyawan di level bawah yaitu mulai dari 2 tahun

sampai dengan 4 tahun berjumlah 31 orang , karyawan yang ada di staf atau petugas

yang dilapangan sebanyak 76 orang sudah bekerja antara 5 (lima) tahun sampai

dengan 9 (sembilan) tahun.

Sedangkan sebagian besar yang berjumlah 260 orang adalah karyawan yang

sudah lama bekerja di koperasi di atas 10 (sepuluh) tahun, termasuk juga para

pengurus koperasi. Posisi ini sudah terjadi mulai tahun sebelumnya sampai dengan

masa penelitian ini dilakukan. Jadi dengan demikian mengindikasikan bahwa

pemahaman pengurus dan karyawan terhadap pekerjaan yang merupakan kegiatan

usaha koperasi yang ada sudah dilakukan dan telah diketahui dengan baik oleh

karyawan.

Berdasarkan pada gambar 4.4 di atas dapat dinyatakan bahwa komposisi

jumlah responden sebagian besar yaitu 67% karyawan koperasi adalah karyawan

yang telah bekerja diatas 10 tahun, sehingga mereka sudah merasa betah bekerja di

koperasi dan sudah tidak ingin pindah kerja ke tempat lain. Hal ini memberikan

indikasi bahwa jumlah terbesar responden adalah karyawan dan pengurus yang sudah

lama bekerja di koperasi.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

140

d. Usia

Gambar 4.4

Profil Responden Koperasi Berdasarkan Usia

Dengan memperhatikan data diatas berdasarkan Usia karyawan pada

koperasi di Jawa Barat dapat dinyatakan bahwa responden yang berusia 18 tahun

sampai 22 tahun sebanyak 41 orang karyawan, termasuk juga karyawan yunior yang

masih baru bekerja di koperasi .

Karyawan yunior yang sudah agak lama bekerja yang berusia 19 tahun

sampai dengan 30 tahun sebanyak sebanyak 63 orang. Karyawan yang berusia 31

tahun sampai dengan 55 tahun sebanyak 134 orang merupakan karyawan yang sudah

lama bekerja. Karyawan senior sebanyak 151 orang, dan termasuk juga karyawan

yang berusia diatas 56 tahun. Karyawan ini ada yang menjadi pengurus atau

pengawas koperasi. Dengan demikian diperoleh gambaran sebagian besar karyawan

yang berjumlah 285 orang adalah merupakan karyawan yang sudah lama bekerja di

koperasi. Dari satu sisi keadaan ini baik karena dengan posisi ini karyawan tersebut

dapat mengawal kelancaran kegiatan koperasi berdasarkan pengalaman yang dimiliki,

namun disisi lain karyawan ini mempunyai kelemahan yaitu kesulitan dalam

11%

16%

34%

39%

Keterangan: 18 – 22 tahun sebanyak 41 orang 19 – 30 tahun sebanyak 63 orang

31 – 55 tahun sebanyak 134 orang

Di atas 56 tahun 151 orang

Total sebanyak 389 orang

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

141

mengikuti perkembangan pengetahuan dalam kemajuan teknologi seperti penggunaan

komputer, sehingga seringkali banyak tergantung pada para pembantu atau staff

karyawan yang bekerja di bidang tersebut.

Berdasarkan pada gambar 4.5 diatas dapat dinyatakan bahwa komposisi

jumlah responden sebagian besar yaitu 67% karyawan koperasi adalah karyawan

yang telah bekerja diatas 10 tahun. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah

terbesar responden adalah karyawan dan pengurus yang sudah lama bekerja di

koperasi dan berusia diantara 35 tahun sampai dengan 56 tahun ke atas.

e.Tingkat Pendidikan

Gambar 4.5

Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dengan memperhatikan data di atas berdasarkan tingkat pendidikan pada

koperasi di Jawa Barat dapat dinyatakan bahwa responden yang mempunyai

pendidikan SMP ke bawah sebanyak 34 orang , ini merupakan karyawan yunior yang

masih baru bekerja atau karyawan lama dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu

9%

28%

30%

33%

Keterangan:

SMP ke bawah sebanyak 34 orang

SMA, SMK sebanyak 109 orang

Akademi D1, D2, D3 sebanyak 116

orang

Sarjana S1, S2 , S3 sebanyak 130

orang

Total sebanyak 389 orang

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

142

pendidikan SMA, SMK atau sederajat sebanyak 109 orang , biasanya terdiri dari

karyawan yunior yang sudah agak lama bekerja pada koperasi dan sudah menduduki

jabatan staf.

Tingkat pendidikan Akademi D1, D2, dan D3 sebanyak 116 orang karyawan

yang sudah menduduki jabatan kepala seksi atau manajer sebanyak 63 orang, dan

karyawan yang berusia 31 tahun sampai dengan 55 tahun sebanyak 134 orang

merupakan karyawan yang sudah lama bekerja pada koperasi atau disebut sebagai

karyawan senior, dan karyawan ini dengan pendidikan strata S1, strata S2, strataS3

sebanyak 130 orang. Untuk pendidikan Strata 3 , ini masih belum banyak di koperasi ,

namun tetap ada yang menjadi pengurus atau pengawas koperasi tetapi belum banyak

jumlahnya. Dengan demikian diperoleh gambaran sebagian besar karyawan yang

berjumlah 259 orang , adalah berpendidikan Diploma kebawah. Oleh sebab itu untuk

peningkatan kemampuan SDM koperasi maka perlu diberikan pelatihan, atau training

bagi para karyawan dengan pendidikan Diploma kebawah agar dapat mendukung

aktivitas koperasi.

Berdasarkan pada gambar 4.6 diatas dapat dinyatakan bahwa komposisi

jumlah responden sebagian besar yaitu 73% karyawan koperasi adalah karyawan

dengan tingkat pendidikan Diploma ke bawah, yang mana untuk karyawan ini pada

umumnya mereka masih perlu tambahan pengetahuan atau tambahan keterampilan

dalam mendukung pekerjaanya.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

143

4.2 Analisa Deskriptif

Analisis deskriptif dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan yaitu

melalui analisa ini dapat diketahui, bagaimana kondisi variabel yang sedang diteliti.

Melalui analisis deskriptif akan diuraikan kecenderungan responden dalam menjawab

kuesioner yang diajukan. Penilaian jawaban responden menunjukkan pernyataan ,

Sangat baik, Baik, Cukup baik, Tidak baik, Sangat tidak baik. Jawaban ini

disesuaikan dengan jawaban kuesioner. Berdasarkan jawaban responden kemudian

dilakukan interpretasi atas jawaban yang diberikan responden tersebut dan

kecenderungannya secara umum mengenai dimensi variabel penelitian.

Hasil analisis deskriptif variabel budaya organisasi (X1), komitmen

organisasional (X2), keunggulan bersaing (Y), serta kinerja (Z) akan diuraikan pada

sub-bab berikut ini.

4.2.1 Analisis Deskriptif Budaya Organisasi

Budaya Organisasi yang dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang

sangat penting dan terbentuk dari apa yang menjadi cita-cita dari pendiri organisasi

atau founding father perusahaan memiliki ciri-ciri tersendiri. Organisasi yang terdiri

dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan, latar

belakang pengalaman dalam hidupnya dari masing-masing anggota atau karyawan

organisasi tersebut. Bagi suatu organisasi (perusahaan) terbentuknya budaya

berangkat dari filsafat yang ditanamkan oleh para pendiri, kemudian budaya tersebut

menjadi kriteria dalam melakukan pekerjaan bagi karyawannya. Dengan demikian

perlu ada pengakuan pandangan yang akan berguna untuk pencapaian misi dan tujuan

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

144

organisasi tersebut agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Budaya akan menjadi sesuatu

yang spesifik bagi setiap organisasi atau perusahaan dalam aktivitasnya. Dalam

penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

kepemimpinan, Kohesivitas kelompok, Moral karyawan, Peraturan dan prosedur,

Inovatif, Berpandangan ke depan, Mandiri dan Control (Pengawasan) yang kemudian

di operasionalisasikan menjadi 27 (dua puluh tujuh) indikator.

Berdasarkan pada tabel berikut adalah gambaran Budaya organisasi yang

dilihat dari distribusi pada tanggapan mengenai dimensi kekeluargaan untuk setiap

butir pernyataan yang diukur oleh 3 (tiga) satuan pengukuran indikator.

Tabel 4.1

Skor Distribusi Tanggapan mengenai Dimensi Kekeluargaan

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Pemilihan pengurus dan pe

ngawas koperasi dilakukan

obyektif

88 166 132 3 0 1506 3.87 77.4 Baik

Tingkat pendidikan diper-

hatikan dalam pemilihan

pengurus dan pengawas

90 197 80 22 0 1522 3.91 78.3 Baik

Kompetensi calon yang diu-

sulkan dipertimbangkan

6 138 188 57 0 1260 3.24 64.8 Cukup

Rata-rata Dimensi 73.5 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui distribusi tanggapan mengenai

dimensi kekeluargaan untuk setiap butir pernyataan, diperoleh skor rata-rata dimensi

sebesar 73,5% termasuk kategori Baik.

Gambaran ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan pengelola koperasi yaitu

pengurus dan pengawas dilakukan secara obyektif. Manajemen koperasi

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

145

melaksanakan tugasnya dengan baik, melakukan pemilihan pengurus, pengawas dan

manajer operasional secara transparan dalam pelaksanaannya, hal ini terlihat dari

sebagian besar pengurus dan manajer operasional menyatakan obyektif.

Memperhatikan pada teori yang dikemukakan oleh Cameron (2011:11), yang

menyatakan bahwa budaya Clan culture, yaitu meliputi antara lain sistem

kekeluargaan, yang lebih menitikberatkan pada hubungan yang sifatnya guyub. Dan

juga untuk kompetensi calon pengurus dan pengawas yang diusulkan

dipertimbangkan dan menjadi perhatian dalam pemilihan diperoleh skor sebesar

77,4%, termasuk kategori baik.

Untuk latar belakang pendidikan dalam pemilihan pengurus dan pengawas

sebagian besar menyatakan memperhatikan tingkat pendidikan dalam pemilihannya,

hal ini tercermin dari skor yang diperoleh mempunyai nilai tertinggi yaitu 78,3%,

termasuk kategori baik. Artinya bahwa para pengurus dan manajer operasional

menyadari pentingnya tingkat pendidikan bagi para pengurus dan manajer sebagai

modal dalam melaksanakan tugas mengelola koperasi.

Selanjutnya dari tingkat kompetensi calon yang diterima sebagian besar

pengurus dan manajer operasional menyatakan mempertimbangkan kompetensinya.

Untuk dimensi kompetensi ini agak sulit diperoleh karena keterbatasan koperasi

dalam sumberdaya yang dimiliki yaitu karyawan yang mempunyai keahlian sangat

terbatas, sehingga menyebabkan skor yang diperoleh hanya sebesar 64.8% masuk

dalam kategori cukup. Artinya nilai ini yang paling kecil bila dibandingkan dengan

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

146

kedua nilai sebelumnya, yang berarti bahwa karyawan yang memiliki kompetensi

tertentu di bidangnya pada koperasi jumlahnya masih sedikit.

Jadi dengan memperhatikan komposisi diatas , dapat dinyatakan bahwa

pengurus koperasi telah mempertimbangkan secara mendalam tentang perlunya

pemilihan secara obyektif, pentingnya tingkat pendidikan, dan kompetensi orang

yang bekerja pada koperasi. Hal ini berdasarkan pada kondisi lapangan yang ada

yaitu koperasi memang sangat membutuhkan sumberdaya manusia yaitu pengurus,

pengawas dan manajer operasional yang mempunyai karakteristik obyektif,

memiliki tingkat pendidikan tinggi ( jenjang S1 atau sarjana) dan memiliki

kompetensi untuk bekerja pada koperasi di wilayah Jawa Barat.

Tabel 4.2.

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Gaya Kepemimpinan

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Pengurus, pengawas dan

manajer melakukan pekerja

an sesuai dengan rencana

15 176 174 24 0 1349 3.47 69.4 Baik

Dalam setiap hasil pekerjaan

yang diselesaikan sudah di-

analisis secara tepat dan rinci.

55 211 110 13 0 1475 3.79 75.8 Baik

Pengurus selalu memper-

hatikan waktu penyelesai-

an dalam setiap kegiatan

13 134 185 57 0 1270 3.26 65.3 Cukup

Rata-rata Dimensi 70.2 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Gaya kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para

anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan, dapat difokuskan kepada

apa yang dilakukan oleh para pemimpin. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa gaya

kepemimpinan memiliki hasil skor 70,2% masuk dalam kategori Baik.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

147

Hal ini didukung oleh 2 indikator yang menyebutkan pertama pengurus, pe-

ngawas dan manajer melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana diperoleh skor

69,4% termasuk kategori baik , kedua dalam setiap hasil pekerjaan yang disele-

saikan sudah dianalisis secara tepat dan rinci diperoleh skor sebesar 75,8% masuk

kategori baik.

Sedangkan untuk indikator bahwa pengurus memperhatikan waktu

penyelesaian dalam setiap kegiatan memiliki skor 65,4% masuk kategori cukup.

Artinya dalam hal penyelesaian pekerjaan masih menjadi pekerjaan rumah bagi

pengurus dalam gaya kepemimpinan yang ada saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Terry,1994:25), yang menyatakan bahwa kepemimpinan itu merupakan kemampuan

untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Jadi

berdasarkan hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar pengurus dan

manajer operasional koperasi sudah memperhatikan dimensi gaya kepemimpinan

dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan koperasi.

Tabel 4.3

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Kohesivitas Kelompok

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-ra-

ta Skor

%

Skor

Kate-

gori

Manajemen koperasi mem-

berikan rasa betah bagi

karyawan

58 241 70 20 0 1504 3.87 77.3 Baik

Manajemen koperasi me-

ningkatkan kemampuan kar-

yawan melalui kelompok.

48 119 200 20 2 1358 3.49 69.8. Baik

Manajemen koperasi me-

mantau hasil pelatihan

kelompok secara kontinu.

2 188 152 47 0 1312 3.37 67.5 Cukup

Rata-rata Dimensi 71.5% Baik

Sumber: Data penelitian diolah .

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

148

Kohesivitas dinyatakan sebagai kekuatan baik positif ataupun negatif yang

menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok, karena dalam bekerja keadaan

ini sangat dibutuhkan oleh karyawan yaitu rasa ketenangan dan keamanan dalam

bekerja sehingga akan membuat karyawan betah untuk tetap tinggal bekerja pada

koperasi (Gibson,2003:81). Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui distribusi

tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Kohesivitas

kelompok diperoleh skor rata-rata dimensi sebesar 71.5% kategori Baik.

Gambaran bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagian besar pengurus dan

manajer operasional memberikan rasa betah bagi karyawan, diperoleh skor sebesar

77.3% kategori baik. Sesuai dengan hasil penelitian, peran dari para pengurus,

pengawas dan manajer operasional dalam menciptakan ketenangan bekerja bagi

para karyawan koperasi sangat diperlukan.

Keinginan pengurus untuk meningkatkan kemampuan para karyawan melalui

pelatihan dalam kelompok telah dirasakan oleh para karyawan , hal ini dibuktikan

melalui pendapat yang menyatakan pengurus meningkatkan jumlah karyawan yang

dilatih dalam kelompok diperoleh skor sebesar 69.8% masuk kategori Baik. Untuk

melihat hasil pelatihan kelompok secara kontinu sebagian besar pengurus dan

manajer operasional menyatakan memantau hasil pelatihan secara kontinyu diperoleh

skor sebesar 67.5% masuk kategori cukup.

Berdasarkan pada uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dari tingginya

kohesivitas kelompok berhubungan dengan peran anggota terhadap norma

kelompok, kemampuan anggota untuk menitikberatkan pada persamaan sebagai

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

149

anggota kelompok. Artinya hal ini menggambarkan bahwa kohesivitas dalam

kelompok dapat diterapkan oleh pengurus dan manajer operasional bagi koperasi di

wilayah Jawa Barat.

Tabel 4.4

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Moral Karyawan

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1`

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Karyawan sangat mendu-

kung dengan semua pro-

gram pengembangan

usaha koperasi

24 216 138 11 0 1420 3.65 73.0 Baik

Banyaknya karyawan

yang partisipasi pada

program

33 159 189 8 0 1384 3.56 71.2 Baik

Manajemen memusatkan

perhatian terhadap kar-

yawan yang berprestasi.

8 96 256 27 2 1248 3.21 64.2 Cukup

Rata-rata Dimensi 69.4 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Moral kerja karyawan, meliputi orientasi dan dukungan karyawan pada

program pengembangan usaha, partisipasi karyawan pada program yang dibuat dan

perhatian terhadap karyawan berprestasi telah dilakukan oleh pengurus pada koperasi.

Moral adalah suasana bathin seseorang yang mempengaruhi perilaku individu dan

perilaku organisasi, berupa perasaan senang, bersemangat atau tidak bersemangat

dalam melakukan pekerjaan (Harrison Rosemary,1993:81). Sedangkan Danim

(2003:49), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki moral kerja yang tinggi akan

terlihat dari semangat kerja, disiplin kerja, partisipasi dan inisiatif kerja.

Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada indikator pertama dimensi Moral karyawan mendukung

semua program pengembangan usaha koperasi diperoleh skor sebesar 69.4% masuk

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

150

kategori baik. Untuk indikator kedua gambaran sebagian besar pengurus dan

manajer operasional mendukung semua program dan partisipasi karyawan diperoleh

skor sebesar 73.0% masuk kategori baik. Moral kerja yang tinggi merupakan

dorongan bagi karyawan untuk dapat terciptanya usaha berpartisipasi secara

maksimal dalam kegiatan organisasi koperasi guna mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

Sesuai dengan pendapat tersebut dari pengurus, pengawas dan manajer

operasional menyatakan karyawan yang partisipasi pada program koperasi diperoleh

skor 71.2%, masuk kategori baik. Sedangkan untuk indilator ketiga manajemen

memusatkan perhatian terhadap karyawan yang berprestasi diperoleh skor 64,2 %

masuk kategori cukup. Artinya Manajemen koperasi masih mempunyai tugas yang

harus diselesaikan yaitu meningkatkan skor tersebut.

Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pengurus dan manajer

operasional menyatakan bahwa moral karyawan koperasi merupakan hal yang

penting bagi kemajuan koperasi, dan ini terbukti dari moral kerja yang tinggi dari

setiap SDM koperasi, merupakan faktor yang menentukan bagi tercapainya tujuan

koperasi di wilayah Jawa Barat.

Tabel 4.5.

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Peraturan dan Prosedur

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

%

skor

Kate-

gori

Pengurus memupuk kesadaran

pada karyawan dan anggota

koperasi

11 64 94 115 105 928 2,39 47,8 Tidak

baik

Pengurus memusatkan perhati-

an pada kegiatan anggota untuk

61 154 169 5 0 1538 3.95 79.1 Baik

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

151

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

%

skor

Kate-

gori

peningkatan usaha koperasi

Gotong royong selalu ditum-

buhkan untuk peningkatan

usaha koperasi

7 154 225 1 3 1196 3.07 61,4 Cukup

Rata-rata Dimensi 3,14 62,76 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Peraturan dan Prosedur merupakan sebuah urutan pekerjaan yang melibatkan

beberapa orang dalam satu bagian yang ditata untuk menjamin adanya perlakuan

seragam terhadap transaksi perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan

klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

dibuat untuk menjamin penanganan secara ragam transaksi perusahaan yang terjadi

berulang-ulang dengan baik dinyataka oleh Mulyadi (2013:5).

Berdasarkan pada tabel 4.5 diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada dimensi Peraturan dan Prosedur pada indikator pertama

diperoleh skor sebesar 47.8% masuk kategori Tidak baik. Indikator kedua Pengurus

memusatkan perhatian pada kegiatan anggota untuk peningkatan usaha koperasi

diperoleh skor sebesar 79.3% kategori Baik.

Indikator ketiga Gotong royong selalu ditumbuhkan untuk peningkatan usaha

koperasi diperoleh skor sebesar 61,4 % kategori cukup.

Jadi mengacu kepada hasil rata-rata dimensi peraturan dan prosedur dengan

skor 62,76 termasuk kategori cukup , maka dapat dinyatakan bahwa sebagian besar

koperasi di Jawa Barat dalam beraktivitas belum sepenuhnya memperhatikan

peraturan dan prosedur yang harus dipenuhi dalam kegiatan usahanya.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

152

Tabel 4.6.

Distribusi Tanggapan Dimensi Inovatif

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Adanya pengembang-

an produk baru

1 148 150 72 18 1209 3.11 62.2 Cukup

Manajemen melaku-

kan pengembangan

peningkatan layanan

28 149 147 53 12 1295 3.33 66.6 Cukup

Manajemen melaku-

kan pengembangan

sistem .

3 191 132 55 8 1293 3.32 66.5 Cukup

Rata-rata Dimensi 65.1% Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau

memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Mendefinisikan bahwa inovasi

adalah suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima

sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi (Stephen

Robins,1994).

Untuk koperasi selalu ditumbuhkan untuk peningkatan usaha koperasi, yaitu

sebagai suatu budaya dimana perusahaan atau koperasi selalu mendorong anggota

pengurus koperasi atau karyawannya untuk berinovasi yang meliputi pola-pola

gagasan, wujud kerja inovatif dan pengambilan resiko. Berdasarkan tabel 4.6 di atas

diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi

Inovatif diperoleh skor rata-rata sebesar 65.1% dengan kategori Cukup.

Pada indikator pertama hal ini memberikan gambaran bahwa dalam

melaksanakan tugasnya pengurus dan manajer operasional melakukan

pengembangan produk baru dengan skor sebesar 62.2% masuk kategori cukup.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

153

Untuk indikator kedua Manajemen koperasi melakukan pengembangan

peningkatan layanan, diperoleh skor sebesar 66.6% termasuk kategori cukup. Untuk

indikator ketiga melakukan pengembangan sistem, pengurus dan manajer operasional

menyatakan melakukan pengembangan sistem guna mendukung kelancaran kegiatan

usaha koperasi namun belum secara optimal dalam pelaksanaanya diperoleh skor

sebesar 66.5% termasuk kategori cukup . Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan

yaitu sumber daya yang dimiliki oleh koperasi khususnya perangkat komputer dan

jaringannya yang belum memadai . dalam memenuhi kebutuhan bisnisnya pada masa

yang akan datang.

Untuk koperasi besar inovasi ini dapat berjalan dengan baik contohnya pada

koperasi KPSBU di Lembang yang sudah menggunakan teknologi ini dalam

kegiatan operasional koperasi. Namun sebaliknya untuk koperasi kecil adanya

inovasi ini belum dan dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknologi canggih

karena keterbatasan kemampuan pendidikan karyawan sebagai sumberdaya yang

dimiliki, kemampuan untuk membeli teknologi juga masih terbatas bagi koperasi

yang masih kecil dan faktor lainnya. Menjelaskan bahwa inovasi merupakan

karakteristik budaya yang dibutuhkan untuk mengantisipasi globalisasi, dan pada

koperasi hal ini berdampak kepada kinerja organisasi koperasi yang rendah .

Tabel 4.7

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Berpandangan Kedepan

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

`1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Mananajemen mengguna-

kan teknologi informasi

148 105 96 35 5 1524 3.92 88.0 Baik

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

154

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

`1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

untuk pengembangan

layanan

Manajemen selalu dinamis

dalam pengelolaan usaha

45 176 138 29 1 1402 3.60 72.1 Baik

Manajemen koperasi diha-

rapkan dapat mengikuti

trend usaha yang terjadi.

132 109 81 67 2 1501

3.86

71.8 Baik

Rata-rata Dimensi 77.3 Baik

Sumber: Data penelitian diolah .

Berpandangan ke masa depan adalah dalam artian kecenderungan untuk ber-

fikir mengenai masa depan dan sebagai perhatian tentang hasil dari tindakan saat ini

di masa yang akan datang. Diharapkan bahwa pengurus dapat melaksanakan untuk

mencapai dan memfokuskan pada hasil yang sudah di capai pada saat ini.

Memperhatikan pada tabel 4.7 diatas, diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada dimensi berpandangan kedepan diperoleh skor rata-rata

sebesar 77.3% dengan kategori Baik.

Manajemen menggunakan teknologi informasi untuk pengembangan layanan

teknologi informasi diperoleh hasil sebesar 88.0%. Untuk tingkat berpandangan ke

depan sebagian pengurus dan manajer operasional selalu dinamis dalam pengelolaan

usaha dengan hasil sebesar 72.1% termasuk kategori baik. Artinya untuk tingkat

berpandangan ke depan bagi kemajuan koperasi sebagian pengurus dan manajer

operasional menyatakan manajemen koperasi berharap dapat mengikuti trend usaha

yang terjadi diperoleh skor sebesar 71,8.0%.

Melakukan pengembangan sistem guna mendukung kelancaran kegiatan

usaha koperasi terdapat beberapa koperasi yang sudah melaksanakan, namun ada

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

155

juga yang belum melakukan sehingga belum secara optimal dalam pelaksanaanya.

Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh koperasi, dan keadaan

ini yang menjelaskan bahwa kualitas produk dan layanan koperasi menjadi belum

positif. Namun hal ini menjadi tantangan yang harus dirubah oleh pengurus dan

manajer operasional, agar pada waktu selanjutnya menjadi lebih baik bagi pengurus

dan manajer operasional yang berpandangan ke depan karena selalu dinamis dalam

pelaksanaan kegiatannya.

Guna mencapai hal tersebut maka manajemen koperasi perlu menerapkan

standar capaian yang harus diperoleh dalam setiap tahunnya sehingga mereka perlu

untuk membuat standar kualitas setiap pekerjaan yang dihasilkan. Hal ini akan sangat

membantu bagi pengurus apabila menggunakan teknologi informasi untuk

pengembangan layanan, selalu dinamis dalam pengelolaan usaha, dengan itu semua

manajemen koperasi diharapkan dapat mengikuti trend usaha yang terjadi guna

kemajuan koperasi di Jawa Barat.

Tabel 4.8

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Kemandirian

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate

gori

Pengurus koperasi beru-

saha untuk mandiri dalam

kegiatan usaha

76 257 51 5 0 1571 4.04 80.8 Baik

Pengurus diharapkan mampu

mengatasi kesulitan yg ada

termasuk segi finansial.

24 267 95 3 0 1479 3.80 76.0 Baik

Manajemen harus ber-sedia

untuk menanggung resiko

yang ada tanpa melibatkan

pihak lain.

0 256 100 33 0 1390 3.57 71.5 Baik

Rata-rata Dimensi 76.1 Baik

Sumber: Data penelitian diolah .

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

156

Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan bebas dari pengaruh

atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme perusahaan.

Berdasarkan tabel di atas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada dimensi kemandirian diperoleh skor sebesar 76,1%

dengan kategori Baik. Indikator pertama untuk gambaran bahwa dalam

melaksanakan tugasnya Pengurus koperasi berusaha mandiri dalam kegiatan usaha

diperoleh skor sebesar 80.8% termasuk kategori baik. Dari perolehan yang dicapai

menunjukkan bahwa pengurus mempunyai semangat yang tinggi dalam melakukan

tugasnya menjaga kemandirian koperasi.

Indikator kedua Pengurus diharapkan mampu mengatasi kesulitan yg ada

pada koperasi meliputi segi finansial, kemandirian dalam pengelolaan usaha

koperasi dan ini memperoleh skor sebesar 76.0%, artinya Pengurus koperasi

memiliki kemampuan untuk selalu berusaha dan berinisiatif dalam mengatasi segala

masalah untuk kemajuan koperasinya. Dengan memperhatikan kondisi tersebut

berarti bahwa manajemen koperasi telah siap dan harus selalu bersedia untuk

menanggung resiko yang terjadi terhadap koperasi tanpa melibatkan pihak lain.

Pengurus dan manajer operasional yang melakukan tingkat kemandirian terbukti

telah berusaha agar dapat memenuhi kewajibannya.

Sedangkan untuk indikator ketiga manajemen harus bersedia menanggung

resiko yang ada tanpa melibatkan pihak lain memperoleh skor sebesar 71,5% dengan

hasil baik, artinya bahwa pengurus memang secara serius dalam menghadapi resiko

yang bakal terjadi pada koperasi. Hal ini telah di dukung oleh adanya pengurus dan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

157

manajer operasional yang memiliki keahlian berdasarkan latar belakang pendidikan

yaitu mereka yang bergelar Sarjana sesuai dengan keahliannya pada beberapa

koperasi yang ada dan secara keseluruhan mencapai sekitar 33% di seluruh Jawa

Barat, sehingga hal ini memungkinkan bagi koperasi untuk melakukan kemandirian

dalam pengelolaan usaha masing-masing koperasi pada saat ini dan waktu yang akan

datang menjadi lebih baik.

Tabel 4.9

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Control

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Pengurus berperan penting

untuk mencegah dan men-

deteksi penggelapan dalam

melindungi sumber daya

organisasi baik yang berwu-

jud dan tidak berwujud.

14 240 130 5 0 1430 3.68 73.5 Baik

Pengawas berperan melaku-

kan pemeriksaan dan peni-

laian atas pelaksanaan kebi-

jakan yang dilakukan engurus

0 217 169 3 0 1381 3.55 71.0 Baik

Pengurus berperan melaku-

kan pengawasan system

informasi akuntansi dan

keuangan lainnya

16 106 250 17 0 1288 3.31 66.2 Cukup

Rata-rata Dimensi 70.2 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Peran control atau pengawasan adalah sangat penting. Control dinyatakan

sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan

sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai

suatu tujuan tertentu. Aspek control dalam organisasi merupakan hal yang penting ,

karena dengan control (pengawasan) yang merupakan salah satu fungsi dari manajer,

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

158

selain dari fungsi lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan

kepemimpinan.

Memperhatikan tabel di atas, diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada dimensi Control diperoleh skor sebesar 70, 2% dengan

kategori Baik . Untuk gambaran bahwa dalam melaksanakan tugasnya pengurus

wajib untuk selalu berusaha, berisiatif dalam segala hal termasuk berperan penting

untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya

yang dimiliki oleh organisasi koperasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud

sebesar 73, 5%.

Dalam melaksanakan tugasnya Pengurus memiliki kemampuan

mengerjakan tugas yang dipertanggungjawabkan padanya memperoleh nilai sebesar

71,0%. Pengurus dalam melakukan kegiatan wajib memiliki kemampuan

mengatasi rintangan yang dihadapinya dalam mencapai kesuksesan tugasnya

diperoleh nilai sebesar 66.2% dengan kategori cukup, artinya bahwa hal ini masih belum

optimal, sehingga masih perlu peningkatkan dengan usaha dan kerja yang lebih baik

pada manajemen koperasi.

Aspek control dalam organisasi merupakan hal yang penting , karena dengan

control (pengawasan) yang merupakan salah satu fungsi dari manajer, selain dari

fungsi lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan

kepemimpinan. Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, negara sebagai

organisasi kekuasaan terbesar seyogyanya menjalankan fungsi-fungsi manajemen

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

159

yang terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling (GR.

Terry,1991:15).

Hal ini dilakukan oleh Pengawas koperasi sesuai tugasnya yang berperan

melakukan pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan yang dilakukan

pengurus koperasi. Selanjutnya Pengurus koperasi berperan melakukan pengawasan

sistem informasi akuntansi dan keuangan lainnya yang dilakukan oleh para manajer

operasional yang berada dalam tanggung jawabnya masing-masing, tanpa

mengabaikan pengawasan pada bidang-bidang lainnya yang merupakan aktivitas dari

usaha koperasi.

Setelah mengamati secara rinci dan memperhitungkan berdasarkan hasil

penilaian dari setiap dimensi variabel Budaya Organisasi yang diteliti dan telah

dipaparkan diatas, dapat digambarkan kondisi Budaya Organisasi pada koperasi di

wilayah Jawa Barat melalui rekapitulasi skor kesembilan dimensi variabel yang

diukur sebagaimana dinyatakan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.10.

Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi Tanggapan Budaya Organisasi No Dimensi Mean Skor % Skor Kategori

1 Kekeluargaan 3.67 73.5 Baik

2 Gaya Kepemimpinan 3.51 70.2 Baik

3 Kohesivitas Kelompok 3.58 71.5 Baik

4 Moral karyawan 3.47 69.4 Baik

5 Peraturan & Prosedur 3.14 62.6 Cukup

6 Inovatif 3.33 66.7 Cukup

7 Berpandangan ke Depan 3.87 77.3 Baik

8 Kemandirian 3.80 76.1 Baik

9 Control (Pengawasan) 3.51 70.2 Baik

Rata-rata Variabel 3.54 70.8 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

160

Dengan memperhatikan keseluruhan dimensi yang telah diuraikan pada

masing-masing tabel sebelumnya maka dapat disusun rekapitulasi untuk budaya

organisasi. Dalam tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan skor rata- rata,

secara keseluruhan (grand mean) dari variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar

3,54 atau 70,8% yang artinya berada di antara interval 68,01 - 84,00. Hal ini

mengindikasi bahwa Budaya Organisasi dengan menggunakan 9 (sembilan) indikator

tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Jadi berdasarkan uraian

tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Budaya Organisasi koperasi di wilayah

Jawa Barat secara umum berada dalam kategori baik.

4.2.2 Analisis Deskriptif Komitmen Organisasional

Komitmen organisasional diukur melalui 7 (tujuh) dimensi yaitu: Loya-litas,

Identifikasi , Tujuan Organisasi, Nilai Personal, Keterlibatan Organisasional,

Keinginan secara Emosional, Kesadaran tetap Tinggal dan di operasionalisasikan

menjadi 21 indikator. Berikut gambaran untuk setiap butir pernyataan pada dimensi

Loyalitas yang diukur oleh 3 satuan pengukuran indikator pada tabel berikut.

Tabel 4.11.

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Loyalitas Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1`

Total

Skor

Rata-ra

ta skor

%

skor

Kate

-gori

Kesetiaan karyawan yang

ditunjukkan terhadap orga-

nisasi koperasi

5 267 110 7 0 1437 3.69 73.9 Baik

Tingkat loyalitas antar ang-

gota sangat penting

106 206 58 19 0 1566 4.03 80.5 Baik

Pengurus selalu menyosia-

lisasikan peran ganda ang-

gota dalam koperasi

20 248 109 12 0 1443 3.71 74.2 Baik

Rata-rata Dimensi 76.2 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

161

Dalam Komitmen organisasional yang mengacu pada dimensi loyalitas secara

definisi dinyatakan kecenderungan untuk berfikir mengenai suatu kesetiaan

karyawan pada perusahaan atau organisasi. Berdasarkan tabel 4.11 diketahui

distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Loyalitas,

diperoleh skor sebesar 76.2% masuk kategori Baik.

Adapun gambaran untuk indikator pertama yaitu Kesetiaan karyawan yang

ditunjukkan terhadap koperasi diperoleh skor sebesar 73,9% termasuk kategori

baik. Artinya bahwa karyawan banyak yang setia karena sudah bekerja cukup lama

pada koperasi.

Untuk indikator kedua yaitu tingkat loyalitas antar anggota adalah sangat

penting dan ini selalu disampaikan oleh para pengurus dan manajer koperasi

mempunyai skor tertinggi yaitu 80.5%, artinya bahwa para karyawan menyadari

pentingnya loyalitas dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari mengelola koperasi.

Untuk indikator ketiga, pengurus selalu mensosialisasikan dan melakukan

peran ganda yaitu masing anggota sebagai pemilik kopersi dan sekaligus sebagai

pelanggan utama koperasi tersebut, diperoleh skor sebesar 74.2% yang masuk dalam

kategori baik.

Tabel 4.12.

Skor Distribusi Tanggapan Identifikasi Dengan Tujuan Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

`

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

skor

Kate-

gori

Pengurus koperasi mela-

kukan kegiatan organisasi

sesuai dengan rencana.

30 175 124 48 10 1328 3.14

62.7 cukup

Pengurus melakukan ker-

jasama dalam pengemba-

21 190 137 29 12 1346 3.26 65.2 cukup

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

162

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

`

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

skor

Kate-

gori

ngan usaha dan teknologi

Pengurus melakukan ker-

jasama dalam pencarian

sumber baru

13 199 151 21 5 1361 3.50 69,9 Cukup

Rata-rata Dimensi 66,0 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah

Dalam komitmen organisasional yang mengacu pada dimensi Identifikasi

dengan tujuan secara definisi dinyatakan: Mampu mengidentifikasi pernyataan

tujuan dengan rencana penyelesaian masalah organisasi dengan kerja sama dua orang

atau lebih, dari sistem dan aktivitas organisasi yang dikoordinasikan secara baik

(Newstrom and Davis, 2002:72). Memperhatikan tabel di atas diketahui distribusi

tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Identifikasi dengan

Tujuan diperoleh diperoleh skor sebesar 66.0% yang termasuk kategori Cukup.

Gambaran bahwa Pengurus koperasi melakukan kegiatan organisasi sesuai

dengan rencana diperoleh skor sebesar 62.7%, termasuk kategori cukup. Untuk

kerjasama dalam pengembangan usaha dan teknologi diperoleh skor sebesar 65.2%

kategori cukup, artinya bahwa pengurus menyadari pentingnya pengembangan

usaha dan teknologi untuk dapat mendukung suksesnya kegiatan koperasi.

Untuk indikator ketiga, yaitu pengurus melakukan kerjasama dalam pencarian

sumber daya baru diperoleh skor sebesar 69.9%, termasuk kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus dan manajer operasional pada

koperasi di Jawa Barat telah memahami pentingnya melakukan kegiatan dengan

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

163

mitra koperasi yang mana ini dapat dinyatakan sebagai suatu kecocokan dengan

organisasi sejenis yang dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan usaha koperasi.

Tabel 4.13

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Nilai Personal Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

`

Total

Skor

Rata-

rata

%

skor

Kate

-gori

Pengurus berusaha mening-

katkan unsur pertimbang-

an dalam pelaksanaan

tugas

71 154 154 10 0 1453 3.74 74.7 Baik

Pengurus memberikan ga-

gasan yang teguh untuk

kepentingan organisasi

105 166 99 19 0 1524 3.92 78.4 Baik

Pengurus meningkatkan pri-

nsip keadilan bagi anggota.

22 183 170 14 0 1380 3.55 71.0 Baik

Rata-rata Dimensi 74.7 Baik

Sumber: Data penelitian diolah .

Nilai Personal merupakan sekumpulan prinsip yang dipegang teguh oleh

seseorang dan digunakan untuk mencapai berbagai tujuan yang ingin dicapai, dan

dapat membantu seorang pemimpin untuk memilih hal-hal mana yang baik maupun

buruk bagi organisasinya (Cherirington, 1996:34). Berdasarkan tabel 4.13 diketahui

distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Nilai

personal diperoleh skor sebesar 74,7%, masuk kategori baik.

Indikator kedua Pengurus berusaha memberikan gagasan-gagasan yang teguh

untuk kepentingan organisasi koperasi memperoleh skor sebesar 78,4% termasuk

kategori baik. Untuk koperasi ini sudah dilakukan oleh pengurus dengan mendukung

semua gagasan untuk kepentingan usaha koperasi.

Dari indikator ketiga pengurus meningkatkan prinsip keadilan bagi anggota

ini merupakan hal yang sangat penting diperoleh skor sebesar 71.0% termasuk

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

164

kategori baik. Artinya pengurus menyadari pentingnya prinsip keadilan bagi ang-

gota untuk dapat menyukseskan dalam pelaksanaan tugasnya mengelola koperasi.

Secara umum dari keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus me-

mahami pentingnya menegakkan prinsip keadilan bagi para anggota pada koperasi.

Tabel 4.14

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Keterlibatan Organisasional Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

%

skor

Kate-

gori

Pengurus memusatkan perhati-

an pada keterlibatan karyawan

sebagai tim dalam bekerja.

2 250 106 31 0 1390 3.04 60.8 Cukup

Manajemen perhatian pada ting-

kat kesepakatan dalam pekerjaan

dengan karyawan.

4 194 160 31 0 1338 3.08 61.5 Cukup

Pengurus selalu menjaga dan hu-

bungan baik dengan karyawan se-

bagai suatu yang sangat berharga.

1 179 172 37 0 1311 3.37 67.4 Cukup

Rata-rata Dimensi 63.2 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Keterlibatan Organisasional merupakan keadaan dimana para manajer

berkonsultasi dengan karyawan mereka dalam memecahkan masalah dan dalam

pengambilan keputusan sehingga mereka bekerja sama sebagai sebuah tim.

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir

pernyataan pada dimensi keterlibatan organisasional diperoleh skor rata-rata sebesar

63,2% termasuk kategori cukup.

Keadaan ini menujukkan untuk indikator pertama dalam melaksankan

tugasnya pengurus berusaha memusatkan perhatian pada keterlibatan karyawan

sebagai tim dalam bekerja diperoleh skor sebesar 60,80 termasuk kategori cukup.

Untuk indikator kedua Manajemen perhatian pada tingkat kesepakatan dalam

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

165

pekerjaan dengan karyawan diperoleh skor sebesar 61,5% termasuk kategori cukup,

artinya manajemen perhatian pada tingkat kesepakatan dengan karyawan.

Pada indikator ketiga pengurus selalau menjaga hubungan baik dengan

karyawan sebagai sesuatu yang sangat berharga, hal ini sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar koperasi (UU No. 17 tahun 2012). Pengurus menjaga hubungan baik

dengan karyawan sebagai suatu yang sangat berharga. Memegang teguh prinsip dan

aturan tertulis untuk aturan kerja karyawan, dipeoleh skor sebesar 67.4% masuk

kategori cukup.

Jadi dari dimensi Keterlibatan Organisasional ini secara keseluruhan adalah

masuk kategori cukup, yang artinya upaya ini masih perlu ditingkatkan lagi oleh

pengurus agar supaya koperasi dapat lebih baik.

Tabel 4.15

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Keterlibatan Emosional Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-ra-

ta Skor

%

Skor

Kate

-gori

Pengurus perhatian pada

biaya yang dikeluarkan

kalau karyawan mening-

galkan koperasi.

66 214 72 34 3 1473 3.79 75.7 Baik

Manajemen perhatian pa-

da resiko yang ditanggung

kalau karyawan keluar

dari koperasi.

17 227 134 10 1 1416 3.64 72.8 Baik

Pengurus perhatian pada

kontinuitas dari pekerjaan

yang ditinggalkan.

0 226 141 22 0 1371 3.52 70.5 Baik

Rata-rata Dimensi 73.0 Baik

Sumber: Data penelitian diolah (2018).

Berdasarkan tabel 4.15 distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir

pernyataan pada dimensi Keterlibatan Emosional diperoleh skor sebesar 73.0%

masuk kategori Baik.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

166

Dalam melaksanakan tugasnya pengurus perhatian pada biaya yang

dikeluarkan kalau karyawan meninggalkan koperasi . Hal ini sesuai dengan

pendapat yang mengemukakan bahwa Komitmen afektif (affective commitment)

yaitu: keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada

organisasi (Allen and Meyer, 2003: 242) .yaitu dari karyawan terhadap koperasi

diperoleh skor sebesar 75.7% masuk kategori baik.

Indikator kedua manajemen perhatian pada tingkat resiko yang

ditanggung kalau karyawan keluar dari koperasi diperoleh skor 72.8% masuk

dalam kategori baik, artinya bahwa para karyawan menyadari adanya tingkat resiko

yang akan ditanggung kalau karyawan meninggalkan koperasi.

Indikator ketiga, pengurus koperasi perhatian pada kontinuitas dari

pekerjaan yang ditinggalkan, mengakui bahwa ini merupakan kunci keberhasilan

dalam melakukan pekerjaan pada koperasi diperoleh skor sebesar 70.5%, termasuk

dalam kategori baik. Keadaan yang ada bahwa sebagian besar pengurus koperasi

mengakui bahwa pentingnya karyawan lama pada koperasi akan sangat menentukan

kontinuitas kegiatan usaha dari koperasi. Hal ini dapat dilihat pada koperasi yang

karyawannya sering berpindah, ataupun berganti tempat kerja, banyak pekerjaan yang

terlambat penyelesaiannya. Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa para

pengurus koperasi di wilayah Jawa Barat sangat peduli dengan dimensi keterlibatan

emosional diterapkan pada koperasi.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

167

Tabel 4.16.

Distribusi Tanggapan Dimensi Kesadaran Meningggalkan Organisasi

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

`1

Total

Skor

Rata2

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Pengurus bertanggung jawab

dalam mengatasi kekurangan

sumber daya (karyawan).

50 172 149 18 0 1421 3.65 73.1 Baik

Pengurus bertanggung jawab

dalam mengatasi masalah

yang muncul dalam orga-

nisasi..

15 206 159 9 0 1394 3.58 71.7 Baik

Karyawan harus dapat menga-

tasi masalah pekerjaannya

sendiri.

19 171 167 32 0 1344 3.46 69.1 Baik

Rata-rata Dimensi 71.3 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

pengurus bertanggungjawab dalam mengatasi kekurangan sumber daya manusia

diperoleh skor sebesar sebesar 71,30% masuk kategori Baik.

Untuk indikator pertama Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi

kekurangan sumber daya karyawan hal ini bisa dilakukan dengan cepat untuk mencari

penggantinya. Artinya dalam hal ini pengurus sangat tanggap dengan keadaan

karyawan koperasi dalam mendukung kelancaran usaha dan kegiatan lainnya yang

berhubungan dengan koperasi.

Untuk indikator kedua Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi masalah

yang muncul pada organisasi. Hal ini berhubungan dengan personil pengurus yang

mempertahankan personil yang termasuk kategori senior, dan berpengalaman maka

kalau terjadi masalah pada koperasi dapat diatasi. Artinya apabila terdapat masalah

lainnya maka pengurus dapat segera mengatasinya karena adanya karyawan yang

berpengalaman tersebut , diperoleh skor sebesar 71,7 % masuk kategori baik.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

168

Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus pada koperasi di

Jawa Barat masih mengakui bahwa pada kontinuitas dari pekerjaan yang ditinggal-

kan merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, karena merekrut karyawan

yang siap pakai tidak sederhana yaitu perlu waktu yang cukup agar dapat membuat

karyawan tersebut bisa langsung bekerja menangani pekerjaan sesuai dengan tugas.

Hal ini ada hubungannya dengan rekrutmen karyawan , yaitu pengurus lebih

senang dengan adanya karyawan yang sudah mahir dalam tugas tanpa harus

memberikan pelatihan sebelumnya dapat langsung bekerja. Hal ini tidak mungkin

berlaku bagi karyawan yang baru direkrut karena belum memahami dengan baik akan

tugasnya dan membutuhkan waktu, serta perlu pelatihan agar bisa bekerja dengan

baik. Untuk hal ini dilihat dari banyaknya karyawan yang sudah lama bekerja di

koperasi diperoleh skor sebesar 69.1%. termasuk kategori baik. Jadi dapat

dinyatakan secara keseluruhan dalam mengatasi masalah dimensi kesadaran

meningggalkan organisasi diperoleh skor kategori baik.

Tabel 4.17

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Wajib Tetap Tinggal

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata2

Skor

%

skor

Kate-

gori

Pengurus memusatkan per-hatian pada

keterlibatan karyawan untuk tetap ting-gal

bekerja pada koperasi

94 224 56 13 2 1562 4.02 80.3 Baik

Karyawan merasa memiliki kewajiban

untuk terus ber-tahan dalam organisasi ka-

rena tanggung jawab moral.

68 164 146 11 0 1456 3.74 74.9 Baik

Pengurus bertanggung ja-wab

mempertahankan kar-yawan pada koperasi

un-tuk menjaga kelangsungan usaha.

26 229 99 34 1 1412 3.63 72.6 Baik

Rata-rata Dimensi 75.9 Baik

Sumber: Data penelitian diolah .

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

169

Perasaan wajib tinggal sebagai anggota atau karyawan untuk tetap tinggal,

karena adanya perasaan hutang budi. Pengurus memusatkan perhatian pada

keterlibatan karyawan untuk tetap tinggal bekerja pada koperasi. Indikator

karyawan merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan pada organisasi diperoleh

skor sebesar 75,9 % termasuk kategori baik.

Pada indikator pertama pengurus perhatian pada keterlibatan karyawan

untuk tetap tinggal bekerja pada koperasi. Untuk karyawan koperasi yang sudah

bekerja cukup lama hal itu tidak terlalu merisaukan karena pengurus sudah menge-

tahui kondisi tersebut, yakin bahwa masih banyak karyawan memilih tetap tinggal

bekerja di koperasi. Untuk itu diperoleh skor sebesar 80,3% termasuk kategori baik.

Indikator kedua pengurus merasa memiliki kewajiban perhatian pada

karyawan karena merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan dalam organisasi

sebab bertanggung jawab moral dalam mengatasi masalah yang muncul dalam

kegiatan usaha koperasi sebesar 74,9% termasuk kategori baik, artinya bahwa

pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi semua masalah yang berhubungan

dengan karyawan koperasi dapat dilaksanakan.

Pada indikator ketiga yaitu pernyataan pengurus bertanggung jawab agar

karyawan terus bertahan dalam organisasi merupakan keharusan, hal ini

menunjukkan bahwa pengurus harus bertanggung jawab terhadap karyawannya guna

menjaga kontinuitas kerja koperasi. Merupakan kewajiban pengurus untuk

mempertahankan keberadaan karyawan pada koperasi hal ini dikawal dengan baik

oleh pengurus, dan diperoleh skor sebesar 72,6% kategori baik. Selanjutnya untuk

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

170

mengetahui hasil penilaian dari setiap dimensi variabel Komitmen organisasional

pada koperasi dapat dinyatakan melalui rekapitulasi skor ketujuh dimensi variabel

yang diukur pada tabel berikut.

Tabel 4.18. Rekapitulasi Skor Distribusi Tanggapan

Komitmen organisasional

No Dimensi Mean

Skor

%

skor Kategori

1 Loyalitas 3.81 76.2 Baik

2 Identifikasi dengan Tujuan 3.14 66.0 Cukup

3 Nilai Personal 3.73 74.7 Baik

4 Keterlibatan Organisasional 3.16 63.2 Cukup

5 Keterlibatan Emosional 3.65 73.0 Baik

6 Kesadaran bila Meninggalkan Organisasi 3.56 71.3 Baik

7 Wajib tetap Tinggal 3.80 75.9 Baik

Rata-rata 3,55 71,47 Baik

Sumber: Data penelitian diolah.

Berdasarkan pada tabel 4.18 dapat dilihat hasil perhitungan skor secara

keseluruhan dari variabel Komitmen organisasional dengan dimensi Loyalitas,

Identifikasi dengan Tujuan, Nilai Personal, Keterlibatan Organisasional, Keterlibatan

Emosioanal, Kesadaran bila Meninggalkan Organisasi, Wajib tetap Tinggal,

memperoleh skor sebesar 3,55 atau 71,47% yang berada di antara interval 68,01-

84,00 masuk kategori Baik.

Hampir seluruh dimensi memperoleh skor baik, kecuali untuk dimensi

Identifikasi dengan Tujuan dan Keterlibatan Organisasional yang memperoleh skor

cukup. Artinya bahwa untuk kedua dimensi ini masih perlu diupayakan

peningkatannya yaitu melalui afiliasi yang bisa dilakukan dengan menambah

kemitraan yang lebih banyak bagi koperasi. Hal ini guna mendukung kegiatan

operasional koperasi yang bisa diisi dengan bentuk kerjasama dalam skope yang lebih

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

171

besar. Sedangkan untuk kerja keras dapat ditingkatkan dengan mendorong karyawan

ataupun pengurus untuk lebih aktif, sehingga mempunyai motivasi lebih besar untuk

dapat mengembangkan koperasi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Komitmen organisasional untuk koperasi di wilayah Jawa Barat secara umum

dinyatakan baik.

4.2.3 Analisis Deskriptif Keunggulan Bersaing

Untuk Keunggulan Bersaing dapat diukur melalui 3 (tiga) dimensi yaitu:

Strategi keunggulan biaya, Strategi berbasis differensiasi, Strategi fokus yang

kemudian dioperasionalisasikan menjadi 10 (sepuluh) indikator. Berikut gambaran

distribusi koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Strategi Keunggulan

Biaya yang diukur oleh 4 (empat) indikator seperti dinyatakan dalam tabel di bawah

ini.

Tabel 4.19

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Strategi Keunggulan Biaya

Indikator

Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1`

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Efisiensi Biaya 5 162 175 37 10 1282 3.30 65.9 Cukup

Efisiensi Proses

Produksi

6 167 126 79 11 1245 3.20 64.0 Cukup

Daya Tawar 25 119 205 36 4 1292 3.32 66.4 Cukup

Harga Rendah 0 140 207 41 1 1264 3.25 65.0 Cukup

Rata-rata Dimensi 65.3 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Berdasarkan pada tabel di atas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada dimensi strategi keunggulan biaya dengan cara efisiensi

biaya, diperoleh skor sebesar 65.9% termasuk kategori Cukup. Artinya dalam

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

172

melaksanakan tugasnya pengurus koperasi menciptakan efisiensi biaya pada aktivitas

operasional yang dilakukan.

Indikator pertama efisiensi biaya yang dilakukan oleh koperasi merupakan

serangkaian tindakan integratif untuk memproduksi dan menawarkan barang/jasa

pada biaya paling rendah terhadap para pesaing dengan ciri-ciri yang dapat diterima

oleh para pelanggan. Hal ini dilakukan oleh manajemen koperasi diperoleh skor

sebesar 65.9% masuk kategori cukup.

Indikator kedua, tindakan dari pengurus koperasi melakukan efisiensi proses

produksi memperoleh skor sebesar 64.0% termasuk kategori cukup, yang artinya bahwa

pengurus bertanggung jawab untuk melakukan efisiensi proses produksi dan layanan

produk bagi para pelanggan dan anggota koperasi dalam memenuhi kebutuhannya

sehari-hari.

Indikator ketiga pengurus koperasi melakukan daya tawar memperoleh skor

sebesar 66.4% termasuk kategori cukup, artinya bahwa pengurus bertanggung jawab

untuk melakukan daya tawar bagi para pelanggan dan anggota koperasi dalam

memenuhi kebutuhannya, misalnya konsumsi barang-barang kebutuhan pokok

koperasi mampu bersaing dalam mutu barang yang bagus untuk anggota serta

pelanggan koperasi.

Indikator keempat pengurus koperasi melakukan kebijakan harga jual produk

murah melalui tindakan penjualan dengan harga rendah. Hal ini dimaksudkan dalam

rangka menopang penjualan koperasi terhadap pelanggannya supaya mampu menghadapi

para pesaingnya yang sejenis. Untuk indikator ini diperoleh skor sebesar 65, 0% dengan

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

173

kategori cukup. Memperhatikan hal tersebut koperasi di wilayah Jawa Barat masih perlu

meningkatkan kemampuannya dalam mencapai keunggulan bersaing, karena koperasi

masih belum mempunyai strategi yang pasti dalam mencapai keunggulan bersaing.

Tabel 4.20

Distribusi Tanggapan Mengenai Dimensi Strategi Berbasis Differrensiasi

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata

rata

%

skor

Kate-

gori

Pengurus koperasi men

ciptakan keunikan pro-

duk yang ditawarkan

pada konsumen.

0 186 140 53 10 1280 3.29 65.8 Cukup

Pengurus koperasi me-

mberikan kecepatan

layanan .

2 192 122 53 20 1270 3.26 65.3 Cukup

Pengurus koperasi me-

mberikan layanan

secara on line.

0 142 166 68 13 1215 3.12 62.5 Cukup

Rata-rata 64.5 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah

Berdasarkan pada tabel di atas dinyatakan pengurus koperasi menciptakan

keunikan produk yang ditawarkan pada konsumen. ini sesuai dengan analisis

keunggulan bersaing yang menunjukkan perbedaan dan keunikan di antara para

pesaing, artinya pengurus mempunyai tanggung jawab untuk dapat menciptakan

perbedaan dan keunikan produk agar koperasi mampu bersaing terhadap para

pesaingnya. Untuk indikator pertama diperoleh skor sebesar 65,8% masuk kategori

cukup.

Untuk indikator kedua pengurus koperasi memberikan kecepatan layanan

mempunyai skor sebesar 65,3% masuk kategori cukup. Artinya bahwa Pengurus

bertanggung jawab dalam memberikan kecepatan layanan bagi para pelanggan dan

anggota koperasi dalam memenuhi kebutuhannya.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

174

Indikator ketiga pengurus koperasi memberikan layanan secara on line. Hal

ini sangat baik namun tidak semua koperasi yang ada dapat melakukan layanan

secara on line disebabkan adanya keterbatasan yang yang dimiliki oleh koperasi.

Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 62,5 % termasuk dalam kategori cukup.

Tabel 4.21.

Skor Distribusi Tanggapan Mengenai Dimensi Strategi Fokus

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

Skor

%

Skor

Kate-

gori

Pengurus memfokuskan pada

satu jenis produk atau serum-

pun produk pada usahanya.

1 177 151 45 15 1271 3.27 65.3 Cukup

Pengurus memfokuskan pada

segmen pasar sasaran

6 176 148 43 16 1280 3.29 65.8 Cukup

Pengurus menjaga keterse-

diaan barang dengan cermat

15 189 113 64 8 1306 3.36 67.1 Cukup

Rata-rata 66.1 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah

Berdasarkan tabel di atas, strategi fokus digunakan untuk membangun

keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Distribusi tang-

gapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Strategi Fokus diperoleh

nilai skor sebesar 66,1% masuk kategori Cukup.

Indikator pertama dalam melaksanakan tugasnya Pengurus koperasi

memfokuskan pada satu jenis produk atau serumpun produk pada usahanya untuk

melayani sebagian kecil segmen pasar. Hal ini sesuai untuk koperasi, karena melalui

strategi ini koperasi dapat memusatkan usahanya secara fokus. Usaha ini dilakukan

dengan mengenali secara detail pasar yang dituju dan menerapkan strateginya,

diperoleh skor sebesar 65,3% termasuk kategori cukup.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

175

Indikator kedua pengurus mempunyai tanggung jawab melayani sebagian

kecil segmen pasar dengan memperleh skor sebesar 65,8% masuk kategori Cukup.

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Pengurus koperasi memfokuskan pada segmen

pasar sasaran, hal ini sangat baik sehingga koperasi dapat fokus dalam melayani

para pelanggannya.

Pada indikator ketiga pengurus menjaga ketersedian barang dengan cermat agar

tidak mengecewakan pelangganya diperoleh skor sebesar 67.1% termasuk kategori

cukup. Jadi dengan demikian hasil secara keseluruhan dari dimensi Strategi Fokus

termasuk kategori cukup,

Selanjutnya dengan berdasarkan hasil penilaian dari setiap dimensi variabel

Keunggulan Bersaing maka dapat digambarkan kondisi keunggulan bersaing pada

koperasi di wilayah Jawa Barat melalui rekapitulasi skor dimensi variabel yang telah

diukur tersebut dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.22

Rekapitulasi Skor Distribusi Tanggapan Keunggulan Bersaing

No Dimensi Mean Skor % skor Kate-

gori

1 Strategi keunggulan biaya 3.27 65.3% Cukup

2 Strategi Berbasis differrensiasi 3.23 64.5% Cukup

3 Strategi Fokus 3.31 66.1% Cukup

Rata-rata Variabel 3.27 65.3% Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan skor rata-

rata, secara keseluruhan dari variabel Keunggulan Bersaing sebesar 3,27 atau 65,3%

berada di antara interval 52,01- 68,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

176

Keunggulan Bersaing koperasi di wilayah Jawa Barat secara umum masuk kategori

Cukup.

Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah pengurus, pengawas dan manajer

operasional untuk dapat ditingkatkan sehingga koperasi mampu bersaing, sebab di

posisi ini akan rawan bagi koperasi bila tidak berhati-hati maka dapat kalah bersaing

dengan perusahaan sejenis yang berada dalam satu wilayah, yang apabila

berkelanjutan dapat mengakibatkan kegagalan bagi koperasi untuk dapat bertahan.

4.2.4. Analisis Deskriptif Kinerja

Kinerja diukur melalui 4 (empat) dimensi yaitu: Perspektif keuangan,

Perspektif pelanggan, Perspektif proses bisnis internal, dan Perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan yang kemudian dioperasionalisasikan menjadi 14(empat belas)

indikator. Berikut ini gambaran distribusi koperasi untuk setiap butir pernyataan

pada dimensi Kinerja yang diukur dinyatakan masing-masing dalam tabel berikut.

Tabel 4.23

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Perspektif Keuangan

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-ra

ta skor

%

Skor

Kate-

gori

Likuiditas kemampuan koperasi dalam

meme

nuhi kewajiban dengan uang tunai yang

dimiliki

8 124 187 67 3 1234 3.17 63.4 Cukup

Kemampuan koperasi untuk membayar

selu-ruh kewajibannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang apabila

koperasi dibubarkan .

1 192 167 24 5 1327 3.41 68.2 Cukup

Kemampuan koperasi memperoleh profit. 2 232 96 53 6 1338 3.44 68.8 Baik

Manajemen memperha-tikan tingkat

pengemba-lian investasi koperasi.

3 207 151 21 7 1345 3.46 69.2 Baik

Rata-rata 67.4 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

177

Berdasarkan tabel di atas perspektif keuangan mempertahankan ukuran

finansial sebagai suatu ringkasan penting kinerja manajerial dan bisnis. Distribusi

tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Perspektif Keuangan

diperoleh nilai skor 67.4% termasuk kategori Cukup.

Indikator pertama dalam melaksanakan tugasnya manajemen memperhatikan

Likuiditas kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban dengan uang tunai yang

dimiliki. Hal ini berarti rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendek. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi membayar

kewajiban yang segera jatuh tempo. Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 63.4%

masuk kategori cukup.

Indikator kedua pengurus koperasi memperhatikan kemampuan koperasi

untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang

apabila koperasi dibubarkan (di likuidasi). Untuk hal ini diperoleh skor sebesar

68.2% termasuk kategori cukup.

Indikator ketiga pada pernyataan manajemen memperhatikan besarnya

kemampuan koperasi dalam memperoleh profit diperoleh skor sebesar 68.8% masuk

kategori cukup. Artinya hal ini bagi pengurus kemampuan untuk memperoleh laba

belum optimal, sehingga masih diperlukan upaya yang lebih besar dari manajemen

koperasi yaitu para pengurus dan manajer operasional untuk bekerja lebih giat lagi

sehingga mampu memperbesar pangsa pasarnya.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

178

Sedangkan untuk indikator ke empat Manajemen memperhatikan tingkat

pengembalian investasi koperasi diperoleh hasil sebesar 69.2%, termasuk kategori

baik, artinya pengurus sangat concern terhadap masalah investasi yang dilakukan

koperasi, walaupun koperasi memiliki keterbatasan dalam modal dan dana likuid

yang dimiliki koperasi tidak terlalu besar, namun semangat dari pengurus untuk

melakukan investasi yang bisa dijangkau dengan dana yang terbats tetap dilakukan.

Tabel 4.24.

Distribusi Tanggapan Dimensi Perspektif Pelanggan

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-

rata

%

Skor

Kate-

gori

Manajemen memperha-

tikan target pelanggan

terhadap jumlah transak-

si penjualan

10 183 154 36 6 1322 3.40 68.0 Baik

Manajemen memperha-

tikan peningkatan jum-

lah pelanggan yang kem-

bali bertransaksi terhadap

jumlah pelanggan

9 145 188 40 7 1276 3.28 65.6 Cukup

Manajemen memperha-

tikan pelanggan baru atau

total penjualan pada pe-

langgan baru.

0 166 187 27 9 1288 3.31 66.2 Cukup

Rata-rata 66.6 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Berdasarkan pada tabel di atas distribusi tanggapan koperasi untuk setiap

butir pernyataan dimensi Perspektif Pelanggan diperoleh skor sebesar 66.6% masuk

kategori Cukup.

Indikator pertama menyatakan dalam melaksanakan tugasnya manajemen

memperhatikan target pelanggan terhadap jumlah transaksi penjualan. Pengukuran

kinerja koperasi dapat diukur diantaranya dengan penjualan dan target pelanggan

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

179

yang ada sekarang. Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 68.0% termasuk kategori

baik.

Indikator kedua kinerja koperasi dapat dilihat dari manajemen

memperhatikan peningkatan jumlah pelanggan yang kembali bertransaksi terhadap

jumlah pelanggan. Manajemen koperasi memperhatikan persentase peningkatan

jumlah pelanggan yang setia dan tetap berbelanja pada koperasi, atau anggota

koperasi yang juga pelanggan utama koperasi tersebut. Untuk hal ini diperoleh skor

sebesar 65.6% termasuk dalam kategori cukup.

Pada indikator ketiga pernyataan manajemen koperasi memperhatikan

peningkatan pelanggan baru dan citra konsumen diperoleh skor sebesar 66.2%.

dengan kategori cukup. Artinya pengurus koperasi dan manajer harus dapat menarik

pelanggan baru dengan cara meningkatkan mutu produk, layanan yang lebih baik

sehingga memberikan nilai tambah buat pelanggan, yang dapat berdampak naiknya

target penjualan dengan menciptakan pelanggan baru.

Memperhatikan hasil secara keseluruhan dari dimensi perspektif pelanggan

ini dapat dikatakan bahwa untuk koperasi di wilayah Jawa Barat masuk dalam

kategori cukup.

Tabel 4.25

Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Proses Bisnis Internal

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-ra

ta Skor

%

skore

Kate-

gori

Manajemen memperhati-

kan semua prosedur yang

dibuat koperasi.

0 165 175 43 6 1277 3.28 65.7 Cukup

Pengurus menjamin kelan-

caran seluruh kebutuhan

1 161 190 35 2 1291 3.32 66.4 Cukup

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

180

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata-ra

ta Skor

%

skore

Kate-

gori

usaha secara tepat

Manajemen koperasi mem-

perhatikan mutu produk.

2 223 118 45 1 1347 3.46 69.3 Baik

Rata-rata 67.1 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah .

Berdasarkan tabel di atas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk

setiap butir pernyataan pada dimensi Proses Bisnis Internal diperoleh skor sebesar

67.1% masuk kategori Cukup. Untuk indikator pertama menyatakan bahwa dalam

melaksanakan tugasnya manajemen memperhatikan semua prosedur yang dilakukan

koperasi. Hal ini sesuai dengan tujuan yaitu untuk memenuhi harapan para

pelanggan, diperoleh skor sebesar 65.7% termasuk kategori cukup.

Pada indikator kedua pengurus menjamin kelancaran seluruh kebutuhan usaha

secara tepat waktu, untuk memberikan layanan yang baik dan kepuasan pada anggota

koperasi, 6diperoleh skor sebesar 66.4% kategori cukup .

Pada indikator ketiga dikemukakan pernyataan bahwa manajemen koperasi

memperhatikan mutu produk yang dihasilkan, ataupun mutu barang yang dijual ko-

perasi, diperoleh skor sebesar 69.3% dengan kategori cukup. Berdasarkan hal ter-

sebut dapat dinyatakan bahwa proses bisnis internal koperasi masih belum optimal.

Tabel 4.26.

Distribusi Tanggapan Dimensi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata2

Skor

%

Skore

Kate-

gori

Pengurus memperhati-

kan tingkat kemampuan

tenaga kerja.

9 191 146 41 2 1331 3.42 68.4 Baik

Pengurus memperhati-

kan tingkat kemampuan

sistem informasi .

10 217 117 45 0 1359 3.49 69.9 Baik

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

181

Indikator Skor

5

Skor

4

Skor

3

Skor

2

Skor

1

Total

Skor

Rata2

Skor

%

Skore

Kate-

gori

Pengurus memperhati-

kan tingkat motivasi

karyawan.

1 196 166 25 1 1338 3.44 68.8 Baik

Pengurus memperhati-

kan tingkat wewenang

dan kesejajaran manajer

0 193 167 28 1 1330 3.42 68.4 Baik

Rata-rata 68.8% Baik

Sumber: Data penelitian diolah .

Distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diperoleh skor sebesar 68.8% masuk ka-

tegori Baik. Indikator pertama, menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya

pengurus memperhatikan tingkat kemampuan tenaga kerja, yang mengungkapkan

perspektif ini dengan melakukan investasi dalam infrastruktur bagi para pekerja, sis-

tem dan prosedur jika ingin mencapai tujuan pertumbuhan jangka panjang yang baik.

Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 68.4% kategori baik.

Pada indikator kedua Pengurus menjamin bahwa tetap memperhatikan tingkat

kemampuan sistem informasi koperasi. Untuk hal ini telah diperoleh hasil sebesar

69.9% termasuk kategori baik. Indikator ketiga pernyataan pengurus memperhatikan

tingkat motivasi karyawan diperoleh skor sebesar 68.8% yang termasuk dalam

kategori baik. Artinya motivasi ini menjadi hal yang utama bagi karyawan dan

pengurus dalam menjalankan tugasnya memajukan koperasi dengan bekerja lebih

baik, menunjukkan disiplin yang tinggi dan jujur.

Adapun untuk indikator ke empat yaitu Pengurus memperhatikan tingkat

wewenang dan kesejajaran dari manajer koperasi diperoleh skor 68,4 % termasuk

kategori baik. Berdasarkan hasil penilaian dari setiap dimensi variabel Kinerja

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

182

selanjutnya dapat digambarkan kondisi kinerja pada koperasi di wilayah Jawa Barat

melalui rekapitulasi skor dimensi variabel yang diukur dinyatakan tabel di bawah.

Tabel 4.27.

Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi Tanggapan Kinerja No Dimensi Mean Skor % skor Kategori

1 Perspektif keuangan 3.37 67.4 Cukup

2 Perspektif pelanggan 3.33 66.6 Cukup

3 Proses Bisnis Internal 3.35 67.1 Cukup

4 Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran 3.44 68.9 Baik

Rata-rata Variabel 3.37 67.5 Cukup

Sumber: Data penelitian diolah.

Memperhatikan hasil diatas dapat dilihat bahwa perhitungan, skor rata- rata,

secara keseluruhan dari variabel Kinerja diperoleh nilai sebesar 3,37 atau 67,5% ,

yang berarti berada di antara interval 52,01 - 68,01 dan masuk dalam kategori

Cukup.

Dengan memperhatikan hasil yang telah diperoleh diatas, dapat dinyatakan

untuk mengoptimalkan kinerja koperasi dari kategori Cukup menjadi kinerja kategori

Baik, atau sangat Baik, masih perlu ada kerja keras lagi yang harus dilakukan oleh

jajaran manajemen koperasi yaitu meliputi unsur pengurus, pengawas dan manajer

operasional, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi semua pihak

terutama kepuasan para anggota koperasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kinerja koperasi secara umum berada pada

kategori cukup, namun masih mempunyai peluang untuk dapat meningkatkan kinerja

koperasi di wilayah Jawa Barat tersebut pada kategori yang lebih baik.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

183

4.2.5. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Berdasarkan pada uraian sebelumnya untuk variabel-variabel penelitian yang

telah diuraikan, bahwa perhitungan statistik deskriptif nilai rata-rata skor variabel

penelitian yaitu Budaya Organisasi, Komitmen organisasional , Keunggulan bersaing,

dan Kinerja untuk : mean, var, standar deviasi, Skewness, Kurtosis , skewness sqrt/

sqrt(6/N) dan kurtosis/sqrt (24), diperoleh hasil semua variabel adalah normal, maka

dapat dirangkum sebagaimana dinyatakan pada tabel 4.28 di bawah ini.

Tabel 4.28.

Deskriptif Nilai Rata-rata Skor Variabel Penelitian

Zskew Zkurt

Mean Var

Std.

Deviation Skewness Kurtosis

Skewness /

sqrt(6/N)

Kurtosis /

sqrt(24/N)

Normal/

Tidak Normal

Budaya

Organisasi 3.556 0.182 0.426 -0.372 -1.262 -2.9926 -5.0824 Normal

Komitmen

Organisasional 3.537 0.180 0.425 -0.842 0.532 -6.7764 2.1418 Normal

Keunggulan

Bersaing 3.266 0.306 0.553 -0.743 1.068 -5.9822 4.2998 Normal

Kinerja koperasi 3.547 0.203 0.451 -1.381 1.145 -11.1218 4.6114 Normal

Keterangan : Syarat data yang normal adalah nilai Zskew dan Zkurt > + 1,96 (signifikansi 0,05)

4.3 Pembahasan

4.3.1. Analisa Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional terhadap

Keunggulan Bersaing Dampaknya pada Kinerja.

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis mengunakan teknik analisis

Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui pengaruh Budaya organisasi

dan Komitmen organisasional terhadap Keunggulan Bersaing serta dampaknya pada

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

184

Kinerja koperasi di Wilayah Jawa Barat. Variabel penelitian terdiri atas 2 variabel

eksogen yaitu Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasional dan 2 variabel

endogen yaitu Keunggulan Bersaing dan Kinerja Koperasi. Dari hasil pengolahan

data menggunakan software LISREL diperoleh model struktural untuk full model

dinyatakan pada gambar dibawah ini :

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

185

Gambar. 4.6

Model Struktural Full Model

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

186

4.3.1. Analisis Model Pengukuran

Untuk menilai model pengukuran terhadap dimensi-dimensi yang membentuk

variabel laten dalam model penelitian dilakukan analisis faktor konfirmatori. Tujuan

dari Analisis Faktor konfirmantori adalah untuk menguji Unidimensionalitas dari

indikator pembentuk masing-masing variabel laten. Analisis Faktor Konfirmatori

(CFA) digunakan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari variabel

manifest atau indikator-indikator terhadap masing-masing konstruk latennya. Nilai

validitas dapat diketahui dari nilai t-statistik (t-value) dan muatan faktornya yang

dapat dilihat dari model t-value dan standardized solution. Sedangkan tingkat

reliabilitas dapat diketahui dengan menghitung construct reliability (CR) dan

Variance Extracted (VE).

Model Structural Equation Modeling (SEM) yang digunakan merupakan

model pendekatan dengan Second Order sehingga ada dua tahap model pengukuran

(Measurement Model) yaitu indikator terhadap dimensi dan dimensi terhadap

variabel.

1) Variabel Budaya Organisasi

Variabel Budaya Organisasi terdiri atas 9 dimensi dan 27 indikator sebagai

observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-dimensi

yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Budaya Organisasi, dapat

diperoleh dari nilai standardized loading factor dari masing-masing indikator pada

setiap dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap indikator yang signifikan

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

187

secara uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup baik

untuk terekstraksi membentuk variabel laten.

a) Model Pengukuran First Order

Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada

dimensi dalam membentuk variabel laten Budaya Organisasi.

Tabel 4.29

Hasil Loding Factor Model Pengukuran First Order Manifes

Variabel Budaya Organisasi

Dimensi

Manifes

Laten

Variabel

Loading

Factor thitung R

2 Eror

Variance VE CR

Kekeluargaan

(BO.1) X1.1 0,8086

n.a 0,6538 0,3462

0,576 0,802

X1.2 0,7014 13,7167 0,4919 0,5081

X1.3 0,7624 14,9831 0,5812 0,4188

Gaya Kep (BO.2) X1.4 0,7645 n.a 0,5845 0,4155 0,595 0,815

X1.5 0,7858 14,8118 0,6174 0,3826

X1.6 0,7627 14,4073 0,5817 0,4183

Kohesiv Kel (BO.3) X1.7 0,6102 n.a 0,3724 0,6276 0,507 0,753

X1.8 0,6925 10,5970 0,4795 0,5205

X1.9 0,8184 11,6592 0,6698 0,3302

Moral Kar (BO.4) X1.10 0,7221 n.a 0,5214 0,4786 0,509 0,757

X1.11 0,7042 12,0829 0,4959 0,5041

X1.12 0,7139 12,2189 0,5096 0,4904

Per.Prosedur (BO.5) X1.13 0,8734 n.a 0,7628 0,2372 0,485 0,731

X1.14 0,5639 11,0565 0,3180 0,6820

X1.15 0,6113 12,1223 0,3737 0,6263

Inovatif (BO.6) X1.16 0,8372 n.a 0,7008 0,2992 0,630 0,836

X1.17 0,7719 15,5714 0,5958 0,4042

X1.18 0,7708 15,5516 0,5942 0,4058

Ber.ke Depan

(BO.7) X1.19 0,7329

n.a 0,5372 0,4628

0,585 0,808

X1.20 0,7793 13,6092 0,6073 0,3927

X1.21 0,7809 13,6279 0,6097 0,3903

Kemandi.(BO.8) X1.22 0,6940 n.a 0,4816 0,5184 0,487 0,736

X1.23 0,8126 12,2236 0,6604 0,3396

X1.24 0,5635 9,5364 0,3175 0,6825

Control (BO.9) X1.25 0,7443 n.a 0,5541 0,4459 0,489 0,739

X1.26 0,7626 12,6338 0,5816 0,4184

X1.27 0,5750 10,0245 0,3306 0,6694

Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

188

Berdasarkan hasil pada tabel 4.29 di atas dapat dinyatakan setiap indikator

pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Budaya Organisasi menunjukkan

hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu nilai loading

factor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih besar dari 0,5

yaitu berkisar antara 0,5– 0,9. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa

indikator-indikator pembentuk variabel laten Budaya Organisasi telah menunjukkan

unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes yang

digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Budaya Organisasi

yang digunakan.

Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing dimensi

variabel laten Budaya Organisasi atas dimensi-dimensi pembentuknya menunjukkan

bahwa kesembilan dimensi menunjukkan sebagai suatu ukuran yang reliabel karena

semua dimensi memiliki Nilai Construct Reliability yang lebih besar dari 0,7. Hasil

pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing -masing dimensi

variabel laten Budaya Organisasi merupakan hasil ekstraksi yang cukup besar dari

indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-masing dimensi

variabel laten Budaya Organisasi lebih dari 0,4.

b).Model Pengukuran Second Order

Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Budaya

Organisasi seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

189

Tabel 4.30

Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes

Laten Variabel Budaya Organisasi

Dimensi Loading Faktor

thitung R2 Eror

Variance VE CR

BO1 0,8268 14.6616 0,6836 0,3164 0,636 0,940

BO2 0,8285 13.8841 0,6864 0,3136

BO3 0,8565 11.1546 0,7336 0,2664

BO4 0,8269 12.8266 0,6838 0,3162

BO5 0,8696 17.1789 0,7562 0,2438

BO6 0,6825 12.2922 0,4658 0,5342

BO7 0,7400 11.8906 0,5475 0,4525

BO8 0,7523 11.1125 0,5660 0,4340

BO9 0,7725 12.2359 0,5967 0,4033 Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Contruct Reliability ; VE = Variance Extracted

Hasil pada tabel 4.30 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi

variabel Budaya Organisasi sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5

yaitu berkisar antara 0,7– 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel

manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang

digunakan bermakna dalam mengukur variabel Budaya Organisasi yang digunakan.

Nilai Construct Reliability variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar 0,940 atau

di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Budaya Organisasi yang

terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang digunakan

pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.

Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel Budaya

Organisasi sebesar 0,636 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes yang telah

tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Budaya Organisasi) relatif

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

190

tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang terbentuk sudah tepat

dibangun dari indikatornya.

2). Variabel Laten Komitmen Organisasional

Variabel Komitmen Organisasional terdiri atas 7 dimensi dan 21 indikator

sebagai observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-

dimensi yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Komitmen

Organisasional, dapat diperoleh dari nilai standardized loading factor dari masing-

masing indikator pada setiap dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap

indikator yang signifikan secara uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa

dimensi tersebut cukup baik untuk terekstraksi membentuk variabel laten.

a).Model Pengukuran First Order

Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada

dimensi dalam membentuk variabel laten Komitmen Organisasional.

Tabel 4.31

Hasil Loading Factor Model Pengukuran First Order Manifes Laten

Variabel Komitmen Organisasional

Dimensi

Manifes

Laten

Variabel

Loading

Factor thitung R

2 Eror

Variance VE CR

Loyalitas (KO.1) X2.28 0,7799 n.a 0,6082 0,3918 0,533 0,773

X2.29 0,6485 11,3489 0,4205 0,5795

X2.30 0,7551 12,6417 0,5702 0,4298

Afiliasi (KO.2) X2.31 0,7002 n.a 0,4902 0,5098 0,549 0,785

X2.32 0,7697 13,2168 0,5924 0,4076

X2.33 0,7510 12,9583 0,5640 0,4360

Nilai &Tuj (KO.3) X2.34 0,6796 n.a 0,4618 0,5382 0,411 0,675

X2.35 0,6731 9,2493 0,4531 0,5469

X2.36 0,5641 8,3925 0,3183 0,6817

Kerja Ker(KO.4) X2.37 0,6183 n.a 0,3823 0,6177 0,475 0,729

X2.38 0,7079 10,7084 0,5011 0,4989

X2.39 0,7350 10,9664 0,5402 0,4598

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

191

Dimensi

Manifes

Laten

Variabel

Loading

Factor thitung R

2 Eror

Variance VE CR

K.Em Kar(KO.5) X2.40 0,6840 n.a 0,4679 0,5321 0,580 0,804

X2.41 0,7807 12,8985 0,6095 0,3905

X2.42 0,8133 13,2146 0,6615 0,3385

Biaya &R(KO.6) X2.43 0,6423 n.a 0,4126 0,5874 0,436 0,698

X2.44 0,6894 10,4728 0,4752 0,5248

X2.45 0,6473 10,0260 0,4190 0,5810

Tangg.Ja(KO.7) X2.46 0,7780 n.a 0,6053 0,3947 0,631 0,837

X2.47 0,7554 14,5298 0,5707 0,4293

X2.48 0,8470 15,8031 0,7175 0,2825

Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Berdasarkan hasil pada tabel 4.31 di atas dapat dinyatakan setiap indikator

pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Komitmen Organisasional

menunjukkan hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu

nilai loading factor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih

besar dari 0,5 yaitu berkisar antara 0,5– 0,9. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan

bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten Komitmen Organisasional telah

menunjukkan unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes

yang digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Komitmen

Organisasional yang digunakan.

Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing

dimensi variabel laten Komitmen Organisasional atas dimensi-dimensi

pembentuknya menunjukkan bahwa ketujuh dimensi menunjukkan sebagai suatu

ukuran yang reliabel karena semua dimensi memiliki nilai Construct Reliability yang

lebih besar dari 0,7. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa

masing -masing dimensi variabel laten Komitmen Organisasional merupakan hasil

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

192

ekstraksi yang cukup besar dari indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance

extract dari masing-masing dimensi variabel laten Komitmen Organisasional lebih

dari 0,4.

b). Model Pengukuran Second Order

Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Komitmen

Organisasional seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.32

Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes

Laten Variabel Komitmen Organisasional

Dimensi Loading

Factor thitung R

2 Eror

Variance VE CR

K Org1 0,6635 10.8361 0,4403 0,5597 0,618 0,863

K Org2 0,8934 13.3279 0,7982 0,2018

K Org 3 0,6631 9.3180 0,4397 0,5603

KOrg4 0,8899 11.4382 0,7919 0,2081

KOrg5 0,7883 11.7330 0,6214 0,3786

KOrg6 0,8578 11.4224 0,7358 0,2642

KOrg7 0,6849 11.5429 0,4692 0,5308 Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Hasil pada tabel 4.32 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi variabel

Komitmen Organisasional sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5 yaitu

berkisar antara 0,6 - 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel manifes

lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang digunakan

bermakna dalam mengukur variabel Komitmen Organisasional yang digunakan.

Nilai Construct Reliability variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar 0,836

atau di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Komitmen Organisasional

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

193

yang terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang

digunakan pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.

Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel

Komitmen Organisasional sebesar 0,618 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes

yang telah tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Komitmen

Organisasional) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang

terbentuk (laten variabel Komitmen Organisasional) sudah tepat dibangun dari

indikatornya.

2). Variabel Laten Keunggulan Bersaing

Variabel Keunggulan Bersaing terdiri atas 3 dimensi dan 10 indikator sebagai

observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-dimensi

yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Keunggulan Bersaing, dapat

diperoleh dari nilai standardized loading factor dari masing-masing indikator pada

setiap dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap indikator yang signifikan

secara uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup baik

untuk terekstraksi membentuk variabel laten.

a). Model Pengukuran First Order

Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada

dimensi dalam membentuk variabel laten Keunggulan Bersaing dinyatakan dalam

tabel di bawah ini.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

194

Tabel 4.33

Hasil Loading Factor Model Pengukuran First Order Manifes Laten

Variabel Keunggulan Bersaing

Dimensi

Manifes

Laten

Variabel

Loading

Factor thitung R

2 Eror

Variance VE CR

SBKB(KB.1) Y.49 0,7903 n.a 0,6246 0,3754 0,517 0,810

Y.50 0,7427 14,5593 0,5516 0,4484

Y.51 0,6556 12,7006 0,4298 0,5702

Y.52 0,6784 13,1878 0,4602 0,5398

SBD(KB .2) Y.53 0,7430 n.a 0,5520 0,4480 0,503 0,750

Y.54 0,7706 12,6728 0,5939 0,4061

Y.55 0,6018 10,4541 0,3621 0,6379

SFO(KB.3) Y.56 0,6322 n.a 0,3997 0,6003 0,515 0,760

Y.57 0,7461 11,3659 0,5566 0,4434

Y.58 0,7671 11,5555 0,5884 0,4116

Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Berdasarkan hasil pada tabel 4.33 di atas dapat dinyatakan setiap indikator

pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Keunggulan Bersaing

menunjukkan hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu

nilai loading faktor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih

besar dari 0,5 yaitu berkisar antara 0,6– 0,8. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan

bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten Keunggulan Bersaing telah

menunjukkan unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes

yang digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Keunggulan

Bersaing yang digunakan.

Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing

dimensi variabel laten Keunggulan Bersaing atas dimensi-dimensi pembentuknya

menunjukkan bahwa kesembilan dimensi menunjukkan sebagai suatu ukuran yang

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

195

reliabel karena semua dimensi memiliki nilai Construct Reliability yang lebih besar

dari 0,7. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing -

masing dimensi variabel laten Keunggulan Bersaing merupakan hasil ekstraksi yang

cukup besar dari indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-

masing dimensi variabel laten Keunggulan Bersaing lebih dari 0,5.

a). Model Pengukuran Second Order

Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Keunggulan

Bersaing seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.34

Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes

Laten Variabel Keunggulan Bersaing Dimensi Loading

Factor thitung R

2 Eror

Variance VE CR

KB1 0,8936 12.7980 0,7986 0,2014 0,732 0,891

KB2 0,7851 10.9060 0,6163 0,3837

KB3 0,8832 10.4651 0,7801 0,2199

Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Hasil pada tabel 4.34 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi

variabel Keunggulan Bersaing sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5

yaitu berkisar antara 0,7– 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel

manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang

digunakan bermakna dalam mengukur variabel Keunggulan Bersaing yang

digunakan.

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

196

Nilai Construct Reliability variabel Keunggulan Bersaing diperoleh sebesar

0,891 atau di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Keunggulan Bersaing

yang terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang

digunakan pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.

Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel Keunggulan

Bersaing sebesar 0,732 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes yang telah

tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Keunggulan Bersaing) relatif

tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang terbentuk (laten variabel

Keunggulan Bersaing) sudah tepat dibangun dari indikatornya.

2). Variabel Laten Kinerja Koperasi

Variabel Kinerja Koperasi terdiri atas 4 dimensi dan 13 indikator sebagai

observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-dimensi

yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Kinerja Koperasi, dapat diperoleh

dari nilai standardized loading factor dari masing-masing indikator pada setiap

dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap indikator yang signifikan secara

uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup baik untuk

terekstraksi membentuk variabel laten.

a). Model Pengukuran First Order

Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada

dimensi dalam membentuk variabel laten Kinerja Koperasi dinyatakan dalam tabel di

bawah ini.

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

197

Tabel 4.35

Hasil Loding Faktor Model Pengukuran First Order Manifes Laten

Variabel Kinerja Koperasi

Dimensi Manifes

Laten var Loading Faktor

thitung R2 Eror

Variance VE CR

Pers Kug (Z1.1) Z.59 0,6648 n.a 0,4420 0,5580 0,481 0,785

Z.60 0,6743 11,5994 0,4547 0,5453

Z.61 0,5906 10,3291 0,3488 0,6512

Z.62 0,8241 13,6178 0,6792 0,3208

Pers. Pel(Z1.2) Z.63 0,6817 n.a 0,4648 0,5352 0,358 0,623

Z.64 0,5748 9,1540 0,3304 0,6696

Z.65 0,5269 8,5143 0,2776 0,7224 PPB1(Z1.3) Z.66 0,6042 n.a 0,3651 0,6349 0,512 0,756

Z.67 0,7285 10,6116 0,5307 0,4693

Z.68 0,7992 11,0871 0,6388 0,3612 PPP(Z1.4) Z.69 0,8098 n.a 0,6557 0,3443 0,628 0,871

Z.70 0,8374 18,2283 0,7013 0,2987

Z.71 0,7536 15,9707 0,5679 0,4321

Z.72 0,7659 16,3005 0,5862 0,4138 Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Berdasarkan hasil pada tabel 4.35 di atas dapat dinyatakan setiap indikator

pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Kinerja Koperasi menunjukkan

hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu nilai loading

factor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih besar dari 0,5

yaitu berkisar antara 0,5– 0,9. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa

indikator-indikator pembentuk variabel laten Kinerja Koperasi telah menunjukkan

unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes yang

digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Komitmen

Organisasional yang digunakan.

Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing

dimensi variabel laten Kinerja Koperasi atas dimensi-dimensi pembentuknya

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

198

menunjukkan bahwa kesembilan dimensi menunjukkan sebagai suatu ukuran yang

reliabel karena semua dimensi memiliki nilai Construct Reliability yang lebih besar

dari 0,6. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing -

masing dimensi variabel laten Kinerja Koperasi merupakan hasil ekstraksi yang

cukup besar dari indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-

masing dimensi variabel laten Kinerja Koperasi lebih dari 0,3.

b). Model Pengukuran Second Order

Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Kinerja

Koperasi seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.36

Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes

Laten Variabel Kinerja Koperasi

Dimensi Loading Factor

thitung R2 Eror

Variance VE CR

KIN1 0,9381 9.8463 0,8800 0,1200 0,736 0,918 KIN2 0,8473 9.3859 0,7178 0,2822 KIN3 0,8009 8.5846 0,6414 0,3586 KIN4 0,8405 10.6637 0,7064 0,2936

Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8

Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted

Hasil pada tabel 4.36 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi

variabel Kinerja Koperasi sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5 yaitu

berkisar antara 0,8– 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel manifes

lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang digunakan

bermakna dalam mengukur variabel Kinerja Koperasi yang digunakan.

Nilai Construct Reliability variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar 0,918

atau di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Kinerja Koperasi yang

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

199

terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang digunakan

pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.

Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel Kinerja

Koperasi sebesar 0,736 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes yang telah

tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Kinerja Koperasi) relatif

tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang terbentuk (laten variabel

Kinerja Koperasi) sudah tepat dibangun dari indikatornya.

5. Analisis Hasil Goodness-of-Fit (Pengujian Model)

Uji terhadap kelayakan full model SEM dilihat dari hasil penilaian Goodness-of-

Fit yang dinilai dari beberapa ukuran kesesuaian model. Penilaian model SEM yang

terbentuk dilihat dari ukuran goodness of fit diringkas sebagaimana dalam tabel berikut

Tabel 4.37

Hasil Goodness of fit Dari Model Penelitian

Goodness of Fit

Indeks (GFI) Nilai Cut-off Hasil Komputasi Evaluasi Model

Chi-Square DF = 2455;

=2571,38

3956,4261 Kurang Fit (Marginal)

Probalibilitas

(signifikansi) ≥ 0,05 0,0000 Fit (Baik)

CMIN/DF ≤ 2 1,616 Fit (Baik)

RMSEA < 0,05 0,041 Fit (Baik)

GFI > 0.90 0,7744 Marginal

AGFI > 0.90 0,7585 Marginal

Sumber : Hasil Perhitungan Output Lisrel 8.8

Keterangan *M = Model ; *S = Saturated

Hasil goodness of fit pada tabel 4.37 menunjukkan model dilihat dari nilai chi-

square yang merupakan ukuran kecocokan parsimoni (parsimonious/adjusted fit

measures), yaitu ukuran kecocokan yang mempertimbangkan banyaknya koefisien

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

200

didalam model masih kurang baik memenuhi ukuran kesesuaian model. (Nilai chi-

square sebesar 3956.4261 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05). Model

penelitian memiliki nilai CMIN/df sebesar 1,616. Nilai CMIN/df kurang dari 2

menunjukkan model masih dapat diterima. RMSEA model sebesar 0,041

menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik karena kurang dari 0,05. Dari kedua

penilaian tersebut terlihat model yang diajukan dalam penelitian ini secara

keseluruhan memiliki ukuran goodness of fit yang mengindikasikan model dapat

diterima.

4.3.1 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Keunggulan Bersaing

Uji Hipotesis 1

Budaya Organisasi dihipotesiskan mempengaruhi Keunggulan Bersaing. Untuk

menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai

berikut:

Ho.γ11 = 0 : Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing

H1.γ11 ≠ 0 : Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing

Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Budaya Organisasi

terhadap Keunggulan Bersaing dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.38 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Keunggulan Bersaing

Hipotesis Koefisien

Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan

Budaya Organisa-

si berpengaruh ter-

hadap Keunggulan

Bersaing

0,4729 7,1335 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

201

Hasil perhitungan nilai thitung untuk Budaya Organisasi diperoleh sebesar

7,1335. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih

besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 7,1335 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk

menlak H0. Artinya bahwa dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa budaya

organisasi mempengaruhi terhadap keunggulan bersaing koperasi.

Besar pengaruh Budaya Organisasi secara parsial dapat dihitung sebagai berikut:

Besarnya pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Keunggulan

Bersaing adalah (0,4729 ×0,4729 ×100%) = 22,37%. Jadi Budaya Organisasi

memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang

diperhatikan sebesar = 22,37% terhadap Keunggulan Bersaing.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh

terhadap keunggulan bersaing sebesar 0,2237. Nilai koefisien tersebut

menunjukkan bahwa sebesar 22,37% keunggulan bersaing dipengaruhi oleh

budaya organisasi yang terdapat pada koperasi masing-masing.

Budaya organisasi di sisi lain juga memperkuat semangat kreativitas dan

inovasi dalam penciptaan nilai dan mengarah pada perubahan iklim yang baik yang

selanjutnya berdampak kepada keunggulan bersaing organisasi. Terkait dengan

karakteristik budaya organisasi menunjukkan bahwa budaya perusahaan yang positif

memberikan lingkungan kerja yang baik sehingga berdampak kepada kepuasan yang

selanjutnya kepuasan merupakan motivator sehingga karyawan koperasi bertanggung

jawab untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi yaitu koperasi, hal

ini adalah sesuai dengan teori dari Alfeis (2008:44).

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

202

Berdasarkan pada pandangan budaya organisasi sebagai sistem yang

menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada di setiap organisasi serta kultur

organisasi yang dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat

nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut maka akan berdampak positif

bagi keunggulan bersaing pada koperasi yang bersangkutan, khususnya pada

koperasi di wilayah Jawa Barat.

4.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Keunggulan Bersaing

Uji Hipotesis 2

Komitmen organisasional di hipotesiskan mempengaruhi Keunggulan Bersaing.

Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan

sebagai berikut:

Ho.γ12 = 0: Komitmen organisasional tidak berpengaruh terhadap Keunggulan

Bersaing

H1.γ12≠ 0:Komitmen organisasional berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing

Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Komitmen

organisasional terhadap Keunggulan Bersaing dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.39 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Komitmen

Organisasional Terhadap Keunggulan Bersaing

Hipotesis Koefisien

Jalur t hitung t kritis

Kepu-

tusan Keterangan

Komitmen organisasional ber-

pengaruh terhadap Keunggulan

Bersaing

0,3734 5,820 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan (diolah)

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

203

Hasil perhitungan nilai t hitung untuk Komitmen organisasional adalah sebesar

5,820. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung

lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 5,820 > 1,96), maka dapat dinyatakan untuk

menolak H0.

Besarnya pengaruh langsung komitmen organisasional terhadap keunggulan bersaing

adalah (0,3734 × 0,3734 ×100%) = 13,94%. Jadi Komitmen organisasional

memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang

diperhatikan sebesar 13,94% terhadap Keunggulan Bersaing.

Mengingat arti pentingnya komitmen organisasional pada umumnya dan

koperasi pada khususnya, maka yang penting bagi koperasi yaitu untuk

mengembangkan komitmen organisasional bagi para anggotanya. Penelitian

Yuchun,Zheng Xiyan,Wenan,XiaoXia (2010), menyatakan Komitmen tim dan

komitmen individu berkorelasi positif dengan keunggulan bersaing koperasi.

Pengaruh tidak langsung dari kepercayaan tim pada kinerja koperasi dimediasi oleh

komitmen berhubungan secara signifikan dan lebih besar daripada efek langsungnya.

Jadi berdasarkan pada hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa Komitmen

Organisasional berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing pada koperasi.

Keadaan ini akan sangat mendukung koperasi apabila mengembangkan

kebijakan-kebijakan yang berpihak pada anggotanya, sehingga ini mudah untuk

menimbulkan simpati dari para anggota, untuk memiliki komitmen tinggi terhadap

koperasi. Dampaknya anggota koperasi bersedia untuk tetap tinggal dan

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

204

mendukung pada perkembangan usaha koperasi. Hal ini mengindikasikan bahwa,

apabila komitmen organisasional kuat akan menyebabkan keunggulan bersaing juga

kuat. Kekuatan dari keunggulan bersaing tersebut akan memberikan pengaruh

terhadap koperasi sehingga menjadi tangguh dalam persaingan. Hasil pengujian

yang dilakukan menunjukkan bahwa Komitmen organisasionalonal berpengaruh

terhadap Keunggulan Bersaing koperasi di wilayah Jawa Barat.

4.3.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Koperasi

Uji hipotesis 3

Budaya Organisasi di hipotesiskan mempengaruhi Kinerja koperasi. Untuk

menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai

berikut:

Ho.γ21=0: Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

H1.γ21 ≠ 0 : Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Budaya

Organisasi terhadap Kinerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.40

Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Hipotesis Koefisien Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan

Budaya Organisasi

berpengaruh terhadap

Kinerja Koperasi

0,3900 6,2401 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)

Hasil perhitungan nilai thitung untuk Budaya Organisasi sebesar 6,2401. Nilai

statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis

= 1,96. (thitung = 6,2401 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0.

Besarnya pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Kinerja Koperasi adalah

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

205

sebesar 15,21%. Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Budaya

Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

dan berapa besar pengaruh Budaya Organisasi tersebut secara parsial dapat dihitung

sebagai berikut:

Besarnya pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Kinerja Koperasi

adalah (0,3900×0,3900×100%) = 15,21%. Jadi Budaya Organisasi memberikan

pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang diperhatikan

sebesar = 15,21% terhadap Kinerja Koperasi.

Hasil pengujian hipotesis penelitian berdasarkan nilai t setiap hubungan kausalitas

dari hasil pengolahan SEM dapat dijelaskan sebagaimana hasil pada tabel berikut:

Tabel 4.41 Hasil Uji Signifikansi X1 - Z

Variabel Koefisien engaruh t-itung t-kritis Kesimpulan

Budaya Organisasi terhadap

Kinerja Koperasi. 0,3900 6,2401 1,96

Terdapat pengaruh

yang signifikan

Sumber: Data hasil penelitian diolah .

Jadi berdasarkan pada hasil perhitungan tabel diatas , dan dari hasil penelitian

dapat dinyatakan bahwa Budaya organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

sebesar 15,21%.

4.3.4 Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Koperasi

Uji hipotesis 4

Komitmen organisasional di hipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi. Untuk

menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai

berikut:

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

206

Ho.γ21=0: Komitmen organisasional tidak berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

H1.γ21 ≠ 0 : Komitmen organisasional berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.

Besar pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja

Besar pengaruh Komitmen organisasional secara parsial dapat dihitung sebagai

berikut: Besarnya pengaruh langsung Komitmen organisasional terhadap Kinerja

Koperasi adalah (0,2597×0,2597×100%) = 6,75%. Jadi Komitmen organisasional

memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang

diperhatikan sebesar 6,75% terhadap Kinerja Koperasi.

Tabel 4.42 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Komitmen

Organisasional Terhadap Kinerja

Hipotesis Koefisien

Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan

Komitmen Organisa-

sional terhadap Kinerja

Koperasi

0,2597 4,6827 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Data hasil penelitian diolah.

Hasil perhitungan nilai thitung untuk Komitmen organisasional sebesar 4,6827. Nilai

statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari

tkritis = 1,96. (thitung = 4,6827 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk menolak

H0. Besarnya pengaruh langsung terhadap Kinerja Koperasi adalah sebesar

(0,2597×0,2597×100%) = 6,75 %. Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan

bahwa Komitmen organisasional berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.

Jadi Komitmen Organisasional memberikan pengaruh secara langsung jika

tidak ada variabel lainnya yang diperhatikan sebesar = 6,75 %. terhadap Kinerja

Koperasi. Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Komitmen

organisasional terhadap Kinerja Koperasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

207

Tabel 4. 43 Hasil Uji Signifikansi X2- Z

Variabel Koefisien

Pengaruh t-hitung t-kritis Kesimpulan

Komitmen organisasional terha-

dap Kinerja Koperasi 0,2597 4,6827 1,96

Terdapat penga-

ruh yang signi-

fikan.

Sumber: Data hasil penelitian diolah.

Berdasarkan pada hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya maka

dapat diketahui besarnya koefisien-koefisien jalur standardized untuk model struktural

pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen organisasional terhadap Kinerja Koperasi

yang diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.7

Model Struktural Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional

Terhadap Kinerja Koperasi

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

208

4.3.5. Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Koperasi

Uji hipotesis 5

Keunggulan Bersaing dihipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi. Untuk

menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai

berikut:

Ho .β21 = 0 : Keunggulan Bersaing tidak berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

H1. Β21 ≠ 0 : Keunggulan Bersaing berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis Keunggulan Bersaing

terhadap Kinerja Koperasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.44

Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja

Hipotesis Koefisien

Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan

Keunggulan Bersaing berpe-

ngaruh terhadap Kinerja 0,3768 5,0058 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Data hasil penelitian diolah.

Hasil perhitungan nilai thitung untuk Keunggulan Bersaing sebesar 5,0058.

Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar

dari tkritis = 1,96. (thitung = 5,0058 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk

menolak H0.

Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Keunggulan Bersaing

berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.

Besar pengaruh Keunggulan Bersaing (1) terhadap Kinerja

Besar pengaruh Keunggulan Bersaing (1) terhadap Kinerja Koperasi (2)

diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien jalur Keunggulan Bersaing (β21) sebesar

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

209

0,3768. Berdasarkan data tersebut besar pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap

Kinerja Koperasi sebesar = 0,3768 0,3768= 0,1420 atau 14,20%. Jadi besarnya

pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Koperasi adalah sebesar 14,20%.

Dari hasil perhitungan untuk hipotesis pengaruh Keunggulan Bersaing

terhadap Kinerja Koperasi dapat diperoleh Koefisien pengaruh Keunggulan Bersaing

(1) terhadap Kinerja Koperasi (2) sebesar 0,3768 dengan nilai t-hitung untuk uji

statistik sebesar 5,0058. Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa

Keunggulan Bersaing berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.

Hasil perhitungan koefisien jalur standardized untuk model struktural

pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Koperasi diperlihatkan dalam

gambar berikut:

Gambar 4.8. Hasil Model Struktural Pengaruh Keunggulan

Bersaing Terhadap Kinerja

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

210

4.3.6. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Koperasi melalui

Keunggulan Bersaing

Uji hipotesis 6

Budaya organisasi dihipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi melalui

Keunggulan Bersaing. Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai

berikut:

Ho.γ11× β21 = 0: Budaya organisasi melalui Keunggulan Bersaing tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Koperasi

H1. γ11×β21 ≠ 0 : Budaya organisasi melalui Keunggulan Bersaing berpengaruh

terhadap Kinerja Koperasi

Statistik uji yang digunakan uji t Sobel adalah (Ghozali, 2009:228)

ab

abt

S

Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for the

Significance of Mediation Calculator. Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian

pengaruh Budaya organisasi terhadap Kinerja Koperasi melalui Keunggulan Bersaing

dirangkum dan dinyatakan pada tabel berikut :

Tabel 4.45

Uji Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Koperasi melalui Keunggulan Bersaing

Hipotesis Besar

Pengaruh thitung

p tkritis Keputusan Keterangan

γ11× β21 = 0 0,1782 4,097162 0,00004 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

211

Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Budaya organisasi diperoleh

sebesar 4,0972. Nilai statistik uji t yang diperoleh yaitu thitung lebih besar dari tkritis =

1,96. (thitung = 2,2369 >1,96) berada didaerah tolak H0 dan nilai signifikansi (p) =

0,00004 < 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak H0. Jadi dapat disimpulkan

hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Budaya Organisasi berpengaruh

terhadap Kinerja Koperasi melalui Keunggulan Bersaing.

Besarnya pengaruh Budaya organisasi terhadap Kinerja Koperasi melalui

Keunggulan Bersaing diperoleh dengan mengalikan pengaruh Budaya organisasi

terhadap Keunggulan Bersaing dengan koefisien pengaruh Keunggulan Bersaing

terhadap Kinerja Koperasi diperoleh sebesar (0,4729×0,3768×100%) = 17,82%

(0,1782). Jadi Budaya organisasi memberikan pengaruh melalui Keunggulan

Bersaing terhadap Kinerja Koperasi secara tidak langsung sebesar 17,82%.

Gambar 4. 9

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja melalui

Keunggulan Bersaing

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

212

4.3.7. Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Koperasi

melalui Keunggulan Bersaing

Uji hipotesis 7

Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Koperasi melalui

Keunggulan Bersaing diperoleh dengan mengkalikan pengaruh Komitmen

Organisasional terhadap Keunggulan Bersaing dengan koefisien pengaruh

Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Koperasi.

Komitmen Organisasional dihipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi melalui

Keunggulan Bersaing. Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai

berikut:

Ho.γ12× β21 = 0 : Komitmen Organisasional melalui Keunggulan Bersaing tidak

berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

H1. γ12×β21 ≠ 0 : Komitmen Organisasional melalui Keunggulan Bersaing

berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi

Statistik uji yang digunakan uji t sobel adalah

ab

abt

S

Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for the

Significance of Mediation Calculator. Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian

pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja koperasi melalui keunggulan

bersaing dirangkum pada tabel berikut :

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

213

Tabel 4.46 Uji Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja

melalui Keunggulan Bersaing

Hipotesis Besar

Pengaruh thitung

p tkritis Keputusan Keterangan

γ12× β21 = 0 0,1407 3,794869 0,000147 1,96 H0 ditolak Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan

Nilai statistik uji t yang diperoleh yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96.

(thitung = 3,794869 >1,96) berada didaerah tolak H0 dan nilai signifkansi (p) =

0,000147 < 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak H0. Jadi dapat disimpulkan

hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Komitmen Organisasional berpengaruh

terhadap Kinerja Koperasi melalui Keunggulan Bersaing.

Besarnya pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja koperasi

melalui keunggulan bersaing diperoleh sebesar( 0,3734×0,3768×100%) = 14,07%

(0,1407). Jadi komitmen organisasional melalui keunggulan bersaing memberikan

pengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja koperasi sebesar 14,07%.

Gambar 4.10 Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja

Koperasi melalui Keunggulan Bersaing

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

214

4.2.8 Temuan Penelitian (Novelty)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang sudah dilakukan maka diperoleh

temuan penelitian sebagai rujukan dalam melakukan pemecahan masalah bagi

pengembangan koperasi di Jawa Barat, dinyatakan dalam gambar di bawah ini.

Budaya

Organisasi

Keunggulan

Bersaing

Gambar 4.11. Model Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, telah mengungkapkan bahwa

keunggulan bersaing dipengaruhi oleh budaya organisasi dan komitmen

organisasional, sedangkan kinerja dipengaruhi oleh keunggulan bersaing.

Keunggulan bersaing akan semakin tinggi bila budaya organisasi semakin baik.

Penerapan biaya rendah menjadi kekuatan bagi keunggulan bersaing, serta kinerja

juga dipengaruhi oleh komitmen organisasional dan budaya organisasi..

Komitmen

Organisasional

Kinerja Koperasi

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

215

Berdasarkan hasil model temuan penelitian di atas serta dengan

membandingkan pada penelitian terdahulu, maka didapatkan keterbaruan (novelty)

dalam manajemen strategi yaitu :

“Peningkatan Kinerja Koperasi di Wilayah Jawa Barat” yang berkaitan dengan

upaya-upaya meningkatkan kinerja koperasi, khususnya mencakup koperasi primer

di Jawa Barat yaitu mencakup:

1) Penelitian sebelumnya tidak secara spesifik melakukan pengujian terhadap

koperasi primer dengan menggunakan variabel yaitu budaya organisasi, komitmen

organisasi , keunggulan bersaing dan kinerja.

2) Dalam penelitian tentang kinerja koperasi menggunakan pengukuran balanced

scorecard terhadap banyak koperasi , biasanya hanya pada satu koperasi.

3) Dalam penelitian terdahulu posisi variabel keunggulan bersaing sebagai variabel

dependen, namun dalam penelitian ini sebagai variabel intervening.

4.3. Pemecahan Masalah

4.3.1. Perumusan Tujuan

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, dapat ditujukan untuk menyusun dan

merumuskan pemecahan masalah dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan

keunggulan bersaing melalui budaya organisasi dan komitmen organisasional untuk

meningkatkan kinerja koperasi di wilayah Jawa Barat. Untuk itu maka pemecahan

masalah dibagi dalam dua aspek utama yang

meliputi :

1). Pemetaan Strategi Koperasi di Wilayah Jawa Barat

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

216

2). Perumusan strategi operasional koperasi di wilayah Jawa Barat.

4.3.2 Pemetaan Strategi

Pemetaan strategi disusun berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam rangka

mencapai tujuan pmecahan masalah. Pemetaan strategi dimulai dari penentuan

variabel solusi dimana variabel solusi yang diperoleh dengan memperhatikan hasil uji

hipotesisyang menerangkan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian.

Kemudian proses dilanjutkan dengan menyusun operasionalisasi variabel solusi

untuk memperkuat saran yang disampaikan.

(1). Peta Peningkatan Keunggulan Bersaing

Dari hasil tersebut maka dapat disusun peta peningkatan keunggulan bersaing

yang terkait dengan budaya organisasi maupun komitmen organisasional. Untuk hal

tersebut dinyatakan dalam gambar dibawah ini.

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

217

Kekeluargaan

Kohesivitas Kelompok

Moral Karyawan

Peraturan &Prosedur

Inovatif

Berpandangan ke Depan

Mandiri

Pengawasan

Loyalitas

Identifikasi

Tujuan Organisasi

Nilai Personal

Keterlibatan Organisasi

Keinginan Emosional

Kesadaran tetap Tinggal

Gambar 4.12. Peta Peningkatan Keunggulan Bersaing

Berdasarkan pada gambar peta peningkatan keunggulan bersaing dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Kohesivitas

ggg

Peraturan &Prosedur

Keunggulan Bersaing

Keinginan Emosional

Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan

Komitmen Organisasional

Budaya Organisasi

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

218

1). Budaya organisasi memiiliki pengaruh yang lebih dominan sebesar 22,37%

terhadap keunggulan bersaing. Dari sembilan dimensi pembentuk variabel Budaya

organisasi ada dua dimensi yang paling berpengaruh dominan yaitu Berpandangan ke

depan dan Kemandirian. Untuk berpandangan ke depan bagi pengurus hal ini

merupakan tantangan tersendiri yang harus dilakukan guna pengembangan koperasi,

contohnya dalam penggunaan teknologi informasi , yang meliputi penggunaan

sistem dan komputer dalam mendukung kegiatan koperasi. Layanan on line dan

ini dilakukan koperasi guna mengimbangi para pesaingnya dalam hal layanan ,

termasuk pula mutu produk barang yang diproduksi oleh koperasi atau barang yang

dijual oleh koperasi.

Untuk Kemandirian disini diartikan dengan koperasi bebas dari pengaruh atau

tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme koperasi. Contohnya dalam

pengadaan barang atau dana , pengurus mempunyai kebebasan untuk memilih

pemasok barang dagangan, atau lainnya tanpa harus tergantung pada salah satu

pemasok (supplier barang), sehingga dengan demikian koperasi bisa memilih barang

yang bagus dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan pesaingnya.

Untuk masalah keuangan koperasi juga diharapkan mempunyai kemandirian dari segi

dana, yang dihimpun dari anggota ataupun dari luar anggota. Pengaturan penerimaan

dana dan pengeluarannya diatur sendiri oleh manajemen koperasi tanpa campur

tangan pihak luar, pengawas koperasi diaktifkan perannya, sehingga dapat memenuhi

sesuai ketentuan koperasi, manajemen koperasi selalu berpikir dinamis dalam

pengelolaan usahanya. Hal ini memberikan indikasi bahwa manajemen koperasi yaitu

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

219

pengurus dan manajer operasional mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat

mengembangkan koperasi.

2). Upaya untuk meningkatkan keunggulan Bersaing juga dapat dilakukan melalui

Komitmen organisasional yang dalam hal ini adalah Loyalitas dan Wajib tetap

tinggal bekerja pada koperasi . Untuk loyalitas lebih kepada kesetiaan karyawan pada

koperasi, yang dinyatakan dengan mendukung terhadap suksesnya program koperasi.

Pada koperasi hal ini ditunjukkan oleh kesetiaan karyawan dalam kerja lembur

menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas. Contohnya pada koperasi serba usaha yang

memiliki banyak unit kegiatan dan koperasi produksi.

Pengurus memusatkan perhatian pada keterlibatan karyawan dalam kegiatan

koperasi, sehingga karyawan merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan pada

koperasi, dan mampu menjaga kontinuitas kegiatan koperasi, dan pengurus merasa

berkewajiban menjaga keberadaan karyawan tersebut pada koperasi.

(2).Peta Peningkatan Kinerja Koperasi

Meujuk pada hasil uji hipotesis sebelumnya maka variabel solusi berikutnya adalah

Kinerja Koperasi, dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4.13. Peta Peningkatan Kinerja Koperasi

Biaya rendah

Strategi Fokus

Diferensiasi Kinerja Koperasi Keunggulan

Bersaing

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

220

Berdasarkan pada gambar peta peningkatan kinerja koperasi dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1). Keunggulan bersaing memiliki pengaruh dominan sebesar 14,20% terhadap

kinerja koperasi. Dimensi yang paling dominan dalam membentuk keunggulan

bersaing adalah strategi fokus. Sedangkan dimensi strategi keunggulan biaya

memberikan pengaruh yang cukup dominan terhadap variabel keunggulan bersaing.

2). Peningkatan kinerja koperasi juga dapat dilakukan dengan meningkatkan

pengaruh budaya organisasi karena memiliki pengaruh sebesar terhadap kinerja

koperasi di wilayah Jawa Barat.

4.3.4 Operasionalisasi Strategi

Manajemen koperasi sangat membutuhkan operasionalisasi strategi untuk

dijadikan guideline dalam pengembangan dan peningkatan kinerja koperasi.

Berdasarkan pemetaan di atas, maka dapat ditentukan bahwa variabel yang dapat

dikendalikan dan merupakan variabel kebijakan adalah variabel budaya organisasi

dan keunggulan bersaing. Operasionalisasi strategi disusun berdasarkan atas peta

strategi dengan mempertimbangkan aspek daya tanggap pihak manajemen koperasi

terhadap kinerja koperasi serta perbaikan terhadap beberapa variabel lainnya seperti

komitmen organisasional. Strategi operasionalisasi tersebut meliputi:

1). Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Komitmen Organisasional

Koperasi di wilayah Jawa Barat.

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

221

Strategi operasional dalam meningkatkan Komitmen Organisasional Koperasi

di wilayah Jawa Barat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.47 Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Komitmen

Organisasional Koperasi di wilayah Jawa Barat

Dimensi Langkah Operasional

Loyalitas Mempertahankan karyawan tetap bekerja pada koperasi

Mempertahankan karyawan tetap mau bekerja lembur

pada koperasi

Mempertahankan karyawan tetap setia pada koperasi

Wajib tetap tinggal Peningkatan perhatian pada karyawan bekerja pada

koperasi

Peningkatan perhatian pada tanggung jawab moral.

Peningkatan Karyawan bertahan dalam koperasi

Nilai personal Peningkatan unsur pertimbangan dalam pelaksanaan

tugas

Pemberian gagasan yang teguh untuk kepentingan

organisasi

Penetapan target yang harus dicapai karyawan

Keinginan secara emosional Perhatian pada biaya yang dikeluarkan karyawan

pindah kerja

Perhatian pada resiko yang ditanggung karyawan keluar

Perhatian pada kontinuitas dari pekerjaan yang

ditinggalkan

Kesadaran bila meninggalkan

organisasi

Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi

kekurangan sumber daya manusia koperasi.

Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi masalah

Karyawan bisa mengatasi masalah kerja secara mandiri

Hasil uraian di atas menunjukkan langkah-langkah operasional dalam

meningkatkan kemampuan manajemen koperasi dalam upaya meningkatkan

komitmen organisasional koperasi di wilayah Jawa Barat. Adapun langkah-langkah

tersebut di susun berdasarkan hasil pengujian dimensi yang memiliki nilai yang

paling tinggi hingga yang paling rendah, serta mengkombinasikan dengan observasi

di lapangan.

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

222

2) Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Budaya Organisasi Koperasi di

Wilayah Jawa Barat.

Strategi operasional dalam meningkatkan budaya organisasi dapat digambarkan pada

tabel berikut ini.

Tabel 4.48 Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Budaya

Organisasi Koperasi di wilayah Jawa Barat

Dimensi Langkah Operasional

Berpandangan ke depan Mengevaluasi hasil dan meningkatkan kompetensi karyawan

Mengevaluasi hasil dan meningkatkan kompetensi dapat

mengikuti trend usaha yang terjadi

Manajemen koperasi berusaha menggunakan layanan

berbasis teknologi

Kemandirian Meningkatkan kemampuan untuk selalu berinisiatif dalam

segala hal.

Meningkatkan kemampuan untuk pengerjaan tugas yang

dipertanggungjawabkan

Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi rintangan yang

dihadapi

Kekeluargaan Meningkatkan kemampuan pemilihan pengurus secara

obyektif.

Meningkatkan pendidikan pengurus dan manajer

Meningkatkan kompetensi pengurus, pengawas dan manajer

Kohesivitas Kelompok Peningkatan arahan agar tidak terdapat konflik dalam

bekerja

Peningkatan dalam melakukan pekerjaan saling berinteraksi

pada tugas

Peningkatan dalam kelompok saling membantu mencapai

tujuan

Gaya Kepemimpinan Peningkatan pembinaan karyawan dalam melakukan

pekerjaan

Peningkatan pemberian motivasi karyawan dalam melaku-

kan pekerjaan

Peningkatan arahan agar tidak terdapat konflik dalam

bekerja

Control (Pengawasan) Peningkatan perhatian mencegah dan mendeteksi penggelapan

dan melindungi sumber daya organisasi

Peningkatan peran Pengawas melakukan pemeriksaan dan

penilaian atas pelaksanaan kebijakan dari pengurus

Peningkatan peran Pengurus melakukan pengawasan sistem

informasi akuntansi dan keuangan lainnya

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

223

Dimensi Langkah Operasional

Moral Karyawan Peningkatan perhatian terhadap moral karyawan dalam

pelaksanaan tugasnya.

Peningkatan dalam mencapai kemajuan organisasi

Peningkatan semangat karyawan dalam pelaksanaan

tugasnya

Penjelasan tersebut diatas merupakan langkah-langkah operasional dalam

meningkatkan kemampuan manajemen koperasi untuk memelihara budaya organisasi

yang baik pada koperasi di wilayah Jawa Barat. Langkah-langkah tersebut disusun

berdasarkan hasil pengujian dimensi yang memiliki nilai paling tinggi hingga paling

rendah serta menggabungkan dengan hasil observasi pada koperasi di wilayah Jawa

Barat.

3). Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing Koperasi

di Wilayah Jawa Barat.

Strategi operasional dalam meningkatkan keunggulan bersaing koperasi di

wilayah Jawa Barat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.49 Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Keunggulan

Bersaing Koperasi di wilayah Jawa Barat

Dimensi Langkah Operasional

Strategi Fokus Peningkatan efiensi biaya pada aktivitas operasional yang

dilakukan.

Peningkatan efisiensi dalam pelayanan produk-poduk

koperasi

Peningkatan produk koperasi untuk mampu bersaing.

Strategi Keunggulan Biaya Meningkatkan kemampuan kebijakan harga jual produk

koperasi murah.

Meningkatkan kemampuan untuk pengerjaan tugas yang

dipertanggungjawabkan

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

224

Dimensi Langkah Operasional

Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi rintangan yang

dihadapi.

Strategi Diferensiasi Meningkatkan kemampuan menciptakan keunikan produk

pada konsumen.

Meningkatkan kemampuan kecepatan layanan bagi

pelanggan.

Meningkatkan kemampuan layanan secara on line.

Langkah-langkah operasional di atas dalam rangka meningkatkan kemampuan

manajemen koperasi dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing koperasi di

wilayah Jawa Barat. Adapun langkah-langkah tersebut di susun berdasarkan hasil

pengujian indikator yang memiliki nilai yang paling tinggi hingga yang paling

rendah, serta mengkombinasikan dengan observasi di lapangan.

4.4 Rencana Tindakan

Langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana tindakan berdasarkan hasil

penelitian dan analisis yang terkait dengan operasional strategi untuk meningkatkan

kinerja koperasi di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisa, ditemukan bahwa

hubungan antar variabel yang mempengaruhi variabel kinerja koperasi adalah

variabel budaya organisasi dan variabel keunggulan bersaing, dimana masing-masing

memberikan pengaruh sebesar 15,21% dan 14,20%. Untuk itu maka perlu di susun

rencana tindakan untuk menjadi pedoman bagi pengelola koperasi di wilayah Jawa

Barat sebagaimana ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

225

Tabel 4.50

Rencana Tindakan

Kelompok

Saran

Saran Yang

Diajukan

Penanggung

Jawab

Estimasi

Waktu

Sumber Daya

Budaya

Organisasi

Berpandangan

ke depan

Pengurus koperasi 6 bulan Manajer

Operasional

Kemandirian Bendahara Manajer

Operasional,

Manajer keuangan

12 bulan Man.operasional

dan Pengurus

Kekeluargaan Sekretaris, mana-

jer SDM

6 bulan Man operasional

dan Pengurus

Kohesivitas

Kelompok

Sekretaris, mana-

jer SDM, manajer

operasional

8 bulan Man.operasional,

man. SDM dan

Pengurus

Gaya

Kepemimpinan

Ketua,Sekretaris,

Bendahara

6 bulan Ketua, sekretaris,

bendahara,penga

was , man.

operasional

Control

(Pengawasan

Manajer opera-

sional, Sekretaris,

bendahara

6 bulan Ketua,

Sekretaris,

Bendahara,Penga

was dan man.

operasional

Moral

Karyawan

Sekretaris, Benda-

hara, Man. SDM

6 Bulan Ketua,

Sekretaris,

Bendahara dan

man.operasional

Komitmen

Organisasional

Loyalitas Sekretaris, Benda-

hara dan manajer

SDM

6 bulan Manajer

operasional dan

Pengurus

Wajib tetap

tinggal

Sekretaris, manajer

SDM

6 bulan Manajer

operasional dan

Pengurus

Nilai personal Sekretaris, Benda-

hara dan man SDM

6 bulan Manajer

operasional dan

Pengurus

Keterlibatan

secara

emosional

Bendahara dan

Man operasional,

Manajer keuangan

4 bulan Sekretaris,

Bendahara dan

manajer SDM

Kesadaran bila

meninggalkan

organisasi

Bendahara dan man

operasional,

manajer keuangan

6 bulan Manajer

operasional dan

Pengurus

Keunggulan

Bersaing

Strategi keung-

gulan biaya

Manajer operasional, man.produksi,man. pemasaran, ma-

najer keuangan

12 bulan Semua manajer

dan pengurus Strategi

Diferensiasi Manajer operasio-

nal,man produksi,

12 bulan Semua manajer

dan pengurus

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120130130030_4_8298.pdf · penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya

226

Kelompok

Saran

Saran Yang

Diajukan

Penanggung

Jawab

Estimasi

Waktu

Sumber Daya

man.pemasaran,

manajer keuangan Strategi fokus Manajer operasi-

onal,manajer pe-

masaran, manajer

keuangan.

12 bulan Semua manajer

dan pengurus