BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Down Syndrome · perkembangan motorik seperti merangkak, duduk, berdiri...

56
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Down Syndrome 2.1.1 Definisi Down Syndrome Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Judarwanto, 2012). Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan ini mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem metabolisme sel dan kelainan dari jumlah kromosom ini mengakibatkan kelainan perkembangan otak dan terganggunya keseimbangan motorik yang akhirnya memunculkan down syndrome. Hingga saat ini, penyebab terjadinya down syndrome dikaitkan dengan hubungan antara usia sang ibu ketika mengandung dengan kondisi bayi. Yaitu semakin tua usia ibu, maka semakin tinggi pula risiko melahirkan anak dengan down syndrome (Miftah, 2013). Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat di dalam setiap sel di dalam badan manusia dimana terdapat beberapa genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Manusia secara normal memiliki 46

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Down Syndrome · perkembangan motorik seperti merangkak, duduk, berdiri...

  • 12

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Down Syndrome

    2.1.1 Definisi Down Syndrome

    Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan fisik dan

    mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas kromosom.

    Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk

    saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Judarwanto, 2012).

    Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan

    hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrome, kromosom

    nomor 21 berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47

    kromosom. Jumlah yang berlebihan ini mengakibatkan ketidakstabilan

    pada sistem metabolisme sel dan kelainan dari jumlah kromosom ini

    mengakibatkan kelainan perkembangan otak dan terganggunya

    keseimbangan motorik yang akhirnya memunculkan down syndrome.

    Hingga saat ini, penyebab terjadinya down syndrome dikaitkan dengan

    hubungan antara usia sang ibu ketika mengandung dengan kondisi bayi.

    Yaitu semakin tua usia ibu, maka semakin tinggi pula risiko melahirkan

    anak dengan down syndrome (Miftah, 2013).

    Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat di dalam

    setiap sel di dalam badan manusia dimana terdapat beberapa genetik yang

    menentukan sifat-sifat seseorang. Manusia secara normal memiliki 46

  • 13

    kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya diturunkan

    oleh ibu (Soetjiningsih, 2015).

    Kromosom pada anak down syndrome hampir selalu memiliki 47

    kromosom bukan 46. Ketika terjadi pematangan telur, 2 kromosom pada

    pasangan kromosom 21, yaitu kromosom terkecil gagal membelah diri.

    Jika telur bertemu dengan sperma akan terdapat kromosom 21 yang istilah

    teknisnya adalah trisomi 21. Down syndrome bukanlah suatu penyakit

    menular, karena sudah terjadi sejak dalam kandungan (Hazmi, 2014).

    Gambar 2.1 Gambar kromosom anak down syndrome

    (Suryo, 2015)

    Perbedaan fisik anak normal dengan anak down syndrome dapat

    diketahui ciri utama dari bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan

    atau ketidakmampuan fisik serta waktu hidup yang singkat. Pada tahun

    1866, John Langdon Haydon Down pertama kali mendeskripsikan

    gambaran fisik dan masalah kesehatan yang sesuai dengan gambaran

    down syndrome. Lejeune dan Jacobs, pada tahun 1959, pertama kali

    menemukan bahwa kelainan ini disebabkan oleh Trisomi 21

    (Soetjiningsih, 2015).

  • 14

    Gambar 2.2 Gambar perbedaan fisik anak normal dengan anak down syndrome

    (Suryo, 2015)

    Untuk mengetahui atau mendeteksi adanya down syndrome anak

    harus melalui prosedur yang disebut kariotipe. Kariotipe adalah suatu

    visual yang menampilkan kromosom lalu dikelompokkan menurut

    ukuran, jumlah dan bentuk. Kromosom dapat diketahui dengan

    memeriksa darah atau sel-sel jaringan.

    Anak yang mengalami kelainan perkembangan otak kehilangan

    kemampuan untuk menyerap informasi (sensorik) dan merespons

    informasi (motorik) (Indriasari, 2011). Kromosom dapat dianggap

    memberikan pengaruh penting untuk perkembangan otak karena kelainan

    kromosom dapat mengganggu perkembangan otak pada semua tahap.

    Seperti perkembangan otak di basal ganglia, hipotalamus mengalami

    gangguan neurologis (Bremner and Wachs, 2010).

    Basal ganglia memiliki peran kompleks dalam mengontrol gerakan

    tubuh manusia. Secara khusus, basal ganglia penting dalam

    perkembangan tonus otot di seluruh tubuh (Irfan, 2010). Pada down

    syndrome basal ganglia tidak berkembang dengan baik untuk

  • 15

    melaksanakan peran-perannya mengontrol gerakan tubuh. Kelebihan

    kromosom dapat menyebabkan perubahan dalam proses normal yang

    mengatur embryogenesis dan memungkinkan terjadinya penyimpangan

    perkembangan fisik (kelainan otot), system saraf pusat (penglihatan,

    pendengaran, keseimbangan) dan kecerdasan yang terbatas (Ratna, 2014).

    Ada berbagai tingkat disfungsi integrasi sensorik pada anak-anak

    down syndrome. Anak dengan down syndrome memiliki masalah untuk

    menjaga keseimbangan mereka, baik sambil berdiri dan berjalan.

    Gangguan fungsi pada ekstremitas bawah membuat dirinya berbeda dari

    orang normal. Kompensasi dari gangguan tersebut menyebabkan

    berlebihnya usaha atau upaya untuk mempertahankan agar tubuh mampu

    menjaga keseimbangan.

    2.1.2 Patofisiologi Down Syndrome

    Tubuh manusia memiliki sel di dalamnya terdapat nucleus, dimana

    materi genetik disimpan dalam gen. Gen membawa kode yang

    bertanggung jawab atas semua sifat yang diwarisi oleh orang tua

    kemudian dikelompokkan bersama batang seperti struktur yang disebut

    kromosom. Biasanya, inti dri setiap sel mengandung 23 pasang

    kromosom. Down syndrome terjadi ketika seorang individu memiliki

    salinan ekstra yang terjadi pada kromosom 21 (Hazmi, 2014).

    Selama masa pembuahan, cedera otak biasa terjadi bila ada faktor

    genetik yang mempengaruhi, seperti kelainan kromosom yang

    menyebabkan kelainan otak pada anak down syndrome. Anak yang

  • 16

    mengalami cedera otak kehilangan kemampuan untuk menyerap

    informasi (sensorik) dan merespon informasi (motorik) (Indriasari, 2011).

    Kromosom dapat dianggap sebagai pengaruh penting untuk

    perkembangan otak dank arena kelainan kromosom dapat menganggu

    perkembangan otak pada semua tahap. Seperti perkembangan otak di

    ganglia basal, hipotalamus mengalami gangguan neurologis (Bremner and

    Wachs, 2010).

    Ganglia basal memiliki peran kompleks dalam mengontrol gerakan

    selain memiliki fungsi-fungsi non-motorik yang masih belum diketahui.

    Secara khusus, ganglia basal penting dalam perkembangan tonus otot di

    seluruh tubuh. Pada down syndrome ganglia basal tidak berkembang

    dengan baik untuk melaksanakan peran-peran integratif yang kompleks

    (Irfan, 2010).

    Kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal

    yang mengatur embryogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut

    terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya

    dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis

    yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik

    (kelainan otot), sistem saraf pusat (penglihatan, pendengaran,

    keseimbangan) dan kecerdasan yang terbatas (Ratna, 2013).

    Otak anak-anak down syndrome menunjukkan karakteristik dari

    ketidakdewasaan neurologis dalam hal convolutions (penggabungan)

    yang lebih kecil dari korteks serebral dan mengurangi mielinasi misalnya,

  • 17

    lobus frontal dan cerebellum (Lauteslager, 2004). Neuron di korteks

    terlalu sedikit, terutama dari lobus temporal, tetapi juga di lobus frontal,

    parietal dan oksipital. Pada anak down syndrome menunjukkan penurunan

    di korteks oksipital sekitar 50% dan peningkatan dari satu setengah kali

    dalam ukuran inti sel dalam neuron yang tersisa, dalam hal ini gangguan

    koneksi dalam proses diferensiasi sel. Hal lain menggambarkan ada

    gangguan dalam struktur dendrite neuron piramidal di korteks motorik.

    Area korteks motorik merupakan tempat asal kortikospinalis dan

    kortikobulbaris, umumnya dianggap daerah yang perangsangannya cepat

    menghasilkan gerakan tersendiri. Kortek yang paling dikenal adalah

    korteks motorik di girus prasentalis. Namun terdapat daerah motorik

    suplementer diatas tepi superior sulkus singulatum di sisi medial hemisfer

    yang mencapai korteks pramotorik di permukaan lateral otak. Selain

    gangguan struktural, pengembangan neuron tampak normal selama

    kehamilan, namun setelah kehamilan jumlah dendrit berkurang

    dibandingkan dengan anak normal pada umumnya (Irfan, 2010).

    Keterlambatan mengidentifikasi atlantoaxial dan atlanto-occipital

    yang tidak stabil dapat mengakitabkan kerusakan pada saraf spinal yang

    irreversible. Gangguan pendengaran, visus, retardasi mental dan defek

    yang lain akan menyebabkan keterbatasan kepada anak-anak dengan

    down syndrome dalam meneruskan kelangsungan hidup. Mereka juga

    akan menghadapi masalah dalam pembelajaran, proses membangunkan

  • 18

    upaya berbahasa, kemampuan interpersonal dan kemampuan motorik

    (Villarroya et al, 2012).

    2.1.3 Ciri-Ciri Umum Down Syndrome

    Down syndrome memiliki ciri yang khas yaitu, tonus otot rendah,

    wajah datar, hidung pesek, hipermobilitas sendi, ruas pada jari-jari

    memiliki space yang lebih luas, ukuran lidah cenderung lebih panjang dari

    ukuran normal. Anak down syndrome akan mengalami gangguan kognitif

    (ringan sampai sedang) dan akan mengalami keterlambatan

    perkembangan motorik seperti merangkak, duduk, berdiri dan berjalan

    (Hazmi, 2014).

    Down syndrome mempunyai wajah yang khas, misalnya karena ada

    gangguan pada pertumbuhan tulang, maka tulang dahinya lebih datar,

    mata kiri dan mata kanan agak berjauhan, posisi daun telinganya lebih

    rendah. Secara fisik down syndrome memiliki tanda-tanda yang sama

    meskipun kadar dan kondisinya berbeda antara seorang individu down

    syndrome dengan individu down syndrome lainnya (Hazmi, 2014).

    Menurut Blackman dalam Gunarhadi (2015), penyimpangan

    kromosom trisomi 21 menyebabkan ciri-ciri fisik perkembangan anak

    down syndrome seperti penyakit jantung bawaan, gangguan mental, tubuh

    kecil, kekuatan otot lemah, kelenturan yang tinggi pada persendian, posisi

    mata miring ke atas, adanya lipatan ekstra pada sudut mata, lubang mulut

    kecil sehingga lidah cenderung menekuk, tangan pendek tetapi lebar

    dengan lipatan tunggal pada telapak tangan.

  • 19

    Menurut Dyah Emmi (2013), menyebutkan karakteristik anak down

    syndrome menurut tingkatan adalah sebagai berikut:

    1. Karakteristik anak down syndrome ringan

    Anak down syndrome ringan banyak yang lancar berbicara tetapi

    kurang pembendaharaan katanya, Mengalami kesukaran berpikir

    abstrak tetapi masih mampu mengikuti mengikuti kegiatan akademik

    dalam batas-batas tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur

    kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.

    2. Karakteristik anak down syndrome sedang

    Anak down syndrome sedang hampir tidak bisa mempelajari

    pelajaran-pelajaran akademik. Mereka umumnya dilatih untuk

    merawat diri dan aktivitas sehari-hari. Pada umur dewasa mereka baru

    mencapai tingkat kecerdasan yang sama dengan umur 7 tahun.

    3. Karakteristik anak down syndrome berat dan sangat berat

    Anak down syndrome berat dan sangat berat sepanjang hidupnya

    akan selalu bertanggung pada pertolongan dan bantuan orang lain.

    Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya

    atau tidak, kurang dapat bercakap-cakap. Kecerdasannya hanya

    berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berusia 3 atau 4

    tahun. Mereka mempunyai paras muka yang hampir sama seperti

    muka orang mongol. Pangkal hidungnya pendek. Jarak diantara 2

    mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.

  • 20

    2.2 Definisi Keseimbangan

    Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas

    setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali.

    Keseimbangan ini terdiri atas keseimbangan statis (tubuh dalam posisi diam)

    dan keseimbangan dinamis (tubuh dalam posisi bergerak). Keseimbangan statis

    diperlukan saat duduk atau berdiri diam. Keseimbangan dinamis diperlukan saat

    jalan, lari atau gerakan berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam suatu

    ruang (Nala, 2015).

    Keseimbangan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan untuk

    mempertahankan pusat gravitasi tubuh (center of gravity) dalam basis

    dukungannya (base of support). Keseimbangan dapat dikategorikan menjadi

    keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan

    untuk mempertahankan tubuh statis dalam basis dukungannya. Keseimbangan

    dinamis didefinisikan sebagai kemampuan untuk beralih dari keadaan dinamis

    ke keadaan statis atau kemampuan untuk mempertahankan stabilitas saat

    melakukan gerakan dinamis (Distefano et al., 2009).

    2.2.1 Keseimbangan Statis

    Dalam keseimbangan statis, ruang geraknya sangat kecil, misalnya

    berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api),

    melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-

    putar di tempat.

  • 21

    2.2.2 Keseimbangan Dinamis

    Kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain

    titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, berjalan,

    duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan

    sebagainya.

    Permasalahan yang terjadi pada anak down syndrome adalah

    gangguan keseimbangan, pada saat posisi berdiri seimbang susunan saraf

    pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh (center of body mass)

    dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali

    tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya melangkah). Selain

    itu, input visual berfungsi sebgai kontrol keseimbangan, pemberi

    informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Input dari kulit di

    telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan

    saat berdiri dan saat ingin melangkah (Irfan, 2010).

    Kontrol postur dan gerakan terjadi karena aktivitas motorik somatik

    sangat bergantung pada pola dan kecepatan lepas muatan saraf motorik

    spinalis dan saraf homolog yang terdapat di nucleus motorik saraf

    kranialis. Saraf ini merupakan jalur terakhir ke otot rangka yang dibawa

    oleh impuls dari berbagai jalur (Fatimah, 2015).

    Berbagai input supra segmental juga bertemu di sel saraf ini yaitu

    dari segmen spinal lain, batang otak dan korteks serebrum. Sebagaian

    input ini berakhir langsung ke saraf motorik, tetapi banyak yang

    efeknyanya dilanjutkan melalui neuron antara (interneuron) atau sistem

  • 22

    saraf afferent y ke kumparan otot dan kembali melalui serat afferent lalu

    ke medulla spinalis. Aktifitas terintegrasi dari tingkat spinal, medula

    oblongata, otak tengah dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan

    memungkinan terjadinya gerakan terkoordinasi (Irfan, 2010).

    Input-input yang bertemu di neuron motorik mengatur 3 fungsi yang

    berbeda antara lain menimbulkan aktivitas volunter, menyesuaikan postur

    tubuh untuk menghasilkan landasan yang kuat bagi gerakan dan

    mengkoordinasikan kerja berbagai otot agar gerakan yang dihasilan

    teratur dan tepat. Pola aktivitas volunter direncanakn di otak, kemudian

    perintah tersebut dikirim ke otot terutama melalui sistem kortikospinalis

    dan kortikobulbaris (Yulinawati, 2009).

    Postur tubuh secara terus menerus disesuaikan, tidak saja sebelum

    tetapi juga sewaktu melakukan gerakan oleh sistem pengatur postur.

    Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan oleh serebelum bagian medial

    dan intermedial (spinoserebelum) dan hubungan-hubungannya. Ganglia

    basal dan serebelum bagian lateral (neocerebelum) merupakan bagian dari

    sirkuit umpan balik ke korteks pramotorik dan motorik yang berkaitan

    dengan perencanaan dan pengaturan gerakan volunter (Irfan, 2010).

    Otak kecil memainkan peran sentral terhadap koordinasi gerak dan

    postur, informasi itu diterima vestibulum dan tractus spinocerebellar.

    Neukorteks berinteraksi dari perintah gerakan volunter berasal. Informasi

    dunia luar diperoleh melalui indera yang lebih tinggi. Selain itu,

    penyesuaian konstan berlangsung dari korteks cerebellar melalui inti

  • 23

    cerebellar untuk ekstra-piramidal sirkuit motor di batang otak melalui

    thalamus kembali ke korteks otak. Ketika ada kerusakan cerebellum

    gangguan yang terlibat adanya masalah koordinasi, kesimbangan, dan

    hypotonia. Penting untuk mengontrol postur, dimana postur di fasilitasi

    melalui gamma-motor neuron yang diatur pada tingkat batang otak. Tanpa

    kegiatan dasar fasilitasi dari alpha motor neuron keluar melalui lingkaran

    gamma. Khususnya ekstensor yang terlibat dalam pemeliharaan postur

    tubuh, ekstensor tersebut harus memiliki tonus otot yang cukup dalam

    sistem ini (Lauteslager, 2004).

    Sistem pengatur postur terdapat beberapa mekanisme pengatur

    postur. Mekanisme ini mencakup serangkai nucleus dan banyak struktur

    termasuk medula spinalis, batang otak dan korteks serebrum. Sistem ini

    tidak hanya berperan dalam postur statik, tetapi juga bersama sistem

    kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetus dan

    pengendalian gerakan (Hakim, 2009).

    Penyesuaian postur dan gerak volunter tidak mungkin dipisahkan

    secara tegas, tetapi dapat diketahui dengan adanya serangkaian reflek

    postur yang tidak hanya mempertahankan posisi tegak dan seimbang,

    tetapi terus menerus melakukan penyesuaian untuk mempertahankan latar

    belakang postur yang stabil untuk aktivitas volunter. Penyesuaian ini

    mencakup reflek static dan reflek fasik jangka pendek yang dynamic.

    Pertama mencakup kontraksi menetap otot-otot, sedangkan yang terakhir

    melibatkan gerakan-gerakan sesaat. Kedua terintegrasi di berbagai tingkat

  • 24

    dalam susunan saraf pusat, dari medulla spinalis sampai korteks serebrum

    dan sebagian besar dipengaruhi melalui berbagai jalur motorik (Hakim,

    2009).

    Faktor utama kontrol postur adalah variasi ambang reflek regang

    spinal, yang pada akhirnya disebabkan oleh perubahan tingkat rangsangan

    neuron motorik dan secara tidak langsung oleh perubahan kecepatan lepas

    muatan oleh neuron afferent y ke kumparan otot (Berbudi, 2014).

    Postur adalah posisi atau sikap tubuh dimana tubuh dapat

    membentuk banyak bentuk yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang

    nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan

    kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa disebut dengan ayunan tubuh.

    Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan

    menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang disebut

    pusat tekanan (center of preassure). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri

    tegak dipengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu

    (Nugroho, 2011).

    Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat ke simestrisannya dengan

    kaki selebar sendi panggul, lengan di sisi tubuh dan mata menatap ke

    depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling

    nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama karena seseorang akan berganti

    posisi untuk mencegah kelelahan (Nugroho, 2011).

  • 25

    2.2.3 Fisiologi Keseimbangan

    Keseimbangan merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang

    melibatkan deteksi dan integrasi informasi sensorik untuk menilai posisi

    dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan respon muskuloskeletal

    yang apropiat untuk mengontrol posisi tubuh dalam konteks lingkungan

    dan tugas. Sehingga, kontrol keseimbangan memerlukan interaksi sistem

    saraf, muskuloskeletal dan efek kontekstual dari lingkungan (Kisner and

    Colby, 2007).

    Sistem saraf menyediakan proses sensori yang melibatkan visual,

    vestibular dan sistem somatosensorik, intergrasi sensorimotor penting

    untuk menghubungkan sensasi ke respon motor dan untuk adaptasi dan

    antisipasi, strategi motorik untuk merencanakan, memprogram dan

    mengeksekusi respon keseimbangan (Kisner and Colby, 2007).

    Kontribusi dari sistem muskuloskeletal meliputi alignment postural,

    fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi (LGS), integrasi

    sendi, performa otot dan sensasi (sentuhan, tekanan, vibrasi, propioseptif

    dan kinestetik). Sedangkan efek kontekstual dari lingkungan yang

    berinteraksi dengan keduanya, yaitu; pencahayaan, permukaan, dan

    gravitasi (Kisner and Colby, 2007).

    Tujuan dari tubuh untuk mempertahankan keseimbangan adalah

    menyangga tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk

    mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,

  • 26

    serta menstabilkan bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

    Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah sebagai berikut:

    a. Sistem neurologis

    Sistem informasi neurologis antara lain berasal dari sistem

    ekstrapiramidal, ganglia basalis dan serebelum.

    1) Sistem ekstrapiramidal

    Sistem ekstrapiramidalis dianggap sebagai suatu sistem

    fungsional dengan tiga lapisan integrasi yakni kortikal, striata

    (basal ganglia) dan segmental (mesencephalon). Fungsi utama

    dari sistem ekstrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang

    berkaitan dengan pengaturan sikap tubuh dan integrasi otonom

    (Duus, 2010).

  • 27

    Gambar 2.3

    Traktus Ekstrapiramidalis (Duus, 2010)

    2) Ganglia basalis

    Ganglia basalis merupakan bagian dari sistem motorik. Inti

    utama dari ganglia basalis adalah nucleus kaudatus, putamen, dan

    globus palidus, yang semuanya terletak pada materi putih

    subkortikal telensepalon. Ketiga inti ini saling terhubung satu

    sama lain ke korteks motor di kompleks sirkuit pengaturan.

    Mereka memainkan peran penting dalam inisiasi, modulasi

    gerakan dan kontrol otot (Baehr and Michael, 2005).

  • 28

    Gambar 2.4

    Ganglia basalis (Baehr and Michael, 2005)

    3) Serebelum

    Serebelum adalah organ pusat untuk kontrol motorik halus.

    Memproses informasi dari beberapa sistem sensorik (terutama

    vestibular dan proprioseptif), impuls motorik, dan memodulasi

    aktivitas motorik daerah nuklear di otak dan sumsum tulang

    belakang. Secara anatomis, otak kecil terdiri dari dua belahan dan

    vermis yang terletak di antaranya. Terhubung ke batang otak oleh

    tiga Bagian pedunkulus (Baehr and Michael, 2005).

    Fungsional otak kecil dibagi menjadi tiga komponen:

    vestibulocerebellum, spinocerebellum, dan cerebrocerebellum.

    Vestibulocerebellum menerima masukan aferen terutama dari

    organ vestibular, dan fungsinya adalah untuk mengatur

    keseimbangan. Spinocerebellum memproses impuls proprioseptif

    dari jalur spinocerebellar, mengontrol sikap dan pola jalan.

  • 29

    Cerebrocerebellum mempunyai fungsi yang berhubungan dengan

    korteks motorik dari telencephalon dan bertanggung jawab untuk

    pelaksanaan gerakan-gerakan halus yang mulus dan presisi. Lesi

    pada serebelum mengakibatkan gangguan gerakan dan

    keseimbangan (Baehr and Michael, 2005).

    Gambar 2.5

    Serebelum (Baehr and Michael, 2005)

    b. Sistem informasi sensoris

    Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular dan

    somatosensoris.

    1) Visual

    Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas penting bagi

    kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang

    posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak

    dengan objek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh

    manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di

    lingkungan. Sistem visual memberikan informasi ke otak

  • 30

    kemudian otak memberikan informasi supaya sistem

    muskuloskeletal (otot dan tulang) dapat bekerja secara sinergis

    untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Watson and Black,

    2008).

    2) Vestibular

    Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan,

    gerakan kepala, dan gerakan bola mata. Sistem ini meliputi organ-

    organ di dalam telinga bagian dalam. Berhubungan dengan sistem

    visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan gerakan kepala.

    Cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal

    telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring

    dan bergeser.

    Melalui refleks vestibulo-reticular mereka mengontrol gerak

    mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Kemudian

    pesan-pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus

    vestibular yang berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa

    stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke

    serebrum, formation reticularis, thalamus dan korteks serebri

    (Watson and Black, 2008).

    Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor

    labirin, reticular formasi dan serebelum. Hasil dari nukleus

    vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,

    terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,

  • 31

    kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot

    postural). Sistem vertibular bereaksi sangat cepat sehingga

    membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan

    mengontrol otot-otot postural (Watson and Black, 2008).

    3) Somatosensoris (tactile & propioceptive)

    Sistem somatosensoris terdiri dari taktil dan propioseptif

    serta persepsi kognitif. Informasi propioseptif disalurkan ke otak

    melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar

    masukan (input) propioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula

    yang menuju ke korteks serebri melalui lumnikulus medialis dan

    thalamus (Willis, 2007).

    Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang

    sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra

    dalam dan sekitar sendi. Alat indera tersebut adalah ujung-ujung

    saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan ligamentum. Impuls

    dari alat indera ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta

    otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh

    dalam ruang (Willis, 2007)

    c. Respon otot-otot postural yang sinergis

    Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu

    dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk

    mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa

    kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi

  • 32

    mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur

    keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada

    tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon

    dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari

    perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi dan aligment tubuh.

    Kerja otot yang sinergis berarti bahwa adanya respon yang tepat

    (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam

    melakukan fungsi gerak tertentu.

    d. Kekuatan otot (muscle strength)

    Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.

    Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya

    peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot

    dapat digambarkan sebagai kemampuan otot untuk menahan beban,

    baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal

    (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan system

    neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf

    mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin

    banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula

    kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

    Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

    mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.

    Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan

  • 33

    otot untuk melawan gravitasi serta beban eksternal lainnya yang

    secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

    e. Adaptive system

    Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan

    output motorik ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan

    karakteristik lingkungan.

    f. Lingkup gerak sendi (joint range of motion)

    Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan

    mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan

    keseimbangan yang tinggi. Masukan dari vestibular, visual dan

    somatosensorik biasanya dikombinasikan dengan mulus untuk

    menghasilkan rasa dari orientasi dan gerakan. Dari informasi sensoris

    diintegrasi dan diproses di serebellum, basal ganglia dan area motorik

    suplementer. Informasi somatosensorik memiliki waktu proses

    tercepat untuk respon cepat, diikuti oleh masukan dari visual dan

    vestibular. Ketika informasi sensoris dari salah satu sistem tidak

    akurat karena suatu cidera, central nervous system (CNS) akan

    menekan informasi dan menyeleksi dan mengkombinasikan informasi

    dari kedua sistem yang lain. Proses adaptasi inilah yang disebut

    organisasi sensorik. Kebanyakan individu dapat mengkompensasi

    dengan baik jika salah satu dari ketiga sistem terganggu, ini

    merupakan konsep dasar untuk program terapi (Kisner and Colby,

    2007).

  • 34

    2.2.4 Komponen biomekanika keseimbangan

    Keseimbangan terbesar adalah ketika center of mass (COM) atau

    center of gravity (COG) tubuh dipertahankan di atas base of support

    (BOS). COM adalah titik yang sesuai dengan pusat massa tubuh dan

    merupakan titik dimana tubuh berada dalam kondisi keseimbangan yang

    sempurna. Hal itu ditentukan dengan mencari rata-rata tertimbang dari

    COM dari setiap segmen tubuh (Kisner and Colby, 2007).

    a. Pusat gravitasi (center of gravity-COG)

    Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada

    semua benda baik benda hidup maupun mati, titik gravitasi terbaik

    terdapat pada titik tengah benda tersebut. Fungsi dari COG adalah

    untuk mendistribusikan massa benda secara merata. Pada manusia jika

    beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini maka tubuh dalam keadaan

    yang seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur maka titik pusat

    gravitasi pun berubah, sehingga akan mengakibatkan gangguan

    keseimbangan (unstable). Titik pusat gravitasi akan selalu berpindah

    secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika COG

    terletak di dalam dan tepat di tengah maka tubuh akan seimbang. Jika

    berada di luar tubuh maka akan terjadi keadan unstable (Bishop and

    Hay, 2009).

    Semakin rendah atau dekat letak titik berat ini terhadap bidang

    tumpu, posisi tubuh akan semakin mantap atau stabil. Pada posisi

    berbaring posisi titik berat paling dekat dengan bidang tumpu

  • 35

    dibanding posisi duduk, berdiri atau melompat ke atas sehingga posisi

    berbaring paling mantap dibanding posisi yang lain (Nala, 2015).

    b. Garis gravitasi (line of gravity-LOG)

    Garis gravitasi atau garis berat tubuh adalah garis vertikal yang

    melalui titik pusat bidang tumpu. Merupakan garis imajiner yang

    melalui titik berat tubuh. Semakin dekat letak garis gravitasi dengan

    titik pusat bidang tumpuan, apabila melaluinya akan semakin stabil

    posisi tubuh. Dalam posisi berdiri garis gravitasi akan melalui pusat

    gravitasi dan juga pusat bidang tumpu, sehingga posisi berdiri tegak

    lebih stabil jika dibandingkan dengan posisi condong ke depan,

    belakang atau samping. Jika tubuh bagian atas (kepala dan dada)

    meluncur ke depan, maka pusat gravitasi juga akan berpindah ke

    depan. Dengan sendirinya garis gravitasi akan bergeser ke depan,

    sehingga tidak melalui titik pusat bidang tumpu. Tubuh akan berusaha

    untuk menggeser pusat gravitasi agar bergeser ke belakang mendekati

    titik pusat bidang tumpu, dengan cara menarik bagian tubuh lainnya

    (tungkai atau lengan) ke belakang sehingga terjadi keseimbangan

    (Nala, 2015).

    c. Bidang tumpuan (base of support-BOS)

    Bidang tumpuan adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak

    tubuh, baik di lantai, tanah, balok, meja, kursi, tali atau tempat lainnya.

    Semakin luas bidang tumpuan posisi tubuh akan semakin mantap.

    Posisi berbaring adalah posisi paling mantap atau stabil dibandingkan

  • 36

    dengan posisi duduk atau berdiri karena bidang tumpunya paling luas

    yaitu seluruh tubuh. Saat duduk, bidang tumpuan hanya selebar pantat

    dan tungkai (bersila) atau selebar ke dua telapak kaki (jongkok). Jika

    berdiri, jalan atau lari maka bidang tumpuan lebih kecil yaitu hanya

    seluas telapak kaki. Saat melayang tidak ada bidang tumpu, sehingga

    keseimbangan tubuh akan goyang atau labil (Nala, 2015).

    2.2.5 Strategi motorik untuk menjaga keseimbangan

    Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara terus menerus

    menyesuaikan posisinya dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS

    atau membawa COM ke posisinya setelah mengalami gangguan (Kisner

    and Colby, 2007).

    Kontrol postural telah dikaitkan erat dengan kemampuan untuk

    memahami lingkungan dengan benar melalui sistem sensoris perifer, serta

    untuk proses terpusat dan integrasi masukan propioseptif, visual dan

    vestibular pada tingkat CNS. Kemampuan itulah yang memungkinkan

    CNS untuk membentuk sinergi otot yang tepat sesuai dengan yang

    diperlukan sehingga keseimbangan dapat dipertahankan (Hatzitaki et al.,

    2002).

    Ada tiga strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan

    keseimbangan dalam menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari

    permukaan tumpuan. Ankle strategies, gerakan dari pergelangan kaki

    untuk mengembalikan COM ke posisi yang stabil (dalam posisi yang

    tenang dan gangguan kecil). Hip strategies, menggunakan gerakan cepat

  • 37

    fleksi dan ekstensi panggul untuk memindahkan COM dalam BOS (untuk

    gangguan yang cepat dan besar atau gerakan dengan COG dekat dengan

    batas stabilitas). Stepping strategies, melangkah ke depan atau belakang

    untuk memperlebar BOS dan mengembalikan kontrol keseimbangan (jika

    ada kekuatan besar yang menggeser COM keluar dari batas stabllitas)

    (Kisner and Colby, 2007).

    2.2.6 Keseimbangan dinamis pada anak down syndrome

    Masa anak-anak diawali dengan masa bayi atau infancy. Bayi yang

    baru lahir gerakannya didominasi oleh refleks, yaitu gerakan yang bersifat

    otomatis dan di luar kendali. Refleks-refleks tersebut akan menghilang

    ketika fungsi otak semakin matang dan kendali atas beragam perilaku

    mulai berkembang (Santrock, 2012).

    Perkembangan masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and

    late childhood) adalah periode perkembangan yang terentang dari usia 6

    hingga 11 tahun, disebut juga tahun-tahun sekolah dasar. Meningkatnya

    myelinasi dari sistem saraf pusat dapat terlihat dalam peningkatan

    keterampilan motorik halus. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak

    mulai memperlihatkan keterampilan manipulasi serupa dengan orang

    dewasa (Santrock, 2012).

    Kemampuan motorik berhubungan dengan fisik, intelektual dan

    psikologis anak. Kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak.

    Anak yang mempunyai kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah

    raga akan lebih dihargai oleh teman-temannya. Kemampuan motorik yang

  • 38

    baik berhubungan erat dengan self-esteem anak. perkembangan motorik

    yang baik juga berpengaruh terhadap self-regulatory, bila terjadi

    keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorik akan

    merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh

    kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga akan mengakibatkan

    terhambatnya perkembangan kecerdasan anak (Fikriyati, 2013).

    Volume otak menjadi stabil dimasa kanak-kanak pertengahan awal

    dan akhir, namun perubahan signifikan dalam berbagai struktur dan

    daerah otak tetap berlangsung. Jalur otak dan sirkuit yang melibatkan

    korteks prefrontal, level tertinggi pada otak meningkat. Kemajuan ini

    terkait dengan peningkatan atensi, penalaran serta kendali kognitif pada

    anak (Santrock, 2012).

    Keseimbangan memainkan peranan penting dalam perkembangan

    motorik anak. Keseimbangan yang baik akan membuat anak lebih baik

    dalam melakukan keterampilan gerak dan menikmati gerakan (Lefebvre,

    2010). Keseimbangan yang tidak baik akan mengakibatkan terganggunya

    aktivitas fungsional sehari-hari, sehingga anak akan lebih mudah cedera

    dan terjatuh, gagal dalam melakukan aktivitas individu, sampai kegagalan

    dalam tim yang melibatkan mereka. Akibat dari semua hal tersebut adalah

    anak menjadi menarik diri dari lingkungannya (Permana, 2013).

    Keseimbangan yang diperlukan anak saat melakukan aktivitas

    adalah keseimbangan dinamis. Keseimbangan dinamis dapat

    didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan stabilitas

  • 39

    sebagai antisipasi dan reaksi terhadap perubahan gerakan tubuh dalam

    ruang. Kemampuan untuk menstabilkan tubuh dan mempertahankan

    keseimbangan dinamis adalah penting untuk keberhasilan performa dari

    ketrampilan gerak yang mendasar (fundamental motor skill) dan

    ketrampilan olahraga (Faigenbum et al., 2015).

    Ditinjau dari jenis kelamin, perkembangan keseimbangann dinamis

    pada anak-anak usia 7 sampai 12 tahun mengalami perbedaan. Pada usia

    7 tahun perkembangan dinamis pada anak laki-laki maupun perempuan

    cenderung kurang baik, mereka cenderung mengalami kesulitan saat

    melaksanakan tes keseimbangan dinamis. Pada usia 8 tahun

    keseimbangan dinamis anak laki-laki dan perempuan sama-sama

    mengalami peningkatan dibanding dengan usia sebelumnya, meski

    peningkatan tidak terlalu signifikan. Pada usia 9 tahun perkembangan

    keseimbangan dinamis pada anak laki-laki sama seperti anak perempuan,

    hanya saja anak laki-laki sedikit lebih baik. Pada usia 10 dan 11 tahun

    perkembangan keseimbangan dinamis sama seperti usia 9 tahun. Pada usia

    12 tahun, keseimbangan dinamis anak laki-laki lebih baik jika

    dibandingkan dengan anak perempuan (Permana, 2012).

    Strategi yang berbeda digunakan oleh CNS untuk mempertahankan

    keseimbangan, tergantung pada kondisi statis atau dinamis.

    Keseimbangan pada kondisi statis memiliki asosiasi yang kuat dengan

    kemampuan untuk mempersepsikan dan memproses informasi visual

    yang mana penting untuk feedback control keseimbangan. Sebagai

  • 40

    contoh, berdiri tegak dikontrol oleh umpan balik sensoris dari close-loop

    system dimana pusat tekanan kaki bergerak dalam fase dengan COM dan

    integrasi dari masukan visual dan propioseptif diperlukan untuk kontrol

    ini. Informasi visual dalam mempertahankan postur statis digunakan

    untuk memantau postur tubuh. Sebagai tambahan, informasi propioseptif

    dari hampir semua area tubuh terproses dan terintegrasi di tingkat pusat

    sehingga dapat berkontribusi untuk postur stabil (Hatzitaki et al., 2002).

    Keseimbangan pada tugas dinamis membutuhkan penggunaan dari

    feedforward control. Dengan feed forward control, gangguan postural

    dapat diprediksi yang mengakibatkan terjadinya antisipasi penyesuaian

    postural yang memungkinkan adanya pergerakan untuk mempertahankan

    stabilitas. Kontrol keseimbangan lebih bersifat reflektif dan tergantung

    pada kemampuan secara cepat untuk mengubah gangguan dari

    propioseptif atau vestibular dalam respon motorik yang tepat, kemampuan

    yang telah dikaitkan dengan proses waktu reaksi fungsi yang memadai

    (Hatzitaki et al., 2002).

    Fungsi kognitif juga penting untuk organisasi dan integrasi dari

    informasi sensoris yang tersedia dalam kondisi keseimbangan statis dan

    dinamis. Seleksi dari strategi keseimbangan yang sesuai dalam setiap

    kasus tidak hanya tergantung pada kendala tugas dan tuntutan lingkungan,

    tetapi juga fungsi kematangan saraf dan pengalaman. Kehadiran dari

    perkembangan perilaku antisipatif merupakan tugas tertentu dan terbentuk

    melalui latihan dan pelatihan pada lingkungan yang spesifik dan

  • 41

    tergantung pada apakah gangguan tersebut berasal dari luar atau dari

    dalam diri (Hatzitaki et al., 2002).

    Sistem umpan balik dasar dalam kontrol keseimbangan muncul

    sangat awal dalam kehidupan, bukti eksperimental menunjukkan bahwa

    tanggapan postural sinergi yang dipicu oleh gangguan sensoris telah ada

    sejak usia 15-31 bulan dan memiliki latensi sebanding dengan orang

    dewasa. Kemampuan anak untuk menerapkan feedforward control dan

    inisiasi dalam penyesuaian pengaturan postural untuk gangguan yang

    akan datang sangat tergantung pada kemampuan untuk mengendalikan

    gravitasi, gaya kelembaban dan untuk menggerakkan kepala secara bebas

    dari trunkus pada keterampilan perkembangan selanjutnya antara usia 6

    sampai 10 tahun (Hatzitaki et al., 2002).

    Kemampuan untuk keseimbangan dan koordinasi kedua tangan

    diasosiasikan dengan meningkatnya akurasi dan konsistensi gerakan

    mata, yang dicapai melalui proses kematangan berdasarkan usia.

    Informasi dari visual memberikan informasi eksteroseptif tentang

    lingkungan yang sangat diperlukan dalam kontrol keseimbangan terutama

    pada anak-anak. Kontribusi relatif dari visual dalam kontrol

    keseimbangan meningkat antara usia 8-9 tahun sampai dewasa. Namun,

    ada juga penelitian lain yang menyatakan bahwa kematangan sistem

    somatosensoris mengalami kematangan pada usia yang jauh lebih muda,

    yaitu pada usia 3 sampai 4 tahun (Atilgan, 2012).

  • 42

    Keseimbangan tidak memiliki korelasi dengan panjang tungkai dan

    tinggi badan, keseimbangan mempunyai korelasi yang tinggi dengan

    koordinasi kedua tangan, tidak ada korelasi antara keseimbangan dengan

    kecepatan waktu reaksi, tidak ada korelasi yang signifikan antara

    keseimbangan dinamis dengan kekuatan tungkai dan kemampuan lompat.

    Anak-anak yang mempunyai koordinasi tangan yang baik juga

    mempunyai keseimbangan statis dan dinamis yang baik (Atilgan, 2012).

    2.2.7 Gangguan keseimbangan

    Gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh cedera atau

    penyakit dari tiga tingkat proses informasi yakni sensory input,

    sensorimotor integration, motor output generation (Kisner and Colby,

    2007).

    a. Gangguan pada sensory input

    Defisit propioseptif terlibat sebagai penyebab penurunan

    keseimbangan menyusul cedera atau penyakit pada ekstremitas dan

    trunk. Defisit pada somatosensoris, visual atau vestibular

    mengakibatkan penurunan pada keseimbangan dan mobilitas.

    Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh penyakit, trauma atau

    penuaan dapat menurunkan keseimbangan dan beresiko untuk jatuh.

    Individu dengan kerusakan sistem vestibular yang disebabkan oleh

    cedera otak, infeksi virus atau penuaan mungkin mengalami vertigo

    dan instabilitas postur (Kisner and Colby, 2007).

    b. Gangguan pada integrasi sensori motor

  • 43

    Kerusakan basal ganglia, cerebelum atau area motor suplement

    mengganggu proses datangnya informasi sensoris, mengakibatkan

    kesulitan mengadaptasikan informasi sensoris dalam menanggapi

    perubahan lingkungan dan terganggunya antisipasi dan reaksi

    penyesuaian postural (Kisner and Colby, 2007).

    c. Gangguan pada biomekanik dan motor output

    Defisit dalam komponen motor kontrol keseimbangan dapat

    disebabkan oleh gangguan sistem muskuloskeletal dan

    neuromuskuler. Malalignment postur mengakibatkan COM bergeser

    dari pusat BOS meningkatkan perubahan pada batas stabilitasnya.

    Karena kaki beroperasi sebagai rantai tertutup, gangguan LGS atau

    kekuatan otot di salah satu sendi dapat mengubah postur dan

    keseimbangan gerakan di seluruh tungkai. Sebagai contoh,

    pembatasan gerakan pergelangan kaki karena kontraktur, penggunaan

    ortose pada kaki atau kelemahan pada penggerak dorsi fleksi

    pergelangan kaki menghilangkan penggunaan ankle strategy

    mengakibatkan peningkatan penggunaan otot panggul dan trunk untuk

    kontrol keseimbangan. Pada individu dengan kasus neurologis

    kegagalan untuk menghasilkan kekuatan otot yang adekuat karena

    abnormalitas tonus atau gangguan koordinasi dari strategi motorik

    menghambat kemampuan seseorang untuk merekrut otot yang

    dibutuhkan untuk keseimbangan. Nyeri dapat mengubah batas normal

  • 44

    stabilitas seseorang dan jika berlangsung terus-menerus

    mengakibatkan gangguan mobilitas (Kisner and Colby, 2007).

    d. Proses penuaan

    Hal ini disebabkan oleh adanya kemunduran pada semua sistem

    sensori (somatosensoris, vision, vestibular) dan ketiga tahap proses

    informasi (proses sensori, integrasi sensorimotor dan motor output)

    (Kisner and Colby, 2007).

    2.3 Dynamic Neuromuscular Stabilization

    2.3.1 Definisi Dynamic Neuromuscular Stabilization

    Dynamic neuromuscular stabilization atau core stabilization adalah

    pendekatan manual dan rehabilitasi untuk mengoptimalkan sistem

    gerakan berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah developmental kinesiology

    (DK). Bertujuan untuk mengaktifkan ISSS dan mengembalikan regulasi

    IAP yang ideal untuk mengoptimalkan efisiensi gerakan dan untuk

    mencegah beban sendi yang berlebihan. Salah satu indikator ISSS bekerja

    secara optimal adalah adanya intra abdominal pressure yang optimal.

    Pendekatan dynamic neuromuscular stabilization menyediakan

    peralatan fungsional untuk menilai dan mengaktifkan stabilitas intrinsik

    tulang belakang dalam rangka mengoptimalkan sistem gerakan. Stabilitas

    ini tidak murni dicapai oleh kekuatan yang memadai dari otot-otot

    abdominal, ekstensor spinal, gluteal dan otot-otot lain. Stabilitas ini

    dicapai melalui koordinasi yang tepat dari otot-otot tersebut dan intra

    abdominal pressure (IAP) yang diregulasi oleh CNS (Frank et al., 2013).

  • 45

    Dasar-dasar teori dalam DK adalah perkembangan fungsi motorik

    pada anak-anak usia dini yang secara genetik telah ditentukan dan

    mengikuti pola yang terprediksi. Pola gerakan dibentuk oleh kematangan

    SSP, yang memungkinkan bayi mengontrol postur, mencapai postur tegak

    melawan gravitasi dan bergerak bertujuan melalui aktivitas otot. DK

    menekankan eksistensi dari gerakan sentral bawaan dan terprogram.

    Misalnya, bayi tidak perlu diajarkan kapan dan bagaimana untuk

    mengangkat kepalanya, memegang mainan, berguling, merayap atau

    merangkak. Semua gerakan atau sinergis otot terjadi secara otomatis

    dalam urutan perkembangan tertentu sepanjang perjalanan kematangan

    SSP (Frank et al., 2013).

    Ada 3 tingkat sensorimotor kontrol pada CNS menurut DK yaitu:

    1. Tingkat spinal dan brainsteam

    Terjadi pada tahap neonatus yaitu 4 minggu awal setelah

    kelahiran. Kontrol sensorimotor didominasi oleh general movement

    (GMs) dan refleks primitif. Reflek primitif adalah pola gerakan reflek

    yang berkembangn sebagai reaksi motorik terhadap stimulasi aferen

    tertentu (spesifik), yang secara normal ada sampai bayi usia 4-6

    minggu. Pada tahap ini bayi tidak bisa mempertahankan posisi netral

    dan kontak mata. Kontak mata bisa dipertahankan jika posisi postural

    bisa dipertahankan netral secara manual.

  • 46

    2. Tingkat subkortikal

    Memainkan peranan penting setelah tahap neonatus dan

    mengalami kematangan selama satu tahun awal kehidupan. Ini

    memungkinkan dasar stabilitas trunk, persyaratan setiap gerakan

    phasic dan fungsi pergerakan dari ekstremitas. Secara bertahap

    sebagai kematangan CNS, sinergis otot secara otomatis mulai

    berfungsi. Proses ini berlansung secara bertahap dan berlanjut. Setelah

    3 bulan sinergis otot matang yang memungkinkan pelviks, tulang

    belakang dan trunkus pada posisi netral terutama pada bidang sagital.

    Ini melibatkan sinergis otot antara diafragma, otot-otot perut, dasar

    panggul, fleksor leher dan ekstensor tulang belakang.

    Pada tahap neonatus sampai usia 3 bulan diafragma hanya

    berfungsi sebagai otot respirasi. Setalah 3 bulan diafragma mulai

    memainkan peranan ganda sebagai otot pernapasan dan postural,

    fungsi ini yang penting dan sering terganggu. Kelemahan pada otot

    diafrgama dapat mengakibatkan perkembangan abnormal pada

    postural. Usia sekitar 3 bulan dianggap sangat penting pada aspek

    fungsi postural. Pada saat ini bayi mampu mempertahankan

    ekstremitas bawah pada posisi terlentang dan bisa mempertahankan

    posisi kepala selama tengkurap. Jika terjadi kegagalan diafragma

    sebagai fungsi postural, akan dikompensasikan oleh otot-otot

    paravertebra, kondisi seperti ini dapat dengan mudah menetap jika

    tidak diidentifikasi awal dan diperbaiki dengan terapi.

  • 47

    Secara fisiologis, diafragma turun ke bawah secara merata

    selama melakukan aktivitas postural dan bertindak sebagai piston

    sebagai akibat dari kontraksi konsentrik. Otot-otot dasar panggul

    bekerja secara konsentrik melawan diafragma. Kemudian dilanjutkan

    kontraksi eksentrik dari otot-otot perut yang bertindak sebagai band

    yang fleksibel tapi tegas dan sesuai dengan kompresi konten intra

    abdominal dari kedua sapek cranial dan kaudal tersebut. Peningkatan

    tekanan intra abdominal sebagai hasil dari aktivitas postural ini

    menentukan stabilitas dari tulang belakang lumbal dan thorakal bagian

    bawah selama gerakan dan postur tubuh yang aktif dalam medan

    gravitasi.

    Gambar 2.6

    IAP Regulation by diaphragm, pelvic floor and transversus abdominis

    (Frank et al., 2013)

    Thorakal bagian atas dan cervical distabilkan secara seimbang

    oleh aktivitas simultan dari fleksor dan ekstensor cervical terutama

    lapisan dalam. Adanya sinergi otot postural yang tepat untuk

    menyediakan kualitas dan stabilitas trunk yang efektif pada semua

    gerakan sangatlah penting. Adanya sinergi otot postural yang

  • 48

    patologis dapat mengakibatkan terjadinya low back pain dan

    perubahan struktural.

    Stabilitas trunk pada bidang sagital ini mendahului setiap

    gerakan sadar dan menjadi syarat gerakan yang efisien. Sinergi otot

    dipicu secara otomatis tanpa kesadaran. Model gerakan dari stabilitas

    sagital dilanjutkan dengan perkembangan fungsi gerak postural.

    Semua gerakan dilakukan dalam dua cara, yaitu pola kontralateral dan

    ipsilateral. Pola perkembangan ini terpisah sampai usia 7 bulan.

    Pola kontralateral berkembang pada posisi tengkurap dan

    support dari ekstremitas selalu pada sisi yang berlawanan dari sisi

    yang lain. Saat melangkah ke depan ekstremitas bekerja pada rantai

    kinematika terbuka yang mana bagian yang mensuport bekerja pada

    rantai kinematika tertutup. Pola ipsilateral berkembang pada posisi

    terlentang, yang mana semua ekstremitas bekerja pada rantai

    kinemaika terbuka. Secara bertahap badan bergerak ke posisi miring

    dan bagian bawah ekstremitas atas dan ekstremitas bawah sebagai

    support. Sedangkan ekstremitas atas memenuhi fungsi phasic. Pada

    posisi miring support ekstremitas selalu pada sisi yang sama.

    Setelah usia 7 bulan, pola ipsilateral dan kontralateral saling

    berhubungan dalam gerakan yang spontan seperti ketika anak beralih

    dari duduk ke samping ke posisi tripot atau quadruped dan mulai

    merangkak. Selama support dan gerakan phasic ekstremitas CNS

    secara otomatis menggunakan sinergis otot yang menetapkan segmen

  • 49

    ke posisi netral. Ini tidak hanya melibatkan posisi sendi secara

    individu dalam hubungannya satu sama lain, tetapi juga hubungan

    secara global, seperti posisi trunk, spine dan pelvis.

    3. Tingkat kortikal

    Merupakan tingkat tertinggi dari kontrol motorik. Kontrol

    kortikal penting untuk karakteristik dan kualitas gerakan individu,

    memungkinkan untuk gerakan segmental yang terisolasi serta

    rileksasi. Mulai memainkan peran utama dalam kontrol motorik

    setelah usia 1 tahun. Menggabungkan fungsi gnostik, seperti integrasi

    multisensorik yang memungkinkan untuk kesadaran tubuh, self

    location dan sudut pandang orang pertama untuk membentuk serta

    untuk ketegasan dalam kinerja fungsi motorik yang disengaja. Korteks

    sangat terlibat pada fase kognitif dari urutan belajar motorik.

    Jika kontrol motorik pada level subkortikal memungkinkan

    fungsi stabilitas secara otomatis di alam bawah sadar, fungsi kortikal

    memungkinkan gerakan yang berbeda-beda. Korteks memungkinkan

    untuk memodifikasi dengan disengaja dan bertujuan dari fungsi

    postur, respirasi dan gerakan phasic (Huston and Ward, 2015).

  • 50

    Gambar 2.7

    Posisi perkembangan yang bisa digunakan sebagai latihan : A. obliq sitting

    (8 bulan), B. crawling (10 bulan), C. high kneeling (10-11 bulan),

    D. squat (12 bulan) (Kobesova and Kolar, 2013)

    Integrated spinal stabilizing system (ISSS) terdiri dari koaktivasi

    yang seimbang antara deep flexor cervical dan ekstensor pada servikal dan

    thorakal bagian atas, diafragma, otot-otot dasar panggul, semua bagian

    dari abdominal dan ekstensor pada thorakal bagian bawah dan lumbal.

    Diafragma, dasar panggul dan transversus abdominalis mengatur intra

    abdominal pressure dan memberikan stabilitas anterior postural

    lumbopelvis. Otot-otot stabilisasi intrinsik tulang belakang memberikan

    stabilitas tulang belakang dalam koordinasi dengan intra abdominal

    pressure yang berfungsi memberikan stabilitas dinamis dari tulang

    belakang. Mereka merupakan deep core dan beroperasi secara otomatis

    dan feed forward control mechanism bawah sadar dan mendahului setiap

    gerakan terarah.

  • 51

    Regulasi intra abdominal pressure dan integrated spinal stabilizing

    system dapat terganggu oleh gangguan fungsi postural dari diafragma.

    Sering mengakibatkan peningkatan kekuatan tekanan pada tulang

    belakang akibat aktivitas kompensasi dari superfisial ekstensor tulang

    belakang dan posisi abnormal dari dada atau rusuk karena

    ketidakseimbangan antara otot-otot dada atas dan bawah.

    Integrated spinal stabilizing system menyediakan “punctum fixum”

    (dasar yang tetap stabil) darimana otot dapat menghasilkan gerakan.

    Strategi neuromuskular ini tidak statis tapi dinamis secara alami dalam

    rangka memberikan fungsi sendi netral atau terpusat yang didiskripsikan

    sebagai joint centration. Joint centration atau posisi sendi netral terjadi

    ketika kongruensi permukaan sendi dan otot-otot yang mendukung sendi

    berada di keuntungan mekanis optimal di seluruh rentang gerak dengan

    demikian mampu menghasilkan kekuatan yang berbeda-beda sesuai

    dengan ketrampilan yang diperlukan. Joint centration memungkinkan

    beban optimal pemindahan otot atau pasukan otot pada setiap sendi dan

    sepanjang rantai kinetik, stress minimal pada struktur pasif seperti

    ligament, kapsul, tulang rawan dan permukaan sendi.

    Aktivasi yang tidak proporsional dari otot-otot stabilitas dapat

    mengakibatkan tekanan internal dalam tubuh dan bisa mempengaruhi

    postur dan gerakan yang dihasilkan oleh ekstremitas, menyoroti efek

    regional saling ketergantungan. Defisit integrated spinal stabilizing

    system dapat mengakibatkan aktivasi pada otot-otot yang terkait,

  • 52

    memungkinkan mengarah ke ketegangan atau overuse karena gerakan

    kompensasi. Sangat penting bahwa semua stabilisator di aktivasi secara

    proporsional untuk memastikan pola gerakan yang baik pada aktivitas

    fungsional atau ketrampilan.

    Jika satu link (otot atau bagian otot) terganggu atau capek, otot lain

    pada rantai kinematika dapat direkrut untuk menebus hilangnya stabilitas

    atau gerakan. Jika ketidakseimbangan otot tidak ditangani melalui analisa

    dan rehabilitasi yang tepat dapat mengakibatkan program motorik

    suboptimal yang kuat dan menetap pada sistem saraf pusat, nyeri kronis

    dan menurunkan performa. Oleh karena itu, strategi stabilitas korelatif

    harus selalu menjadi prinsip dasar setiap program latihan. Sistem

    stabilisasi pada tulang belakang adalah interaksi dari tiga sistem, yaitu

    sistem saraf, aktif (otot) dan pasif (tulang dan sendi). Developmental

    kinesiology dan dynamic neuromuscular stabilization menjembatani

    kesenjangan tersebut untuk memahami interaksi ketiga sistem.

    Analisa dari pola gerakan harus dilakukan, dalam rangka untuk

    menentukan integrated spinal stabilizing system yang memadai dan

    kelemahan hubungan dari rantai kinematika. Hubungan yang lemah dapat

    mencakup stabilitas dinamis pada skapula yang kurang baik, gangguan

    mobilitas pada ekstremitas bawah, mobilitas atau stabilitas trunk yang

    tidak bagus. Premis utama dari pendekatan dynamic neuromuscular

    stabilization adalah setiap posisi sendi tergantung pada fungsi stabilitas

    otot dan koordinasi antara otot lokal dan yang jauh untuk memastikan

  • 53

    posisi sendi netral atau terpusat dalam rantai kinetik. Kualitas koordinasi

    ini penting untuk fungsi sendi dan pengaruhnya tidak hanya lokal tapi juga

    anatomi regional dan global dan sebagai parameter biomekanik dalam

    rantai kinetik.

    Pendekatan dynamic neuromuscular stabilization berdasarkan pada

    perbandingan pola stabilitas atlet dengan pola perkembangan stabilitas

    pada bayi yang sehat dengan maksud mengarahkan treatment untuk

    mengembangkan pola gangguan stabilitas untuk sedekat mungkin dengan

    pola yang ideal seperti yang didefinisikan oleh developmental kinesiology.

    Pendekatan dynamic neuromuscular stabilization berusaha untuk

    mengaktifkan integrated spinal stabilizing system dan mengembalikan

    regulasi intra abdominal pressure yang ideal untuk mengoptimalkan

    efisiensi gerakan dan untuk mencegah overloading sendi.

    Pada dasarnya setiap posisi perkembangan adalah posisi latihan.

    Namun setiap latihan harus memenuhi beberapa prinsip dasar, yaitu

    mengembalikan pola pernapasan yang tepat dan regulasi intra abdominal

    pressure, menetapkan kualitas yang baik dari dukungan untuk gerakan

    dinamis dari ektremitas, pastikan semua sendi berpusat dengan baik pada

    seluruh gerakan. Tahanan harus sesuai dengan kemampuan atlet untuk

    mempertahankan bentuk yang tepat selama latihan (Frank et al., 2013).

    Integrasi dari pola stabilitas yang ideal dalam kegiatan olahraga

    tidak hanya akan mengurangi resiko terjadinya cedera dan sindroma nyeri

    sekunder akibat overloading, tetapi juga meningkatkan performa

  • 54

    olahraga. Pemeriksaan dynamic neuromuscular stabilization didasarkan

    pada perbandingan pola stabilitas dengan pola stabilitas pada fisiologi

    perkembangan. Bayi yang sehat memanfaatkan sinergi otot yang ideal

    untuk stabilitas tulang belakang, pelvis dan dada dalam berbagai posisi.

    Dynamic neuromuscular stabilization didasarkan pada posisi

    perkembangan dan menyediakan tes fungsional untuk menilai kualitas

    stabilitas pasien dan untuk mengenali kunci hubungannya dengan

    disfungsi. Tujuannya adalah untuk mencapai koordinasi otot yang optimal

    dengan penempatkan pasien pada beberapa posisi perkembangan sambil

    menyediakan dukungan pada sendi dan segmen dalam posisi terpusat.

    Pelatihan ini juga memebahas secara bersamaan fungsi stabilitas dan

    respirasi. Tujuan utama dari dynamic neuromuscular stabilization adalah

    untuk mengajarkan pasien mengintegrasikan pola pernapasan dan

    stabilitas yang optimal pada aktivitas sehari-hari dan performa olahraga

    (Kobesova and Kolar, 2013).

    2.3.2 Mekanisme Dynamic Neuromuscular Stabilization terhadap

    Keseimbangan Dinamis

    Efek latihan dynamic neuromuscular stabilization untuk

    mengaktifkan integrated spinal stabilizing system dan mengembalikan

    regulasi intra abdominal pressure yang ideal untuk mengoptimalkan

    efisiensi gerakan dan untuk mencegah overloading sendi. Selain itu

    teraktivasinya otot core yang berfungsi sebagai otot stabilisator akan

  • 55

    membuat global muscle menjadi rileks, dengan demikian didapatkan pula

    stabilitas dan posisi yang baik dalam keadaan netral (Kisner, 2011).

    Stabilitas yang baik akan lebih mudah dalam melakukan aktivitas

    fungsional seperti berjalan, duduk, berdiri, aktivitas rekreasi dan aktivitas

    lainnya. Posisi dynamic neuromuscular stabilization untuk menilai kualitas

    stabilitas dan mengenali kunci hubungannya dengan disfungsi. Tujuannya

    untuk mencapai koordinasi otot yang optimal dengan menempatkan anak

    pada beberapa posisi perkembangan dengan menyediakan dukungan pada

    sendi dan segmen dalam posisi terpusat. Dengan demikian dapat

    meningkatkan fungsi stabilitas dan respirasi dengan mengajarkan

    bagaimana cara mengintegrasikan pola pernapasan dan stabilitas yang

    optimal dalam meningkatkan keseimbangan pada aktivitas sehari-hari.

    2.4 Perceptual Motor Program

    2.4.1 Definisi Perceptual Motor Program

    Perceptual motor merupakan proses pencapaian keterampilan

    dan kemampuan fungsional menggunakan input sensori, integrasi

    sensori, interpretasi motorik, aktivitas gerak dan umpan balik.

    Perceptual motor program adalah urutan aktivitas program yang

    terorganisir bertujuan untuk mengembangkan persepsi visual,

    pendengaran, verbal, taktil dan kinestetik melalui penggunaan

    keterampilan motorik dan pemahaman anak tentang dirinya sendiri

    dalam hubungannya dengan dunianya, melalui pengalaman

    pergerakan (Maryatun, 2012).

  • 56

    Dasar dari perkembangan perseptual adalah postur, rasa tentang

    arah, lateralitas dan kesadaran posisi tubuh dalam jarak. Program

    perbaikan yang berdasar pada perkembangan body image

    menggunakan semua area sensasi untuk meningkatkan awareness dan

    perkembangan koordinasi mata-tangan (Denhoff, 2010).

    Perkembangan kognitif bayi terjadi melalui pengalaman perceptual

    motor. Permulaan pengalaman perceptual motor diperoleh setelah

    mencapai kemandirian dalam kemampuan motorik seperti duduk,

    merangkak dan lokomosi yang memfasilitasi perkembangan kognitif

    (Lobo, et al., 2013).

    Terdapat 3 (tiga) proses dalam aktivitas perceptual, yaitu:

    1. Sensasi

    Peristiwa penerimaan informasi oleh indera penerima oleh

    karena adanya kontak antara informasi dengan indera penerima.

    2. Persepsi

    Keterampilan yang dipelajari dari adanya sensasi merupakan

    bagian dari proses persepsi. Fungsi utama dari persepsi adalah

    lokalisasi (mengetahui dimana keberadaan obyek) dan pengenalan

    (mengetahui apa obyek tersebut).

    3. Atensi

    Mengacu pada selektivitas persepsi. Proses ini tertuju pada

    suatu obyek atau informasi dengan mengabaikan objek lainnya.

    Cara menentukan atensi adalah dengan melihat selektif,

  • 57

    mendengar selektif, pemilihan awal lawan lambat dan

    menggabungkan ciri.

    Perceptual motor menghubungkan antara fungsi kognitif dan

    kemampuan gerak. Perceptual motor terbentuk dari 2 sistem yaitu

    sistem persepsi dan sistem indera. Proses perceptual motor dimulai

    dengan masuknya rangsang melalui saraf sensoris meliputi

    penglihatan, pendengaran, perabaan dan kinestetik yang akan

    diteruskan ke dalam otak dalam bentuk pola energi saraf. Rangsang

    yang diperoleh kemudian dipadukan atau disimpan bersama dengan

    rangsang yang pernah diperoleh dan disimpan dalam memori.

    Selanjutnya adalah tahap penafsiran berupa pola gerak apa yang harus

    dilakukan dalam merespon rangsang. Ketika keputusan gerak telah

    ada, maka dilanjutkan dengan pengaktifan gerak. Tahap terakhir

    adalah umpan balik dimana terjadi evaluasi gerak yang dilakukan akan

    diteruskan ke beberapa sumber masukan informasi seperti dari

    pengamatan atau perasaan.

    Perceptual motor mempengaruhi proses motorik selama aksi

    produksi, aksi koreksi dan aksi pemahaman (Adolph & Kroblich,

    2005). Persepsi, aksi motorik dan kognitif terjadi dalam hubungan

    emosi, sosial dan pengalaman yang pada gilirannya mempengaruhi

    kesehatan fisik dan mental maupun keseluruhan fungsi otak

    (Diamond, 2007). Berikut ini adalah unsur-unsur perceptual motor:

  • 58

    1. Body awareness (kesadaran tubuh) adalah kesanggupan

    mengenali bagian-bagian tubuh dan bagaimana bagian tubuh

    tersebut bekerja.

    2. Spatial awareness (kesadaran ruang) adalah kemampuan

    menyesuaikan diri antara orang lain dan objek lain dalam suatu

    ruang atau tempat serta mengetahui seberapa luas ruang atau

    tempat yang digunakan tubuh saat bergerak.

    3. Directional awareness (kesadaran arah) adalah pemahaman tubuh

    yang berkenaan dengan tempat dan arah misalnya menggerakkan

    ke samping kanan, ke samping kiri dan dimensi ruang.

    4. Temporal awareness (kesadaran tempo) adalah

    memungkinkan koordinasi gerakan antara mata dan anggota

    tubuh menjadi efisien.

    Jika perkembangan perceptual motor kurang sempurna, maka

    akan memperlihatkan orientasi spatial yang buruk, keterbatasan body

    awareness, kekakuan fisik, koordinasi dan keseimbangan yang buruk.

    Aspek dari perceptual motor program adalah kontak sentuhan. Anak

    akan belajar mengontrol tubuhnya melalui banyak keadaan, kesalahan

    dan strategi dimana keberhasilan tergantung kepada tugas yang

    diberikan. Adaptasi dan pemilihan strategi yang sesuai dengan

    lingkungan (kontak sentuhan) akan didukung oleh persepsi atau aksi

    dimana akan menambah pemahaman pada kontrol postural (Whitall,

    et al., 2006).

  • 59

    Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan perceptual motor

    penting bagi perkembangan otak kiri dan otak kanan anak.

    Kemampuan gross motor yang baik melalui penggunaan lateralitas

    dalam aktivitas ini dapat membantu mengembangkan jalan sistem

    saraf di otak dalam memperbaiki kemampuan anak pra sekolah

    terutama ketika belajar membaca dan menulis. Elemen-elemen

    tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

    a. Input sensori. Mengirim berbagai bentuk stimulasi melalui

    reseptor sensori (visual, auditory, taktil, reseptor kinestetik) dan

    mengirimkan stimulasi tersebut ke otak dalam bentuk pola energi

    otak.

    b. Integrasi sensori. Pengorganisasian stimulasi sensori yang datang

    dan mengintegrasikannya dengan informasi terdahulu (ingatan).

    c. Interpretasi motorik. Membuat keputusan motorik internal

    berdasarkan pada kombinasi sensori (sekarang) dan informasi

    ingatan jangka panjang terdahulu.

    d. Aktivitas gerakan. Melakukan gerakan tindakan nyata.

    e. Umpan balik. Evaluasi gerakan dengan cara merasakan berbagai

    sensori (visual, auditori, taktil dan kinestetik) yang memberi

    umpan informasi balik pada aspek input sensori dari proses,

    kemudian mulai dari siklus awal lagi.

    Komponen perceptual motor menjadi tiga macam, yaitu eye-

    hand coordination (koordinasi tangan dan mata), hand-eye

  • 60

    coordination (koordinasi mata-tangan dan perceptual-motor-match

    (gabungan perceptual motor) merupakan proses membandingkan dan

    mengumpulkan data masukan agar data perseptual menjadi bermakna

    yang disesuaikan dengan informasi motorik yang ada dalam diri anak.

    Keterampilan-keterampilan gabungan perceptual motor ini meliputi

    postur, balancing (keseimbangan), locomotion (lokomosi),

    penerimaan dan dorongan (Kephart, 2012).

    2.4.2 Mekanisme Perceptual Motor Program terhadap Keseimbangan

    Dinamis

    Efek latihan perceptual motor program akan mengembangkan

    body awareness (kesadaran tubuh), spatial awareness (kesadaran

    ruang), directional awareness (kesadaran arah), temporal awareness

    (kesadaran tempo). Dengan terjadinya perkembangan perceptual

    motor, maka anak akan belajar mengontrol tubuhnya melalui banyak

    keadaan, kesalahan dan strategi dan memperlihatkan orientasi

    peningkatan pada body awareness, kelenturan fisik, koordinasi dan

    keseimbangan yang baik.

    Kemampuan perceptual motor yang dimiliki oleh anak

    memberikan kesempatan informasi sensori untuk mendapatkan dan

    memahami reaksi yang tepat. Hasil dari adanya perceptual motor dan

    reaksi akan menghasilkan sebuah gerakan. Aktivitas dari program ini

    menghendaki anak untuk menggunakan otak kiri dan otak kanan anak,

    selain itu tubuh secara bersama-sama akan menyelesaikan tugas

  • 61

    seperti berjalan pada papan keseimbangan sambil mengucapkan

    huruf-huruf alfabet.

    Dalam latihan perceptual motor program ini dapat membantu

    mengembangkan jalan sistem saraf di otak dalam memperbaiki

    kemampuan anak terutama input sensori (visual, auditory, taktil,

    reseptor kinestetik), integrasi sensori, interpretasi motorik, aktivitas

    gerakan, umpan balik dan mengirimkan stimulasi tersebut ke otak

    dalam bentuk pola energi otak yang salah satunya dapat meningkatkan

    keseimbangan.

    2.5 Sixteen Balance Test

    2.5.1 Definisi Sixteen Balance Test

    Sixteen balance test (SBT) adalah rangkaian test sebanyak 16

    pengukuran keseimbangan untuk anak yang telah mampu berjalan sendiri

    dan mampu mengikuti instruksi sederhana. Rekomendasi dari 16 tes

    pengukuran keseimbangan ini hanya lima penilaian keseimbangan yang

    dapat dilakukan dengan benar. Keuntungan menggunakan lima tes adalah

    alat yang diperlukan sederhana dan dalam melakukannya tidak harus

    fisioterapi atau tenaga kesehatan, tetapi orang tuapun mampu melakukan

    tes tersebut (Villamonte, 2009).

    Penelitian sebelumnya mengukur keseimbangan pada anak dengan

    down syndrome digunakan hanya lima dari enam belas tes yang ada. Anak

    dengan down syndrome terlalu sulit untuk melakukan bagian tes lain yang

    ada pada SBT ini. Tes-tes tersebut diantaranya meliputi berdiri pada

  • 62

    permukaan yang keras, berdiri pada permukaan yang keras dengan mata

    tertutup, berdiri pada permukaan lunak, berdiri pada permukaan lunak

    dengan mata tertutup, berdiri dengan satu tungkai (Villamonte, 2009).

    Setiap tes akan dijelaskan di bawah ini.

    1) Berdiri Pada Permukaan Keras

    Anak berdiri di atas permukaan keras dengan mata terbuka dan

    lengan mereka berada disisi/samping tubuh. Anak diminta untuk tetap

    berdiri tanpa melakukan gerakan / langkah pada kaki selama 10 detik.

    Penilaian baik jika mampu mempertahankan posisi tersebut tanpa

    gerakan selama 10 detik. Mampu mempertahankan 0-3 detik (kurang),

    mampu mempertahankan 4-6 detik (cukup), mampu mempertahankan

    7-10 detik (baik).

    2) Berdiri Pada Permukaan Keras Dengan Mata Tertutup

    Anak berdiri di atas permukaan keras dengan mata tertutup dan

    lengan mereka berada disisi/samping tubuh. Anak diminta untuk tetap

    berdiri tanpa melakukan gerakan / langkah pada kaki selama 10 detik.

    Penilaian baik jika mampu mempertahankan posisi tersebut tanpa

    gerakan selama 10 detik. Mampu mempertahankan 0-3 detik (kurang),

    mampu mempertahankan 4-6 detik (cukup), mampu mempertahankan

    7-10 detik (baik).

    3) Berdiri Pada Permukaan Lunak

    Anak berdiri di atas permukaan lunak dengan mata terbuka dan

    lengan mereka berada disisi/samping tubuh. Anak diminta untuk tetap

  • 63

    berdiri tanpa melakukan gerakan / langkah pada kaki selama 10 detik.

    Penilaian baik jika mampu mempertahankan posisi tersebut tanpa

    gerakan selama 10 detik. Mampu mempertahankan 0-3 detik (kurang),

    mampu mempertahankan 4-6 detik (cukup), mampu mempertahankan

    7-10 detik (baik).

    4) Berdiri Pada Permukaan Lunak Dengan Mata Tertutup

    Anak berdiri di atas permukaan lunak dengan mata tertutup dan

    lengan mereka berada disisi/samping tubuh. Anak diminta untuk tetap

    berdiri tanpa melakukan gerakan / langkah pada kaki selama 10 detik.

    Penilaian baik jika mampu mempertahankan posisi tersebut tanpa

    gerakan selama 10 detik. Mampu mempertahankan 0-3 detik (kurang),

    mampu mempertahankan 4-6 detik (cukup), mampu mempertahankan

    7-10 detik (baik).

    5) Berdiri Dengan 1 Tungkai

    Anak berdiri dengan 1 tungkai dan tangan mereka disisi/samping

    tubuh, 1tungkai nya lagi diangkat dengan cara lutut di tekuk (flexi

    knee). Anak diminta untuk mempertahankan posisi ini selama mereka

    bisa. Penguji dapat merekam kegiatan itu dengan video recorder atau

    menghitung detik menggunakan stopwatch. Skor maksimum adalah

    10 detik. 0-3 detik = kurang | 4-6 detik = cukup | 7-10 = baik.

    6) Berdiri dengan 1 tungkai diatas balok keseimbangan

    Anak berdiri dengan 1 tungkai diatas balok keseimbangan (lebar

    10 cm) danlengan mereka berada di sisi/samping tubuh, 1 tungkai nya

  • 64

    lagi diangkat dengan cara lutut di tekuk (flexi knee). Anak diminta

    untuk mempertahankan posisi ini selama mereka bisa. Penguji dapat

    merekam kegiatan itu dengan video recorder atau menghitung detik

    menggunakan stopwatch. Skor maksimum adalah 10 detik. 0-3detik =

    kurang | 4-6 detik = cukup | 7-10 = baik.

    7) Berdiri dengan 1 tungkai diatas balok keseimbangan dengan mata

    tertutup

    Anak berdiri dengan 1 tungkai diatas balok keseimbangan (lebar

    10 cm) denganmata tertutup, lengan mereka berada di sisi/samping

    tubuh, 1 tungkai nya lagidiangkat dengan cara lutut di tekuk (flexi

    knee). Anak diminta untuk mempertahankan posisi ini selama mereka

    bisa. Penguji dapat merekam kegiatan itudengan video recorder atau

    menghitung detik menggunakan stopwatch. Skor maksimum adalah

    10 detik. 0-3 detik = kurang | 4-6 detik = cukup | 7-10 = baik.

    8) Time up and go test

    Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan empat tugas

    lokomotor yang berbeda. Anak dalam posisi duduk kemudian diminta

    berjalan (3 m), berbalik kembali ke kursi, berbalik dan duduk. Penguji

    dapat merekam kegiatan itu dengan video recorder atau menghitung

    detik menggunakan stopwatch. Skor maksimum adalah 15 detik. 0-5

    detik = kurang | 6-10 detik = cukup | 11-15 = baik.

  • 65

    9) Berjalan maju pada garis

    Anak diminta untuk berjalan maju pada garis dan lengan mereka

    berada disisi/samping tubuh. Garis dibuat dengan menggunakan

    selotip (lebar = 5 cm danpanjang 3 m) ditempelkan ke lantai. Penguji

    dapat merekam kegiatan itu denganvideo recorder. Skor maksimal

    adalah enam langkah. 0-2 langkah = kurang | 3-4 langkah = cukup | 5-

    6 = baik.

    10) Berjalan maju diatas balok keseimbangan

    Anak diminta untuk berjalan maju diatas balok keseimbangan

    (lebar 10 cm danpanjang 3 m). Penguji dapat merekam kegiatan itu

    dengan video recorder. Skor maksimal adalah enam langkah. 0-2

    langkah = kurang| 3-4 langkah = cukup | 5-6 =baik.

    11) Berjalan maju “heel-to-toe” pada garis

    Anak diminta untuk berjalan maju “heel-to-toe” pada garis dan

    lengan mereka berada di sisi/samping tubuh. Garis dibuat dengan

    menggunakan selotip (lebar = 5cm dan panjang 3 m) ditempelkan ke

    lantai. Penguji dapat merekam kegiatan itudengan video recorder.

    Skor maksimal adalah enam langkah. 0-2 langkah = kurang | 3-4

    langkah = cukup | 5-6 = baik.

    12) Berjalan maju “heel-to-toe” pada balok keseimbangan

    Anak diminta untuk berjalan maju “heel-to-toe” diatas balok

    keseimbangan (lebar 10 cm dan panjang 3 m). Penguji dapat merekam

    kegiatan itu dengan videorecorder. Skor maksimal adalah enam

  • 66

    langkah “heel-to-toe”. 0-2 langkah = kurang | 3-4 langkah = cukup |

    5-6 = baik.

    13) Berdiri ke duduk

    Dari posisi duduk, anak tidak boleh berpegangan pada kursi.

    Diminta berdiri kemudian duduk lagi. Test ini untuk mengukur

    kemampuan anak dalam menstransfer berat badan ketika berdiri

    kemudian turun ke duduk menggunakan extensor lutut dan punggung

    bawah. Penilaian Baik jika mampu melakukan duduk berdiri hingga

    10 kali dalam 20 detik. Dapat duduk berdiri 0-3 kali (kurang),

    dapatduduk berdiri 4-6 kali (cukup), dapat duduk berdiri 7-10 kali

    (baik).

    14) Melangkahi balok keseimbangan

    Anak diminta untuk berjalan maju melangkahi balok

    keseimbangan (lebar 10cm) dan lengan mereka berada di sisi/samping

    tubuh. Ketinggian balok adalah 3cm dibawah lutut/pattela anak.

    Penguji dapat merekam kegiatan itu dengan video recorder. Skor

    maksimal adalah mampu melangkahi balok keseimbangan tanpa

    menyentuh balok keseimbangan. Tidak dapat melangkahi balok

    keseimbangan = kurang (2), dapat melangkahi namun menyentuh

    balok keseimbangan = cukup (4), dapat melangkahi balok

    keseimbangan tanpa menyentuh balok keseimbangan = baik (6).

  • 67

    15) Maju menggapai benda

    Tes ini untuk melihat stabilitas panggul. Diminta untuk tidak

    mengambil langkah atau maju kedepan. Anak diminta untuk berdiri

    tegak dan meluruskan lengannya (horizontal flexi shoulder) kemudian

    beri jarak pada dinding (30cm) ke tangan. Terapis memberikan

    mainan / benda didepannya dan meminta pasien meraihnya. Penilaian

    pada COG (Center Of Grafity) pada panggul. Lihat apakah ada

    perubahan (melangkah dari tempat semula). Melangkah = kurang (2),

    melangkah dan kembali pada posisi semula = cukup (4), tidak

    melangkah = baik (6).

    16) Berputar 360°

    Test ini mengukur kemampuan untuk melakukan putaran sampai

    360°.Pengujian dilakukan dua kali yaitu berputar ke kiri kemudian

    berputar ke kanan.Penilaian baik jika mampu melakukan putaran

    hingga 360°. Tidak dapat berputar /berputar 180° = cukup (4), dapat perputar 360° = baik (6)

    (Villamonte, 2009).