BAB II TELAAH PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5147/3/T2_942011088_BAB II.pdfdik...
Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5147/3/T2_942011088_BAB II.pdfdik...
19
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kinerja Mengajar Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru
Hanif (2004) menyebutkan bahwa kinerja meng-
ajar guru adalah prestasi kerja guru yang ditunjukkan
dalam empat dimensi yaitu keterampilan mengajar,
keterampilan manajemen, kedisiplinan dan ketertiban,
serta keterampilan hubungan antar pribadi.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan guru adalah pendi-
dik profesional dengan tugas utama mendidik, menga-
jar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Berdasarkan pengertian kinerja dan dimensi-
dimensi kinerja mengajar guru dapat dijelaskan bahwa
kinerja mengajar guru merupakan prestasi kerja guru
yang ditunjukkan dengan keterampilan mengajar,
keterampilan manajemen, kedisiplinan dan ketertiban,
dan keterampilan hubungan pribadi.
a. Keterampilan Mengajar
Terdapat enam keterampilan dasar mengajar
yang harus dikuasai guru agar memiliki kinerja
20
mengajar yang baik yaitu keterampilan bertanya,
keterampilan memberi penguatan, keterampilan meng-
adakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampil-
an membuka dan menutup pelajaran, dan keterampil-
an pembelajaran perseorangan.
Keterampilan bertanya. Pertanyaan yang tersu-
sun dengan baik dan teknik bertanya yang tepat akan
memberikan dampak positif terhadap siswa (Dharma,
2008). Pertanyaan dapat meningkatkan partisipasi
siswa, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu,
menuntun proses berfikir siswa dan memusatkan
perhatian siswa. Dalam memberikan pertanyaan, guru
menggunakan kalimat yang jelas dan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak.
Keterampilan memberi penguatan. Penguatan
merupakan suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku tertentu.
Penguatan diberikan agar siswa lebih semangat dalam
belajar. Penguatan akan bermanfaat apabila disampai-
kan kepada siswa dengan tepat.
Keterampilan mengadakan variasi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru perlu mengadakan
variasi untuk mengatasi kejenuhan, sehingga siswa
tetap tekun dan aktif mengikuti kegiatan belajar meng-
ajar. Variasi yang dimaksud adalah variasi metode,
strategi, alat peraga, dan media pembelajaran.
Keterampilan menjelaskan. Dalam menyampai-
kan materi pelajaran (informasi) kepada siswa, guru
21
harus menyampaikan dengan jelas, sistematik, mudah
dipahami, dan tidak berbelit-belit. Kadang-kadang
perlu juga diberikan contoh-contoh yang sesuai
dengan materi yang dijelaskan.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
Seorang guru harus memiliki keterampilan membuka
pelajaran agar siswa tertarik dan berminat untuk
mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Pada
akhir pelajaran guru juga harus memiliki keterampilan
menutup pelajaran dengan baik, yaitu dengan membu-
at rangkuman atau melaksanakan evaluasi.
Keterampilan pembelajaran perseorangan. Guru
mampu mengadakan pendekatan secara pribadi dan
mampu membimbing siswa agar siswa belajar lebih
nyaman, mudah dan bersemangat. Siswa dapat belajar
sesuai dengan kemampuan (kecapatan menerima
pelajaran) dan sesuai kebutuhannya.
b. Keterampilan Manajemen
Guru harus memiliki keterampilan mengelola
kelas, memahami siswa, tugas siswa dan memahami
tugasnya sendiri sebagai guru. Keterampilan menge-
lola kelas diwujutkan dengan menciptakan kondisi
belajar yang kondusif, mampu bertindak cepat dalam
menangani masalah, menghindari campur tangan
yang berlebihan, bersikap wajar dan berlaku secara
adil dalam memberikan perhatian maupun penilaian.
22
c. Disiplin dan Tertib
Peraturan-peraturan yang ada di sekolah diper-
lukan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik sehingga tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai. Seorang guru harus dapat mewujudkan
kedisiplinan dan ketertiban yaitu datang dengan tepat
waktu, menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung-
jawab dan menyelesaikan administrasi dengan dengan
baik.
d. Hubungan antar Pribadi
Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-
nya terutama dalam kegiatan belajar mengajar sangat
membutuhkan kerja sama yang baik antara guru,
kepala sekolah, siswa dan orang tua siswa. Kerja sama
antara sesama guru dan kepala sekolah dapat terwu-
jud dalam hal penyelesaian administrasi. Kerja sama
dengan siswa dapat diwujudkan terkait dengan materi
pelajaran, kepribadian dan juga masalah sosial lain-
nya. Kerja sama dengan orang tua siswa diwujudkan
dalam rangka memberikan masukan terkait dengan
kondisi siswa sehingga guru dapat membantu siswa
dengan tepat.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Mengajar Guru
Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja mengajar guru (Sudarmadi, 2011) yaitu:
23
a. Pengembangan Profesi
Guru merupakan suatu profesi, artinya suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar pendidikan (Uno, 2008). Keahlian seorang guru diperoleh melalui
Diklat secara berkesinambungan. Dengan
meningkatnya keterampilan guru dalam
mengajar diharapkan kinerja mereka dalam mengajar semakin meningkat.
b. Kemampuan Profesional
Seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika ia memiliki kemampuan
profesional. Ia mampu mengembangkan materi
ajar serta menggunakan metode mengajar dengan baik. Kemampuan guru dalam proses
pembelajaran meliputi kemampuan merenca-
nakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pem-belajaran, (Indrawati dalam Sudarmadi, 2011).
Semakin tinggi kemampuan profesional guru
semakin tinggi kinerja mengajar guru.
c. Komunikasi
Guru dalam proses pembelajaran dituntut
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
sesama guru, karyawan dan orang tua murid. Pada saat mengajar guru dituntut mampu
berkomunikasi dengan para siswa. Kemampu-
an komunikasi akan membantu siswa mengua-sai materi pelajaran yang dipelajarinya. Pene-
litian yang dilakukan oleh Rahardja, 2004
(dalam Sudarmadi, 2011) menyimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi guru ber-
pengaruh pada kinerja mengajar guru. Sema-
kin tinggi kemampuan guru berkomunikasi
semakin tinggi kinerja mengajar guru.
d. Kesejahteraan
Profesionalitas guru tidak cukup hanya dilihat
dari kemampuan guru dalam mengajar tetapi juga dilihat dari kesejahteraan yang diterima-
nya. Pemerintah atau yayasan perlu memper-
hatikan kesejahteraan guru. Dengan mening-katnya kesejahteraan guru diharapkan dapat
24
meningkatkan kinerja mengajar. Pemberian
tunjangan sertifikasi bagi guru merupakan langkah pemerintah dalam rangka meningkat-
kan kesejahteraan guru. Penelitian yang
dilakukan oleh Amaliya, 2008 (dalam Sudarmadi, 2011) menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan guru mempengaruhi kinerja
guru. Semakin tinggi kesejahteraan guru
semakin tinggi pula kinerja mengajar guru.
e. Iklim Kerja
Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri
dari berbagai unsur yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Suasana yang
menggambarkan hubungan dan interaksi
antara unsur-unsur sekolah merupakan iklim sekolah. Iklim sekolah yang baik akan menum-
buhkan sikap kerja sama dan saling mendu-
kung dan membangun. Penelitian yang dilaku-kan oleh Sulardi, 2007 (dalam Sudarmadi,
2011) menemukan bahwa iklim kerja guru
mempengaruhi kinerja mengajar guru.
2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarah-
kan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik (Permendiknas nomor 41 Tahun 2007).
25
2.2.1 Komponen RPP meliputi:
1. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi: satuan
pendidikan, kelas, semester, program keahlian, mata
pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualitas ke-
mampuan minimal peserta didik yang menggambar-
kan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampil-
an yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/
atau semerter pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pela-
jaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi merupakan perilaku yang
dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjuk-
kan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggu-
nakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
26
5. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses
dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta
didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
7. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan
keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi
dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetap-
kan. Pemilihan metode pembelajaran desesuaikan
dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karak-
teristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi: (a) Pendahulu-
an. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam
suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk
27
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran; (b) Inti. Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembela-
jaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menye-
nangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemamdirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplo-
rasi, elaborasi, dan konfirmasi.
10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan
hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian
kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
2.2.2 Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
Prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP meliputi
antara lain: (1) memperhatikan perbedaan individu
peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan
perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
28
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik;
(2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Proses
pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar;
(3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang-
kan kegemaran membaca, pemahaman beragam baca-
an, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan;
(4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP
memuat rancangan program pembelajaran, umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi;
(5) Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan
memperhatikan keterkaitan dan keterpaudan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pem-
belajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya; (6) Mene-
rapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP
disusun dengan mempertimbangkan penerapan infor-
masi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
29
2.3 Kepuasan Kerja
2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja Guru
Menurut Wijono (2010) bahwa kepuasan kerja
merupakan hal yang bersifat individual. Perasaan
puas atau tidak puas tergantung dari individu mem-
persepsikan ketidaksesuaian atau pertentangan antara
keinginan-keinginan dan hasil yang telah dicapainya.
Semakin banyak aspek pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu semakin tinggi tingkat kepuasan
seseorang. Seorang guru akan merasa puas manakala
kebutuhan-kebutuhan terpenuhi. Guru yang memiliki
kepuasan tinggi akan bekerja dengan lebih baik,
disiplin, dan memandang pekerjaan sebagai sesuatu
yang menyenangkan.
Menurut Sultani (2013) bahwa bentuk-bentuk
kepuasan bagi pegawai dalam menjalankan aktivitas-
nya dihubungkan dengan kepuasan yang diterima
dapat berupa penerimaan gaji berkala, promosi jabat-
an, pemberian penghargaan atas karier, mendapat cuti
tahunan dan tunjangan kerja, diperuntukkan untuk
meningkatkan kinerjanya.
Menurut two factor theory yang dikemukan oleh
Herzberg (Wikipedia , ensiklopedia bebas, 2013), orang
tidak puas dengan kepuasan yang lebih rendah,
misalnya yang berkaitan dengan tingkat gaji minimum
atau kondisi kerja yang aman dan menyenangkan.
Sebaliknya, individu mencari pemuasan kebutuhan
psikologis tingkat tinggi yang berkaitan dengan pres-
30
tasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan sifat
dari pekerjaan itu sendiri. Sementara Jewel L.N. dan
Mac Siegal (1998), dalam Subakti Syaiin (2008) menje-
laskan kepuasan kerja menggunakan lima dimensi
kepuasan terhadap pekerjaan yaitu dari aspek peker-
jaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan
promosi, dan aspek rekan kerja sebagai faktor penentu
kepuasan kerja.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Kerja Guru
Menurut Herzberg (dalam Wijono, 2010) menye-
butkan sembilan faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja yaitu:
a. Supervisi
Supervisi akademik merupakan bantuan yang
diberikan kepada guru untuk memperbaiki
pengajarannya. Melalui supervisi akan diketa-hui guru yang memiliki semangat kerja tinggi,
guru yang bekerja dengan baik dan akan
diperoleh informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru. Penelitian Sudarmadi
(2011) menunjukkan bahwa sema-kin intensif
kepala sekolah melaksanakan supervisi
semakin tinggi kinerja mengajar guru.
b. Teman kerja
Hubungan dan kerja sama yang baik antar
guru akan mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya. Tugas yang berat
akan menjadi ringan. Mereka akan merasa
puas jika tugas-tugas yang dipercayakan akan dapat terselesaikan dengan baik.
c. Kondisi kerja
Kondisi kerja meliputi jam kerja, waktu istira-hat, lingkungan kerja, keamanan, dan sarana
31
prasarana yang digunakan. Pemanfaatan
waktu yang baik, lingkungan yang nyaman serta kelengkapan sarana prasarana akan
dapat meningkatkan guru dalam melaksana-
kan tugasnya.
d. Imbalan jasa/upah
Upah atau gaji yang diterima, meliputi besar-
nya gaji, kesesuaian gaji dengan pekerjaan,
tunjangan seperti tunjangan sertifikasi bagi guru. Ada hubungan antara gaji guru dan
mutu pendidikan, artinya bahwa tinggi ren-
dahnya gaji guru dapat mempengaruhi mutu pendidikan (Surya, 2004).
e. Jaminan rasa aman
Seorang guru agar dapat melaksanakan tugas-nya dengan baik sangat membutuhkan kea-
manan dalam bekerja. Rasa aman sangat
mempengaruhi seorang guru dalam memberi-kan pelajaran di sekolah. Guru membutuhkan
perlindungan terhadap keadaan membahaya-
kan yang dapat mengancam jiwanya, juga
jaminan kesejahteraan sosial yang berupa tunjangan kesehatan dan tunjangan hari tua.
f. Tanggung jawab
Seorang guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar yaitu mengajar dan mem-
bimbing siswa, baik dalam pelajaran maupun
pembentukan sikap. Tugas dan tanggung jawab yang dapat diselesaikan dengan baik
akan mendatangkan kepuasan dalam bekerja.
g. Pekerjaan itu sendiri
Kepuasan seseorang akan dipengaruhi oleh
kesesuaian dengan minat, bakat dan keahlian
yang dimilikinya. Seseorang yang memilih
menjadi guru akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat. Sebaliknya seseo-
rang yang terpaksa menjadi guru akan bekerja
dengan terpaksa dan tidak menemukan ke-puasan diri.
32
h. Kemajuan/Pengembangan diri
Kepuasan kerja guru akan dipengaruhi oleh adanya pengembangan diri. Guru yang diberi-
kan kesempatan untuk berkembang seperti
mengikuti penataran, lokakarya, seminar, studi lanjut, KKG atau MGMP maka mereka
akan lebih mampu dalam mengajar, membim-
bing, melatih, dan mendampingi anak didik.
i. Pengakuan/penghargaan
Pengakuan/penghargaan sangat dibutuhkan
oleh guru, karena dengan adanya pengakuan
dari orang lain terutama atasan, maka guru akan dapat meningkatkan semangat bekerja.
Pengakuan dapat berupa pujian, piagam,
barang atau uang seperti misalnya adanya pemberian tunjangan sertifikasi sebagai peng-
hargaan atas prestasi yang dimiliki oleh guru
sebagai tenaga profesional (Mulyasa, 2009).
2.4 Sertifikasi Pendidik
Sertifikasi pendidik/guru adalah prosedur yang
digunakan oleh pihak yang berwenang untuk membe-
rikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah meme-
nuhi persyaratan kompetensi sebagai pendidik.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebu-
tuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional.
Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai
bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat
kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetap-
kan (Mulyasa, 2009: 34).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
sertifikat guru adalah suatu pemberian pengakuan
33
bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompe-
tensi sebagai seorang pendidik yang profesional.
2.4.1 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik-
an dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional (2007) menyebutkan bahwa:
Program sertifikasi pendidik bertujuan untuk: (1)Menentukan kelayakan guru dalam melaksana-
kan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewu-
judkan tujuan pendidikan nasional, (2) Meningkat-
kan profesionalitas guru, termasuk di dalamnya kesejahteraan guru, (3) meningkatkan proses dan
mutu hasil pendidikan, (4) meningkatkan marta-
bat guru.
Menurut Wibowo (2004) dalam Mulyasa (2009,
35), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan
untuk hal-hal sebagai berikut:
(1) melindungi profesi pendidik dan tenaga kepen-didikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-
praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak
citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) mem-bantu dan melindungi lembaga penyelenggara
pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu
dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra
masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan.
Manfaat Sertifikasi pendidik dan tenaga kepen-
didikan menurut Mulyasa (2009) adalah untuk penga-
wasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan
34
dalam rangka pengembangan kompetensi, peningkat-
an profesionalisme, dan pengembangan karier tenaga
kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan
program pelatihan yang lebih bermutu.
2.4.2 Proses dan kerangka Sertifikasi
Proses pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabat-
an dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Sumber: Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2010.
35
Dalam Permendiknas Pasal 2 ayat (4) disebutkan
bahwa “penilaian portofolio merupakan pengakuan
atas pengalaman profesional guru dalam bentuk
penilaian terhadap kumpulan dokumen yang berupa:
1. kualifikasi akademik;
2. pendidikan dan pelatihan;
3. pengalaman mengajar;
4. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
5. penilaian dari atasan dan pengawas;
6. prestasi akademik;
7. karya pengembangan profesi;
8. keikutsertaan dalam forum ilmiah;
9. pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan
10. penghargaan yang relevan dengan bidang
pendidikan.
Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompe-
tensi guru baik lulusan S1 kependidikan maupun
lulusan S1 non kependidikan, menurut Mulyasa
(2009) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, lulusan program sarjana kependidikan
sudah mengalami pembentukan kompetensi meng-
ajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memer-lukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki PPTK terakreditasi
dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.
Kedua, lulusan program sarjana non kependidikan
harus terlebih dahulu mengikuti proses pemben-
tukan kompetensi mengajar (PKM) pada perguruan tinggi yang memiliki Program pengadaan tenaga
kependidikan (PPTK) secara terstruktur. Setelah
dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru lulusan S1 non-kependidikan
boleh mengikuti uji sertifikasi. Sedangkan lulusan
program Sarjana kependidkan tentu sudah menga-
lami proses pembentukan kompetensi mengajar
36
(PKM), tetapi tetap diwajibkan mengikuti uji kom-
petensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi.
Ketiga, penyelenggaraan program PKM dipersya-
ratkan adanya status lembaga LPTK yang terakre-
ditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompe-tensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompe-
tensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh
LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh Ditjen Dikti, Depdiknas.
Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinya-
takan lulus, baik yang berasal dari lulusan
program sarjana pendidikan maupun non-kepen-didikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai
bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan
untuk melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari
guru yang sudah melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu (10 – 15) tahun sebagai
bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran
kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu
mengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping uji kompetensi juga di-
perlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesi-
nya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. Bentuk aktivitas uji kompetensi untuk kelompok
ini adalah dalam kategori resertifikasi.
2.5 Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan
penelitian yang penulis lakukan:
Solikin (2010), mengadakan penelitian tentang
pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja mengajar
guru dan implikasinya terhadap prestasi belajar siswa
pada SMK negeri di kota Bandung dan kabupaten
Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah survey explanatory yaitu metode penelitian
37
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemu-
kan gambaran dan hubungan antar variabel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara
sertifikasi guru dan kinerja guru sangat rendah
ditunjukkan dengan koefisian korelasi sebesar 0,164.
Terdapat pengaruh antara sertifikasi guru terhadap
kinerja guru, ditunjukkan dengan perhitungan
koefisien determinasi sebesar 2,7%. Hubungan antara
kinerja guru dan prestasi belajar siswa rendah ditun-
jukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,279. Terda-
pat pengaruh antara kinerja guru terhadap prestasi
belajar siswa, ditunjukkan dengan perhitungan koe-
fisien determinasi sebesar 7,8%. Terdapat perbedaan
rata-rata nilai sebelum dan sesudah sertifikasi guru.
Ngasripin (2011), mengadakan penelitian tentang
hubungan kepuasan kerja dan motivasi kerja dengan
kinerja mengajar guru SD Negeri Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian adalah
penelitian korelasional yang betujuan untuk mengeta-
hui signifikansi hubungan kepuasan kerja dan
motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru SD
Negeri di Kecamatan Bandungan. Variabel bebas
penelitian ini adalah kepuasan kerja dan motivasi
kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja
mengajar guru. Subjek yang terlibat dalam penelitian
ini 68 guru yang berasal dari SD Bandungan 1 dan 2,
SD Candi 1 dan 3, SD Duren 1 dan 2, SD Milir 1, SD
38
Sidomukti 3, SD Jimbaran 1, SD Pakopen 1, dan SD
Jenis 2. Data diambil dengan menyebar angket. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
positif signifikan antara kepuasan kerja dan motivasi
kerja dengan kinerja mengajar guru SD di Kecamatan
Bandungan. Ini berarti bahwa semakin tinggi kepuas-
an kerja yang dirasakan oleh guru dan semakin tinggi
motivasi kerjanya maka semakin tinggi pula kinerja
mengajar guru di sekolah.
Martono (2013) mengadakan penelitian tentang
pengaruh pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan
pembinaan akademis pengawas TK/SD terhadap
kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksa-
naan pembelajaran (RPP), studi terhadap guru SD
Negeri se-Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan.
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen
berupa angket, melalui uji validitas dan reliabilitas.
Teknik analisa data menggunakan regresi linier ber-
ganda dengan uji asumsi klasik, uji t, uji F, dan uji
koefisien determinasi. Hasil penelitian menun-jukkan
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
pengalaman mengajar, pelatihan guru dan pembinaan
akademis pengawas TK/SD secara parsial terhadap
kemampuan guru SD Negeri se-Kecamatan Brati
dalam menyusun RPP. Pembinaan akademis pengawas
TK/SD merupakan variabel yang dominan pengaruh-
nya terhadap kemampuan guru SD Negeri se
Kecamatan Brati dalam menyusun RPP. Sumbangan
pengaruh pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan
39
pembinaan teknis pengawas TK/SD terhadap kemam-
puan guru SD Negeri se-Kecamatan Brati dalam
menyusun RPP sebesar 89,70%. Selebihnya (10,30%)
dipengaruhi variabel lain di luar penelitian ini. Hal ini
berarti jika pengalaman mengajar, pelatihan guru, dan
pembinaan akademis pengawas TK/SD semakin tinggi
secara bersama-sama maka kemampuan guru SD
Negeri se Kecamatan Brati dalam menyusun RPP
semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya jika penga-
laman mengajar, pelatihan guru, dan pembinaan
akademis pengawas TK/SD semakin rendah secara
bersama-sama maka kemampuan guru SD Negeri se-
Kecamatan Brati dalam menyusun RPP semakin
rendah pula.
Dari tiga penelitian: Solikin (2010), Ngasripin
(2011) dan Martono (2013) menjelaskan bahwa antara
sertifikasi guru dan kinerja guru berpengaruh sangat
rendah terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan
kepuasan kerja dan motivasi kerja mempunyai penga-
ruh yang positif signifikan terhadap kinerja mengajar
guru, demikian pula pengalaman mengajar, pelatihan
guru dan pembinaan akademis pengawas TK/SD ber-
pengaruh secara positif dan signifikan terhadap ke-
mampuan guru dalam menyusun RPP. Akan tetapi
bagaimanakah hubungan kepuasan kerja dan kemam-
puan menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru
SD sertifikasi yang lain? Apakah mempunyai hubung-
an yang pasitif dan signifikan ataukah sebaliknya, oleh
karena itu memerlukan penelitian ulang.
40
2.6 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara kepuasan
kerja dengan kinerja mengajar guru SD Berserti-
fikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono;
2. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan
menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru SD
Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono.
Hipotesis Statistik yang diajukan adalah:
H0 : 0 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepuasan kerja guru
dengan kinerja mengajar guru SD Berser-
tifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono;
H1 : 0 ada hubungan yang signifikan antara
kepuasan kerja guru dengan kinerja
mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT
Dindikbud Petungkriyono;
H0 : 0 tidak ada hubungan yang signifikan
antara kemampuan menyusun RPP
dengan kinerja mengajar guru SD Berser-
tifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono;
H1 : 0 ada hubungan yang signifikan antara
kemampuan menyusun RPP dengan
kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di
UPT Dindikbud Petungkriyono.