1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau lobulus
payudara. Kanker payudara merupakan masalah global dan isu kesehatan
internasional yang penting. Kanker payudara adalah kanker ganas yang sering
terjadi pada wanita di Negara maju dan nomor dua setelah kanker serviks di
Negara berkembang, serta merupakan 29 % dari seluruh kanker yang diagnosa
setiap tahun.(1)
Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta
kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian
meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. (2)
Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer
(IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru
tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di
dunia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker
payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan. Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker
tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang
(28,7%). (3)
Kanker payudara di Indonesia menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di seluruh RS di Indonesia yaitu 16,85%. Penelitian yang dilakukan
2
oleh Muhamad tahun 2010-2011 di RSUP H.Adam Malik Medan terdapat 312
wanita yang menderita kanker payudara.(4)
Penderita kanker payudara di Aceh pada Periode 2010 berjumlah 574
orang, periode 2011 berjumlah 524 orang dan priode Januari s/d juni 2012
berjumlah 219 orang, dengan berbagai tingkat stadium. (5)
Data yang di peroleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue tahun
2012, terdapat 8 kasus kanker payudara, pada tahun 2013 s/d juni 2015 terdapat
13 kasus dan 11 kasus ditemukan sudah mencapai pada stadium lanjut (Stadium 2
dan 3). Dan satu orang meninggal dunia pada tahun 2012 sebelum mendapat
penanganan. (6)
Kanker payudara dapat dideteksi sedini mungkin dan bisa dilakukan
sendiri di rumah. Cukup beberapa menit, sebulan sekali, dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dapat menjadi langkah awal mendeteksi kelainan pada payudara.
Lakukan SADARI secara rutin, yakni setiap bulan pada hari ke-1 s/d hari ke-
3setelah bersih menstruasi. SADARI bisa dilakukan perempuan sejak merasakan
adanya pertumbuhan payudara dengan tujuan untuk lebih membiasakan diri dalam
memeriksakan payudara sejak dini selain sebagai sarana deteksi dini kanker
payudara, karena dengan melakukan pemeriksaan dini, kanker payudara bisa
dicegah dari risiko yang lebih tinggi, serta dapat menurunkan angka kematian
penderita karena kanker yang ditemukan pada stadium awal akan memberikan
harapan hidup lebih lama. (7)
3
Benjolan di payudara bukan berarti kanker. Sehingga untuk
memastikannya, setiap benjolan perlu diperiksa dengan seksama. Setiap kali
selesai haid, sebaiknya setiap perempuan melakukan pemeriksaan sendiri terhadap
payudara, untuk mengetahui adanya benjolan atau perubahan di payudara. Tak
perlu menunggu hingga timbul gejala untuk mulai melakukan deteksi dini.
Langkah penting yang dapat dilakukan setiap perempuan untuk menurunkan
risiko kematian akibat adanya kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi
dini. (8)
Menurut Sumary dalam Wardana (2012), minat masyarakat untuk
melakukan pemeriksaan SADARI masih sangat rendah, hal ini banyak
dipengaruhi oleh ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker payudara, sedangkan
pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun ekonomi. Selain masih
bayaknya anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada
rasa takut untuk melakukan SADARI. Adanya cerita yang disampaikan oleh
orang lain bahwa pemeriksaan SADARI tidak cukup berguna bagi mereka
apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, sehingga menimbulkan karaguan
untuk melakukan SADARI. (9)
Survey Yayasan Kesehatan Payudara, dalam Lenggogeni (2011), hal yang
menyebabkan kurangnya penanggulangan kanker payudara adalah rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang pencegahan kanker payudara. Penyebaran
informasi mengenai faktor resiko kanker payudara dan pemeriksaan dini payudara
kurang tersebar di masyarakat. Masih banyak wanita yang belum menyadari
pentingnya melakukan deteksi dini yaitu sebanyak 80% masyarakat tidak
4
mengerti akan pentingnya melakukan pemeriksaan dini payudara, hanya 11,5%
yang paham, sementara sisanya (8,5%) tidak tahu tentang pemeriksaan payudara.
Di Negara lain program-program deteksi dini kanker payudara telah banyak
dikembangkan. (10)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2012), tentang
pengetahuan wanita usia subur (WUS) untuk melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) di BPS Bd.K Tapos Depok, didapatkan hasil penelitian bahwa
pengetahuan wanita usia subur yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 62%, pengetahuan wanita usia subur berdasarkan usia dengan usia 20-
35 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 46%, pengetahuan wanita usia
subur berdasarkan paritas dengan paritas 2-4 dengan pengetahuan cukup sebanyak
34%, pengetahuan wanita usia subur berdasarkan pendidikan dengan pendidikan
dasar berpengetahuan cukup sebanyak 54%, pengetahuan wanita usia subur
berdasarkan sumber informasi dari media elektronik dengan pengetahuan cukup
sebanyak 44%. (11)
Penyuluhan pada setiap wanita diprioritaskan mengenai bagaimana dan
kapan melakukan pemeriksaan payudara mereka sendiri. Diperkirakan bahwa
hanya 25%-30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan
baik dan teratur setiap bulannya. Wanita yang lebih muda mungkin mempunyai
benjolan pada payudara mereka ternyata kesulitan dalam melakukan SADARI.
Bahkan wanita yang melakukan SADARI mungkin menunda untuk mencari
bantuan medis karena faktor ekonomi, kurang pendidikan, enggan untuk bertindak
jika terasa nyeri, faktor-faktor psikologi dan kesopanan. (9)
5
RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Simeulue kelas C adalah satu-
satunya rumah sakit yang ada di Kabupaten Simeulue yang menjadi pusat rujukan
dari 12 Puskesmas yang ada di kabupaten simeulue. sehingga banyak penderita
kanker payudara yang berobat ke rumah sakit ini. (6)
Berdasarkan survei awal penulis di RSUD Simeulue Kabupaten Simeulue
terdapat 15 pasien yang menderita Kanker Payudara, 10 orang sudah dioperasi
dan menjalani Kemotrapi, 4 orang sedang menjalani perawatan di RSUD
Simeulue, dan 1 orang menjalani rawat jalan.Setiap penderita kanker payudara
yang berobat RSUD Simeulue mereka sudah pada stadium 2 dan 3 yang sulit
untuk di lakukan penyembuhan di RSUD Simeulue dengan peralatan medis yang
belum memadai dan juga dokter Onkologi yang tidak tersedia, Sehingga penderita
harus di rujuk keluar daerah Simeulue dan beberapa dari wanita penderita kanker
payudara yang saya jumpai dan wawancara sebelumnya mereka tidak ada satu
orang pun yang tahu cara dan manfaat melakukan tindakan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI). Padahal dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri
penyakit kanker payudara tersebut masih dapat dicegah untuk masuk ke stadium
lanjut atau stadium 2 dan stadium 3, dan juga pendidikan informan yang rata-rata
hanya tamat sekolah dasar (SD) serta kepercayaan terhadap pengobatan medis
masih rendah.
Berdasarkan latar belakang diatas, lamanya terdekteksi kanker payudara
memengaruhi keterlambatan pengobatan, beberapa hal yang memengaruhi
lamanya terdeteksi kanker payudara adalah akibat ketidaktahuan bahwa benjolan
yang ada di payudara informan dari selama ini bisa menyebabkan terjadinya
6
kanker, informan tidak pernah memeriksakan diri ke petugas kesehatan sehingga
benjolan tersebut semakin membesar dan menjalar, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Keterlambatan Pengobatan pada Wanita Penderita Kanker Payudara di Rumah
Sakit Umum Daerah Simeulue tahun 2017”.
Masyarakat yang terkena penyakit datang ke pusat pelayanan kesehatan
sudah dalam stadium lanjut dikarenakan mereka tidak merasakan sakit (disease
but not illness). Masyarakat belum menjadikan kesehatan prioritas di dalam
hidupnya sehingga masyarakat lebih memilih memprioritaskan tugas-tugas yang
lebih penting daripada mengobati sakitnya karena kondisi sakit itu dianggap tidak
akan mengganggu kegiatan atau tugasnya sehari-hari. Perilaku atau usaha untuk
mengobati penyakitnya sendiri baru akan timbul apabila mereka diserang penyakit
dan merasakan sakit. Mereka mengobati penyakitnya berdasarkan pengalamannya
dengan obat-obatan dari warung atau memilih pengobatan tradisional. (12)
1.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan
penderita kanker payudara terlambat melakukan pengobatan secara medis di
Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue tahun 2017.
7
1.3. Pernyataan Masalah
Salah satu permasalahan penyakit tidak menular yang muncul di
masyarakat ialah kanker, kanker masih menjadi momok menakutkan bagi
masyarakat Indonesia. Masyarakat masih mempersepsikan kanker sebagai
penyakit mematikan, tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat dicegah serta
memerlukan biaya pengobatan yang tinggi. Di sisi lain, informasi tentang kanker
dan pencegahannya masih minim, masih banyak persoalan dan hambatan yang
dihadapi dalam upaya penanganan dan pencegahan kanker seperti kurangnya
informasi tentang kanker kepada masyarakat, adanya persepsi masyarakat tentang
kanker yang tidak benar dan program pengendalian dan pencegahan kanker belum
menjadi prioritas utama di tiap - tiap daerah. (13)
Tumor ganas atau kanker dianggap sebagai pertumbuhan sel yang tidak
terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas disebut sebagai penyakit sel.
Tetapi kita juga menyadari bahwa pertumbuhan sel secara tidak terkendali
menyebabkan sel - sel tersebut membentuk massa yang kemudian menginfiltrasi
organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker juga dapat disebut penyakit
organ. (14) Sedangkan menurut Bustan (2000) kanker bukanlah satu penyakit,
tetapi beberapa penyakit dengan patogenesis, gambaran klinik dan penyebab yang
berbeda. Kanker di tandai dengan terjadinya pertumbuhan sel yang tidak normal.
Sel-sel kanker tumbuh dengan tanpa terkontrol dan tanpa tujuan yang
jelas.Pertumbuhan ini akan mendesak dan merusak pertumbuhan sel - sel normal.
Berbagai jenis kanker yang umum dijumpai di negara kita adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker paru, kanker kulit dan kanker nasofaring.(15)
8
Sedangkan Manuaba (2010) menambahkan bahwa di Indonesia kanker payudara
diperkirakan dalam waktu singkat akan menjadi kanker dengan insiden tertinggi
pada wanita. Hal ini disebabkan karena di negara kita, kebanyakan kasus kanker
ditemukan pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan. (16)
Ristarolas (2009) menyatakan kanker payudara adalah kanker yang
menyerang jaringan payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara
yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan
jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak
secara tidak terkendali. (17)
Pada tahun 2005 kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia
dengan insiden relatif tinggi, yaitu dari 600.000 kasus kanker payudara setiap
tahunnya. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang mayoritas terjadi pada
wanita, dengan perbandingan laki - laki dan wanita 1:100. Di Amerika lebih dari
212.000 wanita di diagnosa kanker payudara setiap tahun, dan sekitar 41.000 dari
kasus tersebut meninggal setiap tahunnya. (18)
1.4. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang memengaruhi
keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita di RSUD Simeulue tahun
2017 yaitu pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercaayan terhadap pengobatan,
dan fasilitas kesehatan. Permasalahan ini juga dipengaruhi oleh, tidak tersedianya
alat penunjang pemeriksaan kanker payudara dan tidak adanya dokter onkology di
RSUD Simeulue.
9
Pada survei awal peneliti mengadakan pengamatan terhadap wanita
penderita kanker payudara di ruang rawat inap, poli bedah dan penderita yang
tidak mau lagi dirawat di RSUD Simeulue. Untuk mengetahui apakah ada
penderita yang bisa menjadi informan dan bisa diwawancarai, dari hasil survei
awal didapatkan bahwa para penderita bisa diwawancarai dan memberikan respon
yang positif dengan menjawab beberapa pertanyaan peneliti. Setelah mengadakan
survei awal, peneliti memutuskan bahwa penelitian dapat dilakukan. Peneliti
diperbolehkan oleh pihak RSUD Simeulue untuk mengadakan penelitian di ruang
rawat inap dan rawat jalan.
Informan pertama pekerjaan PNS dan suami seorang wiraswasta, alamat
desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae.
Informan pertama diasuh oleh neneknya karena ibunya meninggal dunia pada saat
melahirkan adiknya dengan persalinan Plasenta Previa, status ekonomi keluarga
rendah, informan pertama tidak suka makan nasi, makanan sehari-hari adalah mie
instant sampai dewasa. Sebelum didiagnosa menderita kanker hampir setiap
malam suka makan ikan asin, memasak selalu menggunakan penyedap, sering
makan makanan bantuan yang siap saji (ikan kaleng, mie dalam kemasan, dll)
pada saat tsunami dari NGO (Non Govermental Organization). Suami informan
pertama perokok berat, merokok dirumah dan dikamar tidur . Informan pertama
memiliki tingkat pendidikan yang kurang sejak kecil sehinggga tidak tahu
memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi, sehingga informan pertama
menganggap mie instant itu sebagai makanan pokoknya, informan pertama
menikah umur 20 tahun, umur 21 tahun ibu SW melahirkan anak pertamanya 3
10
bulan setelah melahirkan informan pertama memakai kontrasepsi suntikan yang 3
bulan, selama 4 tahun dan informan pertama hamil kembali pada umur 26 tahun,
umur 27 tahun melahirkan yang ke 2 dan umur 40 hari setelah persalinan
informan pertama menggunakan kontrasepsi oral selama 4 tahun ( terkadang
berganti dengan kontrasepsi suntikan) pada umur informan pertama 28 tahun
terasa ada benjolan kecil pada payudara sebelah kanan namun tidak terasa sakit
tetapi informan pertama tidak menghiraukannnya karena tidak menimbulkan
gangguan, sehingga pada suatu saat informan pertama merasa benjolan semakin
besar, berdenyut dan menggeluarkan cairan yang tidak berwarna dari sekitar
puting susu, pada saat itu informan pertama sudah tidak menyusui lagi dan
informan pertama sudah sering mengalami demam panas tinggi dan sakit kepala
berat, kemudian informan pertama berobat kebidan tanpa memberitahukan ada
benjolan di payudaranya, setelah obat diberikan oleh bidan habis dikonsumsi,
informan pertama kembali demam dan berobat kembali pada bidan yang sama,
bidan tersebut mengganjurkan agar informan pertama berobat ke puskesmas atau
ke dokter karena demam informan pertama kembali kambuh bila habis
mengkonsumsi obat dan demamnya pun berulang-ulang sehingga pada saat itu
dokter menganjurkan dan membuat rujukan agar informan pertama berobat
kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lengkap, dokter dirumah sakit setelah
memeriksa informan pertama dengan seksama dan setelah membaca hasil lab dan
dokter menyatakan diagnosa sementara , informan pertama diduga terkena Ca
Mammae dan Dokter tersebut langsung menyampaikan kepada suami informan
pertamabahwasanya RSUD Kab.Simeulue belum lengkap alat-alat yang bisa
11
mendeteksi Ca Mammae salah satunya alat mammografidan dokter spesialis di
RSUD Kab.Simeulue hanya dokter spesialis bedah, dokter spesialis kandungan,
dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam. informan pertama harus
dirujuk keluar daerah untuk kelanjutan pemeriksaannya dan pengobatan secara
tuntas, namun informan pertama tersebut tidak langsung berobat keluar daerah
tetapi mengikuti saran keluarganya untuk menggunakan obat tradisional terlebih
dahulu menunggu ada biaya untuk pengobatan selanjutnya ke Rumah Sakit
rujukan.
Informan kedua seorang ibu rumah tangga dan suaminya seorang
wiraswasta, alamat desa Labuan Bakti, umur 44 tahun paritas G3 P2 A0, dan
diagnosa Ca Mammae. Pada saat penulis menemui informan kedua dengan ikhlas
mau menceritakan kepada penulis tentang kronologis penyakit dan pengobatan
informan kedua sebagai penderita Ca Mammae yang sudah mulai membaik
setelah menjalani operasi pengangkatan payudaranya di Rumah Sakit Zainal
Abidin Banda Aceh pada tahun 2015. Dimulai dari wawancaranya pertama
dengan dokter yang menangani informan kedua, diminta keterangan yang
berkaitan dengan psikis dan keadaan rumah tangganya. Informan kedua dengan
sangat keberatan menceritakan kepada dokter dan perawat disaat mereka
menanyakan bagaimana awalnya kejadian terjadinya Ca Mammae yang
dideritanya, yang kemungkinan ada kaitannya dengan psikis informan, namun
informan kedua jujur menyampaikan bahwa dia menyembunyikan keadaan rumah
tangganya yang sudah cekcok (sudah tidak harmonis lagi dengan suaminya,
dikarnakan suaminya berselingkuh dan sudah tidak peduli lagi dengan kebutuhan
12
keluarganya serta tidak peduli lagi dengan anak-anaknya), suaminya juga seorang
perokok berat bila ada dirumah tanpa mempedulikan orang disekitarnya merokok
sembarangan bahkan dikamar tidur dengan jendela dan pintu tertutup, informan
kedua sering memendam perasaannya bahkan pada orangtua sendiri tidak mau
menyampaikan penderitaan yang dirasakannya selama ini, dan juga ibu tersebut
memakai alat kontrasepsi suntikan dan alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu
panjang (7 tahun).
Informan ketiga, alamat desa malasin, berumur 43 tahun, G4 P4 A0 dan
didiagnosa menderita Ca mamae. Informan ketiga seorang PNS (Pegawai Negeri
Sipil) bekerja di puskesmas serta menolong persalian di luar jam kerja dan suami
seorang wiraswasta, informan ketiga tersebut pada saat menyusui sering tidak
tepat waktu sehingga payudaranya membengkak dan mengeras bahkan
menyebabkan demam pada informan ketiga tersebut, ini berlangsung lama selama
informan ketiga menyusui. Dokter menyampaikan kepada informan ketiga bahwa
tidak lancarnya ASI (Air Susu Ibu) tersebut juga bisa menjadi salah satu penyebab
terjadinya Ca Mammae, informan ketiga memiliki riwayat suka mengonsumsi
makanan siap saji, selalu memakai penyedap, dan informan ketiga seorang
pengguna alat kontrasepsi suntikan yang selama 4 tahun jarak kelahiran anak
pertama dan kedua. Setelah lahir anak kedua informan ketiga memakai alat
kontrasepsi suntikan selama 3 tahun, ibu kandung dari informan ketiga memiliki
riwayat penyakit Ca Mammae.
13
1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan
pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUD Kabupaten
Simeulue tahun 2017.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
1) Sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang
memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara.
2) Sebagai sarana pengetahuan bagi peneliti dan tenaga akademik dalam
pengembangan ilmu
1.6.2 Manfaat Praktis
1) Sebagai informasi bagi dinas kesehatan sehingga dapat melakukan intervensi
agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita.
2) Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga
dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker
payudara.
3) Sebagai bahan informasi bagi RSUD Kabupaten Simeulue untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu:
(1) Arlyana Hikmanti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan
Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara”. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Alat ukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
tidak ada hubungan antara Pengetahuan, Pekerjaan, Rasa takut, dukungan
keluarga, Jaminan kesehatan, Biaya transportasi pengobatan, berobat selain RS,
Riwayat keluarga, Pendidikan dengan keterlambatan pengobatan kanker
payudara, dan tidak ada faktor yang signifikan mempengaruhi keterlambatan
pengobatan kanker payudara.(19)
(2) Ristarolas Tiolena H“ Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan
Pengobatan Kepada Penderita Kanker Payudara RSUD H.Adam Malik
2008” Metode penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth
interview). Hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan pengobatan mempengaruhi 2 faktor yaitu : yaitu faktor
predisposisi (predisposing factor) dan faktor permungkin (enabling
factor). faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi
keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informan rendah, sikap
informan kurang merespon terhadap penyakitnya. faktor permungkin
15
(enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu
fasilitas pengobatan di tempat pengobatan tidak lengkap. (17)
(3) Novita Kunti Wijayanti, “Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Penderita
Kanker Payudara Dalam Memeriksakan Diri Ke Pelayanan Kesehatan 2011
(Studi Kasus Di Rsd Dr. Soebandi Jember)“. Metode penelitian analitik survei
dengan pendekatan case control. Dilakukan di RSD Dr. Soebandi Jember. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keterlambatan
penderita kanker payudara dalam memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
adalah variabel tingkat pengetahuan tentang kanker payudara (p=0,001 untuk
kategori ketepatan tinggi), rasa sakit atau nyeri yang dirasakan (p=0,069 untuk
kategori ketepatan tinggi), , rasa malu dalam memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan (p=0,009 untuk kategori ketepatan tinggi), dan gangguan gejala
terhadap pekerjaan dan kehidupan (p=0,011 untuk kategori ketepatan tinggi). (20)
(4) Nurul Fajri Muzakkir, “Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan
pengobatan pada pasien carcinoma mammae dirumah sakit umum daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014’’. Metode penelitian menggunakan
deskriptif explorative dan desain cross sectional study. Hasil penelitian
menunjukan vahwa keterlambatan pengobatan pada pasien dengan subvariabel
keterlambatan pasien berada pada kategori tingg (78,16%), keterlambatan
penyedia layanan kesehatan berada pada kategori rendah (54,02%), dan
keterlambatan dalam menerima pengobatan berada pada kategori rendah
(63,21%). (21)
(5) Ria Anggraeni, Rusli Ngatimin dan Arsunan Arsin, ‘Deteksi Dini Pada Penderita
Kanker Payudara Stadium Lanjut Di Rsud Labuang Baji (Makassar)’’. Metode
penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan
16
rancangan retrospektif. Hasil penelitian ini bahwa deteksi dini penderita kanker
payudara stadium lanjut terbatas pada penemuan gejala dan pengetahuan tentang
faktor resiko. (22)
2.2. Kanker Payudara
2.2.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara. Kanker
payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus.
Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi
abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali.
Menurut Sutjipto, kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas
akibat tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa
berasal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan
saraf. (23)
2.2.2 Penyebab Kanker Payudara
Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatkan penyebab kanker
payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk
multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat
eksogen. (17)
17
2.2.3 Faktor Resiko Kanker Payudara
Dalam Mediasta (2012) terdapat faktor risiko yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, diantaranya:
1) Umur
Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan umur dengan kejadian
kanker payudara. Wanita usia ≤ 50 tahun memiliki risiko 5,8 kali untuk menderita
kanker payudara dibandingkan dengan wanita usia > 50 tahun (Rianti, 2012).
Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko menderita kanker
payudara 2 kali lebih tinggi dan risiko terus meningkat sampai umur 60 tahun ke
atas. (24)
2) Riwayat Tumor Jinak Pada Payudara
Wanita yang pernah menjalani biopsi menunjukkan suatu pertumbuhan
berlebih dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus, sehingga memiliki
peningkatan risiko penyakit kanker payudara, terutama jika sel- sel yang abnormal
muncul. Wanita dengan riwayat tumor jinak pada payudara memiliki risiko
terkena kanker payudara13,7 kali dibandingkan wanita tidak ada riwayat tumor
jinak.(24)
3) Riwayat Usia Melahirkan Anak Pertama >30 Tahun
Periode diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi
ketidakseimbangan hormon dan membuat jaringan payudara sangat peka,
sehingga menjadi permulaan dari perkembangan kanker payudara. Wanita yang
mempunyai riwayat melahirkan anak pertama pada usia >30 tahun mempunyai
18
risiko terkena kanker payudara 5 kali dibandingkan wanita dengan riwayat
melahirkan anak pertama pada usia ≤ 30 tahun.(24)
4) Riwayat Kanker Payudara Pada Keluarga
Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gentertentu, apabila terdapat BRCA 1(breast cancer) yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadinya kanker
payudara sebesar 60 % pada usia 50 tahun dan 85 % pada umur 70 tahun (Chyntia
dalam Sari, 2013). Wanita dengan riwayat keluarga pernah menderita kanker
payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 5,7 kali dibandingkan wanita
yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara (Mediasta, 2012).
Wanita dengan satu orang dari keluarga menderita kanker payudara mempunyai
risiko 2 kali menderita kanker payudara, dan wanita yang terdapat 2 orang
menderita kanker payudara mempunyai risiko 14 kali menderita kanker payudara.
(24)
5) Riwayat Kanker Ovarium Pada Keluarga
Wanita dengan riwayat kanker ovarium pada keluarga memiliki risiko
terkena kanker payudara 5,3 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki
keluarga dengan riwayat kanker ovarium. (25)
6) Riwayat Obesitas
Studi penelitian dari Breast Cancer Research menunjukkan bahwa
obesitas pada perempuan menentukan laju pertumbuhan sel kanker dan ukuran
suatu tumor. Hal ini disebabkan oleh kepadatan dari sel-sel lemak untuk estrogen
yang mendorong produksi dari hormon yang disebut leptin. Wanita yang
19
memiliki riwayat IMT >25 berisiko terkena kanker payudara 2,4 kali
dibandingkan wanita yang memiliki IMT ≤ 25. (25)
7) Nullipara
Wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan dan persalinan berisiko 9
kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang pernah
mengalami kehamilan dan persalinan. (26)
8) Tidak menyusui anak/menyusui anak dalam waktu yang singkat Pada masa
menyusui, hormon gonadotrofik (luteotrofin atau prolaktin) menekan sekresi
luteinising hormon yang memproduksi estrogen, sehingga kadar estrogen ibu
mengalami penurunan. Semakin singkat riwayat lama menyusui akan semakin
meningkat risiko untuk menderita kanker payudara. Wanita yang menyusui
bayinya <5 bulan memiliki risiko sebesar 3,9 kali dibandingkan wanita yang
menyusui bayinya >24 bulan dan wanita dengan lama menyusui antara 5-12
bulan memiliki risiko menderita kanker payudara sebesar 2,1 dibandingkan
wanita yang menyusui bayinya >24 bulan.(25)
9) Usia Menstruasi Pertama(Menarche)< 12 Tahun
Wanita yang mendapatkan menarche pada usia yang sangat dini (< 12
tahun) akan mengalami keterlambatan menopause (>55 tahun). Hal ini akan
berdampak terpapar estrogen dalam waktu yang relatif panjang. Penelitian
menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menstruasi pertama pada usia <
12tahun berisiko 6 kali lipat untuk menderita kanker payudata dibandingkan
wanita yang mengalami menstruasi usia >12 tahun.
20
10) Penggunaan Kontrasepsi Oral/Pil KB
Semakin lama pemakaian kontrasepsi hormonal juga berisiko untuk
terkena kanker payudara karena dapat memberikan pemaparan yang lebih tinggi
bagi tubuh terhadap estrogen. Wanita yang mengunakan kontrasepsi hormonal >10
tahun memiliki risiko kanker payudara 4,2 kali dibandingkan wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi hormonal. (25)
11) Pola konsumsi makanan berlemak
Wanita dengan frekuensi tinggi dalam mengonsumsi makanan berlemak
tinggi memiliki risiko terkena kanker payudara 3,5 kali dibandingkan wanita
dengan frekuensi rendah dalam mengonsumsi makanan berlemak. (25)
12) Kurang aktivitas fisik Wanita yang berolahraga < 4 jam/minggu memiliki
risiko 4,6 kali menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang
melakukan olahraga ≥ 4 jam/minggu. (25)
13) Perokok Pasif
Berdasarkan data dari Badan perlindungan Lingkungan Californiadan US
Surgeon General (2006) mempublikasikan meta analisis dan menunjukkan adanya
peningkatan sebanyak 60% - 70% risiko kanker payudara di kalangan wanita pre-
menopause perokok pasif dalam jangka waktu lama. Penelitian juga menunjukkan
bahwa wanita perokok pasif memiliki risiko 2,4 kali dibandingkan wanita yang
bukan perokok pasif. (25)
21
2.2.4 Gejala Kanker Payudara
Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang
terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri.
Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan
akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara
atau puting susu. Berikut merupakan gejala kanker payudara, (27) yaitu:
1) Benjolan pada payudara yang berubah bentuk atau ukuran.
2) Kulit payudara berubah warna (dari merah muda menjadi coklat hingga seperti
kulit jeruk).
3) Puting susu masuk ke dalam (retraksi). Bila tumor sudah besar, salah satu
puting susu tiba-tiba lepas atau hilang.
4) Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang timbul.
5) Kulit payudara terasa seperti terbakar.
6) Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, tanpa menyusui.
7) Adanya borok (ulkus). Ulkus akan semakin membesar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.
8) Payudara sering berbau dan mudah berdarah.
2.2.5 Pencegahan Kanker Payudara
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok
besar, begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain
berupa:
22
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan agar orang hidup sehat melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer ini juga bisa
berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan
secara rutin sehingga memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara. (27)
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan
mammografi. (27)
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup. (27)
2.2.6 Stadium Kanker Payudara
American Joint Committee on Cancer (2002) dalam Sani (2003)
mengklasifikasikan stadium kanker payudara berdasarkan sistem TNM sebagai
berikut: (28)
1) Tumor Primer ( T )
a) TX : Tumor primer tidak dapat diduga
b) T0 : Tumor primer tidak di jumpai
c) Tis : Karsinoma insitu
23
d) T1 : Tumor ≤ 2cm
e) T1a : Tumor ≤ 0,5 cm
f) T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm
g) T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm
h) T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm
i) T3 : Tumor > 5cm
j) T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan
kulit
k) T4a : Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis
l) T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau
satelit nodul pada kulit
m) T4c : Gabungan T4a dan T4b
n) T4d : Karsinoma Inflamasi
2) Kelenjar Getah Bening Regional ( N ) Klinis
a) NX : KGB regiona l tidak bisa di duga
b) N0 : Tidak ada metastasis KGB regional
c) N1 : Dijumpai metastasis KGB aksila ipsilateral, mobile
d) N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak
KGB mamari interna ipsilateral dengan tidak adanya metastasis KGB aksila
e) N2a : Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke
struktur sekitarnya
f) N2b : Secara klinis metastasis hanya dijumpai pada KGB mamari Interna
ipsilateral dan tidak dijumpai metastasis KGB aksila secara klinis
24
g) N3 : Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari interna
ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastasis KGB aksila atau
adanya metastasis KGB supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau mamari interna .
h) N3a : Metastasis KGB infaraklavikular ipsilateral
i) N3b : Metastasis pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila
j) N3c : Metastasis pada KGB supraklavikular ipsilateral
3) Metastasis Jauh ( M )
a) M X : Metastasis jauh tidak dapat dibuktikan
b) M0 : Tidak dijumpai metastasis jauh
c) M1 : Dijumpai metastasis jauh
Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III B T4 N1 M0
T4 N2 M0
T4 N0 M0
Stadium III C Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
25
Portman dalam Tjindarbumi (2002) membagi stadium kanker payudara
yang disesuaikan dengan aplikasi klinik sebagai berikut :
(1) Stadium I
Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm.
Kelenjar getah bening regional belum teraba.
(2) Stadium II
Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu
atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan
diameter < 2 cm.
(3) Stadium III A
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
(4) Stadium III B
Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau
dinding dada, kulit merah dan ada oedema (> 1/3 permukaan kulit payudara),
ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain atau terhadap jaringan sekitarny. Diameter > 2,5 cm, belum ada metastasis
jauh.
(5) Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai
dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya. Menurut
Karnadihardja (1987) stadium kanker terbagi menjadi 2 yaitu :
26
(6) Stadium dini yaitu stadium I dan II
(7) Stadium lanjut yaitu stadium III dan IV. (28, 29)
Menurut Hack (1994) dalam Pane (2002), ketahanan hidup tergantung dari
adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya
metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut
Hawari (2004), angka-angka statitistik menunjukkan bahwa para penderita kanker
usianya tidak lebih dari lima tahun untuk bertahan (five years survival rate).
Karnadihardja (1987 menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka
ketahanan hidup lima tahun sebesar 16%-22% dan 1%-5% dalam 10 tahun.(17)
Karnadihardja (1987) membagi ketahanan hidup lima tahun menurut
tingkat pertumbuhan tumor sebagai berikut:
(1) Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85%
(2) Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65%
(3) Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40%
(4) Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10%. (17)
2.2.7 Prevensi Kanker payudara
Menurut Sukardja (2000), prevensi adalah suatu usaha untuk mencegah
timbulnya kanker atau kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker
itu. Sukardja (2000) menyatakan ada 2 macam prevensi kanker yaitu: (17)
1) Prevensi primer
Prevensi primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker
dengan menghilangkan dan atau melindungi tubuh dari kontak dengan
27
karsinogen dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker. Menurut
Dalimartha (2004) prevensi primer terdiri dari :
a) Penggunaan obat-obatan hormonal harus dengan sepengetahuan dokter.
b) wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang
berhubungan jangan menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung
hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.
c) Memberikan ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi resiko
terkena kanker payudara. Hal ini disebabkan selama proses menyusui, tubuh
akan memproduksi hormon oksitoksin yang dapat mengurangi produksi
hormon estrogen. Hormon estrogsen dianggap memegang peranan penting
dalam perkembangan sel kanker payudara.
d) Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan segar,
kedelai beserta produk olahannya seperti susu kedelai, tahu, tempe karena
mengandung fitoestrogen bernama genistein yang dapat menurunkan resiko
kanker payudara.
e) Menghindari memakan makanan berkadar lemak tinggi.
2) prevensi sekunder
Prevensi sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan
lebih lanjut karena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta
pengobatan dengan segera. Pada stadium dini kerusakan yang ditimbulkan oleh
kanker ini masih kecil sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan
penderita dapat dibebaskan dari cengkraman dan dapat hidup dengan normal.
28
2.2.8 Deteksi Dini Kanker Payudara
Terbukti 95% wanita yang
terdiagnosispadatahapawalkankerpayudaradapatbertahanhiduplebihdari lima
tahunsetelahterdiagnosissehinggabanyakdokter yang merekomendasikan agar
parawanitamenjalaniSADARI (periksapayudarasendiri – saatmenstruasi –
padaharike 7 sampaidenganharike 10 setelahharipertamahaid) di
rumahsecararutindanmenyarankandilakukannyapemeriksaanrutintahunanuntukme
ndeteksibenjolanpadapayudara.
Pemeriksaanpayudarasendiridapatdilakukanpadausia 20 tahunataulebih.
Bagiwanitausialebihdari 30
tahundapatmelakukanpemeriksaanpayudarasendirimaupunkebidanataudokteruntu
ksetiaptahunnya. (30)
1) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaanpayudaradapatdilakukandenganmelihatperubahan di
hadapancermindanmelihatperubahanbentukpayudaradengancaraberbaring. (2, 30)
29
Gambar 2.1 Cara Melakukan SADARI
2) Pemeriksaan mamografi
Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan alat khusus.
Teknik sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras. Pada cara ini kanker
payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat dideteksi bahkan cara ini dapat dipergunakan
sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko tinggi walaupun tumornya
tidak teraba. Apabila pada SADARI atau pemeriksaan SADARI ditemukan
benjolan pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan mamografi.
Pemeriksaan mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan patologik : sitologi
biopsi aspirasi ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis mamografi lebih kurang
30
80%. Indikasi lain mamografi adalah para wanita golongan risiko dengan keluhan
bahwa dari puting susu keluar cairan coklat atau campur darah. (31)
2.2.9 Pengobatan Kanker Payudara
Yulianti Soleha (2012) mengemukakan cara pengobatan kanker payudara
adalah dengan melakukan terapi:
1) Terapi Lokal
Terapi lokal ini sendiri terdiri atas dua, yaitu terapi dengan cara operatif dan
juga terapi secara radiasi. Terapi operatif adalah terapi dengan cara pengangkatan
kanker secara keseluruhan namun terapi radiasi adalah penggunakan sinar sebagai
media untuk menghancurkan sel kanker. Namun cara radiasi terkadang masih bisa
meloloskan sel-sel kanker. Sehingga tidak efektif terhadap penyembuhannya. (29,
31)
1) Kemoterapi
Kemoterapi kini menjadi pilihan bagi kebanyakan penderita kanker,
karena terapi ini sama seperti dengan orang yang dirawat inap dirumah sakit.
Infuse menjadi media untuk memasukkan obat secara keseluruhan kedalam tubuh
melalui darah. Kemoterapi merupakan program lanjutan setelah dilakukan
operasi. Bila operasi menganggat, namun kemoterapi adalah mengontrol sel-sel
kanker.(17, 29, 31)
2) Terapi hormonal
Terapi ini dipergunakan untuk secara tidak langsung mengusir sel-sel
kanker yang dibuat tidak nyaman.
31
3) Prevensi Tersier
Prevensi tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi
kanker. Komplikasi apa yang akan timbul dapat diantisipasi kalau kita mengetahui
jenis kanker itu, patologinya serta epidemiologinya.(17, 29, 31)
2.2.10 Keterlambatan Pengobatan
Keterlambatan pengobatan adalah penderita kanker payudara datang untuk
mendapatkan pengobatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah parah sehingga
tindakan tidak dapat dilakukan (inoperable). Menurut Sukardja (2002)
keterlambatan pengelolaan kanker dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu: (17)
1) Kelambatan Penderita Antara Lain, Karena:
(1) Penderita stadium dini umumnya merasa :
(a) tidak sakit
(b) tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberapa lama,
bulanan atau tahunan, sampai penyakitnya tidak tertahan lagi
(2) Kurang memperhatikan diri sendiri
Penderita baru mengetahui adanya tumor dalam tubuhnya sendiri sesudah
tumor itu besar atau sudah menimbulkan keluhan.
(3) Tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker
Tidak terpikir olehnya lesi yang kelihatannya ringan itu adalah suatu kanker
yang sangat berbahaya.
(4) Ada rasa takut
(a) Takut diketahui penyakitnya itu kanker
(b) Takut ke dokter
32
(c) Takut operasi
(d) Takut penyakitnya lebih cepat menyebar
(e) Takut sakit
(5) Tidak mempunyai biaya
(6) Keluarga tidak mengijinkan ke dokter
(7) Rumahnya jauh dari dokter
2) Keterlambatan Dokter
Keterlambatan dokter dapat disebabkan oleh:
(1) Tidak memikirkan keluhan penderita mungkin disebabkan oleh suatu kanker.
Keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker dan diobati
beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas
(2) Enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita.
(3) Belum “cancer minded”, yaitu berpikir ke arah kanker
3) kelambatan rumah sakit
Kelambatan rumah sakit dapat disebabkan oleh:
(1) kurang tempat pemondokan di rumah sakit
(2) kurang sarana diagnostik dan terapi
(3) kurang tenaga ahli onkologi
Menurut Hawarri (2004) ada 3 faktor menyebabkan keterlambatan
pengobatan kanker payudara yang terletak pada diri penderita yaitu : (17)
(a) faktor sosial ekonomi (biaya operasi mahal)
(b) faktor pendidikan (ketidaktahuan/ ignorancy)
(c) faktor psikologi.
33
2.3. Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada
Wanita Penderita Kanker Payudara
2.3.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagianbesarpengetahuanmanusiadiperolehmelaluimatadantelinga.Pengetahuana
taukognitifmerupakan domain yang
sangatpentinguntukterbentuknyatindakanseseorang (overt behavior). (33)
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seseorang
berprilaku sesuai keyakinan tersebut. (33)
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu. (34)
34
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: (33)
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.
Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,
menyebutkan contoh dan lain-lain.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
35
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan
yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. (33)
2.3.2 Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan
terhadap suatu objek dengan cara yeng menunjukkan rasa suka atau tidak suka
terhadap objek tersebut. (12, 35)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007),
sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas
akan tetapi merupakan suatu predisposisi untuk terjadinya suatu prilaku. (12, 35)
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai tiga
komponen pokok yaitu a) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu
36
objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c)
Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Sikap yang terbentuk memiliki empat tingkatan, yaitu : menerima
(receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan tanggung jawab
(responsible), menerima (recoiving), diartikan bahwa objek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespon berarti memberi
jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan,
karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan berarti dia menerima ide tersebut. Menghargai ( valuing) berarti
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan ini kepada orang lain
dan bertanggung jawab (responsible) merupakan sikap menerima segala reseko
yang terjadi terhadap keputusan yang telah dipilih. (12, 35)
Sikapmerupakankondisi yang
konstankarenamerupakankumpulandaripemikiran, keyakinandanpengetahuan.
Proses belajarmengacupadapembentukansikap yang
beradaptasidenganlingkungansekitarnya.
Remajalebihmudahdipengaruhiolehperiubahanlingkunganhidup, social
danbudayakarenamasaremajaadalahmasapencarianjatidiri yang
diterimaolehkelompoknya.Remajamendapatbanyaktekanandarikelompoknyauntuk
dapatditerimadalamkelompoknya.Seringkalisikapremajatidakmenyadaribahwasika
pberusahaditerimalingkunganbisamembuatnyaterpaparpadaperilakuberesiko. (12,
35)
37
1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Ada tiga aliran yang sudah amat populer yang mempengaruhi
perkembangan perilaku yaitu sebagai berikut :
(1) Nativisme
Nativisme dipelopori oleh Schopen houer yang berpendapat bahwa
perilaku manusia itu sudah dibawa atau ditentukan sejak lahir. Sehingga
lingkungan tidak mempunyai peran atau kekuatan apa pun dalam
membentuk perilaku. Perilaku baik ataupun perilaku buruk seseorang
adalah memang sudah terbentuk atau dibawa dari lahir (bawaan). (12, 35)
(2) Empirisme
Empirisme dipelopori oleh Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh
John Locke berpendapat bahwa manusia lahir adalah dalam keadaan
kosong seperti meja lilin atau kertas lilin (tabularasa). Kertas atau meja
lilin ini akan terisi dan berwarna warni oleh karena lingkungannya. Itulah
perilaku manusia, dalam aliran ini pengalaman sangat dominan dalam
membentuk perilaku manusia, karena pengalaman indra ini yang akan
menggores atau mewarnai kertas lilin yang putih, yakni menyebabkan
kebeeragaman perilaku anak atau manusia. (12, 35)
(3) Naturalisme
Naturalisme dipelopori oleh Jan Jack Rousseau, ia berberpendapat
bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan baik, tetapi menjadi
tidak baik karena lingkungannya. Naturalisme hampir sama dengan
nativisme, karena mendasarkan pada konsep lahir. Perbedaanya aliran
38
nativisme konsep lahir itu bisa baik dan bisa juga tidak baik atau jelek.
Apabila dilahirkan baik akan berkembang menjadi baik, tetapi kalu
dilahirkan tidak baik, juga berkembang tidak baik. Tetapi pada naturalisme
berpendapat bahwa anak dilahirkan dalam keadaan yang baik saja.
Akhirnya menjadi tetap baik atau bisa menjadi tidak baik karena
lingkungan. Naturalisme mengatakan tidak ada seorang pun yang terlahir
dengan pembawaan buruk. Anak menjadi buruk karena
lingkungan,lingkunganlah yang menyebabkan manusia menjadi buruk atau
tidak baik. Oleh sebab itu naturalisme disebut juga negativisme, karena
lingkungan termasuk pendidikan berpengaruh negative. Lingkungan yang
menyebabkan anak yang dilahirkan baik, akhirnya tumbuh menjadi anak
atau orang yang tidak baik.(12, 35)
Keterangan-keterangan tersebut di simpul kan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan perilaku itu intinya ada dua : Faktor
intern yaitu Faktor-faktor yang datangnya dari dalam diri anak baik
keturunan, bakat, pembawaan, sangat mempengaruhi dan merubah
perilaku anak. Dan jika orang tua mempunyai sifat-sifat baik fisik ataupun
mental psikologis, sedikit banyak akan terwariskan kepada anak. (12, 35)
Faktor ekstern yaitu faktor yang datang dari luar diri anak seperti
faktor lingkungan (orang tua/keluarga, sekolah, masyarakat dan teman-
teman bermain) yang juga akan mempengaruhi kepribadian danperilaku
anak.
39
2) Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan
antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan
faktor dukungan (support) dari pihak lain. (12, 35)
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan dari yaitu:
(1) Persepsi (perception)
Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
(2) Respon terpimpin (guided response)
Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh.
(3) Mekanisme (mechanism)
Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan.
(4) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi
kebenaran dari tindakan tersebut. (12, 35)
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan
langsung. Secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan
40
yang sudah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden. (12, 35)
2.3.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah fenomena antropologis yang usianya
hampir setua dengan sejarah manusia itu sendiri. Mengacu pendapat Niccolo
Machiavelli memahami pengertian pendidikan dalam kerangka proses
penyempurnaan diri manusia secara terus menerus. Ini terjadi karena secara
kodrati manusia memiliki kekurangan dan ketidak lengkapan. Baginya, intervensi
manusiawi melalui pendidikan merupakan salah satu cara bagi manusia untuk
melengkapi apa yang kurang dari kodratnya pendidikan dapat melengkapi ketidak
sempurnaan dalam kodrat alamiah kita. (36, 37)
2.3.4 Kepercayaan Terhadap Pengobatan
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu
kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah mikroorganisme,
kemudian diberi obat dan obat tersebut dapat mematikan
mikroorganismepenyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua
penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. (38,39)Terkadang mereka
menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang
mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Beberapa faktor mengapa masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif
atau tradisional sebagai pengobatan untuk menyembuhkan penyakit :
41
1) Faktor Sosial : dimana faktor ini melibatkan interaksi sosial yang kemudian
diberikan sugesti-sugesti atau suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang
sehingga masyarakat tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa
harus berpikir lama. (38,39)
2) Faktor ekonomi : faktor ini sangat berperan besar dalam penerimaan atau
penolakan suatu pengobatan karna faktor ini sebagai pemerkuat presepsi
masyarakat bahwa pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga, biaya,
dan waktu. (40)
3) Faktor budaya : budaya merupakan suatu pikiran, adat-istidadat, kepercayaan,
yang menjadi kebiasaan masyarakat. Nilai-nilai budaya ini mempengaruhi
pembentukan suatu individu. Semua kebudayaan memiliki cara-cara
pengobatan sesuai dengan kepercayaan pada suku bangsanya dalam hal ini
suku bangsa sangat mendominasi pertimbangan untuk menolak atau menerima
yang didasari pada kecocokan suku bangsa yang di anut. Beberapa kebudayaan
melibatkan metode ilmiah atau melibatkan kekuatan supranatural dan
supernatural tergantung bagaimana kepercayaan dari suku bangsa sang pasien.
(38, 39)
4) Faktor psikologis : peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak
menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam
rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk
datang kepelayanan pengobatan alternatif.(41, 42)
5) Faktor kejenuhan terhadap pelayanan : faktor ini disebabkan akan kejenuhan
sang penderita dalam proses pengobatan membuat sang penderita memilih jalur
42
alternatif pengobatan lain yang dapat mempercepat proses penyembuhannya.
(41,42)
6) Faktor manfaat dan keberhasilan : keberhasilan dan efektifitas dari pengobatan
alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan
pengobatan alternatif. (41,42)
7) Faktor pengetahuan : sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
alat indera atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan didapatkan secara formal dan
informal. (33)
J. Young (1980) dalam Muzaham (1995) menyatakan kepercayaaan
(faith)terhadap keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama
pengobatantradisional) menjadi salah satu unsur dari 4 unsur utama dalam
pengambilan keputusan pilihan berobat. (38)
2.3.5 Fasilitas Pengobatan
Fasilitas pengobatan menjadi salah satu unsur dalam pengambilan
keputusan pengobatan dalam model perilaku pilihan berobat.
Fasilitas kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang ilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
masyarakat. (43)
Menurut Notoadmodjo, fasilitas kesehatan adalah sarana yang disediakan
pemerintah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Akses
pelayanan bisa melalui polindes, puskesmas pembantu, puskesmas dan rumah
43
sakit, poli klinik, balai pengobatan dan tempat praktek dokter adalah tempat
paling strategi untuk memberikan informasi kesehatan. (35)
Pelayanan fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah
pusat dan pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (44)
1)Jenis-jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan berupa:
a) pelayanan kesahatan perorangan
b) pelayana kekesehatan masyarakat
2) jenis pelayanan kesehatan terdiri dari :
(1) tempat praktik mandiri tenaga kesehatan
(2) pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)
(3) klinik
(4) rumah sakit
(5) apotek
(6) unit tranfusi darah
(7) laboratorium kesehatan
(8) optikal
(9) fasilitas kesahatan kedokteran untuk kepentingan hukum
(10) fasilitas pelayanan kesehatan tradisional
3) Tingkatan Fasilitas pelayanan kesehatan
44
Tingkatan Fasilitas pelayanan kesehatan Terdiri dari tiga tingkatan yakni :
1) Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ( memberikan pelayanan
dasar)
2) Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua (memberikan pelayanan
kesehatan spesialistik)
3) Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( memberiklan pelayanan
kesehatan subsepesialistik)
4) Kewajiban fasilitas kesehatan
Adapun kewajiban fasilitas pelayan kesehatan adalah
(1) Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan
(2) Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada
pemerintah daerah atau menteri
(3) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu
(4) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan meminta uang muka.
5) Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa
pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan serta pemberian izin beroperasi di daerahnya dengan
mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:
45
(1) Luas wilayah
(2) Kebutuhan kesehatan
(3) Jumlah dan persebaran penduduk
(4) Pola penyakit
(5) Pemanfaatannya
(6) Fungsi sosial
(7) Kemampuan dalam pemanfaatan teknologi.
Pada daerah terpencil, sangat terpencil perbatasan dan kepulauan tidak
berlaku unsur-unsur pertimbangan penentuan jumlah dan jenis fasilitas
pelayanan kesehatan diatas.
6) Perizinan fasilitas pelayanan kesehatan
Setiap penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki izin
yang diberikan setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan jenis pelayanan
fasilitas kesehatan. Izin fasilitas pelayanan kesehatan diberikan oleh gubenur
dan bupati/ wali kota sesuai dengan kewenangannya.
Untuk fasilitas pelayanan kesehatan tertentu diberikan oleh menteri kesehatan
seperti:
(1) Rumah sakit kelas A
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan melalui kegiatan
penanaman modal asing
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan yang bersifat
komplek
46
(4) Fasilitas pelayanan kesehatan yang bersifat nasional atau merupakan
rujukan nasional.
7) Penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki sistem tata kelola
manajemen dan tata kelola penyelenggaraan kesehatan atau klinik yang baik.
Penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan wajib memasang papan nama
fasilitas pelayanana kesehatan sesuai dengan jenisnya, papan nama memuat:
(1) Jenis dan nama pelayanan kesehatan
(2) Nomor izin dan masa berlakunya
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaksankan sistem
rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Fasilitas
pelayanan kesehatan dapat dimanfaatnkan sebagai tempat atau wahana
pendidikan bagi tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan
dibidang kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (44)
8) Tenaga Kesehatan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Permenkes RI No.75, 2014).
Yang termasuk dalam tenaga kesehatan diantaranya: (45)
(1) Dokter
Dokter adalah seorang yang lulus pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal
penyakit dan pengobatan (Depkes, 2000)
47
(2) Bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan dan telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku (kepmenkes RI No.900/Menkes/SK?VII/2002)
tentang registrasi praktek bidan.
(3) Perawat Kesehatan
Perawat Kesehatan adalah orang telah mengikuti menyelesaikan pendidikan
formal keperawatan serta diberi kewenangan untuk melaksanakan peran dan
fungsinya (Depkes RI, 1994)
(4) Tenaga Non Kesehatan
Dukun adalah seseorang anggota masyarakat yang mendapatkan kepercayaan
dan memiliki keterampilan dalam melakukan pengobatan tradisional (Depkes
RI, 1995)
2.3.6 Tempat Pengobatan Lain
Menurut penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan
Slamet- Velsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia
penderita pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya
sebelum mereka datang ke petugas kesehatan. Para ahli (Jefferys, Brotherstone,
dan Cartwright, 1960) dalam Muzaham (1995) menemukan bahwa orang
cenderung mengobati sendiri dan sekaligus berobat ke dokter. (17)
48
2.3.7 Jarak Tempat Pengobatan
Andersen dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa lamanya waktu yang
digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan mempengaruhi individu dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. (17)
2.3.8 Keluarga dan Teman
Menurut Murwani (2007) perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan
kesehatan sebagai unitpelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai
unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah
membantu keluarga untuk menyesuaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan. (17)
Menurut Geertsen (1988) dan Sarafino (1990), sektor awam yang terdiri
dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan
sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis,
menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan
orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) mene mukan
bahwa teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta
nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. David dalam Muzaham (1995)
menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial memiliki nilai dan norma
mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk
dijalankan. (17)
49
2.3.9 Petugas Kesehatan
Kleinman menyatakan para profesional kesehatan yang terdiri dari
organisasi-organisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada
sanksinya seperti dokter, perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang
dalam perawatan kesehatan. Faktor kualitas komunikasi dokter-pasien
mempengaruhi tindakan yang seharusnya dilakukan dalam pengobatan. (17)
2.3.10 Perilaku Kesehatan
Becker dalam Notoatmodjo, membuat klasifikasi tentang perilaku
kesehatan yang terdiri dari:
1) perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
yangmencakup antara lain: (12)
(1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
(2) Olahraga teratur
(3) Tidak merokok
(4) Tidak minum minuman keras dan narkoba
(5) Istirahat yang cukup
(6) Mengendalikan stress
(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
50
2) perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit,persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: gejala dan penyebab
penyakit, dan sebagainya. (12)
3) perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,
yangharus diketahui oleh orang sakit itusendiri maupun orang lain (terutam
keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang
meliputi: (12)
(1) tindakan untuk memperoleh kesembuhan
(2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan
penyakit yang layak
(3) mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menular kan penyakitnya kepada orang lain,
dan sebagainya). (12)
1) Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007), respon seseorang apabila sakit adalah
sebagaiberikut:
(1) Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa
(noaction) karena kesehatan belum menjadi prioritas hidupnya,
51
fasilitaspengobatan yang letaknya jauh atau karena petugas kesehatan
tidaksimpatik. (12)
(2) Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment) karena percaya
padadiri sendiri dan berdasar pada pengalaman yang lalu usaha
pengobatansendiri sudah mendatangkan kesembuhan. (12)
(3) Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
tradisional(traditional remedy)
(4) Keempat, mencari pengobatan denganmembeli obat-obat ke warung
obatdan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu.
(5) Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern
yangdiadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan
swasta.
(6) Keenam, mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern
yangdiselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine) (12)
2.4 Landasan Teori
Dari beberapa teori perilaku,teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model precede-proceed dari Lawrence Green. Dalam teori ini L. Green
menganalisa perilakumanusia dari tingkatkesehatandan nonkesehatan.
Kesehatanseseorang ataumasyarakatdipengaruhiolehduafaktorpokokyaitu
faktorperilaku dan faktornonperilaku.Modelprecede-proceedyang
menggambarkan perilaku adalahPredisposing(mempengaruhi/predisposisi),
Enabling (mempermudah/pemungkin), danReinforcing (penguat).(47)
52
Berdasarkan uraian tersebut diatas secara rinci dapat dilihat pada gambar diagram
dibawah ini
Gambar 2.2 Teori Lawrence Green
2.4.1 Kerangka Konseptual
Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara.
Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai
pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah
bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali. (7)
Faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita
penderita kanker payudara (pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan terhadap
pengobatan, fasilitas kesehatan).
53
Dalam penelitian ini ketiga faktor tersebut dibagidalamtiga faktorsesuai
dengan model precede-proceed dari Lawrence Green yaitu predisposing, enabling
dan reinforcing, namun hanya factor predisposing danenablingyang diteliti
sedangkan faktor reinforcing tidak dditeliti. Faktor predisposisi antara lain:
pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan terhadap pengobatan).
Sedangkanfaktorenabling : Fasilitas Pengobatan.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pendidikan
4. Kepercayaan
terhadap
pengobatan
5. Fasilitas
kesehatan
Faktor-Faktor yang
Memengaruhi
Keterlambatan
Pengobatan Penderita
Kanker
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. DesainPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif,(47) dengan metode wawancara
semi terstruktur yaitu jenis wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in-
depth interview yang direkam menggunakan tape recorder dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara tersruktur.(48)
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue
Kabupaten Simeulue.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016sampai dengan bulan
Maret 2017.
3.3. Subyek Penelitian Dan Informan Penelitian
3.3.1 Subyek Penelitian
Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik studi kasus,
yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
55
sebelumnya.(48) Subyek dipilih berdasarkan kasus yang diteliti yaitu kasus
Analisis Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada
Wanita Penderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.
Dalam penelitian ini subyek dibagi dua kategori yaitu informan utama dan
informan triangulasi. Karateristik informan utama adalah Wanita penderita kanker
payudara yang pernah berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue. Wanita
yang dipilih merupakan wanita yang mengalami kasus Kanker payudara.
Sedangkan informan triangulasi adalah Pasien,Keluarga, dan petugas kesehatan.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah seluruh wanita penderita
kanker payudara yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue berjumlah 7
orang.
3.3.2 Informan Penelitian
Sedangkan yang menjadi Informan dalam penelitian ini yang memiliki
kriteria antara lain : seluruh wanita penderita kanker payudara yang ada di Rumah
Sakit Umum Daerah Simeulue dan bersedia menjadi informan dalam penelitian
ini. Sesuai dengan kriteria di atas yang menjadi informan dalam penelitian ini
sebanyak 7 orang.
3.4. MetodePengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Data pada penelitian ini adalah :
1) Data primer dalam penelitian ini didapat dari jawaban subyekmelalui
wawancara mendalam maupun dengan observasi.
2) Data Skunder dalam penelitian ini diperolehdariRumahSakitUmum Daerah
Simeuluetahun 2015-2016, meliputi data jumlahpasien khusus yang menderita
56
kanker payudara serta referensi perpustakaannya yang berhubungan dengan
penelitian serta literatur yang terkait lainnya.
3) Data tertier dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari studi
kepustakaan, jurnal, dantext book
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
1)In-depth interview
Wawancara secara mendalam terhadap informan mengenai faktor-faktor
keterlambatan pengobatan kanker payudara
2) Observasi
Untuk melihat latar informan, pendidikan, kebiasaan masyarakat, kepercayaan
serta pandangan terhadap Rumah Sakit.
3.5. Definisi Operasional Penelitian
1) Pengetahuanadalahsegalasesuatu yang
diketahuiolehinformantentangkankerpayudara yang meliputigejaladantanda-
tandakarenadiakibatkan
informantidakpernahmelakukanpemeriksaanpayudarasendiri (SADARI).
2) Pendidikanadalahpendidikanterakhirinforman yang diperolehsecara
formal,dikelompokkanatastamat SD (SekolahDasar), tamat SMP
(SekolahMenengahPertama), tamat SMA (SekolahMenengahAtas),
dantamatAkademi/PerguruanTinggi.
3) Sikapadalahtanggapaninformanterhadapperkembanganpenyakitkankerpayudara
yang sedangdialaminya.
57
4) Fasilitaskesehatanadalahketersediaandankelengkapanperalatan di
tempatpengobatanuntukmendapatkanpengobatankankerpayudaradi RSUD
Simeulue.
5) KepercayaanterhadapPengobatanadalahPenilaianseseorangmengenaipengobata
nkankerpayudara.
3.6. MetodeAnalisis Data
Analisis data yang digunakan dalampenelitianiniadalahdengandeskriptif
kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken dalam (Moleong,
2014) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (49)
Pada penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis menggunakan model
Miles dan Huberman. Pada model analisis data ini meliputi pengolahan data
dengan tahapan data reduction, data display, dan conclusion or verification.
1) Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan
memberikan gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data display (penyajian data)
Penyajian data akanmempermudahuntukmemahamiapa yang terjadi,
merencanakankerjaselanjutnyaberdasarkanapa yang telahdipahami.
58
Dalamkualitatif, penyajian data dapatdilakukandalambentukuraiansingkat,
bagan, danhubunganantarkategori.
3) Conclusion or verification (kesimpulanatauverifikasi data)
Kesimpulandalampenelitiankualitatifmerupakantemuanbaru yang
sebelumnyabelumpernahada.Temuandapatberupadeskripsiataugambaransuatuo
bjek yang sebelumnyamasihremang-
remangataugelapsehinggasetelahditelitimenjadijelas,
dandapatberhubungankausalatauinteraktif, hipotesisatauteori.
Kesimpulanawalmasihbersifatsementaradanakanberubahbilatidakditemukanbu
kti-bukti yang kuat yang mendukungpadatahappengumpulan data berikutnya.
Tetapiapabilakesimpulan yang dikemukakanpadatahapawaldidukungolehbukti-
bukti valid dankonsistenmakakesimpulan yang
dikemukakanmerupakankesimpulan yang
kredibel.Ketigakomponentersebutsalinginteraktifyaitusalingmemengaruhidansa
lingterkaitsatusama lain. Pertama-tama penelitimelakukanpenelitian di
lapangandenganmengadakanobservasi yang disebutdengantahappengumpulan
data. Karena data yang terkumpulbanyakmakaperludilakukantahapreduksi data
untukmerangkum, memilihhalpokok, memfokuskanpadahal yang penting,
mencaritema, danpolanya.
Setelahdireduksikemudiandiadakanpenyajian data denganteks yang
bersifatnaratif. Apabilakeduatahaptersebuttelahselesaidilakukan,
makadiambilsuatukeputusanatauverifikasi.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RumahSakitini mulai dibangun tahun 2002 di atas area seluas 3,88 hektar
dengan menggunakan dana APBD selama 3 tahun anggaran dan pada tanggal 28
Agustus 2004, Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue selesai dibangun di
resmikan oleh Menteri Kesehatan Bapak Ahmad Suyudi. Sekaligus penetapan
Rumah Sakit Umum DaerahSimeulue sebagai Rumah Sakit tipe C atas dasar
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1149/MENKES/SK/VIII/2003 untuk pelayanan 4 dasar yaitu penyakit Dalam,
Bedah, Obgyn, dan Anak.
Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue terletak di Jalan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Sinabang. Fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue
terdiri dari 7 (tujuh) poliklinik, 4 Ruang rawat inap, UGD, ICU, Kamar bersalin,
kamar operasi, radiologi, instalasi gizi, dan instalasi farmasi. Sumber daya
manusia pada tahun 2017 di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue terus
bertambah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penambahan tersebut terjadi
di semua tingkat pendidikan baik itu dokter spesialis, dokter umum, perawat,
bidan maupun tenaga penunjang lainnya. Pada ruang rawat bedah, terdapat 2
Dokter Spesialis Bedah, 14 orang perawat PNS, dan 5 orang perawat bakti. Poli
bedah ada 2 orang perawat PNS pendidikan D-III 1 orang dokter Bedah (Dokter
yang dari rawat bedah). Batasan dari rumah sakit umum yaitu :
60
1) Bagian Utara berbatasan dengan sawah dan pegunungan
2) Bagian Selatan berbatasana dengan desa Ameria Bahagia
3) Bagian Timur berbatatasan dengan jalan raya
4) Bagian Barat berbatasan dengan tanah warga dan pegunungan
Rumah sakit tersebut berada di Kabupaten Simeulue, penduduk
dikabupaten ini terdiri dari berbagai suku, ada suku melayu, suku aceh, suku
batak, dan suku padang, sebagian besar menggantungkan hidup dan ekonominya
dari hasil laut (ikan, udang, kepiting, dll). Di wilayah daerah tersebut sebagian
besar daratan rendah yang dipergunakan untuk perumahan nelayan dan sebagian
kecilnya merupakan daratan tinggi atau bukit-bukit.
Secara administrasi kabupaten ini dibagi dalam 10 kecamatan dengan 12
puskesmas, dapat ditempuh dengan jarak yang bervariasi, salah satu puskesmas
yang terdekat dapat ditempuh dengan jarak 5 KM, yang terjauh ada 3 puskesmas
dengan jarak 100-120KM dengan kendaraan darat dan laut. Dan juga terdapat 134
pustu dan poskesdes yang tersebar di 10 kecamatan dengan jarak tempuh yang
berbeda-beda, ada beberapa pustu diantaranya harus dilalui dengan transportasi
laut (boat) lamanya dalam perjalanan 2-3 jam dari puskesmas induk.
Lokasi informan tersebar di beberapa kecamatan, dengan jarak yang
terdekat dari peneliti 2 KM dan yang terjauh 95 KM.
4.2. Gambaran Pengobatan Kanker Payudara di RSUD Simeulue
Pengobatan kanker payudara di RSUD Simeulue dimulai dengan
pemeriksaan pada payudara wanita dengan melihat ada tidaknya kriteria/ciri
61
kanker payudara seperti ada tidaknya benjolan pada payudara, konsistensi keras,
nyeri (+), batas tidak tegas, permukaan tidak rata, discharge (+), warna
kemerahan, mobilitas ±, gambaran kulit jeruk (peaudeorange), satelit nodule (+),
bisa dijumpai dimpling, disertairektraksi nipple, wanita dengan faktor resiko (+).
Setelah itu, diagnosa banding dengan melihat fibrikistik payudara. tindakan
selanjutnya yaitu mengantar pasien ke ruang Radiologi untuk melakukan foto
Thorax (untuk mendeteksi jika ada penyakit lainnya).
Konsultasi dilakukan oleh spesialis bedah, dan spesialis penyakit dalam
(terutama untuk penilaian system kardiovaskuler, penatahan/scan hepar (system
hepatobilier), endokrin metabolisme dan kelainan sistemik lainnya. Setelah
selesai proses pemeriksaan dilakukan pengobatan pada pasien sesuai dengan
stadium yang diderita.
Pengobatan kanker payudara di RSUD Simeulue terdiri dari 1 jenis
pengobatan yaitu operasi. Karena tidak tersedianya dokter Ankologi dan ketidak
sediaan alat, Pasien pada stadium lanjutdi sarankan oleh dokter agar di rujuk ke
Rumah Sakit Luar daerah untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut
seperti,chemoteraphy, radioterapi, terapi hormonal, targeting terapi dan kombinasi
yang disesuaikan dengan keluhan dan stadium penderita. Lama perawatan pasien
tergantung dari stadium kanker dan keluhan penderita akibat dari metastasis dan
kelainan lokal.
62
4.3. Gambaran Umum Proses Penelitian
Pengumpulan data dari informan menggunakan metode indepth interview
(wawancara mendalam). Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan
menemukan informan terlebih dahulu, yaitu ke Rumah Sakit Umum Daerah
Simeulue karena di Rumah Sakit tersebut terdapat data mengenai wanita yang
menderita kanker payudara.
Peneliti selanjutnya diberikan informasi mengenai wanita yang mengalami
kanker payudara, selanjutnya peneliti mengunjungi tempat tinggal pasien yang
bersangkutan. Peneliti mendatangi rumah masing-masing informan, selanjutnya
memulai perkenalan dan memberikan penjelasan mengenai tujuan dari kunjungan
peneliti.
Sebelum melakukan wawancara mendalam dengan informan, peneliti
sering berkunjung ke tempat tinggal informan tersebut untuk menjalin keakraban.
Hal tersebut dilakukan untuk membangun kepercayaan agar informan dapat
memberikan informasi secara terbuka dengan peneliti.
Letak tempat tinggal dua orang informan sangat berdekatan dengan
rumah peneliti dan peneliti sangat mengenal ke dua orang tersebut bahkan
sering berinteraksi dengan mereka sedangkan dua orang yang lainnya berada
didesa yang agak jauh dari tempat tinggal ke lima informan tersebut.
Kegiatan wawancara mendalam dilakukan di tempat tinggal informan
sesuai dengan keinginan informan. Waktu wawancara disesuaikan dengan waktu
luang yang diberikan oleh informan. Waktu yang ditetapkan oleh informan 1
adalah sekitar pukul 20.30 WIB karena pada pagi hari informan 1sibuk dengan
63
pekerjaannya sebagai PNS. Informan 2menetapkan waktu wawancara dengan
peneliti pukul 10.00 WIB karena pada waktu pagi harinya Informan sibuk
mengurus rumah. Informan 3 dapat diwawancarai sekitar pukul 20.00 WIB
alasannya karena dia harus menyiapkan makanan untuk anak dan suaminya.
Informan 4 membuat janji pada sore hari pukul 16.00 WIB, Informan ini dapat
diwawancarai pada sore hari karena pada pagi harinya informan pergi berkunjung
ke rumah mertuanya untuk melihat mertuanya yang lagi sakit. Sedangkan
Informan 5 membuat janji untuk diwawancarai pada pukul 17.00 WIB .
Tabel 4.1 Karakteristik Informan
No Karakteristik Informan Keterangan Jumlah
1 Pendidikan SD
SMP
SMA
DIII
S1
1
4
1
1
2 Status Perkawinan Kawin
Janda
7
-
3 Pekerjaan PNS
Ibu Rumah Tangga
2
5
4 Jaminan Kesehatan BPJS 7
5 Tempat Tinggal Kampung Aie
Ganting
Kota Batu
Suka Makmur
Suka Karya
Salur
1
1
1
1
2
1
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yaitu Wanita yang
menderita kanker payudara yang dirawat inap dan berobat jalan ke Rumah Sakit
Umum Daerah Simeulue.
64
4.4. Karakteristik Informan
Nama Informan – 1 : Sakira Wati (36 tahun)
Nama Suami : Armia
Pekerjaan : PNS – Suami Wiraswasta
Alamat : Desa Ganting
Paritas : G3 P2 A0 dan diagnosa Ca Mammae
Nama Informan – 2 : Erna Wati (43 tahun)
Nama Suami : Mansyur
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami Wiraswasta
Alamat : Desa Labuan Bakti
Paritas : G3 P2 A0 dan diagnosa Ca Mammae
Nama Informan – 3 : Erma Wati (43 tahun)
Nama Suami : Harfan
Pekerjaan : PNS –Suami Wira Swasta
Alamat : Desa Malasin
Paritas : G4 P4 A0 dan diagnosa Ca Mammae
Nama Informan –4 : Rania / Ibu Ani (50 tahun)
Nama Suami : Marlan (58 tahun)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami buruh harian
Alamat : Suka Karya Simeulue Timur
Paritas : G1P0 A1 dan diagnosa Ca Mammae
Nama Informan – 5 : Yusniar / Ibu Yus (35 tahun)
Nama Suami : Tampin (44 tahun)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami Nelayan
Alamat : Salur Latun – Kecamatan Teupah Barat
Paritas : G1 P1 A0 dan diagnosa Ca Mammae
Nama Informan –6 : Yarni / Upik Bura (38 tahun)
Nama Suami : Yusran Adami (43 tahun)
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Jadi – Suami PNS
Alamat : Suka Makmur – Kecamatan Simeulue Timur
Paritas : G2 P1 A1 dan diagnosa Ca Mammae
Nama Informan – 7 : Irma Dewi Sartika (46 tahun)
Nama Suami : Marsyudin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga – Suami PNS
Alamat : Suka Karya – Kecamatan Simeulue Timur
Paritas : G6 P6 A0 dan diagnosa Ca Mammae
Informan pertama bernama Sakira Wati pekerjaan PNS dan suami seorang
wiraswasta, alamat desa Ganting, umur 36 tahun paritas G3 P2 A0, dan diagnosa
Ca Mammae. Informan pertama diasuh oleh neneknya karena ibunya meninggal
65
dunia pada saat melahirkan adiknya dengan persalinan Plasenta Previa, status
ekonomi keluarga rendah, informan pertama tidak suka makan nasi, makanan
sehari-hari adalah mie instant sampai dewasa. Sebelum didiagnosa Ca hampir
setiap malam suka makan Mie Instan, ikan asin, memasak selalu menggunakan
penyedap, sering makan makanan bantuan yang siap saji (ikan kaleng, mie dalam
kemasan, dll) pada saat tsunami dari NGO (Non Govermental Organization).
Suami informan pertama perokok berat, merokok dirumah dan dikamar tidur .
Informan pertama memiliki tingkat pendidikan yang kurang sejak kecil sehinggga
tidak tahu memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi, sehingga informan
pertama menganggap mie instant itu sebagai makanan pokoknya, informan
pertama menikah umur 20 tahun, umur 21 tahun ibu SW melahirkan anak
pertamanya 3 bulan setelah melahirkan informan pertama memakai kontrasepsi
suntikan yang 3 bulan, selama 4 tahun dan informan pertama hamil kembali pada
umur 26 tahun, umur 27 tahun melahirkan yang ke 2 dan umur 40 hari setelah
persalinan informan pertama menggunakan kontrasepsi oral selama 4 tahun (
terkadang berganti dengan kontrasepsi suntikan).
Informan kedua bernama Erna Wati seorang ibu rumah tangga dan
suaminya seorang wiraswasta, alamat desa Labuan Bakti, umur 44 tahun paritas
G3 P2 A0, dan diagnosa Ca Mammae. Pada saat penulis menemui informan kedua
dengan ikhlas mau menceritakan kepada penulis tentang kronologis penyakit dan
pengobatan informan kedua sebagai penderita Ca Mammae yang sudah mulai
membaik setelah menjalani operasi pengangkatan payudaranya di Rumah Sakit
Zainal Abidin Banda Aceh pada tahun 2015. Dimulai dari wawancaranya pertama
66
dengan dokter yang menangani informan kedua, diminta keterangan yang
berkaitan dengan psikis dan keadaan rumah tangganya. Informan kedua dengan
sangat keberatan menceritakan kepada dokter dan perawat disaat mereka
menanyakan bagaimana awalnya kejadian terjadinya Ca Mammae yang
dideritanya, yang kemungkinan ada kaitannya dengan psikis informan, namun
informan kedua jujur menyampaikan bahwa dia menyembunyikan keadaan rumah
tangganya yang sudah cekcok (sudah tidak harmonis lagi dengan suaminya,
dikarnakan suaminya berselingkuh dan sudah tidak peduli lagi dengan kebutuhan
keluarganya serta tidak peduli lagi dengan anak-anaknya), suaminya juga seorang
perokok berat bila ada dirumah tanpa mempedulikan orang disekitarnya merokok
sembarangan bahkan dikamar tidur dengan jendela dan pintu tertutup, informan
kedua sering memendam perasaannya bahkan pada orangtua sendiri tidak mau
menyampaikan penderitaan yang dirasakannya selama ini, dan juga ibu tersebut
memakai alat kontrasepsi suntikan dan alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu
panjang (7 tahun).
Informan ketiga bernama Erma Wati alamat desa malasin, berumur 43
tahun, G4 P4 A0 dan didiagnosa menderita Ca mamae. Informan ketiga seorang
PNS (Pegawai Negeri Sipil) bekerja di puskesmas serta menolong persalian di
luar jam kerja dan suami seorang wiraswasta, informan ketiga tersebut pada saat
menyusui sering tidak tepat waktu sehingga payudaranya membengkak dan
mengeras bahkan menyebabkan demam pada informan ketiga tersebut, ini
berlangsung lama selama informan ketiga menyusui. Dokter menyampaikan
kepada informan ketiga bahwa tidak lancarnya ASI (Air Susu Ibu) tersebut juga
67
bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya Ca Mammae, informan ketiga
memiliki riwayat suka mengonsumsi makanan siap saji, selalu memakai
penyedap, dan informan ketiga seorang pengguna alat kontrasepsi suntikan yang
selama 4 tahun jarak kelahiran anak pertama dan kedua. Setelah lahir anak kedua
informan ketiga memakai alat kontrasepsi suntikan selama 3 tahun, ibu kandung
dari informan ketiga memiliki riwayat penyakit Ca Mammae.
InformankeEmpatbernamaIbu Rania sering di panggilIbuAni,
alamatSukaKaryaKecamatanSimeulueTimurpendidikanterakhir
SMA.Iburaniamenikahpadatahun 2004 ketikaibuberusia 42 tahun.Ibu Rania
seorangiburumahtanggabiasa,sehari-hari di rumahIbu Rania sering stress tanpa
sebabkemudianseringmemakanmakanan yang siapsaji.HamilpertamaIbu Rania
umur 44 TahunseringperiksakeBidanNila di LorongNangka.Padaumurkehamilan
3 bulanibu Rania mengalamikegugurankemudian di
rujukkeRumahSakitUmumDaereahSimeulue.Sejakkegugurantersebutsampaidenga
nsekarang Ibu Rania tidak pernahhamillagi.
Informanke Lima bernamaIbuYusniarsering di
sebutIbuYusberusia35TahunalamatSalur LatunKecamatanTeupah
BaratKabupetenSimeuluependidikanterakhirIbuYusSLTP,IbuNursehari-
harinyaberkerjasebagaiIbu Rumah Tangga. Suami Ibu Yus Seorang nelayan, ibu
yus memiliki 1 orang anak. IbuYussukamakanmakanan yang dibakar-bakar,
ibuYusjugaseringmengkonsumsiminuman-minumanbersodadalam 1 minggubisa 2
sampai 3 kali beliaumeminum-minumanbersoda,
68
kemudianibuYustidaksukamengkonsumsisayur-mayursehinggasehari-
hariibuYuscumamakanlauktanpasayur.
InformanenambernamaibuYarniusia38tahun sering di panggil Upik Bura,
alamatdesaSuka MakmurKecamatanSimeulueTimurKabupatenSimeulue.
PendidikanterakhiribuUpik BuraadalahSLTA.IbuUpik Buramempunyai1 orang
anak berusia 25 tahun pernah mengalami keguguran pada kehamilan ke 2 sekitar
tahun 2007 di rawat ibu Bidan Nila Lorong Nangka. Kebiasaan Ibu Upik Bura
sebelum di diagnosa kanker Ibu sering Merokok dan minim-minuman bersoda dan
juga suka makan makanan yang siap saji. Ibu Upik bura punya kesibukan sehari-
hari di luar rumah sebagai pedagang pakaian jadi.
InformanketujuhbernamaIbu IrmaDewi Sartikasering di
kenaldenganpanggilanIbuDewialamatdesaSuka
KaryaKecamatanSimeulueTimurKabupatenSimeulueusia 46 Tahun.
Pendidikanterakhir SMA Pekerjaaansehari-
hariIbuRumahTangga.IbuDewimemiliki6 Orang Anak, anakPertamalaki-
lakiberusia35tahun, anakkeduaLaki-lakiberumur 16 tahundan yang
terakhirperempuan 12 tahun. AnakpertamadankeduaibuDewimemberikan ASI
kepadaanakhinggaumur2 tahun, sedangkananakke 3 Ibutidakmemberikan ASI
karenaawalnyaASInyatidakadaIbuDewitidak bias
memberikannyakepadaanaknya,sehinggadarikecilanakketigaIbuDewihanyamengk
onsumsisusutanpaadanya ASI. Ibu Dewi kakak kandung dari penderita kanker
payudara yang meninggal pada tahun 2015 yang tidak sempat dilakukan
penanganan.
69
Beberapa informan dalam penelitian ini adalah masyarakat kurang mampu
dimana mereka sangat sulit memenuhi kebutuhan hidupnya. Terutama dalam hal
sandang pangan dan papan. Informan dan keluarganya sering mengonsumsi
makanan siap saji, karena harganya yang lebih murah dan mudah didapat. Sumber
penghasilan dari beberapa keluarga informan adalah nelayan dan buruh harian,
informan tidak memiliki tabungan atau barang berharga yang mudah dijual
minimal Rp, 500.000. Pendidikan informasi hanya satu orang diantaranya yang
mendapat pendidikan S1, satu orang berpendidikan D3, dua orang berpendidikan
SLTA, dan tiga orang hanya mendapatkan pendidikan SD. Selain itu keadaan
rumah informan luas lantai kurang dari 8 m2. Rumah informan terbuat dari papan,
lima diantaranya adalah rumah bantuan dari NGO yang berukuran hanya 4 x 8 m.
Dan salah satu rumah informan yang ditempati oleh 2 KK berserta mertuanya (12
orang).
4.5. Karakteristik Informan Pendukung
Suami informan yang pertama tidak dapat peneliti wawancarai, suami
informan tersebut berangkat bekerja mulai dari pagi hari dan pulang malam hari.
Suami informan yang kedua tidak dapat peneliti wawancarai karena sudah tinggal
bersama istrinya yang kedua dan suami informan yang ketiga bekerja sebagai
seorang supir angkutan umum dari kecamatan ke Ibukota, berangkat pagi hari
terkadang tidak pulang karena menunggu penumpang.
Suami informan yang ke empat bernama Pak Marlan usia 58 tahun tinggal
di rumah kediamannya hanya berdua dengan istrinya. Sebelum keluar dari rumah
untuk berkerja, pak Marlan sering membantu pekerjaan istrinya seperti memasak,
70
menyuci dan pekerjaan lainnya. Dan juga sangat sabar mengurusi istrinya yang
sakit.
Suami dari Informan ke lima bernama Tampin umur 44 tahun pendidikan
terakhir SLTP alamat Desa Salur Latun Kecamatan Teupah Barat pekerjaan
sehari-hari seorang nelayan dan juga mengerjakan pekerjaan lainnya yang bisa
menghasilkan untuk biaya kehidupan sehari-hari. Tinggal disebuah rumah
bantuan NGO (Non Govermental Organization) pada saat Tsunami yang
berukuran 5 x 6 M tinggal bersama orang tua kakak dan adik iparnya.
Suami dari informan ke enam bernama Yusran Adami umur 43 tahun
alamat desa suka Makmur kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
Bapak Yusran tinggal di rumah kediaman sendiri bersama satu orang anak.
Pekerjaan sehari-hari Pegawai Negeri Sipil dan juga seorang yang sangat sibuk di
luar rumah. Dan sangat memaklumi keadaan istrinya yang sibuk seharian
berdagang.
Informan pendukung ke lima ibu warnia adalah ibu mertua dari informan
berusia 59 tahun tinggal bersama anaknya (suami informan) sejak kecil sampai
berkeluarga yang membantu informan mengurusi keluarga sehari-hari dan mertua
informan sangat sayang kepada informan. Pada awal mula ibu mertuanya
informan mengetahui jika informan sakit, beliau mengusahakan obat-obatan
tradisional, seperti ramuan daun sirsak diminumkan kepada informan dan
melampok dengan daun benalu pada payudara informan yang membengkak.
Pendukung beberapa informan adalah bidan Marnita umur 38 tahun
seorang PNS dan Bidan Desa Marliana umur 32 tahun seorang bidan PTT, yang
71
bertugas di Pustu yang dekat tempat tinggalnya dengan informan, disamping
selalu memberikan pelayanan kesehatan, bidan tersebut sering menganjurkan agar
informan segera ke dokter atau ke rumah sakit bahkan mengantarkan informan
kerumah sakit.
4.6. Hasil Penelitian
4.6.1. Pengetahuan
Hasil wawancara mendalam mengenai pengetahuan informan tentang
kanker payudara yang meliputi gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI
terdapat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Pengetahuan Informan tentang Kanker Payudara
Informan
- Bagaimana Ibu awalnya bisa tahu jika Ibu terkena
kanker?
- Apakah ada rasa sakit?
- Apakah ibu tahu penyebabnya?
- Apakah ibu tahu cara mengobatinya?
- Apakah ibu tahu jika benjolan tersebut adalah
gejala awal kanker payudara?
1
- Gejalanya pertama timbul bisul mafotong (borok)di
payudara trus demam bu, tidak ada benjolan.
- Ya, penyebabnya saya tahu mungkin karna tidak
menyusui sementara ASI saya ada.
- Ya, harus di obati biar sembuh, dioperasi.
- Tahu dari adik saya.
2
- Gak tahu, tapi puting susu saya masuk ke dalam,
- terasa sedikit berdenyut.
- Gak tahu penyebabnya.
- Diobati dengan operasi.
- Tidak tahu.
3
- Ada benjolan di payudara seperti kelereng makin
lama makin membesar,
- trus itulah sakit payudaranya.
- Gak tahu penyebabnya.
- Ya, di operasi.
- Tidak Tahu.
72
4
- Ya, kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada
benjolan lama kelamaan makin membesar.
- Penyebabnya saya kurang tahu. Yang tua sama
yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya
kena.
- Harus diobati karena ganas dan mematikan.
- Dioperasi di angkat payudaranya.
- Tahu, dari penyuluhan kesehatan di daerah.
5
- Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit.
- Diobati.
- Tidak Tahu.
6
- Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua
tahun tapi saya gak ngerti
- penyebabnya gak tahu.
- Dioperasi.
- Tidak tahu
7
- kayak saya inilah benjolan di payudaranya makin
lama makin besar.
- Penyebabnya gak tahu.
- Memang diobati dengan operasi.
- Tidak tahu.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan seluruh informan
mengenai kanker payudara kurang. Sebagian besar informan mengetahui gejala
kanker payudara adalah adanya benjolan di payudara. Sebagian informan yang
lain mengetahui gejala kanker payudara adalah adanya rasa sakit pada payudara
sedangkan satu orang informan mengetahui gejala kanker payudara adalah mulai
timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim yang
dikatakan dengan simbol mafotong (borok) oleh informan. Seluruh informan
tidak mengetahui tentang penyebab kanker payudara. Seluruh informan
mengetahui pengobatan kanker payudara adalah operasi. Mengenai SADARI,
seluruh informan tidak mengetahui bahwa SADARI adalah meraba payudara
untuk mencari benjolan setelah informan mendapatkan informasi tentang
73
SADARI dari petugas kesehatan. Informansebelumnya tidak mengetahui tentang
SADARI.
4.6.2. Sikap Informan
Adapun hasil wawancara mendalam mengenai sikap informan yaitu
pendapat atau penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker
payudara oleh dokter disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Sikap Informan tentang Kanker Payudara
Informan - Bagaimana reaksi Ibu disaat didiagnosa
terkena kanker?
- Apa yang ibu lakukan?
- Apakah ibu setuju untuk melakukan
pengobatan secara rutin?
1
- Saya takut, saya merasa sedih
- Saya langsung ingin berobat secara tuntas begitu
juga dengan suami saya, sebelum penyakit saya
semakin berbahaya.
- Ya setuju berobat karena, supaya sembuh.
2
- Saya sangat khawatir, jantung saya berdebar-
debar sehingga saya sulit untuk tidur.
- Saya minum obat-obatan tradisional selain
berobat kedokter.
- Ya langsung berobat begitu tau kanker payudara.
Ya biar sembuh.
3
- Saya khawatir dan takut, tapi percaya apa yang
dibilang dokter itu
- Langsung melakukan pengobatan
- Ya, setujulah berobat, biar sembuh kan bahaya.
4
- Awal saya bingung, karena punya saya gak ada
rasa sakit. Begitu diperiksa dokter sudah stadium
2 dan 3
- Karena tidak sakit saya urut-urut saja dengan
minyak angin
- Setuju, harus diobati biar gak bahaya.
5
- Saya merasa menyesal, kerena sebelumnya bidan
yang ada di Pustu dekat rumah saya, bahwa itu
adalah gejala kanker, tapi kata suami saya itu
74
adalah penyakit kampung.
- Saya di bawa berobat kedukun dan diberikan
minuman obat herbal dll. Mungkin jika saya cepat
kedokter langsung seperti yang disarankan oleh
bidan, saya tidak sampai di operasi seperti ini
karena sudah terlambat pengobatannya.
- Setuju biar sembuh.
6
- Saya sangat sedih dan bingung dan saya langsung
berfikir jika saya berobat darimana biayanya. Kata
dokter saya harus di rujuk keluar daerah, karena
alat-alat di rumah sakit Simeulue tidak lengkap
dan tidak ada dokter yang bisa menangani saya.
- Saya dan suami berusaha mencari biaya dan kami
sepakat untuk berobat kepenang saja.
- Ya setuju, sangat setuju.
7
- Saya terkejut dan hampir menjerit di depan
dokter, begitu dokter mengatakan saya terkena
kanker payudara, karena baru beberapa bulan adik
saya meninggal dunia disebabkan kanker
payudara.
- Saya dan suami langsung mengambil keputusan
untuk tinggal di Banda Aceh bersama anak saya
dan menyewa rumah, agar memudahkan saya
konsul ke dokter.
- Ya setuju, karena itu membahayakan nyawa.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian informan
berpendapat atau menilai bahwa penyakitnya tidak memiliki gejala yang sama
dengan kanker payudara yang mereka dengar dari orang lain namun mereka setuju
bahwa penyakitnya perlu diobati. Sebagian informan yang lainnya setuju dengan
pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara. Seluruh
informan setuju dengan pengobatan kanker payudara oleh dokter karena informan
yakin pengobatan kanker payudara oleh dokter dapat menyembuhkan
penyakitnya.
75
4.6.3. Kepercayaan Terhadap Pengobatan
Hasil wawancara mendalam mengenai kepercayaan terhadap pengobatan
di Rumah Sakit dan tempat pengobatan lain yaitu tempat informan mendapatkan
pengobatan sebelumnya(sebelum di RSUD Simeulue) selain di rumah
sakit/tempat pengobatan medis disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4
Kepercayaan Terhadap Pengobatan
Informan
- setelah Ibu tahu bahwa Ibu terkena penyakit
kanker, apakah ibu percaya berobat ke dokter
untuk proses penyembuhannya?
- Apakah ibu percaya berobat kedukun atau
dengan obat-obatan tradisional?
1
- Ya bu, saya lebih percaya berobat ke dokter
karena selain aman dan terjamin kesembuhannya.
- Saya tidak percaya kedukun, tapi saya mau
meminum obat-obatan tradisional, seperti daun
sirsak dan obat-obat herbal lainnya
2
- Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena
biaya tadi jadi ke alternatif selain murah, ramuan-
ramuan yang di berikan pun ada di sekitar rumah
saya, jadi gampang saya mendapatkannya.
3
- Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung
ke dokter.
- Saya juga meminum obat-obat tradisional (kapsul
herbal)
4
- Gak pernah ke dukun atau alternatif saya tidak
percaya, saya lebih percaya ke dokter.
- Tetapi saya juga mau minum obat-obatan
tradisional seperti daun sirsak.
5
- Awalnya saya percaya ke pengobatan alternatif di
samping biaya gak mahal, saya takut di operasi.
Setelah lama berobat di alternatif kemudian tidak
ada perubahan barulah saya di jemput oleh
petugas kesehatan untuk di rujuk ke rumah sakit,
karena sudah berkali-kali mereka ajak periksa tapi
saya tidak pernah mau pergi.
6
- Gak pernah, saya gak percaya dukun. Sakit
apapun saya gak percaya. Saya lebih percaya ke
dokter.
76
- Saya juga ada minum tablet herbal dan daun
sirsak
7
- Ya, saya lebih percaya ke dokter. Saya tidak
pernah berobat kedukun
- Tapi saya juga mau meminum-minuman obat
tradisional.
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu
sebanyak 6 orang informan tidak mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan
selain rumah sakit/tempat pengobatan medis sedangkan satu orang informan
mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif.
4.6.4. Fasilitas Pengobatan
Adapun hasil wawancara mendalam mengenai penilaian informan tentang
fasilitas pengobatan kanker payudara yaitu ketersediaan dan kelengkapan
peralatan untuk pengobatan kanker payudara di tempat pengobatan (RSUD
Simeulue) disajikan dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.5
Fasilitas Pengobatan Di RSUD Simeulue
Informan
- Seperti apa pelayanan terhadap ibu yang
dilakukan petugas kesehatan dalam
menangani penyakit kanker payudara ibu?
- Apakah rumah sakit umum Simeulue memiliki
alat yang lengkap untuk menangani penyakit
ibu?
- Apakah ada dokter onkologi dirumah sakit
umum Simeulue?
1
- Gak ada kelengkapan di sana makanya dirujuk ke
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin.
- Dan tidak ada dokter khusus yang menangani
kanker payudara
2
- Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap
peralatannya, gak ada obat untuk kanker
payudara. Dirujuk ke Rumah Sakit Umum
Zainoel Abidin.
- Tidak ada dokter khusus yang menangani kanker
payudara
3 - Orang Rumah Sakit Umum di Daerah tidak
77
mampu, peralatan tidak lengkap dan dokter nya
tidak ada.
4
- Alat pemeriksaannya kurang di Rumah disini.
Lantaran itu saya dirujuk ke rumah sakit luar
daerah.
- tidak ada dokter khusus yang menangani kanker
payudara disini
5
- Gak ada kemo ibu mau kemo. Kalo dirumah sakit
di disini gak ada alat yang canggih, yang ada
Cuma untuk meronsen aja makanya dirujuk ke
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin.
- tidak ada dokter khusus yang menangani kanker
payudara di RSUD Simeulue
6 - Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap, gak kayak
di luar daerah, saya ke Penang kemarin tu.
7
- Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit di sini.
Jadi dirujuk ke rumah sakit luar daerah.
- tidak ada dokternya juga
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai
bahwa fasilitas di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue tidak lengkap sehingga
informan harus dirujuk ke Rumah Sakit luar daerah yang memiliki peralatan lebih
lengkap.
4.7. Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Implikasi terhadap dinas kesehatan
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi tentang faktor-
faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita
kanker payudara untuk membuat kebijakan baru dalam hal mengatasi
keterlambatan pengobatan dan penanganan kanker payudara.
2. Implikasi terhadap RSUD Simeulue
78
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk lebih meningkatkan pelayanan di RSUD
Simeulue, khususnya meningkatkan kelengkapan alat-alat dan dokter onkologi.
3. Implikasi bagi masyarakat
Hasil penelitian ini berimplikasi pada masyarakat agar dapat dijadikan
informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan
pada wanita penderita kanker payudara.
4.8. Keterbatasan Penelitian
1) Sulitnya peneliti berkomunikasi dengan informan, karena padatnya pekerjaan
informan sehingga peneliti harus membuat janji dengan informan.
2) Lokasi rumah informan dengan peneliti berjauhan sehingga peneliti sedikit
susah untuk berkunjung ke rumah informan.
3) Sulitnya peneliti berkomunikasi dengan informan, karena padatnya penduduk
ketika peneliti datang ke rumah informan, masyarakat sekitar ikut berkumpul
sehingga suasana menjadi tidak kondusif.
4) Kurangnya keterbukaan dari jawaban yang diberikan informan, sehingga
peneliti harus lebih melakukan pendekatan untuk dapat menggali jawaban
yang diharapkan.
5) Sulitnya peneliti bertemu dengan informan pendukung yaitu suami dari
informan kedua, dimana suami tidak pernah ada di rumah. Akhirnya peneliti
hanya bisa mewawancarai tiga informan pendukung yaitu suami dari informan
empat, lima, dan enam.
79
Kepercayaan
terhadap
pengobatan:
Sebagian besar
informan
percaya dengan
pengobatan
medis
Peta Konsep Hasil Penelitian
Dioperasi Dioperasi Dioperasi Dioperasi
Akibat informan dioperasi dan menjalani kemoterapi, menyebabkan
informan : 1 orang lumpuh dan ada informan yang rambutnya rontok dan tidak
tumbuh kembali.
Keterlambatan Pengobatan dari sebab SADARI
Jika informan mengetahui cara SADARI lebih awal akan mengurangi
dampak kanker payudara dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita
tanpa cacat
Pengetahu-
an :
Kurangnya
pengetahua
n informan
tentang
SADARI
Fasilitas
Kesehatan :
Tidak
lengkapnya
peralatan di
RSUD Simeulue
sehingga
penderita harus
dirujuk keluar
daerah
Sikap :
Informan
setuju dengan
diagnosa
dokter (kanker
payudara)
80
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Faktor–faktor dominan yang memengaruhi keterlambatan pengobatan
kanker payudara
Dari hasil penelitian diketahui faktor yang paling dominan dalam
memengaruhi keterlambatan pengobatan penderita kanker payudara adalah
pengetahuan, karena semakin tinggi pengetahuan, akan semakin cepat kanker
payudara di ketahui oleh penderita sehingga kanker payudara tidak mencapai ke
stadium lanjut, faktor yang paling dominan berikutnya pembiayaan dan fasilitas
kesehatan. Fasilitas kesehatan menjadi salah satu faktor yang dominan karena
akan memperlama proses pengobatan, ketika penderita terdianosa menderita
kanker payudara dan harus di rujuk keluar daerah Simeulue maka penderita akan
membutuhkan waktu untuk berdiskusi dengan keluarganya, membutuhkan waktu
menuju lokasi rujukan, serta membutuhkan biaya yang lebih besar karena
penderita akan tinggal sementara waktu di daerah rujukan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan seluruh informan mengenai
kanker payudara (gejala kanker payudara, penyebab, pengobatan dan fasilitas
kesehatan pada tingkat kurang). Mengenai gejala kanker payudara sebagian
informant hanya mengetahui satu gejala yaitu berupa benjolan dan disertai adanya
rasa sakit,hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira Wati) dan
informan keenam (Ibu Yarni/Upik Bura) :
Kalau ciri-ciri yang ado samo ambo adonyo benjolan sajo, mulo-mulo
nyo ketek buk, lamo-lamo makin gadang jo ndak sakik buk, baru taraso ado
sakik waktu ala gadang benjolan tu buk (Informan Pertama)
81
Ia kalau ciri-cirinya yang ada pada saya adanya benjolan awalnya
kecil lama kelamaan semakin membesar dan pada awalnya tidak sakit baru
terasa sakit disaat benjolannya sudah mulai membesar (terjemahan
wawancara informan pertama)
Partamo-tamo dulu ado benjolan ketek tapi ilang timbulnyo buk
sabanyak tujuh encek bulek-bulek labih ketek saketek dari kalereng mainan
anak-anak buk, waktu tu ndak ado taraso sakik, baru taraso sakik waktu
benjolan tu ndak ilang timbul lagi ala manatapnyo buk (informan keenam)
Pertama dulu terasa ada benjolan kecil terkadang hilang dan
terkadang timbul sebanyak tujuh benjolan disekitar payudara saya
ukurannya lebih kecil dari kelereng mainan anak-anak dan awalnya tidak
ada rasa sakit paad saat benjolan tersebut sudah tudak hilang timbul lagi
(sudah menetap) baru lah mulai terasa adanya rasa sakit (terjemahan
wawancara informan keenam)
Sebagian informan yang lainnya mengatakan bahwa gejala kanker
payudara hanya ada rasa sakit saja pada payudara hal ini dinyatakan olehsalah
satu informan berikut, informan ketiga (Ibu Erma Wati) :
Sakik sajo kak, ndak taraso ado benjolanlah, dek ambo sering talambek
manyusui anak, ambo piki karano itu jadi ambo padiakan sajo, ruponyo pas di
parikso dokter ala kanai kanker stadium 2 ambo kak (informan ketiga)
Hanya ada rasa sakit dan tidak terasa adanya benjolan karena saya
menyusui bayi saya sering terlambat dan rasa sakit itu saya abaikan ternyata
begitu saya diperiksa dokter saya sudah terkena kanker stadium 2
(terjemahan wawancara informan ketiga)
Dan sebagian informan yaitu dua orang mengetahui dua gejala kanker
payudara yaitu: Mengerasnya pada payudara dan adanya rasa sakit, hal ini
dinyatakan olehinforman kedua (Ibu Erna Wati) sebagai berikut:
Partamo bana agak mangare sajo saketek, babarapo bulan kamudian
yang kare-kare tu malebarnyo kak, barulah timbul raso sakik, damam,
sakiknyo sampai ka katiak, bahu jo punggung (informan kedua)
Awalnya agak keras disebagian kecil payudara lama kelamaan keras
tersebut menyebar dan mulai timbulnya ada rasa sakit disertai demam serta
sakit kedalam ketiak, bahu dan punggung (terjemahan wawancara informan
kedua)
82
Sedangkan seorang informan yang tidak mengetahui gejala kanker
payudara, hal ini dinyatakan olehinforman ke empat (Ibu Rania):
Mulo-mulo ya mal a sape dol ek sebagian totok ia dan-dan mal a
masarek ne wuik semen lantai ia, nga kiro-kiro sataon dan ne sampai ngang a
o maon-maon baro a o maron mek doktor ia sinau mang a o tei maon ya
(Informan Keempat)
Awalnya mengeras pada sebagian kecil payudara saya lama kelamaan
semakin melebar akhirnya mengeras pada keseluruhannya dan kerasnya
seperti semen lantai dan berlanjut lama lebih kurang satu tahun sampai saya
sudah mulai demam-demam dan barulah berobat ke dokter karena demam
(terjemahan wawancara informan keempat)
Seorang informan mengetahui gejala kanker payudara,hal ini dinyatakan oleh,
informan ke lima (Ibu Yusniar) :
Nenen ambo tu ndak sakik do buk, cuma putingnyo macam tatarik
kadalamnyo buk, lamo-lamo makin masuk kadalam puting ambo tu jo kulik
nenen tu macam bakeruik-keruik (informan kelima)
Payudara tidak terasa sakit hanya saja putingnya seperti tertarik
kedalam dan lama kelamaan betul-betul masuk kedalam dan kulit payudara
saya berkerut (informan kelima)
Pernyataan informan diketahui bahwa informan mengetahui gejala kanker
payudara adalah payudaranya tertarik ke dalam dan berkerut. Informan memakai
simbol “tertarik dan berkerut” dan mengasumsikan sepertinya penyakit kanker
payudara memakan payudaranya. Simbol yang dikatakan oleh informan adalah
untuk menyatakan bahwa gejala kanker payudara adalah mulai timbul luka pada
payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim.
Seluruh informan hanya mengetahui 3 gejala kanker payudara yaitu
adanya benjolan payudara, adanya rasa sakit pada payudara, dan timbul luka pada
payudara dan puting susu seperti koreng atau eksimdari enam gejala kanker
payudara yang dikemukakan oleh Mardiana (2004). Menurut Mardiana (2004)
gejala serangan kanker payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini
83
atau memasuki stadium lanjut yang terdiri dari rasa nyeri atau sakit pada
payudara, adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar,
payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan, mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng
atau eksim, kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk, dan terkadang
keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari puting susu.
Mengenai penyebab kanker payudara, seluruh informan tidak mengetahui
penyebab kanker payudara hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira
Wati):
Ndak tau ambo apo penyebabnyo (informan satu)
Saya tidak tahu apa penyebabnya (terjemahan wawancara informan
satu)
Seluruh informan tidak mengetahui penyebab kanker payudara. Menurut
Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatakan penyebab kanker payudara
belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial,
yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.
Mengenai pengobatan kanker payudara seluruh informan mengetahui
pengobatan kanker payudara adalah dengan operasi, hal ini dinyatakan oleh
berikut, informan ke empat (Ibu Rania):
Singa u illa fa maroninea ni operasi (informan keempat)
Yang saya tau berobatnya semua di operasi (terjemahan wawancara
informan keempat)
Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), pengobatan kanker
payudara terdiri dari Mastektomi, Penyinaran/radiasi, dan Kemoterapi. Mengenai
SADARI hanya dua informan yang mengetahui SADARI adalah mencari
84
benjolan hal ini dinyatakan oleh, informan ke empat (Ibu Rania) dan informan
pertama (Ibu Sakira Wati):
Nehu u engle tenek petugas kesehatan singa karajo ek kecamatan
(informan keempat )
Saya tau sadari itu dari petugas penyuluh kesehatan di kecamatan
(terjemahan wawancara informan keempat).
Tau dari adik ambo (informan pertama)
Tahu dari adik saya (terjemahan wawancara informan pertama).
Seluruh informan tidak mengetahui tentang SADARI sebelumnya.
Informan mengetahui SADARI setelah informan mendapatkan informasi dari
petugas kesehatan mengenai SADARI sehingga informan terlambat mengetahui
dirinya terkena kanker payudara.
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) adalah deteksi dini kanker
payudara untuk menemukan kanker payudara. Seluruh informan kurang
mengetahui tentang SADARI. Jika informan tahu tentang SADARI maka
penyakit kanker dapat ditemukan sejak dini sehingga informan tidak terlambat
mendapatkan pengobatan. Sebagian besar informan mendapatkan pengetahuan
tentang kanker payudara dari petugas kesehatan sedangkan dua orang informan
mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari televisi,hal ini dinyatakan
oleh informan ke tiga (Ibu Erma Wati),
Kurang tau ambo penyebabnyo. Kalau ciri-ciri yang ado samo ambo
benjolannyo makin lamo makin gadang. Ambo tau dari tivi kalau makan mie
instant, minum bersoda, KB macam suntik sama pel yang lamo bisa
manyebabkan kanker, ambo pakai KB 4 tahun suntik 3 tahun pel. Haruslah
takuiknyo ganaskan bisa manyebabkan kematian, dioperasi diangkek nenen
nyo. (informan ketiga)
Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalau ciri-cirinya yang ada
pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Saya tau dari
televisi yang bahwa makan makanan Instan, minuman bersoda dan ber KB
terlalu lama seperti suntikan, pil KB bisa menyebabkan terjadinya kanker
dan saya makai alat KB selama 4 Tahun suntikan dan 3 Tahun PIL nya.
85
Harus diobati karena takutnya ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat
payudaranya (terjemahan wawancara informan ketiga)
Informan menggunakan kata ganas untuk mengatakan bahwa penyakit
kanker payudara bisa menyebabkan kematian. Informan ini mengetahui ciri-ciri
kanker payudara sesuai dengan ciri-ciri penyakit yang dideritanya. Pengetahuan
adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Informan ini mengadopsi
pengetahuan tentang kanker payudara dari penyuluhan kesehatan di media
elektronik. Informan hanya mengingat sedikit mengenai informasi yang
diterimanya dan hanya mengingat informasi yang disesuaikan dengan keadaan
dirinya. Informan hanya menyerap informasi sedikit saja dan informasi yang
diingatnya yang berhubungan dengan kondisi dirinya sehingga pengetahuan
informan kurang. Tingkat pengetahuan informan tentang penyakit kanker
payudara pada tingkat tahu.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pendapat yang sama
dinyatakan oleh Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan menjadi
salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau
masyarakat terhadap kesehatan Secara umum pengetahuan seluruh informan
kurang. Pengetahuan informan tentang kanker payudara yang kurang bisa
disebabkan karena pendidikan informan yang rendah, atau bisa juga karena
informan hanya menyerap informasi yang berhubungan dengan kondisi dirinya
sehingga informasi lain tentang kanker payudara yang tidak berhubungan dengan
86
dirinya dianggap tidak penting. Pemilihan informasi yang diterima membuat
informan tidak mengingat seluruh informasi.
Pengetahuan informan pada tingkat tahu tentang kanker payudara dan
SADARI. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) yang
menyatakan kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana
kesehatan karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Hawari (2004) juga
menyatakan ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya dengan judul
yang sama, diteliti olehArlyana Hikmanti (2014), sebagian besar responden tidak
tahu tentang kanker payudara, sehingga terjadi keterlambatan dalam pengobatan.
Ketidaktahuan responden tentang kanker payudara dikarenakan tidak ada yang
memberitahu tentang kanker payudara, ada satu orang responden mengetahui
kanker payudara, tetapi mereka takut dengan pengobatannya sehingga menunda
untuk berobat selanjutnya.
Menurut asumsi peneliti pengetahuan menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara, karena pengetahuan
mempunyai kontribusi yang dominan. Jika informan memiliki pengetahuan
tentang periksa payudara sendiri (SADARI), akan mencegah kanker menjadi
stadium lanjut dan mencegah keterlambatan pengobatan kanker payudara. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat Sukardja (2002) yang dalam penelitiannya
juga menyatakan bahwa salah satu kelambatan penderita yang membuat
kelambatan pada pengelolaan kanker adalah karena penderita tidak mengerti atau
kurang menyadari bahaya kanker.
87
Kurangnya pengetahuan informan tentang kanker payudara juga
menyebabkan sebagian informan tidak setuju dengan diagnosa dokter, jika mereka
terkena kanker payudara. Dinas Kesehatan perlu bekerjasama dengan yayasan
kanker untuk memberikan pengetahuan dengan penyuluhan tentang kanker
payudara dan pengobatannya serta pentingnya melakukan SADARI untuk
mendeteksi sejak dini kanker payudara pada wanita usia subur. Petugas kesehatan
di RSUD Simeulue juga perlu memberikan pengetahuan berupa penyuluhan
tentang kanker payudara dan pengobatannya kepada keluarga informan yang
wanita agar keluarga informan dapat mendeteksi kanker payudara sejak dini
karena salah satu faktor resiko kanker payudara adalah adanya riwayat keluarga.
5.2. Sikap
Dari hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker payudara
ditemukan bahwa informan takut, terkejut, bingung, merasa cemas, dan khawatir
saat didiagnosa kanker payudara, sehingga membuat informan merasa bahwa
hidupnya tidak akan berlangsung lama lagi. Jika informan dapat bertahan dan
memiliki harapan hidup yang tinggi, informan merasa kurang percaya diri karena
payudaranya sudah dioperasi dan diangkat, hal ini dinyatakan olehinforman
pertama (Ibu Sakira Wati), informan ke dua (Ibu Erna Wati), informan ke tiga
(Ibu Erma Wati), informan ke empat (Ibu Rania), informan ke lima (Ibu Yusniar),
informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura) dan informan yang ke tujuh (Ibu Irma
Dewi Sartika) :
Takuik ambo buk, ibo bana hati ambo(informan pertama)
Saya takut, saya merasa sedih (terjemahan wawancara informan
pertama)
88
Came bana ambo buk, badabuk-dabuk jantung ambo jadi susah ambo
tidu buk (informan kedua)
Saya sangat cemas, jantung saya berdebar-debar sehingga saya sulit
untuk tidur (terjemahan wawancara informan kedua)
khawatir ambo takuik yo juo, tapi ambo tetap picayo yang dikecekkan
dokter tu buk (informan ketiga)
Saya khawatir dan takut, tapi percaya apa yang dibilang dokter itu
(terjemahan wawancara informan ketiga)
Unen-unen ia tahe a o, karano totok o ya bakduon raso akoik, pas ni
parekso doktor ia rupone ngang stadium 2 alek 3 (informan keempat)
Awalnya saya bingung, karena punya saya gak ada rasa sakit. Begitu
diperiksa dokter sudah stadium 2 dan 3 (terjemahan wawancara informan
keempat)
Manyesal bana ambo, dek sabalunnyo tu ala dikecekkan buk bidan yang
ado dipustu dakek rumah buk, kalau iko ko kanker, tapi kecek laki ambo iko
sakik kampung (informan kelima)
Saya merasa menyesal, kerena sebelumnya bidan yang ada di Pustu
dekat rumah saya, bahwa itu adalah gejala kanker, tapi kata suami saya itu
adalah penyakit kampung (Informan Kelima)
Sedih bana ambo waktu tu jo ndak tau biayo darimano bekko. Kecek
doktor ambo harus di rujuk kalua daerah, dek perlengkapan disiko ndak
lengkap, ndak ado doktor onkologinyo juo yang bisa mangubek ambo
(informan keenam)
Saya sangat sedih dan bingung dan saya langsung berfikir jika saya
berobat darimana biayanya. Kata dokter saya harus di rujuk keluar daerah,
karena alat-alat di rumah sakit Simeulue tidak lengkap dan tidak ada dokter
onkologi yang bisa menangani saya (terjemahan wawancara informan
keenam)
Takajuik bana ambo waktu tu buk, hampi manukik-nukik ambo di
muko doktor tu waktu di kecekkan nya ambo kanai kanker payudara, dek baru
barapo bulan yang lalu adik ambo maningga karano kanker payudara
(informan ketujuh)
Saya terkejut dan hampir menjerit di depan dokter, begitu dokter
mengatakan saya terkena kanker payudara, karena baru beberapa bulan
adik saya meninggal dunia disebabkan kanker payudara (terjemahan
wawancara informan ketujuh)
Hal ini sesuai dengan pendapat David dan Muzaham (1995) yang
menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit
yang cukup berat namun tidak berobatmeminta pertolongan dokter ialah karena
89
mereka dapat bertoleransi dengan rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu
akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.
Sesuai dengan penelitian Arlyana Hikmanti (2014), kebanyakan wanita
yang terlambat berobat dikarenakan rasa takut terhadap kanker payudara ketika
pertama kali terdiagnosa kanker payudara. Rasa takut mereka karena takut biaya
mahal, takut tidak akan sembuh, dan takut operasi dan kemoterapi tanpa informasi
yang cukup.
Menurut asumsi peneliti sikap informan yang takut dan khawatir saat
didiagnosa dokter salah satu faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan,
sebagian informan takut berobat ketika tahu terkena kanker payudara, karena takut
dioperasi dan dilakukan pengangkatan payudara. Rasa khawatir timbul karena
masalah biaya berobat dan biaya hidup jika dirujuk keluar daerah Simeulue.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker
payudara ditemukan bahwa seluruh informan setuju dengan pendapat dokter
mengenai penyakitnya,hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira
Wati), informan ke dua (Ibu Erna Wati), informan ke tiga (Ibu Erma Wati) dan
informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura):
Iyo, setuju ambo, ambo picayo apo yang dikecekkan doktor (informan
pertama)
Ya, setuju saya percaya apa yang di katakan dokter (terjemahan
wawancara informan pertama)
Sabananyo ambo labi picayo samo dokter, cuma dek biayo ko tadi jadi
barubek ka alternatif sajo labi murah, lampok-lampok yang di agi kan pun ado
dakek rumah, jadi sanang di dapek (informan kedua)
Saya setuju dengan dokter, cuma karena biaya tadi jadi ke alternatif
selain murah, ramuan-ramuan yang di berikan pun ada di sekitar rumah
saya, jadi gampang saya mendapatkannya. (terjemahan wawancara
informan kedua)
90
Setuju ambo samo diagnosa dokter (informan ketiga)
Saya setuju dengan diagnosa dokter (terjemahan wawancara
informan ketiga)
Ambo picayo samo doktor, takajuik bana ambo pertamo-tamo tu waktu
dikecekkan doktor ambo kanai kanker payudara. mulai dari situlah susah ambo
tidu, mato ndak mangantuk sampai pagi, sampai baisuknyo lagi (informan
keenam)
Saya percaya kata dokter dan Saya terkejut awalnya pada saat dokter
menyampaikan bahwa saya kemungkinan terkena kanker payudara. sejak
dari situ saya tidak bisa tidur, mata tidak mengantuk sampai pagi sampai
besoknya saya tidak bisa tidur (terjemahan wawancara informan keenam)
Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan setuju dengan
pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara yaitu
dengan menyatakan kepercayaan kepada perkataan dokter mengenai penyakitnya.
Sebagian informan menilai atau berpendapat bahwa penyakitnya tidak
memiliki gejala yang sama dengan gejala kanker payudara. Seorang informan
membandingkan kondisi yang dialaminya dengan pendapat dokter. Awalnya
informan tidak setuju dengan pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah kanker
payudara karena informan tidak merasakan sakit seperti gejala kanker payudara.
Namun akhirnya informan setuju dengan pendapat dokter karena informan
menganggap dokter lebih mengerti tentang penyakitnya bila dibandingkan dengan
dirinya,hal ini dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira Wati):
Ambo piki itu masuk angin biaso, jadi ambo uruik samo minyak kayu
putih lape tu ambo agi lampok daun benalu. Cuma baitu-itu sajo, jadi ambo
ambik kesimpulan barubek ka doktor sajo mungkin nyo labi tau (informan
pertama)
Saya pikir masuk angin biasa lalu saya urut sama minyak kayu putih
dan saya lampok sama daun benalu. Tapi kek gitu-gitu aja buk akhirnya
saya ambil kesimpulan berobat ke dokter mungkin dia lebih tau (terjemahan
wawancara informan pertama)
91
Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa informan mengganggap
dokter lebih tahu daripada dirinya yang tidak memiliki pengetahuan seperti
dokter. Informan lain yang juga menyatakan tidak setuju dengan pendapat
dokter,hal ini dinyatakan oleh informan ke lima (Ibu Yusniar):
Ambo piki itu babisu biaso sajo dek merah macam mau malatui. Kato
urang kalau kanker tu sakik bana ado damam, sakik kapalo, ado muntah tapi
ndak ado di ambo (informan kelima)
Saya pikir itu bisul biasa karena memerah dan kayak mau meletus.
Karena kata orang kalau kanker itu sakit kali ada demam, ada pening, ada
muntah tapi saya kan tidak (terjemahan wawancara informan ke lima)
Informan membandingkan kondisinya dengan gejala kanker payudara
yang dikatakan oleh dokter. Informan tidak merasakan benjolan ataupun rasa sakit
pada payudara padahal penyakit kanker payudara sudah lama diderita oleh
informan. Informan mengakui bahwa informan tidak pernah memeriksa
payudaranya sehingga informan tidak mengetahui dirinya sudah menderita
penyakit kanker payudara sejak lama. Hal ini dinyatakan oleh informan ke lima
(Ibu Yusniar):
Iko bukan kanker ko, di nenen ko kan memang ado bulek-bulek jadi
ambo uruik-uruik sajo (informan kelima)
Bukan kanker ini, kan di payudara memang ada bulat-bulat makanya
saya urut-urut saja (terjemahan wawancara informan kelima)
Dari pernyataannya, informan tidak setuju penyakitnya adalah kanker
payudara karena informan mengetahui bahwa penyakit kanker payudara hanya
mengenai payudara saja tidak menjalar sampai tangan seperti yang dialami
informan. Informan tidak mengetahui bahwa penyakitnya sudah pada stadium
lanjut karena penyakit kanker payudara yang dideritanya sudah menjalar ke
tangan. hal ini dinyatakan olehinforman ke tujuh (Ibu Irma Dewi Sartika):
92
Leng o kadang masok angen maui, karano bale nea tei ya aklefo
(informan ketujuh)
Saya pikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar
(terjemahan wawancara informan ketujuh)
Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan menilai
penyakitnya hanya sebatas masuk angin biasa karena hanya berupa benjolan yang
membesar. Informan tidak mengetahui bahwa benjolan pada payudara adalah
salah satu gejala kanker payudara.
Seluruh informan kurang mengetahui kanker payudara sehingga ada
sebagian informan yang tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakit
kanker payudara (tidak berespon terhadap penyakitnya). Dari sebagian informan
yang tidak setuju dengan pendapat d vokter mengenai penyakitnya ditemukan
bahwa penyakit yang dialami informan dianggap informan bukan penyakit yang
parah sehingga informan santai menanggapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa salah satu
alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak
meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa
sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi
kehidupannya.
Sebagian informan tidak setuju dengan pendapat dokter tentang
penyakitnya namun, seluruh informan menyatakan setuju untuk mengobati
penyakitnya dan setuju bahwa penyakitnya membahayakan sehingga harus
diobati, hal ini dinyatakan oleh informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura):
Iyo bahayo, ala banyak conto nyo di sakaliling kito. Kalau ndak lake
barubek bisa manyebabkan kematian (informan keenam)
Ya membahayakan, uda banyak contoh disekeliling kita. Kalo gak
segera diatasi akan menyebabkan kematian (terjemahan wawancara
informan keenam)
93
Informan menyatakan bahwa penyakitnya berbahaya sehingga dapat
menyebabkan kematian pada penderitanya jika tidak segera mendapatkan
pengobatan.
Informan yang lainnya mengatakan penyakitnya perlu diobati supaya
penyakitnya sembuh, hal ini dinyatakan olehinforman pertama (Ibu Sakira Wati):
Iyo, setuju ambo barubek bia lake cegak (informan pertama)
Ya setuju berobat, supaya sembuh (terjemahan wawancara informan
pertama)
Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seluruh
informan memiliki sikap yang cukup mengenai kanker payudara dan
pengobatannya karena setelah diberitahu oleh dokter bahwa informan menderita
kanker payudara informan langsung setuju untuk mendapatkan pengobatan,hal ini
dinyatakan olehinforman ke empat (Ibu Rania):
A a, harus nironi mang akduon bahayo, maro edea (informan keempat)
Ya harus diobati biar gak bahaya (terjemahan wawancara informan
keempat)
Sikap seluruh informan terhadap kanker payudara adalah tidak berespon
atau kurang. Berdasarkan tingkatan sikap, pada tingkat menerima. Hasil penelitian
ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya, Arlyana Hikmanti (2014), sebagian
besar responden yang datang terlambat untuk pengobatan, mereka setuju dengan
pengobatan yang diberikan oleh dokter
94
5.3. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tingkat pendidikan
sebagian besar informan rendah. Tingkat pendidikan formal terakhir informan
paling tinggi adalah Sarjana yaitu sebanyak satu orang informan dan tingkat
pendidikan formal terakhir informan yang paling rendah adalah tamat SMP yaitu
sebanyak 1 orang informan. Pendidikan informan berpengaruh pada pengetahuan
informan mengenai kanker payudara. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa
pendidikan informan rendah sehingga pengetahuan informan tentang kanker
payudara kurang. Menurut Smet (1994) dalam model-model struktur sosial
dijelaskan bahwa individu-individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau
tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti
dan bereaksi terhadap kesehatan mereka. Dalam penelitian ini, seluruh informan
memiliki tingkat pendidikan yang berbeda namun seluruh informan sama-sama
terlambat berobat.
Menurut asumsi peneliti, pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara, jika informan memiliki
pendidikan yang baik, setidaknya informan memiliki informasi yang cukup
tentang kanker payudara sehingga informan tidak akan terlambat berobat, dapat
ditangani segera agar kanker payudara tidak menjadi stadium lanjut dan dapat
meningkatkan harapan hidup penderita.
95
5.4. Kepercayaan Terhadap Pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kepercayaan informan terhadap
pengobatan kanker payudara, ditemukan sebagian informan percaya bahwa
penyakit kanker payudara dapat sembuh dengan pengobatan oleh dokter
(pengobatan medis) hal ini dinyatakan oleh, informan pertama (Ibu Sakira Wati),
informan ke tiga (Ibu Erma Wati) dan informan ke empat (Ibu Rania):
Iyo buk, ambo labi picayo barubek ka doktor, karano aman lape tu
terjamin kesembuhannyo (informan pertama)
Ya bu, saya lebih percaya berobat ke dokter karena selain aman dan
terjamin kesembuhannya (terjemahan wawancara informan pertama)
Kebetulan ambo ndak panah barubek ka alternatif jadi ambo langsung
ka doktor (informan ketiga)
Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter
(Informan Ketiga)
Fakduon a o nehu mek dukun ate’eni maron alternatif, fakduon a o
picayo mek i sira, picayo nan a o mek doktor (informan keempat)
Gak pernah ke dukun atau alternatif saya tidak percaya, saya lebih
percaya ke dokter (terjemahan wawancara informan keempat)
Informan yang lainnya menyatakan bahwa dia akan sembuh dengan
pengobatan medis,hal ini dinyatakan oleh informan ke enam (Ibu Yarni/ Upik
Bura) dan informan yang ke tujuh (Ibu Irma Dewi Sartika):
Ndak panah, ambo ndak picayo do samo dukun-dukun tu. Sakik apopun
ndak picayo ambo. Ambo labih picayo samo dokter (informan keenam)
Gak pernah, saya gak percaya dukun. Sakit apapun saya gak percaya.
Saya lebih percaya ke dokter (terjemahan wawancara informan keenam)
A a, picayo nan a o mek doktor ia. Fakduon a o nehu maron mek dukun
(informan ketujuh)
Ya, saya lebih percaya ke dokter. Saya tidak pernah berobat kedukun
(terjemahan wawancara informan ketujuh)
Kepercayaan terhadap pengobatan membuat seluruh informan ingin segera
mengobati penyakitnya agar informan sembuh. Tetapi ada juga informan yang
96
memilih berobat ke pengobatan alternatif, hal ini dinyatakan oleh informan kedua
(Ibu Erna) dan informan kelima (Ibu Yus)
Sabananyo ambo labi picayo samo doktor, cuma dek biayo ko tadi jadi
barubek ka alternatif sajo labi murah, lampok-lampok yang di agi kan pun ada
dakek rumah, jadi sanang di dapek (informan kedua)
Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi jadi ke
alternatif selain murah, ramuan-ramuan yang di berikan pun ada di sekitar
rumah saya, jadi gampang saya mendapatkannya (terjemahan wawancara
informan kedua)
Mulo-mulo tu ambo picayo barubek ka alternatif, hago nyo murah, lape
tu ambo takuik di operasi. Ala lamo ambo barubek ndak ado parubahan, baru
lah ambo dijampuik petugas kesehatan bia dirujuk ka rumah sakik, ala
baulang-ulang ambo diajak urang tu barubek tapi ambo ndak mau pai
(informan kelima)
Awalnya saya percaya ke pengobatan alternatif di samping biaya gak
mahal, saya takut di operasi. Setelah lama berobat di alternatif kemudian
tidak ada perubahan barulah saya di jemput oleh petugas kesehatan untuk
di rujuk ke rumah sakit, karena sudah berkali-kali mereka ajak periksa tapi
saya tidak pernah mau pergi (terjemahan wawancara informan kelima)
Hal ini sesuai dengan penelitian Arlyana Hikmanti (2014), sebagian besar
responden pergi ketempat pengobatan lain sebelum ke rumah sakit. Datang ke
rumah sakit sudah dalam keadaan terlambat. Beberapa responden datang setelah
berobat ke pengobatan alternatif yang tidak lebih dari satu tempat. Pengobatan
alternatif yang dipilih resonden karena berdasarkan pengalaman atau cerita dari
banyak orang mereka mampu menyembuhkan kanker payudara dan mereka
mengharapkan pengobatan yang lebih murah.
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat J. Young (1980) dalam Muzaham
(1995) yang menyatakan bahwa kepercayaaan (faith) terhadap keberhasilan dari
pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi salah satu unsur
utama dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat.
Menurut asumsi peneliti keterlambatan pengobatan kanker payudara juga
dipengaruhi kepercayaan informan terhadap pengobatan kanker payudara, ada
97
satu informan yang berobat alternatif karena informan tidak percaya dengan
diagnosa dokter, informan tersebut sudah berobat lama hingga keadaannya
semakin memburuk, jika informan berobat kedokter lebih awal akan mencegah
kanker ke stadium selanjutnya. Beberapa informan lain yang percaya terhadap
pengobatan dokter juga ada yang melakukan pengobatan alternatif, meminum
obat herbal dan ramuan-ramuan. Informan melakukan pengobatan lebih dari satu
tempat dengan harapan penyakit informan dapat berkurang.
5.5. Fasilitas Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai fasilitas pengobatan di tempat
pengobatan sebelumnya seluruh informan menyatakan bahwa fasilitas pengobatan
tidak lengkap sehingga informan berobat keluar daerah Simeulue,hal ini
dinyatakan oleh informan pertama (Ibu Sakira Wati) dan informan ke dua (Ibu
Erna Wati):
Ndak lengkap alat di siko, makonyo dirujuk ka RSU Zainal Abidin,
disiko ndak ado dokter yang bisa mangubek kanker payudara katanyo
(informan kedua)
Gak ada kelengkapan di sana makanya dirujuk ke Rumah Sakit
Umum Zainoel Abidin. Dan tidak ada dokter khusus yang menangani
kanker payudara (terjemahan wawancara informan kesatu)
Di Rumah Sakit di Simeulue ko ndak lengkap alat urang tu, ndak ado
ubeknyo untuk kanker payudara. makonyo ambo di rujuk ka Rumah Sakit
Umum Zainal Abidin. Ndak ado dokter khusus katonyo. (informan kedua)
Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap peralatannya, gak ada obat
untuk kanker payudara. Dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin. Gak
ada dokternya khusus yang menangani kanker payudara(terjemahan
wawancara informan kedua)
Informan yang lainnya juga menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya
berobat tidak memiliki peralatan yang lengkap sehingga informan dirujuk ke
Rumah Sakit di luar daerah,hal ini dinyatakan oleh informan ke tiga (Ibu Erma
98
Wati), informan ke empat (Ibu Rania), informan ke lima (Ibu Yusniar), informan
ke enam (Ibu Yarni/ Upik Bura) dan informan yang ke tujuh (Ibu Irma Dewi
Sartika):
Urang Rumah Sakik di daerah ko ndak talok urang tu buk, ndak
lengkap alat-alat nyo, doktornyo pun ndak ado (informan ketiga)
Orang Rumah Sakit Umum di Daerah tidak mampu, peralatan tidak
lengkap dan dokter nya tidak ada (terjemahan wawancara informan ketiga)
Pakake lumah saket ia fakduon lengkap, karano hal sok ede lah da
rujuk a o meisek luar daerah (informan keempat)
Alat pemeriksaannya kurang di Rumah disini. Lantaran itu saya
dirujuk ke rumah sakit luar daerah (terjemahan wawancara informan
keempat)
Ndak ado kemo disiko, ambo mau kemo. Kalau di rumah sakik ko ndak
ado alat yang canggih, yang ado cuma untuk mamfoto sajo, makonyo dirujuk
ke Rumah Sakit UmumZainal Abidin (informan kelima)
Gak ada kemo saya mau kemo,. Kalau di rumah sakit sini gak ada
alat yang canggih, yang ada cuma untuk meronsen aja makanya di rujuk ke
rumah sakit Zainal Abidin(terjemahan wawancara informan kelima).
Di Rumah Sakik Simeulue ko ndak lengkap alat-alatnyo, ndak macam
di luar daerah, makonyo ambo ka Penang kapatang tu (informan keenam)
Di Rumah Sakit Simeulue gak lengkap, gak kayak di luar daerah,
saya ke Penang kemarin tu(terjemahan wawancara informan keenam)
Fakduon lengkap ba pakake da ek lumah saket ia, mangkone a o ni
rujuk mek luar daerah (informan ketujuh)
Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit di sini. Jadi dirujuk ke
rumah sakit luar daerah (terjemahan wawancara informan ketujuh)
Fasilitas pengobatan yang tidak lengkap dirumah sakit Daerah tempat
tinggal informan membuat informan harus mengobati penyakitnya ke Rumah
Sakit luar daerah yang memiliki fasilitas pengobatan yang lebih lengkap.
Seluruh informan dirujuk ke rumah sakit luar daerah setelah seluruh
informan dinyatakan menderita penyakit kanker payudara di Rumah Sakit Umum
Daerah Simeulue. Fasilitas pengobatan kanker payudara yang tidak lengkap di
Rumah Sakit umum daerah membuat informan harus berobat di Rumah Sakit luar
99
daerah yang memiliki peralatan lebih lengkap. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Sukardja (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
membuat kerlambatan pengelolaan kanker adalah faktor rumah sakit yang kurang
memiliki perlengkapan untuk pengobatan.
Menurut asumsi peneliti fasilitas kesehatan juga salah satu faktor yang
memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara, karena jika fasilitas di
RSUD Simeulue lengkap informan bisa langsung ditangani di Rumah Sakit
tersebut tampa harus berobat keluar daerah, berobat keluar daerah menyebabkan
informan lama melakukan pengobatan karena informan memikirkan biaya hidup
jika berobat keluar daerah.
100
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang
memengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara
di RSUD Simeulue Tahun 2017, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
6.1. Kesimpulan
1) Faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan
informan rendah dan hanyasatu yang ada keturunan menderita kanker payudara
sedangkan informan yang lain tidak memiliki riwayat keluarga menderita
kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengalaman dan
pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya. Sikap informan
kurang berespon terhadap penyakitnya dan menganggap itu tidak
membahayakan dan tidak menyebabkan kematian, namun ketika informan tahu
penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa
inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah
menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan
untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan.
2) Faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan
di tempat pengobatan sebelumnya yang tidak lengkap sehingga informan harus
dirujuk keluarRumah Sakit di luar Daerah Simeulue.
101
3) Faktor pendukung tidak memengaruhi keterlambatan pengobatan karena ketiga
komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun petugas kesehatan hanya
menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya.
6.2. Saran
1) Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simuelue untuk membuat
suatu program penyuluhan tentang kanker payudara dan pentingnya melakukan
SADARI (periksa payudara sendiri) dengan menggunakan media seperti
leaflet, brosur dan pemutaran video cara melakukan SADARI (periksa
payudara sendiri) kepada seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk
menemukan kanker payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat
mendapatkan pengobatan.
2) Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Kanker
Indonesia (YKI) di Simeulue untuk memberikan penyuluhan tentang kanker
payudara dan SADARI (periksa payudara sendiri) kepada wanita berusia subur
(x cancer age), seperti penyuluhan dan peragaan SADARI (periksa payudara
sendiri) di televisi, penyuluhan dengan leaflet, dan penyuluhan dengan brosur.
3) Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUD Simeulue agar memberikan
penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI (periksa payudara sendiri)
kepada keluarga informan yang wanita dengan menggunakan media yang ada
seperti pemutaran video cara melakukan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) di televisi dan penyuluhan menggunakan brosur.
4) Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan
uji kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyatno. Bedah Onkologi Diagnosa Dan Terapi, Jakarta : Sagung Seto, 2010
2. World Health Organization (WHO),Penderita Kanker Payudara, (diunduh :
04 Januari 2017), diakses dari : http://WHO.com, 2013
3. SIRS, Data Kanker Payudara,(diunduh 4 Januari 2017) diakses dari :
www.depkes.go.id, 2010
4. Muhammad. Faktor Resiko Terjadinya Kanker Payudara di RSUP H.Adam
Malik, Medan, 2011
5. BPK RSUD-ZA, Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin,
Banda aceh : RSUD-ZA. 2010
6. RS Simeulue,Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue, Simeulue
: RS Simeulue, 2012
7. Benson, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : EGC, 2009
8. Wahyu Ningsih,Kanker Payudara Bisa Muncul Tanpa Benjolan, (diunduh 05
Januari 2017), diakses dari : health.detik.com,2013
9. Wardana. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dengan
Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi,
(diunduh 06 Januari 2017), diakses dari : kti-skripsi-bidan.com, 2012
10. Lenggogeni,Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan SADARI
Oleh Mahasiswi Jalur A Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat, (
diunduh 06 Januari 2017), diakses dari : www.Skripsi-online.com, 2011
11. Agustin, Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Untuk Melakukan
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI.), (diunduh 6 Januari 2017),
diakses dari : baskommetro.com, 2012
12. Notoadmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
Rineka Cipta, 2007
13. Tjandra Yoga, dalam Penderita Kanker Payudara Menurun, Kanker Rahim
Melonjak, (diunduh 06 Januari 2017), diakses dari : ipmg-online.com, 2010
14. Kresno, Siti Boediana, Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium Vol
4. Edk 3. Jakarta : FKUI, 2007
15. Bustan M. N, Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta,
2000
16. Manuaba, Wibawa Tjakra, Panduan Penatalaksanaan Kanker, Jakarta :
Sagung Seto, 2010
17. H. Ristarolas T, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keterlambatan Pengobatan
pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H.Adam Malik, Medan, 2009
18. Pradipta, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (diunduh 07 Januari 2017),
diakses dari : dinkesjatengprov.go.id, 2005
19. A. Hikmanti, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan
Pada Wanita Penderita Kanker Payudara, (diunduh 20 April 2017), diakses
dari : jurnal.unimus.ac.id
102
2
103
20. Wijayanti Novita Kunti, Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan
Penderita Kanker Payudara Dalam Memeriksakan Diri Ke Pelayanan
Kesehatan 2011, (diunduh 20 April 2017), diakses dari : repository.unej.ac.id
21. Muzakkir Nurul Fajri, Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan
pengobatan pada pasien carcinoma mammae dirumah sakit umum daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014, (diunduh 20 April 2017), diakses
dari : etd.unsyiah.ac.id
22. Ria Anggraeni, dkk,Deteksi Dini Pada Penderita Kanker Payudara Stadium Lanjut
Di Rsud Labuang Baji (diunduh 20 April 2017), diakses dari :
pasca.unhas.ac.id/jurnal
23. Sutjipto, Penyakit Kanker Payudara, Ciri-Ciri Kanker Payudara, Gejala
Kanker Payudara, Penyebab Kanker Payudara, (diunduh 07 Januari 2017),
diakses dari : penyakitpayudara.com
24. Mediasta, Faktor Resiko Kanker Payudara, (diunduh 10 Januari 2017),
diakses dari : wisuda.unud.ac.id, 2012
25. Indrati Rini, Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Kanker Payudara dalam Jurnal Epidemiologi, (diunduh 12 Januari 2017),
diakses dari : eprints.undip.ac.id, 2005
26. Febia Ningsih, Kanker Payudara merupakan suatu Kondisi Sel Telah
Kehilangan Pengendalian, (diunduh 12 Januari 2017), diakses dari :
wisuda.unud.ac.id, 2009
27. Adriani, Kanker Payudara, (diunduh 13 Januari 2017), diakses dari :
adrianimegarezky.blogspot.co.id, 2012
28. Komite Nasional Penanggulangan Kanker, dalam Panduan Nasional
Penanggulangan Kanker, (diunduh 13 Januari 2017), diakses dari :
kanker.kemkes.go.id, Jakarta : Kementrian Kesehatan, 2015
29. Yulianti Soleha, Stadium Kanker Payudara dan Pengobatannya, (diunduh 15
Januari 2017), diakses dari : faktakanker.com, 2012
30. Lusa, Pemeriksaan Payudara Sendiri, (diunduh 16 Januari 2017), diakses dari
: lusa.web.id, 2009
31. Diah Febiyanti, SADARI sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara, (diunduh
20 Januari 2017),diakses dari : student.unud.ac.id, 2016
32. Nisman, Lima Menit Kenali Payudara Anda, Jakarta : ANDI, 2011
33. Notoadmodjo S, Definisi Pengetahuan, (diunduh 21 Januari 2017), diakses
dari : dokumen.tips/pengetahuan-terbaru, 2012
34. A. Wawan dan Dewi M, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia, Yogyakarta : Nusa Medika, 2011
35. Notoadmodjo S, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka
Cipta, 2010
36. Hetty Rusyanti, Definisi Pendidikan, Pengertian Pendidikan Oleh Ahli,
(diunduh 24 Januari 2017), diakses dari : kajianteori.com, 2013
37. Rahayu, Teori Pendidikan, (Diunduh 22 Januari 2017). diakses dari :
duniapintardancemerlang.com, 2010
38. Agusmarni, Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pengobatan Tradisional,
(diunduh 23 Januari 2017), diakses dari : web.unair.ac.id/artikel, 2012
104
39. Siti Rohmie. Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kesehatan, (diunduh 24
Januari 2017), diakses dari : sitirohmie.blogspot.co.id, 2013
40. Lusiyana, Pengertian Biaya, (diunduh 26 Januari 2017), diakses dari :
lucyana.blogspot.co.id, 2014
41. Bima,Pengertian psikologi, (diunduh 27 Januari 2017). diakses dari :
yphychology.blogspot.com, 2013
42. Smet, Bart. Psikolog Kesehatan, Jakarta : Gramedia, 1994
43. Peraturan Pemerintah, dalam Peraturan Pemerintah no. 47 Tahun 2016
tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan, (diunduh 01 februari 2017), diakses
dari : hukumonline.com, 2016
44. Undang-Undang Republik Indonesia, dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, (diunduh 4 Februari 2017),
diakses dari : sjdih.depkeu.go.id, 2009
45. Peraturan Menteri Kesehatan, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.75 Tahun 2014, (diunduh 5 Ferbuari 2017) diakses dari:
pelayanan.jakarta.go.id, 2014
46. Green, L, Health education planning a diagnostik approach, baltimoer, the
john hopkins university, my field publikshing co.1980
47. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfa Beta, 2010
48. Sugiono, Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan RND.
Bandung : Alfa Beta. 2007
49. Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009
PEDOMAN WAWANCARA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA
PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SIMEULUE TAHUN 2017
A. Wilayah Responden :
1. Propinsi :
2. Kabupaten :
3. Kecamatan :
4. Desa :
No Identitas Informan
1 Nama :
2 Usia :
3 Pekerjaan :
4 Paritas :
B. Panduan Wawancara
No Pertanyaan
1 Bagaimana Ibu awalnya bisa tahu jika Ibu terkena kanker?
- Apakah ada rasa sakit?
- Apakah ibu tahu penyebabnya?
- Apakah ibu tahu cara mengobatinya?
- Apakah ibu tahu jika benjolan tersebut adalah gejala awal
kanker payudara?
2 Bagaimana reaksi Ibu disaat didiagnosa terkena kanker?
- Apa yang ibu lakukan?
- Apakah ibu setuju untuk melakukan pengobatan secara rutin?
3 Setelah Ibu tahu bahwa Ibu terkena penyakit kanker, apakah ibu
percaya berobat ke dokter untuk proses penyembuhannya?
105
- Apakah ibu percaya berobat kedukun atau dengan obat-obatan
tradisional?
4 Seperti apa pelayanan terhadap ibu yang dilakukan petugas
kesehatan dalam menangani penyakit kanker payudara ibu?
- Apakah rumah sakit umum Simeulue memiliki alat yang
lengkap untuk menangani penyakit ibu?
- Apakah ada dokter onkologi dirumah sakit umum Simeulue?
106
107
Tanggal Wawancara :18 Maret 2017
Pukul : 10.00 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden :1 (Satu)
1. Umur Ibu :36 Tahun
2. Alamat : Salur Latun
3. Pekerjaan : PNS
4. Pendidikan : Sarjana
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Assalamualaikum bu,
Waalikum salam bu,
Gimana kabarnya sekarang bu ? sehat ?
Alhamdulillah sehat bu,
Maaf ya bu, mengganggu waktunya sebentar sesuai
dengan kesepakatan kita kemarin, saya mau
mewawancarai ibu.
Iya bu, gak apa ..
Apakah dulu ibu pernah melakukan SADARI ?
Pernah bu, dulu saya di ajarkan sama penyuluh
kesehatan SADARI itu periksa payudara sendiri bu kan
bu..
Jadi bagaimana gejala awal yang ibu rasakan ?
Pertama kali timbul seperti ada benjolan terasa
terpegang sama saya pada saat saya tidur terlentang,
tertekan sama anak, kok sakit kali bu.. terus saya
pegang kok ada terasa biji-biji gitu ..
Biji-biji seperti apa bu ?
Seperti biji kedondong kayak ada urat-urat gitu bu..
Tapi dulu pernah Cuma tidak ada kayak urat-urat itu..
Yang dulu itu seperti apa bu ?
Yang dulu itu seperti bulat-bulatan gitu, tapi saya
tanyak orang-orang kata mereka mungkin itu endapan
ASI kan kamu tidak menyusui anakmu padahal ASI nya
ada.
Kapan itu bu ?
Pada saat anak pertama saya.
Kenapa tidak ibu susui anak ibu ?
Ada saya susui bu, tapi Cuma 3 bulan gitu bu.
Kenapa Cuma 3 bulan saja ibu susui bayi ibu ?
Waktu itu saya sudah mulai kerja bu. Saya perginya
108
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
pagi pulangnya sore, rumah saya jauh dari rumah
sekolah tempat saya ngajar bu ..
Apa tidak sakit payudara ibu ASI kan menumpuk bu ,,
Sakitlah bu .. malahan pernah saya demam karna ASI
nya menumpuk itu bu ..
Terus anak ibu ibu kasih apa ?
Susu bubuk itu bu yang khusus untuk bayi 0-1 tahun.
Apa yang terjadi pada Ibu, asinya menumpuk-numpuk
gitu ?
Saya sering demam, dan lama kelamaan ASI saya
berkurang sendiri, anak saya pun gak mau lagi nyedot
ASI nya.
Bagaimana ibu begitu tahu ada benjolan ?
Setelah ASI nya kurang itu bu setelah tertekan sama
anak saya tadi, besok-besoknya apa bila saya baring
terlentang sengaja saya rabakan kalau tidak tiduran
terlentang itu mamae kita menipis, tertarik agar datar
dan mudah untuk di raba. Kemudian saya raba-raba ..
eh ternyata masih ada dia disitu, mulailah saya gelisah
apa ini mungkin kanker yang seperti cerita-cerita saya
dengar itu . besoknya kan bu, bulang saya sekolah saya
langsung ke Dokter untuk periksa.
Apa hasil pemeriksaan Dokter bu ?
Kata Dokter ini bukan endapan ASI, ini seperti tumor
dan saya curiga ini kemungkinan kanker begitu kata
Dokter bu ..
Apa reaksi ibu pada saat itu ?
Saya jadi susah bu, apa lagi Dokter langsung
menyarankan saya agar cepat-cepat berangkat ke Banda
Aceh atau kemana yang penting keluar daerah untuk
segera diperiksa secara bertahap.
Terus apa ibu mau berangkat ke luar daerah ?
Mau bu, tapi saya belum langsung berangkat.
Kenapa ibu tunda lagi keberangkatannya ?
Saya tunggu suami saya, pada saat itu dia ikut turnamen
Sepak Bola di Simeulue Barat.
Berapa lama ibu menunggunya ?
Ada sebulan lebih bu, sambil juga menunggu gajian
untuk tambahan biaya kami nantinya.
Memang operasi ibu biaya sendiri ya bu ?
Tidak bu, saya pakai kartu BPJS.
Di Rumah Sakit mana Ibu di operasi bu ?
Di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin bu ..
Bagaimana setiba ibu di Rumah Sakit Zainal Abidin ?
Setelah saya diperiksa semua-semua kata Dokter,
Mamae saya sudah harus diangkat karena sudah agak
109
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
terlambat bu dan hasiln PA nya pun ganas.
Bagaimana tanggapan ibu dan suami pada saat Dokter
menyatakan seperti itu ?
Saya dan suami setuju karna berbahaya kalau tidak
diangkat semua.
Kapan ibu operasinya ?
Tahun 2015 bu..
Berapa kali operasinya ?
Operasi saya sekali saja bu, tapi yang berulang-ulang itu
Kemoterapi.
Berapa lama ibu Kemoterapi ?
Lama bu, sampai kami cari rumah kos di Banda Aceh.
Berapa kali ibu di kemoterapi ?
4 atau 5 kali kalau gak salah setiap 2 minggu sekali saya
di Kemo tu bu ..
Bagaimana sekarang bu, apa masih ada rasa sakit ?
Ada nyeri-nyeri sikit bu, tapi kadang-kadang hilang.
Tapi saya sudah kurang PD karena sudah tinggal
payudara saya.
Ndak apa-apa bu, yang penting ibu sudah sehat kan bu ?
Iya bu, Alhamdulillah suami saya pun sudah sangat
memaklumi keadaan saya sekarang.
Alhamdulillah, itu yang paling penting bu.
Terimakasih ya bu ....
Ya bu, sama-sama. Saya sering ngobrol-ngobrol sama
ibu, saya dapat tambahan wawasan dan bisa curhat juga
saya bu, jadi saya lebih legah.
Saya juga senang sama ibu, sudah bantu saya, ibu juga
sudah mau jadi informan penelitian saya. Sekali lagi
terimakasih ya bu .
Iya bu, sama-sama.
110
Tanggal Wawancara : 26 Februari 2017
Pukul : 10.00 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden : 2 (Dua)
1. Umur Ibu : 44 Tahun
2. Alamat :Labuan Bakti
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : SMA
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti : Assalamualaikum bu
Informan : Waalaikum salam bu ..
Peneliti : Ibu sehat bu ?
Informan : Alhamdulillah bu saya mulai sehat dan sudah bisa kerja
seperti biasa.
Peneliti : Apa tidak ada rasa sakit lagi bu di payudaranya, bekas
operasinya ?
Informan : Tidak bu, nyeri-nyeri biasa di taruk minyak angin
sembuh bu ..
Peneliti : Mengapa bisa telat ibu mengetahui kalau ibu terkena
penyakit kanker ?
Informan : Bagaimana lah bu, saya banyak kali yang harus saya
tanggung jawapi ..
Peneliti : Tanggung jawab seperti apa itu bu ?
Informan : Ngurus anak sendirian, ngurus kerjaan rumah seharian
tidak selesai-selesai. Belum lagi suami saya tidak mau
tau sama anak-anak, jadi saya stres bu ..
Peneliti : Tidak mau tau seperti apa itu bu ? suaminya ?
Informan : Iya bu, dia kan sudah kawin lagi,
Peneliti : Sudah lama bu ?
Informan : Sudah 1 tahun lebih bu..
Peneliti : Pada waktu ibu sakit bagaimana bu ?
Informan : Awalnya saya sakit kanker seperti ini mungkin bisa jadi
karena saya stres karena ulahnya suami saya. Suami
saya berselingkuh dengan istrinya sekarang bu.
Sebetulnya saya malu lah bu menceritakanya.
Peneliti : Ya uda gak apa-apa bu, sabar aja.. terus bagaimana dia
bisa tau dengan penyakit ibu itu ?
Informan : Awalnya payudara saya tidak berhenti-henti ASI nya
padahal anak saya sudah tidak menyusui lagi karena
pada saat itu umur anak saya sudah 3 tahun. Anak saya
111
pada saat itu berhenti menyusui pada umur 2 tahun 2
bulan.
Peneliti : Seperti apa air yang keluar dari payudara ibu ?
Informan : Cairannya bening-bening bu, tidak sama seperti ASI
dan seperti getah-getah gitu bu.
Peneliti : Ada benjolan bu ?
Informan : Tidak ada bu, Cuma agak keras-keras saja.
Peneliti : Kapan Ibu bawa berobat/periksa ke Dokter ?
Informan : Lebih kurang ada 1 tahun bu.
Peneliti : Mengapa lama sekali ibu ? padahal ibu sudah tau kalau
airnya sudah tidak normal
Informan : Iya b, saya terlalu sibuk mengurus-ngurus rumah tangga
dan mengurus anak-anak, antar jemput sekolah, mengaji
sementara suami saya keluyuran di luar terus saya jadi
lalai, memang sudah ada beberapa kali rencana saya
mau ketemu bidan yang tidak terlalu jauh rumahnya
dari rumah saya.
Peneliti : Kapan Ibu periksakan ?
Informan : Waktu saya kena batuk-batuk sudah 3 minggu tidak
sembuh-sembuh dan minum ramuan-ramuan dan
minum sirup hitam obat batuk hitam, lalu saya ke
Dokter dan pada saat itu saya tanya Dokter mengapa
ASI saya tidak kering-kering sementara anaknya sudah
umur 4 tahun lebih. Tapi ASI nya cair dan tidak
banyak-banyak terus payudara saya agak mengeras
kalau tersenggol sakit. Lalu Dokter periksa, ternyata
Dokter curiga kanker dan menyuruh saya agar periksa
ke Dokter Bedah.
Peneliti : Apakah ibu pergi ke Dokter bedah ?
Informan : Iya bu, saya pergi besoknya..
Peneliti : Apa hasil pemeriksaan Dokter bedah ?
Informan : Sama bu, Dokter bedahnya Juga Curiga kalau kanker
payudara dan langsung menyarankan agar saya
berobatnya ke Banda Aceh saja.
Peneliti : Bagaimana sikap ibu dengan permintaan dokter tersebut
?
Informan : Saya setres bu, ada beberapa lama, mana suami saya
tidak mau tau dengan keadaan saya.
Peneliti : Apakah Ibu ada menyampaikan pada suami kalau ibu
kena penyakit kanker payudara ?
Informan : Ada bu, tapi dia diam saja.
Peneliti : Bagaimana ibu bisa berobat ke Banda Aceh ?
Informan : Atas bantuan dan dorongan dari keluarga saya dan
keluarga suami saya.
Peneliti : Kapan saatnya ibu berobat ke Banda Aceh ?
Informan : Sekitar 9 bulan setelah saya selesai periksa dari Dokter
112
Bedah.
Peneliti : Mengapa ibu menunggu lagi sampai 9 bulan ?
Informan : Karna saya dan keluarga ngumpul-ngumpul biaya dulu
Peneliti : Suami ibu ada kasih biaya ?
Informan : Ada juga bu, tapi ya... gak seberapa bu yang seharusnya
yang bertanggung jawab sama saya itu adalah dia tapi
dia seperti orang lain terhadap saya.
Peneliti : Apakah suami ibu ikut ke Banda Aceh?`
Informan : Ikut bu, tapi dia tidak mau menunggu lama-lama di
Banda Aceh.
Peneliti : Pada saat operasi apakah ibu ada di dampingi suami ?
Informan : Iya ada bu, tapi setelah selesai operasi dia langsung
pulang dengan alasan banyak pekerjaan.
Peneliti : Siapa yang mengurus ibu selanjutnya ?
Informan : Keluarga saya bu..
Peneliti : Ada ibu di terapi Kemo ?
Informan : Ada bu, selama 5-6 bulan setiap 3 minggu sekali
Peneliti : Sekarang apa ibu masih di Kemoterapi ?
Informan : Tidak lagi bu, tapi saya harus kontrol-kontrol kata
Dokter.
Peneliti : Alhamdulillah, semoga bisa sembuh total ya bu ..
Informan : Amin, terimakasih ya bu..
Peneliti : Iya sama-sama, semoga kita selalu dalam lindungan
Allah SWT..
Informan : Amin ..
Peneliti : Terimakasih ya bu, sudah bersedia menjadi informan
saya..
Informan : Iya sama-sama bu..
113
Tanggal Wawancara :26Februari 2017
Pukul : 10.00 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden :3 (Tiga)
1. Umur Ibu :43 Tahun
2. Alamat : Malasin
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : PNS
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Assalamualaikum bu,
Waalikum salam bu,
Gimana kabarnya sekarang bu ? sehat ?
Alhamdulillah sehat bu,
Maaf ya bu, mengganggu waktunya sebentar sesuai
dengan kesepakatan kita kemarin, saya mau
mewawancarai ibu.
Iya bu, gak apa saya juga lagi gak ada kerjaan sekarang.
Apakah dulu ibu pernah melakukan SADARI ?
Gak Pernah bu, gak tau saya apa itu SADARI bu..
Sadari itu Periksa Payudara Sendiri bu
Apa ibu dulu pernah melakukannya ?
Gak pernah bu, paling cuma saya raba-raba saja.
Bagaimana awal terjadi sakitnya seperti itu ?
Dulunya saya sering terlambat memberi susu ASI anak
saya.
Mengapa ibu bisa terlambat ngasih susu anaknya bu ?
Karena saya kerja bu.. jarak rumah saya jauh dengan
tempat saya kerja kalau saya pulang butuh waktu 40
menit bu.
Sebetulnya ibu bisa peras ASI nya terus Ibu masukkan
botol/gelas lalu disimpan di kulkas.
Malas saya bu, diperas-peras itu sakit payudara saya bu.
Sampai berapa lama berangsur seperti itu bu ?
Selama anak saya menyusui saya jarang sekali kasih
kecuali malam hari dan akhirnya pun anak saya tidak
mau lagi kalau saya kasih ASI.
Apa yang ibu lakukan ketika anaknya tidak mau lagi
ASI?
Tidak ada bu, sampai ASI saya tumpah-tumpah dan
mengeras berdenyut-denyut dan beberapa lama asi saya
114
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
kurang sendiri.
Kapan ibu terasa ada benjolan itu bu ?
Terasa sudah ke anak saya yang kedua buk. Sama
halnya seperti anak pertama tidak juga sampai saya
susui karna saya selalu bolak balik dari kantor jadi saya
kasih saja minum susu kaleng.
Bagaimana mula-mula terasa benjolannya bu ?
Setelah kurang ASI nya kan sudah terasa kendor. Jadi
sewaktu saya bersih-bersih putingnya itu seperti ada
bulatan dan saya takut. Kok bisa begini ya ? begitu saya
tekan jari saya seperti ada tekanan dari dalam... terus
saya rasa-rasa terasa ada benjolan sebesar telur ayam
kampung.
Ada rasa sakit bu ?
Ada bu, tapi tidak terlalu sakit kalau di tekan terasa
sakitnya.
Bagaimana reaksi ibu begitu terasa ada benjolan ?
Saya takut sekali bu, saya pikir itu karena sisa ASI saya
yang belum kering. Jadi saya diamkan saja.
Berapa lama itu bu ? ada sampai 2 bulan ?
Ada 2 bulanan bu, waktu itu ada demam saya bu, saya
mulai curiga mungkin dari payudara saya. Saya
langsung ke Dokter.
Bagaimana bu,hasil pemeriksaan Dokternya ?
Kata Dokter dicurigai kanker payudara.
Apa tanggapan ibu terhadap keterangan Dokter ?
Saya percaya bu, dan saya emang sudah was-was ini
akan terjadi sama saya.
Mengapa ibu bisa berfikir seperti itu ?
Karena kata orang kesehatankan tau juga sedikit-sedikit
bu, apalagi sudah beberapa lama benjolannya belum
mengecil. Mulanya saya rasa sama seperti anak saya
yang mulanya abangnya pernah juga seperti itu tapi
lama kelamaan mengecildan hilang sendiri. Makanya
saya agak telat berobatnya.
Apa anjuran Dokter terhadap ibu ?
Saya diminta untuk lebih cepat penanganannya agar
saya berobat saja ke Banda Aceh atau ke Medan.
Jadi ibu pilih berobat kemana ? apa ke Banda Aceh atau
ke Medan?
Tulah bu, saya berobat ke Banda Aceh.
Pakai biaya sendiri bu ?
Tidak bu, saya pakai BPJS kan lumayan bu gak keluar
biaya operasi Cuma obat-obatan saja karna gak semua
obat-obatan di tanggung BPJS karna ada juga obat yang
di beli diluar dan biaya sewa rumah serta belanja sehari-
115
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
hari.
Berarti ibu sewa rumah di Banda Aceh ?
Iya bu, karna kurang lebih 1 tahun saya bolak balik ke
Banda Aceh.
Mengapa sampai 1 tahun sewa rumahnya bu ?
Kerna siap operasi Dokter menganjurkan lagi untuk
Kemoterapi lagi, kata Dokter supaya jaringannya habis
dan tidak tumbuh lagi.
Berapa lama dan berapa kali kemonya bu ?
Lama juga bu, ada kurang lebih 5 kali, karna 21 hari
sekali saya di Kemo.
Jadi ibu sekarang masih kemo lagi ?
Tidak bu tapi saya dianjurkan 3 bulan sekali kontrol.
Bulan depan ini saya mau berangkat juga bu tapi saya
rasa ntah sampai, karna ini kan mau bulan puasa juga.
Baiknya bu jangan sampai terlambat lagi ya bu..
Iya bu, Insyaallah saya usahakan.
Baiklah bu, semoga cepat sembuh dan selnya pun tidak
tumbuh kembali.
Amin, terimakasih banyak ya bu ..
Iya sama-sama, mohon maaf ya bu uda mengganggu
sedikit waktunya. Dan terimakasih juga Ibu sudah
bersedia menjadi Informan saya.
Iya bu sama-sama..
Saya permisi ya bu .
Iya, hati-hati di jalan ya bu ...
Iya Insyaallah.
116
Tanggal Wawancara : 27 Maret 2017
Pukul : 20.45 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden : 4 (Empat)
1. Umur Ibu : 42 Tahun
2. Alamat : Suka Karya
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : SMA
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Apa kabar bu ?
Alhamdulillah sehat ..
Dulu ibu menikah di usia berapa ?
Dulu saya menikah pada usia 42 tahun memang sudah
agak tua sedikit bu keluarga saya jua selalu mengecilkan
saya.
Ibu sudah pernah hamil ?
Pernah bu, dulu saya hamil pertama di usia 44 tahun
sering periksa sama ibu bidan Nila di Lorong Nangka
Usia berapa sekarang anak ibu ?
Dulu kehamilan umur 3 bulan saya mengalami
keguguran karna mungkin faktor usia atau rahim saya
yang lemah saya kurang tau juga bu.
Setelah keguguran kemarin pernah hamil lagi ?
Gak pernah lagi bu, saya pengen hamil tapi belum dapat-
dapat juga gak pernah lagi telat-telat bulan bu mungkin
karna umur saya yang sudah tua ya kan buk.
Pernah ibu berusaha ke dokter untuk memeriksakan yang
berkaitan dengan kehamilan ibu yang ibu ingunkan ?
Ada, tapi saya sudah capek ke Dokter dan ke Bidan tapi
kenyataannya tidak ada hasil.
Kapan mulai terasa ada benjolan di payudara ibu ?
Tidak ada benjolan bu, hanya saja keras-keras awalnya
kecil makin lama semakin melebar dan sampai
keseluruhan payudara saya. Kerasnya itu seperti semen
atau lantai dan seperti tertarik atau diikat rasanya.
Ibu tidak periksakan ke bidan atau ke dokter?
Tidak bu, karena saya tanyak suami gak apa – apa kalau
tidak sakit itu mungkin masuk angin, urut-urut saja
dengan minyak kayu putih.
Sampai berapa lama ibu urut-urut seperti itu ?
117
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Dari keras yang sedikit sampai dengan mengeras
semuanya ada setahun lebih.
Mulai kerasnya kapan bu ?
Mulai akhir tahun 2007 tapi saya tidak ingat bulan berapa
sampai dengan tahun 2008 baru terasa ada sakit tapi
masih bisa ditahan.
Selain sakit di payudara, gejala apa saja yang lain yang
ibu rasakan ?
Sudah mulai demam-demam, pusing-pusing sakit kuduk
dan punggung.
Ibu berobat kemana pada saat itu ?
Ke Mantri (Perawat laki-laki) tapi setelah habis obat saya
demam lagi dan bapak menteri tidak memeriksa karena
saya tidak menyampaikan ke pak mantri kalau sakitnya
dari payudara saya.
Setelah habis obat kambuh lagi, ibu berobat kemana lagi?
Kembali lagi ke pak Mantri pada saat kembali saya
sampaikan kalau payudara itu ada berdenyut-denyut dan
keras lantas pak mantri menyuruh saya agar berobat saja
ke puskesmas tidak jauh dari prakter pak mantri
puskesmasnya. Lebih kurang jarak 200 M.
Apakah ibu pergi ke Puskesmas ?
Iya bu, saya langsung ke Puskesmas dan saya diperiksa
dokter di buka perut, dibuka dada, barulah saya ceritakan
kalau payudara saya yang sebelah kiri sudah mengeras
sudah lebih kurang 2 tahun. Lalu dokter meminta suami
saya masuk ke ruang periksa dan menyampaikan agar
saya di periksakan ke Rumah Sakit saja dan Dokter
mengeluarkan Rujukannya.
Bagaimana suami Ibu saat itu apa dia bersedia membawa
ibu ke Rumah Sakit ?
Mau bu, Bersedia dan langsung bilang ke Dokter saya
bawa sekarang.
Sejak di buat rujukan ke rumah sakit, berapa lama ibu
baru pergi ke rumah sakit ?
Ada 2 hari
Mengapa ibu tunda lagi sampai 2 hari?
Karena waktu itu sudah sore Polinya sudah tutup,
besoknya jam 9 baru pergi tapi antri di poli rame kali
sampai siang belum di panggil-panggil lalu kami pulang.
Besoknya demam pula saya pusing saya gak bisa bangun
baru besoknya lagi lah saya sembuh demam baru balek
ke rumah sakit dan baru saya dapat diperiksa.
Apa hasil pemeriksaan dokter itu bu ?
Kata dokter saya harus dirawat inap karena saya sudah
ada demam dan untuk memudahkan pemeriksaan yang
118
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
lainnya.
Apakah ibu dan suami ibu setuju untuk di rawat inap
pada hari itu ?
Setuju bu, tapi kami pulang dulu hari itu belum bawa
persiapan.
Persiapan seperti apa itu bu ?
Seperti pakaian, dan lain-lain.
Berapa lama ibu dirawat atau ditangani dokter baru
ketahuan ibu ada penyakit kanker ?
Ada lebih kurang 5 hari saya dirawat ada dipasang infus,
diambil darah, dironsen.
Bagaimana dokter tau kalau ibu sudah kena penyakit
kanker?
Setelah saya diperiksa beberapa kali tapi dokternya
mengatakan baru dicurigai kanker dan pada saat itu saya
semakin sakit demam saya makin tinggi, pusing sudah
minum obat belum juga kurang.
Apa yang ibu lakukan dengan suami setelah mendapat
informasi dari dokter kalau ibu kena penyakit kanker ?
Kami hanya berdoa semoga cepat sembuh dan dapat
obatnya.
Ibu tidak menanyakan ke dokter kenapa payudara ibu
bisa mengeras dan bagaimana cara pengobatannya?
Ada bu, kata dokter saya harus di periksa lebih lanjut ke
rumah sakit luar daerah ke Banda Aceh atau ke Medan.
Apa dokternya tidak menganjurkan harus berangkat hari
itu juga ?
Ada bu, tapi kami masih berharap kesembuhannya
dengan perawatan Dokter yang ada di Simeulue dulu.
Kapan saatnya ibu berobat ke Banda Aceh itu bu ?
Setelah saya mulai membaik kami minta untu keluar dari
Rumah Sakit untuk rawat jalan sambil menunggu ada
biaya ke Banda Aceh.
Mengapa Ibu harus ada biaya? Bukankah ibu ada kartu
BPJS ?
Maksudnya bu, untuk biaya kami hari-hari disana dan
mana tau ada obat-obat yang dibeli di luar tanggungan
Rumah Sakit dan juga ongkos kami dalam perjalanan
karena kami tidak di antar oleh ambulance dari Simeulue.
Ada berapa lama ibu menunggu?
Saya dirawat itu tahun 2009 sekali, 2010 ada beberapa
kali baru saya berobat ke Banda Aceh itu awal tahun
2013 itu saya sudah semakin sakit, kalau saya demam
sudah sampai menggigil kedinginan, dingin sekali.
Kenapa sampai segitu lama ibu menunggunya baru ke
Banda Aceh ?
119
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Karena saya ada juga berobat ke Alternatif, minum obat
Herbal di samping ke Dokter sambil menunggu-nunggu
ada persiapan biaya.
Setiba di Banda aceh bagaimana bu ?
Kami berobat langsung ke Rumah Sakit Zaenoel Abidin
saya di periksa oleh Dokter, kata petugasnya tu kadang-
kadang katanya yang datang itu dokter berdah, dokter
penyakit dalam, dokter jantung dan dokter spesialis
kanker lah yang selalu memeriksa saya.
Apa hasil pemeriksaannya bu ?
Saya dinyatakan sakit kanker payudara Stadium 2 dan 3
dan harus di Operasi.Tapi itu setelah saya diperiksa
semuanya lengkap baguslah di Rumah Sakit Zainal
Abidin itu.
Bagaimana reaksi Ibu dan Suami pada saat dokter
menyampaikan yang bahwa penyakit ibu itu adalah
kanker payudara ?
Kami sudah pasrah dan kami sudah memang dibilang
dokter dari simeulue kemungkinan saya kena kanker
payudara dan segera di operasi, kami sudah siap
menerimanya bu.
Kapan ibu di operasi ?
Awal tahun 2014 bulan 3.
Kenapa lama sekali bu, baru ibu di operasi? Bukannya
kata Dokter harus segera di Operasi ?
Ya Bu, kami menunggu jadwal operasinya sampai 3
bulan.
Kenapa sampai 3 bulan lamanya bu ?
Antri bu, karena saya pasien JKN jadi sudah duluan
pasien lainnya di jadwalkan dan juga pasien JKN.
Pada saat menunggu operasi bagaimana perasaan ibu ?
Saya hanya pasrah saja bu, tapi saya rasa ada benjolan
juga di sebelah kanan payudara saya.
Terus bagaimana ibu ?
Saya datang ke Dokter untuk di periksa .
Apa kata Dokternya Bu ?
Katanya Payudara sebelah kanan Ibu juga sudah kenak.
Trus apa yang dilakukan menunggu jadwal ibu operasi ?
Saya tetap kontrol ke Dokter dan saya ada di sinar-sinar
katanya di Kemo.
Terus pada saat ibu operasi apakah payudaranya
langsung diangkat dua-duanya bu ?
Tidak bu, yang diangkat hanya sebelah kiri itu sampai
datar diambil karena kata Dokter itu hampir kena ke
dinding dada saya.
Terus yang kanan itu di apakan bu ? kan sudah kenak
120
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
juga?
Hanya diambil benjolannya saja kecil bulat-bulat baru 1
cm besarnya dan tidak ganas.
Bagaimana ibu setelah di Operasi apa langsung sehat dan
tidak terasa sakit apa-apa lagi ?
Alhamdulillah bu tidak sakit lagi, tapi saya sangat jera
dan sengsara sekali setelah operasai saya karena saya
menjalani kemoterapi pokoknya pada saat itu saya kurus
sekal, gemetaran, tidak seperti yang ibu lihat saat ini.
Kenapa bisa seperti itu bu ? kan yang sakitnya sudah
diangkat ?
Ya bu, tapi setiap saya di Kemoterapi saya mual-mual
muntah, tidak ada selera makan, kulit saya ini jadi kering
mata kabur-kabur, pandangan saya kabur, bahwakan
maaf ya bu, bulu kemaluan saya saja gugur jadi gundul,
rambut kepala jangan ibu tanya lagi uda mau habis bu.
Tapi saya lihat alis ibu sudah bagus lagi ?
Sudah bu, baru setahun ini semuanya sudah mulai bagus,
rambut tumbuh lagi karena saya sudah tidak Kemoterapi
lagi.
Berarti ibu sekarang tidak kontrol ke dokter lagi bu ya ?
Kontrol bu, cukup di Dokter bedah di sini saja dan kalau
ada keluhan saja.
Alhamdulillah ibu uda sembuh berarti ya bu, Terimakasih
ya Bu, Saya permisi.
Informan Pendukung
Mengapa bapak hanya bilang di urut-urut saja payudara
istrinya padahal ibu sudah menyampaikan ke Bapak
bahwa paudara Ibu ada yang keras-keras didalam
payudaranya?
Karena istri saya tidak pernah mengeluh bahwa adanya
rasa sakit, asumsi saya berarti itu Cuma masuk angin
biasa.
Setelah ibu mengeluh kalau payudaranya sudah mengeras
semuanya seperti semen, bagaimana reaksi bapak ?
Saya agak heran juga buk, kok bisa kek gitu ya. Mulai
dari situlah saya ajak istri saya untuk berobat, dan saya
juga buat obat daun-daunan yang kata orang tua-tua kita
dulu obat yang bisa menghilangkan bengkak
Bapak bawa kemana pertama kali ibu berobat?
Ke pak Mantri ( perawat kesehatan).
Obat daun-daunan yang bapak maksudkan seperti apa itu
pak ?
Daun balu, di tumbuk-tumbuk sampai halus di
121
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
:
:
:
:
lampokkan ke sekeliling payudara yang mengeras. Daun
turian ulando (daun sirsak) direbus dengan air 2 gelas,
tunggu air mendidih dan kira-kira airnya sudah tinggal 1
gelas disaring lalu didinginkan lantas saya minumkan ke
Istri.
Selanjutnya apa lagi yang bapak usahakan untuk
kesembuhan istri bapak ?
Saya ikuti saran bapak Menteri, Dokter Rumah Sakit dan
Keluarga untuk membawa instri saya berobat ke Banda
Aceh, hanya saja saya agak telat membawa dikarnakan
biaya yang belum mencukupi, maklumlah bu kerja saya
hanya buruh harian.
Bagaimana akhirnya bapak bisa membawa ibu ke Banda
Aceh untuk di Operasi ?
Saya kumpul-kumpul dari hasil kerja harian saya sebagai
Buruh dan ada juga sumbangan dari keluarga saya,
keluarga Istri saya yang Alhamdulillah cukup membantu
saya dan istri saya sehingga istri saya bisa sembuh seperti
apa yang ibu lihat pada saat ini.
122
Tanggal Wawancara :17 Maret 2017
Pukul : 11.00 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden :5 (Lima)
1. Umur Ibu :30 Tahun
2. Alamat :Salur Latun
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : SLTP
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Assalamualaikum bu..
Waalaikumsalam bu..
Sehat bu ?
Alhamdulillah kekgini lah buk .
Uda berapa lama ibu menderita kanker payudara ?
Sejak 2013 Buk.
Apa sebelumnya ibu pernah memeriksakan payudara Ibu
sendiri ?
Tidak bu, tidak tahu saya cara memeriksanya.
Bagaimana gejala awal yang ibu rasakan ?
Dulu awalnya ada bisul bu, kami pikir bisul biasa karna
saya tidak pernah ceritakan sama orang tua saya. Maksud
saya biar mereka tidak susah. Terus saya obati sendiri
pakai salap hitam memang salap untuk bisul. Dan ada juga
saya dengar dari tetangga kalau untuk mengeluarkan nana
nya saya ampok pakai daun benalu.
Berapa lama bisulnya bu ?
Ada beberapa bulan tidak meletus-meletus.
Apa ibu tidak ke Dokter ?
Gak buk, saya pergi ke bidan saja, dan begitu bidan
memeriksanya mereka sangat terkejut dengan bisul saya
dan mereka seperti marah sama saya karna tidak pernah
memeriksanya selama ni, karna mendengar dari keterangan
saya bahwa bisulnya sudah lama kebetulan Bidan di Pustu
kami masih famili saya.
Lalu bagaimana tanggapan ibu bidan ? apa ibu bidan ada
menyarankan Ibu langsung berobat ke Rumah Sakit ?
Ada bu, malah sudah berulang kali Ibu bidan nya
menyuruh saya untuk berobat ke Rumah Sakit, tapi
keluarga tidak setuju untuk ke Rumah Sakit karena mereka
123
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
beranggapan bahwa itu penyakit kampung bisa diobati
dengan obat-obat Herbal dan obat kampung saja.
Bagaimana tanggapan ibu dengan pendapat keluarga
seperti itu ?
Saya hanya pasrah saja.
Berapa lama ibu menerima begitu saja dengan keadaan ibu
yang sudah mulai sakit-sakitan ?
Pada saat itu saya mau melahirkan, dan orang tua saya dari
Lhokseumawe meminta saya untuk melahirkan kesana.
Suami dan orang tua setuju dan mengantar saya ke
Lhokseumawe. Pada saat disana saya kontrol ke Bidan di
Puskesmas bidan tersebut langsung memanggil Dokter
untuk memeriksa saya. Karna bidan tersebut selain
memeriksa kandungan saya ada juga memeriksa payudara
saya. Setelah di periksa, dokter langsung menyuruh saya
ke Rumah Sakit.
Bagaimana sikap ibu pada saat itu ? dan apakah suami ibu
setuju ?
Saya karna sudah sakit setuju untuk ke Rumah Sakit, dan
suami saya pada saat itu sudah pulang ke Simeulue. Saya
ke rumah sakit didampingi orang tua dan adik saya.
Ke Rumah Sakit mana ibu berobatnya ?
Ke Rumah Sakit Zainal Abidin.
Bagaimana hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Zainal
Abidinnya bu ?
Setelah saya diperiksa lebih kurang 10 hari 3 kali saya
bolah balik ke sana ternyata positif kanker payudara dan
kata dokternya harus di operasi.
Bagaimana dengan kehamilan ibu ?
Hamil saya pada saat itu sudah menunggu hari. Tapi kata
dokter, tunggu saya melahirkan dulu baru di operasi.
Berapa lama siap melahirkan ibu di operasi ?
Lebih kurang anak saya umur 1 bulan.
Apakah ibu memberikan asi pada bayinya ?
Tidak bu, tidak dianjurkan oleh Dokter. Anak saya di beri
susu SGM.
Pada saat ibu di operasi apakah suami ibu ada datang ?
Ada bu, setelah saya melahirkan 10 hari suami saya datang
dan ada mendampingi saat operasi. Tapi kata suami saya
tidak tahu kalau sudah separah itu sakit saya dan dia sangat
menyesal pulang ke kampung.
Berapa kali ibu dioperasi ?
2 kali bu. Operasi pertama payudara kiri saya diangkat
semua dan beberapa bulan di saat saya melakukan
kemoterapi dokter menyarankan lagi untuk mengangkat
benjolan yang ada disebelah kanan.
124
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Berarti payudara ibu sebelah kanan hanya diangkat
benjolan saja ?
Iya bu, ini kalau yang kiri sudah datar (sambil memegang
payudaranya). Kalau yang kanan Cuma diangkat
benjolannya saja.
Sudah sebesar mana bu benjolannya yang sebelah kanan
itu ?
Sudah sebesar kuku jempol tangan saya bu.
Terus bagaimana perasaan ibu sekarang apa masih terasa
sakit ?
Tidak bu, tapi kebas-kebas tangan sama kaki saya.
Apa kata dokter kebas-kebas tersebut ? apa karna
penagaruh dari kankernya ?
Bukan kata dokter bu, itu karna pengaruh kemoterapi dan
hanya bersifat sementara.
Bagaimana kabar dari keluarga suami ibu ? kan mereka
tidak setuju awalnya ibu di bawa ke dokter ?
Mereka sangat menyesal, tapi mereka mengatakan bahwa
saya tidak pernah mengeluh dan mereka tidak melihat saya
kesakitan. Mertua dan adik kakak ipar saya mengatakan
seandainya ada keluarga yang lain nantinya seperti itu
maksudnya seperti saya agar cepat-cepat dibawa berobat
ke dokter saja walaupun obat-obat kampung juga di kasih.
Dan jangan lagi mendengar omongan orang-orang yang
tidak paham tentang penyakit.
Apakah mereka datang menjenguk ibu pada saat sakit ?
Tidak bu, karna tidak ada biaya makanya suami saya hari
itu pulang ke kampung agar dia bisa bekerja untuk mencari
biaya kami selama disini, tapi ibu mertua kakak dan adik
ipar saya sering menelpon saya untuk menanyakan
bagaimana keadaan saya. Mereka baik terhadap saya.
Mengapa bapak bisa terlambat sekali tahu kalau istrinya
sudah ada keluhan ada bisul dipayudaranya ?
Karna istri saya mengatakan bisul biasa dan saya pun
seharian tidak dirumah. Saya pulang malam dan istri saya
pun tidak pernah mengeluh saya dengar.
Tapi kan ada bidan yang mengajak istrinya untuk ke
puskesmas. Kenapa bapak tidak bawa kesana ?
Karena istri saya dirumah sudah di jaga oleh ibu dan kakak
saya. Jadi saya tidak khawatir karna mereka mengatakan
tidak apa-apa karna kami sudah kasih obat daun-daun
untuk di lampok.
Mengapa bapak setuju diminta orang tua nya untuk
melahirkan di Lhokseumawe ?
Karena mertua saya meminta istri saya melahirkan disana
125
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Suami
Peneliti
Suami
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
dan saya tidak mau mengecewakan mertua dan keluarga
saya yang ada disana.
Pada saat bapak mengantar ibu apakah bapak tidak tau dia
masih sakit bisul yang dia keluhkan di payudaranya ?
Tidak tahu saya bu.
Mengapa sampai bapak tidak tau ? bukankah bapak selalu
bersama ibu ?
Iya bu, saya juga tidak pernah periksa-periksa payudara
istri saya itu. Sampai saya mengantar istri saya ke tempat
mertua saya untuk melahirkan. Terus saya pulang, baru
saya datang setelah istri saya 10 hari siap melahirkan.
Mengapa bisa seperti itu pak ? seharusnya bapak
mendampingi ibu saat hamil bahkan melahirkan jadi bapak
bisa tahu apa keluhan ibu yang sebenarnya.
Iya bu, tapi itu permintaan istri dan keluarga saya. Saya
pulang karena saya harus kerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarga kami.
Apakah bapak tidak mendapat informasi dari keluarga
bapak yang lain kalau istrinya sudah sakit seperti itu ?
Tidak bu, dan istri saya pun orangnya sangat tertutup pada
saat sudah di Lhokseumawe padahal hampir setiap hari
saya telpon, baik istri saya maupun keluarga lainnya untuk
menanyakan keadaan istri saya. Tapi mereka tidak ada
satupun yang memberi tahu kepada saya sakitnya seperti
apa.
Kapan bapak tau kalau istri bapak sudah di diagnosa
dokter kanker payudara ?
Pada saat saya berkunjung ke sana untuk melihat istri saya
yang sudah melahirkan dan mau menjemput istri saya
pulang. Ternyata sampai disana istri saya sedang di rawat
di rumah sakit Zainal Abidin. Dan sudah di rencanakan
akan dioperasi hanya menunggu persetujuan saya saja.
Dan saya sangat menyesal kenapa tidak ada satupun yang
menyampaikan kepada saya sebelum-sebelumnya.
Bu saya ada saran untuk ibu supaya disampaikan ke dinas
kesehatan.
Apa pak sarannya ?
Begini bu, bila ada penyakit-penyakit seperti ini sebelum
besar benjolannya untuk disampaikan kepada perempuan-
perempuan supaya agar lebih cepat tanggap kalau ada
benjolan-benjolan di Mamaenya untuk segera diperiksakan
ke bidan, dokter atau petugas kesehatan lainnya dan
perempuan-perempuan tersebut jangan malu-malu
menyampaikannya jangan sampai tertutup seperti istri
saya. Cukup sakit saya karna saya terlambat
mengetahuinya cukup saya saja yang merasakannya ya bu.
126
Peneliti
Suami
Peneliti
Suami
Peneliti
Peneliti
Suami
:
:
:
:
:
:
:
Baik pak, Insyaallah kita akan sampaikan melalui
program-program yang ada di Puskesmas.
Misalnya seperti apa itu bu ?
Misalnya seperti kegiatan promosi kesehatan ada
penyuluhan-penyuluhan seperti misalnya pertemuan ibu-
ibu di PKK di pengajian, di Posyandu, bahkan nanti
melalui bidan-bidan praktek, dokter mereka nanti juga
akan disampaikan ya pak.
Iya bu, terimakasih.. saya senang mendengarnya..
Iya, pak sama-sama.. saya juga senang karna bapak sudah
bersedia menjadi informan saya..
Baiklah bu, saya permisi dulu mudah-mudahan ibu cepat
sembuh dan bisa beraktifitas seperti semula lagi .. amin ..
Amin bu, terimakasih ya bu ..
127
Tanggal Wawancara :04 Maret 2017
Pukul : 17.00 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden : 6 (Enam)
1. Umur Ibu :38 Tahun
2. Alamat : Suka Makmur
3. Pekerjaan : Pedagang
4. Pendidikan : SMA
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sehat bu ?
Alhamdulillah sehat bu ..
Uda berapa orang anak ibu ?
Baru 1 orang bu, masih yang dulu melahirkan sama Ibu.
Bagaimana dulu ceritanya waktu mula-mula Ibu terkena
penyakit kanker payudara ?
Setelah saya keguguran haritu bu, yang ibu rawat juga,
saya gak pernah lagi jumpa ibu itu waktu tahun 2007
awalnya payudara saya mengeluarkan seperti cairan
putih.
Apakah pada saat itu ibu sedang hamil ?
Tidak bu, saya haid teratur, trus cairan itu tidak saya
ambil pusing karena tidak ada sakit juga.
Sampai berapa lama bu, cairan yang itu dibiarkan ?
Sampai pada suatu hari saya mandi kan disabun, gosok-
gosok, teraba kayak ada benjolan kecil tapi banyak terus
saya geser lagi ada lagi, geser lagi ada lagi, sampai ada
7 titik kayak kelereng tapi lebih kecil lagi. Terus bu
saya cepat-cepat mandinya bekemas saya cari suami
dan kasih tau kalau ada benjolan tujuh bijik di payudara
saya yang sebelah kiri.langsung saja suami saya
menyuruh cepat-cepat ke Dokter. Sambil seperti
setengah memarahi saya kenapa dibiarkan karna dulu
pernah keluar cairan belum juga ke dokter, sekarang
uda ada benjolan baru di bawak ke dokter “ munkin
sudah bahaya tu dek” kata suami.
Ke Dokter mana Ibu periksa ?
Ke Dokter Asrinudin spesialis bedah.
Bagaimana hasil pemeriksaan Dokternya Bu ?
Kata Dokter ini dicurigai kanker Payudara, tapi ibu
128
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
tidak usah panik dan takut ini tidak berbahaya, tapi
segera di periksakan kalau bisa langsung saja ke Banda
Aceh karena di Rumah Sakit kita disini tidak tersedia
alat penunjang pemeriksaan kanker payudara.
Bagaimana tanggapan ibu tentang anjuran Dokter
berangkat dan tidak tersedia alat penunjang pemeriksa
kanker payudaranya ?
Saya agak kecewa bu, karna Rumah sakit kita ada tapi
alatnya gak lengkap, Dokter yang menangani khusus
kanker pun tidak ada. Akhirnya saya dan suami ambil
kesimpulan langsung saja berangkat ke Penang.
Kapan ibu berangkat ke Penang ?
Tahun 2008 tidak lama setelah dari Dokter bedah.
Sampai di Penang bagaimana hasil pemeriksaannya ?
Ternyata iya benar bu saya didiaknosa Dokter di penang
itu saya terkena kanker payudara. Dari seluruh hasil
pemeriksaan kata Dokter itu masih stadium 1 dan 2
masih bisa disembuhkan.
Apakah Dokter ada menyarankan untuk dioperasi ? kan
baru stadium 1 dan 2 ?
Ada Buk, tapi katanya minum dulu obat yang di kasih
dari sana selama 1 bulan, kemudian Ibu boleh pulang ke
Indonesia dan Ibu boleh Operasi di Indonesia saja.
Kapan ibu di Operasi ?
Saya di Operasi tahun 2014.
Kenapa sampai tahun 2014 baru di operasi kan itu
sudah berjarak sampai 5 tahun. Apa tidak ada rasa sakit
dan apa tidak terjadi penambahan besarnya benjolan
yang ada di payudara ibu ?
Karena saya sudah minum obat dari dokter itu,
benjolannya tetap seperti itu, paling demam-demam
biasa dan juga saya sudah minum obat-obat tradisional
seperti daun sirsak, dan payudara saya di kompres
dengan Daun benalu. Dan saya merasa mungkin tidak
membahayakan sehingga saya tidak pernah berobat ke
Dokter lagi. Dan juga saya disibukkan dengan dagangan
saya, saya sering juga berobat ke Medan untuk belanja
barang dagangan saya sehingga saya tidak sempat pergi
berobat. Hingga suatu hari saya jatuh sakit, demam
panas tinggi, menggigil dan payudara saya terasa
berdenyut-denyut barulah kami konsul ke Dokter.
Apa hasil pemeriksaan Dokter saat itu ?
Kata Dokter ini gejala demam saya karna benjolan dari
payudara saya sudah mulai meradang dan sebaiknya
langsung saja berangkat dan ikuti saja saran Dokternya.
Apa ibu langsung berangkat pada saat itu ?
129
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Iya bu, satu hari setelah demam saya mulai kurang kami
langsung saja berangkat ke Banda Aceh dan langsung di
Operasai di Rumah Sakit Zainal Abidin
Apakah hasil operasi itu memang betul benjolannya ada
7 buah ?
Iya bu, 7 buah sudah mengeras.
Setelah operasi berapa lama ibu menunggu di Banda
Aceh baru pulang ke Simeulue ?
Ada juga lebih kurang 2 bulan bu, sekalian kemo
supaya kami tidak bolak balik. Tapi suami saya harus
pulang ke Simeulue takut kenak pecat karna terlalu
lama meninggalkan tugasnya sebagai seorang PNS.
Setelah operasi dan kemo apakah masih terasa ada
benjolan atau keluhan lain ?
Ada bu, sampai sekarang masih keluar cairan putih
seperti getah-getah sambil memeras dan mengeluarkan
getah bening seperti ini (sambil memperlihatkan
payudaranya). Ibu tersebut sambil bertanya bagaimana
cara menyembuhkan cairannya ini bu .
Sebaiknya ibu kembali ke Dokternya saja untuk di
periksakan kembali dan untuk memastikan apakah
masih membahayakan cairan tersebut dan mungkin ada
obat yang bisa untuk menghentikan cairannya.
Bu, apa masih bisa saya hamil lagi ?
Berapa umur ibu sekarang ?
Sudah 38 tahun bu, mungkin kalau saya hamil lagi bisa
membantu proses atau menuntaskan penyakit saya ?
Ya mudah-mudahan. Nanti setelah dari spesialis
kankernya konsul juga ke Dokter kandungan kalau
umur Ibu masih memungkinkan untuk hamil.
Terimakasih bu atas sarannya.
Iya sama-sama bu, terimakasih juga ibu uda bersedia
menjadi informan saya.
130
Tanggal Wawancara : 27 Maret 2017
Pukul : 20.45 Wib
Identitas dan karakteristik informan penelitian
No. Responden : 7 (Tujuh)
1. Umur Ibu : 46 Tahun
2. Alamat : Suka Karya
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : SMA
Assalamualaikum Bu, mohon izin sesuai dengan kesepakatan kita kemarin hari ini
saya datang kemari untuk mewawancarai ibu sebagai informan saya.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Selamat pagi Ibu Dewi?
Alhamdulillah sehat bu
Uda kurus ya bu ?
Iya bu, tapi uda lumayan ni kemaren lebih kurus dari
sini lagi buk.
Bagaimana ibu tau kalau ada benjolan di payudara ibu ?
Awalnya saya lagi tiduran bu, terus saya raba-raba
payudaranya lalu saya rasa seperti ada benjolan di
payudara saya. Kemudian saya kasih tau suami saya
kata suami saya kayaknya itu yang di bilang kanker.
Kenapa ibu bisa tau kalau itu gejala kanker ?
Karna pengalaman saya merawat adik kandung saya
yang juga menderita kanker payudara dan tidak sempat
diobati dan tidak sempat dioperasi sudah meninggal
dunia.
Kenapa bisa sampai tidak bisa di operasi dan di obati
adiknya bu ?
Karena adik saya tinggal berjauhan dengan saya.
Tempat tinggalnya di desa Amabaan Kecamatan
Simeulue Barat. Untuk dapat kesana kita perlu waktu
satu hari dan ke desanya tersebut kita harus
menyebrangi laut dengan kendaraan rakit.
Bagaimana ibu bisa tau kalau adiknya juga menderita
kanker payudara?
Saya berkunjung kesana bu, sampai sidana adik saya
terlihat dalam keadaan sakit. Saya tanya sakit apa ? adik
menjawab sakit saya lalu adik saya memperlihatkan
tangannya yang sudah bengkak dan katanya tangan kita
sudah sama besarnya kak, kebetulan saya gemuk dan
adik saya kurus. Saya tanya lagi kenapa bisa bengkak
seperti ini ? katanya bengkak ini dari ketiak dan
131
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
payudara saya dan adik saya memperlihatkan
payudaranya ..
“ Subahanallah, kenapa udah segitu baru dikasih tau ?
pada waktu itu payudaranya sudah merah, sudah
membesar, sudah berkerut kulitnya, putingnya tertarik
ke dalam, dan langsung saya bawa adik saya ke
Sinabang untuk di periksakan ke Rumah Sakit. Dan di
Rumah Sakit tidak mampu menangani dan mereka
membuat rujukan untuk ke Banda Aceh karena di sana
lebih lengkap alatnya. Dan setibanya di Banda Aceh
adik saya di periksa dan hasilnya Positif kanker
Payudara stadium 3,4 dan dokter menyarankan untuk
kemoterapi sebelum di Operasi. Sampai disana
payudara adik saya di sedot ada sekitar 5 Liter cairan
yang keluar.
Cairan apa itu air apa nana ?
Seperti air bu. Setelah 1 minggu menunggu lalu adik
saya melakukan Kemoterapi, sampai dengan 3 kali.
Setelah kemo yang ke 3 kami bawak pulang ke
Sinabang menunggu pemanggilan selanjutnya untuk
dilakukan operasi. Setelah 1 minggu di kampung adik
saya meninggal dunia.
“innalillahiwainnailaihiraji’un”, tahun berapa ibu
kejadiannya ?
Baru bu, bulan februari 2016 kemarin.
Jadi adik ibu tidak sempat di operasi ?
Tidak bu, mungkin uda janji juga sampai di situ.
Berapa umur adik ibu?
Baru 38 tahun bu, anaknya paling kecil masih berusia 1
½ tahun.
Masih muda ya bu ?
Iya bu telambat pengobatannya bu mungkin karna di
kampung, mereka pikir itu Cuma sakit-sakit biasa,
berobat kampung pasti sembuh. Mereka gak pernah
terpikir kalau itu kanker. Jadi di tahan-tahan aja buk.
Uda stadium akhir baru di kasih tau.
“astaghfirullah, kok bisa begitu ya ?
Itulah bu, di kanpung tu gak tau apa kanker tu trus gak
tau kita kalau bisa berbahaya dan mematikan.
Iya bu, mungkin gak pernah ada penyuluhan disana ya
bu ?
Iya mungkin bu.
Jadi ibu tau dari pengalaman adik ibu ?
Iya bu, setelah selesai saya raba besoknya saya
langsung di suruh suami untuk memeriksanak ke
Dokter.
132
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Jadi ibu langsung ke Dokter ?
Iya bu, besoknya saya ambil rujukan ke Puskesmas
untuk ke Rumah Sakit. Setelah sampai di Rumah Sakit
saya di periksa sama adik dr. Armidin yaitu dr.
Asrinudin yang Spesialis bedah tu buk.
Apa kata dokter setelah ibu periksa ?
Kata dr. Asrinudin saya curiga kalau ini sakit kanker,
tapi saya tidak bisa pastikan kalau ini kanker karna di
Rumah Sakit kita kan belum lengkap pemeriksaannya.
Bagaimana reaksi ibu setelah dokter mengatakan seperti
itu ?
Saya khawatir dan takut sekali bu kalau akan terjadi
seperti adik saya. Saya pun sudah berpikir yang tidak
tidak, saya liat anak-anak saya masih sangat
membutuhkan saya karna saya masih membutuhkan
saya bu.
Lalu apa yang ibu lakukan setelah itu ?
Sampai di rumah saya kasih tau ke Suami apa yang di
katakan Dokter tadi di Rumah Sakit, lalu suami saya
mengatakan tidak apa-apa berdoa saja setiap ada
penyakit pasti ada obat. Kemudian saya katakan sama
suami bahwa saya harus berangkat ke Banda Aceh
untuk memeriksakan selanjutnya. Pada saat itu suami
tidak bisa pergi karena belum ada izin dari tempat kerja
suami saya. Lalu saya berangkat sendiri ke Banda Aceh.
Jadi ibu langsung berangkat hari itu juga ke Banda
Aceh ?
Iya bu, hari itu juga saya langsung berangkat ke banda
Aceh kebetulan pada hari tu ada kapal yang berangkat.
Sampai di Banda Aceh Ibu berobat kemana ?
Sampai di Banda Aceh saya langsung ke Klinik
Cempaka 5.
Apa yang di lakukan dokter sampai disana ?
Sampai disana saya di periksa langsung oleh Dokter
Ankologi yang memang pernah menangani adik saya
dulu.
Lalu apa diagnosanya ?
Kata dokter Ankologi Positif Kanker Payudara ganas
pula bu.
Setelah mendengar itu Ya Allah trauma saya bu, saya
pikir gak ada lagi ni seakan hidup saya tu tinggal
sebentar lagi karena saya takut di operasi dan
kemoterapi saya takut kalau sampai diangkat
payudaranya.
Lalu apa yang ibu lakukan selanjutnya?
Saya langsung telpon suami saya ke Kampung saya
133
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
kabari tentang penyakit saya sambil menangis, lalu kata
suami saya tidak apa-apa pasti sembuh tu. Dia selalu
memberi motivasi kepada saya supaya saya jangan
sampai putus asa. Sampai saya bilang sama suami saya
nantik kalau saya sudah tidak ada lagi jaga anak-anak
saya ya. Sampai segitu bu.
Kenapa ibu bisa berpikir sejauh itu ?
Karna saya liat pengalaman adik saya sebelumnya
setelah tau tidak lama dari situ dia langsung meninggal
dunia.
Apakah setelah ibu tau ibu langsung melakukan operasi
?
Tidak bu, saya pulang kampung dulu ambil rujukan
selanjutnya, padahal saya uda mendaftar untuk di
operasi di zainal abidin tapi saya masih menunggu
antrian.
Kenapa ibu pulang lagi ke Simeulue tidak langsung
Operasi?
Saya pulang dulu jumpa anak-anak dan suami saya,
sambil pakat dengan keluarga lainnya dan juga untuk
mengumpulkan sedikit tambahan biaya untuk operasi.
Kenapa ibu berani pulang kan ibu uda tau penyakitnya
berbahaya bukan ibu minta suami ibu untuk ke Banda
Aceh ?
Karena Alhamdulillah dari hasil PA pemeriksaan hasil
kanker saya hasilnya kata dokter hasilnya jaringan jinak
kalu memang pulang boleh tapi jangan terlalu lama
sambl juga saya dikasih obat-obat minum dari
dokternya. Padahal awalnya 2 kali Dokter mengatakan
kalau Kanker saya Ganas.
Laku kapan ibu melakukan operasi ?
Setelah pulang dari kampung saya langsung berobat ke
Rumah Sakit Harapan Bunda untuk dilakukan operasi.
Sampai saya disana 1 minggu langsung dilakukan
operasi.
Apa diangkat semua payudaranya ?
Tidak bu, (sambil membuka dan memperlihatkan
payudaranya dan menunjukkan bekas jaitan operasinya
ada di 2 titik dan ada 2 benjolannya.
Dan apakah masih ada rasa sakit sekarang dan masih
terasa benjolan ?
Tidak buk, cobalah ibu resek (raba)
Apakah sekarang masih sering kontrol lagi ?
Iya bu, sekarang 2 bulan sekali saya harus cek up ke
Banda Aceh karna disini tidak ada Dokter Ankologi
yang menangani penyakit saya.
134
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Selain obat Dokter ada obat lain yang Ibu Konsumsi ?
Ada bu, sekarang saya sering mengkonsumsi minuman
herbal seperti daun sirsak, dan daun-daun lainnya.
Setelah di Operasi Apa ada makanan yang dilarang
dokter untuk di konsumsi biar tidak mamacu untuk
tumbuh kembali kankernya ?
Ada bu banyak seperti ikan gurapu, kepiting, cumi-
cumi, gurita, lobster, lokan, daging ayam, sayur bayam,
daun Ubi, Makanan siap saji, penyedap dan lain-lain.
Banyak kali yang gak bisa di makan,
Gimana makannya masih enak bu ?
Kek mana lah bu di enak-enakkan dokter uda
mengatakan harus seperti itu ya di ikuti saya pun
sempat bilang seperti apa yang ibu tanyakan ke
dokternya, tapi kata dokter itu yaudalah ibu kan juga
uda banyak makan yang enak-enak dari selama ini.
Sekarang saya sudah terbiasa dengan makanan yang
disarankan oleh Dokter. Cara mengolah makanan pun
disarankan Dokter itu jangan di Bakar, di asapin, diolah
sebaiknya di rebus saja atau di kukus. Dan tidak boleh
makan ikan asin.
Jadi sekarang apa yang ibu rasa ? apa masih nyeri lagi ?
Ada juga sekali-kali tapi kalau mau Haid saja.
Alhamdulillah semoga tidak hidup lagi sel kankernya.
Amin.
Terimakasih ya Buk, sudah bersedia menjadi Informan
saya, semoga ibu selalu di berikan kesehatan oleh
ALLAH SWT.
Amin, terimakasih juga bu.
Top Related