BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara...

23
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dari segi bahasa, ada tiga istilah yang berkaitan dengan IPA yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Wisudawati (2014:23) mengatakan “pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan alam berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah artinya diperoleh dengan metode ilmiah”. Wisudawati melihat garis besar dalam ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari tiga kata yaitu ilmu, pengetahuan, dan alam. Ilmu adalah sesuatu yang diperoleh secara ilmiah dan bersifat logis atau rasional, pengetahuan berupa apa yang dipelajari yaitu tentang alam semesta, dan alam adalah sesuatu yang terdapat pada sekitar kita. Lebih lanjut, ilmu pengetahuan alam menurut Wisudawati (2014:22) memiliki definisi sebagai “rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya”. Wisudawati dalam pendapatnya menggarisbawahi bahwa IPA mempelajari fenomena alam yang terjadi secara nyata, konkrit dan dalam keadaan sebenarnya. Mata pelajaran IPA berisi materi pelajaran yang mencakup pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ilmu pengetahuan alam adalah salah satu mata pelajaran penting atau pokok yang harus dipelajari siswa karena siswa belajar tentang interaksi dengan lingkungan alam sehingga siswa dapat melakukan suatu tindakan untuk masa depan tentang lingkungan. Ilmu pengetahuan alam mempelajari kejadian-kejadian alam disekitar lingkungan siswa. IPA memiliki cabang ilmu yang terbagi atas fisika, kimia, biologi, dan geologi, astronomi, ekologi, dan geografi fisik berbasis ilmu.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Dari segi bahasa, ada tiga istilah yang berkaitan dengan IPA yaitu “ilmu”,

“pengetahuan”, dan “alam”. Wisudawati (2014:23) mengatakan “pengetahuan

adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan alam berarti

pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan

ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah artinya diperoleh dengan

metode ilmiah”. Wisudawati melihat garis besar dalam ilmu pengetahuan alam

yang terdiri dari tiga kata yaitu ilmu, pengetahuan, dan alam. Ilmu adalah sesuatu

yang diperoleh secara ilmiah dan bersifat logis atau rasional, pengetahuan berupa

apa yang dipelajari yaitu tentang alam semesta, dan alam adalah sesuatu yang

terdapat pada sekitar kita.

Lebih lanjut, ilmu pengetahuan alam menurut Wisudawati (2014:22)

memiliki definisi sebagai “rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu

mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian

dan hubungan sebab-akibatnya”. Wisudawati dalam pendapatnya

menggarisbawahi bahwa IPA mempelajari fenomena alam yang terjadi secara

nyata, konkrit dan dalam keadaan sebenarnya.

Mata pelajaran IPA berisi materi pelajaran yang mencakup pelajaran yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ilmu pengetahuan alam adalah

salah satu mata pelajaran penting atau pokok yang harus dipelajari siswa karena

siswa belajar tentang interaksi dengan lingkungan alam sehingga siswa dapat

melakukan suatu tindakan untuk masa depan tentang lingkungan. Ilmu

pengetahuan alam mempelajari kejadian-kejadian alam disekitar lingkungan

siswa. IPA memiliki cabang ilmu yang terbagi atas fisika, kimia, biologi, dan

geologi, astronomi, ekologi, dan geografi fisik berbasis ilmu.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

11

Pendapat lain tentang IPA menurut Subiyanto (dalam Wisudawati, 2014)

adalah sebagai berikut:

(a) Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-

fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya

hukum-hukum umum. (b) Pengetahuan yang didapatkan dengan

jalan studi dan praktik. (c) Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut

dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan

disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.

Subiyanto dalam argumentasinya menjelaskan bahwa IPA merupakan

cabang ilmu tentang fakta sebagai bahan analisis hipotesis yang dilakukan dengan

cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis dengan cara mencoba

atau eksperimen. Selanjutnya, Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai

“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan

berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Carin dan Sund

menekankan bahwa IPA merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui

observasi dan penelitian-penelitian sehingga kumpulan data yang didapat tersusun

secara sistematis.

Lebih lanjut, Donosepoetro (dalam Trianto, 2013:137) menyatakan:

IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses, produk dan

sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah

untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai

hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah

atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran

pengetahuan. Sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang

dipakai untuk mengetahui sesuatu yang biasanya disebut dengan

metode ilmiah.

Donosepoetro mencatat tiga hal penting terkait dengan IPA yaitu proses,

produk dan prosedur. IPA sebagai proses berupa penyempurnaan atau

penambahan pengetahuan tentang alam, sebagai produk berupa hasil dari sesuatu

yang telah diajarkan untuk menambah pengetahuan, dan sebagai prosedur berupa

cara untuk mengetahui pengetahuan tentang alam.

Dari beberapa pengertian tentang ilmu pengetahuan alam yang telah

dikutip sebelumnya terdapat beberapa aspek dari pengertian IPA yaitu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

12

1) IPA merupakan cabang ilmu yang mempelajari alam semesta dan isinya.

IPA harus disusun secara sistematis dan rasional melalui beberapa langkah

seperti observasi, penelitian dan jalan studi. Setelah didapat hasil dari

langkah-langkah tersebut disusunlah hipotesis yang dapat mendukung

materi IPA.

2) IPA sebagai ilmu yang mempelajari sebab akibat yang terjadi di alam

semesta ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu

yang mempelajari tentang alam dan sekitarnya yang selalu berkaitan dengan

kehidupan manusia sehari-hari.

2.1.1.2 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Salah satu mata pelajaran pokok di sekolah dasar adalah ilmu pengetahuan

alam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa IPA adalah cabang ilmu

yang mempelajari alam semesta dan isinya. Pembelajaran IPA memiliki beberapa

definisi seperti menurut Wisudawati (2014:26) mengatakan “pembelajaran IPA

adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah

ditetapkan”. Wisudawati menekankan pada hubungan timbal balik komponen

pembelajaran seperti materi, alat peraga dan ekperimen dalam bentuk proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Djojosoediro (2012:21) menyebutkan dalam proses pembelajaran IPA di

sekolah terdapat karakteristik sebagai berikut:

1) Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera,

seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. 2)

Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam

teknik. 3) Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama

untuk membantu pengamatan.

Proses pembelajaran IPA di sekolah menurut Djojosoediro memiliki tiga

karakteristik IPA yaitu melibatkan hampir seluruh indera contohnya ketika belajar

IPA, siswa memperhatikan penjelasan guru dengan mengamati alat peraga

menggunakan indera penglihatan. Kedua, mengunakan berbagai macam teknik

seperti penggunaan metode discovery di kelas untuk menyampaikan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

13

pembelajaran. Ketiga, memerlukan berbagai macam alat yang bertujuan untuk

membantu siswa mengamati secara langsung, seperti alat peraga atau gambar.

Dari beberapa pengertian tentang hakikat IPA yang telah dikutip maka

dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan

interaksi proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Karakteristik pembelajaran IPA melibatkan hampir seluruh alat indera,

menggunakan berbagai macam teknik IPA untuk membantu penyampaian

pembelajaran IPA, dan memerlukan berbagai macam alat peraga atu gambar

untuk membantu siswa mengamati secara langsung.

2.1.2 Pendekatan Saintifik

2.1.2.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

Salah satu pendekatan ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat

diterapkan yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memiliki kerangka

kerja bertahap sehingga membentuk pemikiran siswa yang kritis dan melibatkan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan

pendekatan saintifik menurut Kurniasih (2014:29) adalah:

Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengkonstuk konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau

menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau

merumuskan hipotesis, merumuskan data dengan berbagai teknik,

menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Kurniasih mendasarkan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran

siswa yang aktif dan mengkonstruk konsep dalam pembelajaran. Tahapan dalam

mengkonstruksi konsep antara lain dengan mengamati masalah,merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, merumuskan data, menganalisis data, menarik

kesimpulan, dan mengkomunikasikan data yang telah dianalisis.

Pada dasarnya, pengertian pendekatan saintifik sangat relevan dengan tiga

teori belajar, salah satunya adalah teori belajar Bruner. Menurut Bruner (dalam

Daryanto, 2014:52) menyatakan bahwa terdapat empat hal yang diperlukan dalam

pembelajaran menggunakan metode saintifik:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

14

Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan

pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan

melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa

akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang

merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara

agar orang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan

penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan

penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan

memperkuat retensi ingatan.

Bruner menekankan pada empat aspek penting dalam proses kognitif yaitu

belajar dengan menggunakan pikirannya, siswa memiliki kepuasan lebih dalam

belajar melalui percobaan, pemberian kesempatan untuk melakukan penelitian

sendiri, dan siswa lebih mengingat atau memahami pembelajaran dengan

penelitian. Bruner mengatakan agar lebih memahami pembelajaran dengan cara

mengarahkan siswa untuk dapat berpikir secara mandiri dan kritis serta disertakan

dalam penelitian atau penemuan agar siswa dapat membuktikan hasil pikirannya

tersebut.

Dari berbagai pengertian pendekatan saintifik terdapat beberapa aspek dari

pengertian pendekatan saintifik yaitu siswa dapat mengkonstruk atau membangun

pengertian sendiri melalui penemuan atau praktik dengan menggunakan

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Pendekatan saintifik yang disusun

secara sistematis menuntun siswa untuk menemukan dengan urut pengertian

materi yang dipelajari. Dengan dilibatkan dalam proses pembelajaran secara aktif

dan berpusat kepada siswa, tingkat pemahaman siswa akan bertambah dan dapat

diingat lebih lama.

2.1.2.2 Karakteristik Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan

ilmiah memiliki karakteristik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Karakteristik pembelajaran dengan menggunakan metode saintifik

menurut Daryanto (2014:53) dan Lazim (2013:2) adalah sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa, 2) Melibatkan keterampilan proses

sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3)

Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

15

berfikir tingkat tinggi siswa, dan 4) Dapat mengembangkan

karakter siswa.

Daryanto dan Lazim dalam hal ini menyatakan bahwa karakteristik dalam

pendekatan saintifik adalah berpusat pada siswa, bukan pada guru. Karena

pendekatan saintifik berpusat pada siswa maka pembelajaran di dalam kelas

menjadi lebih aktif. Kemudian dalam menjalankan pendekatan saintifik secara

sistematis melibatkan keterampilan proses agar berjalan dengan baik. Merangsang

rasa ingin tahu siswa dengan mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan

maksimal. Terakhir dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa yang

diharapkan dapat tercapai.

2.1.2.3 Tujuan Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa

memiliki tujuan-tujuan. Menurut Daryanto (2014:54) pendekatan saintifik

memiliki tujuan antara lain:

1) Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, 2) Membentuk

kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara

sistematik, 3) Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, 4)

Mengembangkan karakter siswa.

Daryanto menekankan tujuan pendekatan saintifik pada pembentukan

kemampuan berpikir siswa yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan

ide atau hipotesis secara runtut/ sistematis dan dapat mengembangkan nilai

karakter siswa.

Tujuan pendekatan yang lainnya dikemukakan oleh Kurniasih (2014:24)

yang antara lain “terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, dan

melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide”. Kurniasih menyatakan bahwa

tujuan saintifik adalah memunculkan ide-ide kreatif siswa dan merasa belajar

adalah kebutuhan bukan merupakan beban sehingga menghasilkan hasil belajar

yang memuaskan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

16

Dari kutipan sebelumnya dapat disimpulkan tujuan pendekatan saintifik

adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengkonstruk konsep

secara sistematis dan dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa.

2.1.2.4 Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Kurniasih (2013:141) dan Daryanto (2014:60) menjelaskan langkah-

langkah yang terkandung dalam dalam pendekatan saintifik (scientific approach)

dalam pembelajaran harus memuat tujuh komponen, yaitu mengamati, menanya,

mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-

komponen tersebut terkandung dalam langkah-langkah dibawah ini:

Komponen mengamati, metode mengamati mengutamakan

kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning)....

Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa

ada hubungan antara objek yang akan dianalisis dengan materi

pembelajaran yang digunakan oleh guru.... Komponen menanya....

Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,

melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan. Komponen

menalar. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis

atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Komponen mencoba. Peserta didik

harus memiliki keterampilan tentang alam sekitar, serta mampu

menggunakan metode ilmiah dan mampu menggunakan metode

ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya sehari-hari.

Langkah-langkah yang telah dikutip dari Kurniasih dan Daryanto adalah

mengamati, yaitu dengan menghadirkan objek secara nyata dan menimbulkan rasa

ingin tahu siswa sehingga menimbulkan kebermaknaan proses pembelajaran.

Dalam tahap menanya, guru membimbing siswa untuk mengembangkan rasa

ingin tahu siswa dengan bertanya jawab dengan siswa. Menalar adalah proses

berpikir secara empiris yang diperoleh melalui observasi untuk memperoleh

hipotesis dan mencoba adalah menggunakan keterampilan tentang alam sekitar

dengan memanfaatkan metode eksperimen untuk memecahkan suatu

permasalahan.

Abdullah (2014:54) menyebutkan langkah-langkah saintifik sebagai

berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

17

1) Melakukan pengamatan atau observasi, siswa

mengamati variabel atau alat kemudian mendeskripsikan hasil

pengamatan pada teman lain untuk memperoleh gambaran yang

sama, 2) Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan

untuk memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. 3)

Melakukan eksperimen atau percobaan, upaya untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan adalah melakukan percobaan, pelaksanaan

penyelidikan dapat dimulai dengan pengajuan hipotesis untuk

mempermudah membuat rancangan percobaan, 4) Mengasosiasikan

atau menalar, merupakan kemampuan mengolah informasi melalui

penalaran dan berpikir rasional, 5) Membangun jaringan atau

berkomunikasi, setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk berbicara

dengan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.

Abdullah menjelaskan terdapat lima langkah dalam pendekatan saintifik

yaitu melakukan observasi dengan mengamati objek berupa alat peraga,

mengajukan pertanyaan untuk menjawab rasa ingin tahu siswa, melakukan

eksperimen untuk menjawab pertanyaan siswa yang telah dirancang menjadi

hipotesis, mengasosiasikan untuk mengumpulkan atau mengolah informasi

berdasarkan percobaan, dan berkomunikasi untuk memberikan waktu bagi siswa

menyampaikan gagasan atau hasil percobaan yang telah ditemukan.

Dari langkah-langkah pendekatan saintifik yang telah dikutip sebelumnya

maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah saintifik meliputi langkah

mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

2.1.3 Metode Discovery

2.1.3.1 Pengertian Metode Discovery

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dapat menggunakan metode

pembelajaran yang beragam untuk menyampaikan materi di kelas. Metode

pembelajaran sangat beragam dan berbeda dalam cara pelaksanaannya. Contoh

metode pembelajaran diantaranya adalah inkuiri, pembelajaran berbasis masalah,

metode berbasis proyek, dan metode penemuan. Metode yang ada dapat

diterapkan sendiri ataupun dikolaborasikan dengan metode pembelajaran lainnya.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat dikolaborasikan dengan pendekatan

saintifik adalah metode penemuan (metode discovery).

Metode discovery menurut Kurniasih (2014:64) adalah:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

18

Teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa

mengorganisasi sendiri discovery masalah yang dihadapkan kepada

siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

Kurniasih menjelaskan bahwa dalam metode discovery, masalah yang

dihadirkan dalam pembelajaran adalah masalah yang telah direkayasa oleh guru

yang disesuaikan dengan pembelajaran, bukan masalah yang disajikan dengan

keadaan yang sebenarnya.

Pendapat mengenai metode discovery menurut Illahi (2012:33) “discovery

merupakan salah satu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat

langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses

mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang dipelajari”. Illahi

menjelaskan metode discovery melibatkan secara langsung peserta didik dalam

kegiatan belajar mengajar dan dengan memanfaatkan proses mental dalam

menemukan konsep yang sedang dipelajari.

Dari beberapa pendapat yang telah dikutip dapat disimpulkan bahwa

metode discovery merupakan metode yang berawal dari masalah yang telah

direkayasa oleh guru. Siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang

telah dihadirkan guru melalui tahapan percobaan untuk menguji hipotesis. Dalam

mengaplikasikan metode discovery, guru berperan sebagai pembimbing dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri. Peran guru

sebagai fasilitator harus mengarahkan kegiatan belajar siswa yang aktif dan

mandiri.

2.1.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Discovery

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai

cara penyampaian materi kepada siswa. Metode pembelajaran sendiri memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing seperti metode discovery. Metode

discovery memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan metode discovery menurut Kurniasih (2014:66) adalah sebagai

berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

19

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses

kognitif, 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat

pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan

transfer, 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena

tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, 4) Metode ini

memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri, 5) Menyebabkan siswa mengarahkan

kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan

motivasi sendiri, 6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat

konsep dirinya, 7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-

sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. 8) Membantu siswa

menghilangkan skeptisme (keragu-raguan), 9) Siswa akan mengerti

konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10) Membantu dan

mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar

yang baru, 11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif

sendiri, 12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan

hipotesis sendiri, 13) Memberikan keputusan yang bersifat

intrinsik, 14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa

menuju pada pembentukan manusia seutuhnya, 15) Meningkatkan

tingkat penghargaan pada siswa, 16) Kemungkinan siswa belajar

dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar, 17) Dapat

mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Kurniasih menyebutkan beberapa keuntungan dalam penggunaan metode

discovery seperti memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan

penggunaan metode discovery pengetahuan tentang mata pelajaran dapat diingat

dengan mudah. Timbulnya perasaan senang pada siswa karena siswa belajar

menemukan sendiri jawaban dalam pembelajaran. Karena pembelajaran discovery

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri ini melatih

siswa berkembang lebih cepat, siswa dapat mengarahkan cara belajarnya sendiri.

Dapat memperkuat konsep pengetahuan siswa dengan bekerja sama, membuat

pembelajaran berpusat kepada siswa dan menjadikan siswa aktif. Guru

mendukung siswa ketika menyampaikan pendapat sehingga siswa sudah tidak

merasa takut dan percaya diri sehingga siswa mendapatkan perasaan senang

sebagai penghargaan untuk diri siswa. Dengan pembelajaran yang sistematis,

siswa belajar dengan mengembangkan konsep belajar, dan guru bukan sebagai

satu-satunya sumber belajar tetapi siswa dapat menggunakan sumber pendukung

seperti media gambar, alat peraga dan internet.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

20

Hosnan (2014:287) menambahkan kelebihan metode discovery adalah

“dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah,

meningkatkan motivasi belajar siswa, melatih siswa untuk belajar mandiri, dan

siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar”. Hosnan menekankan pada

kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dengan keterampilan memecahkan

masalah secara mandiri dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Illahi (2012:70) menyebutkan kelebihan lain dari metode discovery

sebagai berikut:

1) Dalam penyampaian bahan discovery digunakan

kegiatan dan pengalaman langsung, 2) Discovery lebih realistis dan

mempunyai makna, 3) Discovery merupakan suatu model

pemecahan masalah, 4) Dengan sejumlah transfer secara langsung,

maka kegiatan discovery akan lebih mudah diserap, 5) discovery

banyak memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat

langsung dalam kegiatan belajar.

Illahi juga menyebutkan bahwa metode discovery merupakan metode yang

kegiatan belajarnya menyangkut pada kehidupan sehari-hari siswa dan dialami

secara nyata oleh siswa. Pembelajaran dengan metode discovery lebih mudah

diserap oleh siswa karena pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa terlibat

secara langsung dalam pembelajaran.

Selain memiliki kelebihan yang sangat mendukung keaktifan dan

kemandirian siswa, metode discovery juga memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan metode discovery menurut Kurniasih (2014:67) adalah sebagai

berikut:

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada

kesiapan pikiran untuk belajar, 2) Metode ini tidak efisien untuk

mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu

yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau

pemecahan masalah lainnya, 3) Harapan-harapan yang terkandung

dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru

yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama

Kelemahan yang menonjol menurut Kurniasih adalah cara belajar yang

lama, yaitu dengan menggunakan model ceramah. Menurut Hosnan (2014:288)

kelemahan metode discovery antara lain:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

21

1) Menyita banyak waktu, 2) Kemampuan berpikir

rasional siswa ada yang masih terbatas, 3) Faktor kebudayaan atau

kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama.

Hosnan menyebutkan kelemahan discovery adalah dalam persiapan

pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak semua mata

pelajaran dapat menggunakan metode discovery. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, kebiasaan menggunakan metode ceramah sudah digunakan cukup

lama dan guru terkadang kurang dapat melaksanakan pembelajaran menggunakan

metode discovery.

Illahi (2012:72) juga mengungkapkan beberapa kelemahan metode

discovery seperti:

1) Waktu yang digunakan dalam penerapan metode

discovery membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan

metode konvensional, 2) Untuk anak didik yang berusia muda,

kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas, dan 3) Faktor

kebudayaan dan kebiasaan.

Senada dengan Hosnan, Illahi menekankan pada kemampuan berpikir

siswa kelas rendah yang masih terbatas karena masih sangat subjektif, banyaknya

pendapat dari siswa membuat penyesuaian kelas sangat beragam dan memerlukan

waktu dalam pengimplementasian metode discovery.

Dari kelebihan dan kelemahan discovery yang telah dikutip, dapat

disimpulkan bahwa kelebihan discovery adalah membuat keterampilan berpikir

siswa berkembang secara sistematis, membuat suasana pembelajaran yang aktif

karena berpusat pada siswa, siswa dapat timbul rasa percaya diri dalam

menyampaikan pendapatnya dan merasa puas setelah menemukan hasil

permasalahan. Kekurangan dalam metode discovery adalah persiapan dan

pelaksanaan yang memakan waktu cukup lama, keterbatasan berpikir siswa kelas

rendah yang belum dapat berpikir secara rasional dan kebiasaan dalam

penggunaan metode ceramah cukup sulit diubah karena guru dan siswa telah

nyaman melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode tersebut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

22

2.1.3.3 Langkah-Langkah Metode Discovery

Untuk menerapkan metode discovery dengan runtut, maka disusun

langkah-langkah operasional dalam proses pengimplementasian pembelajaran.

Langkah-langkah dalam metode discovery menurut Kurniasih (2014:68) dan

Hosnan (2014:289) adalah sebagai berikut:

Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan), pelajar

dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,

kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar

timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap

ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang

dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam

mengeksplorasi bahan.

Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), guru

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan

masalah). Memberikan kesempatan peserta didik untuk

mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka

hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta

didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

Data collection (pengumpulan data), ketika eksplorasi

berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik

untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

Data processing (pengolahan data), pengolahan data

merupakan kegiatan mengolah data dari informasi yang telah

diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi,

dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak,

diklasifikasikan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik

melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi), tahap

generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan

hasil verifikasi.

Kurniasih dan Hosnan menekankan bahwa sebelum melakukan metode

discovery, terlebih dahulu melakukan persiapan pembelajaran seperti guru harus

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

23

menyusun tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal yang terpenting adalah

guru harus memahami karakter siswa agar dapat menyesuaikan cara belajar

siswa.mengintegrasikan materi menggunakan contoh, ilustrasi dan topik yang

berkaitan dengan permasalahan sehari-hari. Menyusun pembelajaran dengan urut

yaitu dari hal sederhana ke hal yang kompleks.

Setelah persiapan telah dipersiapkan terdapat langkah-langkah

pembelajaran metode discovery. Dalam tahap simulasi, guru menghadirkan

permasalahan yang memunculkan rasa ingin tahu siswa sehingga muncul

keinginan untuk menyelidiki permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah

identifikasi masalah dimana guru memberikan kesempatan untuk siswa mencari

dan menemukan sebanyak mungkin jawaban yang sesuai dengan mata pelajaran

kemudian dirumuskan dalam bentuk jawaban sementara atau hipotesis.dalam

tahap pengumpulan data, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan

informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidak hipotesis

yang telah disusun. Pengolahan data adalah tahap dimana siswa mengolah seluruh

informasi yang telah diperoleh untuk mendapatkan pembuktian. Setelah proses

pengumpulan data tahap selanjutnya adalah tahap pembuktian untuk mengecek

hipotesis dengan membuktikan hasil yang telah dikumpulkan dan diolah

sebelumnya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan, yaitu siswa membuat

kesimpulan berdasarkan pembuktian yang telah diperoleh dalam kegiatan

pembelajaran.

Tahapan pembelajaran metode discovery menurut Abdullah (2014:99)

secara umum digambarkan sebagai berikut:

1) Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan

belajar, motivasi, dan memberikan penjelasan singkat, 2) Guru

mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan

topik yang dikaji, 3) Kelompok merumuskan hipotesis dan

merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang

dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku, 4) Guru memfasilitasi

kelompok dalam melaksanakan percobaan/ investigasi, 5)

Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis, 6)

Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta

membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan, 7) Kelompok

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

24

memaparkan hasil investigasi dan mengemukakan konsep yang

ditemukan. Guru membimbing peserta didik dalam mengkonstruksi

konsep berdasarkan hasil investigasi.

Abdullah juga menjelaskan langkah-langkah metode discovery yaitu guru

menjelaskan materi secara umum kemudian guru mengajukan permasalahan

kepada siswa mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa secara berkelompok

menyusun hipotesis kemudian siswa melakukan percobaan sesuai dengan

petunjuk yang terdapat pada buku atau lembar kerja siswa. Selama proses

percobaan guru mendampingi dan memfasilitasi siswa jika siswa merasa

kesulitan. Siswa melakukan percobaan untuk menguji hipotesis yang telah disusun

kemudian dianalisis. Siswa memaparkan atau mempresentasikan hasil percobaan

dan terakhir guru membimbing siswa dalam menyusun kesimpulan.

Dari beberapa kutipan tentang metode discovery dapat disimpulkan bahwa

sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar dengan discovery guru harus

menyusun tujuan pembelajaran, memahami karakter siswa dan mempersiapkan

contoh-contoh nyata yang berkaitan dengan pembelajaran. Langkah-langkah

metode discovery adalah guru menjelaskan materi secara singkat kemudian

simulasi, yaitu memberikan masalah yang membuat rasa ingin tahu siswa muncul.

Dalam proses identifikasi masalah, siswa megidentifikasi atau mencari

permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Pengumpulan data adalah

langkah dimana siswa secara mandiri atau kelompok mengumpulkan data melalui

berbagai sumber untuk mendukung hipotesisnya. Pengolahan data adalah siswa

menyusun dan merumuskan informasi yang diperoleh, tahap berikutnya adalah

verifikasi yaitu mencocokkan informasi yang telah diperoleh dengan hipotesis

yang telah disusun. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan pembelajaran

berdasarkan permasalahan dan percobaan.

2.1.4 Pendekatan Saintifik melalui Metode Discovery

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang memusatkan

pembelajaran pada siswa dan membuat siswa menjadi aktif dengan langkah-

langkah yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik digunakan ketika

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

25

pelaksanaan kurikulum 2013. Pendekatan ini untuk melatih siswa menjadi aktif

dalam pembelajaran dan bukan hanya sebagai siswa yang hanya menerima

penjelasan dari guru. Siswa dapat memanfaatkan sumber belajar lain dari

lingkungan sekitarnya dan guru hanya sebagai fasilitator, pemberi masukan dan

pendamping bagi siswa. Pendekatan saintifik dapat dipadukan dengan metode-

metode pembelajaran lain yang bersifat sistematis sepertii metode inkuiri, metode

berbasis masalah (problem based learning) dan metode penemuan (discovery).

Metode-metode ini juga memusatkan pembelajaran pada siswa dan menuntun

siswa untuk menemukan sendiri solusi atau jawaban dari masalah yang disediakan

oleh guru.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat dikolaborasikan dengan

pendekatan saintifik adalah metode discovery. Pembelajaran dalam metode

discovery pada awalnya menggunakan persoalan-persoalan yang telah direkayasa

oleh guru untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Dengan membentuk kelompok

belajar, guru menjelaskan kepada siswa tentang materi kemudian kelompok

berdiskusi bersama dan melakukan percobaan untuk menemukan atau menjawab

hipotesis yang telah disusun.

Pendekatan saintifik melalui metode discovery bertujuan untuk membuat

siswa aktif dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dari guru. Tujuan

lainnya adalah untuk melatih kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan

pendapatnya, melatih pemikiran siswa untuk menjawab permasalahan secara

kreatif, dan dapat menyerap pembelajaran dengan cepat.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Setelah pembelajaran selesai maka untuk mengetahui pemahaman siswa

dilakukan tes hasil belajar. Purwanto (2014:45) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah “perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan

tingkah lakunya”. Purwanto menjelaskan hasil belajar merupakan perubahan hasil

sebelum belajar dan sesudah belajar yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku

siswa.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

26

Pengertian lain tentang hasil belajar juga disampaikan oleh Bruner. Bruner

(dalam Kurniawan, 2014:10) menyatakan:

Hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif adalah hasil

belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir

atau intelektual. Pada hasil belajar kognitif terdapat tingkatan yang

disusun secara hierarkis seperti: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3)

aplikasi, 4) analisis, 5) sintetis, 6) evaluasi, dan 7) kreativitas. Hasil

belajar afektif merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan

rasa atau emosi. Hasil belajar afektif merujuk pada hasil belajar

yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Dalam hasil belajar afektif

terdapat lima ranah yang meliputi: 1) Kepekaan, 2) Partisipasi, 3)

Penilaian dan penentuan sikap, 4) Organisasi, dan 5) Pembentukan

pola hidup. Hasil belajar psikomotor berupa kemampuan gerak

tertentu.

Bruner menggarisbawahi hasil belajar kognitif berupa kemampuan

intelektual, hasil belajar afektif berupa kemampuan perasaan, dan hasil belajar

psikomotor berupa kemampuan fisik.

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah akibat dari belajar yang menunjukkan siswa dapat

memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Hasil belajar dikategorikan

dalam hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda-beda pada

masing-masing siswa. Menurut Zulfa (2010:68) “faktor yang mempengaruhi

siswa adalah tujuan pembelajaran, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat

evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi”. Zulfa menegaskan faktor yang

mempengaruhi hasil belajar berupa proses kegiatan pembelajaran seperti guru,

peserta didik, dan kegiatan pengajaran.

Hasil belajar siswa menurut Slameto dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Slameto (2013:54) mengatakan:

Faktor internal terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah

meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis

meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

kesiapan, dan kelelahan. Faktor eksternal terdiri dari tiga faktor,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

27

yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor

keluarga berupa cara mendidik orang tua, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

Faktor sekolah berupa metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran standar,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor

masyarakat berupa kegiatan anak dalam masyarakat, media massa,

teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Slameto menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu faktor internal meliputi faktor yang ada dalam diri siswa seperti

kondisi fisik siswa, kecerdasan, dan kemampuan tertentu (minat dan bakat).

Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor diluar diri siswa seperti kondisi

keluarga, kondisi sekolah dan kondisi masyarakat atau lingkungan sekolah.

Dari pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar seperti

kondisi fisik dan kesehatan siswa, pengaruh orang tua dalam cara mendidik,

faktor sekolah seperti guru, cara mengajar, dan teman kelas dan faktor lingkungan

sosial seperti media massa dan kehidupan sosial masyarakat.

2.1.6 Kemampuan Belajar Siswa

Setiap siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.

Kemampuan ini memiliki banyak faktor yang menjadi pembeda setiap siswa

seperti kemampuan memahami, kemampuan dalam menyerap pembelajaran,

faktor kebiasaan dan sosial. Tingkat kemampuan siswa terbagi dalam tiga

tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Wardani (2012:119) menyatakan:

Penetapan tingkat kemampuan (intake) di kelas 5 misalnya,

dapat didasarkan pada hasil tes kelas 4 untuk kenaikan kelas, nilai

psikotes (jika ada), sedangkan penetapan tingkat kemampuan kelas

1 berdasarkan kemampuan siswa di TK sebelumnya.

Wardani menjelaskan bahwa untuk menetapkan tingkat kemampuan siswa,

guru dapat menggunakan hasil tes pada kelas sebelumnya, sebagai contoh untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa kelas 2 maka guru dapat menggunakan

nilai tes di kelas 1.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

28

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar siswa berbeda-beda karena

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Penetapan tingkat kemampuan

siswa didasarkan pada hasil tes di kelas sebelumnya sehingga didapatkan tingkat

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

2.1.7 Hasil Belajar Pada Kemampuan Belajar Siswa

Untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa, digunakan pengukuran

melalui tes ketika pembelajaran telah dilaksanakan atau dengan hasil belajar siswa

di kelas sebelumnya. Dari pengukuran melalui tes, dapat dilihat tingkat

ketercapaian pembelajaran dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. Kemudian

dapat diketahui tingkat kemampuan belajar siswa berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Tingkat kemampuan siswa dikelompokkan menjadi tinggi, sedang dan

rendah oleh guru menggunakan rentang nilai kemampuan belajar.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Kristianti dengan judul “Pengaruh Metode

Discovery Berbantuan Media Realita Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV

SD di Desa Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng” tahun 2013.

Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa t hitung 10,33>t tabel 1,658 dan

didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar

menggunakan metode discovery berbantuan media realita yaitu 34,56 yang berada

pada kategori sangat tinggi dan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah

yaitu 23,82 yang berada pada kategori sedang, sehingga terdapat perbedaan hasil

belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan

metode discovery berbantuan media realita dengan kelompok siswa yang belajar

menggunakan metode ceramah. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan pada

penerapan metode discovery berbantuan media realita.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Zainal Arifin dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus R.A Kartini Kemusu,

Boyolali, Tahun Ajaran 2012/ 2013” tahun 2013. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa t hitung 10,33>t tabel 1,658 dan didukung oleh perbedaan

skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan metode

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

29

discovery berbantuan media realita yaitu 34,56 yang berada pada kategori sangat

tinggi dan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah yaitu 23,82 yang

berada pada kategori sedang, sehingga terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang

signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode discovery

berbantuan media realita dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan

metode ceramah. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan metode

discovery berbantuan media realita.

Penelitian yang dilakukan oleh Javid Nama Ayu Laksmi pada tahun 2012

dengan judul “Pengaruh Implementasi Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2011/2012” adalah pada uji perbedaan rata-rata dengan Independent-Samples T

Test didapat nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 2,154 dengan t

tabel sebesar 2,004 maka ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Dengan melihat signifikasi, pada hasil uji t adalah 0,036 atau lebih

kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Dari hasil penelitian didapat bahwa implementasi metode discovery

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Gendongan 01 Salatiga

Semester II tahun pelajaran 2011/ 2012.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Lisa Saputri berjudul “Pengaruh

Penggunaan Metode Discovery Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Bunyi

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” tahun 2012. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis menggunakan uji beda rata-rata yaitu

Independent Sample T-test diperoleh nilai sig. 0,000 kurang dari 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada pelajaran IPA siswa kelas IV

B SD Kristen Satya Wacana menggunakan metode discovery dengan hasil belajar

pada pelajaran IPA siswa kelas IV A SD Kristen Satya Wacana menggunakan

metode konvensional, maka treatment yang diberikan dapat berpengaruh

signifikan. Jadi penggunaan metode discovery pada pelajaran IPA pokok bahasan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

30

bunyi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen Satya

Wacana Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Peneitian yang dilakukan oleh Yuli Astutik dengan judul “Efektivitas

Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Dan

Psikomotor Siswa Pada Pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar Gugus Pangeran

Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran

2011/2012” pada tahun 2012 menunjukkan bahwa t hitung 10,33>t tabel 1,658

dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang

belajar menggunakan metode discovery berbantuan media realita yaitu 34,56 yang

berada pada kategori sangat tinggi dan siswa yang belajar menggunakan metode

ceramah yaitu 23,82 yang berada pada kategori sedang, sehingga terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar

menggunakan metode discovery berbantuan media realita dengan kelompok siswa

yang belajar menggunakan metode ceramah. Jadi terdapat pengaruh yang

signifikan pada penerapan metode discovery berbantuan media realita.

Tabel 1

Analisis Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan

No Nama Peneliti Variabel X Variabel

Y Kelas

Hasil

Penelitian Metode Media

1. Kristianti Discovery Realita Hasil

Belajar

IPA

IV Berpengaruh

2. Zainal Arifin Discovery Realita Hasil

Belajar

IPA

V Berpengaruh

3. Javid Nama

Ayu Laksmi

Discovery Hasil

Belajar

IPA

V Berpengaruh

4. Lisa Saputri Discovery Hasil

Belajar

IPA

IV Berpengaruh

5. Yuli Astutuik Discovery Hasil

Belajar

Kognitif,

Afektif,

Psikomotor

IPA

V Berpengaruh

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

31

Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

discovery memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa

mengalami kenaikan sehingga mencapai indikator pembelajaran. Penelitian

tersebut sangat relevan dan mendukung untuk menguji pendekatan saintifik

melalui metode discovery terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini juga ingin

mengetahui hasil belajar siswa akibat pengaruh metode discovery dilihat dari

tingkat kemampuan siswa kelas 2 sekolah dasar.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran dengan metode ceramah merupakan metode yang paling

lama diterapkan terutama di sekolah dasar. Hal ini mengakibatkan guru dan siswa

merasa terbiasa dengan metode ceramah meski guru sudah mencoba

menggunakan metode pembelajaran lainnya. Hal ini mengakibatkan kelas menjadi

pasif dan pusat pembelajaran adalah guru.

Untuk merubah kelas menjadi aktif dan berpusat kepada siswa maka siswa

perlu dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran salah satunya dengan

menggunakan metode discovery. Metode discovery merupakan salah satu metode

yang dapat dikolaborasikan dengan pendekatan saintifik. Langkah pembelajaran

yang sistematis dan menggunakan percobaan membuat siswa menemukan maksud

pembelajaran yang telah disusun oleh guru.

Sebelum mengimplementasikan metode discovery guru dapat membagi

siswa kedalam kelompok belajar, Dengan berbagai tingkat kemampuan belajar di

kelas 2 kelompok dapat dibentuk secara heterogen. Pembentukan kelompok siswa

kelas 2 sekolah dasar dimaksudkan untuk melatih keberanian siswa dalam

menyampaikan pendapat dalam kelompok.

Salah satu mata pelajaran yang dapat diterapkan dengan metode discovery

adalah IPA. IPA merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari. Siswa dapat terlibat langsung dengan memberikan contoh yang pernah

dialami siswa sehingga menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Secara bertahap,

dengan menggunakan metode discovery, siswa dapat menemukan sesuatu yang

baru bagi dirinya.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15961/2/T1_292011032_BAB II... · cara observasi kemudian disusun secara urut atau sistematis ... pembelajaran untuk mencapai

32

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik melalui metode

discovery yang pembelajarannya telah direkayasa oleh guru menyesuaikan dengan

materi yang dipelajari. Kemudian siswa yang telah dibentuk secara heterogen

akan merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi, melakukan percobaan dan

menganalisa hasil percobaan dengan hipotesis.

Gambar 1 Alur Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut:

Ha : diduga terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan

pendekatan saintifik melalui metode discovery terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas 2 SD Negeri Tingkir Tengah 02 Salatiga.

Ha : diduga terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan

pendekatan saintifik melalui metode discovery terhadap hasil belajar IPA

pada berbagai tingkat kemampuan belajar siswa kelas 2 SD Negeri

Tingkir Tengah 02 Salatiga.

Pendekatan

Saintifik melalui

Metode Discovery

Hasil Belajar

IPA Siswa

Tinggi

Sedang

Rendah

Tingkat Kemampuan Siswa