BAB I · Web viewDalam alat peraga ini bilangan nol diperlihatkan oleh dua buah manik-manik dengan...

120
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Hal ini berimplikasi pada pentingnya penguasaan pengetahuan matematika bagi setiap individu maupun kelompok masyarakat dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan yang terkait dengan perhitungan-perhitungan matematis. Oleh karena itu, matematika wajib dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah diperlukan kualitas pembelajaran yang memenuhi, yaitu pembelajaran metamatika yang diarahkan untuk membantu siswa menggunakan daya intelektual dalam belajar. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu perubahan 1

Transcript of BAB I · Web viewDalam alat peraga ini bilangan nol diperlihatkan oleh dua buah manik-manik dengan...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

memajukan daya pikir manusia. Hal ini berimplikasi pada pentingnya

penguasaan pengetahuan matematika bagi setiap individu maupun kelompok

masyarakat dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan yang terkait

dengan perhitungan-perhitungan matematis. Oleh karena itu, matematika wajib

dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah

atas.

Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah diperlukan kualitas

pembelajaran yang memenuhi, yaitu pembelajaran metamatika yang diarahkan

untuk membantu siswa menggunakan daya intelektual dalam belajar. Oleh

karena itu, perlu diadakan suatu perubahan kegiatan pembelajaran yang dapat

meningkatkan mutu pendidikan matematika. Salah satu indikator keberhasilan

pendidikan matematika adalah terbentuknya siswa yang sanggup menghadapi

perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang,

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis,

cermat, jujur, efektif, dan efesien (Depdikbud, 1993:23).

Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru SDN 2 Tolai

kelas V pada tanggal 3 Februari 2008 diperoleh bahwa:

1

1. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih didominasi oleh guru, sehingga

guru menjadi satu–satunya sumber informasi.

2. Siswa masih mengaharapkan bantuan dari temannya dalam mengerjakan

tugas, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi masih mendominasi

siswa berkemampuan rendah.

3. Siswa kurang dalam pengembangan kemampuan untuk bekerja, berinteraksi

dan berkomunikasi dengan teman dan guru. Sehingga tampak pada hasil

belajar siswa masih rendah.

4. Siswa kurang memahami konsep dasar penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat, sehingga siswa mengalami kesulitan mengembangkan

materi-materi berikutnya yang memerlukan konsep dasar penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu memilih

dan menerapkan model–model serta metode pembelajaran yang cocok

diterapkan atau digunakan dalam belajar matematika. Khususnya pada pokok

bahasan operasi hitung bilangan bulat. Guru sangat menentukan keberhasilan

pembelajaran, serta peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, guru harus

mampu merancang, mengelola dan mengevaluasi serta menggunakan alat

peraga atau media pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang

maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba menerapakan alat peraga

manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan

kelompok kecil (PPKK). Ada beberapa alat peraga yang digunakan dalam

2

membantu siswa dalam proses perhitungan bilangan bulat, salah satunya

menggunakan alat peraga manik-manik. Alat peraga manik-manik dapat

digunakan untuk menvisualisasi atau mengambarkan secara kongkrit proses

perhitungan bilangan bulat. Menurut Bruner (Jaeng, 2008: 29) proses belajar

akan lebih optimal jika proses pembelajaran melalui tiga tahap yaitu 1) tahap

enaktif (tahap pembelajaran menggunakan benda-benda kongkrit), 2) tahap

ikonik (tahap pembelajaran yang wujudkan dalam bentuk bayangan visual,

gambar atau diagram) dan 3) tahap simbolik (tahap pembelajaran yang

diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol yang abstrak). Dari kegiatan

pembelajaran ini akan merangsang siswa lebih aktif, mampu berinteraksi dan

berkomunikasi dalam belajar. Serta konsep dasar tentang penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat lebih tertanam dalam diri siswa, selain itu dapat

mengembangkan dan memupuk rasa kemandirian siswa dalam belajar

matematika.

Pada proses belajar serta kehidupan sehari–hari senantiasa berada

dalam dua situasi, yaitu 1). Situasi mandri (perseorangan) ingin sendiri, tidak

mau berinteraksi dengan orang lain karena kegiatan itu memerlukan konsentrasi

yang mandiri, 2) situasi beinteraksi dengan orang lain sebagai hakekat sosial

dalam kehidupan manusia dari sejak lahir sampai dengan seseorang meninggal.

Dalam pembelajaran Model PPKK, kedua situasi kehidupan manusia tersebut

diakomudir dalam komunitas pembelajaran yang merupakan faktor paling

penting dalam dimensi sosial kehidupan kelas. Dalam model PPKK ini akan

3

nampak aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil yang dipisahkan

secara jelas (Jaeng, 2008:69).

Berdasarakan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian

dengan judul “ Penerapan Alat Peraga Manik-Manik dalam Model

Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung

Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 ”.

B. Rumusam Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “ Apakah Penerapan Alat Perga Manik-Manik dalam Model

Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) dapat

Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung

Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 Tolai ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Penerapan Alat Perga Manik-Manik dalam Model

Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) dapat

Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung

Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 Tolai.

4

D. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat belajar lebih aktif dan mampu berinteraksi

dalam menyampaikan pendapat melalui kerja sama dalam kelompok kecil,

agar dapat membangun dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

2. Bagi Guru, sebagai bahan masukan atau informasi untuk memperoleh

gambaran mengenai Penerapan Alat Peraga dalam Model PPKK untuk

Meningkatakan Hasil Belajar Siswa. Sehingga dapat dijadikan alternatif

pembelajaran matematika di kelas.

3. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam

perbaikan pembelajaran, khususnya pada pokok bahasan operasi hitung

bilangan bulat.

4. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan sebagai bahan rujukan untuk

pengembangan penelitian pembelajaran matematika lebih lanjut.

E. Batasan Istilah.

Agar tidak terjadi salah penafsiran tentang istilah dalam penelitian ini,

maka perlu pembatasan istilah sebagai berikut:

1. Hasil belajar adalah hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil

belajar kognitif yaitu hasil yang diperoleh atau dicapai oleh siswa. Dalam

operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, yang diukur dengan

menggunakan tes hasil belajar (achievement test), hasil belajar afektif yaitu

hasil yang berupa penilaian sikap dan minat siswa dengan menggunakan

skala likert dan hasil belajar psikomotor diperoleh dari pengamatan

5

aktivitas siswa baik perseorangan maupun kelompok menggunakan alat

peraga manik-manik.

2 Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil

(PPKK) yaitu model pembelajaran yang mengatifkan siswa baik secara

Perseorangan,maupun secara bersama dalam kelompok kecil. Model

Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK)

terdiri dari lima fase pembelajaran yaitu : 1) Pembukaan/ pengantar, 2)

informasi, demonstrasi dan aktivitas perseorangan, 3) informasi dan

aktivitas kelompok, 4) kuis evaluasi dan 5) Penutup (Jaeng, 2008: 69).

3. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah menerapkan alat peraga

manik-manik dalam Model PPKK maka hasil belajar siswa dapat

meningkat. Untuk mengukur adanya peningkatan, diperoleh dari hasil dan

proses sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Diukur dengan tes

hasil belajar kognitif,lembar penilaian sikap dan minat siswa (afektif) serta

lembar pengamatan aktivitas kinestik (psikomotorik).

4. Materi yang diajarkan adalah salah satu sub pokok bahasan tentang

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas V SDN 2 Tolai.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar.

Menurut Burton (Qamaria, 2007: 8) belajar merupakan proses

perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara

individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya. Menurut

Slameto (Syaiful, 2002:13), belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tentang pengertian belajar yang

dikemukakan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai dari hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif,afektif dan pisikomotor.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah

siawa menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sujana, 1989:22)

membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b)

pengetahuan, c). sikap dan minat siswa.

Salah satu keberhasilan siswa dalam belajar matematika dapat di lihat

dari hasil belajarnya. Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh

siswa setelah belajar suatu materi dalam pelajaran matematika.

7

Jadi dapat dikatakan bahwa, hasil belajar merupakan salah satu ukuran

berhasil tidaknya siswa setelah menempuh kegiatan belajar di sekolah. Salah

satu alat yang digunakan adalah penilaian berupa tes hasil belajar. Tinggi

rendahnya skor yang diperoleh oleh siswa, menunjukan daya serap siswa

terhadap materi yang diajarkan.

B. Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil

(PPKK).

a. Rasional

Model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil

merupakan suatu model pembelajaran yasng dapat memotivasi siswa, dalam

individu dan dibarengi dengan lingkungan kelompok (kelas) yang mendukung.

Sehingga tercipta suatu komunitas pembelajaran. Komunitas pembelajaran ini

merupakan faktor yang paling penting dalam dimensi sosial kehidupan kelas.

Model PPKK ada komunitas pembelajaran yang terjadi, karena

perpaduan antara individu dan kelompok. Oleh karena itu, seorang pendidik

(guru) harus berusaha memahai setiap karakteristik pebelajar (siswa) yang

berbeda–beda. Siswa dengan karakteristik yang berbeda- beda dalam satu

kelas, guru (pendidik) berusaha untuk mendidik dengan cara–cara aktivitas

perseorangan dan aktivitas kelompok kecil untuk melatih anak menjadi dewasa

baik dalam cara berfikir dan tingkah lakunya dalam belajar.

8

Aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil biasanya

mengikuti aktivitas kelompok- menyeluruh, artinya untuk melaksanakan

aktivitas cara perseorangan dan kelompok kecil, sebaiknya didahului oleh

aktivitas kelas secara menyeluruh. Aktivitas kelompok menyeluruh lebih sering

digunakan pada awal kegiatan pembelajaran, karena hal ini efektif untuk

memberikan informasi tentang fakta–fakta, gambaran umum tentang konsep

dan prinsip, dan rangkaian komponen–komponen yang menyusun suatu

pengetahuan dasar (pengetahuan/keterampilan) yang akan berkembang dengan

baik selama kegiatan pembelajaran. Namun demikian perolehan pengetahuan

dasar tidak secra otomatis menuju ke perkembangan keterampilan tingkat tinggi

seperti sintesis,analisis dan evaluasi. Karena siswa perlu diberikan kesempatan

untuk mengkombinasikan bagian–bagian informasi kedalam pemahaman yang

menyeluruh. Pola prilaku seorang guru selama kegiatan pembelajaran, sering

mempengaruhi pemahaman siswa tentang informasi yang diberikan, seperti

suara guru, gerakan guru, dan reaksi guru memberikan tanggapan terhadap

siswa. Sehingga siswa menganalisis secara kritis apa yang mereka lihat, dengar,

dan buat. Dalam hal ini aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil

sangat membantu (Jaeng, 2008: 69).

Model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil

(PPKK) mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk

prosedur penilaian pembelajaran.

b. Adanya sintaks atau langkah – langkah kegiatan pembelajaran.

9

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar

kegiatan pemebelajaran dapat berlangsung dengan hasil yang baik (Jaeng,

2008:69).

C. Sintaks Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok

Kecil (PPKK)

Sintaks adalah tahap–tahap atau langkah–langkah kegiatan dari suatu

model yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian pembelajaran.Suatu

sintaks pembelajaran menunjukan secara jelas kegiatan–kagiatan apa yang

perlu dilakukan guru dan siswa.

Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil

(PPKK) ini mempunyai sintaks yang terdiri dari 5 fase yaitu 1)

pengantar/pembukaan, 2) informasi, demonstrasi, dan aktivitas perseorangan,

3) informasi dan aktivitas kelompok kecil, 4) kuis evaluasi, dan 5) penutup.

Rincian fase–fase dalam sintaks model PPKK dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan

Kelompok Kecil (PPKK)

Fase Peran guru dan siswaFase 1. pembukaan/

pengantar

1. Guru mempersiapkan dan memotivasi siswa untuk aktif dakn KBM. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

2. Guru membagi materi pembelajaran ke (i = 1,2,3,..). Siswa menerima materi yang dibagikan.

3. Guru menjelaskan indikator, informasi latar belakang pentingnya pelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

4. Guru membentuk kelompok kecil (2–4 orang). Siswa memperhatikan dan

10

masuk dalam kelompok yang telah dibentuk.5. -Guru menyampaikan Model PPKK

kepada siswa berupa informasi 1) persentasi pengetahuan dasar untuk pembahasan materi selanjutnya kepada siswa dalam kelas.2) aktivitas perseorangan,3)aktivitas kelompok yaitu siswa bekerja dalam tugas kelompok kecil. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Guru menyampaikan materi prasyarat. Siswa mengaitkan kembali materi prasyarat.

7. Guru membagikan berkas LKS dan LKP (lembar kuis perseorangan). Siswa menerima LKS dan LKP yang dibagikan oleh guru.

Fase 2. informasi, demonsrasi dan aktivitas perseorngan.

1.Guru mempersentasekan pengetahuan deklaratif dan demonstarasi pengetahuan prosedural selangkah demi selangkah. Siswa memperhatikan penjelasan dan demonstrasi guru didepan kelas.

2. Guru meminta siswa mengerjakan LKS perseorangan secara perseorangan.siswa mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri.

3. Guru mengontrol kerja siswa selangkah demi selangkah, dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan bertanya kepada guru.

4. Guru memeriksa kerja siswa dan memberikan umpan balik. Siswa menunjukan hasil kerjanya.

Fase 3 informasi dan aktivitas kelompok.

1.Guru menginformasikan masalah dalam LKS kelompok dan meminta siswa untuk kerja sama dalam kelompok. Siswa memperhatikan/ membaca masalah dalam LKS kelompok dan megerjakan bersama dalam kelompok.

2.Guru memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam tugas kelompok. Siswa aktif terlibat dalam tugas kelompok.

3.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi. Siswa berdiskusi dengan anggota lain dalam kelompok.

11

4.Guru mengontrol, dan apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah, guru dapat memberikan bantuan seperlunya dengan pertanyaan yang membuka wawasan siswa, dan memberikan umpan balik. Kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru untuk memperoleh arahan dan umpan balik.

Fase 4 kuis evaluasi 1. Guru meminta siswa mengerkajakan kuis sebagai evaluasi. Siswa mengerjakan kuis secara mandiri.

Fase 5 Penutup 1. Guru mengumpulkan berkas LKS dan LKP yang sudah dikerjakan. Siswa menyerahkan LKS dan LKP yang sudah dikerjakan.

2. Guru memberikan tugas perseorangan dan tugas kelompok. Siswa mencatat tugas – tugas ( PR) yang diberikan guru.

Sumber (Jaeng 2008: 70)

D. Perencanaan.

Satu ciri dari pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran

dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) yaitu adanya aktivitas

perseorangan dan aktivitas kelompok. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran

dengan model PPKK, guru perlu membuat perencanaan yang mencakup aspek

– aspek atau kondisi – kondisi yang dapat terlaksana secara baik dalam kegiatan

pembelajaran. Karena itu guru perlu membuat perencanaan secara rinci

mencakup aspek : 1) tujuan pembelajaran, 2) aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran , 3) perangkat pembelajaran dan sarana pendukung pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dengan model PPKK menunjukan aktivitas

siswa dan aktivitas guru disusun dalam matrik yang berkaitan dengan sintaks

12

dan waktu yang diperlukan untuk setiap fase dalam satu pertemuan (2x45

menit). Selanjutnya menyangkut aspek aktivitas guru selama kegiatan

pembelajaran dilakukan dengan mengerjakan tugas LKS, baik perseorangan,

maupun tugas kelompok kecil (Jaeng, 2008:73).

a. Pengorganisasian kelas

Untuk pegorganisasian kelas, perlu diperhatikan aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran dengan cara perseorangan

dan kelompok kecil (PPKK). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang

menfokuskan pada aktivitas guru dapat di hubungkan dengan metode–metode

penyampaian pengajaran yang dikemukan oleh Kemp, Morrison, dan Ros

(Jaeng, 2008: 74).

b. Penanganan aktivitas siswa.

Selama aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran dengan cara

perseorangan dan kelompok kecil (PPKK), terutama pada fase 2 dan fase 3,

guru perlu menangani permasalahan yang muncul selama aktivitas siswa, agar

aktivitas siswa baik perseorangan dan kelompok kecil dapat berjalan dengan

baik.

1. Aktivitas Perseorangan

Selama aktivitas perseorangan, siswa tidak berinteraksi dengan

temannya, karena itu guru dalam memberikan persentasi dan demonstrasi

harus jelas, tidak perlu lama berada didepan, tetapi guru berada di tengah–

tengah siswa mengontrol aktivitas kerja siswa, terutama aktivitas selangkah

demi selangkah untuk pemahaman pengetahuan prosedural, memberikan

13

dorongan, bimbingan, fasilitasi, dan membangun semangat siswa untuk bekerja

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan siswa (Jaeng, 2008:75).

2. Aktivitas Kelompok.

Selama aktivitas kelompok, siswa harus bekerja sama dalam

kelompoknya, karena itu guru perlu memperhatikan kegiatan siswa selama

aktivitas kelompok. Karena mungkin ada siswa yang mendominasi dalam

kelompok, dan mungkin ada siswa yang hanya diam tidak berbuat sesuatu,

tetapi hanya menerima hasil sebagai hasil bersama. Dalam kondisi seperti ini,

guru perlu memotivasi kelompok agar selama aktivitas kelompok, semua siswa

harus bekerja sama, harus aktif berperan dalam kelompok, memberikan

masukan, dan harus selalu berada dalam kelompok mengerjakan tugas

(Jaeng,2008:75).

E. Tinjauan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat

Bilangan bulat terdiri dari bilangan negatif, bilangan nol, dan bilangan

positif. Bilangan-bilangan yang bertanda- negatif disebut bilangan bulat

negatif, misalnya (…,-4,-3,-2,-1), bilangan-bilangan yang bertanda positif

disebut bilangan bulat positif, misalnya (1,2,3,4,…}, bilangan bulat nol dengan

dinotasi (dilambangkan) “0”.

Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat disajikan kepada

siswa dengan menggunakan alat peraga, agar siswa dapat dengan mudah

memahami konsep dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Ada

beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk memvisualisasi atau

14

menggambarkan secara kongkrit proses perhitungan pada bilangan bulat, yaitu

salah satunya menggunakan alat peraga berupa manik-manik.

Manik-manik adalah slat peraga untuk pembelajaran proses perhitungan

bilangan bulat dengan pendekatan menggunakan konsep himpunan.

Manik-manik adalah slat peraga ini dapat digunakan untuk memberikan

pemahaman tentang pengerjaan bilangan dengan menggunakan pendekatan

konsep himpunan. Sesuai konsep pada himpunan, kita dapat “menggabungkan”

atau “memisahkan” dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya berbentuk

manik-manik. Bentuk manik-manik ini berbentuk bulat dan bentuk

dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lain asal sesuai dengan prinsip kerjanya.

Manik-manik ini terdiri atas dua warna dan dua tanda. Satu tanda untuk

membedakan atau mewakili bilangan positif (warna merah) sedangkan tanda

yang lain menandakan atau mewakili bilangan negatif (warna biru muda).

Dalam alat peraga ini bilangan nol diperlihatkan oleh dua buah manik-

manik dengan tanda dan warna yang berbeda yang dipasangkan, sehingga dua

manik-manik ini berpasangan. Bentuk netral ini digunakan pada saat

melakukan operasi pengurangan a – b, dengan b lebih besar dari a, atau b

merupakan bilangan negatif.

15

Prinsip kerja alat peraga manik-manik adalah :

Dalam konsep himpunan “Operasi gabung” atau “proses

pengabangunan” dapat diartikan sebagai penjumlahan dan “proses pemisahan”

atau “pengambilan” dapat diartikan sebagai pengurangan. Menggabungkan

sejumlah manik-manik ke dalam kelompok manik-manik lain, maka sama

halnya dengan melakukan penjumlahan.

Deskripsi : berapa di gabung dengan berapa, hasil sama dengan ...

Jika melakukan proses pemisahan atau pengambilan manik-manik kedua dari

kelompok manik-manik, maka sama halnya dengan melakukan pengurangan.

Deskripsi : Semula ada beberapa diambil berapa hasil (sisa) berapa.

1. Penjumlahan Bilangan Bulat

Contoh:

(a) (-3)+(-5) = …?

(b) 3 + (-5) = …?

(c) (-3) + 5 = … ?

16

Beberapa hal yang harus dijalankan dalam melakukan proses penjumlahan

adalah :

1. Jika a dan b kedua-duanya merupakan bilangan positif atau bilangan negatif

maka gabungan sejumlah manik-manik ke dalam kelompok manik-manik

lain yang bertanda sama.

2. Jika a bilangan positif dan b bilangan negatif atau sebaliknya, maka

gabungan sejumlah manik-manik yang mewakili bilangan positif ke dalam

kelompok manik-manik yang mewakili bilangan negatif. Selanjutnya

lakukan proses pemasangan diantara dua kelompok tersebut agar manik-

manik ini berpasangan. Tujuannya adalah mencari sebanyak-banyaknya,

kelompok manik-manik yang bernilai nol. Biasanya setelah proses

pemasangan (pemetaan) dilakukan akan menyisakan manik-manik dengan

tanda tertentu yang merupakan hasil penjumlahan.

(a) (-3) + (-5) ….. ?

Cara kerja

1. Tempatkanlah 3 buah manik-manik yang bertanda negatif

ke dalam kotak peragaan. Hal ini untuk menunjukkan bilangan yang

pertama yaitu negatif 3.

17

2. Gabungkan melalui proses penggabungan secara langsung

ke dalam kotak peragaan, sekarang terlihat adanya 8 buah manik-manik

bertanda negatif yang kedua dan operasi tersebut yaitu negatif 5.

3. Setelah melalui proses penggabungan secara langsung ke

dalam kotak peragaan, sekarang terlihat adanya 8 buah manik-manik

bertanda negatif. Peragaan ini menunjukkan kepada kita bahwa :

(-3) .+(- 5) = - 8

b. 3 +(- 5) = … ?

Cara kerja :

1. Tempakanlah 3 buah manik-manik yang bertanda positif ke dalam kotak

(tempat) peragaan Hal ini untuk menunjukkan. bilangan yang pertama

yaitu positif 3.

2. Gabungkan atau tambabkan ke dalam kotak (tempat) peragaan tersebut

manik-manik bertanda negatif sebanyak 5 buah, yang menunjukkan

bilangan kedua dari operasi tersebut yaitu negatif 5.

18

3. Lakukanlah pemasangan (pemetaan) antara manik-manik yang bertanda

positif dan, yang bertanda negatif. Tujuannya adalah untuk mencari

sebanyak-banyaknya bilangan yang bersifat netral.

Selanjutnya manik-manik yang berpasangan (bersifat netral), ini dapat

kita keluarkan dan ditempatkan di kotak (tempat) peragaan lain

4. Dari hasil pemasangan terlihat adanya 3 manik-manik yang

berpasangan yang bersifat netral (mewakili bilangan no1) dan setelah

dikeluarkan menyisakan. 2. buah manik-manik yang bertanda negatif

(yang bernilai negatif 2).

Peragaan ini menunjukkan kepada kita bahwa. 3 + (- 5) = - 2.

2. Pengurangan Bilangan Bulat

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses

adalah pengurangan adalah :

19

a. Jika a dan b merupakan bilangan positif dan a lebih besar dari b,

maka “pisahkan” secara langsung sejumlah b manik-manik keluar

kelompok manik-manik yang berjumlah a.

b. Jika a dan b merupakan bilangan positif dan a lebih kecil dari b

maka sebelum memisahkan sejumlah b manik-manik yang bilangannya

lebih besar dari a, terlebih dahulu gabungkan sejumlah manik- manik

yang bersifat netral ke dalam himpunan manik-manik a dan banyaknya

tergantung pada seberapa kurangnya manik-manik yang akan dipisahkan.

c. Jika a bilangan positif dan b bilangan negatif, maka sebelum

memisahkan sejumlah b manik-manik yang bernilai negatif, terlebih dulu

harus menghubungkan sejumlah manik-manik yang bersifat netral dan

banyaknya tergantung pada besarnya bilangan b.

d. Jika a bilangan negatif dan b bilangan positif, maka sebelum

melakukan proses pemisahan sejumlah b manik-manik yang bernilai

positif dari kumpulan manik-manik yang bernilai negatif, terlebih dahulu

harus menambahkan sejumlah manik-manik yang bersifat netral ke dalam

kumpulan yang banyaknya tergantung pada besarnya bilangan b.

e. Jika a dan b merupakan bilangan negatif dan a lebih besar dari b,

maka sebelum melakukan proses pemisahan sejumlah b manik-manik

yang bilangannya lebih kecil dari a, terlebih dahulu harus dilakukan

proses penggabungan sejumlah manik-manik yang bersifat netral kedalam

kumpulan manik-manik a, dan banyaknya tergantung pada kurangnya

manik-manik yang akan dipisahkan.

20

f. Jika a dan b merupakan bilangan negatif dan a lebih kecil dari b,

maka pisahkan secara langsung sejumlah b manik-manik keluar dari

kelompok manik-manik yang berjumlah a.

Contoh

(a) 5 – 3 = ... ?

Cara kerjanya :

1) Tempatkanlah 5 buah manik-manik yang

bertanda positif ke dalam kotak (tempat) peragaan. Hal ini untuk

menunjukkan bilangan pertama dari operasi tersebut yaitu positif 5.

2) Ambilah atau pisahkanlah 3 buah manik-

manik keluar dari kotak (tempat) peragaan.

3) Setelah melalui proses pemisahan secara

langsung dari kotak peragaan sekarang terlihat sisa mark-manik

yang berjumlah 2 (bernilai positif). Peragaan. ini menunjukkan

kepada kita bahwa 5 – 3 = 2.

21

5

66

0

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian ini, untuk mendeskripsikan penerapan alat peraga manik-

manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok

kecil untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi

hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas (PTK). Dimana peneliti terlibat langsung dalam proses

penelitian mulai dari awal penelitian sampai berakhirnya penelitian.

Rancangan penelitian mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart

(Arikunto,2007:16) yang terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu:1) Perencanaan,

2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.

Model siklus tersebut akan digambarkan sebagai berikut:

22

Keterangan:

0 = Refleksi awal1 = Rencana tindakan siklus I2 = Tindakan pada siklus I3 = Observasi pada siklus I4 = Refleksi pada siklus I5 = Rencana tindakan siklus II6 = Tindakan pada siklus II7 = Observasi pada siklus II8 = Refleksi pada siklus IIa = Siklus Ib = Siklus II

1

23

4a

8

b

B. Setting dan Subyek Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 2 Tolai. Yang terdaftar pada

tahun ajaran 2008/2009. Subyek penelitian adalah 4 orang siswa kelas V SDN 2

Tolai dengan kualifikasi berkemampuan rendah, berdasarkan tes awal, dan hasil

wawancara dengan guru kelas V SDN 2 Tolai untuk melihat progresif

peningkatan hasil belajar.

Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama, bertindak sebagai

pemberi tindakan, pengamat, pengumpul data dan menganalisis data. Oleh

karena itu, peneliti terlibat langsung dalam penelitian dan dituntut

kehadirannya.

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data.

a. Jenis Data.

Data penelitian ini berupa data kualitatif sesuai dengan hasil

observasi,wawancara,catatan lapangan,dan data kuantitatif berupa hasil tes

yang diperoleh siswa saat penerapan alat peraga manik-manik dalam model

PPKK pada siswa kelas V SDN 2 Tolai. Adapun data yang berupa angka-angka

akan dideskripsikan dengan memberi makna dalam bentuk paparan naratif.

b. Cara Pengumpulan Data.

1). Tes Tertulis

23

7

Gambar 1 Diagram Alur Desain Penelitian

Tes yang digunakan adalah 1) Tes awal, tes ini di berikan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menyelesaikan materi operasi

hitung bilangan bulat, terutama pada penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat. 2) Tes akhir tindakan, tes ini diberikan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa setelah diberikan tindakan

2). Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui, menggali data atau informasi

yang lebih mendalam tentang pengetahuan siswa atau subyek pada materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Karena ada kemungkinan dalam

pekerjaan siswa, proses berfikir siswa yang tidak semua dapat di

aplikasikannya dalam pekerjaan mereka, sehingga diperlukan wawancara.

Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan tes, dimana pertanyaan yang

diajukan tergantung hasil pekerjaan yang siswa dikerjakan pada saat tes

diberikan. Serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar.

3). Observasi (Pengamatan)

Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat proses pelaksanaan

tindakan. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas peneliti sebagai guru

dan siswa selama tindakan berlangsung dengan menggunakan lembar observasi

untuk guru dan siswa serta lembar pengamatan kegiatan psikomotorik siswa

dalam penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Lembar

observasi untuk guru bertujuan untuk mengetahui terlaksananya penerapan alat

peraga manik-manik model PPKK. Lembar observasi untuk siswa digunakan

24

untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat penerapan alat peraga manik-manik

dalam model PPKK.

4). Catatan lapangan.

Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak terekam

dalam lembar observasi. Catatan ini memuat segala kegiatan siswa dan guru

selama proses pembelajaran berlangsung dalam penerapan alat peraga manik-

manik dalam model PPKK.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dilakukan untuk pengumpulan data, analisis dengan

mengacu pada model alur yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman

(Yuliana 2007:19) yaitu 1) Mereduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Penarikan

Kesimpulan.

1) Mereduksi Data

Mereduksi data adalah proses kegiatan seleksi, pengfokusan dan

penyederhanaan data sejak awal pengumpulan data sampai penyusunan

laporan. Sehingga memberikan gambaran yang jelas pada peneliti untuk

melakukan pengumpulan dan mencari data bila diperlukan.

2) Penyajian data

Penyajian data adalah proses pengumpulan data secara lebih

sederhana mengenai proses pembelajaran,kesulitan subyek dan solusinya.

Sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

25

Data yang disajikan sebelum dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat

perencanaan tindakan.

3) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan bertujuan untuk memberikan kesimpulan

sehubungan dengan penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan merupakan

pengungkapan akhir dari hasil tindakan.

E. Tahap – Tahap Penelitian.

Pada penelitian ini terdiri dua tahap yaitu kegiatan pratindakan dan

kegiatan pelaksanaan tindakan.

1) Kegiatan Pratindakan

Pada tahap ini dilakukan oleh peneliti adalah berdialog dengan guru

kelas V SDN 2 Tolai mengenai materi yang akan diterapkan menggunakan Alat

Peraga Manik-Manik dalam Model PPKK, menentukan subjek penelitian dan

pengamat (teman sejawat), merancang tes awal yang akan di berikan.

menyusun rencana pembelajaran, LKS , lembar observasi, format wawancara,

catatan lapangan dan tes akhir.

2) Kegiatan Pelaksanaan Tindakan.

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang

bersifat siklus. Pelaksanaan tindakan yang dimaksudkan adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan skenario yang direncanakan. Pelaksanaan tindakan

dilakukan 2 (dua) siklus dengan menggunakan Model siklus yang

26

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggar (Arikunto, 2007:16) yang

terdiridari 4 (empat) tahap yaitu : a). Perencanaan, b) Tindakan, c) Observasi

dan d) Refleksi.

a) Perencanaan

1) Menyiapkan materi tentang Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

2) Merancang rencana pembelajaran (merancang persiapan mengajar)

3) Menyiapkan LKS Perseorangan, LKS Kelompok dan LKP

4) Merancang tes awal dan tes akhir

5) Merancang lembar observasi.

6) Merancang format wawancara.

b) Pelaksanaan tindakan

Kegiatan pada tahap ini yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan rencana pembelajaran yang menggunakan Alat Peraga Manik-Manik

dalam Model PPKK pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di

Kelas V SD Negeri 2 Tolai.

c) Observasi

Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung, bertujuan untuk

mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat penerapan Alat Peraga Manik-

Manik dalam Model PPKK. Observasi ini dilakukan oleh pengamat (teman

sejawat) dan guru kelas V dengan menggunakan lembar observasi. Lembar

observasi ini selanjutnya dijadikan alat evaluasi untuk menentukan siklus

selanjutnya.

27

d) Refleksi

Pada tahap ini, melakukan analisis hasil yang diperoleh dalam tahap

observasi. Data yang diperoleh dikaji dan dianalisa serta membuat kesimpulan.

Hasil analisis data yang diperoleh pada tahap refleksi digunakan sebagai acuan

pada perencanaan tindakan selanjutnya.

F. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam

pembelajaran suatu pokok bahasan opersi hitung bilangan bulat dikatan tuntas

atau berhasil dapat iukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Daya serap individu

% daya serap individu =

a. Daya Serap secara Klasikal

% Daya serap klasikal =

b. Ketuntasan belajar secara Klasikal

% Ketuntasan Klasikal =

Seorang siswa dikatan tuntas belajar secara individual bila diperoleh

persentase daya serap individual lebih atau sama dengan 65% dan tuntas belajar

28

secara klasikal bila di peroleh persentase daya serap klasikal lebih dari atau sama

dengan 75% (Depdikbud 1996:25) indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas

adalah apabila persentase serap invidu yang diperoleh siswa lebih dari atau sama

dengan 65% dan persentase daya serap klasikal lebih dari sama dengan 75%.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pra tindakan

Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Tolai, pada hari jumat tanggal 18

Juli 2008, peneliti menemui kepala sekolah dan guru kelas V SD Negeri 2 Tolai

di desa Suli. Pada pertemuan tersebut peneliti menyampaikan maksud dan

tujuan penelitian serta mendiskusikan rencana kegiatan pelaksanaan tindakan

penelitian. Hasil pertemuan dengan Kepala Sekolah tersebut pada dasarnya ,

kepala sekolah menyetujui serta memberi izin untuk melaksanakan penelitian di

kelas V SD Negeri 2 Tolai, dengan menerapkan alat peraga manik-manik

dalam model PPKK dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok

bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai.

Sebelum melakukan tindakan, peneliti melaksanakan tes awal untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan operasi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Jumlah soal tes awal sebanyak 4

nomor. Peneliti melaksanakan tes awal pada hari sabtu tanggal 19 Juli 2008. tes

29

awal diikuti oleh 24 siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai yang terdaftar tahun

2008/2009. Soal tes awal dapat dilihat pada lampiran 1.

Setelah malaksanakan tes awal, peneliti memeriksa hasil pekerjaan siswa.

Serta menganalisis hasil tes awal siswa. Analisis hasil tes awal di peroleh

ketuntasan klasikal 45,82% dengan daya serap klasikal mencapai 51,87%. Hal

ini menunjukan bahwa hasil tes awal siswa tentang penjumlahan

dan penguramgan bilangan bulat masih rendah. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada lampiran 2. Dari tes awal peneliti memilih 4 orang siswa

sebagai subyek penelitian yaitu I Made Suarsana (S ), I Gusti Putu Irawan (S

), Kadek Andre Wijaya (S ) dan I Gede Adi Purnawan (S ). Yang masing-

masing berkemampuan rendah berdasarkan tes awal dan wawancara dengan

guru kelas V SD Negeri 2 Tolai.

Berdasarkan hasil tes awal, peneliti membentuk delapan kelompok

kecil, pembentukan kelompok berdasarkan tempat duduk terdekat. Yang

sebelumnya tempat duduk siswa dibentuk oleh guru ( peneliti) berdasarkan

kemampuan siswa. Dalam satu kelompok terdiri 3 orang siswa yang

berkemampuan heterogen yaitu satu orang berkemampuan tinggi, satu orang

berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan rendah. Pembagian

kelompok dapat dilihat pada lampiran3. Keempat subyek penelitian disebar

dalam empat kelompok yang berbeda. Agar siswa siswa mendapatkan

masukan-masukan dari teman kelompoknya. Sehingga tidak ada kelompok

yang mendominasi atau kelompok pasif yang selama proses pembelajaran

berlangsung. Subyek penelitian berada pada kelompok 1 untuk S , kelompok

30

II untuk S , kelompok 3 untuk S dan kelompok V untuk S . Daftar dapat

dilihat pada lampiran 3.

2. Hasil Tindakan.

Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi (1) Perencanaan, (2)

Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan (4) Refleksi. Adapun hasil

pelaksanaan dari siklus I dan siklus II sebagai berikut:

a. Siklus I

(1) Perencanaan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, telah dijelaskan pada tahap-

tahap penelitian meliputi:

a. Membuat rencana pemabelajaran (RP) lampiran 4 dan Materi pembelajaran

I tentang penjumlahan bilangan bulat (Lampiran 5), Lembar Observasi

(Lampiran 10), dan pedoman wawancara.

b. Menyiapkan daftar nama kelompok (lampiran 3)

c. Menyiapkan lembar kerja siswa perseorangan (LKS-P) lampiran 6.

d. Menyiapkan Lembar kerja siswa kelompok (LKS-K) lampiran 8.

e. Menyiapkan lembar kuis pertemuan (LKP) lampiran 10.

f. Menyiapkan alat peraga manik-manik.

(2) Pelaksanaan Tindakan.

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Juli 2008

di kelas V SD Negeri 2 Tolai dengan materi penjumlahan bilangan bulat.

31

Pelaksanaan tindakan dimulai dari pukul 07.15 s.d 08.45 berlangsung selama 3

jam pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran (RP) yang menerapkan alat

peraga manik-manik dalam model PPKK untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap

yaitu (a) Tahap awal, (b) tahap Inti dan (c) tahap Akhir. Dengan rincian sebagai

berikut:

(a) tahap Awal.

Kegiatan pada tahap awal berlangsung 10 menit. Dalam kegiatan ini

(fase1) guru (peneliti) mempersiapkan siswa, membagi lembar kerja siswa

perseorangan (LKS-P), lembar kerja siswa kelompok (LKS-K),lembar kuis

pertemuan (LKP), materi pembelajaran I tentang penjumlahan bilangan bulat,

menyampaikan tujuan pembelajaran , memotivasi siswa, menjelaskan model

PPKK, membagi siswa ke dalam kelompok serta membagi alat peraga kepada

seluruh siswa.

Pada kegiatan awal guru (peneliti) memberikan pertanyaan lisan, untuk

mengecek sejauh mana siswa mengenal materi tentang bilangan bulat sebagai

materi prasyarat. Adapun petikan penyampaian guru (peneliti) kepada seluruh

siswa “ Anak-anak sekalian, kalian dikelas IV telah belajar tentang bilangan

bulat. Siapa yang masih ingat tentang himpunan bilangan bulat?” Beberapa

siswa menjawab dan jawabanya tepat. Setelah tanya jawab untuk membangun

pengetahuan prasyarat siswa, kemudian dilanjutkan pada kegiatan berikutnya.

Waktu yang digunakan pada kegiatan pendahuluan 10 menit sesuai dengan

rencana pembelajaran (RP).

32

(b) tahap inti

Kegiatan pada tahap inti berlangsung selama 90 menit. Pada kegiatan

tahap inti terbagi atas tiga fase yaitu fase 2 informasi, demonstrasi dan kegiatan

perseorangan, fase 3 informasi dan kegiatan kelompok dan fase 4 kuis evaluasi.

Sebelum siswa mengerjakan LKS-perseorangan, siswa diminta membuka

lembar materi tentang penjumlahan bilangan bulat yang sudah dibagikan

sebelumnya dan siswa diharapkan memperhatikan guru (peneliti)

memdemonstrasikan materi dan cara kerja alat peraga dalam menjumlahkan

bilangan bulat. Selanjutnya guru (peneliti) meminta siswa mengerjakan LKS-

perseorangan secara mandiri.

Pada saat siswa mengerjakan LKS-perseorangan secara mandiri, peran

peneliti sebagai fasilitator. Guru (peneliti) mengelilingi dan mengontrol setiap

kerja siswa selangkah demi selangkah. Apabila siswa mengalami kesulitan

dalam mengerjakan tugas yang diberikan, guru (peneliti) memperbolehkan

siswa mencari jawaban pada lembar materi atau buku matematika lainnya serta

diperbolehkan bertanya pada guru (peneliti) bukan pada teman-temanya yang

lain. Hal ini ditegaskan karena aktivitas perseorangan, masing-masing siswa

harus menyelesaikan soal secara mandiri. Dalam mengerjakan LKS-

perseorangan siswa masih mengalami kebingungan, karena siswa baru pertama

kalinya menggunakan alat perga manik-manik dalam menjumlahkan bilangan

bulat serta siswa dihadapkan pada situasi yang berbeda, dimana siswa hanya

boleh bertanya hanya pada guru (peneliti) saja. Setelah guru (peneliti) mulai

33

mengarahkan dan membimbing, siswa mengerjakan atau menjawab LKS-

perseorangan dengan serius sampai batas waktu yang ditentukan.

Setelah mengerjakan LKS-perseorangan, siswa diminta untuk bergabung

dalam kelompok masing-masing yang sudah ditetapkan. Tapi

sebelum mengerkajakan LKS kelompok, guru (peneliti) memnita siswa untuk

membaca LKS-K dan menayakan kepada guru (peneliti) tentang isi LKS-K

yang belum dipahami. Berikut petikan penyampaian guru kepada siswa

sebelum meyelesaikan LKS-K “ anak-anak sekalian, kerjakan LKS berikut

secara berkelompok. Ingat kerja sama yang baik sangat dibutuhkan untuk

menyelesaiakn LKS ini, dan jika mengalami kesulitan serta soal kurang jelas

silahkan kalian tanyakan”.

Peneliti pada saat aktivitas kelompok sebagai fasilitator yang berada di

tengah-tengah siswa. Guru (peneliti) memonitoring dan memberikan bimbingan

kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Guru (peneliti) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan anggota lain dalam

kelompoknya. Selain itu, guru juga berusaha mengaktifkan kerja sama dalam

kelompok. Sehingga semua siswa aktif mengerjakan LKS-K sampai batas

waktu yang ditentukan. Waktu yang dibutuhkan adalah 35 menit.

Setelah selesai mengerjakan LKS-K, guru (peneliti) meminta siswa

duduk kembali di tempat duduk masing-masing, untuk mengerjakan LKP (tes

akhir tindakan) secara mandiri. Kuis (tes akhir tindakan) diberikan untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi penjumlahan

bilangan bulat.Waktu yang digunakan 25 menit.

34

c) tahap Akhir

Setelah menyelesaikan pembelajaran pada tahap inti, guru (peneliti)

melanjutkan pembelajaran pada tahap akhir yang berlangsung selama 5 menit.

Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan LKS-P,LKS-K dan LKP serta

memberikan latihan atau PR yang bertujuan untuk menanamkan konsep dan

pengetahuan siswa dalam materi penjumlahan bilangan bulat.

Berikut adalah tabel skor perolehan subyek pada LKS-P, LKS-K dan

LKP pada tindakan I.

Tabel 4.1 Skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa perseorangan (LKS-

P) tindakan I.

No Nomor soal Skor soal

SubyekPenelitian

Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK

Total

100

Daya serap (%)

1 275 25

X Y X Y1 S 75 100 15 100 90 902 S 75 100 15 100 90 903 S 75 100 15 100 90 904 S 75 100 0 100 75 75

Jumlah 345 86,25

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitianY dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, bahwa nilai LKS perseorangan (LKS-P) dari

keempat subyek yaitu S , S dan S memperoleh skor 90, dengan daya serap

individu mencapai 90%. Untuk S memperoleh skor 75 , dengan daya serap

individu mencapai 75%. Sedangkan untuk rata-rata daya serap individu dalam

belajar keempat subyek penelitian mencapai 86,25%.

35

Tabel 4.2 Skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa kelompok (LKS-K)

tindakan I.

No Nomor soal Skor soal

Subyekpenelitian

Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK

Total

100

Daya serap (%)

1 275 25

X Y X Y1 S 75 100 5 100 80 802 S 75 100 15 100 90 903 S 75 100 25 100 100 1004 S 75 100 0 100 75 75

Jumlah 345 86,25X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitianY dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai LKS kelompok

(LKS-K) dari keempat subyek penelitian yaitu S memperoleh skor 80, dengan

daya serap individu mencapai 80%. S memperoleh skor 90 dengan daya serap

individu mencapai 90%. S memperoleh skor 100, dengan daya serap individu

mencapai 100% sedangakan S memperoleh skor 75 dengan daya serap

individu mencapai 75%. Hal ini menunjukan bahwa keempat subyek penelitian

dalam mengerjakan LKS kelompok mencapai rata-rata daya serap individu

belajar kelompok mencapai 86,25%.

36

Tabel 4.3 Skor perolehan subyek pada lembar kuis perseorangan (LKP)

tindakan I

Nomor soal dan Skor soal

SubyekPenelitian

Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100

Daya serap (%)

1 2 3 4 5 615 15 15 15 15 25

X Y X Y X Y X Y X Y X Y

S 15 100 0 100 15 100 15 100 15 100 18 100 78 78

S 15 100 15 100 15 100 0 100 15 100 18 100 78 78

S 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 0 100 75 75

S 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 0 100 75 75

Jumlah 306 76,5

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitianY dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas , dapat dilihat bahwa skor kuis evaluasi dari ke

empat subyek yaitu S , dan S memperoleh skor 78, dengan daya serap

individu mencapai 78%. Untuk S , dan S meperoleh skor 75, dengan daya

serap individu mencapai 75%. Sedangkan untuk siswa secara keseluruhan

ketuntasan belajar klasikal siswa kelas V mencapai 75% dengan daya serap

klasikal mencapai 75,41%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 11.

Untuk melihat hubungan aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok

dalam menyelesaikan LKS dan hasil kuis disajikan rangkuman hasil LKS

(perseorangan dan kelompok) dan hasil LKP ( lembar kuis pertemuan) dalam

tabel berikut:

37

Tabel 4.4 Skor kerja subyek (LKS-P dan LKS-K) dan skor kuis (LKP) akhir

tindakan I.

Subyek Penelitian

LKS LKPPerseorangan kelompok

S 90 80 78

S 90 90 78

S 90 100 75

S 75 80 75jumlah 345 350 300

Jadi berdasarkan hasil LKS-P, LKS-K, dan LKP, siswa berhasil dengan

baik. Karena siswa mengerjakan LKS dan LKP tersebut mengikuti cara atau

langkah-langkah yang dijelaskan guru (peneliti) di papan tulis, dan guru

(peneliti) mengingatkan bahwa pertemuan berikutnya pembelajaran akan

berlangsung dengan cara yang sama.

3. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran

berlangsung nampak bahwa siswa sangat senang dan antusias dalam belajar,

siswa sangat senang bekerja secara mandiri maupun secara kelompok. Siswa

aktif belajar dan berdiskusi untuk mencari informasi, baik dengan guru

(peneliti) maupun dengan teman-temannya yang lain.

Hasil observasi masing-masing pengamat terhadap pelaksanaan

pembelajaran juga menunjukan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan

baik. Hasil observasi yang diperoleh baik karena masing-masing pengamat

memberikan pengamatan yang sama.

38

Dari hasil pengamatan tersebut, dihitung tingkat reliabilitas dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Grinell (jaeng, 2005) yaitu

PA = PA = Partelage of Agreement

A = Agreement D = Disagreement

Kreteria taraf keberhasilan adalah sebagai berikut:

90% ≤ PA ≥ 100% : Sangat Baik

80% ≤ PA ≥ 89% : Baik

65% ≤ PA ≥ 79% : Cukup Baik

55% ≤ PA ≥ 64% : Kurang Baik

0% ≤ PA ≥ 54% : Tidak Baik

Hasil observasi dua pengamat terhadap kegiatan penelitian dan kegiatan

siswa dapat dilihat pada tabel 4.5 , 4.6 , 4.7, 4.8 dan 4.9. Lembar observasi

tindakan I secara terinci terdapat pada lampiran 10.

Tabel 4.5 Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dalam penerapan alat

peraga manik-manik dengan cara perseorangan dan kelompok kecil

(PPKK).

Aspek Pengamatan Pengamat I Pengamat III. KEGIATAN MENGAJAR BELAJAR

A. KEGIATAN AWALFase 1. Pengantar/Pembukaan1.Mempersiapkan siswa untuk belajar. 1 12.Membagi materi pembelajaran, dan berkas

LKS&LKP1 1

3.Menjelaskan model pembelajaran yang akan dipakai dalam pembelajaran (Model PPKK).

1 1

4. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.

1 1

5.Menjelaskan cara-cara bekerja perseorangan 1 16. Menjelaskan cara-cara bekerja sama dalam

kelompok.1 1

7. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu.

1 1

8. Memotivasi Siswa. 1 1

39

B. KEGIATAN INTIFase 2. Informasi, Demonstrasi dan Aktivitas Perseorangan1. Guru mempersentasikan pengetahuan deklaratif

1 1

2. Guru Mendemonstrasikan keterampilan pengetahuan prosedural selangkah demi selangkah.

1 1

3. Guru meminta siswa mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri.

1 1

4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri.

1 1

5. Guru mengontrol kerja siswa selangkah demi selangkah dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

1 1

6. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan. 1 1Fase 3. informasi dan aktivitas Kelompok1.Guru meminta siswa mengerjakan tugas LKS

kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok.

1 1

2. Guru memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam tugas dan bekerja sama kelompok.

1 1

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.

1 1

4.Guru memperhatikan dengan seksama kerjasama kelompok.

1 1

5. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan dengan menyajikan pertanyaan yang membuka wawasan.

1 1

6. Guru mengecek pemahaman kerja kelompok dan memberikan umpan balik.

1 1

Fase 4. Kuis Evaluasi1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan kuis secara mandiri.

1 1

2. Siwa mengerjakan kuis secara mandiri. 1 1C. KEGIATAN AKHIRFase 5. Penutup1. Guru mengumpulkan berkas LKS dan LKP 1 12. Guru Memberi tugas-tugas atau PR 1 1II. SUASANA KELAS1. Siswa antusias 1 12. Guru antusias 1 13. Kegiatan sesuai alokasi waktu 1 14. Kegiatan sesuai skenario pada RP 1 1A = Agreement 28D = Disagreement 0A + D 28

40

Berdasarkan data pengamatan kedua pengamat menunjukan bahwa,

pada umumnya aspek kegiatan belajar mengajar semuanya terlaksana dan kelas

dikelola dengan baik (Partelage of Agreement R = 100%).

Tabel 4.6 Hasil pengamatan aktivitas guru pada penerapan alat peraga manik-

manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan

kelompok kecil (PPKK).

Pengamatan Aktivitas Guru PENGAMAT I PENGAMAT IIA Kategori Aktivitas Perseorangan1. Mempersentasekan pengetahuan

dasar.1 1

2. Mempersentasekan pengetahuan deklaratif.

1 1

3. Mendemonstrasikan pengetahuan produral selangkah demi selangkah.

1 1

4. Meminta siswa untuk mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri.

1 1

5. Guru memperhatikan kerja siswa secara perseorangan.

1 1

6. Guru menjawab pertanyaan siswa. 1 17. Guru mengontrol kerja siswa, dan

memberikan umpan balik.1 1

8. Kegiatan diluar tugas, misalnya duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya.

0 0

A = Agreement 8D = Disagreement 0A + D 8B. Kategori dalam Aktivitas Kelompok.

1. Menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok.

1 1

2. Meminta siswa mengerjakan tugas LKS kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok.

1 1

3. Memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam ruang kelompok.

1 1

4. Mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok.

1 1

5. Membimbing/memberikan bantuan kepada siswa dalam aktivitas

1 1

41

kelompok.6. Mengajukan pertanyaan yang

merangsang berfikir siswa (pertanyaan yang membuka wawasan).

1 1

7. Memberikan umpan balik. 1 18. Kegiatan diluar tugas, misalnya

duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya.

1 1

A = Agreement ( terlaksana) 8D = Disagreement (tidak terlaksana) 0A + D 8

Hasil pengamatan dari kedua pengamat menunjukan bahwa, aktivitas

guru dalam menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK pada

aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok dilakukan dengan baik. Sesuai

dengan sintaks pembelajaran model PPKK, maka dari itu dapat dikatakan

aktivitas guru berhasil dengan baik.

Tabel 4.7 Hasil pengamatan aktivitas siswa pada penerapan alat peraga manik-

manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan

kelompok kecil (PPKK)

Aspek pengamatan aktivitas siswa

S S S SP1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

A Kategori Aktivitas Perseorangan

1. Memperhatikan pengetahuan dasar.

1 1 1 1 1 1 1 1

2. Memperhatikan pengetahuan deklaratif dan mencatat seperlunya.

1 1 1 1 1 1 1 1

3. Memperhatikan dan mencatat selangkah demi selangkah pengetahuan prosedural.

1 1 1 1 1 1 1 1

4. Membaca materi

pelajaran atau buku

pelajaran

1 1 1 1 1 1 1 1

42

5. Aktif dan tekun mengerjakan tugas LKS secara mandiri.

1 1 1 1 1 1 1 1

6. Bertanya/meminta penjelasan guru.

1 1 1 1 1 1 1 1

7. Menunjukan hasil kerja pada guru dan memberikan umpan balik.

1 1 1 1 1 1 1 1

8. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya.

0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 A = Agreement 8 8 8 8

D= Disagreement 0 0 0 0A + D 8 8 8 8

B. Kategori dalam Aktivitas Klompok.1. Memperhatikan

informasi dan mencatat seperlunya.

1 1 1 1 1 1 1 1

2. Membaca materi pelajaran atau buku siswa.

1 1 1 1 1 1 1 1

3. Aktif terlibat dalam tugas.

1 1 1 1 1 1 1 1

4. Aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompok.

1 1 1 1 1 1 1 1

5. Mencatat apa yang disampaikan teman/guru.

1 1 1 1 1 1 1 1

6. Mengajukan pertanyaan kepada guru/teman.

1 1 1 1 1 1 1 1

7. Menjawab/menanggapi pertanyaan teman/guru.

1 1 1 1 1 1 1 1

8. Memberikan batuan penjelasan kepada teman yang membutuhkan.

1 1 1 1 1 1 1 1

9. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata

0 0 0 0 0 0 0 0

43

pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya.

Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 A = Agreement 9 9 9 9

D= Disagreement 0 0 0 0A + D 9 9 9 9

P-1 = pertemuan pertama.

Berdasarkan hasil pengamatan dari dua pengamat, terhadap aktivitas

siswa, menerapakan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran

dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) pada aktivitas

perseorangan maupun aktivitas kelompok dilakukan dengan baik, sesuai

dengan sintaks pada model PPKK. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas siswa

berhasil dengan baik.

Tabel 4.8 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) saat aktivitas perseorangan.

Aspek pengamatan S S S SP1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

A. Tepat dalam menggunakan alat peraga

1 1 1 1 1 1 1 1

B. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif

1 1 1 1 1 1 1 1

C. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan.

1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1A = agreement 3 3 3 3D = Disagreement 0 0 0 0A + D 3 3 3 3

P-1 = pertemuan pertama.

44

Berdasarkan hasil pengamatan dari dua pengamat, terhadap kegiatan

psikomotorik subyek penelitian dalam menggunakan alat peraga dilakukan

dengan baik sesuai dengan apa yang telah dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal

ini menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik pada aktivitas perseorangan

berhasil dengan baik.

Tabel 4.9 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga

manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan

dan kelompok kecil (PPKK) saat aktivitas kelompok.

Aspek pengamatan S S S SP1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

A. Bekerja sama dalam dalam kelompok

1 1 1 1 1 1 1 1

B. Tepat dalam menggunakan alat peraga

1 1 1 1 1 1 1 1

C. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif

1 1 1 1 1 1 1 1

D. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan.

1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1A = agreement 4 4 4 4D = Disagreement 0 0 0 0A + D 4 4 4 4

P-1 = pertemuan pertama.

Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat I dan pengamat II terhadap

kegiatan psikomotorik subyek penelitian, pada aktivitas kelompok dalam

menggunakan alat peraga dilakukan dengan baik, sesuai dengan apa yang telah

dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan

psikomotorik pada aktivitas kelompok berhasil dengan baik

45

4. Hasil Wawancara Tindakan I

Setelah memeriksa hasil LKS-P, LKS-K, dan LKP tes akhir tindakan,

guru (peneliti) melakukan wawancara pada hari kamis tanggal 24 Juli 2008 dari

pukul 08.00 s.d 09.00 terhadap subyek penelitian. Dalam melaksanakan

wawancara yang dilakukan mengacu pada 4 (empat) pertanyaan utama yaitu

(1) apakah siswa senang dengan penerapan alat peraga manik-manik dalam

model PPKK, (2) kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran,

(3) apakah siswa senang menyelesaikan LKS perseorangan secara mandiri, dan

(4) apakah siswa senang menyesaikan LKS kelompok. Taranskrip wawancara I

dapat dilihat pada lampiran 13 Berdasarkan pada empat fokus pertanyaan

diatas, diperoleh variasi jawaban dari subyek penelitian yang dapat

dikategorikan sebagai berikut:

(1). Seluruh siswa senang belajar dengan penerapan alat peraga dalam model

PPKK, karena dapat memudahkan mereka dan aktif dalam proses

pembelajaran.

(2). Dalam mengerjakan latihan , subyek penelitian masih mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan bilangan bulat.

(3). Siswa senang mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri, karena

materi pertemuan yang dibagikan sebagai petunjuk atau acuan dalam

menyelasaikan soal.

(4). Siswa senang mengerjakan LKS kelompok, karena dengan kerja kelompok

siswa dapat berdiskusi dengan teman-temannya dalam satu kelompok serta

nilai dari setiap kelompok bisa sama.

46

5. Refleksi Hasil Tindakan I

Pada akhir tindakan I, guru (peneliti) bersama dengan pengamat

mendiskusikan temuan-temuan selama pelaksanaan tindakan siklus I.

Berdasarkan data pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa, guru (peneliti)

telah melaksanakan rencana pembelajaran sebagaimana diharapkan. Mulai dari

penjelasan tujuan pembelajaran,memotivasi siswa, memberikan persentase atau

demonstrasi tentang penerapan alat peraga manik-manik dalam materi

penjumlahan bilangan bulat selangkah demi selangkah serta membimbing

siswa dalam megerjakan LKS baik secara mandiri maupun secara

berkelompok.

Pengelolaan pembelajaran dengan menerapan alat peraga manik-manik

dalam model PPKK berlangsung dengan baik, meskipun penguasaan kelas

belum begitu maksimal terlihat masih ada siswa bermain sewaktu guru

(peneliti) menjelaskan di papan tulis. Tetapi secara keseluruhan siswa senang

belajar dengan menggunakan alat peraga manik-manik dalam model PPKK.

Karena semua siswa terlibat langsung dan aktif dalam menggunakan alat peraga

baik secara perseorangan maupun secara berkelompok. Dalam aktivitias

perseorangan siswa sudah aktif mengerjakan LKS dan bertanya kepada guru,

ketika mengalami kesulitan. Sedangakan pada aktivitas kelompok siswa sudah

mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya

dalam kelompoknya dalam menyelesaikan LKS-K. Hasil analisis LKS-P

lampiran 7 dan LKS-K dapat dilihat pada lampiran 9.

47

Tes akhir tindakan atau kuis pertemuan menunjukan bahwa secara

umum jawabanya siswa benar, walaupun ada sebagiannya malakukan

kesalahan. Namun setelah mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan

dengan kesalahan jawaban tersebut, siswa dapat memberikan alasan dan dapat

menunjukan jawaban yang benar. Hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh

daya serap klasikalnya 75,41% dan ketuntasan klasikalnya 75%. Berdasarkan

ketuntasan belajar, maka pembelajaran pada siklus I sudah berhasil. Dengan

demikian pembelajaran dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya. Untuk lebih

jelas analisis tes akhir tindakan dapat dilihat pada lampiran 11.

b. Siklus II

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

a. Membuat Rencana Pembelajaran (RP) lampiran 14 dan materi

pembelajaran II (lampiran1), lembar Observasi (lampiran), Pedoman

wawancara , lembar penilaian minat (lampiran 24), lembar penilaian sikap

(lampiran 23) dan lembar Penilaian diri (lampiran 25)

b. Membuat lembar kerja siswa (LKS perseorangan dan LKS kelompok).

c. Membuat lembar kuis pertemuan (LKP)

2. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 Juli 2008 di

kelas V SD Negeri 2 Tolai, dengan materi pengurangan bilangan bulat.

Kegiatan pembelajaran berlangsung dari pukul 07.15 s.d 08.45 sesuai dengan

48

rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran

tindakan ini menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Pada

saat penyajian materi, peneliti sebagai guru, sedangkan guru kelas V dan

teman sejawat bertindak sebagai pengamat I dan pengamat II seperti pada

siklus I. pada siklus ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu: (a). Tahap Awal,

(b). Tahap Inti dan (c). Tahap Akhir dengan rincian sebagai berikut:

(a). Tahap Awal (Pendahuluan)

Pada tahap awal siklus II sama dengan siklus I dimana, guru (peneliti)

membagikan materi pembelajaran II, pembukaan dengan menyampaikan

tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menyampaikan alat peraga yang

digunakan, menyampaikan model PPKK dengan membagi siswa kedalam

kelompok kecil siswa yang telah dibentuk sebelumnya, membagikan LKS,

dan LKP. Tahap awal ini membutuhkan waktu 10 menit sesuai dengan waktu

yang diberikan.

(b). Tahap Inti

Kegiatan pada tahap ini berlangsung selama 90 menit, yang terdiri

dari tiga aktivitas yaitu aktivitas perseorangan, aktivitas kelompok dan kuis

evaluasi. Sebelum mengerjakan LKS perseorangan, siswa diminta untuk

membuka materi yang sudah di bagikan dan siswa diharapkan untuk

memperhatikan guru (peneliti) dalam mempersentasekan/medemontrasikan

materi dan cara kerja alat peraga manik-manik dalam pengurangan bilangan

bulat selangkah demi selangkah, selanjutnya siswa diminta megerjakan LKS

perseorangan secara mandiri.

49

Peran peneliti pada saat aktivitas secara perseorangan adalah sebagai

fasilitator, peneliti mengelilingi dan mengontrol setiap kerja siswa selangkah

demi selangkah. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam megerjakan LKS-

P, siswa diperbolehkan bertanya kepada guru (peneliti) bukan pada teman-

temanya serta membuka buku paket atau materi pembelajaran II yang telah

dibagikan sebelumnya. Kegiatan aktivitas perseorangan membutuhkan waktu

35 menit, sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Setelah mengerjakan LKS perseorangan (LKS-P), siswa diminta

untuk bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk sebelunya. Pada saat

mengerjakan LKS kelompok, guru (peneliti) menyampaikan kepada siswa

untuk bekerja sama dan berdiskusi dengan anggota lain dalam kelompoknya.

Peran peneliti pada saat mengerjakan LKS kelompok adalah sebagai

fasilitator yang berada di tengah-tengah siswa, peneliti berusaha untuk

mengaktifkan kerja sama dalam kelompok, serta berusaha memacu siswa

untuk saling membantu kerja temannya dan saling bekerja sama dalam

kelompok. Waktu yang digunakan 30 menit sesuai dengan rencana

pembelajaran.

Setelah LKS kelompok selesai dikerjakan, siswa selanjutnya diminta

untuk mengerjakan LKP (lembar kuis pertemuan) secara mandiri untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan dan pemahaman siswa tentang materi

pengurangan bialngan bulat. Oleh karena itu, peneliti menginformasikan

kepada seluruh siswa agar duduk di tempat masing-masing dan buku-buku

matematika di simpan, serta membaca isi LKP sebelum dikerjakan. Peran

50

peneliti pada aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan), guru (peneliti)

mengelilingi dan

mengontrol kerja siswa serta menekankan kepada seluruh siswa untuk bekerja

sacara mandiri. Waktu yang digunakan selama 25 menit. Untuk soal LKS-P,

LKS-K dan LKP dapat dilihat pada lampiran 16,18 dan 20.

(c). Tahap Akhir (penutup)

Kegiatan pada tahap akhir berlangsung selama 5 menit, yang di awali

dengan mengumpulkan LKS-P, LKS-K dan LKP serta memberikan latihan

atau PR untuk mengingat dan berlatih kembali materi yang telah di ajarkan.

Berikut ini, tabel skor perolehan subyek pada LKS-P, LKS-K dan LKP pada

tindakan II:

Tabel 4.10 Skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa perseorangan

(LKS-P) tindakan II.

No Nomor soal Skor soal

SubyekPenelitian

Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK

Total

100

Daya serap individu

(%)1 275 25

X Y X Y1 S 70 100 15 100 85 852 S 70 100 30 100 100 1003 S 70 100 30 100 100 1004 S 70 100 30 100 100 100

Jumlah 385 96.25

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitianY dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

51

Berdasarkan tabel diatas, bahwa nilai LKS perseorangan (LKS-P) dari

keempat subyek yaitu S memperoleh skor 85, dengan daya serap individu

85%. Sedangkan S , S , dan S memperoleh skor 100, dengan daya serap

individu mencapai100%. Yang berarti bahwa keempat subyek penelitian rata-

rata daya serap individu dalam belajar mencapai 96,25%.

Tabel 4.11 skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa kelompok (LKS-K)

tindakan II

No Nomor soal Skor soal

Subyekpenelitian

Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK

Total

100

Daya serap individu

(%)1 2

75 25X Y X Y

1 S 70 100 30 100 100 1002 S 70 100 30 100 100 1003 S 70 100 30 100 100 1004 S 70 100 30 100 100 100

Jumlah 400 100X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitianY dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai LKS kelompok

(LKS-K) dari keempat subyek penelitian yaitu S S S dan S memperoleh

skor 100, dengan daya serap individu memcapai 100%. Hal ini, menunjukan

bahwa ke empat subyek penelitian belajar secara kelompok mencapai rata-rata

daya serap dalam belajar mencapai 100%.

52

Tabel 4.12 Skor perolehan subyek pada lembar kuis perseorangan (LKP)

tindakan II

Nomor soal dan Skor soal

Subyekpenelitian

Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100

daya serap individu (%)

1 2 3 4 5 615 15 15 15 15 25

X Y X Y X Y X Y X Y X Y

S 15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 3 100 78 78

S 15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 10 100 85 85

S 15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 0 100 75 75

S 15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 0 100 75 75

Jumlah 313 78,25

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitianY dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas , dapat dilihat bahwa skor kuis pertemuan dari

keempat subyek yaitu S memperoleh skor 78, dengan daya serap individu

mencapai 78%. Untuk S memperoleh skor 85, dengan daya serap mencapai

85%. Sedangkan S , dan S memperoleh skor 75, dengan daya serap individu

mencapai 75%. Pada kuis (tes akhir tindakan) keempat subyek penelitian untuk

daya serap kalsicalnya mencapai 75,5% sedangkan ketuntasan klasikal

mencapai 100%. Hal ini menunjukan bahwa keempat subyek penelitian dalam

siklus II dikatakan berhasil, sesuai dengan apa yang diharapkan. Sedangkan

untuk secara keseluruhan siswa kelas V untuk daya serap kalasikalnya

53

mencapai 80,25% dan untuk ketuntasan klasikalmya mencapai 87,5% untuk

lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 21.

Untuk melihat hubungan aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok

dalam menyelesaikan LKS dan hasil kuis disajikan rangkuman hasil LKS

(perseorangan dan kelompok) dan hasil LKP (kuis perseorangan)dalam tabel

berikut:

Tabel 4.13 skor kerja subyek (LKS-P dan LKS-K) dan skor kuis (LKP) akhir

tindakan II

Subyek Penelitian

LKS LKPPerseorangan kelompok

S 85 100 78

S 100 100 85

S 100 100 75

S 100 100 75

Jumlah 385 400 313

Jadi berdasarkan hasil LKS-P, LKS-K, dan LKP, siswa berhasil dengan

baik. Untuk mengerjakan LKS dan LKP tersebut mengikuti cara atau langkah-

langkah yang dijelaskan guru (peneliti) dalam menggunakan alat peraga manik-

manik dalam pengurangan bilangan bulat, sehingga nampak pada hasil belajar

siswa yang meningkat.

3. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran

berlangsung nampak bahwa siswa sangat senang dan antusias dalam belajar,

siswa sangat senang bekerja secara mandiri maupun secara kelompok. Siswa

54

aktif belajar dan berdiskusi untuk mencari informasi baik dengan guru (peneliti)

maupun dengan teman-temannya yang lain dalam kelompok.

Hasil observasi masing-masing pengamat terhadap pelaksanaan

pembelajaran juga menunjukan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan

baik. Hasil observasi yang diperoleh baik karena masing-masing pengamat

memberikan pengamata yang sama.

Dari hasil pengamatan tersebut, dihitung tingkat reliabilitas dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Grinell (jaeng, 2005) yaitu

PA = PA = Partelage of Agreement

A = Agreement D = Disagreement

Kreteria taraf keberhasilan adalah sebagai berikut:

90% ≤ PA ≥ 100% : Sangat Baik

80% ≤ PA ≥ 89% : Baik

65% ≤ PA ≥ 79% : Cukup Baik

55% ≤ PA ≥ 64% : Kurang Baik

0% ≤ PA ≥ 54% : Tidak Baik

Hasil observasi dua pengamat terhadap kegiatan penelitian dan kegiatan

siswa dapat dilihat pada tabel 4.14 , 4.15,4.16 , 4.17 dan 4.18. lembar observasi

tindakan II secara terinci terdapat pada lampiran 22.

Tabel 4.14 hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dalam penerapan alat

peraga manik-manik dengan cara perseorangan dan kelompok kecil

(PPKK).

Aspek Pengamatan Pengamat I Pengamat III. KEGIATAN MENGAJAR BELAJAR

55

A. KEGIATAN AWALFase 1. Pengantar/Pembukaan1.Mempersiapkan siswa untuk belajar. 1 12.Membagi materi pembelajaran, dan berkas

LKS&LKP1 1

3.Menjelaskan model pembelajaran yang akan dipakai dalam pembelajaran (Model PPKK).

1 1

4. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.

1 1

5.Menjelaskan cara-cara bekerja perseorangan 1 16. Menjelaskan cara-cara bekerja sama dalam

kelompok.1 1

7. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu.

1 1

8. Memotivasi Siswa. 1 1B. KEGIATAN INTIFase 2. Informasi, Demonstrasi dan Aktivitas Perseorangan1. Guru mempersentasikan pengetahuan deklaratif

1 1

2. Guru Mendemonstrasikan keterampilan pengetahuan prosedural selangkah demi selangkah.

1 1

3. Guru meminta siswa mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri.

1 1

4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri.

1 1

5. Guru mengontrol kerja siswa selangkah demi selangkah dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

1 1

6. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan. 1 1Fase 3. informasi dan aktivitas Kelompok1.Guru meminta siswa mengerjakan tugas LKS

kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok.

1 1

2. Guru memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam tugas dan bekerja sama kelompok.

1 1

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.

1 1

4.Guru memperhatikan dengan seksama kerjasama kelompok.

1 1

5. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan dengan menyajikan pertanyaan yang membuka wawasan.

1 1

6. Guru mengecek pemahaman kerja kelompok dan memberikan umpan balik.

1 1

Fase 4. Kuis Evaluasi

56

1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan kuis secara mandiri.

1 1

2. Siwa mengerjakan kuis secara mandiri. 1 1C. KEGIATAN AKHIRFase 5. Penutup1. Guru mengumpulkan berkas LKS dan LKP 1 12. Guru Memberi tugas-tugas atau PR 1 1II. SUASANA KELAS1. Siswa antusias 1 12. Guru antusias 1 13. Kegiatan sesuai alokasi waktu 1 14. Kegiatan sesuai skenario pada RP 1 1A = Agreement 28D = Disagreement 0A + D 28

Berdasarkan data pengamatan, kedua pengamat menunjukan bahwa

aspek kegiatan belajar mengajar pada siklus II sudah terlaksana dengan baik,

dan penguasaan kelas serta dikelola dengan baik (Partelage of Agreement R =

100%).

Tabel 4.15 Hasil pengamatan aktivitas guru pada penerapan alat peraga manik-

manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan

kelompok kecil (PPKK).

Pengamatan Aktivitas Guru PENGAMAT I PENGAMAT IIA Kategori Aktivitas Perseorangan1. Mempersentasekan pengetahuan

dasar.1 1

2. Mempersentasekan pengetahuan deklaratif.

1 1

3. Mendemonstrasikan pengetahuan produral selangkah demi selangkah.

1 1

4. Meminta siswa untuk mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri.

1 1

5. Guru memperhatikan kerja siswa secara perseorangan.

1 1

6. Guru menjawab pertanyaan siswa. 1 17. Guru mengontrol kerja siswa, dan

memberikan umpan balik.1 1

8. Kegiatan diluar tugas, misalnya duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan

0 0

57

sebagainya.A = Agreement ( terlaksana) 8D = Disagreement (tidak terlaksana) 0A + D 8B. Kategori dalam Aktivitas Kelompok.

1. Menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok.

1 1

2. Meminta siswa mengerjakan tugas LKS kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok.

1 1

3. Memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam ruang kelompok.

1 1

4. Mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok.

1 1

5. Membimbing/memberikan bantuan kepada siswa dalam aktivitas kelompok.

1 1

6. Mengajukan pertanyaan yang merangsang berfikir siswa (pertanyaan yang membuka wawasan).

1 1

7. Memberikan umpan balik. 1 18. Kegiatan diluar tugas, misalnya

duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya.

0 0

A = Agreement ( terlaksana) 8D = Disagreement (tidak terlaksana) 0A + D 8

Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat I dan pengamat II

menunjukan bahwa aktivitas guru dalam menerapkan alat peraga manik-manik

dalam model PPKK pada aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok

dilakukan dengan baik, sesuai dengan sintaks pembelajaran model PPKK.

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa aktivitas guru berhasil dengan baik.

58

Tabel 4.16 Hasil pengamatan aktivitas siswa pada penerapan alat peraga manik-

manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan

kelompok kecil (PPKK)

Aspek pengamatan aktivitas siswa

S S S SP1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

A Kategori Aktivitas Perseorangan

1. Memperhatikan pengetahuan dasar.

1 1 1 1 1 1 1 1

2. Memperhatikan pengetahuan deklaratif dan mencatat seperlunya.

1 1 1 1 1 1 1 1

3. Memperhatikan dan mencatat selangkah demi selangkah pengetahuan prosedural.

1 1 1 1 1 1 1 1

4. Membaca materi

pelajaran atau buku

pelajaran

1 1 1 1 1 1 1 1

5. Aktif dan tekun mengerjakan tugas LKS secara mandiri.

1 1 1 1 1 1 1 1

6. Bertanya/meminta penjelasan guru.

1 1 1 1 1 1 1 1

7. Menunjukan hasil kerja pada guru dan memberikan umpan balik.

1 1 1 1 1 1 1 1

8. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya.

0 0 0 0 0 0 0 0

59

Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 A = Agreement 8 8 8 8

D= Disagreement 0 0 0 0A + D 8 8 8 8

B. Kategori dalam Aktivitas Klompok.

1. Memperhatikan informasi dan mencatat seperlunya.

1 1 1 1 1 1 1 1

2. Membaca materi pelajaran atau buku siswa.

1 1 1 1 1 1 1 1

3. Aktif terlibat dalam tugas.

1 1 1 1 1 1 1 1

4. Aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompok.

1 1 1 1 1 1 1 1

5. Mencatat apa yang disampaikan teman/guru.

1 1 1 1 1 1 1 1

6. Mengajukan pertanyaan kepada guru/teman.

1 1 1 1 1 1 1 1

7. Menjawab/menanggapi pertanyaan teman/guru.

1 1 1 1 1 1 1 1

8. Memberikan batuan penjelasan kepada teman yang membutuhkan.

1 1 1 1 1 1 1 1

9. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya.

0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 A = Agreement 9 9 9 9

D= Disagreement 0 0 0 0A + D 9 9 9 9

Catatan: P1= pengamat I, P2 = pengamat II dan P-2 = pertemuan kedua.

Berdasarkan hasil pengamatan dari dua pengamat terhadap aktivitas

siswa dalam belajar, dengan menerapakan alat peraga manik-manik dalam

model PPKK. Pada aktivitas perseorangan maupun aktivitas kelompok

60

dilakukan dengan baik, sesuai dengan sintaks pada model PPKK. Hal ini

menunjukan bahwa aktivitas siswa berhasil dengan baik.

Tabel 4.17 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) saat aktivitas perseorangan.

Aspek pengamatan S S S SP1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

A. Tepat dalam menggunakan alat peraga

1 1 1 1 1 1 1 1

B. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif

1 1 1 1 1 1 1 1

C. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan.

1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2A = agreement 3 3 3 3D = Disagreement 0 0 0 0A + D 3 3 3 3

Catatan: P1= pengamat I, P2 = pengamat II dan P-2 = pertemuan kedua.

Hasil pengamatan dari pengamat I dan Pengamat II terhadap kegiatan

psikomotorik subyek penelitian dalam menggunakan alat peraga, dilakukan

dengan baik sesuai apa yang telah dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal ini

menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik berhasil dengan baik.

Tabel 4.18 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK saat aktivitas kelompok.

Aspek pengamatan S S S SP1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

A. Bekerja sama dalam dalam kelompok

1 1 1 1 1 1 1 1

B. Tepat dalam menggunakan alat peraga

1 1 1 1 1 1 1 1

C. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif

1 1 1 1 1 1 1 1

D. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan.

1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2

61

A = agreement 4 4 4 4D = Disagreement 0 0 0 0A + D 4 4 4 4

Catatan: P1= pengamat I, P2 = pengamat II dan P-2 = pertemuan kedua.

Hasil pengamatan dari pengamat I dan pengamat II terhadap kegiatan

psikomotorik subyek penelitian pada aktivitas kelompok dalam menggunakan

alat peraga dilakukan dengan baik, sesuai dengan apa yang telah dijelaskan

peneliti di papan tulis. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik pada

aktivitas kelompok berhasil dengan baik.

4. Hasil Wawancara Tindakan II.

Setelah memeriksa hasil LKS-P, LKS-K dan LKP (tes akhir tindakan)

pada tindakan II, peneliti sendiri melakukan wawancara terhadap subyek

penelitian. Wawancara dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 juli 2008 di

kelas V SD Negri 2 Tolai. Banyaknya subyek penelitian yang di wawancarai 4

orang siswa kelas V sebagi subyek penelitian. Transkrip wawancara siklus II

dapat dilihat pada lampiran 28. Keempat subyek tersebut di wawancarai pada

pukul 09.30 s.d 10.30. Adapun kesan-kesan yang dikemukakan oleh siswa

pada saat wawancara pada kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut:

1. Siswa senang belajar dengan menerapkan alat peraga manik-manik dalam

model PPKK. Karena mereka berbeda dengan situasi pembelajaran yang

selama mereka terima.

2. Siswa senang mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri, karena soal

pada LKS-P ada petunjuk dalam materi yang di bagikan. Sehingga soal

sangat mudah dijawab.

62

3. Siswa sangat senang mengerjakan LKS-K secara berkelompok, karena

mereka mendapatkan informasi dan dapat berdiskusi dengan teman dalam

kelompoknya.

5. Data Penilaian Sikap

Sikap siswa terhadap pelajaran matematika menyangkut perbuatan,

perasaan, pikiran siswa yang didasarkan pada pendapat atau keyakinan pribadi

(Depdiknas, 2004:22).

Penilaian sikap dilaksanankan pada hari sabtu tanggal 26 juli 2008.

penilaian bersamaan dengan penilaian minat dan diri siswa. Penilaian

berbentuk angket yang diisi seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai dengan 10

pertanyaan (lampiran ). Skala yang digunakan adalah skala likkert dengan

skor tertinggi setiap butir soal adalah 5 dan yang terendah adalah 1. Kategori

hasil pengukuran penilaian sikap adalah tinggi, sedang dan rendah. Kategori

hasil pengukuran sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.19 Kategori Hasil Pengukuran Penilaian Sikap.

No Skor Siswa Kategori Sikap1 39 - 50 Tinggi2 27 - 38 Sedang3 10 - 26 Rendah

Berdasarkan kategori pengukuran sikap yang telah dilakukan kepada

keempat subyek penelitian S , S ,S dan S yaitu pada tabel dibawah ini

Tabel 4.20 Hasil Pengukuran Sikap Subyek Penelitian

No Subyek Penelitian

Skor Perolehan Kategori Sikap

1 S 44 Tinggi2 S 45 Tinggi3 S 49 Tinggi

63

4 S 46 TinggiRerat Pengukuran

sikap46 Tinggi

Berdasarkan tabel 4.20 hasil pengukuran sikap keempat subyek

penelitian S , S ,S dan S memperoleh skor 44, 45, 49, dan 46 dengan

kategori sikap terhadap pelajaran matematika adalah Tinggi. Sedangkan pada

seluruh siswa kelas V dari 24 orang siswa, ada 23 orang siswa dikategorikan

memiliki sikap tinggi terhadap pelajaran matematika dan ada 1 orang siswa

dikategorikan memiliki sikap sedang terhadap pelajaran matematika. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 27. Karena subyek penelitian dan

seluruh siswa kelas V mempunyai sikap yang tinggi, maka memperoleh hasil

belajar yang cukup baik atau optimal.

6. Data Penilaian Minat

Minat siwa terhadap pelajaran matematika berhubungan dengan

keinggintahuan, kecendrungan (hati) siswa yang tinggi, gairah atau kengginan

terhadap pelajaran matematika. Siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran

matematika bisa diharapkan prestasi belajar matematikanya akan meningkat

dan bagi yang tidak berminat biasanya sulit untuk meningkatkan prestasi

belajar matematikannya (Depdiknas, 2004:22).

Pengambilan data tentang minat siswa dilaksanakan pada hari sabtu

tanggal 26 Juli 2008. penilian ini berbentuk angket diisi oleh seluruh siswa

kelas V dengan 8 pertanyaan (lampiran 26) skala yang digunakan dalam

penelitian ini, adalah skala likkert dengan skor tertinggi setiap pertanyaan

64

adalah 5 dan skor skor terrendah adalah 1. Kategori hasil pengukuran minat

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.21 Kategori Hasil Pengukuran Minat

No Skor Siswa Ketegori minat1 33 - 45 Tinggi2 20 - 32 Sedang3 9 - 19 Rendah

Sumber (Depdiknas 2004).

Berdasarkasarkan ketegori pengukuran minat yang telah dilakukan

kepada keempat subyek penelitian S , S ,S dan S yaitu pada tabel dibawah

ini:

Table 4.22 Hasil Pengukuran Minat Subyek Penelitian

No Subyek Penelitian

Skor Perolehan Kategori Minat

1 S 38 Tinggi2 S 39 Tinggi3 S 37 Tinggi4 S 36 TinggiRerat skor perolehan 42,5 Tinggi

Berdasarkan tebel 4.22 hasil pengkuran minat subyek penelitian dapat

dikatakan tinggi karena rata-rata pengukuran minat dari keempat subyek

penelitian memperoleh 42,5 dengan kategori tinggi. Sedangkan untuk secara

keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai dari 24 siswa, semua siswa

dikategorikan memiliki minat yang tinggi dalam belajar matematika atau 100%

siswa yang mempunyai minat tinggi dalam belajar matematika. Yang di

ketegorikan mempunyai minat yang sedang dalam belajar matematika yaitu

65

tidak ada atau 0% sedangkan untuk siswa yang memiliki minat yang rendah

dalam belajar matematika tidak ada atau 0%.

Jika dikaitkan dengan tes akhir tindakan siswa, diperoleh hubungan

bahwa siswa yang memiliki minat yang tinggi akan mempunyai hasil belajar

tinggi pula. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki minat tinggi merasa

senang dalam belajar matematika.

7. Data Penilian Diri Siswa

Pengumpulan data penilian diri (lampiran 25) juga dilaksanakan pada

hari sabtu tanggal 26 juli 2008. penilian ini di isi seluruh siswa kelas V SD

Negeri 2 Tolai, termasuk subyek penelitian dengan 6 (enam) pertanyaan.

Penilian diri siswa terhadap pelajaran matematika berhubungan dengan

pandangan dan kemauan diri dalam belajar matematika (Depdiknas,2004:22).

Dari hasil penilaian diri terlihat bahwa subyek penelitian dan seluruh

siswa kelas V yang menilai dirinya memiliki kemampuan di dalam pelajaran

matematika, ternyata memperoleh nilai yang lebih optimal dibandingkan siswa

yang menilai dirinya memiliki kemampuan rendah. Hal ini mengidentifikasikan

bahwa subyek penelitian dan seluruh siswa kelas V sudah mampu memberikan

penilaian terhadap dirinya sendiri secara obyektif.

8. Refleksi Tindakan II.

Refleksi dilakukan untuk menentukan aspek tindakan siklus II sudah

berhasil atau perlu diulangi. Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

66

ini selesai, guru (peneliti) bersama pengamat mendiskusikan hasil

pembelajaran. Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa pelaksanaan

siklus II dalam pengelolaan pembelajaran sudah baik, guru dan siswa terlihat

aktif dan antusias dalam belajar, baik dalam aktivitas perseorangan maupun

dalan aktivitas kelompok. Guru telah melaksanakan rencana pembelajaran

sesuai yang diharapkan.

Hasil dari tes akhir tindakan silkus II siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai

memperoleh daya serap kalsikalnya memperoleh 80,25% dengan ketuntasan

klasikalnya 87,5%. Dengan demikian indikator keberhasilan diharapkan pada

siklus II telah tercapai. Analisis tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada

lampiran 21.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnnya, pembahasan pada penelitian ini meliputi pelaksanaan dan hasil

penelitian dalam tindakan I dan tindakan II. Pada penelitian ini menerapkan alat

perga manik-manik dalam model PPKK untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2

Tolai.

Pelaksanaan pembelajaran pada penlitian ini terdiri dari tiga tahap

yaitu: (1) tahap Awal (pendahuluan), (2) tahap Inti dan (3) tahap akhir

(penutup). Materi dalam penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat. Pembahasan pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan

sebagai berikut:

67

a). Siklus I

(1). Tahap Awal

Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal adalah 1. Menyampaikan

tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, 2. mengaitkan pengetahuan

prasyrat dengan materi yang akan dipelajari, 3. membagikan LKS-P, LKS-K

dan LKP serta materi pembelajaran I dan 4. menyampikan model PPKK

dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang

siswa.

(2). Tahap Inti

Kegiatan pada tahap inti terdiri dari 3 (tiga) aktivitas yaitu (a).

aktivitas perseorangan, (b). aktivitas kelompok, dan (c). aktivitas kuis

evaluasi (tes akhir tindakan). Pembahasan pada setiap aktivitas sebagai

berikut:

(a). Aktivitas Perseorangan

Dalam aktivitas perseorangan subyek penelitian S , S ,S ,dan S

memperhatikan penjelasan guru (peneliti), serta membuka dan membaca

materi pembelajaran I yang telah dibagikan peneliti sebelumnya. Setelah guru

menjelaskan atau medemontrasikan prinsip kerja manik-manik dalam materi

penjumlahan bilangn bulat. S mengajukan pertanyaan tentang prinsip kerja

penerapan alat peraga manik-manik dalam penjumlahan bilangan bulat. Guru

68

(peneliti) menjelaskan kembali tentang prinsip kerjanya dipapan tulis.

Selanjutnya guru (peneliti) meminta siswa megerjakan LKS-P secara mandiri,

apabila mengalami kesulitan siswa hanya bisa bertanya pada guru (peneliti)

saja bukan pada teman-temannya yang lain. Selurh siswa mengerjakan LKS-P

dengan serius, tetapi S hanya terdiam, guru (peneliti) mendekati dan

memberikan arahan yang berkaitan dengan LKS-P. S memulai mengerjakan

LKS-P sampai batas waktu yang di tentukan. Hasil yang diperoleh sesuai

dengan yang termuat dalam tabel 4.1 halaman 35, bahwa subyek penelitian S

S S dan S masing-masing memperoleh daya serap individu 90%, 90%,

90% dan 75%. Pada aktivitas perseorangan ini, keempat subyek penelitian

belum memcapai 100%, karena keempat subyek penelitian kurang memahami

pada soal. Tetapi keempat subyek penelitian dalam mengerjakan LKS-P dapat

dikatakan sudah baik.

(b). Aktivitas kelompok

Pada kegitan kelompok, keempat subyek penelitian berada dalam

kelompok yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Dalam aktivitas

kelompok, subyek penelitian mengerjakan LKS-K dengan teman dalam

kelompoknya. Dalam mengerjakan LKS-K subyek penelitian S dan S masih

malu-malu berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Setelah guru

(peneliti) menyampaikan kepada subyek penelitian dan seluruh siswa untuk

saling membantu agar nilai yang diperoleh maksimal.

Peran peneliti dalam aktivitas kelompok adalah sebagai fasilitator

yang berada ditengah-tengah siswa dalam mengawasi dan membimbing

69

setiap kerja kelompok. Agar siswa dapat menyelesaikan LKS-K sampai batas

waktu yang diberikan. Hasil yang diperoleh sesuai yang termuat pada tabel

4.2 halaman 36, bahwa subyek penelitian S S S dan S masing-masing

memperoleh 80, 90, 100, dan 75 dengan daya serap setiap subyek penelitian

S S S dan S mencapai 80%, 90%, 100% dan 75%. Pada aktivitas

kelompok subyek penelitian sudah mampu bekerja sama dalam kelompoknya,

sehingga nampak pada hasil yang diperoleh setiap subyek penelitian dan

dikategorikan baik.

(c). Aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan)

Dalam aktivitas kuis evaluasi, subyek penelitian dan seluruh siswa

mengerjakan LKP dengan serius, sampai batas waktu yang ditentukan. Hasil

yang diperoleh keempat subyek penelitian adalah S dan S memperoleh skor

78, dengan daya serap mencapai 78%. S dan S meperoleh skor 75 dengan

daya serap 75%. Keempat subyek penelitian tuntas belajar mencapai 100%.

Secara keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai untuk kuis

evaluasi (tes akhir tindakan) dengan ketuntasan klasikal 75% dan daya serap

klasikal mencapai 75,41%. Hal ini menunjukan bahwa seluruh siswa kelas V

tuntas belajar secara klasikal dengan kategori baik.

(3). Tahap Akhir (penutup)

Kegiatan pada tahap akhir tindakan, guru (peneliti) mengumpulkan

semua hasil kerja siswa dari LKS-P, LKS-K dan LKP serta memberikan

latihan atau PR untuk menambah pengetahuan dan kemampuan siswa tentang

penjumlahan bilangan bulat.

70

b. Siklus II

Kegiatan pelaksanaan pada siklus II dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

(1) tahap awal, (2) tahap inti dan (3) tahap akhir.

(1). Tahap Awal

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah menyampaikan tujuan

pembelajaran,memotivasi siswa, membahas PR yang diberikan pada siklus I,

membagikan LKS-P, LKS-K, LKP dan materi pembelajaran II, menyapaikan

model PPKK dengan membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri

dari 3 orang siswa dalam kelompok.

(2). Tahap Inti

Kegiatan pada tahap inti dibagi menjadi tiga aktivitas yaitu a) aktivitas

perseorangan, b) aktivitas kelompok dan c) aktivitas kuis evaluasi (tes akhir

tindakan II). Berikut pembahasan ke tiga aktivitas pada kegitan tahap inti

siklus II yaitu:

a). Aktivitas perseorangan

Kegiatan pada aktivitas perseorangan subyek penelitian memperhatikan

guru (peneliti) saat medemonstrasikan atau

mempersentasekan materi dan prinsip kerja alat peraga manik-manik dalam

pengurangan bilangan bulat selangkah demi selangkah. Aktivitas siswa dalam

mengerjakan LKS-P mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas

siswa pada siklus I. Siswa mengerjakan dengan senang dan antusisas dalam

71

mengerjakan LKS-P. keempat subyek penelitian mengerjakan LKS

perseorangan sampai batas waktu yang diberikan oleh guru (peneliti). Hasil

yang diperoleh keempat subyek penelitian S memperoleh skor 85 dengan

daya serap mencapi 85%, S S dan S meperoleh skor 100 dengan daya

serap mencapai 100%. Untuk S belum mencapai skor 100, karena subyek

penelitian S kurang teliti dalam menyelesaikan soal nomor 2 untuk tanda

positif (+) dan tanda negatif (-). Sedangkan subyek penelitian S S dan S

sudah mencapai skor 100, tetapi secara keseluruhan keempat subyek

penelitian sudah mampu menyelesaikan LKS-P secara mandiri dan tepat

waktu. Hal ini dapat dikategorikan baik.

b). Aktivitas Kelompok.

Dalam aktivitas kelompok , subyek penelitian mengerjakan LKS

kelompok dalam kelompok masing-masing. Subyek penelitian dalam

mengerjakan LKS kelompok sudah mengalami peningkatan, karena keempat

subyek penelitian sudah mampu berdiskusi,berinteraksi dan saling membantu

anggota kelompoknya. Semua siswa mengerjakan LKS kelompok dengan

serius dan antusias sampai batas waktu yang ditentukan. Hasil yang diperoleh

keempat subyek penelitian dalam mengerjakan LKS-K adalah S S S dan

S meperoleh skor 100, dengan daya serap keemapat subyek penelitian

mencapai 100%. Hal ini menunjukan keempat subyek penelitian berhasil dan

dikategorikan baik.

c). Aktivitas Kuis Evaluasi (tes akhir tindakan).

72

Dalam aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan). Keempat subyek

penelitian dapat mengerjakan LKP dengan baik sampai batas waktu yang

ditentukan. Hasil yang diperoleh untuk tes akhir tindakan keempat subyek

penelitian adalah S memperoleh skor 78 dengan daya serap individu

mencapai 78%, S memperoleh skor 85 dengan daya serap individu mencapai

85%, S dan S meperoleh skor 75 dengan daya serap individu mencapai

75%. Keemapt subyek penelitian belum mencapai skor 100, tetapi secara

ketuntasan klasikal keempat subyek penelitian mencapai 100%. Sedangkan

untuk secara keseluruhan siswa kelas V memperoleh ketuntasan klasikal

87,5% dengan daya serap klasikal mencapai 80,25%. Hal ini menunjukan

kemepat subyek penelitian dan seluruh siswa kelas V dapat dikatakan berhasil

dengan baik.

(3). Tahap Akhir (penutup)

Pada tahap akhir tindakan II peneliti mengumpulkan LKS dan LKP

yang telah dikerjakan siswa. Serta memberikan arahan dan penghargaan

kepada seluruh siswa kelas V.

C. Perkembangan Hasil Penelitian.

Perkembangan tes awal, tes akhir tindakan siklus I dan siklus II dapat

dirangkum dalam tabel 4.23 berikut:

Tabel 4.23 Rangkuman Hasil Tindakan

No Indikator Keberhasilan

TES PeningkatanAwal Siklus I Siklus

II3 – 4 4 – 5 3 -5

1 2 3 4 5 6 7 81 Ketuntasan 45,82% 75% 87,5% 29,18% 12,5% 41,68%

73

Klasikal2 Daya serap klasikal 51,87% 75,41% 80,25% 23,54% 4,84% 28,38%3 Rerata prestasi

Belajar51,87 75,41 80,25 23,54 4,84 28,38

Berdasarkan hasil tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa, penerapan alat

perga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan

kelompok kecil (PPKK) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok

bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai.

Memperoleh peningkatan atau perekembangan hasil belajar dari tes awal, tes

akhir siklus I dan tes akhir siklus II sebagai berikut:

a.Peningkatan dari tes awal ke siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal

29,18% dengan daya serap klasikal mencapai 23,54%.

b. Peningkatan dari siklus I ke siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 12,5%

dengan daya serap klasikal mencapai 4,84%.

c.Peningkatan dari tes awal ke siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 41,68%

dengan daya serap klasikal mencapai 28,38%.

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil di pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara

perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai.

2. Dengan menggunakan alat perga manik-manik dapat membantu siswa

dalam memvisualisasikan atau mengambarkan secara kongrit penjumlahan

dan pegurangan bilangan bulat, sehingga konsep dasar penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat lebih tertanam dalam diri siswa.

3. Model PPKK mampu meningkatkan partisipasi siswa secara aktif, baik

secara perseorangan (mandiri) maupun secara kelompok kecil.

4. Dalam kerja kelompok, siswa memperoleh kemampuan berbicara, belajar

mengahargai pendapat orang lain, serta adanya keterampilan sosial yang

menuju sikap demokratis.

B. SARAN

1. Dalam penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK, dibutuhkan

perencanaan dan persiapan yang matang agar penerapan lebih efektif.

75

2. Pada proses pembelajaran guru perlu mencari alternatif pembelajaran yang

dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa bisa

lebih aktif dalam belajar.

76

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimin. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.

Depdikbud.1993. Kurikulum Pendidikan dasar.GBPP SLTP. Jakarta .

Depdiknas.2004.Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi.Jakarta.Diktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdikbud. 1996. Petunjuk Pelaksanaan Penilian. Palu. Bagian Proyek Peningkatan Balai Penataran Guru.

Djamarah,Syaiful Bahri.2002. Psikologi Belajar.Jakarta.PT Rineka Cipta.

Jaeng, Maxinus.2008. Model Pembelajaran Matematika Sekolah.Palu FKIP Universitas Tadulako.

---------------.2004a. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Sekolah dengan cara Perseorangan dan Kelompok Kecil. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: Progran Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

Muhsetyo,Gatot.2007.Pembelajaran Matematika SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Qamaria.2007. Perbedaan Hasil Belajar Antar Siswa Yang Mengikuti Pembelajaran Metode interaksi Multi Arah Dengan Metode Ekspositori Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas X SMA Negeri 5 Palu. Skripsi tidak diterbitkan.Palu FKIP UNTAD.

Sarinah,2006. Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VIIG SMP Negeri 2 Palu Dalam Menyelesaikan Soal Operasi Penjumlahan Dan Pegurangan Bilangn Bulat Dengan Garis Bilangan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad.Skripsi tidak diterbitkan. Palu.FKIP Universitas Tadulako.

Sudjana,Nana.1989. Penilaian Hasil Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sudwiyanto. 2007.Terampil Berhitung Matematika Kelas V SD.Jakarta: Erlangga

Yuliana.2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Struktural Sebagai Upaya Menuntaskan Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII B SMP Negeri 4 Sindue. Skripsi tidak diterbitkan.Palu: FKIP Universitas Tadulako.

77

Yusrida Makhdeleni,2000. Pembelajaran Koperatif Tipe TAI Dalam Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Matematika Siswa di SLTP. Tesis Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

78