BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

134
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau lobulus payudara. Kanker payudara merupakan masalah global dan isu kesehatan internasional yang penting. Kanker payudara adalah kanker ganas yang sering terjadi pada wanita di Negara maju dan nomor dua setelah kanker serviks di Negara berkembang, serta merupakan 29 % dari seluruh kanker yang diagnosa setiap tahun.(1) Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. (2) Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang (28,7%). (3) Kanker payudara di Indonesia menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia yaitu 16,85%. Penelitian yang dilakukan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau lobulus

payudara. Kanker payudara merupakan masalah global dan isu kesehatan

internasional yang penting. Kanker payudara adalah kanker ganas yang sering

terjadi pada wanita di Negara maju dan nomor dua setelah kanker serviks di

Negara berkembang, serta merupakan 29 % dari seluruh kanker yang diagnosa

setiap tahun.(1)

Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta

kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian

meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. (2)

Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer

(IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru

tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di

dunia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker

payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan. Berdasarkan data

Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker

tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang

(28,7%). (3)

Kanker payudara di Indonesia menempati urutan pertama pada pasien

rawat inap di seluruh RS di Indonesia yaitu 16,85%. Penelitian yang dilakukan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

2

oleh Muhamad tahun 2010-2011 di RSUP H.Adam Malik Medan terdapat 312

wanita yang menderita kanker payudara.(4)

Penderita kanker payudara di Aceh pada Periode 2010 berjumlah 574

orang, periode 2011 berjumlah 524 orang dan priode Januari s/d juni 2012

berjumlah 219 orang, dengan berbagai tingkat stadium. (5)

Data yang di peroleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue tahun

2012, terdapat 8 kasus kanker payudara, pada tahun 2013 s/d juni 2015 terdapat

13 kasus dan 11 kasus ditemukan sudah mencapai pada stadium lanjut (Stadium 2

dan 3). Dan satu orang meninggal dunia pada tahun 2012 sebelum mendapat

penanganan. (6)

Kanker payudara dapat dideteksi sedini mungkin dan bisa dilakukan

sendiri di rumah. Cukup beberapa menit, sebulan sekali, dengan melakukan

pemeriksaan payudara sendiri. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) dapat menjadi langkah awal mendeteksi kelainan pada payudara.

Lakukan SADARI secara rutin, yakni setiap bulan pada hari ke-1 s/d hari ke-

3setelah bersih menstruasi. SADARI bisa dilakukan perempuan sejak merasakan

adanya pertumbuhan payudara dengan tujuan untuk lebih membiasakan diri dalam

memeriksakan payudara sejak dini selain sebagai sarana deteksi dini kanker

payudara, karena dengan melakukan pemeriksaan dini, kanker payudara bisa

dicegah dari risiko yang lebih tinggi, serta dapat menurunkan angka kematian

penderita karena kanker yang ditemukan pada stadium awal akan memberikan

harapan hidup lebih lama. (7)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

3

Benjolan di payudara bukan berarti kanker. Sehingga untuk

memastikannya, setiap benjolan perlu diperiksa dengan seksama. Setiap kali

selesai haid, sebaiknya setiap perempuan melakukan pemeriksaan sendiri terhadap

payudara, untuk mengetahui adanya benjolan atau perubahan di payudara. Tak

perlu menunggu hingga timbul gejala untuk mulai melakukan deteksi dini.

Langkah penting yang dapat dilakukan setiap perempuan untuk menurunkan

risiko kematian akibat adanya kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi

dini. (8)

Menurut Sumary dalam Wardana (2012), minat masyarakat untuk

melakukan pemeriksaan SADARI masih sangat rendah, hal ini banyak

dipengaruhi oleh ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker payudara, sedangkan

pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun ekonomi. Selain masih

bayaknya anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada

rasa takut untuk melakukan SADARI. Adanya cerita yang disampaikan oleh

orang lain bahwa pemeriksaan SADARI tidak cukup berguna bagi mereka

apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, sehingga menimbulkan karaguan

untuk melakukan SADARI. (9)

Survey Yayasan Kesehatan Payudara, dalam Lenggogeni (2011), hal yang

menyebabkan kurangnya penanggulangan kanker payudara adalah rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang pencegahan kanker payudara. Penyebaran

informasi mengenai faktor resiko kanker payudara dan pemeriksaan dini payudara

kurang tersebar di masyarakat. Masih banyak wanita yang belum menyadari

pentingnya melakukan deteksi dini yaitu sebanyak 80% masyarakat tidak

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

4

mengerti akan pentingnya melakukan pemeriksaan dini payudara, hanya 11,5%

yang paham, sementara sisanya (8,5%) tidak tahu tentang pemeriksaan payudara.

Di Negara lain program-program deteksi dini kanker payudara telah banyak

dikembangkan. (10)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2012), tentang

pengetahuan wanita usia subur (WUS) untuk melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) di BPS Bd.K Tapos Depok, didapatkan hasil penelitian bahwa

pengetahuan wanita usia subur yang memiliki tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 62%, pengetahuan wanita usia subur berdasarkan usia dengan usia 20-

35 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 46%, pengetahuan wanita usia

subur berdasarkan paritas dengan paritas 2-4 dengan pengetahuan cukup sebanyak

34%, pengetahuan wanita usia subur berdasarkan pendidikan dengan pendidikan

dasar berpengetahuan cukup sebanyak 54%, pengetahuan wanita usia subur

berdasarkan sumber informasi dari media elektronik dengan pengetahuan cukup

sebanyak 44%. (11)

Penyuluhan pada setiap wanita diprioritaskan mengenai bagaimana dan

kapan melakukan pemeriksaan payudara mereka sendiri. Diperkirakan bahwa

hanya 25%-30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan

baik dan teratur setiap bulannya. Wanita yang lebih muda mungkin mempunyai

benjolan pada payudara mereka ternyata kesulitan dalam melakukan SADARI.

Bahkan wanita yang melakukan SADARI mungkin menunda untuk mencari

bantuan medis karena faktor ekonomi, kurang pendidikan, enggan untuk bertindak

jika terasa nyeri, faktor-faktor psikologi dan kesopanan. (9)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

5

RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Simeulue kelas C adalah satu-

satunya rumah sakit yang ada di Kabupaten Simeulue yang menjadi pusat rujukan

dari 12 Puskesmas yang ada di kabupaten simeulue. sehingga banyak penderita

kanker payudara yang berobat ke rumah sakit ini. (6)

Berdasarkan survei awal penulis di RSUD Simeulue Kabupaten Simeulue

terdapat 15 pasien yang menderita Kanker Payudara, 10 orang sudah dioperasi

dan menjalani Kemotrapi, 4 orang sedang menjalani perawatan di RSUD

Simeulue, dan 1 orang menjalani rawat jalan.Setiap penderita kanker payudara

yang berobat RSUD Simeulue mereka sudah pada stadium 2 dan 3 yang sulit

untuk di lakukan penyembuhan di RSUD Simeulue dengan peralatan medis yang

belum memadai dan juga dokter Onkologi yang tidak tersedia, Sehingga penderita

harus di rujuk keluar daerah Simeulue dan beberapa dari wanita penderita kanker

payudara yang saya jumpai dan wawancara sebelumnya mereka tidak ada satu

orang pun yang tahu cara dan manfaat melakukan tindakan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI). Padahal dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri

penyakit kanker payudara tersebut masih dapat dicegah untuk masuk ke stadium

lanjut atau stadium 2 dan stadium 3, dan juga pendidikan informan yang rata-rata

hanya tamat sekolah dasar (SD) serta kepercayaan terhadap pengobatan medis

masih rendah.

Berdasarkan latar belakang diatas, lamanya terdekteksi kanker payudara

memengaruhi keterlambatan pengobatan, beberapa hal yang memengaruhi

lamanya terdeteksi kanker payudara adalah akibat ketidaktahuan bahwa benjolan

yang ada di payudara informan dari selama ini bisa menyebabkan terjadinya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

6

kanker, informan tidak pernah memeriksakan diri ke petugas kesehatan sehingga

benjolan tersebut semakin membesar dan menjalar, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Keterlambatan Pengobatan pada Wanita Penderita Kanker Payudara di Rumah

Sakit Umum Daerah Simeulue tahun 2017”.

Masyarakat yang terkena penyakit datang ke pusat pelayanan kesehatan

sudah dalam stadium lanjut dikarenakan mereka tidak merasakan sakit (disease

but not illness). Masyarakat belum menjadikan kesehatan prioritas di dalam

hidupnya sehingga masyarakat lebih memilih memprioritaskan tugas-tugas yang

lebih penting daripada mengobati sakitnya karena kondisi sakit itu dianggap tidak

akan mengganggu kegiatan atau tugasnya sehari-hari. Perilaku atau usaha untuk

mengobati penyakitnya sendiri baru akan timbul apabila mereka diserang penyakit

dan merasakan sakit. Mereka mengobati penyakitnya berdasarkan pengalamannya

dengan obat-obatan dari warung atau memilih pengobatan tradisional. (12)

1.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan

penderita kanker payudara terlambat melakukan pengobatan secara medis di

Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue tahun 2017.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

7

1.3. Pernyataan Masalah

Salah satu permasalahan penyakit tidak menular yang muncul di

masyarakat ialah kanker, kanker masih menjadi momok menakutkan bagi

masyarakat Indonesia. Masyarakat masih mempersepsikan kanker sebagai

penyakit mematikan, tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat dicegah serta

memerlukan biaya pengobatan yang tinggi. Di sisi lain, informasi tentang kanker

dan pencegahannya masih minim, masih banyak persoalan dan hambatan yang

dihadapi dalam upaya penanganan dan pencegahan kanker seperti kurangnya

informasi tentang kanker kepada masyarakat, adanya persepsi masyarakat tentang

kanker yang tidak benar dan program pengendalian dan pencegahan kanker belum

menjadi prioritas utama di tiap - tiap daerah. (13)

Tumor ganas atau kanker dianggap sebagai pertumbuhan sel yang tidak

terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas disebut sebagai penyakit sel.

Tetapi kita juga menyadari bahwa pertumbuhan sel secara tidak terkendali

menyebabkan sel - sel tersebut membentuk massa yang kemudian menginfiltrasi

organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker juga dapat disebut penyakit

organ. (14) Sedangkan menurut Bustan (2000) kanker bukanlah satu penyakit,

tetapi beberapa penyakit dengan patogenesis, gambaran klinik dan penyebab yang

berbeda. Kanker di tandai dengan terjadinya pertumbuhan sel yang tidak normal.

Sel-sel kanker tumbuh dengan tanpa terkontrol dan tanpa tujuan yang

jelas.Pertumbuhan ini akan mendesak dan merusak pertumbuhan sel - sel normal.

Berbagai jenis kanker yang umum dijumpai di negara kita adalah kanker leher

rahim, kanker payudara, kanker paru, kanker kulit dan kanker nasofaring.(15)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

8

Sedangkan Manuaba (2010) menambahkan bahwa di Indonesia kanker payudara

diperkirakan dalam waktu singkat akan menjadi kanker dengan insiden tertinggi

pada wanita. Hal ini disebabkan karena di negara kita, kebanyakan kasus kanker

ditemukan pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan. (16)

Ristarolas (2009) menyatakan kanker payudara adalah kanker yang

menyerang jaringan payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara

yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan

jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak

secara tidak terkendali. (17)

Pada tahun 2005 kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia

dengan insiden relatif tinggi, yaitu dari 600.000 kasus kanker payudara setiap

tahunnya. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang mayoritas terjadi pada

wanita, dengan perbandingan laki - laki dan wanita 1:100. Di Amerika lebih dari

212.000 wanita di diagnosa kanker payudara setiap tahun, dan sekitar 41.000 dari

kasus tersebut meninggal setiap tahunnya. (18)

1.4. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang memengaruhi

keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita di RSUD Simeulue tahun

2017 yaitu pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercaayan terhadap pengobatan,

dan fasilitas kesehatan. Permasalahan ini juga dipengaruhi oleh, tidak tersedianya

alat penunjang pemeriksaan kanker payudara dan tidak adanya dokter onkology di

RSUD Simeulue.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

9

Pada survei awal peneliti mengadakan pengamatan terhadap wanita

penderita kanker payudara di ruang rawat inap, poli bedah dan penderita yang

tidak mau lagi dirawat di RSUD Simeulue. Untuk mengetahui apakah ada

penderita yang bisa menjadi informan dan bisa diwawancarai, dari hasil survei

awal didapatkan bahwa para penderita bisa diwawancarai dan memberikan respon

yang positif dengan menjawab beberapa pertanyaan peneliti. Setelah mengadakan

survei awal, peneliti memutuskan bahwa penelitian dapat dilakukan. Peneliti

diperbolehkan oleh pihak RSUD Simeulue untuk mengadakan penelitian di ruang

rawat inap dan rawat jalan.

Informan pertama pekerjaan PNS dan suami seorang wiraswasta, alamat

desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

Informan pertama diasuh oleh neneknya karena ibunya meninggal dunia pada saat

melahirkan adiknya dengan persalinan Plasenta Previa, status ekonomi keluarga

rendah, informan pertama tidak suka makan nasi, makanan sehari-hari adalah mie

instant sampai dewasa. Sebelum didiagnosa menderita kanker hampir setiap

malam suka makan ikan asin, memasak selalu menggunakan penyedap, sering

makan makanan bantuan yang siap saji (ikan kaleng, mie dalam kemasan, dll)

pada saat tsunami dari NGO (Non Govermental Organization). Suami informan

pertama perokok berat, merokok dirumah dan dikamar tidur . Informan pertama

memiliki tingkat pendidikan yang kurang sejak kecil sehinggga tidak tahu

memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi, sehingga informan pertama

menganggap mie instant itu sebagai makanan pokoknya, informan pertama

menikah umur 20 tahun, umur 21 tahun ibu SW melahirkan anak pertamanya 3

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

10

bulan setelah melahirkan informan pertama memakai kontrasepsi suntikan yang 3

bulan, selama 4 tahun dan informan pertama hamil kembali pada umur 26 tahun,

umur 27 tahun melahirkan yang ke 2 dan umur 40 hari setelah persalinan

informan pertama menggunakan kontrasepsi oral selama 4 tahun ( terkadang

berganti dengan kontrasepsi suntikan) pada umur informan pertama 28 tahun

terasa ada benjolan kecil pada payudara sebelah kanan namun tidak terasa sakit

tetapi informan pertama tidak menghiraukannnya karena tidak menimbulkan

gangguan, sehingga pada suatu saat informan pertama merasa benjolan semakin

besar, berdenyut dan menggeluarkan cairan yang tidak berwarna dari sekitar

puting susu, pada saat itu informan pertama sudah tidak menyusui lagi dan

informan pertama sudah sering mengalami demam panas tinggi dan sakit kepala

berat, kemudian informan pertama berobat kebidan tanpa memberitahukan ada

benjolan di payudaranya, setelah obat diberikan oleh bidan habis dikonsumsi,

informan pertama kembali demam dan berobat kembali pada bidan yang sama,

bidan tersebut mengganjurkan agar informan pertama berobat ke puskesmas atau

ke dokter karena demam informan pertama kembali kambuh bila habis

mengkonsumsi obat dan demamnya pun berulang-ulang sehingga pada saat itu

dokter menganjurkan dan membuat rujukan agar informan pertama berobat

kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lengkap, dokter dirumah sakit setelah

memeriksa informan pertama dengan seksama dan setelah membaca hasil lab dan

dokter menyatakan diagnosa sementara , informan pertama diduga terkena Ca

Mammae dan Dokter tersebut langsung menyampaikan kepada suami informan

pertamabahwasanya RSUD Kab.Simeulue belum lengkap alat-alat yang bisa

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

11

mendeteksi Ca Mammae salah satunya alat mammografidan dokter spesialis di

RSUD Kab.Simeulue hanya dokter spesialis bedah, dokter spesialis kandungan,

dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam. informan pertama harus

dirujuk keluar daerah untuk kelanjutan pemeriksaannya dan pengobatan secara

tuntas, namun informan pertama tersebut tidak langsung berobat keluar daerah

tetapi mengikuti saran keluarganya untuk menggunakan obat tradisional terlebih

dahulu menunggu ada biaya untuk pengobatan selanjutnya ke Rumah Sakit

rujukan.

Informan kedua seorang ibu rumah tangga dan suaminya seorang

wiraswasta, alamat desa Labuan Bakti, umur 44 tahun paritas G3 P2 A0, dan

diagnosa Ca Mammae. Pada saat penulis menemui informan kedua dengan ikhlas

mau menceritakan kepada penulis tentang kronologis penyakit dan pengobatan

informan kedua sebagai penderita Ca Mammae yang sudah mulai membaik

setelah menjalani operasi pengangkatan payudaranya di Rumah Sakit Zainal

Abidin Banda Aceh pada tahun 2015. Dimulai dari wawancaranya pertama

dengan dokter yang menangani informan kedua, diminta keterangan yang

berkaitan dengan psikis dan keadaan rumah tangganya. Informan kedua dengan

sangat keberatan menceritakan kepada dokter dan perawat disaat mereka

menanyakan bagaimana awalnya kejadian terjadinya Ca Mammae yang

dideritanya, yang kemungkinan ada kaitannya dengan psikis informan, namun

informan kedua jujur menyampaikan bahwa dia menyembunyikan keadaan rumah

tangganya yang sudah cekcok (sudah tidak harmonis lagi dengan suaminya,

dikarnakan suaminya berselingkuh dan sudah tidak peduli lagi dengan kebutuhan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

12

keluarganya serta tidak peduli lagi dengan anak-anaknya), suaminya juga seorang

perokok berat bila ada dirumah tanpa mempedulikan orang disekitarnya merokok

sembarangan bahkan dikamar tidur dengan jendela dan pintu tertutup, informan

kedua sering memendam perasaannya bahkan pada orangtua sendiri tidak mau

menyampaikan penderitaan yang dirasakannya selama ini, dan juga ibu tersebut

memakai alat kontrasepsi suntikan dan alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu

panjang (7 tahun).

Informan ketiga, alamat desa malasin, berumur 43 tahun, G4 P4 A0 dan

didiagnosa menderita Ca mamae. Informan ketiga seorang PNS (Pegawai Negeri

Sipil) bekerja di puskesmas serta menolong persalian di luar jam kerja dan suami

seorang wiraswasta, informan ketiga tersebut pada saat menyusui sering tidak

tepat waktu sehingga payudaranya membengkak dan mengeras bahkan

menyebabkan demam pada informan ketiga tersebut, ini berlangsung lama selama

informan ketiga menyusui. Dokter menyampaikan kepada informan ketiga bahwa

tidak lancarnya ASI (Air Susu Ibu) tersebut juga bisa menjadi salah satu penyebab

terjadinya Ca Mammae, informan ketiga memiliki riwayat suka mengonsumsi

makanan siap saji, selalu memakai penyedap, dan informan ketiga seorang

pengguna alat kontrasepsi suntikan yang selama 4 tahun jarak kelahiran anak

pertama dan kedua. Setelah lahir anak kedua informan ketiga memakai alat

kontrasepsi suntikan selama 3 tahun, ibu kandung dari informan ketiga memiliki

riwayat penyakit Ca Mammae.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

13

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan

pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUD Kabupaten

Simeulue tahun 2017.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

1) Sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang

memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara.

2) Sebagai sarana pengetahuan bagi peneliti dan tenaga akademik dalam

pengembangan ilmu

1.6.2 Manfaat Praktis

1) Sebagai informasi bagi dinas kesehatan sehingga dapat melakukan intervensi

agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita.

2) Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga

dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker

payudara.

3) Sebagai bahan informasi bagi RSUD Kabupaten Simeulue untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu:

(1) Arlyana Hikmanti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan

Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara”. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional dengan

pendekatan cross sectional. Alat ukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian

tidak ada hubungan antara Pengetahuan, Pekerjaan, Rasa takut, dukungan

keluarga, Jaminan kesehatan, Biaya transportasi pengobatan, berobat selain RS,

Riwayat keluarga, Pendidikan dengan keterlambatan pengobatan kanker

payudara, dan tidak ada faktor yang signifikan mempengaruhi keterlambatan

pengobatan kanker payudara.(19)

(2) Ristarolas Tiolena H“ Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan

Pengobatan Kepada Penderita Kanker Payudara RSUD H.Adam Malik

2008” Metode penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth

interview). Hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan mempengaruhi 2 faktor yaitu : yaitu faktor

predisposisi (predisposing factor) dan faktor permungkin (enabling

factor). faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informan rendah, sikap

informan kurang merespon terhadap penyakitnya. faktor permungkin

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

15

(enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu

fasilitas pengobatan di tempat pengobatan tidak lengkap. (17)

(3) Novita Kunti Wijayanti, “Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Penderita

Kanker Payudara Dalam Memeriksakan Diri Ke Pelayanan Kesehatan 2011

(Studi Kasus Di Rsd Dr. Soebandi Jember)“. Metode penelitian analitik survei

dengan pendekatan case control. Dilakukan di RSD Dr. Soebandi Jember. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keterlambatan

penderita kanker payudara dalam memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan

adalah variabel tingkat pengetahuan tentang kanker payudara (p=0,001 untuk

kategori ketepatan tinggi), rasa sakit atau nyeri yang dirasakan (p=0,069 untuk

kategori ketepatan tinggi), , rasa malu dalam memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan (p=0,009 untuk kategori ketepatan tinggi), dan gangguan gejala

terhadap pekerjaan dan kehidupan (p=0,011 untuk kategori ketepatan tinggi). (20)

(4) Nurul Fajri Muzakkir, “Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan

pengobatan pada pasien carcinoma mammae dirumah sakit umum daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014’’. Metode penelitian menggunakan

deskriptif explorative dan desain cross sectional study. Hasil penelitian

menunjukan vahwa keterlambatan pengobatan pada pasien dengan subvariabel

keterlambatan pasien berada pada kategori tingg (78,16%), keterlambatan

penyedia layanan kesehatan berada pada kategori rendah (54,02%), dan

keterlambatan dalam menerima pengobatan berada pada kategori rendah

(63,21%). (21)

(5) Ria Anggraeni, Rusli Ngatimin dan Arsunan Arsin, ‘Deteksi Dini Pada Penderita

Kanker Payudara Stadium Lanjut Di Rsud Labuang Baji (Makassar)’’. Metode

penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

16

rancangan retrospektif. Hasil penelitian ini bahwa deteksi dini penderita kanker

payudara stadium lanjut terbatas pada penemuan gejala dan pengetahuan tentang

faktor resiko. (22)

2.2. Kanker Payudara

2.2.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara. Kanker

payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus.

Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi

abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali.

Menurut Sutjipto, kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas

akibat tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa

berasal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan

saraf. (23)

2.2.2 Penyebab Kanker Payudara

Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatkan penyebab kanker

payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk

multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa

faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker

payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat

eksogen. (17)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

17

2.2.3 Faktor Resiko Kanker Payudara

Dalam Mediasta (2012) terdapat faktor risiko yang diperkirakan

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, diantaranya:

1) Umur

Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan umur dengan kejadian

kanker payudara. Wanita usia ≤ 50 tahun memiliki risiko 5,8 kali untuk menderita

kanker payudara dibandingkan dengan wanita usia > 50 tahun (Rianti, 2012).

Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko menderita kanker

payudara 2 kali lebih tinggi dan risiko terus meningkat sampai umur 60 tahun ke

atas. (24)

2) Riwayat Tumor Jinak Pada Payudara

Wanita yang pernah menjalani biopsi menunjukkan suatu pertumbuhan

berlebih dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus, sehingga memiliki

peningkatan risiko penyakit kanker payudara, terutama jika sel- sel yang abnormal

muncul. Wanita dengan riwayat tumor jinak pada payudara memiliki risiko

terkena kanker payudara13,7 kali dibandingkan wanita tidak ada riwayat tumor

jinak.(24)

3) Riwayat Usia Melahirkan Anak Pertama >30 Tahun

Periode diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi

ketidakseimbangan hormon dan membuat jaringan payudara sangat peka,

sehingga menjadi permulaan dari perkembangan kanker payudara. Wanita yang

mempunyai riwayat melahirkan anak pertama pada usia >30 tahun mempunyai

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

18

risiko terkena kanker payudara 5 kali dibandingkan wanita dengan riwayat

melahirkan anak pertama pada usia ≤ 30 tahun.(24)

4) Riwayat Kanker Payudara Pada Keluarga

Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan

dengan gentertentu, apabila terdapat BRCA 1(breast cancer) yaitu suatu gen

kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadinya kanker

payudara sebesar 60 % pada usia 50 tahun dan 85 % pada umur 70 tahun (Chyntia

dalam Sari, 2013). Wanita dengan riwayat keluarga pernah menderita kanker

payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 5,7 kali dibandingkan wanita

yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara (Mediasta, 2012).

Wanita dengan satu orang dari keluarga menderita kanker payudara mempunyai

risiko 2 kali menderita kanker payudara, dan wanita yang terdapat 2 orang

menderita kanker payudara mempunyai risiko 14 kali menderita kanker payudara.

(24)

5) Riwayat Kanker Ovarium Pada Keluarga

Wanita dengan riwayat kanker ovarium pada keluarga memiliki risiko

terkena kanker payudara 5,3 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki

keluarga dengan riwayat kanker ovarium. (25)

6) Riwayat Obesitas

Studi penelitian dari Breast Cancer Research menunjukkan bahwa

obesitas pada perempuan menentukan laju pertumbuhan sel kanker dan ukuran

suatu tumor. Hal ini disebabkan oleh kepadatan dari sel-sel lemak untuk estrogen

yang mendorong produksi dari hormon yang disebut leptin. Wanita yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

19

memiliki riwayat IMT >25 berisiko terkena kanker payudara 2,4 kali

dibandingkan wanita yang memiliki IMT ≤ 25. (25)

7) Nullipara

Wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan dan persalinan berisiko 9

kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang pernah

mengalami kehamilan dan persalinan. (26)

8) Tidak menyusui anak/menyusui anak dalam waktu yang singkat Pada masa

menyusui, hormon gonadotrofik (luteotrofin atau prolaktin) menekan sekresi

luteinising hormon yang memproduksi estrogen, sehingga kadar estrogen ibu

mengalami penurunan. Semakin singkat riwayat lama menyusui akan semakin

meningkat risiko untuk menderita kanker payudara. Wanita yang menyusui

bayinya <5 bulan memiliki risiko sebesar 3,9 kali dibandingkan wanita yang

menyusui bayinya >24 bulan dan wanita dengan lama menyusui antara 5-12

bulan memiliki risiko menderita kanker payudara sebesar 2,1 dibandingkan

wanita yang menyusui bayinya >24 bulan.(25)

9) Usia Menstruasi Pertama(Menarche)< 12 Tahun

Wanita yang mendapatkan menarche pada usia yang sangat dini (< 12

tahun) akan mengalami keterlambatan menopause (>55 tahun). Hal ini akan

berdampak terpapar estrogen dalam waktu yang relatif panjang. Penelitian

menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menstruasi pertama pada usia <

12tahun berisiko 6 kali lipat untuk menderita kanker payudata dibandingkan

wanita yang mengalami menstruasi usia >12 tahun.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

20

10) Penggunaan Kontrasepsi Oral/Pil KB

Semakin lama pemakaian kontrasepsi hormonal juga berisiko untuk

terkena kanker payudara karena dapat memberikan pemaparan yang lebih tinggi

bagi tubuh terhadap estrogen. Wanita yang mengunakan kontrasepsi hormonal >10

tahun memiliki risiko kanker payudara 4,2 kali dibandingkan wanita yang tidak

menggunakan kontrasepsi hormonal. (25)

11) Pola konsumsi makanan berlemak

Wanita dengan frekuensi tinggi dalam mengonsumsi makanan berlemak

tinggi memiliki risiko terkena kanker payudara 3,5 kali dibandingkan wanita

dengan frekuensi rendah dalam mengonsumsi makanan berlemak. (25)

12) Kurang aktivitas fisik Wanita yang berolahraga < 4 jam/minggu memiliki

risiko 4,6 kali menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang

melakukan olahraga ≥ 4 jam/minggu. (25)

13) Perokok Pasif

Berdasarkan data dari Badan perlindungan Lingkungan Californiadan US

Surgeon General (2006) mempublikasikan meta analisis dan menunjukkan adanya

peningkatan sebanyak 60% - 70% risiko kanker payudara di kalangan wanita pre-

menopause perokok pasif dalam jangka waktu lama. Penelitian juga menunjukkan

bahwa wanita perokok pasif memiliki risiko 2,4 kali dibandingkan wanita yang

bukan perokok pasif. (25)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

21

2.2.4 Gejala Kanker Payudara

Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang

terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri.

Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan

akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara

atau puting susu. Berikut merupakan gejala kanker payudara, (27) yaitu:

1) Benjolan pada payudara yang berubah bentuk atau ukuran.

2) Kulit payudara berubah warna (dari merah muda menjadi coklat hingga seperti

kulit jeruk).

3) Puting susu masuk ke dalam (retraksi). Bila tumor sudah besar, salah satu

puting susu tiba-tiba lepas atau hilang.

4) Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang timbul.

5) Kulit payudara terasa seperti terbakar.

6) Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, tanpa menyusui.

7) Adanya borok (ulkus). Ulkus akan semakin membesar dan mendalam

sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.

8) Payudara sering berbau dan mudah berdarah.

2.2.5 Pencegahan Kanker Payudara

Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok

besar, begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain

berupa:

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

22

1) Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk

promosi kesehatan agar orang hidup sehat melalui upaya menghindarkan diri

dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer ini juga bisa

berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan

secara rutin sehingga memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara. (27)

2) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu. Pencegahan sekunder

dilakukan dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan

mammografi. (27)

3) Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif

menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara

sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan

memperpanjang harapan hidup. (27)

2.2.6 Stadium Kanker Payudara

American Joint Committee on Cancer (2002) dalam Sani (2003)

mengklasifikasikan stadium kanker payudara berdasarkan sistem TNM sebagai

berikut: (28)

1) Tumor Primer ( T )

a) TX : Tumor primer tidak dapat diduga

b) T0 : Tumor primer tidak di jumpai

c) Tis : Karsinoma insitu

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

23

d) T1 : Tumor ≤ 2cm

e) T1a : Tumor ≤ 0,5 cm

f) T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm

g) T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm

h) T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm

i) T3 : Tumor > 5cm

j) T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan

kulit

k) T4a : Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis

l) T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau

satelit nodul pada kulit

m) T4c : Gabungan T4a dan T4b

n) T4d : Karsinoma Inflamasi

2) Kelenjar Getah Bening Regional ( N ) Klinis

a) NX : KGB regiona l tidak bisa di duga

b) N0 : Tidak ada metastasis KGB regional

c) N1 : Dijumpai metastasis KGB aksila ipsilateral, mobile

d) N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak

KGB mamari interna ipsilateral dengan tidak adanya metastasis KGB aksila

e) N2a : Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke

struktur sekitarnya

f) N2b : Secara klinis metastasis hanya dijumpai pada KGB mamari Interna

ipsilateral dan tidak dijumpai metastasis KGB aksila secara klinis

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

24

g) N3 : Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa

keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari interna

ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastasis KGB aksila atau

adanya metastasis KGB supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa

keterlibatan KGB aksila atau mamari interna .

h) N3a : Metastasis KGB infaraklavikular ipsilateral

i) N3b : Metastasis pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila

j) N3c : Metastasis pada KGB supraklavikular ipsilateral

3) Metastasis Jauh ( M )

a) M X : Metastasis jauh tidak dapat dibuktikan

b) M0 : Tidak dijumpai metastasis jauh

c) M1 : Dijumpai metastasis jauh

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara

Stadium T N M

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II A T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium II B T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium III A T0 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium III B T4 N1 M0

T4 N2 M0

T4 N0 M0

Stadium III C Semua T N3 M0

Stadium IV Semua T Semua N M1

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

25

Portman dalam Tjindarbumi (2002) membagi stadium kanker payudara

yang disesuaikan dengan aplikasi klinik sebagai berikut :

(1) Stadium I

Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada

fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm.

Kelenjar getah bening regional belum teraba.

(2) Stadium II

Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu

atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan

diameter < 2 cm.

(3) Stadium III A

Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di

jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.

(4) Stadium III B

Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau

dinding dada, kulit merah dan ada oedema (> 1/3 permukaan kulit payudara),

ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama

lain atau terhadap jaringan sekitarny. Diameter > 2,5 cm, belum ada metastasis

jauh.

(5) Stadium IV

Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai

dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya. Menurut

Karnadihardja (1987) stadium kanker terbagi menjadi 2 yaitu :

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

26

(6) Stadium dini yaitu stadium I dan II

(7) Stadium lanjut yaitu stadium III dan IV. (28, 29)

Menurut Hack (1994) dalam Pane (2002), ketahanan hidup tergantung dari

adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya

metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut

Hawari (2004), angka-angka statitistik menunjukkan bahwa para penderita kanker

usianya tidak lebih dari lima tahun untuk bertahan (five years survival rate).

Karnadihardja (1987 menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka

ketahanan hidup lima tahun sebesar 16%-22% dan 1%-5% dalam 10 tahun.(17)

Karnadihardja (1987) membagi ketahanan hidup lima tahun menurut

tingkat pertumbuhan tumor sebagai berikut:

(1) Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85%

(2) Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65%

(3) Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40%

(4) Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10%. (17)

2.2.7 Prevensi Kanker payudara

Menurut Sukardja (2000), prevensi adalah suatu usaha untuk mencegah

timbulnya kanker atau kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker

itu. Sukardja (2000) menyatakan ada 2 macam prevensi kanker yaitu: (17)

1) Prevensi primer

Prevensi primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker

dengan menghilangkan dan atau melindungi tubuh dari kontak dengan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

27

karsinogen dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker. Menurut

Dalimartha (2004) prevensi primer terdiri dari :

a) Penggunaan obat-obatan hormonal harus dengan sepengetahuan dokter.

b) wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang

berhubungan jangan menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung

hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.

c) Memberikan ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi resiko

terkena kanker payudara. Hal ini disebabkan selama proses menyusui, tubuh

akan memproduksi hormon oksitoksin yang dapat mengurangi produksi

hormon estrogen. Hormon estrogsen dianggap memegang peranan penting

dalam perkembangan sel kanker payudara.

d) Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan segar,

kedelai beserta produk olahannya seperti susu kedelai, tahu, tempe karena

mengandung fitoestrogen bernama genistein yang dapat menurunkan resiko

kanker payudara.

e) Menghindari memakan makanan berkadar lemak tinggi.

2) prevensi sekunder

Prevensi sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan

lebih lanjut karena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta

pengobatan dengan segera. Pada stadium dini kerusakan yang ditimbulkan oleh

kanker ini masih kecil sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan

penderita dapat dibebaskan dari cengkraman dan dapat hidup dengan normal.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

28

2.2.8 Deteksi Dini Kanker Payudara

Terbukti 95% wanita yang

terdiagnosispadatahapawalkankerpayudaradapatbertahanhiduplebihdari lima

tahunsetelahterdiagnosissehinggabanyakdokter yang merekomendasikan agar

parawanitamenjalaniSADARI (periksapayudarasendiri – saatmenstruasi –

padaharike 7 sampaidenganharike 10 setelahharipertamahaid) di

rumahsecararutindanmenyarankandilakukannyapemeriksaanrutintahunanuntukme

ndeteksibenjolanpadapayudara.

Pemeriksaanpayudarasendiridapatdilakukanpadausia 20 tahunataulebih.

Bagiwanitausialebihdari 30

tahundapatmelakukanpemeriksaanpayudarasendirimaupunkebidanataudokteruntu

ksetiaptahunnya. (30)

1) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Pemeriksaanpayudaradapatdilakukandenganmelihatperubahan di

hadapancermindanmelihatperubahanbentukpayudaradengancaraberbaring. (2, 30)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

29

Gambar 2.1 Cara Melakukan SADARI

2) Pemeriksaan mamografi

Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan alat khusus.

Teknik sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras. Pada cara ini kanker

payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat dideteksi bahkan cara ini dapat dipergunakan

sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko tinggi walaupun tumornya

tidak teraba. Apabila pada SADARI atau pemeriksaan SADARI ditemukan

benjolan pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan mamografi.

Pemeriksaan mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan patologik : sitologi

biopsi aspirasi ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis mamografi lebih kurang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

30

80%. Indikasi lain mamografi adalah para wanita golongan risiko dengan keluhan

bahwa dari puting susu keluar cairan coklat atau campur darah. (31)

2.2.9 Pengobatan Kanker Payudara

Yulianti Soleha (2012) mengemukakan cara pengobatan kanker payudara

adalah dengan melakukan terapi:

1) Terapi Lokal

Terapi lokal ini sendiri terdiri atas dua, yaitu terapi dengan cara operatif dan

juga terapi secara radiasi. Terapi operatif adalah terapi dengan cara pengangkatan

kanker secara keseluruhan namun terapi radiasi adalah penggunakan sinar sebagai

media untuk menghancurkan sel kanker. Namun cara radiasi terkadang masih bisa

meloloskan sel-sel kanker. Sehingga tidak efektif terhadap penyembuhannya. (29,

31)

1) Kemoterapi

Kemoterapi kini menjadi pilihan bagi kebanyakan penderita kanker,

karena terapi ini sama seperti dengan orang yang dirawat inap dirumah sakit.

Infuse menjadi media untuk memasukkan obat secara keseluruhan kedalam tubuh

melalui darah. Kemoterapi merupakan program lanjutan setelah dilakukan

operasi. Bila operasi menganggat, namun kemoterapi adalah mengontrol sel-sel

kanker.(17, 29, 31)

2) Terapi hormonal

Terapi ini dipergunakan untuk secara tidak langsung mengusir sel-sel

kanker yang dibuat tidak nyaman.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

31

3) Prevensi Tersier

Prevensi tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi

kanker. Komplikasi apa yang akan timbul dapat diantisipasi kalau kita mengetahui

jenis kanker itu, patologinya serta epidemiologinya.(17, 29, 31)

2.2.10 Keterlambatan Pengobatan

Keterlambatan pengobatan adalah penderita kanker payudara datang untuk

mendapatkan pengobatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah parah sehingga

tindakan tidak dapat dilakukan (inoperable). Menurut Sukardja (2002)

keterlambatan pengelolaan kanker dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu: (17)

1) Kelambatan Penderita Antara Lain, Karena:

(1) Penderita stadium dini umumnya merasa :

(a) tidak sakit

(b) tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberapa lama,

bulanan atau tahunan, sampai penyakitnya tidak tertahan lagi

(2) Kurang memperhatikan diri sendiri

Penderita baru mengetahui adanya tumor dalam tubuhnya sendiri sesudah

tumor itu besar atau sudah menimbulkan keluhan.

(3) Tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker

Tidak terpikir olehnya lesi yang kelihatannya ringan itu adalah suatu kanker

yang sangat berbahaya.

(4) Ada rasa takut

(a) Takut diketahui penyakitnya itu kanker

(b) Takut ke dokter

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

32

(c) Takut operasi

(d) Takut penyakitnya lebih cepat menyebar

(e) Takut sakit

(5) Tidak mempunyai biaya

(6) Keluarga tidak mengijinkan ke dokter

(7) Rumahnya jauh dari dokter

2) Keterlambatan Dokter

Keterlambatan dokter dapat disebabkan oleh:

(1) Tidak memikirkan keluhan penderita mungkin disebabkan oleh suatu kanker.

Keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker dan diobati

beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas

(2) Enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita.

(3) Belum “cancer minded”, yaitu berpikir ke arah kanker

3) kelambatan rumah sakit

Kelambatan rumah sakit dapat disebabkan oleh:

(1) kurang tempat pemondokan di rumah sakit

(2) kurang sarana diagnostik dan terapi

(3) kurang tenaga ahli onkologi

Menurut Hawarri (2004) ada 3 faktor menyebabkan keterlambatan

pengobatan kanker payudara yang terletak pada diri penderita yaitu : (17)

(a) faktor sosial ekonomi (biaya operasi mahal)

(b) faktor pendidikan (ketidaktahuan/ ignorancy)

(c) faktor psikologi.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

33

2.3. Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada

Wanita Penderita Kanker Payudara

2.3.1 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagianbesarpengetahuanmanusiadiperolehmelaluimatadantelinga.Pengetahuana

taukognitifmerupakan domain yang

sangatpentinguntukterbentuknyatindakanseseorang (overt behavior). (33)

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal

dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.

Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seseorang

berprilaku sesuai keyakinan tersebut. (33)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang

tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu. (34)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

34

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: (33)

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.

Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,

menyebutkan contoh dan lain-lain.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

35

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat

merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian

terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. (33)

2.3.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan

terhadap suatu objek dengan cara yeng menunjukkan rasa suka atau tidak suka

terhadap objek tersebut. (12, 35)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007),

sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas

akan tetapi merupakan suatu predisposisi untuk terjadinya suatu prilaku. (12, 35)

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai tiga

komponen pokok yaitu a) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

36

objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c)

Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Sikap yang terbentuk memiliki empat tingkatan, yaitu : menerima

(receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan tanggung jawab

(responsible), menerima (recoiving), diartikan bahwa objek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespon berarti memberi

jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan,

karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan berarti dia menerima ide tersebut. Menghargai ( valuing) berarti

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan ini kepada orang lain

dan bertanggung jawab (responsible) merupakan sikap menerima segala reseko

yang terjadi terhadap keputusan yang telah dipilih. (12, 35)

Sikapmerupakankondisi yang

konstankarenamerupakankumpulandaripemikiran, keyakinandanpengetahuan.

Proses belajarmengacupadapembentukansikap yang

beradaptasidenganlingkungansekitarnya.

Remajalebihmudahdipengaruhiolehperiubahanlingkunganhidup, social

danbudayakarenamasaremajaadalahmasapencarianjatidiri yang

diterimaolehkelompoknya.Remajamendapatbanyaktekanandarikelompoknyauntuk

dapatditerimadalamkelompoknya.Seringkalisikapremajatidakmenyadaribahwasika

pberusahaditerimalingkunganbisamembuatnyaterpaparpadaperilakuberesiko. (12,

35)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

37

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Ada tiga aliran yang sudah amat populer yang mempengaruhi

perkembangan perilaku yaitu sebagai berikut :

(1) Nativisme

Nativisme dipelopori oleh Schopen houer yang berpendapat bahwa

perilaku manusia itu sudah dibawa atau ditentukan sejak lahir. Sehingga

lingkungan tidak mempunyai peran atau kekuatan apa pun dalam

membentuk perilaku. Perilaku baik ataupun perilaku buruk seseorang

adalah memang sudah terbentuk atau dibawa dari lahir (bawaan). (12, 35)

(2) Empirisme

Empirisme dipelopori oleh Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh

John Locke berpendapat bahwa manusia lahir adalah dalam keadaan

kosong seperti meja lilin atau kertas lilin (tabularasa). Kertas atau meja

lilin ini akan terisi dan berwarna warni oleh karena lingkungannya. Itulah

perilaku manusia, dalam aliran ini pengalaman sangat dominan dalam

membentuk perilaku manusia, karena pengalaman indra ini yang akan

menggores atau mewarnai kertas lilin yang putih, yakni menyebabkan

kebeeragaman perilaku anak atau manusia. (12, 35)

(3) Naturalisme

Naturalisme dipelopori oleh Jan Jack Rousseau, ia berberpendapat

bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan baik, tetapi menjadi

tidak baik karena lingkungannya. Naturalisme hampir sama dengan

nativisme, karena mendasarkan pada konsep lahir. Perbedaanya aliran

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

38

nativisme konsep lahir itu bisa baik dan bisa juga tidak baik atau jelek.

Apabila dilahirkan baik akan berkembang menjadi baik, tetapi kalu

dilahirkan tidak baik, juga berkembang tidak baik. Tetapi pada naturalisme

berpendapat bahwa anak dilahirkan dalam keadaan yang baik saja.

Akhirnya menjadi tetap baik atau bisa menjadi tidak baik karena

lingkungan. Naturalisme mengatakan tidak ada seorang pun yang terlahir

dengan pembawaan buruk. Anak menjadi buruk karena

lingkungan,lingkunganlah yang menyebabkan manusia menjadi buruk atau

tidak baik. Oleh sebab itu naturalisme disebut juga negativisme, karena

lingkungan termasuk pendidikan berpengaruh negative. Lingkungan yang

menyebabkan anak yang dilahirkan baik, akhirnya tumbuh menjadi anak

atau orang yang tidak baik.(12, 35)

Keterangan-keterangan tersebut di simpul kan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan perilaku itu intinya ada dua : Faktor

intern yaitu Faktor-faktor yang datangnya dari dalam diri anak baik

keturunan, bakat, pembawaan, sangat mempengaruhi dan merubah

perilaku anak. Dan jika orang tua mempunyai sifat-sifat baik fisik ataupun

mental psikologis, sedikit banyak akan terwariskan kepada anak. (12, 35)

Faktor ekstern yaitu faktor yang datang dari luar diri anak seperti

faktor lingkungan (orang tua/keluarga, sekolah, masyarakat dan teman-

teman bermain) yang juga akan mempengaruhi kepribadian danperilaku

anak.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

39

2) Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan

faktor dukungan (support) dari pihak lain. (12, 35)

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan dari yaitu:

(1) Persepsi (perception)

Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

(2) Respon terpimpin (guided response)

Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan contoh.

(3) Mekanisme (mechanism)

Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.

(4) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi

kebenaran dari tindakan tersebut. (12, 35)

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan

langsung. Secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

40

yang sudah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Pengukuran secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden. (12, 35)

2.3.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah fenomena antropologis yang usianya

hampir setua dengan sejarah manusia itu sendiri. Mengacu pendapat Niccolo

Machiavelli memahami pengertian pendidikan dalam kerangka proses

penyempurnaan diri manusia secara terus menerus. Ini terjadi karena secara

kodrati manusia memiliki kekurangan dan ketidak lengkapan. Baginya, intervensi

manusiawi melalui pendidikan merupakan salah satu cara bagi manusia untuk

melengkapi apa yang kurang dari kodratnya pendidikan dapat melengkapi ketidak

sempurnaan dalam kodrat alamiah kita. (36, 37)

2.3.4 Kepercayaan Terhadap Pengobatan

Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk

penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu

kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah mikroorganisme,

kemudian diberi obat dan obat tersebut dapat mematikan

mikroorganismepenyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua

penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. (38,39)Terkadang mereka

menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang

mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.

Beberapa faktor mengapa masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif

atau tradisional sebagai pengobatan untuk menyembuhkan penyakit :

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

41

1) Faktor Sosial : dimana faktor ini melibatkan interaksi sosial yang kemudian

diberikan sugesti-sugesti atau suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang

sehingga masyarakat tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa

harus berpikir lama. (38,39)

2) Faktor ekonomi : faktor ini sangat berperan besar dalam penerimaan atau

penolakan suatu pengobatan karna faktor ini sebagai pemerkuat presepsi

masyarakat bahwa pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga, biaya,

dan waktu. (40)

3) Faktor budaya : budaya merupakan suatu pikiran, adat-istidadat, kepercayaan,

yang menjadi kebiasaan masyarakat. Nilai-nilai budaya ini mempengaruhi

pembentukan suatu individu. Semua kebudayaan memiliki cara-cara

pengobatan sesuai dengan kepercayaan pada suku bangsanya dalam hal ini

suku bangsa sangat mendominasi pertimbangan untuk menolak atau menerima

yang didasari pada kecocokan suku bangsa yang di anut. Beberapa kebudayaan

melibatkan metode ilmiah atau melibatkan kekuatan supranatural dan

supernatural tergantung bagaimana kepercayaan dari suku bangsa sang pasien.

(38, 39)

4) Faktor psikologis : peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak

menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam

rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk

datang kepelayanan pengobatan alternatif.(41, 42)

5) Faktor kejenuhan terhadap pelayanan : faktor ini disebabkan akan kejenuhan

sang penderita dalam proses pengobatan membuat sang penderita memilih jalur

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

42

alternatif pengobatan lain yang dapat mempercepat proses penyembuhannya.

(41,42)

6) Faktor manfaat dan keberhasilan : keberhasilan dan efektifitas dari pengobatan

alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan

pengobatan alternatif. (41,42)

7) Faktor pengetahuan : sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

alat indera atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan didapatkan secara formal dan

informal. (33)

J. Young (1980) dalam Muzaham (1995) menyatakan kepercayaaan

(faith)terhadap keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama

pengobatantradisional) menjadi salah satu unsur dari 4 unsur utama dalam

pengambilan keputusan pilihan berobat. (38)

2.3.5 Fasilitas Pengobatan

Fasilitas pengobatan menjadi salah satu unsur dalam pengambilan

keputusan pengobatan dalam model perilaku pilihan berobat.

Fasilitas kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif yang ilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau

masyarakat. (43)

Menurut Notoadmodjo, fasilitas kesehatan adalah sarana yang disediakan

pemerintah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Akses

pelayanan bisa melalui polindes, puskesmas pembantu, puskesmas dan rumah

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

43

sakit, poli klinik, balai pengobatan dan tempat praktek dokter adalah tempat

paling strategi untuk memberikan informasi kesehatan. (35)

Pelayanan fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah

pusat dan pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 36

tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa pemerintah bertanggung

jawab atas ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (44)

1)Jenis-jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(1) Fasilitas pelayanan kesehatan berupa:

a) pelayanan kesahatan perorangan

b) pelayana kekesehatan masyarakat

2) jenis pelayanan kesehatan terdiri dari :

(1) tempat praktik mandiri tenaga kesehatan

(2) pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)

(3) klinik

(4) rumah sakit

(5) apotek

(6) unit tranfusi darah

(7) laboratorium kesehatan

(8) optikal

(9) fasilitas kesahatan kedokteran untuk kepentingan hukum

(10) fasilitas pelayanan kesehatan tradisional

3) Tingkatan Fasilitas pelayanan kesehatan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

44

Tingkatan Fasilitas pelayanan kesehatan Terdiri dari tiga tingkatan yakni :

1) Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ( memberikan pelayanan

dasar)

2) Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua (memberikan pelayanan

kesehatan spesialistik)

3) Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( memberiklan pelayanan

kesehatan subsepesialistik)

4) Kewajiban fasilitas kesehatan

Adapun kewajiban fasilitas pelayan kesehatan adalah

(1) Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan

pengembangan di bidang kesehatan

(2) Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada

pemerintah daerah atau menteri

(3) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah

maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi

penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu

(4) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah

maupun swasta dilarang menolak pasien dan meminta uang muka.

5) Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan

Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa

pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan

kesehatan serta pemberian izin beroperasi di daerahnya dengan

mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

45

(1) Luas wilayah

(2) Kebutuhan kesehatan

(3) Jumlah dan persebaran penduduk

(4) Pola penyakit

(5) Pemanfaatannya

(6) Fungsi sosial

(7) Kemampuan dalam pemanfaatan teknologi.

Pada daerah terpencil, sangat terpencil perbatasan dan kepulauan tidak

berlaku unsur-unsur pertimbangan penentuan jumlah dan jenis fasilitas

pelayanan kesehatan diatas.

6) Perizinan fasilitas pelayanan kesehatan

Setiap penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki izin

yang diberikan setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan jenis pelayanan

fasilitas kesehatan. Izin fasilitas pelayanan kesehatan diberikan oleh gubenur

dan bupati/ wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Untuk fasilitas pelayanan kesehatan tertentu diberikan oleh menteri kesehatan

seperti:

(1) Rumah sakit kelas A

(2) Fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan melalui kegiatan

penanaman modal asing

(3) Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan yang bersifat

komplek

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

46

(4) Fasilitas pelayanan kesehatan yang bersifat nasional atau merupakan

rujukan nasional.

7) Penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki sistem tata kelola

manajemen dan tata kelola penyelenggaraan kesehatan atau klinik yang baik.

Penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan wajib memasang papan nama

fasilitas pelayanana kesehatan sesuai dengan jenisnya, papan nama memuat:

(1) Jenis dan nama pelayanan kesehatan

(2) Nomor izin dan masa berlakunya

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaksankan sistem

rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Fasilitas

pelayanan kesehatan dapat dimanfaatnkan sebagai tempat atau wahana

pendidikan bagi tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan

dibidang kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. (44)

8) Tenaga Kesehatan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Permenkes RI No.75, 2014).

Yang termasuk dalam tenaga kesehatan diantaranya: (45)

(1) Dokter

Dokter adalah seorang yang lulus pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal

penyakit dan pengobatan (Depkes, 2000)

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

47

(2) Bidan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan dan telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan

persyaratan yang berlaku (kepmenkes RI No.900/Menkes/SK?VII/2002)

tentang registrasi praktek bidan.

(3) Perawat Kesehatan

Perawat Kesehatan adalah orang telah mengikuti menyelesaikan pendidikan

formal keperawatan serta diberi kewenangan untuk melaksanakan peran dan

fungsinya (Depkes RI, 1994)

(4) Tenaga Non Kesehatan

Dukun adalah seseorang anggota masyarakat yang mendapatkan kepercayaan

dan memiliki keterampilan dalam melakukan pengobatan tradisional (Depkes

RI, 1995)

2.3.6 Tempat Pengobatan Lain

Menurut penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan

Slamet- Velsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia

penderita pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya

sebelum mereka datang ke petugas kesehatan. Para ahli (Jefferys, Brotherstone,

dan Cartwright, 1960) dalam Muzaham (1995) menemukan bahwa orang

cenderung mengobati sendiri dan sekaligus berobat ke dokter. (17)

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

48

2.3.7 Jarak Tempat Pengobatan

Andersen dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa lamanya waktu yang

digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan mempengaruhi individu dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. (17)

2.3.8 Keluarga dan Teman

Menurut Murwani (2007) perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan

kesehatan sebagai unitpelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai

unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah

membantu keluarga untuk menyesuaikan masalah kesehatan dengan cara

meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan

kesehatan. (17)

Menurut Geertsen (1988) dan Sarafino (1990), sektor awam yang terdiri

dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan

sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis,

menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan

orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) mene mukan

bahwa teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta

nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. David dalam Muzaham (1995)

menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial memiliki nilai dan norma

mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk

dijalankan. (17)

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

49

2.3.9 Petugas Kesehatan

Kleinman menyatakan para profesional kesehatan yang terdiri dari

organisasi-organisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada

sanksinya seperti dokter, perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang

dalam perawatan kesehatan. Faktor kualitas komunikasi dokter-pasien

mempengaruhi tindakan yang seharusnya dilakukan dalam pengobatan. (17)

2.3.10 Perilaku Kesehatan

Becker dalam Notoatmodjo, membuat klasifikasi tentang perilaku

kesehatan yang terdiri dari:

1) perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

yangmencakup antara lain: (12)

(1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

(2) Olahraga teratur

(3) Tidak merokok

(4) Tidak minum minuman keras dan narkoba

(5) Istirahat yang cukup

(6) Mengendalikan stress

(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

50

2) perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit,persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: gejala dan penyebab

penyakit, dan sebagainya. (12)

3) perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,

yangharus diketahui oleh orang sakit itusendiri maupun orang lain (terutam

keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang

meliputi: (12)

(1) tindakan untuk memperoleh kesembuhan

(2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan

penyakit yang layak

(3) mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menular kan penyakitnya kepada orang lain,

dan sebagainya). (12)

1) Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), respon seseorang apabila sakit adalah

sebagaiberikut:

(1) Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa

(noaction) karena kesehatan belum menjadi prioritas hidupnya,

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

51

fasilitaspengobatan yang letaknya jauh atau karena petugas kesehatan

tidaksimpatik. (12)

(2) Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment) karena percaya

padadiri sendiri dan berdasar pada pengalaman yang lalu usaha

pengobatansendiri sudah mendatangkan kesembuhan. (12)

(3) Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan

tradisional(traditional remedy)

(4) Keempat, mencari pengobatan denganmembeli obat-obat ke warung

obatdan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu.

(5) Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern

yangdiadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan

swasta.

(6) Keenam, mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern

yangdiselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine) (12)

2.4 Landasan Teori

Dari beberapa teori perilaku,teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model precede-proceed dari Lawrence Green. Dalam teori ini L. Green

menganalisa perilakumanusia dari tingkatkesehatandan nonkesehatan.

Kesehatanseseorang ataumasyarakatdipengaruhiolehduafaktorpokokyaitu

faktorperilaku dan faktornonperilaku.Modelprecede-proceedyang

menggambarkan perilaku adalahPredisposing(mempengaruhi/predisposisi),

Enabling (mempermudah/pemungkin), danReinforcing (penguat).(47)

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

52

Berdasarkan uraian tersebut diatas secara rinci dapat dilihat pada gambar diagram

dibawah ini

Gambar 2.2 Teori Lawrence Green

2.4.1 Kerangka Konseptual

Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara.

Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai

pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah

bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali. (7)

Faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita

penderita kanker payudara (pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan terhadap

pengobatan, fasilitas kesehatan).

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

53

Dalam penelitian ini ketiga faktor tersebut dibagidalamtiga faktorsesuai

dengan model precede-proceed dari Lawrence Green yaitu predisposing, enabling

dan reinforcing, namun hanya factor predisposing danenablingyang diteliti

sedangkan faktor reinforcing tidak dditeliti. Faktor predisposisi antara lain:

pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan terhadap pengobatan).

Sedangkanfaktorenabling : Fasilitas Pengobatan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Pendidikan

4. Kepercayaan

terhadap

pengobatan

5. Fasilitas

kesehatan

Faktor-Faktor yang

Memengaruhi

Keterlambatan

Pengobatan Penderita

Kanker

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. DesainPenelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif,(47) dengan metode wawancara

semi terstruktur yaitu jenis wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in-

depth interview yang direkam menggunakan tape recorder dimana dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara tersruktur.(48)

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue

Kabupaten Simeulue.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016sampai dengan bulan

Maret 2017.

3.3. Subyek Penelitian Dan Informan Penelitian

3.3.1 Subyek Penelitian

Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik studi kasus,

yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

55

sebelumnya.(48) Subyek dipilih berdasarkan kasus yang diteliti yaitu kasus

Analisis Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada

Wanita Penderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.

Dalam penelitian ini subyek dibagi dua kategori yaitu informan utama dan

informan triangulasi. Karateristik informan utama adalah Wanita penderita kanker

payudara yang pernah berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue. Wanita

yang dipilih merupakan wanita yang mengalami kasus Kanker payudara.

Sedangkan informan triangulasi adalah Pasien,Keluarga, dan petugas kesehatan.

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah seluruh wanita penderita

kanker payudara yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue berjumlah 7

orang.

3.3.2 Informan Penelitian

Sedangkan yang menjadi Informan dalam penelitian ini yang memiliki

kriteria antara lain : seluruh wanita penderita kanker payudara yang ada di Rumah

Sakit Umum Daerah Simeulue dan bersedia menjadi informan dalam penelitian

ini. Sesuai dengan kriteria di atas yang menjadi informan dalam penelitian ini

sebanyak 7 orang.

3.4. MetodePengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Data pada penelitian ini adalah :

1) Data primer dalam penelitian ini didapat dari jawaban subyekmelalui

wawancara mendalam maupun dengan observasi.

2) Data Skunder dalam penelitian ini diperolehdariRumahSakitUmum Daerah

Simeuluetahun 2015-2016, meliputi data jumlahpasien khusus yang menderita

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

56

kanker payudara serta referensi perpustakaannya yang berhubungan dengan

penelitian serta literatur yang terkait lainnya.

3) Data tertier dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari studi

kepustakaan, jurnal, dantext book

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

1)In-depth interview

Wawancara secara mendalam terhadap informan mengenai faktor-faktor

keterlambatan pengobatan kanker payudara

2) Observasi

Untuk melihat latar informan, pendidikan, kebiasaan masyarakat, kepercayaan

serta pandangan terhadap Rumah Sakit.

3.5. Definisi Operasional Penelitian

1) Pengetahuanadalahsegalasesuatu yang

diketahuiolehinformantentangkankerpayudara yang meliputigejaladantanda-

tandakarenadiakibatkan

informantidakpernahmelakukanpemeriksaanpayudarasendiri (SADARI).

2) Pendidikanadalahpendidikanterakhirinforman yang diperolehsecara

formal,dikelompokkanatastamat SD (SekolahDasar), tamat SMP

(SekolahMenengahPertama), tamat SMA (SekolahMenengahAtas),

dantamatAkademi/PerguruanTinggi.

3) Sikapadalahtanggapaninformanterhadapperkembanganpenyakitkankerpayudara

yang sedangdialaminya.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

57

4) Fasilitaskesehatanadalahketersediaandankelengkapanperalatan di

tempatpengobatanuntukmendapatkanpengobatankankerpayudaradi RSUD

Simeulue.

5) KepercayaanterhadapPengobatanadalahPenilaianseseorangmengenaipengobata

nkankerpayudara.

3.6. MetodeAnalisis Data

Analisis data yang digunakan dalampenelitianiniadalahdengandeskriptif

kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken dalam (Moleong,

2014) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (49)

Pada penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis menggunakan model

Miles dan Huberman. Pada model analisis data ini meliputi pengolahan data

dengan tahapan data reduction, data display, dan conclusion or verification.

1) Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan

memberikan gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) Data display (penyajian data)

Penyajian data akanmempermudahuntukmemahamiapa yang terjadi,

merencanakankerjaselanjutnyaberdasarkanapa yang telahdipahami.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

58

Dalamkualitatif, penyajian data dapatdilakukandalambentukuraiansingkat,

bagan, danhubunganantarkategori.

3) Conclusion or verification (kesimpulanatauverifikasi data)

Kesimpulandalampenelitiankualitatifmerupakantemuanbaru yang

sebelumnyabelumpernahada.Temuandapatberupadeskripsiataugambaransuatuo

bjek yang sebelumnyamasihremang-

remangataugelapsehinggasetelahditelitimenjadijelas,

dandapatberhubungankausalatauinteraktif, hipotesisatauteori.

Kesimpulanawalmasihbersifatsementaradanakanberubahbilatidakditemukanbu

kti-bukti yang kuat yang mendukungpadatahappengumpulan data berikutnya.

Tetapiapabilakesimpulan yang dikemukakanpadatahapawaldidukungolehbukti-

bukti valid dankonsistenmakakesimpulan yang

dikemukakanmerupakankesimpulan yang

kredibel.Ketigakomponentersebutsalinginteraktifyaitusalingmemengaruhidansa

lingterkaitsatusama lain. Pertama-tama penelitimelakukanpenelitian di

lapangandenganmengadakanobservasi yang disebutdengantahappengumpulan

data. Karena data yang terkumpulbanyakmakaperludilakukantahapreduksi data

untukmerangkum, memilihhalpokok, memfokuskanpadahal yang penting,

mencaritema, danpolanya.

Setelahdireduksikemudiandiadakanpenyajian data denganteks yang

bersifatnaratif. Apabilakeduatahaptersebuttelahselesaidilakukan,

makadiambilsuatukeputusanatauverifikasi.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RumahSakitini mulai dibangun tahun 2002 di atas area seluas 3,88 hektar

dengan menggunakan dana APBD selama 3 tahun anggaran dan pada tanggal 28

Agustus 2004, Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue selesai dibangun di

resmikan oleh Menteri Kesehatan Bapak Ahmad Suyudi. Sekaligus penetapan

Rumah Sakit Umum DaerahSimeulue sebagai Rumah Sakit tipe C atas dasar

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1149/MENKES/SK/VIII/2003 untuk pelayanan 4 dasar yaitu penyakit Dalam,

Bedah, Obgyn, dan Anak.

Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue terletak di Jalan Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Sinabang. Fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue

terdiri dari 7 (tujuh) poliklinik, 4 Ruang rawat inap, UGD, ICU, Kamar bersalin,

kamar operasi, radiologi, instalasi gizi, dan instalasi farmasi. Sumber daya

manusia pada tahun 2017 di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue terus

bertambah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penambahan tersebut terjadi

di semua tingkat pendidikan baik itu dokter spesialis, dokter umum, perawat,

bidan maupun tenaga penunjang lainnya. Pada ruang rawat bedah, terdapat 2

Dokter Spesialis Bedah, 14 orang perawat PNS, dan 5 orang perawat bakti. Poli

bedah ada 2 orang perawat PNS pendidikan D-III 1 orang dokter Bedah (Dokter

yang dari rawat bedah). Batasan dari rumah sakit umum yaitu :

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

60

1) Bagian Utara berbatasan dengan sawah dan pegunungan

2) Bagian Selatan berbatasana dengan desa Ameria Bahagia

3) Bagian Timur berbatatasan dengan jalan raya

4) Bagian Barat berbatasan dengan tanah warga dan pegunungan

Rumah sakit tersebut berada di Kabupaten Simeulue, penduduk

dikabupaten ini terdiri dari berbagai suku, ada suku melayu, suku aceh, suku

batak, dan suku padang, sebagian besar menggantungkan hidup dan ekonominya

dari hasil laut (ikan, udang, kepiting, dll). Di wilayah daerah tersebut sebagian

besar daratan rendah yang dipergunakan untuk perumahan nelayan dan sebagian

kecilnya merupakan daratan tinggi atau bukit-bukit.

Secara administrasi kabupaten ini dibagi dalam 10 kecamatan dengan 12

puskesmas, dapat ditempuh dengan jarak yang bervariasi, salah satu puskesmas

yang terdekat dapat ditempuh dengan jarak 5 KM, yang terjauh ada 3 puskesmas

dengan jarak 100-120KM dengan kendaraan darat dan laut. Dan juga terdapat 134

pustu dan poskesdes yang tersebar di 10 kecamatan dengan jarak tempuh yang

berbeda-beda, ada beberapa pustu diantaranya harus dilalui dengan transportasi

laut (boat) lamanya dalam perjalanan 2-3 jam dari puskesmas induk.

Lokasi informan tersebar di beberapa kecamatan, dengan jarak yang

terdekat dari peneliti 2 KM dan yang terjauh 95 KM.

4.2. Gambaran Pengobatan Kanker Payudara di RSUD Simeulue

Pengobatan kanker payudara di RSUD Simeulue dimulai dengan

pemeriksaan pada payudara wanita dengan melihat ada tidaknya kriteria/ciri

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

61

kanker payudara seperti ada tidaknya benjolan pada payudara, konsistensi keras,

nyeri (+), batas tidak tegas, permukaan tidak rata, discharge (+), warna

kemerahan, mobilitas ±, gambaran kulit jeruk (peaudeorange), satelit nodule (+),

bisa dijumpai dimpling, disertairektraksi nipple, wanita dengan faktor resiko (+).

Setelah itu, diagnosa banding dengan melihat fibrikistik payudara. tindakan

selanjutnya yaitu mengantar pasien ke ruang Radiologi untuk melakukan foto

Thorax (untuk mendeteksi jika ada penyakit lainnya).

Konsultasi dilakukan oleh spesialis bedah, dan spesialis penyakit dalam

(terutama untuk penilaian system kardiovaskuler, penatahan/scan hepar (system

hepatobilier), endokrin metabolisme dan kelainan sistemik lainnya. Setelah

selesai proses pemeriksaan dilakukan pengobatan pada pasien sesuai dengan

stadium yang diderita.

Pengobatan kanker payudara di RSUD Simeulue terdiri dari 1 jenis

pengobatan yaitu operasi. Karena tidak tersedianya dokter Ankologi dan ketidak

sediaan alat, Pasien pada stadium lanjutdi sarankan oleh dokter agar di rujuk ke

Rumah Sakit Luar daerah untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut

seperti,chemoteraphy, radioterapi, terapi hormonal, targeting terapi dan kombinasi

yang disesuaikan dengan keluhan dan stadium penderita. Lama perawatan pasien

tergantung dari stadium kanker dan keluhan penderita akibat dari metastasis dan

kelainan lokal.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

62

4.3. Gambaran Umum Proses Penelitian

Pengumpulan data dari informan menggunakan metode indepth interview

(wawancara mendalam). Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan

menemukan informan terlebih dahulu, yaitu ke Rumah Sakit Umum Daerah

Simeulue karena di Rumah Sakit tersebut terdapat data mengenai wanita yang

menderita kanker payudara.

Peneliti selanjutnya diberikan informasi mengenai wanita yang mengalami

kanker payudara, selanjutnya peneliti mengunjungi tempat tinggal pasien yang

bersangkutan. Peneliti mendatangi rumah masing-masing informan, selanjutnya

memulai perkenalan dan memberikan penjelasan mengenai tujuan dari kunjungan

peneliti.

Sebelum melakukan wawancara mendalam dengan informan, peneliti

sering berkunjung ke tempat tinggal informan tersebut untuk menjalin keakraban.

Hal tersebut dilakukan untuk membangun kepercayaan agar informan dapat

memberikan informasi secara terbuka dengan peneliti.

Letak tempat tinggal dua orang informan sangat berdekatan dengan

rumah peneliti dan peneliti sangat mengenal ke dua orang tersebut bahkan

sering berinteraksi dengan mereka sedangkan dua orang yang lainnya berada

didesa yang agak jauh dari tempat tinggal ke lima informan tersebut.

Kegiatan wawancara mendalam dilakukan di tempat tinggal informan

sesuai dengan keinginan informan. Waktu wawancara disesuaikan dengan waktu

luang yang diberikan oleh informan. Waktu yang ditetapkan oleh informan 1

adalah sekitar pukul 20.30 WIB karena pada pagi hari informan 1sibuk dengan

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

63

pekerjaannya sebagai PNS. Informan 2menetapkan waktu wawancara dengan

peneliti pukul 10.00 WIB karena pada waktu pagi harinya Informan sibuk

mengurus rumah. Informan 3 dapat diwawancarai sekitar pukul 20.00 WIB

alasannya karena dia harus menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya.

Informan 4 membuat janji pada sore hari pukul 16.00 WIB, Informan ini dapat

diwawancarai pada sore hari karena pada pagi harinya informan pergi berkunjung

ke rumah mertuanya untuk melihat mertuanya yang lagi sakit. Sedangkan

Informan 5 membuat janji untuk diwawancarai pada pukul 17.00 WIB .

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

No Karakteristik Informan Keterangan Jumlah

1 Pendidikan SD

SMP

SMA

DIII

S1

1

4

1

1

2 Status Perkawinan Kawin

Janda

7

-

3 Pekerjaan PNS

Ibu Rumah Tangga

2

5

4 Jaminan Kesehatan BPJS 7

5 Tempat Tinggal Kampung Aie

Ganting

Kota Batu

Suka Makmur

Suka Karya

Salur

1

1

1

1

2

1

Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yaitu Wanita yang

menderita kanker payudara yang dirawat inap dan berobat jalan ke Rumah Sakit

Umum Daerah Simeulue.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

64

4.4. Karakteristik Informan

Nama Informan – 1 : Sakira Wati (36 tahun)

Nama Suami : Armia

Pekerjaan : PNS – Suami Wiraswasta

Alamat : Desa Ganting

Paritas : G3 P2 A0 dan diagnosa Ca Mammae

Nama Informan – 2 : Erna Wati (43 tahun)

Nama Suami : Mansyur

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami Wiraswasta

Alamat : Desa Labuan Bakti

Paritas : G3 P2 A0 dan diagnosa Ca Mammae

Nama Informan – 3 : Erma Wati (43 tahun)

Nama Suami : Harfan

Pekerjaan : PNS –Suami Wira Swasta

Alamat : Desa Malasin

Paritas : G4 P4 A0 dan diagnosa Ca Mammae

Nama Informan –4 : Rania / Ibu Ani (50 tahun)

Nama Suami : Marlan (58 tahun)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami buruh harian

Alamat : Suka Karya Simeulue Timur

Paritas : G1P0 A1 dan diagnosa Ca Mammae

Nama Informan – 5 : Yusniar / Ibu Yus (35 tahun)

Nama Suami : Tampin (44 tahun)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami Nelayan

Alamat : Salur Latun – Kecamatan Teupah Barat

Paritas : G1 P1 A0 dan diagnosa Ca Mammae

Nama Informan –6 : Yarni / Upik Bura (38 tahun)

Nama Suami : Yusran Adami (43 tahun)

Pekerjaan : Pedagang Pakaian Jadi – Suami PNS

Alamat : Suka Makmur – Kecamatan Simeulue Timur

Paritas : G2 P1 A1 dan diagnosa Ca Mammae

Nama Informan – 7 : Irma Dewi Sartika (46 tahun)

Nama Suami : Marsyudin

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami PNS

Alamat : Suka Karya – Kecamatan Simeulue Timur

Paritas : G6 P6 A0 dan diagnosa Ca Mammae

Informan pertama bernama Sakira Wati pekerjaan PNS dan suami seorang

wiraswasta, alamat desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa

Ca Mammae. Informan pertama diasuh oleh neneknya karena ibunya meninggal

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

65

dunia pada saat melahirkan adiknya dengan persalinan Plasenta Previa, status

ekonomi keluarga rendah, informan pertama tidak suka makan nasi, makanan

sehari-hari adalah mie instant sampai dewasa. Sebelum didiagnosa Ca hampir

setiap malam suka makan Mie Instan, ikan asin, memasak selalu menggunakan

penyedap, sering makan makanan bantuan yang siap saji (ikan kaleng, mie dalam

kemasan, dll) pada saat tsunami dari NGO (Non Govermental Organization).

Suami informan pertama perokok berat, merokok dirumah dan dikamar tidur .

Informan pertama memiliki tingkat pendidikan yang kurang sejak kecil sehinggga

tidak tahu memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi, sehingga informan

pertama menganggap mie instant itu sebagai makanan pokoknya, informan

pertama menikah umur 20 tahun, umur 21 tahun ibu SW melahirkan anak

pertamanya 3 bulan setelah melahirkan informan pertama memakai kontrasepsi

suntikan yang 3 bulan, selama 4 tahun dan informan pertama hamil kembali pada

umur 26 tahun, umur 27 tahun melahirkan yang ke 2 dan umur 40 hari setelah

persalinan informan pertama menggunakan kontrasepsi oral selama 4 tahun (

terkadang berganti dengan kontrasepsi suntikan).

Informan kedua bernama Erna Wati seorang ibu rumah tangga dan

suaminya seorang wiraswasta, alamat desa Labuan Bakti, umur 44 tahun paritas

G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae. Pada saat penulis menemui informan kedua

dengan ikhlas mau menceritakan kepada penulis tentang kronologis penyakit dan

pengobatan informan kedua sebagai penderita Ca Mammae yang sudah mulai

membaik setelah menjalani operasi pengangkatan payudaranya di Rumah Sakit

Zainal Abidin Banda Aceh pada tahun 2015. Dimulai dari wawancaranya pertama

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

66

dengan dokter yang menangani informan kedua, diminta keterangan yang

berkaitan dengan psikis dan keadaan rumah tangganya. Informan kedua dengan

sangat keberatan menceritakan kepada dokter dan perawat disaat mereka

menanyakan bagaimana awalnya kejadian terjadinya Ca Mammae yang

dideritanya, yang kemungkinan ada kaitannya dengan psikis informan, namun

informan kedua jujur menyampaikan bahwa dia menyembunyikan keadaan rumah

tangganya yang sudah cekcok (sudah tidak harmonis lagi dengan suaminya,

dikarnakan suaminya berselingkuh dan sudah tidak peduli lagi dengan kebutuhan

keluarganya serta tidak peduli lagi dengan anak-anaknya), suaminya juga seorang

perokok berat bila ada dirumah tanpa mempedulikan orang disekitarnya merokok

sembarangan bahkan dikamar tidur dengan jendela dan pintu tertutup, informan

kedua sering memendam perasaannya bahkan pada orangtua sendiri tidak mau

menyampaikan penderitaan yang dirasakannya selama ini, dan juga ibu tersebut

memakai alat kontrasepsi suntikan dan alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu

panjang (7 tahun).

Informan ketiga bernama Erma Wati alamat desa malasin, berumur 43

tahun, G4 P4 A0 dan didiagnosa menderita Ca mamae. Informan ketiga seorang

PNS (Pegawai Negeri Sipil) bekerja di puskesmas serta menolong persalian di

luar jam kerja dan suami seorang wiraswasta, informan ketiga tersebut pada saat

menyusui sering tidak tepat waktu sehingga payudaranya membengkak dan

mengeras bahkan menyebabkan demam pada informan ketiga tersebut, ini

berlangsung lama selama informan ketiga menyusui. Dokter menyampaikan

kepada informan ketiga bahwa tidak lancarnya ASI (Air Susu Ibu) tersebut juga

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

67

bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya Ca Mammae, informan ketiga

memiliki riwayat suka mengonsumsi makanan siap saji, selalu memakai

penyedap, dan informan ketiga seorang pengguna alat kontrasepsi suntikan yang

selama 4 tahun jarak kelahiran anak pertama dan kedua. Setelah lahir anak kedua

informan ketiga memakai alat kontrasepsi suntikan selama 3 tahun, ibu kandung

dari informan ketiga memiliki riwayat penyakit Ca Mammae.

InformankeEmpatbernamaIbu Rania sering di panggilIbuAni,

alamatSukaKaryaKecamatanSimeulueTimurpendidikanterakhir

SMA.Iburaniamenikahpadatahun 2004 ketikaibuberusia 42 tahun.Ibu Rania

seorangiburumahtanggabiasa,sehari-hari di rumahIbu Rania sering stress tanpa

sebabkemudianseringmemakanmakanan yang siapsaji.HamilpertamaIbu Rania

umur 44 TahunseringperiksakeBidanNila di LorongNangka.Padaumurkehamilan

3 bulanibu Rania mengalamikegugurankemudian di

rujukkeRumahSakitUmumDaereahSimeulue.Sejakkegugurantersebutsampaidenga

nsekarang Ibu Rania tidak pernahhamillagi.

Informanke Lima bernamaIbuYusniarsering di

sebutIbuYusberusia35TahunalamatSalur LatunKecamatanTeupah

BaratKabupetenSimeuluependidikanterakhirIbuYusSLTP,IbuNursehari-

harinyaberkerjasebagaiIbu Rumah Tangga. Suami Ibu Yus Seorang nelayan, ibu

yus memiliki 1 orang anak. IbuYussukamakanmakanan yang dibakar-bakar,

ibuYusjugaseringmengkonsumsiminuman-minumanbersodadalam 1 minggubisa 2

sampai 3 kali beliaumeminum-minumanbersoda,

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

68

kemudianibuYustidaksukamengkonsumsisayur-mayursehinggasehari-

hariibuYuscumamakanlauktanpasayur.

InformanenambernamaibuYarniusia38tahun sering di panggil Upik Bura,

alamatdesaSuka MakmurKecamatanSimeulueTimurKabupatenSimeulue.

PendidikanterakhiribuUpik BuraadalahSLTA.IbuUpik Buramempunyai1 orang

anak berusia 25 tahun pernah mengalami keguguran pada kehamilan ke 2 sekitar

tahun 2007 di rawat ibu Bidan Nila Lorong Nangka. Kebiasaan Ibu Upik Bura

sebelum di diagnosa kanker Ibu sering Merokok dan minim-minuman bersoda dan

juga suka makan makanan yang siap saji. Ibu Upik bura punya kesibukan sehari-

hari di luar rumah sebagai pedagang pakaian jadi.

InformanketujuhbernamaIbu IrmaDewi Sartikasering di

kenaldenganpanggilanIbuDewialamatdesaSuka

KaryaKecamatanSimeulueTimurKabupatenSimeulueusia 46 Tahun.

Pendidikanterakhir SMA Pekerjaaansehari-

hariIbuRumahTangga.IbuDewimemiliki6 Orang Anak, anakPertamalaki-

lakiberusia35tahun, anakkeduaLaki-lakiberumur 16 tahundan yang

terakhirperempuan 12 tahun. AnakpertamadankeduaibuDewimemberikan ASI

kepadaanakhinggaumur2 tahun, sedangkananakke 3 Ibutidakmemberikan ASI

karenaawalnyaASInyatidakadaIbuDewitidak bias

memberikannyakepadaanaknya,sehinggadarikecilanakketigaIbuDewihanyamengk

onsumsisusutanpaadanya ASI. Ibu Dewi kakak kandung dari penderita kanker

payudara yang meninggal pada tahun 2015 yang tidak sempat dilakukan

penanganan.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

69

Beberapa informan dalam penelitian ini adalah masyarakat kurang mampu

dimana mereka sangat sulit memenuhi kebutuhan hidupnya. Terutama dalam hal

sandang pangan dan papan. Informan dan keluarganya sering mengonsumsi

makanan siap saji, karena harganya yang lebih murah dan mudah didapat. Sumber

penghasilan dari beberapa keluarga informan adalah nelayan dan buruh harian,

informan tidak memiliki tabungan atau barang berharga yang mudah dijual

minimal Rp, 500.000. Pendidikan informasi hanya satu orang diantaranya yang

mendapat pendidikan S1, satu orang berpendidikan D3, dua orang berpendidikan

SLTA, dan tiga orang hanya mendapatkan pendidikan SD. Selain itu keadaan

rumah informan luas lantai kurang dari 8 m2. Rumah informan terbuat dari papan,

lima diantaranya adalah rumah bantuan dari NGO yang berukuran hanya 4 x 8 m.

Dan salah satu rumah informan yang ditempati oleh 2 KK berserta mertuanya (12

orang).

4.5. Karakteristik Informan Pendukung

Suami informan yang pertama tidak dapat peneliti wawancarai, suami

informan tersebut berangkat bekerja mulai dari pagi hari dan pulang malam hari.

Suami informan yang kedua tidak dapat peneliti wawancarai karena sudah tinggal

bersama istrinya yang kedua dan suami informan yang ketiga bekerja sebagai

seorang supir angkutan umum dari kecamatan ke Ibukota, berangkat pagi hari

terkadang tidak pulang karena menunggu penumpang.

Suami informan yang ke empat bernama Pak Marlan usia 58 tahun tinggal

di rumah kediamannya hanya berdua dengan istrinya. Sebelum keluar dari rumah

untuk berkerja, pak Marlan sering membantu pekerjaan istrinya seperti memasak,

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

70

menyuci dan pekerjaan lainnya. Dan juga sangat sabar mengurusi istrinya yang

sakit.

Suami dari Informan ke lima bernama Tampin umur 44 tahun pendidikan

terakhir SLTP alamat Desa Salur Latun Kecamatan Teupah Barat pekerjaan

sehari-hari seorang nelayan dan juga mengerjakan pekerjaan lainnya yang bisa

menghasilkan untuk biaya kehidupan sehari-hari. Tinggal disebuah rumah

bantuan NGO (Non Govermental Organization) pada saat Tsunami yang

berukuran 5 x 6 M tinggal bersama orang tua kakak dan adik iparnya.

Suami dari informan ke enam bernama Yusran Adami umur 43 tahun

alamat desa suka Makmur kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.

Bapak Yusran tinggal di rumah kediaman sendiri bersama satu orang anak.

Pekerjaan sehari-hari Pegawai Negeri Sipil dan juga seorang yang sangat sibuk di

luar rumah. Dan sangat memaklumi keadaan istrinya yang sibuk seharian

berdagang.

Informan pendukung ke lima ibu warnia adalah ibu mertua dari informan

berusia 59 tahun tinggal bersama anaknya (suami informan) sejak kecil sampai

berkeluarga yang membantu informan mengurusi keluarga sehari-hari dan mertua

informan sangat sayang kepada informan. Pada awal mula ibu mertuanya

informan mengetahui jika informan sakit, beliau mengusahakan obat-obatan

tradisional, seperti ramuan daun sirsak diminumkan kepada informan dan

melampok dengan daun benalu pada payudara informan yang membengkak.

Pendukung beberapa informan adalah bidan Marnita umur 38 tahun

seorang PNS dan Bidan Desa Marliana umur 32 tahun seorang bidan PTT, yang

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

71

bertugas di Pustu yang dekat tempat tinggalnya dengan informan, disamping

selalu memberikan pelayanan kesehatan, bidan tersebut sering menganjurkan agar

informan segera ke dokter atau ke rumah sakit bahkan mengantarkan informan

kerumah sakit.

4.6. Hasil Penelitian

4.6.1. Pengetahuan

Hasil wawancara mendalam mengenai pengetahuan informan tentang

kanker payudara yang meliputi gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI

terdapat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Pengetahuan Informan tentang Kanker Payudara

Informan

- Bagaimana Ibu awalnya bisa tahu jika Ibu terkena

kanker?

- Apakah ada rasa sakit?

- Apakah ibu tahu penyebabnya?

- Apakah ibu tahu cara mengobatinya?

- Apakah ibu tahu jika benjolan tersebut adalah

gejala awal kanker payudara?

1

- Gejalanya pertama timbul bisul mafotong (borok)di

payudara trus demam bu, tidak ada benjolan.

- Ya, penyebabnya saya tahu mungkin karna tidak

menyusui sementara ASI saya ada.

- Ya, harus di obati biar sembuh, dioperasi.

- Tahu dari adik saya.

2

- Gak tahu, tapi puting susu saya masuk ke dalam,

- terasa sedikit berdenyut.

- Gak tahu penyebabnya.

- Diobati dengan operasi.

- Tidak tahu.

3

- Ada benjolan di payudara seperti kelereng makin

lama makin membesar,

- trus itulah sakit payudaranya.

- Gak tahu penyebabnya.

- Ya, di operasi.

- Tidak Tahu.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

72

4

- Ya, kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada

benjolan lama kelamaan makin membesar.

- Penyebabnya saya kurang tahu. Yang tua sama

yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya

kena.

- Harus diobati karena ganas dan mematikan.

- Dioperasi di angkat payudaranya.

- Tahu, dari penyuluhan kesehatan di daerah.

5

- Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit.

- Diobati.

- Tidak Tahu.

6

- Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua

tahun tapi saya gak ngerti

- penyebabnya gak tahu.

- Dioperasi.

- Tidak tahu

7

- kayak saya inilah benjolan di payudaranya makin

lama makin besar.

- Penyebabnya gak tahu.

- Memang diobati dengan operasi.

- Tidak tahu.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan seluruh informan

mengenai kanker payudara kurang. Sebagian besar informan mengetahui gejala

kanker payudara adalah adanya benjolan di payudara. Sebagian informan yang

lain mengetahui gejala kanker payudara adalah adanya rasa sakit pada payudara

sedangkan satu orang informan mengetahui gejala kanker payudara adalah mulai

timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim yang

dikatakan dengan simbol mafotong (borok) oleh informan. Seluruh informan

tidak mengetahui tentang penyebab kanker payudara. Seluruh informan

mengetahui pengobatan kanker payudara adalah operasi. Mengenai SADARI,

seluruh informan tidak mengetahui bahwa SADARI adalah meraba payudara

untuk mencari benjolan setelah informan mendapatkan informasi tentang

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

73

SADARI dari petugas kesehatan. Informansebelumnya tidak mengetahui tentang

SADARI.

4.6.2. Sikap Informan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai sikap informan yaitu

pendapat atau penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker

payudara oleh dokter disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3

Sikap Informan tentang Kanker Payudara

Informan - Bagaimana reaksi Ibu disaat didiagnosa

terkena kanker?

- Apa yang ibu lakukan?

- Apakah ibu setuju untuk melakukan

pengobatan secara rutin?

1

- Saya takut, saya merasa sedih

- Saya langsung ingin berobat secara tuntas begitu

juga dengan suami saya, sebelum penyakit saya

semakin berbahaya.

- Ya setuju berobat karena, supaya sembuh.

2

- Saya sangat khawatir, jantung saya berdebar-

debar sehingga saya sulit untuk tidur.

- Saya minum obat-obatan tradisional selain

berobat kedokter.

- Ya langsung berobat begitu tau kanker payudara.

Ya biar sembuh.

3

- Saya khawatir dan takut, tapi percaya apa yang

dibilang dokter itu

- Langsung melakukan pengobatan

- Ya, setujulah berobat, biar sembuh kan bahaya.

4

- Awal saya bingung, karena punya saya gak ada

rasa sakit. Begitu diperiksa dokter sudah stadium

2 dan 3

- Karena tidak sakit saya urut-urut saja dengan

minyak angin

- Setuju, harus diobati biar gak bahaya.

5

- Saya merasa menyesal, kerena sebelumnya bidan

yang ada di Pustu dekat rumah saya, bahwa itu

adalah gejala kanker, tapi kata suami saya itu

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

74

adalah penyakit kampung.

- Saya di bawa berobat kedukun dan diberikan

minuman obat herbal dll. Mungkin jika saya cepat

kedokter langsung seperti yang disarankan oleh

bidan, saya tidak sampai di operasi seperti ini

karena sudah terlambat pengobatannya.

- Setuju biar sembuh.

6

- Saya sangat sedih dan bingung dan saya langsung

berfikir jika saya berobat darimana biayanya. Kata

dokter saya harus di rujuk keluar daerah, karena

alat-alat di rumah sakit Simeulue tidak lengkap

dan tidak ada dokter yang bisa menangani saya.

- Saya dan suami berusaha mencari biaya dan kami

sepakat untuk berobat kepenang saja.

- Ya setuju, sangat setuju.

7

- Saya terkejut dan hampir menjerit di depan

dokter, begitu dokter mengatakan saya terkena

kanker payudara, karena baru beberapa bulan adik

saya meninggal dunia disebabkan kanker

payudara.

- Saya dan suami langsung mengambil keputusan

untuk tinggal di Banda Aceh bersama anak saya

dan menyewa rumah, agar memudahkan saya

konsul ke dokter.

- Ya setuju, karena itu membahayakan nyawa.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian informan

berpendapat atau menilai bahwa penyakitnya tidak memiliki gejala yang sama

dengan kanker payudara yang mereka dengar dari orang lain namun mereka setuju

bahwa penyakitnya perlu diobati. Sebagian informan yang lainnya setuju dengan

pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara. Seluruh

informan setuju dengan pengobatan kanker payudara oleh dokter karena informan

yakin pengobatan kanker payudara oleh dokter dapat menyembuhkan

penyakitnya.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

75

4.6.3. Kepercayaan Terhadap Pengobatan

Hasil wawancara mendalam mengenai kepercayaan terhadap pengobatan

di Rumah Sakit dan tempat pengobatan lain yaitu tempat informan mendapatkan

pengobatan sebelumnya(sebelum di RSUD Simeulue) selain di rumah

sakit/tempat pengobatan medis disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Kepercayaan Terhadap Pengobatan

Informan

- setelah Ibu tahu bahwa Ibu terkena penyakit

kanker, apakah ibu percaya berobat ke dokter

untuk proses penyembuhannya?

- Apakah ibu percaya berobat kedukun atau

dengan obat-obatan tradisional?

1

- Ya bu, saya lebih percaya berobat ke dokter

karena selain aman dan terjamin kesembuhannya.

- Saya tidak percaya kedukun, tapi saya mau

meminum obat-obatan tradisional, seperti daun

sirsak dan obat-obat herbal lainnya

2

- Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena

biaya tadi jadi ke alternatif selain murah, ramuan-

ramuan yang di berikan pun ada di sekitar rumah

saya, jadi gampang saya mendapatkannya.

3

- Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung

ke dokter.

- Saya juga meminum obat-obat tradisional (kapsul

herbal)

4

- Gak pernah ke dukun atau alternatif saya tidak

percaya, saya lebih percaya ke dokter.

- Tetapi saya juga mau minum obat-obatan

tradisional seperti daun sirsak.

5

- Awalnya saya percaya ke pengobatan alternatif di

samping biaya gak mahal, saya takut di operasi.

Setelah lama berobat di alternatif kemudian tidak

ada perubahan barulah saya di jemput oleh

petugas kesehatan untuk di rujuk ke rumah sakit,

karena sudah berkali-kali mereka ajak periksa tapi

saya tidak pernah mau pergi.

6

- Gak pernah, saya gak percaya dukun. Sakit

apapun saya gak percaya. Saya lebih percaya ke

dokter.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

76

- Saya juga ada minum tablet herbal dan daun

sirsak

7

- Ya, saya lebih percaya ke dokter. Saya tidak

pernah berobat kedukun

- Tapi saya juga mau meminum-minuman obat

tradisional.

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu

sebanyak 6 orang informan tidak mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan

selain rumah sakit/tempat pengobatan medis sedangkan satu orang informan

mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif.

4.6.4. Fasilitas Pengobatan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai penilaian informan tentang

fasilitas pengobatan kanker payudara yaitu ketersediaan dan kelengkapan

peralatan untuk pengobatan kanker payudara di tempat pengobatan (RSUD

Simeulue) disajikan dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.5

Fasilitas Pengobatan Di RSUD Simeulue

Informan

- Seperti apa pelayanan terhadap ibu yang

dilakukan petugas kesehatan dalam

menangani penyakit kanker payudara ibu?

- Apakah rumah sakit umum Simeulue memiliki

alat yang lengkap untuk menangani penyakit

ibu?

- Apakah ada dokter onkologi dirumah sakit

umum Simeulue?

1

- Gak ada kelengkapan di sana makanya dirujuk ke

Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin.

- Dan tidak ada dokter khusus yang menangani

kanker payudara

2

- Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap

peralatannya, gak ada obat untuk kanker

payudara. Dirujuk ke Rumah Sakit Umum

Zainoel Abidin.

- Tidak ada dokter khusus yang menangani kanker

payudara

3 - Orang Rumah Sakit Umum di Daerah tidak

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

77

mampu, peralatan tidak lengkap dan dokter nya

tidak ada.

4

- Alat pemeriksaannya kurang di Rumah disini.

Lantaran itu saya dirujuk ke rumah sakit luar

daerah.

- tidak ada dokter khusus yang menangani kanker

payudara disini

5

- Gak ada kemo ibu mau kemo. Kalo dirumah sakit

di disini gak ada alat yang canggih, yang ada

Cuma untuk meronsen aja makanya dirujuk ke

Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin.

- tidak ada dokter khusus yang menangani kanker

payudara di RSUD Simeulue

6 - Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap, gak kayak

di luar daerah, saya ke Penang kemarin tu.

7

- Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit di sini.

Jadi dirujuk ke rumah sakit luar daerah.

- tidak ada dokternya juga

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai

bahwa fasilitas di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue tidak lengkap sehingga

informan harus dirujuk ke Rumah Sakit luar daerah yang memiliki peralatan lebih

lengkap.

4.7. Implikasi Penelitian

Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implikasi terhadap dinas kesehatan

Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi tentang faktor-

faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita

kanker payudara untuk membuat kebijakan baru dalam hal mengatasi

keterlambatan pengobatan dan penanganan kanker payudara.

2. Implikasi terhadap RSUD Simeulue

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

78

Hasil penelitian ini berimplikasi untuk lebih meningkatkan pelayanan di RSUD

Simeulue, khususnya meningkatkan kelengkapan alat-alat dan dokter onkologi.

3. Implikasi bagi masyarakat

Hasil penelitian ini berimplikasi pada masyarakat agar dapat dijadikan

informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan

pada wanita penderita kanker payudara.

4.8. Keterbatasan Penelitian

1) Sulitnya peneliti berkomunikasi dengan informan, karena padatnya pekerjaan

informan sehingga peneliti harus membuat janji dengan informan.

2) Lokasi rumah informan dengan peneliti berjauhan sehingga peneliti sedikit

susah untuk berkunjung ke rumah informan.

3) Sulitnya peneliti berkomunikasi dengan informan, karena padatnya penduduk

ketika peneliti datang ke rumah informan, masyarakat sekitar ikut berkumpul

sehingga suasana menjadi tidak kondusif.

4) Kurangnya keterbukaan dari jawaban yang diberikan informan, sehingga

peneliti harus lebih melakukan pendekatan untuk dapat menggali jawaban

yang diharapkan.

5) Sulitnya peneliti bertemu dengan informan pendukung yaitu suami dari

informan kedua, dimana suami tidak pernah ada di rumah. Akhirnya peneliti

hanya bisa mewawancarai tiga informan pendukung yaitu suami dari informan

empat, lima, dan enam.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

79

Kepercayaan

terhadap

pengobatan:

Sebagian besar

informan

percaya dengan

pengobatan

medis

Peta Konsep Hasil Penelitian

Dioperasi Dioperasi Dioperasi Dioperasi

Akibat informan dioperasi dan menjalani kemoterapi, menyebabkan

informan : 1 orang lumpuh dan ada informan yang rambutnya rontok dan tidak

tumbuh kembali.

Keterlambatan Pengobatan dari sebab SADARI

Jika informan mengetahui cara SADARI lebih awal akan mengurangi

dampak kanker payudara dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita

tanpa cacat

Pengetahu-

an :

Kurangnya

pengetahua

n informan

tentang

SADARI

Fasilitas

Kesehatan :

Tidak

lengkapnya

peralatan di

RSUD Simeulue

sehingga

penderita harus

dirujuk keluar

daerah

Sikap :

Informan

setuju dengan

diagnosa

dokter (kanker

payudara)

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

80

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Faktor–faktor dominan yang memengaruhi keterlambatan pengobatan

kanker payudara

Dari hasil penelitian diketahui faktor yang paling dominan dalam

memengaruhi keterlambatan pengobatan penderita kanker payudara adalah

pengetahuan, karena semakin tinggi pengetahuan, akan semakin cepat kanker

payudara di ketahui oleh penderita sehingga kanker payudara tidak mencapai ke

stadium lanjut, faktor yang paling dominan berikutnya pembiayaan dan fasilitas

kesehatan. Fasilitas kesehatan menjadi salah satu faktor yang dominan karena

akan memperlama proses pengobatan, ketika penderita terdianosa menderita

kanker payudara dan harus di rujuk keluar daerah Simeulue maka penderita akan

membutuhkan waktu untuk berdiskusi dengan keluarganya, membutuhkan waktu

menuju lokasi rujukan, serta membutuhkan biaya yang lebih besar karena

penderita akan tinggal sementara waktu di daerah rujukan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan seluruh informan mengenai

kanker payudara (gejala kanker payudara, penyebab, pengobatan dan fasilitas

kesehatan pada tingkat kurang). Mengenai gejala kanker payudara sebagian

informant hanya mengetahui satu gejala yaitu berupa benjolan dan disertai adanya

rasa sakit,hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira Wati) dan

informan keenam (Ibu Yarni/Upik Bura) :

Kalau ciri-ciri yang ado samo ambo adonyo benjolan sajo, mulo-mulo

nyo ketek buk, lamo-lamo makin gadang jo ndak sakik buk, baru taraso ado

sakik waktu ala gadang benjolan tu buk (Informan Pertama)

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

81

Ia kalau ciri-cirinya yang ada pada saya adanya benjolan awalnya

kecil lama kelamaan semakin membesar dan pada awalnya tidak sakit baru

terasa sakit disaat benjolannya sudah mulai membesar (terjemahan

wawancara informan pertama)

Partamo-tamo dulu ado benjolan ketek tapi ilang timbulnyo buk

sabanyak tujuh encek bulek-bulek labih ketek saketek dari kalereng mainan

anak-anak buk, waktu tu ndak ado taraso sakik, baru taraso sakik waktu

benjolan tu ndak ilang timbul lagi ala manatapnyo buk (informan keenam)

Pertama dulu terasa ada benjolan kecil terkadang hilang dan

terkadang timbul sebanyak tujuh benjolan disekitar payudara saya

ukurannya lebih kecil dari kelereng mainan anak-anak dan awalnya tidak

ada rasa sakit paad saat benjolan tersebut sudah tudak hilang timbul lagi

(sudah menetap) baru lah mulai terasa adanya rasa sakit (terjemahan

wawancara informan keenam)

Sebagian informan yang lainnya mengatakan bahwa gejala kanker

payudara hanya ada rasa sakit saja pada payudara hal ini dinyatakan olehsalah

satu informan berikut, informan ketiga (Ibu Erma Wati) :

Sakik sajo kak, ndak taraso ado benjolanlah, dek ambo sering talambek

manyusui anak, ambo piki karano itu jadi ambo padiakan sajo, ruponyo pas di

parikso dokter ala kanai kanker stadium 2 ambo kak (informan ketiga)

Hanya ada rasa sakit dan tidak terasa adanya benjolan karena saya

menyusui bayi saya sering terlambat dan rasa sakit itu saya abaikan ternyata

begitu saya diperiksa dokter saya sudah terkena kanker stadium 2

(terjemahan wawancara informan ketiga)

Dan sebagian informan yaitu dua orang mengetahui dua gejala kanker

payudara yaitu: Mengerasnya pada payudara dan adanya rasa sakit, hal ini

dinyatakan olehinforman kedua (Ibu Erna Wati) sebagai berikut:

Partamo bana agak mangare sajo saketek, babarapo bulan kamudian

yang kare-kare tu malebarnyo kak, barulah timbul raso sakik, damam,

sakiknyo sampai ka katiak, bahu jo punggung (informan kedua)

Awalnya agak keras disebagian kecil payudara lama kelamaan keras

tersebut menyebar dan mulai timbulnya ada rasa sakit disertai demam serta

sakit kedalam ketiak, bahu dan punggung (terjemahan wawancara informan

kedua)

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

82

Sedangkan seorang informan yang tidak mengetahui gejala kanker

payudara, hal ini dinyatakan olehinforman ke empat (Ibu Rania):

Mulo-mulo ya mal a sape dol ek sebagian totok ia dan-dan mal a

masarek ne wuik semen lantai ia, nga kiro-kiro sataon dan ne sampai ngang a

o maon-maon baro a o maron mek doktor ia sinau mang a o tei maon ya

(Informan Keempat)

Awalnya mengeras pada sebagian kecil payudara saya lama kelamaan

semakin melebar akhirnya mengeras pada keseluruhannya dan kerasnya

seperti semen lantai dan berlanjut lama lebih kurang satu tahun sampai saya

sudah mulai demam-demam dan barulah berobat ke dokter karena demam

(terjemahan wawancara informan keempat)

Seorang informan mengetahui gejala kanker payudara,hal ini dinyatakan oleh,

informan ke lima (Ibu Yusniar) :

Nenen ambo tu ndak sakik do buk, cuma putingnyo macam tatarik

kadalamnyo buk, lamo-lamo makin masuk kadalam puting ambo tu jo kulik

nenen tu macam bakeruik-keruik (informan kelima)

Payudara tidak terasa sakit hanya saja putingnya seperti tertarik

kedalam dan lama kelamaan betul-betul masuk kedalam dan kulit payudara

saya berkerut (informan kelima)

Pernyataan informan diketahui bahwa informan mengetahui gejala kanker

payudara adalah payudaranya tertarik ke dalam dan berkerut. Informan memakai

simbol “tertarik dan berkerut” dan mengasumsikan sepertinya penyakit kanker

payudara memakan payudaranya. Simbol yang dikatakan oleh informan adalah

untuk menyatakan bahwa gejala kanker payudara adalah mulai timbul luka pada

payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim.

Seluruh informan hanya mengetahui 3 gejala kanker payudara yaitu

adanya benjolan payudara, adanya rasa sakit pada payudara, dan timbul luka pada

payudara dan puting susu seperti koreng atau eksimdari enam gejala kanker

payudara yang dikemukakan oleh Mardiana (2004). Menurut Mardiana (2004)

gejala serangan kanker payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

83

atau memasuki stadium lanjut yang terdiri dari rasa nyeri atau sakit pada

payudara, adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar,

payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul

pembengkakan, mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng

atau eksim, kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk, dan terkadang

keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari puting susu.

Mengenai penyebab kanker payudara, seluruh informan tidak mengetahui

penyebab kanker payudara hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira

Wati):

Ndak tau ambo apo penyebabnyo (informan satu)

Saya tidak tahu apa penyebabnya (terjemahan wawancara informan

satu)

Seluruh informan tidak mengetahui penyebab kanker payudara. Menurut

Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatakan penyebab kanker payudara

belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial,

yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.

Mengenai pengobatan kanker payudara seluruh informan mengetahui

pengobatan kanker payudara adalah dengan operasi, hal ini dinyatakan oleh

berikut, informan ke empat (Ibu Rania):

Singa u illa fa maroninea ni operasi (informan keempat)

Yang saya tau berobatnya semua di operasi (terjemahan wawancara

informan keempat)

Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), pengobatan kanker

payudara terdiri dari Mastektomi, Penyinaran/radiasi, dan Kemoterapi. Mengenai

SADARI hanya dua informan yang mengetahui SADARI adalah mencari

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

84

benjolan hal ini dinyatakan oleh, informan ke empat (Ibu Rania) dan informan

pertama (Ibu Sakira Wati):

Nehu u engle tenek petugas kesehatan singa karajo ek kecamatan

(informan keempat )

Saya tau sadari itu dari petugas penyuluh kesehatan di kecamatan

(terjemahan wawancara informan keempat).

Tau dari adik ambo (informan pertama)

Tahu dari adik saya (terjemahan wawancara informan pertama).

Seluruh informan tidak mengetahui tentang SADARI sebelumnya.

Informan mengetahui SADARI setelah informan mendapatkan informasi dari

petugas kesehatan mengenai SADARI sehingga informan terlambat mengetahui

dirinya terkena kanker payudara.

SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) adalah deteksi dini kanker

payudara untuk menemukan kanker payudara. Seluruh informan kurang

mengetahui tentang SADARI. Jika informan tahu tentang SADARI maka

penyakit kanker dapat ditemukan sejak dini sehingga informan tidak terlambat

mendapatkan pengobatan. Sebagian besar informan mendapatkan pengetahuan

tentang kanker payudara dari petugas kesehatan sedangkan dua orang informan

mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari televisi,hal ini dinyatakan

oleh informan ke tiga (Ibu Erma Wati),

Kurang tau ambo penyebabnyo. Kalau ciri-ciri yang ado samo ambo

benjolannyo makin lamo makin gadang. Ambo tau dari tivi kalau makan mie

instant, minum bersoda, KB macam suntik sama pel yang lamo bisa

manyebabkan kanker, ambo pakai KB 4 tahun suntik 3 tahun pel. Haruslah

takuiknyo ganaskan bisa manyebabkan kematian, dioperasi diangkek nenen

nyo. (informan ketiga)

Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalau ciri-cirinya yang ada

pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Saya tau dari

televisi yang bahwa makan makanan Instan, minuman bersoda dan ber KB

terlalu lama seperti suntikan, pil KB bisa menyebabkan terjadinya kanker

dan saya makai alat KB selama 4 Tahun suntikan dan 3 Tahun PIL nya.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

85

Harus diobati karena takutnya ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat

payudaranya (terjemahan wawancara informan ketiga)

Informan menggunakan kata ganas untuk mengatakan bahwa penyakit

kanker payudara bisa menyebabkan kematian. Informan ini mengetahui ciri-ciri

kanker payudara sesuai dengan ciri-ciri penyakit yang dideritanya. Pengetahuan

adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Informan ini mengadopsi

pengetahuan tentang kanker payudara dari penyuluhan kesehatan di media

elektronik. Informan hanya mengingat sedikit mengenai informasi yang

diterimanya dan hanya mengingat informasi yang disesuaikan dengan keadaan

dirinya. Informan hanya menyerap informasi sedikit saja dan informasi yang

diingatnya yang berhubungan dengan kondisi dirinya sehingga pengetahuan

informan kurang. Tingkat pengetahuan informan tentang penyakit kanker

payudara pada tingkat tahu.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pendapat yang sama

dinyatakan oleh Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan menjadi

salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau

masyarakat terhadap kesehatan Secara umum pengetahuan seluruh informan

kurang. Pengetahuan informan tentang kanker payudara yang kurang bisa

disebabkan karena pendidikan informan yang rendah, atau bisa juga karena

informan hanya menyerap informasi yang berhubungan dengan kondisi dirinya

sehingga informasi lain tentang kanker payudara yang tidak berhubungan dengan

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

86

dirinya dianggap tidak penting. Pemilihan informasi yang diterima membuat

informan tidak mengingat seluruh informasi.

Pengetahuan informan pada tingkat tahu tentang kanker payudara dan

SADARI. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) yang

menyatakan kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana

kesehatan karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Hawari (2004) juga

menyatakan ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya dengan judul

yang sama, diteliti olehArlyana Hikmanti (2014), sebagian besar responden tidak

tahu tentang kanker payudara, sehingga terjadi keterlambatan dalam pengobatan.

Ketidaktahuan responden tentang kanker payudara dikarenakan tidak ada yang

memberitahu tentang kanker payudara, ada satu orang responden mengetahui

kanker payudara, tetapi mereka takut dengan pengobatannya sehingga menunda

untuk berobat selanjutnya.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara, karena pengetahuan

mempunyai kontribusi yang dominan. Jika informan memiliki pengetahuan

tentang periksa payudara sendiri (SADARI), akan mencegah kanker menjadi

stadium lanjut dan mencegah keterlambatan pengobatan kanker payudara. Hasil

penelitian ini sesuai dengan pendapat Sukardja (2002) yang dalam penelitiannya

juga menyatakan bahwa salah satu kelambatan penderita yang membuat

kelambatan pada pengelolaan kanker adalah karena penderita tidak mengerti atau

kurang menyadari bahaya kanker.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

87

Kurangnya pengetahuan informan tentang kanker payudara juga

menyebabkan sebagian informan tidak setuju dengan diagnosa dokter, jika mereka

terkena kanker payudara. Dinas Kesehatan perlu bekerjasama dengan yayasan

kanker untuk memberikan pengetahuan dengan penyuluhan tentang kanker

payudara dan pengobatannya serta pentingnya melakukan SADARI untuk

mendeteksi sejak dini kanker payudara pada wanita usia subur. Petugas kesehatan

di RSUD Simeulue juga perlu memberikan pengetahuan berupa penyuluhan

tentang kanker payudara dan pengobatannya kepada keluarga informan yang

wanita agar keluarga informan dapat mendeteksi kanker payudara sejak dini

karena salah satu faktor resiko kanker payudara adalah adanya riwayat keluarga.

5.2. Sikap

Dari hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker payudara

ditemukan bahwa informan takut, terkejut, bingung, merasa cemas, dan khawatir

saat didiagnosa kanker payudara, sehingga membuat informan merasa bahwa

hidupnya tidak akan berlangsung lama lagi. Jika informan dapat bertahan dan

memiliki harapan hidup yang tinggi, informan merasa kurang percaya diri karena

payudaranya sudah dioperasi dan diangkat, hal ini dinyatakan olehinforman

pertama (Ibu Sakira Wati), informan ke dua (Ibu Erna Wati), informan ke tiga

(Ibu Erma Wati), informan ke empat (Ibu Rania), informan ke lima (Ibu Yusniar),

informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura) dan informan yang ke tujuh (Ibu Irma

Dewi Sartika) :

Takuik ambo buk, ibo bana hati ambo(informan pertama)

Saya takut, saya merasa sedih (terjemahan wawancara informan

pertama)

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

88

Came bana ambo buk, badabuk-dabuk jantung ambo jadi susah ambo

tidu buk (informan kedua)

Saya sangat cemas, jantung saya berdebar-debar sehingga saya sulit

untuk tidur (terjemahan wawancara informan kedua)

khawatir ambo takuik yo juo, tapi ambo tetap picayo yang dikecekkan

dokter tu buk (informan ketiga)

Saya khawatir dan takut, tapi percaya apa yang dibilang dokter itu

(terjemahan wawancara informan ketiga)

Unen-unen ia tahe a o, karano totok o ya bakduon raso akoik, pas ni

parekso doktor ia rupone ngang stadium 2 alek 3 (informan keempat)

Awalnya saya bingung, karena punya saya gak ada rasa sakit. Begitu

diperiksa dokter sudah stadium 2 dan 3 (terjemahan wawancara informan

keempat)

Manyesal bana ambo, dek sabalunnyo tu ala dikecekkan buk bidan yang

ado dipustu dakek rumah buk, kalau iko ko kanker, tapi kecek laki ambo iko

sakik kampung (informan kelima)

Saya merasa menyesal, kerena sebelumnya bidan yang ada di Pustu

dekat rumah saya, bahwa itu adalah gejala kanker, tapi kata suami saya itu

adalah penyakit kampung (Informan Kelima)

Sedih bana ambo waktu tu jo ndak tau biayo darimano bekko. Kecek

doktor ambo harus di rujuk kalua daerah, dek perlengkapan disiko ndak

lengkap, ndak ado doktor onkologinyo juo yang bisa mangubek ambo

(informan keenam)

Saya sangat sedih dan bingung dan saya langsung berfikir jika saya

berobat darimana biayanya. Kata dokter saya harus di rujuk keluar daerah,

karena alat-alat di rumah sakit Simeulue tidak lengkap dan tidak ada dokter

onkologi yang bisa menangani saya (terjemahan wawancara informan

keenam)

Takajuik bana ambo waktu tu buk, hampi manukik-nukik ambo di

muko doktor tu waktu di kecekkan nya ambo kanai kanker payudara, dek baru

barapo bulan yang lalu adik ambo maningga karano kanker payudara

(informan ketujuh)

Saya terkejut dan hampir menjerit di depan dokter, begitu dokter

mengatakan saya terkena kanker payudara, karena baru beberapa bulan

adik saya meninggal dunia disebabkan kanker payudara (terjemahan

wawancara informan ketujuh)

Hal ini sesuai dengan pendapat David dan Muzaham (1995) yang

menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit

yang cukup berat namun tidak berobatmeminta pertolongan dokter ialah karena

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

89

mereka dapat bertoleransi dengan rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu

akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.

Sesuai dengan penelitian Arlyana Hikmanti (2014), kebanyakan wanita

yang terlambat berobat dikarenakan rasa takut terhadap kanker payudara ketika

pertama kali terdiagnosa kanker payudara. Rasa takut mereka karena takut biaya

mahal, takut tidak akan sembuh, dan takut operasi dan kemoterapi tanpa informasi

yang cukup.

Menurut asumsi peneliti sikap informan yang takut dan khawatir saat

didiagnosa dokter salah satu faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan,

sebagian informan takut berobat ketika tahu terkena kanker payudara, karena takut

dioperasi dan dilakukan pengangkatan payudara. Rasa khawatir timbul karena

masalah biaya berobat dan biaya hidup jika dirujuk keluar daerah Simeulue.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker

payudara ditemukan bahwa seluruh informan setuju dengan pendapat dokter

mengenai penyakitnya,hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira

Wati), informan ke dua (Ibu Erna Wati), informan ke tiga (Ibu Erma Wati) dan

informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura):

Iyo, setuju ambo, ambo picayo apo yang dikecekkan doktor (informan

pertama)

Ya, setuju saya percaya apa yang di katakan dokter (terjemahan

wawancara informan pertama)

Sabananyo ambo labi picayo samo dokter, cuma dek biayo ko tadi jadi

barubek ka alternatif sajo labi murah, lampok-lampok yang di agi kan pun ado

dakek rumah, jadi sanang di dapek (informan kedua)

Saya setuju dengan dokter, cuma karena biaya tadi jadi ke alternatif

selain murah, ramuan-ramuan yang di berikan pun ada di sekitar rumah

saya, jadi gampang saya mendapatkannya. (terjemahan wawancara

informan kedua)

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

90

Setuju ambo samo diagnosa dokter (informan ketiga)

Saya setuju dengan diagnosa dokter (terjemahan wawancara

informan ketiga)

Ambo picayo samo doktor, takajuik bana ambo pertamo-tamo tu waktu

dikecekkan doktor ambo kanai kanker payudara. mulai dari situlah susah ambo

tidu, mato ndak mangantuk sampai pagi, sampai baisuknyo lagi (informan

keenam)

Saya percaya kata dokter dan Saya terkejut awalnya pada saat dokter

menyampaikan bahwa saya kemungkinan terkena kanker payudara. sejak

dari situ saya tidak bisa tidur, mata tidak mengantuk sampai pagi sampai

besoknya saya tidak bisa tidur (terjemahan wawancara informan keenam)

Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan setuju dengan

pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara yaitu

dengan menyatakan kepercayaan kepada perkataan dokter mengenai penyakitnya.

Sebagian informan menilai atau berpendapat bahwa penyakitnya tidak

memiliki gejala yang sama dengan gejala kanker payudara. Seorang informan

membandingkan kondisi yang dialaminya dengan pendapat dokter. Awalnya

informan tidak setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah kanker

payudara karena informan tidak merasakan sakit seperti gejala kanker payudara.

Namun akhirnya informan setuju dengan pendapat dokter karena informan

menganggap dokter lebih mengerti tentang penyakitnya bila dibandingkan dengan

dirinya,hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira Wati):

Ambo piki itu masuk angin biaso, jadi ambo uruik samo minyak kayu

putih lape tu ambo agi lampok daun benalu. Cuma baitu-itu sajo, jadi ambo

ambik kesimpulan barubek ka doktor sajo mungkin nyo labi tau (informan

pertama)

Saya pikir masuk angin biasa lalu saya urut sama minyak kayu putih

dan saya lampok sama daun benalu. Tapi kek gitu-gitu aja buk akhirnya

saya ambil kesimpulan berobat ke dokter mungkin dia lebih tau (terjemahan

wawancara informan pertama)

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

91

Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa informan mengganggap

dokter lebih tahu daripada dirinya yang tidak memiliki pengetahuan seperti

dokter. Informan lain yang juga menyatakan tidak setuju dengan pendapat

dokter,hal ini dinyatakan oleh informan ke lima (Ibu Yusniar):

Ambo piki itu babisu biaso sajo dek merah macam mau malatui. Kato

urang kalau kanker tu sakik bana ado damam, sakik kapalo, ado muntah tapi

ndak ado di ambo (informan kelima)

Saya pikir itu bisul biasa karena memerah dan kayak mau meletus.

Karena kata orang kalau kanker itu sakit kali ada demam, ada pening, ada

muntah tapi saya kan tidak (terjemahan wawancara informan ke lima)

Informan membandingkan kondisinya dengan gejala kanker payudara

yang dikatakan oleh dokter. Informan tidak merasakan benjolan ataupun rasa sakit

pada payudara padahal penyakit kanker payudara sudah lama diderita oleh

informan. Informan mengakui bahwa informan tidak pernah memeriksa

payudaranya sehingga informan tidak mengetahui dirinya sudah menderita

penyakit kanker payudara sejak lama. Hal ini dinyatakan oleh informan ke lima

(Ibu Yusniar):

Iko bukan kanker ko, di nenen ko kan memang ado bulek-bulek jadi

ambo uruik-uruik sajo (informan kelima)

Bukan kanker ini, kan di payudara memang ada bulat-bulat makanya

saya urut-urut saja (terjemahan wawancara informan kelima)

Dari pernyataannya, informan tidak setuju penyakitnya adalah kanker

payudara karena informan mengetahui bahwa penyakit kanker payudara hanya

mengenai payudara saja tidak menjalar sampai tangan seperti yang dialami

informan. Informan tidak mengetahui bahwa penyakitnya sudah pada stadium

lanjut karena penyakit kanker payudara yang dideritanya sudah menjalar ke

tangan. hal ini dinyatakan olehinforman ke tujuh (Ibu Irma Dewi Sartika):

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

92

Leng o kadang masok angen maui, karano bale nea tei ya aklefo

(informan ketujuh)

Saya pikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar

(terjemahan wawancara informan ketujuh)

Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan menilai

penyakitnya hanya sebatas masuk angin biasa karena hanya berupa benjolan yang

membesar. Informan tidak mengetahui bahwa benjolan pada payudara adalah

salah satu gejala kanker payudara.

Seluruh informan kurang mengetahui kanker payudara sehingga ada

sebagian informan yang tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakit

kanker payudara (tidak berespon terhadap penyakitnya). Dari sebagian informan

yang tidak setuju dengan pendapat d vokter mengenai penyakitnya ditemukan

bahwa penyakit yang dialami informan dianggap informan bukan penyakit yang

parah sehingga informan santai menanggapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa salah satu

alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak

meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa

sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi

kehidupannya.

Sebagian informan tidak setuju dengan pendapat dokter tentang

penyakitnya namun, seluruh informan menyatakan setuju untuk mengobati

penyakitnya dan setuju bahwa penyakitnya membahayakan sehingga harus

diobati, hal ini dinyatakan oleh informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura):

Iyo bahayo, ala banyak conto nyo di sakaliling kito. Kalau ndak lake

barubek bisa manyebabkan kematian (informan keenam)

Ya membahayakan, uda banyak contoh disekeliling kita. Kalo gak

segera diatasi akan menyebabkan kematian (terjemahan wawancara

informan keenam)

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

93

Informan menyatakan bahwa penyakitnya berbahaya sehingga dapat

menyebabkan kematian pada penderitanya jika tidak segera mendapatkan

pengobatan.

Informan yang lainnya mengatakan penyakitnya perlu diobati supaya

penyakitnya sembuh, hal ini dinyatakan olehinforman pertama (Ibu Sakira Wati):

Iyo, setuju ambo barubek bia lake cegak (informan pertama)

Ya setuju berobat, supaya sembuh (terjemahan wawancara informan

pertama)

Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seluruh

informan memiliki sikap yang cukup mengenai kanker payudara dan

pengobatannya karena setelah diberitahu oleh dokter bahwa informan menderita

kanker payudara informan langsung setuju untuk mendapatkan pengobatan,hal ini

dinyatakan olehinforman ke empat (Ibu Rania):

A a, harus nironi mang akduon bahayo, maro edea (informan keempat)

Ya harus diobati biar gak bahaya (terjemahan wawancara informan

keempat)

Sikap seluruh informan terhadap kanker payudara adalah tidak berespon

atau kurang. Berdasarkan tingkatan sikap, pada tingkat menerima. Hasil penelitian

ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya, Arlyana Hikmanti (2014), sebagian

besar responden yang datang terlambat untuk pengobatan, mereka setuju dengan

pengobatan yang diberikan oleh dokter

Page 94: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

94

5.3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tingkat pendidikan

sebagian besar informan rendah. Tingkat pendidikan formal terakhir informan

paling tinggi adalah Sarjana yaitu sebanyak satu orang informan dan tingkat

pendidikan formal terakhir informan yang paling rendah adalah tamat SMP yaitu

sebanyak 1 orang informan. Pendidikan informan berpengaruh pada pengetahuan

informan mengenai kanker payudara. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa

pendidikan informan rendah sehingga pengetahuan informan tentang kanker

payudara kurang. Menurut Smet (1994) dalam model-model struktur sosial

dijelaskan bahwa individu-individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau

tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti

dan bereaksi terhadap kesehatan mereka. Dalam penelitian ini, seluruh informan

memiliki tingkat pendidikan yang berbeda namun seluruh informan sama-sama

terlambat berobat.

Menurut asumsi peneliti, pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang

memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara, jika informan memiliki

pendidikan yang baik, setidaknya informan memiliki informasi yang cukup

tentang kanker payudara sehingga informan tidak akan terlambat berobat, dapat

ditangani segera agar kanker payudara tidak menjadi stadium lanjut dan dapat

meningkatkan harapan hidup penderita.

Page 95: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

95

5.4. Kepercayaan Terhadap Pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kepercayaan informan terhadap

pengobatan kanker payudara, ditemukan sebagian informan percaya bahwa

penyakit kanker payudara dapat sembuh dengan pengobatan oleh dokter

(pengobatan medis) hal ini dinyatakan oleh, informan pertama (Ibu Sakira Wati),

informan ke tiga (Ibu Erma Wati) dan informan ke empat (Ibu Rania):

Iyo buk, ambo labi picayo barubek ka doktor, karano aman lape tu

terjamin kesembuhannyo (informan pertama)

Ya bu, saya lebih percaya berobat ke dokter karena selain aman dan

terjamin kesembuhannya (terjemahan wawancara informan pertama)

Kebetulan ambo ndak panah barubek ka alternatif jadi ambo langsung

ka doktor (informan ketiga)

Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter

(Informan Ketiga)

Fakduon a o nehu mek dukun ate’eni maron alternatif, fakduon a o

picayo mek i sira, picayo nan a o mek doktor (informan keempat)

Gak pernah ke dukun atau alternatif saya tidak percaya, saya lebih

percaya ke dokter (terjemahan wawancara informan keempat)

Informan yang lainnya menyatakan bahwa dia akan sembuh dengan

pengobatan medis,hal ini dinyatakan oleh informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik

Bura) dan informan yang ke tujuh (Ibu Irma Dewi Sartika):

Ndak panah, ambo ndak picayo do samo dukun-dukun tu. Sakik apopun

ndak picayo ambo. Ambo labih picayo samo dokter (informan keenam)

Gak pernah, saya gak percaya dukun. Sakit apapun saya gak percaya.

Saya lebih percaya ke dokter (terjemahan wawancara informan keenam)

A a, picayo nan a o mek doktor ia. Fakduon a o nehu maron mek dukun

(informan ketujuh)

Ya, saya lebih percaya ke dokter. Saya tidak pernah berobat kedukun

(terjemahan wawancara informan ketujuh)

Kepercayaan terhadap pengobatan membuat seluruh informan ingin segera

mengobati penyakitnya agar informan sembuh. Tetapi ada juga informan yang

Page 96: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

96

memilih berobat ke pengobatan alternatif, hal ini dinyatakan oleh informan kedua

(Ibu Erna) dan informan kelima (Ibu Yus)

Sabananyo ambo labi picayo samo doktor, cuma dek biayo ko tadi jadi

barubek ka alternatif sajo labi murah, lampok-lampok yang di agi kan pun ada

dakek rumah, jadi sanang di dapek (informan kedua)

Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi jadi ke

alternatif selain murah, ramuan-ramuan yang di berikan pun ada di sekitar

rumah saya, jadi gampang saya mendapatkannya (terjemahan wawancara

informan kedua)

Mulo-mulo tu ambo picayo barubek ka alternatif, hago nyo murah, lape

tu ambo takuik di operasi. Ala lamo ambo barubek ndak ado parubahan, baru

lah ambo dijampuik petugas kesehatan bia dirujuk ka rumah sakik, ala

baulang-ulang ambo diajak urang tu barubek tapi ambo ndak mau pai

(informan kelima)

Awalnya saya percaya ke pengobatan alternatif di samping biaya gak

mahal, saya takut di operasi. Setelah lama berobat di alternatif kemudian

tidak ada perubahan barulah saya di jemput oleh petugas kesehatan untuk

di rujuk ke rumah sakit, karena sudah berkali-kali mereka ajak periksa tapi

saya tidak pernah mau pergi (terjemahan wawancara informan kelima)

Hal ini sesuai dengan penelitian Arlyana Hikmanti (2014), sebagian besar

responden pergi ketempat pengobatan lain sebelum ke rumah sakit. Datang ke

rumah sakit sudah dalam keadaan terlambat. Beberapa responden datang setelah

berobat ke pengobatan alternatif yang tidak lebih dari satu tempat. Pengobatan

alternatif yang dipilih resonden karena berdasarkan pengalaman atau cerita dari

banyak orang mereka mampu menyembuhkan kanker payudara dan mereka

mengharapkan pengobatan yang lebih murah.

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat J. Young (1980) dalam Muzaham

(1995) yang menyatakan bahwa kepercayaaan (faith) terhadap keberhasilan dari

pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi salah satu unsur

utama dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat.

Menurut asumsi peneliti keterlambatan pengobatan kanker payudara juga

dipengaruhi kepercayaan informan terhadap pengobatan kanker payudara, ada

Page 97: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

97

satu informan yang berobat alternatif karena informan tidak percaya dengan

diagnosa dokter, informan tersebut sudah berobat lama hingga keadaannya

semakin memburuk, jika informan berobat kedokter lebih awal akan mencegah

kanker ke stadium selanjutnya. Beberapa informan lain yang percaya terhadap

pengobatan dokter juga ada yang melakukan pengobatan alternatif, meminum

obat herbal dan ramuan-ramuan. Informan melakukan pengobatan lebih dari satu

tempat dengan harapan penyakit informan dapat berkurang.

5.5. Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai fasilitas pengobatan di tempat

pengobatan sebelumnya seluruh informan menyatakan bahwa fasilitas pengobatan

tidak lengkap sehingga informan berobat keluar daerah Simeulue,hal ini

dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira Wati) dan informan ke dua (Ibu

Erna Wati):

Ndak lengkap alat di siko, makonyo dirujuk ka RSU Zainal Abidin,

disiko ndak ado dokter yang bisa mangubek kanker payudara katanyo

(informan kedua)

Gak ada kelengkapan di sana makanya dirujuk ke Rumah Sakit

Umum Zainoel Abidin. Dan tidak ada dokter khusus yang menangani

kanker payudara (terjemahan wawancara informan kesatu)

Di Rumah Sakit di Simeulue ko ndak lengkap alat urang tu, ndak ado

ubeknyo untuk kanker payudara. makonyo ambo di rujuk ka Rumah Sakit

Umum Zainal Abidin. Ndak ado dokter khusus katonyo. (informan kedua)

Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap peralatannya, gak ada obat

untuk kanker payudara. Dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin. Gak

ada dokternya khusus yang menangani kanker payudara(terjemahan

wawancara informan kedua)

Informan yang lainnya juga menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya

berobat tidak memiliki peralatan yang lengkap sehingga informan dirujuk ke

Rumah Sakit di luar daerah,hal ini dinyatakan oleh informan ke tiga (Ibu Erma

Page 98: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

98

Wati), informan ke empat (Ibu Rania), informan ke lima (Ibu Yusniar), informan

ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura) dan informan yang ke tujuh (Ibu Irma Dewi

Sartika):

Urang Rumah Sakik di daerah ko ndak talok urang tu buk, ndak

lengkap alat-alat nyo, doktornyo pun ndak ado (informan ketiga)

Orang Rumah Sakit Umum di Daerah tidak mampu, peralatan tidak

lengkap dan dokter nya tidak ada (terjemahan wawancara informan ketiga)

Pakake lumah saket ia fakduon lengkap, karano hal sok ede lah da

rujuk a o meisek luar daerah (informan keempat)

Alat pemeriksaannya kurang di Rumah disini. Lantaran itu saya

dirujuk ke rumah sakit luar daerah (terjemahan wawancara informan

keempat)

Ndak ado kemo disiko, ambo mau kemo. Kalau di rumah sakik ko ndak

ado alat yang canggih, yang ado cuma untuk mamfoto sajo, makonyo dirujuk

ke Rumah Sakit UmumZainal Abidin (informan kelima)

Gak ada kemo saya mau kemo,. Kalau di rumah sakit sini gak ada

alat yang canggih, yang ada cuma untuk meronsen aja makanya di rujuk ke

rumah sakit Zainal Abidin(terjemahan wawancara informan kelima).

Di Rumah Sakik Simeulue ko ndak lengkap alat-alatnyo, ndak macam

di luar daerah, makonyo ambo ka Penang kapatang tu (informan keenam)

Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap, gak kayak di luar daerah,

saya ke Penang kemarin tu(terjemahan wawancara informan keenam)

Fakduon lengkap ba pakake da ek lumah saket ia, mangkone a o ni

rujuk mek luar daerah (informan ketujuh)

Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit di sini. Jadi dirujuk ke

rumah sakit luar daerah (terjemahan wawancara informan ketujuh)

Fasilitas pengobatan yang tidak lengkap dirumah sakit Daerah tempat

tinggal informan membuat informan harus mengobati penyakitnya ke Rumah

Sakit luar daerah yang memiliki fasilitas pengobatan yang lebih lengkap.

Seluruh informan dirujuk ke rumah sakit luar daerah setelah seluruh

informan dinyatakan menderita penyakit kanker payudara di Rumah Sakit Umum

Daerah Simeulue. Fasilitas pengobatan kanker payudara yang tidak lengkap di

Rumah Sakit umum daerah membuat informan harus berobat di Rumah Sakit luar

Page 99: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

99

daerah yang memiliki peralatan lebih lengkap. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Sukardja (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang

membuat kerlambatan pengelolaan kanker adalah faktor rumah sakit yang kurang

memiliki perlengkapan untuk pengobatan.

Menurut asumsi peneliti fasilitas kesehatan juga salah satu faktor yang

memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara, karena jika fasilitas di

RSUD Simeulue lengkap informan bisa langsung ditangani di Rumah Sakit

tersebut tampa harus berobat keluar daerah, berobat keluar daerah menyebabkan

informan lama melakukan pengobatan karena informan memikirkan biaya hidup

jika berobat keluar daerah.

Page 100: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

100

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang

memengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara

di RSUD Simeulue Tahun 2017, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

1) Faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan

informan rendah dan hanyasatu yang ada keturunan menderita kanker payudara

sedangkan informan yang lain tidak memiliki riwayat keluarga menderita

kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengalaman dan

pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya. Sikap informan

kurang berespon terhadap penyakitnya dan menganggap itu tidak

membahayakan dan tidak menyebabkan kematian, namun ketika informan tahu

penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa

inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah

menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan

untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan.

2) Faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan

di tempat pengobatan sebelumnya yang tidak lengkap sehingga informan harus

dirujuk keluarRumah Sakit di luar Daerah Simeulue.

Page 101: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

101

3) Faktor pendukung tidak memengaruhi keterlambatan pengobatan karena ketiga

komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun petugas kesehatan hanya

menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya.

6.2. Saran

1) Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simuelue untuk membuat

suatu program penyuluhan tentang kanker payudara dan pentingnya melakukan

SADARI (periksa payudara sendiri) dengan menggunakan media seperti

leaflet, brosur dan pemutaran video cara melakukan SADARI (periksa

payudara sendiri) kepada seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk

menemukan kanker payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat

mendapatkan pengobatan.

2) Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Kanker

Indonesia (YKI) di Simeulue untuk memberikan penyuluhan tentang kanker

payudara dan SADARI (periksa payudara sendiri) kepada wanita berusia subur

(x cancer age), seperti penyuluhan dan peragaan SADARI (periksa payudara

sendiri) di televisi, penyuluhan dengan leaflet, dan penyuluhan dengan brosur.

3) Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUD Simeulue agar memberikan

penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI (periksa payudara sendiri)

kepada keluarga informan yang wanita dengan menggunakan media yang ada

seperti pemutaran video cara melakukan SADARI (pemeriksaan payudara

sendiri) di televisi dan penyuluhan menggunakan brosur.

4) Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan

uji kuantitatif.

Page 102: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suyatno. Bedah Onkologi Diagnosa Dan Terapi, Jakarta : Sagung Seto, 2010

2. World Health Organization (WHO),Penderita Kanker Payudara, (diunduh :

04 Januari 2017), diakses dari : http://WHO.com, 2013

3. SIRS, Data Kanker Payudara,(diunduh 4 Januari 2017) diakses dari :

www.depkes.go.id, 2010

4. Muhammad. Faktor Resiko Terjadinya Kanker Payudara di RSUP H.Adam

Malik, Medan, 2011

5. BPK RSUD-ZA, Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin,

Banda aceh : RSUD-ZA. 2010

6. RS Simeulue,Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue, Simeulue

: RS Simeulue, 2012

7. Benson, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : EGC, 2009

8. Wahyu Ningsih,Kanker Payudara Bisa Muncul Tanpa Benjolan, (diunduh 05

Januari 2017), diakses dari : health.detik.com,2013

9. Wardana. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan

Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi,

(diunduh 06 Januari 2017), diakses dari : kti-skripsi-bidan.com, 2012

10. Lenggogeni,Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan SADARI

Oleh Mahasiswi Jalur A Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat, (

diunduh 06 Januari 2017), diakses dari : www.Skripsi-online.com, 2011

11. Agustin, Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Untuk Melakukan

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI.), (diunduh 6 Januari 2017),

diakses dari : baskommetro.com, 2012

12. Notoadmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :

Rineka Cipta, 2007

13. Tjandra Yoga, dalam Penderita Kanker Payudara Menurun, Kanker Rahim

Melonjak, (diunduh 06 Januari 2017), diakses dari : ipmg-online.com, 2010

14. Kresno, Siti Boediana, Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium Vol

4. Edk 3. Jakarta : FKUI, 2007

15. Bustan M. N, Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta,

2000

16. Manuaba, Wibawa Tjakra, Panduan Penatalaksanaan Kanker, Jakarta :

Sagung Seto, 2010

17. H. Ristarolas T, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keterlambatan Pengobatan

pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H.Adam Malik, Medan, 2009

18. Pradipta, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (diunduh 07 Januari 2017),

diakses dari : dinkesjatengprov.go.id, 2005

19. A. Hikmanti, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan

Pada Wanita Penderita Kanker Payudara, (diunduh 20 April 2017), diakses

dari : jurnal.unimus.ac.id

102

2

Page 103: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

103

20. Wijayanti Novita Kunti, Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan

Penderita Kanker Payudara Dalam Memeriksakan Diri Ke Pelayanan

Kesehatan 2011, (diunduh 20 April 2017), diakses dari : repository.unej.ac.id

21. Muzakkir Nurul Fajri, Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan

pengobatan pada pasien carcinoma mammae dirumah sakit umum daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014, (diunduh 20 April 2017), diakses

dari : etd.unsyiah.ac.id

22. Ria Anggraeni, dkk,Deteksi Dini Pada Penderita Kanker Payudara Stadium Lanjut

Di Rsud Labuang Baji (diunduh 20 April 2017), diakses dari :

pasca.unhas.ac.id/jurnal

23. Sutjipto, Penyakit Kanker Payudara, Ciri-Ciri Kanker Payudara, Gejala

Kanker Payudara, Penyebab Kanker Payudara, (diunduh 07 Januari 2017),

diakses dari : penyakitpayudara.com

24. Mediasta, Faktor Resiko Kanker Payudara, (diunduh 10 Januari 2017),

diakses dari : wisuda.unud.ac.id, 2012

25. Indrati Rini, Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Kanker Payudara dalam Jurnal Epidemiologi, (diunduh 12 Januari 2017),

diakses dari : eprints.undip.ac.id, 2005

26. Febia Ningsih, Kanker Payudara merupakan suatu Kondisi Sel Telah

Kehilangan Pengendalian, (diunduh 12 Januari 2017), diakses dari :

wisuda.unud.ac.id, 2009

27. Adriani, Kanker Payudara, (diunduh 13 Januari 2017), diakses dari :

adrianimegarezky.blogspot.co.id, 2012

28. Komite Nasional Penanggulangan Kanker, dalam Panduan Nasional

Penanggulangan Kanker, (diunduh 13 Januari 2017), diakses dari :

kanker.kemkes.go.id, Jakarta : Kementrian Kesehatan, 2015

29. Yulianti Soleha, Stadium Kanker Payudara dan Pengobatannya, (diunduh 15

Januari 2017), diakses dari : faktakanker.com, 2012

30. Lusa, Pemeriksaan Payudara Sendiri, (diunduh 16 Januari 2017), diakses dari

: lusa.web.id, 2009

31. Diah Febiyanti, SADARI sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara, (diunduh

20 Januari 2017),diakses dari : student.unud.ac.id, 2016

32. Nisman, Lima Menit Kenali Payudara Anda, Jakarta : ANDI, 2011

33. Notoadmodjo S, Definisi Pengetahuan, (diunduh 21 Januari 2017), diakses

dari : dokumen.tips/pengetahuan-terbaru, 2012

34. A. Wawan dan Dewi M, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia, Yogyakarta : Nusa Medika, 2011

35. Notoadmodjo S, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka

Cipta, 2010

36. Hetty Rusyanti, Definisi Pendidikan, Pengertian Pendidikan Oleh Ahli,

(diunduh 24 Januari 2017), diakses dari : kajianteori.com, 2013

37. Rahayu, Teori Pendidikan, (Diunduh 22 Januari 2017). diakses dari :

duniapintardancemerlang.com, 2010

38. Agusmarni, Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pengobatan Tradisional,

(diunduh 23 Januari 2017), diakses dari : web.unair.ac.id/artikel, 2012

Page 104: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

104

39. Siti Rohmie. Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kesehatan, (diunduh 24

Januari 2017), diakses dari : sitirohmie.blogspot.co.id, 2013

40. Lusiyana, Pengertian Biaya, (diunduh 26 Januari 2017), diakses dari :

lucyana.blogspot.co.id, 2014

41. Bima,Pengertian psikologi, (diunduh 27 Januari 2017). diakses dari :

yphychology.blogspot.com, 2013

42. Smet, Bart. Psikolog Kesehatan, Jakarta : Gramedia, 1994

43. Peraturan Pemerintah, dalam Peraturan Pemerintah no. 47 Tahun 2016

tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan, (diunduh 01 februari 2017), diakses

dari : hukumonline.com, 2016

44. Undang-Undang Republik Indonesia, dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, (diunduh 4 Februari 2017),

diakses dari : sjdih.depkeu.go.id, 2009

45. Peraturan Menteri Kesehatan, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.75 Tahun 2014, (diunduh 5 Ferbuari 2017) diakses dari:

pelayanan.jakarta.go.id, 2014

46. Green, L, Health education planning a diagnostik approach, baltimoer, the

john hopkins university, my field publikshing co.1980

47. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfa Beta, 2010

48. Sugiono, Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan RND.

Bandung : Alfa Beta. 2007

49. Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2009

Page 105: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

PEDOMAN WAWANCARA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA

PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH SIMEULUE TAHUN 2017

A. Wilayah Responden :

1. Propinsi :

2. Kabupaten :

3. Kecamatan :

4. Desa :

No Identitas Informan

1 Nama :

2 Usia :

3 Pekerjaan :

4 Paritas :

B. Panduan Wawancara

No Pertanyaan

1 Bagaimana Ibu awalnya bisa tahu jika Ibu terkena kanker?

- Apakah ada rasa sakit?

- Apakah ibu tahu penyebabnya?

- Apakah ibu tahu cara mengobatinya?

- Apakah ibu tahu jika benjolan tersebut adalah gejala awal

kanker payudara?

2 Bagaimana reaksi Ibu disaat didiagnosa terkena kanker?

- Apa yang ibu lakukan?

- Apakah ibu setuju untuk melakukan pengobatan secara rutin?

3 Setelah Ibu tahu bahwa Ibu terkena penyakit kanker, apakah ibu

percaya berobat ke dokter untuk proses penyembuhannya?

105

Page 106: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

- Apakah ibu percaya berobat kedukun atau dengan obat-obatan

tradisional?

4 Seperti apa pelayanan terhadap ibu yang dilakukan petugas

kesehatan dalam menangani penyakit kanker payudara ibu?

- Apakah rumah sakit umum Simeulue memiliki alat yang

lengkap untuk menangani penyakit ibu?

- Apakah ada dokter onkologi dirumah sakit umum Simeulue?

106

Page 107: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

107

Tanggal Wawancara :18 Maret 2017

Pukul : 10.00 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden :1 (Satu)

1. Umur Ibu :36 Tahun

2. Alamat : Salur Latun

3. Pekerjaan : PNS

4. Pendidikan : Sarjana

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Assalamualaikum bu,

Waalikum salam bu,

Gimana kabarnya sekarang bu ? sehat ?

Alhamdulillah sehat bu,

Maaf ya bu, mengganggu waktunya sebentar sesuai

dengan kesepakatan kita kemarin, saya mau

mewawancarai ibu.

Iya bu, gak apa ..

Apakah dulu ibu pernah melakukan SADARI ?

Pernah bu, dulu saya di ajarkan sama penyuluh

kesehatan SADARI itu periksa payudara sendiri bu kan

bu..

Jadi bagaimana gejala awal yang ibu rasakan ?

Pertama kali timbul seperti ada benjolan terasa

terpegang sama saya pada saat saya tidur terlentang,

tertekan sama anak, kok sakit kali bu.. terus saya

pegang kok ada terasa biji-biji gitu ..

Biji-biji seperti apa bu ?

Seperti biji kedondong kayak ada urat-urat gitu bu..

Tapi dulu pernah Cuma tidak ada kayak urat-urat itu..

Yang dulu itu seperti apa bu ?

Yang dulu itu seperti bulat-bulatan gitu, tapi saya

tanyak orang-orang kata mereka mungkin itu endapan

ASI kan kamu tidak menyusui anakmu padahal ASI nya

ada.

Kapan itu bu ?

Pada saat anak pertama saya.

Kenapa tidak ibu susui anak ibu ?

Ada saya susui bu, tapi Cuma 3 bulan gitu bu.

Kenapa Cuma 3 bulan saja ibu susui bayi ibu ?

Waktu itu saya sudah mulai kerja bu. Saya perginya

Page 108: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

108

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

pagi pulangnya sore, rumah saya jauh dari rumah

sekolah tempat saya ngajar bu ..

Apa tidak sakit payudara ibu ASI kan menumpuk bu ,,

Sakitlah bu .. malahan pernah saya demam karna ASI

nya menumpuk itu bu ..

Terus anak ibu ibu kasih apa ?

Susu bubuk itu bu yang khusus untuk bayi 0-1 tahun.

Apa yang terjadi pada Ibu, asinya menumpuk-numpuk

gitu ?

Saya sering demam, dan lama kelamaan ASI saya

berkurang sendiri, anak saya pun gak mau lagi nyedot

ASI nya.

Bagaimana ibu begitu tahu ada benjolan ?

Setelah ASI nya kurang itu bu setelah tertekan sama

anak saya tadi, besok-besoknya apa bila saya baring

terlentang sengaja saya rabakan kalau tidak tiduran

terlentang itu mamae kita menipis, tertarik agar datar

dan mudah untuk di raba. Kemudian saya raba-raba ..

eh ternyata masih ada dia disitu, mulailah saya gelisah

apa ini mungkin kanker yang seperti cerita-cerita saya

dengar itu . besoknya kan bu, bulang saya sekolah saya

langsung ke Dokter untuk periksa.

Apa hasil pemeriksaan Dokter bu ?

Kata Dokter ini bukan endapan ASI, ini seperti tumor

dan saya curiga ini kemungkinan kanker begitu kata

Dokter bu ..

Apa reaksi ibu pada saat itu ?

Saya jadi susah bu, apa lagi Dokter langsung

menyarankan saya agar cepat-cepat berangkat ke Banda

Aceh atau kemana yang penting keluar daerah untuk

segera diperiksa secara bertahap.

Terus apa ibu mau berangkat ke luar daerah ?

Mau bu, tapi saya belum langsung berangkat.

Kenapa ibu tunda lagi keberangkatannya ?

Saya tunggu suami saya, pada saat itu dia ikut turnamen

Sepak Bola di Simeulue Barat.

Berapa lama ibu menunggunya ?

Ada sebulan lebih bu, sambil juga menunggu gajian

untuk tambahan biaya kami nantinya.

Memang operasi ibu biaya sendiri ya bu ?

Tidak bu, saya pakai kartu BPJS.

Di Rumah Sakit mana Ibu di operasi bu ?

Di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin bu ..

Bagaimana setiba ibu di Rumah Sakit Zainal Abidin ?

Setelah saya diperiksa semua-semua kata Dokter,

Mamae saya sudah harus diangkat karena sudah agak

Page 109: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

109

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

terlambat bu dan hasiln PA nya pun ganas.

Bagaimana tanggapan ibu dan suami pada saat Dokter

menyatakan seperti itu ?

Saya dan suami setuju karna berbahaya kalau tidak

diangkat semua.

Kapan ibu operasinya ?

Tahun 2015 bu..

Berapa kali operasinya ?

Operasi saya sekali saja bu, tapi yang berulang-ulang itu

Kemoterapi.

Berapa lama ibu Kemoterapi ?

Lama bu, sampai kami cari rumah kos di Banda Aceh.

Berapa kali ibu di kemoterapi ?

4 atau 5 kali kalau gak salah setiap 2 minggu sekali saya

di Kemo tu bu ..

Bagaimana sekarang bu, apa masih ada rasa sakit ?

Ada nyeri-nyeri sikit bu, tapi kadang-kadang hilang.

Tapi saya sudah kurang PD karena sudah tinggal

payudara saya.

Ndak apa-apa bu, yang penting ibu sudah sehat kan bu ?

Iya bu, Alhamdulillah suami saya pun sudah sangat

memaklumi keadaan saya sekarang.

Alhamdulillah, itu yang paling penting bu.

Terimakasih ya bu ....

Ya bu, sama-sama. Saya sering ngobrol-ngobrol sama

ibu, saya dapat tambahan wawasan dan bisa curhat juga

saya bu, jadi saya lebih legah.

Saya juga senang sama ibu, sudah bantu saya, ibu juga

sudah mau jadi informan penelitian saya. Sekali lagi

terimakasih ya bu .

Iya bu, sama-sama.

Page 110: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

110

Tanggal Wawancara : 26 Februari 2017

Pukul : 10.00 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden : 2 (Dua)

1. Umur Ibu : 44 Tahun

2. Alamat :Labuan Bakti

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan : SMA

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti : Assalamualaikum bu

Informan : Waalaikum salam bu ..

Peneliti : Ibu sehat bu ?

Informan : Alhamdulillah bu saya mulai sehat dan sudah bisa kerja

seperti biasa.

Peneliti : Apa tidak ada rasa sakit lagi bu di payudaranya, bekas

operasinya ?

Informan : Tidak bu, nyeri-nyeri biasa di taruk minyak angin

sembuh bu ..

Peneliti : Mengapa bisa telat ibu mengetahui kalau ibu terkena

penyakit kanker ?

Informan : Bagaimana lah bu, saya banyak kali yang harus saya

tanggung jawapi ..

Peneliti : Tanggung jawab seperti apa itu bu ?

Informan : Ngurus anak sendirian, ngurus kerjaan rumah seharian

tidak selesai-selesai. Belum lagi suami saya tidak mau

tau sama anak-anak, jadi saya stres bu ..

Peneliti : Tidak mau tau seperti apa itu bu ? suaminya ?

Informan : Iya bu, dia kan sudah kawin lagi,

Peneliti : Sudah lama bu ?

Informan : Sudah 1 tahun lebih bu..

Peneliti : Pada waktu ibu sakit bagaimana bu ?

Informan : Awalnya saya sakit kanker seperti ini mungkin bisa jadi

karena saya stres karena ulahnya suami saya. Suami

saya berselingkuh dengan istrinya sekarang bu.

Sebetulnya saya malu lah bu menceritakanya.

Peneliti : Ya uda gak apa-apa bu, sabar aja.. terus bagaimana dia

bisa tau dengan penyakit ibu itu ?

Informan : Awalnya payudara saya tidak berhenti-henti ASI nya

padahal anak saya sudah tidak menyusui lagi karena

pada saat itu umur anak saya sudah 3 tahun. Anak saya

Page 111: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

111

pada saat itu berhenti menyusui pada umur 2 tahun 2

bulan.

Peneliti : Seperti apa air yang keluar dari payudara ibu ?

Informan : Cairannya bening-bening bu, tidak sama seperti ASI

dan seperti getah-getah gitu bu.

Peneliti : Ada benjolan bu ?

Informan : Tidak ada bu, Cuma agak keras-keras saja.

Peneliti : Kapan Ibu bawa berobat/periksa ke Dokter ?

Informan : Lebih kurang ada 1 tahun bu.

Peneliti : Mengapa lama sekali ibu ? padahal ibu sudah tau kalau

airnya sudah tidak normal

Informan : Iya b, saya terlalu sibuk mengurus-ngurus rumah tangga

dan mengurus anak-anak, antar jemput sekolah, mengaji

sementara suami saya keluyuran di luar terus saya jadi

lalai, memang sudah ada beberapa kali rencana saya

mau ketemu bidan yang tidak terlalu jauh rumahnya

dari rumah saya.

Peneliti : Kapan Ibu periksakan ?

Informan : Waktu saya kena batuk-batuk sudah 3 minggu tidak

sembuh-sembuh dan minum ramuan-ramuan dan

minum sirup hitam obat batuk hitam, lalu saya ke

Dokter dan pada saat itu saya tanya Dokter mengapa

ASI saya tidak kering-kering sementara anaknya sudah

umur 4 tahun lebih. Tapi ASI nya cair dan tidak

banyak-banyak terus payudara saya agak mengeras

kalau tersenggol sakit. Lalu Dokter periksa, ternyata

Dokter curiga kanker dan menyuruh saya agar periksa

ke Dokter Bedah.

Peneliti : Apakah ibu pergi ke Dokter bedah ?

Informan : Iya bu, saya pergi besoknya..

Peneliti : Apa hasil pemeriksaan Dokter bedah ?

Informan : Sama bu, Dokter bedahnya Juga Curiga kalau kanker

payudara dan langsung menyarankan agar saya

berobatnya ke Banda Aceh saja.

Peneliti : Bagaimana sikap ibu dengan permintaan dokter tersebut

?

Informan : Saya setres bu, ada beberapa lama, mana suami saya

tidak mau tau dengan keadaan saya.

Peneliti : Apakah Ibu ada menyampaikan pada suami kalau ibu

kena penyakit kanker payudara ?

Informan : Ada bu, tapi dia diam saja.

Peneliti : Bagaimana ibu bisa berobat ke Banda Aceh ?

Informan : Atas bantuan dan dorongan dari keluarga saya dan

keluarga suami saya.

Peneliti : Kapan saatnya ibu berobat ke Banda Aceh ?

Informan : Sekitar 9 bulan setelah saya selesai periksa dari Dokter

Page 112: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

112

Bedah.

Peneliti : Mengapa ibu menunggu lagi sampai 9 bulan ?

Informan : Karna saya dan keluarga ngumpul-ngumpul biaya dulu

Peneliti : Suami ibu ada kasih biaya ?

Informan : Ada juga bu, tapi ya... gak seberapa bu yang seharusnya

yang bertanggung jawab sama saya itu adalah dia tapi

dia seperti orang lain terhadap saya.

Peneliti : Apakah suami ibu ikut ke Banda Aceh?`

Informan : Ikut bu, tapi dia tidak mau menunggu lama-lama di

Banda Aceh.

Peneliti : Pada saat operasi apakah ibu ada di dampingi suami ?

Informan : Iya ada bu, tapi setelah selesai operasi dia langsung

pulang dengan alasan banyak pekerjaan.

Peneliti : Siapa yang mengurus ibu selanjutnya ?

Informan : Keluarga saya bu..

Peneliti : Ada ibu di terapi Kemo ?

Informan : Ada bu, selama 5-6 bulan setiap 3 minggu sekali

Peneliti : Sekarang apa ibu masih di Kemoterapi ?

Informan : Tidak lagi bu, tapi saya harus kontrol-kontrol kata

Dokter.

Peneliti : Alhamdulillah, semoga bisa sembuh total ya bu ..

Informan : Amin, terimakasih ya bu..

Peneliti : Iya sama-sama, semoga kita selalu dalam lindungan

Allah SWT..

Informan : Amin ..

Peneliti : Terimakasih ya bu, sudah bersedia menjadi informan

saya..

Informan : Iya sama-sama bu..

Page 113: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

113

Tanggal Wawancara :26Februari 2017

Pukul : 10.00 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden :3 (Tiga)

1. Umur Ibu :43 Tahun

2. Alamat : Malasin

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan : PNS

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Assalamualaikum bu,

Waalikum salam bu,

Gimana kabarnya sekarang bu ? sehat ?

Alhamdulillah sehat bu,

Maaf ya bu, mengganggu waktunya sebentar sesuai

dengan kesepakatan kita kemarin, saya mau

mewawancarai ibu.

Iya bu, gak apa saya juga lagi gak ada kerjaan sekarang.

Apakah dulu ibu pernah melakukan SADARI ?

Gak Pernah bu, gak tau saya apa itu SADARI bu..

Sadari itu Periksa Payudara Sendiri bu

Apa ibu dulu pernah melakukannya ?

Gak pernah bu, paling cuma saya raba-raba saja.

Bagaimana awal terjadi sakitnya seperti itu ?

Dulunya saya sering terlambat memberi susu ASI anak

saya.

Mengapa ibu bisa terlambat ngasih susu anaknya bu ?

Karena saya kerja bu.. jarak rumah saya jauh dengan

tempat saya kerja kalau saya pulang butuh waktu 40

menit bu.

Sebetulnya ibu bisa peras ASI nya terus Ibu masukkan

botol/gelas lalu disimpan di kulkas.

Malas saya bu, diperas-peras itu sakit payudara saya bu.

Sampai berapa lama berangsur seperti itu bu ?

Selama anak saya menyusui saya jarang sekali kasih

kecuali malam hari dan akhirnya pun anak saya tidak

mau lagi kalau saya kasih ASI.

Apa yang ibu lakukan ketika anaknya tidak mau lagi

ASI?

Tidak ada bu, sampai ASI saya tumpah-tumpah dan

mengeras berdenyut-denyut dan beberapa lama asi saya

Page 114: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

114

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

kurang sendiri.

Kapan ibu terasa ada benjolan itu bu ?

Terasa sudah ke anak saya yang kedua buk. Sama

halnya seperti anak pertama tidak juga sampai saya

susui karna saya selalu bolak balik dari kantor jadi saya

kasih saja minum susu kaleng.

Bagaimana mula-mula terasa benjolannya bu ?

Setelah kurang ASI nya kan sudah terasa kendor. Jadi

sewaktu saya bersih-bersih putingnya itu seperti ada

bulatan dan saya takut. Kok bisa begini ya ? begitu saya

tekan jari saya seperti ada tekanan dari dalam... terus

saya rasa-rasa terasa ada benjolan sebesar telur ayam

kampung.

Ada rasa sakit bu ?

Ada bu, tapi tidak terlalu sakit kalau di tekan terasa

sakitnya.

Bagaimana reaksi ibu begitu terasa ada benjolan ?

Saya takut sekali bu, saya pikir itu karena sisa ASI saya

yang belum kering. Jadi saya diamkan saja.

Berapa lama itu bu ? ada sampai 2 bulan ?

Ada 2 bulanan bu, waktu itu ada demam saya bu, saya

mulai curiga mungkin dari payudara saya. Saya

langsung ke Dokter.

Bagaimana bu,hasil pemeriksaan Dokternya ?

Kata Dokter dicurigai kanker payudara.

Apa tanggapan ibu terhadap keterangan Dokter ?

Saya percaya bu, dan saya emang sudah was-was ini

akan terjadi sama saya.

Mengapa ibu bisa berfikir seperti itu ?

Karena kata orang kesehatankan tau juga sedikit-sedikit

bu, apalagi sudah beberapa lama benjolannya belum

mengecil. Mulanya saya rasa sama seperti anak saya

yang mulanya abangnya pernah juga seperti itu tapi

lama kelamaan mengecildan hilang sendiri. Makanya

saya agak telat berobatnya.

Apa anjuran Dokter terhadap ibu ?

Saya diminta untuk lebih cepat penanganannya agar

saya berobat saja ke Banda Aceh atau ke Medan.

Jadi ibu pilih berobat kemana ? apa ke Banda Aceh atau

ke Medan?

Tulah bu, saya berobat ke Banda Aceh.

Pakai biaya sendiri bu ?

Tidak bu, saya pakai BPJS kan lumayan bu gak keluar

biaya operasi Cuma obat-obatan saja karna gak semua

obat-obatan di tanggung BPJS karna ada juga obat yang

di beli diluar dan biaya sewa rumah serta belanja sehari-

Page 115: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

115

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

hari.

Berarti ibu sewa rumah di Banda Aceh ?

Iya bu, karna kurang lebih 1 tahun saya bolak balik ke

Banda Aceh.

Mengapa sampai 1 tahun sewa rumahnya bu ?

Kerna siap operasi Dokter menganjurkan lagi untuk

Kemoterapi lagi, kata Dokter supaya jaringannya habis

dan tidak tumbuh lagi.

Berapa lama dan berapa kali kemonya bu ?

Lama juga bu, ada kurang lebih 5 kali, karna 21 hari

sekali saya di Kemo.

Jadi ibu sekarang masih kemo lagi ?

Tidak bu tapi saya dianjurkan 3 bulan sekali kontrol.

Bulan depan ini saya mau berangkat juga bu tapi saya

rasa ntah sampai, karna ini kan mau bulan puasa juga.

Baiknya bu jangan sampai terlambat lagi ya bu..

Iya bu, Insyaallah saya usahakan.

Baiklah bu, semoga cepat sembuh dan selnya pun tidak

tumbuh kembali.

Amin, terimakasih banyak ya bu ..

Iya sama-sama, mohon maaf ya bu uda mengganggu

sedikit waktunya. Dan terimakasih juga Ibu sudah

bersedia menjadi Informan saya.

Iya bu sama-sama..

Saya permisi ya bu .

Iya, hati-hati di jalan ya bu ...

Iya Insyaallah.

Page 116: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

116

Tanggal Wawancara : 27 Maret 2017

Pukul : 20.45 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden : 4 (Empat)

1. Umur Ibu : 42 Tahun

2. Alamat : Suka Karya

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan : SMA

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Apa kabar bu ?

Alhamdulillah sehat ..

Dulu ibu menikah di usia berapa ?

Dulu saya menikah pada usia 42 tahun memang sudah

agak tua sedikit bu keluarga saya jua selalu mengecilkan

saya.

Ibu sudah pernah hamil ?

Pernah bu, dulu saya hamil pertama di usia 44 tahun

sering periksa sama ibu bidan Nila di Lorong Nangka

Usia berapa sekarang anak ibu ?

Dulu kehamilan umur 3 bulan saya mengalami

keguguran karna mungkin faktor usia atau rahim saya

yang lemah saya kurang tau juga bu.

Setelah keguguran kemarin pernah hamil lagi ?

Gak pernah lagi bu, saya pengen hamil tapi belum dapat-

dapat juga gak pernah lagi telat-telat bulan bu mungkin

karna umur saya yang sudah tua ya kan buk.

Pernah ibu berusaha ke dokter untuk memeriksakan yang

berkaitan dengan kehamilan ibu yang ibu ingunkan ?

Ada, tapi saya sudah capek ke Dokter dan ke Bidan tapi

kenyataannya tidak ada hasil.

Kapan mulai terasa ada benjolan di payudara ibu ?

Tidak ada benjolan bu, hanya saja keras-keras awalnya

kecil makin lama semakin melebar dan sampai

keseluruhan payudara saya. Kerasnya itu seperti semen

atau lantai dan seperti tertarik atau diikat rasanya.

Ibu tidak periksakan ke bidan atau ke dokter?

Tidak bu, karena saya tanyak suami gak apa – apa kalau

tidak sakit itu mungkin masuk angin, urut-urut saja

dengan minyak kayu putih.

Sampai berapa lama ibu urut-urut seperti itu ?

Page 117: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

117

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Dari keras yang sedikit sampai dengan mengeras

semuanya ada setahun lebih.

Mulai kerasnya kapan bu ?

Mulai akhir tahun 2007 tapi saya tidak ingat bulan berapa

sampai dengan tahun 2008 baru terasa ada sakit tapi

masih bisa ditahan.

Selain sakit di payudara, gejala apa saja yang lain yang

ibu rasakan ?

Sudah mulai demam-demam, pusing-pusing sakit kuduk

dan punggung.

Ibu berobat kemana pada saat itu ?

Ke Mantri (Perawat laki-laki) tapi setelah habis obat saya

demam lagi dan bapak menteri tidak memeriksa karena

saya tidak menyampaikan ke pak mantri kalau sakitnya

dari payudara saya.

Setelah habis obat kambuh lagi, ibu berobat kemana lagi?

Kembali lagi ke pak Mantri pada saat kembali saya

sampaikan kalau payudara itu ada berdenyut-denyut dan

keras lantas pak mantri menyuruh saya agar berobat saja

ke puskesmas tidak jauh dari prakter pak mantri

puskesmasnya. Lebih kurang jarak 200 M.

Apakah ibu pergi ke Puskesmas ?

Iya bu, saya langsung ke Puskesmas dan saya diperiksa

dokter di buka perut, dibuka dada, barulah saya ceritakan

kalau payudara saya yang sebelah kiri sudah mengeras

sudah lebih kurang 2 tahun. Lalu dokter meminta suami

saya masuk ke ruang periksa dan menyampaikan agar

saya di periksakan ke Rumah Sakit saja dan Dokter

mengeluarkan Rujukannya.

Bagaimana suami Ibu saat itu apa dia bersedia membawa

ibu ke Rumah Sakit ?

Mau bu, Bersedia dan langsung bilang ke Dokter saya

bawa sekarang.

Sejak di buat rujukan ke rumah sakit, berapa lama ibu

baru pergi ke rumah sakit ?

Ada 2 hari

Mengapa ibu tunda lagi sampai 2 hari?

Karena waktu itu sudah sore Polinya sudah tutup,

besoknya jam 9 baru pergi tapi antri di poli rame kali

sampai siang belum di panggil-panggil lalu kami pulang.

Besoknya demam pula saya pusing saya gak bisa bangun

baru besoknya lagi lah saya sembuh demam baru balek

ke rumah sakit dan baru saya dapat diperiksa.

Apa hasil pemeriksaan dokter itu bu ?

Kata dokter saya harus dirawat inap karena saya sudah

ada demam dan untuk memudahkan pemeriksaan yang

Page 118: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

118

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

lainnya.

Apakah ibu dan suami ibu setuju untuk di rawat inap

pada hari itu ?

Setuju bu, tapi kami pulang dulu hari itu belum bawa

persiapan.

Persiapan seperti apa itu bu ?

Seperti pakaian, dan lain-lain.

Berapa lama ibu dirawat atau ditangani dokter baru

ketahuan ibu ada penyakit kanker ?

Ada lebih kurang 5 hari saya dirawat ada dipasang infus,

diambil darah, dironsen.

Bagaimana dokter tau kalau ibu sudah kena penyakit

kanker?

Setelah saya diperiksa beberapa kali tapi dokternya

mengatakan baru dicurigai kanker dan pada saat itu saya

semakin sakit demam saya makin tinggi, pusing sudah

minum obat belum juga kurang.

Apa yang ibu lakukan dengan suami setelah mendapat

informasi dari dokter kalau ibu kena penyakit kanker ?

Kami hanya berdoa semoga cepat sembuh dan dapat

obatnya.

Ibu tidak menanyakan ke dokter kenapa payudara ibu

bisa mengeras dan bagaimana cara pengobatannya?

Ada bu, kata dokter saya harus di periksa lebih lanjut ke

rumah sakit luar daerah ke Banda Aceh atau ke Medan.

Apa dokternya tidak menganjurkan harus berangkat hari

itu juga ?

Ada bu, tapi kami masih berharap kesembuhannya

dengan perawatan Dokter yang ada di Simeulue dulu.

Kapan saatnya ibu berobat ke Banda Aceh itu bu ?

Setelah saya mulai membaik kami minta untu keluar dari

Rumah Sakit untuk rawat jalan sambil menunggu ada

biaya ke Banda Aceh.

Mengapa Ibu harus ada biaya? Bukankah ibu ada kartu

BPJS ?

Maksudnya bu, untuk biaya kami hari-hari disana dan

mana tau ada obat-obat yang dibeli di luar tanggungan

Rumah Sakit dan juga ongkos kami dalam perjalanan

karena kami tidak di antar oleh ambulance dari Simeulue.

Ada berapa lama ibu menunggu?

Saya dirawat itu tahun 2009 sekali, 2010 ada beberapa

kali baru saya berobat ke Banda Aceh itu awal tahun

2013 itu saya sudah semakin sakit, kalau saya demam

sudah sampai menggigil kedinginan, dingin sekali.

Kenapa sampai segitu lama ibu menunggunya baru ke

Banda Aceh ?

Page 119: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

119

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Karena saya ada juga berobat ke Alternatif, minum obat

Herbal di samping ke Dokter sambil menunggu-nunggu

ada persiapan biaya.

Setiba di Banda aceh bagaimana bu ?

Kami berobat langsung ke Rumah Sakit Zaenoel Abidin

saya di periksa oleh Dokter, kata petugasnya tu kadang-

kadang katanya yang datang itu dokter berdah, dokter

penyakit dalam, dokter jantung dan dokter spesialis

kanker lah yang selalu memeriksa saya.

Apa hasil pemeriksaannya bu ?

Saya dinyatakan sakit kanker payudara Stadium 2 dan 3

dan harus di Operasi.Tapi itu setelah saya diperiksa

semuanya lengkap baguslah di Rumah Sakit Zainal

Abidin itu.

Bagaimana reaksi Ibu dan Suami pada saat dokter

menyampaikan yang bahwa penyakit ibu itu adalah

kanker payudara ?

Kami sudah pasrah dan kami sudah memang dibilang

dokter dari simeulue kemungkinan saya kena kanker

payudara dan segera di operasi, kami sudah siap

menerimanya bu.

Kapan ibu di operasi ?

Awal tahun 2014 bulan 3.

Kenapa lama sekali bu, baru ibu di operasi? Bukannya

kata Dokter harus segera di Operasi ?

Ya Bu, kami menunggu jadwal operasinya sampai 3

bulan.

Kenapa sampai 3 bulan lamanya bu ?

Antri bu, karena saya pasien JKN jadi sudah duluan

pasien lainnya di jadwalkan dan juga pasien JKN.

Pada saat menunggu operasi bagaimana perasaan ibu ?

Saya hanya pasrah saja bu, tapi saya rasa ada benjolan

juga di sebelah kanan payudara saya.

Terus bagaimana ibu ?

Saya datang ke Dokter untuk di periksa .

Apa kata Dokternya Bu ?

Katanya Payudara sebelah kanan Ibu juga sudah kenak.

Trus apa yang dilakukan menunggu jadwal ibu operasi ?

Saya tetap kontrol ke Dokter dan saya ada di sinar-sinar

katanya di Kemo.

Terus pada saat ibu operasi apakah payudaranya

langsung diangkat dua-duanya bu ?

Tidak bu, yang diangkat hanya sebelah kiri itu sampai

datar diambil karena kata Dokter itu hampir kena ke

dinding dada saya.

Terus yang kanan itu di apakan bu ? kan sudah kenak

Page 120: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

120

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

juga?

Hanya diambil benjolannya saja kecil bulat-bulat baru 1

cm besarnya dan tidak ganas.

Bagaimana ibu setelah di Operasi apa langsung sehat dan

tidak terasa sakit apa-apa lagi ?

Alhamdulillah bu tidak sakit lagi, tapi saya sangat jera

dan sengsara sekali setelah operasai saya karena saya

menjalani kemoterapi pokoknya pada saat itu saya kurus

sekal, gemetaran, tidak seperti yang ibu lihat saat ini.

Kenapa bisa seperti itu bu ? kan yang sakitnya sudah

diangkat ?

Ya bu, tapi setiap saya di Kemoterapi saya mual-mual

muntah, tidak ada selera makan, kulit saya ini jadi kering

mata kabur-kabur, pandangan saya kabur, bahwakan

maaf ya bu, bulu kemaluan saya saja gugur jadi gundul,

rambut kepala jangan ibu tanya lagi uda mau habis bu.

Tapi saya lihat alis ibu sudah bagus lagi ?

Sudah bu, baru setahun ini semuanya sudah mulai bagus,

rambut tumbuh lagi karena saya sudah tidak Kemoterapi

lagi.

Berarti ibu sekarang tidak kontrol ke dokter lagi bu ya ?

Kontrol bu, cukup di Dokter bedah di sini saja dan kalau

ada keluhan saja.

Alhamdulillah ibu uda sembuh berarti ya bu, Terimakasih

ya Bu, Saya permisi.

Informan Pendukung

Mengapa bapak hanya bilang di urut-urut saja payudara

istrinya padahal ibu sudah menyampaikan ke Bapak

bahwa paudara Ibu ada yang keras-keras didalam

payudaranya?

Karena istri saya tidak pernah mengeluh bahwa adanya

rasa sakit, asumsi saya berarti itu Cuma masuk angin

biasa.

Setelah ibu mengeluh kalau payudaranya sudah mengeras

semuanya seperti semen, bagaimana reaksi bapak ?

Saya agak heran juga buk, kok bisa kek gitu ya. Mulai

dari situlah saya ajak istri saya untuk berobat, dan saya

juga buat obat daun-daunan yang kata orang tua-tua kita

dulu obat yang bisa menghilangkan bengkak

Bapak bawa kemana pertama kali ibu berobat?

Ke pak Mantri ( perawat kesehatan).

Obat daun-daunan yang bapak maksudkan seperti apa itu

pak ?

Daun balu, di tumbuk-tumbuk sampai halus di

Page 121: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

121

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

:

:

:

:

lampokkan ke sekeliling payudara yang mengeras. Daun

turian ulando (daun sirsak) direbus dengan air 2 gelas,

tunggu air mendidih dan kira-kira airnya sudah tinggal 1

gelas disaring lalu didinginkan lantas saya minumkan ke

Istri.

Selanjutnya apa lagi yang bapak usahakan untuk

kesembuhan istri bapak ?

Saya ikuti saran bapak Menteri, Dokter Rumah Sakit dan

Keluarga untuk membawa instri saya berobat ke Banda

Aceh, hanya saja saya agak telat membawa dikarnakan

biaya yang belum mencukupi, maklumlah bu kerja saya

hanya buruh harian.

Bagaimana akhirnya bapak bisa membawa ibu ke Banda

Aceh untuk di Operasi ?

Saya kumpul-kumpul dari hasil kerja harian saya sebagai

Buruh dan ada juga sumbangan dari keluarga saya,

keluarga Istri saya yang Alhamdulillah cukup membantu

saya dan istri saya sehingga istri saya bisa sembuh seperti

apa yang ibu lihat pada saat ini.

Page 122: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

122

Tanggal Wawancara :17 Maret 2017

Pukul : 11.00 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden :5 (Lima)

1. Umur Ibu :30 Tahun

2. Alamat :Salur Latun

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan : SLTP

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Assalamualaikum bu..

Waalaikumsalam bu..

Sehat bu ?

Alhamdulillah kekgini lah buk .

Uda berapa lama ibu menderita kanker payudara ?

Sejak 2013 Buk.

Apa sebelumnya ibu pernah memeriksakan payudara Ibu

sendiri ?

Tidak bu, tidak tahu saya cara memeriksanya.

Bagaimana gejala awal yang ibu rasakan ?

Dulu awalnya ada bisul bu, kami pikir bisul biasa karna

saya tidak pernah ceritakan sama orang tua saya. Maksud

saya biar mereka tidak susah. Terus saya obati sendiri

pakai salap hitam memang salap untuk bisul. Dan ada juga

saya dengar dari tetangga kalau untuk mengeluarkan nana

nya saya ampok pakai daun benalu.

Berapa lama bisulnya bu ?

Ada beberapa bulan tidak meletus-meletus.

Apa ibu tidak ke Dokter ?

Gak buk, saya pergi ke bidan saja, dan begitu bidan

memeriksanya mereka sangat terkejut dengan bisul saya

dan mereka seperti marah sama saya karna tidak pernah

memeriksanya selama ni, karna mendengar dari keterangan

saya bahwa bisulnya sudah lama kebetulan Bidan di Pustu

kami masih famili saya.

Lalu bagaimana tanggapan ibu bidan ? apa ibu bidan ada

menyarankan Ibu langsung berobat ke Rumah Sakit ?

Ada bu, malah sudah berulang kali Ibu bidan nya

menyuruh saya untuk berobat ke Rumah Sakit, tapi

keluarga tidak setuju untuk ke Rumah Sakit karena mereka

Page 123: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

123

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

beranggapan bahwa itu penyakit kampung bisa diobati

dengan obat-obat Herbal dan obat kampung saja.

Bagaimana tanggapan ibu dengan pendapat keluarga

seperti itu ?

Saya hanya pasrah saja.

Berapa lama ibu menerima begitu saja dengan keadaan ibu

yang sudah mulai sakit-sakitan ?

Pada saat itu saya mau melahirkan, dan orang tua saya dari

Lhokseumawe meminta saya untuk melahirkan kesana.

Suami dan orang tua setuju dan mengantar saya ke

Lhokseumawe. Pada saat disana saya kontrol ke Bidan di

Puskesmas bidan tersebut langsung memanggil Dokter

untuk memeriksa saya. Karna bidan tersebut selain

memeriksa kandungan saya ada juga memeriksa payudara

saya. Setelah di periksa, dokter langsung menyuruh saya

ke Rumah Sakit.

Bagaimana sikap ibu pada saat itu ? dan apakah suami ibu

setuju ?

Saya karna sudah sakit setuju untuk ke Rumah Sakit, dan

suami saya pada saat itu sudah pulang ke Simeulue. Saya

ke rumah sakit didampingi orang tua dan adik saya.

Ke Rumah Sakit mana ibu berobatnya ?

Ke Rumah Sakit Zainal Abidin.

Bagaimana hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Zainal

Abidinnya bu ?

Setelah saya diperiksa lebih kurang 10 hari 3 kali saya

bolah balik ke sana ternyata positif kanker payudara dan

kata dokternya harus di operasi.

Bagaimana dengan kehamilan ibu ?

Hamil saya pada saat itu sudah menunggu hari. Tapi kata

dokter, tunggu saya melahirkan dulu baru di operasi.

Berapa lama siap melahirkan ibu di operasi ?

Lebih kurang anak saya umur 1 bulan.

Apakah ibu memberikan asi pada bayinya ?

Tidak bu, tidak dianjurkan oleh Dokter. Anak saya di beri

susu SGM.

Pada saat ibu di operasi apakah suami ibu ada datang ?

Ada bu, setelah saya melahirkan 10 hari suami saya datang

dan ada mendampingi saat operasi. Tapi kata suami saya

tidak tahu kalau sudah separah itu sakit saya dan dia sangat

menyesal pulang ke kampung.

Berapa kali ibu dioperasi ?

2 kali bu. Operasi pertama payudara kiri saya diangkat

semua dan beberapa bulan di saat saya melakukan

kemoterapi dokter menyarankan lagi untuk mengangkat

benjolan yang ada disebelah kanan.

Page 124: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

124

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Berarti payudara ibu sebelah kanan hanya diangkat

benjolan saja ?

Iya bu, ini kalau yang kiri sudah datar (sambil memegang

payudaranya). Kalau yang kanan Cuma diangkat

benjolannya saja.

Sudah sebesar mana bu benjolannya yang sebelah kanan

itu ?

Sudah sebesar kuku jempol tangan saya bu.

Terus bagaimana perasaan ibu sekarang apa masih terasa

sakit ?

Tidak bu, tapi kebas-kebas tangan sama kaki saya.

Apa kata dokter kebas-kebas tersebut ? apa karna

penagaruh dari kankernya ?

Bukan kata dokter bu, itu karna pengaruh kemoterapi dan

hanya bersifat sementara.

Bagaimana kabar dari keluarga suami ibu ? kan mereka

tidak setuju awalnya ibu di bawa ke dokter ?

Mereka sangat menyesal, tapi mereka mengatakan bahwa

saya tidak pernah mengeluh dan mereka tidak melihat saya

kesakitan. Mertua dan adik kakak ipar saya mengatakan

seandainya ada keluarga yang lain nantinya seperti itu

maksudnya seperti saya agar cepat-cepat dibawa berobat

ke dokter saja walaupun obat-obat kampung juga di kasih.

Dan jangan lagi mendengar omongan orang-orang yang

tidak paham tentang penyakit.

Apakah mereka datang menjenguk ibu pada saat sakit ?

Tidak bu, karna tidak ada biaya makanya suami saya hari

itu pulang ke kampung agar dia bisa bekerja untuk mencari

biaya kami selama disini, tapi ibu mertua kakak dan adik

ipar saya sering menelpon saya untuk menanyakan

bagaimana keadaan saya. Mereka baik terhadap saya.

Mengapa bapak bisa terlambat sekali tahu kalau istrinya

sudah ada keluhan ada bisul dipayudaranya ?

Karna istri saya mengatakan bisul biasa dan saya pun

seharian tidak dirumah. Saya pulang malam dan istri saya

pun tidak pernah mengeluh saya dengar.

Tapi kan ada bidan yang mengajak istrinya untuk ke

puskesmas. Kenapa bapak tidak bawa kesana ?

Karena istri saya dirumah sudah di jaga oleh ibu dan kakak

saya. Jadi saya tidak khawatir karna mereka mengatakan

tidak apa-apa karna kami sudah kasih obat daun-daun

untuk di lampok.

Mengapa bapak setuju diminta orang tua nya untuk

melahirkan di Lhokseumawe ?

Karena mertua saya meminta istri saya melahirkan disana

Page 125: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

125

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Suami

Peneliti

Suami

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

dan saya tidak mau mengecewakan mertua dan keluarga

saya yang ada disana.

Pada saat bapak mengantar ibu apakah bapak tidak tau dia

masih sakit bisul yang dia keluhkan di payudaranya ?

Tidak tahu saya bu.

Mengapa sampai bapak tidak tau ? bukankah bapak selalu

bersama ibu ?

Iya bu, saya juga tidak pernah periksa-periksa payudara

istri saya itu. Sampai saya mengantar istri saya ke tempat

mertua saya untuk melahirkan. Terus saya pulang, baru

saya datang setelah istri saya 10 hari siap melahirkan.

Mengapa bisa seperti itu pak ? seharusnya bapak

mendampingi ibu saat hamil bahkan melahirkan jadi bapak

bisa tahu apa keluhan ibu yang sebenarnya.

Iya bu, tapi itu permintaan istri dan keluarga saya. Saya

pulang karena saya harus kerja untuk memenuhi kebutuhan

keluarga kami.

Apakah bapak tidak mendapat informasi dari keluarga

bapak yang lain kalau istrinya sudah sakit seperti itu ?

Tidak bu, dan istri saya pun orangnya sangat tertutup pada

saat sudah di Lhokseumawe padahal hampir setiap hari

saya telpon, baik istri saya maupun keluarga lainnya untuk

menanyakan keadaan istri saya. Tapi mereka tidak ada

satupun yang memberi tahu kepada saya sakitnya seperti

apa.

Kapan bapak tau kalau istri bapak sudah di diagnosa

dokter kanker payudara ?

Pada saat saya berkunjung ke sana untuk melihat istri saya

yang sudah melahirkan dan mau menjemput istri saya

pulang. Ternyata sampai disana istri saya sedang di rawat

di rumah sakit Zainal Abidin. Dan sudah di rencanakan

akan dioperasi hanya menunggu persetujuan saya saja.

Dan saya sangat menyesal kenapa tidak ada satupun yang

menyampaikan kepada saya sebelum-sebelumnya.

Bu saya ada saran untuk ibu supaya disampaikan ke dinas

kesehatan.

Apa pak sarannya ?

Begini bu, bila ada penyakit-penyakit seperti ini sebelum

besar benjolannya untuk disampaikan kepada perempuan-

perempuan supaya agar lebih cepat tanggap kalau ada

benjolan-benjolan di Mamaenya untuk segera diperiksakan

ke bidan, dokter atau petugas kesehatan lainnya dan

perempuan-perempuan tersebut jangan malu-malu

menyampaikannya jangan sampai tertutup seperti istri

saya. Cukup sakit saya karna saya terlambat

mengetahuinya cukup saya saja yang merasakannya ya bu.

Page 126: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

126

Peneliti

Suami

Peneliti

Suami

Peneliti

Peneliti

Suami

:

:

:

:

:

:

:

Baik pak, Insyaallah kita akan sampaikan melalui

program-program yang ada di Puskesmas.

Misalnya seperti apa itu bu ?

Misalnya seperti kegiatan promosi kesehatan ada

penyuluhan-penyuluhan seperti misalnya pertemuan ibu-

ibu di PKK di pengajian, di Posyandu, bahkan nanti

melalui bidan-bidan praktek, dokter mereka nanti juga

akan disampaikan ya pak.

Iya bu, terimakasih.. saya senang mendengarnya..

Iya, pak sama-sama.. saya juga senang karna bapak sudah

bersedia menjadi informan saya..

Baiklah bu, saya permisi dulu mudah-mudahan ibu cepat

sembuh dan bisa beraktifitas seperti semula lagi .. amin ..

Amin bu, terimakasih ya bu ..

Page 127: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

127

Tanggal Wawancara :04 Maret 2017

Pukul : 17.00 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden : 6 (Enam)

1. Umur Ibu :38 Tahun

2. Alamat : Suka Makmur

3. Pekerjaan : Pedagang

4. Pendidikan : SMA

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Sehat bu ?

Alhamdulillah sehat bu ..

Uda berapa orang anak ibu ?

Baru 1 orang bu, masih yang dulu melahirkan sama Ibu.

Bagaimana dulu ceritanya waktu mula-mula Ibu terkena

penyakit kanker payudara ?

Setelah saya keguguran haritu bu, yang ibu rawat juga,

saya gak pernah lagi jumpa ibu itu waktu tahun 2007

awalnya payudara saya mengeluarkan seperti cairan

putih.

Apakah pada saat itu ibu sedang hamil ?

Tidak bu, saya haid teratur, trus cairan itu tidak saya

ambil pusing karena tidak ada sakit juga.

Sampai berapa lama bu, cairan yang itu dibiarkan ?

Sampai pada suatu hari saya mandi kan disabun, gosok-

gosok, teraba kayak ada benjolan kecil tapi banyak terus

saya geser lagi ada lagi, geser lagi ada lagi, sampai ada

7 titik kayak kelereng tapi lebih kecil lagi. Terus bu

saya cepat-cepat mandinya bekemas saya cari suami

dan kasih tau kalau ada benjolan tujuh bijik di payudara

saya yang sebelah kiri.langsung saja suami saya

menyuruh cepat-cepat ke Dokter. Sambil seperti

setengah memarahi saya kenapa dibiarkan karna dulu

pernah keluar cairan belum juga ke dokter, sekarang

uda ada benjolan baru di bawak ke dokter “ munkin

sudah bahaya tu dek” kata suami.

Ke Dokter mana Ibu periksa ?

Ke Dokter Asrinudin spesialis bedah.

Bagaimana hasil pemeriksaan Dokternya Bu ?

Kata Dokter ini dicurigai kanker Payudara, tapi ibu

Page 128: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

128

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

tidak usah panik dan takut ini tidak berbahaya, tapi

segera di periksakan kalau bisa langsung saja ke Banda

Aceh karena di Rumah Sakit kita disini tidak tersedia

alat penunjang pemeriksaan kanker payudara.

Bagaimana tanggapan ibu tentang anjuran Dokter

berangkat dan tidak tersedia alat penunjang pemeriksa

kanker payudaranya ?

Saya agak kecewa bu, karna Rumah sakit kita ada tapi

alatnya gak lengkap, Dokter yang menangani khusus

kanker pun tidak ada. Akhirnya saya dan suami ambil

kesimpulan langsung saja berangkat ke Penang.

Kapan ibu berangkat ke Penang ?

Tahun 2008 tidak lama setelah dari Dokter bedah.

Sampai di Penang bagaimana hasil pemeriksaannya ?

Ternyata iya benar bu saya didiaknosa Dokter di penang

itu saya terkena kanker payudara. Dari seluruh hasil

pemeriksaan kata Dokter itu masih stadium 1 dan 2

masih bisa disembuhkan.

Apakah Dokter ada menyarankan untuk dioperasi ? kan

baru stadium 1 dan 2 ?

Ada Buk, tapi katanya minum dulu obat yang di kasih

dari sana selama 1 bulan, kemudian Ibu boleh pulang ke

Indonesia dan Ibu boleh Operasi di Indonesia saja.

Kapan ibu di Operasi ?

Saya di Operasi tahun 2014.

Kenapa sampai tahun 2014 baru di operasi kan itu

sudah berjarak sampai 5 tahun. Apa tidak ada rasa sakit

dan apa tidak terjadi penambahan besarnya benjolan

yang ada di payudara ibu ?

Karena saya sudah minum obat dari dokter itu,

benjolannya tetap seperti itu, paling demam-demam

biasa dan juga saya sudah minum obat-obat tradisional

seperti daun sirsak, dan payudara saya di kompres

dengan Daun benalu. Dan saya merasa mungkin tidak

membahayakan sehingga saya tidak pernah berobat ke

Dokter lagi. Dan juga saya disibukkan dengan dagangan

saya, saya sering juga berobat ke Medan untuk belanja

barang dagangan saya sehingga saya tidak sempat pergi

berobat. Hingga suatu hari saya jatuh sakit, demam

panas tinggi, menggigil dan payudara saya terasa

berdenyut-denyut barulah kami konsul ke Dokter.

Apa hasil pemeriksaan Dokter saat itu ?

Kata Dokter ini gejala demam saya karna benjolan dari

payudara saya sudah mulai meradang dan sebaiknya

langsung saja berangkat dan ikuti saja saran Dokternya.

Apa ibu langsung berangkat pada saat itu ?

Page 129: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

129

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Iya bu, satu hari setelah demam saya mulai kurang kami

langsung saja berangkat ke Banda Aceh dan langsung di

Operasai di Rumah Sakit Zainal Abidin

Apakah hasil operasi itu memang betul benjolannya ada

7 buah ?

Iya bu, 7 buah sudah mengeras.

Setelah operasi berapa lama ibu menunggu di Banda

Aceh baru pulang ke Simeulue ?

Ada juga lebih kurang 2 bulan bu, sekalian kemo

supaya kami tidak bolak balik. Tapi suami saya harus

pulang ke Simeulue takut kenak pecat karna terlalu

lama meninggalkan tugasnya sebagai seorang PNS.

Setelah operasi dan kemo apakah masih terasa ada

benjolan atau keluhan lain ?

Ada bu, sampai sekarang masih keluar cairan putih

seperti getah-getah sambil memeras dan mengeluarkan

getah bening seperti ini (sambil memperlihatkan

payudaranya). Ibu tersebut sambil bertanya bagaimana

cara menyembuhkan cairannya ini bu .

Sebaiknya ibu kembali ke Dokternya saja untuk di

periksakan kembali dan untuk memastikan apakah

masih membahayakan cairan tersebut dan mungkin ada

obat yang bisa untuk menghentikan cairannya.

Bu, apa masih bisa saya hamil lagi ?

Berapa umur ibu sekarang ?

Sudah 38 tahun bu, mungkin kalau saya hamil lagi bisa

membantu proses atau menuntaskan penyakit saya ?

Ya mudah-mudahan. Nanti setelah dari spesialis

kankernya konsul juga ke Dokter kandungan kalau

umur Ibu masih memungkinkan untuk hamil.

Terimakasih bu atas sarannya.

Iya sama-sama bu, terimakasih juga ibu uda bersedia

menjadi informan saya.

Page 130: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

130

Tanggal Wawancara : 27 Maret 2017

Pukul : 20.45 Wib

Identitas dan karakteristik informan penelitian

No. Responden : 7 (Tujuh)

1. Umur Ibu : 46 Tahun

2. Alamat : Suka Karya

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan : SMA

Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini

saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Selamat pagi Ibu Dewi?

Alhamdulillah sehat bu

Uda kurus ya bu ?

Iya bu, tapi uda lumayan ni kemaren lebih kurus dari

sini lagi buk.

Bagaimana ibu tau kalau ada benjolan di payudara ibu ?

Awalnya saya lagi tiduran bu, terus saya raba-raba

payudaranya lalu saya rasa seperti ada benjolan di

payudara saya. Kemudian saya kasih tau suami saya

kata suami saya kayaknya itu yang di bilang kanker.

Kenapa ibu bisa tau kalau itu gejala kanker ?

Karna pengalaman saya merawat adik kandung saya

yang juga menderita kanker payudara dan tidak sempat

diobati dan tidak sempat dioperasi sudah meninggal

dunia.

Kenapa bisa sampai tidak bisa di operasi dan di obati

adiknya bu ?

Karena adik saya tinggal berjauhan dengan saya.

Tempat tinggalnya di desa Amabaan Kecamatan

Simeulue Barat. Untuk dapat kesana kita perlu waktu

satu hari dan ke desanya tersebut kita harus

menyebrangi laut dengan kendaraan rakit.

Bagaimana ibu bisa tau kalau adiknya juga menderita

kanker payudara?

Saya berkunjung kesana bu, sampai sidana adik saya

terlihat dalam keadaan sakit. Saya tanya sakit apa ? adik

menjawab sakit saya lalu adik saya memperlihatkan

tangannya yang sudah bengkak dan katanya tangan kita

sudah sama besarnya kak, kebetulan saya gemuk dan

adik saya kurus. Saya tanya lagi kenapa bisa bengkak

seperti ini ? katanya bengkak ini dari ketiak dan

Page 131: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

131

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

payudara saya dan adik saya memperlihatkan

payudaranya ..

“ Subahanallah, kenapa udah segitu baru dikasih tau ?

pada waktu itu payudaranya sudah merah, sudah

membesar, sudah berkerut kulitnya, putingnya tertarik

ke dalam, dan langsung saya bawa adik saya ke

Sinabang untuk di periksakan ke Rumah Sakit. Dan di

Rumah Sakit tidak mampu menangani dan mereka

membuat rujukan untuk ke Banda Aceh karena di sana

lebih lengkap alatnya. Dan setibanya di Banda Aceh

adik saya di periksa dan hasilnya Positif kanker

Payudara stadium 3,4 dan dokter menyarankan untuk

kemoterapi sebelum di Operasi. Sampai disana

payudara adik saya di sedot ada sekitar 5 Liter cairan

yang keluar.

Cairan apa itu air apa nana ?

Seperti air bu. Setelah 1 minggu menunggu lalu adik

saya melakukan Kemoterapi, sampai dengan 3 kali.

Setelah kemo yang ke 3 kami bawak pulang ke

Sinabang menunggu pemanggilan selanjutnya untuk

dilakukan operasi. Setelah 1 minggu di kampung adik

saya meninggal dunia.

“innalillahiwainnailaihiraji’un”, tahun berapa ibu

kejadiannya ?

Baru bu, bulan februari 2016 kemarin.

Jadi adik ibu tidak sempat di operasi ?

Tidak bu, mungkin uda janji juga sampai di situ.

Berapa umur adik ibu?

Baru 38 tahun bu, anaknya paling kecil masih berusia 1

½ tahun.

Masih muda ya bu ?

Iya bu telambat pengobatannya bu mungkin karna di

kampung, mereka pikir itu Cuma sakit-sakit biasa,

berobat kampung pasti sembuh. Mereka gak pernah

terpikir kalau itu kanker. Jadi di tahan-tahan aja buk.

Uda stadium akhir baru di kasih tau.

“astaghfirullah, kok bisa begitu ya ?

Itulah bu, di kanpung tu gak tau apa kanker tu trus gak

tau kita kalau bisa berbahaya dan mematikan.

Iya bu, mungkin gak pernah ada penyuluhan disana ya

bu ?

Iya mungkin bu.

Jadi ibu tau dari pengalaman adik ibu ?

Iya bu, setelah selesai saya raba besoknya saya

langsung di suruh suami untuk memeriksanak ke

Dokter.

Page 132: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

132

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Jadi ibu langsung ke Dokter ?

Iya bu, besoknya saya ambil rujukan ke Puskesmas

untuk ke Rumah Sakit. Setelah sampai di Rumah Sakit

saya di periksa sama adik dr. Armidin yaitu dr.

Asrinudin yang Spesialis bedah tu buk.

Apa kata dokter setelah ibu periksa ?

Kata dr. Asrinudin saya curiga kalau ini sakit kanker,

tapi saya tidak bisa pastikan kalau ini kanker karna di

Rumah Sakit kita kan belum lengkap pemeriksaannya.

Bagaimana reaksi ibu setelah dokter mengatakan seperti

itu ?

Saya khawatir dan takut sekali bu kalau akan terjadi

seperti adik saya. Saya pun sudah berpikir yang tidak

tidak, saya liat anak-anak saya masih sangat

membutuhkan saya karna saya masih membutuhkan

saya bu.

Lalu apa yang ibu lakukan setelah itu ?

Sampai di rumah saya kasih tau ke Suami apa yang di

katakan Dokter tadi di Rumah Sakit, lalu suami saya

mengatakan tidak apa-apa berdoa saja setiap ada

penyakit pasti ada obat. Kemudian saya katakan sama

suami bahwa saya harus berangkat ke Banda Aceh

untuk memeriksakan selanjutnya. Pada saat itu suami

tidak bisa pergi karena belum ada izin dari tempat kerja

suami saya. Lalu saya berangkat sendiri ke Banda Aceh.

Jadi ibu langsung berangkat hari itu juga ke Banda

Aceh ?

Iya bu, hari itu juga saya langsung berangkat ke banda

Aceh kebetulan pada hari tu ada kapal yang berangkat.

Sampai di Banda Aceh Ibu berobat kemana ?

Sampai di Banda Aceh saya langsung ke Klinik

Cempaka 5.

Apa yang di lakukan dokter sampai disana ?

Sampai disana saya di periksa langsung oleh Dokter

Ankologi yang memang pernah menangani adik saya

dulu.

Lalu apa diagnosanya ?

Kata dokter Ankologi Positif Kanker Payudara ganas

pula bu.

Setelah mendengar itu Ya Allah trauma saya bu, saya

pikir gak ada lagi ni seakan hidup saya tu tinggal

sebentar lagi karena saya takut di operasi dan

kemoterapi saya takut kalau sampai diangkat

payudaranya.

Lalu apa yang ibu lakukan selanjutnya?

Saya langsung telpon suami saya ke Kampung saya

Page 133: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

133

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

kabari tentang penyakit saya sambil menangis, lalu kata

suami saya tidak apa-apa pasti sembuh tu. Dia selalu

memberi motivasi kepada saya supaya saya jangan

sampai putus asa. Sampai saya bilang sama suami saya

nantik kalau saya sudah tidak ada lagi jaga anak-anak

saya ya. Sampai segitu bu.

Kenapa ibu bisa berpikir sejauh itu ?

Karna saya liat pengalaman adik saya sebelumnya

setelah tau tidak lama dari situ dia langsung meninggal

dunia.

Apakah setelah ibu tau ibu langsung melakukan operasi

?

Tidak bu, saya pulang kampung dulu ambil rujukan

selanjutnya, padahal saya uda mendaftar untuk di

operasi di zainal abidin tapi saya masih menunggu

antrian.

Kenapa ibu pulang lagi ke Simeulue tidak langsung

Operasi?

Saya pulang dulu jumpa anak-anak dan suami saya,

sambil pakat dengan keluarga lainnya dan juga untuk

mengumpulkan sedikit tambahan biaya untuk operasi.

Kenapa ibu berani pulang kan ibu uda tau penyakitnya

berbahaya bukan ibu minta suami ibu untuk ke Banda

Aceh ?

Karena Alhamdulillah dari hasil PA pemeriksaan hasil

kanker saya hasilnya kata dokter hasilnya jaringan jinak

kalu memang pulang boleh tapi jangan terlalu lama

sambl juga saya dikasih obat-obat minum dari

dokternya. Padahal awalnya 2 kali Dokter mengatakan

kalau Kanker saya Ganas.

Laku kapan ibu melakukan operasi ?

Setelah pulang dari kampung saya langsung berobat ke

Rumah Sakit Harapan Bunda untuk dilakukan operasi.

Sampai saya disana 1 minggu langsung dilakukan

operasi.

Apa diangkat semua payudaranya ?

Tidak bu, (sambil membuka dan memperlihatkan

payudaranya dan menunjukkan bekas jaitan operasinya

ada di 2 titik dan ada 2 benjolannya.

Dan apakah masih ada rasa sakit sekarang dan masih

terasa benjolan ?

Tidak buk, cobalah ibu resek (raba)

Apakah sekarang masih sering kontrol lagi ?

Iya bu, sekarang 2 bulan sekali saya harus cek up ke

Banda Aceh karna disini tidak ada Dokter Ankologi

yang menangani penyakit saya.

Page 134: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmkm.helvetia.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/TESIS_KUALITATIF_NILA... · desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.

134

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

Peneliti

Informan

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Selain obat Dokter ada obat lain yang Ibu Konsumsi ?

Ada bu, sekarang saya sering mengkonsumsi minuman

herbal seperti daun sirsak, dan daun-daun lainnya.

Setelah di Operasi Apa ada makanan yang dilarang

dokter untuk di konsumsi biar tidak mamacu untuk

tumbuh kembali kankernya ?

Ada bu banyak seperti ikan gurapu, kepiting, cumi-

cumi, gurita, lobster, lokan, daging ayam, sayur bayam,

daun Ubi, Makanan siap saji, penyedap dan lain-lain.

Banyak kali yang gak bisa di makan,

Gimana makannya masih enak bu ?

Kek mana lah bu di enak-enakkan dokter uda

mengatakan harus seperti itu ya di ikuti saya pun

sempat bilang seperti apa yang ibu tanyakan ke

dokternya, tapi kata dokter itu yaudalah ibu kan juga

uda banyak makan yang enak-enak dari selama ini.

Sekarang saya sudah terbiasa dengan makanan yang

disarankan oleh Dokter. Cara mengolah makanan pun

disarankan Dokter itu jangan di Bakar, di asapin, diolah

sebaiknya di rebus saja atau di kukus. Dan tidak boleh

makan ikan asin.

Jadi sekarang apa yang ibu rasa ? apa masih nyeri lagi ?

Ada juga sekali-kali tapi kalau mau Haid saja.

Alhamdulillah semoga tidak hidup lagi sel kankernya.

Amin.

Terimakasih ya Buk, sudah bersedia menjadi Informan

saya, semoga ibu selalu di berikan kesehatan oleh

ALLAH SWT.

Amin, terimakasih juga bu.