BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WUDI 2.1 … BAB II.pdf · GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WUDI...

19
22 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WUDI 2.1 Keadaan Geografis Desa Wudi Desa Wudi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai. Jarak Desa Wudi kearah utara dari Ibu Kota Kabupaten Manggarai 22 km. Prasarana jalan yang menghubungkan Desa Wudi adalah jalan aspal dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat atau roda dua. Secara administrasi, Desa Wudi terdiri dari 3 dusun yaitu: Dusun Wudi, Dusun Kaung, dan Dusun Bea Welu. Dengan luas desa adalah 600 ha, yang sebagian besar dari wilayah tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Desa Wudi memiliki batas - batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Welu Kecamatan Cibal Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Compang Ndehes Kecamatan Wae Ri,i Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rado Kecamatan Cibal Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Benteng Poco Masyarakat Desa Wudi hidup dengan bertani dan berkebun, dengan lahan pertanian dan perkebunan yang dibuat menggunakan sistem irigasi dan terasering. Tanah di wilayah Desa Wudi tergolong tanah yang subur merupakan jenis tanah latosol, tanah ini cocok untuk pertanian perkebunan. Secara lebih lengkap kondisi geografis Desa Wudi dapat dilihat pada tabel 2.1.

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WUDI 2.1 … BAB II.pdf · GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WUDI...

22

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WUDI

2.1 Keadaan Geografis Desa Wudi

Desa Wudi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Cibal, Kabupaten Manggarai. Jarak Desa Wudi kearah utara dari Ibu Kota

Kabupaten Manggarai 22 km. Prasarana jalan yang menghubungkan Desa Wudi

adalah jalan aspal dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat atau roda

dua. Secara administrasi, Desa Wudi terdiri dari 3 dusun yaitu: Dusun Wudi,

Dusun Kaung, dan Dusun Bea Welu. Dengan luas desa adalah 600 ha, yang

sebagian besar dari wilayah tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan

perkebunan. Desa Wudi memiliki batas - batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Welu Kecamatan Cibal

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Compang Ndehes

Kecamatan Wae Ri,i

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rado Kecamatan Cibal

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Benteng Poco

Masyarakat Desa Wudi hidup dengan bertani dan berkebun, dengan lahan

pertanian dan perkebunan yang dibuat menggunakan sistem irigasi dan terasering.

Tanah di wilayah Desa Wudi tergolong tanah yang subur merupakan jenis tanah

latosol, tanah ini cocok untuk pertanian perkebunan. Secara lebih lengkap kondisi

geografis Desa Wudi dapat dilihat pada tabel 2.1.

23

Tabel 2.1

Keadaan Geografis Desa Wudi

No Keterangan Jumlah

1 Jumlah Bulan Hujan 9 bulan

2 Jumlah Bulan Kering 3 bulan

3 Tinggi Tempat Wilayah 870 mdl

4 Bentangan Wilayah Berbukit

5 Luas Wilayah ± 600 ha

6 Suhu Rata-rata 22°

7 Banyak Curah Hujan ± 700 mm

Sumber : Monografi Desa Wudi 2014

Dari tabel 2.1 iklim merupakan keadaan cuaca rata - rata pada suatu daerah

dalam waktu yang relatif lama. Wilayah Desa Wudi umumnya beriklim tropis

yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim

hujan berkisar antara bulan Oktober sampai bulan Juni dan musim kemarau

berkisar antara bulan Juli hingga bulan September. Jadi bulan basah berlangsung

selama 9 bulan dan bulan kering selama 3 bulan. Iklim suatu tempat atau daerah

dapat ditentukan berdasarkan perbandingan antara jumlah curah hujan dalam

bulan kering dengan jumlah curah hujan dalam jangka waktu tertentu. Dengan

demikian maka dapat disimpulkan bahwa di Desa Wudi berlaku iklim sedang atau

tropis.

2.2 Sejarah Perkembangan Masyarakat

Orang pertama yang mendiami Desa Wudi adalah seorang pemuda

bernama Lanur. Lanur adalah seorang laki - laki yang berasal dari Portugis.

24

Ketika lama mendiami desa tersebut, pada abad ke 16 daerah Cibal termasuk Desa

Wudi menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan Gowa. Pada saat itu orang

- orang Cibal termasuk Lanur menukarkan hasil pertanian mereka seperti beras

merah, jahe, cengke, kopi, vanili, dengan barang- barang yang dibawah oleh orang

- orang Gowa yakni celana, baju, parang, keris, perhiasan dan lain- lain. Setelah

itu kerajaan Gowa meningkatkat kan hubungan dengan Manggarai menjadi

hubungan yang bersifat politik. Pada saat itu pemerintahan suku yang

mendominasi di daerah Manggarai salah satunya adalah Cibal, dan beranda dari

Cibal sendiri adalah Kampung Wudi. Sebelum masuknya kerajaan Gowa, Cibal

dipimpin oleh seorang kepala suku, akan tetapi setelah Gowa menguasai daerah

Manggarai, pemerintahan kepala suku dirubah dan disesuaikan dengan

pemerintahan Gowa. Struktur pemerintahan terdiri dari empat tingkatan yakni

pemerintahan pusat dipimpin oleh Raja Gowa, Wakil Raja Gowa, Dalu dan

Gelarang.

Di Manggarai terdiri dari 11 Dalu yang dikoordinir oleh empat Dalu

besar salah satunya adalah Dalu Cibal. Dalu merupakan kekuasaan dibawah

wakil raja. Dalu dipilih oleh raja Gowa untuk memimpin salah satu daerah di

Manggarai. Gowa dan Cibal merupakan salah satu dari empat penguasa

pemerintahan suku yang mempunyai pengaruh dan dominasi. Hubungan Gowa

dengan Cibal selain hubungan politik terjadi juga hubungan perkawinan antara

pemuda yang berasal dari Cibal yaitu dari kampung Wudi yang bernama Lanur

dengan putri dari raja Gowa. Sekarang Cibal merupakan Kecamatan dari Desa

Wudi. Sampai saat ini masyarakat Desa Wudi menyebut nama putri Gowa adalah

25

Timung Te,e artinya mentimun yang matang, karena warna mentimun yang

matang seperti emas begitu juga kecantikan putri Gowa seperti emas. Ketika

keduanya sudah kawin banyak orang - orang Gowa yang tinggal di Desa Wudi

Wudi.

Sekarang di Desa Wudi terdapat dua buah rumah gendang yaitu gendang

Lanur (rumah gendang keturunan lanur), dan gendang Wajang (rumah gendang

keturunan Gowa). Adapun benda - benda peninggalan dari Lanur yang sekarang

masi ada yaitu piring, dan Keris. Piring dan keris tersebut disimpan di gendang

Lanur. Menurut cerita masyarakat Desa Wudi piring dan keris tersebut milik

Lanur, karena Lanur adalah orang Portugis maka dia makan dengan menggunakan

piring dan sendok. Keris tersebut didapatnya setelah menjalin hubungan dengan

kerajaan Gowa. Sampai sekarang pada saat upacara Penti (upacara adat yang

berhubungan dengan kegiatan pertanian, terutama sebelum atau pada waktu

musim tanam dan pada waktu memanen hasilnya) masyarakat Desa Wudi selalu

memberi sesajen kepada nenek moyang mereka yaitu Lanur.

Gambar 2.1 compang (tempat persembahan) Desa Wudi ( doc.Very 2010)

26

Gambar 2.2 Rumah Gendang Lanur (doc.Dony 2005)

Gambar 2.3 Piring Lanur (doc. Very 2010)

Gambar 2.4 Keris Peninggalan Lanur (doc. Very 2010)

27

2.3 Demografi

Penduduk merupakan sejumlah orang yang menempati suatu wilayah dan

berinteraksi serta berinterdependensi satu sama lain. Berdasarkan data yang

diperoleh dari lokasi penelitian, jumlah penduduk di Desa Wudi pada tahun 2014

adalah 1.483 jiwa. Persebaran penduduk di Desa Wudi berdasarkan dusun dapat

dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2

Distribusi Penduduk Setiap Dusun di Desa Wudi Tahun 2014

No Nama Dusun Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Dusun Wudi 396 26,70

2 Dusun Kaung 578 38,98

3 Dusun Bea Welu 509 34,32

Jumlah 1.483 100

Sumber: Monografi Desa Wudi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 2.2, maka dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk

setiap dusun di DesaWudi adalah sebagai berikut : Dusun Wudi 396 jiwa, Dusun

Kaung 578 Jiwa, dan Dusun Bea Welu 509 jiwa. Berdasarkan penjelasan di atas,

jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di Dusun Kaung yaitu 578 jiwa.

Faktor yang mempengaruhi lebih banyaknya penduduk di Dusun Kaung antara

lain sebagai berikut: a) akses jalan yang baik, b) karena letaknya yang strategis,

maka orang mulai berdatangan dan menetap serta berwirausaha.

Berdasarkan jenis kelamin penduduk Desa Wudi terdiri dari penduduk laki

- laki berjumlah 730 jiwa dan perempuan berjumlah 753 jiwa. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

28

Tabel 2.3

Komposisi Penduduk Setiap Dusun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

No Dusun Penduduk

L % P % Jumlah (Jiwa) %

1 Dusun Wudi 192 48.48 507 52.00 396 26,70

2 Dusun Kaung 297 51.56 281 48.78 576 38,98

3 Dusun Bae Welu 237 46.56 295 57.96 509 34,32

Jumlah 730 49.22 753 50.77 1.483 100

Sumber: Monografi Desa Wudi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 2.3, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki, yakni perempuan

sebanyak 753 jiwa dan laki - laki 730 jiwa. Faktor yang menyebabkan hal tersebut

adalah : a) angka kelahiran bayi perempuan lebih besar dari pada bayi laki - laki,

b) banyaknya laki - laki yang merantau atau mencari pekerjaan di luar daerah.

2.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM), sehingga diharapkan dapat mengembangkan suatu kepribadian

yang mandiri karena mempunyai kemampuan, baik kemampuan di sekolah

maupun ketika berada diluar sekolah atau masyarakat. Pada tabel berikut ini

dijelaskan mengenai komposisi penduduk di Desa Wudi berdasarkan tingkat

pendidikan.

29

Tabel 2.4

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Wudi Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%)

1 Tidak/Belum sekolah 263 17,73

2 Belum Tamat Sekolah Dasar 275 18,54

3 Tamat SD/Sederajat 777 52,39

4 Tamat SLTP/Sederajat 83 5,60

5 Tamat SLTA/Sederajat 60 4,05

6 Tamat Perguruan Tinggi 23 1,55

7 Buta Huruf 2 0,13

Jumlah 1.483 100

Sumber: Monografi Desa Wudi Tahun 2014

Dari tabel 2.4, dapat disimpulkan bahwa dari tingkat pendidikan,

masyarakat di Desa Wudi masih berada di bawah rata - rata, dengan jumlah

masyarakat dari yang tidak atau belum sekolah sebanyak 263 orang, belum tamat

SD sebanyak 275 orang, penduduk yang tamat SD sebanyak 777 orang, tamat

SLTP sebanyak 83 orang, tamat SLTA sebanyak 60 orang, tamat perguruan

tinggi 23 orang, dan buta huruf 2 orang. Jika dihitung jumlah penduduk yang

berpendidikan cukup atau telah menempuh pendidikan dasar sembilan tahun

sebanyak 166 orang.

2.5 Sistem Religi

Sistem kepercayaan dalam suatu religi berwujud pikiran dan gagasan yang

menyangkut keyakinan, konsepsi manusia tentang sifat - sifat Tuhan, terwujud

dari alam gaib, tentang terjadinya alam dunia (kosmologi), tentang alam akhirat

(esyatoligi), tentang cirri - ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-

dewa, roh jahat, hantu dan mahluk halus lainnya. Demikian pula dengan

30

masyarakat Desa Wudi di Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai yang masih

memegang teguh kepercayaan terhadap roh - roh leluhur, serta adanya perpaduan

antara penyembahan terhadap roh - roh leluhur dengan penyembahan terhadap

Tuhan (Deki, 2011)

Kepercayaan masyarakat Desa Wudi tidak dapat dipisahkan dengan kultur

agraris yang memiliki keterkaitan erat dengan antara alam dengan seluruh

kehidupan ciptaan. Tanah, gunung, air, iklim yang mempunyai relasi yang tak

terpisahkan dan menyatu dengan kehidupan semua mahkluk. Kepercayaan akan

keterkaitan unsure - unsur itu menyatu dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat

dilihat dari kepercayaan asli masyarakat Manggarai khususnya masyarakat Desa

Wudi.

a. Kepercayaan akan roh alam dan roh leluhur

Roh berpengaruh atas berbagai pristiwa dan kejadian yang dialami

manusia dan ciptaan yang lainnya. Kepercayaan akan roh alam ini membawa

masyarakat Desa Wudi kepada keyakinan bahwa roh alam inilah jiwa dari alam

semesta. Selain roh alam yang memiliki identitas yang abstrak dan tak terjamah..

Masyarakt Desa Wudi juga percaya kepada roh leluhur. Roh - roh leluhur ikut

berperan dalam menciptakan keseimbangan kosmos. Itulah sebabnya terhadap roh

- roh ini masyarakat Desa Wudi memberikan penghargaan serta menjalin relasi,

melalui berbagai ritus. Salah satu ritus yang kerap kali dilakukan adalah ritus

Teing Hang/Takung yakni memberi sesajian kepada roh leluhur dan juga roh

alam sebagai bentuk persembahan yang memiliki berbagai maksud, antara lain

meminta keberhasilan, memohon perlindungan, dan juga berupa ucapan syukur,

31

serta dibuat Toto Urat (memperlihatkan usus hewan kurban) yakni sebuah upacara

untuk membaca tanda - tanda yang berkaitan dengan nasib dimasa depan, dengan

melihat bentuk usus ayam, hati sapi, ataupun kerbau, tergantung bahan korban

yang disiapkan. Toto Urat hanya bisa dilihat oleh Ata Pecing (orang pintar).

Roh alam dan roh leluhur sering disebut Naga Golo ( roh kampung) yang

diyakini memiliki peran khusus untuk melindungi masyarakat dari bebagai

macam serangan, entah serangan fisik, dalam peperangan, maupun serangan non

fisik, seperti penyakit, berbagai bentuk Mbeko Janto (racun kiriman melalui

kiriman ilmu hitam yang dimaksudkan sebagai aksi destruktif), bencana alam, dan

sebagainya. Naga golo juga duhubungkan dengan berbagai peristiwa yang

menakjubkan, khususnya bila warga selamat dari bencana. Menurut mitos

masyarakat Desa Wudi, Naga Golo mendiami beberapa tempat, salah satunya

adalah Wae Barong (mata air), olehkarena itu pada beberapa upacara adat, seperti

upacara sebelum membuka lahan baru dalam kegiatan bertani, dan upacara Penti

(syukuran atas panen), masyarakat Desa Wudi melakukan ritual Teing Hang

(memberi sesajen) kepada Naga Golo yang mendiami mata air.

b. Kepercayaan akan adanya roh halus berupa Darat (peri), dan poti (setan).

Alam semesta dipercayai masyarakat Desa Wudi memiliki roh. Mahkluk

halus seperti peri atau bidadari yang disebut Darat merupakan mahkluk halus

yang sering menampakan diri di mata air, atau di sungai yang besar dengan

kedalaman yang tinggi dan angker. Menurut mitos masyarakat setempat Darat

biasanya muncul pada saat letak matahari persis diatas ubun - ubun atau sekitar

32

jam 12 siang hari, karena menurut kepercayaan masyarakat pada saat siang hari

jam 12 sinar matahari sangat panas, dan pada saat itulah para bidadari mandi.

Masyarakat Desa Wudi percaya Darat bisa membantu manusia dalam

pekerjaan tertentu, misalnya untuk memikul atau menyusun batu - batu besar.

Contohnya di Desa Wudi terdapat sebuah batu besar yang di sebut Watu Dari,

yang dipercayai masyarakat Desa Wudi sebagai batu tempat pertama kali nenek

moyang Desa Wudi membangun rumah. Watu Dari terdiri dari beberapa batu

besar yang disusun rapih, dan diatas batu tersebut nenek moyang masyarakat Desa

Wudi membangun rumah. Menurut cerita masyarakat setempat yang mengangkat

batu - batu besar tersebut adalah para Darat. Selain membantu manusia, Darat

juga dapat memberikan malapetaka tertentu. Misalnya ada orang yang tiba - tiba

hilang yang biasa disebut Wendo Le Darat yakni peristiwa Darat (bidadari)

mencuri seseorang, dan akan dikembalikan lagi jika ada ritus tertentu yang dibuat

oleh Ata Pecing (orang pintar). Ritus itu ditandai dengan pemukulan gendang dan

gong. Menurut kepercayaan masyarakat Desa Wudi bunyi gong dan gendang

merupakan bunyi gemuruh, guntur, dan halilintar bagi bangsa Darat. Ketika

mendengar bunyi gong dan gendang para Darat merasa ketakutan, dan

melepaskan orang yang mereka curi.

Selain Darat, ada juga mahkluk halus yang disebut Poti (setan). Poti

merupakan kekuatan jahat yang kerap dinilai indifferent terhadap manusia, yang

sering disebut Jing Da,at atau Poti Wolo (setan jahat) oleh masyarakat setempat.

Jika manusia berpapasan langsung dengan Poti Wolo, maka manusia akan sakit

dan bahkan dapat juga meninggal. Untuk menghindari bahaya lebih besar dari

33

kekuatan Poti, untuk menghindari bahaya yang lebih besar Ata Pecing atau Ata

Mbeko membuat rirual tertentu misalnya ritual Cebong One Wae ulu (mandi di

mata air). Poti juga dapat dipakai manusia yang memiliki kekuatan supranatural

untuk membawa malapetaka bagi orang lain. Di Desa Wudi ada sebuah istilah

yang disebut Rasung (racun) yang berhubungan penggunaan kekuatan magis, dan

melibatkan poti sebagai mediumnya. Aktus memberi Rasung bisa dilakukan

melalui berbagai materi alam misalnya : air, udara, matahari, kayu, tanah, dan

sebagainya. Benda - benda tersebut akan membunuh manusia dengan cara yang

irrasional dan tidak tampak secara kasat mata.

Kehadiran Ata Pecing atau Ata Mbeko (orang pintar) untuk menetralisir

kekuatan magis hitam, dan menolong orang yang terkena magis hitam. Selain Ata

pecing ada juga yang disebut Ata Janto (orang pintar). Ata Janto merupakan orang

yang mempunyai kekuatan supranatural tetapi Ata Janto menggunakan

kekuatannya untuk tujuan desrtuktif. Menurut mitos masyarakat setempat pohon-

pohon besar, dan telaga merupakan tempat tinggal Poti untuk itu pada saat

melewati pohon besar atau telaga masyarakat biasanya membawa jimak supaya

tidak di ganggu Poti.

c. Benda dan ucapan magis

Teknik penyembuhan Ata Mbeko (orang pintar) mengucapkan beberapa

mantra kemudian melakukan gestrikulasi tertentu untuk mengambil air yang

berfungsi untuk membersihkan dari kekuatan jahat, garam untuk menghancurkan

kekuatan jahat tersebut, adapula akar kayu berguna untuk mengikat semua magis

hitam, dan keris untuk membunuh mahkluk jahat yang menyakiti seseorang.

34

Selain itu ada juga benda untuk melindungi seseorang dari kekuatan jahat, yaitu

Jimak (azimat), Jimak mempunyai banyak bentuk yang terungkap dalam benda-

benda seperti batu akik, keris, bandul, tanduk, emas, gigi binatang tertentu, dan

sebagainya. Jimak didapati dari orang pintar ataupun diwarisi secara turun

temurun dari nenek moyang.

Adapula satu jenis mantra yang disebut Krenda. Krenda adalah mantra -

mantra tertentu yang diucapkan oleh masyarakat Desa Wudi pada saat khusus

dengan tujuan untuk membebaskan pengucapnya dari rasa takut dan tertekan oleh

situasi atau pristiwa tertentu. Misalnya Krenda untuk terhindar dari masalah,

Krenda untuk terhindar dari sakit, dan sebagainya. Krenda dapat diucapkan oleh

siapa saja, meskipun Krenda berasal dari Ata Mbeko (orang pintar).

d. Mori Kraeng/Mori Jari Dedek (Tuhan Maha Pencipta)

Hingga saat ini sebagian besar masyarakat Desa Wudi beragama Katholik,

meskipun demikian, kepercayaan akan adanya Tuhan yang mengatasi segalah

kekuatan yang ada, serta menjadii sumber,asal, dan tujuan segalah sesuatu

bukanlah semata-mata karena ajaran Katholik. Sejak dulu masyarakat Desa Wudi

akan adanya Tuhan, yang diungkapkan melalui doa yang biasa dipanjatkan oleh

masyarakat Desa Wudi.

“Denge le Mori agu ngaran, bate jari agu dedek, ite te pu,un par awon,

kolep sale ulun le, wa,in laun, tanah wa, awang eta, torong ata molorn, titong koe

tingo, tura ela Mori wura,baro eta Mori, senget koe lite gesar dami mendi, kaing

dami tegi becur,sor monggong ngelak mata mendi” ( “Dengarlah kiranya oleh

Tuhan penguasa dan pemilik semesta alam, tunjukkanlah kebenaran, bimbinglah

kami agar memperoleh kebenaran. Engkau yang menguasai bumi, dan yang

menguasai terbit hingga terbenamnya matahari, lindungilah kami, kiranya doa

kami dapat di dengar oleh dia yang telah menciptakan leluhur kami, limpahkanlah

kami dengan penghasilan atas usaha dan pekerjaan, sembah sujud kami, sealian

dengan rendah hati, memohon kemurahanMu”).

35

Setelah masuknya agama modern kepercayaan masyarakt desa Wudi dapat

dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5

Persebaran Penduduk Desa Wudi Menurut Agama Tahun 2014

No Agama Jumlah(Jiwa) Presentase (%)

1 Kristen Katolik 1.481 99,87

2 Kristen Protestan - -

3 Islam 2 0,13

4 Hindu - -

5 Budha - -

Jumlah 1.483 100

Sumber: Monografi Desa Wudi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 2.5, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa

Wudi menganut ajaran agama Katholik sebanyak 1.481 orang sedangkan agama

Islam sebanyak 2 orang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa daerah Flores pernah

diduduki oleh bangsa Portugis, seperti yang kita ketahui, tujuan utama kedatangan

para penjajah adalah untuk mencari kejayaan, kekuasaan dan menyebarkan

agama. Oleh karena itu, maka pada umumnya masyarakat Pulau Flores menganut

ajaran agama katolik, tidak terkecuali masyarakat Desa Wudi.

2.6 Sistem Mata Pencaharian

Pada bidang pertanian, sudah sangat lama dikenal pola perkebunan yang

disebut oleh masyarakat setempat dengan Lingko (kebun komunal atau sistem

pembagian tanah pertanian yang disebut Lodok). Seperti diketahui, masyarakat

Manggarai pada umumnya adalah masyarakat agraris. Secara turun temurun dua

36

jenis tanaman andalan masyarakat adalah padi dan jagung. Selain tanaman padi

dan jagung, hasil - hasil perkebunan lainnya seperti kopi, cengkeh, kemiri, dan

coklat, mendapat tempat sebagai komoditas yang akrab dengan orang Manggarai.

Di samping mengerjakan sawah dan berkebun orang Manggarai juga terkenal

handal dalam beternak kerbau, kambing, babi, dan ayam.

Selain bermatapencaharian sebagai petani dan peternak, juga terdapat

beberapa orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti tenaga medis dan guru. Orang

- orang yang berprofesi sebagai tenaga medis dan guru, juga memiliki kegiatan

sampingan seperti mengurus atau mengolah kebun dan beternak.

Tabel 2.6

Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wudi Tahun 2014

No Mata Pencaharian Jumlah

(Jiwa) Presentase (%)

1 Petani 799 88,88

2 PNS 24 2,67

3 Wiraswasta 26 2,89

4 Pensiunan 4 0,44

5 Guru Swasta 8 0,89

6 Tukang Batu 21 10,94

7 Tukang Kayu 17 1,89

8 Montir 9 1,00

Jumlah 899 100

Sumber: Monografi Desa Wudi Tahun 2014

Dari tabel 2.6, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Desa Wudi

bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini disebabkan karena kurangnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kondisi ekonomi

masyarakat yang pas - pasan saja, sehingga banyak masyarakat yang mencari

37

nafkah dengan mengandalkan fisik, pengalaman dan pengetahuan dasar seperti

beternak, bertani dan bercocok tanam.

Tabel 2.7

Jumlah dan Jenis Perkebunan Desa Wudi

No Jenis Komoditi Hasil (Ton)

1 Padi 65

2 Jagung 21

3 Pisang 50

4 Kopi 354

5 Cengke 40

6 Lombok 4

7 Singkong 77

Total 611

Sumber : Data Monografi Desa Wudi, Tahun 2014

Pemeliharan ternak pada masing - masing rumah tangga telah membudaya,

seperti babi, ayam, sapi, kerbau, kuda, anjing, kambing,dan lain-lain.

2.7 Sistem Organisasi Sosial Masyarakat

Ada 2 sistem orgaisasi sosial masyarakat yang di terapkan di Desa Wudi

diantaranya :

1. Pemerintahan Adat

Salah satu yang paling penting dalam kehidupan masyarakat Desa Wudi

adalah organisasi sosial, dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Wudi, dikenal

beberapa orang atau jabatan yang bertugas untuk mengatur kehidupan masyarakat

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan adat. Adapun struktur organisai adat di

Desa Wudi antara lain:

38

a) Tua Gendang.

Sebagai perangkat upacara adat, yang mengepalai rumah adat dan

berhak atas gong dan gendang adalah Tua Gendang. Apabila ada urusan

musyawarah, maka musyawarah senantiasa dilaksanakan di rumah adat

(mbaru gendang) dan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan serta

kelancarannya; termasuk yang berhak mengatur boleh tidaknya gong

dibunyikan.

Orang yang menjadi Tua Gendang atau Tua Tembong adalah yang

dipandang bijaksana. Urusan gendang ini juga sangat erat atau terkait

dengan kebun komunal (lingko) yang dikenal dengan prinsip “gendang

one lingko pe’ang”, karena gendang (lingko) itu diakui sah menurut adat,

yang ditandai dengan adanya Tua Tembong yang bertanggung jawab

secara adat dalam pembukaan kebun dimaksud.

b) Tua Golo.

Kampung (beo atau Golo) adalah pola hidup yang menetap pada

suatu tempat pemukiman. Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari

sebuah suku dan lazim disebut Ata Ngara Tana (pemilik tanah). Suku

yang membentuk kampung itulah yang berhak atas tanah di wilayah

tersebut yang luasnya relatif, karena sesuai dengan kekuatan merambah

hutan untuk membuka kebun (lingko).

Orang yang menjadi Tua Golo berdasarkan musyawarah, adalah

dari keturunan yang tertua dari suku tersebut dan berlaku secara turun-

temurun.Tugas atau fungsi dari Tua Golo adalah mengatur tata kehidupan

39

masyarakat kampung dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Dalam

urusan pemerintahan, Tua Golo yang melanjutkan atau membantu kepala

kampung untuk tugas - tugas tertentu antara lain seperti menyelesaikan

sengketa dan kegiatan - kegiatan sosial.

c) Tua Teno.

Tua Teno adalah orang yang bertugas untuk melaksanakan teknis

dalam pembukaan kebun (lingko). Tua Teno ditunjuk oleh anggota klen

(tua panga) yang dipandang mampu dan bijak untuk mengatur

kepentingan bersama dalam pembukaan kebun serta semua urusan adat

yang berpautan dengan kebun (lingko) tersebut. Tua Teno dapat

melaksanakan fungsinya stelah mendapat restu dari Tua Tembong, yang

dimusyawarahkan di rumah adat. Apabila disetujui oleh Tua Tembong,

maka diperintahkan seseorang untuk memukul gong memanggil warga

kampung untuk memusyawarahkan penentuan tempat pembukaan kebun

(lingko).

2. Pemerintahan Desa

Desa Wudi memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang

kepala desa dengan masa jabatan selama 5 Tahun. Pada saat melaksanakan

tugasnya, kepala desa dibantu oleh sekretaris desa dan kepala dusun. Desa Wudi

terdiri dari 3 dusun, yang masing-masing dusun dipimpin oleh seorang kepala

dusun. Di desa Wudi terdapat suatu badan yang bernama Badan Perwakilan Desa

(BPD) yang bertugas untuk mengontrol jalannya roda pemerintahan desa. Struktur

organisasi pemerintahan desa Wudi dapat dilihat pada gambar bagan 2.1

40

Bagan 2.1

Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Wudi

Sumber: Monografi Desa Wudi Tahun 2014

Bagan 2.1, menunjukan bahwa dalam menjalankan dan melaksanakan

tugas pada suatu desa, tugas kepala desa dibantu oleh sekertaris desa dan kepala

dusun. Sekertaris desa terdiri dari kepala - kepala urusan kaur. Kepengurusan

BPD (Badan Perwakilan Desa) dijabat langsung oleh kepala desa yang bertugas

mengelolah perencanaan pembangunan, dan membangun masyarakat untuk

melaksanakan pembangunan yang terpadu.