Bab II (Dm) + Patofis Print
-
Upload
senja-tsamrotul -
Category
Documents
-
view
84 -
download
2
Transcript of Bab II (Dm) + Patofis Print
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan
bersifat degeneratif yang dimanifestasikan oleh kehilangan toleransi karbohidrat
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya dan merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang sangat cepat peningkatannya ( American Diabetes Association
[ADA] 1998 dalam Soegondo, 2007; Price & Wilson, 2006; Suyono dalam
Sudoyo, 2006 ).
Diabetes miletus atau biasa kita kenal dengan kencing manis merupakan
penyakit sillent killer yang digolongkan sebagai gangguan metabolisme yang
mengacu pada bagaimana cara tubuh kita mencerna makanan untuk energi dan
pertumbuhan. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan.
Sebagian besar dari apa yang kita makan akan dipecah menjadi gukosa,
terutaa sumber makanan yang memiliki karbohidrat tinggi seperti nasi, roti dan
lain-lain. Glukosa adalah suatu bentuk gula dalam darah inilah sumber utama
bahan bakar bagi tubuh kita.
Ketika makanan kita dicerna glukosa membuat jalan ke dalamaliran darah.
Sel-sel kita menggunakan glukosa untuk energi dan pertumbuhan. Namun,
glukosa tidak bias masuk ke sel tanpa hormon insulin. Insulin adalah hormone
yang dihasilkan oleh pancreas. Setelah makan pankreas otomatis melepaskan
insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah kita ke dalam sel dan
menurunkan tingkat gula darah. Ini sekaligus menjawab mengapa orang yang
menderita diabete miletus umumnya disuntik insulin setiap hari.
Seseorang dengan penyakit diabetes miletus memiliki kondisi dimana jumlah
glukosa dalam darah terlalu tinggi ( hiperglikemia ). Hal ini karena tubuh tidak
memproduksi cukup insulin atau bisa juga pankreas memang tidak memproduksi
insulin ( salah satunya karena erusakan pankras ). Hal ini menyebabkan terlalu
banyak glukosa dalam darah kelebihan glukosa dara akhirnya menyebabkan
glukosa lolos keluar dari tubuh dalam urin. Jadi, janan heran jika ada orang yang
menderita diabetes miletus, air kencingnya akan digerogoti semut.
Gejalanya sangat bervariasi, diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-
lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum
1
yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun.
Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai
kemudian orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Perkeni yang merujuk pada klasifikasi
Diabetes Mellitus yang dikeluarkan WHO, ( Perkeni, Konsesus Pengelolaan
Diabetes Melitus di Indonesia, 2006 ) meliputi beberapa tipe, yaitu :
a. Diabetes tipe 1 ( destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut ).
b. Diabetes tipe 2 ( bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insuln disertai resistensi insulin ).
Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes Mellitus
dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum
peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan
manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang dilahirkan dengan bakat
tersebut.
Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat di atasi dengan pengaturan
kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat
gizi melalui makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf gizi yang
dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang diketahui
cenderung lebih mudah jatuh dalam diabetes mellitus.
Disamping itu, usaha diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi
dengan kegiatan-kegiatan lain untuk membebaskan bahan makanan yang
potensial untuk dimakan dari racun yang dapat merugikan pertumbuhan jaringan
dalam tubuh manusia
Visi Indonesia sehat 2010, merupakan salah satu tujuan untuk
mengantisipasi dan menjawab tantangan-tantangan serta perubahan sosial yang
menitikberatkan pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat serta lingkungannya, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya, merata dan menyeluruh meliputi
seluruh bagian dari pelayanan kesehatan (Pusdiknakes Dep. Kes. RI, 1999: 1).
Oleh karena itu pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan bersama antara
2
pemerintah dan masyarakat dengan tujuan untuk mempertinggi derajat
kesehatan masyarakat secara optimal (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,
2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-
54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah
pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Ada sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan survey
WHO, jumlah penderita kencing manis (diabetes melitus/DM) di Indonesia sekitar
17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan terbesar
ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (AS).
Survei Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 2001 menyebutkan
jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 8,6 persen, terjadi peningkatan
jumlah DM di Jakarta dari 1,7 persen pada tahun 1981 menjadi 5,7 persen pada
tahun 1993. International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan bahwa
jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ketas menderita DM sebanyak 5,6 juta
orang pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada 2020, sedang
Survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM.
Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap
dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit
dalam.
Sedangkan angka kesakitan yang disebabkan oleh diabetes melitus,
yang dirawat di ruang Suhud RS Rajawali Bandung periode bulan Januari 2012-
Mei 2012 menunjukan sebanyak 27 orang menderita penyakit diabetes melitus.
Dengan melihat masih tingginya angka kesakitan yang disebabkan oleh
Diabetes Melitus, yang dirawat di ruang Suhud RS Rajawali Bandung, di mana
diabetes melitus menduduki urutan pertama. Melihat hal tersebut di atas penulis
tertarik untuk mengambil kasus dan melakasanakan asuhan keperawatan secara
komprehensif, yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan serta melaporkan hasilnya dalam
bentuk laporan kasus dengan judul “Kajian Kasus Mekanisme Persepsi dan
Konsep Diri Pada Ny.C dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Suhud Rumah
Sakit Rajawali Bandung”.
3
B. Batasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini tim penyusun hanya akan membahas
mengenai kebutuhan nutrisi dan metabolic pada pasien dengan diabetes melitus
tipe II.
C. Tujuan
Tujuan yang hendak di capai adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui Seperti apa diabetes melitus tipe II itu,
2. Memahami menagapa peneyakit itu bisa timbul,
3. Mengetahui mekanisme penyakit itu muncul,
4. Mengetahui langkah langkah apa saja dalam perawatan pasien yang mengalami
penyakit tersebut.
D. Manfaat
Manfaat-manfaat yang di harapkan dari penyusun makalah ini di antaranya :
1. Memperluas wawasan serta pengetahuan para pembaca mengenai diabetes
melitus tipe II;
2. Agar pembaca dapat lebih memahami bagaimana penyakit ini timbul ;
3. Agar pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami cara perawatan dan
penanganan pasien yang mengalami diabetes melitus tipe II.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu dimulai dengan Kata
Pengantar, Daftar Isi, BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,
Tujuan, Manfaat, Metode dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis
yang berisi mengenai Kebutuhan Nutrisi dan Metabolik pada Pasien Diabetes
Melitus Type II. BAB III Tinjauan kasus yang berisi Asuhan Keperawatan Pada
Klien Tn. J dengan Diabetes Melitus Type II di ruang Rafe’I Rumah Sakit
Rajawali. BAB IVPembahasan, BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran,
dan yang terakhir yaitu Daftar Pustaka.
4
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus
limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua
jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1–2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh
darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta
dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak
terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B
merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan
bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul
insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan
dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran
polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum
endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke
dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan
insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi
membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata
kapiler untuk mencapai aliran darah ( Ganong, 1995 ).
5
Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan
glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan
somatostatin ( Pearce, 2000 ).
Gambar anatomi pankreas dapat dilihat berikut ini :
Canalis Pylorica Corpus pankreatikus
Ductus
pankreaticus
Ductus Coledukus
Cauda
Pankreatis
Duodenum Pars
asendens
Caput pankreatis
Processus uricinatus
Duodenum pars horisontal
Gambar 1. Gambar anatomi pankreas, duodenum.
2) Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans.
Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis
6
hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon,
somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau
langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah
peningkatan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl.
Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah
berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk menyebabkan
peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera digunakan
untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati ( Guyton & Hall,
1999 ).
B. Pengertian
Diabetes miletus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolism karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. ( Barbara C. Long,
1996 )
Diabetes miletus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang
memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet, latihan dan obat-obatan.
( Carpenito, 1999 )
Diabetes Miletus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolism karbohidrat
yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein.
( Askandar, 2000 )
Diabetes miletus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif. ( Suryono, 2002 )
Diabetes miletus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multi system dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. ( Brunner dan Suddart )
Diabetes miletus adalah keadaan hyperglikemia krinos yang disebabkan oleh
factor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. ( WHO )
7
Berdasarkan pengertian-pegertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa diabetes miletus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
gangguan metabolism karbohidrat, protein dan lemak serta berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologi yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relative atau basolut dan memerlukan pengobatan seumur
hidup dengan diet, latihan dan obat-obatan.
Diabetes miletus diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu diabetes miletus tipe
1 dan diabetes miletus tipe 2 . Berikut kami jelaskan secara sederhana megenai
kasifikasi dari diabetes miletus :
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh
kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent
Diabetes Mellitus ( IDDM ). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak
ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan
pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus
berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.
Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan
memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula
darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat
mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai
penyakit.
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus ( NIDDM ). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan
seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya sensitifitas ( respon ) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap
insulin, diantaranya faktor kegemukan ( obesitas ). Pada penderita diabetes
tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik.
Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level
gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
8
C. Penyebab / Faktor Predisposisi / Faktor Presipitasi
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab dari
penyakit diabetes miletus diantaranya :
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes, Pincus dan White berpendapat
perbandingan keluarga yang menderita diabetes miletus mencapai 8,33 %
dan 5,33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan
angka hanya 1,96 %.
b. Faktor non genetik
1.) Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetik terhadap diabetes miletus.
2.) Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi.
c.) Alkohol, dianggap dapat menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.) Stress
Stress berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortidon dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma
karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi feokromositoma karena
kadar katekolamin meningkat.
9
Hiperosmosis plasma
Pe↓ jumlah protein
pe↓ pembentukan immunoglobulin
Rentan terhadap infeksi
Luka tidak cepat
sembuh
Ulkus diabetikum (luka ganggren)
pe↑ osmolaritas CES
↓jumlah insulin
Hiperglikemi ekstra seluler
Dehidrasi sel
Koma diabetikum
poliuri
pe↑ reduksi glukosa
Menghasilkan sorbitol-fruktosa
Penimbunan sorbitol di mata
Gangguan penglihatan
pe↑ jumlah glukosa dalam darah
Ginjal tdk dpt menyerap kembali glukosa
Glukosa dalam urine >>>
glukosuria
Cairan dan elektrolit ikut dalam urine
Cairan dalam tubuh menurun
pe↓ cairan ekstra sel
Merangsang pusat haus di hipotalamus
Rasa haus
polidipsi
Kekurangan volume cairan tubuh / resiko kekurangan
cairan dalam tubuh
Pe↓ simpanan kalori
pe↑ selera makan
poliphagi
Atropi otot/ pe↓ BB
pe↓ intake glukosa dalam sel
ketonemia
pH↓
Asidosis metabolikMekanisme kompensasi
tubuhhiperventilasi
Pola napas tidak efektif
pe↓ metabolism glukosa
pe↓ produksi ATP
Kelelahan / fatigue
Intoleransi aktivitas
ketogenesis
Hipoglikemi intra sel
pe↑ proses glukoneogenesis
Pemecahan protein
BUN ↑
Nitrogen di urine ↑
Pemecahan lemak
D. Patofisiologi
10
E. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Pada taha awal gejala yang lazim terjadi, pada pasien dengan diabetes
miletus sebagai berikut :
a.Poliuri ( banyak kencing )
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
b.Polidipsi ( banyak minum )
Hal ini disebabkan pembakaran berlebih dan kehilangan volume cairan yang
berlebih karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi kebutuhan cairan klien
diharuskan lebih banyak minum.
c.Polipagi ( banyak makan )
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi ( lapar ). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan
akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi ( glukosa–sarbitol fruktasi )
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Peningkatan angka infeksi
Akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan pada pasien dengan
gangguan diabetes miletus, antara lain :
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict
( reduksi ) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada
diabetes.
11
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam
darah dengan cara Hegedroton Jensen ( reduksi ).
1) Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa ( TTG ) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative
( Bare & suzanne, 2002 )
F. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik
adalah sebagai berikut :
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal pain, gangguan
kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone stress, epinefrin, cortisol,
GH atau karena proses luka.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi.
e. Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
karena ketidakseimbangan elektrolit.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan
kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,
hipermetabolik.
g. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).
h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.
i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi
j. (Doengoes, 2001)
G. Fokus Intervensi
a. NDX : Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi
12
Tujuan :
Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.
2) Vital sign dalam batas normal, haluaran urine lancer.
3) Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji pengeluaran urine
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Monitor pola napas
4. Observasi frekuensi dan kualitas
pernapasan
5. Timbang berat badan
1. Membantu dalam memperkirakan
kekurangan volume total, tanda dan
gejala mungkin sudah ada pada
beberapa waktu sebelumnya,
adanya proses infeksi
mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabolik yang menigkatkan
kehilangan cairan
2. Perubahan tanda-tanda vital dapat
diakibatkan oleh rasa nyeri dan
merupakan indikator untuk menilai
keadaan perkembangan penyakit.
3. Paru-paru mengeluarkan asam
karbonat melalui pernapasan
menghasilkan alkalosis respiratorik,
ketoasidosis pernapasan yang
berbau aseton berhubungan dengan
pemecahan asam aseton dan asetat
4. Koreksi hiperglikemia dan asidosis
akan mempengaruhi pola dan
frekuensi pernapasan. Pernapasan
dangkal, cepat, dan sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan, hilangnya kemampuan
untuk melakukan kompensasi pada
asidosis.
5. Memberikan perkiraan kebutuhan
13
6. Pemberian cairan sesuai dengan
indikasi
akan cairan pengganti fungsi ginjal
dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
6. Tipe dan jenis cairan tergantung
pada derajat kekurangan cairan dan
respon
b. NDX: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral: anoreksia, abnominal
pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone
stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
Tujuan :
Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau
nutrisi yang di programkan dengan kriteria :
1) Peningkatan barat badan.
2) Pemeriksaan albumin dan globulin dalam batas normal.
3) Turgor kulit baik, mengkonsumsi makanan sesuai program.
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Timbang berat badan.
2. Auskultasi bowel sound.
3. Berikan makanan lunak / cair.
1. Penurunan berat badan
menunjukkan tidak ada kuatnya
nutrisi klien.
2. Hiperglikemia dan
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit menyebabkan
penurunan motilifas usus.
Apabila penurunan motilitas usus
berlangsung lama sebagai akibat
neuropati syaraf otonom yang
berhubungan dengan sistem
pencernaan.
3. Pemberian makanan oral dan
lunak berfungsi untuk
14
meresforasi fungsi usus dan
diberikan pada klien dgn tingkat
kesadaran baik.
4. Observasi tanda hipoglikemia
misalnya : penurunan tingkat
kesadaran, permukaan teraba
dingin, denyut nadi cepat, lapar,
kecemasan dan nyeri kepala.
5. Berikan Insulin.
4. Metabolisme KH akan
menurunkan kadarglukosa dan
bila saat itu diberikan insulin
akan menyebabkan hipoglikemia.
5. Akan mempercepat
pengangkutan glukosa kedalam
sel.
c. NDX : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
Tujuan : Klien akan mempertahankan integritas kulit tetap utuh dan terhindar dari
inteksi dengan kriteria :
1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.
2) Tidak ada luka.
3) Tidak ditemukan adanya perubahan warna kulit.
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda – tanda infeksi
2. Ajarkan klien untuk mencuci
tangan dengan baik, untuk
mempertahankan kebersihan
tangan pada saat melakukan
prosedur.
1. Kemerahan, edema, luka drainase,
cairan dari luka menunjukkan
adanya infeksi.
2. Mencegah cross contamination.
3. Pertahankan kebersihan kulit.
4. Dorong klien mengkonsumsi diet
secara adekuat dan intake cairan
3. Gangguan sirkulasi perifer dapat
terjadi bila menempatkan pasien
pada kondisi resiko iritasi kulit.
4. Peningkatan pengeluaran urine akan
mencegah statis dan
15
3000 ml/hari.
5. Antibiotik bila ada indikasi
mempertahankan PH urine yang
dapat mencegah terjadinya
perkembangan bakteri.
5. Mencegah terjadinya perkembangan
bakteri.
d. NDX : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda “inteksi, dengan kriteria :
a. Luka sembuh
b. Tidak ada edema sekitar luka.
c. Tidak terdapat pus, luka cepat mongering.
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan kulit yangrusak
2. Bersihkan luka dengan teknik
septic dan antiseptic
3. Kompres luka dengan larutan
Nacl
4. Anjurkan pada klien agarmenjaga
predisposisi terjadinya lesi.
5. Pemberian obat antibiotic.
1. Mengetahui keadaan peradangan
untuk membantu dalam
menanggulangi atau dapat dilakukan
pencegahan.
2. Mencegah terjadinya inteksi sekunder
pada anggota tubuh yang lain.
3. Selain untuk membersihkan luka dan
juga untuk mempercepat
pertumbuhan jaringan
4. Kelembaban dan kulit kotorsebagai
predisposisi terjadinya lesi.
5. Antibiotik untuk membunuh kuman.
e.NDX : Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
karena ketidakseimbangan elektrolit.
16
Tujuan :
Klien akan mempertahankan fungsi penglihatan
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji derajat dan tipe kerusakan
2. Latih klien untuk membaca.
3. Orientasi klien dengan
lingkungan.
4. Gunakan alat bantu penglihatan.
5. Panggil klien dengan nama,
orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya tempat,
orang dan waktu.
6. Pelihara aktifitas rutin.
7. Lindungi klien dari cedera.
1. Mengidentifikasi derajat kerusakan
penglihatan
2. Mempertahankan aktivitas visual
klien.
3. Mengurangi cedera akibat
disorientasi
4. Melatih aktifitas visual secara
bertahap.
5. Menurunkan kebingungan dan
membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realita.
6. Membantu memelihara panen tetap
berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientalasi pada
lingkungannya.
7. Pasien mengalami disorientasi
merupakan awal kemungkinan
timbulnya cedera, terutama macam
hari dan perlu pencegahan sesuai
indikasi.
f. NDX : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan
kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,
hipermetabolik
Tujuan :
Klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan aktivitas dengan kriteria :
a. mengungkapkan peningkatan energi
b. mampu melakukan aktivitas rutin biasanya
17
c. menunjukkan aktivitas yang adekuat
d. melaporkan aktivitas yang dapat dilakukan
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan dengan klien
kebutuhan akan aktivitas
2. Berikan aktivitas alternative
3. Pantau tanda tanda vital
4. Diskusikan cara menghemat
kalori selama mandi, berpindah
tempat dan sebagainya
5. Tingkatkan partisipasi pasien
dalam melakukan aktivitas
sehari-hari yang dapat ditoleransi
1. Pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin
sangat lemah
2. Mencegah kelelahan yang berlebihan
3. Mengindikasikan tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi secara
fisiologis
4. Pasien akan dapat melakukan lebih
banyak kegiatan dengan penurunan
kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan
5. Meningkatkan kepercayaan diri yang
positif sesuai tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi pasien
g. NDX: Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).
Tujuan :
Klien akan menunjukkan nyeri berkurang / teratasi dengan kriteria :
a. Klien tidak mengeluh nyeri
b. Ekspresi wajah ceria
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri 1. Nyeri disebabkan oleh penurunan
perfusi jaringan atau karena
peningkatan asam laktat sebagai
akibat deficit insulin
18
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Ajarkan klien tekhnik relaksasi
4. Ajarkan klien tekhnik Gate
Control
5. Pemberian analgetik
2. Pasien dengan nyeri biasanya akan
dimanifestasikan dengan peningkatan
vital sign terutama perubahan denyut
nadi dan pernafasan
3. Nafas dalam dapat meningkatkan
oksigenasi jaringan
4. Memblokir rangsangan nyeri pada
serabut saraf
5. Analgetik bekerja langsung pada
reseptor nyeri dan memblokir
rangsangan nyeri sehingga respon
nyeri dapat diminimalkan
h. NDX. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :
Klien akan mendemonstrasikan penurunan rawat diri, dengan kriteria :
a. Kuku pendek dan bersih
b. Kebutuhan dapat dioenuhi secara bertahap
c. Mandi sendiri tanpa bantuan
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan klien dalam
pemenuhan rawat diri
2. Berikan aktivitas secara
bertahap
3. Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
4. Bantu klien (memotong kuku)
1. Mengidentifikasi tingkat toleransi
aktivitas klien
2. Melatih tingkat kemampuan rawat diri
secara bertahap
3. Meningkatkan rasa nyaman klien dan
memperbaiki sirkulasi ke perifer
4. Kuku panjang dapat digunakan untuk
menggaruk
i. NDx.: Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi
19
Tujuan :
Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Pilih berbagai strategi belajar
2. Diskusikan tentang rencana diet
3. Diskusikan tentang faktor-faktor
yang memegang peranan dalam
kontrol DM
1. Penggunaan cara yang berbeda
tentang mengakses informasi,
meningkatkan penerapan pada
individu yang belajar
2. Kesadaran tentang pentingnya
kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan
makan/mentaati program, serat dapat
memperlambat absorbsi glukosa
yang akan menurunkan fluktuasi
kadar gula dalam darah
3. Diskusikan faktor-faktor yang
memegang peranan dalam kontrol
DM yang dapat menurunkan
berulangnya kejadian ketoasidosis.
H. Metabolisme Zat-Zat Gizi pada Diabetes Miletus
Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda
dari orang normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada
keadaan puasa kadar glucose darah yang normal adalah 70 – 90/100 ml.
Pada diabetes yang berat angka tersebut dapat mencapai 400 mg/100 ml
atau lebih. Sintesa asam lemak pada penderita DM akan menurun, sebaliknya
oksidasi akan meningkat.
Hasil metabolisme asam lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar
acetone heta hydroxylic acid dan acetoacetic acid yang selanjutnya menimbulkan
keadaan yang dikenal sebagai acidosis.
Sebagai akibat ketidak normalan metabolisme hidrat arang, protein akan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses
deaminasi asam amino.
20
Pemecahan protein tersebut akan menyebabkan peningkatan glucosa
darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap.
I. Kebutuhan Zat Gizi pada Penderita Diabetes Miletus
1. Protein
ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi
dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia
kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10–15% energi. Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya
bernilai biologi tinggi.
2. Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih
10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 – 70%
total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Anjuran persentase
energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat
badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan
dapat mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih
dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energy dari lemak jenuh.
Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25% energi.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30%
energi dari lemak total dan kandungan kolesterol 200 mg/hari.
Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama,
pendekatan yang mungkin menguntungkan selain menurunkan berat badan dan
peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh
tunggal 20% energi dengan < 10% masing energi masing-masing dari lemak
jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebih rendah.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.
21
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah
untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan
energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol
makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
4. Karbohidrat dan Pemanis.
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total
karbohidrat dari pada jenisnya. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon
glikemik menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan
mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada
jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran
konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60 –
70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian
dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu
dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa
harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak
hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan.
6. Pemanis.
a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa
dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet
diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah
besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL,
fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk
orang dengan diabetes.
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan
karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat
mempunyai pengaruh laxatif.
c. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat
diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
22
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan
untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 gr serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah
kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk
biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi
ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
23
Ruangan : Rafei
Kamar : B4
Tgl masuk RS : 30 Mei 2012
Tgl pengkajian : 01 juni 2012
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn. J
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 5
Agama/ suku : Islam / suku sunda
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat rumah : Jl. Cibuntu Timur no 90 RT 05 / 03
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. E
Alamat : Cijerah
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
II. DATA MEDIK
Diagnosa medik
24
Saat masuk : Diabetes melitus
Saat pengkajian : Diabetes melitus
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan
Alasan : karena pasien tidak mengeluh nyeri apapun hanya megeluh mual dan
sering kencing saja.
TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran :
Skala Koma Glasgow
a) Respon motorik : 6
b) Respon bicara : 4
c) Respon membuka mata : 5
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compos mentis
2. Tekanan darah : 120/70 mmHg
MAP : 86 mmHg
Kesimpulan : normal
3. Suhu : 36 0C di Oral Axilla
4. Pernapasan: 22 x/menit
Irama : Teratur Kusmaul Cheynes-stokes
Jenis : Dada Perut
5. Nadi : 88 x/menit
Irama : Teratur Tachicardi Bradichardi
Kuat Lemah
B. PENGUKURAN
1. Tinggi badan : 160 cm
25
2. Berat badan : 46 kg
3. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 18
Kesimpulan : Tidak normal , karena IMT untuk laki-laki
adalah 19 - 26
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Pasien tidak mengetahui kalau dirinya mempunyai penyakit diabetes, pasien
sebelum nya belum pernah berobat ke rumah sakit.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama :
mual
b) Riwayat keluhan utama :
Pasien sering mual, mual hilang jika sudah makan, mual di daerah ulu
hati
Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga nya yang menderita
penyakit diabetes dan menular lainnya
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk, pauk, dan sayur. Minum kopi 3
x sehari, rokok 2 bungkus dan banyak minum.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien makan 3 x sehari dengan nasi,lauk, pauk, dan sayur habis 1 porsi. Pasien mengatakan sering lapar dan haus.
3. Observasi:Sering merasa haus dan lapar
4. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut : Beruban
b) Hidrasi kulit : Dapat kembali dalam 2 detik
26
c) Palpebra / conjungtiva : Tidak anemis
d) Sclera tidak : Ikterik
e) Hidung : Tidak ada sinus atau polip
f) Rongga mulut : Kotor
g) Gigi : Kuning karena merokok
h) gigi palsu : Tidak ada
i) Lidah : Tampak kotor terdapat bercak-bercak
berwarna putih
j) Pharing : Tidak ada pembengkakan
k) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
l) Kelenjar parotis : Tidak ada pembengkakan
m) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Soepel
Bayangan vena : Tidak terdapat
bayangan vena
Auskultasi : Peristaltic usus 10 x/mnt
Palpasi : Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
Benjolan : Tidak ada benjolan
Perkusi : Ascites Positif Negatif
n) Kulit :
Edema : Positif Negatif
Icterik : Positif Negatif
Tanda-tanda radang : Tidak ada peradangan
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium darah :
Hb : 13,9 gr%
Trombosit : 261.000 /mm3
b) USG : -
c) Lain-lain : GDS : 247 mg/100ml
6. Therapi :
a. Janumet :
b. VIP Albumin :
c. Rimstar :
27
d. Liproxy :
e. Pariet :
f. Glucovances :
g. Forbetes :
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil 2 jam sekali, buang air
besar tidak ada keluhan, buang air besar 1x/hari.
Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit pasien mengatakan buang air keci 1/2jam sekali, buang air besar
tidak ada keluhan dan buang air besar 1x/hari.
Observasi : pasien sering buang air kecil
2. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 10 x/mnt
b) Palpasi kandung kemih : Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Negatif
d) Anus :
Peradangan : -
Hemoroid : -
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
4. Therapi :
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien bekerja sebagai seorang petani dan jarang melakukan olahraga
Keadaan sejak sakit :
Klien hanya bisa beraktifitas di sekitar ruangan rumah sakit saja, dan hanya
bisa pergi ke toilet jika akan buang air besar dan buang air kecil
Observasi :pasien jarang berolahraga
a) Aktivitas harian :
28
Makan : 0
Mandi : 1
Pakaian : 0 :
Buang air besar : 0
Buang air kecil : 0
Mobilisasi di tempat tidur : 0
b) Postur tubuh : sedikit membungkuk
c) Gaya jalan : normal
d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada
2. Pemeriksaan fisik:
a) Perfusi pembuluh perifer kuku : kembali ± 2 detik
b) Thorax dan pernapasan:
Inspeksi:
Bentuk thorax: elips
Sianosis : tidak ada
Stridor : tidak ada
Palpasi :
Vocal premitus : seimbang getaran kiri dan kanan
Perkusi : Sonor Redup Pekak
Batas paru hepar : dullness (pekak)
Kesimpulan tidak ada gangguan pada thorak dan pernafasan
Auskultasi :
Suara napas : normal vesikuler
Suara ucapan : sedikit pelan
Suara tambahan : tidak ada
c) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis: tidak terlihat adanya denyutan
Palpasi : Ictus cordis: teraba adanya denyutan
Perkusi : Batas atas jantung : pekak ( dullnes)
Batas kanan jantung : pekak (dullness)
Batas kiri jantung : pekak (dullnes)
29
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
Auskultasi :Bunyi jantung II A : suara dub terdengar di ICS 2
Bunyi jantung II P : suara dub terdengar di ICS 2
Bunyi jantung I T : suara lub terdengar di ICS 5
Bunyi jantung I M : suara lub terdengar di ICS 5
Bunyi jantung II irama gallop : tidak ada
Murmur : tidak ada
Heart Rate : 82 x/menit
d) Lengan dan tungkai
Atrofi otot : Negatif
Rentang gerak : tidak ada gangguan
Kaku sendi : tidak ada kaku sendi
Uji kekuatan otot :
Kiri :
Kanan :
Refleks fisiologi :
Refleks patologi :
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubing jari-jari : tidak ada
Varises tungkai : tidak ada
e) Columna vetebralis:
Inspeksi : Kelainan bentuk : sedikit membungkuk
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
N.III – IV – VI : normal
N.VIII Romberg Test : Positif Negatif
30
1 2 3 4
1 2 3 4
5
5
N. XI : normal
Kaku kuduk : tidak ada
3. Pemeriksaan diagnostik :
a). Laboratorium:
b) Rongent :
c) Lain-lain:
4. Therapi medik :
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan tidur ± 9jam/hari, jarang untuk tidur siang dan tidak ada
keluhan pada saat tidur
Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan tidurnya sering terbangun untuk buang air kecil dan sedikit
merasa tidak enak tidur
Observasi : gangguan pola tidur dan istirahat
Ekspresi wajah mengantuk : Positif
Negatif
Banyak menguap : Positif
Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif
Negatif
2. Therapi :
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan selalu memakai kacamata pada saat membaca
31
Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan selalu memakai kacamata pada saat membaca
Observasi : sedikit gangguan pada pola persepsi dan kognitif
2. Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
Cornea :baik, mengedip pada saat kasa didekatkan kearah mata
Visus : +2
Pupil : isokor, mengecil ketika diberi rangsangan cahaya
Lensa mata : normal
b) Pendengaran
Kanalis :
Membran timpani : terlihat tampak sedikit ada kotoran atau serumen
Test pendengaran : baik, karena tidak perlu mengulang-ngulang
pertanyaan
c) N I : baik, karena bisa membedakan bau yang
diberikan
d) N II : baik, klien masih bisa membaca dalam jarak 6
meter
e) N V sensorik : baik, klien dapat merasakan rangsangan yang
diberikan pada wajahnya
f) N VII sensorik : baik, klien dapat merasakan rasa yang
diberikan
g) N VIII pendengaran : baik, klien dapat merasakan getaran dan bunyi
yang diberikan
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) Lain-lain :
4. Therapi :
G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien seorang ayah dari 5 orang anak, pasien tampak terlihat optimis dan
bersemangat kerja.
32
Keadaan sejak sakit :
Pasien tampak terlihat optimis dan bersemangat meskipun sedang sakit dan
mengikuti program pengobatan dengan baik
Observasi : Tidak ada perubahan pada sebelum dan sejak sakit
a) Kontak mata : baik
b) Rentang perhatian : baik
c) Suara dan cara bicara : sedikit pelan
d) Postur tubuh : sedikit membungkuk
2. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : soepel
Banyangan vena : tidak ada bayangan vena
Benjolan massa : tidak ada massa
c) Kulit : lesi kulit : tidak ada lesi pada kulit
d) Penggunaan protesa : tidak ada
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien sebagai kepala keluarga dan ayah bagi 5 orang anaknya, sering
bersosialisasi dengan tetangganya dirumah
Keadaan sejak sakit :
Klien hanya bisa bersosialisasi dengan perawat, dokter, dan keluarganya
yang dating menjenguk
Observasi :
Klien tidak bisa bersosialisasi dengan keluarganya dirumah
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
33
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien sudah menikah, isteri pertama klien sudah meninggal dari isteri
pertama klien mendapatkan 5 orang anak, 2 tahun terakhir klien sudah
meniakah lagi tetapi belum dikaruniai anak
Keadaan sejak sakit :
Tidak ada keluhan pada pola reproduksi
Observasi :
Tidak ada gangguan pada pola reproduksi dan seksualitas
2. Pemeriksaan fisik :
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik : -
a) Laboratorium :-
3. Therapi : -
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan jika ada masalah selalu menceritakan kepada keluarga
terutama isteri dan anak-anaknya dan selalu meminta jalan keluarnya.
2. Keadaan sejak sakit :
Klien menceritakan masalahnya kepada keluarga yang menjenguk dan
perawat yang ada dirungan
Observasi :
Dalam menghadapi masalah klien selalu terbuka kepada keluarganya
3. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah : 120/70 mmHg
b) HR : 82 x/mnt
c) Kulit :Keringat dingin : tidak ada
d) Therapi : -
K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
34
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan terkadang selalu berjamaah
dimesjid dekat rumahnya
Keadaan sejak sakit :
Klien tetap sholat walaupun terbaring di tempat tidur
Observasi :
Tidak ada gangguan pada pola system nilai dan kepercayaan
B. ANALISA DATA Lamp. 2
Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei
No. Register : Dx. Medis : Diabetes Melitus
NO HARI/TGL DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Rabu / 30 Mei 2012
Data Subyektif :
1. Klien mengeluh sering mual saat pagi hari
2. Klien mengatakan sering merasa lapar
Data Obyektif :
1. BB turun progresif (29 Kg)
2. Porsi makan yang disediakan selalu habis
Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Saluran cerna menjadi terganggu
Peningkatan proses glukoneogenesis
Gangguan
pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
35
Terjadi pemecahan lemak
Penurunan simpanan kalori
Peningkatan nafsu makan
Polifagia
2. Rabu / 30 Mei 2012
Data Subyektif :
1. Klien mengatakan sering merasa haus
2. Klien juga mengatakan sering untuk BAK
Data Obyektif :
1. Frekuensi BAK sering (1/2 Jam sekali)
Penurunan insulin
Glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan
Diuresis osmotik
Ambang ginjal mereabsorpsi glukosa
Defisit volume cairan
36
Kelebihan glukosa
Keluar melalui ginjal
Poliuria
3. Kamis / 31 Mei 2012
Data Subyektif :
1. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit Diabetes Melitus
Data Obyektif :
1. Klien sering bertanya mengenai keadaan penyakitnya
Pola hidup yang tidak sehat
Informasi kurang
Ketidaktahuan dalam proses penyakit
Keterbatasan kognitif
Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan cara diet untuk diabetes
melitus
Kurang pengetahuan berhubungan proses diet diabetik
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN Lamp. 3
Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei
37
No. Register : Dx. Medis : Diabetes Melitus
NO DX DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan intake berkurang
2. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses diet diabetik
D. INTERVENSI KEPERAWATAN Lamp. 4
Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei
No. Register : Dx. Medis : Diabetes Melitus
TGL/WKT NO DX
TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN TTD
Rabu
30 Mei 2012
J. 09.00 WIB
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi
Kriteria hasil:
1. Berat badan klien
bertambah
2. Klien mematuhi diet
yang di anjurkan
3. Kadar gula darah dalam
batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikem
1. Kaji status nutrisi dan
kebiasaan makan.
2. Anjurkan klien untuk
mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
3. Berikan konsultasi diet
4. Identifikasi perubahan pola
makan.
5. Catat jumlah / porsi yang
dimakan klien
6. Kolaborasi dengan tim medis
lain untuk pemberian insulin
dan diet diabetik.
Kelompok 1
38
ia 7. Timbang BB setiap minggu
Rabu
30 Mei 2012
J. 11.00
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x24
jam, defisit volume cairan
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Tanda – tanda vital
normal
2. Intake dan output
seimbang
3. Kadar glukosa dalam
darah normal
4. BB bertambah
1. Observasi TTV
2. Catat intake dan output / 24
jam
3. Pantau efektivitas pemberian
insulin
4. Kaji tanda – tanda
hipoglikemia
Kamis
31 Mei 2012
J. 16.00
3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, klien memperoleh
informasi yang jelas dan
benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat
mengidentifikasikan
salah satu tujuan
dan menampakan
perilaku yang
diperlukan untuk
mencapai tujuan
2. Klien mengetahui
tentang penyakit
diabetes melitus
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien / keluarga tentang
penyakit DM.
2. Kaji latar belakang
pendidikan klien.
3. Jelaskan tentang proses
penyakit terutama yang
berhubungan dengan
dietnya
4. Ciptakan lingkungan saling
percaya
5. Berikan informasi tentang
kadar glukosa normal
6. Diskusikan tentang rencana
diet
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Lamp. 5
39
Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei
No. Register : _________ Dx. Medis : Diabetes Melitus
TGL/WKT NO DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN RESPON KLIEN TTD
1. 1. Observasi TTV2. Memberikan makan 3. Kolaborasi pemberian obat 4. Pemberian insulin5. Melakukan pemeriksaan fisik
a) R/ tanda – tanda vital
klien normal
b) R/ porsi makan yang
diberikan habis
c) R/
d) R / mengembalikan
keadaan insulin dala
batas normal
_____
2. 1. Observasi TTV2. Menghitung balance cairan3. Mengkaji tanda – tanda
hipoglikemia dan hiperglikemia4. Memantau efektivitas dalam
pemberian insulin3. 1. Mengkaji tingkat pengetahuan
klien
2. Menganjurkan klien untuk
mematuhi program diet yang di
anjurkan
3. Memberikan informasi tentang
kadar glukosa normal
4. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit DM
beserta diet yang dianjurkan.
a) R/ tingkat
pengetahuan klien
sudah cukup baik
karena sedikit
mengerti tentang
penyakitnya
b) R/ klien mengetahui
program diet yang di
anjurkan sangat baik
untuk mengontrol
kadar glukosa agar
tetap dalam batas
normal
c) R/ informasi glukosa
normal sangatlah
penting untuk salah
satu pengetahuan
lebih lanjut, klien pun
sudah tahu kadar
40
glukosa normal
d) R/ dengan adanya
penkes yang
diberikan klien
mengetahui tentang
penyakit DM dan
cara diet yang
dilakukan.
F. EVALUASI KEPERAWATAN Lamp. 6
Nama pasien : _________ Ruang /Unit : _________
No. Register : _________ Dx. Medis : __________
TGL/WKT NO DX EVALUASI KEPERAWATAN RASIONALISASI TTD
Rabu
13 Sept 10
J. 13.00 WIB
1.
S : Klien mengatakan sedikit mual
saat pagi hari
O : Klien makan habis 1 porsi
TD 120 / 80 mmHg
N 82 x/Menit
RR : 22 x / menit
S : 360 c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2 dan 3
R / Klien masih merasakan
mual pada saat pagi hari
tetapi kalu sudah makan
mual tidak ada.
R / untuk nilai tanda –
tanda vital klien sudah
dalam keadaan normal
_____
2. S : klien mengatakan masih sering
haus, lapar, dan sering BAK
O : Frekuensi BAK sering kurang
lebih 12x / hari
R / Klien masih sering BAK
dan sering merasakan
lapar dan haus
R / Frekuensi BAK klien
41
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi berikutnya
S : klien mengatakan BAK tidak
sebanyak yang kemarin
Klien mengatakan jarang merasa
haus dan lapar saat sudah makan
O : Frekuensi BAK kurang lebih 6x /
hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3
masih diatas normal
R / Klien sering BAK sudah
berkurang dan tidak
melebihi 10 x / hari
R / intervensi selanjutnya
dilanjutkan sebagian
3. S : Klien mengatakan sudah cukup
mengerti tentang penyakitnya
Klien mengatakan sudah dapat
mengetahui bagaimana cara diet
untuk diabetes melitus
O : Klien banyak bertanya saat
diberikan penyuluhan kesehatan
tentang diabetes melitus
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
R / Klien sudah mengerti
tentang apa yang diberikan
dalam mengenal diabetes
melitus dan cara diet
diabetik
42
G. DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
1. Nama obat : obat oral ( Lipraqy, Janumet,
Glucovances)
2. Klasifikasi/ golongan obat :
43
3. Dosis umum :
4. Dosis untuk pasien ybs : Lipraqy 1x1 tab
Janumet 1 – 0 – 0
Glucovances 0 – 0 - 1
5. Cara pemberian obat
Glucovances : Terapi awal Dosis permulaan yang dianjurkan: 1.25 mg/250 mg 1-2 x
sehari.
Terapi kedua Dosis permulaan yang dianjurkan: 2.5 mg/500 mg 2 x sehari, dosis sehari
max sampai glibenklamid 20 mg/metformin 2000 mg.
Janumet :
Lipraqy :
6. Mekanisme kerja dan fungsi obat
Glucovances : Terapi tahap kedua untuk Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak dapat
dikontrol dengan diet, olah raga, dan sulfonilurea atau metformin.
Janumet : obat untuk penurun gula darah tanpa insulin
Liproqy :
VIP Albumin :
Rimstar :
7. Alasan pemberian obat pada Pasien :
44
8. Kontra indikasi :
a. Glucovances : Gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung, kongestif,
hipersensitif terhadap metformin hydrochloride atau glibenclamide atau
sulfonilurea lain, asidosis metabolik akut atau kronik, gangguan fungsi hati,
intoksikasi akut alkohol, alkoholisme, porfiria, laktasi.
b. Janumet :
9. Efek obat
Glucovances : Infeksi saluran napas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit
perut, pusing. :
BAB IV
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus adalah kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smletzer C. Suzanne, 2001).
45
Seseorang dengan penyakit diabetes miletus memiliki kondisi dimana jumlah
glukosa dalam darah terlalu tinggi ( hiperglikemia ). Hal ini karena tubuh tidak
memproduksi cukup insulin atau bisa juga pankreas memang tidak memproduksi
insulin ( salah satunya karena erusakan pankras ). Hal ini menyebabkan terlalu
banyak glukosa dalam darah kelebihan glukosa dara akhirnya menyebabkan
glukosa lolos keluar dari tubuh dalam urin. Jadi, janan heran jika ada orang yang
menderita diabetes miletus, air kencingnya akan digerogoti semut.
Gejalanya sangat bervariasi, diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-
lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum
yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun.
Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai
kemudian orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.
Pada klien Tn. J yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus type II,
klien mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis selama kurun waktu
3 minggu terakhir yang mencapai peurunan sebanyak 29 kg. sebelumnya klien
memiliki kebiasaan pola hidup yang tidak sehat, dmana klien memiliki kebiasaan
menghabiskan dua bungkus rokok dalam waktu satu hari dan mengkonsumsi
kopi lebih dari tiga gelas perhari ditambah mengkonsumsi sereal yang memiliki
kadar gula yang tinggi.
Sehingga klien dilakukakan pemantauan diet dan pemeriksaan kadar gula
darah secara rutin. Perkembangan kadar gula klien dari awal tanggal masuk
(30/05/12) sampai dengan klien pulang (02/06/12) sudah mulai mengalami
penurunan. Sehingga klien bisa mengontrol dan melakukan pemantauan diet di
rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga klien maupun klien sendiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
46
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demam tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan
protein.
Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda
dari orang normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada
keadaan puasa kadar glucose darah yang normal adalah 70 – 90/100 ml.
Pada diabetes yang berat angka tersebut dapat mencapai 400 mg/100 ml
atau lebih. Sintesa asam lemak pada penderita DM akan menurun, sebaliknya
oksidasi akan meningkat.
B. Saran
Untuk Institusi atau Rumah Sakit : dengan adanya makalah ini bisa
membantu meningkatkan asuhan keperawatanpada klien dengan penyakit
diabetesdan ulkus diabetikum sehingga dapat memberikan suatu kepuasan
pelayanan untuk klien dan keluarga klien.
Untuk pendidikan: lebih bisa membimbing mahasiswa supaya lebih
terampil dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
diabetes dan ulkus diabetikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
47
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC,
Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi
III), EGC, Jakarta.
FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta
Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta
Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta
48