BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian...

20
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 1.1.1 Pengertian Hipertensi dan Rehipertensi Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh pembuluh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Vita Health,2006). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg(Brunner & Sudarth, 2005). Sedangkan rehipertensi adalah pengulangan hipertensi atau kambuhnya hipertensi. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VII (Ridwan, 2011) : Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan sistolik dan diastolik (mmHg) Normal < 120 dan < 80 Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi stadium I 140-159 atau 90-99 Hipertensi stadium II >160 atau > 100 Rehipertensiadalah kejadian hipertensi kambuhan setelah yang bersangkutan memiliki sejarah hipertensi. Rehipertensidapat muncul secara tiba-tiba tanpa adanya gejala yang mendahului.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

1.1.1 Pengertian Hipertensi dan Rehipertensi

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh pembuluh

darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya

(Vita Health,2006).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya

diatas 90 mmHg(Brunner & Sudarth, 2005). Sedangkan rehipertensi

adalah pengulangan hipertensi atau kambuhnya hipertensi.

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VII (Ridwan, 2011) :

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan sistolik dan diastolik

(mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi stadium II >160 atau > 100

Rehipertensiadalah kejadian hipertensi kambuhan setelah

yang bersangkutan memiliki sejarah hipertensi. Rehipertensidapat

muncul secara tiba-tiba tanpa adanya gejala yang mendahului.

7

2.1.1 Aspek-aspek Perilaku

Penelitian tentang perilaku menunjukan bahwa tindakan

masyarakat dalam pencegahan hipertensi dipengaruhi oleh faktor

internal (usia, jenis kelamin, pendidikan dan

pendapatan/penghasilan) dan faktor eksternal (peran media massa,

peran keluarga dan teman), dimana kedua faktor ini mempengaruhi

secara signifikan terhadap tindakan yang berhubungan dengan

pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit hipertensi

(Ginting, 2008).

Notoadmojo (2003), mengembangkan perilaku dalam tiga

ranah yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari sesuatu yang diketahui

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Secara

garis besar, pengetahuan dibagi menjadi 5 tingkat yaitu :

1. Tahu (know) yaitu memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension) yaitu memahami suatu objek,

tidak hanya sekedar memahami objek tersebut tetapi dapat

menginterpretasikannya.

8

3. Aplikasi (applications) yaitu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah didapatkan pada situasi yang sebenarnya

(real).

4. Analisis (analysis) yaitukemampuan untuk menjabarkan

materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih

dalam struktur yang sama dan masih berkaitan satu dengan

yang lain.

5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk

menerangkan atau menghubungkan secara logis bagian-

bagian kedalam bentuk keseluruhan yang baru

Terkait dengan penyakit hipertensi, perilaku seseorang dalam

melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut ditentukan

berdasarkan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Adanya

tingkat pengetahuan yang baik terhadap hipertensi memudahkan

seseorang melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut,

misalnya, apa yang dimaksud dengan hipertensi, penyebab

terjadinya hipertensi, cara pencegahan hipertensi, makanan yang

baik untuk mencegah hipertensi, bahaya merokok dan pentingnya

olahraga bagi penderita hipertensi (Ginting, 2008).

Pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Suriyasa, et al.

(2004), menghasilkan bahwa tingkat pendidikan kriteria SD

9

menurunkan risiko hipertensi sebesar 66%, sedangkan bagi yang

berpendidikan SMP berkisar 72% (Eksanoto, 2011).Dari hasil

penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan, maka semakin kecil risiko seseorang

menderita hipertensi.

b. Sikap

Menurut Allport dalam Notoadmojo (2003), sikap mempunyai

tiga komponen yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan

respon terhadap suatu objek atau kondisi tertentu, dapat bersifat

respon positif atau negatif.

Ketiga komponen diatas bersama-sama akan membentuk

sikap secara utuh dan dalam penentuan sikap ini, pengetahuan,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Dalam

pencegahan hipertensi, sikap menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003), yaitu :

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit: hal ini berhubungan

dengan bagaimana penilaian seseorang terhadap gejala atau

10

tanda-tanda penyakit yang muncul, pencegahan penyakit,

penilaian terhadap layanan kesehatan, dan sebagainya.

2. Sikap dan cara pemeliharaan hidup sehat: hal ini mengenai

bagaimana penilaian atau pendapat individu dalam

pemeliharaan kesehatan, pemilihan pola hidup sehat seperti

olahraga, makanan, gizi, dan sebagainya.

Sikap yang mempengaruhi tindakan pencegahan rehipertensi

merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana memilih

jenis tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan penilaian

individu dalam usahanya mencegah rehipertensi. Penelitian

menunjukan bahwa meskipun masyarakat memiliki pengetahuan

umum serta sikap yang baik terhadap penyakit hipertensi, namun

dalam memahami kondisi tekanan darah belum mampu dipahami

secara keseluruhan, misalnya tentang pentingnya mengetahui

tingkat tekanan darah sistolik atau distolik serta mengenali kondisi

status tekanan darah pada umumnya (Oliveria et al. 2005).

Dengan demikian, pentingnya meningkatkan pengetahuan dan

sikap dalam menambah informasi kesehatan serta melakukan

penilaian terhadap informasi yang diterima sehingga kesadaran

akan melakukan tindakan pencegahan rehipertensipun

meningkat.

c. Tindakan

11

Tingkat-tingkat praktek (Notoadmodjo, 2005) :

1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai

objek yang berhubungan dengan tindakan yang diambil.

2. Respon terstruktur (guided respon), yaitu melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (mechanism), jika seseorang telah melakukan

sesuatu dengan benar, maka secara otomatis akan merubah

tindakan tersebut menjadi suatu kebiasaan.

4. Adaptasi (adaption), yaitu suatu praktek atau tindakan yang

telah berkembang dengan baik dan sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.

Dalam kaitannya dengan hipertensi, tindakan memiliki nilai

penting dalam perilaku seseorang, karena puncak dari

pengetahuan yang dimiliki serta sikap dalam menilai sebuah

perilaku akan terwujud dalam tindakan.

Tindakan dapat terlihat dari gaya hidup yang bervariasi,

menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat tekanan darah secara

langsung baik pada individu maupun dalam populasi. Perubahan

gaya hidup berperan besar dalam mencegah dan mengendalikan

hipertensi dan penyakit jantung lainnya serta mengurangi

penggunaan terapi obat antihipertensi (Beilin et al, 1999).

12

Beberapa tindakan pencegahan rehipertensi adalah sebagai

berikut:

1. Mengurangi lemak tubuh

Kelebihan lemak tubuh menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Kelebihan lemak

tubuh ini berhubungan dengan metabolik sindrom yang

melemahkan sensitivitas insulin, intoleransi glukosa dan

penimbunan lemak yang berpengaruh pada tingginya tekanan

darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung (Beilinet al,

1999; Pauliot et al, 1994).

Mengurangi lemak tubuh dapat dilakukan dengan

memodifikasi makanan yang dikonsumsi seperti mengurangi

konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi,

makanan jenis fastfood dan makanan yang diawetkan serta

rutin melakukan latihan fisik seperti olahraga secara teratur

untuk membantu pembakaran lemak tubuh (Adib, 2009;

Pappachan et al, 2011). Dengan demikian, mengurangi lemak

tubuh berhubungan juga dalam menjaga berat badan agar

tetap ideal sehingga dapat mengurangi risiko hipertensi yang

disebabkan berat badan berlebihan atau obesitas.

2. Meningkatkan aktivitas fisik

13

Meningkatkan aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan

darah karena secara bersamaan dapat mengubah berat

badan (Appel. LJ, 2003). Penelitian mengungkapkan Aktivitas

fisik dapat berupa latihan fisik seperti berenang, jogging

maupun melakukan kegiatan diwaktu luang seperti

memancing, berburu, bermain ski dan berkebun yang

dilakukan secara rutin selama 4 jam per minggu dapat

menurunkan tekanan darah (Barengo et al, 2005).

Aerobik juga memiliki pengaruh dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi dan menjaga

kestabilan tekanan darah pada normal tensi dimana aerobik

dapat digunakan sebagai pencegahan dan penanganan

terhadap tekanan darah tinggi (Whelton et al, 2002).

Penurunan nilai tekanan darah berkisar antara 7 sampai 11

mmHg untuk tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi

dan 3 mmHg pada orang dengan tensi normal (Faggard,

1995). Dengan demikian, aktivitas maupun latihan fisik yang

dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko hipertensi.

3. Diet garam

Mengurangi konsumsi garam sangat penting bagi

penderita hipertensi dalam menjaga kestabilan tekanan darah.

Dengan menurunkan jumlah konsumsi garam maka dapat

14

mengurangi kejadian hipertensi. batasan konsumsi garam

perhari adalah 2.400 mg (National Institutes of Health, 2002).

Hasil penelitian dariDietary Approaches to Stop Hypertension

(DASH) tentang jumlah konsumsi garam mengungkapkan

bahwa dengan mengurangi konsumsi garam, kira-kira 60

mmol/d dpat menurunkan tekanan darah pada populasi

hipertensi dan non hipertensi. DASH mencoba menguji

pengaruh konsumsi garam dalam 2 diet berbeda dengan 3

level jumlah konsumsi garam terhadap tekanan darah. Level

pertama tinggi (kira-kira 143 mmol/d, tipe konsumsi orang

Amerika), level menengah (106 mmol/d, rekomendasi US)

dan rendah (65 mmol/d, ukuran yang dapat menurunkan

tekanan darah). Pada tipe diet orang Amerika, menurunkan

konsumsi garam dari level tinggi ke menengah dapat

menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,1 mmHg.

Sedangkan dari level menengah ke rendah dapat menurunkan

tekanan darah sebesar 4,6 mmHg. Diet DASH dengan

konsumsi garam rendah menurunkan 7,1 mmHg pada orang

non hipertensi dan 11,5 mmHg pada penderita hipertensi

(Sacks et al, 2001).

Untuk mengurangi konsumsi garam, penderita hipertensi

harus mengkonsumsi jenis makan yang rendah garam serta

15

mengurangi penambahan garam pada jenis makanan yang

dikonsumsi (Appel. LJ, 2003). Menurutnya, Meskipun jenis

makanan fast food dengan kandungan garam yang telah

ditentukan sering menjadi pilihan konsumsi, diharapkan

penderita hipertensi dapat mengurangi pilihan jenis makanan

tersebut untuk mengurangi risiko hipertensi.

4. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran

Buah-buahan dan sayuran merupakan jenis makanan

yang baik dalam mengurangi risiko hipertensi jika dikonsumsi

secara teratur (Adib, 2009). Penelitian menunjukan bahwa

mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, jenis makanan

dengan kandungan kalium serta vitamin C dapat menurunkan

hipertensi dengan persentase masing-masing 46%, 38%, 46%

dan 43% (Utsugi et al, 2008). Meningkatnya tekanan darah

juga mengakibatkan penyakit jantung sehingga disarankan

untuk mengkonsumsi buah dan sayuran lebih dari 3 kali atau

sampai 5 kali penyajian dengan jumlah lebih banyak, dapat

menurunkan risiko terkena penyakit jantung (He FJ., et al,

2007).

Buah-buahan mengandung phytochemical atau zat kimia

tanaman seperti flavonoids, sterol dan phenol. Misalnya

flavonoids yang terdapat dalam anggur merah dan apel dapat

16

mengurangi kolestrol serta mencegah penggumpalan darah

yang dapat meningkatkan tekanan darah dan pisang yang

memiliki kandungan kalium baik untuk mengatasi hipertensi.

Demikian juga dengan sayuran khususnya sayuran hijau yang

mengandung banyak serat dapat membantu menurunkan

tekanan darah (Adib, 2009).

Dalam mencegah hipertensi disarankan penderita

hipertensi mengkonsumsi buah dan sayuran lebih sering

dengan porsi yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan

jantung dan kestabilan tekanan darah.

5. Mengurangi konsumsi daging

Penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi daging

khususnya jenis daging merah (kecuali jenis unggas) dapat

meningkatkan risiko hipertensi jika dikonsumsi dalam jumlah

berlebih (Wang et al, 2008). Lajous et al (2014) dalam

penelitiannya tentang daging merah dan hipertensi pada

wanita, dimana wanita yang mengkonsumsi daging yang

diproses terlebih dahulu dan dikonsumsi >5 kali dalam

seminggu (1 kali konsumsi = 50 gram) berisiko terkena

hipertensi sebesar 17% daripada yang mengkonsumsi daging

<5 kali dalam seminggu. Dengan demikian mengurangi

17

konsumsi daging sangat penting dalam menurunkan risiko

hipertensi.

6. Mengurangi atau Berhenti mengkonsumsi alkohol

Alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Sebuah penelitian menunjukan

perbedaan konsumsi alkohol antara pria dan wanita, wanita

yang mengkonsumsi alkohol 1-20 g/ hari (8 g = 10 ml) tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah,

sebaliknya jika mengkonsumsi lebih dari batasan tersebut

dapat meningkatkan tekanan darah. Demikian halnya pada

pria, yang mengkonsumsi sampai 40g/hari (batas konsumsi)

dapat meningkatkan tekanan darah (Maheswaran et al, 1991).

Pentingnya mengurangi jumlah konsumsi alkohol bahkan

berhenti dapat menurunkan risiko hipertensi. Penelitian

menunjukan dengan tidak mengkonsumsi alkohol selama 1

bulan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 7,2

mmHg dan 6,6 mmHg tekanan darah diastolik dalam 24 jam,

ini direkomendasikan bagi peminum alkohol berat untuk

mengendalikan tekanan darah agar tetap stabil (Aguilera et al,

1998).

7. Berhenti merokok

18

Kebisaaan merokok berpengaruh pada tekanan darah.

Dalam penelitiannya Setyanda, et al (2015) menemukan

adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan

hipertensi yang dipengaruhi oleh lama merokok dan jenis

rokok.

Tekanan darah tinggi yang ditambah dengan penggunaan

tembakau akan meningkatkan risiko penumpukan lemak pada

arteri yang dapat menyebabkan kenaikan sementara tekanan

darah sekitar 10mmHg untuk sistolik dan 8 mmHg untuk

diastolik ketika merokok dan sesaat setelahnya, sehingga

pentingnya mengurangi konsumsi rokok stiap hari untuk

menghindari risiko hipertensi yang dapat meningkat menjadi

stroke dan penyakit jantung lainnya (Santoso, 2010).

8. Pengendalian Stres

Efek stres biasanya hanya sementara (stres akut), namun

jika berlangsung secara terus menerus dapat meningkatkan

tekanan darah. Penyebab stres biasanya karena pekerjaan,

kurangnya hiburan atau liburan, kurangnya aktivitas sosial

atau menigkatnya rasa cemas/marah (Santoso, 2010).

Santoso menambahkan pentingnya mengontrol stres

berhubungan dengan pikiran, sehingga pentingnya kegiatan

19

untuk mengurangi stres seperti liburan, melakukan teknik

relaksasi dan kegiatan lainnya yang memberi dampak positif

bagi kesehatan pikiran.

2.1.2 Perilaku Kesehatan dan Teori Perubahan Perilaku

Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan (Maulana, 2009). Perilaku kesehatan ini berasal dari cara

pandang individu dalam memahami sesuatu berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki yang ditunjukan dalam tindakan.

Perilaku kesehatan didukung adanya perubahan perilaku.

menurut Rhodes dan Pfaeffli (2010) beberapa teori yang

mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan yaitu teori

transtheorical, social cognitive theory (teori kognitif sosial), theory of

planned behavior (teori merencanakan perilaku), protection

motivation theory (teori perlindungan motivasi), self-determination

theory (teori menentukan keputusan).

Teori Transtheoretical (Prochasca dan Velicer, 1997) adalah

teori yang mempromosikan perubahan perilaku kesehatan yang

melibatkan 6 tahap yaitu precontemplation adalah tahap dimana

individu belum mengetahui konsekuensi dari perilaku mereka. Dalam

hal ini individu belum mendapatkan informasi tentang promosi

20

kesehatan. Contemplation atau perenungan adalah tahap dimana

individu sudah mulai menyadari dampak dari perilaku, biasanya mulai

menyadari akan pentingnya biaya dan manfaat bagi kesehatan.

Namun pada tahap ini juga individu belum mampu membuat

keputusan yang tepat dalam mempertahankan perubahan perilaku.

Preparation (persiapan) adalah tahap dimana individu mulai

mengambil tindakan dengan mengumpulkan informasi yang

membantu perubahan perilaku seperti mulai merencanakan tindakan

yang akan dilakukan, bergabung dalam kelas pendidikan kesehatan

dan membeli buku sebagai bantuan diri serta konsultasi dengan

tenaga kesehatan seperti dokter. Tahap persiapan dapat menjadi

sarana untuk merencanakan program kesehatan seperti aktivitas fisik

atau olahraga, berhenti merokok dan mengurangi obesitas. Tahap

selanjutnya yaitu action (tindakan) adalah tahap dimana seseorang

melakukan modifikasi perlaku yang lebih spesifik dengan mengkritisi

tindakan yang dilakukan khususnya dalam mengurangi perilaku yang

berisiko menimbulkan penyakit, misalnya berhenti mengkonsumsi

rokok atau diet kalori dan mengurangi konsumsi lemak. Berikutnya

tahap maintenance (pemeliharaan) adalah tahap dimana individu

melakukan tindakan pencegahan kambuhnya penyakit. Kepercayaan

diri merupakan bagian pada tahap ini bahwa adanya kemampuan

untuk meningkatkan perubahan perilaku dalam jangka waktu yang

21

panjang, tahap ini bertahan 6 bulan smpai 5 tahun dan setelah itu

biasanya akan kembali pada perilaku sebelumnya (kambuh),

misalnya berhenti merokok, sebanyak 43% kembali pada perilaku

merokok setelah berhenti selama 12 bulan. Dalam hal ini, kambuh

merupakan tahap terpisah yang kembali pada tahap awal perubahan

perilaku menurut transtheorical (kecuali tahap precontemplation).

Terakhir adalah tahap termination yaitu tahap dimana perubahan

perilaku dapat dilakukan secara efektif. Individu yakin bahwa tidak

akan kembali pada perilaku tidak sehat, sehingga perubahan perilaku

ini menjadi koping dalam mengatasi masalah kesehatan.

Bandura (2004) mengemukakan teori kognitif sosial yaitu

mekanisme yang bekerja melalui pengetahuan yang diterjemahkan

kedalam praktek kesehatan yakni adanya kemampuan diri seseorang

dalam mengontrol kebiasaan yang berpengaruh terhadap kesehatan.

Menurutnya, Pengetahuan merupakan syarat untuk dapat memiliki

perubahan perilaku, mempengaruhi gaya hidup yang berdampak

pada kesehatan dimana pengetahuan memunculkan keyakinan yang

menjadi peran utama dalam perubahan perilaku. fokus keyakinan

inilah yang menjadi dasar motivasi manusia dalam melakukan

tindakan (Bandura, 1988; 2004)

Theory of planned behavior adalah adanya niat atau kemauan

dari individu dalam melakukan perilaku tertentu dimana niat ini

22

menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku untuk

berupaya keras merubah perilaku, dan berusaha mengerahkan

rencana tersebut dalam wujud nyata perilaku (Ajzen, 1991).

Perencanaan ini didahului dengan motivasi serta upaya mengontrol

keinginan sebagai aturan yang mendasari perubahan perilaku.

Protection motivation theory adalah teori tentang komunikasi

persuasif yang menekankan pada proses kognitif yang memfasilitasi

perubahan perilaku (Rogers, 1975 dalamMilneet al, 2000).

Perlindungan motivasi ini adalah hasil penilaian dari ancaman atau

evaluasi dari masalah kesehatan yang muncul serta sebagai variabel

mediasi yang meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehat

(Milneet al, 2000). Implikasi dari teori ini jika diterapkan dengan baik

dapat meningkatkan status kesehatan. Adanya kemampuan

mempertahankan motivasi dalam memelihara kesehatan dapat

menjaga perilaku hidup sehat untuk mengurangi faktor risiko peyebab

penyakit.

Self-determinaton theory menggambarkan proses perubahan

perilaku kesehatan sebagai tugas ganda untuk memulai dan

mempertahankan perilaku kesehatan, dimana proses ini berfokus

pada bagaimana seseorang memperoleh motivasi untuk memulai

awal baru perilaku kesehatan yang dapat dipertahankan dari waktu ke

waktu (Ryan et al, 2008). Proses perubahan perilaku menurut teori ini

23

menentukan kesediaan seseorang untuk mempertahan perubahan

perilaku yang telah ditentukan untuk dapat dijalankan secara efektif

sebagai respon pemeliharaan kesehatan kesehatan.

Dalam upaya mengendalikan hipertensi, beberapa contoh

upaya perilaku pencegahan dimana gaya hidup sebagai faktor utama

yang dilatarbelakangi oleh kerentanan genetik, menentukan tingkat

tekanan darah. Pola hidup yang tidak sehat juga menyebabkan

kelebihan lemak tubuh baik melalui makanan yang dikonsumsi,

alkohol maupun kurangnya aktivitas fisik sebagai faktor kedua

penyebab hipertensi, sehingga dibutuhkan perilaku pencegahan

hipertensi seperti mengkonsumsi tambahan kalium dan serat serta

meningkatkan konsumsi buah dan sayuran (Beilin et al, 1999).

Dengan demikian dalam mengendalikan kejadian hipertensi

dibutuhkan kesadaran individu dalam menciptakan pola hidup sehat

melalui perilaku pencegahan penyakit hipertensi.

Pentingnya ketegasan dalam menjaga perilaku kesehatan

menjadi modal utama dalam mempertahankan status kesehatan. Hal

ini tidak lepas dari adanya kemauan untuk merubah perilaku

meskipun dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tantangan dalam

mempertahankan perilaku sehat. Dengan adanya perubahan perilaku

untuk mendukung kondisi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan

24

status kesehatan masyarakat khususnya pada penyakit hipertensi

dapat meningkatkan keberhasilan dalam mencegah rehipertensi.

25

2.2. Perspektif Teoritis

Perilaku

Pencegahan rehipertensi

Pengetahuan : 1. Pengertian hipertensi 2. Penyebab hipertensi 3. Gejala hipertensi

4. Pencegahan rehipertensi

Sikap : 1. Pandangan mengenai

penyakit hipertensi (penyebab, gejala)

2. Pandangan perilaku dalam mencegah rehipertensi

Tindakan Pencegahan rehipertensi :

1. Mengurangi lemak tubuh 2. Meningkatkan aktivitas fisik 3. Diet garam 4. Meningkatkan konsumsi

buah dan sayuran 5. Mengurangi konsumsi

daging 6. Mengurangi atau berhenti

mengkonsumsi alkohol 7. Berhenti merokok 8. Mengurangi stres

Teori Perubahan Perilaku

1. Transtheorical theory

2. Social cognitive theory

3. Theory of planned behavior

4. Protection motivation theory

5. Self-determination theory