LAPENG DIURETIK

43
LABORATORIUM BIOFARMASEUTIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR LAPORAN LENGKAP FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI II DIURETIK OLEH : KELAS : B.11 ASISTEN : FARDIN, S.Farm., Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR

description

Laporan Diuretik

Transcript of LAPENG DIURETIK

LABORATORIUM BIOFARMASEUTIKAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

LAPORAN LENGKAP

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI IIDIURETIK

OLEH :

KELAS : B.11ASISTEN : FARDIN, S.Farm., Apt

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2014

BAB IPENDAHULUAN

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang didalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lalu adalah obat yang berasal dari tanaman.Namun tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai obat anti penyakit, adapula yang awalnya digunkan sebagai alat ilmu sihir kosmetika atau racun untuk membunuh musuh misalnya:stichim dan kurare. Mula-mulanya digunakan sebagai racun. Panah penduduk pribumi Afrika dan Amerika serikat. Contoh yang lebih baru ialah obat kanker nitrogen, mustad yang semula-mula digunakan sebagai gas racun(Mustard gas) pada perang dunia pertama (Tjay, 2007).Diuretik adalah obat yang dapat bekerja pada ginjal, untuk meningkatkan eskresi air dan natrium klorida. Secara normal, reabsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan vasopnesin (Hormon antidiuretik, ADH)Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik (Neal, 2006).Golongan obat diuretik yaitu thiazid, diuretik hemat kalium, antagonis aldosteron (Elin, 2008). Diuretik digunakan untuk mengobati atau mengurangi edema dan gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal dan sirosis hepatis. Beberapa diuretic terutama thiazid secara luas digunakan pada terapi hipertensi, namun kerja hipertensi jangka panjangnya tidak hanya berhubungan dengan sifat diuretiknya (Neal, 2006).Diuretik meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun. Disamping itu berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih tebal terhadap non adrenalin, hingga daya tahanya berkurang (Tjay, 2008).Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan praktikum tentang contoh obat-obat diuretic pada tikus putih (Rattus novergicus) dengan mengobati jumlah frekuensi dan volume urin pada tikus putih (Rattus novergicus)Adapun tujuan dari percobaan yaitu untuk mengetahui jenis-jenis obat diuretik dan mekanisme kerja obat-obat diuretik Seperti furosemid, hidroklorotiazid, dan spironolakton dengan parameter pengukuran volume dan frekuensi pengeluaran urin, terhadap hewan uji tikus putih (Rattus novergicus).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Ringkas1. Definisi DiuretikDiuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, yaitu pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah perngeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Gunawan, 2007).Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan dari dalam darah dengan jalan semua zat asing da sisa pertukaran zat (Tjay, 2007).Fungsi peting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan dalam tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada perngaturan homeostatis, yakni keseimbangan dinamis antara caitan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume tidal dan susu cairab ekstrasel. Hal terutama tergantung dari jumlah ion Na+ yang untuk sebagian besar terdapat diluar sel, dicairan antar sel dan diplasma darah. Kadar Na+ dicairan ekstrasel diregulasi olah sekresi ADH di neurohipofisis (Tjay, 2007).

2. Proses Pembentukkan Urinea. FiltrasiFiltrasi mengacu kepada aliran deras plasma menembus kapiler glomerulus masuk keruang interstisum yang mengelilingi pangkal nefron, daerah yang disebut sebagai ruang bowman. Di glomerulus sekitar 20% plasma secara terus menerus kedalam ruang Bowman. Komposisi filtrat ini sama dengan komposis plasma, yang berbeda adalah meolakul protein biasanya tidak disaring. Filtrat awal berdifusi menembus ruang bowman dan menuju pangkal bagian tubulus, yaitu kapsul bowman. Untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan melewati bagian tubulus yang lain (Elizabeth, 2009).b. Reabsorbsi dan sekresi tubulusLangkah kdedua dalam proses pembentukan urn setelah filtrasi adalah reabsorbsi selektif zat zat yang sudah difiltrasi. Sebagian besar zat yang difiltrasi direabsorbsi melalui pori pori kecla yang terdapat dalam tubulus sehingga akhirnya zat zat tersebut kemblai lagi ke dalam kalpiler peritubulus yang mengelilingi tubulus. Disamping itu, beberapa zat disekresi pula dari pembuluh darah peritubulus sekitar kedalam tubulus (Sylvia, dkk, 2006).

3. Farmakologi Klinis Agen Diuretika. Keadaan EdematosaDiuretik paling banyak digunakan untuk mengurangi edema perifer atau paru yang terakumulasi akibat jantung, ginjal, atau vaskular. Berbagai keadaan ini menurunkan suplasi darah ke ginjal. Penurunan ini dipersepsi sebagai insufiensi volume Efektif darah arteri sehingga terjadi retensi garam dan air serta pembentukkan edema.Penggunaan diuretik secara rasional memobilisasi cairan edema intestisial ini tanpa mengurangi volume plasma secara bermakna. Namun pneggunaan diuretik yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan volume efektif darah arteri disertai penurunan perfusi organ vital. Oleh karena itu, pengunaan diuretik untuk memobilisasi edema memerlukan pemantauan keadaan hemodinamik penderita secara seksama dan pemahaman mengenai patofisiologi penyakit yang mendasari.b. Keadaan edematosa1. HipertensiTeorinya, kerja thiazid sebagai diuretik dan vasodilator ringan bagi sebgian besar penderita lainnya. Diuretik loop biasanya hanya digunaka untuk pasien insufisiensi ginjal atau gagal jantung. Pembatasan asupan diet Na+ sedang (60-100 mEg/hari) terbukti memperkiat diuretik dalam hipertensi esensial dan mengurangi kehiangan K+ melalui ginjal.2. NefrotiasiGangguan ini dapat diobati menggunakan diuretik thiazid yang meningkatkan reabsorbsi Ca2+ ditubulus contorti distalis sehingga menurunkan konsentrasi Ca2+ urin.3. HiperkalsemiaHiperkalsemia merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Salie harus diberika bersamaan dengan diuretik loop bla ingin mempertahankan diuresis Ca2+ yang efektif.4. Diabetes insipidusDiabetes insipidus dapat terjadi akibat defisiensi produksi ADH atau akibat respons terhadap ADH yang tidak adekuat (Diabetes Insipidus nefrogenik). Diuretik thiazid dapat menurunkan poliurea dan polidipsi pada kedua tipe diabtes insipidus (Katzung, 2012).B. Penggolongan Obat1. Diuretika LengkunganObat obat ini berkhsiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunak pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efeknya (diuresis) senantiasa bertambah. Contoh obatnya furosemida, bumetanida dan etakrinat (Tjay, 2007).Diuretika kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/ K+/ 2Cl- di ansa henle asendens bagian epite tebal, tempat kerjanya dipermukaan sel epitel bagian luminal (Gunawan, 2007).2. BentotiadiazidDiuretik thiazid berkerja menghambat simpoter Na+, Cl-, di hulu tubulus distal. Sistem transport ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari lumen kedalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan keluar tubulus dan ditukar K+, sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kenal klorida. Efek farmakodinamik thiazid yang utama adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Contoh obatnya hidroklorthiazid, klortalidon, nefrusida, indapamida dan lain lain (Gunawan, 2007).3. Diuretik Hemat kaliumEfek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na+ dan ekskresi K+. Proses ini dihambat secara kompetitis (saingan) oleh obat obat lain.Amilorida dan triamteran dalam keadaan normal hanya lemah efek ekskresinya mengenai Na+ dan K+. Tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazid terjadi ekskresi kalium dengan kuat, makan pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K+ dengan kuat pula (Tjay, 2007).4. Diuretika osmotisObat-obat ini hanya direansorbsi sedikit oleh tubuli, hingga reansorbsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Terutama manitol, yang hanya jarang digunakan sebgai infus I.V untuk mngeluarkan cairan dan menurunkan tekanan intraokuler (pada glaucoro), juga untuk tekanan intrkranial (dalam tengkorat). Contoh obatnya menitol dan sorbitol (Tjay, 2007)5. Perintang KarbonanhidraseZat ini merintangi enzim karbonhidrase di tubuli proksimal, sehinnga disamping kerbonat, juga Na+ dan K+ diekskresika lebih banyak bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens) (Tjay, 2007).C. Uraian Bahan1. Aquadest (Depkes RI 1979, hal 96)Nama Resmi: AQUA DESTILLATANama Lain: Air sulingBerat Molekul: 18,02Rumus Molekul:H2OPe merian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,tidak berbau.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat2. Na. CMC (Depkes RI 1979, hal 401)Nama Resmi: NATRII CARBOXIMETHYL CELLULOSUMNama Lain: Natrium Karboksimethil Selulosa Pemerian:Serbuk atau butiran, putih atau putih kekuningan, tidak berbau atau hamper tidak berbau.Kelarutan: Mudah mendispersi dalam air membentuk suspense koloid, tidak larut dalam etanol (95%)P dalam eter PKhasiat: Zat tambahanPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatD. Uraian Obat1. Furosemid (PIO, 2007)Nama generik: FUROSEMIDADeskripsi: nama dan struktur kimia :4 chloro N furfuryl 5 sulphamoylanthranilic acid. C12H11N2O5S. Sifat fisikokimia : serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih, praktis tidak larut dalam air dan diklorometan, larut sebagian dalam alkohol, larut dalam aseton.Golongan: DiuretikNama Dagang: Cetasix, Diurefo, Farsiretic, Furosemid, dan FurosixIndikasi:Penanganan edema yang berhubunga dengan gagal jantung koroner dan penyakit hati, diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan antihipertensi pada penanganan hipertensiDosis, Cara & Lama : Bayi dan anak : oral 1-2 mg/kg/dosis dengan peningkatan 1 mg/kg/dosis pada setiap tahap peningkatan sampai terjadi respon memuaskan. Dewasa : oral dosis awal 20-80 mg/dosis. i.m, i.v 20 -40 mg/dosis, diulang 1 2 kaliFarmakologi: furosemid adalah suatu diuretik yang berkerja dengan cara menghambat reabsorbsi ion Na pada jerat henle. Omset kerja : diuresis awal 30 60 menit. Durasi : oral 6 8 jam. Metabolisme: melalui hati.Stabilitas penyimpanan: Furosemid injeksi harus disimpan pada suhu kamar yang terkontrol dan dilindungi dari cahaya. Furosemid tidak stabil pada media asam tetapi stabil pada media basa.Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap furosemid, atau komponen lain dalam sediaan/sulfonil urea, anuria, pasien koma hepatik/ keadaan penurunan elektrolit parah.Efek samping: Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortritis kronik, hipotensi akut, serangan jantung, vertigo, pusing, demam hiperglikemiaMekanisme aksi: Inhibisi reabsorbsi natrium dan klorida pada jerat henle manaik dan tubulus ginjal distal, mempengaruhi sistem kontraspor ikatan klorida, selanjutnya meningkatkan eksresi air, natrium, klorida, magnesium dan kalsium.2. Hidroklorthiazid (PIO, 2007)Nama Generik: HidroklorthiazidNama kimia: 6 chloro 3,4 dihydro 2 H 1 2, 4 kenzothiazidine 7 sulphonamidaStruktur kimia: C7H8ClN3O4S2Sifat fisika kimia: serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih. Sangat sedikit larut sebagian dalam al-kohol larut dalam aseton.Golongan: DiuretikNama Dagang: HidroklorthiazidIndikasi:Penanganan hipertensi ringan sampai sedang, edema pada gagal jantung dan sindrom nefrotikFarmakodinamik: Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatnya ekskresi natrium klorida akan sejumlah air, efek nafigasi ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada tubulus distal (nafidin, 2009)Farmakokinetik: reabsorbsinya dari usus sampai 80%, Ppnya K-5 70% dengan plasma. Waktu paruh 6 15 jam. Eksresinya terutama lewat secara utuh (Tjay, 2008)Kontraindikasi:Diabetes melitus dengan kemungkinan hipersensitifitas terhadap golongan obat iniEfek samping: Hipotensi artantik, hipotensi, reaksi alergi antifilaktis yang membahayakan hidup, tekanan pernafasan.Bentuk sediaan: Tablet 25 mg3. Spironolakton (PIO, 2007)Nama generik: SpironolaktonDeskripsi: Sifat fisikokimia: serbuk putih sampai agak kekuningan. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol dan etil asetat, larut baik dalam kloroform dan benzene, sedikit larut dalam metil alkohol.Golongan: DiuretikNama dagang: Aldactoe, Carpiaton dan LetonalIndikasi: Edema yang berhububgan dengan ekskresi aldosteron berlebihan, hipertensi, gagal jantung kongesif, hipokalemia, penanganan hipersutismFarmakologi: Biasa dipakai bersama diuretik lain untuk mengurangi ekskresi kalium. Durasi kerja: 2 3 hari. Ikatan protei: 91 98%. Metabolisme melalui hati. Eksresi melalui urine dan feses.Stabilitas penyimpanan: Hindari dari cahayaKontraindikasi: Hipersensitif terhadap spironolakton atau komponen lain dalam sediaan, gangguan fungsi ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia.Efek samping: Edema, gangguan SSP seperti mengantuk, sakit kepala, ataksia, urikaria, eosinofilia. Mual, muntah, amenorea, kram perut, dan pendarah lambungBentuk sediaan: Tablet 25 mg, 100 mgMekanisme aksi:Spironolakton berkompetensi dengan aldosteron pada reseptro di tubulus distal, meningkatkan natrium klorida dan ekskresi air selama konversi ion kalium dan hidrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar.E. Uraian Hewan Uji Tikus Putih (Rattus norvegicus)1. Tikus Putih (Rattus norvegicus)a. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus) (anonim, 2012)Kingdom: AnimaliaPhylum: ChordataSubphylum : VertebrataClass : Mamalia Ordo : RhodentiaFamily: MuridaeGenus:RattusSpesies:Rattus norvegicusb. Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)Tikus atau rat (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara,merupakan hewan yang relative sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian.tikus yang sudah menyebar keseluruh dunia dan digunakan secara luas untuk penelitian dan di laboratorium ataupun hewan kesayangan adalah tikus putih yangh berasal dari asia tengah dan tidak ada hubungannya dengan norwegia seperti yang diduga dari namanya. Tikus dapat dikandangkan bersama dala satu kelompok besar yang terdiri dari jantan dan betina dan berbagai tingkat tanpa terjadinya kelahiran yang berarti. Tikus yang lepas dari kandang umumnya akan kembali ke kandang (Malole, 1989)c. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)Berat badan dewasa-jantan: 450-520 g -betina: 250-300 gBerat lahir: 5-6 gLuas perukaan tubuh: 50 g : 130 130 g:250Temperatur tubuh: 35,9-37,5 Jumlah diploid: 42Harapan hidup: 2,5-3,5 tahunKonsumsi makanan: 10 g/100 g/hariKonsumsi air minum: 10-12 ml/100 g/hariSaat dikawinkan-jantan: 65-110 hari-betina: 65-110 hariLama siklus birahi: 4-5 hariLama kebuntingan: 21-23 hariOestrus postpartum: fertileJumlah anak/kelahiran: 6-12Umur sapih: 21 hariWaktu pemeliharaan komersial: 7-10 liter/4-5/bulanKomposisi air susu: Lemak 13,0 % Protein 9,7 % Lactose 3,2 %Jumlah pernapasan : 70-115 / menitVolume tidal: 0,6-2,0 mlDetak jantung: 250-450/ menitVolume darah: 54-70 ml/ kgTekanan darah : 84-134/ 60 mmHgButir darah merah: 7-10x / mmHematokrit: 36-48 %Hemoglobin: 11-18 mgLeukosit: 6-17 x / m

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat dan Bahan1. Alat- alat yang digunakan Adapun alat-alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, jarum oral, kompor listrik, kertas perkamen, labu ukur, lab halus, lap kasar, pipet tetes, sendok tanduk, spoit oral, spoit injeksi, stopwatch, timbangan analitik, dan timbangan digital.2. Bahan-bahan yang digunakan Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu aquadest, hewan uji, tikus putih (Rattus novergicus), suspense,furosemid suspense, Hidroklorotazida, suspense spironolakton, suspense Na.CMC 1% b/v.B. Waktu dan tempat praktikum1. Waktu praktikum: Rabu, Desember 2013 pukul 14.00 WITA.2. Tempat praktikum :Laboratorium Biofarmaseutika Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar.C. Prosedur kerja1. Pengambilan sampel atau obatSampel atau obat yang digunakan untuk percobaan diuretik yaitu furosemid, hidroklorotiazid, spironolakton di Laboratorium Biofarmaseutika Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar2. Pembuatan Na.CMC 1% b/va. Disiapkan alat dan bahanb. Ditimbang Na cmc sebanyak 4 gramc. Diukur sebanyak 400 ml aquadest, dipanaskan hingga mendidihd. Didinginkan dan dimasukan ke dalam wadah dan diberi label3. Pembuatan suspensi obata. Pembuatan suspensi obat furosemid 40 mg1. Disiapkan alat dan bahan2. Digerus 20 tablet furosemid di lumping3. Ditimbang serbuk furosemid sebanyak4. Diukur Na CMC sebanyak 100 ml dan dimasukan kedalam botol/wadah5. Dimasukan furosemid ke dalam wadah, dan diaduk hingga homogen6. Diberi label/etiketb. Pembuatan suspensi obat hidroklorotiazid 25 mg1. Disiapkan alat dan bahan2. Digerus 20 tablet HCT dilumpang hingga halus3. Ditimbang serbuk HCT sebanyak

c. Pembuatan suspensi obat spironolakton1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2. Ditimbang spironolakton sebanyak 3. Dilarutkandenagn Na.CMC 1% b/v sampai 100 ml4. Kemudian diaduk hingga homogen,kemudian dimasukan kedalamwadah dan diberi label5. Suspensi spironolakton siap digunakan4. Penyiapan hewan ujia. Hewan uji tikus putih (Rattus novergicus) Disiapkan alat dan bahan Disiapkan hewan uji , kemudian dipuasakan, ditimbang dan dikelompokan5. Perlakuan hewan ujia. Disiapkan alat dan bahanb. Hewan uji dipuasakan, ditimbang, dikelompokanc. Hewan uji diberi suspensiobat furosemid, HCT, spironolakton, dan sediaan suspensi Na.CMC 1% b/vSebanyak :1. Untuk kelompok I dengan berat badan 110 gr diberi sebanyak 2,75 ml furosemid2. Untuk kelompok II dengan berat badan 105 gr, diberi sebanyak 2,6 ml spironolakton3. Untuk kelompok III dengan berat badan 100 gr, diberi sebanyak 2,5 HCT4. Untuk kelompok IV dengan berat badan 103 diberi sebanyak 2,57 ml Na. CMC 1% b/vd. Kemudian diukur volume urin tikus putih pada interval waktu 15,30,45 dan 60 menit.e. Data f. Pembahasan g. Kesimpulan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil pengamatan1. Table PengamatanNoPerlakuanBBVolume Urin Pada Tikus PutihJumlahRata-rata

15304560

1Na. CMC100 gr0,50,50,50,52,00,575

2Hidroklorthiazid125 gr1,521,80,45,71,425

3Spironolakton115 gr1,72,52,20,376,771,69

4Furosemid132 gr2,93,130,59,52,375

B. PembahasanDiuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan urin, istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat zat terlarut dan air.Pada percobaan diuretic, hewan uji yang digunakan yaitu tikus putih (Rattus norvegicus). Sediaan yang digunakan yaitu Na. CMC 1%, furosemid, hidroklorthiazid dan spironolakton.Na. CMC sebagai control negative dengan jumlah frekuensi urin yaitu 2,0 ml dan rata-ratanya 0,575 ml. Hidroklorthiazid diberikan pada tikus putih dan menghasilkan jumlah urin 6,77 ml dan rata-rata 1,69 ml. Furosemid diberikan pada hewan uji tikus putih dan menghasilkan jumlah urin 9,5 ml dan rata-ratanya 2,375 ml.Diantara keempat sediaan yang paling baik digunakan yaitu furosemid dengan jumlah urin 9,5 ml dan rata-rata 2, 375 ml. ini karenakan furosemid berkerja dengan cara menghambat reabsorbsi ion Na pda jerat henle.Mekanisme kerja furosemid adalah inhibisi reansorbsi natrum dan klorida pada jerat henle menaik dan tubulus ginjal distal, mempengaruhi system kontranspor ikatan klorida, selanjutnya meningkatkan ekskresi Na, Cl-, Mg, Kalsium dan air.Hidroklorthiazid berkerja dengan cara menghambat simporter Na+, Cl-, ditubuls distal. Mekanisme kerja hidroklorthiazid yaitu inhibisi reabsorbsi pada tubulus ginjal, akibatnya ekskresi Na dan air meningkat.Spironolakton berkerja pada segemen yang berespon terhadap aldosteron pada nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Dengan mekanisme kerja yaitu berkompetensi dengan aldosteron pada reseptor di tubulus ginjal distal, meningkatkan NaCl dan ekskresi air selama konversi ion kalium dan hydrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arterioles.Sediaan Furosemid dengan Na. CMC yang paling baik digunakan untuk mempercepat pengeluaran urin yaitu furosemid, karena Na. CMC disini hanya digunakan sebagai control negative sehingga tidak memberikan efek.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanDari hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium Biofarmaseutika, dapat disimpulkan bahwa :1. Obat obat diuretik seperti furosemid, hidroklorthiazid, dan spironolakton dapat memperlancar pengeluaran urin.2. Dari ketiga obat tersebut yang paling bagus digunakan yaitu furosemid, ini dikarenakan furosemid berkerja dengan cara menghambat reabsorbsi ion Na+ pada jerat Henle.3. Mekanisme kerja dari furosemid yaitu dengan cara inhibisi reabsorbsi natrium dan klorida pada jerat Henle menaik dan tubulus ginjal distal mem[engaruhi system kontraspor iktan klorida, selanjutnya meningkatkan ekskresi air, Na+, Cl-. Mg dan Kalsium.B. Saran1. AsistenKami sebagai praktikan mengharapkan bimbingan dan arahan didalam kelas maupun di laboratorium.2. LaboratoriumKami mengharapkan alat alat dan bahan yang ada di laboratorium untuk dapat dilengkapi guna memperlancar kagitan praktikan.DAFTAR PUSTAKADepkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM. JakartaDepkes RI, 2007. Pelayanan Informasi Obat. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. JakartaElin dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI. JakartaElizabeth, 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. JakartaKatzung, 2012. Farmakolodi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC. JakartaGunawan, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. FKUI. JakartaNeal, 2007. Farmakologi Medis Edisi V. Erlangga. JakartaSylvia dkk. 2006. Patofisiologi. EGC. JakartaTjay, 2007. Obat Obat Penting. PT. Elex Media Kompatindo. Jakarta

LAMPIRANA. Skema KerjaHewan Uji Tikus Putih (Rattus norvegicus)DipuasakanDitimbangDikelompokkanDiberikan suspensi obat

Spironolakton 100 MgHidroklorthiazid 25 MgNa. CMC 1%b/vFurosemid 40 Mg

Diamati jumlah frekuensi dan volume urin padaInterval waktu 15, 30, 45 dan 60

DataPembahasanKesimpulan

B. Perhitungan1. FurosemidFurosemid : 40 mgBerat 20 tab: 3,74 grBerat rata-rata: 0,187 gr = 187 mgBB tikus putih standar: 100 grMax : 200 grFk : 0.018Ditanya: volume pemberian ?Penyelesaian:BB Standar= = = BB 200 gr= = Berat yang ditimbang = = = 6,73 mgDibuat suspense 100 ml = = 134,6 mlVolume pemberian I = = = 3,3 ml2. HidroklorthiazidHidroklorthiazid : 25 mgBerat 20 tab: 3,01 grBerat rata-rata: 0,1505 gr = 150,5 mgBB tikus putih standar: 100 grBB Max : 200 grFk : 0.018Ditanya: volume pemberian ?Penyelesaian:BB Standar= = = BB 200 gr= = Berat yang ditimbang = = = 5,41 mg

Dibuat suspense 100 ml = = 108,21 mlVolume pemberian I = = = 3,1 ml3. SpironolaktonSpironolakton : 100 mgBerat 20 tab: 4,20 grBerat rata-rata: 0,21 gr = 210 mgBB tikus putih standar: 100 grMax : 200 grFk : 0.018Ditanya: volume pemberian ?Penyelesaian:BB Standar= = = BB 200 gr= = Berat yang ditimbang = = = 7,56 mgDibuat suspense 100 ml = = 151, 2 mlVolume pemberian I = = = 2,8 ml