Bab II Definisi Diuretik Kuat
description
Transcript of Bab II Definisi Diuretik Kuat
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Definisi Diuretik
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau merangsang
pengeluaran urin. Dengan kata lain diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, yaitu menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat
terlarut dan air (Mandal, 2014).
Diuretik adalah obat yang dapat meningkatkan volume urine atau laju aliran urin dengan
meningkatkan ekskresi air dan natrium, mekanismenya adalah mengurangi absorpsi dari
natrium dan klorida (natriuresis) dalam filtrat (Katzung, 2014).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali normal
(Sunaryo, 2010).
B. Klasifikasi Diuretik
1. Diuretik Kuat
a. Farmakodinamik
Mekanisme kerja dari diuretik loop adalah dengan menghambat symport Na+/K +/2Cl- di lumen ansa henle cabang ascenden tebal. Hal ini menyebabkan penurunan
reabsorpsi terhadap NaCl serta mengurangi potensial positif di lumen akibat difusi
kembali K + yang meningkatkan ekskresi dari Mg2+ dan Ca2+. Hal ini dapat memicu
terjadinya hipomagnesium pada penggunaan berkepanjangan. Hipokalsemia tidak
terjadi pada pemberian diuretik loop dikarenakan absorpsi Ca2+ di usus dapat dipicu oleh
vitamin D dan Ca2+ juga aktif direabsorpsi pada tubulus kontortus distal (Katzung,
2014).
Pada pasien dengan gangguan hiperkalsemia, dapat diberikan kombinasi antara
diuretik loop dan infus saline untuk meningkatkan ekskresi Ca2+. Agen seperti NSAID
dapat mengganggu kerja diuretik loop melalui penurunan sintesis prostaglandin
(berperan dalam kerja diuretik di ginjal) sehingga perlu berhati-hati terutama pada
pasien dengan sindrom nefrotik atau sirosis hepatic (Hardman, 2012).
Selain memiliki aktivitas diuretik, diuretik loop juga memiliki efek yang belum
diketahui secara lengkap terhadap aliran darah. Contohnya pada penggunaan furosemid
secara intravena pada pasien dengan edema paru et causa gagal jantung akut, dapat
memberikan efek vasodilator (terapi yang berguna) sebelum muncul efek diuretik
(Hardman, 2012).
b. Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang berbeda-
beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hampir 100%. Diuretik kuat
terikat pada protein plasma, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui sistem transpor asam organik di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari
asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh
dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein.
Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara
yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid
diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit (Katzung, 2014).
Torsemid oral diabsorpsi dalam waktu 1 jam dan jika diberikan intravena
absorpsinya hampir sempurna. Durasi efek torsemid sekitar 4-6 jam. Sedangkan
furosemid memerlukan waktu yang lebih panjang untuk diabsorpsi yaitu 2-3 jam, dan
dengan durasi efek yang lebih pendek yaitu 2-3 jam. Waktu paruh keduanya bergantung
pada fungsi ginjal. Pemberian obat-obat lain seperti NSAID atau probenesid dapat
mengurangi sekresi asam lemah yang menyebabkan penurunan sekresi diuretik loop
(Vadivelan, 2013).
c. ESO
Menurut Chiong, 2010, efek samping yang dapat terjadi, yaitu:
1) Alkalosis metabolik hipokalemik
2) Ototoksisitas
3) Hiperurisemia
4) Hipomagnesemia
5) Reaksi alergik dan reaksi lainnya
d. Indikasi
Menurut Felcker 2011, indikasi klinis penggunaan diuretik loop yaitu:
1) Edema paru akut
2) Hiperkalsemia akut
3) Hiperkalemia
4) Gagal ginjal akut
5) Overdosis anion
6) Gagal jantung kronik
7) Sindrom nefrotik
8) Sirosis hepatik dengan komplikasi asites
9) Hipertensi
f. Kontraindikasi
Keadaan prakoma akibat sirosis hati; gagal ginjal dengan anuria (Chiong, 2010).
g. BSO
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari.
Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB. Furosemid
(lasix, farsix, salurix, impugan), Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan
preparat suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak
2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB. Bumetanid(burinex),
Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis
maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan
dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg
(Vadivelan, 2013).
Obat Dosis Oral Harian Total
Bumetanid 0.5-2 mg
Asam etakrinat 50-200 mg
Furosemid 20-80 mg
Torsemid 5-20 mg
Sunaryo, Wilmana. 2010. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK
UI: 380.
Felcker, G.M. Loop Diuretics in Heart Failure. Springer Science + Business Media. 1-7.
Hardman, Joel G., Limbird. Lee E. 2012. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi Edisi
10. Jakarta: EGC.
Katzung, B. G. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 12. Jakarta, SalembaMedika.
Mandal, Ananya. 2014. What is A Diuretic ?. News Medical.
Vadivelan, M.,Dabhi, AS. 2013. Torsemide: A New Loop Diuretic. Indian Journal of Clinical
Practice. 24 (4): 385-388.