Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik
-
Upload
nober-sandy-layuk -
Category
Documents
-
view
232 -
download
11
Transcript of Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam ilmu farmakologi toksikologi juga dibahas tentang obat – obat
dari berbagai jenis penyakit. Pemahaman patofisiologi tiap penyakit dan tujuan
terapeutik tiap strategi pengobatan akan membuat lebih mudah mempelajari
masing – masing obat tersebut.
Ilmu farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan,
mulai dari penemuan bahan baku obat, cara pembuatan obat, pemasaran obat,
hingga pelayanan tentang obat. Segala hal tentang obat tersebut harus diketahui
oleh farmasis seperti penyimpanan yang baik, cara mengkonsumsi obat dengan
baik, reabsorbsi obat didalam tubuh, reaksi atau efek obat dalah tubuh, dosis
berapa ia menyebabkan toksik pada pasien, dan obat-obat apa saja yang tidak
dapat dikonsumsi dengan obat tersebut. Sehingga seorang farmasis dituntut
untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat itu sendiri.
Obat – obat kardiovaskular adalah obat yang secara langsung dapat
memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh yang terganggu ke keadaan
normal. Sedangkan diuretika adalah obat yang berfungsi menurunkan tekanan
darah dan edema dengan meningkatkan pembentukan urin.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan
urin, istilah diuresis mempunyai dua pengertian. Pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksi, dan yang kedua menunjukkan
jumlah penegeluaran zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama obat diuretik adalah
untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Hipertensi ialah meningkatnya tekanan darah dari tekanan darah
normalnya.hipertensi terjadi karena beberapa faktor, diantaranya ialah pola
hidup yang kurang baik dan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Untuk
mencegah penyakit tersebut terjadi kita harus memiliki pola hidup sehat,
diantaranya mengatur pola makan, beristirahat cukup, dan berolahraga cukup.
Tetapi jika penyakit hipertensi sudah terjadi terlebih dahulu, salah satu cara
yang harus dilakukan untuk menurunkan atau menyembuhkan hipertensi adalah
dengan pengobatan.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Melihat dan mengamati efek obat golongan antihipertensi dan obat
golongan diuretik.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan efek hipertensi dengan pemberian kopi pada probandus
dengan mengamati tekanan darahnya.
2. Mengetahui efek obat-obat diuretik yaitu Furosemid, Spironolakton
dan Hidroclorothiazida pada hewan coba mencit (Mus musculus)
dengan mengamati efek diuresisnya.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Antihipertensi
Penetuan efek hipertensi pada probandus dengan mengukur tekanan
darah setelah pemberian zat uji kopi yaitu Kopi Kapal Api, Kopi Torabika,
Kopi Tubruk dan dibandingkan dengan literatur.
2. Diuretik
Penetuan efek beberapa obat diuretik yaitu Furosemid. Spironolakton,
dan Hidroclorothiazida berdasarkan respon pada hewan coba Mencit (Mus
musculus) berupa frekuensi dan volume urine total selama diuresis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Obat – obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran
urine disebut diuretik. Obat – obat ini merupakan penghambat transport ion
yang menurunkan reabsorbsi Na+ pada bagian – bagian nefron yang berbeda.
Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urine dalam jumlah lebih
banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama – sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Jadi
diuretic meningktkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta
komposisiion dirancang dalam urine dan darah. Efektifitas berbagai kelas
diueretik yang berbeda sangat bervariasi dari kurang 2 % untuk “loop diuretic”
yang poten. Penggunaan klinis utama ialah dalam menangani kelainan yang
melibatkan retensi cairan (edema) atau penurunan volume darah, sehingga
terjadi penurunan tekanan darah (1:226).
Kebanyakan diuretic bekerja dengan mengurangi reabsosorbsi natrium,
sehingga pengeluarannya dengan kiemih, dan demikian juga dari air
diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi dirancang
pada tempat-tempat berlainan (2:59).
Diuretik kuat, misalnya furosemid, merupahkan anthipertensi yang lebih
efektif dibandingkan tiazid untuk hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau
gagal jantung. Mula kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat
daripada tiazid. Tetapi teazit lebih efektif untuk bentuk-bentuk hipertensi
lainnya. Karena itu, penggunaan diuretic kuat sebagai anthipertensi oral
biasanya dicadangkan untuk penderita dengan kreatinin serum ≥ 2,5 mg/dl atau
gagal jantung. Masa kerja pendek sehingga untuk mengendalikan tekanan darah
diperlukan pemberian minimal 2 kali sehari (3:330)
Obat-obat kardiovaskular adalah obat-obat yang secara langsung dapat
memuluhkan fungsi otot jantung dan pembuluh yang terganggu ke kedaan
normal. Ganguan-ganguan jantung yang paling lazim adalah angina pectoris,
dimana jantung tidak menerima cukup oksigen kerena penciutan arteri-arteri
jantung; infra jantung, dimana sebagian jantung mati kerena penyaluran darah
tersumbat; dekopensasi, dimana jantung tidak sanggup lagi memelihara
peredaran darah selayaknya. Sedangkan salah satu penyakit adalah
atherosclerosis, dimana dinding-dinding pembuluh-pembuluh nadi besar,
menebal dan mengeras akibat endapan dari antara lain kolesterol dan lemak.
Penyakit ini dapat mengakibatkan hipertensi atau sebaliknya. Secara umum
obat-obat kardiovaskular meliputi obat gagal jantung, antiaritmia, anti angina,
hipolipidemik dan anti hipertensi (4:57)
Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah sistol
(angka atas) adalah titik puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
menumpahkan darah keluar arteri. Sedangkan tekanan darah diastole (angka
bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan
mengisi darah kembali. Jika lebih dari itu maka disebut tekananndarah tinggi
atau hipertensi. Faktor fisiologis yang dapat mengatur tekanan darah tinggi ialah
denyut jantung (4:58)
Hipertensi ringan sering diobati dengan obat tunggal. Yang lebih berat
memerlukan pengobatan beberapa obat yang dipilih untuk mengendalikan satu
dari empat macam obat yang tergantung pada pasien, diuretika, penyekat ß
biasanya diberihkan jika obat pertama adalah penyekat ß. Suatu vasodilator
dapat ditambahkan sebagai langkah ketiga untuk pasien yang tidak responsive
(4:58).
Beberapa Obat Golongan Antihipertensi dan Diuretik
1. Spironolakton
Spironolakton merupakan obat golongan diuretik penyimpan
atau penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja
Spironolakton adalah memblok secara kompetitif ikatan aldosteron pada
reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan dalam tubulus
penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat masuk ke inti sel
bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan protein yang
diinduksi aldosteron tak terjadi. Protein ini berfungsi membuka saluran
Natrium dalam membran sel lumen. Akibatnya absorpsi akan berkurang
dan pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang. Olehnya,
Spironolakton bekerja setelah periode laten beberapa jam. (11 :573-574)
Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada
reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O)
dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton
merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+ total
yang yang berada di bawah kendali aldosteron. Spironolakton terutama
digunakan pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn
(hiperaldosteronisme primer), dan gagal jantung berat. (12 : 35)
2. Furosemid
Furosemid merupakan golongan obat diuretik, yaitu diuretik jerat
henle. Semua diuretik jerat henle bekerja pada cabang menaik yang
tebal dari jerat henle, karena merupakan diuretika yang bekerja kuat
(diuretika plafon tinggi). (11 : 571)
Sifat khas senyawa ini adalah kerjanya singkat akan tetapi amat
intensif. Karena itu, pada dosis rendah dan sedang terlihat penurunan
laju ekskresi yang relatif cepat. Lebih dari 30% ion natrium yang
difiltrasi pada pemberian obat dengan dosis yang cocok akan dapat
diekskresi. Obat ini juga dapat mengekskresi ion kalium dan magnesium
lebih banyak. (11 : 572)
Diuretik jerat henle tipe Furosemid sangat bermanfaat jika
diperlukan kerja yang cepat dan intensif, seperti misalnya pada udem
paru-paru. Disamping itu, jug digunakan pada diuresis yang dipaksakan.
(11 : 572)
Mekanisme kerja Furosemid bahwa senyawa ini dari tepi lumen (
cepat dan bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan cara
ini menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida dalam
cabang tebal jerat henle menaik. (11 : 572)
Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini dari aliran
darah harus masuk ke cairan tubulus. Transpor terutama terjadi melalui
sekresi aktif tubulus proksimal. Ini menjelaskan mengapa pada
insufisiensi ginjal yang proses sekresinya dipengaruhi, diperlukan dosis
yang lebih tinggi dan saat mulai kerja juga lebih lambat. Pada
pemberian secara oral, diuretika jerat henle tipe Furosemid diabsorbsi
dengan cepat tetapi tidak sempurna. Ekskresi senyawa terutama melalui
ginjal disamping ekskresi melalui empedu. (11 : 572)
3. Hidroclorothiazid
Obat ini merupakan golongan obat diuretik, yaitu thiazida.
Senyawa ini masih mempunyai kerja inhibisi lemah pada
karboanhidratase, tetapi ia mempunyai juga sebuah kerja baru yang lain
dan lebih kuat saluretiknya daripada inhibitor karboanhidratase murni.
Secara kualitatif, obat ini mempunyai kerja terapeutik yang besar. (11 :
569-570)
4. Β-bloker
Merupakan obat yang baik untuk hipertensi dengan angina stabil
kronik, tapi dapat memperberat gejala angina Prinzmetal, sehingga
pemberiannya pada pasien hipertensi dengan angina harus
memperhatikan perbedaan kedua jenis angina ini. (7 : 347)
5. Reserpin
Reserpin merupakan obat pertama yang diketahui dapat menghambat
sistem saraf simpatis pada manusia, dan penggunaannya menandai era
baru dalam pengobatan hipertensi secara efektif. Pemberian reserpin
mengakibatkan turunnya curah jantung dan resistensi perifer. Hipotensi
ortostatik jarang terjadi pada dosis rendah yang dianjurkan. Frekuensi
dunyut jantung dan sekresi renin berkurang. Pada pemakaian jangka
panjang sering terjadi retansi air dan menyebabkan pseudotoleransi,
terutama bilaa tidak disertai dengan pemberian diuretik. (7 : 350).
II.2 Uraian Hewan Coba
II.2.1 Karakteristik Hewan Coba (5:2)
Karakteristik dari hewan coba (mencit) yaitu :
Masa pubertas : 35 hari
Masa beranak : Sepanjang tahun
Masa hamil : 19-20 hari
Jumlah sekali lahir : 4-12 ekor
Masa hidup : 2-3 tahun
Masa tumbuh : 6 bulan
Masa menyusui : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 4 tiap tahun
Suhu tubuh : 37,9°C-39,2°C
Laju respirasi : 136-216 per menit
Tekanan darah : 147 per 106 mmHg
Volume darah : 7,3 % berat badan
Luas permukaan : 92 K3g3 dimana K = 11,4
II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba
1. Klasifikasi Mencit
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
2. Klasifikasi manusia
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Primata
Familia : Homones
Genus : Homo
Species : Homo sapiens
II.3 Uraian Bahan
1. Furosemid (6:262)
Nama resmi : Furosemidum
Nama lain : Furosemida/Frusemida
RM/BM : C12H11CIN2O5S/330,74
Rumus Bangun :
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau;
hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P,
larut dalam 75 bagian etanol (95%) P, dan dalam 850
bagian eter P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR
rendah dan kedaruratan hipertensi, edema, edema
paru, dan kadangkala digunakan untuk menurunkan
kadar kalium serum.
Kontra indikasi : Anuria, kekurangan elektrolit
Farmakodinamik : Menghambat reabsorbsi klorida dalam pars asendens
ansa Henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urine
Farmakokionetik : 95% obat terikat protein, dieliminasi dalam bentuk tak
berubah oleh ginjal.
Efek samping : Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiptensi,
hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia,
ototoksisitas, alergi sulfonamid, hipomagnesemia,
alkalosis hipokloremik, hipovolemia
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Diuretikum
Kegunaan : sebagai sampel
Mekanisme kerja : senyawa ini dari tepi lumen (cepat dan bolak-
balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan
cara ini menghambat absorbsi ion natrium, ion
kalium dan ion klorida dalam cabang tebal jerat
henle menaik.
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi : Tiap tablet mengandung 40 mg furosemid
Efek samping : Hiperglikimia, reaksi dermatologik, jarang sekali
terjadi hanya relatif ruangan seperti mual, diare,
muntah, rasa kulit priritos dan penglihatan kabur.
Dosis : Dewasa 1-2 per hari, 1-2 kali. Anak-anak injeksi
parenteral hanya diberihkan yang mengancam jiwa
sehari 1 mg/kg BB.
Nama paten : Afrosic®, Farsis®, Arsiret®
2. Tablet Spironolakton (6:569)
Nama resmi : Spironolactoni Compressi
Nama lain : Tablet Spironolakton
RM/BM : C24H32O4S/416,60
Rumus Bangun :
Pemerian : serbuk kuning tua, tidak berbau, atau berbau asam
tioasetat lemah, rasa agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80 bagian
etanol (95%) p, dalam 3 bagian klorofom, dan dalam
100 bagian eter P.
Farmakodinamik : Meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah
air. Efek natriuresisi disebabkan oleh penghambatan
mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli
distal.
Farmakokinetik : 70 % spironolakton oral diserap disaluran cerna,
mengalami antiheropatik dan metabolisme lintas
pertama. Iktan dengan protein cukup tinggi.
Indikasi : hipertensi essensial, udema pada payah jantung
kongesti, edema yang disertai peningkatan kadar
aldosteron dalam darah, misalnya pada sindrom
nefrotik atau sirosis hati, juga digunkaan dalam
diagnosis maupun pengobatan pada hiperal
dostetonisme primer.
Kontra indikasi : Tidak boleh diberihkan pada penderita hiperkalemia
atau gagal ginjal yang berat.
Efek samping : Menyebabkan ketidakseimbangan endokrin, (jerawat,
kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Terlindung dari cahaya
Kegunaan : Diuretikum
Dosis : dewasa = mula-mula 50-100 mg sehari dalam dosis
bagi, selanjutnya bila perlu dapat ditingkatkan sampai
400 mg. Anak = 3 mg/kg sehari dalam dosis
Nama paten : Carpiaton®, Idrolatton®, Letonal®
3. Kopi instan
Nama sampel : Kopi kapal api
Komposisi : 100 % kopi murni
Netto : 75 g
Produksi : PT. Santos Jaya Abadi
BPOM RI MD : 241113029029
4. Air suling (6:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest, air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus bangun : H-O-H
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, tidak berbau, tidak
berasa, dan bebas dari mikroba
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai pelarut
5. Hidroklorotiazidum (7, 10, 14, 15)
Nama resmi : HYDROCHORTHIAZIDINCOMPERSSI
Sinonim : Tablet hidroklorotiazid, tablet HCT
Rumus bangun :
RM/BM : C7H8CIN3O4S2/297,74
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih tidak
berbau, agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam kloroform p,
dan dalam eter p, larut dalam 200 bagian etanol
(95%) p, dan dalam 20 bagian aseton p, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Farmakodinamik : Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air,
menghambat reabsorbsi elektrolit pada tubuli
distal, menurunkan tekanan darah, dengan efek
langsung terhadap asterial atau vasodilatasi.
Farmakokinetik : Absorbsi melalui saluran cerna baik sekali,
didistribusi kesaluran ekskresi dan dapat melalui
saluran urin dan ditimbang dalam jaringan ginjal.
Dosis : Edema (25-200 mg/hari)
Bentuk sediaan : Tablet
Indikasi : Diuretika, pengobatan tambahan pada hipertensi.
Kontra Indikasi : Anuria, penggunaan bersama terapi litium, gagal
ginjal.
Efek samping : Gangguan metebolit, ketidak seimbangan eletrolit,
gangguam saluran cerna, nafsu makan turun, sakit
kepala, pusing, hipotensi, parestesia, impotensi.
Mekanisme Kerja : Senyawa ini masih mempunyai kerja inhibisi
lemah pada karboanhidratase, tetapi bertahan lebih
lama (6-24 jam). Secara kualitatif, obat ini
mempunyai kerja terapeutik yang besar.
Komposisi : Mengandung 25 mg hidroklorotiazid
Kegunaan : Sebagai sampel.
II.4 Prosedur Kerja
a. Uji Hipertensi
Probandus dikelompokkan menjadi tiga. Tiap kelompok terdiri dari dua
probandus. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal, kemudian
di beri zat uji (kopi) yang berbeda yaitu kopi tubruk, kopi kapal api, dan kopi
torabika, dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian zat uji
(kopi) pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
b. Uji Diuretik
Hewan coba (Mencit) ditimbang dan dikelompokkan menjadi tiga.
Tiap kelompok terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing Mencit diberi
sediaan obat yang berbeda yaitu hidrochlorothiazida, spironolakton, dan
furosemid, kemudian dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume total
urinenya.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat - alat yang digunakan
Batang pengaduk
Gelas piala
Hot plate
Jarum suntik
Kanula
Lumpang dan alu
Papan datar bulat (platform)
Spigmomanometer
Spoid
Stetoskop
Stopwatch
Timbangan analitik
Timbangan mencit
III.1.2 Bahan - bahan yang digunakan
Air suling (aquades)
Furosemid
Hidrochlorothiazida (Hct)
Kertas perkamen
Kopi Kapal Api
Kopi Torabika
Kopi Tubruk
Na CMC
Spironolakton
Tissue
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan Hewan Coba
1. Dipilih hewa coba Mencit yang berbadan sehat.
2. Mencit yang akan digunakan terlebih dahulu dipuasakan kurang
lebih 8 jam namun tetap diberi minum.
3. Mencit ditimbang dengan berat diatas 20 gram dan dibagi
menjadi 3 kelompok, tiap kelompok sebanyak 2 ekor Mencit.
4. Mencit diberi tanda agar mudah dikenali.
III.2.2 Penyiapan Bahan
A. Pembuatan Na CMC
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Ditimbang Na CMC sebanyak 3,5 gram.
3. Dipanaskan aquadest pada suhu 70˚ C kemudian dimasukkan
dalam lumpang sebanyak 20 ml.
4. Didispersikan Na CMC secara merata diatas air dan digerus
hingga homogen.
5. Diencerkan dengan aquadest sedikit demi sedikit hingga 350
ml sambil diaduk hingga homogen.
6. Dimasukkan Na CMC kedalam wadah (gelas kimia) yang
dibagi dalam 4 gelas kimia. Tiga gelas berisi 100 ml untuk
pembuatan sediaan obat, dan satu gelas kimia berisi 50 ml Na
CMC yang akan digunakan sebagai kontrol.
B. Pembuatan sediaan Furosemid
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang tablet Furosemid satu per satu sebanyak 5 tablet,
digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai perhitungan
dosis.
3. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.
4. Didispersikan serbuk Furosemid kedalam Na CMC, dan
diaduk hingga homogen.
5. Ditambahkan Na CMC sampai 100 ml dan diaduk hingga
homogen.
C. Pembuatan sediaan Spironolakton
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang tablet Spironolakton satu per satu sebanyak 5
tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai
perhitungan dosis.
3. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.
4. Didispersikan serbuk Spironolakton kedalam Na CMC, dan
diaduk hingga homogen.
5. Ditambahkan Na CMC sampai 100 ml dan diaduk hingga
homogen.
D. Pembuatan sediaan Hidroclorothiazida
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang tablet Hidroclorothiazida satu per satu sebanyak 5
tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai
perhitungan dosis.
3. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.
4. Didispersikan serbuk Hidroclorothiazida kedalam Na CMC,
dan diaduk hingga homogen.
5. Ditambahkan Na CMC sampai 100 ml dan diaduk hingga
homogen.
III.2.3 Perlakuan Hewan Coba
A. Uji Hipertensi
1. Kelompok probandus pertama terdiri dari 2 orang, laki-laki
dan perempuan. Masing-masing probandus diukur tekanan
darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi kapal api) dan
diukur tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada
selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
2. Kelompok probandus kedua terdiri dari 2 orang, laki-laki dan
perempuan. Masing-masing probandus diukur tekanan darah
awal, kemudian di beri zat uji (kopi torabika) dan diukur
tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada selang
waktu 20, 40 dan 60 menit.
3. Kelompok probandus ketiga terdiri dari 2 orang. Masing-
masing probandus diukur tekanan darah awal. Probandus
pertama diberi kopi tubruk, probandus kedua sebagai kontrol
yang diberi zat uji (kopi tubruk) dan diukur tekanan darah
probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40
dan 60 menit.
B. Uji Diuretik
1. Kelompok Mencit pertama terdiri dari dua ekor Mencit.
Mencit pertama diberi sediaan obat Hidroclorothiazida (Htc)
secara per oral dan Mencit kedua diberi Na CMC sebagai
kontrol. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume
urinenya.
2. Kelompok Mencit kedua terdiri dari dua ekor Mencit.
Masing-masing mencit diberi sediaan obat Spironolakton
secara per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume
urinenya.
3. Kelompok Mencit ketiga terdiri dari dua ekor Mencit.
Masing-masing mencit diberi sediaan obat Furosemid secara
per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume
urinenya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
a. Uji Diuretik
No.
Bobot
Mencit
(gram)
Zat UjiWaktu (menit) Onset
(menit)
Volume
Total Urine
(ml)10 20 30 40 50
1 22 Na CMC - - - - - - -
2 22 Hidroclorothiazida - - - - * 50 0,1
3 22 Spironolakton - - - - - - -
4 20 Spironolakton - - - - - - -
5 22 Furosemid - - - * - 32 0,2
6 22 Furosemid - - - - - - -
b. Uji Hipertensi
No.Nama
ProbandusZat Uji
Tekanan
Darah Awal
(mmHg)
Tekanan Darah Setelah
diberi Zat Uji (mmHg)
20’ 40’ 60’
1 Gusti Ayu Kopi Kapal Api 110/70 120/80 120/90 120/90
2 Muh. Rahmat Kopi Kapal Api 110/80 110/90 120/90 130/90
3 Inoni Kopi Torabika 130/80 110/90 120/80 110/70
4 Muin Arkom D Kopi Torabika 140/90 120/90 120/80 120/70
5 Imelda Mercy Air Putih 130/80 120/80 130/80 120/80
6 Zeth Sangka R Kopi Tubruk 120/90 120/80 120/90 120/90
BAB V
PEMBAHASAN
Telah diketahui bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan
peningkatan tekanan darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang
mengangkut darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun
emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.
Tekanan darah normal orang dewasa pada umumnya adalah 120/80 mmHg, jika
tekanan darah berada diatas tekanan darah normal ( sistol > 120 mmHg, diastol > 80
mmHg) maka akan menyebabkan hipertensi, dan tekanan darah dibawah tekanan
darah normal ( sistol < 120 mmHg, diastol < 80 mmHg) maka akan terjadi hipotensi.
Tekanan darah sistol (angka atas) adalah titik puncak yang tercapai ketika
jantung berkontraksi dan menumpahkan darah keluar arteri, sedangkan tekanan darah
diastol (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks
dan mengisi darah kembali.
Pengujian hipertensi ini dilakukan yaitu dengan mengukur tekanan darah
darin probandusyang telah diberi perlakuann aktivitas dan meminum kopi bubuk
dengan menggunakan alat spigmomanometer dan stetoskop yang digunakan untuk
mendengar denyutan sistol dan diastole. Dimana sistol adalah tekanan darah pada
waktu jantung berkontraksi maksimum sedangkan diastole adalah tekanan darah
dimana terjadi relaksasi pada waktu darah mengisi ventrikel jantung.
Dalam pengukuran tekanan darah terhadap beberapa probandus diukur
sebelumnya yang kemudian diminum kopi dan tiap 20 menit tekanan darah
probandus diukur kembali dan dilakukan hingga 40 menit. Probandus
Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh data yang bervariasi dari
beberapa probandus mulai dari menit ke-20 hingga ke-60. Dalam hal ini dapat
disebabkan oleh probandus sendiri terhadap tekanan darah dimana pada menit ke-20
tekanan darah beberapa probandus menjadi naik,dikarenakan probandus tersebut
mungkin melakukan aktivitas pada saat tersebut, sehingga memungkinkan jantung
menkontraksi darah lebih besar, dan hingga pada menit ke-40 tekanan darahn mulai
menurun dan menjadi normal, hal ini dapat disebabkan karena probandus tidak
melakukan kegiatan apapun, selain itu dipengaruhi oleh kesehatan probandus dimana
beberapa probandus ada yang pusing dan sakit perut pada saat meminum kopi serta
probandus tersebut meminum, minuman dingin antara lain muntah.
Adapun pengaruh dari kafein yaitu dapat menebabkan dilatasi pembuluh
darah koroner dan pulmoner kerena efek langsung pada otot pembuluh darah perifer
yang bersama dengan peninggian curah jantung. Adanya vasodilatasi dan kenaikan
darah jantung menyebabkan tekanan nadi naik, aliran darahn lebih cepat dan lebih
efesien.
Diuretic merupahkan obat yang digunakan untuk mempercepat terbentuknya
urine, sedangkan proses pengeluaran urin disebut dengan dieresis. Pada pengujian
diuretik ini dilakukan dengan melihat volume urin dari hewa coba mencit yaitu
dengan melakukan pemberian Na CMC, spironolakton dan frusemid secara peroral
dengan selang waktu selama 20 menit.
Pada percobaan yang dilakukan, untuk pemberian Na CMC tidak
memberihkan efek urinasi. Selain i2 Na CMC ini hanya digunakan sebagai control
positif, sedangkan pada pemberian spironolakton terhadap hewan coba mencit
memberihhkan efek urinasi sebanyak 1 kali. Yaitu pada menit ke 30 adapun volume
urinnya tidak dapat diukur kerena tidak dapat dipipet, selain itu tertinggla pada
corong. Demikian juga pada pemberian furosemid hanya menyebabkan efek urinasi
sebanyak 3 kali yaitu pada menit ke 20, 30, dan 50. Pada menit ke 20 mencit banyak
mengeluarkan urine dan volume urinnya pun tidak dapt diukur karena tidak dapat
dipipet yang juga tertinggla pada corong.
Kofein adalah alkanoid yang terdapat dalam biji kopi. Kopi mengandung 24
zat, yang terpenting adalah kofein (1-25%). Kofein bekerja menstimulasi SSP,
dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentreasi
dan kecepatan reaksi ditingkatkan, serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki.
Kofein juga dapat memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi dan diuretis. Kofein
diabsorpsi dalam usus, waktu paruhnya 3-5 jam. Dalam hati, zat ini diuraikan hampir
tuntas dan dikeluarkan lewat urine.
Mekanisme kerja furosemid yaitu dengan cara menghambat reabsorbsi
elektrolit di ansa henle asendens bagian epitel tebal. Pada pemberian secara
intraperitorial, obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai
peningkatan filtrasi glomerolus. Perubahan hemodinamik ini mengakibatkan
menurunnya reabsorbsi cairan dan elektrolit di tubuli proksamil serta meningkatkan
efek awal dieresis.
Mekanisme kerja spinolakton yaitu merupahkan penghambat kompetitif
terhadap aldosteron. Obat ini hanya efektif bila terhadap aldosteron baik dengan
endogen maupun eksogen. Pemberian obat ini menyebabkan reabsorbsi Na+ di hilir
tubuli distal dan duktus koligentes dikurangi.
Menurut literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian
ansa henle asenden, hidrochlorothiazida bekerja pada bagian tubulus distal
(penyerap), sedangkan Spironolakton merupakan obat golongan diuretik yang
memiliki efek diuretik lemah, dan merupakan diuretik penghemat kalium dan
meningkatkan reabsorbsi Na dan Cl. Dari hasil pengamatan tersebut, menunjukkan
bahwa Furosemid bekerja lebih cepat dan volume diuresisnya lebih banyak, karena
bekerja pada bagian ansa henle asenden. Hidroclorothiazida bekerja agak lambat
dibandingkan dengan Furosemid, karena Hidroclorothiazida bekerja pada bagian.
Tubulus distal, sehingga waktu obat untuk sampai pada bagian tersebut sedikit lebih
lama. Sedangkan Spironolakton tidak tampak adanya diuresis, mungkin karena
konsntrasi obat atau volume pemberian obat yang belum cukup.
Terjadi beberapa kesalahan pada percobaan ini, diantaranya ialah dari hasil
pengamatan, pemberian kopi pada beberapa probandus tidak menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kopi yang
akan diminum tidak diadu terlebih dahulu, kondisi kesehatan pasien yang kurang
normal, kesalahan dalaam pengukuran tekanan darah, atau alat pengukur tekanan
darah (spigmomanometer) yang kurang baik. Kesalahan lain pada prraktikum
diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan efek yang diinginkan pada hewan
coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat
pembuatan sediaan obat sebelum diberikan kepada hewan coba, obat yang sudah
tidak layak pakai, atau kesalahan cara pemberian.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh :
Kopi yang memiliki efek peningkatan tekanan darah yang tinggi diantara
ketiga kopi (Kopi Kapal Api, Kopi Torabika, Kopi Tubruk) adalah Kopi
Kapal Api, tetapi perubahannya tidak begitu signifikan.
Obat yang memiliki efek diuresis yang tinggi diantara ketiga obat yang
digunakan (furosemid, hidrochlorothiazida, dan spironolakton) adalah
obat furosemid.
VI.2 Saran
Mungkin lebih baik jika percobaan obat hipertensi dan diretika
digunakan senyawa lain yang dapat menybabkan hipertansi seperti minuman
penambah stamina, dan sebagainya.
Sebaiknya alat-alat laboratorium di tambah, seperti spigmomanometer
sehingga praktikum dapat berjalan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Myceck J Mary, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta, 20022. Olson, James, M D, Belajar Mudah Farmakologi, Penerbit Buku Kedokteran
ECG, Jakarta, 20023. Ganiswara, S, G, Farmakologi dan Terap, Edisi IV, Universitas Indonesia
Press, Gaya baru, Jakarta, 2002.4. Tim Penyusun, Penuntun Praktikum Farmakologi Toksikologi, Laboratorium
Farmakologi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan, Makassar, 20095. Yandrizmal, Mencit Hewan Percobaan, hewanpercobaan-mancik.blogspot.com,
2009, 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia edisi ketiga,
Jakarta, 1979. 7. Gunawan, Gan, Sulistia, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, UI : Jakarta, 20098. Mutschler, Ernst, Dinamika Obat Edisi Kelima, ITB : Bandung, 19919. Neal, J., Michael, Farmakologi Medis Edisi Kelima, Erlangga : Jakarta, 2003
LAMPIRAN
A. Perhitungan Dosis
1. Spironolakton
Diketahui :
Dosis Etiket (DE) = 50 mg
Fk = 0,0026
Bobot mencit = 22 g
Bobot tiap tablet = 250 mg
248 mg
251 mg
253 mg
Bobot rata-rata tablet = 250,5 mg
Penyelesaian :
Dosis mencit (DM) = DE x Fk
= 50 x 0,0026
= 0,13 mg
Bobot yang ditimbang = x bobot rata-rata tablet % b/v
= x 250,5 %b/v
= 0,651 % b/v
Volume pemberian = x 1 ml
= 0,73 ml
2. Hidroclorothiazida
Diketahui :
Dosis Etiket (DE) = 25 mg
Fk = 0,0026
Bobot mencit = 22 g
Bobot tiap tablet = 142 mg
151 mg
149 mg
151 mg
143 mg
Bobot rata-rata tablet = 147,2 mg
Penyelesaian :
Dosis mencit (DM) = DE x Fk
= 25 x 0,0026
= 0,065 mg
Bobot yang ditimbang = x bobot rata-rata tablet % b/v
= x 147,2 %b/v
= 0,191 % b/v
Volume pemberian = x 1 ml
= 0,73 ml
3. Furosemid
Diketahui :
Dosis Etiket (DE) = 40 mg
Fk = 0,0026
Bobot mencit = 22 g
Bobot tiap tablet = 168 mg
173 mg
175 mg
173 mg
146 mg
Bobot rata-rata tablet = 167 mg
Penyelesaian :
Dosis mencit (DM) = DE x Fk
= 40 x 0,0026
= 0,104 mg
Bobot yang ditimbang = x bobot rata-rata tablet % b/v
= x 167 %b/v
= 0,347 % b/v
Volume pemberian = x 1 ml
= 0,73 ml