PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

17
Universitas Indonesia PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RS BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2011-2012 Syahraeni 1 dan Engkus Kusdinar Achmad 2 Program Studi Kebidanan Komunitas FKM UI 1 , Departemen Gizi FKM UI 2 ABSTRAK Kejadian BBLR merupakan penyebab terbanyak kematian perinatal dan neonatal terutama dinegara berkembang. Di Indonesia khususnya di RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Penelitian ini melihat pengaruh paritas dan faktor-faktor lain terhadap kejadian BBLR, melalui pendekatan kuantitatif dengan disain case control. Sampel terdiri dari 88 kasus BBLR dan 352 kontrol pada tahun 2011-2012. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square dan analisis regresi logistik ganda. Hasil yang terbukti signifikan berpengaruh secara statistik adalah jarak kelahiran, usia, pre-eklampsia, dan jenis kelamin. Faktor paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah jarak kelahiran (OR=3,5). Disarankan peningkatan pelayanan konseling KB, menunda kehamilan sebelum berusia 20 tahun dengan tidak menikah muda, menjarangkan kehamilan dan Metode Amenorea Laktasi. Kata Kunci : Bayi Berat Lahir Rendah; Paritas ABSTRACT Low Birth Weight is cause of death number one for perinatal and neonatal mortality, especially for developing countries. Indonesia such as Benjamin Guluh Kolaka Hospital Southeast Sulawesi. This study discusses the influence of parity and other factors on the incidence of low birth weight, through a longitudinal study case-control design. Sample were 88 LBW cases and 352 controls in 2011-2012. Data were analyzed through Chi Squared test and multiple logistic regression analyses. The result were proved to have statistically significant effects on birth spacing, age, pre-eclampsia and gender. The most influential factor on the incidence of LBW was birth spacing (OR=3,5). It was suggested to have a family planning counseling, delayed pregnancy before age 20 years by not being married in toung age, pregnancy spacing and family planning programs Lactation Amenorrhoea Method. Key Words : Low Birth Weight; Parity. Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Transcript of PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

Page 1: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

Universitas Indonesia  

PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RS BENYAMIN GULUH

KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2011-2012

Syahraeni1 dan Engkus Kusdinar Achmad2

Program Studi Kebidanan Komunitas FKM UI1, Departemen Gizi FKM UI2

ABSTRAK Kejadian BBLR merupakan penyebab terbanyak kematian perinatal dan neonatal terutama

dinegara berkembang. Di Indonesia khususnya di RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka

Sulawesi Tenggara. Penelitian ini melihat pengaruh paritas dan faktor-faktor lain terhadap

kejadian BBLR, melalui pendekatan kuantitatif dengan disain case control. Sampel terdiri dari

88 kasus BBLR dan 352 kontrol pada tahun 2011-2012. Data dianalisis menggunakan uji Chi

Square dan analisis regresi logistik ganda. Hasil yang terbukti signifikan berpengaruh secara

statistik adalah jarak kelahiran, usia, pre-eklampsia, dan jenis kelamin. Faktor paling

berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah jarak kelahiran (OR=3,5). Disarankan peningkatan

pelayanan konseling KB, menunda kehamilan sebelum berusia 20 tahun dengan tidak menikah

muda, menjarangkan kehamilan dan Metode Amenorea Laktasi.

Kata Kunci : Bayi Berat Lahir Rendah; Paritas

ABSTRACT

Low Birth Weight is cause of death number one for perinatal and neonatal mortality, especially

for developing countries. Indonesia such as Benjamin Guluh Kolaka Hospital Southeast

Sulawesi. This study discusses the influence of parity and other factors on the incidence of low

birth weight, through a longitudinal study case-control design. Sample were 88 LBW cases and

352 controls in 2011-2012. Data were analyzed through Chi Squared test and multiple logistic

regression analyses. The result were proved to have statistically significant effects on birth

spacing, age, pre-eclampsia and gender. The most influential factor on the incidence of LBW

was birth spacing (OR=3,5). It was suggested to have a family planning counseling, delayed

pregnancy before age 20 years by not being married in toung age, pregnancy spacing and family

planning programs Lactation Amenorrhoea Method.

Key Words : Low Birth Weight; Parity.

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 2: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

2  

Universitas Indonesia

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan penyebab terbanyak kematian perinatal dan

neonatal (Johnston et al., 2003; Pritchard et al., 1991, p. 5). BBLR pada saat lahir, mempunyai

risiko 4 kali lebih besar untuk meninggal 28 hari pertama dalam kehidupannya (neonatal)

dibanding dengan bayi berat lahir normal (Kemenkes RI, 2010). Menurut WHO secara langsung

atau tidak langsung BBLR berkontribusi 60-80% dari seluruh kematian neonatal (Edmond dan

Bahl, 2006, p. 1).

WHO dan UNICEF (1992, p. 1) mengatakan, kejadian BBLR bervariasi antar daerah,

negara dan wilayah di negara yang sama. Angka kejadian BBLR lebih tinggi dinegara-negara

sedang berkembang daripada dinegara-negara yang sudah maju (Soetjiningsih, 1995, p. 95).

Secara global, WHO memperkirakan bahwa dari 25 juta BBLR yang lahir setiap tahun di dunia,

yang merupakan 17% dari semua kelahiran hidup, hampir 95% diantaranya berasal dari negara

berkembang (The World Health Report, 1998).

Prevalensi global BBLR 15,5%, dan 96,5% diantaranya terjadi dinegara berkembang

(Edmond and Bahl, 2006). Studi kolaborasi oleh WHO yang melibatkan penelitian dari 22

negara mengumpulkan data antropometri wanita hamil dan outcome kehamilan, menemukan

prevalensi BBLR 4,2-28,2% (Turhayati, 2006, p. 140). Insiden BBLR sangat bervariasi antara

wilayah dunia, yaitu 10-12% di Amerika Latin dan Karibia, kemudian Afrika 11-16%, dan 32%

di Asia Selatan (9% di Asia Timur) (The World Health Report, 1998). Studi multisenter yang

diprakarsai oleh WHO South-East Asia Region (SEARO) di tiga negara. Persentase kejadian

BBLR, di India 28.1, di Nepal 14.4, dan di Sri Lanka 18.4 (WHO & SEARO, 1994, p. 36).

Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah

lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka BBLR sekitar 7,5% (Israr, 2008). Menurut Riskesdas

(2010) prevalensi BBLR (<2500 gram) di Indonesia adalah 11,1%, dan di Provinsi Sulawesi

Tenggara 10,4%. Kabupaten Kolaka adalah termasuk salah satu kabupaten yang terletak di

wilayah Provinsi Sulawesi tenggara. Menurut Bankdata (2010) prevalensi BBLR kabupaten lain

yang berada disekitarnya yaitu Kolaka Utara hanya 0,2% dan Konawe 0,3%, dibandingkan

dengan Kabupaten Kolaka sebesar 3,05%. Sementara menurut Profil Dinas Kesehatan (2011)

prevalensi BBLR adalah 1,6% pada tahun 2010 dan 2,4% tahun 2011, sedangkan target kasus

Kabupaten Kolaka sebesar 1%.

Penyebab BBLR adalah multifaktorial, namun menurut Manuaba (1998), Johnston et al.

(2003) dan Kardjati (1985) mengatakan paritas merupakan faktor yang dapat menyebabkan

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 3: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

3  

Universitas Indonesia

terjadinya persalinan preterm atau BBLR. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan

masalah yang dihadapi ibu serta bayi yang dikandungnya selama kehamilan dan persalinan.

Kehamilan yang berulang kali dan melahirkan mengakibatkan rahim seorang ibu akan menjadi

lemah. Semakin tinggi paritas ibu atau jika seorang ibu terlalu sering melahirkan, maka risiko

selama kehamilan dan persalinan akan semakin meningkat (Kemenkes RI, 2010, p. 5). Dalam

multiparitas, risiko tampaknya meningkat secara independen dari usia ibu setelah kehamilan

kedua, sampai ke lima sama meningkatnya pada kehamilan pertama (Johnston et al., 2003).

Selain paritas, termasuk juga interval kelahiran yang dekat, kehamilan usia remaja atau

muda dan usia lebih dari 35 tahun, pre-eklampsia serta jenis kelamin bayi yang merupakan faktor

yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya BBLR akibat gangguan pada kehamilannya

(Manuaba, 1998; WHO, 1998; Johnston et al., 2003; Kardjati, 1985).

Interval atau jarak kelahiran menurut Manuaba (1998) dan Kardjati (1985) merupakan

faktor penyebab terjadinya BBLR. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2001) di RSUP

Mohammad Hoesni Palembang tahun 2000, membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara jarak kelahiran dengan BBLR. Hasil penelitian Sistiarani di RSUD Banyumas

Tahun 2008 menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah jarak

kelahiran < 2 tahun.

Usia ibu menurut Manuaba (1998), Johnston et al. (2003), dan Kardjati (1985),

merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm atau BBLR. Dimana

Usia ibu mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Kehamilan dikalangan remaja atau usia muda

memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi, termasuk pre-eklampsia. Sementara pengaruh bagi

bayinya, terdapat risiko yang lebih besar seperti kelahiran BBLR. Remaja putri yang hamil

dibawah usia 18 tahun, akan meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayinya dengan sangat

bermakna (Kemenkes RI, 2010, pp. 3-4).

Setelah usia 35 tahun, risiko yang terkait dengan kehamilan dan persalinan bagi

perempuan akan meningkat lagi. Risiko tersebut termasuk hipertensi dan pre-eklampsia (Anwar

dan Dardiri, 2007, p. 6). Hasil penelitian menegaskan bahwa proporsi kelahiran dengan berat

badan lahir rendah adalah lebih rendah antara anak yang lahir dari wanita yang lebih tua (usia

saat lahir ≥20 tahun), juga menunjukkan bahwa ibu-ibu berusia di bawah 20 tahun memiliki

kesempatan signifikan lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR daripada kelompok usia di atas

20 tahun.

Menurut Ahluwalia et al. (2001) dikutip Johnston et al. (2003) salah satu faktor yang

diketahui dapat menyebabkan bayi memiliki berat lahir tiba-tiba rendah untuk periode kehamilan

adalah pre-eklampsi yang sering dikaitkan dengan insufisiensi plasenta. Manuaba (1998) juga

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 4: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

4  

Universitas Indonesia

berpendapat bahwa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm atau BBLR

salah satunya adalah pre-eklampsia. Demikian pula Dharma et al. (2005, p. 65) mengatakan

bahwa pre-eklampsia dapat berakibat buruk baik bagi ibu maupun janinnya, komplikasi pada

bayi diantaranya dapat berupa kelahiran prematur dan BBLR. Penelitian oleh Wahyuni dan

Rachmawati di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005, menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara preeklampsia berat pada ibu hamil dengan kejadian BBLR.

Jenis kelamin bayi diduga berhubungan dengan BBLR. Penelitian yang dilakukan oleh

Dasgupta dan Basu (2011) di Blok Hooghly Bengal Barat, menetapkan jenis kelamin sebagai

variabel, menemukan wanita berisiko 1,35 kali lebih rentan menjadi berat lahir rendah dari pada

laki-laki. Demikian pula analisis data sekunder SDKI tahun 1997 yang dilakukan oleh

Yushananta (2001, p. ii) di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, menemukan hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin bayi dengan kejadian BBLR.

Terdapat kesenjangan antara prevalensi kasus BBLR di RS Benyamin Guluh yaitu 11,7%

dengan prevalensi BBLR secara nasional yaitu 11,1% (Riskesdas, 2010), juga kesenjangan

terhadap target kabupaten Kolaka sebesar 1% (Profil Dinkes Kab. Kolaka, 2011). Jumlah kasus

BBLR di RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 10,9% pada tahun 2011 dan 11,7% pada tahun

2012. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan masalah yang dihadapi ibu serta bayi

yang dikandungnya. Semakin tinggi paritas, maka risiko selama kehamilan dan persalinan akan

semakin meningkat, maka penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran berat lahir di RS

Benyamin Guluh serta pengaruh paritas, jarak kelahiran, usia ibu, pre-eklampsia dan jenis

kelamin bayi terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di RS Benyamin Guluh Kabupaten

Kolaka tahun 2011-2012.

TINJAUAN TEORITIS

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR

Menurut WHO dan UNICEF (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi berat lahir

diantaranya adalah Jenis kelamin dan kembar; Diet ibu; Wanita pendek, daerah ketinggian, dan

wanita muda; Gizi ibu dan diet, gaya hidup (misalnya, alkohol, tembakau atau penyalahgunaan

obat) dan eksposur (misalnya, malaria, HIV atau sifilis), atau komplikasi seperti hipertensi;

Kondisi sosial ekonomi yang rendah.

Menurut WHO dan UNICEF (1992) penyebab BBLR, ada beberapa kondisi yang sering

saling terkait dan berhubungan dengan berat badan lahir rendah, termasuk diantaranya adalah

Status sosio-ekonomi; Etnis; Gizi ibu; Lingkungan; dan Status kesehatan. Sedangkan faktor-

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 5: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

5  

Universitas Indonesia

faktor utama yang berkontribusi terhadap BBLR karena pertumbuhan intrauterin yang terhambat

(IUGR) seperti : Asupan kalori yang rendah atau berat badan rendah; Berat badan sebelum

kehamilan; Perawakan pendek; Etnis non-putih; Jenis kelamin janin; Malaria; Merokok; dan

Primiparity.

Menurut Johnston, flood, and Spinks (2003) beberapa faktor predisposisi prematur yang

diketahui memiliki kesamaan dengan yang menyebabkan BBLR dari penurunan pertumbuhan

intrauterin, meliputi : Status sosial ekonomi yang buruk; Pre-eklampsia; Infeksi; Merokok dan

alkoholisme pada kehamilan; Perdarahan antepartum; Beberapa kehamilan; Perkembangan

kelainan janin; Primiparity; Ibu dengan perawakan pendek; Ibu usia dibawah 18 tahun.

Selanjutnya menurut Manuaba (1998), berbagai faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya persalinan preterm atau BBLR. Pertama adalah Faktor ibu : Gizi saat hamil yang

kurang; Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun; Jarak kehamilan dan bersalin terlalu

dekat; Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok); Faktor

pekerja yang terlalu berat. Ke-dua adalah Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion; Hamil

ganda; Perdarahan antepartum; Komplikasi hamil : pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini.

Ke-tiga adalah Faktor janin : Cacat bawaan; Infeksi dalam rahim. Ke-empat adalah Faktor yang

masih belum diketahui

Sedangkan menurut Kardjati (1985) faktor-faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan

terjadinya BBLR digolongkan menjadi dua, faktor-faktor tersebut adalah :

1) Faktor intrinsik bayi: Jenis kelamin bayi; Genetik; Ras/suku bangsa; dan Keadaan plasenta.

2) Faktor ibu:

a) Faktor Biologi : Umur ibu; Jumlah kelahiran (Paritas); Tinggi badan; Berat badan;

Penambahan berat badan selama kehamilan dan Parameter antropometri.

b) Faktor Lingkungan : Status sosial ekonomi; Status Nutrisi; Infeksi; Jarak kelahiran;

Aktivitas fisik; layanan kesehatan semasa hamil (ANC); Altitude; Kebiasaan merokok;

dan konsumsi alkohol.

METODOLOGI PENELITIAN

Disain studi penelitian ini adalah rancangan penelitian kasus kontrol dengan

menggunakan pendekatan retrospektif. Variabel yang akan diteliti adalah paritas, jarak kelahiran,

usia ibu, pre-eklampsia, dan jenis kelamin bayi. Populasi adalah seluruh bayi yang lahir di RS

Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2011-2012. Kriteria sampel yang diikut sertakan pada

penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi yaitu : bayi yang lahir tunggal, hidup periode 2011-

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 6: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

6  

Universitas Indonesia

2012, berat bayi 1500-2499 gram sebagai kasus, ≥2500 gram sebagai kontrol, ibu yang

melahirkan antara periode 2011-2012.

Sampel kasus yang dipilih diambil dari seluruh bayi dengan berat lahir 1500-2500 gram

(BBLR), yang memenuhi kriteria dan tercatat dalam rekam medik ruang kebidanan dan

Perinatologi RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2011 - 2012. Terdiri dari 88 kasus

BBLR, dengan perbandingan 1 : 4, maka diperoleh 352 bayi sebagai kontrol yang dipilih secara

Systematic Random Sampling. Sehingga total seluruh sampel adalah 440 bayi. Menggunakan

analisis Kai Kuadrat untuk untuk menilai besarnya perbedaan antara frekuensi observasi dan

frekuensi ekspektasi. Jika nilai p<0,05 maka keputusannya ada hubungan yang bermakna antara

variabel dependen dengan independen. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel, dengan

melihat Odd Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan

antara dua variabel yang diuji. Regresi Logistik Ganda model Faktor Risiko dengan tingkat

kemaknaan 0,05, sedangkan tahapan analisis yang digunakan adalah seleksi variabel kandidat

model (p<0,25), pengembangan model dasar, dan uji interaksi (p<0,05).

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis seperti Tabel 1 memperlihatkan bahwa rata-rata berat bayi lahir adalah

sebesar 2941 gram dengan standar deviasi 525,7 gram. Proporsi bayi dengan berat 1500-2450

gram (BBLR) yang lahir dari responden dengan paritas >4 anak adalah 4,5%.

Tabel 1 Statistik Deskriptif Berat Lahir di RS Benyamin Guluh Tahun 2011-2012

Variabel N Mean Median Min – Maks Std. Dev

Berat Lahir (gram)

BBLR (<2500)* 88 2159,7 2200 1500–2450 231,0

NON BBLR (≥2500)** 352 3136,6 3100 2500–4400 375,5

TOTAL 440 2941,3 3000 1500–4400 525,7 Keterangan : * sebagai kasus, ** sebagai kontrol

Sedangkan Tabel 2 menunjukkan proporsi kelompok kontrol pada responden dengan

paritas ≤4 anak sebesar 97,4%. Proporsi BBLR pada responden dengan jarak kehamilan <2 tahun

sebesar 80,7% dan pada responden dengan jarak kehamilan ≥2 tahun yaitu 19,3%. Namun

proporsi pada responden dengan jarak kelahiran ≥2 tahun adalah sebesar 44,3%. Proporsi BBLR

pada responden dengan usia ibu <20 dan >35 tahun sebesar 31,8% sementara pada responden

dengan usia ibu 20 - 35 tahun sebesar 68,2%. Sedangkan proporsi kelompok kontrol pada

responden dengan usia ibu 20 - 35 tahun sebesar 79,3%. Proporsi BBLR pada responden dengan

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 7: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

7  

Universitas Indonesia

diagnosa Pre-eklampsia sebesar 27,3% sementara pada responden tanpa diagnosa Pre-eklampsia

sebesar 72,7%. Namun proporsi pada kelompok responden tanpa diagnosa Pre-eklampsia sebesar

84,7%. Proporsi BBLR dengan jenis kelamin bayi perempuan sebesar 60,2%, dan jenis kelamin

bayi laki-laki yaitu 39,8%. Sedangkan proporsi dengan jenis kelamin bayi laki-laki sebesar

52,8%.

Tabel 2 Sebaran Berat Lahir Menurut Paritas, Jarak Kelahiran, Usia Ibu, Pre-Eklampsia, dan Jenis Kelamin Bayi

di RS Benyamin Guluh Tahun 2011-2012 (N=440)

V A R I A B E L Berat Lahir

T O T A L BBLR* Non BBLR**

n % N % N % Paritas

>4

4 4,5 9 2,6 13 3

≤4

84 95,5 343 97,4 427 97

TOTAL 88 100 352 100 440 100 Jarak Kelahiran

<2

71 80,7 196 55,7 267 60,7

≥2

17 19,3 156 44,3 173 39,3

TOTAL 88 100 352 100 440 100 Usia Ibu

<20 atau >35 Tahun 28 31,8 73 20,7 101 23

20-35 Tahun 60 68,2 279 79,3 339 77

TOTAL 88 100 352 100 440 100 Pre-Eklampsia

Ya 24 27,3 54 15,3 78 17,7

Tidak 64 72,7 298 84,7 362 82,3

TOTAL 88 100 352 100 440 100 Jenis Kelamin

Perempuan 53 60,2 166 47,2 219 49,8

Laki-laki 35 39,8 186 52,8 221 50,2

TOTAL 88 100 352 100 440 100 Keterangan : * Sebagai Kasus; **Sebagai Kontrol Seleksi Variabel Kandidat Multivariat

Di antara lima variabel independen terdapat empat variabel yang nilai p value nya <0,25,

namun variabel paritas tetap diikutsertakan dalam pemodelan karena peneliti mengasumsikan

variabel tersebut penting secara substansi.

Tabel 3 Hasil Seleksi variabel Kandidat Multivariat (p<0,25) (step1) No. Variabel p-value Keputusan

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 8: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

8  

Universitas Indonesia

1 Paritas 0,35 Bukan Kandidat

2 Jarak Lahir 0,000 Kandidat

3 Umur 0,032 Kandidat

4 Pre-eklamsia 0,012 Kandidat

5 Jenis Kelamin 0,028 Kandidat

Tahap Pemodelan Multivariat

Analisis multivariat ke-lima variabel tersebut dengan kejadian BBLR, lakukan pemilihan

variabel yang berhubungan signifikan dengan variabel dependen. Hasilnya terdapat dua variabel

yang nilai p>0,05 yaitu paritas dan usia ibu.

Tabel 4 Hasil analisis multivariat yang berhubungan signifikan terhadap kejadian BBLR

di RS Benyamin Guluh Tahun 2011-2012 (step2)

No. Variabel B p-value OR

95% CI R-Square Sig.

Lower Upper

B B L R

1 Paritas* 0,324 0,618 1,383 0,387 4,942 0,127 0,000 2 Jarak Kelahiran 1,278 0,000 3,589 2,002 6,433 3 Usia Ibu** 0,537 0,057 1,711 .984 2,976 4 Pre-eklampsia 0,769 0,010 2,157 1.206 3,857 5 Jenis Kelamin

Bayi 0,586 0,020 1,796 1.095 2,948

Konstanta -0,597 0,385 0,551 Keterangan : paritas* 0,618 dan usia ibu** 0,057 (p>0,05)

Selanjutnya dilakukan uji confounding dengan mengeluarkan variabel tersebut satu

persatu dimulai dari variabel yang nilai p value terbesar. Setelah variabel paritas dan usia ibu

dikeluarkan, dapat kita lihat perubahan nilai OR untuk variabel jarak kelahiran, pre-eklampsia,

dan jenis kelamin bayi. Berikut hasil analisisnya : Tabel 5

Hasil Analisis Penilaian Konfounding Setelah Variabel Usia Ibu Dikeluarkan Variabel Ekp (B) Adjusted Ekp (B) Crude Selisih OR Keputusan

Paritas 1,383 - - Bukan Konfounder Jarak Lahir 3,589 3,479 3,06% (-)

Usia Ibu 1,711 - - Bukan Konfounder

Pre-eklampsia 2,157 2,268 5,14% (-)

Jenis Kelamin Bayi 1,796 1,797 0,05% (-) Berdasarkan Tabel 5 Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel paritas dan usia ibu

tetap dikeluarkan dari model. Dengan demikian uji confounding telah selesai, kesimpulannya

tidak terdapat variabel confonder dalam penelitian ini.

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 9: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

9  

Universitas Indonesia

Uji Interaksi

Setelah dilakukan uji konfounder kemudian dilakukan penilaian interaksi pada variabel yang

diduga secara substansi ada interaksi. Pada penelitian ini, peneliti menduga ada interkasi antara

jarak kelahiran dengan pre-eklampsia. Tabel 6

Hasil Uji Interaksi Jarak Kelahiran by Pre-Eklampsia Terhadap Kejadian BBLR di RS Benyamin Guluh Tahun 2011-2012 (step3)

Variabel B p-value OR 95% CI

Lower Upper

B B L R Jarak Kelahiran*Pre-eklamsia 1,195 0,063* 3,305 0,938 11,643

Konstanta 0,339 0,309 1,403 Keterangan : *p value 0,063 (p>0,05) Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa variabel yang diduga secara substansi ada

interaksi, hasil uji omnibusnya memperlihatkan nilai p-value = 0,063 (p>0,05) sehingga dapat

disimpulkan tidak ada interaksi antara jarak kelahiran*pre-eklampsia. Dengan demikian

pemodelan telah selesai, dimana model yang valid adalah model tanpa ada interaksi.

Tahap Model Akhir Multivariat

Setelah melalui beberapa tahapan, maka model terakhir multivariat yang diperoleh adalah Tabel 7

Hasil Akhir Analisis Multivariat dengan Uji Regresi Logistik (Final Model/Step4)

No. Variabel B p-value OR 95% CI

R-Square Sig. Lower Upper

B B L R

1 Jarak Kelahiran 1,247 0,000 3,479 1,952 6,199 0,113 0,000

2 Pre-eklampsia 0,819 0,005 2,268 1,274 4,038 3 Jenis Kelamin Bayi 0,586 0,020 1,797 1,099 2,937 Konstanta 0,081 0,784 1,085

Keterangan : *OR = Exp (B)

Dari analisis multivariat tersebut ternyata variabel yang berpengaruh bermakna dengan

kejadian BBLR adalah variabel jarak kelahiran, pre-eklampsia dan jenis kelamin bayi. Dari

model akhir tersebut didapatkan nilai OR=3,5 (95%CI: 1,95–6,19), artinya bahwa kelompok

responden dengan jarak kelahiran <2 tahun kemungkinan berisiko 3,5 kali lebih besar untuk

melahirkan BBLR dibandingkan dengan kelompok responden dengan jarak kelahiran ≥2 tahun

setelah dikontrol oleh variabel paritas, usia ibu, pre-eklampsia, dan jenis kelamin bayi. Selain itu,

dalam penelitian ini didapatkan jarak kelahiran yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian

BBLR, dimana nilai exp (B) lebih besar dari variabel independen lainnya, bahwa semakin besar

nilai exp (B) berati semakin besar pengaruhnya terhadap variabel yang dianalisis. Pemodelan ini

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 10: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

10  

Universitas Indonesia

memiliki nilai R-Square = 0,11. Dan hasil penelitian diketahui bahwa pemodelan regresi logistik

mempunyai nilai sig=0,001.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini variabel independen adalah paritas, jarak kelahiran, usia ibu, pre-

eklampsia,dan jenis kelamin bayi yang di hubungkan terhadap kejadian BBLR. Sesuai dengan

kerangka teori yang ada kejadian BBLR juga dipengaruhi oleh faktor risiko lainnya, namun

karena keterbatasan data yang tersedia pada rekam medik ruang kebidanan dan perinatologi RS

Benyamin Guluh, serta karena variabilitas, maka faktor-faktor lain yang dapat diteliti terbatas

pada jarak kelahiran, usia ibu, pre-eklampsia dan jenis kelamin bayi. Faktor penting lain seperti

gizi sebelum dan saat hamil, perawakan pendek, penyakit menahun ibu, kebiasaan ibu, ANC,

primiparity, hydramnion, hamil ganda, KPD, masa gestasi, cacat bawaan, infeksi dalam rahim,

ras dan keadaan plasenta belum dapat diteliti dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 1.098 persalinan di Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, antara periode 2011-2012, diperoleh 849 bayi yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian. Dan berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan, diketahui proporsi BBLR sebesar 20%, jika dibandingkan dengan Angka

Nasional Riskesdas (2010) yaitu 11,1% serta target kabupaten Kolaka masih jauh diatas target

1%. Hal ini menggambarkan masih rendahnya derajat kesehatan di daerah tersebut. Pada

penelitian ini proporsi kasus BBLR lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian di

Bandung 6,1% (RS Dr. Hasan Sadikin, 2001), di Palembang 19,3% (RSMH, 2000). Perbedaan

tersebut kemungkinan disebabkan oleh karena adanya perbedaan sampel populasi, dan disain

penelitian. Disamping itu, kemungkinan oleh multifaktor meliputi daerah atau lokasi, dimana

karakteristik daerah yang satu dengan daerah yang lainnya belum tentu sama. Menurut SDKI

kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu

berkisar 9-30%.

Sementara pada Proporsi kelompok kasus atau BBLR pada kelompok responden dengan

paritas >4 anak lebih sedikit dibanding kelompok responden dengan paritas ≤4 anak. Hal tidak

sejalan dengan teori yang ada bahwa semakin tinggi paritas ibu semakin besar kemungkinan

untuk melahirkan BBLR. Ini bertolak belakang dengan teori, kemungkinan disebabkan karena

perbedaan jumlah sampel serta penelitian menggunakan populasi di rumah sakit.

Proporsi kelompok kasus pada kelompok responden dengan dengan jarak kehamilan <2

tahun lebih besar dibanding kelompok responden dengan jarak kehamilan ≥2 tahun. Hal ini

sudah sesuai dengan teori, bahwa semakin dekat jarak atau interval kelahiran maka risiko untuk

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 11: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

11  

Universitas Indonesia

BBLR semakin meningkat, ini disebabkan semakin sering hamil maka tubuh ibu akan mudah

sekali menjadi lemah, karena jarak hamil, melahirkan yang terlalu dekat, dan merawat anak kecil

akan menyebakan terjadinya persalinan BBLR.

Pada penelitian ini, proporsi kelompok BBLR (kasus) sebagian kecil berada pada usia ibu

berisiko (<20 dan >35 tahun) hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana umur berisiko akan

cenderung melahirkan BBLR, karena umur muda terjadi kompetisi makanan antara janin dan

ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang

terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995, p. 96). Hal ini berbeda dengan teori

dimungkinkan oleh karena ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit Benyamin Guluh, sebagain

besar berusia 20-35 tahun.

Proporsi kelompok kasus sebagian kecil berada pada ibu dengan diagnosa pre-eklampsia.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, bahwa ibu yang mengalami pre-eklampsia

kemungkinan lebih besar untuk mengalami BBLR. Perbedaan ini disebabkan karena ibu yang

terdiagnosa pre-eklampsia kasusnya jarang.

Proporsi bayi yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dibanding kelompok bayi

yang berjenis kelamin bayi laki-laki, hal ini pun sudah sesuai dengan teori yang ada. Dimana

bayi perempuan akan lebih rentan menjadi BBLR dibanding bayi laki-laki.

Hubungan Antara Paritas dengan Berat Lahir

Dari hasil analisis bivariat pada penelitian ini, bahwa variabel independen paritas

menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana nilai p=0,35. Namun dalam model awal uji

multivariat tetap diikutkan karena dianggap variabel paritas penting secara substansi. Dan pada

analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel paritas bukan merupakan variabel confounder.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Budiman (1996), yang mengatakan risiko ibu

dengan paritas >4 anak akan mempunyai peluang melahirkan BBLR 2,11 kali dibandingkan

dengan ibu dengan paritas ≤4 anak.

Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan akibat besarnya presentase paritas nol,

dimana pada pengkatagorian paritas nol atau yang belum pernah melahirkan dimasukkan

kekategori tidak berisiko yaitu paritas <4 anak, dengan pertimbangan responden belum pernah

melahirkan sehingga dianggap belum memiliki masalah yang berhubungan dengan kehamilan.

Kemungkinan juga disebabkan karena perbedaan populasi, dimana dalam penelitian ini

digunakan populasi sampel di rumah sakit sedangkan pada penelitian Budiman di Kabupaten

Garut tahun 1996, menggunakan populasi di masyarakat. Sebagaimana diketahui penelitian yang

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 12: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

12  

Universitas Indonesia

menggunakan pupulasi di rumah sakit menimbulkan bias karena tidak menggambarkan keadaan

yang sebenarnya di populasi masyarakat.

Hubungan antara Faktor Risiko Lain dengan Kejadian BBLR

Jarak Kelahiran dengan Kejadian BBLR

Dari hasil analisis bivariat diperoleh informasi bahwa variabel jarak kelahiran

menunjukkan hasil yang signifikan, dengan (95% CI: 1,88-5,87), diketahui pula ibu dengan jarak

kelahiran <2 tahun kemungkinan berisiko 3,32 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR

dibandingkan ibu dengan jarak kelahiran ≥2 tahun. Tidak terdapat interaksi antara jarak

kelahiran dengan pre-eklampsia serta bukan variabel confounding. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Susanto (2001) bahwa ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun memiliki risiko 2,1 kali

lebih besar untuk melahirkan BBLR dibanding ibu dengan jarak kelahiran ≥2 tahun.

Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (1998) dan Kardjati

(1985) bahwa jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat merupakan faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya persalinan BBLR. Interval kelahiran atau jarak kelahiran yang terlalu

dekat (kurang dari 2 tahun) selain meningkatkan risiko kematian bagi bayi baru lahir (0-28 hari)

dan bayi dibawah 1 tahun, juga meningkatkan risiko lahir prematur dan BBLR.

Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian Sistiarani (2008) bahwa ibu dengan jarak

kelahiran <2 tahun memiliki risiko 5,11 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibanding ibu

dengan jarak kelahiran ≥2 tahun.

Serupa pula dengan hasil penelitian Budiman (1996) mengatakan ibu-ibu dengan jarak

kehamilan ≤30 bulan mempunyai risiko untuk melahirkan BBLR 2,46 kali bila dibandingkan

dengan ibu-ibu yang mempunyai jarak kehamilan >30 bulan.

Usia Ibu

Berdasarkan usia responden hasil analisis bivariat p=0,039 (95% CI: 1,1-2,9)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi kelompok usia berisiko

pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol, dalam penelitian ini diketahui bahwa ibu yang

berumur <20 dan >35 tahun kemungkinan melahirkan BBLR 1,8 kali lebih besar dibandingkan

dengan ibu yang berumur 20-35 tahun.

Hal penelitian ini mendukung teori Widhaningrat dan Wiyono (2006, p. 17) mengatakan

bahwa kehamilan dan kelahiran pada wanita usia muda (dibawah 19 tahun) mempunyai risiko

melahirkan BBLR. Pada usia muda, risiko untuk melahirkan BBLR sekitar dua kali lipat dalam 2

tahun setelah “menarche” (Soetjiningsih, 1995, p. 96). Sedangkan pada usia 35 tahun lebih,

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 13: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

13  

Universitas Indonesia

kesehatan ibu sudah menurun. Sehingga bila ibu berumur diatas 35 tahun sebaiknya tidak hamil

lagi (Depkes RI, 2000, p. 26).

Hal ini didukung oleh penelitian Simarmata (2010) bahwa risiko ibu-ibu yang berumur

<20 dan >35 tahun kemungkinan melahirkan BBLR 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan

ibu-ibu dengan umur 20 - 35 tahun. Demikian pula dengan penelitian Susanto (2001) bahwa ibu-

ibu dengan umur <20 dan >35 tahun kemungkinan melahirkan BBLR 1,24 kali lebih besar

dibandingkan umur 20 - 35 tahun. Sejalan dengan teori bahwa menurut Manuaba (1998),

Kemenkes RI (2010, p. 1) terlalu muda (dibawah usia 18 tahun) dan terlalu tua melahirkan dapat

membahayakan kehidupan perempuan dan kelangsungan hidup anak mereka.

Pre-eklampsia

Hasil analisis bivariat berdasarkan ada tidaknya diagnosa pre-eklampsia pada penelitian

ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi kelompok ibu

dengan diagnosa pre-eklampsia (PE) pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol, dimana

pada penelitian ini juga diketahui bahwa ibu dengan disertai diagnosa pre-eklampsia mempunyai

peluang melahirkan BBLR 2,1 kali lebih besar dibanding dengan ibu bersalin tanpa diagnosa

pre-eklampsia (95% CI: 1,2-3,6).

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan

Rachmawati, 2005 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005, dengan p=0,045 (p<0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pre-eklampsia dengan kejadian BBLR. dimana

akibat utama dari pre-eklampsia adalah berkurangnya aliran darah uteroplasenta, sehingga

plasenta tidak mendapatkan cukup aliran darah, dimana fungsi plasenta adalah mengalirkan

makanan ke janin, hal ini dapat menyebabkan BBLR. Buckley and Kulb, 1993, p. 165)

mengatakan dengan pre-eklamsia, perfusi plasenta tetap terganggu, menunjukkan bahwa janin

tetap dalam bahaya sampai melahirkan.

Teori Prawirohardjo (1999, pp. 285-287) membenarkan bahwa aliran darah ke plasenta

mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin

terganggu; pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya

karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan

sering didapatkan pada pre-eklampsia dan eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.

Jenis Kelamin Bayi

Dari hasil analisis bivariat pada penelitian ini, bahwa variabel jenis kelamin bayi

menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik (95% CI: 1,1-2,7). Juga diketahui bayi yang

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 14: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

14  

Universitas Indonesia

berjenis kelamin perempuan kemungkinan berisiko lahir BBLR 1,7 kali dibandingkan dengan

bayi berjenis kelamin laki-laki.

Ini sudah sesuai dengan teori bahwa saat lahir berat badan bayi dipengaruhi oleh jenis

kelamin. Hal ini sejalan dengan Karjati (1985) yang menyimpulkan bahwa berat lahir bayi laki-

laki (2969 gram) lebih berat bila dibandingkan dengan berat perempuan (2905 gram) dan berat

badan bayi perempuan lebih ringan dari berat badan bayi laki-laki 159 gram (5%). Begitu pula

WHO dan UNICEF (2006, p. 7) mengatakan pada usia kehamilan yang sama bayi perempuan

beratnya kurang dibandingkan anak laki-laki.

Penelitian ini diperkuat pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Dasgupta dan Basu

(2011) di Blok Hooghly Bengal Barat, bahwa wanita ditemukan berisiko 1,35 kali lebih rentan

menjadi berat lahir rendah dari pada laki-laki.

Penelitian analisis data sekunder SDKI tahun 1997 yang dilakukan oleh Yushananta

(2001, p. ii) di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, menemukan hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin bayi dengan kejadian BBLR.

Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Kejadian BBLR

Dari penelitian ini diperoleh faktor yang paling mempengaruhi terhadap kejadian BBLR,

yaitu jarak kelahiran dimana nilai exp (B) lebih besar dari variabel independen lainnya, bahwa

semakin besar nilai exp (B) berati semakin besar pengaruhnya terhadap variabel yang dianalisis,

dengan nilai OR=3,5 artinya ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun mempunyai peluang 3,5 kali

lebih besar untuk melahirkan BBLR dibanding ibu dengan jarak kelahiran ≥2 tahun setelah

dikontrol oleh variabel paritas, usia ibu, pre-eklampsia, dan jenis kelamin bayi. Variabel paritas

gagal sejak awal dimasukkan dalam model logistik ganda, begitu pula dalam analisis bivariat

menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dimana p>0,05 (p=0,3). Dengan demikian

penelitian ini tidak dapat membuktikan satu dari ke-lima hipotesis yaitu adanya pengaruh paritas

terhadap berat lahir.

Pemodelan ini memiliki nilai R-Square = 0,113 artinya pemodelan ini hanya mampu

menjelaskan variasi berat badan lahir sebesar 11,3% dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini (88,7%). Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemodelan

regresi logistik mempunyai nilai sig=0,001 artinya model tersebut bermakna untuk

menggambarkan berat lahir yang dipengaruhi oleh jarak kelahiran, pre-eklampsia dan jenis

kelamin bayi.

Kesimpulan

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 15: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

15  

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan proporsi kelompok

BBLR (kasus) yaitu sebesar 20% atau 88 dari 440 bayi, lebih tinggi dibanding hasil-hasil

penelitian yang pernah dilakukan di rumah sakit lain ataupun di daerah-daerah lain di Indonesia.

Hasil penelitian di Bandung, proporsi kasus BBLR 6,1% (RS Dr. Hasan Sadikin, 2001), di

Palembang 19,3% (RSMH, 2000).

Dapat disimpulkan pula, bahwa variabel paritas tidak mampu membuktikan adanya

pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap kejadian BBLR di RS Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka tahun 2011-2012, namun data menunjukkan bahwa proporsi pada kasus lebih

besar dari kontrol.

Beberapa faktor yang diteliti ternyata terdapat pengaruh yang bermakna antara proporsi

kelompok berisiko dengan tidak berisiko terhadap berat lahir yaitu jarak kelahiran, usia ibu, pre-

eklampsia dan jenis kelamin bayi (p<0,05).

Dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR di RS Benyamin Guluh

Tahun 2011-2012 adalah jarak kelahiran. Dengan OR=3,5 menunjukkan bahwa kemungkinan

ibu yang memiliki jarak kelahiran <2 tahun mempunyai peluang 3,5 kali lebih besar untuk

melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan jarak kelahiran ≥2 tahun.

Saran

Oleh karena jarak kelahiran yang merupakan faktor paling besar pengaruhnya terhadap

kejadian BBLR, maka disarankan :

1) Rumah Sakit perlu meningkatkan pelayanan konseling KB bagi ibu bersalin dalam

mendukung program Keluarga Berencana, dengan menyediakan sarana dan prasarana

khusus konseling, meningkatkan peran dalam memberikan pelayanan dan informasi

kesehatan dalam bentuk KIE kepada ibu hamil yang berkunjung dan terdeteksi risiko

tinggi, utamanya bagi ibu yang memiliki riwayat melahirkan BBLR, dengan membentuk

kelas ibu hamil khusus di rumah sakit ataupun melalui program PKMRS, meningkatkan

pencatatan dan pelaporan medik Rumah sakit dari segi ketersediaan data, dengan

memanfaatkan KMS ibu hamil.

2) Ibu perlu menunda kehamilan pertama sampai ibu berusia minimal 20 tahun dengan tidak

menikah di usia remaja atau dini, Mengatur jarak kelahiran minimal 2 tahun dengan

mengikuti program Keluarga Berencana dan Metode Amenorea Laktasi (MAL).

3) Bagi pengelola Promosi Kesehatan Tingkat Kabupaten meningkatkan mutu pelayanan

medik KB, dengan menjalin kerjasama dengan BKKBN, dalam hal menyusun informed

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 16: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

16  

Universitas Indonesia

Consent tentang pemilihan kontrasepsi dan efek kontrasepsi, serta penyusunan pedoman

standar pelayanan kontrasepsi.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya, perlu dilakukan penelitian serupa dengan menjadikan jarak

kelahiran, usia ibu, pre-eklampsia dan jenis kelamin bayi sebagai variabel independen

bukan sebagai variabel konfounder.

DAFTAR REFERENSI (2010)

Badan Penetian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RISET KESEHATAN DAERAH.

Bank Data. (2010) Prevalensi BBLR Antar Kabupaten dan Provinsi, htm. Depkes RI. Diakses tanggal 09 Desember 2012, pk. 21.42

Buckley, Kathleen and Kulb, W. Nancy (1993). High Risk Maternity Nursing Manual. Second Edition. Williams & Wilkins 428 East Preston Street, Baltimore, Maryland 212002, USA.

Budiman, Hendy (1996). Hubungan antara Kadar Hb Selama Kehamilan dengan Kejadian BBLR di Kabupaten Garut Tahun 1995-1996.

Bunadi. (2006). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Di Kota Cirebon Tahun 2004. Cirebon.

Dharma, Rahajuningsih; Wibowo, Noroyono; Raranta, Hessyani P.T (2005) Disfungsi Endotel pada Preeklampsia. Makara, Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Desember p. 63-69

Dasgupta, Aparajita and Basu, Rivu. (2011) Determinants Of Low Birth Weight In A Block Of Hooghly, West Bengal: A Multivariate Analysis. International Journal Of Biological & Medical Research Int J Biol Med Res.; 2(4): 838–842, www.biomedscidirect.com, diakses 23 Januari 2013, 0.37.

(2000) Departemen Kesehatan RI, Departemen Dalam Negeri, Tim PKK Pusat.. Pengenalan Tanda dan Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas.

Edmon, Karen and Bahl Rajiv (2006). Optimal Feeding of low-birth-weight infants : TECHNICAL REVIEW. World Health Organization. ISBN 92 4 159509 4, ISBN 978 92 4 159509 4

Israr, Yayan Akhyar, S. Ked (2008) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Faculty Medicine-Universitas of Riau Pekanbaru, Riau. diakses tanggal 09 Desember 2012, 17:01. http://www.unsytem.org/SCN/archives/npp19/cho8.htm.

Johnston, Peter, Flood, Kristie, Spinks, Karen (2003). THE NEWBORN. Edinburgh London New York Philadelphia Oxford St Louis Sydney Toronto. Churhill Livingstone.

Kardjati, Sri (1985). Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Karmanto, Bambang (2002). Hubungan Kualitas Pemanfaatan Pelayanan Antenatal dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2001-2002.

(2010)

Kementerian Kesehatan RI, United for children (Unicef), World Health Organization (WHO), United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), UNFPA, UNAIDS, World Food Programe (WFP), The World Bank. Penuntun Hidup Sehat.Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono (1999).

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.

Page 17: PENGARUH PARITAS DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN TERHADAP …

17  

Universitas Indonesia

Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga, Cetakan Kelima. Editor Ketua : Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, DSOG. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. ISBN 979-8150-01-5.

Pritchard, MacDonald. Gant. (1991) Obstetri William. Surabaya: Airlangga University Press.

Dinas kesehatan Kabupaten Kolaka (2011) Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka.  Dapat diakses di [email protected]. Diakses tanggal 17 Desember 2012, 18.06

Simarmata, Oster Suriani (2010). Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Indonesia (Analisis data Sekunder Survei Demografi dan Keseatan Indonesia tahun 2007).

Sistiarani, Colti (2008) Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi Pada Ibu Yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas Tahun 2008. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. diakses tanggal 4 Januari 2013, 16:24.

Soetjiningsih, SpAK. (1995). TUMBUH KEMBANG ANAK. Jakarta: buku kedokteran EGC.ISBN 979-979-044-026-5.

Susanto, Eddy (2001). Hubungan Anemia Ibu Hamil dan Faktor Lain dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUPMohammad Hoesni Palembang Tahun 2000.

The World Health Report (1998). Life in The 21st century : A vision for all. Report of the Director-general. World Health Organization Geneva. ISBN 92 4 156189 0. ISSN 1020-3311.

Turhayati, E. R. (2001-2003). Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan di Sukaraja Bogor Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 3, December 2006 , 139-143.

Van Eijsden, Manon. et., al. Maternal n-3, n6, and Trans Fatty Acid Profile Early in Pregnancy and Term Birth Weight : A Prospective Cohort Study. The American Journal of Clinical Nutrition (2008). vol. 87, No. 4. ISSN 0002-9165.

Widhaningrat, Sisdjiatmo K, dan Wiyono, Nurhadi. (2006). Karakteristik Demografi, Sosial, dan Ekonomi Perempuan Kelompok Usia Early Chilbearing. Warta Demografi Wahana Memasyarakatkan Pemikiran Demografi Tahun ke 36, No. 1, 2006. ISSN 0125-9679 pp. 17-29.

Wahyuni, Alfaina; Rachmawati, Firma Nur. Hubungan Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Terhadap Bblr Di Rsup Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005, diakses 25 Januari 2013, 13:55.

World Health Organization Geneva and Unicef New York (1992). Maternal Health and Safe Motherhood Programe. Low Birth Weight; A Tabulation of Available Information. WHO/MCH/92.2 Distr : General English only.

World Health Organization Regional Office for South-East Asia (SEARO) (1994). Multicentre Study on : Low Birth Weight and Infant Mortalityin India, Nepal and Sri Lanka. World Health Organization Regional Office for South-East Asia New Delhi. No. 25, Regional Health Paper, SEARO 1994. ISBN 92 9022 194 1.

Yushananta, Prayudhy. (2001). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Provinsi. Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah Dan Sulawesi Tenggara.

 

Pengaruh paritas..., Syahraeni, FKM UI, 2013.