BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma...

16
11 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Anatomi Anatomi dan fisiologi paru-paru dimana masing-masing terletak disamping garis medialis di rongga toraks. Paru-paru berbentuk kerucut yang memiliki 2 apeks, basal, permukaan kosta, dan permukaan medialis. Bagian apeks (puncak) dibagian dasar leher sekitar 25 mm diatas klavikula tengah dan dasarnya pada diafragma. Paru dibagi menjadi dua yaitu paru kanan dan kiri, pada paru kanan terdiri dari tiga lobus sedangkan pada paru kiri terdiri dari dua lobus dan lobus ini merupakan lobus yang dapat terlihat, paru-paru tebagi lagi menjadi sub-sub kecil yang disebut bronkopulmonari segmene. Paru-paru dipisahkan oleh ruang yang dinamakan mediastrium. Didalamnya terdapat jantung pembuluh darah besar, esofagus, bagian dari trakea, nodus limfe, serta saraf (Somantri, 2012, p.8 ; Waugh & Grant, 2011, p.152). Waugh & Grant (2011), didalam paru-paru terdapat rongga torak yang merupakan ruangan kosong atau pemisah berfungsi untuk melindungi organ paru-paru. Pleura terdiri dari membran serosa dan terdapat disetiap masing- masing paru. Ada dua pleura yaitu pleura parietal dan pleura viseral yang terdapat cairan serserosa yang terbagi menjadi dua lapisan yang satu ada pada rongga toraks dan paru-paru. Suplai darah pada paru-paru dari arteri pulmonal. Dua bronkus primer terbentuk dari trakea yang bercabang manjadi dua yaitu

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

11

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Anatomi

Anatomi dan fisiologi paru-paru dimana masing-masing terletak

disamping garis medialis di rongga toraks. Paru-paru berbentuk kerucut yang

memiliki 2 apeks, basal, permukaan kosta, dan permukaan medialis. Bagian

apeks (puncak) dibagian dasar leher sekitar 25 mm diatas klavikula tengah dan

dasarnya pada diafragma. Paru dibagi menjadi dua yaitu paru kanan dan kiri,

pada paru kanan terdiri dari tiga lobus sedangkan pada paru kiri terdiri dari dua

lobus dan lobus ini merupakan lobus yang dapat terlihat, paru-paru tebagi lagi

menjadi sub-sub kecil yang disebut bronkopulmonari segmene. Paru-paru

dipisahkan oleh ruang yang dinamakan mediastrium. Didalamnya terdapat

jantung pembuluh darah besar, esofagus, bagian dari trakea, nodus limfe, serta

saraf (Somantri, 2012, p.8 ; Waugh & Grant, 2011, p.152).

Waugh & Grant (2011), didalam paru-paru terdapat rongga torak yang

merupakan ruangan kosong atau pemisah berfungsi untuk melindungi organ

paru-paru. Pleura terdiri dari membran serosa dan terdapat disetiap masing-

masing paru. Ada dua pleura yaitu pleura parietal dan pleura viseral yang

terdapat cairan serserosa yang terbagi menjadi dua lapisan yang satu ada pada

rongga toraks dan paru-paru. Suplai darah pada paru-paru dari arteri pulmonal.

Dua bronkus primer terbentuk dari trakea yang bercabang manjadi dua yaitu

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

12

bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan lebih besar, pendek dan

vertikal, dan terbagi menjadi tiga cabang kemudian terbagi menjadi cabang-

cabang kecil sedangkan bronkus kiri lebih sempit dibandingkan dengan bronkus

kanan terbagi menjadi dua cabang.

Bronkus terdiri dari jaringan ikat dilapisi oleh epitelium kolumnar

bersilia. Fungsi dari bronkus adalah pengendali udara yang masuk ke paru-paru,

diameter saluran napas berkontraksi atau melakukan relaksasi otot involunter

yang dikendalikan oleh saraf otonom dengan demikian mengatur volume udara

yang masuk ke dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang lebih dalam menjadi

jaringan ikat yang diebut dengan lobulus, tiap lobulus disuplai oleh udara yang

berasal dari bronkiolus terminal, bercabang menjadi bronkiolus respiratorik,

duktus alveolus dan terdapat 150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini

memungkinkan adanya pertukaran gas di paru-paru (respirasi eksternal)

berlangsung di membran yang disusun oleh dinding alveolar dan dinding

kapiler yang bergabung menjadi mebran yang disebut membran respiratorik.

Untuk fungsinya sebagai pertahanan tubuh terhadap mikroba. Pada saat udara

diinspirasikan alveoli, udara akan bersih. Fungsi lainnya untuk pelembap dan

penghangat, jika udara yang masuk tidak lembap akan mengakibatkan iritasi

mukosa dan mendorong infeksi (Waugh & Grant, 2011, p.152-158 ; Black &

Hawks, 2014, p.213-214).

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

13

Gambar 2.1 Anatomi Paru-paru

Lewis, et al (2014)

2.1.2 Fisiologi

Pernapasan merupakan pertukaran gas antara sel tubuh dan

lingkungan pertukaran gas yang terjadi disebut dengan respirasi eksternal

sedangkan yang melibatkan jariangan disebut dengan respirasi internal

(Waugh & Grant, 2011). Yang diutarakan oleh Black & Hawks (2014), tidak

berbeda jauh dengan pedapat sebelumnya. Pernapasan adalah terjadinya proses

ganda yaitu pertukaran gas (O2 dan CO2) di dalam jaringan yang disebut

pernapasan dalam dan didalam paru-paru disebut pernapasan luar. Otot yang

digunakan untuk bernapas adalah otot interkosta dan diafragma. Otot

interkosta tersusun dari dua lapisan yaitu internal dan eksternal saat otot

interkosta berkontraksi, otot ini akan bersama-sama menarik iga lain menuju

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

14

iga pertama. Otot interkosta distimulasi oleh saraf interkosta. Sedangkan

diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen.

Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang berhubungan

dengan proses volume udara yang masuk dan keluar dari hidung atau mulut

dalam proses bernapas. Setelah proses ventilasi terjadi udara masuk kedalam

paru-paru dan terjadi proses distribusi udara sebanyak 500 ml ke setiap alveoli

di dalam paru-paru sesuai dengan jumlah aveoli sekitar 300 juta alveoli. Proses

terjadinya perfusi merupakan sirkulasi darah dalam pembuluh kapiler paru

yang sangat padat dan terdapat sekitar 6 milyar yang mengelilingi 3 juta alveoli

di setiap paru-paru.Terjadinya siklus pernapasan untuk frekuensi napas normal

adalah 12-15 napas per menit dalam siklus pernapasan terjadi dalam tiga fase

yaitu inspirasi, ekspirasi, dan istirahat (Somantri, 2012).

2.1.3 Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru-paru disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Somantri,

2012). Sedangkan menurut Black & Hawks (2014), tuberkulosis paru adalah

penyakit yang disebabkan dari mycrobacterium tuberculosis, bakteri ini

anaerob yang tahan terhadap asam (acid fast bacillus (AFB)). Yang

penularannya melalui udara yang bentuknya partikel kecil berdiameter 1-5 mm

melalui droplet yang terinfeksi tuberkulosis tersebut keluar ketika berbicara,

bernyanyi, bersin, batuk, tertawa setelah itu terhirup oleh orang yang rentan

dan menembus sampai jaringan paru-paru.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

15

2.1.4 Etiologi

Etiologi tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang merupakan jenis kuman berukuran panjang 1-4 mm dengan

tebal 0,3-0,6 mm. kuman ini tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap

zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini bersifat anaerob yaitu menyukai

daerah yang banyak oksigen, karena itu paru-paru menjadi daerah kondusif

untuk penyakit tuberkulosis karena paru-paru memiliki kandungan oksigen

yang sangat tinggi (Somantri, 2012). Tidak berbeda jauh yang di utarakan oleh

Black & Hawks (2014) bahwa tuberkulosis paru disebabkan oleh

Mycrobacterium tuberculosis yang ditularkan oleh orang yang terjangkit

tuberkulosis paru melalui udara (airbone).

Gambar 2.2 Mycrobacterium Tuberculosis

Lewis, et al (2014)

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

16

2.1.5 Faktor resiko

Faktor resiko untuk tuberkulosis bisa terjadi pada siapa saja yang

rentan seperti kekebelan tubuh yang lemah, malnutrisi, orang lanjut usia.

Tuberkulosis faktro resiko tinggi terjadi dengan orang yang terinfek HIV,

tunawima, orang dengan kecanduan narkoba dan alkohol, orang merokok,

kemiskinan,serta imigran atau orang-orang yang datang dari negara-negara

dengan endemik tuberkulosis paru yang tinggi (Doenges et.al, 2015).

2.1.6 Manifestasi

Manifestasi dari tuberkulosis paru menurut Black & Hawks (2014),

dalam tuberkulosis paru primer tetap tidak dikenali karena relatif tanpa gejala,

karena kebanyakan penderita memiliki basilus tuberkel seumur hidup tetapi

tidak mengalami penyakti tuberkulosis aktif, karena daya tahan tubuh mereka

cukup untuk menghalangi infeksi primer. Akan tetapi jika tuberkulsisi aktif

akan mengalami gejala paru yaitu dispnea, batuk non produktif/produktif yang

merupakan reaksi reaksi tubuh untuk mengeluarkan sputum karena adanya

produksi radang timbul pada waku lama (>3 minggu), hemoptisis, nyeri dada

yang berupa pleuritik dan nyeri dada tumpul, sesak di dada biasanya akan

timbul pada tahap lanjut infiltrasi radang sampai setengah paru, creackles/

ronchi dapat ditemukan pada auskultasi. Untuk gejala umum tuberkulosis paru

yaitu adanya rasa lelah yang dirasakan, anoreksia (hilangnya nafsu makan),

berat badan menurun, demam rendah diikuti adanya menggigil dan berkeringat

(sering terjadi pada malam hari). Gejala tuberkulosis paru pada anak-anak

biasanya adanya demam lama tetapi tidak tinggi (>2 minggu) disertai keringat

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

17

malam dan ini terjadi tanpa sebab yang jelas, batuk >3 minggu, berat badan

menurun tanpa jelas dengan penanganan gizi yang adekuat, nafsu makan tidak

ada, dan diare tidak sembuh dengan pengobatan (IDAI, 2007).

2.1.7 Klasifikasi

Klasifikasi tuberkulosis menurut KEMENKES (2015) :

1) Pasien baru tuberkulosis: pasien yang belum pernah mendapatkan

pengobatan tuberkulosis sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun

kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).

2) Pasien yang pernah diobati tuberkulosis: pasien yang sebelumnya pernah

menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). selanjutnya

diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:

• Pasien kambuh: pasien tuberkulosis yang pernah dinyatakan sembuh

atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis tuberkulosis berdasarkan

hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar

kambuh atau karena reinfeksi).

• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: pasien tuberkulosis pernah

diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan yang terakhir.

• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):

pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi

ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat

/default).

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

18

• Lain-lain: pasien tuberkulosis yang pernah diobati namun hasil akhir

pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

2.1.8 Patofisiologi

Saat seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis

menyebar melalui airbone (bersin, batuk, berbicara, bernyanyi), sehingga

menginfeksi saluran pernapasan atas dan adanya faktor pendukung infeksi

terjadi seperti imun yang kurang baik, konsentrasi dari organisme, jumlah

bakteri diudara, lama waktu terpapar oleh bakteri. Infeksi meningkat (ghon

focus) Sistem kekebalan tubuh merespon dengan melakukan reaksi inflamasi

dan mencegah penyebaran. Terjadi proses peradangan dan suhu tubuh menjadi

meningkat dan terat reaksi sistematis mempengaruhi gangguan nutrisi

sehingga pasien mengalami anoreksia. Limfosit meningkat dan bekerja

sehingga membentuk eksudat dan terjadi penumpukan dalam alveoli. Terjadi

pembentukkan jaringan fibrotik dan parut sehingga terjadi sesak nafas Setelah

itu terjadi nekrosis menjadi skar kalogenosa shingga bakteri menjadi dorman,

jika bakteri aktif dan sistem tubuh tidak bisa bekrja dengan baik setelah

nekrosis terjadi pembuluh darah disekitar pecah (haemoptoe) sehinga terjadi

peningkatan sputm pada trakea sehingga merangsang silia untuk mengeluarkan

(batuk) shingga menyebar melalui droplet (Lewis et.al, 2014, p. 528-529 );

(Black & Hawks, 2014).

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

19

2.1.9 Pathway tuberkulosis paru

Bagan 2.1 Sumber : (Lewis et.al, 2014, p. 528-529 ); (Black & Hawks, 2014).

Etiologi

Mycrobacterium

tuberculosis

mM

Penyebaran melalui udara (airbone :

bersin, batuk, berbicara, bernyanyi, )

Menginfeksi saluran pernapasan

(alveoli dan bronkeolus)

(

Sistem imun bereaksi

demam, anoreksia, batuk

MK : Perubahan

pemunuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Limfosit

Penumpukan eksudat dalam

alveoli

Pembentukan jaringan

fibrotik dan parut (sesak)

Nekrosis

MK : Berisihan jalan

nafas tidak efektif

Skar kolagenosa

Bakteri dorman

Pembuluh darah

sekitarnya pecah

(Haemoptoe)

Peningkatan sputum di

trakea

MK : Bersihan

jalan nafas

tidak efektif

Merangsang silia

untuk mengeluarkan

mukus/sputum

Penyebaran melalui droplet

MK : Resiko penyebaran

infeksi

MK : Kurang pengetahuan

MK : Gangguan

pertukaran gas

Terhirup oleh seseorang yang rentan Terinfeksi

Faktor pendukung : imun yang lemah, konsentrasi

organisme, jumlah bekteri di udara, lama waktu terpapar.

:

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

20

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk tuberkulosis paru adalah uji kulit

tuberkulin ada reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam

setelah injeksi antigen intradermal) pada punggung permukaan lengan bawah,

melakukan foto rontgen (chest x-ray) jika terjadi perubahan mengindikasikan

tuberkulosis yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa,

pemeriksaan histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung urine

dan CSF serta biopsi kulit) menunjukkan hasil positif untuk mycrobecterium

tuberculosis, pemeriksaan needle biopsi of lung tissue hasil positif untuk

granuloma tuberkulosis karena adanya sel-sel besar yang mengindikasikan

nekrosis, pemeriksaan elektrolit mungkin abnormal bergatung pada lokasi dan

beratnya infeksi, pemeriksaan ABGs kemungkinan hasil abnormal tetapi

tergantung pada lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru, pemeriksaan

bronkografi merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus,

pemeriksaan leukositosis laju endap darah (LED) akan meningkat, test fungsi

paru hasilnya VC menurun, dead space meningkat TLC meningkat dan

saturasi oksigen menurun, periksa kultur sputum menunjukkan hasil positif

untuk Mycobacterium tuberculosis pada stadium aktif Ziehl Neelsen (Acid-fast

Staind applied to smear of body fluid) menunjukkan hasil positif untuk bakteri

tahan asam (BTA) (Somantri, 2012 & Lewis et al, 2014).

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

21

2.1.11 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat diberikan dengan cara pendekatan dua fase

untuk terapi yaitu pada lini pertama pengobatan tuberkulosis paru dengan obat-

obatan tuberkulosis yaitu Isoniazid (INH/H) dengan dosis 5 mg/kgBB per oral

bisa juga melalui intravena dan intramuskular dapat diberikan tiap hari atau

dua hingga tiga kali seminggu. Rifampin/Rifampisin (RIF) dengan dosis 10

mg/KgBB/hari per oral. kombinasi RIF dan INH memungkinkan aksi melawan

organisme yang aktif, lambat, dan tumbuh secara intermiten. Efek samping

dari RIF adalah membuat cairan tubuh seperti urine keringat, dan air liur

membuat sputum berwarna oranye, bahkan bisa membuat mual dan dapat

ditangani dengan membagi dosis menjadi separuh dan diminum dua kali sehari

Pirazinamid (PZA/Z) dan etambutol (EMB/E) dengan dosis Dewasa: 15

mg/KgBB per oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg/KgBB/ hari

selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/Kg/BB/Hari. Anak (6-12

tahun) : 10-15 mg/Kg BB/hari. Efek samping: optik neuritis (efek terburuk

adalah kebutaan) dan skin rash. Penggunaan ekspektoran, pemberian vitamin,

melakukan fisioterapi dan rehabilitasi, konsultasi secara teratur, melakukan

pencegahan dengan menempatkan pasien ke ruangan isolasi yang bertekanan

negatif agar udara dan partikel-partikel tidak keluar saat pintu

dibuka.(Somantri, 2012, p.71-72) & (Black & Hawks, 2014, p.323-324).

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

22

2.2 Tinjauan Literatur

Pada pemberian asuhan keperawatan tuberkulosis paru banyak

sekali yang melakukan penelitian pada pemberian asuhan keperawatan

1. Studi kasus yang dilakukan oleh Majampoh et.al (2013), di sebuah

rumah sakit di Manado Dari hasil penelitian yang telah di analisis

pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas,

bahwa pasien yang setelah diberikan intervensi posisi semi fowler

memiliki rata-rata skor dyspnea lebih rendah yaitu 23,53. Frekuensi

pernapasan sebelum diberikan posisi semi fowler termasuk frekuensi

pernapasan normal yaitu sebanyak 32 orang (80,0%) dari 40 responden.

2. Pada studi kasus yang dilakukan Prayitno (2015), di RSUSD Dr.

Moewardi Surakarta kepada pasien tuberkulosis paru bahwa pemberian

intervensi posisi semi fowler terjadi kestabilan pola napas yang

dibuktikan dengan pasien mengatakan tidak mengalami sesak nafas, RR

menjadi normal (16-24x/menit) dan SaO2 menjadi normal 95-100%.

3. Dalam pemberian asuhan keperawatan masih banyak lagi yang bisa

diberikan kepada pasien tuberkulosis paru dalam penelitian Dwidiyanti

(2014), intervensi kepada pasien tuberkulosis secara holistik SOWAN.

Penjelasan SOWAN yaitu supporting dalam konsep bahwa perawat

memberi dukungan dan juga memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidak mampuan pasien dalam merawat dirinya sendiri.

Observation dalam kemampuan minum obat termasuk dukungan dari

PMO, tetap memantau dan memperhatikan kemampuan mengontrol

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

23

emosi, kemampuan mengatur jadwal kegiatan harian, dan mencapai

tujuan untuk menjadi sehat mandiri. Well-being yaitu hasil apa yang

telah tercapai selama perawatan berlangsung seperti pengobatan

tuberkulosis paru yang sudah diberikan secara intensif, pasien sudah

memiliki kemandirian secara fisik, psikologi, sosial dan spiritual.

Perawat memperhatikan hasil pelayanan keperawatan secara mnyeluruh

sehingga perawat dan pasien bekerja sama dalam mencapai tujuan sehat

mandiri. Action merupakan hubungan perawat dengan pasien dalam

mencapai tujuan selama perawatan berlangsung. Yang terakhir adalah

nursing merupakan tujuan yang jelas dan mengetahui cara membantu

untuk penanganan pasien membuat perawat mampu dan bisa

menggunakan waktu bersama pasien dengan manfaat dan tujuan yang

jelas.

4. Pada studi kasus yang dilakukan oleh Nugroho (2014) di ruang isolasi

rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta diganosa keperawatan

utama yang diangkat adalah kebersihan jalan nafas tidak efektif pada

pasien tuberkulosis paru. Intervensi yang diberikan adalah posisikan

pasien semi fowler, dorong dan latih untuk batuk efektif, dan lakukan

kolaborasi kepada tim medis untuk pemberian oksigen 4 liter / menit.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2009), bahwa batuk efektif

sangat penting untuk diajarkan kepada pasien. Batuk efektif dapat

membantu meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan

mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia,

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

24

atelektasis dan demam, dan batuk efektif bagi penderita tuberculosis

paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan

secret. Dijelaskan oleh hasil penelitian batuk efektif mengeluarkan

sputum untuk pemeriksaan BTA sputum. Pada penemuan BTA terjadi

peningkatan jumlah penemuan BTA sebelumnya merupakan BTA

negative pada specimen 1 pada specimen 2 dan 3 menjadi specimen

positif. Jumlah penemuan BTA positif pada specimen 1 adalah 6

responden, pada specimen 2 adalah 17 responden, pada specimen 3

adalah 21 responden. Jumlah volume sputum yang dihasilkan

menyebabkan lebih mudahnya petugas laborat memeriksa BTA pasien.

Karena untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru secara tepat

salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum. Penting

untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun secret

hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif.

6. Penelitian yang dilakukan Zahroh & Adi (2015), penyuluhan yang

dilakukan untuk melakukan dan mengajarkan teknik batuk efektif bagi

pasien tuberkulosis paru sangat berpengaruh sekali, setelah dilakukan

batuk efektif peneliti mendapatkan hasil yang signifikan yaitu dari 28

responden tidak ada responden yang mengalami gejala berat (0%) dan

adanya penurunan gejala klinis dari sebelumnya 39% dengan tanda dan

gejala berat menjadi tidak ada reponden yang mengalami tanda dan

gejala yang berat. Bahwa disimpulkan oleh peneliti penyulahan teknik

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

25

batuk efektif berpengaruh sekali pada penurunan tanda dan gejala pada

pasien tuberkulosis paru.

7. Pada artikel yang dibuat oleh Pratomo, Burhan & Tambunan (2012)

menjelaskan bahwa penyuluhan dan intervensi nutrisi dengan tujuan

meningkatkan asupan energi serta suplementasi nutrisi. Pada pasien

tuberkulosis paru sering terjadi penurunan berat badan dan terjadi

anoreksia karena akan memperlambat kesembuhan bagi pasien

tuberkulosis paru, peningkatan angka kematian, risiko kekambuhan,

dan kejadian hepatitis akibat OAT.

8. Pada penilitian yang dilakukan Terok, Bawotong, & Untu (2012), pada

pasien tuberkulosis paru di Manado di disimpulkan bahwa peran

petugas kesehatan sangat penting khusunya perawat, karena dukungan

sosial dalam hal ini adalah dukungan informatif karena sangat ini

sangat penting dalam meningkatkan kualiatas kehidupan pasien

tuberkulosis paru seperti memberikan nasihat, dan dorongan dalam

pelaksanaan pengobatan yang rutin dan teratur dengan komunikasi

terpeutik yang efektif. Selain itu juga dapat membantu pasien

tuberkulosis paru mengatasi gangguan psikologis stres, dan belajar

berhubungan dengan orang lain.

9. Menurut Nuraeni (2015) di RSUD Cideres kabupaten Majalengka. Pada

penelitian ini bahwa hubungan pengetahuan sangat penting terutama

dengan kecemasan yang dirasakan oleh pasien karena setiap pasien

tuberkulosis paru harus mendapatkan informasi yang benar mencakup

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - repository.uph.edurepository.uph.edu/4269/4/Chapter2.pdf · diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Dalam sistem pernapasan ada istilah ventilasi yang

26

pengobatan yang panjang, pemahaman tentang tuberkulosis paru.

Dampak kecemasan dapat mempengaruhi proses penyembuhan menjadi

lama, tidak teratur untuk minum obat serta memeriksakan kondisi

kesehatan sesuai dengan jadwal. Sebagai perawat perlu adanya

intervensi kepada pasien tuberkulosis paru dengan memberikan

edukasi/informasi terkait tuberkulosis paru sehingga menambah

wawasan dan pengetahuan bagi pasien sehingga dapat mengurangi

kecemasan.

10. Dhewi, Armiyati, & Supriyono (2011) dalam penelitiannya di BKPM

Pati bahwa pengetahuan, sikap pasien dan dukungan sangat

berpengaruh bagi pasien, terutama dalam kepatuhan minum obat dalam

penelitian ini juga sangat berpengaruh bagi kesembuhan pasien karena

bagi pasien yang memiliki kurang pengetahuan tentang penyakit

tuberkulosis paru penyakit ini masih dianggap tidak menular dan

merupakan penyakit kutukan , maka dari itu peneliti juga menekankan

bahwa perawat sebagai edukator bisa memberikan

informasi/pengetahuan kepada pasien karena membantu dalam

peningkatan kesehatan.