BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ......26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ......26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Setting Penelitian
4.1.1. Gambaran Geografis Penelitian
Gambar 1. Peta Desa Bukit Rawi
Desa Bukit Rawi (Gambar 1) merupakan salah satu
desa di kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang
Pisau, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Desa ini
berjarak ± 17 km dari kota Palangkaraya ke arah hulu sungai
27
Kahayan. Dari kota Palangkaraya bisa ditempuh dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat. Jika ingin menuju
Bukit Rawi dari Palangkaraya sebelumnya melewati
beberapa desa terlebih dahulu. Dari arah Palangkaraya
melewati jembatan Kahayan dan ketika sampai di pertigaan
terminal titik nol, belok ke kiri. Selanjutnya tinggal menempuh
jalan lurus melalui jalan Trans-Kalimantan hingga sampai di
Desa Bukit Rawi. Bukit Rawi sendiri memiliki luas wilayah ±
1.350 ha, pada bagian utara desa berbatasan dengan Desa
Tuwung, selatan dengan Desa Penda Barania, barat dengan
Desa Petuk Katimpun, dan timur berbatasan dengan Desa
Lahei yang merupakan bagian dari Kabupaten Kapuas.
Seperti yang ditunjukkan pada peta Desa Bukit Rawi pada
lampiran 5.
4.2. Karakteristik Partisipan
Sebelum melakukan wawancara pada partisipan, peneliti
terlebih dahulu mencari calon partisipan yang bersedia
untuk diwawancarai. Para calon partisipan ada yang
merupakan rekomendasi dari beberapa orang dan ada juga
yang partisipan langsung datangi untuk dimintai ikut menjadi
partisipan penelitian. Partisipan yang terlibat dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Bukit
Rawi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 5 orang.
28
Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan
No Inisial Umur
(Thn)
Jenis
Kelamin
Pekerjaan Pendidikan
Terakhir
P1 Nn. M 24 P Relawan D III
P2 Tn. M 29 L Pendeta S 1
P3 Ny. E 54 P Guru S 1
P4 Nn. R 20 P Mahasiswa SMA
P5 Tn. A 30 L Polisi SMK
4.3. Hasil Penelitian
a. Kualitas Hidup Berhubungan Dengan Bencana Asap
Hasil penelitian untuk tujuan pertama disusun
berdasarkan aspek-aspek kualitas hidup menurut
WHOQOL (Larasati, 2012) yang terdiri dari kesehatan
fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan.
29
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Aspek
Kualitas Hidup
Parameter Sub Parameter Hasil
Kesehatan Kesehatan fisik 100% terganggu
Perbandingan kesehatan
fisik tahun 2014 dan 2015
2014 :
20 % terganggu
80 % tidak terganggu
2015 : 100 % terganggu
Psikologis Kondisi psikologis 100% terganggu
Perbandingan kondisi
psikologis tahun 2014 dan
2015
2014 : 100 % tidak terganggu
2015 : 100 % terganggu
Interaksi social Interaksi social 60% terganggu
40 % tidak terganggu
Perbandingan Interaksi
sosial tahun 2014 dan
2015
2014 : 100 % tidak terganggu
2015 : 60 % terganggu dan 40 % tidak
terganggu
Lingkungan Kondisi Lingkungan 100 % terganggu
Perbandingan kondisi
lingkungan tahun 2014 dan
2015
2014 : 100 % tidak terganggu
2015 : 100 % terganggu
30
Dari hasil yang terdapat pada tabel di atas, terlihat bahwa
dalam aspek kesehatan fisik pada tahun 2015, sebanyak 5
partisipan merasakan gangguan berupa seperti sesak napas, mata
perih, batuk, dan flu sedangkan pada tahun 2014 hanya 1
partisipan yang merasakan gangguan kesehatan fisik.
Pada aspek kondisi psikologis, pada tahun 2015 sebanyak 5
partisipan merasakan gangguan seperti seperti khawatir, risih, tidak
konsentrasi, takut, dan was-was, sedangkan di tahun 2014 5
partispan tersebut tidak merasakan gangguan dalam aspek kondisi
psikologis.
Dari aspek interaksi sosial, tahun 2015 sebanyak 3
partisipan merasakan gangguan seperti tidak bisa beraktivitas di
luar rumah seperti biasa sehingga interaksi dengan tetangga sekitar
menjadi berkurang dan 2 partisipan lainnya tidak merasakan
gangguan, sedangkan pada tahun 2014 5 partisipan tidak
merasakan gangguan.
Dalam aspek lingkungan pada tahun 2015, 5 partisipan
merasakan ganggguan seperti asap tebal, kualitas udara, jarak
pandang yang terganggu, lingkungan hijau yang berkurang, dan air
di parit yang kering, sedangkan pada tahun 2014 5 partisipan tidak
merasakan gangguan.
31
b. Upaya Masyarakat Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Berhubungan Dengan Bencana Asap
Dari wawancara yang dilakukan dengan partisipan
penelitian, didapatkan hasil tentang upaya yang dilakukan
partisipan untuk meningkatkan kualitas hidup berhubungan
dengan bencana asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya
adalah sebagai berikut :
Grafik 4.1 Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Partisipan
Berhubungan Dengan Bencana Asap 2015
Terdapat 6 upaya yang dilakukan oleh partisipan, yaitu
memakai masker, mengisi baskom dengan air, membatasi
aktivitas outdoor, tidak membakar sampah sembarangan,
mendatangi posko kesehatan, dan melakukan sosialisasi.
32
4.4. Pembahasan
a. Kualitas Hidup Partisipan Berhubungan Dengan Bencana
Asap
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 5 partisipan,
didapatkan bahwa kelima partisipan mengalami
gangguan bencana asap dalam aspek kehidupannya,
yaitu aspek kondisi kesehatan, psikologis, interaksi
sosial, dan lingkungan yang berkaitan dengan aspek
dalam kualitas hidup dalam WHOQOL yang terdiri dari
aspek kondisi kesehatan, psikologis, interaksi sosial, dan
lingkungan (Larasati, 2012). Terlihat bahwa partisipan
merasa kualitas hidupnya menjadi terganggu ketika
mengalami bencana asap di tahun 2015.
Dari segi kondisi kesehatan, semua partisipan
menyatakan bahwa mengalami salah satu atau lebih
gangguan kesehatan seperti sesak napas, mata perih,
batuk, dan flu. Partisipan 1 mengatakan :
“Kalau saya merasakan gangguan sulit bernapas,
mata perih, dan aktivitas terganggu” (P1.18)
“Ada, terkena sakit flu” (P1.22)
Partisipan 2 mengatakan :
33
“Yang pertama, 2015 bencananya lebih besar dan
signifikan bagi masyarakat, segala sesuatu tidak bisa
dikerjakan, pekerjaan dan sebagainya, terganggagu
keadaannya, baik mobilitas pekerjaan ke Palangkaraya
dan Bukit Rawi, juga masalah kesehatan masyarakat
tidak berani berangkat karena gangguan kesehatan, jadi
sangat mengganggu pekerjaan, apalagi orang Bukit
Rawi banyak yang bekerja di Palangkaraya, karena
jarak pandang & kualitas udara sangat mengganggu,
selama kurang lebih 2 bulan dampaknya sangat
mengganggu” (P2.W1.10)
“Terganggu di bagian pernapasan” (P2.W1.12)
“Iya pas pelayanan, waktu itu pelayanan juga padat
dan sangat mengganggu. Kan kita pakai masker, jadi
tidak mungkin khotbah pakai masker pasti dilepas dulu,
dan kita menghirup asap kita batuk, tapi syukur jemaat
mengerti keadaan walaupun itu mungkin menggaggu
waktu pelayananan/khotbah. Gangguannya yang lebih
terasa ya pernapasan aja” (P2.W1.22)
Partisipan 3 mengatakan :
“Cuma sesak aja, cuma terasa aja di rumah” (P3.8)
Partisipan 4 mengatakan :
34
“Napas terasa seperti sesak” (P4.6)
“Iya, agak pedas rasanya” (P4.8)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau kondisi kesehatan yang dirasakan, kan
asapnya pekat jadi ngerasa gangguan pernapasan,
batuk, mata pedas, dan juga istri kemaren sampai ke
rumah oksigen atau posko karena asapnya yang terlalu
pekat” (P5.8).
Dibandingkan dengan tahun 2014, hanya 1
partisipan yang mengalami gangguan kesehatan,
Seperti yang dikatakan tiap partisipan dalam
wawancara. Partisipan 1 mengatakan :
“Waktu 2014 itu masih sehat lah, dari segi kesehatan
tidak terlalu karena antibodi masih kuat, tapi ketika 2015
asapnya lebih banyak lagi, apalagi 2015 jalan tidak
kelihatan kalau 2014 masih kelihatan jalannya” (P1.26)
“Iya, 2015 lebih parah, mata juga perih, kalau waktu
2014 mata tidak perih dan jalan juga masih terlihat
jelas” (P1.28)
Partisipan 2 mengatakan :
35
“Kondisi kesehatan pada tahun 2015 lebih parah dari
2014, kalau 2014 masih bisa ditoleransi. Di Bukit Rawi
juga jarak pandang bisa tidak terlihat” (P2.W1.16)
Partisipan 3 mengatakan :
“Lebih parah 2015 dari tahun 2014” (P3.10)
“Tidak ada, soalnya tidak terlalu parah” (P3.12)
Partisipan 4 mengatakan :
“Sama aja rasanya, kayak batuk gitu” (P4.10)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau 2014 biasa aja, yang lebih parah 2015
kemaren” (P5.10)
Dalam menjalani kehidupan, jika mengalami
gangguan pada kondisi fisik mengakibatkan
menurunnya fungsi diri seseorang dan mengganggu
aktivitas kehidupannya. Sejalan dengan pernyataan
Cella & Tulsky (Larasati, 2012) tentang persepsi
subjektif seseorang dalam melakukan kemampuan
mereka sendiri dan membandingkannya dengan
standar kemampuan internal yang mereka miliki agar
dapat merealisasikan sesuatu menjadi lebih ideal dan
sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dari hasil
36
penelitian terlihat bahwa partisipan mengalami
gangguan dalam melakukan fungsi kemampuan diri
sendiri dikarenakan gangguan pada aspek kesehatan
fisik.
Dari segi psikologis, semua partisipan menyatakan
bahwa mengalami salah satu atau lebih gangguan
seperti khawatir, risih, tidak konsentrasi, takut, dan was-
was. Seperti yang dikatakan para partisipan. Partisipan
1 mengatakan :
“Saya merasa risih, terganggu karena menghambat
perjalanan.” (P1.30)
“Iya, takut ketika berkendara di jalan karena waktu
bencana asap 2015 kemarin banyak terjadi kecelakaan,
seperti ada waktu itu ada pasien masuk karena
mengalami kecelakaan gara-gara asap”(P1.32)
“Terganggu, karena dari kesehatan juga sudah
terganggu dan menggangu konsentrasi juga” (P1.38)
Partisipan 2 mengatakan :
“Kalau dari saya, yang dikhawatirkan itu dari sisi
kesehatan walaupun saat ini tidak dirasakan mungkin
saja efeknya di masa yang akan datang karena di
dalam asap bukan Cuma ada asapnya saja tapi
37
mungkin ada zat-zat lain yang bisa mengganggu
kesehatan. Ibaratkan secara perlahan mengurangi usia
kita. Secara psikologi pasti kita berpikir itu ada
dampaknya walaupun tidak kita rasakan saat ini”
(P2.W1.20)
Partisipan 3 mengatakan :
“Ya merasa was-was aja takut terkena penyakit,
gangguan yang lain. Khawatir juga saat melakukan
perjalanan, terganggu, was-was apa nanti bisa sampai
gak di tujuan. Waktu mau wisuda anak saya kemarin
juga ada yang gagal perjalanannya/ penerbangan dari
Palangkaraya ke Jakarta. Tertunda perjalanannya.”
(P3.16)
Partisipan 4 mengatakan :
“Iya, takut ketika perjalanan jauh kan jalannya gak
terlalu kelihatan” (P4.12)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau dari sisi psikologis, kan kabut asap kan
mempengaruhi kesehatan dan juga ketika bekerja
jadi tidak konsentrasi, apabila kita mengendarai
motor kan otomatis mengganggu jarang pandang
38
penglihatan jadi lebih was-was, ya yang lebih rawan
itu ya kesehatan” (P5.12)
Dibandingkan dengan tahun 2014, tidak ada
partisipan yang mengalami gangguan dalam aspek
psikologis. Seperti yang dikatakan setiap partisipan.
Partisipan 1 mengatakan :
“Lebih enak ketika 2014, karena tidak terlalu parah”
(P1.40)
Partisipan 2 mengatakan :
“Tidak ada gangguan, biasa saja” (P2.W1.24)
Partisipan 3 mengatakan :
“Kalau 2014 tidak terlalu terasa, kalau 2015 lebih
parah sampai penerbangan pesawat ada yang ditunda”
(P3.18)
Partisipan 4 mengatakan :
“Memang yang lebih parah itu 2015, juga asapnya
lebih lama, kalau 2014 tidak ada masalah” (P4.14)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau di tahun 2014 sih tidak terlalu terganggu”
(P5.14).
39
Kesehatan psikologis merupakan hal yang sama
pentingnya dengan kesehatan fisik. Keduanya harus
sama-sama dijaga. Kesehatan psikologis yang
seseorang miliki tidak selalu sama. Dapat berubah
karena adanya perubahan lingkungan serta seseorang
yang terus bergerak melewati tahapan kehidupan yang
berbeda. Sejalan dengan dengan pendekatan
konseptual untuk mengukur kualitas hidup menurut
Stiglitz (2010) tentang gagasan kesejahteraan subjektif.
Pendekatan ini terkait erat dengan tradisi utilitarian, yang
menyatakan bahwa mengupayakan manusia untuk
‘bahagia’ dan ‘puas’ dengan hidup mereka merupakan
tujuan universal eksistensi manusia. Dalam hasil
penelitian terlihat bahwa dalam upaya mereka untuk
“bahagia” dan “puas” tidak bisa dicapai secara maksimal
terkait dengan gangguan pada aspek psikologis para
partisipan.
Dari segi interaksi sosial, tidak semua partisipan
menyatakan mengalami gangguan. Ada dua partisipan
yang menyatakan tidak mengalami gangguan yaitu
partisipan 3 dan 4. Partisipan 3 menyatakan biasa saja
dalam hal interaksi sosial walaupun sedang terjadi
bencana asap, partisipan 4 mengatakan tidak
40
mengalami gangguan karena memang aktivitas
perkuliahan yang membuatnya kurang berinteraksi
dengan tetangga sekitar. Tiga partisipan lain yaitu
partisipan 1, 2, dan 5 mengatakan mengalami gangguan
karena bencana asap yang mengakibatkan tidak bisa
beraktivitas di luar rumah seperti biasa sehingga
interaksi dengan tetangga sekitar menjadi berkurang.
Seperti yang dikatakan para partisipan. Partisipan 1
mengatakan :
“Kalau di tahun 2014 kan, tidak terlalu parah jadi
lebih enak kalau keluar rumah, kalau 2015 jarak
pandang juga tidak terlihat sehingga malas keluar
rumah, jadi dengan orang lain malas berkumpul...kalau
sore seperti sekarang kan enak karena terang, karena
takut terganggu kesehatan dan pada saat itu terkena flu
dan takut menularkan ke orang lain” (P1.42)
Partisipan 2 mengatakan :
“Iya pas pelayanan, waktu itu pelayanan juga padat
dan sangat mengganggu. Kan kita pakai masker, jadi
tidak mungkin khotbah pakai masker pasti dilepas dulu,
dan kita menghirup asap kita batuk, tapi syukur jemaat
mengerti keadaan walaupun itu mungkin menggaggu
41
waktu pelayananan/khotbah. Gangguannya yang lebih
terasa ya pernapasan aja” (P2.W1.22)
“Iya, ini juga salah satu dampak yang signifikan juga,
kita tidak mungkin seperti biasa keluar rumah dan hanya
berdiam diri di rumah, pasti berkurang sosialisasi
dengan masyarakat sekitar. Walaupun kalau memang
ada program pelayanan mau tidak mau, dan kalau tidak
perlu lebih baik di dalam rumah saja , itu dampaknya
mengurangi interaksi dengan warga lain.” (P2.W1.26)
“Keadaan lingkungan, secara umum karena asap
aktivitas berkurang karena aktivitas berkurang interaksi
antar warga juga berkurang , warga yang suka jalan-
jalan seperti biasa juga berkurang, karena setiap orang
lebih berdiam diri di rumah , malas keluar, jadi akibat
asap mengganggu interaksi dan pergaulan kehidupan
sehari-hari , baik masalah pekerjaan maupun hubungan
antar warga seperti saat sore-sore bertamu ke rumah
tetangga, seperti saya sebagai pendeta, biasanya
bertamu ke ruma tetangga minimal 1 orang, karena
adanya asap jadi dikurangi, itu yang mebuat interaksi
jadi malas keluar rumah” (P2. W1.30)
Partisipan 3 mengatakan :
42
“Oh, kalau itu sih relatif, kita santai aja. Tetap aja
sering ketemu dengan tetangga. Tetap aktivitas di luar”
(P3.20)
Partisipan 4 mengatakan :
“Jarang keluar dari rumah” (P4.16)
“Memang jarang keluar, karena kan lagi kuliah juga
jadi kadang baru pulang sore” (P4.20)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau waktu asap kemaren sih gak terlalu ada
kegiatan di luar, lebih banyak diam di rumah. Kan
kalau keluar rumah pasti asap, jadi aktivitas di luar
kurang” (P5.16)
Sedangkan pada tahun 2014 tidak ada partisipan
yang mengalami gangguan dalam aspek interaksi sosial,
seperti yang dikatakan setiap partisipan. Partisipan 1
mengatakan :
“Kalau di tahun 2014 kan, tidak terlalu parah jadi
lebih enak kalau keluar rumah, kalau 2015 jarak
pandang juga tidak terlihat sehingga malas keluar
rumah, jadi dengan orang lain malas berkumpul...kalau
sore seperti sekarang kan enak karena terang, karena
43
takut terganggu kesehatan dan pada saat itu terkena flu
dan takut menularkan ke orang lain” (P1.42)
Partisipan 2 mengatakan :
“Masih bisa, kalau 2015 itu tidak bisa apalagi ada
anak di rumah” (P2. W1.28)
Partisipan 3 mengatakan :
“Ya sama aja dengan 2015” (P3.22)
Partisipan 4 mengatakan :
“Sama aja, jarang keluar juga” (P4.18)
Partisipan 5 mengatakan :
“Tidak ada terganggu, biasa aja” (P5.18)
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan
sosial yang menyangkut hubungan antarindividu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Dari hubungan interpersonal inilah yang
nantinya juga bisa mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Di mana menurut Cohen & Lazarus
(Larasati, 2012), mengatakan kualitas hidup adalah
tingkatan yang menggambarkan keunggulan
seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan
mereka. Keunggulan individu tersebut salah satunya
44
dilihat dari hubungan interpersonal. Jika hubungan
interpersonal terganggu maka kualitas hidupnya pun
terganggu.
Dari segi lingkungan, semua partisipan
menyatakan bahwa mengalami salah satu atau lebih
gangguan, seperti asap tebal, kualitas udara, jarak
pandang yang terganggu, lingkungan hijau yang
berkurang, dan air di parit yang kering. Gangguan
yang dialami oleh partisipan dapat mempengaruhi
kualitas hidup mereka. Seperti yang dikatakan para
partisipan. Partisipan 1 mengatakan :
“Asapnya lebih tebal dan pekat 2015 dari 2014, terus
titik api 2015 lebih banyak dari tahun 2014, juga lebih
lama pemadaman 2015 karena titik apinya lebih banyak
dari 2014, dan di tahun 2015 hampir sepanjang jalan ke
arah bukit rawi , di belakang SD Bukit Rawi juga ada titik
api sehingga lebih terasa dampaknya” (P1.44)
Partisipan 2 mengatakan :
“Yang pertama, 2015 bencananya lebih besar dan
signifikan bagi masyarakat, segala sesuatu tidak bisa
dikerjakan, pekerjaan dan sebagainya, terganggagu
keadaannya, baik mobilitas pekerjaan ke Palangkaraya
dan Bukit Rawi, juga masalah kesehatan masyarakat
45
tidak berani berangkat karena gangguan kesehatan, jadi
sangat mengganggu pekerjaan, apalagi orang Bukit
Rawi banyak yang bekerja di Palangkaraya, karena jarak
pandang & kualitas udara sangat mengganggu, selama
kurang lebih 2 bulan dampaknya sangat mengganggu”
(P2. W1.10)
“Kondisi kesehatan pada tahun 2015 lebih parah dari
2014, kalau 2014 masih bisa ditoleransi. Di Bukit Rawi
juga jarak pandang bisa tidak terlihat” (P2. W1.16)
“Iya sepanjang hari, kalau sore hari saja agak
berkurang sedikit” (P2. W1.18)
Partisipan 3 mengatakan :
“Biasa-biasa aja sih, ya sama aja 2015 dan 2014
sama aja keamanan dan yang lainnya” (P3.26)
“Oh kalau itu ada gangguan, Ya terhambat
perjalanannya, kita lihat dulu keadaan asapnya apakah
masih tebal atau tidak. Dibandingkan dengan 2014 tidak
terlalu terasa” (P3.28)
Partisipan 4 mengatakan :
“Kalau di daerah dalam desa sih gak ada, adanya di
jalan luar sana” (P4.24)
46
“Asapnya tebal terus sepanjang hari” (P4.26)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau 2015 kemaren kan kemaraunya panjang,
otomatis kan tidak ada melihat yang hijau-hiaju gitu,
air di parit kering, asap juga tebal” (P5.20)
Sedangkan pada tahun 2014 tidak ada partisipan
yang mengalami gangguan dalam aspek lingkungan,
seperti yang dikatakan setiap partisipan. Partisipan 1
mengatakan :
“Asapnya lebih tebal dan pekat 2015 dari 2014, terus
titik api 2015 lebih banyak dari tahun 2014, juga lebih
lama pemadaman 2015 karena titik apinya lebih banyak
dari 2014, dan di tahun 2015 hampir sepanjang jalan ke
arah bukit rawi , di belakang SD bukit rawi juga ada titik
api sehingga lebih terasa dampaknya” (P1.44)
Partisipan 2 mengatakan :
“Kalau perbandingan kan tergantung, seperti yang
saya bilang kemaren itu kan dampaknya 2015 yang lebih
parah daripada 2014, jadi sangat-sangat berbeda, kalau
tahun 2014 itu kan masih bisa melakukan aktivitas dan
2015 itu semua masyarakat istirahat total karena kabut
47
asapnya lebih besar dan lebih tebal dari tahun 2014.”
(P2.W2.11)
“Dari lingkungan sekitar rumah, itu kan seperti yang
saya bilang kalau 2014 kan masih bisa orang sekitar
jalan-jalan, bekerja, ngobrol-ngobrol di luar. Kalau 2015
kemaren tidak berani keluar rumah gara-gara jarak
pandang dengan tetangga juga tidak terlihat. Jadi
gangguan lebih terasa di tahun 2015.” (P2.W2.13)
Partisipan 3 mengatakan :
“Oh kalau itu ada gangguan, Ya terhambat
perjalanannya, kita lihat dulu keadaan asapnya apakah
masih tebal atau tidak. Dibandingkan dengan 2014 tidak
terlalu terasa” (P3.28)
Partisipan 4 mengatakan :
“Kalau di tahun 2014 tidak terlalu tebalnya” (P4.28)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau 2014 biasa aja, malah lebih ke banjir di
tahun 2014” (P5.22)
Menurut WHOQOL (Larasati, 2012) lingkungan
merupakan salah satu aspek dalam kualitas hidup.
Lingkungan di sini terdiri dari kebebasan;
48
keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah,
sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial,
peluang untuk memperoleh keterampilan dan
informasi baru, keikutsertaan dan peluang untuk
berekreasi, aktivitas di lingkungan, dan transportasi.
Jika salah satu komponen dalam lingkungan tersebut
terganggu, maka kualitas hidup seseorang pun akan
terganggu.
b. Upaya Masyarakat Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Berhubungan Dengan Bencana Asap
Ada beberapa upaya yang telah dilakukan
masyarakat Desa Bukit Rawi selama bencana asap
seperti memakai masker, mengisi baskom dengan air,
membatasi aktivitas outdoor, tidak membakar sampah
sembarangan, mendatangi posko kesehatan, dan
melakukan sosialisasi. Seperti yang dikatakan tiap
partisipan. Partisipan 1 mengatakan :
“Lebih khusus ke kesehatan, seperti menggunakan
masker, terus jika asap sedang tebal tidak berani
berpergian keluar, lebih banyak di rumah, dan
membatasi aktivitas di luar” (P1.46)
49
“Kemarin sih ada sosialisasi, tentang mengisi
baskom dengan air untuk mengumpulkan awan,
menangkap asap, dan mengurangi asap” (P1.48)
“Menurut saya yang paling penting upayanya adalah
dimulai dari hal kecil seperti tidak membakar sampah
sembarangan” (P1.52)
Partisipan 2 mengatakan :
“Tidak, karena langsung ditangani oleh posko
kesehatan, oleh RSJ kerjasama dengan puskesmas,
walaupun agak terlambat sedikit karena tidak mungkin
melakukan persiapan sebelumnya, tapi menurut saya
mereka sudah tanggap bencana, dan juga petugas
melakukan keliling dengan ambulan dan jika ada
masyarakat yang sakit langsung dibawa ke posko, dan
juga kemaren sempat diberi obat karena kesehatan
yang terganggu” (P2.W1.14)
“Menurut saya pribadi, yang lebih diutamakan kita
belajar dari kabut asap. Kita biasanya kalau ada asap
baru kita bergerak, tapi lebih kepada antisipasi dari
sebelumnya. Saya setuju dengan program pemerintah
2016 yang bukan tanggap darurat, apa ya namanya
yang mengantisipasi sebelumnya, sebelum terjadi asap
50
kita sudah bertindak agar tidak ada asap yang muncul”
(P2.W1.34)
“Iya, tindakan pencegahan, bukan menanggapi tapi
mencegah bencana” (P2.W1.36)
“Pertama, karena saya pendeta saya mengimbau di
dalam renungan, khotbah selama asap itu bercerita
tentang keadaan lingkungan, walaupun secara konkret
kita juga membantu terutama karena area bukit rawi
merupakan area kebakaran. Dan di dalam renungan
yang saya tekankan adalah alam bisa hidup tanpa
manusia, tapi coba rasakan kita hidup tanpa alam yang
bersahabat. Inti saya menekankan kalau manusia tidak
bisa hidup tanpa adanya alam tapi kalau alam lebih
mantap hidupnya jika tanpa manusia. Nah, jika kita tidak
menjaga alam, kita juga yang rugi, dari situ saya
mengambil momen untuk menyadarkan diri tentang
lingkungan” (P2.W1.38)
“Tiap waktu selama asap, saya biasanya pergi ke
palangkaraya beli masker yang banyak dan membagi
masker ke warga sekitar dan masih banyak sisanya di
mobil itu.” (P2.W1.40)
51
“Iya pencegahannya yang paling penting, apalagi kita
ini belum menghadapi untuk tahun sekarang, jangan
kita lupa berapa banyak bayi yang meninggal di tahun
lalu, yang tidak bisa bekerja , berapa banyak kita
menderita dan kerugian kita. Walau saat itu kita merasa
baik-baik saja lalu kita berbuat semena-mena tapi
dampaknya di kemudian hari dan baru kita terkejut lagi,
jadi jangan sampai kita menjadi orang yang ceroboh
pada hal yang sama, saya lebih menekankan pada
seminar/khotbah tentang pencegahan, dan syukur juga
ada bantuan dari pemerintah seperti mesin pompa air
dan pembuatan sumur bor di titik-titik yang diperlukan.
Itu bukan buat ketika terjadi asap tapi ketika belum ada
asap itu disiram lingkungan seluruh lahan yang ada di
bukit rawi melalui bantuan pemerintah” (P2.W1.42)
“Iya ada, kemarin baru saja ada sosialisasi tentang
penjagaan alam dan pencegahan bencana alam,
langsung dengan sosialisasi tentang peraturan
pemerintah tentang hukuman/denda/sanksi
pembakaran lahan apapun bentuknya. Walalupun
terkadang bagi kita orang dayak, orang dayak tidak bisa
tidak membakar. Permasalahnya aturan ada tapi tidak
ada solusinya, jadi kadang pemerintah harus berpikir
52
tentang solusi bagi masyarakat. Tapi mengingat yang
terjadi tahun kemarin ya mungkin itu langkah terbaik
yang dilakukan pemerintah, harus tegas membuat
peraturan bahwa apapupun dalam bentuk apapun
segala bentuk kegiatan masyarakat jangan sampai
membakar karena kita sama-sama merasakan dampak
baik dalam hal kesehatan dan juga interaksi sosial
dalam masyarakat.” (P2.W1.44)
Partisipan 3 mengatakan :
“Oh kalau itu ada gangguan, Ya terhambat
perjalanannya, kita lihat dulu keadaan asapnya apakah
masih tebal atau tidak. Dibandingkan dengan 2014 tidak
terlalu terasa” (P3.28)
“Menggunakan masker, kan di samping asap juga
ada debu yang berterbangan” (P3.30)
“Ya terbatas aktivitas, ya diam di rumah saja kadang-
kadang malas keluar kalau tidak perlu yang tinggal di
rumah aja” (P3.32)
“Ya lebih ke diri kita sendiri dulu mengamankan, ya
kalau nunggu dari pemerintah kayak nunggu masker ya
nanti pasti lambat” (P3.34)
53
“Untuk tidak terulang lagi ya pasti pencegahannya,
seperti tidak membakar lahan semaunya” (P3.36)
Partisipan 4 mengatakan :
“Oh iya, perlu lah pakai masker, apalagi dari
pemerintah. Biasanya yang ngasih masker itu dari
mahasiswa-mahasiswa aja” (P4.32)
“Hanya menggunakan masker saja” (P4.34)
“Yang paling penting, ya menjaga kesehatan,
menggunakan masker dan juga jangan terlalu banyak
beraktivitas di luar ruangan” (P4.38)
“Lebih cepat menanggulangi kebakaran, kan setiap
tahun selalu terulang” (P4.40)
“Sama saja mungkin seperti yang saya katakan tadi,
seperti menjaga kesehatan, menggunakan masker dan
juga jangan terlalu banyak beraktivitas di luar ruangan”
(P4.40)
Partisipan 5 mengatakan :
“Kalau upaya saya, sebagai kepala keluarga
otomatis menjaga keluarga kita, bagaimana dia tetap
sehat, kan karena faktor cuaca yang buruk kita
otomatis tetap diam di rumah. Pas kemaren itu parah,
54
sekitar 2 hari itu kabutnya parah sampai mata pedas
dan batuk, kita pergi ke rumah oksigen itu” (P5.24)
“Kalau pakai masker itu otomatis, pake yang b59 itu”
(P5.26)
“Pakainya di luar aja, kalau di rumah tidak pakai”
(P5.28)
“Kalau upaya dari diri sendiri, kalau saya pengennya
pergi dari palangkaraya, kalau punya uang banyak ya
saya tinggal di banjar. Kebanyakan orang palangkaraya
lari ke banjar semua. Cari tempat yang aman” (P5.30)
“Kalau dari pemerintah sendiri kan, kemaren itu
kan kabut asap mendadak terjadi, ototmatis dari
pemerintah belum ada persiapan jadi cuma
persiapan posko oksigen aja. Kalau 2016 ini sudah
ada program, itu mereka beli alat-alat yang bagus
mesin yang dari luar yang bisa nyedot air dan
tembakannya besar.” (P5.32)
Dari semua upaya yang sudah dilakukan oleh
para partisipan merupakan tindakan yang baik dan
menunjukkan kesedaran masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka selama
bencana asap terjadi. Walaupun ada salah satu
55
upaya yang dilakukan kurang bisa membantu dalam
hal peningkatan kualitas hidup yaitu mengisi air
dengan baskom. Upaya tersebut menunjukkan
masih perlunya sosialisasi yang tepat bagi
masyarakat dalam hal menangani bencana asap
yang terajadi. Partisipan sudah melakukan beberapa
mitigasi berhubungan dengan kebakaran
hutan/lahan seperti yang dipaparkan Sukandarrumidi
(2010) :
1. Segera mematikan sumber kebakaran dengan
mematikan titik-titik api.
2. Menyiram dengan air dari udara sumber
kebekaran dan daerah yang sudah terlanjur
terbakar, dengan memanfaatkan pesawat udara.
3. Mengulangi menyiramkan air ke sumber
kebakaran melalui daratan. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa kayu yang sudah
terbakar kemungkinan masih menyala dan belum
padam karena siraman air dari udara.
4. Mengenakan masker penutup mulut dan hidung.
Memakai kacamata untuk melindungi mata.
Sejauh memungkinkan, menghindarkan diri
segera dari daerah rawan asap.
56
5. Masyarakat diimbau untuk membatasi diri atau
tidak keluar rumah apabila asap masih tebal.
Dari hasil dan pembahasan yang ada didapatkan bahwa
kelima partisipan kualitas hidup mereka dalam beberapa aspek
kehidupannya terganggu selama bencana asap. Berhubungan
dengan gangguan pada kualitas hidup mereka, kelima partisipan
pun mempunyai beberapa upaya dalam hal meningkatkan kualitas
hidup mereka selama bencana asap terjadi.