BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… ·...

12
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari pengertian, ruang lingkup dan tujuan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Pengertian, sintaks, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VAK (Visual Auditory Kinesthetic), pengertian hasil belajar, serta pengertian dan indikator sikap yang perlu diperbaiki dalam kegiatan menulis. 2.1 Bahasa Indonesia 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan guna menuju suatu pemahaman (Puskur, 2003:6). Dan di Indonesia, Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Slamet 2008:5) Berhubungan dengan hal tersebut maka diperlukannya pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu didukung dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Puskur, 2006:81) yang menyebutkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari pengertian, ruang lingkup dan tujuan pengajaran Bahasa

Indonesia di sekolah dasar. Pengertian, sintaks, kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran VAK (Visual Auditory Kinesthetic), pengertian hasil belajar, serta

pengertian dan indikator sikap yang perlu diperbaiki dalam kegiatan menulis.

2.1 Bahasa Indonesia

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi

pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

kemampuan intelektual dan kesusasteraan guna menuju suatu pemahaman

(Puskur, 2003:6).

Dan di Indonesia, Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai

bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa negara ia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga

pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam

kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Slamet 2008:5)

Berhubungan dengan hal tersebut maka diperlukannya pembelajaran

Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan

mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta persatuan dan kesatuan bangsa.

Hal itu didukung dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(Puskur, 2006:81) yang menyebutkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik

dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun

tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia.

Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia

dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

7

ketrampilan berkomunikasi secara lisan maupun tulis melalui membaca,

menulis, mendengarkan dan berbicara.

2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Menurut Puskur (2007) pengajaran Bahasa Indonesia di SD meliputi

beberapa ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia

mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang

meliputi aspek mendengarkan, berbicara , membaca dan menulis. Serta pada

akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya

sembilan buku sastra dan nonsastra

2.1.3 Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD

Sesuai dengan Puskur (2007), mata pelajaran Bahasa Indonesia

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, secara lisan maupun tulis

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

8

2.2 Model pembelajaran VAK

2.2.1 Pengertian

Neil Fleming (dalam Huda, 2013: 287) menyatakan terdapat tiga

modalitas preferensi individu dalam proses belajar yaitu visual, auditoris dan

kinestetis yang digunakan untuk pembelajaran, pemprosesan dan komunikasi.

a. Visual, modalitas visual mengakses citra visual yang dilihat

maupun diingat seperti warna, hubungan ruang potret mental dan

gambar. Anak dengan modalitas visual memeliki ciri-ciri berikut:

Teratur, memperhatikan segala hal dan menjaga penampilan

Mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca

disbanding dibacakan

Memerlukan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk dapat

menangkap detail dan mengingat

b. Auditoris, modalitas auditoris mengakses segala jenis bunyi dan

kata yang diciptakan maupun diingat seperti nada, irama, music,

rima, dialog dan suara. Anak dengan modalitas auditoris memiliki

ciri sebagai berikut:

Perhatian mudah terpecah

Berbicara dengan pola berirama

Belajar dengan mendengarkan

Berdialog secara internal dan eksternal.

c. Kinestetik, modalitas ini mengakses segala gerak dan emosi yang

dicipta maupun diingat seperti irama, kenyamanan, gerakan,

koordinasi dan tanggapan emosional. Anak dengan modalitas

kinestetik memilii ciri seperti berikut:

Menyentuh dan berdiri berdekatan

Banyak bergerak

Belajar sambil bekera, menunjuk tulisan saat membaca

Menanggapi fisik

Mengingat sambil berjalan dan melihat

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

9

Huda (2013: 289) menyatakan bahwa Model VAK (Visualizationl

Auditory Kinestetic) adalah model pembelajaran yang menggunakan dan

mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik yang melibatkan tiga gaya

belajar yaitu penglihatan, pendengaran dan gerakan untuk memberi

kemampuan yang lebih besar dan mengisi kekurangan yang dimiliki siswa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran VAK

dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi yang telah dimiliki siswa dengan

melatih dan mengembangkannya serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar secara langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang

dimiliki guna mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.

2.2.2 Sintaks Model Pembelajaran VAK

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan

positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa,

dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan

siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.

b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan

materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,

melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap

ini biasa disebut eksplorasi.

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi

dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai

cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.

d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu

siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

10

keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar

sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran VAK

a. Kelebihan Model Pembelajaran VAK

Kelebihan model pembelajaran VAK (Visual Auditori Kinestetik)

adalah sebagai berikut.

i. Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan

ketiga gaya belajar.

ii. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah

dimiliki oleh pribadi masing-masing.

iii. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

iv. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan

dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti

demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

v. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

vi. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat

oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu

melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas

rata-rata.

b. Kelemahan Model Pembelajaran VAK

Kelemahan dari model pembelajaran VAK (Visual Auditori

Kinestetik) yaitu kurangnya kemampuan untuk mengkombinasikan

ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu

menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi

jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu

gaya belajar yang didominasi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

11

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Terdapat beberapa definisi mengenai hasil belajar. Dimyati dan

Mudjiono (2009) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan Sudjana (2011:22)

mengemukakan hasil belajar juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Demikian pula

dengan Susanto (2013:5) menyatakan hasil belajar sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Pada umumnya hasil belajar dapat dinilai melalui tes, baik tes yang

disajikan dalam bentuk uraian maupun pilihan ganda (Sudjana, 2011: 55). Hal

ini dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang mengemukakan

hasil belajar sebagai tingkatan keberhasilan siswa dalam pempelajari materi

pelajaran yang dinyatakan dalam skor dari hasil tes mengenai materi

pelajaran tersebut.

DEPDIKNAS (2008:51) menyatakan bahwa salah satu prinsip penilaian

hasil belajar siswa adalah menggunakan acuan kriteria, tertentu dalam

menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan

peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil

musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan

pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil

yang diperoleh peserta didik melalui sebuah tes baik berupa tes langsung mau

pun tidak setelah terjadi proses pembelajaran mengenai suatu pokok

pembahasan dengan acuan ketuntasan hasil belajar yang telah ditetapkan

dalam bentuk KKM.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

12

2.4 Sikap

2.4.1 Pengertian Sikap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap diartikan sebagai

kesiapan untuk bertindak. Sementara Sardiman (dalam Susanto, 2013:11)

menyatakan sikap sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan

cara, metode, pola maupun teknik tertentu terhadap dunia sekitar individu-

individu maupun objek tertentu yang merujuk pada perbuatan, perilaku atau

tindakan. Azwar (dalam Susanto, 2013:10) mengungkapkan sikap tidak hanya

merupakan aspek mental melainkan mencakup aspek respon fisik. Sehingga

struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu

kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai, afektif merupakan

perasaan menyangkut emosional dan konatif yang merupakan kecenderungan

berperilaku tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu bentuk

evaluasi perasaan untuk bereaksi secara positif maupun negatif terhadap

objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif,

dan konatif.

Dalam penelitian ini sikap yang dimaksud adalah perilaku siswa dalam

mengikuti pembelajaran terutama sikap siswa dalam menghadapi dan

melakukan tugas dalam kegiatan menulis dengan harapan sikap yang

diinginkan adalah sikap mandiri, disiplin dan bertanggung jawab yang terurai

dalam indikator penentunya sebagai berikut:

a. Kedisiplinan

Disiplin menurut kamus bahasa Indonesia adalah latihan batin dan

watak agar menaatitata tertib atau kepatuhan terhadap aturan. Senada,

Imron (2011:173) mengemukakan bahwa disiplin siswa merupakan

suatu ssikap tertib dan teratur yang dimiliki siswa, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung

maupun tidak terhadap siswa dan sekolah.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

13

Berdasarkan H.A.S Moenir (2010:96) beberapa indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur kedisiplinan siswa adalah dengan

ketentuan disiplin waktu dan perbuatan. Yang meliputi:

Disiplin Waktu:

1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup dating dan pulang

sekolah tepat waktu, mulai dari selesai belajar dirumah dan

disekolah tepat waktu.

2) Tidak meninggalkan kelas/ membolos

3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang telah ditetapkan.

Disiplin Perbuatan:

1) Patuh dan tidak menentang peraturan

2) Tidak malas belajar

3) Tidak menyuruh oranglain bekerja untuk dirinya

4) Tidak berbohong

5) Tingkah laku menyenangkan mencakup tidak menyontek,

membuat keributan, dann mengganggu oranglain yang

sedang belajar.

Adapun indikator kedisiplinan yang digunakan pada penelitian ini

adalah:

Menempati tempat duduk dengan tenang

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran

Mengangkat tangan ketika hendak mengajukan atau menjawab

pertanyaan atau beropini

b. Bertanggungjawab

Sikap bertanggungjawab berdasarkan kamus besar bahasa

Indonesia (2008) adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,

menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan

menanggung akibatnya. Namun pada penelitian ini bertanggung jawab

yang dimaksut adalah sikap siswa dalam menerima dan mengerjakan

instruksi guru tanpa membuat sebuah pelanggaran. Adapun indikator

sikap bertanggungjawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

14

Antusias dalam mengikuti pebelajaran

Berani melaporkan atau mempresentasikan tugas kelompok

maupun mandiri

Melakukan kegiatan sesuai dengan instruksi guru

Melakukan kegiatan menulis dengan tenang

Mendengarkan dengan serius ketika guru menerangkan

c. Kemandirian

Menurut Syufarman (2003), indikator orang –orang mandiri adalah

sebagai berikut:

1) Progresif dan ulet,

2) Berinisiatf, mampu berpikir dan bertindak secara original,

kreatif dan penuh inisiatif,

3) Pengendalian diri dalam mengatasi masalah

4) Percaya pada kemampuan diri sendiri

5) Memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri

Adapun indikator kemandirian pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Keaktifan siswa membuat rangkuman

Mampu membuat kesimpulan dengan tepat

Mandiri dalam menyelesaikan tugas

Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas

Melakukan kegiatan sesuai instruksi guru

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

adalah penelitian dari I Kadek Dian Adi, dkk. (2012) yang melakukan penelitian

tindakan kelas, dengan judul peningkatan keterampilan berbicara Bahasa

Indonesia siswa kelas VB semester I SD No 2 Banyuasri melalui implementasi

model pembelajaran Quantum Learning dengan Gaya Belajar VAK (visual,

auditorial, dan kinestetik) berbantuan media Film Pendek. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran VAK (visual, auditorial,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

15

dan kinestetik) pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas VB SD No 2

Banyuasri. Penelitian menunjukan bahwa keterampilan berbicara Bahasa

Indonesia siswa dengan implementasi model embelajaran Quantum Learning

dengan gaya belajar VAK (visual, auditorial, dan kinestetik) berbantuan media

film pendek dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Terjadi

peningkatan persentase pada siklus I sebesar 65 % mengalami peningkatan

sebesar 90 % pada siklus II.

Peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa juga terjadi pada penelitian

tindakan kelas yang dilakukan oleh Dewi Yuliana, dkk (2013) yang dilaksanakan

di kelas IV SD Negeri Loano yang beralamat di jalan Magelang km 5 Loano,

Purworejo pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 dengan judul penelitian

“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Vak (Visualization, Auditory, Kinestetic)”. Hasil penelitian

menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

Aktivitas siswa pada siklus I 69,1% dan pada siklus II 73,4%. Hasil belajar

meningkat yaitu sebelum siklus siswa yang tuntas 35,5%, pada siklus I 67,75 dan

pada siklus II 80,6%.

Demikian pula pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Puspasari

(2010) terhadap siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Muntilan pada mata pelajaran

matematika dengan judul penelitian “Meningkatkan Sikap Positif Siswa SMA

Negeri 1 Muntilan Terhadap Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah”. Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis hasil angket menunjukkan

bahwa persentase sikap positif siswa pada aspek kognitif meningkat dari 64,11%

pada pra tindakan dengan kualifikasi sedang menjadi 66,73% pada siklus I dengan

kualifikasi tinggi dan meningkat kembali menjadi 71,58% pada siklus II dengan

kualifikasi tinggi. Aspek afektif meningkat dari 53,94% pada pra tindakan dengan

kualifikasi sedang menjadi 59,09% pada siklus I dengan kualifikasi sedang dan

meningkat menjadi 71,59% pada siklus II dengan kualifikasi tinggi, Aspek konatif

meningkat dari 55,76% pada pra tindakan dengan kualifikasi sedang menjadi

63,14% pada siklus I dengan kualifikasi sedang dan meningkat menjadi 73,06%

pada siklus II dengan kualifikasi tinggi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

16

2.7 Kerangka Berpikir

Model penelitian tindakan meliputi tahapan-tahapan, diantaranya

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subiyantoro (2010), adapun

model dan penjelasan untuk masing-masing tahapan adalah sebagai berikut

Gambar 2.1 Model PTK design Kemmis dan Teggart

Penjelasan alur PTK tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

b. Pelaksanaan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan. Pengamat

adalah guru kelas, sedangkan peneliti bertindak dalam melaksanakan

perbaikan pembelajaran.

c. Refleksi, yakni peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

d. Rancangan atau rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat, membuat rencana yang direvisi untuk melaksanakan siklus

berikutnya.

SIKLUS I SIKLUS II

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8289/2/T1_292010513_BAB II… · Berdialog secara internal dan eksternal. ... mengombinasikan gaya belajar multi-sensorik

17

2.8 Hipotesis Tindakan

Model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) diduga dapat

meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki sikap siswa Kelas III dalam kegiatan

menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD Negeri Banyubiru 01 Tahun

Ajaran 2013/2014.