BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

14
22 BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli Buei 4.1.1 Geografi Bengkayang adalah sebuah Kabupaten yang memiliki beragam Kebudayaan, salah satu kebudayaan yang masih kental dan juga rumah adat nya masih berdiri, yang menjadi desa Tradisional ditengah kemajuan modernisasi adalah Kampung adat Sebujit yang merupakan kampung adat yang terletak di Perbatasan Indonesia dan Malaysia. Tepatnya di Desa Hli Buei, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Indonesia. Terletak di Daerah Perbatasan menjadikan kampung Sebujit ini bukan hanya sekedar kampung biasa tetapi juga merupakan Relasi Sosio Kultural untuk mayatukan Solidaritas sosial dan Harmonisasi Sosial dengan Negara tetangga (Malaysia). Berikut terlihat peta Desa Hli Buei Gambar 2 Peta Kampung Sebujit Desa Hli Buei Sumber : Google Maps Desa Hli Buei merupakan kampung adat dengan keberagaman budaya etnik bidayuhnya yang khas dan terjaga kearifan serta kelestarian budayanya, serta alam yang asli dan indah. Menurut Bps Kabupaten Bengkayang batas wilayah Desa Hli Buei Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Siding Sekaligus dengan Wilayah Perbatasan

Transcript of BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

Page 1: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

22

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Masyarakat Desa Hli Buei

4.1.1 Geografi

Bengkayang adalah sebuah Kabupaten yang memiliki beragam Kebudayaan,

salah satu kebudayaan yang masih kental dan juga rumah adat nya masih berdiri, yang

menjadi desa Tradisional ditengah kemajuan modernisasi adalah Kampung adat Sebujit

yang merupakan kampung adat yang terletak di Perbatasan Indonesia dan Malaysia.

Tepatnya di Desa Hli Buei, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan

Barat, Indonesia.

Terletak di Daerah Perbatasan menjadikan kampung Sebujit ini bukan hanya

sekedar kampung biasa tetapi juga merupakan Relasi Sosio Kultural untuk mayatukan

Solidaritas sosial dan Harmonisasi Sosial dengan Negara tetangga (Malaysia). Berikut

terlihat peta Desa Hli Buei

Gambar 2

Peta Kampung Sebujit Desa Hli Buei

Sumber : Google Maps

Desa Hli Buei merupakan kampung adat dengan keberagaman budaya etnik

bidayuhnya yang khas dan terjaga kearifan serta kelestarian budayanya, serta alam yang

asli dan indah. Menurut Bps Kabupaten Bengkayang batas wilayah Desa Hli Buei

Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Siding Sekaligus dengan Wilayah Perbatasan

Page 2: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

23

Malaysia Timur, Sebelah Selatan Kecamatan Seluas, Timur Tangguh, Sebelah Barat

Kecamatan Seluas.

4.1.2 Demografi

Menurut BPS Bengkayang Desa Hli Buei memiliki penduduk dengan sebanyak

837 jiwa, diantaranya Laki-laki 440 jiwa dan Perempuan Berjumlah 397 jiwa.

Masyarakat Dayak Bidayuh di Desa Hli Bue Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang

memiliki sumber mata pencaharian hidup yang beragam. Namun mata pencaharian

utamanya adalah bertani ladang kering. Selain berladang, orang Dayak Bidayuh juga

memilihara temak, antara lain babi dan unggas. Perkebunan juga menjadi salah satu

mata pencaharian orang Dayak bidayuh. Tanaman yang ditanam pada umumnya adalah

karet, sedangkan berburu dan menangkap ikan merupakan pekerjaan tambahan untuk

mengisi hari-hari yang kosong. Jangan-jangan untuk menambah ekonomi keluarga.

4.2 Upacara Nyobeng

Upacara Nyobeng sebenarnya berasal dari kata Nibakng atau Sibankg yang

merupakan kegiatan Ritual yang besar dan tidak bisa sembarangan. Nibakng sebenarnya

sama, yaitu pertama Nibakng ini merupakan kegiatan tahunan yang paling besar

merupakan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tipaiakng (dalam bahasa

sukuDayak Bidayuh), atas berkat panen padi yang diterima masyarakat suku Dayak

Bidayuh ini merupakan tujuan sesungguhnya dari ritual Nyobeng itu sendiri.

Dan yang kedua merupakan ritual untuk menghormati kepala manusia hasil

mengayau. Upacara Nyobeng merupakkan Upacara adat untuk menghormati roh-roh

leluhur yang diyakini sampai saat ini masih menjaga mereka.

4.2.1 Sejarah Nyobeng

Dahulu kala Suku Dayak Bidayuh yang tinggal di wilayah Indonesia dan

Malaysia kerap saling berperang. Tapi sekarang, lewat Gawai Dayak Bidayuh serumpun

Indonesia-Malaysia, dijunjung tinggi persaudaraan dalam kemasan ritual Nyobeng

untuk perdamaian. Hasil peperangan terutama ngayau disimpan warga Dayak Bidayuh

Hi Buei di rumah baluk.

Tengkorak musuh itu dikumpulkan di dalam rumah adat yang letaknya di tengah

kampung. Setiap tahunnya tengkorak hasil ngayau dimandikan dan dibersihkan Ada

penghormatan yang diberikan secara turun temurun meski tengkorak itu dulunya adalah

Page 3: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

24

musuh. Ritual Nyobeng yang dilakukan setiap tahun merupakan tanda perdamaian,

melingkupi perdamaian Dayak Bidayuh serumpun yang ada di Indonesia ataupun

Malaysia.

Dalam setiap kesempatan digelarnya ritual Nyobeng, ada warga Malaysia yang

ikut hadir dalam upacara tersebut. Memungkinkan bagi mereka (warga Malaysia) untuk

ikut hadir di upacara adat tersebut selain karena masih satu rumpun dari Dayak

Bidayuh, juga karena kampung Hli Buei (Sebujit) terletak dekat kawasan perbatasan.

4.2.2 Ritual Adat

Ritual Nyobeng merupakan ritual memandikan atau membersihkan tengkorak

kepala manusia hasil mengayau oleh nenek moyang suku Dayak Bidayuh. Ini dilakukan

suku Dayak Bidayuh, satu diantara sub-suku Dayak di Kampung adat Sebujit, Desa Hli

Buei Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Mengayau adalah memengal kepala manusia dan tengkoraknya diawetkan.

Sekarang tradisi mengayau sudah tidak dilakukan lagi. Upacara ini cukup mengharukan

dan berlangsung selama tiga hari, mulai 15 – 17 juni yang harus di laksanakan setiap

tahun. Pra kegiatan ritual Nyobeng dilakukan dengan buka rumah Baluk (rumah adat

Suku Dayak Bidayuh) pada 13 Juni.

Gambar 3

Rumah Baluk (Rumah adat Suku Dayak Bidayuh)

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Pembukaan rumah adat ini juga dilakukan dengan sebuah ritual, yaitu ritual

buka rumah Baluk, ada beberapa sesajian yang menjadi syarat ritual ini, yaitu sirih,

gambir, kapur, pinang, tuak, daun jeruk dan bawang kucai sebagai pewanginya. Setelah

Page 4: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

25

rumah Baluk di buka musik dengan alat tradisional yang ada di dalam rumah Baluk

harus dimainkan terus, musik itu disebut musik maniamas, yaitu musik santai dan

persahabatan.

Proses ritual Nyobeng ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama ritual

di mulai pukul 04.00 subuh, bertempat di rumah Baluk di pimpin oleh ketua adat. Ritual

pertama ini disebut dengan Paduapm (dalam bahasa Dayak Suku Bidayuh) yang artinya

memanggil atau menggundang roh-roh para leluhur untuk datang dalam ritual Nyobeng

dan sekaligus memohon izin atas ritual yang akan dilaksanakan, supaya semuanya

berjalan dengan baik dan mendapat berkat dari para leluhur (Tipaiakng; menyebut

Tuhan dalam bahasa Suku Dayak Bidayuh).

Rumah Baluk merupakan rumah Adat Suku Dayak Bidayuh yang berupa rumah

panggung dan berbentuk bulat. Untuk memasuki rumah adat ini, dibuat undakan yang

terbuat dari bilah pohon atau kayu belian. Rumah Baluk dengan tinggi 16 meter dan

berbentuk bulat, dengan 21 tiang penyanggah dari kayu belian, beratapkan daun sagu,

dan dinding dari bambu yang terbelah. Dengan satu pintu utama, di bagian kiri dan

kanan masing-masing satu buah jendela yang terbuka mengagak keatas dengan satu

kayu penyanggah.

Bagian belakang dengan dua jendela yang berlapis diatas dan bawah, terbuka

mengagak keatas, didepan pintu masuk ada dua buah patung dari kayu belian yang

berdiri dan saling berhadapan, disebelah kiri dan kanan. Patung ini merupakan patung

nenek moyang suku Bidayuh. Rumah Baluk ini sangat menawan jika di lihat dari

kejauhan. Rumah Baluk sudah ada sejak tahun 1997 dan sekarang sudah 21 tahun,

dengan berlantai papan, berdinding bambu, dan beratap daun sagu masih tetap kokoh

berdiri.

Bagian dalam rumah Baluk cukup luas dan ada banyak barang untuk kegiatan

ritual Nyobeng. Bagian dalam rumah Baluk di bagi menjadi tiga lantai, yaitu lantai

dasar, lantai satu, dan lantai dua paling atas yang berukuran kecil. Pada lantai dasar

rumah baluk, siapa saja boleh masuk, karena untuk umum yang bisa menampung sekitar

5 orang lebih bagi yang ingin menyaksikan ritual Nyobeng. Terlihat beberapa pusaka

yang disimpang dalam rumah adat Baluk seperti gambar berikut:

Gambar 4

Page 5: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

26

Benda sejarah didalam (Rumah Baluk)

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Di tengah-tengah rumah baluk ada dapur yang biasa di gunakan oleh Suku

Dayak Bidayuh untuk memasak, di sebelah kanan ada 4 buah Aguakng (bahasa Dayak

Bidayuh) yang digantungkan didinding rumah Baluk, yaitu alat musik tradisional mirip

seperti Tawak yang memiliki bunyi yang berbeda, dan sebelah kanannya ada 5 buah

gutakng berukuran kecil kira-kira sebesar baskom kecil yang di simpan dalam satu

tempat memanjang dari kayu, 1 buah sanakng yang digantungkan dekat pintu, dan 1

buah tawak juga di gantungkan dekat pintu sebelah kanan, dan semuanya memiliki

bunyi yang berbeda, sangat menarik dan memanjakan teliga bagi yang mendengarnya.

Dibagian tengah ada sibakng (bahasa Dayak Bidayuh) yang panjangnya 7 meter

ke bawah hingga menembus lantai rumah baluk, yang terbuat dari batang pohon yang

panjang dan di lubangi, besarnya kira-kira sepelukan orang dewasa, makin ke bawa

semakin kuncup dan baian permukaan besar, di gantungkan dengan rantai. Selalu di

bunyikan setelah rumah baluk di buka. Dibagian atas ada kabukng mirip gendang

sebagai pengiring sibakng jika di mainkan.

Atap yang terbuat dari daun sagu tersebut harus diganti setiap tahunnya. Sebuah

lapangan bola yang cukup luas dibawahnya menambah indahnya pesona rumah Baluk.

Prosesi yang kedua pada acara ritual Nyobeng yaitu penyambutan tamu, biasa

disebut Nabuai (bahasa Dayah Bidayuh). Dimulai menyambut tamu di batas desa.

Awalnya dilakukan untuk menyambut anggota kelompok yang datang dari mengayau.

Penyambut mengenakan selempang kain merah dengan hiasan manik-manik dari gigi

Page 6: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

27

binatang hasil berburu yang dikalungkan. Dilengkapi dengan sumpit, Mandau, dan

senapan lantak yang dibunyikan ketika para tamu undangan hendak memasuki batas

desa. Sumpit dan Mandau juga di acungkan bersama-sama sambil berseru.

Letupan lantak dan seseruan tersebut juga berguna memangil roh para leluhur

sekaligus meminta izin bagi pelaksanaan ritual Nyobeng. Para tamu undangan telah

memanti diperbatasan desa tempat ritual akan dilaksanankan, kemudian rombongan

ketua adat dan tetua-tetua adat datang dari rumah Baluk ke perbatasan desa untuk

menyambut tamu tersebut. mereka datang dengan segala persiapan, berselempang kain

merah, berkalungkan manik-manik dari taring binatang, dan memegang sumpit,

Mandau, dan senapan lantak sambil berseru serempak sepajang jalan menuju perbatasan

desa tempat tamu telah menunggu.

Setibanya diperbatasan desa mereka tetap berseru sambil menyacungkan sumpit

dan Mandau ke atas dan membuyikan senapan lantak beberapa kali. Ritual

penyambutan tamu dilaksanakan, ketua adat telah siap dengan sesajian yang dibawanya.

Tetua adat melemparkan ajing keudara, dengan Mandau, pihak tamu rombongan harus

menebasnya dengan Mandau hingga anjing itu mati, jika masih hidup harus dipotong

begitu jatuh ketanah.

Prosesi juga dilakukan untuk ayam, ketua adat melemparkan ayam ke udara, dan

pihak ketiga rombongan tamu harus menebas ayam itu dengan Mandau sampai mati.

Seusai Ritual rombongan tamu diantar menuju rumah Baluk di tengah perkampungan

Kampung Sebujit. Sambil berjalan menuju rumah Baluk, para tetua adat berjalan paling

depan sambil menari dan diiringin musik untuk mengiringi rombongan tamu sampai ke

rumah Baluk, ada yang berseru-seru. Ribuan orang datang dari berbagai daerah, bahkan

dari luar Kalimantan hanya untuk menyaksikan ritual Nyobeng yang juga merupakan

gawai Dayak Suku Dayak Bidayuh Kampung Sebujit, Desa Hli Buei Kecamatan Siding,

Kabupaten Bengkayang. Proses penyambutan Dapat dilihat melalui gambar dibawah

ini:

Gambar 5

Ritual penyambutan tamu

Page 7: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

28

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Bersama warga dan tetua adat, para tamu kemudian menari tari maniamas

sambil mengitari rumah Baluk. Maniamas adalah tarian untuk menyambut dan

menghormati para pembela tanah leluhur yang baru datang dari mengayau. Sambil

diiringin tetua-tetua adat dengan bernyayikan lagu dan berseru-seru beberapa kali dan

sambil membaca mantra-mantra.

Gendang panjang yang dipasang menembus lantai rumah adat Baluk pun

bertalu. Mengikuti hentakan kenong dan empat buah gong besar yang tergantung di

dinding. rombongan tamu yang datang, sebuah acara seremonial pun dilakukan.Saat

makan, hidangan yang diberikan merupakan menu netral. Artinya, hidangan untuk tamu

dapat disantap semua. Hanya saja, penyajiannya memang dikemas secara tradisional.

Nasi dan sayur yang dibagikan dibungkus terpisah menggunakan

daun. Diletakkan berjejer di depan tamu. Selain itu, ada pula lauk yang disimpan dalam

wadah bambu yang sudah diraut dan dibentuk memanjang seperti palung

kecil. Kenikmatan santapan terasa meski berbumbu sederhana karena aura tradisional.

Ribuan orang datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar Kalimantan hanya

untuk menyaksikan ritual Nyobeng yang juga merupakan gawai Dayak Suku Dayak

Bidayuh Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang. Saat masuk

tempat upacara ritual, rombongan diberi percikan air yang telah diberi mantra dengan

daun Hanjuang, yang berfungsi sebagai tolak bala.

Tujuanya agar para tamu terhindar dari bencana. Ketika masuk depan area

rumah Baluk tempat upacara, para tamu harus membasuh kaki diatas nampan berisi

potongan batang pisang dan buah kundur sebagai pembersih diri atau pepasan. Ritual ini

Page 8: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

29

lebih dikenal dengan ritual pepasan. Bersama warga dan tetua adat, para tamu kemudian

menari tari simaniamas sambil mengitari rumah Baluk. Seperti Gambar berikut:

Gambar 6

Ritual Pepasan dan Tarian ritual Nyobeng

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Maniamas adalah tarian untuk menyambut dan menghormati para pembela tanah

leluhur yang baru datang dari mengayau. Sambil diiringin tetua-tetua adat dengan

bernyayikan lagu dan berseru-seru beberapa kali dan sambil membaca mantra-

mantra.Ketua adat dan para tetua adat lainya masuk ke rumah Baluk.

Sembari menari maka musik akan terus dimainkan. Para wanita Sebujit akan

mulai ikut menari sembari membagikan tuak terus menerus. Tamu lalu diajak

menikmati berbagai jenis makanan hasil bumi seluruh penduduk Sebujit sambil

beristirahat di balai-balai. Sambutan dan petuah dari tuan rumah dan perwakilan tamu

disampaikan sembari makan dan minum.

Sebelum acara dimulai, para tamu undangan istimewa, Bupati Bengkayang

Suryadman Gidot, Seketaris Daerah Kabupaten Bengkayang, Obaja kepala DPRD

Kabupaten Bengkayang Martinus Kajot, ketua dewan adat Kecamatan Siding Deki

Suprapto, para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menghadiri pembukaan ritual

Nyobeng menuju tempat yang telah di siapkan panitia menghadap ke rumah Baluk.

Pembukaan acara ritual Nyobeng dilakukan dengan pemukulan sibakng

sebanyak tujuh kali sebagai tanda dimulainya ritual Nyobeng, di rumah Baluk yang

dilakukan langsung oleh ketua DPRD Kabupaten Bengkayang, Martinus Kajot, yang di

Page 9: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

30

dampinggi oleh ketua adat Suku Dayak Bidayuh, Bpk Amin. Tema Gawai Dayak

Sebujit tahun ini, yaitu “lestarikan adat budaya dayak untuk kesejahteraan masyarakat”.

Selain itu gawai Bidayuh mengandung makna filosofi merupakan rasa

solidaritas, persamaan, persatuan, serta menumbuhkan rasa kecintaan terhadap nilai-

nilai kesenian dan budaya itu sendiri. Serta menjadi modal yang kuat untuk

menumbuhkan perekonomian masyarakat. Pada dasarnya pemerintah Kabupaten

Bengkayang sangat mendukung kegiatan-kegiatan adat dan budaya seperti ini.

Setelah upacara ritual Nyobeng ini di buka dengan pemukulan Sibakng sebanyak

tujuh kali oleh ketua DPRD Kabupaten Bengkayang, Martinus Kajot dan setelah

mendengankan beberapa sambutan dari beberapa tokoh masyarakat, acara dilanjutkan

dengan makan bersama di sekitar rumah Baluk yang telah di siapkan oleh panitia.

Toleransi juga sangat tinggi, bagi yang tamu yang muslim telah disediakan makanan

khusus bukan babi.

Para tamu bebas memilih tempat yang enak untuk makan, karena makanan

disediakan dalam bentuk kotak. Setelah makan tamu boleh meningalkan area rumah

Baluk untuk istirahat. Ritual Nyobeng, memandikan tengkorak kepala manusia hasil

mengayau akan dilaksanakan makamnya di rumak Baluk sekitar pukul 21.00 WIB atau

pukul 22.00 waktu Malaysia.

Malam harinya sekitar pukul 19.00 WIB atau pukul 20.00 waktu Malay,

masyarakat sudah berkumpul di bawah rumah Baluk yang memiliki tinggi 16 meter

dengan 21 tiang pengyanggah dari kayu belian Nampak kokoh berdiri di tengah-tengah

perkampungan Sebujit yang juga menjadi kebanggaan masyarakat sebujit karena rumah

Baluk ini juga sudah dibangun di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta (TMII).

Masyarakat berharap hal ini akan terus berkembang dan tidah hanya sampai di

Taman Mini Jakarta, bisa dikenal oleh seluruh lapisan bahkan sampai lapisan Nasional

dan Internasional bisa mengenal rumah Baluk dan ritual Nyobeng di Kampung Sebujit

ini. Sebelum memulai ritual Nyobeng yang merupakan ritual inti dari upacara ini.

Upacara adat ini dimulai dengan memotong kepala anjing dan ayam di bawah rumah

Baluk. Ayam akan diambil darahnya dan anjing akan diambil kepalanya untuk sesajian

kepada para leluhur.

Page 10: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

31

Setelah itu dilanjutkan dengan tari-tarian dan menari bersama-sama masyarakat,

para tamu, dan tetua adat dengan diiringi musik yang dimainakan dari dalam rumah

Baluk, disebut dengan musik simaniamas yaitu, musik santai dan persahabatan yang

memanjakan telinga, sehingga kita menari dengan santai dan bebas sesuai dengan

iringan musik tradisional kebanggaan masyarakat Dayak Bidayuh Kampung Sebujit.

Musik dan tari-tarian ini merupakan ritual sebagi pengantar ke ritual intin memandikan

tengkorak kepala manusia hasil mengayau.

Dua setengah jam lamanya masyarakat menari dengan iringan musik

simaniamas, sekitar pukul 21.30 WIB, ketua adat Bpk. Amin sebagai pemimpin upacara

ritual memandikan tengkorak danbeberapa para tetua adat naik kerumah Baluk dengan

pakaian lengkap kain merah, berkalung manik-manik dari taring binatang, ikat kepala,

dan dengan Mandau di tanggan.

Seekor babi yang lumayan besar terikat pada sebatang kayu, siap untuk di

jadikan kurban kira-kira beratnya hampir mencapai 50 kg, karena tidak harus ditentukan

beratnya berapa. Para tamu dan masyarakat yang ingin menyaksikan langsung ritual ini

diperkenankan masuk ke rumah Baluk, tetapi hanya pada lantai dasar yang boleh untuk

umum, lantai satu tempat sesajian hanya boleh tujuh orang yaitu ketua adat dan para

tetua adat.

Lantai ketiga paling atas dan berukuran kecil merupakan tempat penyimpanan

tengkorak kepala manusia hasil mengayau dan tulang binatang lainya hasil berburu para

nenek moyang Bidayuh. Hanya ketua adat yang bisa naik ke tempat ini.Ketua adat dan

para tetua adat telah siap, semua mata tertuju pada mereka yang akan melakukan ritual

tanda dimulainya ritual, didepan mereka seekor babi yang tak berdaya telah siap

menjadi kurban. Sibakng di pukul sebanyak tujuh kali tanda dimulainya ritual,

sementara itu para tetua adat sambil berseru-seru dan mengacungkan Mandau ke atas

sambil membaca mantra-mantra.

Setelah Sibakng di pukul, para tetua adat terus berseru-seru sambil membaca

mantra, Mandau tetap diacungkan ke atas, setelah itu secara serempak tetua adat

langsung menusukan Mandau yang di pegang kearah babi yang di jadikan kurban, ujung

Mandau menancap dan menembus di bagian lengan babi, suasana serentak berubah

menjadi menegangkan dan menyeramkan, jeritan babi menembus kesunyian malam,

Page 11: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

32

darahnya mengalir dari bekas tusukan Mandau yang masih menancap di lengan babi,

semua mata tertuju pada babi yang menjerit.

Para tetua adat terus berseru-seru sambil membacakan mantra-mantra. Setelah

Mandau di tusukkan beberapa kali, ketua adat mengambil darah babi tersebut

menggunakan tangan dan di simpan ke dalam mangkok kecil, setelah cukup darah yang

diambil ketua adat diikuti beberapa tetua adat nak ke lantai dua meninggalkan babi yang

sudah tak bernyawa sementara darahnya terus mengalir bagaikan anak sungai.

Tujuh orang tetuah adat naik ke lantai dua untuk ritual selanjutnya, tidak boleh

lebih dari tujuh orang, setelah beberapa saat melakukan ritual, ketua adat dengan

membawa darah babi naik kelantai tiga paling atasrumah Baluk yang merupakan tempat

penyimpanan tengkorak kepala manusia hasil mengayau dan tulang-tulang binatang

lainnya hasil berburu. Kemudian ketua adat mengoleskan darah babi tersebut beberapa

kali sambil membacakan mantra-mantra, setelah merasa sudah cukup, ketua adat pun

turun kemudian semuanya turun ke lantai dasar rumah Baluk.

Ritual selesai, dilanjutkan dengan memainkan musik simaniamas, merupakan

musik santai dan persahabatan yang selalu memanjakan teliga yang mendengarnya.

Iring-iringan musik simaniamas harus terus dimainkan, sementara itu para tamu dan

masyarakat yang ikut menyaksikan ritual ini satu-persatu turun meninggalkan tempat

ritual rumah Baluk. Bagian terakhir dari ritual ini yaitu para tetua adat menyiapkan

sesajian terakhir, berupa hati babi, anjing, dan ayam diantar ke atas setelah itu para tetua

adat makan adat terakhir dari sesajian yang disiapkan.

Dengan begitu berakhirlah ritual Nyobeng memandikan tengkorak kepala

manusia hasil mengayau yang di lakukan di dalam rumah Baluk. Ritual Nyobeng ini

diisi dengan kegiatan olahraga tradisional. Ada satu yang sangat unik sekali dari

olahraga tradisional dan mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain, yaitu panjat pinang

terbalik dengan kaki ke atas dan kepala kebawah.

Terlihat ada kegiatan unik hendak dilakukan yaitu panjat bambu terbalik. Bambu

setinggi 10 meter mulai didirikan di sebelah balug. Peserta panjat bambu terbalik hanya

diikuti 7 orang saja, 7 merupakan angka keramat bagi orang Bidayuh. Dari atas saya

melihat ketua adat merapal mantra dan peserta diperciki air dengan daun hanjuanng.

Gambar 7

Page 12: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

33

Atraksi Panjat Bambu Terbalik

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Atraksi panjat bambu terbalik merupakan bentuk yang menyatukan solidaritas

karna aksi nya panjat bambu merupakan bagian dari tradisi Ritual Nyobeng ini. Seperti

pada gambar diatas. Hari ketiganya, merupakan hari terakhir dari upacara ritual

Nyobeng ini masih menyisakan satu ritual lagi, yaitu biasa disebut Balik Layar. Balik

Layar ini merupakan ritual terakhir yaitu pertama ucapan terima kasih kepada roh-roh

para leluhur atau Tipaiyakng yang telah datang pada ritual Nyobeng ini dan yang kedua

ritual pengembalian roh-roh para leluhur atau Tipaiyakng ke tempat asal mereka berada

di gunung-gunung sekitar Kampung adat Sebujit. Karena seperti ritual pertama di awal

mereka di undang secara baik-baik untuk meminta izin dan untuk hadir dalam ritual

Nyobeng, nah sekarang mereka juga akan dikembalikan lagi ketempat mereka supaya

roh-roh leluhur tadi tetap bersahabat dengan masyara kat, melindungi masyarakat, dan

memberikan rezeki yang melimpah.

Dengan ritual terakhir inilah berakhir pula ritual Nyobeng Suku Dayak Bidayuh

Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.Ritual

Nyobeng merupakan warisan nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun,

sebuah ucapan syukur kepada leluhur. Ritual ini harus dilaksanakan setiap tahunnya dan

tidak bisa di tinggalkan. Ada konsekuensi tersendiri yang harus masyarakat Suku

Bidayuh terima jika seandainya ritual ini tidak silaksanakan.

Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh masyarakat Bidayuh, sesuatu akan

menimpa mereka dan sama halnya mereka menyumpah diri mereka sendiri, mungkin

msyarakat Dayah Bidayuh tidak bisa hidup nyaman dan tentram seperti sekarang ini,

Page 13: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

34

rezeki akan terus diberikan kepada mereka oleh para leluhur atau Tipaiakng (Tuhan).

Maka dari inilah masyarakat harus terus bersyukur kepada Tipaiakng (Tuhan) atas

rezeki yang melimpah kepada mereka (masyarakata Dayak Bidayuh). Hal ini dijelaskan

langsung oleh Bapak Amin selaku ketua adat Dayak Bidayuk, Kampung Sebujit dan

Pak Gunawan, ketika wawancara langsung di rumah Baluk, malamnya sekitar pukul

21.00 WIB.

Upacara adat Nyobeng sekaligus merupakan gawai Dayak Suku Dayak Bidayuh

Kampung Sebujit ini akan digelar tahun depan 2014. Masyarakat sangat mengarapkan

gawai tahun 2014 juga dapat terlaksana denagan baik dan ada sesuatu yang berbeda.

Gunawan, SH. Selaku ketua patinitia gawai Dayak Bidayuh Sebujit, mengatakan “gawai

2014 mendatang aka nada sesuatu yang berbeda dan akan lebih ramai, akan

mengundang tamu-tamu dari Malaysia.

Rencananya gawai 2014 nanti, panitia akan menyiapkan sofenir-sofenir yang

berupa rumah Baluk kecil untuk para pengunjung yang datang, ungkapnya”. Ini

diharapkan, lanjut Gunawan, bisa menjadi satu cara yang bisa memikat para wisatawan

dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri untuk datang kesebujit menyaksikan gawai

Dayak Bidayuh ini.

Dengan demikian para tamu yang datang tidak pulang dengan tangan kosong.

Selain sofenir rumah Baluk, juga akan di siapkan barang-barang lainya. Bisa memp

erkenalkan budaya yang ada di sebujit ke pada dunia luar. Budaya ini jangan sampai

punah di makan waktu, dan harus terus ada yang melestarikannya sampai kapanpun,

Gunawan menyayangkan anak-anak muda sekarang ini, misalnya di kampung sebujit,

sedikit sekali anak-anak muda yang peduli akan budayanya sendiri.

Sikap cuek dan tidak mau berperan aktifmisalnya dalam kegiatan seperti ini

yang hanya diadakan sekali dalam satu tahun. Dikhawatirkan dalam beberapa puluh

tahun kedepan mungkin tidak ada lagi yang meneruskan budaya ini, tetapi ini jangan

sampai terjadi, ungkap Gunawan saat di temui di rumahnya.Ketua adat Suku Dayak

Bidayuh, Kampung Sebujit, Bapak Amin berpesan kepada seluruh masyarakat Sebujit

agar tetap mencintai, mempertahankan budaya kita ini, jangan sesekali kita melupakan

budaya sendiri.

Page 14: BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Masyarakat Desa Hli ...

35

Bahkan harus terus dikembangkan dan diperkenalkan kepada seluruh lapisan

masyarakat di Kalimantan Barat, secara Nasional, bahkan Internasional yang belum

mengenal budaya kita ini. Jangan sampai budaya yang sudah ada sejak dahulu kala ini

merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun ini di kalahkan bahkan di

hapus oleh budaya yang baru sekarang ini yang datang dari luar.

Kepada anak-anak muda Suku Dayak Bidayuh Kampung Sebujit, jangan hanya

menjadi penonton di kampung sendiri ketika budaya kita di pamerkan kepada orang

lain.Kita harus berperan aktif di dalamnya. Karena kalianlah para anak muda yang

memengang kunci pertahanan dan perkembangan budaya ini, tegas Pak Amin.

Begitulah pesan yang disampaikan Pak Amin selaku ketua adat Kampung Sebujit agar

budaya itu tetap tumbuh dan berkembang sepanjang masa.