BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian -...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian -...
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus
dari luar. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara
setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien
skizofrenia ( Stuart and Sundeen, 1991 ).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan suatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar. Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien itu
yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui
bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu atau yakin sekali bahwa hal itu benar adanya (
Maramis, 2004).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah dimana seseorang
mempersepsikan sesuatu tanpa adanya stimulus atau rangsangan dari luar.
B. Jenis-jenis Halusinasi
Jenis-jenis Halusinasi menurut Stuart dan Laraia (2001), meliputi :
1. Halusinasi Pendengaran / akustik
Karakteristik : mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan kepercakapan lengkap antara dua orang atau lebih
tentang orang yang mengalami halusinasi pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-
kadang membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan / visual
Karakteristik : Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometri,
gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenagkan atau menangkutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi Penghidu
Karakteristik : Membaui bau-bau tertentu seperti bau darah, urin atau fases,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang, atau demensi.
4. Halusinasi Pengecapan
Karakteristik : Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin dan feses.
5. Halusinasi Perabaan
Karateristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6. Halusinasi cenesthetic
Karakteristik : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urin.
7. Halusinasi Kinesthetic
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
C. Fase – fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, 2001 fase-fase halusinasi meliputi :
a. Fase Comforting
Klien mengalami ansietas sedang dan halusinasi yang menyenangkan. Klien
mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut dan
mecoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Individu mengalami bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori
berada dalam kendali kesadaran, jika ansietas dapat ditangani. Fase ini bersifat
non psikotik.
Perilaku klien : menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik.
b. Fase Condenming
Klien mengalami ansietas berat dan halusinasi menjadi menjijikkan. Pengalaman
sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Klien mungkin mengalami diperlakukan oleh pengalaman sensori dan menarik
diri dari orang lain. Fase ini bersifat psikotik ringan.
Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. Rentang
perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c. Fase Controlling
Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman sensorik menjadi berkuasa. Klien
berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensorik halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik.
Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti,
kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa
detik atau menit.
d. Fase Conquering
Klien mengalami panik dan umumnya menjadi melebur dalam halusinasi.
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi
terapeutik. Fase ini bersifat psikotik berat.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide.
Aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonia dan tidak mampu merespon terhadap perintah yang
kompleks.
D. Rentang Respon Neurobiologis
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang
berhubungan dengan fungsi neurobiologi. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin
menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut :
Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif
1. Pikiran logis 2. Persepsi akurat 3. Emosi konsisten
pengalaman
4. Perilaku sesuai 5. Hubungan sosial
1. Pikiran kadang menyimpang
2. Ilusi 3. Reaksi emosional
berlebihan atau kurang
4. Perilaku ganjil (tidak lazim)
5. Menarik diri
Sumber : Stuart ( 2002 )
1. Gangguan pikiran atau waham
2. Halusinasi 3. Kesulitan untuk
memproses emosi 4. Ketidakteraturan
perilaku 5. Isolasi sosial.
Gejala psikosis dikelompokkan menjadi lima kategori utama fungsi otak :
kognitif, persepsi, emosi, perilaku, dan sosialisasi yang saling berhubungan. Perilaku
yang berhubungan dengan masalah proses informasi termasuk pada semua aspek
memori, perhatian, bentuk dan isi bicara, pengambilan keputusan, dan isi pikir (
waham, pola pikir primitif, dan pemikiran autistik ). Persepsi mengacu pada pada
identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui pancaindra. Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah
persepsi yaitu halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi ( Stuart, 2002 ).
Perilaku yang berhubungan dengan emosi dapat diekspresikan secara berlebihan (
hiperekspresi ) atau kurang ( hipoekspresi ) dengan sikap yang tidak sesuai. Individu
yang mengalami skizofrenia mempunyai masalah yang berhubungan dengan
hipoekspresi diantaranya : aleksitimia, apati, dan anhedonia. Respon neurobiologis
maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak dipandang, membingungkan,
sulit diatasi, dan sulit dipahami orang lain.
Perilaku yang berhubungan dengan gerakan diantaranya gerakan mata abnormal,
menyeringai, langkah yang tidak normal, apraksia, dan ekoprasia. Perubahan perilaku
meliputi agresi atau agitasi, perilaku stereotip, impulsif dan avolisi. Perilaku yang
berhubungan dengan sosialisasi diataranya menarik diri, harga diri rendah, tidak
tertarik dengan aktivitas rekreasi, dan penurunan kualitas hidup ( Stuart, 2002 ).
E. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart & Sundeen, (1991) faktor predisposisi meliputi :
1. Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis yang
maladaptif yang baru mulai dipahami. Termasuk hal-hal berikut : a)
Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang
luas dalam perkembangan skizofrenia, b) Beberapa kimia otak dikaitkan
dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini 1)
Dopamine neurotransmitter yang berlebihan, 2) Ketidakseimbangan antara
dopamine dan neurotransmitter lain, 3) Masalah-masalah pada system reseptor
dopamine. Keluarga dengan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi pada skizofrenia.
2. Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologi yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya, teori psikologi
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga,
menimbulkan kurangnya rasa percaya diri keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa professional.
3. Sosial Budaya
Perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti serta
perilaku mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dengan lingkungan
4. Organik
Gangguan orientasi realitas muncul karena kelainan organik yang biasa
disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal serta
gangguan metabolic masuk didalamnya.
b. Faktor presipitasi
Menurut Stuart and Sundeen (1991) faktor presipitasi halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptif termasuk : a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi, (b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi
rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
individu.
F. Manifestasi Klinik
Menurut Towsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat ditunjukkan klien
dengan kondisi halusinasi berupa :
1. Data subjektif
a. Mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata
b. Melihat gambaran tanpa stimulus nyata
c. Mencium bau tanpa stimulus nyata
d. Merasa makan sesuatu
e. Merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya
g. Ingin memukul dan melempar barang
2. Data Obyektif
a. Berbicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal
c. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata
d. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
e. Disorientasi
f. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi rendah
g. Perasaan curiga, takut, gelisah, bingung
h. Ekspresi muka : tegang, muka merah, kadang pucat
i. Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri
j. Menunjukkan perilaku merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
G. Penyebab Terjadinya Masalah
Menurut Keliat ( 1998 ) mekanisme dari klien dengan menarik diri yaitu
berdiam diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, dia
juga akan melepaskan diri dari minat dan perhatian lingkungan serta orang lain,
preokupasi dengan pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan halusinasi.
H. Akibat Terjadinya Masalah
Menurut Keliat ( 1998 ) mekanisme resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan yaitu klien dengan halusinasi terjadi pengembangan non realita, kemudian
akan timbul suatu rangsangan terhadap psikologi klien untuk melakukan perilaku mal
adaptif.
I. Mekanisme Koping
Menurut Keliat ( 1998 ) perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologik adalah:
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mampu sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari - hari sehingga klien menjadi malas untuk beraktivitas,
2. Projeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda,
3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
J. Pohon Masalah
Gambar 2.2 Pohon Masalah Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Risiko tinggi mencederai Diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori persepsi : halusinasi (core problem)
Gangguan masalah kesehatan
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep harga diri rendah
Defisit perawatan diri : mandi, berhias
Sumber : Keliat ( 2005 )
K. Masalah Keperawatan
Menurut Keliat ( 2005 ) adapun masalah yang muncul pada klien dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi akustik antara lain adalah :
1. Risiko tinggi mencederai (diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan)
2. Perubahan sensori persepsi: halusinasi
3. Isolasi sosial: menarik diri
4. Gangguan konsep diri harga diri rendah
5. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
L. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat ( 2005 ) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi akustik antara lain adalah :
1. Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
2. Ganguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik
diri.
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
4. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri :
mandi dan berhias.
M. Fokus Intervensi
Menurut Keliat ( 1998 ) Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu
tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan tindakan keperawatan. Tujan
umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan
umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.
1. Diagnosa keperawatan I Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran (Keliat, 1998).
a. Tujuan umum : klien tidak menciderai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal ataupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi
timbulnya halusinasi, klien dapat mengungkapkan perasaan
terhadap halusinasinya.
Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya.
Intervensi Keperawatan :
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap,
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa
tanpa stimulus. Memandang ke kiri dan ke kanan atau ke depan seolah-olah
ada teman bicara
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
(1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara
yang didengar
(2) Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan
(3) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
(4) Katakan bahwa ada klien lain seperti klien
(5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien
(1) Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
(2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, sore dan malam atau jika
sendiri atau jengkel atau sedih)
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaannya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
Klien dapat menyebutkan cara baru
Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang
telah didiskusikan dengan klien
Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya
Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi Keperawatan :
a) Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi, tidur, marah, menyibukkan diri dll.
b) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat berikan
pujian
c) Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya
halusinasi :
(1) Katakan "saya tidak mau mendengar kamu " (pada saat halusinasi terjadi)
(2) Menemui orang lain (perawat, teman, anggota keluarga) untuk bercakap-
cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
(3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul
(4) Meminta keluarga, teman, perawat, menyapa jika tampak bicara sendiri
d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil
f) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok , Orientasi realita,
stimulasi persepsi.
4) Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.
Kriteria Evaluasi : keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat, keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan
tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
Intervensi Keperawatan :
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
b) Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung /pada saat
kunjungan rumah).
(1) Gejala halusinasi yang dialami klien
(2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
(3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
(4) Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan:
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai orang lain.
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan manfaat dosis dan efek samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien dapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat.
Intervensi Keperawatan:
a) Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
b) Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
c) Anjurkan klien bicara sendiri dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
d) Diskusikan akibat berhenti obat - obat tanpa konsultasi.
2. Diagnosa Keperawatan II Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
berhubungan dengan menarik diri.
a. Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria hasil : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mala, mau berjabat tangan, man menyebutkan nama,
mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
b) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c) Perkenalkan diri dengan sopan
d) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Jujur dan menepati janji
g) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
h) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang
berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Intervensi Keperawatan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
e) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
dari lingkungan sosial, klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain
secara bertahap, dan klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang
lain.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain, misalnya : banyak teman, tidak sendiri, bisa
diskusi.
Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain misalnya, sendiri, tidak punya teman, sepi
l.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji pengetahuan klien manfaat dan keuntungan tidak berhubungan dengan
orang lain
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain,
c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain,
e) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
f) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain,
g) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain,
h) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria Evaluasi : Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara
bertahap antara K-P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-
kel/Kelompok/Masyaakat.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K-P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-kel/Klp/Masy.
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri, orang
lain.
Intervensi Keperawatan :
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Kriteria Evaluasi : Keluarga dapat menjelaskan perasaannya,
mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri,
berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri
Intervensi Keperawatan:
a) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik diri,
penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik
diri tidak ditanggapi, dan cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
b) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
c) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bertahap bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
d) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga