BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat...

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang kajian teori mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang meliputi hakikat pembelajaran Pkn, tujuan Pkn tingkat SD, ruang lingkup Pkn, pengertian hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Selain juga menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD (belajar kelompok). Selanjutnya menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran student teams achievement division. Kemudian menjelaskan tentang hasil belajar, penelitian yang relevan, keranga pikir dan hipotesis tindakan masing-masing akan dikemukkan sebagai berikut. 2.1 Hakikat pembelajaran Pkn Pendidikan Kewarganegaraan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah civic education mempunyai banyak pengertian dan istilah. Henry Randall Waite (1886) sebagaimana dikutip oleh Ubaidilah merumuskan pengertian civis sebagai berikut : “The scince of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state” (ilmu pengetahuan kewarganegaraan, hubungan seseorang dengan orang lain dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir, hubungan seseorang individu dengan negara). Sedangkan Muhammad Numan Somatri, mengartikan civics adalah sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan antara manusia dengan perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir (organisasi sosial, ekonomi, politik), dan hubungan individu-individu dengan negara. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat. Adapun yang menemukan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik yang diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan negara (warga negara yang

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan tentang kajian teori mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan yang meliputi hakikat pembelajaran Pkn, tujuan Pkn

tingkat SD, ruang lingkup Pkn, pengertian hasil belajar, faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar. Selain juga menjelaskan tentang pembelajaran

kooperatif tipe STAD (belajar kelompok). Selanjutnya menjelaskan tentang

langkah-langkah pembelajaran student teams achievement division. Kemudian

menjelaskan tentang hasil belajar, penelitian yang relevan, keranga pikir dan

hipotesis tindakan masing-masing akan dikemukkan sebagai berikut.

2.1 Hakikat pembelajaran Pkn

Pendidikan Kewarganegaraan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan

istilah civic education mempunyai banyak pengertian dan istilah. Henry Randall

Waite (1886) sebagaimana dikutip oleh Ubaidilah merumuskan pengertian civis

sebagai berikut : “The scince of citizenship, the relation of man, the individual, to

man in organized collections, the individual in his relation to the state” (ilmu

pengetahuan kewarganegaraan, hubungan seseorang dengan orang lain dalam

perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir, hubungan seseorang individu

dengan negara). Sedangkan Muhammad Numan Somatri, mengartikan civics

adalah sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan antara

manusia dengan perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir (organisasi sosial,

ekonomi, politik), dan hubungan individu-individu dengan negara. Pendidikan

kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk

mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis,

melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, tentang kesadaran

bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin

hak-hak masyarakat. Adapun yang menemukan bahwa pendidikan

kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik yang

diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan negara (warga negara yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

8

baik). Pasal yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan yaitu pasal 3

UUD 1945 yang berbunyi hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam

pembedaan negara pasal 30 ayat 1 dan hak setiap warga negara untuk memperoleh

pengajaran pasal 31 ayat 1.

2.2 Tujuan PKN Tingkat SD/MI

Berdasarakan permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

Kurikulum Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat

SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-

korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar hidup bersama dengan bangsa-

bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

2.3 Ruanag Lingkup PKN Tingkat SD/MI

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cerita lingkungan, kebangaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan

negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,

keterbukaan dan jaminan keadilan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

9

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tata tertib dalam kehidupan keluarga,

tata tertib di sekolah, norma-norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-

peraturan daerah, norma-norma dalam kehiduapan berbangsa dan

bernegaraan, system hukum dan peradilan nasional.

c. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban

masyarakat anggota masyarakat, instrument nasional dan instrument HAM.

d. Kebutuhan waraga negara, meliputi: hidup gotong-royong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan

kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan

dasar negara dengan konstitusi.

2.4 Pengertian Belajar

Secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan, yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh

aspek tingkah laku.

Menurut Soejadi (1985: 34) bahwa belajar mengacu pada perubahan

perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan

tersebut tidak disebabkan oleh insting, pematangan atau kelelahan dan kebiasaan.

Jadi perubahan perilaku yang dimaksud adalah perubahan pada sikap seseorang

karena pengaruh belajar sebagai hasil dari sebuah pengalaman seseorang yang

melalui kegiatan belajar mengajar. Jadi yang dimaksud hasil belajar adalah segala

sesuatu baik berupa pikiran maupun yang lainnya yang diperoleh dari berusaha

atau berlatih. Berlatih yang dimaksud adalah kegiatan belajar. Melalui berlatih

atau belajar, segala sesuatu yang dulunya belum mengerti akan dipahami. Hasil

belajar tersebut tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar yang merupakan

tumpuan dari hasil yang diharapkan. Menurut Sudjana (2005:3) hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kogniti, aekti, dan

psikomotorik. Menurut Sudjana (1989: 38-40) hasil belajar yang dicapai siswa

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

10

dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan

faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang

dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa

besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Faktor kemampuan

yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

psikis. Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

(proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses

berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang

tertinggi (Arikunto, 2003: 114-115). Hasil belajar itu tergantung dari proses

belajar, karena dengan belajar merupakan pengetahuan yang didapat untuk

merubah kelakuan seperti yang dikatakan oleh Hamalik (2008: 27) dalam

bukunya bahawa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman (learning is defined as the modification or strengheningof behavior

through experiencing)”.

Beberapa pakar pendidikan juga mendifinasikan belajar sebagai berikut:

a. Robert M. Gange

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiyah.

b. Robert M.W Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Lee J. Cronbach

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman

d. Harold Spears

Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

e. M C. Geoch

Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.

f. Wiliam G. Morgan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

11

Belajar adalah perubahan adalah perilaku yang bersifat permanen sebagai

hasil dari pengalaman.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

“Nana Sudjana (2009:3)” mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih

luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. “Benjamin S. Bloom (Dimyati

dan Mudjiono, 2006: 26-27)”. Menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif,

sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

c. Penerapan mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnaya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya

mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

12

menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif PKN

yang mencakup tiga tingkatanya itu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan

penerapan (C3).Instrument yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

pada aspek kognitif adalah tes.Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri

dari lima aspek, yaitu penerimaan,jawaban, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Contoh hasil belajar afektif yaitu, kemauan untuk menerima

pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru, bertanya

dan lain-lain. Ranah psikomotor yaitu hasil belajar keterampilan, dan kemampuan

bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan refleks

(keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan gerakan-gerakan

dasar, kemampuan dibidang fisik (misalnya kekuatan, ketepatan), gerakan-

gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan gerakan ekspresif dan

interpreatif.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri.”Sugihartono, dkk. (2007: 76-77). Belajar yang merupakan proses kegiatan

untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang

mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor

yang berasal dari dalam atau pada diri individu masing-masing.

Faktor internal

Secara sfesifik faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar

adalah sebagai berikut:

a. Motivasi

Motivasi akan muncul dan berhasil apabila seseorang itu mau berusaha,

mempunyai keinginan dan memperbaiki dan memperbaiki diri untuk belajar lebih

baik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

13

b. Konsentrasi

Konsentrasi memusatkan perhatian terhadap belajar yang dicapai. Di

dalam aktifitas belajar konsentrasi sangat diperlukan karena apabila seseorang

tidak konsentrasi dengan apa yang dihadapinya maka belajar tidak maksimal.

Oleh karena itu dengan konsentrasi aktivitas yang dilakukan akan memenuhi

sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.

c. Reaksi

Dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsure fisik maupun

mental, sebagai wujud reaksi. Dengan adanya siswa tidak hanya duduk, diam,

mendengarkan atau obyek dalam pembelajaran melainkan sebagai subyek dalam

belajar.

Faktor eksternal

Selain faktor-faktor di atas juga terdapat faktor lain yang dapat

mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor sosial :

a. Faktor keluarga

Keluarga yang tidak kondusif bias mengakibatkan siswa menjadi malas

untuk belajar. Misalnya, cara orang tua mendisiplinkan atau mendidik anak dalam

belajar, adanya hubungan antar anggota keluarga yang tidak baik, suasana rumah,

keadaan ekonomi dalam rumah tangga, pengertian orang tua dan latar belakang

keluarga.

b. Faktor sekolah

Kondisi sekolah yang kurang memadai juga berpengaruh buruk terhadap

belajar siswa. Misalnya metode dalam pembelajaran, hubungan antara guru

dengan siswa kurang, kedisiplinan, peralatan sekolah kurang.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian

anak. Bentuk-bentuk masyarakat, media masa (tv, radio, bioskop) cara bergaul

anak dengan masyarakat akan berpengaruh dalam belajar siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

14

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,

penelitian menggunakan factor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran

kooperatif dengan model STAD.

2.6 Analisis Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua

jenis kerja kelompok termsuk bentu-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan

serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu

peserta didik menyelesaikan masalah.

Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 19) pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok

hestrogen. Sedangkan“ menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15)

mengemukan bahawa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie

(2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak

sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran

cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran cooperatif dengan benar

akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita

Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima

unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap

muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran

kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan

pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses

kelompok (Arif Rohman, 2009: 186). Cooperative learning menurut Slavin (2005:

4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

15

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat

prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling

membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan,

dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning

lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus

ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan

terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat

interdependensi efektif antara anggota kelompok. Agus Suprijono (2009: 54)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan.

Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Anita Lie (Agus Suprijono, 2009: 56) menguraikan model pembelajaran

kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan

teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan

dirinya di lingkungan sekitar. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para

ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil

yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi,

sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang

berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran

agar belajar semua anggota maksimal.

Berdasarkan keempat pengertian yang telah disebutkan, dapat

disampaikan bahawa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran

dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

16

bekerjasama dengan memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap

kelompok adalah hitrogen. Selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif, siswa

tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka

dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena

pembelajaran kooperatif merupakan metode alternative dalam mendekati

permasalahan, maupun mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan

komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.

Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran

kooperati adalah membangun siswa melalui kegiatan belajar dan bekerja sama

dalam kerja kelompok.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam ) fase ( Agus Suprijono

2009:65).

Tabel 2.1

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

fase 1: Present goals and set

Menyiapkan tujuan dan mempersiapkan

peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information

Menyajikan materi

Mempersentasikan informasi kepada peserta

didik secara verbal

Fase 3: Organize students into lerning

teams

Mengorganisasi peserta didik ke dalam

tim-tim belajar

Memberkan penjelasan tentang cara

pembentukan tim belajar dan membantu

kelompok melakukan transisi tugasnya

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dalam belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik

mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai

berbagai materi pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempersentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provid recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan

prestasi individu maupun kelompok

(sumber: Agus Suprijono 2009:65)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

17

2.7 Pembelajaran STAD dalam Pembelajaran PKn SD

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

terdiri dari 4-5 orang secara heterogen.

Menurut Ibrahim (2000:10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dikembangkan oleh Slavin dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru

yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan

informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks.

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti berpendapat bahwa dalam hal ini model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang paling sederhana untuk

diterapkan pada siswa. Sementara menurut (Slavin, 2008:188) mengemukakan

bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan

supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik, sebagai proses

menciptakan saling percaya dan saling mendukung. Keragaman siswa dalam

kelompok mempertimbangkan latar belakang siswa berdasarkan prestasi

akademis, jenis kelamin, dan suku. Syarat lain dari model belajar kooperatif tipe

STAD adalah jumlah anggota pada setiap kelompok sebaiknya terdiri dari 4-5

orang. Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap kelompok memudahkan siswa

berkomunikasi dengan teman sekelompoknya. Pentingnya pembagian kelompok

seperti ini didasrkan pada pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika masalah itu dipelajari bersama. Berdasarkan

pendapat diatas peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

STAD diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa, melalui segala macam

kegiatan yang dilakukan oleh secara langsung oleh siswa didalam kelompoknya

masing-masing.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

18

2.2 Keunggulan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan

(Slavin, 1997:17)

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-

norma kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok.

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

Selain keunggulan model pembelajaran koperatif tipe STAD juga memiliki

kekurangan, diantaranya adalah :

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa sehingga mencapai target

kurikulum.

b. Membutuhkan waktu yang lama bagi guru sehingga pada umumnya guru tidak

mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat

melakukan pembelajaran kooperatif.

d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka berkerja sama.

Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang mengedepankan

kerjasama dalam suatu tim atau kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai pada proses pembelajaran itu sendiri.

2.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (2008: 188) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

pembelajaran STAD adalah :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

19

1. Sajian materi

2. Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Sebaiknya

kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri dari siswa dengan beragam latar

belakang misalnya dari segi: prestasi, jenis kelamin, suku dll.

3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan

latihan/membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota

kelompok harus bekerja sama.

4. Tes/kuis atau saling Tanya antar kelompok. Skor kuis/tes tersebut untuk

menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.

5. Penguatan dari guru.

2.2.2 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Hamalik (2001:28) belajar adalah “suatu proses perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut

adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresisi.

Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku individu setelah melakukan interaksi lingkungan.

Selanjutnya Sardiman (2010:155) menjelaskan bahwa belajar itu sebagai

rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsure cipta, rasa, dan karsa, ranah

kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkn uraian diatas penulis berpendapat bahwa belajar adalah suatu

aktivitas yang diharapkan melalui perubahan tingkah laku pada diri individu yang

belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan,

dan pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru,

sumber belajar termasuk di dalamnya lingkungan yang kesemuanya menimbulkan

perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan individunya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

20

2.2.3 Kajian Hasil Yang Relevan

Beberapa penelitian tentang peningkatan hasil belajar telah banyak dilakukan

oleh banyak guru melalaui penelitian tindakan kelas dengan berbagai ragam

karakteristik. Ada yang meneliti peningkatan hasil belajar dengan mengamati

aspek perkembangan materi ajar, aspek motivasi belajar siswa, aspek peran orang

tua, aspek penggunaan media pembelajaran, aspek metode maupun pendekatan

belajar, dan masih banyak lagi yang lainnya. Peningkatan hasil belajar siswa

memang menjadi bahan kajian yang sangat menarik bagi guru, karena hasil

belajar yang optimal akan sangat berguna bagi perkembangan siswa dalam

menghadapi persaingan global.

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang peningkatan hasil belajar siswa

adalah sebagai berikut :

1. Sulastri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar

IPA melalui pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan alat peraga

konkret tentang energi siswa kelas IV SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Pembelajaran kooperatif STAD dapat

meningkatkan hasil belajar IPA dengan penggunaan alat peraga.

2. Ruben (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil

belajar PKN tentang struktur organisasi desa dan kecamatan melalui

pembelajaran kooperatif model STAD siswa kelas 4 SDN Gesengan 02

Kabupaten Pati Tahun 2012/2013.” Pembelajaran kooperatif model STAD

dapat meningkatkan hasil belajar PKN tentang struktur organisasi desa dan

kecamatan pada siswa kelas 4 SDN Gesengan 02 kabupaten pati tahun

pelajaran 2012/2013.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

21

Kerangka Pikir

Gambar 2.1

Kerangka Pikir

Berdasarkan gamabar 2.1 Kerangka Pikir dapat dijelaskan bahawa

kondisi awal pembelajaran PKn tentang pokok bahasan kalimat pernyataan pada

siswa kelas 1 SDN Kutowinangun 11 Salatiga Kecamatan Tingkir tahun pelajaran

2015-2016 belum menggunakan metode STAD sehingga berdampak pada

pembelajaran yang kurang aktif sehingga hasil belajar PKn rendah. Berawal dari

pemilihan metode yang kurang sesuai tersebut peneliti berfikir melakukan

tindakan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran PKn tentang pokok bahasan

kalimat pernyataan dengan menggunakan model STAD. Model STAD dipandang

peneliti sesuai jika diterapkan pada pembelajaran PKn karena dengan

menggunakan model STAD siswa dibimbing dalam kelompok-kelompok kecil

untuk diajak berdiskusi sehingga pembelajaran lebih aktif. Pembelajaran terjadi

interaksi aktif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lain dalam

Kondisi Awal Hasil Belajar

Rendah

Belum

menggunakan

STAD

Tindakan

Menggunakan

STAD

Siklus I siswa

membuat kelompok

sendiri hasil belajar

meningkat

Siklus II kelompok

dibuat guru dengan

acak hasil belajar

meningkat dan tuntas

Metode STAD dapat

meningkatkan hasil

belajar PKn tentang

Pokok Bahasan Kalimat

Pernyataan siswa yang

tuntas ≥ KKM

Kondisi Akhir

Perencanaan

Refleksi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11133/2/T1_292012571_BAB II...tingkat SD, ruang lingkup Pkn, ... langkah-langkah pembelajaran student teams ... memanfaatkan

22

berdiskusi tersebut. Pada siklus I pembelajaran sudah menggunakan model

STAD, dalam pembelajaran siswa membentuk kelompok-kelompok kecil dengan

anggota siswa memilih sendiri. Pelaksanaan siklus II tindakan yang dilakukan

peneliti tetap sama yaitu menggunakan model STAD hanya kelompok-kelompok

kecil dari siswa tersebut ditentukan oleh peneliti. Setiap kelompok dicampur

sebagian siswa yang berkemampuan tinggi dan sebagian siswa yang

berkemampuan rendah dan berkemampuan sedang dengan maksud dapat

berdiskusi dengan benar sehingga semua siswa dapat memahami materi tentang

pokok bahasan kalimat pernyataan, jadi dengan penerapan model STAD

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang pokok bahasan kalimat

pernyataan.

2.3.2 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang

berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn tentang Pokok Bahasan

kalimat Pernyataan melalui metode Kooperatif model STAD pada siswa kelas 1

SDN Kutowinangun 11 Salatiga Tahun Pelajaran 2015-2016 yang dilakukan oleh

peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn

tentang pokok bahasan kalimat pernyataan pada siswa kelas 1 SDN

Kutowinangun 11 Salatiga Kecamatan Tingkir tahun pelajaran 2015-2016.”