Bab II (Dm) + Patofis Print

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan bersifat degeneratif yang dimanifestasikan oleh kehilangan toleransi karbohidrat dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dan merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sangat cepat peningkatannya ( American Diabetes Association [ADA] 1998 dalam Soegondo, 2007; Price & Wilson, 2006; Suyono dalam Sudoyo, 2006 ). Diabetes miletus atau biasa kita kenal dengan kencing manis merupakan penyakit sillent killer yang digolongkan sebagai gangguan metabolisme yang mengacu pada bagaimana cara tubuh kita mencerna makanan untuk energi dan pertumbuhan. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Sebagian besar dari apa yang kita makan akan dipecah menjadi gukosa, terutaa sumber makanan yang memiliki karbohidrat tinggi seperti nasi, roti dan lain-lain. Glukosa adalah suatu bentuk gula dalam darah inilah sumber utama bahan bakar bagi tubuh kita. Ketika makanan kita dicerna glukosa membuat jalan ke dalamaliran darah. Sel-sel kita menggunakan glukosa untuk energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak bias masuk ke sel tanpa hormon insulin. Insulin adalah hormone yang dihasilkan oleh pancreas. Setelah makan pankreas otomatis melepaskan insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah kita ke dalam sel dan menurunkan tingkat gula darah. Ini 1

Transcript of Bab II (Dm) + Patofis Print

Page 1: Bab II (Dm) + Patofis Print

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan

bersifat degeneratif yang dimanifestasikan oleh kehilangan toleransi karbohidrat

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya dan merupakan salah satu penyakit tidak

menular yang sangat cepat peningkatannya ( American Diabetes Association

[ADA] 1998 dalam Soegondo, 2007; Price & Wilson, 2006; Suyono dalam

Sudoyo, 2006 ).

Diabetes miletus atau biasa kita kenal dengan kencing manis merupakan

penyakit sillent killer yang digolongkan sebagai gangguan metabolisme yang

mengacu pada bagaimana cara tubuh kita mencerna makanan untuk energi dan

pertumbuhan. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

macam keluhan.

Sebagian besar dari apa yang kita makan akan dipecah menjadi gukosa,

terutaa sumber makanan yang memiliki karbohidrat tinggi seperti nasi, roti dan

lain-lain. Glukosa adalah suatu bentuk gula dalam darah inilah sumber utama

bahan bakar bagi tubuh kita.

Ketika makanan kita dicerna glukosa membuat jalan ke dalamaliran darah.

Sel-sel kita menggunakan glukosa untuk energi dan pertumbuhan. Namun,

glukosa tidak bias masuk ke sel tanpa hormon insulin. Insulin adalah hormone

yang dihasilkan oleh pancreas. Setelah makan pankreas otomatis melepaskan

insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah kita ke dalam sel dan

menurunkan tingkat gula darah. Ini sekaligus menjawab mengapa orang yang

menderita diabete miletus umumnya disuntik insulin setiap hari.

Seseorang dengan penyakit diabetes miletus memiliki kondisi dimana jumlah

glukosa dalam darah terlalu tinggi ( hiperglikemia ). Hal ini karena tubuh tidak

memproduksi cukup insulin atau bisa juga pankreas memang tidak memproduksi

insulin ( salah satunya karena erusakan pankras ). Hal ini menyebabkan terlalu

banyak glukosa dalam darah kelebihan glukosa dara akhirnya menyebabkan

glukosa lolos keluar dari tubuh dalam urin. Jadi, janan heran jika ada orang yang

menderita diabetes miletus, air kencingnya akan digerogoti semut.

Gejalanya sangat bervariasi, diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-

lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum

1

Page 2: Bab II (Dm) + Patofis Print

yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun.

Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai

kemudian orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Perkeni yang merujuk pada klasifikasi

Diabetes Mellitus yang dikeluarkan WHO, ( Perkeni, Konsesus Pengelolaan

Diabetes Melitus di Indonesia, 2006 ) meliputi beberapa tipe, yaitu :

a. Diabetes tipe 1 ( destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

insulin absolut ).

b. Diabetes tipe 2 ( bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi

insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek

sekresi insuln disertai resistensi insulin ).

Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes Mellitus

dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum

peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan

manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang dilahirkan dengan bakat

tersebut.

Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat di atasi dengan pengaturan

kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat

gizi melalui makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf gizi yang

dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang diketahui

cenderung lebih mudah jatuh dalam diabetes mellitus.

Disamping itu, usaha diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi

dengan kegiatan-kegiatan lain untuk membebaskan bahan makanan yang

potensial untuk dimakan dari racun yang dapat merugikan pertumbuhan jaringan

dalam tubuh manusia

Visi Indonesia sehat 2010, merupakan salah satu tujuan untuk

mengantisipasi dan menjawab tantangan-tantangan serta perubahan sosial yang

menitikberatkan pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,

keluarga, dan masyarakat serta lingkungannya, memelihara dan meningkatkan

pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya, merata dan menyeluruh meliputi

seluruh bagian dari pelayanan kesehatan (Pusdiknakes Dep. Kes. RI, 1999: 1).

Oleh karena itu pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) harus dilaksanakan bersama antara

2

Page 3: Bab II (Dm) + Patofis Print

pemerintah dan masyarakat dengan tujuan untuk mempertinggi derajat

kesehatan masyarakat secara optimal (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi

Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,

2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-

54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah

pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

Ada sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan survey

WHO, jumlah penderita kencing manis (diabetes melitus/DM) di Indonesia sekitar

17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan terbesar

ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (AS).

Survei Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 2001 menyebutkan

jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 8,6 persen, terjadi peningkatan

jumlah DM di Jakarta dari 1,7 persen pada tahun 1981 menjadi 5,7 persen pada

tahun 1993. International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan bahwa

jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ketas menderita DM sebanyak 5,6 juta

orang pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada 2020, sedang

Survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM.

Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap

dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit

dalam.

Sedangkan angka kesakitan yang disebabkan oleh diabetes melitus,

yang dirawat di ruang Suhud RS Rajawali Bandung periode bulan Januari 2012-

Mei 2012 menunjukan sebanyak 27 orang menderita penyakit diabetes melitus.

Dengan melihat masih tingginya angka kesakitan yang disebabkan oleh

Diabetes Melitus, yang dirawat di ruang Suhud RS Rajawali Bandung, di mana

diabetes melitus menduduki urutan pertama. Melihat hal tersebut di atas penulis

tertarik untuk mengambil kasus dan melakasanakan asuhan keperawatan secara

komprehensif, yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan serta melaporkan hasilnya dalam

bentuk laporan kasus dengan judul “Kajian Kasus Mekanisme Persepsi dan

Konsep Diri Pada Ny.C dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Suhud Rumah

Sakit Rajawali Bandung”.

3

Page 4: Bab II (Dm) + Patofis Print

B. Batasan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini tim penyusun hanya akan membahas

mengenai kebutuhan nutrisi dan metabolic pada pasien dengan diabetes melitus

tipe II.

C. Tujuan

Tujuan yang hendak di capai adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui Seperti apa diabetes melitus tipe II itu,

2. Memahami menagapa peneyakit itu bisa timbul,

3. Mengetahui mekanisme penyakit itu muncul,

4. Mengetahui langkah langkah apa saja dalam perawatan pasien yang mengalami

penyakit tersebut.

D. Manfaat

Manfaat-manfaat yang di harapkan dari penyusun makalah ini di antaranya :

1. Memperluas wawasan serta pengetahuan para pembaca mengenai diabetes

melitus tipe II;

2. Agar pembaca dapat lebih memahami bagaimana penyakit ini timbul ;

3. Agar pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami cara perawatan dan

penanganan pasien yang mengalami diabetes melitus tipe II.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu dimulai dengan Kata

Pengantar, Daftar Isi, BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,

Tujuan, Manfaat, Metode dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis

yang berisi mengenai Kebutuhan Nutrisi dan Metabolik pada Pasien Diabetes

Melitus Type II. BAB III Tinjauan kasus yang berisi Asuhan Keperawatan Pada

Klien Tn. J dengan Diabetes Melitus Type II di ruang Rafe’I Rumah Sakit

Rajawali. BAB IVPembahasan, BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran,

dan yang terakhir yaitu Daftar Pustaka.

4

Page 5: Bab II (Dm) + Patofis Print

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Anatomi Fisiologi

1) Anatomi Pankreas

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster

didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus

limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas

dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian

pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena

mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput

pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua

jaringan utama yaitu :

1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.

2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan

getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung

kedalam darah.

Pankreas manusia mempunyai 1–2 juta pulau langerhans, setiap pulau

langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh

darah kapiler.

Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta

dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak

terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B

merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan

bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul

insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan

dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran

polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum

endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia

dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke

dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan

insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi

membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata

kapiler untuk mencapai aliran darah ( Ganong, 1995 ).

5

Page 6: Bab II (Dm) + Patofis Print

Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan

glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan

somatostatin ( Pearce, 2000 ).

Gambar anatomi pankreas dapat dilihat berikut ini :

Canalis Pylorica Corpus pankreatikus

Ductus

pankreaticus

Ductus Coledukus

Cauda

Pankreatis

Duodenum Pars

asendens

Caput pankreatis

Processus uricinatus

Duodenum pars horisontal

Gambar 1. Gambar anatomi pankreas, duodenum.

2) Fisiologi Pankreas

Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh

berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans.

Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang

merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat

meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.

Fisiologi Insulin :

Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans

menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis

6

Page 7: Bab II (Dm) + Patofis Print

hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon,

somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.

Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau

langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah

peningkatan kadar glukosa darah.

Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl.

Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah

berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk menyebabkan

peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera digunakan

untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati ( Guyton & Hall,

1999 ).

B. Pengertian

Diabetes miletus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan

gangguan metabolism karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi

komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. ( Barbara C. Long,

1996 )

Diabetes miletus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang

memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet, latihan dan obat-obatan.

( Carpenito, 1999 )

Diabetes Miletus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau

tidak adanya gejala klinik ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin

efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolism karbohidrat

yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein.

( Askandar, 2000 )

Diabetes miletus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat

peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik

absolut maupun relatif. ( Suryono, 2002 )

Diabetes miletus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan

multi system dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan

defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. ( Brunner dan Suddart )

Diabetes miletus adalah keadaan hyperglikemia krinos yang disebabkan oleh

factor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik

hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. ( WHO )

7

Page 8: Bab II (Dm) + Patofis Print

Berdasarkan pengertian-pegertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa diabetes miletus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

gangguan metabolism karbohidrat, protein dan lemak serta berkembang menjadi

komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologi yang disebabkan oleh

defisiensi insulin relative atau basolut dan memerlukan pengobatan seumur

hidup dengan diet, latihan dan obat-obatan.

Diabetes miletus diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu diabetes miletus tipe

1 dan diabetes miletus tipe 2 . Berikut kami jelaskan secara sederhana megenai

kasifikasi dari diabetes miletus :

1. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh

kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent

Diabetes Mellitus ( IDDM ). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil

insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak

ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan

pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus

berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat

mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.

Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan

memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula

darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat

mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai

penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat

berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus ( NIDDM ). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan

seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau

berkurangnya sensitifitas ( respon ) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap

insulin, diantaranya faktor kegemukan ( obesitas ). Pada penderita diabetes

tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa

tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik.

Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level

gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

8

Page 9: Bab II (Dm) + Patofis Print

C. Penyebab / Faktor Predisposisi / Faktor Presipitasi

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab dari

penyakit diabetes miletus diantaranya :

a. Faktor genetik

Riwayat keluarga dengan diabetes, Pincus dan White berpendapat

perbandingan keluarga yang menderita diabetes miletus mencapai 8,33 %

dan 5,33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan

angka hanya 1,96 %.

b. Faktor non genetik

1.) Infeksi

Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai

predisposisi genetik terhadap diabetes miletus.

2.) Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.) Malnutrisi.

c.) Alkohol, dianggap dapat menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.) Stress

Stress berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi

biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.

4.) Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortidon dalam darah tinggi,

akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma

karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi feokromositoma karena

kadar katekolamin meningkat.

9

Page 10: Bab II (Dm) + Patofis Print

Hiperosmosis plasma

Pe↓ jumlah protein

pe↓ pembentukan immunoglobulin

Rentan terhadap infeksi

Luka tidak cepat

sembuh

Ulkus diabetikum (luka ganggren)

pe↑ osmolaritas CES

↓jumlah insulin

Hiperglikemi ekstra seluler

Dehidrasi sel

Koma diabetikum

poliuri

pe↑ reduksi glukosa

Menghasilkan sorbitol-fruktosa

Penimbunan sorbitol di mata

Gangguan penglihatan

pe↑ jumlah glukosa dalam darah

Ginjal tdk dpt menyerap kembali glukosa

Glukosa dalam urine >>>

glukosuria

Cairan dan elektrolit ikut dalam urine

Cairan dalam tubuh menurun

pe↓ cairan ekstra sel

Merangsang pusat haus di hipotalamus

Rasa haus

polidipsi

Kekurangan volume cairan tubuh / resiko kekurangan

cairan dalam tubuh

Pe↓ simpanan kalori

pe↑ selera makan

poliphagi

Atropi otot/ pe↓ BB

pe↓ intake glukosa dalam sel

ketonemia

pH↓

Asidosis metabolikMekanisme kompensasi

tubuhhiperventilasi

Pola napas tidak efektif

pe↓ metabolism glukosa

pe↓ produksi ATP

Kelelahan / fatigue

Intoleransi aktivitas

ketogenesis

Hipoglikemi intra sel

pe↑ proses glukoneogenesis

Pemecahan protein

BUN ↑

Nitrogen di urine ↑

Pemecahan lemak

D. Patofisiologi

10

Page 11: Bab II (Dm) + Patofis Print

E. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

Pada taha awal gejala yang lazim terjadi, pada pasien dengan diabetes

miletus sebagai berikut :

a.Poliuri ( banyak kencing )

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis

yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh

banyak kencing.

b.Polidipsi ( banyak minum )

Hal ini disebabkan pembakaran berlebih dan kehilangan volume cairan yang

berlebih karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi kebutuhan cairan klien

diharuskan lebih banyak minum.

c.Polipagi ( banyak makan )

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami

starvasi ( lapar ). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi

walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada

sampai pada pembuluh darah.

d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka

tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu

lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya

akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di

jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan

akan tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi ( glukosa–sarbitol fruktasi )

yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol

dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

f. Peningkatan angka infeksi

Akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi

imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan pada pasien dengan

gangguan diabetes miletus, antara lain :

a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict

( reduksi ) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada

diabetes.

11

Page 12: Bab II (Dm) + Patofis Print

b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam

darah dengan cara Hegedroton Jensen ( reduksi ).

1) Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.

2) Test toleransi glukosa ( TTG ) 2 jam pertama < 200 mg/dl.

3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.

4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative

( Bare & suzanne, 2002 )

F. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik

adalah sebagai berikut :

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,

poliuria, evaporasi.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal pain, gangguan

kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone stress, epinefrin, cortisol,

GH atau karena proses luka.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan

sirkulasi.

e. Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan

perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau

karena ketidakseimbangan elektrolit.

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan

kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,

hipermetabolik.

g. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).

h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.

i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi

j. (Doengoes, 2001)

G. Fokus Intervensi

a. NDX : Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,

poliuria, evaporasi

12

Page 13: Bab II (Dm) + Patofis Print

Tujuan :

Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan kriteria :

1) Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.

2) Vital sign dalam batas normal, haluaran urine lancer.

3) Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji pengeluaran urine

2. Pantau tanda-tanda vital

3. Monitor pola napas

4. Observasi frekuensi dan kualitas

pernapasan

5. Timbang berat badan

1. Membantu dalam memperkirakan

kekurangan volume total, tanda dan

gejala mungkin sudah ada pada

beberapa waktu sebelumnya,

adanya proses infeksi

mengakibatkan demam dan keadaan

hipermetabolik yang menigkatkan

kehilangan cairan

2. Perubahan tanda-tanda vital dapat

diakibatkan oleh rasa nyeri dan

merupakan indikator untuk menilai

keadaan perkembangan penyakit.

3. Paru-paru mengeluarkan asam

karbonat melalui pernapasan

menghasilkan alkalosis respiratorik,

ketoasidosis pernapasan yang

berbau aseton berhubungan dengan

pemecahan asam aseton dan asetat

4. Koreksi hiperglikemia dan asidosis

akan mempengaruhi pola dan

frekuensi pernapasan. Pernapasan

dangkal, cepat, dan sianosis

merupakan indikasi dari kelelahan

pernapasan, hilangnya kemampuan

untuk melakukan kompensasi pada

asidosis.

5. Memberikan perkiraan kebutuhan

13

Page 14: Bab II (Dm) + Patofis Print

6. Pemberian cairan sesuai dengan

indikasi

akan cairan pengganti fungsi ginjal

dan keefektifan dari terapi yang

diberikan.

6. Tipe dan jenis cairan tergantung

pada derajat kekurangan cairan dan

respon

b. NDX: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral: anoreksia, abnominal

pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone

stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.

Tujuan :

Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau

nutrisi yang di programkan dengan kriteria :

1) Peningkatan barat badan.

2) Pemeriksaan albumin dan globulin dalam batas normal.

3) Turgor kulit baik, mengkonsumsi makanan sesuai program.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Timbang berat badan.

2. Auskultasi bowel sound.

3. Berikan makanan lunak / cair.

1. Penurunan berat badan

menunjukkan tidak ada kuatnya

nutrisi klien.

2. Hiperglikemia dan

ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit menyebabkan

penurunan motilifas usus.

Apabila penurunan motilitas usus

berlangsung lama sebagai akibat

neuropati syaraf otonom yang

berhubungan dengan sistem

pencernaan.

3. Pemberian makanan oral dan

lunak berfungsi untuk

14

Page 15: Bab II (Dm) + Patofis Print

meresforasi fungsi usus dan

diberikan pada klien dgn tingkat

kesadaran baik.

4. Observasi tanda hipoglikemia

misalnya : penurunan tingkat

kesadaran, permukaan teraba

dingin, denyut nadi cepat, lapar,

kecemasan dan nyeri kepala.

5. Berikan Insulin.

4. Metabolisme KH akan

menurunkan kadarglukosa dan

bila saat itu diberikan insulin

akan menyebabkan hipoglikemia.

5. Akan mempercepat

pengangkutan glukosa kedalam

sel.

c. NDX : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.

Tujuan : Klien akan mempertahankan integritas kulit tetap utuh dan terhindar dari

inteksi dengan kriteria :

1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.

2) Tidak ada luka.

3) Tidak ditemukan adanya perubahan warna kulit.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tanda – tanda infeksi

2. Ajarkan klien untuk mencuci

tangan dengan baik, untuk

mempertahankan kebersihan

tangan pada saat melakukan

prosedur.

1. Kemerahan, edema, luka drainase,

cairan dari luka menunjukkan

adanya infeksi.

2. Mencegah cross contamination.

3. Pertahankan kebersihan kulit.

4. Dorong klien mengkonsumsi diet

secara adekuat dan intake cairan

3. Gangguan sirkulasi perifer dapat

terjadi bila menempatkan pasien

pada kondisi resiko iritasi kulit.

4. Peningkatan pengeluaran urine akan

mencegah statis dan

15

Page 16: Bab II (Dm) + Patofis Print

3000 ml/hari.

5. Antibiotik bila ada indikasi

mempertahankan PH urine yang

dapat mencegah terjadinya

perkembangan bakteri.

5. Mencegah terjadinya perkembangan

bakteri.

d. NDX : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan

sirkulasi

Tujuan :

Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda “inteksi, dengan kriteria :

a. Luka sembuh

b. Tidak ada edema sekitar luka.

c. Tidak terdapat pus, luka cepat mongering.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keadaan kulit yangrusak

2. Bersihkan luka dengan teknik

septic dan antiseptic

3. Kompres luka dengan larutan

Nacl

4. Anjurkan pada klien agarmenjaga

predisposisi terjadinya lesi.

5. Pemberian obat antibiotic.

1. Mengetahui keadaan peradangan

untuk membantu dalam

menanggulangi atau dapat dilakukan

pencegahan.

2. Mencegah terjadinya inteksi sekunder

pada anggota tubuh yang lain.

3. Selain untuk membersihkan luka dan

juga untuk mempercepat

pertumbuhan jaringan

4. Kelembaban dan kulit kotorsebagai

predisposisi terjadinya lesi.

5. Antibiotik untuk membunuh kuman.

e.NDX : Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan

perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau

karena ketidakseimbangan elektrolit.

16

Page 17: Bab II (Dm) + Patofis Print

Tujuan :

Klien akan mempertahankan fungsi penglihatan

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji derajat dan tipe kerusakan

2. Latih klien untuk membaca.

3. Orientasi klien dengan

lingkungan.

4. Gunakan alat bantu penglihatan.

5. Panggil klien dengan nama,

orientasikan kembali sesuai

dengan kebutuhannya tempat,

orang dan waktu.

6. Pelihara aktifitas rutin.

7. Lindungi klien dari cedera.

1. Mengidentifikasi derajat kerusakan

penglihatan

2. Mempertahankan aktivitas visual

klien.

3. Mengurangi cedera akibat

disorientasi

4. Melatih aktifitas visual secara

bertahap.

5. Menurunkan kebingungan dan

membantu untuk mempertahankan

kontak dengan realita.

6. Membantu memelihara panen tetap

berhubungan dengan realitas dan

mempertahankan orientalasi pada

lingkungannya.

7. Pasien mengalami disorientasi

merupakan awal kemungkinan

timbulnya cedera, terutama macam

hari dan perlu pencegahan sesuai

indikasi.

f. NDX : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan

kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,

hipermetabolik

Tujuan :

Klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan aktivitas dengan kriteria :

a. mengungkapkan peningkatan energi

b. mampu melakukan aktivitas rutin biasanya

17

Page 18: Bab II (Dm) + Patofis Print

c. menunjukkan aktivitas yang adekuat

d. melaporkan aktivitas yang dapat dilakukan

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Diskusikan dengan klien

kebutuhan akan aktivitas

2. Berikan aktivitas alternative

3. Pantau tanda tanda vital

4. Diskusikan cara menghemat

kalori selama mandi, berpindah

tempat dan sebagainya

5. Tingkatkan partisipasi pasien

dalam melakukan aktivitas

sehari-hari yang dapat ditoleransi

1. Pendidikan dapat memberikan

motivasi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun pasien mungkin

sangat lemah

2. Mencegah kelelahan yang berlebihan

3. Mengindikasikan tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi secara

fisiologis

4. Pasien akan dapat melakukan lebih

banyak kegiatan dengan penurunan

kebutuhan akan energi pada setiap

kegiatan

5. Meningkatkan kepercayaan diri yang

positif sesuai tingkat aktivitas yang

dapat ditoleransi pasien

g. NDX: Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).

Tujuan :

Klien akan menunjukkan nyeri berkurang / teratasi dengan kriteria :

a. Klien tidak mengeluh nyeri

b. Ekspresi wajah ceria

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri 1. Nyeri disebabkan oleh penurunan

perfusi jaringan atau karena

peningkatan asam laktat sebagai

akibat deficit insulin

18

Page 19: Bab II (Dm) + Patofis Print

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Ajarkan klien tekhnik relaksasi

4. Ajarkan klien tekhnik Gate

Control

5. Pemberian analgetik

2. Pasien dengan nyeri biasanya akan

dimanifestasikan dengan peningkatan

vital sign terutama perubahan denyut

nadi dan pernafasan

3. Nafas dalam dapat meningkatkan

oksigenasi jaringan

4. Memblokir rangsangan nyeri pada

serabut saraf

5. Analgetik bekerja langsung pada

reseptor nyeri dan memblokir

rangsangan nyeri sehingga respon

nyeri dapat diminimalkan

h. NDX. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan

Tujuan :

Klien akan mendemonstrasikan penurunan rawat diri, dengan kriteria :

a. Kuku pendek dan bersih

b. Kebutuhan dapat dioenuhi secara bertahap

c. Mandi sendiri tanpa bantuan

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kemampuan klien dalam

pemenuhan rawat diri

2. Berikan aktivitas secara

bertahap

3. Bantu klien dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari

4. Bantu klien (memotong kuku)

1. Mengidentifikasi tingkat toleransi

aktivitas klien

2. Melatih tingkat kemampuan rawat diri

secara bertahap

3. Meningkatkan rasa nyaman klien dan

memperbaiki sirkulasi ke perifer

4. Kuku panjang dapat digunakan untuk

menggaruk

i. NDx.: Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi

19

Page 20: Bab II (Dm) + Patofis Print

Tujuan :

Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :

Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Pilih berbagai strategi belajar

2. Diskusikan tentang rencana diet

3. Diskusikan tentang faktor-faktor

yang memegang peranan dalam

kontrol DM

1. Penggunaan cara yang berbeda

tentang mengakses informasi,

meningkatkan penerapan pada

individu yang belajar

2. Kesadaran tentang pentingnya

kontrol diet akan membantu pasien

dalam merencanakan

makan/mentaati program, serat dapat

memperlambat absorbsi glukosa

yang akan menurunkan fluktuasi

kadar gula dalam darah

3. Diskusikan faktor-faktor yang

memegang peranan dalam kontrol

DM yang dapat menurunkan

berulangnya kejadian ketoasidosis.

H. Metabolisme Zat-Zat Gizi pada Diabetes Miletus

Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda

dari orang normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada

keadaan puasa kadar glucose darah yang normal adalah 70 – 90/100 ml.

Pada diabetes yang berat angka tersebut dapat mencapai 400 mg/100 ml

atau lebih. Sintesa asam lemak pada penderita DM akan menurun, sebaliknya

oksidasi akan meningkat.

Hasil metabolisme asam lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar

acetone heta hydroxylic acid dan acetoacetic acid yang selanjutnya menimbulkan

keadaan yang dikenal sebagai acidosis.

Sebagai akibat ketidak normalan metabolisme hidrat arang, protein akan

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses

deaminasi asam amino.

20

Page 21: Bab II (Dm) + Patofis Print

Pemecahan protein tersebut akan menyebabkan peningkatan glucosa

darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap.

I. Kebutuhan Zat Gizi pada Penderita Diabetes Miletus

1. Protein

ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi

dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia

kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10–15% energi. Perlu

penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan

energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya

bernilai biologi tinggi.

2. Total Lemak.

Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih

10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 – 70%

total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Anjuran persentase

energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat

badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan

dapat mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan

dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak lebih

dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energy dari lemak jenuh.

Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 – 25% energi.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet

dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30%

energi dari lemak total dan kandungan kolesterol 200 mg/hari.

Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama,

pendekatan yang mungkin menguntungkan selain menurunkan berat badan dan

peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh

tunggal 20% energi dengan < 10% masing energi masing-masing dari lemak

jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebih rendah.

3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.

21

Page 22: Bab II (Dm) + Patofis Print

Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah

untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan

energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol

makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.

4. Karbohidrat dan Pemanis.

Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total

karbohidrat dari pada jenisnya. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon

glikemik menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan

mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada

jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran

konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60 –

70% energi.

5. Sukrosa.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian

dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu

dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa

harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak

hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan.

6. Pemanis.

a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan

kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa

dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet

diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah

besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL,

fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk

orang dengan diabetes.

b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang

menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan

karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat

mempunyai pengaruh laxatif.

c. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat

diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM. 

22

Page 23: Bab II (Dm) + Patofis Print

7. Serat.

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan

untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 – 35 gr serat

makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah

kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.

8. Natrium.

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk

biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi

ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.

BAB III

RESUME KEPERAWATAN

23

Page 24: Bab II (Dm) + Patofis Print

Ruangan : Rafei

Kamar : B4

Tgl masuk RS : 30 Mei 2012

Tgl pengkajian : 01 juni 2012

I. IDENTIFIKASI

A. PASIEN

Nama initial : Tn. J

Umur : 68 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Kawin

Jumlah anak : 5

Agama/ suku : Islam / suku sunda

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa sunda

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat rumah : Jl. Cibuntu Timur no 90 RT 05 / 03

B. PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. E

Alamat : Cijerah

Hubungan dengan pasien : Anak pasien

II. DATA MEDIK

Diagnosa medik

24

Page 25: Bab II (Dm) + Patofis Print

Saat masuk : Diabetes melitus

Saat pengkajian : Diabetes melitus

III. KEADAAN UMUM

A. KEADAAN SAKIT

Pasien tampak sakit ringan

Alasan : karena pasien tidak mengeluh nyeri apapun hanya megeluh mual dan

sering kencing saja.

TANDA-TANDA VITAL

1. Kesadaran :

Skala Koma Glasgow

a) Respon motorik : 6

b) Respon bicara : 4

c) Respon membuka mata : 5

Jumlah : 15

Kesimpulan : Compos mentis

2. Tekanan darah : 120/70 mmHg

MAP : 86 mmHg

Kesimpulan : normal

3. Suhu : 36 0C di Oral Axilla

4. Pernapasan: 22 x/menit

Irama : Teratur Kusmaul Cheynes-stokes

Jenis : Dada Perut

5. Nadi : 88 x/menit

Irama : Teratur Tachicardi Bradichardi

Kuat Lemah

B. PENGUKURAN

1. Tinggi badan : 160 cm

25

Page 26: Bab II (Dm) + Patofis Print

2. Berat badan : 46 kg

3. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 18

Kesimpulan : Tidak normal , karena IMT untuk laki-laki

adalah 19 - 26

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Keadaan sebelum sakit:

Pasien tidak mengetahui kalau dirinya mempunyai penyakit diabetes, pasien

sebelum nya belum pernah berobat ke rumah sakit.

2. Riwayat penyakit saat ini :

a) Keluhan utama :

mual

b) Riwayat keluhan utama :

Pasien sering mual, mual hilang jika sudah makan, mual di daerah ulu

hati

Riwayat penyakit yang pernah dialami :

Tidak ada

3. Riwayat kesehatan keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga nya yang menderita

penyakit diabetes dan menular lainnya

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk, pauk, dan sayur. Minum kopi 3

x sehari, rokok 2 bungkus dan banyak minum.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien makan 3 x sehari dengan nasi,lauk, pauk, dan sayur habis 1 porsi. Pasien mengatakan sering lapar dan haus.

3. Observasi:Sering merasa haus dan lapar

4. Pemeriksaan fisik :

a) Keadaan rambut : Beruban

b) Hidrasi kulit : Dapat kembali dalam 2 detik

26

Page 27: Bab II (Dm) + Patofis Print

c) Palpebra / conjungtiva : Tidak anemis

d) Sclera tidak : Ikterik

e) Hidung : Tidak ada sinus atau polip

f) Rongga mulut : Kotor

g) Gigi : Kuning karena merokok

h) gigi palsu : Tidak ada

i) Lidah : Tampak kotor terdapat bercak-bercak

berwarna putih

j) Pharing : Tidak ada pembengkakan

k) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan

l) Kelenjar parotis : Tidak ada pembengkakan

m) Abdomen :

Inspeksi : Bentuk : Soepel

Bayangan vena : Tidak terdapat

bayangan vena

Auskultasi : Peristaltic usus 10 x/mnt

Palpasi : Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

Benjolan : Tidak ada benjolan

Perkusi : Ascites Positif Negatif

n) Kulit :

Edema : Positif Negatif

Icterik : Positif Negatif

Tanda-tanda radang : Tidak ada peradangan

5. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium darah :

Hb : 13,9 gr%

Trombosit : 261.000 /mm3

b) USG : -

c) Lain-lain : GDS : 247 mg/100ml

6. Therapi :

a. Janumet :

b. VIP Albumin :

c. Rimstar :

27

Page 28: Bab II (Dm) + Patofis Print

d. Liproxy :

e. Pariet :

f. Glucovances :

g. Forbetes :

C. POLA ELIMINASI

1. Keadaan sebelum sakit :

Sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil 2 jam sekali, buang air

besar tidak ada keluhan, buang air besar 1x/hari.

Keadaan sejak sakit :

Sejak sakit pasien mengatakan buang air keci 1/2jam sekali, buang air besar

tidak ada keluhan dan buang air besar 1x/hari.

Observasi : pasien sering buang air kecil

2. Pemeriksaan fisik :

a) Peristaltik usus : 10 x/mnt

b) Palpasi kandung kemih : Kosong

c) Nyeri ketuk ginjal : Negatif

d) Anus :

Peradangan : -

Hemoroid : -

3. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium :

b) USG :

4. Therapi :

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien bekerja sebagai seorang petani dan jarang melakukan olahraga

Keadaan sejak sakit :

Klien hanya bisa beraktifitas di sekitar ruangan rumah sakit saja, dan hanya

bisa pergi ke toilet jika akan buang air besar dan buang air kecil

Observasi :pasien jarang berolahraga

a) Aktivitas harian :

28

Page 29: Bab II (Dm) + Patofis Print

Makan : 0

Mandi : 1

Pakaian : 0 :

Buang air besar : 0

Buang air kecil : 0

Mobilisasi di tempat tidur : 0

b) Postur tubuh : sedikit membungkuk

c) Gaya jalan : normal

d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada

2. Pemeriksaan fisik:

a) Perfusi pembuluh perifer kuku : kembali ± 2 detik

b) Thorax dan pernapasan:

Inspeksi:

Bentuk thorax: elips

Sianosis : tidak ada

Stridor : tidak ada

Palpasi :

Vocal premitus : seimbang getaran kiri dan kanan

Perkusi : Sonor Redup Pekak

Batas paru hepar : dullness (pekak)

Kesimpulan tidak ada gangguan pada thorak dan pernafasan

Auskultasi :

Suara napas : normal vesikuler

Suara ucapan : sedikit pelan

Suara tambahan : tidak ada

c) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis: tidak terlihat adanya denyutan

Palpasi : Ictus cordis: teraba adanya denyutan

Perkusi : Batas atas jantung : pekak ( dullnes)

Batas kanan jantung : pekak (dullness)

Batas kiri jantung : pekak (dullnes)

29

0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

Page 30: Bab II (Dm) + Patofis Print

Auskultasi :Bunyi jantung II A : suara dub terdengar di ICS 2

Bunyi jantung II P : suara dub terdengar di ICS 2

Bunyi jantung I T : suara lub terdengar di ICS 5

Bunyi jantung I M : suara lub terdengar di ICS 5

Bunyi jantung II irama gallop : tidak ada

Murmur : tidak ada

Heart Rate : 82 x/menit

d) Lengan dan tungkai

Atrofi otot : Negatif

Rentang gerak : tidak ada gangguan

Kaku sendi : tidak ada kaku sendi

Uji kekuatan otot :

Kiri :

Kanan :

Refleks fisiologi :

Refleks patologi :

Babinski, Kiri : Positif Negatif

Kanan : Positif Negatif

Clubing jari-jari : tidak ada

Varises tungkai : tidak ada

e) Columna vetebralis:

Inspeksi : Kelainan bentuk : sedikit membungkuk

Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

N.III – IV – VI : normal

N.VIII Romberg Test : Positif Negatif

30

1 2 3 4

1 2 3 4

5

5

Page 31: Bab II (Dm) + Patofis Print

N. XI : normal

Kaku kuduk : tidak ada

3. Pemeriksaan diagnostik :

a). Laboratorium:

b) Rongent :

c) Lain-lain:

4. Therapi medik :

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan tidur ± 9jam/hari, jarang untuk tidur siang dan tidak ada

keluhan pada saat tidur

Keadaan sejak sakit :

Klien mengatakan tidurnya sering terbangun untuk buang air kecil dan sedikit

merasa tidak enak tidur

Observasi : gangguan pola tidur dan istirahat

Ekspresi wajah mengantuk : Positif

Negatif

Banyak menguap : Positif

Negatif

Palpebra inferior berwarna gelap : Positif

Negatif

2. Therapi :

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan selalu memakai kacamata pada saat membaca

31

Page 32: Bab II (Dm) + Patofis Print

Keadaan sejak sakit :

Klien mengatakan selalu memakai kacamata pada saat membaca

Observasi : sedikit gangguan pada pola persepsi dan kognitif

2. Pemeriksaan fisik :

a) Penglihatan

Cornea :baik, mengedip pada saat kasa didekatkan kearah mata

Visus : +2

Pupil : isokor, mengecil ketika diberi rangsangan cahaya

Lensa mata : normal

b) Pendengaran

Kanalis :

Membran timpani : terlihat tampak sedikit ada kotoran atau serumen

Test pendengaran : baik, karena tidak perlu mengulang-ngulang

pertanyaan

c) N I : baik, karena bisa membedakan bau yang

diberikan

d) N II : baik, klien masih bisa membaca dalam jarak 6

meter

e) N V sensorik : baik, klien dapat merasakan rangsangan yang

diberikan pada wajahnya

f) N VII sensorik : baik, klien dapat merasakan rasa yang

diberikan

g) N VIII pendengaran : baik, klien dapat merasakan getaran dan bunyi

yang diberikan

3. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium :

b) Lain-lain :

4. Therapi :

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien seorang ayah dari 5 orang anak, pasien tampak terlihat optimis dan

bersemangat kerja.

32

Page 33: Bab II (Dm) + Patofis Print

Keadaan sejak sakit :

Pasien tampak terlihat optimis dan bersemangat meskipun sedang sakit dan

mengikuti program pengobatan dengan baik

Observasi : Tidak ada perubahan pada sebelum dan sejak sakit

a) Kontak mata : baik

b) Rentang perhatian : baik

c) Suara dan cara bicara : sedikit pelan

d) Postur tubuh : sedikit membungkuk

2. Pemeriksaan fisik :

a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada

b) Abdomen :

Bentuk : soepel

Banyangan vena : tidak ada bayangan vena

Benjolan massa : tidak ada massa

c) Kulit : lesi kulit : tidak ada lesi pada kulit

d) Penggunaan protesa : tidak ada

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien sebagai kepala keluarga dan ayah bagi 5 orang anaknya, sering

bersosialisasi dengan tetangganya dirumah

Keadaan sejak sakit :

Klien hanya bisa bersosialisasi dengan perawat, dokter, dan keluarganya

yang dating menjenguk

Observasi :

Klien tidak bisa bersosialisasi dengan keluarganya dirumah

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS

33

Page 34: Bab II (Dm) + Patofis Print

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien sudah menikah, isteri pertama klien sudah meninggal dari isteri

pertama klien mendapatkan 5 orang anak, 2 tahun terakhir klien sudah

meniakah lagi tetapi belum dikaruniai anak

Keadaan sejak sakit :

Tidak ada keluhan pada pola reproduksi

Observasi :

Tidak ada gangguan pada pola reproduksi dan seksualitas

2. Pemeriksaan fisik :

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan diagnostik : -

a) Laboratorium :-

3. Therapi : -

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan jika ada masalah selalu menceritakan kepada keluarga

terutama isteri dan anak-anaknya dan selalu meminta jalan keluarnya.

2. Keadaan sejak sakit :

Klien menceritakan masalahnya kepada keluarga yang menjenguk dan

perawat yang ada dirungan

Observasi :

Dalam menghadapi masalah klien selalu terbuka kepada keluarganya

3. Pemeriksaan fisik :

a) Tekanan darah : 120/70 mmHg

b) HR : 82 x/mnt

c) Kulit :Keringat dingin : tidak ada

d) Therapi : -

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

34

Page 35: Bab II (Dm) + Patofis Print

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan terkadang selalu berjamaah

dimesjid dekat rumahnya

Keadaan sejak sakit :

Klien tetap sholat walaupun terbaring di tempat tidur

Observasi :

Tidak ada gangguan pada pola system nilai dan kepercayaan

B. ANALISA DATA Lamp. 2

Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei

No. Register : Dx. Medis : Diabetes Melitus

NO HARI/TGL DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. Rabu / 30 Mei 2012

Data Subyektif :

1. Klien mengeluh sering mual saat pagi hari

2. Klien mengatakan sering merasa lapar

Data Obyektif :

1. BB turun progresif (29 Kg)

2. Porsi makan yang disediakan selalu habis

Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Saluran cerna menjadi terganggu

Peningkatan proses glukoneogenesis

Gangguan

pemenuhan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

35

Page 36: Bab II (Dm) + Patofis Print

Terjadi pemecahan lemak

Penurunan simpanan kalori

Peningkatan nafsu makan

Polifagia

2. Rabu / 30 Mei 2012

Data Subyektif :

1. Klien mengatakan sering merasa haus

2. Klien juga mengatakan sering untuk BAK

Data Obyektif :

1. Frekuensi BAK sering (1/2 Jam sekali)

Penurunan insulin

Glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan

Diuresis osmotik

Ambang ginjal mereabsorpsi glukosa

Defisit volume cairan

36

Page 37: Bab II (Dm) + Patofis Print

Kelebihan glukosa

Keluar melalui ginjal

Poliuria

3. Kamis / 31 Mei 2012

Data Subyektif :

1. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit Diabetes Melitus

Data Obyektif :

1. Klien sering bertanya mengenai keadaan penyakitnya

Pola hidup yang tidak sehat

Informasi kurang

Ketidaktahuan dalam proses penyakit

Keterbatasan kognitif

Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan cara diet untuk diabetes

melitus

Kurang pengetahuan berhubungan proses diet diabetik

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN Lamp. 3

Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei

37

Page 38: Bab II (Dm) + Patofis Print

No. Register : Dx. Medis : Diabetes Melitus

NO DX DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan intake berkurang

2. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses diet diabetik

D. INTERVENSI KEPERAWATAN Lamp. 4

Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei

No. Register : Dx. Medis : Diabetes Melitus

TGL/WKT NO DX

TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN TTD

Rabu

30 Mei 2012

J. 09.00 WIB

1. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam, kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi

Kriteria hasil:

1. Berat badan klien

bertambah

2. Klien mematuhi diet

yang di anjurkan

3. Kadar gula darah dalam

batas normal.

4. Tidak ada tanda-tanda

hiperglikemia/hipoglikem

1. Kaji status nutrisi dan

kebiasaan makan.

2. Anjurkan klien untuk

mematuhi diet yang telah

diprogramkan.

3. Berikan konsultasi diet

4. Identifikasi perubahan pola

makan.

5. Catat jumlah / porsi yang

dimakan klien

6. Kolaborasi dengan tim medis

lain untuk pemberian insulin

dan diet diabetik.

Kelompok 1

38

Page 39: Bab II (Dm) + Patofis Print

ia 7. Timbang BB setiap minggu

Rabu

30 Mei 2012

J. 11.00

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x24

jam, defisit volume cairan

teratasi dengan kriteria hasil :

1. Tanda – tanda vital

normal

2. Intake dan output

seimbang

3. Kadar glukosa dalam

darah normal

4. BB bertambah

1. Observasi TTV

2. Catat intake dan output / 24

jam

3. Pantau efektivitas pemberian

insulin

4. Kaji tanda – tanda

hipoglikemia

Kamis

31 Mei 2012

J. 16.00

3 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam, klien memperoleh

informasi yang jelas dan

benar tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

1. Klien dapat

mengidentifikasikan

salah satu tujuan

dan menampakan

perilaku yang

diperlukan untuk

mencapai tujuan

2. Klien mengetahui

tentang penyakit

diabetes melitus

1. Kaji tingkat pengetahuan

klien / keluarga tentang

penyakit DM.

2. Kaji latar belakang

pendidikan klien.

3. Jelaskan tentang proses

penyakit terutama yang

berhubungan dengan

dietnya

4. Ciptakan lingkungan saling

percaya

5. Berikan informasi tentang

kadar glukosa normal

6. Diskusikan tentang rencana

diet

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Lamp. 5

39

Page 40: Bab II (Dm) + Patofis Print

Nama pasien : Tn. J Ruang /Unit : Rafei

No. Register : _________ Dx. Medis : Diabetes Melitus

TGL/WKT NO DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN RESPON KLIEN TTD

1. 1. Observasi TTV2. Memberikan makan 3. Kolaborasi pemberian obat 4. Pemberian insulin5. Melakukan pemeriksaan fisik

a) R/ tanda – tanda vital

klien normal

b) R/ porsi makan yang

diberikan habis

c) R/

d) R / mengembalikan

keadaan insulin dala

batas normal

_____

2. 1. Observasi TTV2. Menghitung balance cairan3. Mengkaji tanda – tanda

hipoglikemia dan hiperglikemia4. Memantau efektivitas dalam

pemberian insulin3. 1. Mengkaji tingkat pengetahuan

klien

2. Menganjurkan klien untuk

mematuhi program diet yang di

anjurkan

3. Memberikan informasi tentang

kadar glukosa normal

4. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang penyakit DM

beserta diet yang dianjurkan.

a) R/ tingkat

pengetahuan klien

sudah cukup baik

karena sedikit

mengerti tentang

penyakitnya

b) R/ klien mengetahui

program diet yang di

anjurkan sangat baik

untuk mengontrol

kadar glukosa agar

tetap dalam batas

normal

c) R/ informasi glukosa

normal sangatlah

penting untuk salah

satu pengetahuan

lebih lanjut, klien pun

sudah tahu kadar

40

Page 41: Bab II (Dm) + Patofis Print

glukosa normal

d) R/ dengan adanya

penkes yang

diberikan klien

mengetahui tentang

penyakit DM dan

cara diet yang

dilakukan.

F. EVALUASI KEPERAWATAN Lamp. 6

Nama pasien : _________ Ruang /Unit : _________

No. Register : _________ Dx. Medis : __________

TGL/WKT NO DX EVALUASI KEPERAWATAN RASIONALISASI TTD

Rabu

13 Sept 10

J. 13.00 WIB

1.

S : Klien mengatakan sedikit mual

saat pagi hari

O : Klien makan habis 1 porsi

TD 120 / 80 mmHg

N 82 x/Menit

RR : 22 x / menit

S : 360 c

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 2 dan 3

R / Klien masih merasakan

mual pada saat pagi hari

tetapi kalu sudah makan

mual tidak ada.

R / untuk nilai tanda –

tanda vital klien sudah

dalam keadaan normal

_____

2. S : klien mengatakan masih sering

haus, lapar, dan sering BAK

O : Frekuensi BAK sering kurang

lebih 12x / hari

R / Klien masih sering BAK

dan sering merasakan

lapar dan haus

R / Frekuensi BAK klien

41

Page 42: Bab II (Dm) + Patofis Print

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi berikutnya

S : klien mengatakan BAK tidak

sebanyak yang kemarin

Klien mengatakan jarang merasa

haus dan lapar saat sudah makan

O : Frekuensi BAK kurang lebih 6x /

hari

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 3

masih diatas normal

R / Klien sering BAK sudah

berkurang dan tidak

melebihi 10 x / hari

R / intervensi selanjutnya

dilanjutkan sebagian

3. S : Klien mengatakan sudah cukup

mengerti tentang penyakitnya

Klien mengatakan sudah dapat

mengetahui bagaimana cara diet

untuk diabetes melitus

O : Klien banyak bertanya saat

diberikan penyuluhan kesehatan

tentang diabetes melitus

A : Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

R / Klien sudah mengerti

tentang apa yang diberikan

dalam mengenal diabetes

melitus dan cara diet

diabetik

42

Page 43: Bab II (Dm) + Patofis Print

G. DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

1. Nama obat : obat oral ( Lipraqy, Janumet,

Glucovances)

2. Klasifikasi/ golongan obat :

43

Page 44: Bab II (Dm) + Patofis Print

3. Dosis umum :

4. Dosis untuk pasien ybs : Lipraqy 1x1 tab

Janumet 1 – 0 – 0

Glucovances 0 – 0 - 1

5. Cara pemberian obat

Glucovances : Terapi awal Dosis permulaan yang dianjurkan: 1.25 mg/250 mg 1-2 x

sehari.

Terapi kedua Dosis permulaan yang dianjurkan: 2.5 mg/500 mg 2 x sehari, dosis sehari

max sampai glibenklamid 20 mg/metformin 2000 mg.

Janumet :

Lipraqy :

6. Mekanisme kerja dan fungsi obat

Glucovances : Terapi tahap kedua untuk Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak dapat

dikontrol dengan diet, olah raga, dan sulfonilurea atau metformin.

Janumet : obat untuk penurun gula darah tanpa insulin

Liproqy :

VIP Albumin :

Rimstar :

7. Alasan pemberian obat pada Pasien :

44

Page 45: Bab II (Dm) + Patofis Print

8. Kontra indikasi :

a. Glucovances : Gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung, kongestif,

hipersensitif terhadap metformin hydrochloride atau glibenclamide atau

sulfonilurea lain, asidosis metabolik akut atau kronik, gangguan fungsi hati,

intoksikasi akut alkohol, alkoholisme, porfiria, laktasi.

b. Janumet :

9. Efek obat

Glucovances : Infeksi saluran napas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit

perut, pusing. :

BAB IV

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus adalah kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smletzer C. Suzanne, 2001).

45

Page 46: Bab II (Dm) + Patofis Print

Seseorang dengan penyakit diabetes miletus memiliki kondisi dimana jumlah

glukosa dalam darah terlalu tinggi ( hiperglikemia ). Hal ini karena tubuh tidak

memproduksi cukup insulin atau bisa juga pankreas memang tidak memproduksi

insulin ( salah satunya karena erusakan pankras ). Hal ini menyebabkan terlalu

banyak glukosa dalam darah kelebihan glukosa dara akhirnya menyebabkan

glukosa lolos keluar dari tubuh dalam urin. Jadi, janan heran jika ada orang yang

menderita diabetes miletus, air kencingnya akan digerogoti semut.

Gejalanya sangat bervariasi, diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-

lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum

yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun.

Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai

kemudian orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.

Pada klien Tn. J yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus type II,

klien mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis selama kurun waktu

3 minggu terakhir yang mencapai peurunan sebanyak 29 kg. sebelumnya klien

memiliki kebiasaan pola hidup yang tidak sehat, dmana klien memiliki kebiasaan

menghabiskan dua bungkus rokok dalam waktu satu hari dan mengkonsumsi

kopi lebih dari tiga gelas perhari ditambah mengkonsumsi sereal yang memiliki

kadar gula yang tinggi.

Sehingga klien dilakukakan pemantauan diet dan pemeriksaan kadar gula

darah secara rutin. Perkembangan kadar gula klien dari awal tanggal masuk

(30/05/12) sampai dengan klien pulang (02/06/12) sudah mulai mengalami

penurunan. Sehingga klien bisa mengontrol dan melakukan pemantauan diet di

rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga klien maupun klien sendiri.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

46

Page 47: Bab II (Dm) + Patofis Print

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, demam tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau

tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya

insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme

karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan

protein.

Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda

dari orang normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada

keadaan puasa kadar glucose darah yang normal adalah 70 – 90/100 ml.

Pada diabetes yang berat angka tersebut dapat mencapai 400 mg/100 ml

atau lebih. Sintesa asam lemak pada penderita DM akan menurun, sebaliknya

oksidasi akan meningkat.

B. Saran

Untuk Institusi atau Rumah Sakit : dengan adanya makalah ini bisa

membantu meningkatkan asuhan keperawatanpada klien dengan penyakit

diabetesdan ulkus diabetikum sehingga dapat memberikan suatu kepuasan

pelayanan untuk klien dan keluarga klien.

Untuk pendidikan: lebih bisa membimbing mahasiswa supaya lebih

terampil dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit

diabetes dan ulkus diabetikum.

DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),

EGC, Jakarta

47

Page 48: Bab II (Dm) + Patofis Print

Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC,

Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi

III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

48