BAB III Fix (Bagian C

21
BAB III HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN INTERVENSI A. Pelaksanaan Intervensi Kesehatan Masyarakat Pelaksanaan kegiatan intervensi di Desa Bluru dimulai pada tanggal 16 Januari 2016, yaitu melakukan perizinan intervensi ke Kepala Puskesmas Tajau Pecah dan Kepala Desa Bluru beserta aparat desa lainnya sekaligus memberitahukan kegiatan intervensi yang akan dilaksanakan. Kemudian, pada tanggal 20-21 Januari 2016 silaturahmi dan sosialisasi kegiatan ke Aparat Desa dan Ketua RT 1-9. Rapat persiapan rencana kegiatan dengan aparat desa mengenai mekanisme dan jadwal intervensi yang akan dilakukan berupa penyuluhan dan pelatihan sampah organik dan anorganik, serta pemilihan kader lingkungan pada tanggal 22 Januari 2016. Berdasarkan rapat tersebut kader lingkungan dipilih dari kader lingkungan yang telah ada agar lebih efektif. Menurut Kepala Desa Bluru mereka adalah orang yang cukup 13

description

fg

Transcript of BAB III Fix (Bagian C

Page 1: BAB III Fix (Bagian C

BAB III

HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN INTERVENSI

A. Pelaksanaan Intervensi Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan kegiatan intervensi di Desa Bluru dimulai pada

tanggal 16 Januari 2016, yaitu melakukan perizinan intervensi ke

Kepala Puskesmas Tajau Pecah dan Kepala Desa Bluru beserta

aparat desa lainnya sekaligus memberitahukan kegiatan

intervensi yang akan dilaksanakan. Kemudian, pada tanggal 20-

21 Januari 2016 silaturahmi dan sosialisasi kegiatan ke Aparat

Desa dan Ketua RT 1-9. Rapat persiapan rencana kegiatan

dengan aparat desa mengenai mekanisme dan jadwal intervensi

yang akan dilakukan berupa penyuluhan dan pelatihan sampah

organik dan anorganik, serta pemilihan kader lingkungan pada

tanggal 22 Januari 2016. Berdasarkan rapat tersebut kader

lingkungan dipilih dari kader lingkungan yang telah ada agar

lebih efektif. Menurut Kepala Desa Bluru mereka adalah orang

yang cukup berkompeten dalam bersosialisasi sehingga

diharapkan kader dapat menyebarkan informasi yang diberikan

kepada masyarakat.

Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat Desa Bluru

tentang pentingnya mengelola sampah seperti pemisahan antara

sampah organik dan anorganik, mengolah sampah menjadi 13

Page 2: BAB III Fix (Bagian C

14

barang yang berguna, serta perlunya menjaga kesehatan

lingkungan dilakukan sebanyak 4 kali yakni pada tanggal 23, 25,

29 Januari 2016. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pada tanggal

23, 25 Januari 2016 dilakukan di Kantor Desa Bluru. Sedangkan

pada tanggal 29 Januari 2016 ada 2 kali kegiatan penyuluhan

yakni penyuluhan dilakukan bersamaan dengan kegiatan

yasinan. Selanjutnya, pada tanggal 26 Januari 2016 kegiatan

penyuluhan dan pelatihan kader lingkungan mengenai

pengolahan sampah organik dan anorganik serta pengenalan

mengenai bank sampah. Persiapan untuk penyuluhan yang

dilakukan seperti peminjaman tempat, peminjaman alat berupa

LCD serta pembuatan materi penyuluhan. Selain itu dibuat pula

instrument kegiatan berupa kuesioner (pre-test dan post-test),

lembar checklist, dan lembar evaluasi akhir penyuluh pada saat

kegiatan tersebut.

Kegiatan penyuluhan pada tanggal 23 Januari 2016

berlangsung dengan cukup lancar, namun peserta yang

menghadiri penyuluhan sedikit. Perwakilan masyarakat dusun 1

antusias mendengarkan materi yang diberikan. Materi yang

diberikan pada penyuluhan ada dua, yaitu mengenai sampah

(definisi, klasifikasi, dampak, bahaya) dan pengelolaan sampah

dengan 3R oleh perwakilan mahasiswa Program Studi Kesehatan

Page 3: BAB III Fix (Bagian C

15

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru. Tidak ada masyarakat yang bertanya. Kegiatan

penyuluhan kedua seharusnya dilaksanakan ada tanggal 24

januari 2016, terdapat kendala waktu dikarenakan ada acara

perkawinan, sehingga kelompok meminta izin kepada kepala

desa untuk melakukan penyuluhan pada hari lain. Solusi yang

diberikan oleh kepala desa adalah melaksanakan penyuluhan

pada tanggal 29 Januari 2016 pada acara yasinan. Tanggal 25

Januari 2015 kegiatan penyuluhan sama seperti kegiatan

pertama penyuluhan, namun sasaran ditujukkan kepada

perwakilan masyarakat dusun 3. Masyarakat antusias dan ada

masyarakat yang bertanya. Kegiatan penyuluhan pada tanggal

29 Januari 2016 di RT 1 dan RT 3B dengan sasaran perwakilan

masyarakat dusun 1 dan dusun 2 berjalan dengan cukup lancar.

Materi yang disampaikan sama dengan penyuluhan sebelumnya.

Kendala yang dihadapi saat penyuluhan ini adalah terdapat

beberapa responden yang lanjut usia sehingga memiliki

keterbatasan penglihatan dan buta aksara. Namun, mahasiswa

PSKM FK Unlam membantu responden dengan membacakan

kuesioner yang diberikan. Berdasarkan keseluruhan hasil dari

penyuluhan, terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap

responden.

Page 4: BAB III Fix (Bagian C

16

Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengelolaan sampah

organik dan anorganik dilaksanakan pada tanggal 26 Januari

2016. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa Bluru, Kader serta

beberapa masyarakat desa Bluru dengan narasumber Herry

Safanur dari Konsultan 3R Kementerian Pelayanan Umum dan

Permukiman Kalimantan Selatan dan Soraya sebagai Tim dari

Kementerian PU dan PR. Materi yang diberikan oleh Pak Herry

yakni mengenai Kampanye & Edukasi Peningkatan Kepedulian

Penyehatan Lingkungan Permukiman (Tata Kelola Sampah

Permukiman). Materi mengenai sampah terdiri dari pengertian

sampah, macam-macam sampah, pengelolaan sampah dan

tujuannya, manfaat pengelolan sampah, dampak negatif

sampah, pegelolaan sampah, gangguan kesehatan akibat

sampah, dan bank sampah. Selanjutnya penyampaian kegiatan

yang akan dilakukan dalam pelatihan disampaikan oleh Ibu

Soraya mengenai pengelolaan sampah anorganik. Walaupun

selama pelaksanaan penyuluhan terdapat suara gemuruh dari

genset, akan tetapi responden fokus dan antusias dalam

mengikuti acara penyuluhan. terjadi peningkatan pengetahuan

responden. Berdasarkan hasil dari pre-postest, terjadi

peningkatan pengetahuan responden. Setelah pemberian materi,

diberikan waktu istirahat selama 15 menit dan dilanjutkan

Page 5: BAB III Fix (Bagian C

17

kegiatan pelatihan sampah anorganik. Kegiatan pelatihan

pembuatan kerajinan dari sampah organik dilatih oleh Tim

Kementerian PU dan PR, sedangkan untuk pembuatan kompos

dilatih oleh Pak Herry. Masyarakat aktif dan antusias dalam

kegiatan pelatihan ini. Setelah selesai acara pelatihan,

selanjutnya diakhiri dengan foto bersama.

B. Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Evaluasi adalah proses menentukan nilai atau efektivitas

suatu kegiatan untuk tujuan pembuatan keputusan. Menurut

Sutjipta (2009), evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk

menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang

didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Evaluasi harus

memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan dalam suatu program (12,13).

Berdasarkan kegiatan intervensi yang telah dilakukan di

Desa Bluru pada PBL II, maka evaluasi pelaksanaan kegiatan

intervensi adalah sebagai berikut:

1.Input

Menurut Saleh (2007), untuk mencapai suatu tujuan

kegiatan maka harus dinilai dari beberapa aspek, yakni (14):

Page 6: BAB III Fix (Bagian C

18

a. Man (SDM). Man merujuk pada sumber daya manusia yang

dimiliki. Sumber daya manusia adalah faktor yang paling

menentukan dalam keberhasilan suatu kegiatan. Dalam

kegiatan intervensi ini man/sumber daya manusia yang

tersedia adalah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat yang

melakukan penyuluhan, narasumber yang melakukan

pelatihan (Konsultan Kementerian PUPR), kader, dan warga

Bluru sebagai sasaran.

Diagram Hasil lembar evaluasi pemateri pelatihan

Berdasarkan lembar evaluasi yang dibagikan kepada

masyarakat yang menghadiri penyuluhan dan pelatihan

diketahui 86,7% responden menyatakan pemateri dalam

kegiatan ini baik/bagus, dan 13,3 % responden menyatakan

kurang bagus. Responden menyatakan kurang baik karena

Page 7: BAB III Fix (Bagian C

19

pada saat responden bertanya responden merasa belum

mendapatkan jawaban yang memuaskan.

b. Money (Dana). Dalam kegiatan intervensi ini, uang (money)

tersedia dalam jumlah yang cukup. Uang bertujuan untuk

mendukung keberlangsungan suatu kegiatan termasuk

kegiatan intervensi seperti, pembelian konsumsi, fotokopi

materi, alat tulis, dll.

c. Materials (Bahan). Dalam suatu kegiatan, material digunakan

untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli

dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan

bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Bahan yang

digunakan dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah

seperti sampah-sampah bekas bungkus snack, sampah plastik,

serta sampah organik rumah tangga. Bahan yang diperlukan

dalam kegiatan pelatihan ini tersedia dalam jumlah yang

cukup. Sampah, serta peralatan-peralatan yang diperlukan

dalam proses pelatihan ini dibawa dan dikumpulkan oleh

masyarakat dan dari mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Unlam.

Selain itu, Materi dalam kegiatan intervensi ini adalah

bahan/materi yang diberikan oleh tenaga penyuluh terkait

intervensi yaitu pengelolaan sampah.

Page 8: BAB III Fix (Bagian C

20

Diagram Hasil lembar evaluasi materi pelatihan

Berdasarkan lembar evaluasi yang dibagikan kepada

masyarakat yang menghadiri penyuluhan dan pelatihan

Page 9: BAB III Fix (Bagian C

21

diketahui 93,3% responden menyatakan materi dalam

kegiatan ini baik/bagus, dan 6,7% responden menyatakan

cukup. Responden menyatakan materi yang diberikan cukup

baik karena Bahasa yang digunakan dapat dipahami dengan

baik.

d. Method (Metode). Metode adalah suatu tata cara kerja yang

memperlancar jalannya suatu kegiatan. Metode yang

digunakan dalam intervensi adalah ceramah oleh tenaga

penyuluh dan diskusi antara tenaga penyuluh dan peserta

penyuluhan. Sedangkan metode yang digunakan dalam

pelatihan pengelolaan sampah adalah demo secara langsung

bagaimana mengolah kerajinan dari sampah anorganik dan

bagaimana melakukan komposting dengan sampah organik.

Diagram Hasil lembar evaluasi materi pelatihan

Page 10: BAB III Fix (Bagian C

22

Berdasarkan lembar evaluasi yang dibagikan kepada

masyarakat yang menghadiri penyuluhan dan pelatihan

diketahui 73,3% responden menyatakan metode dalam

kegiatan ini menarik/menyenangkan, 20% responden

menyatakan cukup menyenangkan, dan 6, 7% menyatakan

metode yang digunakan kurang menarik/bosan. Responden

menyatakan metode yang digunakan kurang menarik karena

tidak dapat mengumpulkan banyak remaja.

e. Machine. Machine dalam hal ini menyangkut sarana dan

prasarana kegiatan intervensi. Sarana penunjang keberhasilan

intervensi yang tersedia adalah laptop, LCD, microphone, dan

genset listrik. Sementara prasarana yang digunakan adalah

kantor Desa Bluru dan gerbang posyandu sebagai tempat

dilakukannya penyuluhan dan pelatihan pengelolaan sampah.

Dilihat dari 5 indikator input pelaksanaan kegiatan

intervensi yang telah dilaksanakan di Desa Bluru, yaitu man,

material,money, method, dan machine maka dapat dinilai

kegiatan intervensi telah sesuai dengan rencana kegiatan.

2. Proses

Evaluasi proses adalah suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan untuk melihat tingkat keberhasilan proses

kegiatan yang telah dilaksanakan (15). Pelaksanaan kegiatan

Page 11: BAB III Fix (Bagian C

23

intervensi dilakukan di Desa Bluru yaitu tentang penyuluhan dan

pelatihan pengelolaan sampah dilakukan pada tanggal 26 Januari

2016 dengan sasaran masyarakat desa Bluru. Warga cukup aktif

dalam mengikuti kegiatan intervensi, hal ini dapat dilihat dari

kehadiran warga dimana selain 10 kader yang diundang juga

terdapat beberapa warga yang juga berhadir dalam kegiatan

intervensi. Pada saat kegiatan warga juga terlihat kondusif atau

memperhatikan materi dengan baik. Selain itu, beberapa warga

juga aktif bertanya saat dilakukan pelatihan pengelolaan

sampah. Namun, kegiatan ini tidak lepas dari beberapa kendala,

yakni:

a.Internal

Pada bagian internal, masalah atau kendala yang

mengganggu adalah adapun faktor internal dari warga Bluru

sendiri yang menjadi hambatan pada saat penyuluhan

berlangsung yaitu beberapa warga datang terlambat, sehingga

menganggu konsetrasi dari warga untuk mendengarkan

penjelasan mengenai pokok permasalahan yang terjadi dalam

hal ini adalah sampah. Selain itu, terlambatnya kedatangan

warga dari jam yang ditentukan juga menyulitkan mahasiswa

untuk melakukan pre-post untuk mengetahui pengetahuan

warga sebelum penyuluhan dan pelatihan.

Page 12: BAB III Fix (Bagian C

24

b.Eksternal

Kendala pada eksternal adalah padamnya listrik pada saat

kegiatan. Penggunaan genset pada saat penyuluhan dan

pelatihan membuat adanya gangguan suara bising yang

mengganggu konsentrasi warga saat kegiatan. Selain itu,

kendala kegiatan lebih pada penyesuaian jadwal dan

penyesuaian pelaksana kegiatan terhadap warga desa Bluru.

Penyesuaian terhadap interaksi yang dilakukan mengenai

perbincangan, tatap muka dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan

karena perbedaan budaya dan suku yang ada antara pelaksana

dengan warga desa yang hampir seluruhnya memiliki budaya

jawa dan menggunakan Bahasa jawa yang kental.

3.Output

Evaluasi output adalah evaluasi yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian hasil yang telah dicapai. Output dari

pelaksanaan kegiatan intervensi adalah terlihatnya peningkatan

pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah.

Tabel 3.1 Hasil Pretest dan posttest pengetahuan warga sebelum dan

sesudah intervensi

No PertanyaanSebelum Intervensi

(Pretest) Setelah Intervensi (Posttest)

Jumlah benar % Jumlah benar %

1 25 92,7 % 27 100%

2 27 100 27 100%

Page 13: BAB III Fix (Bagian C

25

%3 26 97,3

% 27 100%

4 26 97,3 % 27 100 %

5 15 55,6 % 26 97,3 %

6 8 29, 6 % 23 85.2 %

7 8 29, 6 % 23 85.2 %

8 26 97,3 % 27 100 %

9 16 59,3 % 21 77.8 %

10 27 100% 27 100 %

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui pengetahuan warga

sebelum intervensi yang masih kurang adalah pertanyaan no

5,6,7, dan 9 terkait pengetahuan 3R (reduce, reuse, recycle) dan

pengetahuan tentang penyakit yang dapat diakibatkan oleh

sampah yang dibakar. Masyarakat belum mengetahui salah satu

dampak dari pebakaran sampah adalah penyakit ISPA. Namun,

setelah dilakukan intervensi pengetahuan warna mengenai 3R

(reduce, reuse, recycle) dan penyakit akibat sampah mengalami

peningkatan.

Tabel 3.2 Hasil Pretest dan posttest skor pengetahuan warga sebelum dan sesudah intervensi.

No Nama warga

Sebelum Intervensi (Pretest)

Setelah Intervensi (Posttest)

Jumlah

benarSkor

Jumlah

benarSkor

1 Sri Mulyati 7 70 10 100

Page 14: BAB III Fix (Bagian C

26

2 Agung S.W 8 80 10 1003 Sumiati 7 70 10 1004 Casmiati 7 70 10 1005 Pia Juwarnika 5 50 10 1006 Sumiani 8 80 10 1007 Siti Nur Hidayah 9 90 10 1008 Eti Wahyuni 10 100 10 1009 Poni 10 100 10 10010 Katmini 7 70 8 8011 Yatini 7 70 10 10012 Tasmiati 7 70 9 9013 Siti Noor Aida 7 70 10 10014 Widia PA 7 70 9 9015 Aminaton 5 50 9 9016 Solikah 10 100 10 10017 Kartini 8 80 9 9018 Daliyem 8 80 8 8019 Siti Maysaroh 6 60 8 8020 Siti Halimah 8 80 100 10021 Ruslina H 10 100 100 10022 Porwati 8 80 9 9023 Siti Aminah 6 60 9 9024 Setyo Wartini 7 70 10 10025 Royanah 8 80 10 10026 Mun Faridah 7 70 9 9027 Rahma Safitri 8 80 9 90

Rata-rata 75, 9 94,8

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui rata-rata pengetahuan

warga meningkat sebelum dan sesudah intervensi. Sebelum

intervensi rata-rata pengetahuan warga 75,9 dengan nilai

terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Setelah dilakukan intervensi

rata-rata pengetahuan warga meningkat menjadi 94,8 dengan

nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100. Berdasarkan analisis

menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p-value 0,0001 <

Page 15: BAB III Fix (Bagian C

27

0,05 yang menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan sebelum

dan sesudah penyuluhan.

Selain terjadi perubahan pengetahuan, juga terjadi

perubahan perilaku pada beberapa warga Bluru. Berdasarkan

evaluasi yang dilakukan pada tanggal 4 Maret 2015 sejumlah 24

warga sudah berperilaku mengurangi sampah. Beberapa warga

mulai mengurangi sampah organik dengan cara komposting, dan

sampah anorganik dengan cara membuat kerajinan dari sampah

plastik dan pemanfaatan barang bekas.

C. Evaluasi Terhadap Efektivitas Intervensi dalam

Mengatasi Permasalahan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada tanggal 4

maret 2016, menurut informasi dari 10 orang kader sebanyak 24

Rumah tangga (88%) dari target warga telah berperilaku

mengelola dan mengurangi sampah (dapat dilihat pada

Lampiran). Dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga

sebagian dari warga telah melakukan metode komposting dan

membuat kerajinan tangan. Dari serangkaian kegiatan intervensi

yang telah dilakukan menurut sebagian besar warga yang telah

berpartisipasi dalam kegiatan ini, intervensi ini sangat

bermanfaat karena dapat meningkatkan pengetahuan,

Page 16: BAB III Fix (Bagian C

28

pengalaman dan keterampilan mereka khususnya, dalam hal

pengelolaan sampah yang baik.

Kegiatan komposting dan pembuatan kerajian tangan

menurut warga dapat dilakukan dengan mudah. Dalam kegiatan

komposting sendiri warga hanya perlu menyiapkan wadah

sederhana untuk penyimpanan kompos dan mengisinya dengan

sampah-sampah organik sisa kegiatan rumah tangga saja.

Apabila warga tidak memiliki waktu untuk mengelola komposting

sendiri maka komposting dapat dikelola bersama warga lainnya

dalam suatu tempat sehingga hal ini dapat lebih memudahkan

masyarakat dalam hal pengelolaan dan akan meningkatkan

jumlah kompos yang akan dihasilkan.

Dalam kegiatan pembuatan kerajinan tangan, hal ini juga

cukup mudah dilakukan karena warga hanya perlu menyediakan

sampah plastik dan alat jahit sederhana saja. Namun, dalam

proses pembuatan kerajinan tangan ini warga mengaku sedikit

kesulitan dalam hal ketersediaan waktu karena kebanyakan

waktunya digunakan untuk bekerja. Beberapa warga tertentu

saja yang memiliki waktu luang untuk melakukannya. Meskipun

beberapa warga terkendala dalam hal waktu, tetapi mereka

memberikan sampah plastiknya pada warga yang melakukan

kerajinan tangan dan juga memanfaatkan sampah non-

Page 17: BAB III Fix (Bagian C

29

organiknya menjadi barang daur ulang seperti memanfaatkan

sisa bungkus plastik menjadi pot atau polybag tanaman.

Komposting dan kerajinan tangan terbukti dapat

mengurangi masalah sampah di Desa Bluru karena warga mulai

mengurangi kebiasaan membakar sampah dan mulai

memanfaatkan sampahnya kembali baik itu sampah organik

maupun sampah anorganik. Hal ini dapat dilihat dari tindakan

warga dalam pengelolaan sampahnya, tidak hanya oleh para

kader tapi juga oleh warga disekitarnya. Meskipun sebagian

warga tidak secara langsung melakukannya namun mereka

mulai memberikan sampahnya untuk dikelola kepada sebagian

warga yang telah melaksanakan komposting dan kerajinan

tangan.