UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS EKSTRAK ... · diuretik alami dengan indeks diuretik...

148
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ZAITUN (Olea europaea L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY SKRIPSI MUHAIMINUL MAULIDZA NIM. 11141020000066 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA AGUSTUS 2018

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS EKSTRAK ... · diuretik alami dengan indeks diuretik...

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ZAITUN

(Olea europaea L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH

JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY

SKRIPSI

MUHAIMINUL MAULIDZA

NIM. 11141020000066

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2018

ii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ZAITUN

(Olea europaea L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH

JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

MUHAIMINUL MAULIDZA

NIM. 11141020000066

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2018

iii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

iv UIN SYARIF HIDAYATULLAH

v UIN SYARIF HIDAYATULLAH

vi UIN SYARIF HIDAYATULLAH

ABSTRAK

Nama : Muhaiminul Maulidza

Program Studi : Strata-1-Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun (Olea

europaea L.) sebagai Diuretik pada Tikus Putih Jantan Galur

Sprague-Dawley

Daun zaitun (Olea europaea L.) merupakan salah satu tanaman yang

berkhasiat sebagai obat yang salah satunya adalah diuretik. Daun zaitun

mengandung beberapa golongan metabolit sekunder seperti flavonoid, triterpen,

sterol, dan saponin yang berpotensi sebagai diuretik. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui potensi ekstrak etanol 70% daun zaitun pada tikus putih jantan

galur Sprague-Dawley. Sebanyak 30 ekor tikus dengan bobot badan antara 150-

250 gram dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan dengan masing-masing

kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok

furosemid, kelompok ekstrak etanol 70% daun zaitun dengan dosis 150mg/kgbb,

300mg/kgbb, dan 600mg/kgbb, serta kelompok Na CMC 0,5%, dan kelompok

urea. Metode Lipschitz digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mencekokan

larutan NaCl 0,9% sebanyak 2 ml kemudian diberikan perlakuan sesuai dengan

kelompok perlakuan selama 7 hari. Seluruh perlakuan diberikan secara peroral.

Parameter yang diamati adalah volume urin, pH, kadar natrium, kalium, dan

klorida, kadar asam urat serta bersihan kreatinin. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ekstrak etanol 70% daun zaitun pada dosis 600mg/kgbb berpotensi sebagai

diuretik alami dengan indeks diuretik sebesar 0,9, menghasilkan efek

penghambatan karbonik anhidrase, menyebabkan alkalinisasi pada urin, serta

tidak mempengaruhi kadar asam urat dan bersihan kreatinin.

Kata Kunci : Ekstrak etanol 70% daun zaitun, aktivitas diuretik, natrium, kalium,

klorida, pH, asam urat, bersihan kreatinin

vii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

ABSTRACT

Name : Muhaiminul Maulidza

Major : Bachelor of Pharmacy

Title : Activity Test of 70% Ethanolic Extract of Olive Leaves

(Olea europaea L.) as Diuretic in Male Sprague-Dawley

Rats.

Olive leaves (Olea europaea L.) are one of the plants that can be used as a

medicine with diuretic property. Olive leaves contain secondary metabolite like

flavonoids, triterpenes, sterols, and saponins that can be potentially used as a

diuretic. This research aimed to identify the potency of 70% ethanol extract of

olive leaves on Sprague-Dawley Rats. 30 rats, each weight in between 150-250

gram, are divided into six groups with five rats each. Each groups are treated

differently. The group consists of furosemide group, 70% ethanolic extract of

olive leaf group at the doses of 150 mg/kgbw , 300 mg/kgbw, and 600 mg/kgbw,

also Na CMC 0.5% group, and urea group. Lipschitz method is used in this

research by taking 2 ml of NaCl 0.9% and then each group treated accordingly for

7 days. The treatments were administered by orally. Parameters that is being

observed are urine volume, pH, sodium, potassium, and chloride level, uric acid

level, and creatinine clearance. Results showed that 600mg/kgbw dose of 70%

ethanol extract of olive leaves have a potency as a natural diuretic with 0.9

diuretic index level that cause inhibition of carbonic anhydrase, cause

alkalinization in urine, and without affecting uric acid level and creatinine

clearance.

Keywords : 70% ethanolic extract of olive leaves, diuretic activity, sodium,

potassium, chloride, pH, uric acid, crratinine clearance.

viii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat sehat, iman islam, rezeki, petunjuk, kekuatan, rahmat beserta

kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji

Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun (Olea europaea L.) sebagai Diuretik

pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley. Shalawat serta salam semoga

terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan

umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program

Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syartif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, semua

perkuliahan sampai penulisan skripsi ini akan terasa sulit. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Mamah Mulyani Muhasan dan Ayah Wawan

Sofwan yang telah melimpahkan kasih sayang, motivasi, pengorbanan, dan

doa yang tak terhenti.

2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt dan Ibu Nurlaely Mida R, M.Biomed., DMS

selaku dosen pembimning skripsi penulis yang telah memberikan waktu,

motivasi, pikiran, dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt dan Nelly Suryani, Ph.D., Apt selaku Kepala dan

Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Adik tercinta yakni Sri Latifah, Adam Djulfikar dan Niswah Hanifah yang

telah memotivasi, menghibur serta mendoakan penulis.

6. Fariz Agus Mahira atas dukungan, perhatian, semangat, motivasi, waktu, dan

kesediaannya menemani dan mendengarkan keluh kesah penulis selama ini.

7. Khilal Fadilah, Rifandi Aditya, dan Arjal Kusuma atas perhatian, dukungan,

dan motivasinya selama ini.

ix UIN SYARIF HIDAYATULLAH

8. Dian, Marsha, Niswah, dan Yofan atas dukungan dan motivasinya.

9. Sahabat-sahabat yang telah memberi warna diperkuliahan Ramadhani, Dea,

Cut, Corry, Revy, Luluk, Puspita, Syifa, Divya, dan Hadi yang tiada hentinya

memberikan semangat dan hiburan semasa awal hingga akhir perkuliahan.

10. Teman-teman Animal House Khoi, Inez, Jida, Cut, Dea, Nida, Ridho, Ezi,

Maya dan Diana yang telah membantu proses penelitian.

11. Kakak laboran Farmasi Kak Eris, Kak Yaenap, Mba Rani, Kak Lisa, dan Kak

Walid yang telah membantu penulis selama penelitian.

12. Teman-teman angkatan 2014 untuk segala sesuatunya yang telah berlangsung

selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yng

membangun agar skripsi ini menjadi jauh lebih baik. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis, masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 3 Agustus 2018

Penulis

x UIN SYARIF HIDAYATULLAH

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Muhaiminul Maulidza

NIM : 11141020000066

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya

dengan judul

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun (Olea europaea L.) sebagai

Diuretik pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 3 Agustus 2018

(Muhaiminul Maulidza)

xi UIN SYARIF HIDAYATULLAH

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ....... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

1.3 Hipotesa....................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Tanaman Zaitun .......................................................................................... 4

2.1.1 Taksonomi ....................................................................................... 4

2.1.2 Morfologi ........................................................................................ 4

2.1.3 Habitat dan Penyebaran................................................................... 5

2.1.4 Kandungan Kimia ........................................................................... 5

2.1.5 Khasiat............................................................................................. 6

2.2 Ginjal ........................................................................................................... 6

2.3 Diuretik ....................................................................................................... 8

2.3.1 Inhibitor Karbonat Anhidrase ......................................................... 9

2.3.2 Diuretik Osmotik ........................................................................... 10

2.3.3 Inhibitor Symport Na+-K

+-2Cl

- ..................................................... 11

xii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2.3.4 Diuretik Tiazid .............................................................................. 11

2.3.5 Diuretik Hemat Kalium ................................................................. 12

2.3.6 Penghambat Hormon Antidiuretik (ADH Antagonists) ................ 13

2.4 Metode Uji Diuretik .................................................................................. 13

2.5 Pemeriksaan Fungsi Ginjal ....................................................................... 14

2.5.1 Pemeriksaan Kadar Kreatinin ....................................................... 14

2.5.2 Pemeriksaan Kadar Asam Urat ..................................................... 15

2.6 Tikus (Rattus novergicus) ......................................................................... 16

2.7 Furosemid .................................................................................................. 18

2.8 Urea ........................................................................................................... 19

2.9 Simplisia .................................................................................................... 19

2.10 Ekstrak dan Ekstraksi ................................................................................ 20

2.10.1 Ekstrak........................................................................................... 20

2.10.2 Ekstraksi ........................................................................................ 20

2.10.3 Metode Ekstraksi ........................................................................... 20

2.11 Parameter-parameter Standar Ekstrak ....................................................... 23

2.11.1 Parameter Spesifik Ekstrak ........................................................... 23

2.11.2 Parameter Non Spesifik Ekstrak (Depkes RI, 2000) ..................... 24

2.12 Spektrofotometer Serapan Atom ............................................................... 26

2.12.1 Prinsip Kerja Spektrofotometer Serapan Atom ............................ 26

2.12.2 Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom .................................. 27

BAB III METODOLOGI ................................................................................... 29

3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................... 29

3.1.1 Waktu ............................................................................................ 29

3.1.2 Tempat........................................................................................... 29

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 29

3.2.1 Alat ................................................................................................ 29

3.2.2 Bahan............................................................................................. 29

3.3 Hewan Uji ................................................................................................. 30

3.4 Rancangan Penelitian ................................................................................ 30

3.4.1 Besar Sampel ................................................................................. 30

3.4.2 Dosis dan Waktu Perlakuan .......................................................... 30

xiii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3.5 Prosedur Kerja ........................................................................................... 31

3.5.1 Determinasi Tanaman ................................................................... 31

3.5.2 Pembuatan Ekstrak ........................................................................ 31

3.5.3 Penapisan Fitokimia ...................................................................... 31

3.5.3.1 Alkaloid ................................................................................ 31

3.5.3.2 Flavonoid ............................................................................. 31

3.5.3.3 Tanin .................................................................................... 32

3.5.3.4 Saponin ................................................................................. 32

3.5.3.5 Terpenoid ............................................................................. 32

3.5.3.6 Steroid .................................................................................. 32

3.5.4 Pengujian Parameter Spesifik ....................................................... 33

3.5.4.1 Identitas ................................................................................ 33

3.5.4.2 Organoleptik ......................................................................... 33

3.5.4.3 Senyawa Terlarut dalam Pelarut .......................................... 33

3.5.5 Pengujian Parameter Non Spesifik ............................................... 34

3.5.5.1 Kadar Abu ............................................................................ 34

3.5.5.2 Bobot Jenis ........................................................................... 35

3.5.5.3 Kadar Air .............................................................................. 36

3.5.5.4 Sisa Pelarut ........................................................................... 36

3.5.6 Penyiapan Ekstrak Uji ................................................................... 36

3.5.6.1 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5% ................................... 36

3.5.6.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Zaitun .......................... 37

3.5.6.3 Pembuatan Suspensi Furosemid ........................................... 37

3.5.6.4 Pembuatan Larutan Urea ...................................................... 37

3.5.7 Penyiapan Hewan Uji .................................................................... 37

3.5.8 Pemberian Perlakuan ..................................................................... 38

3.5.9 Uji Aktivitas Diuretik .................................................................... 38

3.5.10 Pengambilan Sampel Darah .......................................................... 38

3.5.11 Pengukuran Asam Urat dan Bersihan Kreatinin ........................... 39

3.5.12 Analisa Data .................................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 40

4.1 Hasil .......................................................................................................... 40

xiv UIN SYARIF HIDAYATULLAH

4.1.1 Determinasi Tanaman ................................................................... 40

4.1.2 Ekstraksi ........................................................................................ 40

4.1.3 Penapisan Fitokimia ...................................................................... 40

4.1.4 Pengujian Parameter Ekstrak ........................................................ 41

4.1.5 Pengukuran Volume Urin ............................................................. 41

4.1.6 Pengukuran pH .............................................................................. 42

4.1.7 Pengukuran Kadar Natrium, Kalium dan Klorida ........................ 43

4.1.8 Pengukuran Kadar Asam Urat ...................................................... 44

4.1.9 Pengukuran Bersihan Kreatinin .................................................... 44

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 56

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 56

5.2 Saran .......................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57

LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

xv UIN SYARIF HIDAYATULLAH

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai rujukan kadar kreatinin ............................................................... 15

Tabel 2.2. Metode pemeriksaan kadar asam urat .................................................. 16

Tabel 2.3. Nilai rujukan kadar asam urat .............................................................. 16

Tabel 3.1. Rancangan Percobaan .......................................................................... 30

Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun .............. 40

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Parameter Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun .............. 41

Tabel 4.3 Rerata Volume Urin Kumulatif............................................................. 41

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Indeks Diuretik ........................................................ 42

Tabel 4.5 Rerata pH Urin 24 jam .......................................................................... 43

Tabel 4.6 Konsentrasi Natrium, Kalium dan Klorida Urin 24 jam ....................... 43

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indeks Saluretik, Natriuretik dan CAI Urin 24 jam 44

Tabel 4.8 Rerata Asam Urat .................................................................................. 44

Tabel 4.9 Rerata Kreatinin Urin ............................................................................ 44

Tabel 4.10 Rerata Kreatinin Plasma ..................................................................... 45

Tabel 4.11 Rerata Bersihan Kreatinin ................................................................... 45

xvi UIN SYARIF HIDAYATULLAH

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman zaitun .................................................................................. 4

Gambar 2.2. Batang, bunga, daun, dan buah zaitun ................................................ 5

Gambar 2.3. Struktur nefron ................................................................................... 7

Gambar 2.4. Sistem transport tubulus dan tempat aksi diuretik ............................. 9

Gambar 2.5. Rattus novergicus ............................................................................. 17

Gambar 2.6. Struktur kimia furosemid ................................................................. 18

Gambar 2.7. Struktur Kimia Urea ......................................................................... 19

Gambar 2.8. Skema instrumentasi spektrofotmeter serapan atom ........................ 27

Gambar 4.1 Grafik Volume Urin Kumulatif ......................................................... 42

xvii UIN SYARIF HIDAYATULLAH

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ............................................................. 64

Lampiran 2. Skema Penelitian .............................................................................. 65

Lampiran 3. Skema Pembuatan Ekstrak ............................................................... 66

Lampiran 4. Skema Pengujian Aktivitas Diuretik dan Fungsi Ginjal ................... 67

Lampiran 5. Hasil Uji Etik Penggunaan Hewan ................................................... 68

Lampiran 6. Surat Keterangan Hewan Uji ............................................................ 69

Lampiran 7. Certificate of Analysis Furosemid .................................................... 70

Lampiran 8. Rumus Perhitungan Dosis Hewan .................................................... 72

Lampiran 9. Perhitungan Dosis Ekstrak................................................................ 73

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Furosemid ........................................................ 74

Lampiran 11. Perhitungan Dosis Urea ................................................................. 75

Lampiran 12. Hasil Penapisan Fitokimia .............................................................. 76

Lampiran 13. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................. 80

Lampiran 14. Pengukuran Bobot Badan Tikus ..................................................... 84

Lampiran 15. Hasil dan Analisa Statistik Volume Urin Kumulatif ...................... 85

Lampiran 16. Hasil Pengukuran pH ..................................................................... 94

Lampiran 17. Hasil Pengukuran Asam Urat ....................................................... 102

Lampiran 18. Hasil Pengukuran Bersihan Kreatinin .......................................... 105

Lampiran 19. Hasil Pengukuran Kadar Natrium................................................. 115

Lampiran 20. Hasil Pengukuran Kadar Kalium .................................................. 123

Lampiran 21. Hasil Pengukuran Kadar Klorida .................................................. 128

1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diuretik adalah obat-obat yang meningkatkan laju aliran urin, namun

secara klinis diuretik juga bermanfaat untuk meningkatkan laju ekskresi Na+

(natriuresis) dan anion yang menyertainya, biasanya Cl- (Hardman, 2012).

Diuretik juga menurunkan absorpsi kembali elektrolit di tubulus renalis dengan

melibatkan proses pengangkutan aktif. Diuretik terutama digunakan untuk

mengurangi sembab (edema) yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah cairan

luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif,

kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keracunan kehamilan, glaukoma,

hiperkalasemi, diabetes insipidus, dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan

jangka panjang kortikosteroid atau estrogen. Diuretik juga digunakan sebagai

penunjang pada pengobatan hipertensi (Siswandono & Bambang, 2008). Diuretik

dipercaya menjadi salah satu cara yang efektif untuk menangani penyakit

hipertensi dan merupakan salah satu rekomendasi antihipertensi dari JNC 8 (Eight

Joint National Committee) dan ASH (American Society of Hypertension). Diuretik

menyebabkan penurunan volume plasma yang akan menurunkan curah jantung

dan akhirnya menurunkan tekanan darah (Latuconsina dkk, 2014).

Pengobatan tradisional telah memainkan peran penting dalam memenuhi

tuntutan perawatan kesehatan primer di banyak negara berkembang, terutama di

Afrika dan Asia, sekitar 80% penduduk bergantung pada obat tradisional untuk

perawatan kesehatan primer (WHO, 2008). Penggunaan bahan alam dan produk

herbal dalam upaya kesehatan merupakan langkah yang umum diambil oleh

masyarakat dan juga menjadi alternatif pengobatan bagi masyarakat modern.

Sekitar 1 dari 5 orang di Amerika Serikat merupakan konsumen dari herbal

medicine (Barnes et al, 2004). Sementara itu, berdasarkan data hasil riset

kesehatan dasar 2010, hampir setengah (49,53%) penduduk Indonesia berusia 15

tahun ke atas mengonsumsi obat tradisional (jamu) (Kemenkes RI, 2011).

Salah satu tanaman yang banyak digunakan didunia adalah zaitun.

Tanaman zaitun telah digunakan sejak zaman dahulu kala sebagai pengobatan

2

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

oleh Nabi (thibbun nabawi) dimana keistimewaan zaitun tertera dalam Al-Qur’an

pada surat Al-An’am ayat 99 dan 141, surat An-Nahl ayat 11, surat Abbasa ayat

29, surat Al-Mu’minun ayat 20, surat At-Tiin ayat 1, serta surat An-Nur ayat 35

zaitun disebut sebagai buah yang diberkahi (Niam et al, 2015).

Tanaman zaitun (Olea europaea L.) merupakan tanaman yang banyak

terdapat di daerah dengan iklim panas sampai iklim sedang. Seperti di kawasan

Mediterania, Asia Tengah, dan beberapa kawasan Afrika (Niam et al, 2015).

Tanaman zaitun banyak digunakan mulai dari bagian akar, batang, daun, dan

buah. Daun zaitun memiliki banyak manfaat sebagai obat tradisional yang dapat

mencegah dan mengobati berbagai penyakit (Dekanski et al, 2009). Dalam

pengobatan tradisional, zaitun digunakan sebagai diuretik, antidiabetik, laksatif,

diare, infeksi saluran pernapasan dan saluran kemih, terapi asma, antipiretik,

antiinflamasi, antibakteri, hemoroid, reumatik, dan vasodilator (Hashmi et al,

2015). Saat ini tanaman zaitun telah banyak dibudidayakan di Indonesia.

Tanaman zaitun (Olea europaea L.) antara lain mengandung oleuropein,

flavonoid, triterpen, sterol, dan secoiridoid. Flavonoid yang terkandung dalam

zaitun yakni apigenin-7-O-rutinosida, rutin, dan luteolin-7-O-glukosida yang

diisolasi dari daun zaitun (Hashmi et al, 2015). Flavonoid dan alkaloid

mempunyai efek diuretik yaitu dapat meningkatkan volume urin (Saravanan et al,

2010).

Pada penggunaan secara tradisional, daun zaitun yang diekstrak dengan air

panas dapat menghasilkan efek diuretik (Hashmi et al, 2015). Penelitian terdahulu

menyatakan bahwa ekstrak metanol dan petroleum eter daun zaitun (Olea

europaea L.) dengan dosis 500 mg/kgBB, 600 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB

berpotensi sebagai diuretik pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley (Al-

Okbi et al, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian

aktivitas diuretik dari ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.) pada

tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan metode uji Lipschitz. Parameter

pengujian diuretik yang dilakukan meliputi volume urin, pH urin, konsentrasi Na+,

K+, dan Cl

- pada urin serta kadar asam urat dan bersihan kreatinin untuk

3

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.) tersebut

terhadap fungsi ginjal secara in vivo.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.) memiliki

aktivitas diuretik pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.

b. Apakah ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.)

mempengaruhi kadar asam urat dan bersihan kreatinin pada tikus

putih jantan galur Sprague-Dawley.

1.3 Hipotesa

a. Ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.) memiliki aktivitas

diuretik pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.

b. Ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.) mempengaruhi

kadar asam urat dan bersihan kreatinin pada tikus putih jantan galur

Sprague-Dawley.

1.4 Tujuan Penelitian

Menguji aktivitas ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea euorpaea L.)

sebagai diuretik pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley serta pengaruhnya

terhadap kadar asam urat dan bersihan kreatinin.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

informasi aktivitas diuretik ektrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.)

untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

4 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Zaitun

2.1.1 Taksonomi

Tumbuhan zaitun dalam ilmu taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionata

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Order : Srophulariales

Famili : Oleaceae

Genus : Olea L.

Spesies : Olea europaea L.

(Therios, 2009).

2.1.2 Morfologi

Zaitun merupakan tumbuhan dengan pohon yang tebal dan pendek,

umumnya memiliki panjang sekitar 10 meter. Batang zaitun memiliki diameter

yang lebar dan relatif bengkok juga sedikit terpelintir, serta memiliki banyak

cabang. Zaitun memiliki daun yang berbentuk lanset atau oval, berukuran kecil,

pendek, sempit dan tipis dengan tekstur kasar dan warna hijau pucat pada

permukaan atas serta keabuan pada permukaan bawah. Daun zaitun memiliki

ukuran panjang 4-10 cm dan lebar sekitar 1-3 cm. Bunga dari zaitun kecil dan

berwarna putih-krem dengan kelopak berjumlah 4 lobus. Buah zaitun berukuran

kecil, dengan kulit luar berwarna hitam keunguan dan biji yang keras. Kulit kayu

tanaman zaitun berwarna abu pucat (Hashmi et al, 2005).

Gambar 2.1. Tanaman zaitun

Sumber : www.tanobat.com

5

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Gambar 2.2. Batang, bunga, daun, dan buah zaitun

Sumber : Hashmi et al, 2005

2.1.3 Habitat dan Penyebaran

Tanaman zaitun merupakan tanaman asli dari kawasan Mediterania yang

tersebar cukup luas hingga ke beberapa negara seperti Yunani, Italia, Spanyol,

Portugal, dan Prancis. Selain dikawasan Eropa, zaitun juga tersebar di daerah

menuju Asia dan Afrika (Ghanbari, 2012). Pada umumnya distribusi daun zaitun

ini meliputi negara-negara dengan iklim panas sampai iklim sedang (Braun et al,

2007).

Tanaman zaitun tumbuh pada daerah tropis dan subtropis dengan letak

geografis 300 sampai 45

0 dari garis ekuator (Chiappetta, 2012 dan Ghanbari,

2012). Zaitun merupakan tanaman yang tidak dapat tumbuh pada suhu di bawah

100C (Chiappetta, 2012). Oleh karena itu, tanaman zaitun dapat tumbuh di

Indonesia karena Indonesia merupakan negara tropis yang selalu mendapat

intensitas sinar matahari yang tinggi.

2.1.4 Kandungan Kimia

Tanaman zaitun (Olea europaea L.) memiliki kandungan kimia berupa

flavonoid, glikosida flavon, flavonon, iridoid, iridan glikosida, secoiridoid,

glikosida secoiridoid, triterpene, biofenol, turunan asam benzoat, xylitol, sterol,

isokroman, gula, dan beberapa tipe metabolit sekunder lain pada bagian yang

6

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

berbeda. Senyawa fenolik, flavonoid, secoiridoid, dan glikosida secoiridoid

merupakan yang paling sering ditemukan pada bagian zaitun (Hashmi et al, 2015).

Buah dan biji zaitun mengandung sejumlah flavonoid, secoiridoid,

glikosida secoiridoid, dan fenolik seperti tirosol, hidroksitirosol dan turunannya.

Beberapa turunan hidrokortisol antara lain rhamnosida, hidroksitirosol glukosida,

metil malat-β-hidroksitirosol, tirosol glukosida salidrosida dan l-oleytirosol.

Senyawa fenolik mayor yang terdapat pada buah zaitun yakni 3,4-

dihidroksifenolglikol (DHPG) (Hashmi et al, 2015).

Daun zaitun mengandung oleuropein dan golongan secoiridoid lainnya

seperti secolonganosida, oleosida, 6’-E-p-kumaril-secolonganosida, dan 6’-O-

[(2E)-2,6-dimetil-8-hidroksi-2-octenoyloxy]-secolonganosida. Flavonoid yakni

apigenin-7-O-rutinosida, rutin, dan luteolin-7-O-glukosida. Glikosida flavon

yakni luteolin-7,4’-O-diglukosida, diosmetin, dan apigenin-7-O-glukosida, lignin

yakni 4’-O-β-D-glucosyl-9-O-(6”-deoxysaccharosyl)olivil (Hashmi et al, 2015).

2.1.5 Khasiat

Kegunaan terapeutik dari zaitun diindikasikan pada pengobatan tradisional

yang diketahui dapat mengurangi gula darah, kolesterol, dan asam urat. Zaitun

juga digunakan untuk mengobati diabetes, hipertensi, inflamasi, diare, infeksi

pernapasan dan infeksi saluran kemih, gangguan perut dan gangguan usus, asma,

hemoroid, rheumatism, laksatif, pencuci mulut, vasodilator, batu ginjal,

antibakteri, infeksi mata, antipiretik, dan diuretik (Hashmi et al, 2015).

2.2 Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup yang

memiliki fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan

konsentrasi osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan

keseimbangan asam-basa, ekskresi sisa metabolisme dan bahan kimia asing,

pengatur tekanan arteri, sekresi hormon, dan glukoneogenesis. Ginjal dibagi

menjadi dua bagian utama yaitu korteks yang merupakan bagian luar ginjal dan

medulla yang merupakan bagian dalam ginjal. Unit terkecil dari ginjal adalah

nefron (Guyton, 2006).

7

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Gambar 2.3. Struktur nefron

Sumber : Guyton, 2006

Ginjal memproduksi urin yang mengandung zat sisa metabolik dan

mengatur komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama: filtrasi glomerulus,

reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi glomerulus merupakan

perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler glomerular, dalam gradien tekanan

tertentu ke dalam kapsul Bowman. Tekanan hidrostatik (darah) glomerular

mendorong cairan dan zat terlarut keluar dari darah dan masuk ke ruang kapsul

Bowman. Filtrat dalam kapsul Bowman identik dengan filtrat plasma dalam hal

air dan zat terlarut dengan berat molekul rendah, seperti glukosa, klorida, natrium,

kalium, fosfat, urea, aam urat, dan kreatinin. Sejumlah kecil albumin plasma dapat

terfiltrasi, tetapi sebagian besar diabsorpsi kembali dan secara normal tidak

tampak pada urin. Pada proses ini, sel darah merah dan protein tidak difiltrasi.

Selanjutnya cairan yang telah melalui filtrasi glomerulus akan mengalami proses

reabsorpsi tubulus (Sloane, 2003).

Pada reabsorpsi tubulus sebagian besar filtrat (99%) secara selektif

direabsorpsi dalam tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia, transpor aktif

terhadap gradien, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natrium klorida dan air serta

semua glukosa dan asam amino pada filtrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus

8

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

kontortus proksimal, walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.

Selanjutnya cairan mengalami sekresi tubular (Sloane, 2003).

Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat

keluar dari darah dalam kapiler peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan

tubular untuk dikeluarkan dalam urin. Zat-zat seperti ion hidrogen, kalium, dan

ammonium, produk akhir metabolik kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan

tertentu (penisilin) secara aktif disekresikan ke dalam tubulus. Ion hidrogen dan

ammonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal dan tubulus

pengumpul. Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hidrogen dan ammonium

membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam basa cairan

tubuh. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk

mengeluarkan zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan (Sloane, 2003).

2.3 Diuretik

Diuretik adalah obat-obat yang meningkatkan laju aliran urin, namun

secara klinis diuretik juga bermanfaat untuk meningkatkan laju ekskresi Na+

(natriuresis) dan anion yang menyertainya, biasanya Cl-. NaCl dalam tubuh

merupakan penentu utama volume cairan ekstraseluler dan sebagian besar aplikasi

klinis diuretik ditujukan untuk mengurangi volume cairan ekstraseluler dengan

mengurangi kandungan total NaCl di dalam tubuh (Hardman, 2012). Secara

klinis, diuretik bekerja dengan menurunkan laju reabsorpsi natrium dari tubulus

sehingga menyebabkan natriuresis dan kemudian menimbulkan efek diuresis

(Guyton 2006).

Diuretik terutama digunakan untuk mengurangi sembab (edema) yang

disebabkan oleh meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang

berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik,

sirosis hepatik, keracunan kehamilan, glaukoma, hiperkalasemi, diabetes

insipidus, dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang

kortikosteroid atau estrogen. Diuretik juga digunakan sebagai penunjang pada

pengobatan hipertensi (Siswandono & Bambang, 2008). Diuretik menyebabkan

penurunan volume plasma yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya

menurunkan tekanan darah (Latuconsina dkk, 2014).

9

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Gambar 2.4. Sistem transport tubulus dan tempat aksi diuretik

Sumber: Katzung, 2006

2.3.1 Inhibitor Karbonat Anhidrase

Senyawa penghambat karbonik anhidrase digunakan secara luas untuk

pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum diketemukan diuretik

turunan tiazida. Senyawa ini bekerja di sel-sel epitelium tubulus proksimal yang

kaya akan karbonat anhidrase, yakni metalloenzim zink, yang ditemukan di

membran luminal dan membran basolateral (karbonat anhidrase tipe IV, suatu

enzim yang tertahan pada membran oleh sambungan glikosilfosfatidilinositol).

Peran utama karbonat anhidrase adalah dalam reabsorbsi NaHCO3 dan sekresi

asam (Hardman, 2012).

Diuretik penghambat karbonik anhidrase merupakan senyawa yang dapat

menghambat enzim karbonik anhidrase pada sel epitel tubulus proksimal dan

dapat menghambat penyerapan kembali ion-ion Na+, Cl

-, dan air. Enzim karbonik

anhidrase berfungsi mengkatalis pembentukan H+

dan HCO-. Dengan

berkurangnya ion H+, pertukaran ion Na

+ dengan H

+ akan terlambat sehingga

terjadi penumpukan Na+ di tubulus dan menyebabkan perbedaan tekanan osmosis

(Siswandono & Bambang, 2008).

Efek samping yang ditimbulkan golongan ini antara lain adalah gangguan

saluran cerna, menurunnya nafsu makan, paresthesia, asidosis sistemik, alkalinasi

10

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

urin dan hipokalemi. Penggunaan diuretik penghambat karbonik anhidrase

terbatas karena cepat menurunkan toleransi. Sekarang, diuretik penghambat

karbonik anhidrase lebih banyak digunakan sebagai obat penunjang pada

pengobatan glaukoma, dikombinasi dengan miotik, seperti pilokarpin, karena

dapat menekan pembentukan aqueous humour dan menurunkan tekanan dalam

mata. Contoh diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah asetazolamid,

metazolamid, dan etokzolamid (Siswandono & Bambang, 2008).

2.3.2 Diuretik Osmotik

Diuretik osmosis adalah senyawa yang mudah difiltrasi di glomerulus, dan

direabsorpsi terbatas dalam tubulus ginjal, dan secara farmakologi reltif inert.

Diuretik osmosis diberikan dalam dosis yang cukup besar untuk meningkatkan

osmolalitas cairan tubulus dan plasma secara signifikan (Hardman, 2012).

Diduga bahwa diuretik osmotik bekerja di tubulus proksimal (Wesson &

Anslow, 1948 dalam Hardman, 2012). Dengan bekerja sebagai zat terlarut yang

tidak dapat direabsorpsi, diuretik osmotik membatasi osmosis air ke ruang

interstisial, sehingga mengurangi konsentrasi Na+ luminal hingga ke titik

berhentinya reabsorpsi Na+ (Windhager et al, 1959 dalam Hardman, 2012).

Dengan mengekstraksi air dari kompartemen intraseluler, diuretik osmotik

meningkatkan volume cairan ekstraseluler, menurunkan viskositas darah, dan

menghambat pelepasan renin. Efek-efek ini meningkatkan renal blood flow (RBF)

dan meningkatnya aliran darah di medula ginjal akan memindahkan NaCl dan

urea dari medula ginjal, sehingga mengurangi tonisitas medula. Serta pada kondisi

tertentu, prostaglandin juga berkontribusi terhadap vasodilatasi ginjal dan

pengosongan medula yang diinduksi oleh diuretik osmotik (Johnston et al, 1981

dalam Hardman, 2012).

Efek samping yang ditimbulkan oleh diuretik osmotik berupa gangguan

keseimbangan elektrolit, dehidrasi, sakit kepala, dan takikardia. Contoh diuretik

osmosis adalah mannitol, glukosa, sukrosa, dan urea (Siswandono & Bambang,

2008).

11

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2.3.3 Inhibitor Symport Na+-K

+-2Cl

-

Inhibitor symport Na+-K

+-2Cl

- adalah golongan diuretik yang memiliki

kemampuan yang sama untuk memblok symporter Na+-K

+-2Cl

- di bagian naik

yang tebal pada ansa Henle; sehingga diuretik ini disebut juga sebagai diuretik

loop (Hardman, 2012). Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada

loop of Henle sehingga menurunkan aborpsi kembali NaCl dan meningkatkan

ekskresi NaCl lebih dari 25% (Siswandono & Bambang, 2008).

Didalam bagian naik yang tebal, aliran Na+, K

+, dan Cl

- dari lumen ke sel

epitelium diperantarai oleh symporter Na+-K

+-2Cl

-. Symporter anhidrase yang

lemah (misalnya furosemid). Obat-obatan tersebut yang mempunyai aktivitas

penghambatan karbonat anhidrase meningkatkan ekskresi HCO3- dan fosfat

dalam urin. Mekanisme peningkatan ekskresi fosfat karena penghambatan

karbonat anhidrase belum diketahui. Semua inhibitor symport Na+-K

+-2Cl

-

meningkatkan ekskresi K+ dan titrable acid dalam urin. Sebagian efek-efek ini

disebabkan oleh meningkatnya penghantaran Na+ ke tubulus distal. Secara akut,

diuretik loop meningkatkan ekskresi asam urat, sedangkan pemberian jangka

panjang obat-obatan ini dapat mengurangi ekskresi asam urat. Efek kronis diuretik

loop terhadap ekskresi asam urat mungkin disebabkan meningkatnya transport

dalam tubulus proksimal karena penurunan volume, sehingga meningkatkan

reabsorpsi asam urat, atau karena kompetisi antara diuretik dan asam urat terhadap

mekanisme sekresi asam organik dalam tubulus proksimal, yang menyebabkan

berkurangnya sekresi asam urat (Hardman, 2012).

Efek samping yang ditimbulkan berupa hiperurisemia, hiperglikemia,

hipotensi, hipokalemia, hipokloremik, kelainan hematologis, dan dehidrasi.

Contoh diuretik loop adalah asam etakrinat, furosemid, xipamid, dan klopamid

(Siswandono & Bambang, 2008).

2.3.4 Diuretik Tiazid

Diuretik tiazid menghambat transpor NaCl dalam DCT (Distal Convoluted

Tubule). Korteks ginjal mempunyai reseptor yang berafinitas tinggi terhadap

diuretik tiazid dan mengikat tiazid yang terdapat di DCT (Beaumont et al, 1988

12

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

dalam Hardman, 2012). Tempat kerja utama diuretik tiazid adalah DCT,

sedangkan tubulus proksimal adalah tempat kerja sekundernya.

Transpor diperkuat oleh pompa Na+ dalam membran basolateral. Energi

bebas dalam gradien elektrokimia Na+ dimanfaatkan oleh symporter Na

+-Cl

- di

membran luminal, yang memindahkan Cl- ke dalam sel epitelium melawan

gradien elektrokimianya. Cl- kemudian secara pasif keluar dari membran

basolateral melalui saluran Cl-. Diuretik tiazid menghambat symporter Na

+-Cl

-,

kemungkinan dengan cara berkompetisi dengan Cl- pada tempat pengikatannya

(Beaumont et al, 1988 dalam Hardman, 2012).

Efek samping yang ditimbulkan berupa hipokalemia dan gangguan

keseimbangan elektrolit. Contoh diuretik tiazid adalah klorotiazid, flumetiazid,

politiazid, dan klortalidon (Siswandono & Bambang, 2008).

2.3.5 Diuretik Hemat Kalium

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas

natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K

+. senyawa tersebut

bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+ dengan ion

H+ dan K

+, menyebabkan retensi ion K

+ dan meningkatkan sekresi ion Na

+ dan

air. Aktivitas diuretiknya lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan

diuretik turunan tiazida. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi

sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan

efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat

memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta menyebabkan gangguan pada

saluran cerna (Siswandono & Bambang, 2008).

Mekanisme kerja diuretik hemat kalium yakni diuretik tersebut bekerja

pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang mengontrol

pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K

+

sehingga meningkatkan ekskresi ion Na+ dan Cl

- dalam urin. Diuretik hemat

kalium dibagi menjadi dua kelompok, yaitu diuretik dengan efek langsung dan

antagonis aldosteron (Siswandono & Bambang, 2008).

13

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Efek samping yang ditimbulkan berupa hiperkalemia dan gangguan

saluran pencernaan. Contoh diuretik hemat kalium adalah amilorid, triamteren,

dan spironolakton (Siswandono & Bambang, 2008).

2.3.6 Penghambat Hormon Antidiuretik (ADH Antagonists)

Penghambat hormon antidiuretik menghambat efek dari ADH pada tubulus

pengumpul. Conivaptan merupakan antagonis pada V1a dan V2. Litium dan

demeclocyclin menunjukkan penurunan formasi dari respon siklik adenosin

monofosfat (cAMP) terhadap ADH juga menggangu kerja cAMP pada sel tubulus

pengumpul, tetapi mekanisme dari efek ini tidak diketahui (Katzung, 2006).

Contoh penghambat hormon antidiuretik adalah conivaptan, litium, dan

demeclocyclin. Conivaptan dan demelocyclin memiliki waktu paruh 5-10 jam.

Lithium tidak pernah digunakan sebagai ADH antagonist (Katzung, 2006).

2.4 Metode Uji Diuretik

Metode yang digunakan untuk uji aktivitas diuretik dijelaskan dengan uji

Lipschitz et al (1943). Uji ini didasarkan pada ekskresi air dan natrium pada

hewan uji dan dibandingkan dengan tikus yang diberikan dosis tinggi urea. “Nilai

Lipschtitz” merupakan perbandingan antara ekskresi hewan uji dan ekskresi

dengan kontrol urea (T/U). Indeks 1,0 dan lebih dianggap memiliki efek positif

diuretik. Dengan diuretik kuat ditunjukkan dengan indeks 2,0 atau lebih.

Digunakan tikus jantan dengan berat 100-200 g yang dibagi kedalam

beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga tikus dimana tikus tersebut

ditempatkan pada kandang metabolik yang disediakan dengan dasar wire mesh

dan corong untuk mengumpulkan urin. Saringan stainless-steel ditempatkan di

corong untuk menahan feses dan membiarkan urin lewat. Tikus diberi pakan

standar dan minum ad libitum. Tikus tidak diberi makan dan minum 17 sampai 24

jam sebelum eksperimen. Tiga hewan ditempatkan dalam satu kandang metabolik.

Untuk uji skrinning, dua kelompok dari tiga hewan digunakan untuk satu dosis

dari senyawa uji. Senyawa uji diberikan secara oral pada dosis 50mg/kg dalam 5,0

ml air/kgBB. Dua kelompok dari tiga hewan menerima secara oral 1g/kg urea.

Sebagai tambahan, 5 ml larutan 0,9% NaCl per 100 gram berat badan diberikan

14

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

secara gavage. Ekskresi urin ditampung setelah 5 dan 24 jam. Kandungan natrium

dalam urin diukur dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Senyawa aktif

diuji kembali dengan dosis yang lebih rendah.

2.5 Pemeriksaan Fungsi Ginjal

2.5.1 Pemeriksaan Kadar Kreatinin

Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot diproduksi oleh

tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan

massa otot, menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar

kreatinin relatif stabil karena tidak dipengaruhi oleh protein dari diet. Ekskresi

kreatinin dalam urin dapat diukur dengan menggunakan bahan urin yang

dikumpulkan selama 24 jam (Verdiansah, 2016).

The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan

penggunaan serum kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus

(Miller et al, 2005), digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ginjal

(Stevens et al, 2006). Diagnosis gagal ginjal dapat ditegakkan saat nilai kreatinin

serum meningkat di atas nilai rujukan normal. Pada keadaan gagal ginjal dan

uremia, ekskresi kreatinin oleh glomerulus dan tubulus ginjal menurun (Kara,

2012; Dine, 2012; Gaedeke, 2000).

Kadar kreatinin berada dalam keadaan relatif konstan, sehingga

menjadikannya sebagai penanda filtrasi ginjal yang baik. Kadar kreatinin yang

dipergunakan dalam persamaan perhitungan memberikan pengukuran fungsi

ginjal yang lebih baik, karena pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi

mengenai GFR. Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fungsi ginjal

karena merupakan produk hasil metabolisme tubuh yang diproduksi secara

konstan, difiltrasi oleh ginjal, tidak direabsorpsi, dan disekresikan oleh tubulus

proksimal. Kreatinin serum laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena

massa otot yang lebih besar pada laki-laki (Edmund, 2010 & Frank, 2010).

15

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Tabel 2.1. Nilai rujukan kadar kreatinin (Edmund, 2010)

Populasi Sampel Metode Jaffe Metode Enzimatik

Pria Dewasa Plasma/serum 0,9-1,3 mg/dL 0,6-1,1 mg/dL

Wanita Dewasa Plasma/serum 0,6-1,1 mg/dL 0,5-0,8 mg/dL

Anak Plasma/serum 0,3-0,7 mg/dL 0,0-0,6 mg/dL

Pria Dewasa Urin 24 jam 800-2.000 mg/hari

Wanita Dewasa Urin 24 jam 600-1.800 mg/hari

2.5.2 Pemeriksaan Kadar Asam Urat

Asam urat adalah produk katabolisme asam nukleat purin. Walaupun asam

urat difiltrasi oleh glomerulus dan disekresikan oleh tubulus distal ke dalam urin,

sebagian besar asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal. Pada kadar yang

tinggi, asam urat akan disimpan pada persendian dan jaringan, sehingga

menyebabkan inflamasi (Frank, 2010; Weanen, 2002; Stain, 2010).

Protein yang berasal dari diet atau kerusakan jaringan dipecah menjadi

adenosin dan guanin untuk selanjutnya akan dikonversi menjadi asam urat di

dalam hati. Asam urat diangkut dalam plasma dari hati ke ginjal. Di dalam ginjal,

asam urat akan difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar 98-100% asam urat direabsorpsi

di tubulus proksimal setelah melewati filtrasi glomerulus. Sebagian kecil asam

urat akan disekresikan oleh tubulus distalis ke dalam urin. Eliminasi asam urat

sekitar 70% dilakukan oleh ginjal, selebihnya akan didegradasi oleh bakteri di

dalam traktus gastrointestinal. Asam urat akan dioksidasi menjadi allantoin. Salah

satu metode pemeriksaan yang dipergunakan untuk memeriksa asam urat adalah

metode caraway. Metode ini menggunakan reaksi oksidasi asam urat yang

dilanjutkan reduksi asam fosfotungstat pada suasana alkali menjadi tungsten blue.

Metode yang menggunakan enzim uricase yang mengkatalisis oksidasi asam urat

menjadi allantoin. Perbedaan absorbansi sebelum dan sesudah inkubasi dengan

enzim uricase sebanding dengan kadar asam urat (Edmund, 2010 & Frank, 2010).

Metode coupled enzyme mengukur hidrogen peroksida yang dihasilkan

dari perubahan asam urat menjadi allantoin. Enzim peroksidase dan katalase

digunakan sebagai indikator katalisis reaksi kimia. Warna yang dihasilkan

sebanding dengan kadar asam urat pada bahan pemeriksaan (Edmund, 2010 &

Kara, 2012).

16

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Tabel 2.2. Metode pemeriksaan kadar asam urat (Edmund, 2010)

Metode Kimia

Phosphotungtic acid Na2CO3OH-

Asam urat + H2PW12O40 + O2

allantoin + tungsten blue +

CO2

Nonspesifik;

memerlukan pengeluaran

protein

Metode Enzimatik

Tahapan pertama yang

sama

Uricase

Asam urat + O2 + 2H2O

allantoin + CO2 + H2O2

Sangat spesifik

Spektrofotometri Penurunan absorbans pada

293 nm yang diukur

Hemoglobin dan

xanthine berperan

Coupled enzymatic (I) Catalase

CH3OH + H2O2 H2CO +

2H2O

CH2O + 3C3H8O2 + NH3

senyawa berwarna + 3H2O

Secara otomatis;

mengurangi agen yang

mengganggu

Metode Lain

Spektrometri massa

pengenceran isotop

(IDMS)

Deteksi karakteristik fragmen

setelah ionisasi; kuantifikasi

menggunakan senyawa yang

dilabel isotop

Metode referensi yang

diajukan

Tabel 2.3. Nilai rujukan kadar asam urat (Edmund, 2010)

Populasi Sampel Metode Uricase

Pria dewasa Plasma atau serum 3,5-7,2 mg/dL

Wanita dewasa Plasma atau serum 2,6-6,0 mg/dL

Anak Plasma atau serum 2,0-5,5 mg/dL

Dewasa Urin 24 jam 250-270 mg/hari

2.6 Tikus (Rattus novergicus)

Pengujian dengan menggunakan hewan uji merupakan model pengujian

yang sangat diperlukan dalam penelitian biomedis. Model ini telah digunakan

pada awal penemuan ilmiah dan masih tetap berkontribusi besar hingga sekarang

dalam membantu pegembangan ilmu pengetahuan mengenai fungsi gen

individual, mekanisme penyakit yang berbeda, serta efektivitas dan toksisitas dari

berbagai obat-obatan dan bahan kimia (Johnson, 2012). Hewan percobaan yang

umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus atau Rattus

novergicus merupakan hewan percobaan yang ideal karena banyaknya literatur

yang berhubungan dengan hewan tersebut, mudah dalam penanganan, tingkat

17

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

kesuburan tinggi, periode kehamilan pendek, pemeliharaan rendah dan dapat

dijadikan model untuk berbagai gangguan dan penyakit manusia (University

Animal Care Committee, 2009).

Tikus putih yang memiliki nama lain Norway rat, termasuk ke dalam

hewan mamalia yang memiliki ekor panjang. Ciri-ciri galur ini yaitu bertubuh

panjang dengan kepala lebih sempit. Telinga tikus ini tebal dan pendek dengan

rambut halus. Mata tikus putih berwarna merah. Ciri yang paling terlihat adalah

ekornya yang panjang. Tikus dewasa berusia 40-60 hari. Bobot badan tikus jantan

pada umur dua belas minggu mencapai 240 gram sedangkan betinanya mencapai

200 gram. Tikus memiliki lama hidup berkisar antara 4-5 tahun dengan berat

badan umum tikus jantan berkisar antara 267-500 gram dan betina 225-325 gram

(Sirois, 2015). Laju pernapasan 70-115 napas/menit, denyut jantung 260-400

denyut/menit, lebih aktif di malam hari (nokturnal), serta rasa ingin tahu tinggi,

pandangan rendah, pendengaran dan penciuman tajam, dan suhu tubuh 370C

(University Animal Care Committee, 2009).

Klasifikasi tikus putih (R. norvegicus) menurut Depkes, 2008:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus novergicus

Tikus putih galur Sprague-Dawley merupakan tikus hibrid albino putih

dengan kepala yang kecil dan ekor lebih panjang dari tubuhnya. Hewan uji galur

ini bersifat tenang dan mudah ditangani (Jhonson, 2012).

Gambar 2.5. Rattus novergicus

Sumber : janvier-labs.com

18

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2.7 Furosemid

Gambar 2.6. Struktur kimia furosemid

Sumber : Depkes RI, 2014

Furosemid (asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat[54-31-9])

memiliki rumus kimia C12H11ClN2O5S dengan berat molekul 330,74. Furosemid

mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C12H11ClN2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Furosemid

berbentuk serbuk hablur; putih sampai hampir kuning; tidak berbau. Praktis tidak

larut dalam air; mudah larut dalam aseton, dimetilformamida dan larutan alkali

hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam

eter; sangat sukar larut dalam kloroform (Depkes RI, 2014).

Furosemid adalah turunan sulfonamida berdaya diuretik saluretik yang

kuat dan bertitik kerja di ansa Henle. Furosemid efektif pada keadaan edema di

otak dan paru-paru dan digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki

peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung (Tjay

& Rahardja, 2007).

Awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan

masa kerja yang relatif pendek ± 6-8 jam. Absorpsi furosemid dalam saluran cerna

cepat, ketersediaanhayatinya 60-69% pada subyek normal, dan ± 91-99% obat

terikat oleh plasma protein. Kadar dalam darah dicapai 0,5-2 jam setelah

pemberian oral, dengan waktu paruh biologis ± 2 jam. Furosemid digunakan

untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat, karena dapat menurunkan

tekanan darah. Dosisnya 20-80 mg/hari (Siswandono & Bambang, 2008).

19

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2.8 Urea

Urea adalah senyawa nitrogen yang mengandung gugus karbonil yang

terikat pada dua kelompok amina dengan aktivitas diuretik osmotik. Urea

terbentuk di hati melalui siklus urea dari amonia dan merupakan produk akhir dari

metabolisme protein. Pemberian urea meningkatkan osmolalitas plasma darah,

yang mengakibatkan peningkatan aliran air dari jaringan, termasuk otak, cairan

serebrospinal dan mata, ke cairan interstisial dan plasma, sehingga mengurangi

tekanan pada jaringan tersebut dan meningkatkan aliran keluar urin (Pubchem,

2018).

Urea (Carbamide;57-13-6;Isourea;Carbonyldiamide) memiliki rumus

kimia CH4N2O dengan berat molekul 60,056g/mol dan memiliki titik leleh

132,70C-135

0C. Urea merupakan senyawa organik yang sangat mudah larut dalam

air dan larut dalam etanol. Berbentuk kristal putih atau serbuk, hampir tidak

berbau. Urea terbentuk dalam jalur siklik yang dikenal hanya sebagai siklus urea.

Dalam siklus ini, kelompok amino yang disumbangkan oleh amonia dan L-

aspartat diubah menjadi urea. Urea pada dasarnya adalah produk limbah; tidak

memiliki fungsi fisiologis. Hal ini dilarutkan dalam darah (pada manusia dalam

konsentrasi 2,5-7,5 mmol/liter) dan diekresikan oleh ginjal dalam urin. Selain itu,

sejumlah kecil urea diekresikan (bersama dengan natrium klorida dan air) dalam

keringat manusia. Urea ditemukan terkait dengan hipomagnesimia primer, yang

merupakan metabolisme bawaan (Pubchem, 2018).

Gambar 2.7. Struktur Kimia Urea

Sumber : www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov

2.9 Simplisia

Menurut Farmakope Herbal Indonesia, simplisia adalah bahan alam yang

telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami

20

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

pengolahan, kecuali dinyatakan lain, suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari

600C (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Materia Medika Indonesia menyebutkan

bahwa simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 2000).

2.10 Ekstrak dan Ekstraksi

2.10.1 Ekstrak

Farmakope Herbal Indonesia menyatakan bahwa ekstrak adalah sediaan

kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani

menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI,

2009). Menurut Farmakope Indonesia V, ekstrak adalah sediaan pekat yang

diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelaut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian

hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2014).

2.10.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen

kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip

perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai

terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

(Harborne, 1987).

2.10.3 Metode Ekstraksi

Berbagai metode ekstraksi dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

(Depkes RI, 2000)

21

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

A. Ekstraksi Cara Dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi,

maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama, dan seterusnya.

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai penyarian sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali dari bahan.

B. Ekstraksi Cara Panas

1) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

2) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3) Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

900C selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan

pelarut air pada temperatur penangas air dimana bejana infus

22

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur yang digunakan

(96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

4) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit)

dan temperatur sampai titik didih air.

5) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar),

yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

C. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan

peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap

air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan

kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang

memisah sempurna atau memisah sebagian.

D. Cara Ekstraksi Lainnya

1) Ekstraksi Berkesinambungan

Proses ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan pelarut

yang berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun

berurutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan

efisiensi (jumlah pelarut) dan dirancang untuk beberapa bahan

dalam jumlah besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi.

2) Superkritikal Karbondioksida

Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk

simplisia, dan umumnya digunakan gas karbondioksida. Dengan

variable tekanan dan temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi

polaritas tertentu yang sesuai untuk melarutkan golongan senyawa

kandungan tertentu. Penghilangan cairan pelarut dengan mudah

23

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah,

sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak.

3) Ekstraksi Ultrasonik

Getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan efek pada

proses ekstrak dengan prinsip meningkatkan permeabilitas dinding

sel, menimbulkan gelembung spontan (cavitation) sebagai stress

dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi

tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama proses

ultrasonikasi.

4) Ekstraksi Energi Listrik

Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan

magnet serta “electric-discharges” yang dapat mempercepat proses

dan meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelombang

spontan dan menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan

ultrasonik.

2.11 Parameter-parameter Standar Ekstrak

2.11.1 Parameter Spesifik Ekstrak

Penentuan parameter spesifik merupakan aspek kandungan kimia kulitatif

dan aspek kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung

terhadap aktivitas farmakologis tertentu. Menurut Depkes RI (2000), parameter

spesifik ekstrak meliputi :

1. Identitas (parameter identitas ekstrak) meliputi : deskripsi tata nama, nama

ekstrak (generik, dagang, paten), nama lain tumbuhan (sistematika botani),

bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, dsb) dan nama Indonesia

tumbuhan.

2. Organoleptis : Parameter organoleptik ekstrak meliputi penggunaan panca

indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa guna pengenalan awal yang

sederhana se-objektif mungkin.

3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu : melarutkan ekstrak dengan pelarut

(alkohol/air) untuk ditentukan jumlah larutan yang identik dengan jumlah

senyawa kandungan secara gravimetrik. Dalam hal tertentu dapat diukur

24

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol.

Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.

4. Uji kandungan kimia ekstrak :

a. Pola kromatogram

Pola kromatogram dilakukan sebagai analisis krmatografi sehingga

memberikan pola kromatogram yang khas. Bertujuan untuk memberikan

gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram

(KLT, KCKT) (Depkes RI, 2000).

b. Kadar kandungan kimia tertentu

Suatu kandungan kimia yang berupa senyawa identitas atau senyawa

kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromatografi

instrumental dapat dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut.

Instrumen yang dapat digunakan adalah densitometri, kromatografi gas,

KCKT atau instrumen yang sesuai. Tujuannya yakni untuk memberikan

data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas atau

senyawa yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi (Depkes

RI, 2000).

2.11.2 Parameter Non Spesifik Ekstrak (Depkes RI, 2000)

Penentuan parameter non spesifik ekstrak yaitu penentuan aspek kimia,

mikrobiologi, dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan

stabilitas (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Parameter non spesifik ekstrak menurut Depkes RI (2000) yakni meliputi :

1. Bobot Jenis

Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume yang diukur pada

suhu kamar tertentu (250C) yang menggunakan alat khusus piknometer atau

alat lainnya. Tujuannya adalah memberikan batasan tentang besarnya masa

persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai

ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang, bobot jenis juga terkait

dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminan (Depkes RI, 2000).

25

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2. Kadar Air

Parameter kadar air adalah pegukuran kandungan air yang berada

didalam bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau

rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).

3. Kadar Abu

Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal

unsur mineral dan anorganik, yang memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya

ekstrak. Parameter kadar abu ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi

suatu ekstrak (Depkes RI, 2000).

4. Sisa Pelarut

Parameter sisa pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut tertentu

yang mungkin terdapat dalam ekstrak. Tujuannya adalah memberikan jaminan

bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang

seharusnya tidak boleh ada (Depkes RI, 2000).

5. Cemaran Mikroba

Parameter cemaran mikroba adalah penentuan adanya mikroba yang

patogen secara analisis mikrobiologis. Tujuannya adalah memberikan jaminan

bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak

mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena

berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan

(Depkes RI, 2000).

6. Cemaran Aflatoksin

Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur.

Aflatoksin sangat berbahaya karena dapat menyebabkan toksigenik

(menimbulkan keracunan), mutagenik (mutasi gen), teratogenik

(penghambatan pada pertumbuhan janin) dan karsinogenik (menimbulkan

kanker pada jaringan) (Rustian, 1993 dalam Arifin, H., Anggraini, Handayani,

& Rasyid, 2006). Jika ekstrak positif mengandung aflatoksin maka pada media

pertumbuhan akan menghasilkan koloni berwarna hijau kekuningan sangat

cerah (Saifudin, A., Rahayu, & Teruna, 2011).

26

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

7. Cemaran Logam Berat

Parameter cemaran logam berat adalah penentuan kandungan logam

berat dalam suatu ekstrak, sehingga dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak

tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi batas yang

telah ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

2.12 Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer secara khusus mengukur konsentrasi bahan kimia berupa

atom bukan senyawa yang disebut spektrofotometer nyala (flame

spectrofotometer) yang memakai obyek nyala api pembakar. Berdasarkan

metodenya (emisi atau absorpsi), dikenal dua jenis spektrofotometer nyala yaitu

spektrofotometer Emisi Nyala atau SEN (Flame Spectrophotometer, FES) dan

Spektrofotometer Serapan Atom atau SSA (Atomic Absorbtion

Spectrophotometry, AAS). Perkembangan FES dimulai sejak tahun 1990,

sedangkan AAS diperkenalkan sekitar tahun 1960. Kedua jenis spektrofotometer

nyala ini beroperasi pada suhu nyala berkisar antara 1700-32000C (Sari, 2010).

2.12.1 Prinsip Kerja Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk

menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada

proses penyerapan radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar

(ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang

spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut

menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat

ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap

sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang

menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi

(absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka

konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan (Boybul & Iis Haryati,

2009).

27

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi

cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Gandjar & Rohman, 2007).

2.12.2 Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom

Pada sistem instrumentasi spektrofotometer serapan atom dikenal dua jenis

sistem optik yaitu berkas tunggal dan berkas ganda, namun yang banyak

digunakan dalam spektrofotometer serapan atom modern adalah jenis berkas

ganda (Sari, 2010).

Gambar 2.8. Skema instrumentasi spektrofotmeter serapan atom

Sumber : www.gse.bookbinder.co

a. Sumber Sinar

Sumber sinar yang dipakai adalah lampu katoda berongga

(hollow cathoda lamp). Lampu katoda terdiri atas sebuah katoda

berongga berbentuk tabung dan berhadapan dengan anoda dari kawat

wolfram, keduanya terbungkus dengan bahan gelas. Lampu ini diisi

dengan gas mulia seperti argon, neon, helium, atau krypton sampai

tekanan maksimal 1 cmHg. Pada anoda dan katoda dipasang tegangan

sebesar kira-kira 300 V dan melalui katoda dialirkan arus sebesar 10

mA, karenanya katoda menjadi pijar dan mengakibatkan penguapan

atom logam yang elektron-elektronnya mengalami eksitasi dalam

rongga katoda. Lampu ini akan memancarkan emisi spektrum yang

khas untuk logam bahan penyusun katoda. Kelemahan dari lampu

katoda berongga ini adalah bahwa pada alat spektrofotometer serapan

atom harus dipergunakan lampu dengan katoda yang dibuat dari

28

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

elemen atau unsur yang sejenis dengan unsur yang dianalisis (Sari,

2010).

b. Monokromator

Monokromator merupakan suatu alat yang diletakkan diantara

nyala dan detektor pada suatu rangkaian instrumentasi

spektrofotometer serapan atom. Ada dua jenis monokromator yang

dipakai yaitu monokromator celah dan kisi difraksi (Sari, 2010).

c. Gas dan Alat Pembakar

Gas dan alat pembakar pada spektrofotometer serapan atom

dikenal dua jenis gas yang bersifat oksidasi dan bahan bakar. Gas

pengoksidasi misalnya udara (O2) atau campuran O2 dan N2O,

sedangkan sebagai bahan bakar adalah gas alam, propana, butana,

asetilen dan H2. Gas pembakar dapat pula berupa campuran udara

dengan propana, udara dengan asetilen (terbanyak dipakai) dan N2O

dengan asetilen. Alat pembakar untuk mendapatkan nyala api juga

perlu diperhatikan. Baik teknik nyala api maupun teknik tanpa nyala

api diharapkan memperoleh uap atom netral suatu unsur dalam sampel.

Teknik dengan nyala api yang banyak terpakai, yang perlu

dikembangkan adalah panjang atau lebar nyala api sehingga dapat

memenuhi hukum Lambert-Beer (Sari, 2010).

d. Kuvet

Kuvet merupakan suatu tempat untuk nyala api dan atom-atom

yang ada didalamnya (Sari, 2010).

e. Detektor

Detektor berfungsi sebagai alat penguat dari spektrum cahaya

yang telah melewati sampel. Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah

detektor adalah memiliki respon yang linear terhadap energi sinar

dalam kawasan spektrum yang bersangkutan. Pada spektrofotometer

serapan atom detektor yang lazim dipakai adalah Detektor Tabung

Pengadaan (Photon Multiplier Tube Detector, PMTD) (Sari, 2010).

29 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu

Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai dengan Mei 2018.

3.1.2 Tempat

Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Penelitian I dan

Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, pemeliharaan dan perlakuan hewan

uji di Animal House, uji pH urin di Laboratorium Penelitian II, analisa kadar

kreatinin dan asam urat di Laboratoritum Penelitian I Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisa elektrolit Na+, K

+, dan Cl

- dilakukan di

Laboratorium Peternakan, IPB, Dramaga, Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: blender (Quantum),

timbangan analitik, timbangan hewan, alat-alat gelas, vacuum rotary evaporator

(EYELA), waterbath (EYELA), spektrofotometri serapan atom (SSA),

spektrofotometer uv, dehumidier, botol maserasi, cawan porselen, krus silikat,

oven, tanur, piknometer, pH indikator, tabung mikrohematokrit, sonde oral,

kandang tikus, kandang metabolit, wadah penampung urin, dan disposable

syringe.

3.2.2 Bahan

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun zaitun (Olea

europaea L.), furosemid (Indofarma), urea teknis, reagen kit kreatinin Dyasis,

reagen kit asam urat Dyasis, etanol 70% teknis, kloroform, etanol 96%, H2SO4

encer, NaCl 0,9%, eter, aquades, Na CMC, kertas saring, kapas, dan alumunium

foil.

30

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-

Dawley dengan berat 150-250 gram yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor.

3.4 Rancangan Penelitian

3.4.1 Besar Sampel

Penelitian ini bersifat eksperimental rancang acak lengkap (experimental

completely design) yang terbagi kedalam 6 kelompok perlakuan dimana masing-

masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley

(WHO, 2000). Hewan uji yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus.

3.4.2 Dosis dan Waktu Perlakuan

Dosis yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dosis rendah

(150mg/KgBB), dosis sedang (300mg/KgBB), dan dosis tinggi (600mg/KgBB).

Penggunaan dosis ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Al-

Okbi et al (2016) yang menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun zaitun (Olea

europaea L.) pada dosis 600mg/KgBB merupakan dosis yang paling efektif

sebagai diuretik.

Perlakuan diberikan kepada hewan uji selama tujuh hari merujuk pada

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ghibu et al (2015).

Tabel 3.1. Rancangan Percobaan

Kelompok Jumlah Perlakuan

Normal 5 ekor Diberikan suspensi Na-CMC 0,5 %

Kontrol Positif 5 ekor Diberikan suspensi furosemid dengan

dosis 4,111mg/KgBB

Uji I

(Dosis Rendah) 5 ekor

Diberikan suspensi ekstrak dengan

dosis 150mg/kgBB

Uji II

(Dosis Sedang) 5 ekor

Diberikan suspensi ekstrak dengan

dosis 300mg/kgBB

Uji III

(Dosis Tinggi) 5 ekor

Diberikan suspensi ekstrak dengan

dosis 600mg/kgBB

31

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Determinasi Tanaman

Daun zaitun (Olea europaea L.) dilakukan pemeriksaan atau determinasi

tanaman di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong,

Bogor, Jawa Barat.

3.5.2 Pembuatan Ekstrak

Daun zaitun (Olea europaea L.) sebanyak 1,5 kg dikumpulkan, kemudian

dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Daun zaitun yang telah dicuci

selanjutnya dikeringkan dengan dehumidifier. Daun zaitun yang telah kering

dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk sebanyak 0,5 kg. Serbuk

daun zaitun (Olea europaea L.) selanjutnya dimaserasi menggunakan etanol 70%

selama 72 jam dan sesekali dilakukan pengadukan. Hasil maserasi disaring

dengan kapas dan kertas saring. Selanjutnya, ampas yang didapat dimaserasi

kembali. Penyarian ini dilakukan sebanyak tiga kali. Maserat daun zaitun (Olea

europaea L.) yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 400C–50

0C sampai diperoleh ekstrak kental lalu ditimbang.

Kemudian dihitung rendemen yang diperoleh.

% Rendemen = Berat ekstrak

Berat simplisia awal x 100%

3.5.3 Penapisan Fitokimia

3.5.3.1 Alkaloid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml etanol

70% kemudian diaduk, ditambahkan 5 ml HCl 2 N, dipanaskan pada penangas air.

Setelah dingin, campuran disaring dan filtrat ditambahkan beberapa tetes reagen

Mayer. Sampel kemudian diamati hingga keruh atau ada endapan (Mojab,

Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour, 2003).

3.5.3.2 Flavonoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dalam cawan ditambahkan 2 ml etanol 70%

kemudian diaduk, ditambahkan serbuk magnesium 0,5 g dan 3 tetes HCl pekat.

Terbentuknya warna jingga sampai merah menunjukkan adanya flavon, merah

32

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

sampai merah padam menunjukkan flavanol, merah padam sampai merah

keunguan menunjukan flavanon (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour,

2003).

3.5.3.3 Tanin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dalam cawan ditambahkan 2 ml etanol 70%

kemudian diaduk dibagi menjadi 3 tabung reaksi, tabung pertama ditambahkan

FeCl3 sebanyak 3 tetes, jika menghasilkan biru karakteristik, biru-hitam, hijau

atau biru hijau dan endapan maka menunjukkan adanya senyawa tanin. Kedua,

ditambahkan pereaksi stiasny kemudian dipanaskan, positif tanin terkondensasi

berwarna merah jambu. Ketiga, ditambahkan natrium asetat dan FeCl3, positif

tanin terhidrolisis biru tinta (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour, 2003).

3.5.3.4 Saponin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml etanol

70% kemudian diaduk, ditambahkan dengan 20 ml aquabides dan dikocok

kemudian didiamkan selama 15-20 menit. Jika tidak ada busa = negatif; busa

lebih dari 1 cm = positif lemah; busa dengan tinggi 1,2 cm = positif; dan busa

lebih besar dari 2 cm= positif kuat (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour,

2003).

3.5.3.5 Terpenoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml etanol

70% kemudian diaduk, ditambahkan 1 ml kloroform dan 1 ml asetat anhidrida

lalu didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan H2SO4. Jika terjadi warna

kemerahan, menunjukkan adanya triterpenoid (Ghosal dan Mandal, 2012)

3.5.3.6 Steroid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml etanol

70% kemudian diaduk, ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian ditambahkan 2 ml

H2SO4 pekat dengan cara diteteskan pelan-pelan dari sisi dinding tabung reaksi.

33

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Pembentukan cincin warna merah menunjukkan adanya steroid (Ghosal dan

Mandal, 2012).

3.5.4 Pengujian Parameter Spesifik

3.5.4.1 Identitas

Pendeskripsian tata nama, yaitu nama ekstrak, nama latin tumbuhan,

bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI,

2000).

3.5.4.2 Organoleptik

Penetapan organoleptik yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan

menggunakan panca indera dalam mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa

(Depkes RI, 2000).

3.5.4.3 Senyawa Terlarut dalam Pelarut

Pengujian senyawa terlarut dalam pelarut tertentu dalam ekstrak terdiri

dari kadar senyawa yang terlarut dalam air dan kadar senyawa yang terlarut dalam

etanol (Depkes RI, 2000).

(i) Kadar Senyawa yang Larut dalam Air

Sejumlah 1 g ekstrak (W1) dimaserasi dengan 25 ml kloroform selama

24 jam menggunakan labu ukur sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam

pertama. Kemudian didiamkan selama 18 jam dan disaring. Filtrat

sebanyak 5 ml diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah

ditara (W0) dengan cara didiamkan sampai pelarutnya menguap dan

tersisa residunya, kemudian dipanaskan residu pada suhu 1050C hingga

bobot tetap (W2) (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Kadar senyawa larut air = W2−W0

W1 x 100%

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong (gram)

W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + residu yang dioven (gram)

34

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(ii) Kadar Senyawa yang Larut dalam Etanol

Sejumlah 1 g ekstrak (W1) dimaserasi dengan 25 ml etanol 96%

selama 24 jam dengan menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali

dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian didiamkan selama 18 jam dan

disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol. Filtrat sebanyak 5

ml diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara (W0)

dengan cara didiamkan sampai pelarutnya menguap dan tersisa residunya,

panaskan residu pada sushu 1050C hingga bobot tetap (W2) (Saifudin,

Rahayu, & Teruna, 2011).

Kadar senyawa larut etanol = W2−W0

W1 x 100%

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong (gram)

W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + residu yang dioven (gram)

3.5.5 Pengujian Parameter Non Spesifik

3.5.5.1 Kadar Abu

(i) Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang seksama (W1) dimasukkan dalam

krus silikat yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditimbang (W0). Setelah

itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan

(dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600±250C (Depkes RI,

1980 dalam Arifin, H., Anggraini, Handayani, & Rasyid, 2006) hingga

arang habis. Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W2)

%Kadar Abu Total = W2−W0

W1 x 100%

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong (gram)

W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan (gram)

35

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(ii) Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu didihkan dengan 25 ml

asam sulfat encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut

asam. Kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu dan residunya

dibilas dengan air panas. Abu yang tersaring dan kertas saringnya

dimasukkan kembali dalam krus silikat yang sama. Setelah itu ekstrak

dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan (dengan suhu

dinaikan secara bertahap hingga 600±250C (Depkes RI, 1980 dalam

Arifin, H., Anggraini, Handayani, & Rasyid, 2006) hingga arang habis.

Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W2)

%Kadar Abu Total = W2−(C x 0,0076)− W0

W1 x 100%

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong (gram)

C = bobot kertas saring (gram)

W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + abu yang tidak larut asam (gram)

3.5.5.2 Bobot Jenis

Piknometer yang bersih, kering ditimbang. Kemudian dikalibrasi dengan

menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu 250C

kemudian ditimbang (W1). Ekstrak cair diatur suhunya kurang lebih 200C lalu

dimasukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu

piknometer yang telah diisi hingga suhu 250C kemudian ditimbang (W2) (Depkes

RI, 2000).

d = W2−W0

W1−W0

Keterangan :

d = bobot jenis

W0 = bobot piknometer kosong (gram)

W1 = bobot piknometer + air (gram)

W2 = bobot piknometer + ekstrak (gram)

36

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3.5.5.3 Kadar Air

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan

dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah

dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum

ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan cara menggoyangkan

botol hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 5mm-10mm. Jika ekstrak yang

diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian

dimasukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu

1050C hingga bobot tetap (Depkes RI, 2000).

Kadar Air = W0−W1

W0 x 100%

Keterangan :

W0 = bobot ekstrak sebelum dioven (gram)

W1 = bobot ekstrak setelah dioven (gram)

3.5.5.4 Sisa Pelarut

Ekstrak mengandung etanol 30% atau kurang. Timbang sejumlah 2 gram

ekstrak kental kemudian dilarutkan dalam air sampai 25 ml, lalu dimasukkan

kedalam labu destilasi. Diatur suhu destilat pada 78,50C. Dicatat destilasi hingga

diperoleh destilat kurang lebih 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji (destilasi

selama 2 jam atau tidak menetes lagi). Ditambahkan air sampai 25 ml. Ditetapkan

bobot jenis cairan pada suhu 250C seperti yang tertera pada penetapan bobot jenis.

Hitung persentase dalam volume dari etanol dalam cairan menggunakan Table

Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope Indonesia Edisi IV (Depkes RI,

2000).

3.5.6 Penyiapan Ekstrak Uji

3.5.6.1 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5%

Sejumlah Na-CMC ditimbang lalu dikembangkan dengan aquades hangat

(600C) sejumlah 20 kalinya. Setelah mengembang Na-CMC digerus secara

konstan sambil dicukupkan hingga jumlah volume tertentu.

37

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3.5.6.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Zaitun

Dibuat sediaan uji dengan 3 variasi dosis. Masing-masing dosis dibuat

sebanyak 10 ml:

a. Dosis 150 mg/KgBB

Suspensi dibuat dengan menimbang ekstrak etanol 70% daun zaitun

(Olea europaea L.) sebanyak 0,375 gram dan disuspensikan kedalam suspensi

Na-CMC 0,5 %.

b. Dosis 300 mg/KgBB

Suspensi dibuat dengan menimbang ekstrak etanol 70% daun zaitun

(Olea europaea L.) sebanyak 0,75 gram dan disuspensikan kedalam suspensi

Na-CMC 0,5 %.

c. Dosis 600 mg/KgBB

Suspensi dibuat dengan menimbang ekstrak etanol 70% daun zaitun

(Olea europaea L.) sebanyak 1,5 gram dan disuspensikan kedalam suspensi

Na-CMC 0,5 %.

3.5.6.3 Pembuatan Suspensi Furosemid

Dibuat sediaan suspensi furosemid dengan dosis yang telah dikonversi dari

dosis manusia, yaitu 4,111 mg/KgBB :

Suspensi dibuat dengan cara menimbang serbuk furosemid sebanyak 0,01028

gram lalu disuspensikan kedalam suspensi Na-CMC 0,5%. Sediaan ini dibuat

sebanyak 10 ml.

3.5.6.4 Pembuatan Larutan Urea

Dibuat sediaan larutan urea dengan dosis 1.000 mg/KgBB :

Larutan dibuat dengan cara menimbang serbuk urea sebanyak 2,5 gram lalu

dilarutkan kedalam aquadest. Sediaan ini dibuat sebanyak 10 ml.

3.5.7 Penyiapan Hewan Uji

Sebelum diberi perlakuan, tikus jantan galur Sprague-Dawley

diaklimatisasi di Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan selama

1 sampai 2 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

38

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Selama proses aklimatisasi, tikus diberi makan dan minum ad libitum dan

dilakukan pengamatan kondisi umum tikus serta ditimbang berat badannya. Tikus

yang digunakan untuk penelitian adalah tikus yang sehat, yaitu tikus yang berat

badannya tidak mengalami perubahan lebih dari 10% selama proses aklimatisasi

dan secara visual memperlihatkan perilaku yang normal.

3.5.8 Pemberian Perlakuan

Penelitian ini dilakukan terhadap 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague

Dawley yang dibagi menjadi 6 kelompok uji dengan perlakuan yang berbeda,

sesuai dengan jenis perlakuan yang tertera pada tabel rancangan percobaan. Selain

perlakuan tersebut, dilakukan juga pengukuran volume urin pada kelompok tikus

yang diberi urea dengan dosis 1g/KgBB. Perlakuan urea ini dilakukan untuk

mengitung nilai Lipschitz. Masing-masing hewan uji tiap kelompok diberikan 2

ml larutan NaCl 0,9%. Kemudian diberikan ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea

europaea L.) kepada hewan uji yang telah disuspensikan dalam Na-CMC 0,5%

dan diberikan secara oral menggunakan sonde. Pemberian perlakuan diberikan

selama 7 hari, satu hari sekali setiap pagi.

3.5.9 Uji Aktivitas Diuretik

Pengambilan urin tikus dilakukan di hari ke-7 perlakuan pada jam ke-1, 2,

3, 4, 5 dan 24 jam. Urin yang tertampung pada wadah penampungan urin diambil

dengan menggunakan disposable syringe dan kemudian dicatat volumenya selama

waktu pengamatan. pH total urin dari masing-masing hewan diukur dengan

menggunakan pH meter. Kadar Na+

dan K+

diukur dengan spektrofotometer

serapan atom (SAA) dan kadar Cl- diukur dengan metode kolorimeter.

3.5.10 Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbital mata tikus pada jam ke

24. Tikus diberikan anestesi umum secara inhalasi dengan eter. Pada mata tikus,

tabung mikrohematokrit dimasukkan ke dalam pangkal bola mata sambil diputar

halus ke arah belakang bola mata sehingga darah mengalir melalui tabung

mikrohematokrit tersebut.

39

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Darah ditampung secara hati-hati ke dalam mikrotube, kemudian

disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Serum yang diperoleh

kemudian dipisahkan dengan mikropipet lalu disimpan dalam lemari pendingin

pada suhu 2-80C hingga dilakukan pengukuran asam urat dan kreatinin.

3.5.11 Pengukuran Asam Urat dan Bersihan Kreatinin

Kadar asam urat diukur dari sampel serum darah. Kadar kreatinin diukur

dari sampel serum darah dan urin 24 jam. Pengukuran kadar kreatinin dan asam

urat dilakukan dengan metode kolorimeter (Al-Okbi, 2016 dengan perubahan).

3.5.12 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa menggunakan program pengolahan data

statistik SPSS 22. Apabila uji normalitas dan uji homogenitas memenuhi

persyaratan maka dilakukan uji one-way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji

Least Significant Difference (LSD), sedangkan apabila uji normalitas dan uji

homogenitas tidak memenuhi persyaratan maka dilakukan uji non parametric

(Kruskal Wallis) yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

40 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense. Hasil

determinasi tumbuhan menunjukkan bahwa tumbuhan uji adalah benar daun

zaitun (Olea europaea L.) yang merupakan famili Oleaceae. Surat pernyataan

hasil identifikasi/determinasi tanaman dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.2 Ekstraksi

Daun zaitun (Olea europaea L.) segar sebanyak 1,5 kg yang diperoleh dari

Jonggol Farm, Jonggol, Bogor terlebih dahulu dicuci dan di keringkan

menggunakan humudifier. Daun zaitun yang sudah kering kemudian dihaluskan

dengan blender sehingga diperoleh 500 gram serbuk daun zaitun (Olea europaea

L.). Serbuk selanjutnya dimaserasi berulang sebanyak 3 kali menggunakan pelarut

etanol 70% sebanyak 3,7 L sehingga dihasilkan maserat yang berwarna lebih

bening dibandingkan dengan maserat awal. Maserat selanjutnya dipekatkan

dengan vacuum rotary evaporator. Hasil pemekatan menghasilkan ekstrak kental

sebanyak 92,28 gram dengan rendemen sebesar 18,456%. Perhitungan rendemen

dapat dilihat pada lampiran 12.

4.1.3 Penapisan Fitokimia

Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea

L.) menunjukkan terdapat beberapa golongan metabolit sekunder sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun

Golongan Senyawa Hasil Keterangan

Alkaloid + Dragendorf = Terdapat endapat jingga coklat

Mayer = Terdapat endapan putih

Flavonoid + Terbentuk warna jingga

Terpenoid + Terbentuk warna hijau

Steroid - Terbentuk warna hijau

Triterpenoid - Terbentuk warna hijau

Saponin + Terbentuk buih yang stabil

Glikosida + Terbentuk warna hijau

Tanin + Terbentuk warna hijau kecoklatan

41

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

4.1.4 Pengujian Parameter Ekstrak

Hasil pengujian parameter spesifik dan non-spesifik ekstrak etanol 70%

daun zaitun dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Parameter Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun

Parameter Hasil

Parameter Spesifik

Identitas Ekstrak

Nama ekstrak Ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea

europaea L.)

Nama latin tumbuhan Olea europaea L.

Bagian tumbuhan yang digunakan Daun

Nama Indonesia tumbuhan Zaitun

Organoleptik

Bentuk Kental

Warna Coklat

Bau Khas

Rasa Pahit

Senyawa Terlarut dalam Pelarut

Kadar senyawa yang larut dalam air 0,361%

Kadar senyawa yang larut dalam etanol 15,075%

Parameter Nonspesifik

Kadar Abu

Kadar abu total 0,339%

Kadar abu yang tidak larut dalam asam 6,911%

Kadar Air 15,363%

Bobot Jenis 0,696 gram/ml

Sisa Pelarut 0%

4.1.5 Pengukuran Volume Urin

Hasil pengukuran volume urin kumulatif selama 24 jam dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rerata Volume Urin Kumulatif

Jam

ke-

Volume Urin (ml) ± SD

Normal 150mg/kgbb 300mg/kgbb 600mg/kgbb Kontrol

Positif Urea

1 0.000±0.000 0.000±0.000 0.000±0.000 0.000±0.000 0.838±0.374 0.000±0.000

2 0.036±0.080 0.000±0.000 0.000±0.000 0.074±0.165 1.476±0.695 0.606±0.407

3 0.122±0.217 0.020±0.045 0.000±0.000 0.074±0.165 1.700±1.011 0.936±0.170

4 0.184±0.215 0.100±0.173 0.000±0.000 0.200±0.346 1.936±1.281 1.190±0.253

5 0.270±0.264 0.220±0.438 0.240±0.339 0.368±0.628 2.346±1.281 1.396±0.377

24 2.100±0.480 1.840±0.207 2.300±0.381 3.240±0.783 4.640±0.885 3.600±0.604

Keterangan : Pada jam ke 5 terdapat perbedaan yang bermakna pada semua kelompok

ekstrak uji dan kelompok normal terhadap kelompok kontrol positif (≤0,05). Pada jam ke

24 terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok ekstrak uji dosis 600mg/kgbb

terhadap kelompok normal (≤0,05) pada jam ke 24.

42

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil pengukuran volume urin kumulatif selama 24 jam menunjukkan

adanya peningkatan volume urin (Gambar 4.1)

Gambar 4.1 Grafik Volume Urin Kumulatif

Hasil perhitungan indeks diuretik dapat dilihat pada tabel 4.4. Pada indeks

diuretik tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun zaitun yang

beraktivitas sebagai diuretik yakni pada dosis 600mg/kgbb dengan mulai kerja

lama (24 jam).

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Indeks Diuretik

Kelompok Indeks Diuretik (T/U)

Jam ke-5 Jam ke-24

Normal 0.193 0.583

150mg/kgBB 0.158 0.511

300mg/kgBB 0.172 0.639

600mg/kgBB 0.264 0.900

Kontrol Positif 1.681 1.289

4.1.6 Pengukuran pH

Hasil pengukuran rerata pH urin 24 jam dapat dilihat pada tabel 4.5.Hal

tersebut menunjukkan bahwa pH urin pada seluruh kelompok ekstrak uji dan

kelompok kontrol positif mengalami peningkatan terhadap kelompok normal.

1 2 3 4 5 24

Normal 0 0.036 0.122 0.184 0.27 2.1

150mg/kgbb 0 0 0.02 0.1 0.22 1.84

300mg/kgbb 0 0 0 0 0.24 2.3

600mg/kgbb 0 0.074 0.074 0.2 0.368 3.24

Kontrol Positif 0.838 1.476 1.7 1.936 2.346 4.64

00.5

11.5

22.5

33.5

44.5

5

Vo

lum

e U

rin

(m

l)

Jam ke-

Grafik Volume Urin Kumulatif

Normal

150mg/kgbb

300mg/kgbb

600mg/kgbb

Kontrol Positif

43

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Tabel 4.5 Rerata pH Urin 24 jam

Kelompok Rerata pH ± SD

Normal 7.000±0.000

150mg/kgBB 7.600±0.548

300mg/kgBB 7.600±0.548

600mg/kgBB 8.000±0.000

Kontrol Positif 8.000±0.000

Keterangan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada seluruh kelompok ekstrak uji dan

kelompok kontrol positif terhadap kelompok normal (≤0,05).

4.1.7 Pengukuran Kadar Natrium, Kalium dan Klorida

Hasil pengukuran kadar natrium, kalium dan klorida dapat dilihat pada

tabel 4.6, dimana terjadi peningkatan kadar kalium dan klorida pada seluruh

kelompok ekstrak uji dan kelompok kontrol positif terhadap kelompok normal,

sedangkan pada kadar natrium terdapat penurunan pada kelompok ekstrak uji

dosis 600mg/kgbb terhadap kelompok normal.

Tabel 4.6 Rerata Konsentrasi Natrium, Kalium dan Klorida Urin 24 jam

Kelompok Kadar (ppm) ±SD

Natrium Kalium Klorida

Normal 1822.092±336.241 2321.054±613.229 12426.668±5371.159

150mg/kgBB 2747.594±489.782 3681.036±1025.502 26704.878±6661.364

300mg/kgBB 2149.424±232.488 3775.380±589.346 19138.496±3083.613

600mg/kgBB 1752.662±668.521 4180.006±864.934 15423.550±4638.269

Kontrol Positif 2818.674±1011.924 3721.1480±408.487 23915.700±4296.566

Keterangan : Pada konsentrasi natrium terdapat perbedaan yang bermakna antara

kelompok ekstrak uji dosis 150mg/kgbb dan kelompok kontrol positif terhadap

kelompok normal (≤0,05). Pada konsentrasi kalium terdapat perbedaan yang bermakna

pada seluruh kelompok ekstrak uji dan kelompok kontrol positif terhadap kelompok

normal (≤0,05). Pada konsentrasi klorida terdapat perbedaan yang bermakna antara

kelompok ekstrak uji dosis 150mg/kgbb, 300mg/kgbb, dan kelompok kontrol positif

terhadap kelompok normal (≤0,05).

Hasil perhitungan indeks saluretik, natriuretik dan CAI dapat dilihat pada

tabel 4.7. Indeks tersebut menunjukkan bahwa ekstrak uji dosis 600mg/kgbb

memiliki aktivitas diuretik dengan melakukan penghambatan terhadap karbonik

anhidrase (CAI).

44

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indeks Saluretik, Natriuretik dan CAI Urin 24 jam

Kelompok Indeks Saluretik Indeks Natriuretik Indeks CAI

Normal 1.000 1.000 1.000

150mg/kgbb 1.552 0.951 1.385

300mg/kgbb 1.430 0.725 1.077

600mg/kgbb 1.432 0.534 0.867

Kontrol Positif 1.578 0.965 1.219

4.1.8 Pengukuran Kadar Asam Urat

Hasil pengukuran rerata asam urat dapat dilihat pada tabel 4.8. Pada

seluruh kelompok ekstrak uji dan kelompok kontrol positif terdapat peningkatan

kadar asam urat terhadap kelompok normal.

Tabel 4.8 Rerata Kadar Asam Urat

Kelompok Rerata Kadar Asam Urat (mg/dl) ± SD

Normal 0.884±0.514

150mg/kgBB 1.314±0.570

300mg/kgBB 1.881±0.547

600mg/kgBB 1.192±0.927

Kontrol Positif 1.451±0.554

Keterangan : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok (>0,05).

4.1.9 Pengukuran Bersihan Kreatinin

Hasil pengukuran rerata kadar kreatinin urin dapat dilihat pada tabel 4.9.

Rerata kadar kreatinin urin mengalami penurunan pada seluruh kelompok ekstrak

uji dan kelompok kontrol positif terhadap kelompok normal.

Tabel 4.9 Rerata Kadar Kreatinin Urin

Kelompok Rerata Kadar Kreatinin Urin (mg/dl) ± SD

Normal 6.062±2.419

150mg/kgBB 4.031±1.860

300mg/kgBB 6.031±0.902

600mg/kgBB 4.985±2.094

Kontrol Positif 2.523±1.214

Hasil pengukuran rerata kadar kreatinin serum dapat dilihat pada tabel

4.10. Rerata kadar kreatinin serum mengalami peningkatan pada kelompok

ekstrak uji dosis 150mg/kgbb dan 300mg/kgbb dan penurunan pada kelompok

ekstrak uji dosis 600mg/kgbb dan kelompok kontrol positif terhadap kelompok

normal.

45

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Tabel 4.10 Rerata Kadar Kreatinin Serum

Kelompok Rerata Kadar Kreatinin Plasma (mg/dl) ± SD

Normal 1.200±0.315

150mg/kgBB 1.508±0.296

300mg/kgBB 1.262±0.548

600mg/kgBB 1.138±0.416

Kontrol Positif 1.169±0.233

Hasil pengukuran rerata bersihan kreatinin dapat dilihat pada tabel 4.11.

Rerata bersihan kreatnin mengalami penurunan pada kelompok ekstrak uji dosis

150mg/kgbb dan kelompok kontrol positif dan peningkatan pada kelompok

ekstrak uji dosis 300mg/kgbb dan 600mg/kgbb terhadap kelompok normal.

Tabel 4.11 Rerata Bersihan Kreatinin

Kelompok Rerata Bersihan Kreatinin (ml/min) ± SD

Normal 0.008±0.006

150mg/kgBB 0.003±0.001

300mg/kgBB 0.010±0.007

600mg/kgBB 0.010±0.004

Kontrol Positif 0.007±0.003

Keterangan : Terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok ekstrak uji dosis

150mg/kgbb terhadap kelompok normal (≤0,05).

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol 70% daun

zaitun (Olea europaea L.) sebagai diuretik selama 7 hari pemberian ekstrak

terhadap parameter volume urin, pH urin, konsentrasi natrium, kalium klorida,

kadar asam urat serta bersihan kreatinin terhadap tikus putih jantan galur Sprague-

Dawley. Bahan tanaman uji yang digunakan dalam penelitian ini yakni daun

zaitun (Olea europaea L.). Daun zaitun telah diteliti memiliki banyak khasiat

diantaranya sebagai antidiabetes, antihipertensi, antimikroba, antikanker, dan

antioksidan. Tanaman zaitun dalam penelitian ini berjenis Black Mansion yang

diperoleh dari Jonggol Farm, Jonggol, Bogor. Tanaman zaitun yang diambil yaitu

bagian daun, baik daun tua maupun daun muda. Tanaman lalu dideterminasi di

Herbarium Bogoiense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor. Tujuan dari determinasi ini

untuk memastikan bahwa tanaman uji yang akan digunakan adalah benar sesuai

dengan tanaman uji yang dimaksud yakni daun zaitun. Hasil determinasi tanaman

europaea L. yang merupakan famili Oleaceae.

46

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Daun zaitun sebanyak 1,5 kg dibuat menjadi simplisia. Daun zaitun

disortasi basah untuk memisahkan kotoran dan bahan lain dari daun zaitun. Daun

zaitun kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir untuk membersihkan

kotoran yang masih menempel pada daun. Kemudian daun zaitun dikeringkan

dengan menggunakan humudifier. Daun zaitun kering kemudian disortasi kembali

sebelum dihaluskan untuk menghilangkan sisa kotoran yang ada. Penghalusan

daun zaitun dilakukan dengan menggunakan blender dan diperoleh serbuk daun

zaitun sebanyak 500 gram.

Sebanyak 500 gram serbuk daun zaitun dimaserasi dengan menggunakan

pelarut etanol 70%. Metode maserasi dipilih karena proses pengerjaan dan alat

yang digunakan cukup sederhana. Disamping itu, teknik maserasi merupakan

teknik yang baik untuk menarik senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap

pemanasan. Tujuan dari maserasi yakni untuk melarutkan zat aktif yang terdapat

di dalam sel tumbuhan, sehingga zat aktif akan terdesak keluar dari sel. Pemilihan

etanol sebagai pelarut berdasarkan metode yang distandarisasi BPOM (2005)

bahwa untuk ekstraksi suatu bahan yang akan digunakan sebagai obat harus

menggunakan etanol sebagai pelarutnya. Etanol memiliki sifat mudah menguap,

murah, mudah didapat dan cukup aman. Etanol juga merupakan pelarut yang

diperbolehkan dalam proses pembuatan ekstrak karena merupakan pelarut yang

memenuhi syarat kefarmasian atau pharmaceutical grade, sedangkan jenis pelarut

lain seperti metanol (alkohol turunannya), heksana (hidrokarbon alifatik), toluen

(hidrokarbon aromatik), kloroform (dan segolongannya), aseton, umumnya

digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi).

Khusus metanol, dihindari penggunaannya (Depkes RI, 2000). Etanol sebesar

70% digunakan karena etanol 70% merupakan pelarut polar sehingga dapat

menarik senyawa dari polar hingga non polar (Sulastri, 2008). Selain itu, etanol

70% dapat menarik senyawa flavonoid (Harborne, 1987). Flavonoid merupakan

salah satu senyawa yang berperan terhadap aktivitas diuretik. Maserasi serbuk

daun zaitun dilakukan secara berulang dengan menggunakan etanol 70% sebanyak

3,7 L hingga maserat menjadi bening. Maserasi dilakukan selama 3 hari dengan

pengadukan tiap harinya. Pengadukan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

dalam proses maserasi, hal ini dikarenakan pengadukan dapat memperbanyak

47

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

kontak antara bahan dengan pelarut sehingga didapat derajat homogenitas yang

tinggi dan diperoleh hasil ekstraksi yang tinggi (Dewi K.H et al, 2014). Hasil

maserasi disaring dengan kapas dan kertas saring, kemudian maserat ditampung.

Maserat daun zaitun yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan

vaccum rotary evaporator untuk menghilangkan pelarutnya yakni etanol 70%.

Pemekatan dilakukan dengan kecepatan rotor 5-7 dan suhu penangas air 500C

tujuannya untuk mencegah hilangnya senyawa bioaktif yang tidak tahan panas

atau dapat terdegradasi akibat pemanasan (Handoko, 2007). Pemekatan dilakukan

hingga diperoleh ekstrak etanol 70% daun zaitun dengan konsistensi yang kental.

Hasil pemekatan maserat dengan vaccum rotary evaporator menghasilkan ekstrak

kental sebanyak 92,28 gram dari simplisia sebanyak 500 gram sehingga rendemen

yang dihasilkan sebesar 18,456%.

Ekstrak etanol 70% daun zaitun dilakukan penapisan fitokimia. Tujuan

penapisan fitokimia pada ekstrak yaitu sebagai tahap awal mengidentifikasi

kandungan kimia ekstrak tersebut. Pada penelitian ini dilakukan uji penapisan

fitokimia terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, triterpenoid,

saponin, glikosida, dan tanin. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun

zaitun positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin,

glikosida, serta tanin.

Selanjutnya dilakukan pengujian parameter standar ekstrak terhadap

ekstrak etanol 70% daun zaitun yang meliputi parameter spesifik dan non spesifik.

Parameter spesifik meliputi pemeriksaan identitas, pengamatan organoleptik, serta

kadar senyawa terlarut dalam pelarut. Pemeriksaan identitas bertujuan untuk

memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas

(Depkes RI, 2000). Hasil dari pemeriksaan identitas terhadap ekstrak tersebut

berupa nama ekstrak yakni ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.),

nama latin tumbuhan yakni Olea europaea L., bagian tumbuhan yang digunakan

yakni daun, serta nama Indonesia tumbuhan yakni zaitun. Kemudian dilakukan

pengamatan terhadap organoleptik ekstrak menggunakan pancaindera untuk

mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa yang bertujuan sebagai pengenalan

awal yang sederhana seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000). Ekstrak yang

dihasilkan memiliki bentuk kental, berwarna coklat, berbau aromatik, serta

48

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

memiliki rasa yang pahit. Selanjutnya dilakukan pengujian senyawa terlarut dalam

pelarut tertentu, yakni air dan etanol. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk

memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang terkandung dalam ekstrak

(Depkes, 2000). Kadar senyawa terlarut dalam pelarut air yang dihasilkan

sebanyak 0,361% dan kadar senyawa terlarut dalam pelarut etanol yang dihasilkan

sebanyak 15,075%. Hal ini berarti ekstrak lebih banyak terlarut didalam etanol

daripada di dalam air. Kadar zat terlarut ini merupakan uji kemurnian ekstrak

untuk mengetahui jumlah terendah kandungan kimia ekstrak yang terlarut dalam

pelarut tertentu (Anam, 2013).

Pemeriksaan parameter non spesifik meliputi kadar abu, bobot jenis, kadar

air, dan sisa pelarut. Pemeriksaan kadar abu bertujuan untuk memberikan

gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal

sampai terbentuknya ekstrak (Depkes RI, 2000). Ekstrak dipanaskan pada suhu

tinggi hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap hingga

tersisa unsur mineral dan unsur anorganik saja (Anam, 2013). Kadar abu yang

dihasilkan yakni kadar abu total sebanyak 0,339% dan kadar abu yang tidak larut

dalam asam sebanyak 6,911%. Kadar abu ekstrak daun zaitun yang diperoleh

telah memenuhi persyaratan yakni tidak boleh lebih dari 10,2% (Depkes RI,

2009). Pemeriksaan bobot jenis bertujuan untuk memberikan batasan tentang

besarnya masa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair

sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. Bobot jenis yang

dihasilkan sebesar 0,696 gram/ml. Bobot jenis juga berkaitan dengan kontaminasi

dan kemurnian ekstrak (Depkes RI, 2000). Pemeriksaan kadar air bertujuan untuk

memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di

dalam bahan (Depkes RI, 2000). Hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya

pertumbuhan jamur dalam ekstrak (Saifuddin et al, 2011).Persyaratan kadar air

suatu ekstrak menurut BPOM RI tahun 2014 adalah ≤10%. Hasil pengujian kadar

air ekstrak etanol 70% daun zaitun yakni sebesar 15,363%.Hasil ini lebih besar

dari persyaratan yang ditentukan. Kadar air yang besar berpengaruh pada stabilitas

ekstrak, ekstrak dengan kadar air yang tinggi dapat dengan mudah ditumbuhi

jamur. Pada penelitian ini ekstrak tidak menunjukkan perubahan selama 5 bulan

penyimpanan di dalam lemari pendingin dengan suhu 40C, walaupun hasil kadar

49

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

air yang diperoleh melebihi persyaratan yang ditentukan. Ekstrak etanol 70% daun

zaitun berdasarkan kadar air yang dikandungnya termasuk ke dalam jenis ekstrak

kental yakni masuk ke dalam rentang 5-30% (Voigt, 1994). Pemeriksaan sisa

pelarut bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa selama proses tidak

meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan

untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai dengan yang

ditetapkan (Depkes RI, 2000). Sisa pelarut yang tersisa pada ekstrak etanol 70%

daun zaitun yakni 0%. Hal ini menyatakan bahwa tidak terdapat sisa pelarut di

dalam ekstrak tersebut. Dengan demikian maka ekstrak etanol 70% daun zaitun

(Olea europaea L.) telah memenuhi persyaratan standarisasi yang meliputi

parameter spesifik dan non spesifik sebagai bahan baku obat.

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus jantan galur

Sprague-Dawley usia 2-3 bulan dengan bobot 150-350 gram sebanyak 30 ekor.

Pemilihan tikus galur Sprague-Dawley didasari oleh sifat tikus yang tenang dan

mudah dalam penanganannya. Hewan uji kemudian dibagi secara acak menjadi 6

kelompok uji diantaranya kelompok normal, kelompok kontrol positif, kelompok

dosis 150mg/kgbb, kelompok dosis 300mg/kgbb, kelompok dosis 600mg/kgbb,

serta kelompok urea. Pengelompokkan dilakukan dengan jumlah tikus tiap

kelompok yaitu 5 ekor, hal ini sesuai dengan pedoman WHO tahun 2000 dalam

Research Guidelines for Evaluation The Safety and Efficacy of Herbal Medicine,

dimana untuk penelitian menggunakan hewan pengerat maka masing-masing

kelompok perlakuan harus terdiri dari sekurang-kurangnya 5 ekor hewan. Hewan

uji diaklimatisasi selama 2 minggu sebelum dilakukan pengujian. Hal ini

menyesuaikan dengan periode aklimatisasi yang dipersyaratkan oleh USDA

dalam Guideline Stabilization/Acclimation Times for Research Animals (IACUC,

2011), yaitu minimal selama 7 hari. Aklimatisasi hewan uji bertujuan untuk

menyesuaikan kondisi hewan uji dengan kondisi lingkungan uji yang memenuhi

syarat dalam penelitian. Bobot badan tikus ditimbang dan dicatat 2-3 hari sekali

serta diamati perilakunya selama masa aklimatisasi. Seluruh hewan uji yang

digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sehat dan lolos dalam periode

aklimatisasi karena penurunan bobot tidak melebihi 10% dan tidak menunjukkan

kelainan tingkah laku.

50

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Pengujian aktivitas diuretik dilakukan dengan pemberian NaCl 0,9%

terlebih dahulu sebanyak 2 ml secara oral pada seluruh kelompok hewan uji.

Pemberian NaCl 0,9% tersebut dilakukan untuk menyeragamkan cairan serta

sebagai loading dose (Kateel, 2014). Pada kelompok uji yang terdiri dari ekstrak

etanol 70% daun zaitun diberikan dengan tiga dosis yang berbeda diantaranya

dosis 150, 300, dan 600mg/kgbb. Dosis ini dipilih berdasarkan dosis 600mg/kgbb

dari penelitian yang dilakukan oleh Al-Okbi et al (2016) yang kemudian

dilakukan penurunan dosis sebesar dua kalinya. Pemberian ekstrak etanol 70%

daun zaitun kepada hewan uji dilakukan secara oral dengan menggunakan sonde

oral. Pemberian ekstrak dilakukan selama 7 hari berdasarkan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Ghibu et al (2015). Ekstrak etanol 70% daun

zaitun diberikan dalam bentuk suspensi dalam Na CMC 0,5%. Pemilihan Na

CMC 0,5% sebagai pensuspensi dikarenakan Na CMC dengan konsentrasi 0,1-1%

dapat dengan baik digunakan sebagai suspending agent pada sediaan oral (Allen,

2009), Selain itu, Na CMC bersifat non toksik (FDA, 1973). Pada kelompok

normal, hewan uji diberikan Na CMC 0,5%.

Pemberian urea pada kelompok urea dilakuakan untuk menghitung

aktivitas diuretik yang diperoleh dengan membagi hasil rerata volume urin pada

kelompok uji dengan hasi rerata volume urin pada kelompok urea. Kerja diuretik

kelompok urea digunakan sebagai pembanding dikarenakan kerja diuretik urea

memiliki aktivitas diuretik sebesar 1 (Lipshitz, 1943). Hal ini dikarenakan urea

merupakan zat yang mudah larut dalam air dan dapat meningkatkan tekanan

osmotik, sehingga jumlah air dan elektrolit yang diekskresikan akan bertambah

besar (Ganiswarna et al, 1995). Pemilihan furosemid sebagai kontrol positif

dikarenakan memiliki awal mula kerja cepat dengan durasi agak pendek.

Mekanisme kerja furosemid ialah menghambat reabsorbsi natrium dan klorida di

tubulus proksimal pada bagian naik yang tebal pada lengkung henle (Neal, 2006).

Bagian ini memiliki kapasitas reabsorbsi NaCl tinggi sehingga furosemid

memiliki efek diuresis yang lebih besar dibandingkan diuretik lainnya (Mutschler,

1998).

Setelah diberi perlakuan, hewan uji dimasukkan ke dalam kandang

metabolit selama 24 jam dengan pengukuran urin yang dilakukan pada jam ke 1,

51

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2, 3, 4, 5 dan 24. Urin yang ditampung akan diukur menggunakan disposable

syringe dan gelas ukur. Urin 24 jam yang didapat kemudian dilakukan pengujian

pH, kadar kreatinin, beserta kadar elektrolit didalam urin (natrium, kalium, dan

klorida). Kemudian setelah 24 jam hewan uji akan dianastesi menggunakan eter

untuk pengambilan sampel darah melalui sinus orbital mata untuk pengujian kadar

asam urat dan kreatinin.

Berdasarkan pengukuran volume urin 5 jam dan 24 jam, diperoleh hasil

yang menunjukkan peningkatan volume urin kumulatif rata-rata selama waktu

pengamatan. Pengukuran volume urin kumulatif dimaksudkan untuk melihat ada

tidaknya perbedaan volume urin kumulatif kontrol dengan pembanding. Pada

kelompok suspensi furosemid dengan dosis 4,111 mg/kgbb didapatkan volume

urin selama 5 jam pengamatan sebanyak 2,346 ml, kelompok dosis 150mg/kgbb

sebanyak 0,220 ml, kelompok dosis 300mg/kgbb sebanyak 0,240 ml, kelompok

600mg/kgbb sebanyak 0,368 ml, dan kelompok NaCMC 0,5% sebanyak 0,270 ml,

sedangkan pada volume urin kumulatif selama 24 jam didapatkan volume urin

pada kelompok suspensi furosemid sebanyak 4,460 ml, kelompok dosis

150mg/kgbb sebanyak 1,840 ml, kelompok dosis 300mg/kgbb sebanyak 2,300 ml,

kelompok 600mg/kgbb sebanyak 3,240 ml, dan kelompok NaCMC 0,5%

sebanyak 2,100 ml. Hal tersebut menujukkan bahwa semakin besar dosis ekstrak

yang diberikan maka semakin besar volume urin yang dihasilkan. Pada hasil uji

data statistik dengan SPSS 22 menunjukkan bahwa pada jam ke 5 pada kelompok

dosis 150mg/kgbb, kelompok dosis 300mg/kgbb, kelompok dosis 600mg/kgbb

dan kelompok normal terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata volume urin

terhadap kelompok kontrol positif (p≤0,05). Pada jam ke 24 pada kelompok dosis

150mg/kgbb, kelompok dosis 300mg/kgbb dan kelompok normal terdapat

perbedaan yang bermakna pada rerata volume urin terhadap kelompok kontrol

positif (p≤0,05), sedangkan pada kelompok dosis 600mg/kgbb tidak terdapat

perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif (p>0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun zaitun selama 7 hari pada dosis

600mg/kgbb memiliki aktivitas diuretik.

Indeks diuretik diperoleh dengan membagi rerata volume urin pada

kelompok uji dengan rerata volume urin pada kelompok urea. Pada skala Gujral

52

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

et al (1955), indeks diuretik dengan nilai kurang dari 0,72 dinyatakan tidak

memiliki aktivitas diuretik, nilai 0,73 sampai 1,0 adalah diuretik dengan aktivitas

lemah, nilai 1,1 sampai dengan 1,5 merupakan diuretik dengan aktivitas sedang,

dan jika lebih dari nilai 1,5 adalah diuretik dengan aktivitas kuat. Hasil indeks

diuretik pada jam ke 5 menunjukan bahwa pada kelompok dosis 150mg/kgbb,

kelompok dosis 300mg/kgbb, kelompok dosis 600mg/kgbb dan kelompok normal

tidak memiliki aktivitas diuretik, namun pada kelompok kontrol positif

menunjukkan aktivitas diuretik kuat dengan indeks diuretik sebesar 1,681. Pada

jam ke 24 indeks diuretik pada kelompok dosis 150mg/kgbb, kelompok dosis

300mg/kgbb dan kelompok normal menunjukkan bahwa kelompok tersebut tidak

memiliki aktivitas diuretik, namun pada kelompok dosis 600mg/kgbb

menunjukkan diuretik dengan aktivitas lemah dengan indeks diuretik sebesar 0,9

serta pada kelompok kontrol positif menunjukkan diuretik dengan aktivitas

sedang dengan indeks diuretik sebesar 1,289. Hal tersebut menunjukkan bahwa

ekstrak dengan dosis 600mg/kgbb memiliki aktivitas diuretik lemah dengan

jangka waktu yang lambat (uji 24 jam), sedangkan furosemid memiliki aktivitas

diuretik kuat dengan jangka waktu cepat (uji 5 jam) dan aktivitas tersebut

menurun pada jam ke 24. Hal ini dikarenakan furosemid merupakan agen diuretik

yang memiliki awal kerja obat dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan

masa kerja yang relatif pendek yakni 6-8 jam (Siswandono & Bambang, 2008).

Hasil pengukuran elektrolit menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

natrium, kalium, dan klorida terhadap kelompok normal. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh adanya penghambatan kerja ko-transpor natrium dan kalium

sehingga menurunkan reabsorpsi ion natrium dan kalium di tubulus. Selain itu,

pada semua perlakuan ekstrak etanol 70% daun zaitun terjadi peningkatan kalium

yang lebih tinggi. Keadaan ini serupa dengan efek mekanisme diuretik golongan

penghambat karbonik anhidrase yang bekerja dengan menghambat enzim

karbonik anhidrase sehingga kadar H+ dan HCO3

- menjadi sedikit. Berkurangnya

ion H+ menyebabkan pertukaran ion H

+ dengan ion natrium terhambat sehingga

reabsorpsi ion natrium menurun. Untuk menutupi hal tersebut, ginjal

memaksimalkan kerja ko-transpor Na-K di tubulus proksimal. Hasil kompensasi

53

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

yang dilakukan oleh ginjal menyebabkan peningkatan kadar kalium di dalam urin

(Hitner, 1999).

Hasil statistik menunjukkan bahwa pada konsentrasi natrium terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok ekstrak uji dosis 150mg/kgbb dan

kelompok kontrol positif terhadap kelompok normal (≤0,05), sedangkan pada

kelompok ekstrak uji dosis 300mg/kgbb dan 600mg/kgbb tidak memiliki

perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif (>0,05). Pada konsentrasi

kalium terdapat perbedaan yang bermakna pada seluruh kelompok ekstrak uji dan

kelompok kontrol positif terhadap kelompok normal (≤0,05). Pada konsentrasi

klorida terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ekstrak uji dosis

150mg/kgbb, 300mg/kgbb, dan kelompok kontrol positif terhadap kelompok

normal (≤0,05), sedangkan pada kelompok ekstrak uji dosis 600mg/kgbb tidak

terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kelompok normal (>0,05). Kemudian

dilakukan perhitungan terhadap indeks saluretik, natriuretik dan CAI (Carbonic

Anhydrase Inhibitor). Indeks natriuretik dengan nilai >2 mengindikasikan adanya

aktivitas diuretik (Ntchapda et al, 2014). Indek CAI dengan nilai <0,8

mengindikasikan aktivitas diuretik . Semakin rendah nilainya maka semakin kuat

aktivitasnya (Al-Okbi et al, 2016). Pada seluruh kelompok ekstrak uji

menunjukkan indeks natriuretik dibawah 2, sedangkan pada indeks CAI hanya

kelompok ekstrak uji dosis 600mg/kgbb yang memiliki nilai 0,867 dimana nilai

tersebut menunjukkan aktivitas yang lemah. Furosemid merupakan diuretik

saluretik yang kuat. Namun hasil pada indeks saluretik kelompok kontrol positif

tidak menunjukkan hal tersebut, hal ini dapat dimungkinkan kualitas furosemid

yang digunakan pada percobaan kurang baik, sensitifitas hewan coba yang rendah

terhadap furosemid atau adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

mekanisme furosemid (Poniman, 2011). Berdasarkkan hal tersebut maka ekstrak

etanol 70% daun zaitun termasuk ke dalam diuretik golongn penghambat karbonik

anhidrase. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Okbi et al

(2016) yang menyatakan bahwa ekstrak metanol daun zaitun termasuk ke dalam

kelompok mekanisme kerja sebagai penghambat karbonik anhidrase.

Efek diuretik yang dihasilkan disebabkan oleh kandungan flavonoid dan

saponin didalam daun zaitun. Flavonoid diketahui mempunyai khasiat sebagai

54

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

diuretik (Latuconsina, 2014). Mekanisme kerja flavonoid sebagai diuretik yaitu

dengan menghambat reabsorpsi Na+, K

+ dan Cl

- sehingga terjadi peningkatan

elektrolit di tubulus sehingga terjadilah diuresis (Latuconsina, 2014). Saponin

merupakan senyawa hasil metabolime sekunder pada beberapa tanaman yang

bersifat menurunkan tegangan permukaan, merangsang ginjal untuk bekerja lebih

aktif, dan meningkatkan absorpsi diuretik (terutama dalam bentuk garam pada

urin) (Nurihardiyanti, 2015). Dengan demikian, kandungan flavonoid dan saponin

yang terkandung didalam ekstrak etanol 70% daun zaitun diduga bekerja sinergis

menimbulkan efek diuretik.

Pada pengukuran pH urin, didapatkan bahwa pH urin pada kelompok

kontrol negatif memiliki pH netral yakni 7, sedangkan pada kelompok kontrol

positif, kelompok dosis 150mg/kgbb, kelompok dosis 300mg/kgbb dan kelompok

dosis 600mg/kgbb memiliki pH yang cenderung basa. Hal ini disebabkan ion

HCO3-

difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus ginjal dan diekskresikan

ke dalam urin sehingga urin bersifat basa (Guyton 2006). Nilai pH urin tikus

normal berkisar 7,3 sampai 8 (Nor et al, 2009), hal tersebut menunjukkan bahwa

pH urin pada kelompok kontrol positif, kelompok dosis 150mg/kgbb, kelompok

dosis 300mg/kgbb dan kelompok dosis 600mg/kgbb memiliki pH normal. Hasil

statistika menyatakan bahwa nilai pH pada kelompok dosis 150mg/kgbb,

300mg/kgbb, 600mg/kgbb, dan kontrol positif berbeda secara bermakna dengan

kelompok normal (≤0,05).

Obat-obat diuretik seperti furosemid dapat menimbulkan efek samping

hiperurisemia, sehingga pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar asam

urat. Hasil pengukuran kadar asam urat menunjukkan tidak ada perbedaan yang

bermakna (p≥0,05). Pada kelompok kontrol positif rerata kadar asam urat sebesar

1,451 mg/dl dimana kadar ini lebih besar dibandingkan dengan kelompok dosis

600mg/kgbb yang memiliki rerata kadar asam urat sebesar 1.192 mg/dl. Nilai

asam urat pada tikus normal Sprague-Dawley berkisar 0,5-1,4 mg/dl (Nakagawa,

2006). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas diuretik ekstrak etanol 70% daun

zaitun pada dosis tersebut tidak menimbulkan efek hiperurisemia dengan

pemberian selama 7 hari.

55

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Pengukuran bersihan kreatinin dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal

pada tikus selama 7 hari pemberian ekstrak etanol 70% daun zaitun. Berdasarkan

hasil statistika dari pengukuran tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok

dosis 150mg/kgbb, kelompok dosis 300mg/kgbb, kelompok dosis 600mg/kgbb

dan kelompok kontrol negatif tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada

bersihan kreatinin terhadap kelompok kontrol positif (p≥0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun zaitun selama 7 hari

tidak mempengaruhi fungsi ginjal.

56 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.) pada dosis uji

600mg/kgbb dapat meningkatkan volume urin pada tikus jantan galur

Sprague-Dawley secara bermakna pada jam ke 24 terhadap kelompok

normal (≤0,05) dan memiliki aktivitas diuretik dengan indeks diuretik

sebesar 0,9 (kategori diuretik lemah).

2. Pemberian ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea eurpaea L.) pada tikus

putih jantan galur Sprague-Dawley selama 7 hari tidak mempengaruhi

kadar asam urat dan bersihan kreatinin.

5.2 Saran

Perlu dilakukan uji aktivitas diuretik dengan menggunakan bahan

pembanding golongan penghambat karbonik anhidrase.

57 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe

R. C., Sheskey, P. J., Queen, M., E (Editor). London: Pharmaceutical Press and

American Pharmacists Assosiation, pp 118-119.

Al-Okbi, Sahar. Y., Zenab, A. Hassan., Mohey, M. El-Mazar. 2016. Potential

Diuretic Activity of Olive Leaf Extracts. International Journal of

Pharmtech Research, 9(9):519-533.

Anam, Syariful., et al. 2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Sanrego

(Lunasia amara Blanco). Online Jurnal of Natural Science, Vol.2(3): 1-8.

Arifin, H., Anggraeni, N., Handayani, D., Rasyid, R. 2006. Standarisasi Ekstrak

Etanol Daun Eugenia cumini Merr., J. Sains Tek. Far, 11(2).

Barnes, P. M., Powell-Griner, E., McFann, K., & Nahin, R. L. 2004.

Complementary and alternative medicine use among adults: United States,

2002. Advance Data Journal, 343:1-19.

Beaumont, K., Vaughn, D.A., and Fanestil, D.D. 1988. Thiazide Diuretic Drug

Receptors in Rat Kidney: Identification with [3H] Metolazone. Proc. Natl.

Acad. Sci.U.S.A, 85(7):2311-2314.

Boybul., Iis Haryat. 2009. Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni dalam Larutan

Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal

Teknologi Bahan Nuklir, 3(1).

BPOM RI. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta: BPOM RI

BPOM RI. 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Indonesia: Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, pp 9-11.

Braun L., Cohen M. 2007. Herbs & Natural Supplements. 4nd

Ed. Sydney:

Elsivier, 2(4).

Chiappetta A., Muzzalupo I. 2012. Botanical Description. In: Olive Germplasm –

The Olive Cultivation, Table Olive and Olive Oil Industry in Italy.

London: InTech.

Dekanski D, S., Hudomal SJ., Tadi’s V., Markovi’c G., Ari’c I., Mitrovi’c DM.

2009. Phytochemical Analysis and Gastroprotective Activity of An Olea

europaea L. Molecular Nutrition and Food Research, 57(2): 339-46.

58 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Keputusan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 261/MENKES/SK/IV/2009 tentang Farmakope

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi K.H et al. 2010. Ekstraksi Teripang Pasir (Holothuria scabra) sebagai

Sumber Testosteron pada Berbagai Kecepatan dan Lama Pengadukan.

Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”.

ISSN 1693-4393, pp 4-6.

Dine, A. 2012. Renal physiology anatomy and physiology. USA: Addison

Weisley. p. 78-90.

Edmund, L. 2010. Kidney function tests. Clinical chemistry and molecular

diagnosis, 4th

Ed.America: Elsevier.

FDA. 1973. Evaluation of The Health Aspects of Cellulose and Certain Cellulose

Derivatives as Food Ingridients. Washington DC: FDA.

Frank, C. 2010. Biomarkers of impaired renal function. Wolters Kluwer Health.

Gandjar, G.H., Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Ganiswarna SG., Setiabudy R., Suyatna FD., Purwantyastuti., Nefrialdi. 1995.

Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Ghanbari R., Anwar F., Alkharfy KM, Gilani A. 2012. Valuable Nutrients and

Functional Bioactivities in Different Parts of Olive (Olea europaea L.) – A

Review. Int J Mol Sci, 13(3):3291-340.

59 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Ghibu, Steliana., Claudiu Morgovan., Oliviu Vostinaru., Neli Olah., Cristina,

Mogosan., Adriana, Muresan. 2015. Diuretic, Antihypertensive, and

Antioxidant Effect of Olea europaea Leaves Extract, in Rats. Archives of

Cardiovascular Disease Supplements. Elsevier Masson SAS, 7(2):183-184.

Ghosal, M. & Mandal, P. 2012. Phytochemical screening and antioxidant

activities of two selected ‘Bihi’ fruits used as vegetables in Darjeeling

Himalaya. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences. ISSN: 0975-1491. 4(2).

Gujral ML., Saxena PN., Mishra SS. 1955. An experimental study of the

comparative activity of indigenous diuretics. J of Indian Med Assoc 25:49-

51.

Guyton AC., Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th

. Philadelphia:

Elsevier inc.

Handoko, Doko. 2007. Pengaruh Tekanan dan Suhu pada Kondisi Evaporasi

Ekstrak Daun Teh Hijau. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, pp 5-7.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Hardman, Joel G., Limbird, Lee E., Gilman, Alfred Goodman. Goodman &

Gilman Dasar Farmakologi Terapi, Ed. 10, Vol.2. Diterjemahkan oleh

Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

Hashmi MA., Khan A., Hanif M., Farooq U., Perveen S. 2015. Traditional Uses,

Phytochemistry, and Pharmacology of Olea europaea (Olive). Evidence-

Based Complement Altern Med. Hindawi Journals, 541591:1-29.

Herbal Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hitner H. 1999. Basic Pharmacology. New York: Mc Graw Hill.

IACUC. 2011. Guideline: Stabilization/Acclimation Times for Research Animals.

The University of Toledo: Department of Laboratory Animal Resources.

James PA., Oparil S., Carter BL. 2014. Evidence-Based Guideline for The

Management of High Blood Pressure in Adults. Report from the Panel

Members Appointed to the Eight Joint National Committee (JNC 8). The

60 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Journal of American Medical Association (JAMA), 311(5):507-20. doi:

10.1001/jamma.2013.284427.

Johnson, Mary. 2012. Laboratory Mice and Rats. Mater Methods, 2: 113.

Johnston, P.A., Bernard., D.B., Perrin, N.S., Payne, N.A., Murphy, R.C., and

Gerber, J.G. 1981. Prostaglandins Mediate The Vasodilatory Effect of

Manitol in The Hypoperfused Rat Kidney. J. Clin. Invest., 68:127-133.

Kara, A. 2012. Renal function. Clinical chemistry, 6th

Ed. Philadephia: Wolters

Kluwer.

Kateel, R., Rai M.S., Kumar J.A. 2014. Evaluation of Diuretic Activity of Gallic

Acid in Normal Rats. Journal of Scientific and Innovative Research

(JSIR), 3(2), 217-220.

Katzung, BG. 2006. Basic and Clinical Pharmacology 10th

Edition. San

Francisco: Mc Graw Hill.

Kemenkes RI. 2011. Integrasi Pengobatan Tradisional dalam Sistem Kesehatan

Nasional. Diakses pada 1 Januari 2018 pukul 20.38 WIB di

http://www.depkes.go.id

Latuconsina, Novita H., Fatimawali., Gayatri Citraningtyas. 2014. Uji Efektivitas

Diuretik Ekstrak Etanol Biji Salak (Salacca zalacca varietas zalacca

(gaert.) Voss) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus).

Pharmacon: Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3)2302-2493.

Lipschitz WL., Zareh H., Andrew K. 1943. Bioassay of Diuretics. J of Pharmacol

and Exp Ther 2(97):97-110.

Miller, G., Myers, GL., Ashwood, ER., Killeen, AA., Wang, E., Thienpont, LM.,

et al. 2005. Creatinine measurement. Arch Pathol Lab Med. 129:297-304.

Mojab F, Kamalinejad M, Ghaderi N, dan Vahidipour HR. 2003. Phytochemical

Screening of Some Species of Iranian Plants. Iranian Journal of

Pharmaceutical Research, 77-82.

Mutschler, Ernst. 1998. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi 5.

Bandung: ITB Press.

Nakagawa T et al. 2006. Unearthing uric acid: An ancient factor with recently

found significance in renal and cardiovascular disease. Kidney

International, 69: 1722-1725.

61 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Neal, J. Michael. 2006. At a Glance: Farmakologi Medis. Penerjemah: Juwalita

Surapsari Edisi V. Jakarta: Erlangga.

Niam, Lutfiatun., Tintrim Rahayu., Ari Hayati. 2015. Perlakuan Asam Amino

dalam Partikulat Asap dan Hormon terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk

Zaitun (Olea europaea). E-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS (Bioscience-

Tropic), 1(1):54-60

Nor NM., Yatim AM., Said M. 2009. Diuretic activity of a herbal product UNEX.

Int J of Green Pharm:224-226.

Ntchapda, Fidele., et al. 2014. Diuretic Activity of the Aqueous Extract Leaves of

Ficus glumosa Del. (Moraceae) in Rats. Hindawi The Scientific World

Journal, vol 2014, 693803.

Nurihardiyanti., Yuliet., Ihwan. 2015. Aktivitas Diuretik Kombinasi Ekstrak Biji

Pepaya (Carica papaya L.) dan Biji Salak (Salacca zalacca varietas

zalacca (Gaert.)Voss) pada Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus

L.). GALENIKA Journal of Pharmacy. Vol. 1(2): 105-112.

Poniman, 2011. Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimping Wuluh (Averrhoa

belimbi) sebagai Diuretik Alami melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik,

pH, Kadar Natrium, dan Kalium. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pubchem. 2018. Substance and Compound Database: Urea. Diakses pada 7

Februari 2018 pukul 10.21 WIB di

http://www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/urea#section=Top

Reagan-Shaw, S., Nihal M., Ahmad N. 2008. Dose Translation from Animal to

Human Studies Revisited. Federation of American Societies for

Experimental Biology Journal (FASEB), 22(3):659-61.

Saifuddin, Aziz., Rahayu, Viesa., Teruna., Hilwan Yuda. 2011. Standarisasi

Bahan Obat Alam. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saifudin, A., Rahayu, & Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saravanan, C., Shanta, K.S., Anandan, R., Narayanaswamy, V.B., Varunraj, S.

2010. Anti-Inflamatory and Diuretic Effect of Plant Extract of

Pseudarthtria viscida (L) Weight & Arn. International Journal of

Research in Ayurveda and Pharmacy (IJRAP), 1(2)506-509

62 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Sari, Ni Ketut. 2010. Analisa Instrumen, Edisi Pertama. Klaten: Yayasan

Humaniora

Sirois, M. 2015. Laboratory Animal and Exotic Pet Medicine: Principles and

Procedures. Elsevier Health Sciences.

Siswandono., Bambang Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga

University Press.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Alih Bahasa: James

Veldman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stain, M. 2010. Renal disease. Canada: Citizenship and Immigration. p. 1-76

Stevens, LA., Coresh, J., Greene, T., Levey, AS. 2006. Assessing kidney

function-measured and estimated glomerular filtration rate. N Engl J Med.

354: 2473-83.

Sulastri. 2008. Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Liman

(Elephantopus scaber L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi.

Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Therios L. 2009. Olives. UK: Biddles

Tjay, Tan Hoan., dan Kirana, Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Toussaint, N. 2012. Screening for early chronic kidney disease. The CARI

guidelines. Australia: Saunder. p.30-55.

University Animal Care Comnittee. 2009. The Laboratory Rat Handling and

Restraint. Diakses pada 4 Februari 2018 pukul 14.10 WIB di

https://www.neurocndm.mcgill.ca/uploads/file/Handout%20Rat%20Modu

le%201.pdf

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan: S. Noerono.

Indonesia: Gadjah Mada University Press.

Weanen. 2002. New marker for kidney disease. Clinical Chemistry, 3rd

Ed. USA:

Elsevier. p. 1375-89.

Weber MA., Schiffrin EL., White WB. 2014. Clinical Practice Guidelines for The

Management of Hypertension in the Community: A Statement by the

Ameican Society of Hypertension (ASH) and the International Society of

63 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hypertension. J Clin Hypertens (Greenwich), 16(1):14-26. doi:

10.111/jch.12237

Wesson, L.G Jr.,Anslow, W.P Jr. 1948. Excretion of Sodium and Water during

Osmotic Diuresis in The Dog. Am. J. Physiol., 153:465-474.

Windhager, E.E., Bourland, W.A., and Marchand, G.R. 1959. Inhibition of

Ethacrynic Acid Induced Increase in Renal Blood Flow by Indometachin.

Prostaglandins., 8:297-301.

World Health Organization (WHO). 2008. Traditional Medicine. Diakses pada

17 November 2017 pukul 20.45 WIB di http://www.who.int/

mediacentre/factsheet/fs134/en/.

World Health Organization (WHO). 2000. General Guidelines for Methodologies

on Research an Evaluation of Traditional Medicine. Geneva: World

Health Organization, pp. 28.

64 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman

65 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 2. Skema Penelitian

Pembuatan ekstrak etanol 70% daun zaitun (Olea europaea L.)

Pengujian aktivitas diuretik ekstrak etanol 70% daun zaitun

(Olea europaea L.)

Penyiapan perlakuan

Kelompok kontrol positif

(Suspensi Furosemid)

Kelompok normal (Suspensi Na-CMC

0,5%)

Kelompok uji ekstrak etanol 70% daun

zaitun (Olea europaea L.)

Variasi dosis

150mg/KgBB 300mg/KgBB

Uji diuretik Uji As. urat & CrCl

Analisa data

600mg/KgBB

Kelompok urea

Diukur volume urin

Uji parameter spesifik dan non spesifik ekstrak

66 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 3. Skema Pembuatan Ekstrak

Determinasi daun zaitun (Olea europaea L.)

Daun zaitun dikumpulkan

sebanyak 1,5 kg

Sortasi basah

Daun zaitun dicuci

Daun zaitun dikeringkan dengan

dehumidifier

Daun zaitun kering dihaluskan dengan

blender

Serbuk daun kelor sebanyak 500 gram dimaserasi dengan etanol

70% selama 72 jam

Maserat disaring dengan kapas dan

kertas saring

Maserat

Dipekatkan dengan rotary evaporator

Ekstrak kental

Diuji parameter spesifik dan non spesifik ekstrak

Dihitung % rendemen

Dibuat suspensi

Ampas

Diremaserasi

67 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 4. Skema Pengujian Aktivitas Diuretik dan Fungsi Ginjal

Diukur volume urin

30 ekor tikus dibagi menjadi 6 kelompok (masing-masing kelompok berisi 5 tikus)

Berat badan tikus ditimbang

Diberi perlakuan tiap kelompok secara oral selama 7 hari

Tiap kelompok diberi 2 ml NaCl 0,9%/100kgBB

Kontrol Positif

(Suspensi Furosemid)

Normal

(Suspensi Na-CMC

0,5%)

Kelompok Uji I

(Suspensi ekstrak dengan

dosis150mg/kgBB)

Dimasukkan kedalam kandang metabolik

Diambil urin pada jam ke 1, 2, 3, 4, 5 dan 24

Uji Diuretik

Diukur volume, pH, konsentrasi Na+ , K+ dan

Cl- pada urin

Uji Fungsi Ginjal

Diukur konsentrasi bersihan kreatinin dan asam urat pada

darah dan urin 24 jam

Kelompok Uji II

(Suspensi ekstrak dengan dosis

300mg/ kgBB)

Kelompok Uji III

(Suspensi ekstrak dengan dosis

600mg/ kgBB)

Kelompok Urea

68 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 5. Hasil Uji Etik Penggunaan Hewan

69 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 6. Surat Keterangan Hewan Uji

70 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 7. Certificate of Analysis Furosemid

71 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

72 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 8. Rumus Perhitungan Dosis Hewan

(Reagan-Shaw S et al, 2008)

Formula for Dose Translation Based on BSA

HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) multiplied by 𝐀𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐊𝐦

𝐇𝐮𝐦𝐚𝐧 𝐊𝐦

Conversion of animal doses to HED based on BSA

Spesies Weight (Kg) BSA (m²) Km Factor

Human

Adult 60 1,6 37

Child 20 0,8 25

Baboon 12 0,6 20

Dog 10 0,5 20

Monkey 3 0,24 12

Rabbit 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Rat 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mouse 0,02 0,007 3

73 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 9. Perhitungan Dosis Ekstrak

A. Dosis pemberian 150 mg/KgBB

VAO = BB (kg) x dosis (

mg

kg)

Konsentrasi (mg

ml)

Konsentrasi = 0,25 𝑘𝑔 𝑥 150

𝑚𝑔

𝑘𝑔

1 𝑚𝑙 = 37,5 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 10 ml,

sehingga ekstrak uji yang ditimbang sebanyak 375 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 375 mg, kemudian didispersikan

kedalam 10 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang hingga homogen.

B. Dosis pemberian 300 mg/KgBB

VAO = BB (kg) x dosis (

mg

kg)

Konsentrasi (mg

ml)

Konsentrasi = 0,25 𝑘𝑔 𝑥 300 𝑚𝑔/𝑘𝑔

1 𝑚𝑙 = 75 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 10 ml,

sehingga ekstrak uji yang ditimbang sebanyak 750 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 750 mg, kemudian didispersikan

kedalam 10 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang hingga homogen.

C. Dosis pemberian 600 mg/KgBB

VAO = BB (kg) x dosis (

mg

kg)

Konsentrasi (mg

ml)

Konsentrasi = 0,25 𝑘𝑔 𝑥 600 𝑚𝑔/𝑘𝑔

1 𝑚𝑙 = 150 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 10 ml,

sehingga ekstrak uji yang ditimbang sebanyak 1500 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 1500 mg, kemudian didispersikan

kedalam 10 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang hingga homogen.

74 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Furosemid

Dosis Furosemid yaitu 20-80 mg/hari (Siswandono & Bambang, 2008). Sehingga

dosis yang dapat diberikan pada tikus dengan bobot 250 gram adalah:

HED (mg/kg) = Dosis Hewan (mg/kg) x km Hewan

km Manusia

40mg/60 Kg = Dosis Hewan (mg/kg) x 6

37

Dosis Hewan = 4,111 mg/KgBB

VAO = BB (kg) x dosis (

mg

kg)

Konsentrasi (mg

ml)

Konsentrasi = 0,25 𝑘𝑔 𝑥 4,111 𝑚𝑔/𝑘𝑔

1 𝑚𝑙 = 1,028 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 10 ml,

sehingga senyawa uji yang ditimbang sebanyak 10,28 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 10,28 mg, kemudian

didispersikan kedalam 10 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang

hingga homogen.

75 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 11. Perhitungan Dosis Urea

Dosis urea yang diberikan 1.000 mg/kgBB (Al-Okbi, 2016). Sehingga dosis yang

dapat diberikan pada tikus dengan bobot 250 gram adalah:

VAO = BB (kg) x dosis (

mg

kg)

Konsentrasi (mg

ml)

Konsentrasi = 0,25 𝑘𝑔 𝑥 1.000 𝑚𝑔/𝑘𝑔

1 𝑚𝑙 = 250 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan larutan sebanyak 10 ml,

sehingga senyawa uji yang ditimbang sebanyak 2500 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 2500 mg, kemudian dilarutkan

kedalam 10 ml aquadest lalu diaduk hingga homogen.

76 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Rendemen, Parameter Spesifik dan Nonspesifik

1. Perhitungan Rendemen

Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 500 gram

Berat ekstrak kental yang diperoleh = 92,28 gram

%Rendemen = Berat ekstrak kental yang diperoleh

Berat serbuk simplisia yang diekstraksix100%

= 92,28 gram

500 gramx100% = 18,456%

2. Senyawa Terlarut dalam Pelarut

a. Kadar Senyawa yang Larut dalam Air

Bobot cawan kosong (W0) = 36,011 gram

Bobot ekstrak awal (W1) = 1,035 gram

Bobot cawan + residu yang dioven (W2) = 36,016 gram

Kadar senyawa yang larut air = w2−w0

W1x100%

=36,016 gram −36,011 gram

1,035 gramx100%= 0,483%

b. Kadar Senyawa yang Larut dalam Etanol

Bobot cawan kosong (W0) = 34,326 gram

Bobot ekstrak awal (W1) = 1,035 gram

Bobot cawan + residu yang dioven (W2) = 34,483 gram

Kadar senyawa yang larut etanol = w2−w0

W1x100%

=34,483 gram−34,326 gram

1,035 gramx100%= 15,169%

3. Kadar Abu

a. Kadar Abu Total

Bobot cawan kosong (W0) = 22,0 gram

Bobot ekstrak awal (W1) = 22,1631 gram

Bobot cawan + residu yang dioven (W2) = 22,0753 gram

Kadar abu total = w2−w0

W1x100%

=22,0753 gram−22,0 gram

22,1631 gramx100% = 0,339%

77 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

b. Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Bobot cawan kosong (W0) = 22,0 gram

Bobot ekstrak awal (W1) = 1,00 gram

Bobot cawan + abu yang tidak larut asam (W2) = 22,0753 gram

Bobot kertas saring (C) = 0,8149 gram

Kadar senyawa yang larut air = w2−(Cx0,0076)−w0

W1x100%

= 22,0753 gram−(0,8149 gram x 0,0076)−22,0 gram

1 gramx100% = 6,911%

4. Kadar Air

Bobot ekstrak sebelum dioven (W0) = 1,0323 gram

Bobot ekstrak setelah dioven (W1) = 24,9421 – 24,0684 = 0,8737 gram

Kadar senyawa yang larut air = w0−w1

W0x100%

=1,0323gram−0,8737 gram

1,0323 gramx100% = 15,363%

5. Bobot Jenis

Bobot piknometer kosong (W0) = 25,0250 gram

Bobot piknometer + air (W1) = 19,8277 gram

Bobot piknometer + ekstrak (W2) = 27,2858 gram

d = w2−w0

w1−w0

= 25,0250gram −19,8277 gram

27,2858 gram−19,8277 gram=

5,1973 gram

7,4581 gram= 0,696 gram/ml

6. Sisa Pelarut

Bobot piknometer kosong (W0) = 19,8227 gram

Bobot piknometer + air (W1) = 29,8018 gram

Bobot piknometer + destilat (W2) = 29,8699 gram

d = w2−w0

w1−w0

= 29,8699 gram−19,8277 gram

29,8018 gram−19,8277 gram= 1,006 gram/ml

Berdasarkan tabel alkoholmetri di FI IV kadar etanol yang tersisa 0%.

78 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 13. Hasil Penapisan Fitokimia

No.

Identifikasi

Gologan

Senyawa

Hasil Penapisan

Fitokimia Keterangan Gambar

1 Alkaloid

Gambar A sebagai kontrol

Gambar B terdapat endapa

jingga setelah penambahan

reagen dragendorf (+)

Gambar C terdapat

endapan putih setelah

penambahan reagen mayer

(+)

2 Flavonoid

Tedapat warna jingga (+)

3 Terpenoid

Terbentuk warna hijau (+)

4 Steroid dan

Triterpenoid

Tidak terbentuk warna

hijau (-)

5 Saponin

Terbentuk buih yang stabil

(+)

A B C

79 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

6 Glikosida

Terbentuk warna hijau (+)

7 Tanin

Terbentuk warna hijau

kecoklatan (+)

80 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 14. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Zaitun

(Olea europaea L.)

Gambar 1. Daun zaitun segar Gambar 2. Pengeringan

daun zaitun

Gambar 3. Penghalusan

daun zaitun

Gambar 4. Serbuk daun zaitun Gambar 5. Serbuk daun

zaitun ditimbang

Gambar 6. Maserat daun

zaitun disaring

Gambar 7. Hasil maserasi daun

zaitun

Gambar 8. Pemekatan

maserat daun zaitun

dengan rotatory evaporator

Gambar 9. Ekstrak

kental daun zaitun

Gambar 10. Penimbangan

ekstrak kental daun zaitun

81 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Pengujian Parameter Standar Ekstrak

Gambar 11. Pengerjaan

senyawa larut etanol

Gambar 12. Hasil sisa

residu senyawa larut etanol

Gambar 13. Pengerjaan

senyawa larut air

Gambar 14. Hasil sisa residu

senyawa larut air

Gambar 15. Ekstrak yang

akan diuji

Gambar 16. Proses

pemanasan

menggunakan oven

Perlakuan terhadap Hewan Uji

Gambar 17. Aklimatisasi

hewan uji

Gambar 18. Penimbangan

bobot hewan uji

Gambar 19. Penyondean

hewan uji

Gambar 20. Hewan uji

dimasukkan ke dalam kandang

metabolit

Gambar 21. Anastesi

hewan uji

Gambar 22.

Pengambilan sampel

darah

82 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Pengukuran Parameter Aktivitas Diuretik

Gambar 23. Pengukuran

volume urin

Gambar 24. Pengukuran

pH

Gambar 25. Pengukuran

kadar asam urat dan

kreatinin

Alat dan Bahan Penelitian

Gambar 26. Kandang

Metabolit

Gambar 27. Furosemida Gambar 28. NaCMC

Gambar 29. Urea Gambar 30. Suspensi

Furosemida

Gambar 31. Suspensi

NaCMC

83 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Gambar 32. Suspensi ekstrak

dosis 150mg/kgbb

Gambar 33. Suspensi

ekstrak dosis 300mg/kgbb

Gambar 34. Suspensi

ekstrak dosis

600mg/kgbb

Gambar 35. Larutan Urea Gambar 36. Reagen Kit

Asam Urat

Gambar 37. Reagen Kit

Kreatinin

Gambar 38. Larutan NaCl

0,9%

Gambar 39.

Spektrofotometer UV-Vis

Gambar. Serum darah

84 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 15. Pengukuran Bobot Badan Tikus

Kelompok Tanggal

23/4/2018 25/4/2018 27/4/2018 30/4/2018 2/5/2018 4/5/2018

Normal

KN1 132 150 153 154 162 170

KN2 104 110 122 116 138 154

KN3 153 133 117 158 177 180

KN4 115 127 147 136 147 160

KN5 110 110 96 127 143 159

Dosis 150mg/kgbb

DsA1 106 120 128 121 144 158

DsA2 155 132 143 154 172 173

DsA3 144 145 147 156 174 176

DsA4 114 120 132 119 149 161

DsA5 132 135 141 149 162 165

Dosis 300mg/kgbb

DsB1 139 146 158 173 173 182

DsB2 131 133 140 163 166 189

DsB3 96 98 115 121 143 165

DsB4 142 137 154 160 139 167

DsB5 152 116 140 137 145 170

Dosis 600mg/kgbb

DsC1 170 169 177 190 203 198

DsC2 140 141 154 160 166 164

DsC3 125 137 153 144 173 186

DsC4 131 133 140 163 166 189

DsC5 130 114 130 150 154 173

Kontrol Positif

KP1 104 114 123 137 148 156

KP2 141 159 145 163 180 183

KP3 171 166 160 160 197 194

KP4 111 133 145 147 151 177

KP5 111 114 125 135 145 162

Urea

U1 149 156 135 150 175 188

U2 104 112 99 137 142 164

U3 146 147 146 167 174 179

U4 107 114 122 129 144 159

U5 86 107 129 135 155 165

85 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 16. Hasil dan Analisa Statistik Volume Urin Kumulatif

Kelompok 1 2 3 4 5 24

Normal

KN1 0 0 0 0 0 2.4

KN2 0 0 0.5 0.5 0.5 2.5

KN3 0 0 0 0.3 0.3 2.4

KN4 0 0.18 0.11 0.12 0.55 1.8

KN5 0 0 0 0 0 1.4

Rata-rata 0.000 0.036 0.122 0.184 0.270 2.100

SD 0 0.080 0.217 0.215 0.264 0.480

150mg/kgbb

DsA1 0 0 0 0.4 1 1.5

DsA2 0 0 0 0 0 1.9

DsA3 0 0 0 0 0 2

DsA4 0 0 0 0 0 1.8

DsA5 0 0 0.1 0.1 0.1 2

Rata-rata 0.000 0.000 0.020 0.100 0.220 1.840

SD 0.000 0.000 0.045 0.173 0.438 0.207

300mg/kgbb

DsB1 0 0 0 0 0.72 2.9

DsB2 0 0 0 0 0 1.9

DsB3 0 0 0 0 0 2.2

DsB4 0 0 0 0 0 2.4

DsB5 0 0 0 0 0.48 2.1

Rata-rata 0.000 0.000 0.000 0.000 0.240 2.300

SD 0.000 0.000 0.000 0.000 0.339 0.381

600mg/kgbb

DsC1 0 0.37 0.37 0.8 1.45 4.6

DsC2 0 0 0 0 0 3.2

DsC3 0 0 0 0 0 2.7

DsC4 0 0 0 0.2 0.39 2.9

DsC5 0 0 0 0 0 2.8

Rata-rata 0 0.074 0.074 0.200 0.368 3.240

SD 0.000 0.165 0.165 0.346 0.628 0.783

Furosemida

KP1 1.2 2.2 3.1 3.3 4.1 4.5

KP2 1.2 2.1 2.3 3 3 6.2

KP3 0.32 0.65 0.65 0.65 1 4.1

KP4 0.67 0.9 0.9 0.73 1.23 4.2

KP5 0.8 1.53 1.55 2 2.4 4.2

86 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Rata-rata 0.838 1.476 1.700 1.936 2.346 4.640

SD 0.374 0.695 1.011 1.235 1.281 0.885

Urea

U1 0 0 0.85 0.93 1.96 4.5

U2 0 0.39 0.86 1.6 1.6 3.8

U3 0 0.8 0.75 1.2 1.2 3.1

U4 0 1 1.05 1.05 1.05 3.6

U5 0 0.84 1.17 1.17 1.17 3

Rata-rata 0.000 0.606 0.936 1.190 1.396 3.600

SD 0.000 0.407 0.170 0.253 0.377 0.604

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean Min. Max.

Lower Bound Upper Bound

Jam1 Kontrol Positif 5 .8380 .37419 .16734 .3734 1.3026 .32 1.20

Dosis 150mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Dosis 300mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Dosis 600mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Normal 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Total 25 .1676 .37467 .07493 .0129 .3223 .00 1.20

Jam2 Kontrol Positif 5 1.4760 .69472 .31069 .6134 2.3386 .65 2.20

Dosis 150mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Dosis 300mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Dosis 600mg/kgBB 5 .0740 .16547 .07400 -.1315 .2795 .00 .37

Normal 5 .0360 .08050 .03600 -.0640 .1360 .00 .18

Total 25 .3172 .66072 .13214 .0445 .5899 .00 2.20

Jam3 Kontrol Positif 5 1.7000 1.01057 .45194 .4452 2.9548 .65 3.10

Dosis 150mg/kgBB 5 .0200 .04472 .02000 -.0355 .0755 .00 .10

Dosis 300mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Dosis 600mg/kgBB 5 .0740 .16547 .07400 -.1315 .2795 .00 .37

Normal 5 .1220 .21661 .09687 -.1470 .3910 .00 .50

Total 25 .3832 .79773 .15955 .0539 .7125 .00 3.10

Jam4 Kontrol Positif 5 1.9360 1.23541 .55249 .4020 3.4700 .65 3.30

Dosis 150mg/kgBB 5 .1000 .17321 .07746 -.1151 .3151 .00 .40

Dosis 300mg/kgBB 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Dosis 600mg/kgBB 5 .2000 .34641 .15492 -.2301 .6301 .00 .80

Normal 5 .1840 .21513 .09621 -.0831 .4511 .00 .50

87 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Total 25 .4840 .91727 .18345 .1054 .8626 .00 3.30

Jam5 Kontrol Positif 5 2.3460 1.28105 .57290 .7554 3.9366 1.00 4.10

Dosis 150mg/kgBB 5 .2200 .43818 .19596 -.3241 .7641 .00 1.00

Dosis 300mg/kgBB 5 .2400 .33941 .15179 -.1814 .6614 .00 .72

Dosis 600mg/kgBB 5 .3680 .62799 .28085 -.4118 1.1478 .00 1.45

Normal 5 .2700 .26363 .11790 -.0573 .5973 .00 .55

Total 25 .6888 1.05825 .21165 .2520 1.1256 .00 4.10

Jam24 Kontrol Positif 5 4.6400 .88487 .39573 3.5413 5.7387 4.10 6.20

Dosis 150mg/kgBB 5 1.8400 .20736 .09274 1.5825 2.0975 1.50 2.00

Dosis 300mg/kgBB 5 2.3000 .38079 .17029 1.8272 2.7728 1.90 2.90

Dosis 600mg/kgBB 5 3.2400 .78294 .35014 2.2678 4.2122 2.70 4.60

Normal 5 2.1000 .47958 .21448 1.5045 2.6955 1.40 2.50

Total 25 2.8240 1.18049 .23610 2.3367 3.3113 1.40 6.20

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data volume urin

Hipotesis :

a. Ho : Data volume urin terdistribusi normal

b. Ha : Data volume urin tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas volume urin

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

N 25 25 25 25 25 25

Normal Parametersa,b

Mean .1676 .3172 .3832 .4840 .6888 2.8240

Std. Deviation .37467 .66072 .79773 .91727 1.05825 1.18049

Most Extreme Differences Absolute .473 .404 .354 .299 .258 .194

Positive .473 .404 .354 .262 .232 .194

Negative -.327 -.316 -.315 -.299 -.258 -.114

Test Statistic .473 .404 .354 .299 .258 .194

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000

c .000

c .000

c .000

c .016

c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

88 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Keputusan :

Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 24 pada seluruh kelompok uji

tidak terdistribusi normal (p≤0,05).

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data volume urin homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data volume urin bervariasi homogen

b. Ha : Data volume urin tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi .0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Jam1 11.918 4 20 .000

Jam2 13.721 4 20 .000

Jam3 10.873 4 20 .000

Jam4 11.105 4 20 .000

Jam5 3.589 4 20 .023

Jam24 1.455 4 20 .253

Keputusan :

Data volume urin pada jam ke 1 sampai ke 5 tidak bervariasi homogen (p≤0,05),

sedangkan volume urin pada jam ke 24 bervariasi homogen (p>0,05).

4. Kruskal Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data volume urin

Hipotesis :

a. Ho : Data volume urin tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data volume urin berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

89 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil uji Kruskal Wallis data volume urin

Test Statisticsa,b

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Chi-Square 23.641 18.985 16.743 14.529 11.551 18.402

df 4 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. .000 .001 .002 .006 .021 .001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan

Keputusan :

Data volume urin berbeda secara bermakna (p≤0,05)

5. Mann Whitney

Tujuan : Untuk menentukan data volume urin mana yang memberikan nilai yang

berbeda secara bermakna dengan data volume urin lainnya.

Hipotesis :

a. Ho : Data volume urin tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data volume urin berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Mann Whitney data volume urin

a. Kontrol positif dengan dosis 150mg/kgBB

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .500 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000 15.000 15.500 15.000

Z -2.795 -2.785 -2.694 -2.643 -2.546 -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .005 .007 .008 .011 .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b .008

b .008

b .008

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

90 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

b. Kontrol positif dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Z -2.795 -2.785 -2.785 -2.785 -2.643 -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .005 .005 .005 .008 .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b .008

b .008

b .008

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

c. Kontrol positif dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U .000 .000 .000 2.000 2.000 4.000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000 17.000 17.000 19.000

Z -2.795 -2.694 -2.694 -2.220 -2.220 -1.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .007 .007 .026 .026 .075

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b .008

b .008

b .032

b .032

b .095

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

d. Kontrol positif dengan normal

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Z -2.795 -2.694 -2.643 -2.619 -2.619 -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .007 .008 .009 .009 .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b .008

b .008

b .008

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 24 kelompok kontrol positif

dengan kelompok dosis 150mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05).

2. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 24 kelompok kontrol positif

dengan kelompok dosis 300mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05).

91 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 5 kelompok kontrol positif

dengan kelompok dosis 600mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05),

sedangkan pada jam ke 24 tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

4. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 24 kelompok kontrol positif

dengan kelompok normal berbeda secara bermakna (p≤0,05).

e. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U 12.500 12.500 10.000 7.500 12.500 2.500

Wilcoxon W 27.500 27.500 25.000 22.500 27.500 17.500

Z .000 .000 -1.000 -1.491 .000 -2.102

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .317 .136 1.000 .036

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b 1.000

b .690

b .310

b 1.000

b .032

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

f. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U 12.500 10.000 12.000 11.500 11.500 .000

Wilcoxon W 27.500 25.000 27.000 26.500 26.500 15.000

Z .000 -1.000 -.149 -.235 -.235 -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .317 .881 .814 .814 .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b .690

b 1.000

b .841

b .841

b .008

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

g. Dosis 150mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U 12.500 10.000 9.000 9.000 10.000 8.500

Wilcoxon W 27.500 25.000 24.000 24.000 25.000 23.500

Z .000 -1.000 -.900 -.780 -.557 -.843

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .317 .368 .435 .577 .399

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b .690

b .548

b .548

b .690

b .421

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

92 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 5 kelompok dosis

150mg/kgBB dengan kelompok dosis 300mg/kgBB tidak berbeda secara

bermakna (p>0,05), sedangkan volume urin pada jam ke 24 berbeda secara

bermakna (p≤0,05).

2. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 5 kelompok dosis

150mg/kgBB dengan kelompok dosis 600mg/kgBB tidak berbeda secara

bermakna (p>0,05), sedangkan volume urin pada jam ke 24 berbeda secara

bermakna (p≤0,05).

3. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 24 kelompok dosis

150mg/kgBB dengan kelompok normal tidak berbeda secara bermakna

(p>0,05).

h. Dosis 300mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U 12.500 10.000 10.000 7.500 12.500 2.500

Wilcoxon W 27.500 25.000 25.000 22.500 27.500 17.500

Z .000 -1.000 -1.000 -1.491 .000 -2.095

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .317 .317 .136 1.000 .036

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b .690

b .690

b .310

b 1.000

b .032

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

i. Dosis 300mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U 12.500 10.000 7.500 5.000 11.000 11.000

Wilcoxon W 27.500 25.000 22.500 20.000 26.000 26.000

Z .000 -1.000 -1.491 -1.928 -.334 -.317

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .317 .136 .054 .738 .751

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b .690

b .310

b .151

b .841

b .841

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

93 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Kesimpulan :

1. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 5 kelompok dosis

300mg/kgBB dengan kelompok dosis 600mg/kgBB tidak berbeda secara

bermakna (p>0,05), sedangkan volume urin pada jam ke 24 berbeda secara

bermakna (p≤0,05).

2. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 24 kelompok dosis

300mg/kgBB dengan kelompok normal tidak berbeda secara bermakna

(p>0,05).

j. Dosis 600mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5 Jam24

Mann-Whitney U 12.500 12.000 10.000 11.000 11.000 .000

Wilcoxon W 27.500 27.000 25.000 26.000 26.000 15.000

Z .000 -.149 -.643 -.334 -.334 -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .881 .521 .738 .738 .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b 1.000

b .690

b .841

b .841

b .008

b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data volume urin jam ke 1 sampai dengan jam ke 5 pada kelompok dosis

600mg/kgBB dengan kelompok normal tidak berbeda secara bermakna

(p>0,05), sedangkan volume urin jam 24 berbeda secara bermakna (p≤0,05).

94 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 17. Hasil Pengukuran pH

Kelompok Sampel pH

NaCMC

KN1 7

KN2 7

KN3 7

KN4 7

KN5 7

Rata-rata 8

SD 0

150mg/kg

DsA1 7

DsA2 8

DsA3 7

DsA4 8

DsA5 8

Rata-rata 7.6

SD 0.490

300mg/kg

DsB1 8

DsB2 8

DsB3 7

DsB4 7

DsB5 8

Rata-rata 7.6

SD 0.490

600mg/kg

DsC1 8

DsC2 8

DsC3 8

DsC4 8

DsC5 8

Rata-rata 8

SD 0

Furosemid

KP1 8

KP2 8

KP3 8

KP4 8

KP5 8

Rata-rata 8

SD 0

95 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

pH

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Normal 5 7.0000 .00000 .00000 7.0000 7.0000 7.00 7.00

Dosis 150mg/kgBB 5 7.6000 .54772 .24495 6.9199 8.2801 7.00 8.00

Dosis 300mg/kgBB 5 7.6000 .54772 .24495 6.9199 8.2801 7.00 8.00

Dosis 600mg/kgBB 5 8.0000 .00000 .00000 8.0000 8.0000 8.00 8.00

Kontrol Positif 5 8.0000 .00000 .00000 8.0000 8.0000 8.00 8.00

Total 25 7.6400 .48990 .09798 7.4378 7.8422 7.00 8.00

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data pH

Hipotesis :

a. Ho : Data pH terdistribusi normal

b. Ha : Data pH tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas pH

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pH

N 25

Normal Parametersa,b

Mean 7.6400

Std. Deviation .48990

Most Extreme Differences Absolute .409

Positive .264

Negative -.409

Test Statistic .409

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Keputusan : Data pH seluruh kelompok uji tidak terdistribusi normal (p≤0,05).

96 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data pH homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data pH bervariasi homogen

b. Ha : Data pH tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

pH

Levene Statistic df1 df2 Sig.

72.000 4 20 .000

Keputusan :

Data pH tidak bervariasi homogen (p≤0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji

Kruskal Wallis

4. Kruskal Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data pH

Hipotesis :

a. Ho : Data pH tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data pH berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Kruskal Wallis data pH

Test Statisticsa,b

pH

Chi-Square 14.000

Df 4

Asymp. Sig. .007

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Perlakuan

97 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Keputusan :

Data pH berbeda secara bermakna (p≤0,05)

5. Mann Whitney

Tujuan : Untuk menentukan data pH mana yang memberikan nilai yang berbeda

secara bermakna dengan data pH lainnya.

Hipotesis :

a. Ho : Data pH tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data pH berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Mann Whitney data pH

a. Kontrol positif dengan dosis 150mg/kgBB

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 7.500

Wilcoxon W 22.500

Z -1.500

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

b. Kontrol positif dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 7.500

Wilcoxon W 22.500

Z -1.500

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

98 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

c. Kontrol positif dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 12.500

Wilcoxon W 27.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

d. Kontrol positif dengan normal

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -3.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data pH kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis 150mg/kgBB tidak

berbeda secara bermakna (p>0,05).

2. Data pH kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis 300mg/kgBB tidak

berbeda secara bermakna (p>0,05).

3. Data pH kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis 600mg/kgBB tidak

berbeda secara bermakna (p>0,05).

4. Data pH kelompok kontrol positif dengan kelompok normal berbeda secara

bermakna (p≤0,05).

99 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

e. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 12.500

Wilcoxon W 27.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

f. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 7.500

Wilcoxon W 22.500

Z -1.500

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

g. Dosis 150mg/kgBB dengan kontrol normal

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data pH kelompok dosis 150mg/kgBB dengan kelompok dosis 300mg/kgBB

tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

2. Data pH kelompok dosis 150mg/kgBB dengan kelompok dosis 600mg/kgBB

tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

100 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3. Data pH kelompok dosis 150mg/kgBB dengan kelompok normal berbeda

secara bermakna (p≤0,05).

h. Dosis 300mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 7.500

Wilcoxon W 22.500

Z -1.500

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

i. Dosis 300mg/kgBB dengan kontrol negatif

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data pH kelompok dosis 300mg/kgBB dengan kelompok dosis 600mg/kgBB

tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

2. Data pH kelompok dosis 300mg/kgBB dengan kelompok normal tidak

berbeda secara bermakna (p>0,05).

101 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

j. Dosis 600mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

pH

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -3.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data pH kelompok dosis 600mg/kgBB dengan kelompok normal berbeda

secara bermakna (p≤0,05).

102 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 18. Hasil Pengukuran Asam Urat

Kelompok Sampel Kadar

(mg/dL)

Rata-Rata

(mg/dL)

NaCMC

KN1 0.608

0.884

KN2 0.649

KN3 0.405

KN4 1.054

KN5 1.703

150mg/kg

DsA1 0.568

1.314

DsA2 1.054

DsA3 1.824

DsA4 1.176

DsA5 1.946

300mg/kg

DsB1 1.297

1.881

DsB2 1.703

DsB3 1.986

DsB4 2.757

DsB5 1.662

600mg/kg

DsC1 1.054

1.192

DsC2 1.662

DsC3 2.514

DsC4 0.162

DsC5 0.568

Furosemid

KP1 1.946

1.451

KP2 1.946

KP3 1.014

KP4 0.730

KP5 1.622

103 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

AsamUrat

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean Min. Max

Lower Bound Upper Bound

Normal 5 .8838 .51490 .23027 .2445 1.5231 .41 1.70

Dosis 150mg/kgBB 5 1.3136 .57068 .25521 .6050 2.0222 .57 1.95

Dosis 300mg/kgBB 5 1.8810 .54752 .24486 1.2012 2.5608 1.30 2.76

Dosis 600mg/kgBB 5 1.1920 .92708 .41460 .0409 2.3431 .16 2.51

Kontrol Positif 5 1.4516 .55455 .24800 .7630 2.1402 .73 1.95

Total 25 1.3444 .67420 .13484 1.0661 1.6227 .16 2.76

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar asam urat

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar asam urat terdistribusi normal

b. Ha : Data kadar asam urat tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas kadar asam urat

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AsamUrat

N 25

Normal Parametersa,b

Mean 1.3444

Std. Deviation .67420

Most Extreme Differences Absolute .140

Positive .107

Negative -.140

Test Statistic .140

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Keputusan :

Data kadar asam urat seluruh kelompok uji terdistribusi normal (p>0,05).

104 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar asam urat bervariasi homogen

b. Ha : Data kadar asam urat tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

AsamUrat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.899 4 20 .483

Keputusan :

Data kadar asam urat bervariasi homogen (p>0,05) sehingga dilanjutkan dengan

uji ANOVA

4. ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar asam urat

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar asam urat tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data kadar asam urat berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji ANOVA data kadar asam urat

ANOVA

AsamUrat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.679 4 .670 1.627 .206

Within Groups 8.230 20 .412

Total 10.909 24

Keputusan :

Data kadar asam urat tidak berbeda secara bermakna (p>0,05)

105 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 19. Hasil Pengukuran Bersihan Kreatinin

Hasil pengukuran kadar kreatinin pada sampel urin 24 jam

Kelompok Sampel Kadar

(mg/dl)

Rata-Rata

(mg/dl)

NaCMC

KN1 10.000

6.062

KN2 3.692

KN3 4.769

KN4 5.385

KN5 6.462

150mg/kg

DsA1 0.923

4.031

DsA2 5.538

DsA3 5.385

DsA4 4.000

DsA5 4.308

300mg/kg

DsB1 6.769

6.031

DsB2 5.538

DsB3 6.769

DsB4 6.154

DsB5 4.923

600mg/kg

DsC1 1.846

4.985

DsC2 4.769

DsC3 5.538

DsC4 5.077

DsC5 7.692

Furosemid

KP1 1.231

2.523

KP2 2.154

KP3 2.000

KP4 2.769

KP5 4.462

106 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil pengukuran kadar kreatinin pada sampel serum darah

Kelompok Sampel Kadar

(mg/dl)

Rata-Rata

(mg/dl)

NaCMC

KN1 0.923

1.200

KN2 1.692

KN3 1.231

KN4 1.231

KN5 0.923

150mg/kg

DsA1 1.077

1.508

DsA2 1.846

DsA3 1.385

DsA4 1.692

DsA5 1.538

300mg/kg

DsB1 1.692

1.262

DsB2 1.692

DsB3 0.462

DsB4 0.923

DsB5 1.538

600mg/kg

DsC1 0.769

1.138

DsC2 1.385

DsC3 0.615

DsC4 1.538

DsC5 1.385

Furosemid

KP1 1.231

1.169

KP2 0.923

KP3 1.077

KP4 1.077

KP5 1.538

107 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil pengukuran bersihan kreatinin

Kelompok Sampel CrCl (mL/min) Rata-Rata

NaCMC

KN1 0.018

0.008

KN2 0.004

KN3 0.006

KN4 0.005

KN5 0.007

150mg/kg

DsA1 0.001

0.003

DsA2 0.004

DsA3 0.005

DsA4 0.003

DsA5 0.004

300mg/kg

DsB1 0.008

0.010

DsB2 0.004

DsB3 0.022

DsB4 0.011

DsB5 0.005

600mg/kg

DsC1 0.008

0.010

DsC2 0.008

DsC3 0.017

DsC4 0.007

DsC5 0.011

Furosemid

KP1 0.003

0.007

KP2 0.010

KP3 0.005

KP4 0.008

KP5 0.008

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

CrCl

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Normal 5 .0080 .00570 .00255 .0009 .0151 .00 .02

Dosis 150mg/kgBB 5 .0034 .00152 .00068 .0015 .0053 .00 .01

Dosis 300mg/kgBB 5 .0100 .00725 .00324 .0010 .0190 .00 .02

Dosis 600mg/kgBB 5 .0102 .00409 .00183 .0051 .0153 .01 .02

Kontrol Positif 5 .0068 .00277 .00124 .0034 .0102 .00 .01

Total 25 .0077 .00501 .00100 .0056 .0097 .00 .02

108 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data bersihan kreatinin

Hipotesis :

a. Ho : Data bersihan kreatinin terdistribusi normal

b. Ha : Data bersihan kreatinin tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas bersihan kreatinin

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CrCl

N 25

Normal Parametersa,b

Mean .0077

Std. Deviation .00501

Most Extreme Differences Absolute .235

Positive .235

Negative -.135

Test Statistic .235

Asymp. Sig. (2-tailed) .001c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Keputusan :

Data bersihan kreatinin seluruh kelompok uji tidak terdistribusi normal (p≤0,05).

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data bersihan kreatinin homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data bersihan kreatinin bervariasi homogen

b. Ha : Data bersihan kreatinin tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

109 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil uji homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

CrCl

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.604 4 20 .212

Keputusan :

Data bersihan kreatinin bervariasi homogen (p>0,05) sehingga dilanjutkan dengan

uji Kruskal Wallis

4. Kruskal Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data bersihan kreatinin

Hipotesis :

a. Ho : Data bersihan kreatinin tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data bersihan kreatinin berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Kruskal Wallis data bersihan kreatinin

Test Statisticsa,b

CrCl

Chi-Square 9.737

df 4

Asymp. Sig. .045

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Perlakuan

Keputusan :

Data bersihan kreatinin berbeda secara bermakna (p≤0,05)

5. Mann Whitney

Tujuan : Untuk menentukan data bersihan kreatinin mana yang memberikan nilai

yang berbeda secara bermakna dengan data bersihan kreatinin lainnya.

Hipotesis :

a. Ho : Data bersihan kreatinin tidak berbeda secara bermakna

110 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

b. Ha : Data bersihan kreatinin berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Mann Whitney data bersihan kreatinin

a. Kontrol positif dengan dosis 150mg/kgBB

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.798

Asymp. Sig. (2-tailed) .072

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

b. Kontrol positif dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 9.500

Wilcoxon W 24.500

Z -.636

Asymp. Sig. (2-tailed) .525

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

c. Kontrol positif dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.185

Asymp. Sig. (2-tailed) .236

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

111 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

d. Kontrol positif dengan normal

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 11.500

Wilcoxon W 26.500

Z -.210

Asymp. Sig. (2-tailed) .834

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data bersihan kreatinin kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis

150mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

2. Data bersihan kreatinin kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis

300mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

3. Data bersihan kreatinin kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis

600mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

4. Data bersihan kreatinin kelompok kontrol positif dengan kelompok normal

tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

e. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 2.500

Wilcoxon W 17.500

Z -2.121

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

112 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

f. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

g. Dosis 150mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 2.500

Wilcoxon W 17.500

Z -2.121

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data bersihan kreatinin kelompok dosis 150mg/kgBB dengan kelompok dosis

300mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05).

2. Data bersihan kreatinin kelompok dosis 150mg/kgBB dengan kelompok dosis

600mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05).

3. Data bersihan kreatinin kelompok dosis 150mg/kgBB dengan kelompok

normal berbeda secara bermakna (p≤0,05).

113 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

h. Dosis 300mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 10.500

Wilcoxon W 25.500

Z -.424

Asymp. Sig. (2-tailed) .671

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

i. Dosis 300mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.525

Asymp. Sig. (2-tailed) .599

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data bersihan kreatinin kelompok dosis 300mg/kgBB dengan kelompok dosis

600mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

2. Data bersihan kreatinin kelompok dosis 300mg/kgBB dengan kelompok

normal tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

j. Dosis 600mg/kgBB dengan normal

Test Statisticsa

CrCl

Mann-Whitney U 5.500

Wilcoxon W 20.500

Z -1.471

Asymp. Sig. (2-tailed) .141

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

114 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Kesimpulan :

1. Data bersihan kreatinin kelompok dosis 600mg/kgBB dengan kelompok

kontrol negatif tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

115 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 20. Hasil Pengukuran Kadar Natrium

Kelompok Sampel Kadar Natrium

(ppm) Rata-Rata

NaCMC

KN1 2159,86

1822,092±336,241

KN2 1508,42

KN3 1734,98

KN4 1514,35

KN5 2192,85

150mg/kg

DsA1 3006,95

2747,5940±489,781

DsA2 2173,63

DsA3 3407,80

DsA4 2391,42

DsA5 2758,17

300mg/kg

DsB1 2470,86

2149,424±232,487

DsB2 1903,25

DsB3 2291,85

DsB4 2105,00

DsB5 1976,16

600mg/kg

DsC1 1206,18

1752,662±668,521

DsC2 2452,00

DsC3 1386,57

DsC4 1209.97

DsC5 2508.59

Furosemid

KP1 3878.86

2818,089±723,641

KP2 3810.49

KP3 1557.50

KP4 2217.10

KP5 2629,42

116 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

Natrium

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Normal 5 1822.0920 336.24116 150.37162 1404.5935 2239.5905 1508.42 2192.85

Dosis 150mg/kgbb 5 2747.5940 489.78157 219.03698 2139.4499 3355.7381 2173.63 3407.80

Dosis 300mg/kgbb 5 2149.4240 232.48753 103.97159 1860.7526 2438.0954 1903.25 2470.86

Dosis 600mg/kgbb 5 1752.6620 668.52100 298.97168 922.5835 2582.7405 1206.18 2508.59

Kontrol Positif 5 2818.6740 1011.92410 452.54622 1562.2043 4075.1437 1557.50 3878.86

Total 25 2258.0892 723.64137 144.72827 1959.3847 2556.7937 1206.18 3878.86

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data konsentrasi Natrium

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi Natrium terdistribusi normal

b. Ha : Data konsentrasi Natrium tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas konsentrasi Natrium One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Na

N 25

Normal Parametersa,b

Mean 2258.0892

Std. Deviation 723.64137

Most Extreme Differences Absolute .125

Positive .125

Negative -.073

Test Statistic .125

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Keputusan :

Data konsentrasi Natrium pada seluruh kelompok uji terdistribusi normal

(p>0,05).

117 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data konsentrasi Natrium homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi Natrium bervariasi homogen

b. Ha : Data konsentrasi Natrium tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji homogenitas Levene Test of Homogeneity of Variances

Na

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.467 4 20 .004

Keputusan :

Data konsentrasi Natrium tidak bervariasi homogen (p≤0,05).

4. Kruskal Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data konsentrasi Natrium

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi Natrium tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data konsentrasi Natrium berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Kruskal Wallis data konsentrasi Natrium Test Statistics

a,b

Na

Chi-Square 9.585

Df 4

Asymp. Sig. .048

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kelompok

Keputusan :

Data konsentrasi Natrium berbeda secara bermakna (p≤0,05).

118 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

5. Mann Whitney

Tujuan : Untuk menentukan data konsentrasi Natrium mana yang memberikan

nilai yang berbeda secara bermakna dengan data konsentrasi Natrium lainnya.

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi Natrium tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data konsentrasi Natrium berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji Mann Whitney data konsentrasi Natrium

a. Normal dengan dosis 150mg/kgBB

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 16.000

Z -2.402

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

b. Normal dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 21.000

Z -1.358

Asymp. Sig. (2-tailed) .175

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

119 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

c. Normal dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.522

Asymp. Sig. (2-tailed) .602

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

d. Normal dengan kontrol positif

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 18.000

Z -1.984

Asymp. Sig. (2-tailed) .047

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data konsentrasi Natrium pada kelompok normal dengan kelompok dosis

150mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05).

2. Data konsentrasi Natrium pada kelompok normal dengan kelompok dosis

300mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

3. Data konsentrasi Natrium pada kelompok normal dengan kelompok dosis

600mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

4. Data konsentrasi Natrium pada kelompok normal dengan kelompok kontrol

negatif berbeda secara bermakna (p≤0,05).

120 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

e. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 300mg/kgBB

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 18.000

Z -1.984

Asymp. Sig. (2-tailed) .047

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

f. Dosis 150mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

g. Dosis 150mg/kgBB dengan kontrol positif

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.104

Asymp. Sig. (2-tailed) .917

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data konsentrasi Natrium pada kelompok dosis 150mg/kgBB dengan

kelompok dosis 300mg/kgBB berbeda secara bermakna (p≤0,05).

2. Data konsentrasi Natrium pada kelompok dosis 150mg/kgBB dengan

kelompok dosis 600mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

121 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

3. Data konsentrasi Natrium pada kelompok dosis 150mg/kgBB dengan

kelompok kontrol positif tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

h. Dosis 300mg/kgBB dengan dosis 600mg/kgBB

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

i. Dosis 300mg/kgBB dengan kontrol positif

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .251

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data konsentrasi Natrium pada kelompok dosis 300mg/kgBB dengan

kelompok dosis 600mg/kgBB tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

2. Data konsentrasi Natrium pada kelompok dosis 300mg/kgBB dengan

kelompok kontrol positif tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

122 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

j. Dosis 600mg/kgBB dengan kontrol positif

Test Statisticsa

Na

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Kesimpulan :

1. Data konsentrasi Natrium pada kelompok dosis 600mg/kgBB dengan

kelompok kontrol positif tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

123 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 21. Hasil Pengukuran Kadar Kalium

Kelompok Sampel Kadar Kalium

(ppm) Rata-Rata

NaCMC

KN1 2102,348

2321,054±613,228

KN2 2875,176

KN3 1741,992

KN4 1816,651

KN5 3069,1

150mg/kg

DsA1 2252,671

3681,036±1025,502

DsA2 3743,625

DsA3 3752,801

DsA4 3515,589

DsA5 5140,473

300mg/kg

DsB1 3873,096

3775,380±589,346

DsB2 4476,932

DsB3 3288,072

DsB4 3071,007

DsB5 4167,793

600mg/kg

DsC1 3441,877

4180,006±864,486

DsC2 3409,546

DsC3 4081,879

DsC4 4457,229

DsC5 5509,487

Furosemid

KP1 3483,452

3721,148±408,486

KP2 3796,925

KP3 3202,513

KP4 4290,159

KP5 3832,695

124 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

Kalium

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean

Min. Max. Lower Bound Upper Bound

Normal 5 2321.0540 613.22883 274.24427 1559.6298 3082.4782 1741.99 3069.10

Dosis 150mg/kgbb 5 3681.0360 1025.50232 458.61858 2407.7067 4954.3653 2252.67 5140.47

Dosis 300mg/kgbb 5 3775.3800 589.34611 263.56359 3043.6102 4507.1498 3071.01 4476.93

Dosis 600mg/kgbb 5 4180.0060 864.93381 386.81016 3106.0488 5253.9632 3409.55 5509.49

Kontrol Positif 5 3721.1480 408.48651 182.68072 3213.9450 4228.3510 3202.51 4290.16

Total 25 3535.7248 930.44112 186.08822 3151.6576 3919.7920 1741.99 5509.49

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar konsentrasi kalium

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi kalium terdistribusi normal

b. Ha : Data kadar konsentrasi kalium tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas kadar konsentrasi kalium

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

K

N 25

Normal Parametersa,b

Mean 3535.7248

Std. Deviation 930.44112

Most Extreme Differences Absolute .108

Positive .078

Negative -.108

Test Statistic .108

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

125 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Keputusan :

Data kadar konsentrasi kalium seluruh kelompok uji terdistribusi normal

(p>0,05).

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar konsentrasi kalium homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi kalium bervariasi homogen

b. Ha : Data kadar konsentrasi kalium tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances

K

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.525 4 20 .719

Keputusan :

Data kadar konsentrasi kalium bervariasi homogen (p>0,05) sehingga dilanjutkan

dengan uji ANOVA

4. ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar konsentrasi

kalium

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi kalium tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data kadar konsentrasi kalium berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

126 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil uji ANOVA data kadar konsentrasi kalium

ANOVA

K

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 10017275.699 4 2504318.925 4.655 .008

Within Groups 10760020.633 20 538001.032

Total 20777296.332 24

Keputusan :

Data kadar konsentrasi kalium berbeda secara bermakna (p≤0,05)

5. LSD

Tujuan : Untuk menentukan data kadar konsentrasi kalium mana yang

memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data kadar konsentrasi

kalium lainnya.

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi kalium tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data kadar konsentrasi kalium berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

127 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil uji LSD data kadar konsentrasi kalium

Multiple Comparisons

Dependent Variable: K

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Normal Dosis 150mg/kgbb -1359.98200* 463.89698 .008 -2327.6542 -392.3098

Dosis 300mg/kgbb -1454.32600* 463.89698 .005 -2421.9982 -486.6538

Dosis 600mg/kgbb -1858.95200* 463.89698 .001 -2826.6242 -891.2798

Kontrol Positif -1400.09400* 463.89698 .007 -2367.7662 -432.4218

Dosis 150mg/kgbb Normal 1359.98200* 463.89698 .008 392.3098 2327.6542

Dosis 300mg/kgbb -94.34400 463.89698 .841 -1062.0162 873.3282

Dosis 600mg/kgbb -498.97000 463.89698 .295 -1466.6422 468.7022

Kontrol Positif -40.11200 463.89698 .932 -1007.7842 927.5602

Dosis 300mg/kgbb Normal 1454.32600* 463.89698 .005 486.6538 2421.9982

Dosis 150mg/kgbb 94.34400 463.89698 .841 -873.3282 1062.0162

Dosis 600mg/kgbb -404.62600 463.89698 .393 -1372.2982 563.0462

Kontrol Positif 54.23200 463.89698 .908 -913.4402 1021.9042

Dosis 600mg/kgbb Normal 1858.95200* 463.89698 .001 891.2798 2826.6242

Dosis 150mg/kgbb 498.97000 463.89698 .295 -468.7022 1466.6422

Dosis 300mg/kgbb 404.62600 463.89698 .393 -563.0462 1372.2982

Kontrol Positif 458.85800 463.89698 .334 -508.8142 1426.5302

Kontrol Positif Normal 1400.09400* 463.89698 .007 432.4218 2367.7662

Dosis 150mg/kgbb 40.11200 463.89698 .932 -927.5602 1007.7842

Dosis 300mg/kgbb -54.23200 463.89698 .908 -1021.9042 913.4402

Dosis 600mg/kgbb -458.85800 463.89698 .334 -1426.5302 508.8142

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan :

Data kadar konsentrasi kalium pada kelompok dosis 150mg/kgbb, 300mg/kgbb,

dan 600mg/kgbb dan kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok

normal (p≤0,05).

128 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Lampiran 22. Hasil Pengukuran Kadar Klorida

Kelompok Sampel Kadar Klorida

(ppm) Rata-Rata

NaCMC

KN1 9969,82

12426,668±5371,155

KN2 7299,33

KN3 10681,95

KN4 21363,90

KN5 12818,34

150mg/kg

DsA2 19583,58

26704,877±6661,364 DsA3 24924,55

DsA4 26704,88

DsA5 35606,50

300mg/kg

DsB1 16913,09

19138,496±3083,613

DsB2 23144,23

DsB3 21808,98

DsB4 16913,09

DsB5 16913,09

600mg/kg

DsC1 9613,76

15423,550±4638,269

DsC2 16913,09

DsC3 12017,19

DsC4 17209,81

DsC5 21363,90

Furosemid

KP1 24479,47

239155,700±6864,007

KP2 17209,81

KP3 22699,14

KP4 27595,04

KP5 27595,04

1. Rata-Rata dan Standar Deviasi

Descriptives

Cl

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Min. Max.

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Positif 5 12426.6680 5371.15585 2402.05392 5757.4972 19095.8388 7299.33 21363.90

Dosis 150mg/kgbb 4 26704.8775 6661.36441 3330.68220 16105.1602 37304.5948 19583.58 35606.50

Dosis 300mg/kgbb 5 19138.4960 3083.61335 1379.03382 15309.6843 22967.3077 16913.09 23144.23

Dosis 600mg/kgbb 5 15423.5500 4638.26909 2074.29700 9664.3783 21182.7217 9613.76 21363.90

Kontrol Negatif 5 23915.7000 4296.56552 1921.48252 18580.8093 29250.5907 17209.81 27595.04

Total 24 19222.5658 6864.00792 1401.10975 16324.1495 22120.9822 7299.33 35606.50

129 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2. Normalitas

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar konsentrasi klorida

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi klorida terdistribusi normal

b. Ha : Data kadar konsentrasi klorida tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas kadar konsentrasi klorida One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Cl

N 24

Normal Parametersa,b

Mean 19222.5658

Std. Deviation 6864.00792

Most Extreme Differences Absolute .118

Positive .115

Negative -.118

Test Statistic .118

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Keputusan :

Data kadar konsentrasi klorida seluruh kelompok uji terdistribusi normal

(p>0,05).

3. Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar konsentrasi klorida homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi klorida bervariasi homogen

b. Ha : Data kadar konsentrasi klorida tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

130 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Hasil uji homogenitas Levene Test of Homogeneity of Variances

Cl

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.266 4 19 .896

Keputusan :

Data kadar konsentrasi klorida bervariasi homogen (p>0,05) sehingga dilanjutkan

dengan uji ANOVA

4. ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar konsentrasi

klorida

Hipotesis :

a. Ho : Data kadar konsentrasi klorida tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data kadar konsentrasi klorida berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji ANOVA data kadar konsentrasi klorida ANOVA

Cl

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 637186575.040 4 159296643.760 6.779 .001

Within Groups 446449335.054 19 23497333.424

Total 1083635910.09

4 23

Keputusan :

Data kadar konsentrasi klorida berbeda secara bermakna (p≤0,05)

5. LSD

Tujuan : Untuk menentukan data kadar konsentrasi klorida mana yang

memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan data kadar konsentrasi

klorida lainnya.

Hipotesis :

131 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

a. Ho : Data kadar konsentrasi klorida tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data kadar konsentrasi klorida berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi >0,05 maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji LSD data kadar konsentrasi klorida Multiple Comparisons

Dependent Variable: Cl

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Normal Dosis 150mg/kgbb -14278.20950* 3251.73800 .000 -21084.1754 -7472.2436

Dosis 300mg/kgbb -6711.82800* 3065.76799 .041 -13128.5541 -295.1019

Dosis 600mg/kgbb -2996.88200 3065.76799 .341 -9413.6081 3419.8441

Kontrol Positif -11489.03200* 3065.76799 .001 -17905.7581 -5072.3059

Dosis 150mg/kgbb Normal 14278.20950* 3251.73800 .000 7472.2436 21084.1754

Dosis 300mg/kgbb 7566.38150* 3251.73800 .031 760.4156 14372.3474

Dosis 600mg/kgbb 11281.32750* 3251.73800 .003 4475.3616 18087.2934

Kontrol Positif 2789.17750 3251.73800 .402 -4016.7884 9595.1434

Dosis 300mg/kgbb Normal 6711.82800* 3065.76799 .041 295.1019 13128.5541

Dosis 150mg/kgbb -7566.38150* 3251.73800 .031 -14372.3474 -760.4156

Dosis 600mg/kgbb 3714.94600 3065.76799 .240 -2701.7801 10131.6721

Kontrol Positif -4777.20400 3065.76799 .136 -11193.9301 1639.5221

Dosis 600mg/kgbb Normal 2996.88200 3065.76799 .341 -3419.8441 9413.6081

Dosis 150mg/kgbb -11281.32750* 3251.73800 .003 -18087.2934 -4475.3616

Dosis 300mg/kgbb -3714.94600 3065.76799 .240 -10131.6721 2701.7801

Kontrol Positif -8492.15000* 3065.76799 .012 -14908.8761 -2075.4239

Kontrol Positif Normal 11489.03200* 3065.76799 .001 5072.3059 17905.7581

Dosis 150mg/kgbb -2789.17750 3251.73800 .402 -9595.1434 4016.7884

Dosis 300mg/kgbb 4777.20400 3065.76799 .136 -1639.5221 11193.9301

Dosis 600mg/kgbb 8492.15000* 3065.76799 .012 2075.4239 14908.8761

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan :

Data kadar konsentrasi klorida pada kelompok dosis 150mg/kgbb dan

300mg/kgbb tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif

(p>0,05)., sedangkan pada kelompok normal dan dosis 600mg/kgbb dan

kelompok normal berbeda secara bermakna dengan kontrol positif (p≤0,05).