Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

41
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam ilmu farmakologi toksikologi juga dibahas tentang obat – obat dari berbagai jenis penyakit. Pemahaman patofisiologi tiap penyakit dan tujuan terapeutik tiap strategi pengobatan akan membuat lebih mudah mempelajari masing – masing obat tersebut. Ilmu farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan, mulai dari penemuan bahan baku obat, cara pembuatan obat, pemasaran obat, hingga pelayanan tentang obat. Segala hal tentang obat tersebut harus diketahui oleh farmasis seperti penyimpanan yang baik, cara mengkonsumsi obat dengan baik, reabsorbsi obat didalam tubuh, reaksi atau efek obat dalah tubuh, dosis berapa ia menyebabkan toksik pada pasien, dan obat-obat apa saja yang tidak dapat dikonsumsi dengan obat tersebut. Sehingga seorang farmasis dituntut untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat itu sendiri.

Transcript of Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Page 1: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam ilmu farmakologi toksikologi juga dibahas tentang obat – obat

dari berbagai jenis penyakit. Pemahaman patofisiologi tiap penyakit dan tujuan

terapeutik tiap strategi pengobatan akan membuat lebih mudah mempelajari

masing – masing obat tersebut.

Ilmu farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan,

mulai dari penemuan bahan baku obat, cara pembuatan obat, pemasaran obat,

hingga pelayanan tentang obat. Segala hal tentang obat tersebut harus diketahui

oleh farmasis seperti penyimpanan yang baik, cara mengkonsumsi obat dengan

baik, reabsorbsi obat didalam tubuh, reaksi atau efek obat dalah tubuh, dosis

berapa ia menyebabkan toksik pada pasien, dan obat-obat apa saja yang tidak

dapat dikonsumsi dengan obat tersebut. Sehingga seorang farmasis dituntut

untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat itu sendiri.

Obat – obat kardiovaskular adalah obat yang secara langsung dapat

memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh yang terganggu ke keadaan

normal. Sedangkan diuretika adalah obat yang berfungsi menurunkan tekanan

darah dan edema dengan meningkatkan pembentukan urin.

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan

urin, istilah diuresis mempunyai dua pengertian. Pertama menunjukkan adanya

penambahan volume urin yang diproduksi, dan yang kedua menunjukkan

jumlah penegeluaran zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama obat diuretik adalah

untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan

sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.

Hipertensi ialah meningkatnya tekanan darah dari tekanan darah

normalnya.hipertensi terjadi karena beberapa faktor, diantaranya ialah pola

Page 2: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

hidup yang kurang baik dan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Untuk

mencegah penyakit tersebut terjadi kita harus memiliki pola hidup sehat,

diantaranya mengatur pola makan, beristirahat cukup, dan berolahraga cukup.

Tetapi jika penyakit hipertensi sudah terjadi terlebih dahulu, salah satu cara

yang harus dilakukan untuk menurunkan atau menyembuhkan hipertensi adalah

dengan pengobatan.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Melihat dan mengamati efek obat golongan antihipertensi dan obat

golongan diuretik.

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menentukan efek hipertensi dengan pemberian kopi pada probandus

dengan mengamati tekanan darahnya.

2. Mengetahui efek obat-obat diuretik yaitu Furosemid, Spironolakton

dan Hidroclorothiazida pada hewan coba mencit (Mus musculus)

dengan mengamati efek diuresisnya.

I.3 Prinsip Percobaan

1. Antihipertensi

Penetuan efek hipertensi pada probandus dengan mengukur tekanan

darah setelah pemberian zat uji kopi yaitu Kopi Kapal Api, Kopi Torabika,

Kopi Tubruk dan dibandingkan dengan literatur.

2. Diuretik

Penetuan efek beberapa obat diuretik yaitu Furosemid. Spironolakton,

dan Hidroclorothiazida berdasarkan respon pada hewan coba Mencit (Mus

musculus) berupa frekuensi dan volume urine total selama diuresis.

Page 3: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Obat – obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran

urine disebut diuretik. Obat – obat ini merupakan penghambat transport ion

yang menurunkan reabsorbsi Na+ pada bagian – bagian nefron yang berbeda.

Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urine dalam jumlah lebih

banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama – sama air, yang

mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Jadi

diuretic meningktkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta

komposisiion dirancang dalam urine dan darah. Efektifitas berbagai kelas

diueretik yang berbeda sangat bervariasi dari kurang 2 % untuk “loop diuretic”

yang poten. Penggunaan klinis utama ialah dalam menangani kelainan yang

melibatkan retensi cairan (edema) atau penurunan volume darah, sehingga

terjadi penurunan tekanan darah (1:226).

Kebanyakan diuretic bekerja dengan mengurangi reabsosorbsi natrium,

sehingga pengeluarannya dengan kiemih, dan demikian juga dari air

diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi dirancang

pada tempat-tempat berlainan (2:59).

Diuretik kuat, misalnya furosemid, merupahkan anthipertensi yang lebih

efektif dibandingkan tiazid untuk hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau

gagal jantung. Mula kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat

daripada tiazid. Tetapi teazit lebih efektif untuk bentuk-bentuk hipertensi

lainnya. Karena itu, penggunaan diuretic kuat sebagai anthipertensi oral

biasanya dicadangkan untuk penderita dengan kreatinin serum ≥ 2,5 mg/dl atau

gagal jantung. Masa kerja pendek sehingga untuk mengendalikan tekanan darah

diperlukan pemberian minimal 2 kali sehari (3:330)

Page 4: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Obat-obat kardiovaskular adalah obat-obat yang secara langsung dapat

memuluhkan fungsi otot jantung dan pembuluh yang terganggu ke kedaan

normal. Ganguan-ganguan jantung yang paling lazim adalah angina pectoris,

dimana jantung tidak menerima cukup oksigen kerena penciutan arteri-arteri

jantung; infra jantung, dimana sebagian jantung mati kerena penyaluran darah

tersumbat; dekopensasi, dimana jantung tidak sanggup lagi memelihara

peredaran darah selayaknya. Sedangkan salah satu penyakit adalah

atherosclerosis, dimana dinding-dinding pembuluh-pembuluh nadi besar,

menebal dan mengeras akibat endapan dari antara lain kolesterol dan lemak.

Penyakit ini dapat mengakibatkan hipertensi atau sebaliknya. Secara umum

obat-obat kardiovaskular meliputi obat gagal jantung, antiaritmia, anti angina,

hipolipidemik dan anti hipertensi (4:57)

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah sistol

(angka atas) adalah titik puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan

menumpahkan darah keluar arteri. Sedangkan tekanan darah diastole (angka

bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan

mengisi darah kembali. Jika lebih dari itu maka disebut tekananndarah tinggi

atau hipertensi. Faktor fisiologis yang dapat mengatur tekanan darah tinggi ialah

denyut jantung (4:58)

Hipertensi ringan sering diobati dengan obat tunggal. Yang lebih berat

memerlukan pengobatan beberapa obat yang dipilih untuk mengendalikan satu

dari empat macam obat yang tergantung pada pasien, diuretika, penyekat ß

biasanya diberihkan jika obat pertama adalah penyekat ß. Suatu vasodilator

dapat ditambahkan sebagai langkah ketiga untuk pasien yang tidak responsive

(4:58).

Beberapa Obat Golongan Antihipertensi dan Diuretik

1. Spironolakton

Spironolakton merupakan obat golongan diuretik penyimpan

atau penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja

Page 5: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Spironolakton adalah memblok secara kompetitif ikatan aldosteron pada

reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan dalam tubulus

penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat masuk ke inti sel

bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan protein yang

diinduksi aldosteron tak terjadi. Protein ini berfungsi membuka saluran

Natrium dalam membran sel lumen. Akibatnya absorpsi akan berkurang

dan pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang. Olehnya,

Spironolakton bekerja setelah periode laten beberapa jam. (11 :573-574)

Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada

reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O)

dan menurunkan sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton

merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+ total

yang yang berada di bawah kendali aldosteron. Spironolakton terutama

digunakan pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn

(hiperaldosteronisme primer), dan gagal jantung berat. (12 : 35)

2. Furosemid

Furosemid merupakan golongan obat diuretik, yaitu diuretik jerat

henle. Semua diuretik jerat henle bekerja pada cabang menaik yang

tebal dari jerat henle, karena merupakan diuretika yang bekerja kuat

(diuretika plafon tinggi). (11 : 571)

Sifat khas senyawa ini adalah kerjanya singkat akan tetapi amat

intensif. Karena itu, pada dosis rendah dan sedang terlihat penurunan

laju ekskresi yang relatif cepat. Lebih dari 30% ion natrium yang

difiltrasi pada pemberian obat dengan dosis yang cocok akan dapat

diekskresi. Obat ini juga dapat mengekskresi ion kalium dan magnesium

lebih banyak. (11 : 572)

Diuretik jerat henle tipe Furosemid sangat bermanfaat jika

diperlukan kerja yang cepat dan intensif, seperti misalnya pada udem

Page 6: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

paru-paru. Disamping itu, jug digunakan pada diuresis yang dipaksakan.

(11 : 572)

Mekanisme kerja Furosemid bahwa senyawa ini dari tepi lumen (

cepat dan bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan cara

ini menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida dalam

cabang tebal jerat henle menaik. (11 : 572)

Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini dari aliran

darah harus masuk ke cairan tubulus. Transpor terutama terjadi melalui

sekresi aktif tubulus proksimal. Ini menjelaskan mengapa pada

insufisiensi ginjal yang proses sekresinya dipengaruhi, diperlukan dosis

yang lebih tinggi dan saat mulai kerja juga lebih lambat. Pada

pemberian secara oral, diuretika jerat henle tipe Furosemid diabsorbsi

dengan cepat tetapi tidak sempurna. Ekskresi senyawa terutama melalui

ginjal disamping ekskresi melalui empedu. (11 : 572)

3. Hidroclorothiazid

Obat ini merupakan golongan obat diuretik, yaitu thiazida.

Senyawa ini masih mempunyai kerja inhibisi lemah pada

karboanhidratase, tetapi ia mempunyai juga sebuah kerja baru yang lain

dan lebih kuat saluretiknya daripada inhibitor karboanhidratase murni.

Secara kualitatif, obat ini mempunyai kerja terapeutik yang besar. (11 :

569-570)

4. Β-bloker

Merupakan obat yang baik untuk hipertensi dengan angina stabil

kronik, tapi dapat memperberat gejala angina Prinzmetal, sehingga

pemberiannya pada pasien hipertensi dengan angina harus

memperhatikan perbedaan kedua jenis angina ini. (7 : 347)

5. Reserpin

Page 7: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Reserpin merupakan obat pertama yang diketahui dapat menghambat

sistem saraf simpatis pada manusia, dan penggunaannya menandai era

baru dalam pengobatan hipertensi secara efektif. Pemberian reserpin

mengakibatkan turunnya curah jantung dan resistensi perifer. Hipotensi

ortostatik jarang terjadi pada dosis rendah yang dianjurkan. Frekuensi

dunyut jantung dan sekresi renin berkurang. Pada pemakaian jangka

panjang sering terjadi retansi air dan menyebabkan pseudotoleransi,

terutama bilaa tidak disertai dengan pemberian diuretik. (7 : 350).

II.2 Uraian Hewan Coba

II.2.1 Karakteristik Hewan Coba (5:2)

Karakteristik dari hewan coba (mencit) yaitu :

Masa pubertas : 35 hari

Masa beranak : Sepanjang tahun

Masa hamil : 19-20 hari

Jumlah sekali lahir : 4-12 ekor

Masa hidup : 2-3 tahun

Masa tumbuh : 6 bulan

Masa menyusui : 21 hari

Frekuensi kelahiran : 4 tiap tahun

Suhu tubuh : 37,9°C-39,2°C

Laju respirasi : 136-216 per menit

Tekanan darah : 147 per 106 mmHg

Volume darah : 7,3 % berat badan

Luas permukaan : 92 K3g3 dimana K = 11,4

II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba

1. Klasifikasi Mencit

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Page 8: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Class : Mammalia

Ordo : Rodentia

Family : Murinae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

2. Klasifikasi manusia

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Primata

Familia : Homones

Genus : Homo

Species : Homo sapiens

II.3 Uraian Bahan

1. Furosemid (6:262)

Nama resmi : Furosemidum

Nama lain : Furosemida/Frusemida

RM/BM : C12H11CIN2O5S/330,74

Rumus Bangun :

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau;

hampir tidak berasa.

Page 9: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P,

larut dalam 75 bagian etanol (95%) P, dan dalam 850

bagian eter P; larut dalam larutan alkali hidroksida.

Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR

rendah dan kedaruratan hipertensi, edema, edema

paru, dan kadangkala digunakan untuk menurunkan

kadar kalium serum.

Kontra indikasi : Anuria, kekurangan elektrolit

Farmakodinamik : Menghambat reabsorbsi klorida dalam pars asendens

ansa Henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urine

Farmakokionetik : 95% obat terikat protein, dieliminasi dalam bentuk tak

berubah oleh ginjal.

Efek samping : Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiptensi,

hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia,

ototoksisitas, alergi sulfonamid, hipomagnesemia,

alkalosis hipokloremik, hipovolemia

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Diuretikum

Kegunaan : sebagai sampel

Mekanisme kerja : senyawa ini dari tepi lumen (cepat dan bolak-

balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan

cara ini menghambat absorbsi ion natrium, ion

kalium dan ion klorida dalam cabang tebal jerat

henle menaik.

Bentuk sediaan : Tablet

Komposisi : Tiap tablet mengandung 40 mg furosemid

Efek samping : Hiperglikimia, reaksi dermatologik, jarang sekali

terjadi hanya relatif ruangan seperti mual, diare,

muntah, rasa kulit priritos dan penglihatan kabur.

Page 10: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Dosis : Dewasa 1-2 per hari, 1-2 kali. Anak-anak injeksi

parenteral hanya diberihkan yang mengancam jiwa

sehari 1 mg/kg BB.

Nama paten : Afrosic®, Farsis®, Arsiret®

2. Tablet Spironolakton (6:569)

Nama resmi : Spironolactoni Compressi

Nama lain : Tablet Spironolakton

RM/BM : C24H32O4S/416,60

Rumus Bangun :

Pemerian : serbuk kuning tua, tidak berbau, atau berbau asam

tioasetat lemah, rasa agak pahit.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80 bagian

etanol (95%) p, dalam 3 bagian klorofom, dan dalam

100 bagian eter P.

Farmakodinamik : Meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah

air. Efek natriuresisi disebabkan oleh penghambatan

mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli

distal.

Farmakokinetik : 70 % spironolakton oral diserap disaluran cerna,

mengalami antiheropatik dan metabolisme lintas

pertama. Iktan dengan protein cukup tinggi.

Indikasi : hipertensi essensial, udema pada payah jantung

kongesti, edema yang disertai peningkatan kadar

aldosteron dalam darah, misalnya pada sindrom

Page 11: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

nefrotik atau sirosis hati, juga digunkaan dalam

diagnosis maupun pengobatan pada hiperal

dostetonisme primer.

Kontra indikasi : Tidak boleh diberihkan pada penderita hiperkalemia

atau gagal ginjal yang berat.

Efek samping : Menyebabkan ketidakseimbangan endokrin, (jerawat,

kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Terlindung dari cahaya

Kegunaan : Diuretikum

Dosis : dewasa = mula-mula 50-100 mg sehari dalam dosis

bagi, selanjutnya bila perlu dapat ditingkatkan sampai

400 mg. Anak = 3 mg/kg sehari dalam dosis

Nama paten : Carpiaton®, Idrolatton®, Letonal®

3. Kopi instan

Nama sampel : Kopi kapal api

Komposisi : 100 % kopi murni

Netto : 75 g

Produksi : PT. Santos Jaya Abadi

BPOM RI MD : 241113029029

4. Air suling (6:96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Aquadest, air suling

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus bangun : H-O-H

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, tidak berbau, tidak

berasa, dan bebas dari mikroba

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pelarut

Page 12: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

5. Hidroklorotiazidum (7, 10, 14, 15)

Nama resmi : HYDROCHORTHIAZIDINCOMPERSSI

Sinonim : Tablet hidroklorotiazid, tablet HCT

Rumus bangun :

RM/BM : C7H8CIN3O4S2/297,74

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih tidak

berbau, agak pahit.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam kloroform p,

dan dalam eter p, larut dalam 200 bagian etanol

(95%) p, dan dalam 20 bagian aseton p, larut

dalam larutan alkali hidroksida.

Farmakodinamik : Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air,

menghambat reabsorbsi elektrolit pada tubuli

distal, menurunkan tekanan darah, dengan efek

langsung terhadap asterial atau vasodilatasi.

Farmakokinetik : Absorbsi melalui saluran cerna baik sekali,

didistribusi kesaluran ekskresi dan dapat melalui

saluran urin dan ditimbang dalam jaringan ginjal.

Dosis : Edema (25-200 mg/hari)

Bentuk sediaan : Tablet

Indikasi : Diuretika, pengobatan tambahan pada hipertensi.

Kontra Indikasi : Anuria, penggunaan bersama terapi litium, gagal

ginjal.

Page 13: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Efek samping : Gangguan metebolit, ketidak seimbangan eletrolit,

gangguam saluran cerna, nafsu makan turun, sakit

kepala, pusing, hipotensi, parestesia, impotensi.

Mekanisme Kerja : Senyawa ini masih mempunyai kerja inhibisi

lemah pada karboanhidratase, tetapi bertahan lebih

lama (6-24 jam). Secara kualitatif, obat ini

mempunyai kerja terapeutik yang besar.

Komposisi : Mengandung 25 mg hidroklorotiazid

Kegunaan : Sebagai sampel.

II.4 Prosedur Kerja

a. Uji Hipertensi

Probandus dikelompokkan menjadi tiga. Tiap kelompok terdiri dari dua

probandus. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal, kemudian

di beri zat uji (kopi) yang berbeda yaitu kopi tubruk, kopi kapal api, dan kopi

torabika, dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian zat uji

(kopi) pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.

b. Uji Diuretik

Hewan coba (Mencit) ditimbang dan dikelompokkan menjadi tiga.

Tiap kelompok terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing Mencit diberi

sediaan obat yang berbeda yaitu hidrochlorothiazida, spironolakton, dan

furosemid, kemudian dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume total

urinenya.

Page 14: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat - alat yang digunakan

Batang pengaduk

Gelas piala

Hot plate

Jarum suntik

Kanula

Lumpang dan alu

Papan datar bulat (platform)

Spigmomanometer

Spoid

Stetoskop

Stopwatch

Timbangan analitik

Timbangan mencit

III.1.2 Bahan - bahan yang digunakan

Air suling (aquades)

Furosemid

Hidrochlorothiazida (Hct)

Kertas perkamen

Kopi Kapal Api

Kopi Torabika

Kopi Tubruk

Na CMC

Spironolakton

Page 15: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Tissue

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Penyiapan Hewan Coba

1. Dipilih hewa coba Mencit yang berbadan sehat.

2. Mencit yang akan digunakan terlebih dahulu dipuasakan kurang

lebih 8 jam namun tetap diberi minum.

3. Mencit ditimbang dengan berat diatas 20 gram dan dibagi

menjadi 3 kelompok, tiap kelompok sebanyak 2 ekor Mencit.

4. Mencit diberi tanda agar mudah dikenali.

III.2.2 Penyiapan Bahan

A. Pembuatan Na CMC

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

2. Ditimbang Na CMC sebanyak 3,5 gram.

3. Dipanaskan aquadest pada suhu 70˚ C kemudian dimasukkan

dalam lumpang sebanyak 20 ml.

4. Didispersikan Na CMC secara merata diatas air dan digerus

hingga homogen.

5. Diencerkan dengan aquadest sedikit demi sedikit hingga 350

ml sambil diaduk hingga homogen.

6. Dimasukkan Na CMC kedalam wadah (gelas kimia) yang

dibagi dalam 4 gelas kimia. Tiga gelas berisi 100 ml untuk

pembuatan sediaan obat, dan satu gelas kimia berisi 50 ml Na

CMC yang akan digunakan sebagai kontrol.

B. Pembuatan sediaan Furosemid

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang tablet Furosemid satu per satu sebanyak 5 tablet,

digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai perhitungan

dosis.

3. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.

Page 16: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

4. Didispersikan serbuk Furosemid kedalam Na CMC, dan

diaduk hingga homogen.

5. Ditambahkan Na CMC sampai 100 ml dan diaduk hingga

homogen.

C. Pembuatan sediaan Spironolakton

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang tablet Spironolakton satu per satu sebanyak 5

tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai

perhitungan dosis.

3. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.

4. Didispersikan serbuk Spironolakton kedalam Na CMC, dan

diaduk hingga homogen.

5. Ditambahkan Na CMC sampai 100 ml dan diaduk hingga

homogen.

D. Pembuatan sediaan Hidroclorothiazida

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang tablet Hidroclorothiazida satu per satu sebanyak 5

tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai

perhitungan dosis.

3. Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.

4. Didispersikan serbuk Hidroclorothiazida kedalam Na CMC,

dan diaduk hingga homogen.

5. Ditambahkan Na CMC sampai 100 ml dan diaduk hingga

homogen.

III.2.3 Perlakuan Hewan Coba

A. Uji Hipertensi

1. Kelompok probandus pertama terdiri dari 2 orang, laki-laki

dan perempuan. Masing-masing probandus diukur tekanan

Page 17: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi kapal api) dan

diukur tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada

selang waktu 20, 40 dan 60 menit.

2. Kelompok probandus kedua terdiri dari 2 orang, laki-laki dan

perempuan. Masing-masing probandus diukur tekanan darah

awal, kemudian di beri zat uji (kopi torabika) dan diukur

tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada selang

waktu 20, 40 dan 60 menit.

3. Kelompok probandus ketiga terdiri dari 2 orang. Masing-

masing probandus diukur tekanan darah awal. Probandus

pertama diberi kopi tubruk, probandus kedua sebagai kontrol

yang diberi zat uji (kopi tubruk) dan diukur tekanan darah

probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40

dan 60 menit.

B. Uji Diuretik

1. Kelompok Mencit pertama terdiri dari dua ekor Mencit.

Mencit pertama diberi sediaan obat Hidroclorothiazida (Htc)

secara per oral dan Mencit kedua diberi Na CMC sebagai

kontrol. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume

urinenya.

2. Kelompok Mencit kedua terdiri dari dua ekor Mencit.

Masing-masing mencit diberi sediaan obat Spironolakton

secara per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume

urinenya.

3. Kelompok Mencit ketiga terdiri dari dua ekor Mencit.

Masing-masing mencit diberi sediaan obat Furosemid secara

per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume

urinenya.

BAB IV

Page 18: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

a. Uji Diuretik

No.

Bobot

Mencit

(gram)

Zat UjiWaktu (menit) Onset

(menit)

Volume

Total Urine

(ml)10 20 30 40 50

1 22 Na CMC - - - - - - -

2 22 Hidroclorothiazida - - - - * 50 0,1

3 22 Spironolakton - - - - - - -

4 20 Spironolakton - - - - - - -

5 22 Furosemid - - - * - 32 0,2

6 22 Furosemid - - - - - - -

b. Uji Hipertensi

No.Nama

ProbandusZat Uji

Tekanan

Darah Awal

(mmHg)

Tekanan Darah Setelah

diberi Zat Uji (mmHg)

20’ 40’ 60’

1 Gusti Ayu Kopi Kapal Api 110/70 120/80 120/90 120/90

2 Muh. Rahmat Kopi Kapal Api 110/80 110/90 120/90 130/90

3 Inoni Kopi Torabika 130/80 110/90 120/80 110/70

4 Muin Arkom D Kopi Torabika 140/90 120/90 120/80 120/70

5 Imelda Mercy Air Putih 130/80 120/80 130/80 120/80

6 Zeth Sangka R Kopi Tubruk 120/90 120/80 120/90 120/90

BAB V

Page 19: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan

peningkatan tekanan darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang

mengangkut darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun

emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.

Tekanan darah normal orang dewasa pada umumnya adalah 120/80 mmHg, jika

tekanan darah berada diatas tekanan darah normal ( sistol > 120 mmHg, diastol > 80

mmHg) maka akan menyebabkan hipertensi, dan tekanan darah dibawah tekanan

darah normal ( sistol < 120 mmHg, diastol < 80 mmHg) maka akan terjadi hipotensi.

Tekanan darah sistol (angka atas) adalah titik puncak yang tercapai ketika

jantung berkontraksi dan menumpahkan darah keluar arteri, sedangkan tekanan darah

diastol (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks

dan mengisi darah kembali.

Pengujian hipertensi ini dilakukan yaitu dengan mengukur tekanan darah

darin probandusyang telah diberi perlakuann aktivitas dan meminum kopi bubuk

dengan menggunakan alat spigmomanometer dan stetoskop yang digunakan untuk

mendengar denyutan sistol dan diastole. Dimana sistol adalah tekanan darah pada

waktu jantung berkontraksi maksimum sedangkan diastole adalah tekanan darah

dimana terjadi relaksasi pada waktu darah mengisi ventrikel jantung.

Dalam pengukuran tekanan darah terhadap beberapa probandus diukur

sebelumnya yang kemudian diminum kopi dan tiap 20 menit tekanan darah

probandus diukur kembali dan dilakukan hingga 40 menit. Probandus

Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh data yang bervariasi dari

beberapa probandus mulai dari menit ke-20 hingga ke-60. Dalam hal ini dapat

disebabkan oleh probandus sendiri terhadap tekanan darah dimana pada menit ke-20

tekanan darah beberapa probandus menjadi naik,dikarenakan probandus tersebut

mungkin melakukan aktivitas pada saat tersebut, sehingga memungkinkan jantung

Page 20: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

menkontraksi darah lebih besar, dan hingga pada menit ke-40 tekanan darahn mulai

menurun dan menjadi normal, hal ini dapat disebabkan karena probandus tidak

melakukan kegiatan apapun, selain itu dipengaruhi oleh kesehatan probandus dimana

beberapa probandus ada yang pusing dan sakit perut pada saat meminum kopi serta

probandus tersebut meminum, minuman dingin antara lain muntah.

Adapun pengaruh dari kafein yaitu dapat menebabkan dilatasi pembuluh

darah koroner dan pulmoner kerena efek langsung pada otot pembuluh darah perifer

yang bersama dengan peninggian curah jantung. Adanya vasodilatasi dan kenaikan

darah jantung menyebabkan tekanan nadi naik, aliran darahn lebih cepat dan lebih

efesien.

Diuretic merupahkan obat yang digunakan untuk mempercepat terbentuknya

urine, sedangkan proses pengeluaran urin disebut dengan dieresis. Pada pengujian

diuretik ini dilakukan dengan melihat volume urin dari hewa coba mencit yaitu

dengan melakukan pemberian Na CMC, spironolakton dan frusemid secara peroral

dengan selang waktu selama 20 menit.

Pada percobaan yang dilakukan, untuk pemberian Na CMC tidak

memberihkan efek urinasi. Selain i2 Na CMC ini hanya digunakan sebagai control

positif, sedangkan pada pemberian spironolakton terhadap hewan coba mencit

memberihhkan efek urinasi sebanyak 1 kali. Yaitu pada menit ke 30 adapun volume

urinnya tidak dapat diukur kerena tidak dapat dipipet, selain itu tertinggla pada

corong. Demikian juga pada pemberian furosemid hanya menyebabkan efek urinasi

sebanyak 3 kali yaitu pada menit ke 20, 30, dan 50. Pada menit ke 20 mencit banyak

mengeluarkan urine dan volume urinnya pun tidak dapt diukur karena tidak dapat

dipipet yang juga tertinggla pada corong.

Kofein adalah alkanoid yang terdapat dalam biji kopi. Kopi mengandung 24

zat, yang terpenting adalah kofein (1-25%). Kofein bekerja menstimulasi SSP,

dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentreasi

dan kecepatan reaksi ditingkatkan, serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki.

Kofein juga dapat memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi dan diuretis. Kofein

Page 21: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

diabsorpsi dalam usus, waktu paruhnya 3-5 jam. Dalam hati, zat ini diuraikan hampir

tuntas dan dikeluarkan lewat urine.

Mekanisme kerja furosemid yaitu dengan cara menghambat reabsorbsi

elektrolit di ansa henle asendens bagian epitel tebal. Pada pemberian secara

intraperitorial, obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai

peningkatan filtrasi glomerolus. Perubahan hemodinamik ini mengakibatkan

menurunnya reabsorbsi cairan dan elektrolit di tubuli proksamil serta meningkatkan

efek awal dieresis.

Mekanisme kerja spinolakton yaitu merupahkan penghambat kompetitif

terhadap aldosteron. Obat ini hanya efektif bila terhadap aldosteron baik dengan

endogen maupun eksogen. Pemberian obat ini menyebabkan reabsorbsi Na+ di hilir

tubuli distal dan duktus koligentes dikurangi.

Menurut literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian

ansa henle asenden, hidrochlorothiazida bekerja pada bagian tubulus distal

(penyerap), sedangkan Spironolakton merupakan obat golongan diuretik yang

memiliki efek diuretik lemah, dan merupakan diuretik penghemat kalium dan

meningkatkan reabsorbsi Na dan Cl. Dari hasil pengamatan tersebut, menunjukkan

bahwa Furosemid bekerja lebih cepat dan volume diuresisnya lebih banyak, karena

bekerja pada bagian ansa henle asenden. Hidroclorothiazida bekerja agak lambat

dibandingkan dengan Furosemid, karena Hidroclorothiazida bekerja pada bagian.

Tubulus distal, sehingga waktu obat untuk sampai pada bagian tersebut sedikit lebih

lama. Sedangkan Spironolakton tidak tampak adanya diuresis, mungkin karena

konsntrasi obat atau volume pemberian obat yang belum cukup.

Terjadi beberapa kesalahan pada percobaan ini, diantaranya ialah dari hasil

pengamatan, pemberian kopi pada beberapa probandus tidak menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kopi yang

akan diminum tidak diadu terlebih dahulu, kondisi kesehatan pasien yang kurang

normal, kesalahan dalaam pengukuran tekanan darah, atau alat pengukur tekanan

darah (spigmomanometer) yang kurang baik. Kesalahan lain pada prraktikum

Page 22: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan efek yang diinginkan pada hewan

coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat

pembuatan sediaan obat sebelum diberikan kepada hewan coba, obat yang sudah

tidak layak pakai, atau kesalahan cara pemberian.

BAB VI

Page 23: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh :

Kopi yang memiliki efek peningkatan tekanan darah yang tinggi diantara

ketiga kopi (Kopi Kapal Api, Kopi Torabika, Kopi Tubruk) adalah Kopi

Kapal Api, tetapi perubahannya tidak begitu signifikan.

Obat yang memiliki efek diuresis yang tinggi diantara ketiga obat yang

digunakan (furosemid, hidrochlorothiazida, dan spironolakton) adalah

obat furosemid.

VI.2 Saran

Mungkin lebih baik jika percobaan obat hipertensi dan diretika

digunakan senyawa lain yang dapat menybabkan hipertansi seperti minuman

penambah stamina, dan sebagainya.

Sebaiknya alat-alat laboratorium di tambah, seperti spigmomanometer

sehingga praktikum dapat berjalan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

1. Myceck J Mary, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta, 20022. Olson, James, M D, Belajar Mudah Farmakologi, Penerbit Buku Kedokteran

ECG, Jakarta, 20023. Ganiswara, S, G, Farmakologi dan Terap, Edisi IV, Universitas Indonesia

Press, Gaya baru, Jakarta, 2002.4. Tim Penyusun, Penuntun Praktikum Farmakologi Toksikologi, Laboratorium

Farmakologi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan, Makassar, 20095. Yandrizmal, Mencit Hewan Percobaan, hewanpercobaan-mancik.blogspot.com,

2009, 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia edisi ketiga,

Jakarta, 1979. 7. Gunawan, Gan, Sulistia, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, UI : Jakarta, 20098. Mutschler, Ernst, Dinamika Obat Edisi Kelima, ITB : Bandung, 19919. Neal, J., Michael, Farmakologi Medis Edisi Kelima, Erlangga : Jakarta, 2003

LAMPIRAN

Page 25: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

A. Perhitungan Dosis

1. Spironolakton

Diketahui :

Dosis Etiket (DE) = 50 mg

Fk = 0,0026

Bobot mencit = 22 g

Bobot tiap tablet = 250 mg

248 mg

251 mg

253 mg

Bobot rata-rata tablet = 250,5 mg

Penyelesaian :

Dosis mencit (DM) = DE x Fk

= 50 x 0,0026

= 0,13 mg

Bobot yang ditimbang = x bobot rata-rata tablet % b/v

= x 250,5 %b/v

= 0,651 % b/v

Volume pemberian = x 1 ml

= 0,73 ml

2. Hidroclorothiazida

Diketahui :

Dosis Etiket (DE) = 25 mg

Page 26: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

Fk = 0,0026

Bobot mencit = 22 g

Bobot tiap tablet = 142 mg

151 mg

149 mg

151 mg

143 mg

Bobot rata-rata tablet = 147,2 mg

Penyelesaian :

Dosis mencit (DM) = DE x Fk

= 25 x 0,0026

= 0,065 mg

Bobot yang ditimbang = x bobot rata-rata tablet % b/v

= x 147,2 %b/v

= 0,191 % b/v

Volume pemberian = x 1 ml

= 0,73 ml

3. Furosemid

Diketahui :

Dosis Etiket (DE) = 40 mg

Fk = 0,0026

Bobot mencit = 22 g

Bobot tiap tablet = 168 mg

173 mg

Page 27: Laporan Kardiovaskular Dan Diuretik

175 mg

173 mg

146 mg

Bobot rata-rata tablet = 167 mg

Penyelesaian :

Dosis mencit (DM) = DE x Fk

= 40 x 0,0026

= 0,104 mg

Bobot yang ditimbang = x bobot rata-rata tablet % b/v

= x 167 %b/v

= 0,347 % b/v

Volume pemberian = x 1 ml

= 0,73 ml