BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... ·...

35
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Evaluasi Program. Untuk meningkatkan kualitas kinerja, dan produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya perlu adanya evaluasi program. Evaluasi program adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. (Suharsimi Arikunto, 2012:325). Menurut Anderson, dalam Arikunto (2004:1) memandang evaluasi sebagai proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan guna mendukung tercapainya tujuan. Selanjutnya Stufflebeam dalam Arikunto (2004 : 1), mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat untuk pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5), mengatakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Sedangkan Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5), mengatakan bahwa evaluasi program adalah upaya memberikan informasi

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Evaluasi Program.

Untuk meningkatkan kualitas kinerja, dan

produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan

programnya perlu adanya evaluasi program. Evaluasi

program adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk melihat tingkat keberhasilan program.

Melakukan evaluasi program adalah kegiatan untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari

kegiatan yang direncanakan. (Suharsimi Arikunto,

2012:325).

Menurut Anderson, dalam Arikunto (2004:1)

memandang evaluasi sebagai proses menentukan hasil

yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang

direncanakan guna mendukung tercapainya tujuan.

Selanjutnya Stufflebeam dalam Arikunto (2004 : 1),

mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses

penggambaran, pencarian dan pemberian informasi

yang bermanfaat untuk pengambil keputusan dalam

menentukan alternatif keputusan.

Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar

(2009:5), mengatakan bahwa evaluasi program adalah

proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan

telah terealisasikan. Sedangkan Cronbach (1963) dan

Stufflebeam (1971) dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi

Safruddin Abdul Jabar (2009:5), mengatakan bahwa

evaluasi program adalah upaya memberikan informasi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

8

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Jadi

evaluasi program dimaksudkan untuk melihat seberapa

jauh pencapaian suatu program.

Hal yang menjadi titik awal dari evaluasi

program adalah keingintahuan penyusun program

untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai

atau belum. Jika tercapai bagaimanacarapencapaian

program. Seandainya belum, maka: a) pada bagian

manakah dari rencana program yang telah dibuat

belum tercapai, danb) apa sebab bagian rencana

program tersebut belum tercapai.

Dari beberapa pendapat diatas terdapat

kesamaan pandangan bahwa evaluasi program adalah

upaya pengumpulan informasi mengenai suatu

program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut

berguna bagi pengambilan keputusan, antara lain

untuk memperbaiki program, menyempurnakan

kegiatan program, atau menyebarluaskan gagasan yang

mendasari suatu program atau kegiatan. Informasi

yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan

ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai

yang mendasari dalam setiap pengambilan keputusan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka evaluasi

program dapat didefisinikan sebagai suatu kegiatan

untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan

menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan

sebuah keputusan.

1.2. Tujuan Evaluasi Program.

Sebuah program yang telah direncanakan pasti

mempunyai tujuan, tujuan evaluasi program dalam

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

9

bidang pendidikan meliputi: tujuan umum dan tujuan

khusus. Secara umum tujuan evaluasi adalah:

1. Untuk memperoleh data pembuktian yang akan

menjadi petunjuk sampai dimana tingkat

pencapaian kemajuan peserta didik terhadap tujuan

atau kompetensi yang telah ditetapkan setelah

mereka menempuh proses pembelajaran dalam

jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas proses

pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan

peserta didik.

3. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam

menempuh program pendidik. Tanpa ada evaluasi

maka tidak mungkin timbul kegairahan atau

rangsangan pada diri peserta didik untuk

memperbaiki dan meningkatkan prestasinya

masing-masing.

4. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor

penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan

peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar

atau cara-cara perbaikannya.(Suharsimi dan Cepi,

2004)

Sedang menurut Wirawan (2012:22-24) Evaluasi

dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai

dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan

evaluasi antara lain adalah:

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai

dengan rencana.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

10

c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai

dengan standart.

d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan

menemukan mana dimensi program yang jalan,

mana yang tidak berjalan.

e. Pengembangan staf program.

f. Memenuhiketentuan undang-undang.

g. Akreditasiprogram.

h. Mengukurcost efektifeness dan cost efficiency.

i. Mengambil keputusan mengenai program.

j. Acountabilitas.

k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf

program.

Selanjutnya Evaluasi program dilakukan dengan

tujuan untuk:

a. Menunjukkan sumbangan program terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini

penting untuk mengembangkan program yang sama

di tempat lain.

b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah

program, apakah program itu perlu diteruskan,

diperbaiki, atau dihentikan. (Endang Mulyatiningsih,

2011:114-115)

Berdasar uraian di atas, dapat dikatakan bahwa

tujuan evaluasi program adalah untuk mengambil data

dari kegiatan yang telah dilakukan sebagai dasar untuk

menentukan langkah-langkah yang perlu diambil demi

terlaksananya program yang lebih baik.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

11

2.3 Model Evaluasi Program.

Model evaluasi program ialah model desain

evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar

evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan

pembuatnya atau tahap pembuatannya. (Farida Yusuf,

2008:13). Model-model evaluasi sangat bervariasi, akan

tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan

kegiatan pengumpulan data atau informasi yang

berkenaan dengan obyek yang dievaluasi. Setelah

informasi terkumpul disampaikan kepada pengambil

keputusan untuk menentukan tindak lanjut dari

program yang sudah dievaluasi.

Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudi Abdul Jabar,

(2009:40), membedakan model evaluasi menjadi

delapan:1. Goal oriented Evaluation Model,

dikembangkan oleh Tyler

2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan

oleh Scriven

3. Formatif Sumatif Evaluation Model,

dikembangkan oleh Michael Scriven.

4. Countenance Evaluation Model,

dikembangkan oleh Stake.

5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan

oleh Stake.

6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan

pada “kapan”evaluasi dilakukan.

7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh

Stuflebeam.

8. Discrepancy Model dikembangkan oleh

Provus.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

12

Beberapa model evaluasi di atas yang dibahas

secara detail, menurut Suharsimi Arikunto (2010: 41)

adalah sebagai berikut:

Goal oriented Evaluation Model. Model ini

dikembangkan oleh Tyler, mengamati tujuan program

yang sudah ditentukan jauh sebelum program dimulai.

Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus

menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut

sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan

program. Model evaluasi ini dilaksanakan secara terus,

bertahap dan berkelanjutan sehingga hasilnya bisa

dipantau apakah bisa mencapai target yang

direncanakan atau tidak. Goal Free Evaluation

Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini

berlawanan dengan model yang dikembangkan Tyler.

Model ini, evaluator tidak perlu memperhatikan

bagaimana kerjanya program, dengan jalan

mengidentifikasi penampilan yang terjadi baik hal-hal

yang positif maupun negatif. Alasan mengapa tujuan

program tidak perlu diperhatikan karena ada

kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-

tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus

tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi

evaluator lupa memperhatikan seberapa jauh masing-

masing penampilan tersebut mendukung penampilan

akhir yang diharapkan oleh tujuan umum, maka

akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak

manfaatnya.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

ini tidak sama sekali lepas dari tujuan, tetapi hanya

lepas dari tujuan khusus, dan hanya

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

13

mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai

oleh program, bukan secara rinci perkomponen.

Formatif-Sumatif Evaluation Model dikembangkan

oleh Michael Scriven. Model ini menunjuk adanya

tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu

evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih

berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah

berakhir (evaluasi sumatif). Dalam model ini evaluator

tidak dapat melepaskan diri dari tujuan ketika

melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi formatif memang

berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Jadi tujuan

evaluasi ini menunjuk tentang “apa, kapan, dan

tujuan” evaluasi dilaksanakan. Evaluasi formatif

dilakukan ketika program masih berlangsung atau

ketika program masih dekat permulaan kegiatan.

Tujuannya adalah mengetahui seberapa jauh program

yang dirancang dapat berlangsung sekaligus

mengidentifikasi hambatan. Evaluasi sumatif dilakukan

setelah program berakhir dengan tujuan untuk

mengukur ketercapaian program. Jadi evaluasi

program ini memfokuskan pada dua kegiatan yaitu

diawal program dan setelah program berakhir.

Countenance Evaluation Model yang dikembangkan

oleh Stake, model ini menekankan pada adanya

pelaksanaan 2 hal pokok yaitu (1) diskripsi (description)

dan (2) pertimbangan (judgmemts); serta membedakan

adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu (1)

Anteseden (antecedents / context), (2) Transaksi

(transaction / process), dan (3) keluaran (output-

outcomes).CSE-UCLA Evaluation Modelterdiri dari dua

singkatan yaitu CSE adalah Center for the Study of

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

14

Evaluation, sedangkan UCLA adalah singkatan dari

Univercity of California in Los Angeles.Model ini memiliki

lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu

perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan

dampak. Kelima tahap dalam evaluasi ini dilakukan

secara bertahapn dan berkesinambungan sehingga

hasilnya bisa dilihat apakah sudah sesuai dengan yang

direncanakan. CIPP Evaluation Model dikembangkan

oleh Stuffebeam, dkk (1967) di Ohio State Univercity.

CIPP merupakan kependekan dari Context Evaluation

atau evaluasi dalam kontek, Input evaluation adalah

evaluasi dalam masukan, Process Evaluationyaitu

eavaluasi terhadap proses, dan Product Evaluation atau

evaluasi terhadap hasil. Keempat kata yang disingkat

CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak

lain adalah komponen dari proses sebuah program

kegiatan. Model CIPP merupakan model evaluasi yang

memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah

sistem. Jadi model CIPP dalam menganalisa program

dilaksanakan berdasarkan komponen-komponennya

yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Evaluasi

konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan

merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi,

populasi dan sampel yang dilayani dan tujuan proyek.

b) Evaluasi masukan (Input) maksud dari evaluasi

masukan dalam penelitian ini adalah kemampuan awal

SDN Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten

Demak dalam melaksanakan program layanan

perpustakaan, antara lain kemampuan sekolah dalam

menyiapkan petugas yang tepat, strategi pengadaan

dan perbaikan, jadwal, anggaran biaya pengadaan dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

15

perbaikan sarana dan prasarana dan tujuan pengadaan

dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah. c)

Evaluasi Proses menunjuk pada “apa” (what) kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” (Who) orang

yang ditunjuk sebagai penanggungjawab program,

“kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model

CIPP evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh

kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah

terlaksana sesuai dengan rencana. Dan yang terakhir d)

Evaluasi Produk atau hasil, diarahkan pada hal-hal

yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada

masukan mentah.Evaluasi hasil merupakan tahap

akhir dari evaluasi program.Jadi setelah evaluasi hasil

selesai dapat direkomendasikan hasil program yang

berjalan untuk merumuskan kebijakan

berikutnya.Yang terakhir adalah Discrepancy Model,

kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang

diterjemahkan menjadi “kesenjangan”.Model yang

dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan

model yang menekankan pada pandangan adanya

kesenjangan di dalam pelaksanaan program.Evaluator

mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap

komponen.Jadi model evaluasi ini untuk mengetauhi

perbedaan yang ada pada setiap komponen program

yang dilaksanakan.

Dari beberapa model evaluasi yang sudah

dijelaskan di atas dapat ditentukan bahwa model

evaluasi CIPP yang dirasa sesuai untuk melakukan

evaluasi program layanan perpustakaan di SDN

Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

16

2.4 Evaluasi Program Model CIPP (Contex, Input,

Procces, and Product)

Dalam penelitian ini, model yang digunakan

adalah model pengambilan keputusan yang

dikembangkan oleh Stuflebeam yang dikenal dengan

CIPP Evaluation Model.Keunikan model ini adalah pada

setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil

keputusan (decision) yang menyangkut perencanaan

dan operasional sebuah program.Keunggulan model

CIPP memberikan suatu format evaluasi yang

komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap

konteks, masukan, proses, dan produk. Model evaluasi

CIPP yang dikemukakan oleh Stuflebeam dan

Shinkfield (1985) adalah sebuah pendekatan evaluasi

yang berorientasi pada pengambil keputusan (a decision

oriented evaluation approach structured) untuk

memberikan bantuan kepada administrator atau leader

pengambil keputusan. Stuffle mengemukakan bahwa

hasil evaluasi akan memberikan alternative pemecahan

masalah bagi para pengambil keputusan.

Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu

Evaluasi Konteks (Contexs Evaluation), Evaluasi

Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses (Process

Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product Evaluation),

yang dilukiskan pada Gambar 24.

1). Evaluasi Konteks. Menurut Daniel Stufflebeam

Evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: Apa

yang perlu dilakukan? (What needs to be done?)

Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-

kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

17

Gambar 2.1. Model Evaluasi Context, Input, Process,

Product (CIPP)

2). Evaluasi masukan. Evaluasi masukan untuk

mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang harus

dilakukan? (What should be done?) Para pengambil

keputusan memakai evaluasi masukan dalam

memilih diantara rencana-rencana yang ada,

menyususun proposalpendanaan, alokasi sumber,

menempatkan staf, menskedul pekerjaan, menilai

rencana-rencana aktifitas, dan penganggaran.

3). Evaluasi Proses. Evaluasi proses berupaya untuk

mencari jawaban atas pertanyaan: Apakah program

sedang dilaksanakan? (Is it being done?). Evaluasi

ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana

Context Evaluation

a.Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan?

b.Waktu pelaksanaan: Sebelum programditerima

c.Keputusan: Perencanaan Program

Input Evaluation

a. Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang harus dilakukan?

b.Waktu pelaksanaan: Sebelum program dimulai.

c.Keputusan Penstruktur-an program

Process Evaluation

a. Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: Apakah program sedang dilaksanakan?

b. Waktu Pelaksanaan: Ketika program sedang dilaksana-kan

c.Keputusan: Pelaksanaan

Product Evaluation

a. Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: Apakah program sukses?

b.Waktu pelaksanaan Ketika program selesai.

c.Keputusan: Resikel: Ya atau tidak program harus diresikel

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

18

untuk membantu staf program melaksanakan

aktifitas dan kemudian membantu kelompok

pemakai yang lebih luas menilai program dan

menginterpretasikan manfaat.

4). Evaluasi Produk. Evaluasi produk diarahkan untuk

mencari jawaban pertanyaan: Did it succed?

Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan

mengakses keluaran dan manfaat, baik yang

direncanakan atau yang tidak direncanakan, baik

jangka pendek maupun jangka panjang.Keduanya

untuk membantu staf menjaga upaya menfokuskan

pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya

untuk membantu kelompok-kelompok pemakai

lebih luas mengukur kesuksesan upaya dalam

mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.

Menurut Stufflebeam, model evaluasi CIPP

bersifat linier. Artinya evaluasi input harus didahului

oleh evaluasi context; evaluasi proses harus didahului

oleh evaluasi input; sungguhpun demikian menurut

Stufflebeam dalam model evaluasi CIPP juga dikenal

evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Dalam evaluasi

formatifCIPP berupaya mencari jawaban atas

pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? Bagaimana

melakukannya?Apakah hal tersebut sedang

dilakukan?Apakah berhasil?Evaluator subunit

memberikan informasi mengenai temuan kepada para

pemangku kepentingan; membantu mengarahkan

pengambilan keputusan dan memperkuat kerja

staf.Ketika evaluasi formatif dilaksanakan, dapat

dilakukan penyesuaian dan pengembangan jika yang

direncanakan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

19

Dalam evaluasi sumatif evaluasi CIPP berupaya

mendapatkan tambahan informasi untuk menjawab

pertanyaan sebagai berikut: Apakah kebutuhan yang

penting ditangani dengan baik? Apakah upaya dipandu

oleh suatu rencana dan anggaran yang dapat

dipertahankan?Apakah desain layanan dilaksanakan

secara lengkap dan dimodifikasi jika perlu?Apakah

upaya yang dilakukan sukses?

Daniel Stufflebeam (2002, 2003) mengembangkan

10 ceklistsebagai panduan bagi evaluator, klien dan

pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan

model evaluasi CIPP.Fungsi dari ceklist untuk

membantu para evaluator mengevaluasi program yang

secara relative mempunyai tujuan jangka

panjang.Pertama, ceklist agar evaluator dapat

menyelesaikan laporan evaluasi tepat waktu, jadi

membantu kelompok evaluator untuk merencanakan,

melaksanakan, menginstitusionalisasikan,

melaksanakan layanan yang efektif kepada para

penerima manfaat yang ditargetkan.Disamping itu,

ceklistmembantu menelaah dan menilai sejarah

program dan menyediakan laporan evaluasi sumatif

dan nilai manfaatnya secara signifikan. Kesepuluh

ceklist tersebut diterjemahkan secara bebas dalam

Bahasa Indonesia oleh penulis buku ini sebagai

berikut, namun peneliti hanya menampilkan 4 ceklist,

yaitu sebagai berikut:

1. Evaluasi konteks. Evaluasi konteks mengakses

kebutuhan-kebutuhan, aset, dan problem-problem

dalam lingkungan yang terdefinisi. Aktivitas

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

20

evaluator dan pemangku kepentingan dilukiskan

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1Aktivitas Evaluator dan Pemangku Kepentingan dalam

Evaluasi Konteks

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program

Mengumpulkan dan mengakses kebutuhan informasi, latar belakang benefisiari yang dituju, dari sumber-sumber seperti rekaman kesehatan, kelas dan skor-skor tes, proposal permintaan pendanaan, dan arsif-arsif surat kabar.

Memakai temuan-temuan evaluasi konteks untuk menyeleksi dan/atau mengklariflkasi benefisiari yang dituju.

Mewawancarai para pemimpin program untuk menelaah dan mendiskusikan perspektif mereka mengenai kebutuhan para benefisian untuk mengidentifikasi setiap problem (politik atau lainnya) yang perlu diselesaikan program.

Memakai temuan-temuan evaluasi konteks untuk menelaah dan merevisi, jika cocok, tujuan-tujuan program untuk memastikan secara tepat kebutuhan-kebutuhan yang dinilai.

Wawancarai para pemangku kepentingan untuk memperoleh pandangan lebih lanjut mengenai butuhan-kebutuhan dan nilai benefisiari yang dituju dan potensial problem-problem untuk program.

Memakai temuan-temuan evaluasi konteks untuk memastikan bahwa program memanfaatkan masyarakat yang terkait dan aset-aset lainnya.

Menilai tujuan program dalam kaitannya dengan kebutuhan benefisiari dan aset-aset potensial yang bermanfaat.

Memakai temuan-temuan evaluasi konteks –sepanjang atau pada akhir program – untuk membantu menilai efektivitas dan signifikansi program dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan benefisiari yang dinilai.

Ikut sertakan seorang spesialis pengumpulan data, untuk memonitor dan merekam data mengenai lingkungan program,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

21

termasuk program-program yang terkait, sumber-sumber wilayah, kebutuhan dan problem wilayah, dan dinamika politik.

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program

Meminta staf program secara tetap informasi evaluasi mengenai tim evaluasi yang mereka kumpulkan mengenai benefisiari program dan lingkungan.

Setiap tahun, atau jika dianggap perlu mempersiapkan dan menyampaikan kepada klien dan pemangku kepentingan yang disepakati, suatu draf laporan mengemukakan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan, aset-aset, dan problem-problem, bersama-sama dengan asesmen tujuan dan prioritas program.

Secara periodik, atau jika dianggap perlu mendiskusikan temuan-temuan evaluasi konteks sebagai balikan kepada klien dan audiens yang ditentukan.

Memfinalkan laporan-laporan evaluasi konteks dan alat-alat bantu visual dan menyediakannya kepada klien dan para pemangku kepentingan yang disepakati.

Dari 9 (sembilan) kegiatan yang semestinya

dilakukan evaluator dalam penelitian, penulis hanya

melakukan lima kegiatan meliputi: 1. Mengumpulkan

dan mengakses informasi latar belakang benefisiari

(calon penerima manfaat) yang dibutuhkan, 2.

Mewawancarai para pemimpin program untuk

menelaah dan mendiskusikan perspektif mereka

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

22

mengenai kebutuhan para benefisiari, 3. Mewawancarai

para pemangku kepentingan untuk memperoleh

pandangan lebih lanjut mengenai kebutuhan-

kebutuhan dan nilai benefisiari yang dituju, 4. Menilai

tujuan program dalam kaitannya dengan kebutuhan

benefisiari dan aset-aset potensial yang bermanfaat, 5.

Menfinalkan laporan-laporan evaluasi konteks dan alat-

alat bantu visual dan menyediakannya kepada klien

dan para pemangku kepentingan yang disepakati.

2. Evaluasi Masukan.

Evaluasi Input menjaring, menganalisis dan

menilai mengenai strategi, rencana kerja dan anggaran

berbagai pendekatan. Apa yang dilakukan evaluator

dan klien dan pemangku kepentingan lainnya

dikemukakan dalam Tabel 2.2. (Wirawan, 2011:96)Tabel 2.2.

Aktivitas Evaluator dan Para Pemangku Kepentingan dalam Evaluasi Masukan

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program

Mengidentifkasi dan meneliti program lain yang ada yang dapat dipergunakan sebagai model untuk program yang direncanakan.

Memakai temuan evaluasi masukan untuk merencanakan suatu strategi program yang secara saintifik, ekonomis, sosial, politik dan teknologi dapat dipertahankan.

Menilai strategi program yang diusulkan mengenai koresponden terhadap kebutuhan dan feasibilitasnya.

Memakai temuan evaluasi masukan untuk memastikan bahwa strategi program memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh yang memperoleh keuntungan yang ditargetkan.

Menilai anggaran program Memakai temuan evaluasi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

23

untuk menentukan kecukupannya dalam membiayai pekerjaan yang dibutuhkan.

masukan untuk mendukung permintaan pendanaan untuk kegiatan yang direncanakan.

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program

Menilai strategi program dengan penelitian dan literatur yang berhubungan.

Memakai temuan evaluasi masukan untuk melatih staf untuk melaksanakan program.

Menilai manfaat strategi program dengan membandingkannya dengan alternatif strategi yang dipergunakan dalam program yang serupa.

Memakai hasil evaluasi masukan untuk tujuan pertanggungjawaban dalam melaporkan rasional untuk strategi program yang dipilih dan mempertahankan rencana program.

Menilai rencana kerja program dan menyusun skedul untuk kecukupan,feasibilitas dan viabilitas politik.

Menyusun suatu draf laporan evaluasi masukan dan mengirimkannya kepada klien dan pemangku kepentingan lainnya yang disepakati.

Mendiskusikan temuan-temuan evaluasi masukan dalam suatu lokakarya balikan.

Memfinalkan laporan evaluasi masukan dan alat bantu visualnya dan menyampaikannya kepada klien dan pemangku kepentingan lainnya yang disepakati.

Dari 9 (sembilan) kegiatan/aktifitas yang

semestinya dilakukan, penulis hanya melakukan 4

kegiatan yaitu: 1. Menilai strategi program yang

diusulkan mengenai koresponden terhadap kebutuhan

dan feasibilitasnya, 2. Menilai anggaran program untuk

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

24

menentukan kecukupannya dalam membiayai

pekerjaan yang dibutuhkan, 3. Menilai rencana kerja

program dan menyusun skedul untuk kecukupan,

feasibilitas dan viabilitas politik, 4. Menfinalkan laporan

evaluasi masukan dan alat bantu visualnya dan

menyampaikannya kepada klien dan pemangku

kepentingan lainnya yang disepakati.

3. Evaluasi proses. Evaluasi proses memonitor, mendokumentasikan, dan menilai aktivitas program. Aktivitas evaluator dan klien dan pemangku kepentingan lainnya dikemukakan pada Tabel 2.3. (Wirawan, 2011: 97).

Tabel 2.3.Aktivitas Evaluator, Klien, dan Pemangku Kepentingan

Lainnya dalam Evaluasi Proses

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program

Menugaskan staf program dan konsultan dan/atau anggota tim evaluasi untuk menyusun suatu direktori orang-orang dan kelompok-kelompok yang dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan-kebutuhan mereka, dan mencatat layanan program yang mereka terima.

Memakai temuan evaluasi proses untuk mengontrol dan memperkuat aktivitas staf.

Mengumpulkan dan menilai sampai seberapa tinggi individu dan kelompok yang dilayani konsisten dengan kemanfaatan program yang direncanakan.

Memakai temuan evaluasi proses untuk memperkuat desain program.

Secara periodik mewawancarai para pemangku kepentingan di wilayah program seperti pemimpin masyarakat, para pegawai, personil sekolah dan program sosial, ulama, polisi,

Memakai temuan evaluasi proses untuk menyusun suatu rekaman kemajuan program.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

25

hakim, dan para pemilik rumah, untuk mempelajari perspektif mereka mengani bagaimana program mempengaruhi masyarakat.

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program

Memasukkan informasi yang diperoleh dan penilaian evaluator ke dalam profil program secara periodik.

Memakai temuan evaluasi proses untuk membantu menyusun suatu rekaman biaya program.

Menentukan sampai seberapa banyak program mencapai suatu kelompok penerima layanan yang tepat.

Memakai temuan evaluasi proses untuk melaporkan kemajuan program kepada sponsor financial program, dewan kebijakan (policy board) para anggota masyarakat dan para pengembang program lainnya.

Menilai sampai seberapa banyak program secara tidak pantas menyediakan layanan kepada kelompok yang tidak ditargetkan.

Membuat draf laporan evaluasi pengaruh program (mungkin disatukan dengan laporan yang lebih besar) dan menyediakan kepada klien para pemangku kepentingan yang disetujui.

Mendiskusikan temuan evaluasi pengaruh (impact evaluation) dalam lokakarya balikan.

Memfinalisasi laporan evaluasi proses dan bantuan visual yang berkaitan dan disepakati para pemangku kepentingan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

26

Evaluasi proses yang hendak dilakukan penulis

lebih terpusat pada menjawab persoalan bagaimana

program layanan perpustakaan itu dilaksanakan,

faktor-faktor apa saja yang mendukung atau

menghambat pelaksanaan program, program itu

dibutuhkan apa tidak, siapa yang mau diuntungkan

dengan program itu, apa tujuan program, mengapa

perlu program.

4. Evaluasi pengaruh (Impact Evaluation).

Evaluasi pengaruh menjaring dan menilai data

mengenai program yang mencapai audiens yang

ditargetkan. Aktivitas evaluator dan

klien/pemangkukepentingan dikemukakan pada Tabel

2.4. (Wirawan, 2011: 98)

Tabel 2.4Aktivitas Evaluator dan Klien/Pemangku Kepentingan dalam

Evaluasi Pengaruh

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program Menugaskan staf program

dan konsultan dan/atau tim evaluasi untuk menyusun direktori orang atau kelompok yang dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan-kebutuhan mereka, dan merekam layanan program yang mereka terima.

Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk memastikan bahwa program mencapai para penerima manfaat yang direncanakan.

Mengakses dan membuat penilaian mengenai sampai seberapa tinggi individu dan kelompok yang memperoleh layanan konsisten dengan kemanfaatan program yang direncanakan.

Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk menilai apakah program mencapai atau tidak mencapai penerima manfaat yang tidak tepat.

Secara periodik mewawancarai para pemangku kepentingan di

Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk menilai sampai seberapa banyak

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

27

wilayah program seperti pemimpin masyarakat, para pegawai, personil sekolah dan program sosial, ulama, polisi, hakim dan para pemilik rumah untuk mempelajari perspektif mereka mengenai bagaimana program mempengaruhi masyarakat.

program sedang melayani atau telah melayani penerima manfaat yang berhak.

Aktivitas EvaluatorAktivitas Klien/Pemangku

Kepentingan-Tujuan Program Memasukkan informasi yang

diperoleh dan penilaian evaluator dalam profil program yang diperbaharui secara periodik.

Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk menilai sampai seberapa tinggi program memenuhi atau sedang memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting masyarakat.

Menentukan sampai seberapa tinggi program mencapai kelompok penerima manfaat yang tepat.

Memakai temuan-temuan evaluasi pengaruh untuk tujuan pertanggungjawaban mengenai kesuksesan program dalam mencapai penerima manfaat layanan program yang dimaksud.

Meneliti sampai seberapa jauh program secara tidak tepat menyediakan layanan kepada kelompok yang tidak menjadi target.

Menyusun draft laporan evaluasi pengaruh (mungkin disatuan dengan laporan yang lebih besar) dan menyediakan kepada klien dan kepada para pemangku kepentingan.

Mendiskusikan temuan evaluasi pengaruh dalam suatu lokakarya balikan.

Memfinalisasi laporan evaluasi pengaruh dan alat bantu visual dan menyediakan kepada klien dan para pemangku kepentingan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

28

Evaluasi produk yang hendak dicapai oleh

penulis adalah mengevaluasi pencapaian target

layanan, apakah target kegiatan tercapai atau tidak,

apakah program itu menjawab kebutuhan di kalangan

stake holder, siapa yang mau diuntungkan dengan

program itu, siapa yang bertanggungjawab dengan

program itu, apakah ada dana untuk pelaksanaan

program tersebut, bagaimana sarana prasarana,

mekanisme kerja dan jadual pelaksanaannya.

Model CIPP ini menekankan pada peran sumatif.

Informasi yang dihasilkan evaluasi hasil model CIPP

digunakan untuk menentukan apakah suatu program

harus diganti, revisi atau dihentikan. Penggunaan

model CIPP meliputi tahap-tahap antara lain:

Tahap 1

Evaluasi pada aspek 1 dan 2 (context dan input)

dilakukan dengan melihat pada perencanaan program

serta data yang ada di sekolah berkaitan dengan

layanan perpustakaan.

Tahap II

Evaluasi proses dilakukan dengan mengobservasi

proses sesuai kriteria tertentu, termasuk di dalamnya

evaluasi terhadap program layanan perpustakaan.

Tahap III

Evaluasi hasil (product evaluation) adalah tahap akhir

dan paling penting karena hasil evaluasi adalah tujuan

yang telah ditetapkan, maka instrumennya ditetapkan

berdasarkan domain yang menjadi tujuan peran

tertentu.

2.5 Layanan Perpustakaan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

29

Standar layanan perpustakaan menurut Undang-

Undang RI No 43 Tahun 2007 pasal 14 menyatakan

sebagai berikut: 1) Layanan perpustakaan dilakukan

secara prima dan berorientasi bagi kepentingan

pemustaka, 2) Setiap perpustakaan menerapkan tata

cara layanan perpustakaan berdasarkan standar

nasional setiap perpustakaan, 3) Setiap perpustakaan

mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, 4)

Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada

ayat satu dikembangkan melalui pemanfaatan sumber

daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan

pemustaka, 5) Layanan perpustakaan diselenggarakan

sesuai standar nasional perpustakaan untuk

mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka, 6)

Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui

kerjasama antar perpustakaan, 7) Layanan

perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud

pada ayat enam dilaksanakan melalui jejaring

telematika. Secara umum dapat disimpulkan bahwa

standar layanan perpustakaan telah diatur oleh

pemerintah dalam rangka membingkai pelaksanaan

perpustakaan agar berjalan dengan lancar dan dapat

mencapai tujuan perpustakaan yang telah ditetapkan.

Hakekat layanan perpustakaan adalah pemberian

informasi kepada pemakai perpustakaan tentang segala

bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai

perpustakaan, baik untuk dimanfaatkan di tempat

ataupun dibawa pulang untuk digunakan di luar

perpustakaan (Darmono, 2007:165). Hal ini berarti

layanan perpustakaan sangat penting dalam membantu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

30

pemustaka lewat pemberian informasi yang dibutuhkan

dalam proses pembelajaran. Informasi yang diperlukan

dapat diperoleh di perpustakaan atapun di luar

perpustakaan. Ada empat jenis layanan yang dilakukan

dalam penyelenggaraan perpustakaan, terdiri atas: 1)

layanan sirkulasi, 2) layanan referensi, 3) layanan baca

ditempat dan 4) layanan teknologi informasi. Hal ini

sejalan dengan pemikiran Darmono (2007:171) tentang

jenis layanan yang dilakukan dalam penyelenggaraan

perpustakaan.

Layanan sirkulasi adalah layanan kepada

pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan

pustaka yang dimiliki perpustakaan. Standar

Operasional Perpustakaan tentang penggunaan fasilitas

perpustakaan mengatakan bahwa layanan sirkulasi

adalah pelayanan dimana koleksi buku dapat

dipinjam/dibawa pulang sesuai dengan aturan yang

berlaku.

Tugas dan layanan sirkulasi menurut Darmono

(2007:174) seperti: 1) mengawasi keluarnya setiap

bahan pustaka dan ruang perpustakaan, 2)

pendaftaran anggota perpustakaan, 3) pinjaman dan

pengembalian bahan pustaka, 4) memberikan sangsi

bagi anggota yang terlambat mengembalikan

pinjaman,5) memberikan peringatan bagi anggota yang

belum mengembalikan pinjaman, 6) menentukan

penggantian buku-buku yang dihilangkan anggota jika

bahan pustaka yang dipinjam pemakai untuk

mengganti buku yang sama, 7) membuat statistik

peminjaman yang terdiri dari pinjaman, jumlah dan

kelompok buku yang dipinjam, diperpanjang,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

31

dikembalikan, statistik kelompok buku yang paling

banyak dipinjam, statistik kelompok pemakai atau

peminjam, 8) penataan koleksi di jajaran / rak menjadi

tanggung jawab sirkulasi. Hal ini mengindikasikan

bahwa ada prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan

dalam menggunakan layanan sirkulasi, agar bahan

pustaka di dalam perpustakaan dapat dijaga

keamanannya.

Melalui paparan di atas dapat disimpulkan

bahwa layanan sirkulasi adalah salah satu jenis

layanan yang dilakukan di dalam perpustakaan.

Layanan ini dilaksanakan oleh pustakawan yaitu

petugas yang melayani pengunjung perpustakaan.

Dalam layanan sirkulasi, ada dua aspek yang menonjol

yaitu koleksi buku dan pustakawan. Menyangkut

dengan koleksi buku maka ketersediaan koleksi buku

sangat diharapkan bervariasi dan sesuai dengan

kebutuhan pembaca, sehingga pengetahuan

pembaca/pengunjung menjdi bertambah.

Layanan referensi adalah layanan yang

diberikan kepada pemustaka untuk koleksi-koleksi

khusus seperti, kamus, ensiklopedi, almanak, direktori,

buku tahunan, yang berisi informasi teknik dan

singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh

pemustaka dan hanya digunakan untuk baca di

tempat. Hal ini berarti, pelayanan berupa pemanfaatan

koleksi-koleksi khusus merupakan tugas dan layanan

referensi yang dilakukan di dalam perpustakaan.

Layanan baca di tempat merupakan layanan

yang diberikan oleh perpustakaan kepada pemustaka,

berupa tempat untuk melaksanakan kegiatan membaca

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

32

di perpustakaan. Hal ini berarti bahwa di dalam

perpustakaan ada tempat atau ruang yang disediakan

bagi pemustaka, mereka cukup membacanya di

perpustakaandan tidak untuk dibawa pulang.

Layanan teknologi informasi dan komunikasi

merupakan layanan perpustakaan khusus dalam

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk meningkatkan kinerja pustakawan dan

keperluan pemustaka (SNP, 2011). Hal ini berarti,

layanan ini digunakan demi meningkatkan kinerja

pemustaka, dalam memberikan kemudahan untuk

melaksanakan tugas-tugas kegiatan dan layanan di

perpustakaan.

2.6 Program layanan perpustakaan

Program layanan perpustakaan yang ideal

mengacu pada pengembangan Standar Nasional

Perpustakaan Sekolah Dasar. Program layanan

perpustakaan sekolah yang ideal meliputi:

1. Visi : merupakan hal-hal yang menyatakan cita-cita

dimasa datang atau hal sangat penting bagi

perpustakaan untuk menjamin keberhasilan jangka

panjang.

2. Misi : merupakan pernyataan tentang apa yang

harus dikerjakan oleh perpustakaan sekolah dalam

mewujudkan visi yang telah ditetapkan.

3. Tujuan: merupakan hal-hal yang hendak dicapai

oleh perpustakaan sekolah.

4. Sasaran: disusun berdasarkan tujuan dan

dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.

5. Kegiatan:

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

33

a. Jenis kegiatan, kegiatan yang akan dilakukan

dalam program layanan perpustakaan sekolah.

b. Bentuk kegiatan, uraian kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam layanan perpustakaan.

c. Waktu pelaksanaan, jadwal pelaksanaan

kegiatan.

d. Fasilitas kegiatan, merupakan hal-hal yang

diperlukan dalam kegiatan layanan perpustakaan

sekolah.

2.7 Evaluasi Program Layanan Perpustakaan.

Evaluasi program layanan perpustakaan

adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya seluruh proses kegiatan yang telah

direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan

bersungguh-sungguh serta pembinaan secara

kontinyu terhadap layanan perpustakaan, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menetukan alternatif yang tepat dalam mengambil

suatu keputusan. Pada penelitian ini seluruh

informasi yang dikumpulkan dievaluasi

menggunakan model evaluasi CIPP (Conteks, Input,

Process, Product).

2.8 Penelitian Yang Relevan.

Beberapa penelitian tedahulu yang memiliki

kesamaan tema dengan penelitian ini diantaranya

adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar Mubarok

(2014) tentang Pemanfaatan Perpustakaan

sebagai Sumber Belajar Sejarah di MANU

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

34

Safinatul Huda Karimunjawa, Kabupaten

Jepara. Penelitian ini dilatarbelakangi

kecenderungan guru dan siswa belum

memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber

belajar, mereka beranggapan bahwa

perpustakaan tidak begitu penting karena

sudah ada buku pegangan dan LKS. Tingkat

partisipasi guru masih rendah terhadap

pemanfaatan perpustakaan, terutama dalam

proses pembelajaran. Hasil penelitian, untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

pengelola perpustakaan perlu bebagai kegiatan

pelatihan agar dapat mengembangkan

perpustakaan sekolah. Diadakan pembinaan

minat baca siswa dengan mengadakan

berbagai macam lomba yang mengarah pada

pemanfaatan buku perpustakaan, dan

mengubah kultur belajar dengan pola

mendengar cerita menjadi kultur belajar

dengan pola baca. Hal ini menunjukan betapa

perlunya pelatihan bagi pengelola

perpustakaan agar dapat mengembangkan

kegiatan siswa yang terkait dengan

pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber

belajar. Perubahan kultur belajar dari pola

mendengar cerita menjadi pola baca sangat di

perlukan agar siswa memperoleh wawasan dan

pengetahuan yang mereka inginkan.

b. Penelitian tentang Pemanfaatan Perpustakaan

sebagai Sumber Belajar di Sekolah Dasar

Negeri 23 Painan Utara, Padang yang di

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

35

lakukan oleh Rio Novriliam dan Yunaldi

menjelaskan bahwa keberadaan perpustakaan

sekolah sebagai pusat sumber belajar masih

belum dimanfaatkan secara optimal. Maka

sekolah menetapkan pengelolaan perpustakaan

ditingkatkan dengan membuka, dengan waktu

yang efektif dan meningkatkan pemanfaatan

perpustakaan sebagai sumber

belajar.Memanfaatkan perpustakaan sebagai

sumber belajar juga dapat dilakukan dengan

memberi waktu yang efektif kepada siswa.

Layanan perpustakaan sekolah hendaknya

memberikan kesempatan siswa agar dapat

memanfaatkan koleksi perpustakaan sebagai

sumber belajar.

Penelitian yang dilakukan Anwar Mubarok,

Rio Novriliam dan Yunaldi dengan penelitian

ini, sama-sama mengkaji tentang

perpustakaan, kalau Anwar Mubarok, Rio

Novriliam dan Yunaldi tentang pemanfaatan

perpustakaan sebagai sumber belajar

sedangkan dalam penelitian ini membahas

evaluasi program layanan perpustakaan, untuk

mengevaluasi layanan yang diberikan oleh

petugas perpustakaan apakah sudah optimal

atau belum sehingga dapat diketahui layanan

perpustakaan untuk lebih maksimal dalam

pelayanan.

c. Ishak (2008) dalam jurnal berjudul

Pengelolaan Perpustakaan Berbasis

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

36

Teknologi Informasi menjelaskan secara

singkat tentang pentingnya pengeloalan

perpustakaan berbasis Teknologi Informasi.

Penggunaan Teknologi Informasi bertujuan

untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan

dan kualitas pelayanan pada pengguna

(right information, right usser dan right now).

Saat ini masyarakat pengguna

perpustakaan menghendaki adanya

perpustakaan menjadi (right information,

right usser dan right now), artinya

perpustkaan dituntut untuk memberikan

layanan informasi yang cepat, pada

pengguna yang tepat dalam waktu yang

cepat. Hal ini akan terlaksana apabila

dapat menghadirkan dan memanfaatkan

perkembangan teknologi informasi dalam

pengelolaan perpustakaan.

d. Penelitian tentang Impact of school library

services on achievement and learning in primary

schools yang dilakukan oleh Prof. Dorothy

Williams, Louwis Coles dan Caroline Wavell

tahun 2002 pada pendidikan dasar di Inggris

terdapat hubungan antara prestasi akademik

dengan penyediaan perpustakaan di sekolah,

akan tetapi layanan perpustakaan itu sendiri

harus disertai dengan pustakawan yang

memiliki kwalifikasi mengajar, adanya

kolaborasi antara staf perpustakaan, guru, dan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

37

pustakawan dalam hal pengelolaan

perpustakaan, diadakannya pelatihan yang

mencakup pembentukan bangunan,

pemetakan koleksi perpustakaan, dan

perencanaan atau program serta evaluasi.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Yulie Tomatala

(2014) tentang Evaluasi Kinerja Layanan

Perpustakaan SMP Negeri 5 Kairatu Kabupaten

Seram Bagian Barat Propinsi Maluku.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja layanan perpustakaan sekolah dan

upaya yang perlu dilakukan untuk

peningkatan perpustakaan sebagai sumber

belajar. Maka dilakukan evaluasi layanan-

layanan yang diterapkan dalam perpustakaan

meliputi; layanan sirkulasi, layanan referensi,

layanan baca di tempat/ di ruang baca, dan

layanan teknologi dan informasi. Data

penelitian menggunakan analisis kesenjangan

(Gap Anayisis) terhadap kinerja layanan, sesuai

dengan standar dan memuaskan

penggunaannya. Berdasarkan hasil penelitian,

layanan perpustakaan menunjukkan adanya

kesenjangan terhadap apa yang dilakukan

dengan apa yang diharapkan, berimplikasi

pada penurunan kualitas layanan.

Relevansinya penelitian di atas dengan

penelitian yang dilakukan penulis adalah

sama-sama mengevaluasi program layanan

perpustakaan layperpustakaan, yang

dilakukan oleh Yulie Tomatala mengevaluasi

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

38

tentang kinerja layanan perpustakaan dan data

penelitian menggunakan analisis kesenjangan

(Gap Analysis) sementara dalam penelitian ini

mengevaluasi program layanan perpustakaan

dan menggunakan evaluasi model CIPP, yang

mengevaluasi unsur konteks, input, proses,

dan produk, sehingga penelitian ini

mempunyai keistimewaan pada teknik

evaluasinya. Hasil penelitian ini lebih rinci dan

memudahkan pihak manajemen perpustakaan

dalam menentukan kebijakan yang akan

datang sehingga program layanan

perpustakaan di SDN Karangrejo 2 Kecamatan

Bonang Kabupaten Demak akan lebih optimal

dan professional.

2.9 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah diawali

dengan latar belakang masalah yang ada kemudian

adanya fenomena yang terjadi di lapangan yaitu

program layanan perpustakaan, maka peneliti ingin

mengevaluasi program layanan perpustakaan menurut

konteksnya yaitu tentang latar belakang, tujuan, dan

sasaran program layanan perpustakaan, inputnya

tentang bagaimana rencana isi kegiatan, sarana

prasarana, sumber daya manusia (SDM), mekanisme

kerja, dan jadwal layanan perpustakaan, prosesnya

tentang bagaimana pelaksanaan program, bagaimana

sarana prasarananya, dan SDMnya serta mekanisme

dan jadwal, produknya tentang evaluasi ketercapaian

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

39

target dari program layanan perpustakaan di SDN

Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Kerangka berfikir dapat digambarkan dengan

diagram sebagai berikut:

PROGRAM LAYANANPERPUSTAKAANSDN

KARANGREJO 2 KEC. BONANG KAB. DEMAK

REKOMENDASI

LAYANAN PERPUSTAKAAN YANG OPTIMAL

LATAR BELAKANG MASALAH

KONTEK

1.Latar Belakangprogram

2.Tujuan program

3.Sasaran program

INPUT

1. Bagaimana rencana isi kegiatan

2. Bagaimana Sarpras

3. Bagaimana SDM

4. Bagaimana Mekanisme

5. Bagaimana Jadual

PROSES

1. Bagaimana Pelaksanaankegiatan layanan

2. Bagaimana sarpras (mendukung/tidak)

3. Bagaimana SDM

4. Bagaimana Mekanisme

5. Bagaimana Jadual

PRODUK

1. Mengevaluasi pencapaian tarjet layanan perpustakaan (tercapai/tidak)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

40

Gambar 2.2.Kerangka Berfikir

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10645/2/T2_942014037_BAB II... · sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau ... memberikan bantuan kepada

41